tugas bhs indo uts 2 fix (metode penilaian+citasi)- hilman.dot

7
GIZI BURUK TERHADAP KELOMPOK BALITA DAN FAKTOR-FAKTOR KESEHATAN DAN SOSIAL YANG MELATARBELAKANGI NAMA: MUHAMMAD HILMAN BIMADI NIM: 115070107111005 JURUSAN: PENDIDIKAN DOKTER ABSTRAK Telah lama diakui ada hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan di dunia menyadari bahwa arti makanan lebih luas dari sekadar memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Agar perencanaan upaya peningkatan status gizi penduduk dapat dilakukan dengan baik, semua aspek yang berpengaruh perlu dipelajari termasuk aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Almatsier, 2003). Gizi merupakan suatu zat yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk kelangsungan hidupnya yang diperoleh dari makanannya. Setiap individu memerlukan jumlah kebutuhaan zat gizi tertentu sesuai dengan jenis kelamin, usia, aktifitas dan keadaan tubuhnya. Kebutuhan zat gizi tersebut mutlak harus dipenuhi dan jika tidak dipenuhi atau melebihi dari kebutuhan tubuh akan dapat menimbulkan permasalahan gizi. Kasus kekurangan gizi tercatat sebanyak 50% anak-anak di Asia, 30% anak-anak Afrika, dan 20% anak-anak di Amerika Latin. Dari kondisi tubuh balita yang menderita gizi buruk memiliki berat badan di bawah rata-rata, berat badan/umur Balita < 60 persen berada di bawah garis merah sehingga tergolong KEP berat. Ciri-ciri yang mudah terdekteksi pada tanda marasmus. Komponen biologi yang melatarbelakangi KKP antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi, dan diet rendah energi & protein (Almatsier, 2003).

Upload: afifa-prima-gitta

Post on 16-Feb-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Page 1: tugas bhs indo UTS 2 fix (metode penilaian+citasi)- hilman.dot

GIZI BURUK TERHADAP KELOMPOK BALITA DAN FAKTOR-FAKTOR KESEHATAN DAN SOSIAL

YANG MELATARBELAKANGINAMA: MUHAMMAD HILMAN BIMADI

NIM: 115070107111005JURUSAN: PENDIDIKAN DOKTER

ABSTRAKTelah lama diakui ada hubungan erat antara makanan dengan kesehatan

manusia. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan di dunia menyadari bahwa arti makanan lebih luas dari sekadar memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Agar perencanaan upaya peningkatan status gizi penduduk dapat dilakukan dengan baik, semua aspek yang berpengaruh perlu dipelajari termasuk aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Almatsier, 2003).

Gizi merupakan suatu zat yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk kelangsungan hidupnya yang diperoleh dari makanannya. Setiap individu memerlukan jumlah kebutuhaan zat gizi tertentu sesuai dengan jenis kelamin, usia, aktifitas dan keadaan tubuhnya. Kebutuhan zat gizi tersebut mutlak harus dipenuhi dan jika tidak dipenuhi atau melebihi dari kebutuhan tubuh akan dapat menimbulkan permasalahan gizi. Kasus kekurangan gizi tercatat sebanyak 50% anak-anak di Asia, 30% anak-anak Afrika, dan 20% anak-anak di Amerika Latin. Dari kondisi tubuh balita yang menderita gizi buruk memiliki berat badan di bawah rata-rata, berat badan/umur Balita < 60 persen berada di bawah garis merah sehingga tergolong KEP berat. Ciri-ciri yang mudah terdekteksi pada tanda marasmus. Komponen biologi yang melatarbelakangi KKP antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi, dan diet rendah energi & protein (Almatsier, 2003).

KATA KUNCI

pengertian gizi buruk, faktor-faktor penyebab gizi buruk, tahapan proses terjadinya kasus gizi buruk, upaya penanggulangan gizi buruk.

LATAR BELAKANGMasalah gizi di Indonesia dan di negara-negara berkembang pada umumnya

masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI), Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Kasus gizi buruk banyak terjadi di beberapa daerah di Indonesia baik di pedesaan maupun perkotaan, seperti yang terjadi di NTB. Kasus gizi buruk tersebut terutama terjadi pada penduduk miskin. Adanya krisis ekomoni dan naiknya harga kebutuhan menyebabkan daya beli masyarakat menurun, yang pada akhirnya akan meningkatkan kasus gizi buruk (Almatsier, 2003).

