tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN
KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R
I 0606044
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGESAHAN
STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN
TAHUN 2028
Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R
I0606044
Menyetujui, Surakarta, 29 Juli 2010
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Murtanti Jani Rahayu, ST, MT NIP. 19720117 200003 2 001
Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D NIP. 19640711 199103 2 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Hardiyati, M.T. Ir. Galing Yudana, M.T.
NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I
Ir. Nugroho Djarwanti, M. T. 19561112 198403 2 007
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN
TAHUN 2028
Vellissa Andreva R
NIM. I0606044
Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen
terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan perumahannya, akan tetapi
ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna
mengetahui ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen di
tahun 2028 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi perumahan serta
kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut.
Analisis untuk mengetahui kesesuaian lokasi perumahan dilakukan dengan
metode superimpose (ovelay) peta terhadap aspek fisik, aksesibilitas,
ketersediaan sarana dasar, dan ketersediaan sarana perekonomian. Hasil
analisis di-overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan
Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 menunjukan lokasi yang sangat sesuai dan
sesuai untuk dijadikan perumahan hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha,
Dengan analisis proyeksi penduduk, penghitungan kebutuhan jumlah
rumah, dan penghitungan kebutuhan luas lahan perumahan diperoleh jumlah
kebutuhan lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 seluas
69,37 Ha.
Dengan membandingkan jumlah kebutuhan dan ketersediaan maka
didapatkan bahwa hingga tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan
Sragen masih sangat luas ketrsediaannya.
Kata kunci : superimpose, GIS, lokasi perumahan, kebutuhan rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya
sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “STUDI KETERSEDIAAN LOKASI
PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028” dapat
terselesaikan. Selesainya laporan ini tak luput dari bantuan berbagai pihak
yang selama ini telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam
pengerjaan laporan ini.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada banyak pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini. :
1. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret.
3. Ibu Murtanti Jani Rahayu, ST, MT selaku pembimbing pertama Tugas
Akhir, terima kasih atas bimbingan, masukan, nasehat, dan perhatian yang
selama ini telah diberikan.
4. Ibu Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing kedua Tugas Akhir yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir
5. Ibu Istijabatul Aliyah, ST. MT, selaku Penguji sidang Tugas Akhir.
6. Bapak Ir.Agus Sanyoto, selaku Penguji sidang Tugas Akhir.
7. Ir. Ismanto, MM selaku Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Wilayah
BAPPEDA Kabupaten Sragen.
8. Muhammad Vino dan Ning Setyowati sebagai semangat utama dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Ovi Andreva Ningrum dan Ino Ilma Gilang P, terima kasih atas doa dan
dukungan kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
10. Arwin Bagus Dewangga, terima kasih atas bantuan dan dukungan dalam
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini
11. Arum Ardianti, Tyas Yuwono, dan Aga Kristianing Jati, terima kasih atas
berbagai cerita suka dan duka yang kalian hadirkan selama ini.
12. Dwinta Nori Fitria, Fatmawati Nurul Handayani Kusuma Wardani, Ferry
Agrianto, dan Zaini Musthofa, terima kasih atas bantuan dan semangat
kalian selama ini.
13. Bg524, terima kasih karena telah menjadi inspirasi dan selalu menemani
penulis saat pengerjaan laporan Tugas Akhir.
14. Untuk teman-teman PWK angkatan 2006 dan banyak pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam
banyak hal, terima kasih atas bantuannya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERMUKIMAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2020
Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Kawasan ini terdiri dari 12 kelurahan dan satu desa. Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di kawasan tersebut terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan permukimannya, akan tetapi ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna mengetahui ketersediaan lokasi permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2020 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi permukiman serta kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut
Lokasi suatu permukiman dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan ketersedian sarana perekonomian. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut dicari lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan permukiman. Selain memperhatikan faktor-faktor tersebut, kesesuaian lokasi permukiman juga mempertimbangkan keberadaan kawasan lindung serta kerawanan bencana dan polusi.
Suatu permukiman tak dapat didirikan begitu saja diatas suatu lahan tanpa memperoleh ijin dari pemerintah, oleh sebab itu kesesuaian lahan terhadap perencanaan Kawasan Perkotaan Sragen sangat penting untuk mendapat legalitas lahan.
Ketersediaan lahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 diperoleh dari membandingkan ketersediaan lahan permukiman hingga tahun 2028 dengan kebutuhan lahan permukiman di tahun tersebut
Analisis untuk mengetahui kesesuaian lokasi permukiman menurut berbagai aspek dilakukan dengan metode superimpose (overlay) peta dari aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, ketersediaan sarana perekonomian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keberadaan kawasan lindung, serta kawasan rawan bencana dan polusi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa 87,35 % lahan di Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan permukiman, akan tetapi jika melihat kondisi eksistingnya, lokasi-lokasi yang sesuai tersebut fungsinya didominasi oleh sawah irigasi teknis. Oleh sebab itu hasil analisis kesesuaian di overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Berdasarkan hasil analisis lokasi yang sangat sesuai dan sesuai untuk dijadikan permukiman hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha, lokasi tersebut tersebar di seluruh kelurahan kecuali Kelurahan Sragen Tengah. Kelurahan yang paling banyak memiliki ketersediaan lahan permukiman adalah Kelurahan Nglorog, dan yang paling sedikit adalah Desa Tangkil
Jumlah kebutuhan lahan permukiman hingga tahun 2020 dicari dengan melihat pertambahan penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009 hingga tahun 2020. Untuk mencari jumlah kebutuhan rumah maka dicari pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2020 yaitu sejumlah 12.427 jiwa. Dengan membagi jumlah penduduk dengan jumlah rata-rata anggota keluarga maka diperoleh jumlah KK di tahun 2028.
Kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu keluarga menghuni satu unit rumah. Berdasarkan hasil analisis, jumlah kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2020 adalah 2128 unit rumah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari total jumlah rumah dari kebutuhan rumah untuk keluarga pra sejahtera sebesar 431 unit, keluarga sejahtera I sebesar 315 unit, keluarga sejahtera II sebesar 662 unit, keluarga sejahtera III 714 unit, serta keluarga sejahtera III+ sejumlah 43 unit.
Luas kavling minimum untuk tiap kelompok KK berbeda-beda tergantung tingkat kesejahteraannya. Dengan mengkalikan luas minimum kavling dan jumlah KK maka diperoleh kebutuhan luas lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 adalah 69,37 Ha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan melihat angka ketersediaan yaitu 562,07 Ha dengan angka kebutuhan lahan yaitu 69,37 Ha dapat diketahui bahwa di tahun 2020 Kawasan Perkotaan Sragen masih memiliki ketersediaan lahan yang sangat luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 perumahan adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Suatu kawasan perumahan yang ‘ideal’ diharapkan mempertimbangkan
beberapa hal yang berdasarkan kepada pengertian dan prinsip-prinsip
pengembangan perumahan berikut ini :
1. Perumahan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang sebaiknya
berada di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana
2. Perumahan pada dasarnya merupakan bagian dari suatu permukiman.
Kawasan permukiman sendiri adalah bagian dari komponen kota yang
mempunyai keterkaitan fungsional dengan aktivitas kota lainnya. Oleh
karena itu, untuk mencapai peran yang optimal dalam pengembangan
perumahan dan permukiman sebaiknya mengacu pada Renana Tata Ruang
Wilayah Kota (RTRW)
Suatu perumahan tidak hanya terdiri dari kumpulan rumah tetapi juga terdiri
dari berbagai prasarana pendukung serta manusia sebagai masyarakat yang tinggal
di dalam perumahan tersebut. Oleh sebab itu lokasi suatu perumahan dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang dapat mendukung keberadaan masyarakat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perumahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan
tersebut menyebabkan keterbatasan persediaan lokasi perumahan di suatu wilayah
karena tidak semua lokasi sesuai untuk dijadikan perumahan.
Untuk menunjukan lokasi-lokasi perumahan tersebut dibutuhkan instrumen
visualisasi yaitu berupa peta-peta yang menggambarkan letak berbagai bentuk
rupa bumi di Kawasan Perkotaan Sragen. Geographic Information System
merupakan sebuah perangkat lunak yang mampu menganalisa berbagai faktor
spasial yang mempengaruhi lokasi suatu perumahan dengan menggunakan input
data berupa peta dasar dan berbagai data pendukung. Dengan menggunakan
bantuan perangkat tersebut dianalisis berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi
perumahan.
Kawasan Perkotaan Sragen merupakan wilayah di Kabupaten Sragen yang
merupakan ibu kota kabupaten dimana pusat pemerintahan dan pusat
perdagangan berada. Kawasan ini memiliki dokumen perencanaan yang mengatur
penggunaan lahan didalamnya selama 20 tahun kedepan. Dokumen tersebut
adalah Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.
Guna memperoleh lokasi perumahan yang ideal maka selain memperhatikan
berbagai faktor pengaruhnya, lokasi perumahan juga harus sesuai dengan rencana
penggunaan lahan kawasan perumahan yang ada didalam dokumen rencana
tersebut.
Kebutuhan lahan atas perumahan akan terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen sementara lahan yang
tersedia baik untuk perumahan maupun fasilitas lain tidak bertambah. Untuk
dapat memenuhi kebutuhan perumahan di suatu daerah maka proyeksi kebutuhan
jumlah rumah serta luas lahan perumahan pada masa yang akan datang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
diperhatikan sehingga kebutuhan perumahan dapat terpenuhi. Dengan melihat
ketersediaan lahan saat ini serta melihat kebutuhan lahan suatu wilayah di masa
yang akan datang maka dapat dilihat ketersediaan lokasi perumahan di suatu
wilayah di masa yang akan datang yang sesuai dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi lokasi perumahan.
Oleh karena itu, dilakukan studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan
Perkotaan Sragen tahun 2028 untuk mengetahui sebaran lokasi dan luas lahan
perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.
Penghitungan ketersediaan lokasi ini memperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhi lokasi dan memiliki legalitas lahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sebaran lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun
2028 ?
2. Seberapa besar ketersediaan luas lahan perumahan di Kawasan Perkotaan
Sragen tahun 2028 ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Dan Sasaran
1. Tujuan
a. Tersusunnya peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan
Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi
perumahan serta sesuai dengan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-
2028 dengan menggunakan Geographic Information System.
b. Diperolehnya angka luasan ketersediaan lahan perumahan Kawasan
Perkotaan Sragen tahun 2028.
2. Sasaran
a. Menyusun peta kesesuaian lokasi untuk perumahan di Kawasan Perkotaan
Sragen saat ini berdasarkan indikator yang digunakan, yaitu aspek fisik,
aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana perekonomian.
b. Menyusun peta kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan rencana
penggunaan lahan perumahan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Sragen
tahun 2009-2028.
c. Menyusun proyeksi penduduk Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan
kelompok KK (berdasarkan tingkat kesejahteraan) hingga tahun 2028.
d. Menghitung kebutuhan luas lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen
pada tahun 2028 per kelompok KK.
e. Menghitung luas ketersediaan lokasi perumahan per kelurahan di
Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.
f. Merekomendasikan arah pengembangan lokasi perumahan di Kawasan
Perkotaan Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Ruang Lingkup Studi
1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Kawasan Perkotaan Sragen yang
merupakan Ibukota Kabupaten Sragen dengan delineasi kota berdasarkan
RUTRK no 7 tahun 2005 tentang batas wilayah Kawasan Perkotaan Sragen.
Secara keseluruhan Kawasan Perkotaan Sragen terdiri dari 13 kelurahan
dengan luas total 4256 Hektar. Kelurahan dan desa yang termasuk di dalam
Kawasan Perkotaan Sragen adalah yang memiliki karakteristik kekotaan baik
fisik maupun non fisik serta morfologinya, antara lain : Kelurahan Sidoharjo,
Kelurahan Jetak, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen
Tengah, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan
Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Plumbungan,
Kelurahan Pilangsari, dan sebagian Desa Tangkil.
2. Ruang Lingkup Materi
Dalam menentukan kesesuaian lokasi perumahan digunakan berbagai
indikator yang dapat menentukan tingkat kesesuaian suatu lokasi perumahan.
Indikator yang digunakan dalam penenlitian ini dibatasi pada aspek fisik,
aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan analisis spasial
sebagai metode utama untuk mencapai tujuan penelitian, sehingga simpulan
kesesuaian lokasi perumahan akan diambil berdasarkan hasil analisis spasial
dengan metode superimpose dari berbagai indikator yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dalam studi ini kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan
Sragen tahun 2028 merupakan lahan yang dibutuhkan untuk membangun
perumahan baru, dimana lahan perumahan baru tersebut tiap kavlingya
terdiri dari bangunan rumah dan pekarangan. Kebutuhan lahan di perumahan
di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 hanya berupa angka luasan lahan.
Kebutuhan lahan tersebut merupakan kebutuhan lahan perumahan potensial,
yaitu kebutuhan lahan perumahan tanpa meninjau affordability masyarakat.
Hasil studi ini dibatasi pada angka kecukupan dan ketersediaan lahan
perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 di setiap tingkat
kelurahan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademis
a. Memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi,
khususnya di bidang perencanaan lokasi perumahan
b. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan lokasi perumahan
2. Manfaat Praktis bagi Pemerintah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan masukan
bagi pemerintah Kabupaten Sragen dalam penentuan lokasi perumahan di
Kawasan Perkotaan Sragen, sehingga lokasi-lokasi perumahan yang akan
didirikan memperhatikan faktor fisik dasar, memiliki aksesibilitas yang baik,
terlayani oleh berbagai sarana dasar, serta sesuai dengan perencanaan yang
ada sehingga memiliki legalitas dalam pembangunannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
F. Metodologi
Sub bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian, metode pengambilan
data dan metode analisis yang akan dilakukan.
1. Tahapan Persiapan
a. Tahap persiapan studi, yang meliputi:
1) Penentuan topik analisis spasial lokasi perumahan sebagai topik
utama dalam penelitian.
2) Penentuan obyek permasalahan yaitu bagaimana ketersediaan lokasi
perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.
3) Penentuan ruang lingkup materi dan wilayah studi.
4) Penentuan aspek-aspek yang yang akan dikaji dalam studi
ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun
2028.
b. Tahap studi pustaka
1) Pengumpulan teori-teori yang berkaitan dengan indikator-indikator
yang mempengaruhi lokasi perumahan, analisis spasial menggunakan
Geographic Information System, proyeksi penduduk, dan
penghitungan kebutuhan rumah.
2) Pengumpulan kebijakan terkait perumahan dan RDTR Kawasan
Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.
3) Pengumpulan studi-studi yang berkaitan dengan penggunaan
Geographic Information System dalam penentuan lokasi perumahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Pendekatan Studi
Metode pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah metode
analisis deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian atas
suatu keadaan sejelas mungkin tanpa perlakuan terhadap obyek yang diteliti
(Kountur 2005 dalam Siska Amelia, 2007 ).
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk
menganalisis data-data kuantitatif terkait indikator penentu lokasi perumahan
serta data kependudukan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis
berbagai informasi kebijakan dan informasi pendukung terkait penentuan
lokasi perumahan.
Indikator yang digunakan untuk menentukan lokasi perumahan dalam
penelitian ini ditentukan dengan melihat teori faktor penentu lokasi
perumahan serta mempertimbangkan persyaratan prioritas lokasi perumahan
yang ditetapkan oleh Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum dalam
Tata Cara Pemilihan Lokasi Prioritas Untuk Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Kawasan Perkotaan. Indikator yang digunakan dalam studi
ini antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 1.1 Indikator Penentu Lokasi perumahan dalam Penelitian
No Aspek Indikator Keterangan 1 Fisik Bebas Kawasan
Lindung Lokasi perumahan harus bebas dari kawasan lindung sehingga karena kawasan lindung merupakan kawasan yang tak boleh dibangun
Bebas Polusi dan Bencana
Lokasi perumahan harus bebas dari polusi dan tidak berada di kawasan rawan bencana demi kenyamanan dan keamanan lokasi
Jenis Tanah Jenis tanah akan mempengaruhi kepekaan terhadap erosi. Indikator ini untuk mengetahui kelayakan tanah untuk ditanami konstruksi.
Ketinggian Lahan Ketinggian lahan akan mempengaruhi iklim dan suhu di lokasi perumahan
Kemiringan Lahan Kemiringan akan mempengaruhi biaya pembangunan, semakin terjal maka biaya yang dikeluarkan untuk rekayasa lahan semakin besar juga. Tiap kemiringan lahan memiliki kesesuaian penggunaan yang berbeda-beda
Kondisi Air Tanah Dengan melihat kondisi air tanah dapat dilihat ketersediaan (supply) air bersih untuk masyarakat.
2 Sarana dan Prasarana
Aksesibilitas Untuk mengetahui kemudahan jangkauan lokasi perumahan terhadap jalan arteri dan kolektor serta antara lokasi perumahan dengan moda transportasi umum
Ketersediaan Sarana Pendidikan
Menentukan keterjangkauan sarana pendidikan dan kesehatan ke lokasi perumahan Ketersediaan
Sarana Kesehatan 3 Ekonomi Ketersediaan
Sarana Perekonomian
Untuk mengetahui keterjangkauan fasilitas perdagangan dari lokasi perumahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Indikator-indikator tersebut sebagian besar berupa data spasial (peta)
yang berasal dari berbagai sumber yang berbeda. Penyeragaman skala peta
serta digitasi peta menjadi peta digital diperlukan agar peta dapat dianalisis.
