tugas ergonomi sistem informasi jadi

25
TUGAS KELOMPOK KONDISI INFORMASI DALAM ERGONOMI Nama Kelompok : Servasius Vivaldo Paput 13120706 Cahya Septia Sardiawan 13120706026 I Nyoman Suardana Putra 13120706033 I Putu Eri Juniarta 13120706035 Diserahkan Kepada : Dosen : Antonius Tri Wahyudi, S.pd,. M.Erg PRODI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: cahya-septia

Post on 26-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Tugas Ergonomi Sistem Informasi Jadi

TRANSCRIPT

TUGAS KELOMPOK

KONDISI INFORMASI DALAM ERGONOMI

Nama Kelompok :

Servasius Vivaldo Paput13120706

Cahya Septia Sardiawan13120706026

I Nyoman Suardana Putra13120706033

I Putu Eri Juniarta13120706035

Diserahkan Kepada :

Dosen : Antonius Tri Wahyudi, S.pd,. M.Erg

PRODI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS DHYANA PURA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari keterkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya. Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan yang dilakukan dalam proses kerja. Penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses kerja disebabkan oleh kesalahan dalam perancangan atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis pekerja dan lingkungannya. Dengan kata lain ergonomika mempelajari interaksi antara manusia dengan obyek yang digunakannya dan dengan lingkungan tempatnya bekerja.

Apa yang dilakukan manusia dalam menghadapi pekerjaannya banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. kondisi lingkungan memberi beban tersendiri pada manusia dalam melakukan pekerjaannya. Manusia harus melakukan usaha-usaha pengaturan agar ia merasa nyaman dalam melakukan tugasnya salah satunya dengan memanfaatkan teknologi.

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul dan tidak berhati hati dalam memahami informasi dari peralatan tersebut.

1. 2. Rumusan Masalah

a. Apa itu ilmu ergonomi?

b. Bagaimana Kondisi Informasi dalam Ergonomi ?

c. Bagaimana hubungan kondisi Informasi dengan sistem manusia mesin dalam ergonomi ?

1. 3. Tujuan

a. untuk mengetahui apa itu ilmu ergonomi

b. untuk mengetahui tentang kondisi informasi dalam ergonomi

c. untuk mengetahui hubungan antara kondisi informasi dengan sistem manusia mesin dalam ergonomi

1. 4. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai kondisi Informasi dalam ilmu ergonomi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Kerekayasaan atau Ergonomi

Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaituErgos(kerja) danNomos(hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,engineering, manajemen dan perancangan atau desain. Ergonomi secara khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerja yang berupa perangkat keras atau hardware(mesin, peralatan kerja) dan perangkat lunak atausoftware(metode kerja, sistem).

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari keterkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya. Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan yang dilakukan dalam proses kerja. Penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses kerja disebabkan oleh kesalahan dalam perancangan atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis pekerja dan lingkungannya. Dengan kata lain ergonomi mempelajari interaksi antara manusia dengan obyek yang digunakannya dan dengan lingkungan tempatnya bekerja.

Ergonomi dikenal juga dengan istilah Psikologi Kerekayasaan, kerekayasaan faktor manusia, kerekayasaan manusia, biomekanika, psikoteknologi, psikologi eksperimen terapan.

Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Metodenya dengan menganalisis hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat dan tujuan ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian Egonomi berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat kronis dan fatal.

Ada delapan bidang yang menjadi garapan ergonomi, yaitu:

1. masalah kekuatan/kontraksi otot; manusia bekerja tidak lain terdiri dari proses memanjang dan memendeknya otot-otot tubuh. Proses itu menjadi salah satu kajian ergonomi. Semakin pendek otot itu dikerutkan akan semakin besar daya kerjanya. Dengan demikian tujuannya adalah agar pemanfaatan tenaga otot dapat diwujudkan secara maksimal dan efisien.

2. Kebutuhan energi; setiap otot memanjang atau memendek akan membutuhkan energi; energi berasal darisimpanan energi dalam tubuh. Simpanan energi tersebut berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya. Manusia bekerja dengan tugas berat akan membutuhkan energi lebih besar dibandingkan dengan bekerja dengan tugas ringan. Laki-laki untuk pekerjaan yang sama memerlukan energi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Untuk itu pemberian makanan harus sesuai dengan besarnya pengeluaran kalori saat bekerja. Tanpa memperhatikan keseimbangan kalori itu maka akan terjadi masalah kelebihan berat atau kekurangan berat.

