tugas awal p10
DESCRIPTION
tgasTRANSCRIPT
Syarat Pembuatan Jalan Tambang
Seperti halnya jalan angkut di kota, jalan angkut di tambang pun harus
dilengkapi
penyaliran (drainage) yang ukurannya memadai. Sistem penyaliran harus
mampu menampung air hujan pada kondisi curah hujan yang tinggi dan harus
mampu pula mengatasi luncuran partikelpartikel kerikil atau tanah pelapis
permukaan jalan yang terseret arus air hujan menuju penyaliran.
Apabila jalan tambang melalui sungai atau parit, maka harus dibuat
jembatan yang konstruksinya mengikuti persyaratan yang biasa diterapkan pada
konstruksi jembatan umum di jalan kota. Parit yang dilalui jalan tambang mungkin
dapat diatasi dengan pemasangan gorong-gorong (culvert), kemudian dilapisi
oleh campuran tanah dan batu sampai pada ketinggian jalan yang dikehendaki.
Geometri Jalan Angkut Tambang
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya
pada umumnya, yaitu: (1) lebar jalan angkut, (2) jari-jari tikungan dan super-
elevasi, (3) kemiringan jalan, dan (4) cross slope. Alat angkut atau truk-truk
tambang umumnya berdimensi lebih lebar, panjang dan lebih berat dibanding
kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan
harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut
tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.
Perkerasan Jalan Angkut
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah
dasar (sub-grade) yang berfungsi untuk menopang beban lalulintas. Jenis
konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada tiga jenis, yaitu: (1) perkerasan
lentur (flexible pavement), (2) perkerasan kaku (rigid pavement), dan (3)
perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement).
Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk menahan berat
kendaraan dan muatan yang melaluinya, dan permukaan jalannya harus dapat
menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air permukaan atau air limpasan
(run off water) dan hujan. Bila perkerasan jalan tidak kuat menahan beban
kendaraan, maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran,
baik pada bagian perkerasan jalan itu sendiri maupun pada tanah dasarnya (sub-
grade), sehingga akan menyebabkan jalan ber-gelombang, berlubang dan
bahkan bisa rusak berat. Bila perkerasan permukaan jalan (road surface) rapuh
terhadap gesekan ban atau aliran air, maka akan mengalami kerusakan yang
pada mulanya terjadi lubang-lubang kecil, lama kelamaan menjadi besar, dan
akhirnya rusak berat.
Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar
jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui
lapisan fondasi, sehingga tidak melampaui daya dukung tanah dasar (sub-
grade). Dengan demikian perkerasan jalan angkut dipengaruhi oleh faktor-faktor
kepadatan lalulintas, sifat fisik dan mekanik bahan (material) yang digunakan,
dan daya dukung tanah dasar.
Aspek Keselamatan Jalan Angkut Tambang
Aspek-aspek teknis yang telah diuraikan sebelumnya, di samping
diarahkan untuk meraih umur layanan jalan sesuai yang direncanakan, juga
harus memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
pengemudi. Beberapa aspek keselamatan sepanjang jalan angkut yang akan
diuraikan meliputi (1) jarak pandang yang aman, (2) rambu-rambu pada jalan
angkut, (3) lampu penerangan, dan (4) jalur pengelak untuk menghindari
kecelakaan.
Walaupun demikian, perhitungan untuk merancang jalan tambang tetap
memperhatikan aspek keselamatan kerja pengangkutan, yaitu dengan
memasang rambu-rambu dan jalur pengelak. Rambu-rambu lalulintas di jalan
umum sebagian dapat diterapkan di sepanjang jalan tambang, namun ada pula
rambu-rambu yang bersifat khas lokasi tambang, misalnya “Dahulukan Alat-alat
Berat” , “Keep Right (Jalan disebelah kanan)”, “Gunakan Retarder”, atau rambu
lain yang disesuaikan dengan situasi tambang setempat.
Syarat Material Timbunan
Rancangan disposal sangat penting untuk perhitungan keekonomian.
Lokasi dan bentuk dari disposal akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk,
biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan. Pada
umumnya daerah yang diperlukan untuk disposal luasnya berkisar antara 2–3
kali dari daerah penambangan (pit). Hal ini berdasarkan pertimbangan
diantaranya:
Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30 – 45 %
dibandingkan dengan material insitu.
Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari pit.
Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman dari pit.
Material buangan pada biasanya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman
dari pit.
Parameter Rancangan Disposal
Angle of ReposeFaktor Pengembangan
Tinggi LiftJarak dari pit limit