Penelitian ini menggunakan peta dasar berupa peta administrasi Kawasan
Perkotaan Sragen yang di ambil dari peta administrasi Kabupaten Sragen
dalam RTRW Kabupaten Sragen tahun 2008-2028 dengan skala peta 1:40.000.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke lapangan,
menyebarkan kuesioner, serta pengumpulan data terkait wilayah maupun
substansi studi melalui berbagai referensi dan regulasi.
a. Pengumpulan Data Primer
1) Observasi
Data primer dicari dengan cara pengamatan secara langsung kondisi
fisik, ekonomi, maupun sosial yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen.
Observasi dilakukan selain untuk mendapat data primer juga untuk
mencocokan dan melengkapi data sekunder yang didapat dari
instansi.
2) Penyebaran Kuesioner
Dalam studi ini kuesioner yang dibuat digunakan untuk mengetahui
tingkat kepentingan beberapa indikator dalam pemilihan lokasi
perumahan, tingkat kepentingan tersebut digunakan untuk
pembobotan pada proses analisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tidak semua indikator dapat dimasukan dalam kuesioner karena
tidak semua indikator dimengerti oleh masyarakat. Indikator yang
dimuat dalam kuesioner hanya indikator yang digunakan masyarakat
sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi perumahan antara
lain : ketersediaan air bersih, aksesibilitas, keterjangkauan sarana
pendidikan, keterjangkauan sarana kesehatan, dan keterjangkauan
sarana perekonomian
Penyebaran kuesioner dilakukan pada masyarakat di Kawasan
Perkotaan Sragen dengan metode random sampling (sampel acak)
dimana semua orang yang tinggal atau menghuni rumah di Kawasan
Perkotaan Sragen dapat dijadikan sampel.
Jumlah sampel dalam studi ini diambil berdasarkan perhitungan
dengan rumus formulasi Solvin yang sering digunakan dalam
penelitian masyarakat :
Rumus 1.1 Penghitungan Jumlah sampel dengan Metode Solvin
® = 棺棺圭挠+ 1
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Derajad kecermatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dicari jumlah
responden yang dapat dijadikan sampel di Kawasan Perkotaan Sragen
dengan memasukan jumlah penduduk pada tahun 2009 yaitu
sejumlah 99.235 jiwa serta dengan mengambil derajad tingkat
kecermatan sebesar 90 % maka : ® = 99235(99235果0,1挠) + 1 ® = 99, 89987 ® = 100
Dari perhitungan tersebut maka ditetapkan bahwa jumlah sampel
yang diambil dalam studi ini adalah 100 jiwa. Sampel diambil merata
dari seluruh kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Jumlah sampel
yang diambil di tiap kelurahan didapatkan dengan membagi jumlah
sampel total dengan jumlah kelurahan yaitu 7 atau 8 sampel per
kelurahan.
b. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dicari antara lain terkait dengan data-data
instansional lokasi studi serta terkait dengan kebijakan tentang
perumahan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen. Data-data
instansional yang dicari yaitu data yang tak bisa didapatkan peneliti dari
observasi lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Kebutuhan Data
Kebutuhan data merupakan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
penelitian ini. Data-data yang diperlukan terkait dengan indikator-
indikator penentu lokasi perumahan, data sosial kependudukan, serta
kebijakan terkait perumahan dan permukiman di Kawasan Perkotaan
Sragen. Kebutuhan data tersebut diperinci sebagai berikut :
Tabel 1.2 Kebutuhan, Jenis, dan Sumber Data
No Aspek Data yang dibutuhkan
Jenis Data Sumber Data Instansi
1 Fisik Lokasi Kawasan Lindung
Peta dan Deskripsi
Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
Bebas Polusi dan Bencana
Peta dan Deskripsi
Observasi dan Data Sekunder
BAPPEDA Kabupaten Sragen
Jenis Tanah Peta dan Deskripsi
Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
Ketinggian Lahan Peta dan Deskripsi
Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
Kelerengan Peta dan Deskripsi
Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
Kondisi Air Tanah Peta dan Deskripsi
Observasi -
2 Sarana dan Prasarana
Aksesibilitas Peta dan Deskripsi
Observasi dan Data Sekunder
BAPPEDA Kabupaten Sragen
Ketersediaan Sarana Pendidikan
Peta, Tabel, dan Deskripsi
Observasi -
Ketersediaan Sarana Kesehatan
Peta, Tabel, dan Deskripsi
Observasi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3 Ekonomi Ketersediaan Sarana Perekonomian
Peta, Tabel, dan Deskripsi
Data Sekunder dan Observasi Lapangan
BAPPEDA Kabupaten Sragen
4 Permukiman
Persebaran perumahan eksisting
Peta, Tabel, dan Deskripsi
Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
Rencana kawasan perumahan berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028
Peta, Tabel, dan Deskripsi
Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
5 Sosial Kependudukan
Jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen periode 2004-2009
Tabel, dan Deskripsi
Data Sekunder Kecamatan Sragen, Sidoharjo, Ngampal, serta Karangma-lang
Jumlah KK berdasarkan kesejahteraan tahun 2009
Tabel, dan Deskripsi
Data Sekunder Badan KB Pemberdayaan Masyara-kat dan Desa Kabupaten Sragen
Persepsi masyarakat tentang tingkat kepentingan beberapa indikator
Tabel Kuesioner -
4 Kebijakan Revisi RTRW Kabupaten Sragen Tahun 2009-2029
Dokumen Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
RDTR Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028
Dokumen Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. Kerangka Pikir
Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi
pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Semakin berjalannya
waktu jumlah penduduk akan terus bertambah begitu pula kebutuhan lahan
perumahannya. Perumahan yang ideal merupakan perumahan yang berada
diluar kawasan lindung, dilengkapi oleh berbagai sarana dan prasarana, serta
mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota.
Dengan melihat latar belakang tersebut maka dilakukan studi untuk
mengetahui ketersediaan lahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun
2028 dengan memperhatikan indikator-indikator penentu lokasi perumahan
serta kesesuaiannya dengan RDTR yang diacu di Kawasan Perkotaan Sragen
saat ini. Dengan melihat kesesuaian lokasi untuk perumahan serta rencana
kawasan perumahan maka dapat diketahui luas kawasan perumahan yang
tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028.
Berdasarkan proyeksi penduduk hingga tahun 2028 maka dapat diketahui
pertambahan jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen dalam jangka
waktu 20 tahun. Dengan menggunakan beberapa asumsi, maka dari
pertambahan jumlah penduduk tersebut dapat diketahui jumlah rumah baru
yang dibutuhkan hingga tahun tersebut. Dari angka jumlah rumah yang
dibutuhkan maka juga dapat diketahui luas lahan perumahan potensial yang
dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028.
Dengan membandingkan angka ketersediaan lahan di Kawasn Perkotaan
Sragen dan angka kebutuhan lahan perumahan ditahun 2028 maka didapat
ketersediaan lahan perumahan di kawasan tersebut pada tahun 2028. Berikut
merupakan bagan alir kerangka pemikiran dalan studi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 1.1 Bagan Alir Kerangka Pikir
KAWASAN PERKOTAAN
SRAGEN Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
Meningkatnya Kebutuhan
Jumlah Rumah Kawasan
Perkotaan
Meningkatnya Kebutuhan
Lahan Permukiman Kota Sragen
Kebutuhan Lahan
Perumahan tahun 2028
Analisis Menggunakan GIS
Kesesuaian Lokasi untuk Perumahan
Perumahan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028
Fisik Dasar
Aksesibilitas
Prasarana Dasar
Sarana Dasar
Rencana Penggunaan Lahan Perumahan
Ketersediaan Lokasi Perumahan
berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028
Ketersediaan Lokasi Perumahan tahun 2028 di Kawasan Perkotaan Sragen
Asumsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5. Teknik Analisa
Setelah data-data terstrukturkan maka dilakukan tahap analisa yaitu pengolahan data dengan menggunakan
metode-metode tertentu guna mencapai tujuan penelitian. Terdapat beberapa tahapan analisa yang dilakukan dalam
penelitian ini, berikut adalah kerangka analisa studi :
Gambar 1.2 Kerangka Analisa
KETERSEDIAAN LOKASI
PERUMAHAN KAWASAN
PERKOTAAN SRAGEN TAHUN
2028 Analisis Kebutuhan Lahan
Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Analisis Kebutuhan Rumah Kawasan Perkotaan Sragen
tahun 2028
Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk
Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028
Ketersediaan Lahan Perumahan Kawasan
Perkotaan Sragen
Rencana Peruntukan Lahan Perumahan RDTR
Kawasan Perkotaan Sragen 2009-2028
Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan
dengan Overlay Peta
Peta Kesesuaian Lokasi
Perumahan
Peta Fisik Dasar
Peta Aksesibilitas
Peta Sarana Dasar
Peta Sarana Ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan
Untuk menentukan lokasi perumahan harus dilalui beberapa tahap,
yaitu:
1) Mengumpulkan peta tematik eksisting dari tiap indikator yang
mempengaruhi penentuan lokasi perumahan
2) Melakukan analisis tingkat kesesuaian untuk lokasi perumahan
bagi tiap indikator dengan metode analisis pengharkatan. Metode
pengharkatan merupakan suatu cara menilai potensial lahan
dengan memberi harkat pada setiap parameter lahan tersebut.
Terdapat dua macam teknik pengharkatan dalam studi kesesuaian
lahan yaitu :
a) Teknik penjumlahan/pengurangan
b) Teknik pengkalian/pembagian
Studi ini menggunakan teknik analisis pengharkatan dengan cara
menjumlah harkat yang telah ditentukan. Harkat yang digunakan
memiliki range dari 1-5 dengan tingkat kesesuaian masing-
masing.
Tabel 1.3 Tingkat Kesesuaian Harkat
No Tingkat Kesesuaian Harkat 1 Sangat Sesuai 5 2 Sesuai 4 3 Cukup Sesuai 3 4 Kurang Sesuai 2 5 Tidak Sesuai 1
3) Penentuan bobot untuk menentukan tingkat kepentingan tiap
indikator didasarkan pada teori dan pendapat masyarakat. Bobot
yang dimiliki tiap indikator akan berbeda beda karena tingkat
kepentingannya tidak sama, semakin penting indikator dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menentukan lokasi perumahan maka semakin tinggi pula
bobotnya.
Penentuan bobot bagi indiakator aspek fisik dasar antara lain :
ketinggian lahan, kelerengan, dan jenis tanah diambil dari
berbagai teori yang ada. Sedangkan bobot terkait pemilihan lokasi
perumahan oleh masyarakat diperoleh dari penjaringan informasi
dengan kuesioner yang berisi isian tingkat kepentingan beberapa
indikator-indikator (kuesioner dapat dilihat dalam lampiran).
Tabel 1.4 Bobot Tingkat Kepentingan
No Tingkat Kepentingan Bobot 1 Sangat Penting 5 2 Penting 4 3 Cukup Penting 3 4 Kurang Penting 2 5 Tidak Penting 1
4) Melakukan analisa terhadap masing-masing peta tematik dengan
menggunakan analisa superimpose (overlay) dan melakukan
skoring. Analisa superimpose ini merupakan suatu teknik analisis
dengan cara meng-overlay data yang berupa peta dengan
menggunakan perangkat lunak Geographic Information System.
Skoring digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lokasi
perumahan. Skor tiap indikator didapat dengan mengkalikan
harkat dan bobot.
5) Melakukan analisis peta hasil overlay terhadap indikator-
indikator lain yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi
perumahan hingga didapat satu peta yang menunjukan kawasan
yang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTRK Perkotaan
Sragen tahun 2009-2028
Analisis ini dilakukan dengan cara meng-overlay peta hasil analisis
lokasi perumahan dengan peta rencana tata guna lahan RDTR
Kawasan Perkotaan Sragen 2009-2028. Dari analisis ini didapatkan
peta lokasi perumahan yang telah sesuai dengan RDTRK, dimana
lokasi yang sesuai dengan RDTRK dianggap sebagai lokasi yang legal
untuk dijadikan perumahan.
Gambar 1.3 Bagan Analisis Kesesuaian Lokasi perumahan dengan
RDTR Kawasan Perkotaan Sragen
Peta Kesesuaian Lokasi Perumahan berdasar indikator
penentu lokasi perumahan
Peta Rencana Peruntukan Permukiman Kawasan
Perkotaan Sragen
Overlay
Peta Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan
Perkotaan Sragen
Intersection
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Analis Proyeksi Jumlah Penduduk
Analisis proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk memperkirakan
jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.
Peghitungan jumlah penduduk tersebut dlakukan dengan
menggunakan metode geometrik sebagai berikut :
Rumus 1.2 Penghitungan Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometrik
Pt = Jumlah penduduk tahun ke-t
Po = Jumlah penduduk tahun ke - 0
r = Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk per tahun
t = Tahun proyeksi
Hasil penghitungan jumlah penduduk hingga tahun 2028 akan
digunakan untuk menghitung pertambahan jumlah penduduk dari
tahun 2009 hingga tahun 2028. Dengan asumsi prosentase jumlah KK
tidak berubah di tiap tahunnya, hasil dari pertambahan penduduk
tersebut dikalikan dengan prosentase KK per tingkat kesejahteraan
tahun 2009 sehingga akan diperoleh jumlah KK per tingkat
kesejahteraan di tahun 2028. Jumlah KK tersebut kemudian akan
digunakan untuk mencari jumlah kebutuhan rumah di Kawasan
Perkotaan Sragen di tahun 2028
Pt = Po . (1+r)t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah serta Kebutuhan Lahan
Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028
Dalam menghitung kebutuhan rumah perlu dilakukan beberapa
tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
1) Penetapan Asumsi Jumlah Anggota Keluarga dalam Satu Unit
Rumah
Dalam studi ini digunakan asumsi bahwa : Setiap satu keluarga
menempati satu unit rumah. Asumsi tersebut digunakan untuk
menetapkan jumlah kebutuhan rumah berdasarkan jumlah
pertambahan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun
2028. Jumlah penghuni rumah rata-rata tiap rumah merupakan
jumlah rata-rata anggota setiap KK , dimana jumlah anggota tiap
KK didapat dengan membandingkan jumlah penduduk dengan
jumlah KK di tiap kelurahan, sehingga jumlah rata-rata penghuni
berbeda di tiap kelurahan.
2) Penetapan Standar Minimum Luas Kavling untuk Satu Unit
Rumah
Standar luas kavling ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan
keluarga, berikut luas kavling minimum tiap golongan KK :
Tabel 1.5 Luas Minimum Kavling Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan
Kelompok Kepadatan
Tingkat Kesejteraan KK
Luas Kavling (m²)
Rendah Pra-KS 120 KS-I 120 KS-II 150
Menengah KS-III 250 Tinggi KS-III+ 500 Sumber : RTRW Depok dalam Rizky Abdillah Utama, 2002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Menghitung Jumlah Kebutuhan Rumah serta Kebutuhan Lahan
Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada Tahun 2028
Kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028
merupakan jumlah rumah yang harus disediakan di Kawasan
Perkotaan Sragen pada tahun 2028 berdasarkan pertambahan
jumlah penduduk hingga tahun tersebut. Dengan mengunakan
asumsi setiap keluarga menempati satu unit rumah maka jumlah
rumah di Kawasan perkotaan Sragen di tahun 2028 dapat dicari
dengan menggunakan rumus :
Rumus 1.3 Jumlah Kebutuhan Rumah Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
mȊǢtnene = ž攻Ǣtneng − ž攻Ǣtnee幂žum
Keterangan :
KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit)
JP = Jumlah penduduk (jiwa)
JAK = Jumlah anggota rata-rata keluarga dalam satu unit rumah
(jiwa)
Setelah mendapatkan jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028
maka dicari kebutuhan luas lahan perumahan dengan
menggunakan standar luas kavling minimum yang telah dijelaskan
sebelumnya. Luas kebutuhan lahan ini dicari per kelurahan serta
per tingkatan kesejahteraan dengan menggunakan rumus :
Rumus 1.4 Luas Kebutuhan Lahan Perumahan
mƻ = mȊǢat鼓 neng骨m耿
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Keterangan :
KL = Luas kebutuhan lahan perumahan (Ha)
KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit)
KM = Luas kavling minimum satu unit rumah (m²)
e. Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen
tahun 2028
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan luas lahan yang sesuai
untuk dijadikan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan
analisis ketersediaan lahan dengan luas kebutuhan lahan perumahan
di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.
