tugas individu tp babang sugandhi - concensus planning - joko widodo

8
Consensus Planning di Indonesia PL5101 Babang Sugandhi - 25411016 Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Solo Dengan Menggunakan Pendekatan Consensus Planning 1.1 Consensus Planning ConsensusPlanning adalahperencanaanyang dalam pengambilankeputusannya diambil melalui komunikasi untuk memperoleh kesepakatan. Ciri utama dari perencanaan konsensus ad setiap produk perencanaan dibuat dari pendapat. Implikasi dari penekanan pada pendapat in bahwa pilihan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada komunikasi rasion rangka untuk mencapai kesepakatan, pelaku berpartisipasi dalam proses interaksi dan dialo Woltjer, 2000 dalam Moch Yusuf, 2010). Hasil ideal seperti proses partisipasi d adalah sebuah konsensusberdasarkan rasionalitas komunikatif (De Jong,1986).Terdapat3 padangan dalam perencanaan konsensus yaitu : 1. Perencanaan konsensus sebagai proses kolaborasi dan pembelajaran ; 2. Perencanaan konsensus sebagai proses perundingan dan negosiasi ; 3. Perencanaan konsensus berdasarkan pada kondisi dan kepercayaan/bujukan . Gambar 1.1 3 Pandangan Perencanaan Konsensus Sumber : (Johan Woltjer, 2000 dalam Agustiah Wulandari dan Dine Fitrianti, 2011)

Upload: benk-sugandhi

Post on 22-Jul-2015

210 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Consensus Planning di Indonesia PL5101 Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Solo Dengan Menggunakan Pendekatan Consensus Planning1.1 Consensus Planning Consensus Planning adalah perencanaan yang dalam pengambilan keputusannya diambil melalui komunikasi untuk memperoleh kesepakatan. Ciri utama dari perencanaan konsensus adalah setiap produk perencanaan dibuat dari pendapat. Implikasi dari penekanan pada pendapat ini adalah bahwa pilihan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada komunikasi rasional. Dalam rangka untuk mencapai kesepakatan, pelaku berpartisipasi dalam proses interaksi dan dialog (Johan Woltjer, 2000 dalam Moch Yusuf, 2010). Hasil ideal seperti proses partisipasi dalam komunikasi adalah sebuah konsensus berdasarkan rasionalitas komunikatif (De Jong, 1986). Terdapat 3 padangan dalam perencanaan konsensus yaitu : 1. Perencanaan konsensus sebagai proses kolaborasi dan pembelajaran; 2. Perencanaan konsensus sebagai proses perundingan dan negosiasi; 3. Perencanaan konsensus berdasarkan pada kondisi dan kepercayaan/bujukan.

Gambar 1.1 3 Pandangan Perencanaan Konsensus

Sumber : (Johan Woltjer, 2000 dalam Agustiah Wulandari dan Dine Fitrianti, 2011)

