bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-1-00038-si...

26
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Sistem Informasi Menurut Rainer & Cegielski (2011,p10) dijelaskan bahwa tujuan utama dari sistem informasi itu sendiri adalah untuk memberikan informasi yang benar kepada orang yang tepat pada waktu yang tepat dan format yang benar. Sistem informasi juga dapat di definisikan sebagai gabungan terorganisir dari manusia, perangkat keras, lunak, jaringan komunikasi dan sumber data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah interaksi antara manusia dan teknologi untuk mendukung sebuah proses bisnis dan menghasilkan suatu output yang berguna bagi user. 2.1.2. Data Items Menurut Rainer & Cegielski (2011, p10) mendefinisikan data yaitu suatu data adalah deskripsi dari suatu benda, kejadian, aktivitas yang tidak mengandung informasi penting yang dapat diambil dan harus dilakukan pengolahan data terlebih dahulu. Rainer & Cegielski (2011, p10) juga menjelaskan, data bisa saja menyerupai bentuk nomor, surat, bentuk, suara, ataupun gambar. Salah satu contoh data adalah total keseluruhan nilai mahasiswa dalam satu kelas.

Upload: dinhthuan

Post on 10-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Umum

2.1.1. Sistem Informasi

Menurut Rainer & Cegielski (2011,p10) dijelaskan bahwa tujuan utama dari

sistem informasi itu sendiri adalah untuk memberikan informasi yang benar kepada

orang yang tepat pada waktu yang tepat dan format yang benar.

Sistem informasi juga dapat di definisikan sebagai gabungan terorganisir dari

manusia, perangkat keras, lunak, jaringan komunikasi dan sumber data. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah interaksi antara manusia dan

teknologi untuk mendukung sebuah proses bisnis dan menghasilkan suatu output

yang berguna bagi user.

2.1.2. Data Items

Menurut Rainer & Cegielski (2011, p10) mendefinisikan data yaitu suatu data

adalah deskripsi dari suatu benda, kejadian, aktivitas yang tidak mengandung

informasi penting yang dapat diambil dan harus dilakukan pengolahan data terlebih

dahulu.

Rainer & Cegielski (2011, p10) juga menjelaskan, data bisa saja menyerupai

bentuk nomor, surat, bentuk, suara, ataupun gambar. Salah satu contoh data adalah

total keseluruhan nilai mahasiswa dalam satu kelas.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

8

2.1.3. Information

Rainer & Cegielski, (2011, p10) mendefinisikan informasi sebagai data

yang telah terorganisir menjadi suatu hal yang memiliki arti dan nilai bagi

penerima, dengan kata lain kumpulan data-data yang belum diolah

diinterpretasikan oleh penerima untuk dijadikan suatu bentuk yang dinamakan

informasi yang menghasilkan suatu kesimpulan.

Dengan kata lain informasi adalah suatu bentuk data yang sudah diolah

dan dapat dimengerti oleh penerima data tersebut dan memberikan suatu

informasi seperti contohnya nilai IPK adalah sebuah data, tetapi nilai IPK

beserta nama masing-masing mahasiswa dan IPKnya adalah sebuah informasi.

2.1.4. Knowledge

Knowledge adalah suatu pengetahuan yang menjadi acuan dalam

menentukan pengambilan keputusan dalam suatu kegiatan, knowledge terjadi

akibat pengalaman dan keahlian seseorang terhadap suatu kejadian yang pernah

dilakukan sebelumnya. Contohnya adalah suatu perusahaan merekrut karyawan

dari suatu universitas dan berdasarkan pengalamannya mahasiswa dengan IPK

3.0 adalah mahasiswa yang mampu bekerja dengan baik diperusahaan mereka

berdasarkan knowledge itulah maka mahasiswa dengan IPK 3.0 saja yang akan

direkrut oleh perusahaan.

Rainer & Cegielski (2011, p10) menjelaskan knowledge adalah tahap

terakhir dalam proses pengolahan data dimana data yang sudah menjadi

informasi dipelajari, dimengerti, dan menjadi suatu pemahaman dan landasan

pokok yang kemudian digunakan dalam proses bisnis.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

9

2.1.5. Information Technology Architecture

Menurut Rainer & Cegielski (2011, p11) IT architecture adalah suatu

gambaran perusahaan yang berisi mengenai seluruh aset penting perusahaan.

