tugas akmen rini.docx
TRANSCRIPT
1. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
1.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi
manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-
pusat
pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah akuntansi
pertanggungjawaban ini
akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan sampai bagaimana
baiknya manajer
pusat pertanggungjawaban dapat memanage pekerjaan yang langsung dibawah
pengawasannya dan yang merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang
mengukur
rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban.
12. Pusat Pertanggungjawaban
1.2.1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban ialah setiap unit kerja dalam organisasi yang dipimpin
oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dilakukan atau unit
organisasi
yang dipirnpinnya. Dalam kaitan ini, suatu organisasi terdiri dari kumpulan dari
beberapa pusat
pertanggungjawaban. Keseluruhan pusat pertanggungjawaban ini membentuk
jenjang hirarki
dalam organisasi tersebut. Pada tingkatan yang terendah bentuk dan pusat
pertanggungjawaban ini kita dapatkan sebagai seksi, regulernya bergilir, serta unit-
unit kerja
lainnya, Pada tingkatan yang lebih tinggi pusat pertanggungjawaban dibentuk
dalam
departernen-departemen ataupun divisi-divisi. Biasanya istilah pusat
pertanggungjawaban
hanya kita terapkan untuk unit-unit kecil dalam organisasi ataupun unit-unit kerja
yang terletak
pada tingkat bawah dalam suatu lingkup organisasi.
1.2.2. Jenis-jenis Pusat Pertanggung jawaban
Pusat pertanggungjawaban pada dasarnya diciptakan untuk mencapai sasaran
tertentu,
jadi sasaran dari masing-masing individu dalam liar-liar pusat pertanggungjawaban
itu harus
diusahakan agar selaras, serasi dan seimbang dalam usaha rnencapai sasaran
umum dari
organisasi secara keseluruhan. Suatu pusat pertanggungjawaban pada dasarnya
dibentuk
untuk rnencapai sasaran tertentu yang selaras dengan sasaran umum organisasi.
Masukan Keluaran
Sumber daya yang Produk/Jasa
Proses/Kerja
digunakan
Ada empat tire pusat pertanggungjawaban yang didasarkan kepada sifat masukan
dalam
bentuk biaya dan keluaran dalam bentuk pendapatan ataupun secara bersama-
sama yaitu :
a. Pusat Pembiayaan (Cost Center) b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
c. Pusat Laba (Profit Center)
d. Pusat Investasi (Investment.Center)
A.Pusat Biaya
Menurut Mulyadi, “Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya)”,
(2001:426).
Menurut Hansen dan Mowen , “Pusat biaya adalah suatu pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab penuh hanya
terhadap biaya”,(2000:63). Menurut Mulyadi berdasarkan karakteristik
hubungan antara masukan dengan keluarannya, pusat biaya dibagi lebih lanjut
menjadi :
“1. Pusat biaya teknik (engineered expense center) adalah pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai
hubungan nyata dan erat dengan keluarannya.
2. Pusat biaya kebijakan (discretionary expennse center) adalah
pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak
mempunyai hubungan dengan keluarannya.”
(2001:426)
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya teknik biasanya
dinyatakan sebagai biaya standar, bila penetapan biaya standar telah ditetapkan
dalam suatu pusat pertanggungjawaban, maka cara pengukuran besarnya keluaran
dapat dihitung. Perhitungan tersebut nantinya dapat dibandingkan dengan biaya
standar tadi. Sedangkan biaya kebijakan biasanya merupakan biaya yang
ketetapan ketetapan pengukurannya sulit dilaksanakan dengan baik. Biasanya
besar biaya tersebut hanya didasrkan atas pertimbangan penilaian yang dilakukan
oleh manajemen saja, dimana cara perhitungannya mereka sesuaikan dengan
keadaan atau situasi lingkungan mereka sendiri.
Pusat Biaya Teknik
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pusat biaya teknik sebagian
besar masukannya mempunyai hubungan nyata dan erat dengan keluarannya.
Menurut R.A Supriyono pusat beban teknik adalah :
“Pusat beban yang sebagian besar biayanya adalah biaya teknis
sehingga biaya yang harus terjadi dapat ditentukan di muka secara
teliti (relatif dan tepat waktu) dalam ukuran biaya standar. Biaya teknis
adalah biaya yang mempunyai hubungan fisik optimal (erat dan nyata)
dengan keluarannya. “
(2000:336-337)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluaran biaya teknis dapat
ditentukan, dan terdapat hubungan yang erat dan nyata antara masukan dan
keluarannya. Namun secara umum dapat dipastikan bahwa tidak ada satupun jenis-
jenis pusat pertanggungjawaban dimana setiap jenis biaya dapat kita kelompokan
ke dalam biaya teknis, karena apa yang disebut biaya teknis hanya dipakai untuk
suatu pos yang mana unsur-unsur biayanya yang dapat terukur lebih dominan. Hal
ini berarti bahwa tidak semua unsur biaya yang ada pada pos-pos tersebut dapat
diperkirakan dengan baik dan akurat.
Manajer pusat biaya teknis bertanggungjawab atas efisiensi dan efektivitas
pusat biaya yang dipimpinnya. Efisiensi pusat biaya teknis dinilai atas dasar
hubungan antara masukan dengan keluarannya. Alat penilai efisiensi pusat biaya
teknis adalah biaya standar. Biaya yang sesungguhnya terjadi pada pusat biaya ini
dibandingkan dengan biaya standarnya, kemudian dihitung dan dianalisis
penyimpangan biaya yang terjadi. Efektivitas pusat biaya teknis dinilai atas dasar
kemampuan pusat biaya tersebut dalam mencapai volume produksi yang
diharapkan pada tingkat kualitas dan waktu tertentu. Contoh pusat biaya teknik
adalah departemen produksi.
