tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TUGAS AKHIR STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028 Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R I 0606044 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: truongdiep

Post on 18-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TUGAS AKHIR

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN

KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R

I 0606044

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGESAHAN

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

TAHUN 2028

Disusun Oleh: VELLISSA ANDREVA R

I0606044

Menyetujui, Surakarta, 29 Juli 2010

Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Murtanti Jani Rahayu, ST, MT NIP. 19720117 200003 2 001

Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D NIP. 19640711 199103 2 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Hardiyati, M.T. Ir. Galing Yudana, M.T.

NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan I

Ir. Nugroho Djarwanti, M. T. 19561112 198403 2 007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 3: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

TAHUN 2028

Vellissa Andreva R

NIM. I0606044

Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen

terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan perumahannya, akan tetapi

ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna

mengetahui ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen di

tahun 2028 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi perumahan serta

kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut.

Analisis untuk mengetahui kesesuaian lokasi perumahan dilakukan dengan

metode superimpose (ovelay) peta terhadap aspek fisik, aksesibilitas,

ketersediaan sarana dasar, dan ketersediaan sarana perekonomian. Hasil

analisis di-overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan

Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 menunjukan lokasi yang sangat sesuai dan

sesuai untuk dijadikan perumahan hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha,

Dengan analisis proyeksi penduduk, penghitungan kebutuhan jumlah

rumah, dan penghitungan kebutuhan luas lahan perumahan diperoleh jumlah

kebutuhan lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 seluas

69,37 Ha.

Dengan membandingkan jumlah kebutuhan dan ketersediaan maka

didapatkan bahwa hingga tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan

Sragen masih sangat luas ketrsediaannya.

Kata kunci : superimpose, GIS, lokasi perumahan, kebutuhan rumah

Page 4: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya

sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “STUDI KETERSEDIAAN LOKASI

PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2028” dapat

terselesaikan. Selesainya laporan ini tak luput dari bantuan berbagai pihak

yang selama ini telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam

pengerjaan laporan ini.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada banyak pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini. :

1. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret.

3. Ibu Murtanti Jani Rahayu, ST, MT selaku pembimbing pertama Tugas

Akhir, terima kasih atas bimbingan, masukan, nasehat, dan perhatian yang

selama ini telah diberikan.

4. Ibu Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing kedua Tugas Akhir yang

telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir

5. Ibu Istijabatul Aliyah, ST. MT, selaku Penguji sidang Tugas Akhir.

6. Bapak Ir.Agus Sanyoto, selaku Penguji sidang Tugas Akhir.

7. Ir. Ismanto, MM selaku Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Wilayah

BAPPEDA Kabupaten Sragen.

8. Muhammad Vino dan Ning Setyowati sebagai semangat utama dalam

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Ovi Andreva Ningrum dan Ino Ilma Gilang P, terima kasih atas doa dan

dukungan kalian.

Page 5: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

10. Arwin Bagus Dewangga, terima kasih atas bantuan dan dukungan dalam

menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini

11. Arum Ardianti, Tyas Yuwono, dan Aga Kristianing Jati, terima kasih atas

berbagai cerita suka dan duka yang kalian hadirkan selama ini.

12. Dwinta Nori Fitria, Fatmawati Nurul Handayani Kusuma Wardani, Ferry

Agrianto, dan Zaini Musthofa, terima kasih atas bantuan dan semangat

kalian selama ini.

13. Bg524, terima kasih karena telah menjadi inspirasi dan selalu menemani

penulis saat pengerjaan laporan Tugas Akhir.

14. Untuk teman-teman PWK angkatan 2006 dan banyak pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam

banyak hal, terima kasih atas bantuannya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 6: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERMUKIMAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN TAHUN 2020

Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Kawasan ini terdiri dari 12 kelurahan dan satu desa. Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk di kawasan tersebut terus bertambah begitu pula kebutuhan akan lahan permukimannya, akan tetapi ketersediaan lahan tetap tak berubah. Oleh sebab itu dilakukan studi guna mengetahui ketersediaan lokasi permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2020 dengan memperhatikan kesesuaian lokasi permukiman serta kebijakan yang berlaku di kawasan tersebut

Lokasi suatu permukiman dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan ketersedian sarana perekonomian. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut dicari lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan permukiman. Selain memperhatikan faktor-faktor tersebut, kesesuaian lokasi permukiman juga mempertimbangkan keberadaan kawasan lindung serta kerawanan bencana dan polusi.

Suatu permukiman tak dapat didirikan begitu saja diatas suatu lahan tanpa memperoleh ijin dari pemerintah, oleh sebab itu kesesuaian lahan terhadap perencanaan Kawasan Perkotaan Sragen sangat penting untuk mendapat legalitas lahan.

Ketersediaan lahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 diperoleh dari membandingkan ketersediaan lahan permukiman hingga tahun 2028 dengan kebutuhan lahan permukiman di tahun tersebut

Analisis untuk mengetahui kesesuaian lokasi permukiman menurut berbagai aspek dilakukan dengan metode superimpose (overlay) peta dari aspek fisik, aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, ketersediaan sarana perekonomian,

Page 7: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keberadaan kawasan lindung, serta kawasan rawan bencana dan polusi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa 87,35 % lahan di Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan permukiman, akan tetapi jika melihat kondisi eksistingnya, lokasi-lokasi yang sesuai tersebut fungsinya didominasi oleh sawah irigasi teknis. Oleh sebab itu hasil analisis kesesuaian di overlay dengan rencana penggunaan lahan menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028. Berdasarkan hasil analisis lokasi yang sangat sesuai dan sesuai untuk dijadikan permukiman hingga tahun 2028 seluas 562,07 Ha, lokasi tersebut tersebar di seluruh kelurahan kecuali Kelurahan Sragen Tengah. Kelurahan yang paling banyak memiliki ketersediaan lahan permukiman adalah Kelurahan Nglorog, dan yang paling sedikit adalah Desa Tangkil

Jumlah kebutuhan lahan permukiman hingga tahun 2020 dicari dengan melihat pertambahan penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009 hingga tahun 2020. Untuk mencari jumlah kebutuhan rumah maka dicari pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2020 yaitu sejumlah 12.427 jiwa. Dengan membagi jumlah penduduk dengan jumlah rata-rata anggota keluarga maka diperoleh jumlah KK di tahun 2028.

Kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu keluarga menghuni satu unit rumah. Berdasarkan hasil analisis, jumlah kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2020 adalah 2128 unit rumah. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari total jumlah rumah dari kebutuhan rumah untuk keluarga pra sejahtera sebesar 431 unit, keluarga sejahtera I sebesar 315 unit, keluarga sejahtera II sebesar 662 unit, keluarga sejahtera III 714 unit, serta keluarga sejahtera III+ sejumlah 43 unit.

Luas kavling minimum untuk tiap kelompok KK berbeda-beda tergantung tingkat kesejahteraannya. Dengan mengkalikan luas minimum kavling dan jumlah KK maka diperoleh kebutuhan luas lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 adalah 69,37 Ha.

Page 8: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan melihat angka ketersediaan yaitu 562,07 Ha dengan angka kebutuhan lahan yaitu 69,37 Ha dapat diketahui bahwa di tahun 2020 Kawasan Perkotaan Sragen masih memiliki ketersediaan lahan yang sangat luas.

Page 9: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 perumahan adalah kelompok

rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Suatu kawasan perumahan yang ‘ideal’ diharapkan mempertimbangkan

beberapa hal yang berdasarkan kepada pengertian dan prinsip-prinsip

pengembangan perumahan berikut ini :

1. Perumahan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang sebaiknya

berada di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang

dilengkapi dengan sarana dan prasarana

2. Perumahan pada dasarnya merupakan bagian dari suatu permukiman.

Kawasan permukiman sendiri adalah bagian dari komponen kota yang

mempunyai keterkaitan fungsional dengan aktivitas kota lainnya. Oleh

karena itu, untuk mencapai peran yang optimal dalam pengembangan

perumahan dan permukiman sebaiknya mengacu pada Renana Tata Ruang

Wilayah Kota (RTRW)

Suatu perumahan tidak hanya terdiri dari kumpulan rumah tetapi juga terdiri

dari berbagai prasarana pendukung serta manusia sebagai masyarakat yang tinggal

di dalam perumahan tersebut. Oleh sebab itu lokasi suatu perumahan dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang dapat mendukung keberadaan masyarakat dalam

Page 10: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perumahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi perumahan

tersebut menyebabkan keterbatasan persediaan lokasi perumahan di suatu wilayah

karena tidak semua lokasi sesuai untuk dijadikan perumahan.

Untuk menunjukan lokasi-lokasi perumahan tersebut dibutuhkan instrumen

visualisasi yaitu berupa peta-peta yang menggambarkan letak berbagai bentuk

rupa bumi di Kawasan Perkotaan Sragen. Geographic Information System

merupakan sebuah perangkat lunak yang mampu menganalisa berbagai faktor

spasial yang mempengaruhi lokasi suatu perumahan dengan menggunakan input

data berupa peta dasar dan berbagai data pendukung. Dengan menggunakan

bantuan perangkat tersebut dianalisis berbagai faktor yang mempengaruhi lokasi

perumahan.

Kawasan Perkotaan Sragen merupakan wilayah di Kabupaten Sragen yang

merupakan ibu kota kabupaten dimana pusat pemerintahan dan pusat

perdagangan berada. Kawasan ini memiliki dokumen perencanaan yang mengatur

penggunaan lahan didalamnya selama 20 tahun kedepan. Dokumen tersebut

adalah Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

Guna memperoleh lokasi perumahan yang ideal maka selain memperhatikan

berbagai faktor pengaruhnya, lokasi perumahan juga harus sesuai dengan rencana

penggunaan lahan kawasan perumahan yang ada didalam dokumen rencana

tersebut.

Kebutuhan lahan atas perumahan akan terus meningkat seiring dengan

pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen sementara lahan yang

tersedia baik untuk perumahan maupun fasilitas lain tidak bertambah. Untuk

dapat memenuhi kebutuhan perumahan di suatu daerah maka proyeksi kebutuhan

jumlah rumah serta luas lahan perumahan pada masa yang akan datang harus

Page 11: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

diperhatikan sehingga kebutuhan perumahan dapat terpenuhi. Dengan melihat

ketersediaan lahan saat ini serta melihat kebutuhan lahan suatu wilayah di masa

yang akan datang maka dapat dilihat ketersediaan lokasi perumahan di suatu

wilayah di masa yang akan datang yang sesuai dengan berbagai faktor yang

mempengaruhi lokasi perumahan.

Oleh karena itu, dilakukan studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen tahun 2028 untuk mengetahui sebaran lokasi dan luas lahan

perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

Penghitungan ketersediaan lokasi ini memperhatikan berbagai faktor yang

mempengaruhi lokasi dan memiliki legalitas lahan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sebaran lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun

2028 ?

2. Seberapa besar ketersediaan luas lahan perumahan di Kawasan Perkotaan

Sragen tahun 2028 ?

Page 12: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Dan Sasaran

1. Tujuan

a. Tersusunnya peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan

Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi

perumahan serta sesuai dengan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-

2028 dengan menggunakan Geographic Information System.

b. Diperolehnya angka luasan ketersediaan lahan perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen tahun 2028.

2. Sasaran

a. Menyusun peta kesesuaian lokasi untuk perumahan di Kawasan Perkotaan

Sragen saat ini berdasarkan indikator yang digunakan, yaitu aspek fisik,

aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana perekonomian.

b. Menyusun peta kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan rencana

penggunaan lahan perumahan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Sragen

tahun 2009-2028.

c. Menyusun proyeksi penduduk Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan

kelompok KK (berdasarkan tingkat kesejahteraan) hingga tahun 2028.

d. Menghitung kebutuhan luas lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen

pada tahun 2028 per kelompok KK.

e. Menghitung luas ketersediaan lokasi perumahan per kelurahan di

Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

f. Merekomendasikan arah pengembangan lokasi perumahan di Kawasan

Perkotaan Sragen.

Page 13: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Ruang Lingkup Studi

1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Kawasan Perkotaan Sragen yang

merupakan Ibukota Kabupaten Sragen dengan delineasi kota berdasarkan

RUTRK no 7 tahun 2005 tentang batas wilayah Kawasan Perkotaan Sragen.

Secara keseluruhan Kawasan Perkotaan Sragen terdiri dari 13 kelurahan

dengan luas total 4256 Hektar. Kelurahan dan desa yang termasuk di dalam

Kawasan Perkotaan Sragen adalah yang memiliki karakteristik kekotaan baik

fisik maupun non fisik serta morfologinya, antara lain : Kelurahan Sidoharjo,

Kelurahan Jetak, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen

Tengah, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Karangtengah, Kelurahan

Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Plumbungan,

Kelurahan Pilangsari, dan sebagian Desa Tangkil.

2. Ruang Lingkup Materi

Dalam menentukan kesesuaian lokasi perumahan digunakan berbagai

indikator yang dapat menentukan tingkat kesesuaian suatu lokasi perumahan.

Indikator yang digunakan dalam penenlitian ini dibatasi pada aspek fisik,

aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan analisis spasial

sebagai metode utama untuk mencapai tujuan penelitian, sehingga simpulan

kesesuaian lokasi perumahan akan diambil berdasarkan hasil analisis spasial

dengan metode superimpose dari berbagai indikator yang telah ditentukan.

Page 14: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Dalam studi ini kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan

Sragen tahun 2028 merupakan lahan yang dibutuhkan untuk membangun

perumahan baru, dimana lahan perumahan baru tersebut tiap kavlingya

terdiri dari bangunan rumah dan pekarangan. Kebutuhan lahan di perumahan

di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 hanya berupa angka luasan lahan.

Kebutuhan lahan tersebut merupakan kebutuhan lahan perumahan potensial,

yaitu kebutuhan lahan perumahan tanpa meninjau affordability masyarakat.

Hasil studi ini dibatasi pada angka kecukupan dan ketersediaan lahan

perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028 di setiap tingkat

kelurahan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademis

a. Memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi,

khususnya di bidang perencanaan lokasi perumahan

b. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi

pertimbangan dalam penentuan lokasi perumahan

2. Manfaat Praktis bagi Pemerintah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan masukan

bagi pemerintah Kabupaten Sragen dalam penentuan lokasi perumahan di

Kawasan Perkotaan Sragen, sehingga lokasi-lokasi perumahan yang akan

didirikan memperhatikan faktor fisik dasar, memiliki aksesibilitas yang baik,

terlayani oleh berbagai sarana dasar, serta sesuai dengan perencanaan yang

ada sehingga memiliki legalitas dalam pembangunannya

Page 15: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

F. Metodologi

Sub bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian, metode pengambilan

data dan metode analisis yang akan dilakukan.

1. Tahapan Persiapan

a. Tahap persiapan studi, yang meliputi:

1) Penentuan topik analisis spasial lokasi perumahan sebagai topik

utama dalam penelitian.

2) Penentuan obyek permasalahan yaitu bagaimana ketersediaan lokasi

perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

3) Penentuan ruang lingkup materi dan wilayah studi.

4) Penentuan aspek-aspek yang yang akan dikaji dalam studi

ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun

2028.

b. Tahap studi pustaka

1) Pengumpulan teori-teori yang berkaitan dengan indikator-indikator

yang mempengaruhi lokasi perumahan, analisis spasial menggunakan

Geographic Information System, proyeksi penduduk, dan

penghitungan kebutuhan rumah.

2) Pengumpulan kebijakan terkait perumahan dan RDTR Kawasan

Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

3) Pengumpulan studi-studi yang berkaitan dengan penggunaan

Geographic Information System dalam penentuan lokasi perumahan.

Page 16: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Pendekatan Studi

Metode pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah metode

analisis deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran atau uraian atas

suatu keadaan sejelas mungkin tanpa perlakuan terhadap obyek yang diteliti

(Kountur 2005 dalam Siska Amelia, 2007 ).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis

kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk

menganalisis data-data kuantitatif terkait indikator penentu lokasi perumahan

serta data kependudukan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis

berbagai informasi kebijakan dan informasi pendukung terkait penentuan

lokasi perumahan.

Indikator yang digunakan untuk menentukan lokasi perumahan dalam

penelitian ini ditentukan dengan melihat teori faktor penentu lokasi

perumahan serta mempertimbangkan persyaratan prioritas lokasi perumahan

yang ditetapkan oleh Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum dalam

Tata Cara Pemilihan Lokasi Prioritas Untuk Pengembangan Perumahan dan

Permukiman di Kawasan Perkotaan. Indikator yang digunakan dalam studi

ini antara lain :

Page 17: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tabel 1.1 Indikator Penentu Lokasi perumahan dalam Penelitian

No Aspek Indikator Keterangan 1 Fisik Bebas Kawasan

Lindung Lokasi perumahan harus bebas dari kawasan lindung sehingga karena kawasan lindung merupakan kawasan yang tak boleh dibangun

Bebas Polusi dan Bencana

Lokasi perumahan harus bebas dari polusi dan tidak berada di kawasan rawan bencana demi kenyamanan dan keamanan lokasi

Jenis Tanah Jenis tanah akan mempengaruhi kepekaan terhadap erosi. Indikator ini untuk mengetahui kelayakan tanah untuk ditanami konstruksi.

