tugas fispas
TRANSCRIPT
RINGKASAN
Nanas merupakan buah tropis non-klimaterik. Di pasaran, sekarang sudah terdapat produk pengolahan minimal buah sperti fresh-cut nanas. Akan tetapi, produk tersebut bersifat tidak tahan lama. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyimpanan pada suhu dingin dan modifikasi konsentrasi O2 dan konsentrasi CO2 dalam atmosfir terkendali. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penyimpanan pada suhu dingin, atmosfir kendali yang meliputi controlled atmosphere storage, modified atmosphere storage dan modified atmosphere packaging.
Buah nanas yang digunakan jenis ‘Premium Select’ dan ‘SC3620’.Temperature merupakan factor utama yang mempengaruhi masa simpan fresh-cut nanas dengan jarak dari 4 hari pada 10˚C sampai lebih dari 14 hari pada 2,2 ˚C dan 0˚C. Akhir hidup dari buah nanas potong adalah dengan tanda bertambahnya produksi CO2 yang diikuti dengan peningkatan produksi etilen. Dampak yang paling utama dari pengurangan konsentrasi O2 sekitar 8 kPa memberikan warna kuning dari daging buah nanas lebih baik yang tercermin dari nilai kromanya yang tinggi. Sedangkan pada konsentrasi CO2 sekitar 10 kPa mengurangi efek pencoklatan (tinggi pada nilai L).
Buah nanas ‘Premium Select’ memiliki kelebihan-kelebihan dari pada buah nanas ‘SC3620’. ‘Premium select’ memiliki suatu padatan terlarut, kadar keasaman dan pH yang lebih tinggi dibanding ‘SC3620’. Kemudian dari segi kandungan β-karoten, asam askorbat, warna daging buah nanas ‘Premium Select’ lebih intensif dan terang kuningnya dibanding ‘SC3620’.
Pengemasan dengan udara terkendali pada fresh-cut nanas pada temperature 5˚C atau lebih rendah dari itu dapat bertahan di atas 14 hari tanpa terjadi perubahan yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi parameter kualitas.
1
I. PENDAHULUAN
Nanas mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor.
Buah ini disukai karena memiliki cita rasa yang khas baik untuk dimakan segar
sebagai pencuci mulut maupun untuk olahan. Namun dalam keadaan segar buah
nanas tidak tahan lama, hanya tahan 7 hari pada kondisi kamar (suhu 28-30˚ C).
Sifat buah yang demikian akan menjadikan kendala dalam penyediaan buah untuk
dikonsumsi segar atau penyimpanan untuk stok pengolahan selanjutnya. Hal ini
karena pada umumnya produk hortikultura merupakan struktur hidup yang masih
mengalami perubahan komiawi dan biokimiawi yang disebabkan oleh aktivitas
metabolisme (Apandi, 1984).
Perubahan-perubahan tersebut dapat memberikan keuntungan dan dapat
merugikan apabila tidak dapat dikendalikan. Untuk mengurangi tingkat kerusakan
buah selama pemeraman, pengangkutan, dan penyimpanan, maka dapat dilakukan
dengan pengaturan atmosfir disekeliling produk dan dapat dikombinasikan dengan
penyimpanan suhu rendah.
Di pasaran umumnya buah nanas belum banyak dikemas dalam wadah,
terkecuali hanya dihamparkan begitu saja. Dengan adanya kemasan yang baik,
diharapkan buah dapat sampai di tangan konsumen dalam keadaan segar. Buah-
buahan terolah minimal seperti buah potong sulit dalam penanganannya karena
2
mengandung gula yang cukup tinggi dan sifatnya yang mudah rusak (perishable).
Nanas adalah buah tropis non-climateric yang menunjukkan respirasi dan
produksi etilen yang rendah. Produk fresh-cut nanas banyak ditemukan di dalam
supermarket dan industri pangan. Akan tetapi sedikit studi yang telah diterbitkan
mengenai kondisi yang optimal untuk mempertahankan mutu produk ini. Jurnal
dalam O’Connor Shaw et al (1994) melaporkan potongan dadu nanas yang
disimpan di dalam polypropylene container pada 4˚C masih tetap bertahan dalam
jangka waktu 7 hari, tetapi setelah 11 hari menunjukkan warna coklat memudar
dan setelah 14 hari off-odors dan pengurangan nyata. Sedangkan umur untuk
nanas dalam bentuk yang sudah dipotong dapat dilaporkan sangat bergantung
pada temperature. Pada suhu 20˚C dapat bertahan beberapa jam dan pada suhu
0˚C dapat bertahan di atas 2 minggu. Untuk itu diperlukan penyimpanan dengan
temperature dan kondisi yang tepat dapat mempertahankan mutu dan
memperpanjang masa simpan.
Memperpanjang umur simpan produk fresh-cut nanas dalam temperature
yang sangat rendah itu sangat berlawanan dengan sifat nanas yang peka terhadap
suhu yang dapat mengakibatkan kerusakan pada suhu rendah (chilling injury).