Gambar 1.4
Bagan Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Luas perumahan yang sesuai dengan semua Aspek
dan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028
Kebutuhan lahan perumahan Kawasan
Perkotaan Sragen tahun 2028
Ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun
2028
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
G. Sistematika Pembahasan
Tahap 1 Pendahuluan
Merupakan tahap penyusunan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup studi, manfaat, serta metodologi yang akan
digunakan dalam penelitian
Tahap 2 Tinjauan Teori
Tahap pengumpulan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut
terdiri dari definisi kota, definisi perumahan dan permukimn, teori
pertumbuhan penduduk, teori kebutuhan permukiman, faktor pengaruh
lokasi perumahan, penggunaan Geographic Information System dalam
analisa data, serta kebijakan terkait penentuan lokasi perumahan
Tahap 3 Kajian Obyek
Pada tahap ini data-data mengenai gambaran umum wilayah studi
dikumpulkan, disusun, dan disistematikakan untuk dijadikan bahan
analisis. Data yang disajikan yaitu indikator-indikator yang digunakan
untuk menentukan lokasi perumahan yang terdiri dari data letak dan batas
administratif, ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, kondisi air tanah,
tata guna lahan, rencana dan eksisting perumahan, kondisi jalan, kondisi
sarana pendidikan, kondisi sarana kesehatan, kondisi sarana
perekonomian, serta data kependudukan Kawasan Perkotaan Sragen.
Tahap 4 Analisa Data
Pada tahap ini data-data yang telah disusun dianalisa guna mendapatkan
ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.
Analisa yang dilakukan dalam tahap ini antara lain : analisis ksesuaian
lokasi perumahan berdasarkan indikator menggunakan metode
superimpose dengan bantuan software Geographic Information System,
analisis kesesuaian lokasi perumahan dengan RDTRK Perkotaan Sragen
tahun 2009-2028, proyeksi penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2028, analisis kebutuhan rumah dan lahan perumahan pada tahun 2028,
dan analisis ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen
tahun 2028.
Tahap 5 Kesimpulan dan Rekomendasi
Tahap ini merupakan penarikan kesimpulan dari hasil analisa, antara lain
ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, kebutuhan
lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028, dan
ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.
Rekomendasi yang diberikan antara lain rekomendasi arahan lokasi
perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, rekomendasi terhadap studi,
serta rekomendasi untuk studi lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 1.5 Diagram Alir Studi
PENDAHULUAN KESIMPULAN ANALISA KOMPILASI DATA
Rumusan Masalah · Bagaimana sebaran lokasi perumahan di
Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ? · Seberapa besar ketersediaan lokasi
perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ?
Tujuan · Tersusunnya peta kesesuaian
lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan serta sesuai dengan perencanaan dengan menggunakan GIS
· Tersusunnya luasan ketersediaan lahan permukiman Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Analisis Proyeksi Penduduk Tahun 2028
Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen
Tahun 2009-2028
Ketersediaan Lokasi perumahan Kota Sragen
Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah Tahun 2028
Analisis Kesesuaian Lokasi perumahan Menggunakan
Metode Superimpose
Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2005-2009
Luas Kebutuhan Lahan Perumahan Kawasan
Perkotaan Sragen Tahun 2028
Rencana Penggunaan Lahan Perumahan dalam RDTR
Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028 Ketersediaan Lokasi
perumahan Kawasan Perkotaan Sragen Tahun
2028
Latar Belakang · Kawasan Perkotaan Sragen sebagai ibu
kota Kabupaten Sragen · Meningkatnya jumlah kebutuhan rumah
seiring peningkatan jumlah penduduk hingga tahun 2028
· Kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028
Peta Fisik Dasar
Peta Aksesibilitas
Peta Sarana Dasar
Peta Sarana Ekonomi
Tingkat Kepentingan tiap indikator bagi masyarakat
Analisis Kebutuhan Lahan Perumahan tahun 2028
Jumlah KK berdasar tingkat kesejahteraan tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB II
LANDASAN PUSTAKA STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN
TAHUN 2028
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori serta peraturan yang
digunakan sebagai landasan dalam studi. Teori teori tersebut antara lain
batasan pengertian kota, pengertian perumahan dan permukiman, faktor
pertimbangan dan persyaratan umum dalam pemilihan lokasi perumahan,
sosial kependudukan, dan Geographic Information System dalam penentuan
lokasi permukiman.
A. Pengertian Kota
Istilah perkotaan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan area
tertentu yang berasosiasi dengan kewenangan pengaturan wilayah oleh
pemerintah kota. Daerah perkotaan adalah daerah yang dibatasi oleh batas-
batas yuridis administratif yang berada dalam suatu kewenangan pemerintah
kota. Konsekwensi spasialnya adalah apapun bentuk dan ekspresi keruangan
yang ada di dalam batas-batas administratif yang telah ditetapkan sebagai
perkotaan tersebut adalah daerah perkotaan. Atau dengan kata lain dapat
diungkapkan walaupun beberapa bagian wilayah pemerintah kota tersebut
masih berupa daerah kedesaan atau bersifat kedesaan dalam arti fisik, sosial,
ekonomi, maupun kutural apabila berada dalam batas yuridis administrasi
pemerintah kota merupakan daerah perkotaan (Hadi Sabari Yunus, 2006)
Kota didefinisikan sebagai sebuah permukiman yang relatif besar, padat,
dan permanen yang terdiri dari kelompok individu–individu yang heterogen
dari segi sosial, sedangkan kota dalam arti modern terbentuk bukan dari segi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
ciri morfologis tertentu melainkan dari fungsi khususnya, yaitu menyusun dan
menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian berdasarkan
hierarki–hierarki tertentu (Rapoport dalam Markus, 1999: 5).
Kota secara umum dapat didefinisikan sebagai tempat tinggal dan tempat
bekerja bagi sebagian penduduk dunia, tempat yang dapat memberikan
peluang dan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi
sekelompok orang, dan tempat yang menarik penduduk dari pinggiran kota
dari waktu ke waktu (Wilsher dalam Branch, 1996:7).
Dalam konteks pemerintah daerah yang dilaksanakan di Indonesia
terdapat dua macam kota:
1. Kota Ibukota Kabupaten
Pada umumnya suatu Kota Ibukota Kabupaten itu terencana dan
hampir seimbang dengan metropolitan karena hampir semua aspek
kehidupan dan fungsinya relatif sama. Perbedaannya dalam hal
kemampuan dan kualitas dari sektor yang ada. Sektor yang ada masih
tergantung dengan daerah hinterland.
2. Kota Ibukota Kecamatan
Kota Ibukota Kecamatan merupakan suatu kota yang baru
berkembang dan tergantung pada potensi dan kehidupan perkotaan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya sebagai suatu perubahan
struktur kehidupan masyarakat dari agraris ke nonagraris dengan diawali
perkembangan pada sektor perdagangan yang didukung sektor agraris dari
hinterland. Tumbuh dan berkembangnya suatu kota kecamatan selain
didukung oleh potensi yang terdapat di kota tersebut juga lokasi kota yang
menguntungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Pengertian Perumahan dan Permukiman
Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 pengertian rumah, perumahan
dan permukiman adalah sebagai berikut:
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga
2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan.
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam
berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang prasarana
dan sarana lingkungan yang teratur.
Sedangkan menurut Silas (1996: 6) rumah adalah bagian yang utuh dari
permukiman dan bukan semata – mata hasil fisik yang sekali jadi. Perumahan
bukan kata benda melainkan merupakan suatu kata kerja yang berupa proses
berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.
Bermukim pada hakikatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah
dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang
mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia dalam
memasyarakatkan diri.
Rumah merupakan suatu gejala struktural yang bentuk dan organisasinya
sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang dimilikinya, serta erat
hubunganya dengan kehidupan penghuninya (Rapoport, 1969:77) makna
simbolisme dan fungsi akan mencerminkan status penghuninya, manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sebagai penghuni, rumah, budaya serta lingkunganya merupakan satu kesatuan
yang erat (Rapoport, 1969:47), sehingga rumah sebagai lingkungan binaan
merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan, hubungan
keluarga, organisasi sosial serta interaksi sosial antar individu. Hubungan
penghuni dengan rumahnya merupakan hubungan saling ketergantungan
(transactional interdependency), yaitu manusia mempengaruhi rumah dan
sebaliknya rumah mempengaruhi penghuninya.
Rumah bukan hanya sebagai sarana kehidupan semata, tetapi lebih
merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia sebagai penghuni
dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan lingkungan sekitarnya.
Nilai-nilai seutuhnya menempati tempat yang utama dalam proses
perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni, keinginan serta kebutuhan
penghuni merupakan hal yang sangat menentukan kualitas dan bentuk rumah
serta lingkunganya (Fischer Bell, 1976 dalam Trilistyo, 1998:12).
Kebutuhan perumahan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk.
Jenis kebutuhan akan perumahan dapat dilihat dari jenis permintaannya, antar
lain :
1. Permintaan Potensial, yaitu semata-mata meninjau permintaan
berdasarkan jumlah penduduk yang memerlukan rumah tanpa
memperhatikan kemampuan untuk mendapatkannya.
2. Permintaan efektif, yaitu besarnya permintaan potensial yang diikuti
dengan peninjauan afoordability penduduk terhadap pemenuhan
kebutuhan rumahnya, yang tercermin dalam alokasi pendapatan di sektor
perumahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Faktor Pertimbangan dan Persyaratan Umum dalam Pemilihan Lokasi
Perumahan
1. Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Lokasi Perumahan
a. Aksesibilitas
Transportasi menuju tempat kerja, pusat kota, pusat perbelanjaan,
sekolah, tempat ibadah, dan tempat rekreasi merupakan pertimbangan
utama dalam menentukan pemilihan serta pengembangan lokasi
perumahan. Lokasi perumahan harus mempertimbangkan aksesibilitas
lokal maupun regional. Aksesibilitas lokasi permukiman harus
dievalusi terhadap lokasi tempat kerja dan pusat perdagangan, atau
pada masa yang lalu sering diartikan sebagai jarak lokasi perumahan
menuju ke pusat kota. Perumahan harus aksesibel terhadap jalan
lingkungan maupun jalan arteri. Pengembangan lokasi perumahan
yang memiliki akses terbatas harus diimbangi dengan investasi untuk
pengembangan jalan menunju lokasi perumahan tersebut.
b. Penggunaan Lahan
1) Penggunaan Historis
Contoh tujuan dari penggunaan lahan historis yaitu untuk
mengetahui apakah di masa yang lalu lokasi perumahan
terkontaminasi terhadap bahan kimia berbahaya sehingga
pembangunan lokasi perumahan dapat dipertanggungjawabkan.
Guna mempertanggungkjawabkan pembangunan suatu lokasi
perumahan maka dapat dilakukan investigasi lokasi secara
mendalam terhadap lokasi dan sekitarnya sebelum lokasi tersebut
dibeli lahannya untuk dibangun menjadi perumahan baru.
Usaha dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survey
terhadap penggunaan historis harus proporsional dengan level
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
resiko. Apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk
pertanian maka survey yang dilakukan hanya sepintas saja.
Berbeda apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk
aktivitas industri, diperlukan penelitian dan tes terhadap lahan
untuk menentukan kemungkinan kontaminasi lahan.
Pengembang lokasi perumahan harus sadar bahwa tak semua
aktivitas historis suatu lokasi merupakan hal yang negatif bagi
pengembangan perumahan.
2) Penggunaan Saat Ini
Pengembangan suatu lokasi perumahan juga harus
memperhatikan penggunaan lahan eksisting. Pengembangan
lokasi diatas lahan yang tak berkonflik akan menaikan pemasukan
(bagi developer). Penggunaan lahan eksisting dimana dalam
pengembangan lokasi perumahan membutuhkan relokasi,
meningkatkan kerusakan lingkungan, serta menurunkan estetika
kawasan menyebabkan penurunan kemanfaatan pengembangan
lokasi perumahan.
3) Penggunaan Sekitar
Pengembangan lokasi perumahan kebanyakan menginginkan
lokasi yang berdekatan dengan open space dan fasilitas komunal
misalnya taman, area rekreasi, museum, dan perpustakaan.
4) Penggunaan Bermasalah
Penggunaan lahan utama yang mungkin bermasalah dengan
pengembangan perumahan baru antara lain : rel kereta api, dekat
dengan pengembangan area komersial, kawasan yang
penggunaannya sebagai industrial berbahaya, lingkungan yang
buruk, pengembangan part-lokasi perumahan yang buruk,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kawasan bandara, jalan tol yang memiliki kemacetan dan arus
yang tinggi, dan lokasi-lokasi yang memiliki kebisingan tinggi.
Dalam pengembangannya, perumahan juga harus
mempertimbangkan apakah lokasinya terlalu dekat dengan lahan
bermasalah. Kedekatan dengan tangki penyimpanan gas, minyak,
dan material flammable (mudah terbakar) lainnya harus dihindari.
Selain itu lokasi perumahan juga harus menghindari kawasan
rawan banjir dan gempa bumi.
Secara umum kecocokan lokasi untuk dijadikan perumahan dapat
diukur melalui tingkat peningkatan arus lalu lintas, kebisingan,
polusi, dan disharmoni visual yang menyebabkan degradasi
lingkungan perumahan.
c. Bentuk Permukaan Bumi
Pengembangan optimal suatu lokasi tergantung dari pengembangan
yang dijalankan serta besarnya ukuran pasar. Bentuk fisik suatu lokasi
mempengaruhi tipe produk (rumah) yang dihasilkan, susunan rumah,
dan fungsi pendukung. Pilihan desain bertambah benyak seiring
dengan cepatnya peningkatan luas.
d. Karakter Fisik
Karakter fisik merupakan faktor yang peling memepengaruhi dalam
pemilihan lokasi perumahan. Faktanya, pengembangan lokasi
perumahan memperhatikan kemiringan lahan, jenis tanah, geologi,
hidrologi, dan keterbatasan fisik lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dalam Classic Dessain with Nature, Ian McHag menyarankan
serangkaian topik yang harus dianaliasis antara lain :
1) Iklim
Iklim menentukan derajad tipe tanah, vegetasi, kemiringan, dan
keadaan alam suatu daerah. Lokasi yang paling sesuai untuk
dikembangkan sebagai perumahan adalah yang memiliki
microclimate (iklim mikro) yang baik, pencahayaan yang cukup,
dan terlindung dari kabut dan angin.
2) Geologi
Pentingnya geologi dalam pengembangan lokasi perumahan
terkait dengan gerakan tanah yang terjadi di permukaan bumi.
Gerakan tanah tersebut terbagi menjadi menjadi dua yaitu :
gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan internal (gempa
bumi) dan gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan
permukaan (tanah longsor).
Fenomena yang paling dikenal adalah gempa bumi atau gerakan
tektonik. Gempa bumi tak dapat dicegah dengan cara apapun,
meskipun telah dikembangkan berbagai teknik untuk
memprediksi datangnya gempa. Guna mengurangi kerusakan dan
korban jwa akibat gempa maka pengembangan lokasi perumahan
harus menghindari sesar aktif yang mungkin dapat bergerak.
Gerakan permukaan antara lain : tanah longsor, jatuhan batu,
banjir bandang. Kebanyakan gerakan permukaan disebabkan oleh
pengabaian kondisi alam oleh manusia saat bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3) Topografi
Topografi merupakan penentu utama dalam pemilihan lokasi
karena topografi mempengaruhi tipe dan biaya pembangunan,
mengontrol banyaknya run-off, menambah variasi lanskap, dan
mempengaruhi tipe hewan dan tumbuhan.
4) Hidrologi
Air adalah salah satu faktor paling utama dalam menentukan
lokasi perumahan. Sumber air dapat dikatogorikan menjadi air
permukaan dan air bawah tanah. Kedua sumber air tersebut
sangat mempengaruhi pengembangan lokasi perumahan.
Dalam pengembangan perumahan, lokasi harus memiliki drainase
alami yang baik. Suplai air tanah murni untuk perumahan bisa
didapat dari air tanah yang mengalir dekat dengan permukaan
tanah.
5) Jenis Tanah
Tanah yang baik untuk lokasi perumahan yaitu tanah yang
memiliki kedalaman lebih dari lima kaki, dan cukup tembus
terhadap air, bebas dari bencana dan banjir periodik, dan memiliki
kemiringan rendah. Tanah yang baik juga harus memiliki kadar
lempung yang rendah, karena lempung akan menggembung jika
musim hujan dan mengkerut jika musim kemarau sehingga tak
baik untuk konstruksi karena konstruksi akan mudah rusak.
6) Vegetasi
7) Kehidupan Satwa Liar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
e. Utilitas dan Layanan Umum
1) Air
Suatu lokasi perumahan harus terhubung dengan sistem suplai air
publik. Koneksi air juga harus memperhatikan penggunaan air
bagi fungsi lain. Semakin banyak rumah yang dibangun maka
semakin banyak suplai air yang dibutuhkan. Air juga digunakan
untuk irigasi dan pemadam kebakaran.
2) Pembuangan
Saluran pembuangan merupakan alternatif terbaik untuk sistem
pembuangan dalam suatu lokasi perumahan. Terdapat dua solusi
dalam sistem pembuangan : secara pribadi maupun komunal.
Apabila secara komunal tak mungkin dilakukan maka harus
dikembangkan sistem pembuangan pribadi (sistem pembuangan
skala kecil)
3) Sampah Padat
Pengelolaan sampah padat ditangani oleh agensi tertentu yang
bertugas mengambil sampah padat. Pengambilan tersebut sebisa
mungkin tidak terlambat atau tertunda. Pengambilan sampah
menggunakan pembayaran berupa taksiran pajak yang mungkin
digunakan dalam pembangunan perumahan di masa yang akan
datang baik secara individual maupun lewat asosiasi penghuni.