Ketinggian Lahan Ketinggian lahan akan mempengaruhi iklim dan suhu di lokasi perumahan

Kemiringan Lahan Kemiringan akan mempengaruhi biaya pembangunan, semakin terjal maka biaya yang dikeluarkan untuk rekayasa lahan semakin besar juga. Tiap kemiringan lahan memiliki kesesuaian penggunaan yang berbeda-beda

Kondisi Air Tanah Dengan melihat kondisi air tanah dapat dilihat ketersediaan (supply) air bersih untuk masyarakat.

2 Sarana dan Prasarana

Aksesibilitas Untuk mengetahui kemudahan jangkauan lokasi perumahan terhadap jalan arteri dan kolektor serta antara lokasi perumahan dengan moda transportasi umum

Ketersediaan Sarana Pendidikan

Menentukan keterjangkauan sarana pendidikan dan kesehatan ke lokasi perumahan Ketersediaan

Sarana Kesehatan 3 Ekonomi Ketersediaan

Sarana Perekonomian

Untuk mengetahui keterjangkauan fasilitas perdagangan dari lokasi perumahan

Page 18: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Indikator-indikator tersebut sebagian besar berupa data spasial (peta)

yang berasal dari berbagai sumber yang berbeda. Penyeragaman skala peta

serta digitasi peta menjadi peta digital diperlukan agar peta dapat dianalisis.

Penelitian ini menggunakan peta dasar berupa peta administrasi Kawasan

Perkotaan Sragen yang di ambil dari peta administrasi Kabupaten Sragen

dalam RTRW Kabupaten Sragen tahun 2008-2028 dengan skala peta 1:40.000.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke lapangan,

menyebarkan kuesioner, serta pengumpulan data terkait wilayah maupun

substansi studi melalui berbagai referensi dan regulasi.

a. Pengumpulan Data Primer

1) Observasi

Data primer dicari dengan cara pengamatan secara langsung kondisi

fisik, ekonomi, maupun sosial yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen.

Observasi dilakukan selain untuk mendapat data primer juga untuk

mencocokan dan melengkapi data sekunder yang didapat dari

instansi.

2) Penyebaran Kuesioner

Dalam studi ini kuesioner yang dibuat digunakan untuk mengetahui

tingkat kepentingan beberapa indikator dalam pemilihan lokasi

perumahan, tingkat kepentingan tersebut digunakan untuk

pembobotan pada proses analisis.

Page 19: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Tidak semua indikator dapat dimasukan dalam kuesioner karena

tidak semua indikator dimengerti oleh masyarakat. Indikator yang

dimuat dalam kuesioner hanya indikator yang digunakan masyarakat

sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi perumahan antara

lain : ketersediaan air bersih, aksesibilitas, keterjangkauan sarana

pendidikan, keterjangkauan sarana kesehatan, dan keterjangkauan

sarana perekonomian

Penyebaran kuesioner dilakukan pada masyarakat di Kawasan

Perkotaan Sragen dengan metode random sampling (sampel acak)

dimana semua orang yang tinggal atau menghuni rumah di Kawasan

Perkotaan Sragen dapat dijadikan sampel.

Jumlah sampel dalam studi ini diambil berdasarkan perhitungan

dengan rumus formulasi Solvin yang sering digunakan dalam

penelitian masyarakat :

Rumus 1.1 Penghitungan Jumlah sampel dengan Metode Solvin

® = 棺棺圭挠+ 1

Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Derajad kecermatan

Page 20: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dicari jumlah

responden yang dapat dijadikan sampel di Kawasan Perkotaan Sragen

dengan memasukan jumlah penduduk pada tahun 2009 yaitu

sejumlah 99.235 jiwa serta dengan mengambil derajad tingkat

kecermatan sebesar 90 % maka : ® = 99235(99235果0,1挠) + 1 ® = 99, 89987 ® = 100

Dari perhitungan tersebut maka ditetapkan bahwa jumlah sampel

yang diambil dalam studi ini adalah 100 jiwa. Sampel diambil merata

dari seluruh kelurahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Jumlah sampel

yang diambil di tiap kelurahan didapatkan dengan membagi jumlah

sampel total dengan jumlah kelurahan yaitu 7 atau 8 sampel per

kelurahan.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dicari antara lain terkait dengan data-data

instansional lokasi studi serta terkait dengan kebijakan tentang

perumahan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Sragen. Data-data

instansional yang dicari yaitu data yang tak bisa didapatkan peneliti dari

observasi lapangan.

Page 21: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

c. Kebutuhan Data

Kebutuhan data merupakan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

penelitian ini. Data-data yang diperlukan terkait dengan indikator-

indikator penentu lokasi perumahan, data sosial kependudukan, serta

kebijakan terkait perumahan dan permukiman di Kawasan Perkotaan

Sragen. Kebutuhan data tersebut diperinci sebagai berikut :

Tabel 1.2 Kebutuhan, Jenis, dan Sumber Data

No Aspek Data yang dibutuhkan

Jenis Data Sumber Data Instansi

1 Fisik Lokasi Kawasan Lindung

Peta dan Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

Bebas Polusi dan Bencana

Peta dan Deskripsi

Observasi dan Data Sekunder

BAPPEDA Kabupaten Sragen

Jenis Tanah Peta dan Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

Ketinggian Lahan Peta dan Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

Kelerengan Peta dan Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

Kondisi Air Tanah Peta dan Deskripsi

Observasi -

2 Sarana dan Prasarana

Aksesibilitas Peta dan Deskripsi

Observasi dan Data Sekunder

BAPPEDA Kabupaten Sragen

Ketersediaan Sarana Pendidikan

Peta, Tabel, dan Deskripsi

Observasi -

Ketersediaan Sarana Kesehatan

Peta, Tabel, dan Deskripsi

Observasi

-

Page 22: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3 Ekonomi Ketersediaan Sarana Perekonomian

Peta, Tabel, dan Deskripsi

Data Sekunder dan Observasi Lapangan

BAPPEDA Kabupaten Sragen

4 Permukiman

Persebaran perumahan eksisting

Peta, Tabel, dan Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

Rencana kawasan perumahan berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028

Peta, Tabel, dan Deskripsi

Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

5 Sosial Kependudukan

Jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen periode 2004-2009

Tabel, dan Deskripsi

Data Sekunder Kecamatan Sragen, Sidoharjo, Ngampal, serta Karangma-lang

Jumlah KK berdasarkan kesejahteraan tahun 2009

Tabel, dan Deskripsi

Data Sekunder Badan KB Pemberdayaan Masyara-kat dan Desa Kabupaten Sragen

Persepsi masyarakat tentang tingkat kepentingan beberapa indikator

Tabel Kuesioner -

4 Kebijakan Revisi RTRW Kabupaten Sragen Tahun 2009-2029

Dokumen Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

RDTR Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028

Dokumen Data Sekunder BAPPEDA Kabupaten Sragen

Page 23: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

4. Kerangka Pikir

Kawasan Perkotaan Sragen merupakan ibu kota kabupaten yang menjadi

pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa. Semakin berjalannya

waktu jumlah penduduk akan terus bertambah begitu pula kebutuhan lahan

perumahannya. Perumahan yang ideal merupakan perumahan yang berada

diluar kawasan lindung, dilengkapi oleh berbagai sarana dan prasarana, serta

mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota.

Dengan melihat latar belakang tersebut maka dilakukan studi untuk

mengetahui ketersediaan lahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun

2028 dengan memperhatikan indikator-indikator penentu lokasi perumahan

serta kesesuaiannya dengan RDTR yang diacu di Kawasan Perkotaan Sragen

saat ini. Dengan melihat kesesuaian lokasi untuk perumahan serta rencana

kawasan perumahan maka dapat diketahui luas kawasan perumahan yang

tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028.

Berdasarkan proyeksi penduduk hingga tahun 2028 maka dapat diketahui

pertambahan jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen dalam jangka

waktu 20 tahun. Dengan menggunakan beberapa asumsi, maka dari

pertambahan jumlah penduduk tersebut dapat diketahui jumlah rumah baru

yang dibutuhkan hingga tahun tersebut. Dari angka jumlah rumah yang

dibutuhkan maka juga dapat diketahui luas lahan perumahan potensial yang

dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028.

Dengan membandingkan angka ketersediaan lahan di Kawasn Perkotaan

Sragen dan angka kebutuhan lahan perumahan ditahun 2028 maka didapat

ketersediaan lahan perumahan di kawasan tersebut pada tahun 2028. Berikut

merupakan bagan alir kerangka pemikiran dalan studi :

Page 24: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Gambar 1.1 Bagan Alir Kerangka Pikir

KAWASAN PERKOTAAN

SRAGEN Penduduk

Pertumbuhan Penduduk

Meningkatnya Kebutuhan

Jumlah Rumah Kawasan

Perkotaan

Meningkatnya Kebutuhan

Lahan Permukiman Kota Sragen

Kebutuhan Lahan

Perumahan tahun 2028

Analisis Menggunakan GIS

Kesesuaian Lokasi untuk Perumahan

Perumahan

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028

Fisik Dasar

Aksesibilitas

Prasarana Dasar

Sarana Dasar

Rencana Penggunaan Lahan Perumahan

Ketersediaan Lokasi Perumahan

berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028

Ketersediaan Lokasi Perumahan tahun 2028 di Kawasan Perkotaan Sragen

Asumsi

Page 25: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

5. Teknik Analisa

Setelah data-data terstrukturkan maka dilakukan tahap analisa yaitu pengolahan data dengan menggunakan

metode-metode tertentu guna mencapai tujuan penelitian. Terdapat beberapa tahapan analisa yang dilakukan dalam

penelitian ini, berikut adalah kerangka analisa studi :

Gambar 1.2 Kerangka Analisa

KETERSEDIAAN LOKASI

PERUMAHAN KAWASAN

PERKOTAAN SRAGEN TAHUN

2028 Analisis Kebutuhan Lahan

Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Analisis Kebutuhan Rumah Kawasan Perkotaan Sragen

tahun 2028

Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk

Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028

Ketersediaan Lahan Perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen

Rencana Peruntukan Lahan Perumahan RDTR

Kawasan Perkotaan Sragen 2009-2028

Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan

dengan Overlay Peta

Peta Kesesuaian Lokasi

Perumahan

Peta Fisik Dasar

Peta Aksesibilitas

Peta Sarana Dasar

Peta Sarana Ekonomi

Page 26: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

a. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan

Untuk menentukan lokasi perumahan harus dilalui beberapa tahap,

yaitu:

1) Mengumpulkan peta tematik eksisting dari tiap indikator yang

mempengaruhi penentuan lokasi perumahan

2) Melakukan analisis tingkat kesesuaian untuk lokasi perumahan

bagi tiap indikator dengan metode analisis pengharkatan. Metode

pengharkatan merupakan suatu cara menilai potensial lahan

dengan memberi harkat pada setiap parameter lahan tersebut.

Terdapat dua macam teknik pengharkatan dalam studi kesesuaian

lahan yaitu :

a) Teknik penjumlahan/pengurangan

b) Teknik pengkalian/pembagian

Studi ini menggunakan teknik analisis pengharkatan dengan cara

menjumlah harkat yang telah ditentukan. Harkat yang digunakan

memiliki range dari 1-5 dengan tingkat kesesuaian masing-

masing.

Tabel 1.3 Tingkat Kesesuaian Harkat

No Tingkat Kesesuaian Harkat 1 Sangat Sesuai 5 2 Sesuai 4 3 Cukup Sesuai 3 4 Kurang Sesuai 2 5 Tidak Sesuai 1

3) Penentuan bobot untuk menentukan tingkat kepentingan tiap

indikator didasarkan pada teori dan pendapat masyarakat. Bobot

yang dimiliki tiap indikator akan berbeda beda karena tingkat

kepentingannya tidak sama, semakin penting indikator dalam

Page 27: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

menentukan lokasi perumahan maka semakin tinggi pula

bobotnya.

Penentuan bobot bagi indiakator aspek fisik dasar antara lain :

ketinggian lahan, kelerengan, dan jenis tanah diambil dari

berbagai teori yang ada. Sedangkan bobot terkait pemilihan lokasi

perumahan oleh masyarakat diperoleh dari penjaringan informasi

dengan kuesioner yang berisi isian tingkat kepentingan beberapa

indikator-indikator (kuesioner dapat dilihat dalam lampiran).

Tabel 1.4 Bobot Tingkat Kepentingan

No Tingkat Kepentingan Bobot 1 Sangat Penting 5 2 Penting 4 3 Cukup Penting 3 4 Kurang Penting 2 5 Tidak Penting 1

4) Melakukan analisa terhadap masing-masing peta tematik dengan

menggunakan analisa superimpose (overlay) dan melakukan

skoring. Analisa superimpose ini merupakan suatu teknik analisis

dengan cara meng-overlay data yang berupa peta dengan

menggunakan perangkat lunak Geographic Information System.

Skoring digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lokasi

perumahan. Skor tiap indikator didapat dengan mengkalikan

harkat dan bobot.

5) Melakukan analisis peta hasil overlay terhadap indikator-

indikator lain yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi

perumahan hingga didapat satu peta yang menunjukan kawasan

yang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan

Page 28: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTRK Perkotaan

Sragen tahun 2009-2028

Analisis ini dilakukan dengan cara meng-overlay peta hasil analisis

lokasi perumahan dengan peta rencana tata guna lahan RDTR

Kawasan Perkotaan Sragen 2009-2028. Dari analisis ini didapatkan

peta lokasi perumahan yang telah sesuai dengan RDTRK, dimana

lokasi yang sesuai dengan RDTRK dianggap sebagai lokasi yang legal

untuk dijadikan perumahan.

Gambar 1.3 Bagan Analisis Kesesuaian Lokasi perumahan dengan

RDTR Kawasan Perkotaan Sragen

Peta Kesesuaian Lokasi Perumahan berdasar indikator

penentu lokasi perumahan

Peta Rencana Peruntukan Permukiman Kawasan

Perkotaan Sragen

Overlay

Peta Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen

Intersection

Page 29: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Analis Proyeksi Jumlah Penduduk

Analisis proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk memperkirakan

jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

Peghitungan jumlah penduduk tersebut dlakukan dengan

menggunakan metode geometrik sebagai berikut :

Rumus 1.2 Penghitungan Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometrik

Pt = Jumlah penduduk tahun ke-t

Po = Jumlah penduduk tahun ke - 0

r = Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk per tahun

t = Tahun proyeksi

Hasil penghitungan jumlah penduduk hingga tahun 2028 akan

digunakan untuk menghitung pertambahan jumlah penduduk dari

tahun 2009 hingga tahun 2028. Dengan asumsi prosentase jumlah KK

tidak berubah di tiap tahunnya, hasil dari pertambahan penduduk

tersebut dikalikan dengan prosentase KK per tingkat kesejahteraan

tahun 2009 sehingga akan diperoleh jumlah KK per tingkat

kesejahteraan di tahun 2028. Jumlah KK tersebut kemudian akan

digunakan untuk mencari jumlah kebutuhan rumah di Kawasan

Perkotaan Sragen di tahun 2028

Pt = Po . (1+r)t

Page 30: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

d. Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah serta Kebutuhan Lahan

Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2028

Dalam menghitung kebutuhan rumah perlu dilakukan beberapa

tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah :

1) Penetapan Asumsi Jumlah Anggota Keluarga dalam Satu Unit

Rumah

Dalam studi ini digunakan asumsi bahwa : Setiap satu keluarga

menempati satu unit rumah. Asumsi tersebut digunakan untuk

menetapkan jumlah kebutuhan rumah berdasarkan jumlah

pertambahan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun

2028. Jumlah penghuni rumah rata-rata tiap rumah merupakan

jumlah rata-rata anggota setiap KK , dimana jumlah anggota tiap

KK didapat dengan membandingkan jumlah penduduk dengan

jumlah KK di tiap kelurahan, sehingga jumlah rata-rata penghuni

berbeda di tiap kelurahan.