Chilling injury dapat terjadi apabila buah disimpan dalam suhu di bawah 10˚C
dalam waktu yang lama.
Penelitian ini menggunakan buah nanas Smooth Cayenne selection no
3620 (‘SC3620’) cultivar. Buah diterima dari Hawaii lewat udara dan disimpan
dalam 10˚C sampai diproses. Penelitian ini juga menggunakan buah nanas
‘Premium Select’ dari Costa Rica. Buah dengan warna kulit menunjukkan tingkat
3
kematangan no.2 dan no.3 yaitu antara 25% dan 50% berwarna kuning, dikupas
dan daging buah nanas tersebut dipotong 1 cm tebalnya sekitar 8 g masing-
masing. Kemudian dicelupkan pada 100μLL-1 larutan sodium hipoklorit dalam
waktu dua jam. Untuk beberapa eksperimen, buah nanas dikupas dan dipotong
sampai ke inti jaringan tisu dengan cara yang sama ke dalam potongan dan
dilakukan dengan hipoklorit
Tahap selanjutnya untuk eksperimen udara terkendali (Controlled
atmosphere). 1 L gelas atau jars berisi 300 g buah nanas potong, secara terus
menerus dialirkan udara dilembabkan atau dengan memasang gas campuran
apabila diinginkan. Laju alir diatur sehingga konsentrasi CO2 tidak melebihi 0,2%
di dalam kendali udara yang dilembabkan.
Untuk modified atmosphere eksperimen, 500 mL Oriented Polystryrene
(OPS) cups, berisi 150 g daging buah nanas dari jenis ‘Premium Select” cultivar,
dipanaskan dalam keadaan rapat dilapisi dengan Mylar ® plastic film. Dalam
semua perlakuan, container ditempatkan di dalam ruangan dengan temperature
yang terkendali untuk jangka waktu penyimpanan.
Tahap ketiga yaitu analisis gas. Sample gas diambil dari tabung saluran
gelas atau container modified atmosphere (MA) yang menggunakan suatu
inframerah penganalisis gas (Horiba Instruments Co., Irvine, CA, USA).
Konsentrasi etilen ditentukan dengan kromatogarfi gas Carle model 211 (Carle
Instruments Co., Anaheim, CA, USA) yang dilengkapi dengan suatu alumina
kolom dan detector ionisasi nyala. Semua produksi gas dihitung pada 101 kPa dan
20˚C.
4
Tahap selanjutnya evaluasi kualitas. Sebelum penilaian, buah nanas
potong dipindahkan dari ruang pendinginan dan diperbolehkan dihangatkan dalam
ruangan bertemperatur dalam udara sekitar 3-4 jam. Apabila terdeteksi off-odors
dalam gelas maka dilakukan perulangan buah nanas potong. Evaluasi kualitas dari
buah nanas potong mencakup penentuan warna (L, warna dan kroma) dengan
penggunaa Minolta Chromameter (Model CR-200, Minolta, Ramsey, NJ, AS) dan
tekstur dengan menggunakan alat untuk mengetes ketegaran buah dari Universitas
California dengan 3 mm panjangnya(Western Industrial Supply Co., CA, USA).
Total padatan terlarut dengan Refractometer Abbe (American Optical, Buffalo,
NY), pH dan kadar keasaman titrable dengan suatu pH meter dan titrator otomatis
(Radiometer, Copenhagen, Denmark) seperti halnya suatu ukuran mutu subyek
secara visual (dari no.1 sampai no.7) tingkat kematangan nanas. Analisis asam
askorbat dan karetonoid juga dilakukan dengan menggunakan HPLC.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan temperature yang optimal untuk
menjaga kualitas fresh-cut nanas atau buah nanas potong dan untuk menyelediki
pengaruh modifikasi atmosfer pada mempertahankan mutu produk tersebut.
Selain itu untuk mengukur pantas tidaknya nanas kultivar baru untuk pengolahan
minimal.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Nanas
Klasifikasi ilmiah
Nanas, nenas, atau ananas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis
tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini
termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan
(habitus) tumbuhannya rendah, herba (menahun) dengan 30 atau lebih daun yang
panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset mengelilingi batang yang
tebal. Buahnya dalam bahasa Inggris disebut sebagai pineapple karena bentuknya
yang seperti pohon pinus. Nama 'nanas' berasal dari sebutan orang Tupi untuk
buah ini: anana, yang bermakna "buah yang sangat baik"
(http://id.wikipedia.org/wiki/Nanas)
Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Familia: Bromeliaceae
Genus: Ananas
Spesies: A. comosus
6
Nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun.
Herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm, terdapat tunas merayap pada
bagian pangkalnya. Daun berkumpul dalam roset akar dan pada bagian
pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun bentuk pedang, tebal, liat,
panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm, ujung lancip menyerupai duri, tepi berduri
tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau atau
hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat rapat,
letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya buah buni majemuk, bulat
panjang, berdaging, berwarna hijau, jika masak warnanya menjadi kuning. Buah
nanas rasanya enak, asam sampai manis. Bijinya kecil, seringkali tidak jadi.
Buahnya selain di makan secara langsung, bisa juga diawetkan dengan cara
direbus dan diberi gula, dibuat selai, atau dibuat sirop. Buah nanas juga dapat
digunakan untuk memberi citarasa asam manis, sekaligus sebagai pengempuk
daging. Daunnya yang berserat dapat dibuat benang ataupun tall. Tanaman buah
nanas dapat diperbanyak dengan mahkota, tunas batang, atau tunas ketiak
daunnya.
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4
jenis golongan nanas, yaitu :
1. Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar),
2. Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut),
3. Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar,
buah bulat dengan mata datar)
7
4. Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti
piramida).
Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan
Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat,
Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di
Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul
adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang (http://www.ristek.go.id)
Kandungan gizi buah Nanas Segar (100 gram bahan)
(http://agribisnis.deptan.go.id/web/pustaka/teknologi%20proses/Buletin%20Teknopro%20-%20nanas%20(7)%20.doc)
No
.
Kandungan gizi Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Fosfor
Zat Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Air
Bagian dapat dimakan
52,00 kal
0,40 g
0,20 g
16,00 g
11,00 mg
0,30 mg
130,00 SI
0,08 mg
24,00 mg
85,30 g
53,00 %
8
Nanas akan mengalami perubahan selama pendewasaan dan pematangan.
Dalam keadaan belum masak, mata berwarna kelabu atau hijau muda, dan daun-
daun pelindung yang menutupi separuh mata itu berwarna kelabu atau hamper
putih, yang memberi kenampakan warna abu-abu kepada buah. Dengan masaknya
buah, ruang di antara mata-mata terisi dan warnanya lambat laun berubah dari
hijau muda menjadi hijau tua. Saat buah matang, mata berubah dari runcing
menjadi datar dengan sedikit lekukan di pusatnya; buah menjadi lebih besar, tidak
sekeras seperti semula dan lebih berbau (Pantastico,1984)
Warna pada mata dan kulit buah berikut ini umum digunakan untuk
menentukan berbagai tingkat kematangan buah nanas:
No. 0 : semua mata berwarna hijau tanpa ada warna kuning
No. 1 : tidak lebih dari 20 persen mata berwarna kuning
No. 2 : tidak kurang dari 20 persen tetapi tidak lebih dari 40 persen mata
mempunyai bercak kuning.
No. 3 : tidak kurang dari 55 persen tetapi tidak lebih dari 65 persen mata-nya
berwarna kuning.
No. 4 : tidak kurang dari 65 persen tetapi tidak lebih dari 90 persen mata-nya
berwarna kuning penuh.
No. 5 : tidak kurang dari 90 persen mata-nya berwarna kuning penuh, tetapi
tidak lebih dari 20 persen berwana orange kemerahan
No. 6 : 20 – 100 persen mata-nya berwarna coklat kemerahan.
No. 7 : kulit berwarna coklat kemerahan dan memperlihatkan tanda kerusakan.
9
Selain berdasarkan warna, indeks panen nanas juga ditentukan
berdasarkan kadar padatan terlarut, kadar aam dan rasio antara kadar padatan dan
asam serta berat jenisnya (Deddy Muchtadi,1992).
2. Penyimpanan
Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran segar memperpanjang daya
gunanya dan dalam keadaan tertentu memperbaiki mutunya, selain dari itu juga
menghindarkan banjirnya produk kepasar , memberi kesempatan yang luas untuk
memilih buah-buahan sepanjang tahun, membantu pemasaran yang teratur,
meningkatkan keuntungan produsen dan mempertahankan mutu produk.
Umur simpan dapat diperpanjang dengan pengendalian suhu atau
pendinginan, karena sampai sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara
yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan segar.
(Pantastico,1993)
Nanas termasuk buah non klimaterik yang mempunyai produksi karbon
dioksida yang terus menurun secara perlahan sampai pada saat “senescene”.
Dalam buah-buahan non-klimaterik, dengan adanya etilen, respirasi dapat
dirangsang setiap saat pada saat kehidupan buah yang telah dipanen. Suatu
peningkatan kecepatan respirasi akan segera terjadi setelah etilen digunakan.
Nanas peka terhadap kerusakan dingin dan tidak tahan lama disimpan.
Umur simpan pada penyimpanan dingin umumnya sekitar 2-4 minggu. Kerusakan
pada nanas ditandai dengan warna yang kusam, timbulnya cairan yang berlebihan
10
pada daging buah, warna hitam pada hatinya (core) dan mudah busuk sesudah
dikeluarkan dari tempat penyimpanan (terutama busuk hitam).
