tugas ebg (genesa emas nikel batu batubara.docx

45
[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015 A. GENESA MINERAL EMAS DAN CARA PENGOLAHANYA 1. Genesa Emas (Au) Magma merupakan larutan silikat panas yang mengandung oksida, sulfida dan zat-zat mudah menguap (volatile) yang terdiri dari air, CO2, S, Chlorin, Fluorin dan Boron yang dikeluarkan ketika pembekuan magma terjadi. Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih hasil proses hidrothermal dalam pembentukkannya harus melalui tiga proses yang meliputi proses differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan). Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu sumber magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses differensiasi ini dapat diakibatkan oleh : a. Kristalisasi b. Gravitasi c. Pemisahan cairan d. Assimilasi Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan membentuk endapan mineral sulfida dan GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 1

Upload: angga

Post on 06-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

EKONOMI BAHAN GALIAN

[EKONOMI BAHAN GALIAN]April 19, 2015

A. GENESA MINERAL EMASDAN CARA PENGOLAHANYA

1. Genesa Emas (Au)Magma merupakan larutan silikat panas yang mengandung oksida, sulfida dan zat-zat mudah menguap (volatile) yang terdiri dari air, CO2, S, Chlorin, Fluorin dan Boron yang dikeluarkan ketika pembekuan magma terjadi.Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih hasil proses hidrothermal dalam pembentukkannya harus melalui tiga proses yang meliputi proses differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan).

Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu sumber magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses differensiasi ini dapat diakibatkan oleh :a. Kristalisasib. Gravitasic. Pemisahan cairand. Assimilasi

Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan membentuk endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya tersebar. Sebelum kristalisasi berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar membentuk pegmatit, dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir sempurna, akan terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrothermal). Larutan ini akan membentuk endapan logam/mineral epigenetik (Suganda).

Gambar : Pembentukan emas dari proses hidrotermal

Seperti pada gambar diatas Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan melalui zona struktur seperti patahan, sesar, rekahan maupun kontak litologi, yang kemudian bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang akan membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya tergantung dari rongga yang dihasilkan oleh struktur. Selama terjadi proses ini batuan yang diterobos akan mengalami ubahan (alterasi) yang diikuti oleh perubahan sifat fisik dan komposisi kimia. Perubahan meliputi: perubahan warna, porositas dan tekstur. Zona alterasi sendiri terdiri dari :

Zona silisifikasiZona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran kriptokristalin, berwarna putih agak bening, mineral pengikutnya saponit, khlorit, anhidrit, gypsum dan andalusit. Zona argilikDicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit, kuarsa selalu hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning muda kecoklatan, permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak lunak. Zona potasikTerbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya sulfida dengan kadar rendah. Zona propilitZona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang sering terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya, dikelompokkan menjadi 3 sistem : Hipothermal Mesothermal EpithermalEndapan emas epithermal merupakan endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur rendah (50 0300C) pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist, 1985). Ditinjau dari macam batuan yang ditempatinya (host rock), dibagi menjadi : Batuan vulkanik Batuan sedimenDaerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan ekonomis emas hanya dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan pengendapan dan pengkonsentrasian dalam suatu wilayah yang terbatas mengingat kandungan emas yang sangat kecil. Ada beberapa tahapan yang memungkinkan hal ini dapat terjadi : Pendinginan Interaksi air dengan batuan samping Pencampuran fluida Pendidihan fluida

2. Cara Pengolahan EmasPengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian dilanjutkan dengan proses yang di sebut Metalurgy.a. KominusiKominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar : Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer, sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan dari batuan induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan diolah, dengan menggunakan : Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 110 0C, biasanya sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada batuan oksidis. Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang 1%)Untuk menentukan perolehan emas perlu diketahui kandungan emas sebenarnya dalam batuan (bijih) di laboratorium. Ada 2 metode yang digunakan yaitu metode gravimetric dan metode dengan alat modern yaitu AAS.

B. GENESA NIKEL DAN CARA PENGOLAHANNYA

1. Genesa Nikela. Genesa Pembentukan Bijih NickelNickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan) antara besi (ferrum) dan nikel. Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides) hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses magmatisme. Sumber batuan Ultramafik bisa dari Dunite, Peridotite, Lherzolite,Serpentinite, dll.

Gambar : Batuan Dunite

Gambar : Batuan Peridotite

Gambar : Batuan SerpentiniteGambar : Batuan Lherzolite

Gambar : Contoh Batuan Ultrabasa (Ultramafic)Orebody dengan Ni grade yang tinggi umumnya didapat dari proses pelapukan batuan (bedrock) yang kaya Olivine karena memang kandungan Ni di Olivine lebih tinggi dibanding mineral mafik yang lain. Kandungan Ni di bedrock sebenar nya kecil sekali (40%) dan magnesia (>30%), proses pengkayaaan Ni terjadi karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yang mudah larut dan punya mobilitas tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga %Ni yg tinggal di profile jadi tinggi (>2%).Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana curah hujan tinggi dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam. Morfologi yg "gentle" termasuk plateua karena sirkulasi air bagus untuk "mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu terjal hasil pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo terlalu landai seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus. Struktur geologi yang intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit

Ada beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit, antara lain adalah senagai berikut :1. Batuan asal.Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

2. Iklim.Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi.Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan Akumulasi air hujan akan lebih banyak Humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

4. Struktur.Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

5. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.

Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

6. Waktu.Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

c. Sifat kimia, Fisika, serta Karakteristik Nikel

1. Sifat kimia NikelAdapun sifat-sifat kimia dari nikel yaitu antara lain:a. Pada suhu kamar nikel bereaksi lambat dengan udara.b. Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO.c. Bereaksi dengan Cl2 membentuk Klorida (NiCl2).d. Bereaksi dengan steam H2O membentuk Oksida NiO.e. Bereaksi dengan HCl encer dan asam sulfat encer, yang reaksinyaberlangsung lambat.f. Bereaksi dengan asam nitrat dan aquaregia, Ni segera larut Ni + HNO3 Ni(NO3)2+ NO + H2Og. Tidak beraksi dengan basa alkalih. Bereaksi dengan H2S menghasilkan endapan hitam. 2. Sifat fisika NikelAdapun sifat-sifat fisika dari nikel yaitu antara lain:a. Logam putih keperak-perakan yang berkilat, kerasb. Dapat ditempa dan ditarik.c. Feromagnetikd. TL : 1420C, TD : 2900C3. Karakteristik NikelNoKarakteristikKeterangan lain

1.NamaNikel

2.LambingNi

3.Nomor atom28

4.Deret kimiaLogam transisi

5.Golongan VIII B

6.Periode4

7.Blokd

8.PenampilanKemilau, metalik

9.Massa atom58,6934(2) g/mol

10.Konfigurasi electron[Ar] 3d8 4s2

11.Jumlah electron tiap kulit2 8 16 2

d. Sumber dan Pembentukan Bijih Nikel.Adapun mineral-mineral utama pada logam bijih nikel yaitu antara lain :a. Millerit, NiSb. Smaltit (Fe,Co,Ni)Asc. Nikolit (Ni)Asd. Pentlandite (Ni, Cu, Fe)Se. Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2ONikel berwujud secara gabungan dengan belerang dalam millerite, dengan arsenik dalam galian niccolite, dan dengan arsenik dan belerang dalam (nickelglance). Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuanultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenisendapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residu silikadan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.

e. ProfilnikellateritProfil nikel laterit secara keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut:1. Iron CappingMerupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan.

Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Limonite LayerLimonite layer Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area.

Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

3. Silika BoxworkSilika boxwork putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.

4. SaproliteZona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Gambar : Profil Formasi Nikel Laterit.

2. Penambangan Bijih NikelOperasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut:a. PemboranPada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.b. Pembersihan dan pengupasan Lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah pascatambang. c. PenggalianLapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke tempat pengolahan.

3. Pengolahan Bijih NickelSecara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.

C. GENESA BATUBARA DAN CARA PENGOLAHANYA

1. Genesa BatubaraPengertian umum batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240 H90O4NS untuk antrasit.Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.2. Tahap dan proses pembentukan batubara, dibagi dalam 2 tahap :

a. Tahap Diagenesa (Biokimia)Merupakan proses perusakan dan penguraian oleh organisme atau sering dikenal dengan istilah proses Biokimia. Pada dasarnya ekosistem rawa berbeda dengan ekosistem danau dan sungai, sehingga berbedapula kondisi tanah dan airnya Sirkulasi air dirawa sangat minimum bahkan tidak ada sirkulasi air sama sekali. Sehingga kandungan oksigen akan berkurang. Bakteri aerob sangat suka oksigen untuk menguraikan sisa tanaman yang mati, sehingga yang berperan disini adalah bakteri anaerob (tidak suka oksigen). Bakteri an-aerob menguraikan tanaman yang sudah mati tidak menjadi kompos (busuk) tetapi dalam bentuk lain yaitu Gel atu Jelly, hal ini terjadi ditempat yang kurang atau bebas oksigen. Gel atau Jelly lama kelamaan akan semakin tebal membentuk sedimen yang mampat dan memadat. Pada umumnya pemadatan akan menurunkan kadar air sehingga akan membentuk sedimen kaya akan kandungan bahan organik (Humin)yang dikenal dengan nama Gambut (peat).b. Fase Metamorfosa (Geokimia) merupakan perubahan yang mendasar dari sifat fisik & kimiawi dari bahan gambut menjadi batubara.Perubahan ini ditandai dengan semakin menurunnya kandungan air, Hidrogen, Oksigaen, CO2 dan bahan2 lain yg mudah terbakar (Volatile Matter) pada tahap ini bakteri tidak lagi berperan akan tetapi yang berperan adalah aktifitas aktifitas yang terjadi dibumi seperti perubahan tekanan, suhu, struktur, intrusi dan yang lain-nya.

Gambar : Proses Pembentukan Batubara

3. Materi pembentuk batu baraHampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

4. Kelas dan jenis batu baraBerdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.a. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.b. Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.c. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.d. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.e. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Gambar : Klasifikasi Batubara5. Cara Penambangan BatubaraMetode penambang batubara sangat tergantung pada :a. Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara dan struktur geologi.b. Keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit. Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu : Cara tambang dalam, dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara penambangnnya dapat dilakukan :a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga manusia.b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan sistem elektronis dengan pengendalian jarak jauh. Cara tambang terbuka, dilakukan pertama-tama dengan mengupas tanah penutup. Pada saat ini metode penambangan mana yang akan digunakan dipilih dan kemungkinan mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasikan sehingga berfungsi ganda . Perlu diketahui pula bahwa berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk pekaerjaan kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan atau modifikasi yang besar.

Gambar : Proses Penambangan Batubara

Gambar : Tambang Terbuka dan Tambang Bawah Tanah Pada Batubara GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 31