2) Penetapan Standar Minimum Luas Kavling untuk Satu Unit

Rumah

Standar luas kavling ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan

keluarga, berikut luas kavling minimum tiap golongan KK :

Tabel 1.5 Luas Minimum Kavling Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

Kelompok Kepadatan

Tingkat Kesejteraan KK

Luas Kavling (m²)

Rendah Pra-KS 120 KS-I 120 KS-II 150

Menengah KS-III 250 Tinggi KS-III+ 500 Sumber : RTRW Depok dalam Rizky Abdillah Utama, 2002

Page 31: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) Menghitung Jumlah Kebutuhan Rumah serta Kebutuhan Lahan

Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada Tahun 2028

Kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028

merupakan jumlah rumah yang harus disediakan di Kawasan

Perkotaan Sragen pada tahun 2028 berdasarkan pertambahan

jumlah penduduk hingga tahun tersebut. Dengan mengunakan

asumsi setiap keluarga menempati satu unit rumah maka jumlah

rumah di Kawasan perkotaan Sragen di tahun 2028 dapat dicari

dengan menggunakan rumus :

Rumus 1.3 Jumlah Kebutuhan Rumah Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

mȊǢtnene = ž攻Ǣtneng − ž攻Ǣtnee幂žum

Keterangan :

KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit)

JP = Jumlah penduduk (jiwa)

JAK = Jumlah anggota rata-rata keluarga dalam satu unit rumah

(jiwa)

Setelah mendapatkan jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028

maka dicari kebutuhan luas lahan perumahan dengan

menggunakan standar luas kavling minimum yang telah dijelaskan

sebelumnya. Luas kebutuhan lahan ini dicari per kelurahan serta

per tingkatan kesejahteraan dengan menggunakan rumus :

Rumus 1.4 Luas Kebutuhan Lahan Perumahan

mƻ = mȊǢat鼓 neng骨m耿

Page 32: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Keterangan :

KL = Luas kebutuhan lahan perumahan (Ha)

KR = Jumlah kebutuhan rumah (unit)

KM = Luas kavling minimum satu unit rumah (m²)

e. Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen

tahun 2028

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan luas lahan yang sesuai

untuk dijadikan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan

analisis ketersediaan lahan dengan luas kebutuhan lahan perumahan

di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

Gambar 1.4

Bagan Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Luas perumahan yang sesuai dengan semua Aspek

dan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028

Kebutuhan lahan perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen tahun 2028

Ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun

2028

Page 33: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

G. Sistematika Pembahasan

Tahap 1 Pendahuluan

Merupakan tahap penyusunan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan sasaran, ruang lingkup studi, manfaat, serta metodologi yang akan

digunakan dalam penelitian

Tahap 2 Tinjauan Teori

Tahap pengumpulan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut

terdiri dari definisi kota, definisi perumahan dan permukimn, teori

pertumbuhan penduduk, teori kebutuhan permukiman, faktor pengaruh

lokasi perumahan, penggunaan Geographic Information System dalam

analisa data, serta kebijakan terkait penentuan lokasi perumahan

Tahap 3 Kajian Obyek

Pada tahap ini data-data mengenai gambaran umum wilayah studi

dikumpulkan, disusun, dan disistematikakan untuk dijadikan bahan

analisis. Data yang disajikan yaitu indikator-indikator yang digunakan

untuk menentukan lokasi perumahan yang terdiri dari data letak dan batas

administratif, ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, kondisi air tanah,

tata guna lahan, rencana dan eksisting perumahan, kondisi jalan, kondisi

sarana pendidikan, kondisi sarana kesehatan, kondisi sarana

perekonomian, serta data kependudukan Kawasan Perkotaan Sragen.

Tahap 4 Analisa Data

Pada tahap ini data-data yang telah disusun dianalisa guna mendapatkan

ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

Analisa yang dilakukan dalam tahap ini antara lain : analisis ksesuaian

lokasi perumahan berdasarkan indikator menggunakan metode

superimpose dengan bantuan software Geographic Information System,

analisis kesesuaian lokasi perumahan dengan RDTRK Perkotaan Sragen

tahun 2009-2028, proyeksi penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun

Page 34: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2028, analisis kebutuhan rumah dan lahan perumahan pada tahun 2028,

dan analisis ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan Sragen

tahun 2028.

Tahap 5 Kesimpulan dan Rekomendasi

Tahap ini merupakan penarikan kesimpulan dari hasil analisa, antara lain

ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, kebutuhan

lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028, dan

ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028.

Rekomendasi yang diberikan antara lain rekomendasi arahan lokasi

perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen, rekomendasi terhadap studi,

serta rekomendasi untuk studi lanjutan.

Page 35: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Gambar 1.5 Diagram Alir Studi

PENDAHULUAN KESIMPULAN ANALISA KOMPILASI DATA

Rumusan Masalah · Bagaimana sebaran lokasi perumahan di

Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ? · Seberapa besar ketersediaan lokasi

perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 ?

Tujuan · Tersusunnya peta kesesuaian

lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan indikator-indikator yang mempengaruhi lokasi perumahan serta sesuai dengan perencanaan dengan menggunakan GIS

· Tersusunnya luasan ketersediaan lahan permukiman Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Analisis Proyeksi Penduduk Tahun 2028

Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan Sragen

Tahun 2009-2028

Ketersediaan Lokasi perumahan Kota Sragen

Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah Tahun 2028

Analisis Kesesuaian Lokasi perumahan Menggunakan

Metode Superimpose

Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2005-2009

Luas Kebutuhan Lahan Perumahan Kawasan

Perkotaan Sragen Tahun 2028

Rencana Penggunaan Lahan Perumahan dalam RDTR

Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2009-2028 Ketersediaan Lokasi

perumahan Kawasan Perkotaan Sragen Tahun

2028

Latar Belakang · Kawasan Perkotaan Sragen sebagai ibu

kota Kabupaten Sragen · Meningkatnya jumlah kebutuhan rumah

seiring peningkatan jumlah penduduk hingga tahun 2028

· Kebutuhan lahan perumahan di tahun 2028

Peta Fisik Dasar

Peta Aksesibilitas

Peta Sarana Dasar

Peta Sarana Ekonomi

Tingkat Kepentingan tiap indikator bagi masyarakat

Analisis Kebutuhan Lahan Perumahan tahun 2028

Jumlah KK berdasar tingkat kesejahteraan tahun 2009

Page 36: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Page 37: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB II

LANDASAN PUSTAKA STUDI KETERSEDIAAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

TAHUN 2028

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori serta peraturan yang

digunakan sebagai landasan dalam studi. Teori teori tersebut antara lain

batasan pengertian kota, pengertian perumahan dan permukiman, faktor

pertimbangan dan persyaratan umum dalam pemilihan lokasi perumahan,

sosial kependudukan, dan Geographic Information System dalam penentuan

lokasi permukiman.

A. Pengertian Kota

Istilah perkotaan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan area

tertentu yang berasosiasi dengan kewenangan pengaturan wilayah oleh

pemerintah kota. Daerah perkotaan adalah daerah yang dibatasi oleh batas-

batas yuridis administratif yang berada dalam suatu kewenangan pemerintah

kota. Konsekwensi spasialnya adalah apapun bentuk dan ekspresi keruangan

yang ada di dalam batas-batas administratif yang telah ditetapkan sebagai

perkotaan tersebut adalah daerah perkotaan. Atau dengan kata lain dapat

diungkapkan walaupun beberapa bagian wilayah pemerintah kota tersebut

masih berupa daerah kedesaan atau bersifat kedesaan dalam arti fisik, sosial,

ekonomi, maupun kutural apabila berada dalam batas yuridis administrasi

pemerintah kota merupakan daerah perkotaan (Hadi Sabari Yunus, 2006)

Kota didefinisikan sebagai sebuah permukiman yang relatif besar, padat,

dan permanen yang terdiri dari kelompok individu–individu yang heterogen

dari segi sosial, sedangkan kota dalam arti modern terbentuk bukan dari segi

Page 38: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

ciri morfologis tertentu melainkan dari fungsi khususnya, yaitu menyusun dan

menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian berdasarkan

hierarki–hierarki tertentu (Rapoport dalam Markus, 1999: 5).

Kota secara umum dapat didefinisikan sebagai tempat tinggal dan tempat

bekerja bagi sebagian penduduk dunia, tempat yang dapat memberikan

peluang dan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi

sekelompok orang, dan tempat yang menarik penduduk dari pinggiran kota

dari waktu ke waktu (Wilsher dalam Branch, 1996:7).

Dalam konteks pemerintah daerah yang dilaksanakan di Indonesia

terdapat dua macam kota:

1. Kota Ibukota Kabupaten

Pada umumnya suatu Kota Ibukota Kabupaten itu terencana dan

hampir seimbang dengan metropolitan karena hampir semua aspek

kehidupan dan fungsinya relatif sama. Perbedaannya dalam hal

kemampuan dan kualitas dari sektor yang ada. Sektor yang ada masih

tergantung dengan daerah hinterland.

2. Kota Ibukota Kecamatan

Kota Ibukota Kecamatan merupakan suatu kota yang baru

berkembang dan tergantung pada potensi dan kehidupan perkotaan yang

mendukung pertumbuhan dan perkembangannya sebagai suatu perubahan

struktur kehidupan masyarakat dari agraris ke nonagraris dengan diawali

perkembangan pada sektor perdagangan yang didukung sektor agraris dari

hinterland. Tumbuh dan berkembangnya suatu kota kecamatan selain

didukung oleh potensi yang terdapat di kota tersebut juga lokasi kota yang

menguntungkan.

Page 39: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Pengertian Perumahan dan Permukiman

Menurut Undang Undang No.4 Tahun 1992 pengertian rumah, perumahan

dan permukiman adalah sebagai berikut:

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana

dan sarana lingkungan.

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam

berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang prasarana

dan sarana lingkungan yang teratur.

Sedangkan menurut Silas (1996: 6) rumah adalah bagian yang utuh dari

permukiman dan bukan semata – mata hasil fisik yang sekali jadi. Perumahan

bukan kata benda melainkan merupakan suatu kata kerja yang berupa proses

berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.

Bermukim pada hakikatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah

dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang

mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia dalam

memasyarakatkan diri.

Rumah merupakan suatu gejala struktural yang bentuk dan organisasinya

sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang dimilikinya, serta erat

hubunganya dengan kehidupan penghuninya (Rapoport, 1969:77) makna

simbolisme dan fungsi akan mencerminkan status penghuninya, manusia

Page 40: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

sebagai penghuni, rumah, budaya serta lingkunganya merupakan satu kesatuan

yang erat (Rapoport, 1969:47), sehingga rumah sebagai lingkungan binaan

merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan, hubungan

keluarga, organisasi sosial serta interaksi sosial antar individu. Hubungan

penghuni dengan rumahnya merupakan hubungan saling ketergantungan

(transactional interdependency), yaitu manusia mempengaruhi rumah dan

sebaliknya rumah mempengaruhi penghuninya.

Rumah bukan hanya sebagai sarana kehidupan semata, tetapi lebih

merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia sebagai penghuni

dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan lingkungan sekitarnya.

Nilai-nilai seutuhnya menempati tempat yang utama dalam proses

perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni, keinginan serta kebutuhan

penghuni merupakan hal yang sangat menentukan kualitas dan bentuk rumah

serta lingkunganya (Fischer Bell, 1976 dalam Trilistyo, 1998:12).

Kebutuhan perumahan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk.

Jenis kebutuhan akan perumahan dapat dilihat dari jenis permintaannya, antar

lain :

1. Permintaan Potensial, yaitu semata-mata meninjau permintaan

berdasarkan jumlah penduduk yang memerlukan rumah tanpa

memperhatikan kemampuan untuk mendapatkannya.

2. Permintaan efektif, yaitu besarnya permintaan potensial yang diikuti

dengan peninjauan afoordability penduduk terhadap pemenuhan

kebutuhan rumahnya, yang tercermin dalam alokasi pendapatan di sektor

perumahan

Page 41: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

C. Faktor Pertimbangan dan Persyaratan Umum dalam Pemilihan Lokasi

Perumahan

1. Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Lokasi Perumahan

a. Aksesibilitas

Transportasi menuju tempat kerja, pusat kota, pusat perbelanjaan,

sekolah, tempat ibadah, dan tempat rekreasi merupakan pertimbangan

utama dalam menentukan pemilihan serta pengembangan lokasi

perumahan. Lokasi perumahan harus mempertimbangkan aksesibilitas

lokal maupun regional. Aksesibilitas lokasi permukiman harus

dievalusi terhadap lokasi tempat kerja dan pusat perdagangan, atau

pada masa yang lalu sering diartikan sebagai jarak lokasi perumahan

menuju ke pusat kota. Perumahan harus aksesibel terhadap jalan

lingkungan maupun jalan arteri. Pengembangan lokasi perumahan

yang memiliki akses terbatas harus diimbangi dengan investasi untuk

pengembangan jalan menunju lokasi perumahan tersebut.

b. Penggunaan Lahan

1) Penggunaan Historis

Contoh tujuan dari penggunaan lahan historis yaitu untuk

mengetahui apakah di masa yang lalu lokasi perumahan

terkontaminasi terhadap bahan kimia berbahaya sehingga

pembangunan lokasi perumahan dapat dipertanggungjawabkan.

Guna mempertanggungkjawabkan pembangunan suatu lokasi

perumahan maka dapat dilakukan investigasi lokasi secara

mendalam terhadap lokasi dan sekitarnya sebelum lokasi tersebut

dibeli lahannya untuk dibangun menjadi perumahan baru.

Usaha dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survey

terhadap penggunaan historis harus proporsional dengan level

Page 42: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

resiko. Apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk

pertanian maka survey yang dilakukan hanya sepintas saja.

Berbeda apabila dalam sejarahnya suatu lokasi digunakan untuk

aktivitas industri, diperlukan penelitian dan tes terhadap lahan

untuk menentukan kemungkinan kontaminasi lahan.

Pengembang lokasi perumahan harus sadar bahwa tak semua

aktivitas historis suatu lokasi merupakan hal yang negatif bagi

pengembangan perumahan.

2) Penggunaan Saat Ini

Pengembangan suatu lokasi perumahan juga harus

memperhatikan penggunaan lahan eksisting. Pengembangan

lokasi diatas lahan yang tak berkonflik akan menaikan pemasukan

(bagi developer). Penggunaan lahan eksisting dimana dalam

pengembangan lokasi perumahan membutuhkan relokasi,

meningkatkan kerusakan lingkungan, serta menurunkan estetika

kawasan menyebabkan penurunan kemanfaatan pengembangan

lokasi perumahan.

3) Penggunaan Sekitar

Pengembangan lokasi perumahan kebanyakan menginginkan

lokasi yang berdekatan dengan open space dan fasilitas komunal

misalnya taman, area rekreasi, museum, dan perpustakaan.

4) Penggunaan Bermasalah

Penggunaan lahan utama yang mungkin bermasalah dengan

pengembangan perumahan baru antara lain : rel kereta api, dekat

dengan pengembangan area komersial, kawasan yang

penggunaannya sebagai industrial berbahaya, lingkungan yang

buruk, pengembangan part-lokasi perumahan yang buruk,

Page 43: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kawasan bandara, jalan tol yang memiliki kemacetan dan arus

yang tinggi, dan lokasi-lokasi yang memiliki kebisingan tinggi.

Dalam pengembangannya, perumahan juga harus

mempertimbangkan apakah lokasinya terlalu dekat dengan lahan

bermasalah. Kedekatan dengan tangki penyimpanan gas, minyak,

dan material flammable (mudah terbakar) lainnya harus dihindari.

Selain itu lokasi perumahan juga harus menghindari kawasan

rawan banjir dan gempa bumi.

Secara umum kecocokan lokasi untuk dijadikan perumahan dapat

diukur melalui tingkat peningkatan arus lalu lintas, kebisingan,

polusi, dan disharmoni visual yang menyebabkan degradasi

lingkungan perumahan.

c. Bentuk Permukaan Bumi

Pengembangan optimal suatu lokasi tergantung dari pengembangan

yang dijalankan serta besarnya ukuran pasar. Bentuk fisik suatu lokasi

mempengaruhi tipe produk (rumah) yang dihasilkan, susunan rumah,

dan fungsi pendukung. Pilihan desain bertambah benyak seiring

dengan cepatnya peningkatan luas.

d. Karakter Fisik

Karakter fisik merupakan faktor yang peling memepengaruhi dalam

pemilihan lokasi perumahan. Faktanya, pengembangan lokasi

perumahan memperhatikan kemiringan lahan, jenis tanah, geologi,

hidrologi, dan keterbatasan fisik lain.

Page 44: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dalam Classic Dessain with Nature, Ian McHag menyarankan

serangkaian topik yang harus dianaliasis antara lain :

1) Iklim

Iklim menentukan derajad tipe tanah, vegetasi, kemiringan, dan

keadaan alam suatu daerah. Lokasi yang paling sesuai untuk

dikembangkan sebagai perumahan adalah yang memiliki

microclimate (iklim mikro) yang baik, pencahayaan yang cukup,

dan terlindung dari kabut dan angin.