Information Technology Architecture merupakan petunjuk dalam melakukan

proses bisnis yang sedang berjalan dan juga sebagai blueprint untuk rancangan

yang harus dilakukan dimasa depan. IT architecture mengintegrasikan seluruh

kegiatan organisasi serta kebutuhannya terhadap suatu informasi, IT

infrastructure, dan seluruh aplikasi program yang berjalan dalam perusahaan.

2.1.6. Information Technology Infrastructure

Rainer & Cegielski (2011, p11) mendefinisikan Information Technology

Infrastructure sebagai physical facilities. Yang terdiri dari personel, servis, dan

komponen-komponen seperti computer hardware, software, communication

technology yang menyediakan seluruh kebutuhan atau fondasi dari suatu sistem

informasi yang ada dalam sebuah organisasi.

IT Infrastructure dapat dikatakan sebagai pendukung untuk membawa

arsitektur TI ke dalam aplikasi dunia nyata, infrastruktur TI adalah bagaimana

melakukan servis disertai komponen pendukungnya sesuai keperluan arsitektur

yang sudah dirancang sebelumnya seperti pengembangan sistem, mengatur

keamanan, dan manajemen data. Komponen TI sendiri adalah komunikasi

nirkabel, jaringan, perangkat lunak serta perangkat keras.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

10

2.1.7. Application Programs

Rainer & Cegielski (2011, p39) mendefinisikan aplikasi program adalah

suatu perangkat lunak dirancang akan membantu proses bisnis dalam mencapai

target dan tujuannya, dimaksudkan untuk mempermudah suatu proses yang

sebelumnya menggunakan proses manual kemudian diubah menjadi proses

yang dapat dijalankan secara automatisasi.

2.1.8. Pengertian Database

Menurut McLeod (2003, p258) database adalah koneksi data komputer

yang terintegrasi, diorganiasikan, dan disimpan dengan suatu cara yang

memudahkan pengembalian kembali.

Berdasarkan teori McLeod di atas maka dapat dikatakan bahwa database

adalah suatu kumpulan basis data yang memiliki informasi sesuai dengan

kebutuhan dan keperluannya diolah melalui aplikasi program untuk dijadikan

sebuah informasi yang berguna dan mencegah duplikasi data.

2.1.9. Pengertian SQL

Urman (2005,p6) menjelaskan SQL (Structured Query Language) adalah

pintu masuk atau jendela menuju ke dalam database. SQL digunakan untuk

insert, update, delete, atau delete data dan untuk membuat dan mengatur objek

serta pengguna dan mengontrol akses secara tepat.

Dalam SQL ada beberapa perintah, diantaranya: DDL (Data Definition

Language), DML (Data Manipulation Language)

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

11

1. Data Definition Language

DDL merupakan perintah SQL yang berhubungan dengan pendefinisian

struktur database, dalam hal ini database dan table. Perintah SQL yang termasuk

dalam DDL antara lain :

CREATE

ALTER

RENAME

DROP

2. Data Manipulation Language

DML merupakan perintah SQL yang berhubungan dengan manipulasi atau

pengolahan data atau record dalam table. Perintah SQL yang termasuk dalam

DML antara lain :

SELECT

INSERT

UPDATE

DELETE

2.2. Teori Khusus

2.2.1. E-Procurement

Udoyono (2012) menjelaskan e- procurement adalah proses pengadaan

barang dan jasa secara elektronik terutama berbasis web. Artinya e-procurement

dalam proses pengadaan barang dan jasa tidak lagi mengandalkan proses manual

dan beralih menggunakan teknologi serta jaringan yang lebih memadai.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

12

Menurut (Neupane, Soar, & Vaidya, 2014) pengadaan elektronik adalah

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti sistem internet

atau berbasis web yang dirancang untuk membantu dalam perolehan barang dan

jasa oleh pemerintah atau lembaga swasta.

2.2.2. E-Procurement System

Menurut (Setyadiharja, Budiman, & Karim, 2014) E-Procurement

system adalah suatu sistem yang memiliki lima komponen utama dalam

implementasinya, lima komponen utama ini adalah pembuatan kebijakan dan

manajemen, peraturan ,pembagian kekuasaan , pelaksanaan e-procurement, serta

saran dan kritik (feedback). Dapat disimpulkan bahwa e-procurement system

harus memiliki lima komponen utama yaitu pembuatan kebijakan dan

manajemen, adanya peraturan dalam proses pengadaan, pembagian kekuasaan

sesuai dengan divisi yang berkepentingan terhadap proses pengadaan, serta

saran & kritik.

