tugas ict dalam pembelajaran

Download Tugas ICT Dalam Pembelajaran

If you can't read please download the document

Upload: winahainah

Post on 02-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kilo

TRANSCRIPT

1

MANFAAT ICT DALAM PEMBELAJARAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fenomena pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT) dalam pembelajaran di sekolah semakin bergaung. Bahkan dalam kurikulum 2013 yang akan segera berlangsung, ICT memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran menerapkan prinsip siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa dan di mana saja adalah kelas. Oleh karena itu, pemanfaatan ICT diperlukan dalam rangkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Artinya, tidak menutup kemungkinan di tahun-tahun yang akan datang, materi, tugas dan ditransfer melalui ICT.

ICT yang kemudian diterjemahkan sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Kita sedang berada dalam pusaran gelombang perubahan teknologi informasi. Gelombang perubahan ini tidak terhindarkan juga melanda dan mempengaruhi dunia pendidikan.

Perkembangan ICT di dunia sangat cepat, dari waktu ke waktu. Perkembangan ICT tersebut tentunya menjadi potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena teknologi informasi menyimpan informasi tentang segala hal yang tak terbatas, maka hal ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan pendidikan yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Tentunya hal tersebut akan menjadi tantangan besar bagi guru karena dituntut untuk mengerti, memahami, mengoperasikan, dan mengeksplorasi ICT dengan baik sehingga dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Di samping itu, guru harus berpikir lebih kreatif, inovatif, dan berwawasan luas sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Rumusan MasalahApa yang dimaksud dengan ICT ?Apa yang dimaksud dengan pembelajaran ?Bagaimana manfaat ICT untuk pembelajaran ?

Tujuan Pembahasan

Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan, antara lain :

Untuk mengetahui tentang pengertian ICT.Untuk mengetahui tentang pengertian pembelajaran.Untuk mengetahui manfaat ICT untuk pembelajaran.

Metode dan Pendekatan.Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kepustakaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori ICT

Apabila dikaji lebih dalam, maka pada hakikatnya ICT (information and communication technology) sudah diisyaratkan dalam Al-Quran yang digambarkan tatkala Nabi Sulaiman menawarkan kepada para pengikutnya untuk membawa singgasana Ratu Bilqis kepadanya, yang pada akhirnya salah seorang yang memiliki ilmu dari al-kitab, mampu memindahkan singgasana tersebut sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip.

Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab berkata Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya) (QS. An-Naml, 27 : 40)

Ayat di atas mengilhami inovasi teknologi informasi yang terus berkembang hingga sekarang. Mulai dari jaman dahulu adanya sms yang mampu mengirim pesan dalam hitungan detik, kemudian foto, akhirnya kini banyak sekali hal dari berbagai penjuru dunia yang dapat diakses via internet dalam hitungan detik saja.

Secara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), yaitu IT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to manage information and aid communication. Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: ICT generally relates to those technologies that are used for accessing, gathering, manipulating and presenting or communicating information. The technologies could include hardware e.g. computers and others devices, software applications, and connectivity e.g. access to the internet, local networking infrastructure, and video conferencing.

Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop, network komputer, printer, scanner, video/DVD player, kamera digital, tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:

piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasimesin hitung dari kalkulator sampai super komputerperangkat proyektor / LCDLAN (local area network) dan WAN (wide area networks)Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optikmesin komputer dan robot

Sejatinya TIK memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, dan sebagai infrastruktur. Puji Raharjo. Pemanfaatan Internet Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Pustekom Depdiknas, 2008), hal. 15

UNESCO telah mengidentifikasi 4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :

1)Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)

2)Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)

3)Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).

4) Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.

Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: Open learning is a primarily a goal. An essential characteristics of open learning is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study in their own time, at any place and without face-to-face contact with a teacher. Flexible learning is the provision of learning in a flexible manner.

Teori Pembelajaran

Dalam psikologi pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan-perubahan pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Raja Grafindo, 2000), hal. 12

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. www.wikipedia.com

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajarbehaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

b. Teori Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapatberfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsungdalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi.