2) Geologi

Pentingnya geologi dalam pengembangan lokasi perumahan

terkait dengan gerakan tanah yang terjadi di permukaan bumi.

Gerakan tanah tersebut terbagi menjadi menjadi dua yaitu :

gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan internal (gempa

bumi) dan gerakan tanah yang disebabkan oleh gerakan

permukaan (tanah longsor).

Fenomena yang paling dikenal adalah gempa bumi atau gerakan

tektonik. Gempa bumi tak dapat dicegah dengan cara apapun,

meskipun telah dikembangkan berbagai teknik untuk

memprediksi datangnya gempa. Guna mengurangi kerusakan dan

korban jwa akibat gempa maka pengembangan lokasi perumahan

harus menghindari sesar aktif yang mungkin dapat bergerak.

Gerakan permukaan antara lain : tanah longsor, jatuhan batu,

banjir bandang. Kebanyakan gerakan permukaan disebabkan oleh

pengabaian kondisi alam oleh manusia saat bekerja.

Page 45: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3) Topografi

Topografi merupakan penentu utama dalam pemilihan lokasi

karena topografi mempengaruhi tipe dan biaya pembangunan,

mengontrol banyaknya run-off, menambah variasi lanskap, dan

mempengaruhi tipe hewan dan tumbuhan.

4) Hidrologi

Air adalah salah satu faktor paling utama dalam menentukan

lokasi perumahan. Sumber air dapat dikatogorikan menjadi air

permukaan dan air bawah tanah. Kedua sumber air tersebut

sangat mempengaruhi pengembangan lokasi perumahan.

Dalam pengembangan perumahan, lokasi harus memiliki drainase

alami yang baik. Suplai air tanah murni untuk perumahan bisa

didapat dari air tanah yang mengalir dekat dengan permukaan

tanah.

5) Jenis Tanah

Tanah yang baik untuk lokasi perumahan yaitu tanah yang

memiliki kedalaman lebih dari lima kaki, dan cukup tembus

terhadap air, bebas dari bencana dan banjir periodik, dan memiliki

kemiringan rendah. Tanah yang baik juga harus memiliki kadar

lempung yang rendah, karena lempung akan menggembung jika

musim hujan dan mengkerut jika musim kemarau sehingga tak

baik untuk konstruksi karena konstruksi akan mudah rusak.

6) Vegetasi

7) Kehidupan Satwa Liar

Page 46: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

e. Utilitas dan Layanan Umum

1) Air

Suatu lokasi perumahan harus terhubung dengan sistem suplai air

publik. Koneksi air juga harus memperhatikan penggunaan air

bagi fungsi lain. Semakin banyak rumah yang dibangun maka

semakin banyak suplai air yang dibutuhkan. Air juga digunakan

untuk irigasi dan pemadam kebakaran.

2) Pembuangan

Saluran pembuangan merupakan alternatif terbaik untuk sistem

pembuangan dalam suatu lokasi perumahan. Terdapat dua solusi

dalam sistem pembuangan : secara pribadi maupun komunal.

Apabila secara komunal tak mungkin dilakukan maka harus

dikembangkan sistem pembuangan pribadi (sistem pembuangan

skala kecil)

3) Sampah Padat

Pengelolaan sampah padat ditangani oleh agensi tertentu yang

bertugas mengambil sampah padat. Pengambilan tersebut sebisa

mungkin tidak terlambat atau tertunda. Pengambilan sampah

menggunakan pembayaran berupa taksiran pajak yang mungkin

digunakan dalam pembangunan perumahan di masa yang akan

datang baik secara individual maupun lewat asosiasi penghuni.

4) Listrik dan Gas

Layanan listrik dan gas biasanya dipegang oleh perusahaan di

daerah masing-masing. Dalam pengembangan perumahan baru

sebaiknya developer bekerjasaman dengan perusahaan penyedia

listrik dan gas untuk mensuplai kebutuhan perumahan tersebut.

Page 47: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

5) Layanan Keamanan

Layanan keamanan termasuk keberadaan polisi dan pemadam

kebakaran yang mana sebagian besar sudah tersedia di dalam

mayarakat. Pengembangan lokasi perumahan harus memasukan

kantor polisi dalam daerah pembangunannya. Pengembangan

lokasi perumahan yang lebih besar bahkan harus menambahkan

kantor polisi dan pemadam kebakaran baru dalam

perencanaannya.

6) Sistem Komunikasi

Semua lokasi perumahan baru harus terlayani oleh jaringan

telefon, dan di metropolitan area perumahan harus dilengkapi

dengan TV kabel.

7) Pendidikan

Pengembangan lokasi perumahan baru harus memperhatikan

keterjangkauannnya terhadap akses pendidikan (sekolah) yang

ada. Idealnya, sekolah dasar dapat dicapai dengan jalan kaki dari

lokasi perumahan.

2. Persyaratan Umum Lokasi Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan Tata cara pemilihan lokasi prioritas untuk pengembangan

perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan (Badan Litbang DPU)

disebutkan bahwa lokasi kawasan perumahan harus sesuai dengan rencana

peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

setempat atau dokumen perencanaan tata ruang lainnya yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah setempat, atau memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

Page 48: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

a. Tidak berada pada kawasan lindung,

b. Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan

lainnya, baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun

sumber daya alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,

c. Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut

(MDPL),

d. Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan:

1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan

bermorfologi datarlandai dengan kemiringan 0-8%,

2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-

15%.

e. Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur

penerbangan pesawat,

f. Kondisi sarana-prasarana memadai,

g. Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,

h. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, keterkaitan

antara lokasi perumahan dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja)

dan pelayanan kota akan mempunyai implikasi ekonomi. Jarak yang

relatif jauh akan berpengaruh banyak terhadap pengeluaran biaya

transport dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga. Hal ini

akan menimbulkan tambahan beban terhadap penghuninya, sehingga

mempengaruhi kemampuannya untuk mengalokasikan sebagian

penghasilannya untuk perumahan (Dwelling Expenditure).

Page 49: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Sosial Kependudukan

1. Proyeksi Penduduk

Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti

oleh peningkatan kebutuhan ruang. Kota sebagai perwujudan geografis

selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dua faktor utama yang

sangat berperan adalah faktor penduduk (demografis) dan aspek-aspek

kependudukan (Yunus, 1987). Dari segi demografi yang paling penting

adalah segi kuantitas. Aspek kependudukan seperti aspek politik, sosial,

ekonomi, dan teknologi juga selalu mengalami perubahan. Kuantitas dan

kualitas kegiatannya selalu meningkat sejalan dengan pertambahan

penduduk perkotaan, sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut

selalu meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk perkotaan,

sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut selalu mengalami

peningkatan.

Proyeksi pertumbuhan penduduk yaitu memperkirakan jumlah

penduduk pada masa yang akan datang. Perhitungan jumlah dan

perkembangan jumlah penduduk dapat dilakukan dengan metode

geometrik, sehingga dapat diketahui angka pertumbuhan penduduk yang

lebih akurat dan berapa jumlah penduduk pada tahun yang direncanakan.

2. Definisi Keluarga Sejahtera

Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 UU no.10 tahun 1992, definisi keluarga

adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau

suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

Keluarga sejatera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan

Page 50: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota keluarga dengan

masyarakat dan lingkungan.

Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal seperti pangan,

sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.

Keluarga Sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi

kebutuhan sosial psikologis (sosio psychological needs) seperti kebutuhan

ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang interaksi keluarga,

berpenghasilan, bisa baca tulis dan KB.

Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar dan sosial psikologis tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan pengembangannya (development needs) seperti

tabungan, interaksi keluarga, informasi, kegiatan kemasyarakatan, dan

mampu memperoleh informasi.

Keluarga Sejahtera III adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi

kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangannya

tetapi belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk material dan

keuangan, serta berperan aktif sebagai pengurus lembaga kemasyarakatan.

Keluarga Sejahtera III+ adalah keluarga-keluarga yang dapat

memenuhi kebutuhan dasar dan sosial psikologis, dan kebutuhan

pengembangannya dan dapat pula memberikan sumbangan yang nyata

dan berkelanjutan dalam masyarakat.

Page 51: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

E. Geographic Information System dalam Penentuan Lokasi Permukiman

Geographic Information System dirancang untuk memadukan

komputerisasi pemetaan tingkat tinggi, dengan kemampuan pengelolaan

database secara luas (Catanase, Snyder, 1988: 153). Semua data yang dianalisis

sebagian besar berupa data spasial dalam bentuk peta tematik. Untuk itu dalam

lanjutan analisis data dilakukan dengan menggunakan tools Geographic

Information System dalam bentuk analisis tumpang-susun (overlay). Selanjutya

dalam studi ini tumpangsusun disebut sebagai overlay.

Analisis overlay dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau

pembobotan berdasarkan kriteria yang disyaratkan secara teoritis, menyangkut

analisis penentuan lokasi perumahan. Analisis ini dilakukan dengan

menggunakan peta, beberapa hal terkait SIG dalam menentukan lokasi

perumahan antara lain :

1. Pengertian Peta Tematik

Peta Tematik adalah peta yang mempelihatkan data secara kualitatif

dan atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik. Unsur-unsur tersebut

ada hubungannya dengan detail-detail topografi (T. Lukman Aziz dan

Ridwan Rachman, 1977). Tema tersebut disajikan dalam bermacam-

macam bentuk yang berhubungan dengan unsur asli dari muka bumi atau

unsur-unsur buatan manusia. Peta tematik kadang-kadang juga

memperlihatkan situasi atau keadaan sebenarnya.

Jenis Informasi Geospasial Tematik terdiri dari peta tematik dasar, peta

tematik analisis, dan peta tematik sintesis.

a) Peta Tematik Dasar adalah peta yang berisi satu tema tertentu yang

menyajikan informasi dasar muka bumi, baik fisik maupun hasil

budidaya manusia, serta merupakan fenomena muka bumi tunggal.

Page 52: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Data untuk penyusunan peta tematik dasar dapat diperoleh dari hasil

survey lapangan, interpretasi citra penginderaan jauh, dan data

statistik. Peta tematik dasar bersifat terbuka dan dibuat oleh instansi

pemerintah yang mempunyai otoritas pada tema tersebut.

b) Peta Tematik Analisis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil

dari proses analisis dan transformasi dari suatu peta tematik dasar

c) Peta Tematik Sintesis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu hasil

proses sintesis (penggabungan) dari peta tematik dasar, dan atau peta

tematik analisis. Satuan pemetaan baru pada peta tematik sintesis

diperoleh dari penggabungan dua atau lebih peta masukan

(Sukwardjono, 1990; Sinaga, 1986).

Informasi Geospasial Tematik yang akan berkekuatan hukum adalah

informasi yang memuat batas wilayah yang menunjukkan hak dan/atau

kewajiban pihak tertentu di dalam wilayah yang ditentukan oleh batas

tersebut. Misalnya peta yang menggambarkan izin pertambangan atau

pengelolaan hutan yang dikeluarkan instansi terkait.

Pada setiap peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), gambar garis batas selalu

diberi disclaimer (“Peta ini bukan merupakan referensi resmi batas-batas

internasional maupun nasional”). Banyak orang sering tidak membaca

disclaimer ini, dan peta RBI menjadi awal dari persengketaan antar daerah.

Pengguna peta tentunya menginginkan agar disclaimer ini dihapus,

dengan cara semua garis batas yang digambar di atas peta diberi kejelasan

status hukumnya, dan ini mendorong agar semakin banyak data batas

wilayah yang telah memiliki kepastian hokum.

Page 53: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Digitasi Peta, Check Plot, dan Editing

Digitasi dilakukan untuk memperoleh data digital dari data sekunder

yang berupa peta manual (hardcopy). Dalam pelaksanaan digitasi peta

untuk memperoleh data digital dilakukan dengan metode sebagai berikut:

a. Metode Digitasi

Digitasi pada dasarnya adalah memindahkan data/informasi yang ada

pada peta manual menjadi suatu peta digital. Ada dua metode yang

dikenal dalam metode digitasi on screen dilakukan dengan cara:

1) Peta manual sekunder di-scan sehingga menjadi gambar (image)

dengan resolusi yang cukup untuk keperluan digitasi, data hasil

scanning disimpan dalam format yang dapat dibaca oleh perangkat

lunak untuk digitasi (*.JPG),

2) Proses digitasi dilakukan dengan perangkat lunak Geographic

Information System dengan cara meng import data image

kemudian dilakukan digitasi unsur-unsur image yang ada dengan

mengelompokkannya ke dalam layer.

b. Check Plot

Check plot dilakukan untuk memeriksa kebenaran hasil digitasi.

Pemeriksaan kebenaran ini dilakukan dengan membandingkan peta

asli (hardcopy) dengan hasil cetak peta digitasi

c. Editing Peta

Maksud editing adalah memeriksa kelengkapan peta hasil digitasi atas

dasar peta sumber yang digunakan serta kesinambungan unsur peta

yang bersebelahan. Tindak lanjut dari pemeriksaan tersebut adalah

melengkapi unsur yang belum didigitasi, membetulkan hasil digitasi

yang tidak sempurna dan mendigitasi ulang unsur-unsur yang

posisinya bergeser dari posisi unsur yang seharusnya.

Page 54: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3. Kemampuan, Fungsi Analisis Spasial, dan Fungsi Analisis Atribut dalam

Geographic Information System

a. Kemampuan Geographic Information System

Kemampuan-kemampuan yang dapat dilakukan menggunakan

Kemampuan Geographic Information System antara lain :

1) Mengumpulkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan

atribut).

2) Mengintegrasikan data geografi (spasial dan atribut).

3) Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi (spasial dan

atribut).

4) Menyimpan dan memanggil kembali data geografi (spasial dan

atribut).

5) Merepresentasikan atau menampilkan data geografi (spasial dan

atribut).

6) Mengelola data geografi (spasial dan atribut).

7) Memanipulasi data geografi (spasial dan atribut).

8) Menganalisa data geografi (spasial dan atribut).

9) Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk-

bentuk ; peta tematik (view dan layout), tabel, grafik (chat),

laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy

maupun softcopy.

b. Fungsi Analisis

Dalam Geographic Information System secara umum terdapat dua

jenis fungsi analisis; fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut

(basis data atribut).

Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan

basis data dan perluasannya :

Page 55: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

1) Operasi basis data mencakup :

a) Membuat basis data baru (create database).

b) Menghapus basis data (drop database).

c) Membuat tabel basis data (create table).

d) Menghapus tabel basis data (drop table).

e) Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel

(insert).

f) Membaca dan mencari data (field and record) dari tabel basis

data (seek, find, research, retrieve).

g) Mengubah dan meng-edit data yang terdapat didalam table

basisdata (update, edit).

h) Menghapus dari table basisdata (delete, zap, pack).

i) Membuat indeks untuk tiap basisdata.

2) Fungsi analisis spasial terdiri dari :

a) Klasifikasi (reclassify) : Fungsi ini mengklasifikasikan atau

mengklasifikasikan kembali suatu data spasial (atau atribut)

menjadi data spasial yang baru dan menggunakan kriteria

tertentu. Misalnya dengan menggunakan data spasial

ketinggian permukaan bumi (topografi), dapat diturunkan data

spasial kemiringan atau gradien permukaan bumi yang

dinyatakan dalam prosentase nilai-nilai kemiringan. Prosentase

nilai-nilai kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi

data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang

perencanaan pengembangan suatu wilayah. Adapun contoh

kriteria yang digunakan adalah 0-14 % untuk permukiman, 15-

29 % untuk pertanian dan perkebunan, 30-44 % untuk hutan

produksi, dan 45 % ke atas untuk hutan lindung dan taman

Page 56: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

nasional. Contoh lain dari manfaat analisis spasial ini adalah

untuk mendapatkan data spasial kesuburan tanah dari data

spasial kadar air atau kedalaman air tanah, kedalaman efektif,

dan sebagainya.

b) Net Work (jaringan) : fungsi ini merujuk data spasial titik-titik

(point) atau garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tak

terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di dalam bidang-

bidang transportasi dan utilitas.

c) Overlay : fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari

minimal dua data spasial yang menjadi masukannya.

d) Buffering : fungsi ini akan membentuk data spasial yang baru

yang berupa poligon atau zona dengan jarak tertentu dari data

spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan

menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran yang

mengelilingi titik tersebut. Untuk data spasial garis akan

menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon yang

melingkupi data garis tersebut. Demikian pula untuk data

spasial poligon, akan menghasilkan data spasial baru yang

berupa poligon-poligon yang lebih besar dan konsentris

4. Metode Analisis Superimpose (Overlay)

Analisis superimpose merupakan teknik analisis dengan cara meng-

overlay peta. Dari analisis ini akan dapat diketahui kondisi suatu wilayah

berdasarkan data dan informasi yang ada

Superimpose dilakukan dengan memanfaatkan Geographic

Information System yang merupakan software berformat data vektor.