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penangulangannya tidak hanya dilakukan melalui pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Penyebab masalah timbulnya masalah gizi adalah

Page 2: tugas bhs indo UTS 2 fix (metode penilaian+citasi)- hilman.dot

multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya melibatkan berbagai sektor terkait. Meskipun masalah gizi sering berkaitan dengan kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu masalah gizi muncul karena keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi). Selain itu juga masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Sehingga dalam kontek ini masalah gizi tidak semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja (Almatsier, 2003).

Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan ‘kasus busung lapar’ banyak terjadi pada kelompok balita. Kelompok tersebut merupakan kelompok yang rentan karena pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan yang pesat yang memerlukan zat gizi yang optimal. Timbulnya masalah kasus busung lapar pada kelompok tersebut akan memiliki dampak negatif yang besar terutama bagi pertumbuhan baik fisik maupun mental. Sehingga diperlukan upaya penanganan segera baik oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri untuk menjadi berdaya agar masalah gizi buruk tidak terus bertambah dan mewujudkan generasi yang sehat (Supariasa, 2002).

METODEPenilaian ini adalah penilaian kualitatif, yaitu suatu proses penilaian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menilai suatu fenomena sosial dan masalah manusia dengan melakukan penilaian yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang, perilaku yang dinilai dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penilaian ini.

Untuk metode pertama menggunakan metode observasi. Observasi adalah suatu cara yang paling dasar untuk mendapatkan informasi mengenai gejala-gejala sosial melalui proses pengamatan. Observasi merupakan pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui pengamatan maupun pencatatan secara langsung terhadap hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dinilai. Dalam penilaian ini penilai akan mengamati bagaimana pemantauan status gizi balita dan anak-anak sebagai bentuk upaya penanggulangan gizi buruk dalam rangka memajukan bangsa Indonesia karena mereka merupakan sebuah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.

Dan yang kedua dengan metode wawancara. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Dalam wawancara ini penilai akan mewawancarai warga masyarakat dan juga petugas Puskesmas. Dari wawancara tersebut akan diperoleh data guna menarik sebuah kesimpulan.

PEMBAHASANGizi buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan

oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu cukup lama. Dalam ilmu gizi buruk atau busung lapar dikenal

Page 3: tugas bhs indo UTS 2 fix (metode penilaian+citasi)- hilman.dot

dengan istilah KEP (Kurang Energi Protein). Sehingga yang dimaksud dengan KEP merupakan masalah yang disebabkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein sehingga tidak memenuhi kebutuhan dari tubuh. Permasalahan gizi di Indonesia mencakup susunan gizi yang seimbang maupun konsumsi keseluruhannya yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Gejala subjektif yang terutama adalah perasaan lapar (Almatsier, 2003).

Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus kwashiorkor atau marasmic kwashiorkor. Marasmus merupakan penyakit yang disebabkan karena defisiensi kalori (energi) yang berlangsung lama. Gejala marasmus adalah anak sangat kurus (tinggal kulit dan tulang), berat badan mencapai sekitar 60% dari berat badan ideal menurut umur, kulit muka berkerut seperti orang tua, kulit daerah pantat berlipat-lipat, anak pasif dan apatis. Kwashiorkor merupakan penyakit defisiensi protein yang berlangsung dalam waktu lama. Gejala kwashiorkor adalah anak apatis, rambut kepala halus dan jarang, berwarna kusam, rambut mudah dicabut kadang terjadi oedema (penimbunan cairan di tubuh), jika lipatan kulit ditarik masih terasa ada jaringan lemak sedikit. Sedangkan marasmic kwashiorkor merupakan penyakit defisiensi energi dan protein yang berlangsung lama. Gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor (Supariasa, 2002).

Kasus gizi buruk yang terjadi di beberapa daerah Indonesia banyak terjadi pada kelompok balita. Di wilayah timur Indonesia kasus gizi buruk paling sering dilaporkan. Dimana pada tahun 2004 dilaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan NTB pada urutan terendah (30) dengan nilai IPM 57,8 sedangkan DKI Jakarta menempati urutan pertama dengaan IPM 75,6. Oleh keluarga atau ibu dari anak-anak yang menderita gizi buruk sering tidak dibawa ke dokter atau ke klinik penyakit anak-anak. Mereka baru dibawa ke dokter atau klinik karena adanya penyakit penyerta (Supariasa, 2002).