Namun (Ali & Alrayes, 2014) juga berpendapat mengenai sistem e-

procurement. Bahwa sistem e-procurement adalah sebuah teknologi, proses

otomatisasi, sistem database, dan jaringan (web based) yang digunakan sebagian

atau seluruh proses pembelian.

2.2.3. Procurement Management

Dalam pelaksanaanya procurement membutuhkan management yang baik

agar proses pengadaan barang dapat berjalan dengan lancar. Turban et al. (2012,

p196) mendefinisikan procurement management adalah keadaan membalikkan

perencanaan, organisir, dan koordinasi semua kegiatan yang berkaitan dengan

pembelian barang dan jasa yang diperlukan untuk mencapai misi suatu

perusahaan. Jadi procurement management berkaitan dengan faktor keberhasilan

pencapaian misi perusahaan melalui cara seperti perencanaan, organisir dan

koordinasi pembelian barang dan jasa perusahaan.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

13

Pujawan (2005, p139-141) juga mendefinisikan manajemen procurement

sebagai berikut:

1. Merancang hubungan yang tepat dengan supplier. Hubungan dengan

supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan

transaksional jangka pendek. Model hubungan yang tepat bergantung

pada banyak hal, diantaranya kritis tidaknya barang yang dibeli dari

supplier yang bersangkutan yang bersangkutan dan besar tidaknya

nilai pembelian.

2. Memilih supplier. Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu

dan sumber daya yang tidak sedikit apabila supplier yang dimaksud

adalah supplier kunci. Kesulitan akan lebih tinggi apabila supplier-

supplier yang dipilih adalah supplier mancanegara (global supplier).

3. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok. Kegiatan

pengadaan barang selalu membutuhkan teknologi. Dengan

munculnya internet teknologi terhadap pengadaan barang mengalami

perkembangan yang lebih baik.

4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier. Bagian

pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item yang diperlukan

serta data tentang supplier mereka.

5. Melakukan proses pembelian, adalah pekerjaan rutin yang dilakukan

oleh bagian pengadaan. Proses pembelian bisa dilakukan dengan

beberapa cara diantaranya, pembelian rutin atau melalui sistem

lelang.

6. Melakukan evaluasi kinerja supplier, merupakan hal yang sangat

penting dilakukan agar daya saing masing-masing supplier

menentukan perusahaan dalam menentukan volume pembelian dan

peringkat supplier itu sendiri.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

14

2.2.4. Procurement

Menurut Turban et al. (2012,p196) procurement adalah ilmu yang

digunakan yang merujuk pada pembelian barang dan jasa oleh organisasi. Hal

ini biasanya dilakukan dengan membeli barang atau jasa dari supplier, juga

dikenal sebagai pembelian barang atau jasa oleh perusahaan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa procurement adalah landasan ilmu dalam melakukan

proses pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh organisasi, proses

pembelian ini dilakukan dengan membeli melalui supplier yang menyediakan

barang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2.2.5. E-procurement concept

Turban et al. (2012,p197) menjelaskan e-procurement concept adalah

proses B2B (business to business) mengenai pengadaan persediaan, pekerjaan,

dan layanan melalui internet (atau jaringan pribadi, seperti EDI (Electronic Data

Interchange).

2.2.6. Fokus Strategi Penerapan E-Procurement

Menurut Neef (2001, p43), tujuan dari penerapan e-procurement adalah:

1. Meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya pekerja dengan mengeliminasi

proses manual, proses berbasiskan kertas, dan menyediakan enterprise-wide,

self-service procurement.

2. Menghilangkan kemungkinan terjadinya pembelian maverick. Pembelian

maverick adalah dimana suatu perusahaan sudah memiliki kontrak supplier

tetap, namun anggota organisasi masih ada yang membeli tidak melalui

supplier yang sudah ditentukan namun mencari supplier lain.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

15

3. Mendapatkan data yang akurat pada total pengeluaran baik oleh supplier

maupun tipe pembelian.

4. Menggunakan supplier performance indicator, untuk dapat memilih supplier

yang lebih baik.