Hasil superimpose terhadap data parameter yang berperan dapat

Page 57: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dimunculkan atau dikonversikan dalam bentuk grafis yang mewakili data

spasial.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis dengan teknik

superimpose adalah sebagai berikut:

a. Input data, yaitu mengubah data dari format manual berupa lembaran

peta dan data lainnya ke dalam format penyimpanan data digital.

b. Editing dan pengaturan struktur data dalam format penyimpanan yang

sesuai.

c. Analisis data dengan teknik superimpose (overlay).

d. Pengaturan output data layout.

e. Pencetakan data output.

5. Sistem Pengharkatan

Metode pengharkatan merupakan suatu cara menilai potensial lahan

dengan memberi harkat pada setiap indikator penentu lokasi. Terdapat dua

macam teknik pengharkatan dalam studi kesesuaian lahan yaitu :

a. Teknik penjumlahan/pengurangan.

b. Teknik pengkalian/pembagian.

Page 58: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

BAB IV

ANALISA KETERSDIAAN LOKASI PERUMAHAN DI KAWASAN PERKOTAAN SRAGEN

TAHUN 2028

Analisis data merupakan pengolahan data-data yang telah diperoleh

dengan menggunakan metode tertentu guna mencapai tujuan studi. Dalam

studi ini terdapat beberapa tahapan analisa untuk mencapai tujuan tersebut.

Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis kesesuaian lokasi perumahan,

analisis ini dilakukan untuk mengetahui lokasi mana saja yang sesuai untuk

dijadikan perumahan. Kemudian hasil analisis tersebut disesuaikan dengan

peruntukan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen sesuai dengan

RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 untuk mengetahui lokasi

mana saja yang legal apabila akan dibangun menjadi perumahan. Dengan

memperhatikan pertambahan jumlah penduduk hingga tahun 2028 maka dapat

dianalisis kebutuhan jumlah rumah di hingga tahun tersebut. Dengan

membandingkan luas lokasi yang sesuai dan kebutuhan lahan perumahan di

tahun 2028 maka didapat ketersediaan lokasi perumahan di Kawasan

Perkotaan Sragen

A. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen Saat

Ini

Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen

merupakan analisis yang bertujuan untuk memperoleh lokasi yang sesuai

untuk perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen dengan memperhatikan

berbagai indikator penentu lokasi perumahan yang telah ditetapkan

Page 59: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

sebelumnya. Indikator-indikator tersebut terdiri dari aspek fisik dasar,

aksesibilitas, ketersediaan sarana dasar, dan sarana ekonomi.

Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode superimpose

(overlay) peta-peta serta pengharkatan untuk mendapatkan lokasi yang sesuai

untuk dijadikan lokasi perumahan.

Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen ini

menggunakan peta dasar berupa Peta Administrasi Kabupaten Sragen yang

diambil dari Revisi RTRW Kabupaten Sragen tahun 2009-2029 dalam skala 1 :

40.000. Dari peta dasar tersebut di olah menjadi kesatuan Kawasan Perkotaan

Sragen yang terdiri dari Kelurahan Jetak, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine,

Kelurahan Karangtengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah,

Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Nglorog, Kelurahan Puro, Kelurahan

Kroyo, dan sebagian Desa Tangkil.

Berbagai data yang didapat dipetakan menggunakan software Arc Map 9.3

dengan cara digitasi sehingga seluruh data menjadi data spasial berupa peta

digital dengan skala yang sama. Karena data-data yang diperoleh berasal dari

sumber yang berbeda-beda maka data-data tersebut di-overlay dengan peta

dasar tersebut agar dapat dianalisis dengan cara meng-overlay peta satu dengan

yang lainnya

Setiap peta mempunyai data atribut berupa tabel yang berisi informasi

mengenai peta tersebut. Dalam studi ini tiap-tiap peta diberi data atribut

berupa skor yang merupakan perkalian antara harkat dan bobot. Harkat

mewakili tingkat kesesuaian terhadap lokasi perumahan sedangkan bobot

merupakan tingkat kepentingan indikator, pembobotan tiap indikator diambil

dari berbagai referensi dan berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada

masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen.

Page 60: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Overlay dilakukan secara bertahap untuk menghindari akumulasi

kesalahan dalam scoring data atribut peta. Hasil overlay baru kemudian diberi

skor baru yang merupakan penjumlahan antara skor peta satu dengan peta

yang lain. Skor dari tiap overlay di jumlahkan hingga mendapatkan skor

akumulatif untuk dijadikan acuan kesesuaian hasil overlay terhadap

kesesuaian lokasi perumahan. Tabel kesesuaian skor serta penghitungan

penjumlahan skor tiap overlay dapat dilihat dalam lampiran. Berikut

merupakan tahapan overlay peta untuk mendapatkan peta kesesuaian lokasi

perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen :

Page 61: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Gambar 4.1 Bagan Proses Overlay

intersection intersection

Fasilitas Perdagangan

dan Jasa

Overlay dan Skoring

Sarana Dasar (C)

Overlay dan Skoring

Peta Lokasi Perumahan yang

sesuai dengan semua Indikator

intersection intersection

Peta Lokasi Perumahan yang

sesuai dengan Indikator Aspek Fisik

dan Aksesibilitas

Peta klasifikasi kemudahan

mencapai Jalan

Overlay dan Skoring

intersection

Sarana Pendidikan

Faslitas Kesehatan

Peta Lokasi Perumahan yang

sesuai dengan dengan Indikator Aspek Fisik,

Aksesibilitas, dan Sarana Dasar

Peta Lokasi Perumahan yang sesuai dengan Indikator

Aspek Fisik, Aksesibilitas, Sarana Dasar, dan Sarana

Perekonomian

Peta Kawasan Lindung

intersection

Peta Kerawanan Bencana

Peta Lokasi Perumahan yang

sesuai dengan Indikator Aspek Fisik

Overlay dan Skoring

PETA ADMINISTRASI

KAWASAN PERKOTAAN

SRAGEN

intersection

intersection

Peta Kedalaman Muka Air

Tanah

Peta Ketinggian

Lahan

Aspek Fisik (A)

Peta Jenis Tanah

Peta Kelerengan

= Bobot

Aksesibilitas (B)

Sarana Perekonomian

Page 62: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

1. Analisis Syarat Fisik Dasar

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang sesuai untuk

dijadikan perumahan berdasarkan aspek fisik dasarnya. Indikator-

indikator yang digunakan dalam analisis fisik dasar ini antara lain :

ketinggian lahan, kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah.

Tiap indikator akan di-overlay satu persatu hingga menghasilkan peta

kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan aspek fisik

a. Analisis Overlay 1 (overlay peta ketinggian lahan dan peta

kelerengan)

Proses overlay pertama yaitu antara peta ketinggian lahan dan peta

kelerengan lahan, dengan melakukan intersect antara kedua peta ini

dihasilkan peta overlay 1. Peta ini memuat lokasi di Kawasan

Perkotaan Sragen yang sesuai untuk dijadikan perumahan berdasarkan

syarat kelerengan dan ketinggian lahan.

1) Analisis Kelerengan Lahan

Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor sangat penting

dalam menentukan arahan penggunaan lahan sebagai perumahan,

karena kemiringan lahan sangat terkait dengan keamanaan

bangunan rumah terhadap bahaya longsor serta efisiensi biaya

konstruksi pembangunan rumah. Berdasarkan tingkat

kepentingan tersebut bobot indikator kelerengan lahan adalah 5

yang berarti sangat penting.

Analisis kelerengan lahan dilakukan untuk mengetahui

kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan tingkat kemiringan

lahannya. Semakin datar kemiringan lahan maka tingkat

kesesuaian lokasi sebagai perumahan juga akan semakin tinggi,

Page 63: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

demikian juga sebaliknya semakin terjal kemiringan lahan maka

lokasi tersebut semakin tidak sesuai untuk perumahan.

Untuk menganalisa kemiringan lahan maka kemiringan lahan

diklasifikasikan dan diberi harkat pada tiap tingkatan kelerengan

lahan.

Tabel 4.1 Skor Kemiringan Lereng

No Besar Sudut Lereng (%)

Kriteria Bobot Harkat Skor

1 0 - 2 Datar 5 5 25 2 2 - 8 Landai 5 4 20 3 8 - 21 Miring 5 3 15 4 21 - < 40 Terjal 5 2 10 5 > 40 Sangat Terjal 5 1 5 Sumber : Sutikno ( 1991 )

Mengacu data dari Bappeda Kabupaten Sragen tahun 2009 dapat

diketahui bahwa seluruh kawasan Perkotaan Sragen memiliki

kemiringan lereng sebesar 0-2 %. Lahan dengan kemiringan ini

termasuk dalam kategori bertopografi datar, sangat sesuai untuk

dikembangkan menjadi areal perumahan dan pertanian, akan

tetapi sebagian areal berpotensi terhadap genangan banjir dan

sebagian berpotensi terhadap drainase yang buruk.

Dengan melihat kriteria tingkat kesesuaian berdasarkan harkatnya

maka kemiringan lereng seluruh Kawasan Perkotaan Sragen

termasuk sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan karena

memiliki lereng yang datar.

Kemiringan lahan yang datar memiliki tingkat run-off yang

rendah sehingga perumahan sangat aman terhadap bahaya

longsor. Lereng yang datar juga dapat memudahkan pembangunan

sarana dan prasarana pendukung kawasan perumahan.

Page 64: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Selain itu pada lahan dengan kemiringan datar, rumah dapat di

bangun dengan konstruksi sederhana dan memiliki biaya

konstruksi pembangunan yang lebih murah karena tidak

memodifikasi site.

Hasil pengamatan dilapangan juga memperlihatkan bahwa

seluruh Kawasan Perkotaan Sragen berada pada lokasi dengan

kemiringan lahan yang datar. Kondisi ini terlihat oleh bangunan-

bangunan rumah yang menggunakan konstruksi yang sederhana

serta pola perumahan yang menyebar dan tidak terpusat pada

kawasan tertentu sebagai implikasi dari kondisi topografi.

2) Analisis Ketinggian Lahan

Faktor ketinggian lahan untuk kawasan perumahan tidak ada

ketentuan yang mensyaratkan sepanjang tidak menggangu

keseimbangan lingkungan (Sugiharto, 2001).

Ketinggian lahan mempunyai kaitan erat dengan keseimbangan

lingkungan. Semakin tinggi suatu kawasan akan semakin memiliki

kecenderungan yang besar untuk mempengaruhi wilayah

dibawahnya.

Faktor ketinggian lahan merupakan faktor yang cukup penting

dalam menentukan lokasi suatu perumahan sehingga bobot yang

diberikan untuk indikator ini adalah 3. Harkat ketinggian lahan

diberikan berdasarkan bahwa semakin tinggi ketinggian suatu

lahan maka semakin kurang sesuai untuk dijadikan lokasi

perumahan.

Page 65: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tabel 4.2 Skor Ketinggian Lahan

No Ketinggian Lahan (m dpl)

Bobot Harkat Skor

1 0-600 3 5 15 2 600-800 3 4 12 3 800-1000 3 3 9 4 1000-1200 3 2 8 5 > 1200 3 1 3

Sumber : Siska Amelia, 2007

Mengacu pada harkat ketinggian lahan, maka seluruh Kawasan

Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan

karena ketinggian lahan di Kawasan Perkotaan Sragen seluruhnya

berada kurang dari 600 meter diatas permukaan laut.

Kawasan Perkotaan Sragen memiliki ketinggian lahan yang sama

di seluruh wilayahnya, ketinggian tersebut tak tergolong dalam

kriteria kawasan lindung untuk kawasan bawahnya sehingga bila

dilihat dari ketinggiannya perumahan dapat didirikan di seluruh

kawasan.

Berdasarkan hasil analisis kelerengan lahan dan ketinggian lahan

selanjutnya dilakukan analisis overlay untuk mendapatkan peta

kesesuaian lokasi perumahan. Hasil overlay pertama didapat peta

dengan skor 1 (lihat lampiran 4), yaitu skor hasil penjumlahan antara

skor ketinggian lahan dan skor kelerengan. Dari penghitungan skor

tersebut hanya didapat satu skor akhir yang menunjukan seluruh

Kawasan Perkotaan Sragen tergolong sangat sesuai untuk dijadikan

lokasi perumahan. Hasil penghitungan menunjukan bahwa

berdasarkan kelerengan dan ketinggian lahannya seluruh Kawasan

Perkotaan Sragen termasuk dalam kriteria sangat sesuai untuk

dijadikan perumahan.

Page 66: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Peta 4.1 Peta Overlay 1

Page 67: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

b. Analisis Overlay 2 (overlay peta overlay 1 dan peta jenis tanah)

Peta overlay 2 merupakan hasil overlay peta overlay 1 (ketinggian

lahan dan kelerengan) terhadap peta jenis tanah. Peta overlay 2 akan

menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan ketinggian,

kelerengan, serta jenis tanah di Kawasan Perkotaan Sragen.

Penentuan lokasi perumahan perlu memperhatikan jenis tanah guna

mengetahui kepekaan tanah terhadap erosi. Kepekaan erosi jenis

tanah berpengaruh terhadap kelayakan tanah tersebut untuk didirikan

bangunan di atasnya. Kelayakan suatu jenis tanah untuk ditanami

pondasi ditentukan oleh kepekaan jenis tanah tersebut terhadap erosi.

Semakin peka jenis tanah tersebut terhadap erosi maka semakin tak

layak ditanami pondasi karena akan mempercepat laju erosi, dimana

apabila laju erosi cepat akan membahayakan ekosistem yang ada di

lingkungannya termasuk manusia, serta akan menimbulkan kerugian

material yang cukup besar.

Berikut merupakan tingkat kepekaan tiap jenis tanah :

Tabel 4.3 Tingkat Kepekaan Jenis Tanah

No Jenis Tanah Tingkat Kepekaan

terhadap erosi 1 Aluvial, tanah clay, planosol, hidromorf kelabu, lateris air

tanah Tidak peka

2 Latosol Kurang peka 3 Brown forest soil, non calcic brown dan mediteran Agak peka 4 Andosol, laterit, grumosol, podsol dan podsolik Peka 5 Regosol, litosol, organosol dan renzina Sangat peka

Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya

Page 68: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Terdapat beberapa jenis tanah yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen

dinana tiap jenis tanah tersebut memiliki karakteristik kepekaan yang

berbeda-beda. Dengan memperhatikan tingkat kepekaannya maka

dapat ditentukan harkat tiap jenis tanah, dimana semakin peka jenis

tanah tersebut maka semakin tidak sesuai untuk dijadikan lokasi

perumahan.

Tabel 4.4 Skor Jenis Tanah

No Jenis Tanah Kepekaan Bobot Harkat Skor 1 Aluvial Kelabu Tidak Peka 4 5 20 2 Litosol Coklat Kurang Peka 4 4 16 3 Asosiasi

Grumosol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat

Agak Peka 4 3 12

4 Grumosol Kelabu

Peka 4 2 8

5 Grumosol Kelabu Tua

Peka 4 2 8

Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, tentang Kesesuaian Lahan Budidaya, dengan penyesuaian

Jika hanya melihat jenis tanahnya saja sebagian besar Kawasan

Perkotaan Sragen tergolong tak sesuai untuk dijadikan perumahan,

karena sebagian besar tanahnya merupakan tanah grumosol kelabu

yang memiliki kepekaan tinggi. Akan tetapi dengan melihat

kesesuaian kelerengan dan ketinggian lahan maka dari proses overlay

2 didapatkan skor yang merupakan akumulasi dari skor ketinggian,

kelerengan, dan jenis tanah (skor dan tingkat kesesuaian dapat dilihat

dalam lampiran 2 dan 4). Skor tersebut menunjukan adanya dua

kategori kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen

yaitu sesuai dan sangat sesuai.

Page 69: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Lokasi yang sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh

Keluarahan Kroyo, dan Kelurahan Sragen Kulon, serta sebagian

Kelurahan Sine,, Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan

Sragen Tengah, dan Kelurahan Pilangsari. Selain itu juga tersebar di

sebagian kecil Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah dan

Desa Tangkil. Penggunaan lahan di kawasan yang tergolong sesuai

didominasi oleh bangunan baik perumahan maupun fungsi lain,

sedang sebagian kecil memiliki guna lahan sebagai sawah.

Lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di

sebagian kecil kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Jetak, Kelurahan Puro,

Kelurahan Sine, dan sebagian besar Kelurahan Sragen Wetan,

Kelurahan Nglorog, dan Kelurahan Karengtengah.

