tugas anes.doc

18

Upload: shiera-haddar

Post on 05-Oct-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Major mekanisme dari kerja obat anti- seizure:

1. Prolong Inactivation state of voltage-dependent Na+ channels in a use-dependent fashion.

2. Meningkatkan efektivitas dari inhibitory GABA transmission via the GABAA receptor.

3. Inhibition of Ca++ currents through T-type Ca++ channels.

4. Inhibition of excitatory glutamate transmission via ionotropic receptors.

Objective: Untuk mengontrol kejang tanpa menyebabkan munculnya efek samping yang membahayakan.

Important Concepts:

- Pemilihan obat tergantung tipe kejang- Dahulukan pemakaian Single drug therapy- Titrasi dosisnya- Monitor plasma drug concentrations

- Therapy tailored to individual

- Drugs treat symptoms; do not cure underlying cause

- Kegagalan terapi bisa disebabkan banyak hal (sering akibat poor compliance)Obat saraf golongan antikonvulsan / obat epilepsi terbagi dalam 8 golongan.

1. Golongan Hidantoin: Fenitoin, Mefenotoin, Etotoin.

Fenitoin/Phenytoin biasa dalam bentuk garamnya yaitu Phenytoin Na dengan sediaan kapsul 50 mg dan 100 mg, serta ampul untuk suntik 100mg/2 ml.

Indikasi: fenitoin diindikasikan terutama untuk bangkitan tonik klonikdan bangkitan parsial atau fokal. Fenitoin juga bermanfaat terhadap bangkitan parsial kompleks.

Efek samping obat: gejala hepatotoksisitas berupa ikterus atau hepatitis, anemia megaloblastik, atau kelainan darah jenis lain. Fenitoin bersifat teratogenik. Hati hati penggunaan pada ibu hamil.

2. Golongan Barbiturat: Fenobarbital, Primidon.

Fenobarbital atau Phenobarbital tersedia dalam bentuk garamnya untuk sediaan suntik dengan kemasan ampul 200 mg / 2 ml. Juga ada yang dikombinasi dengan golongan hidantoin (Diphenylhidantoin) tersedia dalam bentuk tablet.

Fenobarbital masih merupakan obat antikonvulsi pilihan karena cukup efektif, murah. Dosis efektifnya relatif rendah. efek samping berupa sedasi, psikosis akut, dan agitasi, sehingga yang lebih sering dipakai adalah turunan fenobarbital seperti metabarbital atau mefobarbital.

Primidon lebih efektif daripada fenobarbital, terutama untuk terapi kejang parsial dan kejang umum tonik klonik. Dulu primidon obat pilihan utama untuk kejang parsial kompleks, tapi kini karbamazepin dan fenitoin ternyata lebih baik daripada primidon. Potensi antikonvulsi primidon lemah. Efek samping pada SSP berupa kantuk, ataksia, pusing, sakit kepala, dan mual; kelainan kulit berupa ruam morbiliform, pitting edema. Selain itu dapat terjadi anoreksia, impotensi, dan aktivasi psikotik, terutama pada pasien epilepsi psikomotor.

3. Golongan Oksazolidindion: Trimetadion.

Merupakan obat anti epilepsi tipe absence, namun setelah etosuksimid dipakai secara luas pada tahun 1960, trimetadion sudah jarang digunakan.

4. Golongan Suksinimid: Etosuksimid

Etosuksimid merupahan obat untuk bangkitan lena tetapi tidak tersedia di Indonesia.obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik dan akinetik. Efek samping yang sering timbul ialah mual, sakit kepala, kantuk, dan ruam kulit. Gejala yang lebih berat berupa agranulositosis dan pansitopenia.

5. Karbamazepin, Ox Carbazepine

Karbamazepin efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik klonik. Selain mengurangi kejang, efeknya nyata pada perbaikan psikis yaitu perbaikan kewaspadaan dan perasaan. Karbamazepin juga memperlihatkan efek analgesik selektif misalnya pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya yang sulit diatasi dengan analgesik biasa. Efek samping setelah pemberian obat jangka lama berupa pusing, vertigo, ataksia, diplopia dan penglihatan kabur, serta retensi air. Efek samping lainnya berupa mual, muntah, diskrasia darah yang berat, dan reaksi alergi.

6. Golongan Benzodiazepin: Diazepam, Klonazepam, Nitrazepam

Diazepam terutama digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, misalnya status epileptikus. Obat ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sederhana. Diazepam efektif pada bangkitan lena karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam satu detik. Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus pada dewasa, disuntikkan 0,2mg/kgBB dengan kecepatan 5mg/menit IV secara lambat. Dosis dapat diulang 15-20 menit. Dosis maksimal 20-30mg. Pada anak-anak dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,15-0,3mg/kgBB selama 2menit dan dosis maksimal 5-10mg; atau per-rectal dengan dosis 0,5mg atau 1mg/kgBB untuk bayi dan anak dibawah usia 11 tahun. Efek samping berat dan berbahaya yang menyertai penggunaan Diazepam IV ialah obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Disamping ini dapat terjadi depresi napas sampai henti napas, hipotensi, henti jantung dan kantuk.