5. Memindahkan sebanyak mungkin transaksi kepada front line employee tanpa

menghilangkan peraturan bisnis.

6. Mengintegrasikan proses dan sistem, secara internal dan dengan supplier.

2.2.7. Keuntungan E-Procurement

Turban et al (2012, p200) juga menjelaskan beberapa keuntungan

penggunakan sistem e-procurement diantaranya:

• Menambah produktivitas dari purchasing.

• Menurunkan harga beli melalui standarisasi produk lelang dan diskon.

• Memperbaiki arus informasi dan manajemen.

• Melakukan kontrol terhadap inventori lebih efektif dan mengurangi

pembelian yang tidak perlu.

• Memperbaiki proses pembayaran lebih baik dan lebih cepat.

• Membangun efisisensi dan kerja sama yang baik terhadap supplier dengan

melakukan prinsip transparansi.

• Memperbaiki siklus manufaktur untuk supplier.

• Memastikan pengiriman barang tepat waktu.

• Mempercepat proses pemesanan karena memanfaatkan proses otomatis

sistem.

• Mengurangi jumlah supplier.

• Menemukan supplier baru dan vendor baru yang mampu menyediakan

barang dan jasa yang lebih cepat dan lebih murah.

• Mengurangi human error dalam proses pembelian dan pengiriman barang.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

16

• Memonitor dan meregulasi perilaku pembelian yang tidak efektif.

Sedangkan menurut (Teo & Lai, 2009) keuntungan yang diraih dari

penggunaan e-procurement:

• Mengurangi biaya operasional.

• Memungkinkan pemilihan supplier dan konsumen yang lebih luas.

• Meningkatkan sistem pemesanan.

• Menghilangkan biaya proses pemesanan manual.

• Mengurangi

penggunaan kertas dan biaya adminstrasi.

2.2.8. Batasan dan Tantangan dalam E-Procurement

Adapun demikian setiap sistem memiliki batasan dan tantangan yang harus

dihadapi, menurut Turban et al (2012,p201) dalam bukunya yang berjudul Electronic

Commerce 2012 berikut adalah batasan dan tantangan tersebut

• Biaya yang dibutuhkan tinggi.

• Tidak semua supplier mengikuti perkembangan teknologi yang

ada.

• Sistem mungkin saja terlalu kompleks.

• Sulit untuk mendapatkan integrasi secara internal maupun

eksternal.

• Teknologi yang ada harus di update secara berkala.

Tantangan dan hambatan e-procurement lebih mengarah kepada

keterbatasan dalam masalah teknologi yang dikarenakan belum semua

perusahaan mampu dalam mengikuti perkembangan teknologi e-procurement itu

sendiri dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan pengadaan barang dan jasa

secara manual.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

17

2.2.9. Proses E-procurement

Menurut (Lacity, M., Willcocks, L. & Feeny, D. 2005) mengemukakan bahwa

proses pengadaan barang, meliputi proses:

• Menentukan persyaratan: menentukan kebutuhan, berdasarkan titik re-order

dan waktu pemakaian.

• Menentukan sumber daya: mengidentifikasi potensi sumber pasokan.

• Memilih supplier: membandingkan alternatif pilihan supplier.

• Proses pembelian: Melakukan pemesanan sesuai dengan permintaan.

• Penerimaan barang: penerimaan barang yang telah di pesan.

• Verifikasi faktur: apakah barang yang telah diterima sudah sesuai dengan

faktur.

2.2.10. Persediaan

Schroeder (2000, p304) menjelaskan bahwa persediaan adalah stok dari

material yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memenuhi

permintaan pelanggan.

Sedangkan menurut Nasution (2003, p103) persediaan adalah sumber daya

menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. Proses ini berupa kegiatan produksi

pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi atau kegiatan

konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.

2.2.11. Manfaat Persediaan

Schroeder (2000, p306-307) mendefinisikan alasan mengapa diperlukan

persediaan diantaranya:

1. Untuk mengatasi ketidakpastian karena di dalam sistem persediaan,

terdapat ketidakpastian dalam hal persediaan, permintaan, dan

tengang waktu.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

18

2. Untuk memungkinkan pembelian atau produksi yang ekonomis,

karena pembelian atau produksi dalam jumlah besar akan

memberikan harga yang lebih ekonomis.

3. Untuk mengatasi perubahaan yang diharapkan dalam permintaan atau

penawaran.