Standarisasi Pendidikan Berbasis ICT

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 35, menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standarisasi pendidikan mutlak diperlukan untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan. Pada dasarnya SNP merupakan persyaratan minimum yang ditetapkan UU, namun secara teknis diperlukan perumusan standar mutu dalam sistem pendidikan seperti Sistem Manajemen Mutu. ISO 9001:2008 / IWA 2

McGee, Carmean dan Jafari (2005) menyatakan pentingnya standard dan spesifikasi dalam pendidikan berbasis TIK, karena memungkinkan terjadinya pembelajaran sebagai berikut: 1) Interoperability, sistem berinteraksi dengan sistem lain dalam organisasi, 2) Reusability, sumber / objek belajar mudah digunakan dalam kurikulum, latat, profil peserta didik yang berbeda, 3) Manageability, sistem telusur informasi tentang peserta didik dan konten, 4) Accessibility, semua peserta didik memiliki kemudahan menerima konten setiap saat, dan 5) Sustainability, teknologi terus berkembang sesuai standar untuk menghindari keusangan.

Manfaat ICT untuk Pembelajaran

Pembelajaran Berbasis ICT/TIK

Pendidikan tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh gelombang perubahan teknologi informasi. Respon kita terhadap gelombang perubahan tersebut adalah memanfaatkannya sebagai wahana transformasi pendidikan. Transformasi pendidikan dapat terjadi dalam seluruh pilar pendidikan mulai dari kurikulum dan konten, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, sumberdaya manusia. Administrasi, manajemen dan kebijakan serta supra dan infra struktur pendidikan.

Dalam aspek kurikulum dan konten, ICT dapat menjadi wahana transformasi pendidikan dalam arti menjadi gudang ilmu pengetahuan. Dalam aspek pembelajaran ICT dapat menjadi alat bantu pembelajaran, dari aspek SDM ICT menjadi salah satu standar kompetensi. Dari aspek administrasi ICT dapat menjadi wahana transformasi pendidikan dalam arti menjadi penunjang sistem administrasi dan sebagainya.

Di dalam blue print ICT untuk pendidikan, fungsi-fungsi ICT digambar sebagai sebuah bangunan gedung yang terdiri dari pondasi, tiang, dan atap. Ade Koesnandar, TIK untuk Pembelajaran. (Jakarta : Pustekom Depdiknas, 2007), hal. 10. Secara singkat berikut dikemukakan manfaat ICT dalam masing-masing aspek pendidikan:

Kurikulum dan Konten

TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan dengan kapasitas dan ruang lingkup yang hampir tidak terbatas. Bentuknya dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas TIK, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antar institusi pendidikan, pusat pengembangan materi ajar, wahana pengembangan kurikulum dan sebagai komunitas perbandingan standar kompetensi.

Fasilitas dan Sarana Prasarana

ICT atau teknologi informasi dan komunikasi memberikan manfaat yang sangat berarti dalam penyediaan fasilitas dan sarana prasarana pendidikan. ICT di sekolah dapat berupa pojok internet, perpustakaan digital, kelas virtual, laboratorium multimedia, papan elektronik, dan lain-lain.

Sumber Daya manusia

Penguasaan dan pemanfaatan ICT untuk kepentingan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi guru sekolah dasar. Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dinyatakan bahwa salah satu kompetensi pedagogik guru sekolah dasar adalah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

Administrasi Lembaga Pendidikan

Admistrasi lembaga pendidikan merupakan salah satu lini pendidikan yang sangat terbantu dengan kehadiran ICT. Manajemen siswa, guru, kelas, materi dan ekstra kulikuler sebagai proses inti dalam administrasi menjadi lebih mudah dilakukan dengan ketelitian dan keakuratan yang lebih terjamin. Di samping administrasi sekolah, SDM, keuangan dan manajemen fasilitas juga lebih mudah dikelola dengan memanfaatkan ICT.