Pusat Biaya Kebijakan
Pusat biaya kebijakan merupakan pusat pertanggungjawaban yang sebagian
besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya
Menurut R.A Supriyono bahwa :
“Pusat beban kebijakan adalah pusat beban yang sebagian besar
biayanya adalah biaya kebijakan. Biaya kebijakan adalah biaya yang
terjadinya dan variabilitasnya ditentukan berdasar kebijakan
manajemen. Biaya kebijakan tidak mempunyai hubungan fisik secara
optimal (erat dan nyata) denagn keluarannya.”
(2000:337)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keluaran pusat biaya kebijakan
tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif atau tidak mempunyai hubungan
yang nyata dengan masukannya.
Pusat biaya kebijakan tidak dapat dinilai efisiensinya karena keluaran yang
dihasilkan sulit diukur dan tidak dapat dibandingkan dengan masukannya.
Efektivitas pusat biaya kebijakan dinilai berdasarkan kaitan antara keluaran yang
dihasilkan dengan target yang telah ditetapkan.
Menurut R.A.Supriyono pengendalian pusat beban kebijakan mempunyai
karakteristik khusus yang berbeda dengan pengendalian pusat beban teknis
terutama dalam hal :
1. “Penyusunan anggaran.
2. Tipe pengendalian yang digunakan
3. Pengukuran prestasi manajer
4. Pemilihan manajer
5. Pemeliharaan iklim organisasi
6. Penentuan proposi biaya teknis.”(2000:339)
Penjelasan dari kekenam karakteristik khusus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Anggaran
dalam penyusunan anggaran pusat beban kebijakan dapat dimulai dari
penentuan tugas rutin dan tugas khusus yang kemudian berdasarkan tugas-
tugas tersebut ditentukan anggaran biaya untuk melaksanakan tugas tersebut.
2. Tipe pengendalian
tujuan anggaran pusat beban kebiakan adalah untuk memungkinkana
manajemen pusat kebijakan mengendalikan biaya dengan cara ikut berperan
serta dalam perencanaan tugas-tugas dan anggaran biayanya. Biaya
dikendalikan diantaranya dengan cara menyusun anggaran biaya yang
jumlahnya harus sedekat mungkin dengan biaya sesunggunya.
3. Pengukuran Prestasi
Dalam pusat beban kebijakan, laporan prestasi tidak digunakan untuk menilai
efisiensi pusat beban kebijakan. Anggaran pusat beban kebijakan merupakan
kesanggupan manajernya untuk melaksanakan tugas yang direncanakan
dengan biaya yang tidak boleh melebihi anggarannya tanpa persetujuan
manajemen puncak terlabih dahulu.
4. Pemilihan Manajer
Salah satu syarat penting agar dapat mengendalikan pusat beban kebijakan
adalah pemilihan manajer yang baik untuk memimpin pusat beban tersebut.
Manajer tersebut harus mempunyai kemampuan teknis yang diperlukan untuk
mengendalikan tugastugas yang dilaksanakan dalam departemennya. Dan
kemampuan pengelolaan yang diperlukan untuk mengatur pelaksanaan tugas-
tugas ke arah pencapaian tujuan organisasi yang dipimpinnya.
5. Pemeliharaan Iklim Organisasi
Iklim yang baik maksudnya adanya pengakuan penghargaan terhadap semua
tugas yang dilaksanakan oleh para pelaksanan dan para pelaksanan harus
memperhatikan biaya untuk melaksanakan tugasnya jangan sampai melampaui
anggarannya.
6. Penentuan Proporsi Biaya teknis
Perlu diperhatikan bahwa sbagian kecil dalam pusat beban kebijakan mungkin
merupakan biaya teknis. Oleh karena itu, manajer pusat beban kebijakan harus
menentukan proporsi biaya teknis dalam departemennya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengidentifikasi tugas-tugas rutin karena sebagian biaya
tugas-tugas rutin biasanya merupakan biaya teknis sehingga tugas ini dapat
diidentifikasi masukan dan keluarannya dan dapat teknis pada departemennya,
manajer pusat beban kebijakan dapat dengan baik mengendalikan sebagian
biaya departemennya, meskipun jumlahnya relatif kecil.
Menurut R.A Supriyono terdapat beberapa jenis pusat beban kebijakan yang
umumnya ada pada suatu organisasi yaitu :
“1. Pusat administrasi
2. Pusat penelitian dan pengembangan
3. Pusat pemasaran”
(2000:345)
penjelasan dari ketiga pusat beban kebijakan adalah sebagai berikut :
1. Pusat Administrasi
Pusat administrasi dan umum berfungsi sebagai penentu strategi dan kebijakan,
perencanan,pengarahan dan pengendalian kegiatan organisasi atau unit
organisasi. Contohnya departemen keuangan, departemen
personalia,departemen hukum,departemen hubungan masyarakat. Keluaran
pusat administrasi umumnya berupa jasa dan nasihat yang bermanfaat bagi
organisasi. Oleh karena itu, biaya yang terjadi dalam pusat administrasi tidak
mempunyai hubungan yang erat dengan keluarannya sehingga pengendalian
pusat biaya ini tidak dapat menggunakan biaya standar. Pengukuran prestasi
manajer pusat administrasi biasanya menggunakan laporan bulanan yang
membandingkan antara biaya sesungguhnya dengan anggarannya.