2.2.12. Tipe Sistem Informasi Untuk E-Procurement

Chaffey (2007, p32) menjelaskan bahwa terdapat beberapa tipe sistem

informasi yang berbeda untuk digunakan pada siklus procurement:

1. Sistem pengendalian persediaan, berkaitan dengan pengadaan yang

berhubungan dengan produksi, sistem dapat memberikan peringatan

apabila jumlah persediaan sudah berada pada batas minimum stok.

2. Katalog CD atau web-based, katalog kertas sudah digantikan oleh

bentuk-bentuk katalog elektronik sehingga membuat proses pencarian

supplier lebih cepat.

3. Sistem aliran kerja dengan e-mail atau database, mengintegrasikan

pemasukan pesanan oleh pengirim, persetujuan manajer dan

penempatan oleh pembeli. Pemesanan diteruskan dari satu orang ke

orang berikutnya dan akan menunggu di inbox message mereka untuk

dilakukan tindakan berikutnya.

4. Memasukan order pada website, pembeli seringkali memiliki

kesempatan untuk memesan langsung pada website supplier, tetapi hal

ini menyebabkan tidak adanya integrasi antara sistem permintaan

dengan sistem akuntansi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

19

5. Sistem akuntansi memungkinkan staf divisi pembelian untuk melakukan input

order yang akan digunakan oleh staf akuntansi untuk melakukan pembayaran

ketika tagihan (invoice) tiba.

6. Sistem ERP ( Enterprise Resource Planning) atau e-procurement yang

terintegrasi yang bertujuan untuk mengintegrasikan semua fasilitas di atas dan

juga mengintegrasi sistem yang dimiliki oleh supplier.

2.2.13. Average Cost

Menurut Weygandt, Kimmel & Kiesto (2011, p269) di dalam sistem

inventori perpetual metode average cost disebut sebagai metode moving average.

Didalam metode ini perusahaan menghitung average cost baru, setelah setiap

melakukan pembelian dengan membagi harga barang yang tersedia untuk dijual

dengan jumlah stok yang ada. Average cost digunakan untuk :

• Unit yang dijual digunakan untuk menentukan harga pokok.

• Sisa unit yang tersedia digunakan untuk menentukan persediaan akhir.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

20

2.3. Teori Analisa dan Perancangan Sistem

Analisa dan perancangan sistem informasi adalah suatu ilmu dimana seorang

system analyst bekerja menganalisa dan merancang sebuah sistem informasi

dengan tujuan untuk memperbaiki atau memperbarui sistem yang dianggap sudah

tidak dapat menghasilkan output yang diharapkan, ataupun untuk merancang

suatu sistem yang akan mengubah suatu proses bisnis yang belum menerapkan

sistem informasi menjadi proses yang menerapkan sistem informasi.

2.3.1. System Requirements

Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p129) mendefinisikan system

requirements “System requirements are all of the capabilities that the new system

must have and the constraints that the new system must meet.” dimana suatu

perancangan sistem informasi harus menghasilkan perubahaan dan sesuai dengan

kebutuhan proses bisnis.

2.3.2. Object Oriented

Sebagai seorang sistem analyst hendaknya kita mengerti teori-teori dasar

yang harus dijadikan acuan dalam merancang suatu sistem informasi, apalagi

proses perancangan sistem saat ini sudah mencapai tahap Object Oriented. Lalu

apakah itu perancangan secara Object Oriented? Satzinger, Jackson, & Burd

(2005, p294) menjelaskan bahwa Object Oriented Design adalah “The process by

which a set of detailed object-oriented design is build, which programmers will

later use to write code and test a new system. System design is essentially a bridge

between a user’s requirements and programming for the new system.” Seorang

perancang sistem kemudian akan disebut sebagai System Analyst yang akan

menjembatani kebutuhan pengguna agar aplikasi yang dibuat oleh seorang

programmer dapat memenuhi kebutuhan user tersebut.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

21

2.3.3. Pengertian Object Oriented Programming (OOP)

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p60), Object-Oriented

Programming (OOP) didefinisikan sebagai menuliskan laporan dalam bahasa

pemrograman untuk mendefinisikan apa yang dilakukan objek yang dibuat termasuk

pesan yang dikirim satu sama lain.