Manajemen dan Kebijakan Lembaga Pendidikan

ICT dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai alat bantu manajemen sekolah dalam pengambilan keputusan manajerial lembaga pendidikan. Untuk itu lembaga pendidikan perlu mengembangkan sistem informasi manajemen eksekutif sekolah, sistem penunjang keputusan, sistem informasi manajemen berbasis sekolah dan sebagaimya. Dari berbagai sistem yang dikembangkan dapat diperoleh informasi yang akurat dan terkini sebagai dasar manajemen sekolah mengambil kebijakan sekolah.

Peningkatan Profesionalisme Guru Berbasis ICT

Dalam proses pembelajaran ICT dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu interaksi antara guru dengan siswa. Pada dasarnya untuk mempelajari dan mengembangkan konsep ICT sangatlah sederhana, tinggal bagaimana seseorang mengembangkan pola pikirnya ke arah positif untuk maju dan berkembang untuk mendapatkan tingkat akselerasi yang baik. Setelah pemanfaatan ICT dapat dikuasai, maka yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengaplikasikan ICT dalam kehidupan pendidikan dan pembelajaran. Pelbagai penerapan yang mungkin digunakan di sekolah diantaranya: Jaringan Komputer Lokal atau LAN (Local Area Network), Koneksi ke Internet, Laboratorium Komputer, Sistem Informasi yang berkaitan dengan kegiatan sekolah seperti Perpustakaan, Data Pelajar, Bahan Pelajaran, dan lain-lain. Penerapan ICT ini harus dalam sebuah kesatuan, integrasi teknologi ini harus menjadi sebuah bentuk penerapan yang mendukung secara utuh proses pendidikan dan pembelajaran sehari-hari di sekolah, sehingga usaha dan dana yang dikeluarkan untuk pengadaannya tidak menjadi sia-sia. Program ini benar-benar dapat diterapkan di semua sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran.

Tujuan pengembangan ICT atau komputer dalam pendidikan adalah sebagai berikut :

Menciptakan pusat layanan informasi pendidikan bagi sekolah, industri dan masyarakat.Pusat interkoneksi intranet dan internet di setiap kota/kabupaten dan sekolah.Memperluas proses pembelajaran yang terstandar di semua jenjeng pendidikan di seluruh Indonesia.Mengurangi disparitas pendidikan di setiap jenjeng pendidikan di seluruh Indonesia. Sebagai sarana pembelajaran jarak jauh yang merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mempersiapkan SDM Indonesia yang memiliki kompetensi skala nasional dan internasional berbasis keunggulan lokal. Asep Zaenal Rahmat, Strategi pembelajaran berbasis TIK, (Jakarta : Pustekom Depdiknas, 2008), hal. 20. Menyediakan pusat informasi yang inovatif yang mampu membangkitkan kreatifitas guna meningkatkan kompetensi.Mendistribusikan internet ke sekolah, dinas pendidikan dan institusi pendidikan lainnya.Membantu memajukan perekonomian daerah melalui informasi dan komunikasi.

Untuk membuat media pembelajaran yang kreatif dan inovatif berbasis ICT perlu memanfaatkan perangkat multimedia. Dengan perangkat multimedia dapat menyerap konsentrasi dari segala aspek rangsangan yang ada pada indra manusia, antara lain visual, audio dan motorik.

Pemanfaatan multimedia pembelajaran saat ini sudah banyak diproduksi dan diterapkan di sekolah-sekolah, universitas maupun lembaga diklat. Multimedia pembelajaran yang baik adalah paket yang dapat mengakomodasi semua konsep ICT yang sesuai untuk siapa, kapan dan dimana multimedia pembelajaran tersebut digunakan. Karena sebaik dan secanggih apapun multimedia pembelajaran dibuat kalau tidak dapat dicerna dengan mudah oleh pebelajar maka artinya media tersebut tidak baik karena tidak memberikan tambahan pemahaman pada pembelajar yang bersangkutan.