4) Listrik dan Gas
Layanan listrik dan gas biasanya dipegang oleh perusahaan di
daerah masing-masing. Dalam pengembangan perumahan baru
sebaiknya developer bekerjasaman dengan perusahaan penyedia
listrik dan gas untuk mensuplai kebutuhan perumahan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
5) Layanan Keamanan
Layanan keamanan termasuk keberadaan polisi dan pemadam
kebakaran yang mana sebagian besar sudah tersedia di dalam
mayarakat. Pengembangan lokasi perumahan harus memasukan
kantor polisi dalam daerah pembangunannya. Pengembangan
lokasi perumahan yang lebih besar bahkan harus menambahkan
kantor polisi dan pemadam kebakaran baru dalam
perencanaannya.
6) Sistem Komunikasi
Semua lokasi perumahan baru harus terlayani oleh jaringan
telefon, dan di metropolitan area perumahan harus dilengkapi
dengan TV kabel.
7) Pendidikan
Pengembangan lokasi perumahan baru harus memperhatikan
keterjangkauannnya terhadap akses pendidikan (sekolah) yang
ada. Idealnya, sekolah dasar dapat dicapai dengan jalan kaki dari
lokasi perumahan.
2. Persyaratan Umum Lokasi Perumahan dan Permukiman
Berdasarkan Tata cara pemilihan lokasi prioritas untuk pengembangan
perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan (Badan Litbang DPU)
disebutkan bahwa lokasi kawasan perumahan harus sesuai dengan rencana
peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
setempat atau dokumen perencanaan tata ruang lainnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah setempat, atau memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Tidak berada pada kawasan lindung,
b. Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan
lainnya, baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun
sumber daya alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,
c. Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut
(MDPL),
d. Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan:
1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan
bermorfologi datarlandai dengan kemiringan 0-8%,
2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-
15%.
e. Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur
penerbangan pesawat,
f. Kondisi sarana-prasarana memadai,
g. Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,
h. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, keterkaitan
antara lokasi perumahan dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja)
dan pelayanan kota akan mempunyai implikasi ekonomi. Jarak yang
relatif jauh akan berpengaruh banyak terhadap pengeluaran biaya
transport dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga. Hal ini
akan menimbulkan tambahan beban terhadap penghuninya, sehingga
mempengaruhi kemampuannya untuk mengalokasikan sebagian
penghasilannya untuk perumahan (Dwelling Expenditure).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Sosial Kependudukan
1. Proyeksi Penduduk
Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti
oleh peningkatan kebutuhan ruang. Kota sebagai perwujudan geografis
selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dua faktor utama yang
sangat berperan adalah faktor penduduk (demografis) dan aspek-aspek
kependudukan (Yunus, 1987). Dari segi demografi yang paling penting
adalah segi kuantitas. Aspek kependudukan seperti aspek politik, sosial,
ekonomi, dan teknologi juga selalu mengalami perubahan. Kuantitas dan
kualitas kegiatannya selalu meningkat sejalan dengan pertambahan
penduduk perkotaan, sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut
selalu meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk perkotaan,
sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut selalu mengalami
peningkatan.
Proyeksi pertumbuhan penduduk yaitu memperkirakan jumlah
penduduk pada masa yang akan datang. Perhitungan jumlah dan
perkembangan jumlah penduduk dapat dilakukan dengan metode
geometrik, sehingga dapat diketahui angka pertumbuhan penduduk yang
lebih akurat dan berapa jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan.
2. Definisi Keluarga Sejahtera
Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 UU no.10 tahun 1992, definisi keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau
suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Keluarga sejatera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal seperti pangan,
sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.
Keluarga Sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologis (sosio psychological needs) seperti kebutuhan
ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang interaksi keluarga,
berpenghasilan, bisa baca tulis dan KB.
Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar dan sosial psikologis tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan pengembangannya (development needs) seperti
tabungan, interaksi keluarga, informasi, kegiatan kemasyarakatan, dan
mampu memperoleh informasi.
Keluarga Sejahtera III adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya
tetapi belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk material dan
keuangan, serta berperan aktif sebagai pengurus lembaga kemasyarakatan.
Keluarga Sejahtera III+ adalah keluarga-keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan
pengembangannya dan dapat pula memberikan sumbangan yang nyata
dan berkelanjutan dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
E. Geographic Information System dalam Penentuan Lokasi Permukiman
Geographic Information System dirancang untuk memadukan
komputerisasi pemetaan tingkat tinggi, dengan kemampuan pengelolaan
database secara luas (Catanase, Snyder, 1988: 153). Semua data yang dianalisis
sebagian besar berupa data spasial dalam bentuk peta tematik. Untuk itu dalam
lanjutan analisis data dilakukan dengan menggunakan tools Geographic
Information System dalam bentuk analisis tumpang-susun (overlay). Selanjutya
dalam studi ini tumpangsusun disebut sebagai overlay.
Analisis overlay dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau
pembobotan berdasarkan kriteria yang disyaratkan secara teoritis, menyangkut
analisis penentuan lokasi perumahan. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan peta, beberapa hal terkait SIG dalam menentukan lokasi
perumahan antara lain :
1. Pengertian Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta yang mempelihatkan data secara kualitatif
dan atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik. Unsur-unsur tersebut
ada hubungannya dengan detail-detail topografi (T. Lukman Aziz dan
Ridwan Rachman, 1977). Tema tersebut disajikan dalam bermacam-
macam bentuk yang berhubungan dengan unsur asli dari muka bumi atau
unsur-unsur buatan manusia. Peta tematik kadang-kadang juga
memperlihatkan situasi atau keadaan sebenarnya.
Jenis Informasi Geospasial Tematik terdiri dari peta tematik dasar, peta
tematik analisis, dan peta tematik sintesis.
a) Peta Tematik Dasar adalah peta yang berisi satu tema tertentu yang
menyajikan informasi dasar muka bumi, baik fisik maupun hasil
budidaya manusia, serta merupakan fenomena muka bumi tunggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Data untuk penyusunan peta tematik dasar dapat diperoleh dari hasil
survey lapangan, interpretasi citra penginderaan jauh, dan data
statistik. Peta tematik dasar bersifat terbuka dan dibuat oleh instansi
pemerintah yang mempunyai otoritas pada tema tersebut.
b) Peta Tematik Analisis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil
dari proses analisis dan transformasi dari suatu peta tematik dasar
c) Peta Tematik Sintesis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil
proses sintesis (penggabungan) dari peta tematik dasar, dan atau peta
tematik analisis. Satuan pemetaan baru pada peta tematik sintesis
diperoleh dari penggabungan dua atau lebih peta masukan
(Sukwardjono, 1990; Sinaga, 1986).
Informasi Geospasial Tematik yang akan berkekuatan hukum adalah
informasi yang memuat batas wilayah yang menunjukkan hak dan/atau
kewajiban pihak tertentu di dalam wilayah yang ditentukan oleh batas
tersebut. Misalnya peta yang menggambarkan izin pertambangan atau
pengelolaan hutan yang dikeluarkan instansi terkait.
Pada setiap peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), gambar garis batas selalu
diberi disclaimer (“Peta ini bukan merupakan referensi resmi batas-batas
internasional maupun nasional”). Banyak orang sering tidak membaca
disclaimer ini, dan peta RBI menjadi awal dari persengketaan antar daerah.
Pengguna peta tentunya menginginkan agar disclaimer ini dihapus,
dengan cara semua garis batas yang digambar di atas peta diberi kejelasan
status hukumnya, dan ini mendorong agar semakin banyak data batas
wilayah yang telah memiliki kepastian hokum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Digitasi Peta, Check Plot, dan Editing
Digitasi dilakukan untuk memperoleh data digital dari data sekunder
yang berupa peta manual (hardcopy). Dalam pelaksanaan digitasi peta
untuk memperoleh data digital dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a. Metode Digitasi
Digitasi pada dasarnya adalah memindahkan data/informasi yang ada
pada peta manual menjadi suatu peta digital. Ada dua metode yang
dikenal dalam metode digitasi on screen dilakukan dengan cara:
1) Peta manual sekunder di-scan sehingga menjadi gambar (image)
dengan resolusi yang cukup untuk keperluan digitasi, data hasil
scanning disimpan dalam format yang dapat dibaca oleh perangkat
lunak untuk digitasi (*.JPG),
2) Proses digitasi dilakukan dengan perangkat lunak Geographic
Information System dengan cara meng import data image
kemudian dilakukan digitasi unsur-unsur image yang ada dengan
mengelompokkannya ke dalam layer.
b. Check Plot
Check plot dilakukan untuk memeriksa kebenaran hasil digitasi.
Pemeriksaan kebenaran ini dilakukan dengan membandingkan peta
asli (hardcopy) dengan hasil cetak peta digitasi
c. Editing Peta
Maksud editing adalah memeriksa kelengkapan peta hasil digitasi atas
dasar peta sumber yang digunakan serta kesinambungan unsur peta
yang bersebelahan. Tindak lanjut dari pemeriksaan tersebut adalah
melengkapi unsur yang belum didigitasi, membetulkan hasil digitasi
yang tidak sempurna dan mendigitasi ulang unsur-unsur yang
posisinya bergeser dari posisi unsur yang seharusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3. Kemampuan, Fungsi Analisis Spasial, dan Fungsi Analisis Atribut dalam
Geographic Information System
a. Kemampuan Geographic Information System
Kemampuan-kemampuan yang dapat dilakukan menggunakan
Kemampuan Geographic Information System antara lain :
1) Mengumpulkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan
atribut).
2) Mengintegrasikan data geografi (spasial dan atribut).
3) Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi (spasial dan
atribut).
4) Menyimpan dan memanggil kembali data geografi (spasial dan
atribut).
5) Merepresentasikan atau menampilkan data geografi (spasial dan
atribut).
6) Mengelola data geografi (spasial dan atribut).
7) Memanipulasi data geografi (spasial dan atribut).
8) Menganalisa data geografi (spasial dan atribut).
9) Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk-
bentuk ; peta tematik (view dan layout), tabel, grafik (chat),
laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy
maupun softcopy.
b. Fungsi Analisis
Dalam Geographic Information System secara umum terdapat dua
jenis fungsi analisis; fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut
(basis data atribut).
Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan
basis data dan perluasannya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1) Operasi basis data mencakup :
a) Membuat basis data baru (create database).
b) Menghapus basis data (drop database).
c) Membuat tabel basis data (create table).
d) Menghapus tabel basis data (drop table).
e) Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel
(insert).
f) Membaca dan mencari data (field and record) dari tabel basis
data (seek, find, research, retrieve).
g) Mengubah dan meng-edit data yang terdapat didalam table
basisdata (update, edit).
h) Menghapus dari table basisdata (delete, zap, pack).
i) Membuat indeks untuk tiap basisdata.
2) Fungsi analisis spasial terdiri dari :
a) Klasifikasi (reclassify) : Fungsi ini mengklasifikasikan atau
mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut)
menjadi data spasial yang baru dan menggunakan kriteria
tertentu. Misalnya dengan menggunakan data spasial
ketinggian permukaan bumi (topografi), dapat diturunkan data
spasial kemiringan atau gradien permukaan bumi yang
dinyatakan dalam prosentase nilai-nilai kemiringan. Prosentase
nilai-nilai kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi
data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang
perencanaan pengembangan suatu wilayah. Adapun contoh
kriteria yang digunakan adalah 0-14 % untuk permukiman, 15-
29 % untuk pertanian dan perkebunan, 30-44 % untuk hutan
produksi, dan 45 % ke atas untuk hutan lindung dan taman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
nasional. Contoh lain dari manfaat analisis spasial ini adalah
untuk mendapatkan data spasial kesuburan tanah dari data
spasial kadar air atau kedalaman air tanah, kedalaman efektif,
dan sebagainya.
b) Net Work (jaringan) : fungsi ini merujuk data spasial titik-titik
(point) atau garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tak
terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di dalam bidang-
bidang transportasi dan utilitas.
c) Overlay : fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari
minimal dua data spasial yang menjadi masukannya.
d) Buffering : fungsi ini akan membentuk data spasial yang baru
yang berupa poligon atau zona dengan jarak tertentu dari data
spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan
menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran yang
mengelilingi titik tersebut. Untuk data spasial garis akan
menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon yang
melingkupi data garis tersebut. Demikian pula untuk data
spasial poligon, akan menghasilkan data spasial baru yang
berupa poligon-poligon yang lebih besar dan konsentris
4. Metode Analisis Superimpose (Overlay)
Analisis superimpose merupakan teknik analisis dengan cara meng-
overlay peta. Dari analisis ini akan dapat diketahui kondisi suatu wilayah
berdasarkan data dan informasi yang ada
Superimpose dilakukan dengan memanfaatkan Geographic
Information System yang merupakan software berformat data vektor.
Hasil superimpose terhadap data parameter yang berperan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dimunculkan atau dikonversikan dalam bentuk grafis yang mewakili data
spasial.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis dengan teknik
superimpose adalah sebagai berikut:
a. Input data, yaitu mengubah data dari format manual berupa lembaran
peta dan data lainnya ke dalam format penyimpanan data digital.
b. Editing dan pengaturan struktur data dalam format penyimpanan yang
sesuai.
c. Analisis data dengan teknik superimpose (overlay).
d. Pengaturan output data layout.
e. Pencetakan data output.
5. Sistem Pengharkatan
Metode pengharkatan merupakan suatu cara menilai potensial lahan
dengan memberi harkat pada setiap indikator penentu lokasi. Terdapat dua
macam teknik pengharkatan dalam studi kesesuaian lahan yaitu :
a. Teknik penjumlahan/pengurangan.
b. Teknik pengkalian/pembagian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB IV
ANALISA KETERSDIAAN LOKASI PERUMAHAN DI KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN
TAHUN 2028
Analisis data merupakan pengolahan data-data yang telah diperoleh
dengan menggunakan metode tertentu guna mencapai tujuan studi. Dalam
studi ini terdapat beberapa tahapan analisa untuk mencapai tujuan tersebut.
Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis kesesuaian lokasi perumahan,
analisis ini dilakukan untuk mengetahui lokasi mana saja yang sesuai untuk
dijadikan perumahan. Kemudian hasil analisis tersebut disesuaikan dengan
peruntukan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen sesuai dengan
RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 untuk mengetahui lokasi
mana saja yang legal apabila akan dibangun menjadi perumahan. Dengan
memperhatikan pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2028 maka dapat
dianalisis kebutuhan jumlah rumah di hingga tahun tersebut. Dengan
membandingkan luas lokasi yang sesuai dan kebutuhan lahan perumahan di
tahun 2028 maka didapat ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan
Perkotaan Sragen
A. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Saat
Ini
Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen
merupakan analisis yang bertujuan untuk memperoleh lokasi yang sesuai
untuk perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memperhatikan
berbagai indikator penentu lokasi perumahan yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
sebelumnya. Indikator-indikator tersebut terdiri dari aspek fisik dasar,
aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan sarana ekonomi.
Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode superimpose
(overlay) peta-peta serta pengharkatan untuk mendapatkan lokasi yang sesuai
untuk dijadikan lokasi perumahan.
Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen ini
menggunakan peta dasar berupa Peta Administrasi Kabupaten Sragen yang
diambil dari Revisi RTRW Kabupaten Sragen tahun 2009-2029 dalam skala 1 :
40.000. Dari peta dasar tersebut di olah menjadi kesatuan Kawasan Perkotaan
Sragen yang terdiri dari Kelurahan Jetak, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine,
Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah,
Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan
Kroyo, dan sebagian Desa Tangkil.
Berbagai data yang didapat dipetakan menggunakan software Arc Map 9.3
dengan cara digitasi sehingga seluruh data menjadi data spasial berupa peta
digital dengan skala yang sama. Karena data-data yang diperoleh berasal dari
sumber yang berbeda-beda maka data-data tersebut di-overlay dengan peta
dasar tersebut agar dapat dianalisis dengan cara meng-overlay peta satu dengan
yang lainnya
Setiap peta mempunyai data atribut berupa tabel yang berisi informasi
mengenai peta tersebut. Dalam studi ini tiap-tiap peta diberi data atribut
berupa skor yang merupakan perkalian antara harkat dan bobot. Harkat
mewakili tingkat kesesuaian terhadap lokasi perumahan sedangkan bobot
merupakan tingkat kepentingan indikator, pembobotan tiap indikator diambil
dari berbagai referensi dan berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada
masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Overlay dilakukan secara bertahap untuk menghindari akumulasi
kesalahan dalam scoring data atribut peta. Hasil overlay baru kemudian diberi
skor baru yang merupakan penjumlahan antara skor peta satu dengan peta
yang lain. Skor dari tiap overlay di jumlahkan hingga mendapatkan skor
akumulatif untuk dijadikan acuan kesesuaian hasil overlay terhadap
kesesuaian lokasi perumahan. Tabel kesesuaian skor serta penghitungan
penjumlahan skor tiap overlay dapat dilihat dalam lampiran. Berikut
merupakan tahapan overlay peta untuk mendapatkan peta kesesuaian lokasi
perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 4.1 Bagan Proses Overlay
intersection intersection
Fasilitas Perdagangan
dan Jasa
Overlay dan Skoring
Sarana Dasar (C)
Overlay dan Skoring
Peta Lokasi Perumahan yang
sesuai dengan semua Indikator
intersection intersection
Peta Lokasi Perumahan yang
sesuai dengan Indikator Aspek Fisik
dan Aksesibilitas
Peta klasifikasi kemudahan
mencapai Jalan
Overlay dan Skoring
intersection
Sarana Pendidikan
Faslitas Kesehatan
Peta Lokasi Perumahan yang
sesuai dengan dengan Indikator Aspek Fisik,
Aksesibilitas, dan Sarana Dasar
Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan Indikator
Aspek Fisik, Aksesibilitas, Sarana Dasar, dan Sarana
Perekonomian
Peta Kawasan Lindung
intersection
Peta Kerawanan Bencana
Peta Lokasi Perumahan yang
sesuai dengan Indikator Aspek Fisik
Overlay dan Skoring
PETA ADMINISTRASI
KAWASAN PERKOTAAN
SRAGEN
intersection
intersection
Peta Kedalaman Muka Air
Tanah
Peta Ketinggian
Lahan
Aspek Fisik (A)
Peta Jenis Tanah
Peta Kelerengan
= Bobot
Aksesibilitas (B)
Sarana Perekonomian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
1. Analisis Syarat Fisik Dasar
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang sesuai untuk
dijadikan perumahan berdasarkan aspek fisik dasarnya. Indikator-
indikator yang digunakan dalam analisis fisik dasar ini antara lain :
ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah.