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Keluaran pusat penelitian dan pengembangan antara lain berupa produk baru,
paten, proses baru. Meskipun keluarannya lebih berwujud, namun keluaran ini
sulit diukur karena keluarannya tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan
masukannya. Keluarannya kemungkinan memerlukan waktu bertahuin-tahun.
Nilai keluarannya sering kali sulit ditentukan. Prestasi manajer pusat penelitian
dan pemngembangan diukur setiap bulan atau setiap kuartal melalui laporan
bulanan atau kuartalan. Laporan tersebut menyajikan perbandingan antara
biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan menurut pusat
pertanggungjawaban dan menurut proyek.
3. Pusat Pemasaran
Pusat pemasaran merupakan pusat pendapatan dan sekaligus pusat beban
yang aktivitas-aktivitasnya mencakup aktivitas untuk memperoleh pesanan
konsumen dan aktivitas untuk melayani konsumen. Sebagai pusat pendapatan,
manajernya bertanggung jawab dan prestasinya diukur atas dasar pendapatan
yang dicapai oleh pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Sebagai pusat
beban, pusat pemasaran merupakan salah satu pusat beban kebijakan yang
mempunyai karakteristik pengendalian yang berbeda dibandingkan dengan
pusat beban Kebijakan lainnya. Dalam kegiatan untuk memperoleh pesanan,
pengendalian terhadap kegiatan ini mempunyai karakteristik yaitu keluarannya
dapat diukur ecara kuantitatif namun sulit diukur efektivitasnya karena kegiatan
ini banyak pengaruhi oleh lingkungan luar. Untuk kegiatan melayani pesanan,
sebagian biaya dari kegiatan ini merupakan biaya teknis dan sebagian lagi biaya
kebijakan. Pengendalian biaya untuk biaya teknik sama dnegan pengendalian
pusat beban teknis, sedangkan pengendalian biaya kebijakan menggunakan
cara yang sama dengan pengendalian pusat beban kebijakan yang sudah
dibahas sebelumnya.
Pusat biaya kebijakan walaupun telah dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab, tetap saja ada biaya- biaya yang dikeluarkan namun tidak dapat
dikendalikan dan dimintai pertanggungjawabannya kepada manajer tersebut. Untuk
itu dalam pusat biaya kebijakan terdapat pembagian biaya, yaitu biaya terkendali
dan biaya tidak terkendali. Berikut adalah penjelasan kedua biaya tersebut :
Biaya terkendali dan biaya tidak terkendali
Biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu
sebagai akibat dari keputusan manajer pusat pertanggungjawaban yang
bersangkutan. Dengan demikian dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap
pusat pertanggungjawaban, harus dipisahkan antara biaya-biaya yang
terkendalikan dengan yang tidak terkendalikan.
Biaya terkendalikan menurut Mulyadi adalah “Biaya tersebut dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban
yang bersangkutan.”(2001:169). Artinya biaya yang terkendalikan adalah biaya
yang dialokasikan dalam suatu pusat pertanggungjawaban dimana biaya tersebut
dapat dipertanggungjawabkan kepada manajer yang bersangkutan, karena biaya
tersebut merupakan kendalinya.
Menurut Mulyadi bahwa,
“Biaya yang dialokasikan kepada suatu pusat pertanggungjawaban
dengan dasar yang sembarang, tidak dapat dimintakan
pertangggungjawaban kepada manajer pusat pertanggungjawaban
yang bersangkutan, biaya tersebut merupakan biaya tidak
terkendalikan bagi manajer tersebut"
(2001:169)
Dari pengertian yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa biaya tidak
terkendalikan merupakan biaya yang terjadi dalam suatu pusat
pertanggungjawaban dimana biaya tersebut dialokasikan kepada pusat
pertanggungjawaban tersebut dengan dasar yang sembarang sehingga manajer
yang bersangkutan dengan pusat pertanggungjawaban tersebut tidak dapat
dimintai pertanggungjawaban atas terjadinya biaya tersebut.
B. Pusat Pendapatan
Menurut Hansen dan Mowen, pengertian pusat pendapatan adalah “Pusat
pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya
bertanggungjawab hanya terhadap pendapatan”, (2000:63).
Menurut Mulyadi “Pusat pendapatan adalah pusat
pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk
mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut”,
(2001:425).
Jadi pada dasarnya pusat pendapatan hanya bertanggung jawab terhadap
semua pendapatan (keluaran) yang terjadi pada suatu pusat pertanggungjawaban,
tetapi tidak ada usaha formal untuk membandingkannya dengan biaya
(masukannya). Pusat pendapatan banyak kita temui pada organisasi pemasaran.
Pada pusat pendapatan ukuran primernya adalah pendapatan, biaya yang
terkandung disini hanyalah biaya-biaya yang berada dalam pengawasan langsung
manajemen pusat pendapatan, maka pusat tersebut tidak dapat kita anggap
sebagai pusat keuntungan karena biaya-biaya yang terlibat di sini belum
merupakan biaya lengkap.
