tugas diver
DESCRIPTION
diversifikasiTRANSCRIPT
Nama : Ryan Sitompul
NIM : 26030110120015
Pindang Bandeng Cabut Duri
Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam perikanan, baik perikanan air tawar, air
payau, maupun air laut. Menurut Saparinto (2007), Potensi akuakultur air payau, yakni dengan
sistem tambak diperkirakan mencapai 931.000 ha dan hampir telah dimanfaatkan potensinya
hingga 100% dan sebagian besar digunakan untuk memelihara ikan.
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi dengan harga
yang terjangkau serta ketersediaannya yang melimpah di perairan Indonesia. Sebagai komoditas
pangan yang melimpah, maka ikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan
protein hewani. Akan tetapi, ikan merupakan bahan pangan yang mudah mengalami kemunduran
mutu dibanding bahan pangan lainnya.
Sebagai bahan baku makanan yang mudah mengalami pembusukan, ikan perlu mendapat
perhatian dalam penanganan, distribusi dan pemasaran agar kesegarannya dapat dipertahankan
selama mungkin. Untuk meningkatkan mutu hasil perikanan diperlukan juga usaha-usaha
pengolahan dan pengawetan ikan. Pengawetan yang dilakukan antara lain dengan pendinginan,
fermentasi, pengalengan, penggaraman, pemanasan, pengasapan dan penggunaan bahan
pengawet (Wahyuningsih, 2002).
Ikan bandeng merupakan ikan yang diminati oleh semua kalangan, karena ikan ini
memiliki sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan kesehatan. Ikan bandeng menjadi komoditas unggulan dan olahannya pun
menjadi makanan khas yang populer pada beberapa provinsi. Daging ikan yang sangat enak,
rendah kolesterol, mudah dicerna dan harganya terjangkau tentu menjadi daya tarik tersendiri
bagi konsumen. Menurut Anonim (2010), Kandungan gizi per-100 gram daging ikan bandeng
terdiri dari energi sebesar 129 kkal, protein sebesar 20 g, lemak sebesar 4,8 g, kalsium sebesar 20
mg, fosfor sebesar 150 mg, besi sebesar 2 mg, vitamin A sebesar 150 SI serta vitamin B1 sebesar
0,05 mg.
Pengolahan yang dilakukan pada ikan bandeng dengan cara pemindangan. Tetapi cara
pengolahan tersebut hanya merubah rasa serta tekstur daging, sementara tulang serta durinya
tetap. Tulang serta duri yang terdapat pada bandeng dapat mengurangi nilai jual pada konsumen,
maka dilakukan proses pengolahan bandeng cabut duri guna meningkatkan daya jual pada
konsumen.
Pengolahan bandeng cabut duri dapat dilakukan dengan cara yaitu secara tradisional.
Pada pengolahan bandeng cabut duri secara tradisional, alat yang digunakan untuk memasak
biasanya berupa drum atau dandang berukuran besar tanpa tekanan dengan menggunakan prinsip
pemindangan. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), Dalam proses pemindangan, ikan
diawetkan dengan cara mengukus atau merebusnya dalam lingkungan bergaram, dengan tujuan
menghambat aktivitas atau membunuh bakteri pembusuk maupun aktivitas enzim.
Bandeng cabut duri merupakan produk perikanan setengah jadi berupa bandeng mentah
segar yang telah dibuang tulang dan durinya. Kelebihan dari Bandeng cabut duri yaitu tidak
mengurangi atau menghilangkan kandungan gizi yang terdapat pada bandeng mentah, karena
pengolahannya hanya menghilangkan duri yang ada pada Bandeng, daging ikan masih dalam
kondisi segar. Bandeng tanpa duri selanjutnya dapat dimanfaatkan menjadi berbagai variasi
makanan sesuai dengan selera. Produk olahan dari bandeng cabut duri ini antara lain bandeng
pepes. Hasil produksi cabut duri kemudian dijual kepada konsumen, dimana konsumen ini
setengahnya adalah konsumen pengguna (end user) dan sisanya adalah pedagang yang menjual
kembali produk ini dalam keadaan mentah (fresh frozen) atau menjualnya setelah diolah menjadi
produk makanan olahan.