Hal-hal yang penting dalam penerapan dan pembuatan media pembelajaran berbasis ICT antara lain :

Unsur visual yang sesuai dengan kondisi materi yang diajarkan. Misal meng-gunakan gambar atau animasi harus berhubungan dengan materi yang sedang dibahas. Jangan sampai animasi mendominasi tampilan sehingga terkesan menggangu.Unsur suara yang jelas dan tertata sehingga mudah didengar secara sempurna dan terkesan indah, merdu dan mudah dipahami. Selingan musik hanya diberikan pada hal-hal yang tidak memerlukan perhatian serius untuk dianalisa dan dipahami.Pemanfaatan ukuran huruf yang tepat dan sesuai dengan topik dan materi yang dibahas serta seimbang dengan tampilan keseluruhan media yang ditayangkan.Penggunaan warna yang menarik sesuai dengan kondisi dan posisi tayangan dan harus diseimbangkan dengan warna huruf dan gambar yang ada.

Beberapa hal berikut ini dapat kita jadikan acuan sebagai konsep dasar yang paling sederhana dalam mengaplikasikan ICT dalam dunia pendidikan, dan pembelajaran, yaitu:

Adanya web site pada sekolah dengan dwi bahasa (Inggris dan Indonesia)Pusat interkoneksi intranet dan internet di setiap sekolah.Pusat layanan informasi pendidikan bagi sekolah, Pemerintah, industri dan masyarakat yang meliputi kegiatan sekolah antara lain: Penerimaan Siswa Baru, Data Sekolah, Data Siswa, Proses Pembelajaran, Berita Sekolah, Bursa Kerja Khusus, Evaluasi, dan lain-lain.Sarana Komunikasi Sisterschool dan partnership dengan sekolah luar negeri. ICT sebagai alat komunikasi di sekolah dan dengan partnership luar negeri bermanfaat sebagai Video Conference (Pembelajaran Jarak Jauh) dan tukar-menukar informasi unutk mengembangkan pembelajaranICT sebagai instrument untuk menampilkan pelaporan sekolah kepada stakeholder (Pemerintah, Guru, Pemda, masyarakat dan industri serta partnership.Sarana kemudahan presentasi dan akses ke sumber referensiSumber data informasi lembaga yang berfungsi sebagai media informasi dan promosi kinerja lembaga.Berkenaan dengan tujuan dan sasaran dari pendidikan dan pembelajaran pada masyarakat pendidikan.Apakah silabus yang dipakai sudah tepat dan dimana tempat untuk mencari acuan yang tepat.Metode-metode pengajaran harus tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhanJadwal pelajaran, jadwal diklat, atau jadwal ujian dapat di-upload secara online Pemberian tugas dan pengumpulan dataSebagai media penampung informasi daftar referensi atau bahan bacaanProfil lembaga dan kontak pengajar atau masyarakat instansi

5) Pemanfaatan diktat dan catatan pelajaran

6) Memudahkan pencarian dan pembuatan bahan presentasi

7) Sebagai bank data semisal mencari contoh ujian yang lalu atau soal yang lalu

8) Sebagai media tanya jawab / FAQ (frequently asked questions)

9) Sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, penyedia situs-situs bermanfaaat, dan pencarian artikel-artikel dalam jurnal online

10) Sarana Komunikasi dalam kelas yang atraktif, inovatif dan menarik

a) Sarana untuk sharing file dan direktori dalam kelompok

b) Sarana diskusi untuk mengerjakan tugas dalam kelompok

Sistem ujian online dan pengumpulan umpan balik (feedback)

Memanfaatkan fasilitas jaringan lokal maupun internet sebagai saran ujian yang online memudahkan dan menyederhanakan kerja pendidik. Konsep diatas tidak mutlak harus ada semua dalam sebuah aplikasi ICT instansi pendidikan, karena tiap lembaga atau sekolah selalu mempunyai latar belakang keadaan dan topologi geografis yang berbedaYang paling penting adalah pemanfaatan ICT dapat diterapkan seoptimal mungkin untuk memberikan akselerasi pendidikan ke arah positif dan maju dengan lebih cepat, berkesinambungan, terarah dan terkoordinasi. Asep Zaenal Rahmat, Strategi pembelajaran berbasis TIK, (Jakarta : Pustekom Depdiknas, 2008), hal. 25.