2.3.4. Pengertian Spiral Model SDLC

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p42), spiral model SDLC adalah

suatu pendekatan adaptif SDLC dengan cara mengulang suatu siklus melalui kegiatan

pengembangan proyek hingga proyek tersebut selesai.

2.3.5. Pengertian UML (Unified Modelling Language)

Satzinger, Jackson, & Burd (2005,p39) menjelaskan bahwa UML adalah

satu set standar model konstruksi dan notasi khusus dikembangkan untuk

pengembangan berorientasi objek.

Dari definisi di atas UML adalah sebuah model yang khusus digunakan

untuk merancang sebuah sistem berorientasi objek. Penggunaan UML Diagram

dimaksudkan agar seorang sistem analist mampu mengambarkan diagram yang

nantinya akan digunakan dalam pengembangan sistem dan pengguna sistem (end-

user) mampu memahami maksud dari perancangan sistem yang dilakukan oleh

sistem analist.

2.3.6. Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p144), sebuah activity diagram

hanyalah sebuah diagram alur kerja yang menggambarkan berbagai pengguna

kegiatan, orang yang melakukan aktivitas masing-masing, dan aliran sekuensial

kegiatan ini.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

22

Gambar 2.1 Activity Diagram

(Satzinger, Jackson, & Burd Halaman 144 Figure 4-14)

2.3.7. Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010, p214), Use Case adalah

aktifitas yang dilakukan oleh sebuah system. Tujuannya adalah untuk menyajikan

gambaran grafis dari fungsi yang disediakan oleh sistem dalam hal pelaku, tujuan

mereka (direpresentasikan sebagai kasus penggunaan) dan setiap ketergantungan

antara kasus penggunaan.

1. Actor: digambarkan dengan simbol manusia dan mewakili peran yang tertulis

dibawahnya.

2. Connecting line: untuk menunjukkan yang mana actor berpartisipasi dengan

usecase.

3. Symbol ellipse: menunjukkan tugas yang dilakukan dari actor yang

berhubungan.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

23

4. Automation Boundary: merupakan ruang lingkup use case yang dibangun ke

dalam sistem.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p216): <<Include>>

Relationship Sebuah use case dapat melakukan fungsi atau menyediakan layanan

tambahan terkait dengan dirinya. Secara umum dapat diasumsikan bahwa setiap

use case yang memiliki fungsi <<include>> akan dipanggil secara otomatis

dieksekusi oleh use case yang di-include-nya. <<Extend>> Relationship Sebuah

use case juga dimungkinan secara optional menggunakan fungsionalitas yang

disediakan oleh use case lain

Gambar 2.2 Use Case Diagram beserta Include Relationship

(Satzinger, Jackson, & Burd Halaman 216 Figure 6-3)

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

24

2.3.8. Use Case Description

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010, p220) Use Case Description

adalah penjabaran detil dari Use Case Diagram untuk memperlihatkan aliran

kegiatan dari masing-masing proses pada Use Case.

Gambar 2.3 Use Case Description

(Satzinger, Jackson & Burd Halaman 223 Figure 6-10)

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

25

2.3.9. Data Access Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p322), prinsip Data Access

Sequence diagram diadopsi dengan menggunakan akses data pada table dalam table

relational database menggunakan SQL statements. Pada proses penggunaannya

mirip sekali dengan view layer sequence diagram, akan tetapi ditambahkan dengan

objek akses data terkait dengan objek yang bersangkutan.

Gambar 2.4 Data Access Sequence Diagram

(Satzinger, Jackson & Burd Halaman 321 Figure 8-22)

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

26

2.3.10. User Interface

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p442), User Interface

melibatkan input dan output yang secara langsung melibatkan pengguna system.

Suatu user interface mengijinkan user untuk berinteraksi dengan komputer

untuk menyimpan maupun melakukan transaksi. Suatu output dihasilkan

biasanya setelah interaksi user, seperti informasi yang ditampilkan setelah user

melakukan query didalam system tersebut.

Ada 8 aturan emas dalam merancang user interface yang baik antara lain :

1. Berusaha untuk konsisten, harus selalu berusaha konsisten dalam merancang

dialog yang akan ditampilkan.

2. Memungkinkan frequent user menggunakan shortcuts, pengguna

yang sudah sering menggunakan aplikasi menginginkan kecepatan dalam

mengakses fungsi yang diinginkan. Jadi dibutuhkan tingkat interaksi yang

pendek atau singkat dan langsung menuju ke fungsi tersebut. Untuk itu, perlu

disediakan tombol spesial atau perintah tersembunyi.