Tiap indikator akan di-overlay satu persatu hingga menghasilkan peta
kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan aspek fisik
a. Analisis Overlay 1 (overlay peta ketinggian lahan dan peta
kelerengan)
Proses overlay pertama yaitu antara peta ketinggian lahan dan peta
kelerengan lahan, dengan melakukan intersect antara kedua peta ini
dihasilkan peta overlay 1. Peta ini memuat lokasi di Kawasan
Perkotaan Sragen yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasarkan
syarat kelerengan dan ketinggian lahan.
1) Analisis Kelerengan Lahan
Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor sangat penting
dalam menentukan arahan penggunaan lahan sebagai perumahan,
karena kemiringan lahan sangat terkait dengan keamanaan
bangunan rumah terhadap bahaya longsor serta efisiensi biaya
konstruksi pembangunan rumah. Berdasarkan tingkat
kepentingan tersebut bobot indikator kelerengan lahan adalah 5
yang berarti sangat penting.
Analisis kelerengan lahan dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan tingkat kemiringan
lahannya. Semakin datar kemiringan lahan maka tingkat
kesesuaian lokasi sebagai perumahan juga akan semakin tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
demikian juga sebaliknya semakin terjal kemiringan lahan maka
lokasi tersebut semakin tidak sesuai untuk perumahan.
Untuk menganalisa kemiringan lahan maka kemiringan lahan
diklasifikasikan dan diberi harkat pada tiap tingkatan kelerengan
lahan.
Tabel 4.1 Skor Kemiringan Lereng
No Besar Sudut Lereng (%)
Kriteria Bobot Harkat Skor
1 0 - 2 Datar 5 5 25 2 2 - 8 Landai 5 4 20 3 8 - 21 Miring 5 3 15 4 21 - < 40 Terjal 5 2 10 5 > 40 Sangat Terjal 5 1 5 Sumber : Sutikno ( 1991 )
Mengacu data dari Bappeda Kabupaten Sragen tahun 2009 dapat
diketahui bahwa seluruh kawasan Perkotaan Sragen memiliki
kemiringan lereng sebesar 0-2 %. Lahan dengan kemiringan ini
termasuk dalam kategori bertopografi datar, sangat sesuai untuk
dikembangkan menjadi areal perumahan dan pertanian, akan
tetapi sebagian areal berpotensi terhadap genangan banjir dan
sebagian berpotensi terhadap drainase yang buruk.
Dengan melihat kriteria tingkat kesesuaian berdasarkan harkatnya
maka kemiringan lereng seluruh Kawasan Perkotaan Sragen
termasuk sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan karena
memiliki lereng yang datar.
Kemiringan lahan yang datar memiliki tingkat run-off yang
rendah sehingga perumahan sangat aman terhadap bahaya
longsor. Lereng yang datar juga dapat memudahkan pembangunan
sarana dan prasarana pendukung kawasan perumahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Selain itu pada lahan dengan kemiringan datar, rumah dapat di
bangun dengan konstruksi sederhana dan memiliki biaya
konstruksi pembangunan yang lebih murah karena tidak
memodifikasi site.
Hasil pengamatan dilapangan juga memperlihatkan bahwa
seluruh Kawasan Perkotaan Sragen berada pada lokasi dengan
kemiringan lahan yang datar. Kondisi ini terlihat oleh bangunan-
bangunan rumah yang menggunakan konstruksi yang sederhana
serta pola perumahan yang menyebar dan tidak terpusat pada
kawasan tertentu sebagai implikasi dari kondisi topografi.
2) Analisis Ketinggian Lahan
Faktor ketinggian lahan untuk kawasan perumahan tidak ada
ketentuan yang mensyaratkan sepanjang tidak menggangu
keseimbangan lingkungan (Sugiharto, 2001).
Ketinggian lahan mempunyai kaitan erat dengan keseimbangan
lingkungan. Semakin tinggi suatu kawasan akan semakin memiliki
kecenderungan yang besar untuk mempengaruhi wilayah
dibawahnya.
Faktor ketinggian lahan merupakan faktor yang cukup penting
dalam menentukan lokasi suatu perumahan sehingga bobot yang
diberikan untuk indikator ini adalah 3. Harkat ketinggian lahan
diberikan berdasarkan bahwa semakin tinggi ketinggian suatu
lahan maka semakin kurang sesuai untuk dijadikan lokasi
perumahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 4.2 Skor Ketinggian Lahan
No Ketinggian Lahan (m dpl)
Bobot Harkat Skor
1 0-600 3 5 15 2 600-800 3 4 12 3 800-1000 3 3 9 4 1000-1200 3 2 8 5 > 1200 3 1 3
Sumber : Siska Amelia, 2007
Mengacu pada harkat ketinggian lahan, maka seluruh Kawasan
Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan
karena ketinggian lahan di Kawasan Perkotaan Sragen seluruhnya
berada kurang dari 600 meter diatas permukaan laut.
Kawasan Perkotaan Sragen memiliki ketinggian lahan yang sama
di seluruh wilayahnya, ketinggian tersebut tak tergolong dalam
kriteria kawasan lindung untuk kawasan bawahnya sehingga bila
dilihat dari ketinggiannya perumahan dapat didirikan di seluruh
kawasan.
Berdasarkan hasil analisis kelerengan lahan dan ketinggian lahan
selanjutnya dilakukan analisis overlay untuk mendapatkan peta
kesesuaian lokasi perumahan. Hasil overlay pertama didapat peta
dengan skor 1 (lihat lampiran 4), yaitu skor hasil penjumlahan antara
skor ketinggian lahan dan skor kelerengan. Dari penghitungan skor
tersebut hanya didapat satu skor akhir yang menunjukan seluruh
Kawasan Perkotaan Sragen tergolong sangat sesuai untuk dijadikan
lokasi perumahan. Hasil penghitungan menunjukan bahwa
berdasarkan kelerengan dan ketinggian lahannya seluruh Kawasan
Perkotaan Sragen termasuk dalam kriteria sangat sesuai untuk
dijadikan perumahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Peta 4.1 Peta Overlay 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
b. Analisis Overlay 2 (overlay peta overlay 1 dan peta jenis tanah)
Peta overlay 2 merupakan hasil overlay peta overlay 1 (ketinggian
lahan dan kelerengan) terhadap peta jenis tanah. Peta overlay 2 akan
menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan ketinggian,
kelerengan, serta jenis tanah di Kawasan Perkotaan Sragen.
Penentuan lokasi perumahan perlu memperhatikan jenis tanah guna
mengetahui kepekaan tanah terhadap erosi. Kepekaan erosi jenis
tanah berpengaruh terhadap kelayakan tanah tersebut untuk didirikan
bangunan di atasnya. Kelayakan suatu jenis tanah untuk ditanami
pondasi ditentukan oleh kepekaan jenis tanah tersebut terhadap erosi.
Semakin peka jenis tanah tersebut terhadap erosi maka semakin tak
layak ditanami pondasi karena akan mempercepat laju erosi, dimana
apabila laju erosi cepat akan membahayakan ekosistem yang ada di
lingkungannya termasuk manusia, serta akan menimbulkan kerugian
material yang cukup besar.
Berikut merupakan tingkat kepekaan tiap jenis tanah :
Tabel 4.3 Tingkat Kepekaan Jenis Tanah
No Jenis Tanah Tingkat Kepekaan
terhadap erosi 1 Aluvial, tanah clay, planosol, hidromorf kelabu, lateris air
tanah Tidak peka
2 Latosol Kurang peka 3 Brown forest soil, non calcic brown dan mediteran Agak peka 4 Andosol, laterit, grumosol, podsol dan podsolik Peka 5 Regosol, litosol, organosol dan renzina Sangat peka
Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Terdapat beberapa jenis tanah yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen
dinana tiap jenis tanah tersebut memiliki karakteristik kepekaan yang
berbeda-beda. Dengan memperhatikan tingkat kepekaannya maka
dapat ditentukan harkat tiap jenis tanah, dimana semakin peka jenis
tanah tersebut maka semakin tidak sesuai untuk dijadikan lokasi
perumahan.
Tabel 4.4 Skor Jenis Tanah
No Jenis Tanah Kepekaan Bobot Harkat Skor 1 Aluvial Kelabu Tidak Peka 4 5 20 2 Litosol Coklat Kurang Peka 4 4 16 3 Asosiasi
Grumosol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat
Agak Peka 4 3 12
4 Grumosol Kelabu
Peka 4 2 8
5 Grumosol Kelabu Tua
Peka 4 2 8
Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya, dengan penyesuaian
Jika hanya melihat jenis tanahnya saja sebagian besar Kawasan
Perkotaan Sragen tergolong tak sesuai untuk dijadikan perumahan,
karena sebagian besar tanahnya merupakan tanah grumosol kelabu
yang memiliki kepekaan tinggi. Akan tetapi dengan melihat
kesesuaian kelerengan dan ketinggian lahan maka dari proses overlay
2 didapatkan skor yang merupakan akumulasi dari skor ketinggian,
kelerengan, dan jenis tanah (skor dan tingkat kesesuaian dapat dilihat
dalam lampiran 2 dan 4). Skor tersebut menunjukan adanya dua
kategori kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen
yaitu sesuai dan sangat sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh
Keluarahan Kroyo, dan Kelurahan Sragen Kulon, serta sebagian
Kelurahan Sine,, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan
Sragen Tengah, dan Kelurahan Pilangsari. Selain itu juga tersebar di
sebagian kecil Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah dan
Desa Tangkil. Penggunaan lahan di kawasan yang tergolong sesuai
didominasi oleh bangunan baik perumahan maupun fungsi lain,
sedang sebagian kecil memiliki guna lahan sebagai sawah.
Lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di
sebagian kecil kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Puro,
Kelurahan Sine, dan sebagian besar Kelurahan Sragen Wetan,
Kelurahan Nglorog, dan Kelurahan Karengtengah.
Lokasi yang tergolong dalam kriteria sangat sesuai tersebut bila dilihat
kondisi eksistingnya mayoritas merupakan lahan sawah dan sebagian
merupakan lahan terbangun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Peta 4.2 Peta Overlay 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
c. Analisis Overlay 3 (overlay peta overlay 2 dan peta kedalaman muka
air tanah)
Air merupakan salah satu elemen dasar yang sangat dibutuhkan
manusia untuk bertahan hidup. Dalam perkembangannya, perumahan
selalu mendekati sumber air untuk dapat mensuplai kebutuhan
penghuninya. Sumber air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah
air permukaan dan air tanah. Air permukaan dapat berupa sungai dan
danau, sedangkan air tanah mengalir antara lapisan kedap air bawah
tanah yang memiliki kedalaman yang berbeda-beda di tiap daerah.
Sumber air permukaan di Kawasan Perkotaan Sragen berupa embung
dan sungai, akan tetapi kondisi sungai yang keruh tak dapat
dimanfaatkan sebagai air untuk konsumsi sehari-hari. Sumber air
utama yang digunakan di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air
tanah, baik yang diambil melalui pompa maupun langganan PDAM.
Air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air
tanah dangkal atau air tanah tidak tertekan. Masyarakat dengan
mudah mengakses air tanah karena kedalamannya relatif dangkal
dengan kondisi air yang masih sangat jernih.
Bobot yang diberikan untuk indikator ini adalah 5 yang berarti sangat
penting. Bobot tersebut didasarkan pada angket yang disebar pada
masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen. Dari angket tersebut
didapatkan bahwa akses terhadap ketersediaan air merupakan hal
yang sangat penting dalam menentukan lokasi perumahan. Berikut
prosentase tingkat kepentingan akses terhadap air bersih :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Sangat Penting
98%
Penting2%
Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih
Tabel 4.5 Prosentase Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih
No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 98 2 Penting 4 2 3 Cukup Penting 3 0 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0
Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Kedalaman Muka Air Tanah
Pada studi ini indikator yang digunakan adalah kedalaman muka air
tanah, semakin dangkal kedalaman air tanah maka semakin mudah
pula akses untuk mendapatkan air tanah sehingga harkat yang
diberikan kepada indikator ini didasarkan pada kedalamnnya.
Tabel 4.6 Skor Kedalaman Muka Air Tanah
Kedalaman MAT(m) Bobot Harkat Skor < 7 5 5 25
7-14 5 4 20 15-25 5 3 15 26-50 5 2 10 > 50 5 1 5
Sumber : Sutikno, 1991
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Peta overlay 3 merupakan peta yang menunjukan kesesuaian lokasi
perumahan berdasarkan seluruh aspek fisik yaitu ketinggian lahan,
kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah. Hasil overlay
antara peta overlay 2 dan peta kedalaman air tanah menunjukan
bahwa sebagian besar Kawasan Perkotaan Sragen memiliki kriteria
sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, terutama kawasan
kota bagian utara. Hal ini karena semakin ke selatan semakin tinggi
lahannya, sehingga semakin dalam muka air tanahnya.
Dengan melihat hasil peta overlay 3 maka dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan aspek fisik seluruh Kawasan perkotaan Sragen tergolong
sesuai dan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan ini
memiliki tinggi lahan yang sesuai berdasarkan kriteria dari Badan
Litbang DPU, memiliki kelerengan yang datar dimana mudah
mendirikan berbagai bangunan serta sarana dan prasarananya,
memiliki kepekaan tanah yang cukup baik sehingga aman dari bahaya
erosi, dan memiliki supplai air yang baik karena air tanahnya dangkal
dengan kualitas air yang masih sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Peta 4.3 Peta Overlay 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
2. Analisis Aksesibilitas (Overlay 4)
Analisis aksesibilitas digunakan untuk mengetahui kemudahan akses
suatu lokasi perumahan terhadap jalan utama dan kemudahan
mendapatkan angkutan umum. Peta aksesibilitas diperoleh dari peta dasar
jaringan jalan dan status jalan di Kabupaten Sragen. Jaringan jalan yang
dianalisis adalah jaringan jalan yang dilewati oleh angkutan umum.
Penggunaan lahan yang dilewati angkutan umum tersebut merupakan
pusat-pusat kegiatan tingkat lokal maupun setingkat kabupaten misal
kantor pemerintahan, sekolah, tempat perbelanjaan, daerah pemukiman,
rumah sakit dengan area coverage sekitar 400 meter (5 menit berjalan
kaki) sampai dengan 800 meter (Risdiyanto 2002, dalam Siska Amelia
2007)
Bobot yang diberikan pada indikator aksesibilitas adalah 4 yang berarti
penting. Bobot ini diberikan berdasarkan persepsi masyarakat terhadap
pentingnya aksesibilitas dalam menentukan lokasi perumahan.
Kebanyakan masyarakat tidak mengganggap keterjangkauan terhadap
angkutan umum sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan
lokasi perumahan, hal ini karena sebagian besar masyarakat
menggantungkan mobilitas mereka pada kendaraan pribadi, sehingga
meskipun lokasi perumahan mereka cukup jauh dari jalan arteri maupun
kolektor hal itu tak menjadi masalah bagi mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Sangat Penting
37%
Penting52%
Cukup Penting
11%
Tingkat Kepentingan Aksesibilitas
Tabel 4.7 Prosentase Tingkat Kepentingan Aksesibilitas
No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 37 2 Penting 4 52 3 Cukup Penting 3 11 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0
Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Gambar 4.3
Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Aksesibilitas
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis area coverage
tersebut adalah metode buffering terhadap peta jaringan jalan di Kawasan
Perkotaan Sragen. Dalam peta tersebut area coverage dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
Tabel 4.8 Skor Aksesibilitas
Area coverage Bobot Harkat Skor area coverage 400 meter; 4 5 25 area coverage 800 meter; 4 4 20 area coverage > 1200 meter 4 2 10 Sumber : Risdiyanto dalam Siska Amelia 2007, dengan penyesuaian
Dari hasil analisis buffering terhadap jaringan jalan arteri dan kolektor
di Kawasan Perkotaan Sragen didapat bahwa seluruh Kawasan Perkotaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Sragen dapat mengakses jalan-jalan tersebut, hanya saja keterjangkauannya
berbeda-beda. Jika melihat kondisi eksistingnya, kebanyakan pusat-pusat
kegiatan berada di sepanjang jalan arteri dan kolektor, terutama di
sepanjang Jalan Sukowati yang merupakan jalan utama di Kawasan
Perkotaan Sragen. Pusat-pusat kegiatan tersebut terkonsentrasi makin
padat di Kelurahan Sragen Kulon, Sragen Tengah, dan Sragen Kulon,
menyebabkan pola keruangan di Kawasan Perkotaan Sragen berkembang
menjadi bentuk pita (ribbon).