Pemanfaatan e-Learning

Ketika kita berbicara tentang pemanfatan e-Learning, maka hakikatnya adalah sama saja dengan strategi pemanfaatan perangkat lunak. Hal ini karena e-Learning adalah juga merupakan suatu perangkat lunak. Aplikasi e-Learning terlengkap dan terbaik yang ada di internet belum tentu sesuai dengan kebutuhan sebenarnya dari pengguna. Saat ini sebenarnya industri e-Learning sedang mengalami krisis, yang berakibat ke kegagalan e-Learning. Dari sebuah studi tahun 2000 yang dilakukan oleh Forrester Group kepada 40 perusahaan besar menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (lebih dari 68%) menolak untuk mengikuti pelatihan/kursus yang menggunakan konsep e-Learning. Ketika e-Learning itu diwajibkan kepada mereka 30% menolak untuk mengikuti. Sedangkan studi lain mengindikasikan bahwa dari orang-orang yang mendaftar untuk mengikuti e-Learning, 50-80% tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir . Romi Satria Wahono. IlmuKomputer.Com

Dari berbagai literatur yang ada, kegagalan e-Learning sebagian besar diakibatkan oleh kegagalan dalam analisa kebutuhan yang mengandung pengertian bahwa pengembang tidak berhasil meng-capture apa sebenarnya kebutuhan dari pengguna (user needs). Hasil dari proses analisa kebutuhan (requirements analysis) pengguna diterjemahkan sebagai fitur-fitur yang sebaiknya masuk dalam sistem e-Learning yang di kembangkan.

Sebagai pedoman fitur-fitur yang biasanya disediakan dalam sistem e-learning dapat menggunakan konsep penggunaan ICT yang penulis kemukakan diatas. Karena pada dasarnya e-Learning merupakan salah satu metode penerapan ICT yang berbasis WEB dengan menggunakan teknologi Internet, dalam artian sistem jaringan online yang lebih luas tanpa batas. Dengan sistem e-Learning, seseorang yang ingin belajar bebas untuk memilih apa yang akan di pelajari dalam waktu yang tidak terikat dan bebas untuk mengekspresikan semua materi yang didapatkan.

Dalam pembuatan konsep pengaplikasian e-Learning alangkah baiknya bila kita gunakan konsep-konsep yang berbasis pada analisis kebutuhan tiap-tiap pemakai. Sehingga dalam hal ini diperlukan suatu kerja sama yang saling berkaitan dalam membentuk suatu wadah untuk menuangkan karya cipta antara kebutuhan dan proses produksi materi untuk menghasilkan pembelajaran berbasis e-Learning yang optimal dan sesuai. Maka dalam hal ini diperlukan suatu pengembangan SDM yang dapat menguasai teknologi dan materi-materi pendidikan untuk dapat bekerja sama membentuk team work yang solid.

Integrasi TIK dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan terjadinya proses belajar yang: Isjoni, ICT Untuk Sekolah Unggul, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hal. 17-18

Aktif; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.

Konstruktif; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.

Kolaboratif; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.

Antusiastik; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.

Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan problem-based atau case-based learning

Reflektif; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.

Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik .

High order thinking skills training; memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving).

Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer), sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

Pembelajaran berbasis TIK atau e-Learning adalah sumber pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti Internet, Intranet, CDROM, video tape, DVD, TV, Handphone, dan PDA

Pola-pola seperti di atas semua berbeda satu dengan yang lain. E-learning lebih luas dibandingkan dengan online learning. Online learning hanya menggunakan Internet/intranet/LAN/WAN tidak termasuk menggunakan CD ROM.

Dalam pembelajaran berbasis ICT terdapat perbedaan komunikasi antara pembelajaran langsung (syncronous) dan tidak langsung (ansyncronous), dengan sebuah terminologi untuk mendeskripsikan bagaimana dan kapan pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran Langsung (Syncronous Learning)

Dalam pembelajaran langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dalam waktu yang sama (real time) walaupun pendidik dan para peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh yaitu : mendengarkan siaran radio, menonton siaran televise, konferensi audio/video, telepon internet, chatting, siaran langsung satelite dua arah, dan lain-lain.