C. Pusat Laba
Menurut Hansen dan Mowen, “Pusat laba adalah suatu pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab terhadap
pendapatan maupun biaya”(2000:63). Sedangkan menurut Mulyadi “Pusat
laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat
pertanggungjawaban tersebut.”(2001:439).
Dari pengertian pusat laba yang telah diuraikan tersebut dapat diartikan
bahwa pusat laba adalah suatu unit organisasi, dimana manajernya harus
mempertanggungjawabkan seluruh biaya dan pendapatan yang terjadi karena laba
merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Jika dalam suatu pusat
pertanggungjawaban, pengukuran prestasi keuangan didasarkan pada keuntungan
yang dicapai maka ini disebut pusat laba.
D. Pusat Investasi
Menurut Hansen dan Mowen “Pusat Investasi adalah suatu pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab terhadap
pendapatan, biaya dan investasi”,(2000:63). Sedangkan menurut Mulyadi
“Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur prestasinya
dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban
tersebut dengan investasi yang bersangkutan”,(2001:425).
Maksud dari pengertian di atas adalah seseorang yang bertanggungjawab
dalam pusat investasi harus bertanggungjawab atas segala biaya, pendapatan dan
investasi yang terjadi pada pusat pertanggungjawaban tersebut, dimana
keberhasilan manajer diukur dengan membandingkan laba dengan investasi yang
digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
1.3. lnformasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Manajemen dari berbagai jenjang organisasi suatu perusahaan memerlukan
informasi
keuangan untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan itu sendiri atau
bagiannya.
lnformasi keuangan ini merupakan masukan yang penting bagi para manajer dalam
mengelola
perusahaan atau bagiannya. Berbeda dengan pihak luar yang memerlukan
informasi keuangan
guna mengambil keputusan untuk menentukan hubungan mereka dengan suatu
perusahaan,
para manajer memerlukan informasi keuangan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan
mengenai perusahaan atau bagian yang dipimpin oleh manajer yang bersangkutan.
Informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh para manajer tersebut diolah dan disajikan oleh
tipe akuntansi.
Oleh karena karakteristik keputusan yang dibuat oleh pihak luar berbeda dengan
karakteristik keputusan yang dibuat oleh para manajer, maka ha! ini mempunyai
dampak
terhadap karakteristik sistem pengolahan informasi akuntansi yang menghasilkan
informasi
keuangan tersebut.
Informasi akuntansi pertanggungiawaban merupakan informasi biaya, pendapatan,
dan
aktiva yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat
pertanggungjawaban tertentu. Dalam penyusunan anggaran, tiap manager dalam
organisasi
merencanakan biaya dan pendapatan yang menjadi tanggungjawabnya di bawah
koordinasi
manajemen puncak. Pelaksanaan anggaran tersebut memerlukan informasi
akuntansi guna
memantau sampai seberapa jauh tiap manajer tersebut melaksanakan rencananya.
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban dengan demikian merupakan dasar untuk
menganalisis prestasi
manager dan sekaligus untuk memotivasi para manager dalam melaksanakan
rencana mereka
yang dituangkan dalam anggaran mereka masing-masing.
1.4 lnformasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat
dalam Pengendalian
Manajemen
Informasi akuntansi pertanggungjawaban berguna dalam pengendalian
manajemen,
karena menekankan pada hubungan antara informasi dengan manajer yang
bertanggungjawab
terhadap perencanaan dan pelaksanaan.
Pengendaban dapat dilakukan dengan cuma memberikan tanggungjawab kepada
masing-masing manajer untuk merencanakan pendapatan dan atau biaya, dan
berusaha
mengajukan informasi realisasi pendapatan dan biaya tersebut di bawah
pengendaliannya.
Dengan demikian anggaran harus disusun untuk setiap pusat pertanggungjawaban,
yang
dibebani tanggungjawab atas pendapatan dan biaya. Disamping itu melalui realisasi
dari setiap
pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan anggarannya sehingga dapat
ditentukan
selisih (Variance) dan anggaran. Selanjutnya selisih ini dapat digunakan sebagai
dasar untuk
menilai prestasi manager dari setiap pusat pertanggungjawaban.
Dalam hal ini akuntansi pertanggungjawaban penting dalam proses perencanaan
dan
pengendalian kegiatan organisasi; karena dapat menekankan hubungan antara
lnformasi
dengan jasa yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasinya.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi manager untuk
merencanakan
pendapatan dan atau biaya yang menjadi tanggungjawab dan kemudian
menyajikan informasi
realisasi pendapatan dan biaya tersebut menurut manager yang bertanggungjawab.
Dengan
demikian informasi yang ada melalui akuntansi pertanggungjawaban dapat
mencerminkan nilai
yang dibuat oleh setiap manager dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi
untuk
melaksanakan peran manager tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan.
1.5. Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara kuantitatif biasanya dalam
satuan uang yang berjangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Penyusunan
anggaran pada
dasarnya merupakan proses penetapan peran tiap manajer dalam melaksanakan
program.
memungkinkan melaksanakan tanggungjawabnya. Sumber ekonomi yang
disediakan yang
memungkinkan manager bertangggungjawab dalam upaya pencapaian tujuan
perusahaan
tersebut diukur dengan satuan moneter standard yang berupa informasi akuntansi.
Penyusunan
Anggaran dilakukan hanya jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban
yang
mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan bagi tiap manajer yang
bertanggungjawab dalam usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam tahun
anggaran.
1.6. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai
Alat Ukur Kinerja Manager
Informasi akuntansi adalah salah satu informasi terpenting bagi perusahaan.