Berdasarkan syarat aspek fisik dan syarat aksesibilitas, lokasi-lokasi
yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh kawasan
Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan
Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Tangkil, dan
Kelurahan Nglorog, serta sebagian besar Kelurahan Jetak, Kelurahan
Plumbungan, Kelurahan Karangtengah dan Kelurahan Pilangsari.
Sedangkan yang sesuai hanya di sebagian Kelurahan Plumbungan,
Kelurahan Jetak, Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Karangtengah,
sebagian besar Kelurahan Puro, dan seluruh bagian Kelurahan Kroyo
Berdasarkan analisis overlay 4 didapat bahwa lokasi yang sangat
sesuai terkonsentrasi di sekitar Jalan Sukowati yang membelah tengah
kawasan kota. Jika melihat kondisi eksistingnya, kawasan tersebut telah
banyak digunakan untuk perdagangan dan jasa serta kantor pemerintahan.
Hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen dapat terjangkau oleh
angkutan umum sehingga meski tak mempunyai kendaraan pribadi
masyarakat bisa menggunakan kendaraan umum untuk mobilitasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Peta 4.4 Peta Aksesibilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Peta 4.5 Peta Overlay 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
3. Analisis Syarat Sarana Dasar
a. Analisis Overlay 5 (overlay peta overlay 4 dan peta jangkauan
layanan pendidikan)
Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana penting untuk
menentukan lokasi perumahan. Analisis keterjangkauan sarana
pendidikan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
keterjangkauan suatu lokasi perumahan terhadap sarana pendidikan.
Dalam analisis ini diasumsikan bahwa lokasi yang terjangkau oleh
jangkauan sarana pendidikan berarti sangat sesuai untuk di jadikan
lokasi perumahan sedangkan yang tak terjangkau dianggap kurang
sesuai.
Analisis keterjangkauan terhadap sarana pendidikan dilakukan
terhadap tiga jenis sarana pendidikan yaitu sarana pendidikan
setingkat SD, setingkat SMP, dan setingkat SMA. Analisis ini
dilakukan dengan metode buffering. Coverage area tiap jenis sarana
pendidikan ditentukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata
cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan berikut ini :
Tabel 4.8 Radius Pencapaian Sarana Pendidikan
No Jenis Sarana Radius Pencapaian 1 Taman Kanak-kanak (TK) 500 m 2 Sekolah Dasar (SD) 1000 m 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1000 m 4 Sekolah Menengah Atas (SMU) 3000 m
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Bobot yang diberikan untuk indikator ketersediaan sarana pendidikan
adalah 4 atau penting karena berdasarkan persepsi masyarakat jarak
mencapai sarana pendidikan bukan hal utama untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Sangat Penting14%
Penting64%
Cukup Penting22%
Tingkat KepentinganKeterjangkauan Sarana Pendidikan
lokasi perumahan, mereka lebih mementingkan kualitas suatu sarana
pendidikan dibandingkan jaraknya.
Tabel 4.9 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Pendidikan
No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 14 2 Penting 4 64 3 Cukup Penting 3 22 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0
Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Pendidikan
Harkat yang diberikan pada analisis ini berdasarkan pertimbangan
apakah suatu lokasi terlayani sarana pendidikan atau tidak. Lokasi
yang terlayani sarana pendidikan diberi harkat 5 atau sangat sesuai,
sedangkan yang tak terlayani diberi harkat 2 atau kurang sesuai.
Harkat terlayani diberikan pada lokasi-lokasi yang terlayani salah satu
maupun ketiga sarana pendidikan tersebut. Harkat yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
pada lokasi yang tak terlayani menggunakan harkat 2 atau cukup
karena dianggap bahwa meskipun area tersebut tak terlayani tetapi
masyarakatnya masih bisa mendapatkan layanan pendidikan di lokasi
lain karena aksesibilitas di Kawasan Perkotaan Sragen menunjukan
seluruh kawasan dapat menjangkau transportasi umum yang ada.
Tabel 4.10 Skor Keterjangkauan Sarana Pendidikan
Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8
Hasil buffering menunjukan bahwa hampir seluruh Kawasan
Perkotaan Sragen terlayani sarana SD karena sarana ini tersebar
hampir di seluruh kawasan. Untuk sarana pendidikan setingkat SMP
lokasi-lokasi yang terlayani masih sangat terbatas karena penyebaran
SMP yang tidak merata. SMP di Kawasan Perkotaan Sragen
terkonsentrasi di pusat kota sehingga banyak area coverage yang
berkumpul di pusat kota dan banyak lokasi di pinggiran yang tak
terlayani. Sedangkan sarana pendidikan setingkat SMA hampir
seluruh kawasan perkotaan Sragen terlayani, meskipun terdapat
sebagian kecil yang tak terlayani tetapi banyak coverage area yang
bertumpukan satu sama lain sehingga lokasi-lokasi yang tak terlayani
tersebut masih dapat dilayani oleh SMA yang berada di Kawasan
Perkotaan Sragen
Berdasarkan overlay peta overlay 4 dengan peta keterjangkauan sarana
pendidikan didapat dua kritera lokasi perumahan. Lokasi yang sangat
sesuai terkonsentrasi di tengah kota karena sarana pendidikan baik
setingkat SD, SMP, maupun SMA terkonsentrasi di tengah kota.
Lokasi yang sesuai kebanyakan tersebar di pinggiran kota dimana
lokasi tersebut tak terjangkau oleh sarana pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Peta 4.6 Peta Keterjangkauan SD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Peta 4.7 Peta Keterjangkauan SMP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Peta 4.8 Keterjangkauan SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Peta 4.9 Peta Overlay 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
b. Analisis Overlay 6 (overlay peta overlay 5 dan peta jangkauan
layanan kesehatan)
Penentuan lokasi perumahan harus memperhatikan keberadaan sarana
kesehatan karena sarana kesehatan memiliki fungsi memberikan
pelayanan kesehatan masyarakat, serta memiliki peran yang sangat
strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk
Analisis ketersediaan sarana kesehatan digunakan untuk mengetahui
apakah lokasi perumahan dijangkau sarana kesehatan yang ada di
Kawasan Perkotaan Sragen.
Metode yang digunakan pada analisis ini sama dengan metode yang
digunakan dalam analisis keterjangkauan sarana pendidikan yaitu
dengan metode buffering. Coverage area dalam analisis ini ditentukan
berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di perkotaan berikut :
Tabel 4.11 Radius Jangkauan Sarana Kesehatan
No Jenis Srana Jangkauan Pelayanan
1 BKIA / Klinik Bersalin 4000 m 2 Puskesmas dan Balai Pengobatan 3000 m
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan Bobot yang diberikan diambil dari persepsi masyarakat tentang tingkat
kepentingan jarak antara lokasi perumahan terhadap sarana kesehatan.
Dari hasil survey didapatkan bahwa masyarakat memang menganggap
penting jarak, tetapi yang terpenting bagi masyarakat adalah kualitas
sarana kesehatan tersebut, meskipun jaraknya jauh dari perumahan
mereka tetap lebih memilih sarana kesehatan yang kualitasnya baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Sangat Penting16%
Penting67%
Cukup Penting17%
Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan
Tabel 4.12 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan
No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 16 2 Penting 4 67 3 Cukup Penting 3 17 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0
Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
Gambar 4.5 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Tingkat Keterjangkauan
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang dianalisis adalah puskesmas dan rumah sakit
karena merupakan sarana kesehatan utama dan mudah dijangkau oleh
masyarakat. Dalam SNI 03-1733-2004 tidak terdapat area jangkauan
untuk rumah sakit, oleh karena itu jangkauan untuk rumah sakit
diasumsikan sama dengan jangkauan BKIA atau klinik bersalin yaitu
sejauh 4000 m.
Analisis keterjangkauan sarana kesehatan dilakukan dengan cara yang
sama dengan analisis sarana pendidikan yaitu dengan memberi harkat
5 pada lokasi yang terlayani dan harkat 2 pada lokasi yang tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
terlayani. Lokasi yang terlayani merupakan lokasi-lokasi yang masuk
dalam area coverage baik puskesmas maupun rumah sakit.
Tabel 4.13 Skor Keterjangkauan Sarana Kesehatan
Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8
Dari hasil buffering dapat dilihat bahwa hampir seluruh Kawasan
Perkotaan Sragen terlayani oleh sarana kesehatan baik rumah sakit
maupun puskesmas, yang tak terlayani oleh kedua sarana kesehatan
ini hanya sebagian kecil lokasi di Kelurahan Karangtengah bagian
utara
Berdasarkan hasil overlay 6 didapatkan tiga kriteria keseuaian lokasi
perumahan yaitu sangat sesuai, sesuai, dan cukup sesuai. Lokasi yang
sesuai tersebar hampir di seluruh Kawasan Perkotaan Sragen yaitu
seluruh Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan
Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Kroyo,
Kelurahan Nglorog, Desa Tangkil, dan sebagian besar Kelurahan
Karangtengah bagian selatan. Lokasi yang sesuai terdapat di sebagian
Kelurahan Karangtengah bagian utara, Kelurahan Puro, Kelurahan
Plumbungan, Kelurahan Pilangsari, Kelurahan Jetak, dan Kelurahan
Sine. Lokasi yang cukup sesuai terdapat di sebagian kecil ujung utara
Kelurahan Karengtengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Peta 4.10 Peta Keterjangkauan Puskesmas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Peta 4.11 Peta Keterjangkauan Rumah Sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Peta 4.12 Peta Overlay 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
4. Analisis Syarat Sarana Ekonomi (overlay 7)
Overlay 7 merupakan analisis keterjangkaua lokasi perumahan
terhadap sarana perekonomian. Dari analisis ini didapat peta kesesuaian
lokasiterhadap aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi.
Analisis terhadap sarana perekonomian dilakukan dengan cara
buffering terhadap titik-titik yang merupakan lokasi pertokoan yang
melayani tingkat kota maupun kecamatan. Coverage area dari pertokoan-
pertokoan tersebut ditentukan berdasarkan jangkauan pelayanan sarana
perdagangan dan niaga dalam SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan berikut :
Tabel 4.14 Radius Jangkauan Sarana Perekonomian
No Jenis Srana Jangkauan Pelayanan
1 Toko/Warung 300 m 2 Pertokoan 2000 m
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Bobot yang diberikan untuk sarana perekonomian adalah 4 atau
penting, dimana bobot ini diambil dari persepsi masyarakat terhadap
tingkat kepentingan keterjangkauan lokasi perumahan terhadap sarana
perekonomian
Tabel 4.15 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Perekonomian No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 13 2 Penting 4 75 3 Cukup Penting 3 12 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0
Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Sangat Penting
13%
Penting75%
Cukup Penting
12%
Tingkat Kepentingan Sarana Perekonomian
Gambar 4.6 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Perekonomian
Metode analisis yang dilakukan sama dengan analisis keterjangkauan
sarana pendidikan dan sarana kesehatan yaitu memberi harkat 5 pada
lokasi yang terjangkau dan harkat 2 pada lokasi yang tak terkangkau.
Tabel 4.16 Skor Keterjangkauan Sarana Perekonomian
Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8
Dari hasil analisis keterjangkauan sarana perekonomian didapat bahwa
hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen terlayani oleh pertokoan
kecuali sebagian kecil Kelurahan Karangtengah bagian utara serta sebagian
kecil Kelurahan Puro bagian selatan.
Hasil overlay 7 menunjukan bahwa terdapat tiga kriteria kesesuaian
lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Lokasi yang sangat sesuai
untuk lokasi perumahan tersebar di seluruh bagian Kelurahan Sidoharjo,
Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Tengah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Kelurahan Nglorog, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Puro, dan Desa Tangkil,
serta sebagian besar Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah,
Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Jetak. Lokasi yang sesuai unuk
dijadikan perumahan tersebar di sebagian kecil Kelurahan Jetak bagian
timur, sebagian besar Kelurahan Karangtengah bagian utara, sebagian kecil
kelurahan Pilangsari dan Kelurahan Plumbungan. Lokasi yang cukup
sesuai untuk lokasi perumahan terdapat di sebagian kecil Kelurahan
Karangtengah bagian utara.
Bila dilihat dari kondisi eksistingnya lokasi-lokasi yang sangat sesuai
untuk dijadikan lokasi perumahan berdasarkan analisis memiliki berbagai
macam penggunaan lahan. Lokasi-lokasi tersebut banyak yang berupa
perdagangan dan jasa serta banyak juga yang merupakan sawah. Lokasi-
lokasi perumahan eksisting yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen
sebagian besar menempati lahan yang tingkat kesesuaiannya sangat sesuai.
Lokasi-lokasi yang sesuai dan kurang sesuai untuk dijadikan lokasi
perumahan kebanyakan penggunaan lahan eksistingnya berupa sawah dan
RTH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Peta 4.13 Peta Ketrjangkauan Sarana Perekonomian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Peta 4.14 Peta Overlay 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
5. Analisis Kerawanan Bencana (overlay 8)
Analisis overlay 8 bertujuan untuk mengetahui apakah lokasi-lokasi
yang sangat sesuai hingga kurang sesuai hasil analisis overlay 7 memiliki
kerawanan terhadap bencana dan polusi. Analisis ini dilakukan dengan
cara meng-overlay peta overlay 7 dengan peta kerawanan terhadap
bencana dan polusi. Dalam analisis ini tidak terdapat harkat serta bobot,
lokasi yang rawan bencana langsung dianggap tak sesuai dijadikan lokasi
perumahan.
Lokasi rawan bencana banjir di Kawasan Perkotaan Sragen terdapat di
sepanjang 30 m di sekitar Sungai Mungkung, dengan melakukan buffering
terhadap Sungai Mungkung maka di dapat kawasan rawan bencana banjir.
Lokasi yang rawan polusi udara, polusi air, dan polusi suara yang sangat
komplek adalah kawasan di sekitar Pabrik Gula Mojo yang terdapat di
Kelurahan Sragen Kulon sehingga lokasi di sekitar PG Mojo tidak sesuai
untuk di jadikan plokasi perumahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Peta 4.15 Peta Overlay 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
6. Analisis bebas Kawasan Lindung (overlay 9)
Bebas kawasan lindung merupakan salah satu syarat yang ditetapkan
dalam Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum dalam tata cara
pemilihan lokasi prioritas untuk pengembangan perumahan dan
permukiman di kawasan perkotaan. Kawasan lindung yang berada di
Kawasan Perkotaan Sragen berupa hutan kota, sempadan sungai, dan
sempadan embung. Kawasan lindung tersebut ditetapkan dalam RDTR
Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.
Analisis bebas terhadap kawasan lindung dilakukan dengan metode
yang sama dengan analisis overlay 8. Kawasan lindung tidak diberikan
harkat serta bobot, lokasi dimana kawasan lindung berada dianggap tidak
sesuai untuk dijadikan perumahan.
Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa terdapat lokasi dengan
kriteria sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk
dijadikan lokasi perumahan.