Pembelajaran Tidak Langsung (Ansyncronous Learning)

Dalam pembelajaran tidak langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dengan adanya delay waktu (waktu yang berbeda) dan pendidik dan peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda. Sebagai contoh yaitu : belajar sendiri menggunakan internet atau CD-Rom, kelas belajar menggunakan video tape, presentasi web atau seminar menggunakan audio/video, rekaman suara, membaca pesan e-mail, mengakses content online dan lain-lain.

Karakteristik dari pembelajaran tidak langsung (ansyncronous) adalah pendidk harus mempersiapkan terlebih dahulu materi belajar sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Peserta didik bebas menentukan kapan akan mempelajari materi belajar tersebut.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.

Program pembelajaran berbasis ICT melalui media internet, sangat cocok diterapkan di kelas, karena siswa akan dapat dengan mudah mencari informasi dan berkomunikasi dengan komunitas lainnya. Selain itu internet dapat memberikan contoh-contoh nyata mengenai pengetahuan yang terintegrasi. Internet memberikan informasi elektronik yang tidak terkira jumlahnya yang dikemas dalam berbagai cara dan yang mewakili berbagai topik yang berbeda-beda.

Pemanfaatan ICT dalam pendidikan mutlak dilakukan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan terutama akses dan pemerataan serta mutu pendidikan. Kebijakan dan standarisasi mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun untuk mendukung pendidikan berbasis ICT yang efektif dan efisien. Implementasi pendidikan berbasis ICT dapat dilakukan melalui model hybrid (dual system) yang mengkombinasikan pembelajaran klasikal (face 2 face) dengan belajar terbuka dan jarak jauh (on line). Sedangkan pembelajaran berbasis ICT dapat dilaksanakan secara langsung (syncronous learning) dan tidak langsung (asyncronous Learning). Hal ini tergantung dengan kondisi teknologi dan jaringan yang tersedia. Standarisasi dalam pemanfaatan ICT dalam pendidikan sangat penting untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan.

Saran.

Saran yang dapat dikemukakan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan berbasis ICT sebagai berikut :

Pemanfaatan ICT dalam pendidikan baik di sekolah atau perguruan tinggi menjadi hal mutlak mengingat kondisi permasalahan pendidikan yang makin kompleks. Pendidikan berbasis ICT hanya akan berhasil apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis dan terintegrasi.Perencanaan dalam pemanfaatan ICT dalam pendidikan yang integratif meliputi kebijakan, standarisasi mutu, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur SDM pendidikan menjadi penting untuk ditata dan dikelola dengan efektif dan efisien.Penyelenggaraan pendidikan berbasis ICT melalui pendidikan terbuka dan jarak jauh (e-Learning), membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk mengalokasikan anggaran dan investasi pendidikan yang memadai.Standarisasi mutu penyelenggaran pendidikan berbasis ICT perlu ditindaklanjuti dengan standarisasi konten untuk menjamin kualitas, aksesibilitas dan akuntabilitas program pendidikan berbasis ICT.

DAFTAR PUSTAKA

,Undang-undang Replublik Indonesia Nomor 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional., Jakarta: Dharma Bhakti, 2003.Ade Koesnandar, TIK untuk Pembelajaran. Jakarta : Pustekom Depdiknas, 2007.Adie E. Yusuf, Pemanfaatan ICT Dalam Pendidikan : Kebijakan Dan Standarisasi Mutu, teknologikinerja.wordpress.com.Asep Zaenal Rahmat, Strategi pembelajaran berbasis TIK, Jakarta : Pustekom Depdiknas, 2008.Dr. H. Adie E. Yusuf, M.AIsjoni, ICT Untuk Sekolah Unggul, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008.Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung : Raja Grafindo, 2000.Puji Raharjo. Pemanfaatan Internet Dalam Pembelajaran, Jakarta: Pustekom Depdiknas, 2008.www.Romi Satria Wahono. IlmuKomputer.Comwww.teknologi.kompasiana.comwww.wikipedia.com