Klonazepam merupakan benzodiazepin dengan masa kerja panjang. Obat ini untuk terapi bangkitan mioklonik, akinetik, dan spasme infantil. Klonazepam efektif untuk terapi tambahan semua tipe kejang, kecuali tonik klonik. Di indonesia, klonazepam merupakan pilihan untuk bangkitan lena. Efek samping yang tersering adalah kantuk, ataksia, dan gangguan kepribadian.

Nitrazepam dapat untuk mengendalikan hipsaritmia, spasme infantil, dan bangkitan mioklonik. Kurang efektif dibandungkan klonazepam. Efek samping: mencetuskan bangkitan tonik klonik, memberatnya bangkitan lena, hipersekresi lendir saluran napas, gangguan pada SSP terutama letargi dan ataksia.

7. Golongan Asam Valproat dan garamnya (Divalproex Na)

Valproat untuk epilepsi tonik klonik umum, terutama yang primer dan kurang efektif terhadap epilepsi fokal. Toksisitas valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit, dan alopesia. Gangguan cerna berupa anoreksia, mual dan muntah. Efek terhadap SSP berupa kantuk, ataksia, dan tremor. Ganggauan pada hati berupa peninggian enzim hati, sesekali terjadi nekrosis hati.

8. Golongan Phenyltriazine; Lamotrigine

Lamotrigine pada pemberian monoterapi, digunakan untuk terapi bangkitan parsial dan digunakan sebagai terapi tambahan untuk bangkitan lena dan mioklonik. Selain sebagai obat epilepsi juga digunakan untuk memperpanjang periode serangan pada penderita depresi, mania dan perasaan yang abnormal lainnya pada penderita bipolar I. Efek samping dapat menyebabakan ruam, pusing, sakit kepala, diplopia, dan somnolen. Pada anak anak harus diwaspadai karena dapat menyebabkan dermatitis yang mengancam jiwa. Lamotrigin mempunyai efek teratogenik, yakni efek anti folat Asam valproat dapat meningkatkan efek samping Lamotrigine.

8. Golongan Gabapentin dan turunannya (Pregabalin)

Gabapentin digunakan sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial dan kejang umum tonik klonik. Juga digunakan untuk nyeri neuropatik seperti neuralgia pasca herpes. Efek samping berupa ataksia, pusing, sakit kepala, somnolen, tremor. Pregabalin baru tersedia dalam bentuk kapsul 75 mg.9. Lain lain Fenasemid merupakan senyawa turunan fenitoin, efektifitasnya rendah. fenasemid bersifat toksik, berupa reaksi idiosinkrasi, hepatitis, nefritis, anamia aplastik sehingga hanya dipakai untuk kejang parsial yang refrakter.

Topiramate merupakan obat epilepsi baru dengan sediaan tablet 25 mg, 50 mg dan 100 mg juga dalam bentuk kapsul sprinkle 15 mg, 25 mg dan 50 mg. Digunakan untuk terapi bangkitan parsial dan bangkitan umum tonik klonik. Juga digunakan untuk sindroma Lennox-gestaut, sindroma West, dan bangkitan lena.

Levetirasetam merupakan analog pirasetam, diindikasikan sebagai obat tambahan pada bangkitan parsialdan bangkitan tonik klonik umum sekunder. Efek sampingnya berupa somnolen, astenia, dan pusing.Magnesium Sulfat ( MgSO4) lebih efektif diberikan sebagai anti kejang pada preeklampsia atau eklampsia, cara kerja magnesium sulfat ialah menghambat atau menurunkan asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan iuo magnesium). Magnesium sulfat juga digunakan untuk terapi kejang pada pasien tetanus.

SHOCK ANAPHYLACTIC

Adrenaline (Epinephrine)

Adrenalin adalah obat yang sangat penting pada terapi anafilaktik. Sebagai agonis reseptor alfa, adrenalin membuat vasokonstriksi perifer dan mengurangi edema. Aktivitas beta reseptornya membuat bronkodilatasi, dan meningkatkan kontraksi myokard, serta mensupresi histamin dan leukotrien release. Beta 2 adrenergik reseptor menghambat aktivasi mast cell, dan melemahkan severitas dari IgE-mediated allergic reactions. 1. Intramuscular (IM) Adrenaline

Intramuscular (IM) adalah rute pemberian yang terbaik pada anaphylactic reaction.. IM route memiliki beberapa keuntungan: Margin safety nya lebar.

Tidak membutuhkan akses IV.

Lebih mudah.

Tempat penyunyikan yang paling baik pada sepertiga tengah paha anterolateral.

The subcutaneous atau inhaled routes for adrenaline tidak direkomendasikan untuk anaphylactic reaction karena efektivitasnya kurang.

2. Intravenous (IV) adrenaline (for specialist use only)

The intramuscular (IM) route for adrenaline is the route of choice for most

healthcare providers. Resiko akan lebih besar bila menggunakan IV route, bisa akibat dosis yang tidak tepat, atau misdiagnosis. Karena itulah IM route lebih direkomendasikan.

3. Adrenaline auto-injectors

Auto-injectors diberikan kepada pasien yang beresiko anafilaksis untuk penggunaan pribadi. Sampai saat ini hanya ada 2 dosis adrenaline auto-injector yaitu: 0.15 and 0.3 mgBradycardia Asymptomatic and Symptomatic Bradycardia adalah rhythm disorder dengan heart rate kurang dari 60 kali per menit. (Typically