Sayuran dan buah-buahan tertentu dapat mengalami kerusakan pada suhu
rendah (0 - 10˚C). Pada suhu tersebut sayuran dan buah- buahan tertentu tidak
dapat melakukan proses metabolisme secara normal. Biasanya komoditi yang
disimpan kelihatan bagus jika baru dikeluarkan dari suhu dingin, tetapi setelah
dibiarkan beberapa waktu pada keadaan yang lebih hangat (di luar) mulai timbul
beberapa kelainan misalnya ada lekukan, cacat, bercak-bercak kecoklatan pada
permukaan, penyimpangan warna di bagian dalam, atau gagal matang (Deddy
Muchtadi,1992).
Buah yang dipanen pada tingkat setengah matang dapat disimpan pada
suhu 7-13˚C selama 2 minggu. Buah yang telah matang sebaiknya disimpan pada
suhu sekitar 7˚C. Buah nanas dapat mengalami kerusakan dingin pada suhu lebih
rendah dari 7˚C (Deddy Muchtadi,1992).
Upaya untuk memperpanjang masa simpan menjadi tidak berarti bila
penyimpanan dilakukan tanpa pendinginan. Penyimpanan pada suhu rendah dapat
menekan aktivitas respirasi dan metabolisme, menekan kehilangan air dan
pelayuan, perubahan warna dan tekstur, menunda proses pelunakan dan
pembusukan, serta mencegah kerusakan aktivitas mikroba. Suhu penyimpanan
optimum untuk masing-masing buah adalah berbeda.
Penyimpanan buah nanas pada buah nanas pada suhu 4,4˚C dapat
mengakibatkan warna buah agak memudar, daun mahkota banyak yang lepas dan
buah mudah mengalami kerusakan fisik setelah dikeluarkan dari penyimpanan
11
(bercak hitam dan busuk coklat). Penyimpanan di atas 10˚C mengakibatkan aroma
dan rasa buah berkembang baik, walau sering terjadi kelayuan( jurnal dalam
Smith,1982).
Tujuan penyimpanan suhu dingin (cool storage) adalah untuk mencegah
kerusakan tanpa mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang tidak
diinginkan sehingga mempertahankan komoditas dalam kondisi yang dapat
diterima oleh konsumen selama mungkin. Pendinginan pada suhu di bawah 10˚C
kecuali waktu yang sangat singkat tidak mempunyai pengaruh yang
menguntungkan bila komoditas itu peka terhadap cacat suhu rendah (chilling
injury) (Winarno, 1990).
Tingkat suhu dan fluktuasi suhu sangat mempengaruhi mutu produk,
sesuai kaidah Arhaenius yaitu setiap kenaikan suhu sebesar 10OC terjadi kenaikan
kecepatan reaksi sebanyak dua kali. Pengaruh suhu dapat dihindari dengan
memberi isolator (penghambat panas) pada kemasan. (Syarif dkk, 1989)
Proses respirasi, pematangan, penuaan, pembusukan, dan gangguan
fisiologis pada beberapa jenis buah – buahan dapat dihambat apabila
penyimpanan dingin disertai dengan penurunan kadar oksigen dan atau
peningkatan kadar gas karbon dioksida dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan
atmosfer terkontrol (Controlled Atmosphere Storage) adalah penyimpanan dingin
dimana kadar oksigen dan gas karbon dioksida dalam ruang penyimpanan diatur
secara hati – hati. (Deddy Muchtadi, 1992).
Atmosfer yang dikendalikan (CA) atau memodifikasi atmosfir (MA) dapat
digunakan untuk memperpanjang masa simpan buah-buahan segar di dalam
12
jumlah maksimum cakupan kelembaban relative dan temperatur. CA atau MA
yang optimal dapat menurunkan respirasi dan produksi etilen, penundaan
pemasakan serta senescene.
Pada MA storage, kondisi atmosfir dimodifikasi oleh wadah yang tertutup.
Kandungan oksigen dikurangi oleh sayuran atau buah-buahan yang disimpan
melalui respirasi. Sedangkan kandungan gas karbon dioksida ditentukan oleh
permeabilitas film (wadah), respirasi, suhu, dan kondisi penutupan wadah. (Deddy
Muchtadi, 1992).
Pada CA storage digunakan kantung plastic polietilen dengan ketebalan
tertentu, dan perbandingan antara berat buah yang disimpan dengan luas
permukaan film yang tertentu pula. Dengan film yang disesuai dan suhu
penyimpanan yang tepat, buah-buahan akan tahan lama disimpan, karena proporsi
oksigen dan karbon dioksida yang berubah dari atmosfir normal. (Deddy
Muchtadi, 1992).
3. Perubahan Fisik dan Kimia Buah Nanas
Selama pematangan, buah melalui suatu seri perubahan dalam hal warna,
kekerasan, cita rasa dan flavor, yang menunjukkan terjadinya sebuah komposisi.