Babang Sugandhi - 25411016

Consensus Planning di Indonesia PL51011. Perencanaan konsensus sebagai proses kolaborasi dan pembelajaran (Schein, 1971, 1983; Malbert, 1998; Forester, 1983; Innes, 1994, 1997; Sager, 1994; Yeo, 1995; Healey, 1996 dalam Moch Yusuf, 2010). Perencanaan konsensus dapat dilihat sebagai proses kolaborasi dan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan tata cara membangun konsensus, melalui diskusi, debat dan komunikasi secara rasional untuk menghasilkan keputusan dan kesepakatan bersama. Dalam pandangan ini, perencanaan bertujuan untuk membuat pengetahuan baru. Kerjasama antara pemangku kepentingan dalam proses penyelesaian masalah melaui diskusi atau dengar pendapat antara satu dengan yang lain (Healey, 1993). Belajar termasuk memperoleh pengetahuan tentang masalah yang dihadapi dan belajar tentang ide-ide orang dan posisi mereka. 2. Perencanaan konsensus sebagai proses proses perundingan dan negosiasi (misalnya Raiffa, 1982; Susskind & Cruikshank, 1987; Fisher & Ury, 1981; Mastenbroek, 1985; Veldhuisen et al, 1982 dalam Moch Yusuf, 2010). Menurut Susskind dan Cruikshank (1987), kunci untuk membangun konsensus dalam negosiasi adalah menghindari pemilihan masalah perencanaan dengan 'menang-kalah' atau 'ya-tidak'. Peran perencana di sini adalah mencoba untuk menemukan solusi yang merespon kepentingan seluruh pihak yang terlibat. Peserta harus mencari item untuk trade dan mufakat. Negosiasi yang bertujuan 'menang-menang' berbeda dari strategi yang bertujuan menghindari (avoidance), mencari kompromi (compromise), kompetisi (competition) atau penyelesaian yang baik pada akomodasi (accommodation). Pada negosiasi, kepentingan stakeholder perdagangan dan kemungkinan untuk kompensasi. Negosiasi mengasumsikan pencarian untuk pengaturan yang bergabung semua keuntungan yang mungkin bagi semua pihak. Dengan cara ini orang dapat mencapai apa yang disebut hasil menang-menang (Raiffa, 1982). Fisher dan Mu (1981) menyebutnya 'tawar-menawar integratif' pendekatan. Ini menekankan pentingnya berfokus pada kepentingan, bukan posisi yang orang negosiasi, peserta mencoba untuk menciptakan solusi konsensual dengan membandingkan atau perdagangan kepentingan satu sama lain dan menghubungkan mereka bersama-sama. 3. Perencanaan konsensus berdasarkan pada kondisi dan kepercayaan/bujukan (Roloff & Miller, 1980; Forester, 1989; Majone, 1989; Jowett & O'Donnell, 1992; Smith, 1982; Voogd, 1997a dalam Moch Yusuf, 2010). Persuasi adalah proses 'membiarkan orang terbiasa' untuk solusi tertentu atau sudut pandang. Ini adalah elemen yang berpengaruh dan permanen dalam proses pembuatan kebijakan, yang dihasilkan dari interaksi yang terus-menerus antara orang-orang di berbagai resmi, sosial, dan tingkat politik (Hoogerwerf, 1972). Menurut Voogd (1997a), komunikasi antara orang-orang Babang Sugandhi - 25411016

Consensus Planning di Indonesia PL5101mengarah ke penyesuaian struktur saling preferensi dan ke perubahan akan menuju kebijakan dalam pertanyaan. Persuasi juga mencakup retorika (Throgmorton, 1993a, 1993b), pemasaran (Ashworth & Voogd, 1990) dan proses kekuasaan dan politik (Bacharach & Lawler, 1981; Flyvbjerg, 1996; Etzioni, 1968) sebagai mekanisme untuk perencanaan konsensus yang terstruktur sekitar pimpinan pemerintah daerah, politik dilembagakan dan kekuasaan legislatif. Relevansi politik dari perencanaan tergantung pada posisi kekuasaan dan kredibilitas pemasok informasi daripada kualitas 'nyata' dari informasi.