Lokasi-lokasi hasil analisis overlay 9 merupakan hasil analisis final
dari kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Hasil
analisis ini akan dijadikan dasar untuk analisis kesesuaian dengan RDTRK
Kawasan Perkotaan Sragen
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Peta 4.16 Peta Overlay 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
B. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan
Sragen tahun 2009-2028
Melihat hasil analisis tentang kesesuaian lahan perumahan di Kawasan
Perkotaan Sragen didapat bahwa lahan yang sangat sesuai dijadikan
perumahan tersebar hampir di seluruh kawasan. Kesesuaian didominasi oleh
kriteria sangat sesuai sehingga sepintas lokasi yang dapat dijadikan perumahan
sangat luas, akan tetapi bila melihat kondisi eksisting lokasi-lokasi tersebut
meskipun berdasarkan analisis hasilnya sangat sesuai namun karena
kebanyakan lahan sudah terbangun, dan sebagian besar lahan yang belum
terbangun merupakan lahan sawah dan hanya sedikit yang berupa lahan
kering, maka lokasi yang dapat dijadikan perumahan baru sangat terbatas
karena lahan sawah merupakan kawasan lindung yang tak dapat dikonversi
menjadi guna lahan lain. Oleh sebab itu, perlu dilihat kebijakan yang ada di
Kawasan Perkotaan Sragen tentang lokasi perumahan. Kebijakan terkait
perumahan tersebut yaitu rencana penggunaan lahan sebagai perumahan yang
terdapat di RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta kesesuaian lokasi
perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (Peta overlay 9) sudah sesuai dengan
rencana lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan peta
rencana pola ruang RDTRK Perkotaan Sragen. Dengan meng-overlay peta
kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (peta overlay 9)
dengan peta rencana perumahan maka akan didapat lokasi-lokasi yang legal
untuk dijadikan perumahan karena telah sesuai dan mengikuti rencana pola
ruang yang ada di kawasan tersebut. Dengan mengikuti rencana tata ruang
maka apabila lokasi hasil analisis akan dijadikan perumahan di kemudian hari
tak akan terjadi masalah penyalahgunaan fungsi lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Tabel 4.17 Luas Lokasi Perumahan sesuai RDTR Kawasan Perkotaan Sragen
tahun 2009-2028 No Kelurahan Luas
Sangat Sesuai
Sesuai Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
1 Sine 33,35 - - - 3,98 2 Sragen Kulon 3,35 - - - 6,92 3 Sragen
Tengah - - - -
4 Sragen Wetan
13,47 - - - 1,77
5 Tangkil 0,80 - - - 0,17 6 Nglorog 140,06 - - - 9,93 7 Karangtengah 40,67 - - - 0,12 8 Kroyo 53,54 0,09 - - - 9 Puro 68,15 0,09 - - - 10 Plumbungan 108,74 1,81 - - 5,85 11 Sidoharjo 5,08 - - - 0,91 12 Jetak 4,72 - - - 1,41 13 Pilangsari 88,15 - - - 3,11 Jumlah 560,08 1,99 - - 34,17 Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
Dari hasil analisis Kelurahan Nglorog merupakan Kelurahan yang
memiliki lokasi perumahan yang paling luas dengan angka mencapai 133,04
Ha. Perumahan di kelurahan ini memiliki kesesuaian lahan sangat sesuai untuk
dijadikan perumahan karena lokasinya yang dekat dengan kota, dekat dengan
berbagai fasilitas yang ada, serta memiliki aksesibilitas tinggi karena dilewat
jalan utama yaitu Jalan Raya Sukowati.
Desa Tangkil memiliki luas lokasi perumahan yang sangat kecil yaitu
hanya 0,8 Ha yang terletak di bagian utara desa. Desa Tangkil merupakan satu-
satunya desa di Kawasan Perkotaan Sragen, letak desa ini berada di ujung utara
kawasan sehingga banyak lokasi yang tidak terjangkau oleh beberapa sarana
dasar. Sebagian besar desa ini berupa sawah irigasi teknis yang sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
berpotensi dijadikan lumbung padi kabupaten sehingga alokasi lahan yang
direncanakan sebagai perumahan yang ada di desa ini sangat sedikit.
Tidak adanya lahan yang dapat untuk dibangun menjadi perumahan baru
menyebabkan lokasi perumahan baru tidak terdapat di Kelurahan Sragen
Tengah. Di kelurahan ini penggunaan lahannya sudah sangat padat, baik untuk
perdagangan jasa, pemerintahan, maupun untuk perumahan karena letaknya
yang berada di pusat kota.
Lokasi yang direncanakan sebagai kawasan perumahan kebanyakan berada
di kawasan kota bagian selatan, hal ini didukung oleh perkembangan kota yang
mengarah ke selatan. Hingga saat ini terdapat beberapa perumahan yang
semuanya di bangun di kawasan kota bagian selatan, hal ini menyebabkan
kawasan selatan semakin ramai dan semakin berkembang. Perkembangan
kearah selatan tersebut didukung dengan munculnya pusat-pusat kegiatan baru
di kawasan kota bagian selatan terutama jalan kolektor di Kelurahan Kroyo. Di
jalan tersebut tumbuh berbagai pusat layanan antara lain : SPBU, mini market,
apotek, konter, rumah makan, serta warnet.
Perkembangan perumahan di daerah utara kurang pesat karena lahan di
Kabupaten Sragen semakin keutara semakin kurang bagus, lahannya tandus,
kering, serta air tanahnya semakin dalam sehingga perumahan diarahkan
untuk dibangun di kawasan selatan kota.
Hampir seluruh lokasi perumahan baru saat ini berupa sawah irigasi teknis
yang seharusnya tak dapat dikonversi menjadi guna lahan lain, tetapi dalam
rencananya sawah tersebut dikonversi menjadi perumahan. Pemerintah
memang mengalokasikan lahan perumahan meskipun saat ini masih berupa
sawah karena pertumbuhan penduduk tak dapat dihindarkan sementara
Kawasan Perkotaan Sragen sangat sedikit memiliki lahan kering sehingga
rencana perumahan harus mengorbankan sawah irigasi. Konversi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
dilakukan karena angka konversinya termasuk kecil serta karena sawah di
Kabupaten Sragen masih cukup luas untuk memenuhi kebutuhan pangan
kabupaten dan wilayah sekitanya.
Berdasarkan analisis terdapat lahan yang direncanakan sebagai perumahan
dalam RDTRK ternyata tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Lokasi-
lokasi yang tak sesuai tersebut kebanyakan berupa sempadan sungai serta
daerah yang rawan banjir.
Berikut merupakan peta persebaran lokasi yang sesuai untuk dijadikan
perumahan berdasar analisis serta sesuai dengan rencana perumahan RDTRK
Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Peta 4.17 Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
C. Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Analisis proyeksi penduduk merupakan analisis yang digunakan untuk
memperkirakan jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun
2028. Analisis ini digunakan sebagai dasar penentuan jumlah rumah yang
dibutuhkan oleh penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.
Metode yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk Kawasan
Perkotaan Sragen pada tahun 2028 adalah metode geometrik, sehingga dapat
diketahui angka pertumbuhan penduduk yang lebih akurat dan berapa jumlah
penduduk pada tahun yang direncanakan. Metode ini menggunakan rumus
geometrik (lihat rumus 1.2)
Dengan melihat data jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen selama
lima tahun terakhir maka dapat ditentukan angka pertumbuhan penduduknya
(lihat tabel 3.12)
Secara umum jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen terus
mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 0,006%. Rata rata
angka pertumbuhan tiap kelurahan sangat beragam, bahkan masih ada
kelurahan yang pertumbuhannya negatif. Pertumbuhan penduduk tertinggi
dimiliki oleh Desa Tangkil dengan angka 0,016 % sedangkan pertumbuhan
yang terendah dengan angka -0,006 % dimiliki oleh Kelurahan Sragen Kulon.
Pertumbuhan penduduk negatif tertinggi dimiliki oleh Kelurahan Sragen
Kulon, dimana kelurahan ini merupakan salah satu kelrahan yang terletak di
tengah kota. Penurunan jumlah penduduk dari tahun ke tahun kemungkinan
dipengaruhi oleh telah padatnya kawasan tersebut sehingga kecenderungan
yang ada masyarakat malah memilih keluar dari kawasan tersebut.
Dalam analisis proyeksi ini digunakan rata-rata pertumbuhan keseluruhan
karena terdapat beberapa kelurahan dengan pertumbuhan negatif sehingga
proyeksi penduduk yang akan didapat jumlahnya lebih sedikit dari saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Karena angka pertumbuhan negatif tidak dapat digunakan untuk menghitung
pertambahan penduduk maka pada studi ini digunakan asumsi bahwa
kelurahan yang memiliki pertumbuhan penduduk negatif akan diproyeksikan
dengan angka pertumbuhan yang sangat kecil yaitu 0,001, dimana angka
tersebut digunakan untuk mengantisipasi apabila pertumbuhan penduduk di
tahun-tahun berikutnya akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Tabel 4.18 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2011-2028
Kelurahan Tahun
2011 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 Sine
5763 5878 5937 5997 6056 6117 6178 6240 6302 6365 6429 6493 6558 6624 6690 6757 6825 Sragen Kulon
15555 15586 15602 15617 15633 15649 15664 15680 15696 15711 15727 15743 15758 15774 15790 15806 15822 Sragen Tengah 7777 7792 7800 7808 7815 7823 7831 7839 7847 7855 7863 7870 7878 7886 7894 7902 7910 Sragen Wetan 14798 15036 15156 15277 15399 15523 15647 15772 15898 16025 16154 16283 16413 16544 16677 16810 16945 Nglorog 6295 6307 6313 6320 6326 6332 6339 6345 6351 6358 6364 6371 6377 6383 6390 6396 6402 Karangtengah 5408 5484 5522 5561 5600 5639 5679 5718 5758 5799 5839 5880 5921 5963 6004 6046 6089 Tangkil
4935 5094 5176 5259 5343 5428 5515 5603 5693 5784 5877 5971 6066 6163 6262 6362 6464 Puro
9026 9262 9383 9505
9628 9754 9880 10009 10139 10271 10404 10539 10676 10815 10956 11098 11243 Plumbungan
7423 7647 7762 7878 7996 8116 8238 8362 8487 8614 8744 8875 9008 9143 9280 9419 9561 Kroyo
8874 8945 8980 9016 9052 9089 9125 9162 9198 9235 9272 9309 9346 9384 9421 9459 9497 Jetak
6118 6143 6155 6167 6180 6192 6205 6217 6229 6242 6254 6267 6279 6292 6305 6317 6330 Sidoharjo
3968 4048 4088 4129 4171 4212 4254 4297 4340 4383 4427 4471 4516 4561 4607 4653 4700 Pilangsari
4562 4571 4576 4580 4585 4590 4594 4599 4603 4608 4613 4617 4622 4626 4631 4636 4640 Jumlah 100501 101794 102451 103115 103786 104464 105150 105842 106543 107251 107966 108689 109420 110160 110907 111662 112425
Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk dari tahun 2009-2028 dapat
dilihat bahwa pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen tidak
bertambah secara sigifikan. Pertambahan jumlah penduduk total dalam waktu
dua puluh tahun hanya mencapai angka 12.427 jiwa saja, termasuk angka yang
sangat kecil untuk ukuran sebuah kota.
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tersebut akan dihitung jumlah
kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 berdasarkan
tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
D. Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah serta Kebutuhan Lahan Perumahan di
Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rumah yang harus
disediakan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028. Dengan mengetahui
jumlah kebutuhan rumah maka dapat diketahui jumlah kebutuhan lahan
dengan cara mangalikan jumlah kebutuhan rumah dengan standar minimal
luas satu rumah berdasarkan tingkat kesejahteraan.
Jumlah kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu
kepala keluarga menghuni satu unit rumah. Dengan menggunakan asumsi
tersebut maka dapat dicari jumlah kebutuhan rumah di tiap kelurahan pada
tahun 2028 (lihat rumus 1.3). Berikut hasil penghitungan total kebutuhan
rumah tiap kelurahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Tabel 4.19 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
No Kelurahan Jumlah
Penduduk 2009 (Jiwa)
Jumlah Penduduk 2028 (Jiwa)
Pertambahan Jumlah
Penduduk
Rata-rata
anggota
Kebutuhan Jumlah Rumah
1 Sine 5649 6825 1176 3 392 2 Sragen Kulon 15524 15822 298 3 99 3 Sragen Tengah 7761 7910 149 4 37 4 Sragen Wetan 14564 16945 2381 4 595 5 Nglorog 6282 6402 120 3 40 6 Karang Tengah 5333 6089 756 3 252 7 Tangkil 4781 6464 1683 3 561 8 Puro 8796 11243 1447 3 816 9 Plumbungan 7205 9561 2356 3 785
10 Kroyo 8803 9497 694 4 173 11 Jetak 6094 6330 236 3 79 12 Sidoharjo 3890 4700 810 3 270 13 Pilangsari 4553 4640 87 3 29
Jumlah 99235 112425 12427 4128 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Dari hasil penghitungan diperoleh jumlah kebutuhan rumah total di
Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 adalah sejumlah 4.128 unit.
Kelurahan Puro memiliki kebutuhan rumah paling tinggi yaitu 816 unit,
sedangkan kebutuhan yang terendah dimiliki kelurahan pilangsari yaitu 29
unit rumah, hal ini dikerenakan pertumbuhan penduduk di Kelurahan
Pilangsari yang terus menurun di tahun 2005-2009 sehingga kebutuhan
rumahnya sngat sedikit. Secara keseluruhan kebutuhan jumlah rumah di
Kawasan Perkotaan Sragen tidak cukup tinggi, sebanding dengan angka
perumbuhan penduduknya yang tak cukup tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Berdasarkan hitungan kebutuhan rumah maka dihitung jumlah kebutuhan
lahan perumahan ditiap kelurahan berdasarkan penggolongan keluarga
sejahtera di tahun 2028. Penghitungan ini dilakukan dengan cara mengkalikan
jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028 dengan proporsi jumlah KK
berdasarkan kesejahteraannya di tahun 2009 (proporsi tiap kelompok KK dapat
dilihat dalam lampiran 3). Berikut hasil penghitungan kebutuhan jumlah
rumah tiap kelompok KK:
Tabel 4.20 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kelurahan Pra KS
(unit) KS I
(unit) KS II (unit)
KS III (unit)
KS III+ (unit)
Jumlah (unit)
Sine 85 35 142 128 1 392 Sragen Kulon 11 14 29 43 3 99 Sragen Tengah 6 7 9 15 1 37 Sragen Wetan 79 73 220 208 15 595 Nglorog 5 4 6 24 1 40 Karang Tengah 44 46 85 75 2 252 Tangkil 67 174 177 136 7 561 Puro 189 97 343 176 11 816 Plumbungan 108 106 220 329 22 785 Kroyo 28 32 49 59 5 173 Jetak 35 6 24 13 1 79 Sidoharjo 107 42 74 44 3 270 Pilangsari 13 5 8 4 0 29 Jumlah 776 641 1384 1254 74 4128
Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Dengan mengetahui jumlah kebutuhan rumah tiap kelompok KK di tahun
2028 maka didapat pula luas kebutuhan lahan perumahan dengan mengkalikan
jumlah kebutuhan terebut dengan luas kavling perumahan minimum untuk
tiap golongan KK. (lihat tabel 1.5)
Berikut merupakan rincian jumlah kebutuhan lahan per kelurahan di
Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Tabel 4.21 Luas kebutuhan lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028
Kelurahan Pra KS (Ha)
KS I (Ha)
KS II (Ha)
KS III (Ha)
KS III+ (Ha)
Jumlah (Ha)
Sine 1,02 0,42 1,72 3,23 0,10 6,48 Sragen Kulon 0,13 0,17 0,35 1,08 0,20 1,92 Sragen Tengah 0,07 0,10 0,11 0,38 0,05 0,70 Sragen Wetan 0,96 0,88 2,64 5,20 0,80 10,48 Nglorog 0,07 0,05 0,08 0,63 0,05 0,88 Karang Tengah 0,54 0,56 1,02 1,88 0,10 4,10 Tangkil 0,82 2,09 2,14 3,40 0,40 8,84 Puro 2,27 1,18 4,12 4,43 0,60 12,59 Plumbungan 1,31 1,27 2,64 8,25 1,15 14,62 Kroyo 0,35 0,40 0,59 1,48 0,30 3,11 Jetak 0,42 0,08 0,29 0,35 0,05 1,19 Sidoharjo 1,28 0,50 0,89 1,13 0,20 4,00 Pilangsari 0,16 0,06 0,10 0,10 0,05 0,46
Jumlah 9,40 7,75 16,67 31,50 4,05 69,37 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Dari hasil penghitungan maka didapat bahwa total jumlah kebutuhan
lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 adalah
69,37 Ha. Merupakan angka yang sangat kecil untuk kebutuhan selama dua
puluh tahun. Kebutuhan lahan tertinggi yaitu di Kelurahan Puro, sebesar 12,59
Ha, serta yang terendah di Kelurahan Pilangsari dengan luas 0,46 Ha
E. Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun
2028
Analisis ketersediaan lahan ini bertujuan untuk mengetahui apakah luas
lahan yang sangat sesuai untuk lokasi perumahan berdasarkan analisis dan
peruntukan lahan yang direncanakan di Kawasan Perkotaan Sragen
berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 dapat memenuhi
kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.