Untuk memperoleh buah dengan mutu yang sesuai dengan dikonsumsi
memerlukan terselesaikannya perubahan fisik dan kimia tersebut. Hal ini hanya
akan diperoleh apabila buah dipanen pada umur yang cukup. Buah yang dipanen
pada waktu masih muda akan mempunyai mutu yang kurang baik, meskipun
proses pematangan secara penuh telah tercapai. (Deddy Muchtadi, 1992).
13
1) Zat padat dan Asam
Untuk kebanyakan buah berlaku bahwa makin tinggi perbandingan
TZT (total zat terlarut) dengan keasaman, makin baiklah mutu buah
tersebut Namun dalam hal buah nanas, buah-buah yang masih terlalu
muda mempunyai kandungan gula yang kurang dan hanya sedikit asam,
yang mengakibatkan perbandingan TZT dengan asam yang tinggi. Dengan
semakin masaknya buah, TZT bertambah sebagai akibat kenaikan kadar
asam-asam tertitrasi (Pantastico, 1984).
2) Gula
Tingkat-tingkat perkembangan buah berdasarkan perubahan-perubahan
biokimia yang dapat dibedakan yaitu stadium pramasak, masak dan
ranum. Kebanyakan zat-zat yang dikandung misalnya zat pati, gula total,
dan gula-gula non pereduksi, menunjukan kecenderungan berkurang pada
tingkat pramasak. Pada saat buahnya sampai mencapai tingkat awal
kemasakan, kandungan gula totalnya bertambah, gula-gula non pereduksi
berkurang sedangkan kandungan patinya tetap. Dalam fase akhir
pemasakan, sukrosa, dan gula total sedikit banyak tetap.
3) Unsur-unsur Anorganik
Pola penimbunan zat-zat kering pada tingkat pramasak tidak beraturan,
tetapi dipertahankan pada tingkat yang tetap pada fase awal pemasakan
sampai keadaan ranum. Zat N dan K berkurang sedikit demi sedikit dalam
daging buahnya sebelum keadaan pramasak, tetapi kemudian pola
penurunannya menjadi agak tidak teratur. Pada semua tingkat
14
perkembangan tidak dapat kecenderungan yang konsisten mengenai
kandunan P. Konsentrasi Mg dan Fe turun pada awal pertumbuhan buah,
namun sesudah itu konsentrasinya tidak menentu. Pola keadaan
keseluruhan unsur-unsur hara yang tidak beraturan pada perkembangan
buah nenas hanya menunjukan naik turunnya pergeseran mobilasi,
perpindahan tempat (translokasi), dan kegiatan sel-selnya. Perubahan-
perubahan dalam kandungan Mg dan Fe misalnya, mungkin disebabkan
adanya kaitan zat-zat tadi dengan metabolisme sel, pembentukan klorofil,
dan sintesis enzim-enzim.( Lodh dkk, 1972 dalam Pantastico, 1984)
4) Pigmen
Seperti halnya dengan tanaman budidaya lainnya, hilangnya klorofil
kadang-kadang dapat menandakan kemasakan buah nanas. Warna kuning
pada nanas disebabkan adanya pigmen karotenoid. Lodh dkk (1973) dalam
Pantastico menunjukkan bahwa kadar klorofil sedikit berkualitas
berkuarang sampai 135 hari sesudah pembungaan. Sesudah itu hilangnya
klorofil dari kulit berlangsung lebih cepat. Sebaliknya kandungan
karotenoid dalam kulit dan daging buah berkurang sampai permulaan
pemasakan, ketika zat-zat karotenoid dalam kulit sedikit demi sedikit
bertambah dan zat-zat karotenoid dalam buah bartambah lipat empat
sampai buah menjadi ranum. Menguningnya kulit tidak ada hubungannya
dengan kandungan karotenoid.
Menurut Gortner dan Singleton dkk. (1961) dalam Pantastico,
penguningan kulit nanas merupakan proses hilangnya warna hijau dan
15
bukan karena biosintesis karotenoid yang berlebihan. Selama pertumbuhan
dan perkembangan tingkat kandungan antosianin, terutama kalkon, juga
berkurang. Demikian pula halnya dengan kegiatan spesifik bromelin, yang
juga berkurang selama seluruh stadium perkembangan itu.
Oleh karena itu, pola perubahan fisikokimiawi dapat digunakan
sebagai petunjuk waktu panen yang tepat unuk nanas. Pola ini antara lain
mencakup stabilnya berat buah, selanjutnya penurunan kandungan gula
pereduksi, kemudian berhentinya sintesis gula-gula nonpereduksi, dan
kenaikan kandungan karotenoid daging buah secara mendadak. Oleh
karena itu perlu digunakan berbagai tolok ukur biokimiawi untuk
menentukan tingkat-tingkat perkembangan fisiologi selama pemasakan
( Pantastico, 1984).