Namun
informasi akuntansi bukanlah merupakan satu-satunya informasi formal yang
digunakan oleh
perusahaan ini. Selain informasi akuntansi, perusahaan ini juga menggunakan
informasi
manajemen. Tujuanya adalah untuk menyajikan kepada manager mengenai
informasi yang
berguna dalam mengambil keputusan.
Informasi akuntansi sangat berguna, baik untuk pihak intern organisasi perusahaan
maupun untuk pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak intern. informasi akuntansi
sangat
diperlukan untuk mengetahui hasil kerja dari para manager, hasil kerja tersebut
dapat berupa
laporan. Sistem pelaporan pertanggungjawaban menyajikan informasi untuk
pengendalian
manajemen. Pada hakekatnya, sistem pelaporan pertanggungjawaban juga dikenal
sebagai
sistem akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari seperangkat laporan di
dalam suatu
perusahaan.
1.6.1 Pengukuran Kinerja Manager Pusat
Pertanggungjawaban
Prestasi kerja atau yang biasa juga disebut kinerja adalah kontribusi yang dapat
diberikan oleh suatu bagian pencapaian tujuan perusahaan oleh karena itu
pengukuran atas
kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian bagi pencapaian tujuan
perusahaan.
Dalam mengevaluasi pengukuran kinerja manager pusat pertanggungjawaban ada
tiga
kriteria yang digunakan yaitu efisiensi, efektivitas, dan ekonomis. Efisiensi adalah
perbandingan, antara output yang dihasilkan dengan besarnya input yang
digunakan.
Sedangkan efektivitas adalah hubungan antara output suatu pusat
pertanggungjawaban yang
sasarannya harus dicapai. Efektivitas selalu berhubungan dengan tujuan organisasi
sedang
efisiensi tidak ekonomis dimaksudkan sebagai penggunaan sumber dana seminimal
mungkin.
Suatu pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan operasinya harus
memenuhi ketiga
kriteria di atas. Dari uraian mengenai berbagai tipe pusat pertanggungjawaban
tersebut di atas,
manajer pusat pertanggungjawaban diukur prestasinya berdasarkan karakteristik
masukan dan
keluarannya. Biaya rnerupakan tolok ukur prestasi bagi manajer pusat biaya,
sedangkan
pendapatan merupakan tolok ukur prestasi bagi manajer pusat pendapatan. Dalam
pusat
investasi rasio laba dengan investasi utau residual income dipakai sebagai tolok
ukur prestasi
manajer pusat pertanggungiawaban tersebut. Perlu diingat bahwa manajer pusat
pertanggungjawaban tidak hanya diukur prestasinya dengan menggunakan tolok
ukur
keuangan saja, namun masih ada tolok ukur non keuangan yang digunakan untuk
mengukur
prestasi manajer pusat pertanggungjawaban.
1.6.2 Metode Pengukuran Kinerja
Metode pengukuran kinerja merupakan satu hal yang penting dalam proses
perencanaan
dan pengawasan. Melalui pengukuran perusahaan dapat memilih strategi dan
struktur
keuangannya dan menemukan phase out terhadap unit-unit bisnis yang tidak
produktif.
Selama ini belum dirasakan adanya suatu metode penilaian yang secara akurat dan
komprehensif mampu memberikan penilaian secara wajar atas kondisi suatu
perusahaan.
Ditengah kekurangan alat ukur untuk menilai kinerja operasional, beberapa metode
yang dapat
dipergunakan antara lain:
1. Analisa Rasio
2. Anggaran
3. Balance Scorecard
4. Economic Value Added (EVA)
5. Benchmarking.
CONTOH SOAL :
PT. FATAH memiliki dua divisi yang dibentuk sebagai pusat laba : Divisi HERDYN
dan Divisi RASYID. Divisi HERDYN menghasilkan suku cadang Q Rp.200.000.000
dengan aktiva operasi rata-rata Rp.1.000.000.000 dan si divisi RASYID
menghasilkan suku cadang Q Rp.500.000.000 dengan aktiva operasi rata-rata
Rp.2.200.000.000. Penjualan Divisi HERDYN Rp.1.500.000.000 ,sedangkan
Penjualan Divisi RASYID Rp.3.500.000.000
DITANYA :
-Hitung ROI masing-masing devisi
-hitung margin dan perputaran masing-masing devisi
JAWAB :
(1) ROI = Laba
Investasi
Divisi HERDYN = Rp.200.000.000 = 0.2
Rp.1.000.000.000
Divisi RASYID = Rp.500.000.000 = 0.23
Rp.2.200.000.000
(2) ROI = Pendapatan X Laba
Investasi Pendapatan
Divisi HERDYN = Rp.200.000.000 X Rp.1.500.000.000 = 0.195 = 0.2
Rp.1.500.000.000 Rp.1.000.000.000
Divisi RASYID = Rp.500.000.000 X Rp.3.500.000.000 = 0.23
Rp.3.500.000.000 Rp.2.200.000.000
Soal dan pembahasan akuntansi pertanggung jawaban
PT.x memiliki dua divisi yang di bentuk sebagai pusat laba: divisi a dan divisi
b. divisi a menghasilkan suku cadang Q yang di jual di pasar luar sebanyak 5% dan
sisanya di transfer ke divisi b.manajer divisi a dan divisi b sedang
mempertimbangkan penentuan harga transfer suku cadang Q untuk tahun
anggaran 20xx. Perusahaan menggunakan pendekatan variabel costing dalam
penentuan biaya penuh. Menurut anggaran, Divisi A direncanakan akan beroperasi
pada kapasitas normal sebanyak 1.000.000 unit dengan taksiran biaya penuh
standar untuk tahun anggaran yang akan datang sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp 60.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 120.000.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 50.000.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 90.000.000
Biaya administrasi dan umum variabel Rp 70.000.000
Biaya administrasi dan umum tetap Rp 80.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 23.000.000
Total biaya penuh divisi Rp 453.000.000
*) Biaya pemasaran ini terdiri dari angkutan barang.