2.1 Studi Kasus di Indonesia 2.1.1 Relokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Solo Pada tahun 2005 ketika Walikota yang baru saja dilantik yaitu Joko Widodo membentuk tim kecil untuk mensurvei keinginan warga kota di tepian Sungai Bengawan dan kebanyakan masyarakat Kota Solo ingin pedagang kaki lima yang memenuhi jalan dan taman di pusat kota disingkirkan. Tiga Walikota sebelumnya angkat tangan dan para pedagang kaki lima mengancam akan membakar kantor Walikota jika para pedagang kaki lima digusur. Untuk meluluhkan hati para pedagang, Joko Widodo menggunakan strategi lobi meja makan. Sebagai eksportir furniture selama 18 tahun jamuan makan yang sukses biasanya berakhir dengan kontrak yang bagus. Target pertama adalah kaki lima di daerah Banjarsari di Kota Solo karena disana terdapat 989 pedagang yang bergabung dalam 11 paguyuban. Para koordinator paguyuban diajak makan siang di Loji Gandrung, rumah dinas Walikota. Ketika mengatahui akan dipindahkan, mereka datang membawa perwakilan lembaga swadaya masyarakat. Joko Widodo menahan diri untuk tidak mengungkapkan keinginannya menyampaikan rencana relokasi. Tiga hari kemudian, mereka kembali diundang jamuan makan dan berlangsung terus selama tujuh bulan. Pada jamuan ke-54, saat itu semua pedagang kaki lima yang hendak dipindahkan hadir dan Joko Widodo pun mengutarakan niatnya untuk memindahkan pedagang kaki lima. Para pedagang minta jaminan di tempat yang baru mereka tidak kehilangan pembeli. Namun Joko cuma berjanji akan mengiklankan Pasar Klitikan yang khusus dibangun untuk relokasi selama empat bulan di televisi dan media cetak lokal dan Pemerintah kota juga memperlebar jalan serta membuat satu trayek angkutan kota. Hingga kini, 52 persen dari 5.718 pedagang kaki lima sudah ditata dan sisanya mulai mendesak pemerintah kota untuk di relokasi.

Babang Sugandhi - 25411016

Consensus Planning di Indonesia PL51012.1.2 Komunikasi Politik Joko Widodo 2.1.2.1 Langkah Relokasi Pedagang Kaki Lima Walikota Solo Joko Widodo sudah mempunyai program untuk menjadikan Solo layaknya Singapura, sebuah kota yang bersinar dengan wisata belanjanya. Karena itu ketertiban, kebersihan dan keindahan kota menjadi kunci utama. Namun hasil survey tersebut membuat Joko menghadapi dilema. Satu sisi dia merupakan seorang Walikota baru yang tidak ingin memancing konflik dengan para PKL di awal masa kepemimpinannya. Namun di sisi lain dia tidak dapat menutup mata untuk merespons keinginan sebagian masyarakat Solo yang ingin para PKL dipindahkan dari jalan-jalan dan taman. Joko Widodo kemudian memutuskan bahwa para PKL itu harus direlokasi. Namun dengan cara yang strategik dan hati-hati. Tiga Walikota sebelumnya terbukti tidak mampu melakukan relokasi. Para pedagang kaki lima mengancam akan membakar kantor Walikota jika mereka digusur. Di Solo, ancaman bakar bukan sekedar gertak sambal. Sejak dibangun, kantor Walikota Solo sudah dua kali dibakar, yakni pada tahun 1998 dan 1999. Secara kultural, memang masyarakat Solo dikenal sebagai masyarakat yang lembut dan santun. Namun diakui juga bahwa masyarakat Solo sangat reaksioner dan mudah terbakar emosinya. Sebagai pengusaha mebel selama 18 tahun, Joko memiliki pengalaman dalam melakukan lobby dan negosiasi bisnis yang disebutnya lobi meja makan. Strategi ini kemudian dilakukan sebagai bentuk komunikasi politiknya. Targetnya sudah jelas, yakni para PKL di daerah Banjarsari, kawasan elite di Solo. Di sana terdapat 989 pedagang yang bergabung dalam 11 paguyuban. Kemudian Joko Widodo mengundang dan mengajak makan para koordinator paguyuban di Loji Gandrung, rumah dinas Walikota. Namun pada pertemuan pertama ini tidak ada pembicaraan mengenai relokasi. Joko sama sekali tidak menyinggungnya. Dia beranggapan, hal itu belum waktunya disampaikan. Makan bersama seperti itu berlanjut hingga pertemuan yang ke 53, dimana Joko hanya makan bersama dan bersilaturahmi kepada para PKL. Baru pada jamuan ke-54, dimana saat itu semua PKL yang hendak dipindahkan hadir, Joko mengutarakan niatnya untuk merelokasi mereka. Dan memang waktu yang tepat. Ketika Joko Widodo mengungkapkan hal itu, tidak ada satu pedagang pun yang menolak. Mereka setuju dengan kebijakan yang diambil Joko Widodo, sepanjang mereka mendapatkan tempat yang baru untuk berdagang. Joko berjanji akan memberikan lokasi baru. Dan nantinya, para pedagang hanya akan membayar biaya retribusi sebesar Rp 2.600 perhari di tempat baru yang suasananya lebih bagus dari tempat para PKL berdagang sekarang. Dengan retribusi sebesar itu, modal pemerintah sebesar Rp 9,8 miliar untuk membangun lokasi baru itu diperkirakan dapat kembali pada kurun 9 tahun. Bukan hanya itu, Joko juga akan mempromosikan tempat berdagang Babang Sugandhi - 25411016