Lokasi yang tergolong dalam kriteria sangat sesuai tersebut bila dilihat

kondisi eksistingnya mayoritas merupakan lahan sawah dan sebagian

merupakan lahan terbangun.

Page 70: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Peta 4.2 Peta Overlay 2

Page 71: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

c. Analisis Overlay 3 (overlay peta overlay 2 dan peta kedalaman muka

air tanah)

Air merupakan salah satu elemen dasar yang sangat dibutuhkan

manusia untuk bertahan hidup. Dalam perkembangannya, perumahan

selalu mendekati sumber air untuk dapat mensuplai kebutuhan

penghuninya. Sumber air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah

air permukaan dan air tanah. Air permukaan dapat berupa sungai dan

danau, sedangkan air tanah mengalir antara lapisan kedap air bawah

tanah yang memiliki kedalaman yang berbeda-beda di tiap daerah.

Sumber air permukaan di Kawasan Perkotaan Sragen berupa embung

dan sungai, akan tetapi kondisi sungai yang keruh tak dapat

dimanfaatkan sebagai air untuk konsumsi sehari-hari. Sumber air

utama yang digunakan di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air

tanah, baik yang diambil melalui pompa maupun langganan PDAM.

Air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Sragen merupakan air

tanah dangkal atau air tanah tidak tertekan. Masyarakat dengan

mudah mengakses air tanah karena kedalamannya relatif dangkal

dengan kondisi air yang masih sangat jernih.

Bobot yang diberikan untuk indikator ini adalah 5 yang berarti sangat

penting. Bobot tersebut didasarkan pada angket yang disebar pada

masyarakat Kawasan Perkotaan Sragen. Dari angket tersebut

didapatkan bahwa akses terhadap ketersediaan air merupakan hal

yang sangat penting dalam menentukan lokasi perumahan. Berikut

prosentase tingkat kepentingan akses terhadap air bersih :

Page 72: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Sangat Penting

98%

Penting2%

Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih

Tabel 4.5 Prosentase Tingkat Kepentingan Akses Terhadap Air Bersih

No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 98 2 Penting 4 2 3 Cukup Penting 3 0 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0

Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Kedalaman Muka Air Tanah

Pada studi ini indikator yang digunakan adalah kedalaman muka air

tanah, semakin dangkal kedalaman air tanah maka semakin mudah

pula akses untuk mendapatkan air tanah sehingga harkat yang

diberikan kepada indikator ini didasarkan pada kedalamnnya.

Tabel 4.6 Skor Kedalaman Muka Air Tanah

Kedalaman MAT(m) Bobot Harkat Skor < 7 5 5 25

7-14 5 4 20 15-25 5 3 15 26-50 5 2 10 > 50 5 1 5

Sumber : Sutikno, 1991

Page 73: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Peta overlay 3 merupakan peta yang menunjukan kesesuaian lokasi

perumahan berdasarkan seluruh aspek fisik yaitu ketinggian lahan,

kelerengan, jenis tanah, dan kedalaman muka air tanah. Hasil overlay

antara peta overlay 2 dan peta kedalaman air tanah menunjukan

bahwa sebagian besar Kawasan Perkotaan Sragen memiliki kriteria

sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, terutama kawasan

kota bagian utara. Hal ini karena semakin ke selatan semakin tinggi

lahannya, sehingga semakin dalam muka air tanahnya.

Dengan melihat hasil peta overlay 3 maka dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan aspek fisik seluruh Kawasan perkotaan Sragen tergolong

sesuai dan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan ini

memiliki tinggi lahan yang sesuai berdasarkan kriteria dari Badan

Litbang DPU, memiliki kelerengan yang datar dimana mudah

mendirikan berbagai bangunan serta sarana dan prasarananya,

memiliki kepekaan tanah yang cukup baik sehingga aman dari bahaya

erosi, dan memiliki supplai air yang baik karena air tanahnya dangkal

dengan kualitas air yang masih sangat baik.

Page 74: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Peta 4.3 Peta Overlay 3

Page 75: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

2. Analisis Aksesibilitas (Overlay 4)

Analisis aksesibilitas digunakan untuk mengetahui kemudahan akses

suatu lokasi perumahan terhadap jalan utama dan kemudahan

mendapatkan angkutan umum. Peta aksesibilitas diperoleh dari peta dasar

jaringan jalan dan status jalan di Kabupaten Sragen. Jaringan jalan yang

dianalisis adalah jaringan jalan yang dilewati oleh angkutan umum.

Penggunaan lahan yang dilewati angkutan umum tersebut merupakan

pusat-pusat kegiatan tingkat lokal maupun setingkat kabupaten misal

kantor pemerintahan, sekolah, tempat perbelanjaan, daerah pemukiman,

rumah sakit dengan area coverage sekitar 400 meter (5 menit berjalan

kaki) sampai dengan 800 meter (Risdiyanto 2002, dalam Siska Amelia

2007)

Bobot yang diberikan pada indikator aksesibilitas adalah 4 yang berarti

penting. Bobot ini diberikan berdasarkan persepsi masyarakat terhadap

pentingnya aksesibilitas dalam menentukan lokasi perumahan.

Kebanyakan masyarakat tidak mengganggap keterjangkauan terhadap

angkutan umum sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan

lokasi perumahan, hal ini karena sebagian besar masyarakat

menggantungkan mobilitas mereka pada kendaraan pribadi, sehingga

meskipun lokasi perumahan mereka cukup jauh dari jalan arteri maupun

kolektor hal itu tak menjadi masalah bagi mereka.

Page 76: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Sangat Penting

37%

Penting52%

Cukup Penting

11%

Tingkat Kepentingan Aksesibilitas

Tabel 4.7 Prosentase Tingkat Kepentingan Aksesibilitas

No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 37 2 Penting 4 52 3 Cukup Penting 3 11 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0

Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.3

Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Aksesibilitas

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis area coverage

tersebut adalah metode buffering terhadap peta jaringan jalan di Kawasan

Perkotaan Sragen. Dalam peta tersebut area coverage dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu :

Tabel 4.8 Skor Aksesibilitas

Area coverage Bobot Harkat Skor area coverage 400 meter; 4 5 25 area coverage 800 meter; 4 4 20 area coverage > 1200 meter 4 2 10 Sumber : Risdiyanto dalam Siska Amelia 2007, dengan penyesuaian

Dari hasil analisis buffering terhadap jaringan jalan arteri dan kolektor

di Kawasan Perkotaan Sragen didapat bahwa seluruh Kawasan Perkotaan

Page 77: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Sragen dapat mengakses jalan-jalan tersebut, hanya saja keterjangkauannya

berbeda-beda. Jika melihat kondisi eksistingnya, kebanyakan pusat-pusat

kegiatan berada di sepanjang jalan arteri dan kolektor, terutama di

sepanjang Jalan Sukowati yang merupakan jalan utama di Kawasan

Perkotaan Sragen. Pusat-pusat kegiatan tersebut terkonsentrasi makin

padat di Kelurahan Sragen Kulon, Sragen Tengah, dan Sragen Kulon,

menyebabkan pola keruangan di Kawasan Perkotaan Sragen berkembang

menjadi bentuk pita (ribbon).

Berdasarkan syarat aspek fisik dan syarat aksesibilitas, lokasi-lokasi

yang sangat sesuai untuk dijadikan perumahan tersebar di seluruh kawasan

Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan

Sragen Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Kelurahan Tangkil, dan

Kelurahan Nglorog, serta sebagian besar Kelurahan Jetak, Kelurahan

Plumbungan, Kelurahan Karangtengah dan Kelurahan Pilangsari.

Sedangkan yang sesuai hanya di sebagian Kelurahan Plumbungan,

Kelurahan Jetak, Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Karangtengah,

sebagian besar Kelurahan Puro, dan seluruh bagian Kelurahan Kroyo

Berdasarkan analisis overlay 4 didapat bahwa lokasi yang sangat

sesuai terkonsentrasi di sekitar Jalan Sukowati yang membelah tengah

kawasan kota. Jika melihat kondisi eksistingnya, kawasan tersebut telah

banyak digunakan untuk perdagangan dan jasa serta kantor pemerintahan.

Hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen dapat terjangkau oleh

angkutan umum sehingga meski tak mempunyai kendaraan pribadi

masyarakat bisa menggunakan kendaraan umum untuk mobilitasnya

Page 78: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Peta 4.4 Peta Aksesibilitas

Page 79: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Peta 4.5 Peta Overlay 3

Page 80: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

3. Analisis Syarat Sarana Dasar

a. Analisis Overlay 5 (overlay peta overlay 4 dan peta jangkauan

layanan pendidikan)

Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana penting untuk

menentukan lokasi perumahan. Analisis keterjangkauan sarana

pendidikan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

keterjangkauan suatu lokasi perumahan terhadap sarana pendidikan.

Dalam analisis ini diasumsikan bahwa lokasi yang terjangkau oleh

jangkauan sarana pendidikan berarti sangat sesuai untuk di jadikan

lokasi perumahan sedangkan yang tak terjangkau dianggap kurang

sesuai.

Analisis keterjangkauan terhadap sarana pendidikan dilakukan

terhadap tiga jenis sarana pendidikan yaitu sarana pendidikan

setingkat SD, setingkat SMP, dan setingkat SMA. Analisis ini

dilakukan dengan metode buffering. Coverage area tiap jenis sarana

pendidikan ditentukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata

cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan berikut ini :

Tabel 4.8 Radius Pencapaian Sarana Pendidikan

No Jenis Sarana Radius Pencapaian 1 Taman Kanak-kanak (TK) 500 m 2 Sekolah Dasar (SD) 1000 m 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1000 m 4 Sekolah Menengah Atas (SMU) 3000 m

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Bobot yang diberikan untuk indikator ketersediaan sarana pendidikan

adalah 4 atau penting karena berdasarkan persepsi masyarakat jarak

mencapai sarana pendidikan bukan hal utama untuk menentukan

Page 81: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Sangat Penting14%

Penting64%

Cukup Penting22%

Tingkat KepentinganKeterjangkauan Sarana Pendidikan

lokasi perumahan, mereka lebih mementingkan kualitas suatu sarana

pendidikan dibandingkan jaraknya.

Tabel 4.9 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Pendidikan

No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 14 2 Penting 4 64 3 Cukup Penting 3 22 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0

Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.4 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Pendidikan

Harkat yang diberikan pada analisis ini berdasarkan pertimbangan

apakah suatu lokasi terlayani sarana pendidikan atau tidak. Lokasi

yang terlayani sarana pendidikan diberi harkat 5 atau sangat sesuai,

sedangkan yang tak terlayani diberi harkat 2 atau kurang sesuai.

Harkat terlayani diberikan pada lokasi-lokasi yang terlayani salah satu

maupun ketiga sarana pendidikan tersebut. Harkat yang diberikan

Page 82: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

pada lokasi yang tak terlayani menggunakan harkat 2 atau cukup

karena dianggap bahwa meskipun area tersebut tak terlayani tetapi

masyarakatnya masih bisa mendapatkan layanan pendidikan di lokasi

lain karena aksesibilitas di Kawasan Perkotaan Sragen menunjukan

seluruh kawasan dapat menjangkau transportasi umum yang ada.

Tabel 4.10 Skor Keterjangkauan Sarana Pendidikan

Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8

Hasil buffering menunjukan bahwa hampir seluruh Kawasan

Perkotaan Sragen terlayani sarana SD karena sarana ini tersebar

hampir di seluruh kawasan. Untuk sarana pendidikan setingkat SMP

lokasi-lokasi yang terlayani masih sangat terbatas karena penyebaran

SMP yang tidak merata. SMP di Kawasan Perkotaan Sragen

terkonsentrasi di pusat kota sehingga banyak area coverage yang

berkumpul di pusat kota dan banyak lokasi di pinggiran yang tak

terlayani. Sedangkan sarana pendidikan setingkat SMA hampir

seluruh kawasan perkotaan Sragen terlayani, meskipun terdapat

sebagian kecil yang tak terlayani tetapi banyak coverage area yang

bertumpukan satu sama lain sehingga lokasi-lokasi yang tak terlayani

tersebut masih dapat dilayani oleh SMA yang berada di Kawasan

Perkotaan Sragen

Berdasarkan overlay peta overlay 4 dengan peta keterjangkauan sarana

pendidikan didapat dua kritera lokasi perumahan. Lokasi yang sangat

sesuai terkonsentrasi di tengah kota karena sarana pendidikan baik

setingkat SD, SMP, maupun SMA terkonsentrasi di tengah kota.

Lokasi yang sesuai kebanyakan tersebar di pinggiran kota dimana

lokasi tersebut tak terjangkau oleh sarana pendidikan.

Page 83: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Peta 4.6 Peta Keterjangkauan SD

Page 84: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Peta 4.7 Peta Keterjangkauan SMP

Page 85: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Peta 4.8 Keterjangkauan SMA

Page 86: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Peta 4.9 Peta Overlay 5

Page 87: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

b. Analisis Overlay 6 (overlay peta overlay 5 dan peta jangkauan

layanan kesehatan)

Penentuan lokasi perumahan harus memperhatikan keberadaan sarana

kesehatan karena sarana kesehatan memiliki fungsi memberikan

pelayanan kesehatan masyarakat, serta memiliki peran yang sangat

strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan

masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk

Analisis ketersediaan sarana kesehatan digunakan untuk mengetahui

apakah lokasi perumahan dijangkau sarana kesehatan yang ada di

Kawasan Perkotaan Sragen.

Metode yang digunakan pada analisis ini sama dengan metode yang

digunakan dalam analisis keterjangkauan sarana pendidikan yaitu

dengan metode buffering. Coverage area dalam analisis ini ditentukan

berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan

lingkungan perumahan di perkotaan berikut :

Tabel 4.11 Radius Jangkauan Sarana Kesehatan

No Jenis Srana Jangkauan Pelayanan

1 BKIA / Klinik Bersalin 4000 m 2 Puskesmas dan Balai Pengobatan 3000 m

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan Bobot yang diberikan diambil dari persepsi masyarakat tentang tingkat

kepentingan jarak antara lokasi perumahan terhadap sarana kesehatan.

Dari hasil survey didapatkan bahwa masyarakat memang menganggap

penting jarak, tetapi yang terpenting bagi masyarakat adalah kualitas

sarana kesehatan tersebut, meskipun jaraknya jauh dari perumahan

mereka tetap lebih memilih sarana kesehatan yang kualitasnya baik.

Page 88: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Sangat Penting16%

Penting67%

Cukup Penting17%

Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan

Tabel 4.12 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Kesehatan

No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 16 2 Penting 4 67 3 Cukup Penting 3 17 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0

Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Gambar 4.5 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Tingkat Keterjangkauan

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang dianalisis adalah puskesmas dan rumah sakit

karena merupakan sarana kesehatan utama dan mudah dijangkau oleh

masyarakat. Dalam SNI 03-1733-2004 tidak terdapat area jangkauan

untuk rumah sakit, oleh karena itu jangkauan untuk rumah sakit

diasumsikan sama dengan jangkauan BKIA atau klinik bersalin yaitu

sejauh 4000 m.

Analisis keterjangkauan sarana kesehatan dilakukan dengan cara yang

sama dengan analisis sarana pendidikan yaitu dengan memberi harkat

5 pada lokasi yang terlayani dan harkat 2 pada lokasi yang tak

Page 89: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

terlayani. Lokasi yang terlayani merupakan lokasi-lokasi yang masuk

dalam area coverage baik puskesmas maupun rumah sakit.

Tabel 4.13 Skor Keterjangkauan Sarana Kesehatan

Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8

Dari hasil buffering dapat dilihat bahwa hampir seluruh Kawasan

Perkotaan Sragen terlayani oleh sarana kesehatan baik rumah sakit

maupun puskesmas, yang tak terlayani oleh kedua sarana kesehatan

ini hanya sebagian kecil lokasi di Kelurahan Karangtengah bagian

utara

Berdasarkan hasil overlay 6 didapatkan tiga kriteria keseuaian lokasi

perumahan yaitu sangat sesuai, sesuai, dan cukup sesuai. Lokasi yang

sesuai tersebar hampir di seluruh Kawasan Perkotaan Sragen yaitu

seluruh Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan

Sragen Tengah, Kelurahan Sragen Wetan, Kelurahan Kroyo,

Kelurahan Nglorog, Desa Tangkil, dan sebagian besar Kelurahan

Karangtengah bagian selatan. Lokasi yang sesuai terdapat di sebagian

Kelurahan Karangtengah bagian utara, Kelurahan Puro, Kelurahan

Plumbungan, Kelurahan Pilangsari, Kelurahan Jetak, dan Kelurahan

Sine. Lokasi yang cukup sesuai terdapat di sebagian kecil ujung utara

Kelurahan Karengtengah.