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar Rp
2.000.000.000,- dan laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam tarif
kembalian investasi (rate of investment) adalah sebesar 15%
1. Laba yang diperhitungkan dalam harga tansfer suku cadang Q dalam
tahun anggaran 20xx adalah:
a. Rp.270.000.000
b. Rp. 300.000.000
c. Rp.120.000.000
d. Rp.100.000.000
Jawab:
Laba yang di harapkan = 15% x Rp.2.000.000.000=Rp.300.000.000
2.Markup atas biaya produksi yang di perhitungkan ke dalam harga transfer
suku cadang Q dalam tahun anggaran 20xx adalah;
a. 125%
b. 25%
c. 90%
d. 145%
Biaya variabel:
Bbb Rp. 60.000.000
Btk Rp.120.000.000
Bop variabel Rp. 50.000.000
Biaya adm & umum Rp. 70.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 40.000.000
Total biaya variabel Rp.340.000.000
Biaya tetap:
Bop tetap Rp.90.000.000
Biaya adm & umum tetap Rp.80.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp.23.000.000
Total biaya tetap Rp.193.000.000
Total biaya penuh Rp.533.000.000
Perhitungan markup:
Biaya tetap Rp.193.000.000
Laba yang di harapkan Rp.300.000.000
Jumlah Rp.493.000.000
Markup=Rp.493.000.000 x 100%=145%
Rp.340.000.000
3.Harga transfer suku cadang Q per unit dalam tahun anggaran 20x1 adalah:
a. Rp.833,00
b. Rp.412,00
c. Rp.742,50
d. Rp.1000,00
Pehitungan harga transfer :
Biaya variabel Rp.340.000.000
Markup 145%x Rp340.000.000 Rp.493.000.000
Jumlah harga jual Rp.833.000.000
Volume produk 1.000.000 unit
Harga transfer per unit Rp.833/unit
2.TRANSFER PRICING ( HARGA TRANSFER )
2.1. PENGERTIAN TRANSFER PRICING
Istilah HT (Harga transfer ) ini dijumpai pada perusahaan yang organisasinya
disusun menurut pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer
barang/jasa.
Adanya transfer barang dan jasa dihubungkan dengan proses deferensiasi bisnis
dan karena perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi
bisnis.
Diferensiasi bisnis = diversifikasi jalan yang dibuat seorang manajemen saat ia
menghadapi banyak ketidakpastian, sehingga resiko bisnis meningkat, sehingga
untuk menurunkan resiko, ia membuat diversifikasi.
Misalnya : Perusahaan semen yang berkembang mempunyai 2 alternatif :
Alternatif 1 : Terus menginvestasikan dana di usaha semen
Alternatif 2 : Melakukan diversifikasi pada industri lain yang berlainan dengan bisnis
sebelumnya (bisnis semen)
Diversifikasi biasa ditempuh melalui proses divisonalisasi (proses pembentukan
divisi-divisi yang berperan sebagai pusat laba, yang diserahi fungsi produksi,
pemasaran dan diberi tanggung jawab untuk hasilkan laba yang sepadan dengan
investasi yang ditanam dalam bisnis divisi)
Peran Harga Transfer :
1. Harga Transfer MEMPERTEGAS DIVERSIFIKASI
HT menetapkan dengan tegas hak masing-masing menajer divisi uyntuk
mendapatkan laba. Tiap-tiap divisi yang terlibat merundingkan unsure-unsur
yang membentuk HT, karena unsure-unsur tersebut akan berdampak terhadap
laba yang pada akhirnya laba tesebut digunakan untuk mengukur kinerja divisi
2. Harga Transfer SEBAGAI ALAT UNTUK MENCIPTAKAN MEKANISME INTEGRASI
Manajemen puncak dapat mewajibkan suatu divisi untuk memilih sumber
pengadaan dari divisi lain dalam perusahaan ketimbang dari luar perusahaan,
hanya jika hal ini bisa menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Dengan
adanya kebijakan manajemen puncak ini, manajer divisi yang terlibat dipaksa
untuk merundingkan HT yang adil bagi divisi yang terlibat.
2.2. KONSEP HT :
Arti Luas Harga produk / jasa yang ditransfer antar pusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan.
HT Contoh : Biaya listrik yang dialokasikan dari dept. pembangkit
listrik ke dept. lain yang menikmati listrik
Arti Sempit Harga produk / jasa yang ditransfer antar pusat
laba dalam 1 perusahaan.
Dalam transfer barang / jasa ada 2 macam keputusan :
1. Keputusan Pemilihan Sumber / Sourcing Decision
Keputusan mau membeli sumber dari dalam perusahaan atau dari luar
perusahaan
2. Keputusan Penentuan Harga Transfer/ Transfer Pricing Decision
Jika dipilih keputusan membeli dari dalam, akan timbul keputusan
berikut : “Pada harga berapa HT diterapkan ?”