5) Enzim
Buah nanas mempunyai enzim bromelin yang dapat digunakan untuk
melunakkan daging. Enzim tersebut terdapat pada buah nanas yang masih
muda
16
III. PEMBAHASAN
Tiap jenis buah – buahan mempunyai sifat karakteristik penyimpanan
tersendiri. Sifat – sifatnya selama dalam penyimpanan mungkin dipengaruhi oleh
factor varietas, iklim tempat tumbuh, kondisi tanah dan cara budidaya tanaman,
derajat kematangan dan cara penanganan sebelum disimpan. (Deddy Muchtadi,
1992)
Pada umumnya komoditi buah-buahan dan sayuran mudah mengalami
kerusakan setelah beberapa hari dipanen. Oleh karena itu cara penyimpanan buah
harus dilakukan secara benar sehingga kesegaran tetap bertahan lebih lama.
Dalam penelitian ini, diteliti temperature yang cocok untuk peyimpanan buah
nanas dalam bentuk fresh-cut dan pada konsentrasi yang optimal dalam kondisi
udara terkendali (Controlled atmosphere) dan udara termodifikasi (Modified
atmosphere).
1. Respirasi dan Produksi Etilen
Fig. 1. Respiration and ethylene production rates of whole fruits and piecesof peel, pulp and core tissues of ‘SC3620’ pineapple kept under a continuousflow of humidified air at 10 ◦C. Data presented are the averages of six whole
fruits or three jars of pieces. Vertical lines represent the S.D
17
Pada grafik di atas menunjukkan bahwa respirasi meningkat setelah 1
dan 2 hari dipotong menjadi dua kali lebih tinggi di dalam kulit, daging buah
dan inti potongan. Buah utuh atau keseluruhan menunjukkan suatu pernapasan
atau respirasi intermediet antara kulit dan buah. Lima hari setelah pemotongan
menunjukkan banyaknya produksi CO2 dan tanda-tanda kerusakan akibat
mikrobia.
Produksi etilen selalu lebih tinggi di dalam jaringan tisu dibandingkan
buah utuh, terutama 5 hari setelah cutting. Terjadi peningkatan produksi etilen
yang signifikan setelah dua hari dipotong dan saat yang bersamaan respirasi
tetap berjalan.
Hal tersebut dikarenakan peningkatan timbulnya etilen segera setelah
kerusakan disebabkan tidak semata-mata karena perbaikan ventilasi jaringan
melainkan karena benar-benar peningkatan produksi dari etilen tersebut.
18
2. Pengaruh Temperatur terhadap Respirasi dan Produksi Etilen serta Parameter
Kualitas dari Buah Nanas yang Disimpan dalam Udara yang Terkendali.
Fig. 2. Respiration and ethylene production rates of ‘SC3620’ pineapplepulp pieces kept under a continuous flow of humidified air at 0, 2.2, 5, 7.5or 10 ◦C. Data presented are the averages of three replicates. Vertical lines
represent the S.D.
Temperatur mempunyai pengaruh yang nyata pada dua hal yaitu
tingkat respirasi dan masa hidup buah setelah dipotong. Akhir hidup post-
cutting adalah ditandai dengan suatu peningkatan dalam respirasi yang diikuti
juga kerusakan yang disebabkan oleh mikrobia. Hal tersebut dicapai setelah 4
hari pada 10˚C, 8 hari pada 7,5˚C, 12 hari pada 5˚C dan lebih dari 15 hari pada
2,2˚C dan 0˚C.
Luka yang terdapat pada buah dapat menyebabkan suatu peningkatan
permanen produksi etilen pada 10˚C dan yang temporer pada 7,5˚C. Pada
temperatur ini, seperti halnya pada 5˚C, produksi etilen meningkat dengan
signifikan. Pada 0˚C dan 2,2˚C, tidak terdeteksi adanya produksi etilen.
19
Fig. 3. Changes during storage in luminosity (L), hue angle and chroma of‘SC3620’ pineapple pulp pieces kept under a continuous flow of humidified
air at 0, 2.2, 5, 7.5 or 10 ◦C. Data presented are the averages of threereplicates. Vertical lines represent the S.D.
Dari waktu ke waktu terdapat kecenderungan ke arah nilai penyusutan
tentang terang (luminosity), kroma dan warna tetapi ditemperatur yang lebih
rendah (0˚C dan 2,2˚C). Sedangkan volume sari buah dari buah nanas
menigkat secara linier dengan waktu, tetapi temperature tidak memberikan
tidak memberikan pengaruh. Tidak ada perbedaan dengan secara keseluruhan
padat terlarut, kadar keasaman atau tekstur dari perbedaan temperature.
20
Fig. 4. Volume of juice leaked per kilogram of ‘SC3620’ pineapple pulppieces kept under a continuous flow of humidified air at 0, 2.2, 5, 7.5 or10 ◦C. Data presented are the averages of three replicates. Vertical lines
represent the S.D.