3. Memberikan umpan balik yang informatif, untuk memberikan informasi

kepada pengguna sesuai dengan aksi yang dilakukannya. Umpan balik bisa

berupa konfirmasi atau informasi atas suatu aksi.

4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir, adanya keterangan atas

akhir dari suatu proses dan aksi untuk membantu pengguna mengetahui

keberhasilan aksi yang telah dilakukan.

5. Memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang

sederhana, dengan cara memberikan instruksi yang sederhana, konstruktif dan

spesifik untuk perbaikan.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

27

6. Mengijinkan pengembalian aksi (undo) dengan mudah, sehingga bila terjadi

kesalahan aksi dapat dikembalikan ke semula.

7. Mendukung internal focus of control, pengguna menguasai sistem, sehingga

mereka merasa menguasai sistem tersebut. Sistem yang tidak terduga dan sulit

dalam melakukan suatu aksi akan menyulitkan user.

8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek, keterbatasan memori pada manusia

harus diatasi oleh program dengan tidak banyak membuat pengguna melakukan

proses penyimpanan memori.

Gambar 2.5 Contoh User Interface

(Satzinger, Jackson, & Burd Halaman 475 Figure 11-17)

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

28

2.3.11. Updated Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p305), Updated Design Class

Diagram adalah desain class diagram yang dapat dikembangkan untuk setiap

layer. Pada view layer dan data access layer, beberapa class baru harus spesifik.

Domain layer juga mempunyai beberapa class baru yang ditambahkan untuk

class controller.

Updated design class diagram merupakan pengembangan dari first cut

design class diagram dengan menambahkan kelas baru untuk use case

controller. Pada titik tersebut, belum ada penambahan metode pada class,

sehingga pada updated design class diagram ini akan ditambahkan juga metode-

metode setiap class dan controller yang berdasarkan metode / fungsi pada

sequence diagram.

Gambar 2.6 Updated Design Class Diagram

(Satzinger, Jackson, & Burd Halaman 340 Figure 8-30)

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

29

2.3.12. First Cut Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p309), First Cut Design Class

Diagram dikembangan dengan memperluas domain model class diagram serta

membutuhkan dua langkah yaitu langkah pertama dengan mengelaborasikan atribut-

atribut dengan tipe dan nilai awal informasi, dan langkah kedua dengan

menambahkan visibilitas panah navigasi. Pada umumnya semua attribut pada First-

Cut design class diagram disimpan dengan akses “Private” dengan ditunjukan tanda

garis minus yang mengawalinya.

Gambar 2.7 First Cut Class Diagram

(Satzinger, Jackson, & Burd Halaman 311 Figure 8-10)

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

30

2.3.13. Event Table

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010, p174), event table adalah

katalog dari use case yang terdiri dari event dalam bentuk barisan dan kunci dari

masing-masing informasi didalam sebuah kolom.

Gambar 2.8 Event Table

(Satzinger, Jackson, & Burd Halaman 175 Figure 5-10)

Berikut penjelasan bagian dari event table antara lain:

� Event sebuah kejadian seketika yang melibatkan satu atau lebih objek.

� Trigger merupakan sinyal yang memberitahukan sistem bahwa suatu

peristiwa telah terjadi, baik kedatangan membutuhkan pengolahan

data atau titik waktu.

� Source merupakan agen eksternal atau aktor yang memasok data ke

sistem.

� Use Case merupakan tindakan yang dilakukan sistem ketika event

terjadi.

� Response merupakan output yang dihasilkan oleh sistem yang menuju

ke tujuan.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

31

� Destination merupakan agen eksternal atau aktor yang menerima data dari

sistem.

2.3.14. Package Diagram

Gambar 2.9 Package Diagram

(Satzinger, Jackson, & Burd Halaman 341 Figure 8-31)

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005,p339), package diagram

merupakan diagram high level yang mengijinkan perancang untuk menghubungkan

class-class untuk dikelompokkan. Kelompok tersebut terdiri dari view layer, data

access layer dan domain layer. Khusus untuk domain layer, terdiri dari nama object

dan juga handler.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00038-SI Bab2001.pdf8 2.1.3. Information Rainer & Cegielski , (2011, p10) mendefinisikan

32