KARAKTERISTIK Harga Transfer :
1. Masalah Harga Transfer timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya
berdasarkan laba divisinya.
Perusahaan yang dibentuk berdasarkan divisi-divisi akan dinilai kinerjanya
berdasarkan laba yang diperoleh, maka manajer pusat laba sangat peduli
terhadap factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan laba, termasuk di
dalamnya penentuan HT (baik bagi divisi pembeli/penjual).
Jika beli, gak mau menanggung rugi akibat ketidakefisienan divisi penjual
Jika jual, gak mau jual terlalu murah, hanya karena alasan masih dalam satu
perusahan
2. Harga Transfer SELALU MENGANDUNG UNSUR LABA
Bagi divisi penjual, HT merupakan pendapatan yang pada gilirannya merupakan
unsure laba yang dipakai sebagai dasar penilaian kinerja, sehingga adanya
transfer barang ke divisi pembeli harus mengandung unsur biaya di dalamnya
3. Harga Transfer MERUPAKAN ALAT MEMPERTEGAS DIVERSIFIKASI,
SEKALIGUS MENGINTEGRASIKAN DIVISI YANG DIBENTUK
Proses pembentukan HT memberi kesempatan kepada manajer divisi yang
terkait untuk merunding semua unsure pembentuk HT, karena unsur ini akan
mempengaruhi besar kecilnya laba.
Dengan HT, divisi yang telah dibentuk dianggap sebagai perusahaan
“independent” yang melakukan nego penetapan harga barang yang ditransfer
antar divisi tersebut.
DASAR YANG DIPAKAI DALAM PENENTUAN HARGA TRANSFER
Full Costing
Biaya Penuh
Rill Variabel Costing
BIAYA ABC
Full Costing
Biaya Penuh
Dasar Penentuan Standart Variabel Costing
Harga Transfer HARGA PASAR
ABC
2.3. PENENTUAN HARGA TRANSFER BERDASARKAN BIAYA
Berdasarkan biaya penuh produk yang ditransfer, yang dapat dipilih antara
biaya penuh riil dan biaya penuh standart.
Bila biaya riil yang dipilih, ada kemungkinan tejadi ketidakefisienan divisi
penjual dibebani ke divisi pembeli (karena biaya penuh divisi penjual
mengandung pemborosan) Biaya ini tidak baik digunakan sebagai dasar
penetapan HT
Bila biaya penuh standart yang dipilih, hal di atas dapat dihindari karena
biaya standart mencerminkan operasi terbaik dengan biaya yang seharusnya
dibebani oleh divisi penjual.
Tapi biaya standart ini akan membuat keenganan divisi penjual untuk
memperbaiki efisiensi produksi, karena jika efisiensi ditingkatkan, HT menjadi
kecil dan akhirnya laba yang dihasilkan divisi penjual turun kinerja turun.
Untuk mamcu divisi penjual untuk melakukan efisiensi, penurunan biaya
standart sebagai hasil perbaikan efisiensi, biaya stndart tidak langsung
digunakan sebagai dasar penentuan HT, tetapi dalam waktu tertentu, divisi
penjual diberi kesempatan untuk menikmati tambahan laba akibat efisinesi,
sehingga penlaian kinerja naik.
Yang Harus Diperhatikan Jika BIAYA dijadikan sebagai dasar penentuan Harga
Transfer
1. Metode Penentuan HT harus mendorong divisi penjual senantiasa melakukan
perbaikan efiensi dan produktivitasnya
2. Jika terjadi ketidakefisienan pada divisi penjual, tidak boleh dialihkan ke divisi
pembeli melalui HT
3. Untuk menentukan HT, harus ada aturan, oleh sebab itu tiap ada transfer
barang harus dilakukan melalui negoisasi
Rumus Umum Harga Transfer
HT = Biaya Penuh** + Laba
y% x aktiva penu (aktiva lancar + tidak lancar)
**) Biaya Penuh bisa memakai 3 pendekatan :
1. Pendekatan Full Costing
2. Pendekatan Variabel Costing
3. Pendekatan ABC
Kelamahan penentuan harga transfer atas dasar BIAYA :
1. Harus dicapai persetujuan lebih dahulu antar divisi penjual dan pembeli
mengenai biaya apa saja yang dapat diterima sebagai dasar penentuan
harga transfer.
2. Sebenarnya sangat sulit untuk menentukan laba atau ROI yang wajar bagi
divisi penjual
Divisi penjual menjamin akan mandapatkan laba atau ROI seperti yang telah
disetujui divisi pembeli dan penjual padahal ini menjadi dasar penilaian kinerja
divisi penjual.
CONTOH SOAL & PEMBAHASAN JIKA GUNAKAN PENDEKATAN FULL
COSTING
OKKY Corp. memiliki dua divisi (Divisi A dan B) yang dibentuk sebagai pusat laba.
Divisi A menghasilkan suku cadang Q dan dijual di pasar luar sebanyak 10% dan
sisanya ditransfer ke divisi B. Manajer Divisi A dan B sedang mempertimbangkan
penentuan harga transfer suku cadang Q untuk tahun anggaran yad. Menurut
anggaran, divisi A akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1000 unit
dengan taksiran biaya benuh untuk tahun anggaran yad sebagai berikut :
Biaya produksi Rp. 200.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
-------------------- +
TOTAL biaya penuh divisi A Rp. 270.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggarna adalah sebesar Rp.