Page 90: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Peta 4.10 Peta Keterjangkauan Puskesmas

Page 91: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Peta 4.11 Peta Keterjangkauan Rumah Sakit

Page 92: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Peta 4.12 Peta Overlay 6

Page 93: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

4. Analisis Syarat Sarana Ekonomi (overlay 7)

Overlay 7 merupakan analisis keterjangkaua lokasi perumahan

terhadap sarana perekonomian. Dari analisis ini didapat peta kesesuaian

lokasiterhadap aspek fisik, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana ekonomi.

Analisis terhadap sarana perekonomian dilakukan dengan cara

buffering terhadap titik-titik yang merupakan lokasi pertokoan yang

melayani tingkat kota maupun kecamatan. Coverage area dari pertokoan-

pertokoan tersebut ditentukan berdasarkan jangkauan pelayanan sarana

perdagangan dan niaga dalam SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan berikut :

Tabel 4.14 Radius Jangkauan Sarana Perekonomian

No Jenis Srana Jangkauan Pelayanan

1 Toko/Warung 300 m 2 Pertokoan 2000 m

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Bobot yang diberikan untuk sarana perekonomian adalah 4 atau

penting, dimana bobot ini diambil dari persepsi masyarakat terhadap

tingkat kepentingan keterjangkauan lokasi perumahan terhadap sarana

perekonomian

Tabel 4.15 Prosentase Tingkat Kepentingan Keterjangkauan Sarana Perekonomian No Tingkat Kepentingan Bobot Prosentase (%) 1 Sangat Penting 5 13 2 Penting 4 75 3 Cukup Penting 3 12 4 Kurang Penting 2 0 5 Tidak Penting 1 0

Jumlah 100 Sumber : Hasil Kuesioner, 2010

Page 94: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Sangat Penting

13%

Penting75%

Cukup Penting

12%

Tingkat Kepentingan Sarana Perekonomian

Gambar 4.6 Diagram Tingkat Kepentingan Indikator Keterjangkauan Sarana Perekonomian

Metode analisis yang dilakukan sama dengan analisis keterjangkauan

sarana pendidikan dan sarana kesehatan yaitu memberi harkat 5 pada

lokasi yang terjangkau dan harkat 2 pada lokasi yang tak terkangkau.

Tabel 4.16 Skor Keterjangkauan Sarana Perekonomian

Keterjangkauan Bobot Harkat Skor Terjangkau 4 5 20 Tidak Terjangkau 4 2 8

Dari hasil analisis keterjangkauan sarana perekonomian didapat bahwa

hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen terlayani oleh pertokoan

kecuali sebagian kecil Kelurahan Karangtengah bagian utara serta sebagian

kecil Kelurahan Puro bagian selatan.

Hasil overlay 7 menunjukan bahwa terdapat tiga kriteria kesesuaian

lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Lokasi yang sangat sesuai

untuk lokasi perumahan tersebar di seluruh bagian Kelurahan Sidoharjo,

Kelurahan Sine, Kelurahan Sragen Kulon, Kelurahan Sragen Tengah,

Page 95: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Kelurahan Nglorog, Kelurahan Kroyo, Kelurahan Puro, dan Desa Tangkil,

serta sebagian besar Kelurahan Plumbungan, Kelurahan Karangtengah,

Kelurahan Pilangsari, dan Kelurahan Jetak. Lokasi yang sesuai unuk

dijadikan perumahan tersebar di sebagian kecil Kelurahan Jetak bagian

timur, sebagian besar Kelurahan Karangtengah bagian utara, sebagian kecil

kelurahan Pilangsari dan Kelurahan Plumbungan. Lokasi yang cukup

sesuai untuk lokasi perumahan terdapat di sebagian kecil Kelurahan

Karangtengah bagian utara.

Bila dilihat dari kondisi eksistingnya lokasi-lokasi yang sangat sesuai

untuk dijadikan lokasi perumahan berdasarkan analisis memiliki berbagai

macam penggunaan lahan. Lokasi-lokasi tersebut banyak yang berupa

perdagangan dan jasa serta banyak juga yang merupakan sawah. Lokasi-

lokasi perumahan eksisting yang ada di Kawasan Perkotaan Sragen

sebagian besar menempati lahan yang tingkat kesesuaiannya sangat sesuai.

Lokasi-lokasi yang sesuai dan kurang sesuai untuk dijadikan lokasi

perumahan kebanyakan penggunaan lahan eksistingnya berupa sawah dan

RTH.

Page 96: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Peta 4.13 Peta Ketrjangkauan Sarana Perekonomian

Page 97: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Peta 4.14 Peta Overlay 7

Page 98: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

5. Analisis Kerawanan Bencana (overlay 8)

Analisis overlay 8 bertujuan untuk mengetahui apakah lokasi-lokasi

yang sangat sesuai hingga kurang sesuai hasil analisis overlay 7 memiliki

kerawanan terhadap bencana dan polusi. Analisis ini dilakukan dengan

cara meng-overlay peta overlay 7 dengan peta kerawanan terhadap

bencana dan polusi. Dalam analisis ini tidak terdapat harkat serta bobot,

lokasi yang rawan bencana langsung dianggap tak sesuai dijadikan lokasi

perumahan.

Lokasi rawan bencana banjir di Kawasan Perkotaan Sragen terdapat di

sepanjang 30 m di sekitar Sungai Mungkung, dengan melakukan buffering

terhadap Sungai Mungkung maka di dapat kawasan rawan bencana banjir.

Lokasi yang rawan polusi udara, polusi air, dan polusi suara yang sangat

komplek adalah kawasan di sekitar Pabrik Gula Mojo yang terdapat di

Kelurahan Sragen Kulon sehingga lokasi di sekitar PG Mojo tidak sesuai

untuk di jadikan plokasi perumahan.

Page 99: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Peta 4.15 Peta Overlay 8

Page 100: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

6. Analisis bebas Kawasan Lindung (overlay 9)

Bebas kawasan lindung merupakan salah satu syarat yang ditetapkan

dalam Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum dalam tata cara

pemilihan lokasi prioritas untuk pengembangan perumahan dan

permukiman di kawasan perkotaan. Kawasan lindung yang berada di

Kawasan Perkotaan Sragen berupa hutan kota, sempadan sungai, dan

sempadan embung. Kawasan lindung tersebut ditetapkan dalam RDTR

Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

Analisis bebas terhadap kawasan lindung dilakukan dengan metode

yang sama dengan analisis overlay 8. Kawasan lindung tidak diberikan

harkat serta bobot, lokasi dimana kawasan lindung berada dianggap tidak

sesuai untuk dijadikan perumahan.

Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa terdapat lokasi dengan

kriteria sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk

dijadikan lokasi perumahan.

Lokasi-lokasi hasil analisis overlay 9 merupakan hasil analisis final

dari kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen. Hasil

analisis ini akan dijadikan dasar untuk analisis kesesuaian dengan RDTRK

Kawasan Perkotaan Sragen

.

Page 101: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Peta 4.16 Peta Overlay 9

Page 102: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

B. Analisis Kesesuaian Lokasi Perumahan dengan RDTR Kawasan Perkotaan

Sragen tahun 2009-2028

Melihat hasil analisis tentang kesesuaian lahan perumahan di Kawasan

Perkotaan Sragen didapat bahwa lahan yang sangat sesuai dijadikan

perumahan tersebar hampir di seluruh kawasan. Kesesuaian didominasi oleh

kriteria sangat sesuai sehingga sepintas lokasi yang dapat dijadikan perumahan

sangat luas, akan tetapi bila melihat kondisi eksisting lokasi-lokasi tersebut

meskipun berdasarkan analisis hasilnya sangat sesuai namun karena

kebanyakan lahan sudah terbangun, dan sebagian besar lahan yang belum

terbangun merupakan lahan sawah dan hanya sedikit yang berupa lahan

kering, maka lokasi yang dapat dijadikan perumahan baru sangat terbatas

karena lahan sawah merupakan kawasan lindung yang tak dapat dikonversi

menjadi guna lahan lain. Oleh sebab itu, perlu dilihat kebijakan yang ada di

Kawasan Perkotaan Sragen tentang lokasi perumahan. Kebijakan terkait

perumahan tersebut yaitu rencana penggunaan lahan sebagai perumahan yang

terdapat di RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta kesesuaian lokasi

perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (Peta overlay 9) sudah sesuai dengan

rencana lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen berdasarkan peta

rencana pola ruang RDTRK Perkotaan Sragen. Dengan meng-overlay peta

kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen (peta overlay 9)

dengan peta rencana perumahan maka akan didapat lokasi-lokasi yang legal

untuk dijadikan perumahan karena telah sesuai dan mengikuti rencana pola

ruang yang ada di kawasan tersebut. Dengan mengikuti rencana tata ruang

maka apabila lokasi hasil analisis akan dijadikan perumahan di kemudian hari

tak akan terjadi masalah penyalahgunaan fungsi lahan.

Page 103: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Tabel 4.17 Luas Lokasi Perumahan sesuai RDTR Kawasan Perkotaan Sragen

tahun 2009-2028 No Kelurahan Luas

Sangat Sesuai

Sesuai Cukup Sesuai

Kurang Sesuai

Tidak Sesuai

1 Sine 33,35 - - - 3,98 2 Sragen Kulon 3,35 - - - 6,92 3 Sragen

Tengah - - - -

4 Sragen Wetan

13,47 - - - 1,77

5 Tangkil 0,80 - - - 0,17 6 Nglorog 140,06 - - - 9,93 7 Karangtengah 40,67 - - - 0,12 8 Kroyo 53,54 0,09 - - - 9 Puro 68,15 0,09 - - - 10 Plumbungan 108,74 1,81 - - 5,85 11 Sidoharjo 5,08 - - - 0,91 12 Jetak 4,72 - - - 1,41 13 Pilangsari 88,15 - - - 3,11 Jumlah 560,08 1,99 - - 34,17 Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010

Dari hasil analisis Kelurahan Nglorog merupakan Kelurahan yang

memiliki lokasi perumahan yang paling luas dengan angka mencapai 133,04

Ha. Perumahan di kelurahan ini memiliki kesesuaian lahan sangat sesuai untuk

dijadikan perumahan karena lokasinya yang dekat dengan kota, dekat dengan

berbagai fasilitas yang ada, serta memiliki aksesibilitas tinggi karena dilewat

jalan utama yaitu Jalan Raya Sukowati.

Desa Tangkil memiliki luas lokasi perumahan yang sangat kecil yaitu

hanya 0,8 Ha yang terletak di bagian utara desa. Desa Tangkil merupakan satu-

satunya desa di Kawasan Perkotaan Sragen, letak desa ini berada di ujung utara

kawasan sehingga banyak lokasi yang tidak terjangkau oleh beberapa sarana

dasar. Sebagian besar desa ini berupa sawah irigasi teknis yang sangat

Page 104: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

berpotensi dijadikan lumbung padi kabupaten sehingga alokasi lahan yang

direncanakan sebagai perumahan yang ada di desa ini sangat sedikit.

Tidak adanya lahan yang dapat untuk dibangun menjadi perumahan baru

menyebabkan lokasi perumahan baru tidak terdapat di Kelurahan Sragen

Tengah. Di kelurahan ini penggunaan lahannya sudah sangat padat, baik untuk

perdagangan jasa, pemerintahan, maupun untuk perumahan karena letaknya

yang berada di pusat kota.

Lokasi yang direncanakan sebagai kawasan perumahan kebanyakan berada

di kawasan kota bagian selatan, hal ini didukung oleh perkembangan kota yang

mengarah ke selatan. Hingga saat ini terdapat beberapa perumahan yang

semuanya di bangun di kawasan kota bagian selatan, hal ini menyebabkan

kawasan selatan semakin ramai dan semakin berkembang. Perkembangan

kearah selatan tersebut didukung dengan munculnya pusat-pusat kegiatan baru

di kawasan kota bagian selatan terutama jalan kolektor di Kelurahan Kroyo. Di

jalan tersebut tumbuh berbagai pusat layanan antara lain : SPBU, mini market,

apotek, konter, rumah makan, serta warnet.

Perkembangan perumahan di daerah utara kurang pesat karena lahan di

Kabupaten Sragen semakin keutara semakin kurang bagus, lahannya tandus,

kering, serta air tanahnya semakin dalam sehingga perumahan diarahkan

untuk dibangun di kawasan selatan kota.

Hampir seluruh lokasi perumahan baru saat ini berupa sawah irigasi teknis

yang seharusnya tak dapat dikonversi menjadi guna lahan lain, tetapi dalam

rencananya sawah tersebut dikonversi menjadi perumahan. Pemerintah

memang mengalokasikan lahan perumahan meskipun saat ini masih berupa

sawah karena pertumbuhan penduduk tak dapat dihindarkan sementara

Kawasan Perkotaan Sragen sangat sedikit memiliki lahan kering sehingga

rencana perumahan harus mengorbankan sawah irigasi. Konversi tersebut

Page 105: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

dilakukan karena angka konversinya termasuk kecil serta karena sawah di

Kabupaten Sragen masih cukup luas untuk memenuhi kebutuhan pangan

kabupaten dan wilayah sekitanya.

Berdasarkan analisis terdapat lahan yang direncanakan sebagai perumahan

dalam RDTRK ternyata tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Lokasi-

lokasi yang tak sesuai tersebut kebanyakan berupa sempadan sungai serta

daerah yang rawan banjir.

Berikut merupakan peta persebaran lokasi yang sesuai untuk dijadikan

perumahan berdasar analisis serta sesuai dengan rencana perumahan RDTRK

Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 :

Page 106: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Peta 4.17 Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Page 107: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

C. Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Analisis proyeksi penduduk merupakan analisis yang digunakan untuk

memperkirakan jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun

2028. Analisis ini digunakan sebagai dasar penentuan jumlah rumah yang

dibutuhkan oleh penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

Metode yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk Kawasan

Perkotaan Sragen pada tahun 2028 adalah metode geometrik, sehingga dapat

diketahui angka pertumbuhan penduduk yang lebih akurat dan berapa jumlah

penduduk pada tahun yang direncanakan. Metode ini menggunakan rumus

geometrik (lihat rumus 1.2)

Dengan melihat data jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sragen selama

lima tahun terakhir maka dapat ditentukan angka pertumbuhan penduduknya

(lihat tabel 3.12)

Secara umum jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen terus

mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 0,006%. Rata rata

angka pertumbuhan tiap kelurahan sangat beragam, bahkan masih ada

kelurahan yang pertumbuhannya negatif. Pertumbuhan penduduk tertinggi

dimiliki oleh Desa Tangkil dengan angka 0,016 % sedangkan pertumbuhan

yang terendah dengan angka -0,006 % dimiliki oleh Kelurahan Sragen Kulon.

Pertumbuhan penduduk negatif tertinggi dimiliki oleh Kelurahan Sragen

Kulon, dimana kelurahan ini merupakan salah satu kelrahan yang terletak di

tengah kota. Penurunan jumlah penduduk dari tahun ke tahun kemungkinan

dipengaruhi oleh telah padatnya kawasan tersebut sehingga kecenderungan

yang ada masyarakat malah memilih keluar dari kawasan tersebut.

Dalam analisis proyeksi ini digunakan rata-rata pertumbuhan keseluruhan

karena terdapat beberapa kelurahan dengan pertumbuhan negatif sehingga

proyeksi penduduk yang akan didapat jumlahnya lebih sedikit dari saat ini.

Page 108: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Karena angka pertumbuhan negatif tidak dapat digunakan untuk menghitung

pertambahan penduduk maka pada studi ini digunakan asumsi bahwa

kelurahan yang memiliki pertumbuhan penduduk negatif akan diproyeksikan

dengan angka pertumbuhan yang sangat kecil yaitu 0,001, dimana angka

tersebut digunakan untuk mengantisipasi apabila pertumbuhan penduduk di

tahun-tahun berikutnya akan meningkat.