Consensus Planning di Indonesia PL5101baru itu selama empat bulan di media lokal. Joko juga memperluas jalan menuju pasar dan membuat satu trayek angkutan kota baru. Hasilnya, Joko berhasil menata ulang pasar di antaranya Pasar Klitikan Notoharjo, Pasar Nusukan, Pasar Kembalang, Pasar Sidodadi, Pasar Gading, pusat jajanan malam Langen Bogan, serta pasar malam Ngarsapura. Saat relokasi dilakukan, Joko Widodo menggelar arak-arakan sepanjang jalan menuju Pasar Klitikan dengan iringan musik kleningan khas Solo. Joko juga menghadirkan Prajurit Keraton agar timbul rasa kebanggaan pada diri para PKL. Faktanya, para PKL sangat legowo saat pindah lokasi ke tempat yang baru. Bahkan konsumsi dan perlengkapan arak-arakan mereka biayai sendiri. Ini jarang terjadi di daerah lain yang biasanya relokasi selalu bersinggungan dengan kekerasan. Sebanyak 989 PKL dipindah tanpa gejolak, bahkan secara antusias para PKL itu mendukung program pemerintah dengan suka cita. Ini merupakan sebuah terobosan yang mengagumkan. Dalam salah satu wawancara dengan media lokal, Joko Widodo menyatakan bahwa para PKL itu bersedia pindah bukan karena mereka sudah diajak makan, namun karena para PKL itu merasa dimanusiakan oleh pemimpinnya. Strategi ini jelas unik dan konstruktif

Gambar 1.2 Pasar Sidodadi Salah Satu Tempat Relokasi Bagi PKL

Sumber : Slide PPT Kuliah Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan, Suhirman 2010

2.1.2.2 Komunikasi Politik : Antara Teori dan Praktek Dalam teori Empati dan Homifili dikatakan bahwa sebuah komunikasi politik akan sukses bila seorang komunikator dapat memproyeksikan diri dengan baik ke dalam sudut pandang khalayak atau masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan citra diri komunikator politik untuk menyesuaikan Babang Sugandhi - 25411016

Consensus Planning di Indonesia PL5101suasana pikirannya dengan alam pikiran khalayak. Komunikator melaksakan komunikasinya dengan menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain dan dilaksanakan atas dasar kesamaan. Joko Widodo bisa jadi belum pernah mengetahui teori empati dan homofili. Namun apa yang dilakukannya tampak selaras dengan teori ini. Hipotesa ini didasarkan pada beberapa hal berikut; Pertama, Joko Widodo memahami betul bagaimana perasaan para PKL ketika mengetahui akan direlokasi. Para PKL itu merasa akan kehilangan pelanggan atau bahkan mata pencariannya. Oleh karena itu Joko memberikan alternatif berupa tempat berdagang yang lebih baik daripada di jalan-jalan atau taman kota. Agar para pelanggan tetap bisa bertransaksi dengan para PKL, Joko juga melakukan promosi melalui media lokal, memperluas jalan dan membuat satu trayek angkutan kota baru. Kedua, Joko Widodo menunjukan empatinya ketika dia menjamu para PKL sebanyak 54 kali pertemuan. Dia tidak melakukan penggusuran secara paksa dan dengan kekerasan. Dia memilih lobby dan diplomasi. Joko sadar betul bahwa ketika tahu akan direlokasi, para PKL akan bersikap defensif. Jika dipaksa akan terjadi gejolak yang mungkin memunculkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian dari kedua belah pihak. Karena itu lobby meja makan merupakan sebuah tindakan komunikasi politik yang simpatik dan berusaha memahami posisi para PKL.