3. Kondisi lingkungan; aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi kerja manusia. Lingkungan yang tidak kondusif untuk bekerja akan memberikan beban tambahan bagi tubuh; pada hal tubuh sedang melaksanakan beban utama yaitu tugas yang sedang dilaksanakan. Demikian juga lingkungan dingin, kelembaban relatif, penipisan kadar oksigen, adanya zat pencemar dalam udara semuanya akan mempengaruhi penampilan kerja manusia. Itulah yang menjadi fokus kajian ergonomi. Penerangan tempat kerja, adanya kebisingan, lingkungan kimia, biologi dan lingkungan sosial di tempat kerja berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas kerja.

4. Kondisi informasi; kompleknya dunia kerja mengharuskan manusia pekerja menguasai pekerjaannya secara efisien. Dalam hubungan itulah maka sistem informasi dunia kerja harus dapat ditampilkan dalam layar atau sudut pandang manusia pekerja. Misalnya manusia dengan memakai peralatan mesin, maka mesin yang berputar dapat diwujudkan dalam bentuk layar pandang manusianya. Maka dikenallah sistem display. Contohnya tanda mesin hidup bisa dengan tanda tombol yang ditekan atau tombol yang diangkat ke atas. Sebaliknya untuk mematikan mesin. Menekan kembali tombol atau membuat arah terbalik dari proses menghidupkan tadi. Hal ini diperlukan terutama bila jenis pekejaan yang dilakukan melebihi kapasitas dan kemampuan manusia pekerjanya.

5. Kondisi waktu; lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan berlebihan. Berapa jam per minggu seorang tenaga kerja harus bekerja. Kaitan jam kerja dengan jam istirahat, untuk 8 jam kerja sehari. Demikian pula hubungan antara berat ringanya pekerjaan sangat menentukan lama jam kerja. Dalam dunia kerja dikenal kerja bergilir.Adadengan sistem bergilir dua giliran siang dan malam dengan jam kerja 12 jam; atau tiga giliran kerja pagi, sore dan malam.

6. Kondisi sosial; termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan problema kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai bekerja.

7. Sikap kerja; sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera otototot. Dalam sikap yang tidak alamiah tersebut akan banyak terjadi gerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain dan cedera otot-otot.

8. Interaksi manusia-mesin/peralatan kerja; tujuannya untuk menentukan keserasian antara manusia dengan mesin/peralatan kerjanya. Bagaimana manusia dapat mengontrol mesin-mesin melalui display dan control. Ketidakserasian antara kedua faktor tersebut akan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan tubuh.

B. Kondisi Informasi Dalam Ergonomi

Salah satu bidang yang menjadi perhatian utama ergonomi adalah kondisi informasi. Kondisi informasi dapat menjadi penghubung antara manusia dan mesin. Kompleknya dunia kerja mengharuskan manusia pekerja menguasai pekerjaannya secara efisien. Dalam hubungan itulah maka sistem informasi dunia kerja harus dapat ditampilkan dalam layar atau sudut pandang manusia pekerja. Misalnya manusia dengan memakai peralatan mesin, maka mesin yang berputar dapat diwujudkan dalam bentuk layar pandang manusianya. Maka dikenalah sistem display. Contohnya tanda mesin hidup bisa dengan tanda tombol yang ditekan atau tombol yang diangkat ke atas. Sebaliknya untuk mematikan mesin. Menekan kembali tombol atau membuat arah terbalik dari proses menghidupkan tadi. Hal ini diperlukan terutama bila jenis pekejaan yang dilakukan melebihi kapasitas dan kemampuan manusia pekerjanya.

Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Informasi informasi yang dibutuhkan sebelum membuat display, diantaranya :

1. Tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi.

2. Rentang total dari variabel mengenai informasi mana yang akan ditampilkan

3. Ketepatan dan Sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi

4. Kecepatan total dari variabel yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi

5. Minimasi kesalahan dalam pembacaan display

6. Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display

7. Lingkungan dimana display tersebut digunakan.

Display berfungsi sebagai Sistem Komunikasi yang menghubungkan fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia, contoh dari display diantaranya adalah jarum speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan bisa langsung diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer merupakan contoh display tak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarum speedometer sebagai pemberi informasi.

Ada 3 kriteria dasar dalam pembuatan display yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Pendeteksian

Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau fungsinya. Untuk visual display harus dapat dibaca, contohnya : petunjuk umum penggunaan roda setir pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar, contohnya: bel rumah

2. Pengenalan

Setelah display di deteksi, pesan dari display tersebut harus bisa dibaca atau didengar.

3. Pemahaman

Dalam pembuatan display tidaklah cukup apabila hanya memenuhi 2 kriteria diatas, display harus dapat dipahami sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan. Menurut Barrier pemahaman dapat dibagi menjadi 2 level :

a) Kata-kata atau symbol yang digunakan dealam display mungkin terlalu sulit untuk dipahami oleh pengguna/pekerja, contohnya ; VELOCITY dan COOLANT mungkin kurang cepat dipahami daripada SPEED dan WATER.

b) Pemahaman mungkin menjadi lebih sulit apabila pengguna memiliki kesulitan dalam memahami kata-kata dasar.

Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya, maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. menurut Sutalaksana ( 1996 ), display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu sesuai dengan tulisan atau gambar yang dimaksud, dalam display atau sejenis poster.

Ciri ciri display dan poster yang baik adalah :

a. Dapat menyampaikan pesan.

b. Bentuk / gambar menarik dan menggambarkan kejadian.

c. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.

d. Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat / dibaca.

e. Menggunakan kalimat-kalimat pendek.

f. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.

g. Realistis sesuai dengan permasalahan.

h. Tidak membosankan.

Ukuran poster bervariasi mulai dari stiker yang beukuran kecil sampai yang berukuran besar. Tetapi umumnya berukuran sebesar kalender. Poster berukuran kecil biasanya dalam bentuk stiker yang mudah ditempel dimana-mana, misalnya Dilarang Membuang Sampah Sembarangan dapat ditempel di tempat umum seperti halte bus.

Display yang berbentuk rambu-rambu berbahaya, biasanya dipasang pada dinding, pintu masuk atau pada tiang-tiang. Display ini berbentuk seperti rambu-rambu lalu lintas (berbentuk bulat, segitiga, segiempat atau belah ketupat).

Peran ergonomi sangat penting dalam membuat rancanganan display dan poster yang memiliki daya sambung yang tinggi dengan pembaca. Display dan poster harus mampu memberikan informasi yang jelas. Konsep Human Centered design sangat kuat dalam pembuatan display dan poster karena terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai penglihat dan pemaham isyarat.

Tipe Tipe Display

Berdasarkan tujuannya, display terdiri atas dua bagian, yaitu :

1. Display Umum

Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum, contohnya display tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, Jagalah Kebersihan.

2. Display Khusus

Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan konstruksi), contohnya : Awas Tegangan Tinggi.

Berdasarkan lingkungannya display terbagi dalam 2 macam yaitu :

1. Display Statis

Display yang memberikan informasi sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu, contohnya : peta (informasi yang menggambarkan suatu kota).

2. Display Dinamis

Display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dengan variabel, contohnya : jarum speedometer dan mikroskop.

Berdasarkan informasi, display terbagi atas 3 macam yaitu :

1. Display Kualitatif

Display yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik, dan untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang berbeda pada suatu sistem, contohnya: informasi atau tanda On Off pada generator, DINGIN, NORMAL dan PANAS pada pembacaan temperatur.

2. Display Kuantitatif

Display yang memperlihatkan informasi numerik, (berupa angka, nilai dari suatu variabel) dan biasanya disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk suatu visual display.

Analog Indikator : Posisi jarum penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau sistem yang diwakilinya, analog indikator dapat ditambahkan dengan menggunakan informasi kualitatif (misal merah berarti berbahaya).

Digital Indikator : Cocok untuk keperluan pencatatan dan dapat menggunakan Electromecemichal Courtious.

3. Display Representatif, biasanya berupa sebuah Working model atau mimic diagram dari suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.

Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat sensitive terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam Visual Display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna kuning dan biru.

C. Sistem Manusia Mesin Dalam Ergonomi

Sistem Manusia-Mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin, yang saling berinteraksi, untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Ergonomi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari interaksi antara manusia dan objek yang Fokus perhatian ergonomi adalah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia di dalam perencanaan man-made objek (proses perancangan produk) dan lingkungan kerja. Pendekatan agro ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia, baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Maka, secara sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada gilirannya rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Sistem manusia mesin merupakan sebuah sistem yg baik biasanya memiliki sifat deterministik yg relatif tertutup. Sehingga sistem dapat diduga yg selalu berjalan tepat seperti seharusnya. Dalam sistem informasi, unsur mesin seperti komputer dan program komputer relatif tertutup dan deterministik. Sedang unsur manusia adalah sistem terbuka dan probabilistik. Pemakaian manusia dan mesin membentuk sebuah sistem manusia-mesin.

Sistem manusia-mesin dapat mengandalkan mesin dan memakai manusia hanya sebagai suatu pengawas atas operasi mesin. Sistem secara umum bisa didefinisikan sebagai sekelompok elemen-elemen (yang lazim disebut sub-sistem) yang terorganisir dan memiliki fungsi yang berkaitan erat satu dengan lainnya guna mencapai tujuan bersama yang telah diterapkan sebelumnya.

Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan yang akan memberi batasan, dan perubahan-perubahan yang timbul dalam lingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan elemen-elemen sistem tersebut. Satu hal yang akan sangat penting dipertimbangkan didalam analisis sistem ialah bahwa setiap sistem akan merupakan bagian (sub-sistem) dari sistem lain yang lebih besar. Dengan demikian pendekatan sistem (system approach) akan dimaksudkan sebagai pendekatan yang memperhatikan setiap permasalahan secara total atau terpadu (integral). Pemecahan masalah dalam hal itu harus dianalisis dengan melihat keterkaitan antara satu sistem dengan sub-sistem yang lainnya. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan sistem manusia-mesin (man-machine system) ialah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin, dimana salah satu dengan lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.

Dengan mesin disini akan diartikan secara luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti mesin, peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang biasa dipergunakan manusia dalam melaksanakan kegiatannya. Jelas tampak bahwa sistem biasa diklasifikasikan sebagai closed system dimana manusia disini memegang posisi kunci, karena keputusan akan sangat tergantung pada di dirinya. Arus informasi dan arahnya dalam hal ini bisa digambarkan sebagai berikut :

Display instrument akan mencatat dan memberikan informasi mengenai perkembangan kegiatan/proses produksi yang berlangsung, operator kemudian menyerap informasi ini secara visual (persepsi) dan mencoba menginterpretasikannya secara seksama. Berdasarkan interpretasi yang dilakukan serta pengetahuan yang sebelumnnya sudah dimiliki maka operator (manusia) kemudian mencoba membuat keputusan.

Langka berikutnya, operator kemudian mencoba mengkomunikasikan keputusan yang telah diambilnya kemesin dengan menggunakan mekanisme kontrol. Instrument kontrol selanjutnya memberikan gambaran (display) mengenai hasil dari tindakan yang telah dilakukan oleh operator, dan selanjutnya sistem kerja mesin akan memberikan proses kegiatan produksi sesuai dengan program yang diberikan oleh operator tersebut. Demikian seterusnya siklus ini akan berulang.

Dalam sistem manusia mesin yang dimodelkan secara sederhana dapat terlihat bahwa problematik Ergonomic akan nampak dalam hal persepsi yang bisa diambil oleh manusia (operator) dari instrumen display (mesin) dan handling operations yang dilaksanakan operator pada saat menangani mekanisme kontrol dari mesin. Disini penelitian Ergonomi dapat dilakukan dalam bentuk persepsi visual, bentuk display untuk menampilkan informasi dan rancangan dari mekanisme kontrol mesin itu sendiri.

Jika disadari bahwa perancangan suatu produk atau sistem juga dilakukan oleh manusia, maka perancangan sistem manusia mesin juga tidak lepas dari faktor-faktor manusia (human factors) karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang terjadi disebabkan oleh rancangan yang tidak kompatibilitas dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang mempunyai peran besar dalam mengurangi resiko bahaya akibat kesalahan kerja.

Diantara penyebab kesalahan pengoperasian setiap produk atau alat atau mesin terdapat kesalahan manusia. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa besarnya faktor manusia berperan dalam kelancaran pemakaian produk atau alat atau mesin. Memang kesalahan adalah manusiawi, tetapi penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa kesalahan manusia lebih banyak disebabkan kesalahan rancangan. Ini menunjukkan bahwa kesalahan manusia berawal pada perancangannya yang tidak manusiawi dan berakibat pada tahap pemakaiannya sebagaimana juga pada perawatannya. Oleh karena itu ergonomika dalam sistem manusia mesin berperan dalam perancangan produk atau alat atau mesin atau keseluruhan sistem kerja tersebut agar sesuai (fit) dengan faktor-faktor manusia (human factors) baik fisik maupun non fisik. Faktor-faktor manusia itu bias berupa keadaan, kemampuan, kelebihan, kebolehan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan, kebutuhan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip dsb.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Dengan kata lain ergonomi mempelajari interaksi antara manusia dengan obyek yang digunakannya dan dengan lingkungan tempatnya bekerja. Salah Satu Cakupan Bidang Ergonomi adalah kondisi informasi.

Kondisi informasi dapat menjadi penghubung antara manusia dan mesin. Kompleknya dunia kerja mengharuskan manusia pekerja menguasai pekerjaannya secara efisien. Dalam hubungan itulah maka sistem informasi dunia kerja harus dapat ditampilkan dalam layar atau sudut pandang manusia pekerja.

Dengan mempelajari komponen manusia sebagai salah satu komponen dalam system manusia mesin, diharapkan dapat memperoleh hasil yg optimal. Ergonomi dalam perkembangannya akan banyak memerlukan informasi yg berkaitan dengan fungsi manusia dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Pendekatan Ergonomi mengharuskan kita merancang mesin, peralatan maupun lingkungan kerja disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang akan mengoperasikannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://herman-tempatbacaansantai.blogspot.com/2011/04/sistem-manusia-dan-mesin-ergonomi.html

http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/08/ergonomika-dan-sistem-manusia-kerja.html