3. Pengaruh Atmosfer yang Dimodifikasi
Mengurangi konsentrasi O2 dan meningkatkan konsentrasi CO2
merupakan hal yang dapat menunda kerusakan yang disebabkan oleh
mikrobia.
Fig. 5. Respiration rates of ‘SC3620’ pineapple pulp pieces kept under acontinuous flow of humidified air or 2, 5 and 8 kPa O2 (balance N2) at 5 ◦C.Data presented are the averages of three replicates. Vertical lines represent
the S.D.
konsentrasi CO2 ditingkatkan 10% dikombinasikan dengan konsentrasi
O2 yang lebih rendah yaitu 8% mendorong nilai luminosity (L) lebih tinggi
dan kadar keasaman daging buah nanas. Sedangkan knsentrasi O2 dikurangi
21
dengan tanpa CO2 ditingkatkan, meningkatkan ingatan warna, yang diukur
dari nilai kroma, yang dibandingkan dengan buah yang tidak disimpan dalam
udara terkendali selama 15 hari pada temperature 5˚C.
Konsentrasi oksigen yang optimum untuk buah nanas adalah 2%.
Dengan sistem penyimpanan atmosfir terkontrol ini perubahan warna kulit
buah dapa dicegah. Akan tetapi kehilangan berat dan kebusukan dapat terjadi
(Deddy Muchtadi, 1992).
Fig. 6. Acidity (as percentage of citric acid), luminosity (L) and chromaof ‘SC3620’ pineapple pulp pieces that had been kept for 15 days under acontinuous flow of humidified air or 2, 5 and 8 kPa O2 (balance N2) with
or without 10 kPa CO2. Data presented are the averages of three replicates.Vertical lines represent the S.D.
Dalam grafik di atas tidak terdapat perubahan yang sangat signifikan
dalam padatan terlarut, pH, nilai warna.
22
23
4. Perbandingan nanas ‘Premium Select’ dan ‘SC3620’ dalam Pengolahan
Minimal
Kultivar ‘Premium Select’ memiliki suatu padatan terlarut, kadar
keasaman dan pH yang lebih tinggi dibanding ‘SC3620’. Kandungan dari β-
karoten dan asam askorbat dari kultivar ‘Premium Select’ lebih tinggi dua dan
tiga kali berturut-turut dibandingkan ‘SC3620’. Warna daging buah nanas
‘Premium Select’ lebih intensif dan terang kuningnya dibanding ‘SC3620’
akan tetapi jenis ‘SC3620’ lebih tinggi dari segi nilai kromanya. Respirasi dan
produksi etilen dari daging buah nanas pada suhu 10˚C di bawah udara
terkendali lebih tinggi dari pada ‘Premium Select’.
25
Fig. 7. Change in chroma of ‘SC3620’ and ‘Premium Select’ pineapple pulppieces kept for 14 days under a continuous flow of humidified air at 5 ◦C.Data presented are the averages of three replicates. Vertical lines represent
the S.D.
Ketika daging buah nanas dari dua kultivar tersebut disimpan pada
suhu 5˚C di bawah udara terkendali selama 2 minggu, dari jenis ‘Premium
Select’ luminosity lebih baik dari pada ‘SC362’ dari segi warnanya. Kedua
kultivar tersebut menunjukkan suatu perubahan penting dalam padatan
terlarut, pH, kadar keasaman dan ketegaran selama penyimpanan. Sedangkan
dalam kaitannya dengan volume sari buah, jenis ‘Premium Select’ lebih
banyak 3 kali daripada jenis ‘SC3620’.
Fig. 8. Volume of juice leaked from ‘SC3620’ and ‘Premium Select’ pineapplepulp pieces kept under a continuous flow of humidified air at 5 ◦C for
14 days. Data presented are the averages of three replicates. Vertical linesrepresent the S.D.
26
5. Pengemasan dengan Atmosfer Terkendali
Penggunaan dari pengemasan dengan atmosfer yang terkendali
(Modified Atmosfer Packaging) untuk buah nanas ‘Premium Select’ selama 14
hari yang disimpan pada temperatur 0˚C dan 5˚C dengan perubahan yang
tidak dinginkan pada 5˚C, tingkatan CO2 jatuh di bawah 1% dan tingkatan
CO2 mencapai 15% setelah 9 hari di dalam penyimpanan.
Komposisi gas yang optimum menyebabkan produk tidak mati, tetapi
hanya mengalami penurunan metabolisme, tidak mengalami perubahan-
perubahan kimia dan tidak merusak produk. Kondisi atmosfir ini dapat
menekan laju respirasi sehingga masa simpan dapat diperpanjang.
(Foodreview, 2006)
Fig. 9. Changes in O2 and CO2 concentrations inside MA containers of‘Premium Select’ pineapple pulp pieces stored for 14 days at 0 or 5 ◦C. Data
presented are the averages of three replicates. Vertical lines represent theS.D.