Masalah gizi buruk pada umumnya terjadi pada penduduk yang memiliki kehidupan sosial ekonomi miskin. Akar permasalahan dari timbulnya kasus gizi buruk adalah krisis ekonomi yang meningkatkan kemiskinan penduduk. Krisis ekonomi membuat daya jangkau penduduk untuk memenuhi kebutuhan semakin buruk. Kurangnya pendidikan dan ketrampilan juga memperparah kemiskinan. Pokok permasalahan tersebut akan menyebabkan penduduk tidak mampu memenuhi kebutuhan terutama penyediaan makanan dalam keluarga sehingga mengakibatkan asupan makanan yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh baik jenis maupun jumlahnya. Kurangnya pengetahuan (pendidikan) dan keterampilan ibu berpengaruh pada pola perawatan asuhan gizi dan kesehatan sangat menentukan keadaan gizi anak dan juga sikap terhadap kondisi kehamilan. Dimana keadaan ibu hamil dianggap biasa saja, yang seharusnya membutuhkan asupan gizi yang mencukupi. Kelompok anak merupakan kelompok yang rentan dimana dalam masa pertumbuhan membutuhkan asupan zat-zat gizi yang mencukupi. Kondisi miskin juga berdampak pada akses terhadap pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau. Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau dan asupan gizi yang kurang akan mendorong munculnya penyakit infeksi. Asupan makanan yang kurang dan penyakit infeksi yang berlangsung terus menerus akan berakibat pada timbulnya masalah gizi kurang (buruk) (Sediaoetama, 2000).

Page 4: tugas bhs indo UTS 2 fix (metode penilaian+citasi)- hilman.dot

Faktor yang mendorong terjadinya gizi buruk merupakan faktor yang saling berkaitan dengan semua aspek. Tidak hanya karena tidak tercukupinya asupan makanan tetapi juga keadaan ekonomi sosial, kemiskinan dan sebagainya. Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia banyak terjadi pada kelompok balita. Pada anak-anak gizi buruk dalam memghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan rendahnya tingkat kecerdasan. Tahapan proses terjadinya gizi buruk disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor manusia. Faktor lingkungan mencakup keadaan sosial ekonomi, budaya, ketersediaan pangan dalam keluarga dan sebagainya. Faktor manusia mencakup keadaan infeksi yang dideritanya. Kurangnya asupan zat gizi karena faktor lingkungan maupun faktor manusia yang berlangsung terus menerus, maka simpanan zat gizi dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dikatakan malnutrisi walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat (Almatsier, 2003).

Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat gizi dalam tubuh, berupa rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda saraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain. Keadaan ini akan berkembang yang diikuti oleh tanda-tanda klasik dari kekurangan gizi seperti kebutaan, oedema, luka kulit. Keadaan ini akan mendorong penyakit infeksi seperti diare, cacingan dan lain-lain (Supariasa, 2002).

Upaya penanggulangan gizi buruk di Indonesia oleh pemerintah yaitu dengan menetapkan langkah jangka pendek dan jangka panjang. Langkah jangka pendek dilakukan untuk menyelamatkan anak-anak penderita gizi buruk serta mencegah kecacatan dan kematian. Langkah jangka panjang dilakukan untuk mencegah timbulnya kasus gizi buruk termasuk upaya penyembuhan dan pemulihan (Sediaoetama, 2000).

Penanggulangan masalah gizi buruk perlu dilakukan secara terpadu dan lintas sektor melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan kesehatan masyarakat serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam dan seimbang dalam mutu gizi. Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia berkurang. Sehingga penderitaan penderita gizi buruk berkurang dan menjadi sehat. Dengan demikian pertumbuhan balita berjalan baik dan tercipta generasi yang sehat (Almatsier, 2003).

KESIMPULAN1. Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu cukup lama.

Page 5: tugas bhs indo UTS 2 fix (metode penilaian+citasi)- hilman.dot

2. Faktor-faktor penyebab gizi buruk tidak hanya dari asupan makanan tetapi faktor sosial ekonomi, pendidikan, budaya dan keadaan politik suatu negara (perang, krisis).

3. Tahapan proses terjadinya gizi buruk dimulai dari kurangnya asupan makanan yang berlangsung lama sehingga simpanan gizi dalam tubuh habis kemudian terjadi kemerosotan jaringan dan perubahan metabolisme tubuh, yang akhirnya muncul gejala-gejala gizi buruk.

4. Upaya penggulangan kasus gizi buruk melibatkan banyak pihak baik dari kesehatan, pertanian maupun peran serta masyarakat.

DAFTAR PUSTAKAAlmatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat, Jakarta.Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.