Analisis ini hanya membandingkan luas lahannya saja tanpa bisa dipetakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Tabel 4.22 Kecukupan Lahan di KawasanPerkotaan Sragen tahun2028
No Kelurahan Ketersediaan Lahan
Kebutuhan Lahan
Keterangan
1 Sine 33,35 6,48 Tercukupi 2 Sragen Kulon 3,35 1,92 Tercukupi
3 Sragen Tengah 0 0,70 Tak Tercukupi 4 Sragen Wetan 13,47 10,48 Tercukupi 5 Tangkil 0,8 0,88 Tak Tercukupi 6 Nglorog 140,06 4,10 Tercukupi 7 Karangtengah 40,67 8,84 Tercukupi 8 Kroyo 53,63 12,59 Tercukupi 9 Puro 68,24 14,62 Tercukupi
10 Plumbungan 108,74 3,11 Tercukupi 11 Sidoharjo 5,08 1,19 Tercukupi 12 Jetak 4,72 4,00 Tercukupi 13 Pilangsari 88,15 0,46 Tercukupi
Total 562,07 69,37 Tercukupi Sumber : Hasil analisis, tahun 2010
Luas total lahan perumahan yang dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen
di tahun 2028 seluas 69,37 Ha, sedangkan jumlah lahan yang tersedia seluas
562,07 Ha. Dengan membandingkan luasan tersebut maka dapat dilihat bahwa
di tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen masih tersedia
dan tercukupi. Kelurahan dengan ketersediaan lahan perumahan yang paling
luas merupakan kelurahan Nglorog, akan tetapi jumlah kebutuhan lahan
perumahan di tahun 2028 termasuk kecil. Sedangkan Kelurahan Sragen
Tengah dan Desa Tangkil lahan perumahannya tak tercukupi. Akan tetapi
kekurangan lahan di kedua kelurahan tersebut dapat terpenuhi jika melihat
jumlah ketersediaan lahan di kelurahan-kelurahan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan
Sragen tahun 2028 yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
utama, antara lain :
1. Indikator yang digunakan dalam menentukan lokasi perumahan di dalam
studi ini terdiri dari aspek fisik dasar, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana
perekonomian. Setiap indikator memiliki kesesuaian masing-masing untuk
dijdikan lokasi perumahan sebagai berikut :
Tabel 5.1 Kesesuaian Indikator dalam Penentu Lokasi Perumahan
Kawasan Perkotaan Sragen No Aspek Indikator Kesesuaian
1 Fisik Ketinggian Lahan
Kawasan Perkotaan Sragen memiliki ketinggian lahan antara < 100 mdpl di seluruh kawasannya. Ketinggian lahan tersebut tergolong sangat sesuai untuk dijadikan perumahan, sehingga berdasarkan ketinggian lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan
Kelerengan Kelerengan di Kawasan Perkotaan Sragen termasuk dalam kategori datar yaitu 0-2%. Kelerengan yang datar sangat sesuai untuk dijadikan perumahan, sehingga berdasarkan kelerengan lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk lokasi perumahan
Jenis Tanah Kawasan Perkotaan Sragen memiliki beberapa jenis tanah antara lain grumosol, alluvial, dan litosol. Jenis tanah tersebut mempengaruhi kelayakan lahan untuk ditanami konstruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
bangunan rumah, kelayakan tersebut terkait dengan tingkat kepekaannya, semakin peka semakin tidak layak untuk didirikan bangunan. Berdasarkan jenis tanahnya sebagian besar lahan di Kawasan Perkotaan Sragen kurang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, hanya sebagian kecil yang sangat sesuai untuk perumahan.
Kedalaman Muka Air Tanah
Kedalaman muka air tanah mempengaruhi suplai air bersih terhadap perumahan. Semakin dalam air tanah semakin tak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Air tanah di Kawasan Perkotaan Sragen beragam kedalamannya yaitu antara 2-12 m dibawah permukaan tanah. Dilihat dari kedalaman air tanahnya, seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan
Kawasan Rawan Bencana dan Polusi
Kawasan rawan bencana dan polusi tidak sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan tersebut adalah kawasan sekitar sungai mungkung karena merupakan kawasan rawan bencana banjir dan kawasan sekitar pabrik gula Mojo karena tercemar baik air, udara, dan suara.
Kawasan Lidung
Kawasan Lindung tidak dapat dijadikan lokasi perumahan. Kawasan tersebut adalah kawasan sekitar sungai, sekitar embung, dan hutan kota
2 Sarana dan Prasarana
Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan kemudahan lokasi perumahan mencapai jalan serta transportasi umum. Hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen dapat mengakses jalan serta moda transportasi umum, sehingga berdasarkan aksesibilitasnya hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen sesuai untuk dijadikan perumahan
Ketersediaan Sarana Pendidikan
Kawasan Perkotaan Sragen memiliki sarana pendidikan dan sarana kesehatan yang lengkap dimana hampir seluruh wilayahnya terjangkau meskipun terdapat sebagian kecil yang tak terjangkau. Sehingga berdasarkan keterjangkauan sarana pendidkan dan kesehatannya hampir seluruh kawasan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan
Ketersediaan Sarana Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
3 Ekonomi Ketersediaan Sarana Perekonomian
Persebaran pertokoan di Kawasan Perkotaan Sragen cukup merata di seluruh kawasannya menjadikan hampir seluruh kawasan terlayani oleh sarana ekonomi, sehingga berdasarkan ketersediaan sarana ekonominya hampir seluruh kawasan perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan
Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
2. Analisis kesesuaian lokasi perumahan saat ini dilakukan untuk mengetahui
lokasi mana saja yang sesuai untuk dijadikan perumahan di Kawasan
Perkotaan Sragen dengan memperhatikan berbagai indikator yang telah
ditentukan. Analisis ini menggunakan metode superimpose (overlay)
antara peta satu dengan peta lainnya hingga didapatkan peta akhir berupa
peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen
berdasarkan semua indikator. Dari hasil overlay didapatkan bahwa
terdapat empat kriteria keseusian lahan yang terdapat di Kawasan
Perkotaan Sragen yaitu sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai
untuk dijadikan perumahan. Lokasi yang tergolong sangat sesuai sebesar
87,35 % dari total luas Kawasan Perkotaan Sragen. Berikut simpulan dari
tiap overlay :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Tabel 5.2 Kesesuaian Overlay Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen
No Overlay Ksesuaian 1 Overlay 1
(peta kelerengan dengan peta ketinggian)
Hasil analisis overlay 1 menunjukan berdasarkan ketinggian dan kelerengannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan.
2 Overlay 2 (peta overlay 1 dengan peta jenis tanah)
Terdapat dua kriteria kesesuaian lokasi perumahan yang dihasilkan dari analisis overlay 2 yaitu sesuai dan sangat sesuai. Lokasi yang sesuai sesuai sebesar 69,3 % dan yang sangat sesuai sebesar 30,7 %.
3 Overlay 3 (peta overlay 2 dengan peta kedalaman muka air tanah
Berdasarkan hasil analisis overlay 3 didapatkan bahwa berdasarkan seluruh aspek fisik terdapat lokasi yang sangat sesuai untuk diadikan perumahan sebesar 76,9 % , sedangkan lokasi yang tergolong sesuai sebesar 23,1 % dari luas total Kawasan Perkotaan Sragen.
4 Overlay 4 (peta overlay 3 dengan peta aksesibilitas)
Analisis overlay 4 menunjukan bahwa berdasarkan aspek fisik dan aksesibilitas, sebesar 70,44 % luas Kawasan Perkotaan Sragen tergolong dalam kriteria sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, sedangkan sisanya yaitu 29,56 % tergolong dalam kriteria sesuai.
5 Overlay 5 (peta overlay 4 dengan peta keterjangkauan sarana pendidikan)
Dengan mempertimbangkan keterjangkauan terhadap sarana pendidikan maka didapatkan bahwa 86,07 luas wilayah Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan dan 13,93 % luasannya tergolong dalam kriteria sesuai.
6 Overlay 6 (peta overlay 5 dengan peta keterjangkauan sarana kesehatan)
Analisis Overlay 6 menunjukan berdasarkan aspek fisik, aksesibilitas, dan sarana dasar terdapat tiga kriteria kesesuaian lokasi perumahan yaitu sangat sesuai seluas 95,09 %, sesuai 4,84 %, dan cukup sesuai sebesar 0,07 %.
7 Overlay 7 (peta overlay 6 dengan peta keterjangkauan sarana perekonomian)
Analisis overlay 7 menunjukan bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen yaitu sebesar 98,18 % tergolong dalam krieteria sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan yang tergolong sesuai seluas 1,79 %, sedangkan yang tergolong cukup sesuai seluas 0,07 % dari luas total Kawasan Perkotaan Sragen.
8 Overlay 8 (peta overlay 7 dengan peta rawan bencana dan polusi)
Dari analisis overlay 8 didapatkan bahwa terdapat kawasan yang tak sesuai untuk dijadikan perumahan yaitu kawasan rawan bencanadan polusi. Secara keseluruhan luas kawasan yang tergolong sangat sesuai sebesar 96,47 %, sesuai sebesar 1,68 %, cukup sesuai sebesar 0,05 %, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
tidak sesuai sebesar 1,80 % dari total luas Kawasan Perkotaan Sragen.
9 Overlay 9 (peta overlay 8 dengan peta kawasan lindung)
Analisis overlay 9 menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan seluruh indikator yang digunakan dalam studi ini. Terdapat lokasi yang tidak sesuai untuk dijadikan perumahan yaitu kawasan lindung. Dari hasil analisis didapatkan bahwa kawasan yang tergolong sangat sesuai dijadikan lokasi perumahan sebesar 87,35 %, tergolong sesuai sebesar 1,11 %, tergolong cukup sesuai sebesar 0,01 %, dan tergolong tidak sesuai sebesar 11,53 %.
Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010
3. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lokasi perumahan didapat bahwa
87,35% luas Kawasan Perkotaan Sragen tergolong dalam kriteria sangat
sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, akan tetapi lokasi-lokasi tersebut
eksistingnya sebagian besar berupa sawah irigasi teknis. Lahan sawah
termasuk lahan yang keberadaannya harus dipertahankan sehingga lahan
tersebut tidak dapat diubah menjadi perumahan tanpa melihat kebijakan
yang ada. Menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028,
terdapat beberapa lokasi lahan sawah yang dapat dialihfungsikan menjadi
lahan perumahan.
Berdasarkan hasil analisis ksesuaian lokasi perumahan dengan RDTR
Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 didapat lahan yang sangat
sesuai dijadikan perumahan adalah seluas 560,08 Ha, dan lahan yang
termasuk kategori sesuai 1,99 Ha, sehingga total luas lahan yang dapat
dijadikan perumahan hingga tahun 2028 adalah seluas 562,07 Ha.
Lahan tersebut tersebar di beberapa kelurahan, kawasan yang paling
banyak memiliki lahan perumahan adalah kelurahan Nglorog dengan luas
140,06 Ha, sedangkan kelurahan yang paling sedikit memiliki lahan
perumahan yaitu Desa Tangkil yang memiliki lahan untuk dijadikan
perumahan hanya seluas 0,80 Ha. Terdapat kelurahan yang sama sekali tak
memiliki lahan perumahan potensial, yaitu kelurahan Sragen Tengah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
karena di kelurahan ini bangunan sudah sangat padat serta rencana
kedepannya kelurahan ini banyak difungsikan untuk perdagangan dan jasa
karena merupakan pusat kota.
4. Berdasarkan hasil analisis proyeksi penduduk dengan pertumbuhan
penduduk rata-rata 0,006, didapat bahwa jumlah pertambahan penduduk
total di Kawasan Perkotaan Sragen dua puluh tahun tahun dari tahun 2009
hingga tahun 2028 adalah sejumlah 12.427 jiwa. Angka pertambahan
tersebut cukup kecil karena pertumbuhan penduduk di Kawasan
Perkotaan Sragen tidak terlalu tinggi, bahkan ada pertumbuhan penduduk
yang negatif.
5. Berdasarkan jumlah pertambahan penduduk hingga tahun 2028 diperoleh
bahwa total jumlah rumah yang dibutuhkan di Kawasan Perkotaan Sragen
di tahun tersebut berjumlah 4.128 unit rumah. Jumlah tersebut merupakan
akumulasi dari total jumlah rumah dari kebutuhan rumah untuk keluarga
pra sejahtera sebesar 776 unit, keluarga sejahtera I sebesar 641 unit,
keluarga sejahtera II sebesar 1.384 unit, keluarga sejahtera III 1.254 unit,
serta keluarga sejahtera III+ sejumlah 74 unit.
6. Total luas lahan perumahan yang dibutuhkan di Kawasan Perkotaan
Sragen pada tahun 2028 adalah 69,37 Ha. Bila melihat jumlah ketersediaan
lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 yaitu
seluas 562,07 Ha maka kebutuhan lahan perumahan hingga tahun 2028
masih tercukupi, bahkan masih sangat luas ketersediaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
B. Rekomendasi
1. Arahan Pengembangan Lokasi Perumahan
Lahan perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen hingga
tahun 2028 masih sangat luas, sedangkan kebutuhan lahannya tak lebih
dari 10% dari luasan yang tersedia, sehingga perlu adanya rekomendasi
arahan lokasi prioritas untuk pengembangan kawasan perumahan.
Rekomendasi yang peneliti tulis merupakan arahan lokasi berdasarkan
arah perkembangan Kota Sragen hingga saat ini serta melihat pada arahan
pengembangan perumahan berdasarkan RDTR Kawasan Pekotaan Sragen
tahun 2009-2028.
Melihat perkembangan saat ini, Kawasan Perkotaan Sragen cenderung
berkembang cukup pesat ke arah selatan, yaitu jalan kolektor di Kelurahan
Kroyo, yang menghubungkan antara Kelurahan Puro dengan Kelurahan
Sragen (pusat kota). Di sepanjang jalan Veteran ini muncul berbagai sarana
perdagangan dan jasa baru.
Perumahan-perumahan baru yang telah terbangun di Kawasan
Perkotaan Sragen terpusat di kawasan kota bagian selatan. Saat ini,
perumahan-perumahan tersebut menjadi perumahan yang cukup ramai
dan padat, sehingga kawasan kota bagian selatan menjadi lebih ramai
dibanding kawasan di utara. Perkembangan perumahan perumahan ini
juga yang menyebabkan jalan kolektor di Kelurahan Kroyo tersebut
menjadi berkembang cukup pesat.
Oleh karena itu, lokasi pengembangan perumahan baru diarahkan ke
arah selatan, yaitu di Kelurahan Puro, Kroyo, dan Kelurahan Plumbungan.
Selain mengikuti perkembangan kota, dimana akan memudahkan
mencapai akses menuju pusat perdagangan, kesehatan, dan pendidikan
juga akan sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan dalam RDTRK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Perkotaan Sragen, yaitu pengembangan perumahan di BWK D. BWK D
sendiri terdiri dari Kelurahan Puro, Plumbungan, dan Kroyo. Kawasan ini
saat ini juga memiliki kepadatan penduduk yang tak cukup tinggi sehingga
dapat dikembangkan untuk dikadikan kawasan perumahan.
Dengan memusatkan perkembangan lokasi di ketiga kelurahan
tersebut juga akan menyebabkan pola perumahan kota menjadi konsentris
mengisi lahan di pinggiran karena kawasan tengah kota telah padat oleh
perumahan, perdagangan, pemerintahan, serta fungsi lain.
Selain di ketiga kelurahan tersebut, lokasi perkembangan perumahan
juga direkomendasikan di Kelurahan Nglorog, dimana kawasan tersebut
memiliki kepadatan penduduk yang kurang padat sehingga masih
mungkin dikembangkan perumahan. Kelurahan ini juga memiliki
ketersediaan lahan perumahan paling tinggi diantara kelurahan lain. Poin
utama yang menjadikan kelurahan ini dapat dijadikan lokasi
perkembangan perumahan prioritas adalah karena letaknya yang dekat
dengan pusat kota serta dilewati oleh jalan arteri utama di Kabupaten
Sragen, yaitu Jalan Sukowati, sehingga mamiliki aksesibilitas yang tinggi,
mudah mendapatkan kendaraan umum serta mudah mencapai berbagai
sarana dasar karena di Kelurahan ini terdapat rumah sakit umum, serta
memiliki sarana pendidikan dari tingkat TK hingga SMA.
Pada RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 disebutkan
bahwa pengembangan perumahan juga diarahkan ke BWK A dimana
BWK tersebut merupakan Kelurahan Sragen. Berdasarkan analisis, di
Kelurahan Sragen Tengah tak terdapat lokasi yang sesuai untuk dijadikan
perumahan, selain itu, penggunaan lahan di kelurahan ini sudah sangat
padat sehingga perumahan yang dikembangkan di kawasan tersebut
manjadi kurang nyaman untuk ditempati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
2. Rekomendasi Terhadap Hasil Studi
Hasil dari studi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, sehingga
sebaiknya dalam studi serupa perlu memperhatikan beberapa hal :
a. Indikator yang digunakan dalam studi ini masih sangat umum, belum
dibahas faktor penentu yang lebih spesifik misalnya jaringan listrik,
saluran sanitasi, jaringan persampahan, dan drainase.
b. Studi ini menganalisis kesesuaian lokasi hanya dari segi spasialnya saja,
sebaiknya faktor sosial dapat dimasukan dalam studi.
c. Dalam menentukan luas kebutuhan rumah digunakan standar kavling
dasar yang mengacu pada RTRW kota lain sehingga mungkin kurang
sesuai penggunaannya.
d. Studi ini menggunakan asumsi tingkat kesejahteraan penduduk
dianggap tetap selama 20 tahun, sebaiknya perubahan tingkat
kesejahteraan diperhitungkan dalam proyeksi penduduk.
3. Rekomendasi untuk Studi Lanjutan
Studi ini masih memiliki berbagai keterbatasan, baik secara teknis
maupun substantif. Keterbatasan tersebut dapat menjadi bahan
pertimbangan studi lanjut. Beberapa rekomandasi untuk studi lanjutan
antara lain :
a. Indikator untuk menentukan lokasi perumahan bagi masyarakat
berdasarkan tingkat kesejahteraan sebaiknya memperhatikan harga
tanah sehingga target group untuk alokasi lokasi lebih jelas.
b. Dalam menentukan kesesuaian lokasi berdasarkan harga lahan
sebaiknya memperhatikan housing affordability dari tiap target
group.