1.000.000.000 dan laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%
Tentukan harga transfer untuk suku cadang Q !
Jawab :
Perhitungan Markup :
Biaya administrasi & umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
Laba yang diharapkan : 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 270.000.000
Biaya Produksi Rp. 200.000.000
---------------------
Markup 135%
Perhitungan Harga Transfer :
Biaya Produksi Rp. 200.000.000
Markup 135% x Rp. 200.000.000 Rp. 270.000.000
-------------------- +
Jumlah harga jual Rp. 470.000.000
Volume produksi 1.000 unit
Harga transfer perunit Rp. 470.000,-
JIKA GUNAKAN PENDEKATAN VARIABLE COSTING
Biaya Variabel :
Biaya produksi variable Rp. 150.000.000
Biaya administrasi umum variable Rp. 10.000.000
Biaya pemasaran variable Rp. 5.000.000
-------------------- + Rp. 165.000.000
Biaya Tetap :
Biaya produksi tetap Rp. 50.000.000
Biaya administrasi umum tetap Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 5.000.000
--------------------- +
Rp. 95.000.000
-------------------- +
TOTAL BIAYA PENUH Rp. 260.000.000
Perhitungan Markup :
Biaya Tetap Rp. 95.000.000
Laba yang diharapkan 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 295.000.000
Biaya variable Rp. 165.000.000
-------------------- :
Markup 179%
Perhitungan Harga Jual:
Biaya Variabel Rp. 165.000.000
Markup 179% x 165.000.000 Rp. 295.000.000
-------------------- +
Jumlah harga jual Rp. 460.350.000
Volume produksi 10.000 kg
--------------------- :
Harga jual per kg Rp. 4.600
JIKA GUNAKAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING
Harga Transfer = Biaya penuh + Laba
Berdasarkan :
Unit Level Activity Cost jumlah yang diproduksi
Batch Level Activity Cost jumlah batch produksi
Product Level Activity Cost taksiran jumlah unit produksi
Facility Sustaining Activity Cost taksiran unit produksi pd kap.normal
CONTOH SOAL :
Yunita Corp. memiliki dua divisi (A dan B) yang di bentuk sebagai pusat laba. Divisi
A menghasilkan suku cadang Q dan R yang dijual di pasar luar sebanyak 10% dan
sisanya ditransfer ke divisi B. Manajer divisi A dan B sedang mempertimbangkan
penentuan harga transfer suku cadang A untuk tahun anggaran yad. Perusahaan
menggunakan pendekatan activity based costing dalam penentuan biaya penuh.
Menurut anggaran, divisi A direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal
sebanyak 1.000.000 unit suku cadang Q dan 2.000.000 unit suku cadang R.
Suku Cadang Q Suku Cadang
R
Unit Level Activity Cost
Biaya standar perunit
Batch Related Activity Cost
Biaya standar per batch
Product Sustaining Activity Cost
Biaya perunit
Facility Sustaining Activity Cost
Biaya setahun
Rp. 1.500
Rp. 200.000
Rp. 500
Rp.
200.000.000
Rp. 2.000
Rp. 150.000
Rp. 300
Rp.
400.000.000
Tabel 1 : Data Activity Costs suku cadang Q dan R
Misalkan divisi A mentransfer 1000 unit suku cadang Q ke Divisi B dalam bulan
Januari 20X1. Jumlah tersebut diproduksi dalam dua productin run (batch)
Total aktiva Divisi A yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp.
1.000.000.000 dan laba yang diharapkan divisi A yang dinyatakan dalam ROI
sebesar 22%.
Markup untuk suku cadang Q dan R didasarkan pada unit level activity cost.
Diminta : Hitung harga transfer suku cadang Q !
Laba yang diharapkan 22% x Rp. 1Milyar
Unit Level Activity Cost :
Suku cadang Q : 1.000.000 x Rp. 1.500
Suku cadang R : 2.000.000 x Rp. 2.000
Rp.
220.000.000
Rp.
1.500.000.000
Rp.
4.000.000.000
Markup 40%
Harga transfer 100.000 unit suku cadang Q bulan Januari 200X1 yang dibebankan
oleh divisi A kepada divisi B :
Biaya Penuh:
Unit Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 1.500
Batch Level Activity Cost
2 batch x Rp. 200.00
Product Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 500
Facility Level Activity Cost
100.000 unit x Rp. 200 Rp. 200.000.000 : 1.000.000
unit
Rp. 150.000.000
Rp. 400.000
Rp. 50.000.000
Rp. 20.000.000
Biaya Penuh suku cadang Q
Markup 40% x Rp. 150.000.000 (unit Level Activity
Cost)
Rp. 220.400.000
Rp. 60.000.000
Harga Transfer suku cadang Q (100.000 unit) Rp. 280.400.000
DAFTAR PUSTAKA DAN SUMBER
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=B29uVebPG4yauQTyrYWgCw#q=soal+dan+jawaban+akuntansi+pertanggungjawaban
http://vikedeby1993.blogspot.com/2013/04/akuntansi-pertanggungjawaban.html
http://zonakuntansi.blogspot.com/2013/03/soal-jawab-akt-manajemen-bab-1-5_19.html
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=B29uVebPG4yauQTyrYWgCw#q=transfer+pricing
http://travellnisti.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-pusat-pertanggungjawaban.html
https://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/23/akuntansi-pertanggungjawaban/