Pada 0˚C diambil 12 hari untuk menjangkau keseimbangan tingkat
1,5% O2 dan 11% CO2. Walaupun tingkatan O2 sangat rendah, gelas dibuka
setelah 14 hari pada 5˚C dan terdeteksi off-odor sedikit dan off-flavor. Pada
0˚C tidak menunjukkan bau yang tidak diinginkan. Pengunaan dengan cara
27
lainnya yaitu potongan buah nanas disimpan pada kedua temperatur selama 14
hari dan kedua kultivar tersebut tidak menunjukkan adanya tanda
pembusukan. Selama itu juga tingkatan padat terlarut, kadar keasaman, pH
dan ketegaran dapat diterima.
28
III. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor utama nag
mempengaruhi mutu fresh-cut nanas adaalah temperatur. Masa hidup post-
cutting nanas bervariasi dari 4 hari pada 10˚C sampai di atas 2 minggu pada
temperatur 0˚C. masa simpan fresh-cut nanas dapat diperpanjang apabila
temeperatur diatur dengan baik dan luka-luka yang terjadi pada buah nanas
untuh masih dalam keadaan minimal. Temperatur sangat mempengaruhi
peningkatan produksi etilen yang terlihat pada grafik. Kekontinyuitas
penyimpanan dapat mempengaruhi off-flavor dan off-odor serta kerusakan
yang disebabkan mikrobia.
Tidak terdeteksi adanya gejala kerusakan pada suhu rendah pada buah
nanas ketika pada 0˚C selama 2 minggu. Hal ini berkaitan dengan jangka
waktu yang pendek antara pendingin dan evaluasi kualitas sekitar 3 jam.
Apabila buah nanas dipindahkan ke ruangan non-chilling injury maka produk
fresh-cut nanas harus dikonsumsi tidak lama sesudah dipindahkan dari mesin
pendingin.
Tingkatan CO2 dan O2 dikurangi sehubungan dengan CA dan juga
untuk mengurangi timbulnya warna coklat internal. Pengurangan konsentrasi
O2 8% dapat meningkatkan penampilan akhir produk fresh-cut nanas yang
terlihat dari nilai kromanya yang lebih tinggi. Meningkatkan konsentrasi CO2
dapat meningkatkan luminosity atau terangnya buah tersebut. Hal tersebut juga
29
dapat menurunkan aktivitas enzim yang dapat memberi efek warna coklat
seperti polyphenol oxidase juga dapat menunda pertumbuhan pertumbuhan
mikrobia.
Buah nanas ‘Premium Select’ memiliki kelebihan-kelebihan dari pada
buah nanas ‘SC3620’. ‘Premium select’ memiliki suatu padatan terlarut, kadar
keasaman dan pH yang lebih tinggi dibanding ‘SC3620’. Kemudian dari segi
kandungan β-karoten, asam askorbat, warna daging buah nanas ‘Premium
Select’ lebih intensif dan terang kuningnya dibanding ‘SC3620’.
Pengemasan dengan udara terkendali pada fresh-cut nanas pada
temperature 5˚C atau lebih rendah dari itu dapat bertahan di atas 14 hari tanpa
terjadi perubahan yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi parameter
kualitas
2. Saran
Dari kesimpulan di atas, dapat dilihat bahwa temperatur sangat penting
dalam penyimpanan mutu fresh-cut nanas. Maka dari itu alangkah baiknya
hal tersebut dengan seksama serta adanya teknologi modified atmosphere dan
controlled atmosphere dapat mempertahankan masa simpan produk fresh-cut
nanas.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Nanas dalam www.wikipedia.com diakses 23 April 2008
_______, 2004. Buletin Teknopro Hortikultura dalam http://agribisnis.deptan.go.id/web/. Diakses 6 April 2008.
______, 2000. TTP Budidaya Pertanian dalam http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/nenas.pdf. Diakses 6 April 2008.
Apandi, Muchidin. 1984. Teknologi Buah Dan Sayur. Alumni, Bandung.
Hasbullah, Rokhani. 2006. Teknologi Pengolahan Minimal dalam Foodreview edisi Nopember 2006 Vol.1 No.10
Kader, A.A, 2003. A Summary of CA Requirements and Recommendations for Fruits other than Apples and Pears dalam www.postharvest.ucdavis.edu. Diakses 23 Maret 2008.
Marrero, Antonio dan Adel A. Kader. 2005. Optimal Temperatur and Modified Atmosphere for Keeping Quality of Fresh-Cut Pineapples dalam www.elsevier.com/locate/postharvbio. Diakses 23 Maret 2008.
Muchtadi, Deddy. 1992 Fisiologi Pasca Panen Sanyuran dan Buah-Buahan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pantastico. 1997. Fisiologi Pacsa Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan Tropika Dan Subtropika. UGM Press. Yogyakarta
Winarno, F.G., 1990. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
31