Gambar 1.3 Kirab Boyongan Bagi PKL

Sumber : Slide PPT Kuliah Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan, Suhirman 2010

Ketiga, Saat relokasi dilakukan, Joko Widodo menggelar arak-arakan, alih-alih melakukan pengusiran dengan kekerasan, dengan menghadirkan budaya khas Solo, seperti penggunaan

Babang Sugandhi - 25411016

Consensus Planning di Indonesia PL5101musik tradisional kleningan dan pakaian adat. Arak-arakan yang dilakukan ini menunjukkan bahwa Joko ingin menunjukkan kesamaan dengan para PKL, yakni kesamaan bahwa mereka sama-sama ingin membangun Kota Solo menjadi lebih baik, dan kesamaan bahwa mereka berasal dan memiliki budaya yang sama, yakni budaya orang Solo; pakaian adat yang sama, musik yang sama, tarian yang sama. Keempat, Tindakan Joko Widodo sekaligus menunjukkan keberpihakannya terhadap ekonomi kecil dan pasar tradisional. Bukan hanya dalam soal PKL, di bawah kepemimpinannya Joko dengan sukses membangun ekonomi kerakyatan. Kesamaan persepsi antara pemerintah dan para pedagang pada ekonomi kecil, memunculkan kesamaan persepsi pula bahwa masyarakat menganggap Walikota mereka berpihak pada masyarakat.

3.1 Kesimpulan Berdasarkan studi kasus relokasi pedagang kaki lima dengan menggunakan pendekatan Consensus Planning maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Teori Empati dan Homifili yang digunakan Walikota Solo Joko Widodo menjelaskan bahwa sebuah komunikasi politik akan sukses bila seorang komunikator dapat memproyeksikan diri dengan baik ke dalam sudut pandang khalayak atau masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendekatan Consensus Planning yaitu dalam rangka untuk mencapai kesepakatan, pelaku berpartisipasi dalam proses interaksi dan dialog (Johan Woltjer, 2000 dalam Moch Yusuf, 2010) Dalam empat tindakan yang dilakukan berdasarkan hipotesa terhadap teori Empati dan Homifili oleh Walikota Solo Joko Widodo terdapat kesamaan dan tahapan terhadap Consensus Planning yaitu : 1. Perencanaan konsensus sebagai proses kolaborasi dan pembelajaran; 2. Perencanaan konsensus sebagai proses perundingan dan negosiasi; 3. Perencanaan konsensus berdasarkan pada kondisi dan kepercayaan/bujukan.

Babang Sugandhi - 25411016

Consensus Planning di Indonesia PL5101 DAFTAR PUSTAKAWoltjer, Johannes. 2000. Consensus Planning The Relevance of Communicative Planning Theory in Dutch Infrastructure Development. Ashagate: London.

Yusup, Moch. 2010. Consensus Planning, Three Views on Consensus planning Berdasarkan Buku Johan Woltjer, Consensus Planning. Ashagate: London.

Wulandari, Agustiah. 2011. Consensus Planning, The relevance of communicative planning theory in Ducth Infrastructure Development Berdasarkan Buku Johan Woltjer, Consensus Planning. Ashagate: London.

Http://Archive.kaskus.us/thread/3874775/Belajar Dari Joko Widodo, Walikota Solo Yang Memimpin Dengan Hati. Diakses tanggal 3 Desember pukul 22:39 Suhirman. 2010. Slide PPT Pembagian Urusan, Keuangan dan Pelayanan Publik. Kuliah Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan

Babang Sugandhi - 25411016