Page 109: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Tabel 4.18 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sragen Tahun 2011-2028

Kelurahan Tahun

2011 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 Sine

5763 5878 5937 5997 6056 6117 6178 6240 6302 6365 6429 6493 6558 6624 6690 6757 6825 Sragen Kulon

15555 15586 15602 15617 15633 15649 15664 15680 15696 15711 15727 15743 15758 15774 15790 15806 15822 Sragen Tengah 7777 7792 7800 7808 7815 7823 7831 7839 7847 7855 7863 7870 7878 7886 7894 7902 7910 Sragen Wetan 14798 15036 15156 15277 15399 15523 15647 15772 15898 16025 16154 16283 16413 16544 16677 16810 16945 Nglorog 6295 6307 6313 6320 6326 6332 6339 6345 6351 6358 6364 6371 6377 6383 6390 6396 6402 Karangtengah 5408 5484 5522 5561 5600 5639 5679 5718 5758 5799 5839 5880 5921 5963 6004 6046 6089 Tangkil

4935 5094 5176 5259 5343 5428 5515 5603 5693 5784 5877 5971 6066 6163 6262 6362 6464 Puro

9026 9262 9383 9505

9628 9754 9880 10009 10139 10271 10404 10539 10676 10815 10956 11098 11243 Plumbungan

7423 7647 7762 7878 7996 8116 8238 8362 8487 8614 8744 8875 9008 9143 9280 9419 9561 Kroyo

8874 8945 8980 9016 9052 9089 9125 9162 9198 9235 9272 9309 9346 9384 9421 9459 9497 Jetak

6118 6143 6155 6167 6180 6192 6205 6217 6229 6242 6254 6267 6279 6292 6305 6317 6330 Sidoharjo

3968 4048 4088 4129 4171 4212 4254 4297 4340 4383 4427 4471 4516 4561 4607 4653 4700 Pilangsari

4562 4571 4576 4580 4585 4590 4594 4599 4603 4608 4613 4617 4622 4626 4631 4636 4640 Jumlah 100501 101794 102451 103115 103786 104464 105150 105842 106543 107251 107966 108689 109420 110160 110907 111662 112425

Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010

Page 110: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk dari tahun 2009-2028 dapat

dilihat bahwa pertumbuhan penduduk di Kawasan Perkotaan Sragen tidak

bertambah secara sigifikan. Pertambahan jumlah penduduk total dalam waktu

dua puluh tahun hanya mencapai angka 12.427 jiwa saja, termasuk angka yang

sangat kecil untuk ukuran sebuah kota.

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tersebut akan dihitung jumlah

kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 berdasarkan

tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

D. Analisis Kebutuhan Jumlah Rumah serta Kebutuhan Lahan Perumahan di

Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rumah yang harus

disediakan di Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028. Dengan mengetahui

jumlah kebutuhan rumah maka dapat diketahui jumlah kebutuhan lahan

dengan cara mangalikan jumlah kebutuhan rumah dengan standar minimal

luas satu rumah berdasarkan tingkat kesejahteraan.

Jumlah kebutuhan rumah dicari dengan menggunakan asumsi bahwa satu

kepala keluarga menghuni satu unit rumah. Dengan menggunakan asumsi

tersebut maka dapat dicari jumlah kebutuhan rumah di tiap kelurahan pada

tahun 2028 (lihat rumus 1.3). Berikut hasil penghitungan total kebutuhan

rumah tiap kelurahan Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 :

Page 111: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Tabel 4.19 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

No Kelurahan Jumlah

Penduduk 2009 (Jiwa)

Jumlah Penduduk 2028 (Jiwa)

Pertambahan Jumlah

Penduduk

Rata-rata

anggota

Kebutuhan Jumlah Rumah

1 Sine 5649 6825 1176 3 392 2 Sragen Kulon 15524 15822 298 3 99 3 Sragen Tengah 7761 7910 149 4 37 4 Sragen Wetan 14564 16945 2381 4 595 5 Nglorog 6282 6402 120 3 40 6 Karang Tengah 5333 6089 756 3 252 7 Tangkil 4781 6464 1683 3 561 8 Puro 8796 11243 1447 3 816 9 Plumbungan 7205 9561 2356 3 785

10 Kroyo 8803 9497 694 4 173 11 Jetak 6094 6330 236 3 79 12 Sidoharjo 3890 4700 810 3 270 13 Pilangsari 4553 4640 87 3 29

Jumlah 99235 112425 12427 4128 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Dari hasil penghitungan diperoleh jumlah kebutuhan rumah total di

Kawasan Perkotaan Sragen di tahun 2028 adalah sejumlah 4.128 unit.

Kelurahan Puro memiliki kebutuhan rumah paling tinggi yaitu 816 unit,

sedangkan kebutuhan yang terendah dimiliki kelurahan pilangsari yaitu 29

unit rumah, hal ini dikerenakan pertumbuhan penduduk di Kelurahan

Pilangsari yang terus menurun di tahun 2005-2009 sehingga kebutuhan

rumahnya sngat sedikit. Secara keseluruhan kebutuhan jumlah rumah di

Kawasan Perkotaan Sragen tidak cukup tinggi, sebanding dengan angka

perumbuhan penduduknya yang tak cukup tinggi.

Page 112: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Berdasarkan hitungan kebutuhan rumah maka dihitung jumlah kebutuhan

lahan perumahan ditiap kelurahan berdasarkan penggolongan keluarga

sejahtera di tahun 2028. Penghitungan ini dilakukan dengan cara mengkalikan

jumlah kebutuhan rumah di tahun 2028 dengan proporsi jumlah KK

berdasarkan kesejahteraannya di tahun 2009 (proporsi tiap kelompok KK dapat

dilihat dalam lampiran 3). Berikut hasil penghitungan kebutuhan jumlah

rumah tiap kelompok KK:

Tabel 4.20 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kelurahan Pra KS

(unit) KS I

(unit) KS II (unit)

KS III (unit)

KS III+ (unit)

Jumlah (unit)

Sine 85 35 142 128 1 392 Sragen Kulon 11 14 29 43 3 99 Sragen Tengah 6 7 9 15 1 37 Sragen Wetan 79 73 220 208 15 595 Nglorog 5 4 6 24 1 40 Karang Tengah 44 46 85 75 2 252 Tangkil 67 174 177 136 7 561 Puro 189 97 343 176 11 816 Plumbungan 108 106 220 329 22 785 Kroyo 28 32 49 59 5 173 Jetak 35 6 24 13 1 79 Sidoharjo 107 42 74 44 3 270 Pilangsari 13 5 8 4 0 29 Jumlah 776 641 1384 1254 74 4128

Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Dengan mengetahui jumlah kebutuhan rumah tiap kelompok KK di tahun

2028 maka didapat pula luas kebutuhan lahan perumahan dengan mengkalikan

jumlah kebutuhan terebut dengan luas kavling perumahan minimum untuk

tiap golongan KK. (lihat tabel 1.5)

Berikut merupakan rincian jumlah kebutuhan lahan per kelurahan di

Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028 :

Page 113: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

Tabel 4.21 Luas kebutuhan lahan perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2028

Kelurahan Pra KS (Ha)

KS I (Ha)

KS II (Ha)

KS III (Ha)

KS III+ (Ha)

Jumlah (Ha)

Sine 1,02 0,42 1,72 3,23 0,10 6,48 Sragen Kulon 0,13 0,17 0,35 1,08 0,20 1,92 Sragen Tengah 0,07 0,10 0,11 0,38 0,05 0,70 Sragen Wetan 0,96 0,88 2,64 5,20 0,80 10,48 Nglorog 0,07 0,05 0,08 0,63 0,05 0,88 Karang Tengah 0,54 0,56 1,02 1,88 0,10 4,10 Tangkil 0,82 2,09 2,14 3,40 0,40 8,84 Puro 2,27 1,18 4,12 4,43 0,60 12,59 Plumbungan 1,31 1,27 2,64 8,25 1,15 14,62 Kroyo 0,35 0,40 0,59 1,48 0,30 3,11 Jetak 0,42 0,08 0,29 0,35 0,05 1,19 Sidoharjo 1,28 0,50 0,89 1,13 0,20 4,00 Pilangsari 0,16 0,06 0,10 0,10 0,05 0,46

Jumlah 9,40 7,75 16,67 31,50 4,05 69,37 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Dari hasil penghitungan maka didapat bahwa total jumlah kebutuhan

lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 adalah

69,37 Ha. Merupakan angka yang sangat kecil untuk kebutuhan selama dua

puluh tahun. Kebutuhan lahan tertinggi yaitu di Kelurahan Puro, sebesar 12,59

Ha, serta yang terendah di Kelurahan Pilangsari dengan luas 0,46 Ha

E. Analisis Ketersediaan Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen tahun

2028

Analisis ketersediaan lahan ini bertujuan untuk mengetahui apakah luas

lahan yang sangat sesuai untuk lokasi perumahan berdasarkan analisis dan

peruntukan lahan yang direncanakan di Kawasan Perkotaan Sragen

berdasarkan RDTRK Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 dapat memenuhi

kebutuhan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen pada tahun 2028.

Analisis ini hanya membandingkan luas lahannya saja tanpa bisa dipetakan.

Page 114: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Tabel 4.22 Kecukupan Lahan di KawasanPerkotaan Sragen tahun2028

No Kelurahan Ketersediaan Lahan

Kebutuhan Lahan

Keterangan

1 Sine 33,35 6,48 Tercukupi 2 Sragen Kulon 3,35 1,92 Tercukupi

3 Sragen Tengah 0 0,70 Tak Tercukupi 4 Sragen Wetan 13,47 10,48 Tercukupi 5 Tangkil 0,8 0,88 Tak Tercukupi 6 Nglorog 140,06 4,10 Tercukupi 7 Karangtengah 40,67 8,84 Tercukupi 8 Kroyo 53,63 12,59 Tercukupi 9 Puro 68,24 14,62 Tercukupi

10 Plumbungan 108,74 3,11 Tercukupi 11 Sidoharjo 5,08 1,19 Tercukupi 12 Jetak 4,72 4,00 Tercukupi 13 Pilangsari 88,15 0,46 Tercukupi

Total 562,07 69,37 Tercukupi Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Luas total lahan perumahan yang dibutuhkan Kawasan Perkotaan Sragen

di tahun 2028 seluas 69,37 Ha, sedangkan jumlah lahan yang tersedia seluas

562,07 Ha. Dengan membandingkan luasan tersebut maka dapat dilihat bahwa

di tahun 2028 lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen masih tersedia

dan tercukupi. Kelurahan dengan ketersediaan lahan perumahan yang paling

luas merupakan kelurahan Nglorog, akan tetapi jumlah kebutuhan lahan

perumahan di tahun 2028 termasuk kecil. Sedangkan Kelurahan Sragen

Tengah dan Desa Tangkil lahan perumahannya tak tercukupi. Akan tetapi

kekurangan lahan di kedua kelurahan tersebut dapat terpenuhi jika melihat

jumlah ketersediaan lahan di kelurahan-kelurahan lain.

Page 115: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi ketersediaan lokasi perumahan Kawasan Perkotaan

Sragen tahun 2028 yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan

utama, antara lain :

1. Indikator yang digunakan dalam menentukan lokasi perumahan di dalam

studi ini terdiri dari aspek fisik dasar, aksesibilitas, sarana dasar, dan sarana

perekonomian. Setiap indikator memiliki kesesuaian masing-masing untuk

dijdikan lokasi perumahan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Kesesuaian Indikator dalam Penentu Lokasi Perumahan

Kawasan Perkotaan Sragen No Aspek Indikator Kesesuaian

1 Fisik Ketinggian Lahan

Kawasan Perkotaan Sragen memiliki ketinggian lahan antara < 100 mdpl di seluruh kawasannya. Ketinggian lahan tersebut tergolong sangat sesuai untuk dijadikan perumahan, sehingga berdasarkan ketinggian lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan

Kelerengan Kelerengan di Kawasan Perkotaan Sragen termasuk dalam kategori datar yaitu 0-2%. Kelerengan yang datar sangat sesuai untuk dijadikan perumahan, sehingga berdasarkan kelerengan lahannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk lokasi perumahan

Jenis Tanah Kawasan Perkotaan Sragen memiliki beberapa jenis tanah antara lain grumosol, alluvial, dan litosol. Jenis tanah tersebut mempengaruhi kelayakan lahan untuk ditanami konstruksi

Page 116: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

bangunan rumah, kelayakan tersebut terkait dengan tingkat kepekaannya, semakin peka semakin tidak layak untuk didirikan bangunan. Berdasarkan jenis tanahnya sebagian besar lahan di Kawasan Perkotaan Sragen kurang sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, hanya sebagian kecil yang sangat sesuai untuk perumahan.

Kedalaman Muka Air Tanah

Kedalaman muka air tanah mempengaruhi suplai air bersih terhadap perumahan. Semakin dalam air tanah semakin tak sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan. Air tanah di Kawasan Perkotaan Sragen beragam kedalamannya yaitu antara 2-12 m dibawah permukaan tanah. Dilihat dari kedalaman air tanahnya, seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan

Kawasan Rawan Bencana dan Polusi

Kawasan rawan bencana dan polusi tidak sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan tersebut adalah kawasan sekitar sungai mungkung karena merupakan kawasan rawan bencana banjir dan kawasan sekitar pabrik gula Mojo karena tercemar baik air, udara, dan suara.

Kawasan Lidung

Kawasan Lindung tidak dapat dijadikan lokasi perumahan. Kawasan tersebut adalah kawasan sekitar sungai, sekitar embung, dan hutan kota

2 Sarana dan Prasarana

Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan kemudahan lokasi perumahan mencapai jalan serta transportasi umum. Hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen dapat mengakses jalan serta moda transportasi umum, sehingga berdasarkan aksesibilitasnya hampir seluruh lokasi di Kawasan Perkotaan Sragen sesuai untuk dijadikan perumahan

Ketersediaan Sarana Pendidikan

Kawasan Perkotaan Sragen memiliki sarana pendidikan dan sarana kesehatan yang lengkap dimana hampir seluruh wilayahnya terjangkau meskipun terdapat sebagian kecil yang tak terjangkau. Sehingga berdasarkan keterjangkauan sarana pendidkan dan kesehatannya hampir seluruh kawasan sangat sesuai untuk dijadikan perumahan

Ketersediaan Sarana Kesehatan

Page 117: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

3 Ekonomi Ketersediaan Sarana Perekonomian

Persebaran pertokoan di Kawasan Perkotaan Sragen cukup merata di seluruh kawasannya menjadikan hampir seluruh kawasan terlayani oleh sarana ekonomi, sehingga berdasarkan ketersediaan sarana ekonominya hampir seluruh kawasan perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan

Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010

2. Analisis kesesuaian lokasi perumahan saat ini dilakukan untuk mengetahui

lokasi mana saja yang sesuai untuk dijadikan perumahan di Kawasan

Perkotaan Sragen dengan memperhatikan berbagai indikator yang telah

ditentukan. Analisis ini menggunakan metode superimpose (overlay)

antara peta satu dengan peta lainnya hingga didapatkan peta akhir berupa

peta kesesuaian lokasi perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen

berdasarkan semua indikator. Dari hasil overlay didapatkan bahwa

terdapat empat kriteria keseusian lahan yang terdapat di Kawasan

Perkotaan Sragen yaitu sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai

untuk dijadikan perumahan. Lokasi yang tergolong sangat sesuai sebesar

87,35 % dari total luas Kawasan Perkotaan Sragen. Berikut simpulan dari

tiap overlay :

Page 118: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

Tabel 5.2 Kesesuaian Overlay Lokasi Perumahan Kawasan Perkotaan Sragen

No Overlay Ksesuaian 1 Overlay 1

(peta kelerengan dengan peta ketinggian)

Hasil analisis overlay 1 menunjukan berdasarkan ketinggian dan kelerengannya seluruh Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan.

2 Overlay 2 (peta overlay 1 dengan peta jenis tanah)

Terdapat dua kriteria kesesuaian lokasi perumahan yang dihasilkan dari analisis overlay 2 yaitu sesuai dan sangat sesuai. Lokasi yang sesuai sesuai sebesar 69,3 % dan yang sangat sesuai sebesar 30,7 %.

3 Overlay 3 (peta overlay 2 dengan peta kedalaman muka air tanah

Berdasarkan hasil analisis overlay 3 didapatkan bahwa berdasarkan seluruh aspek fisik terdapat lokasi yang sangat sesuai untuk diadikan perumahan sebesar 76,9 % , sedangkan lokasi yang tergolong sesuai sebesar 23,1 % dari luas total Kawasan Perkotaan Sragen.

4 Overlay 4 (peta overlay 3 dengan peta aksesibilitas)

Analisis overlay 4 menunjukan bahwa berdasarkan aspek fisik dan aksesibilitas, sebesar 70,44 % luas Kawasan Perkotaan Sragen tergolong dalam kriteria sangat sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, sedangkan sisanya yaitu 29,56 % tergolong dalam kriteria sesuai.

5 Overlay 5 (peta overlay 4 dengan peta keterjangkauan sarana pendidikan)

Dengan mempertimbangkan keterjangkauan terhadap sarana pendidikan maka didapatkan bahwa 86,07 luas wilayah Kawasan Perkotaan Sragen sangat sesuai untuk dijadikan perumahan dan 13,93 % luasannya tergolong dalam kriteria sesuai.

6 Overlay 6 (peta overlay 5 dengan peta keterjangkauan sarana kesehatan)

Analisis Overlay 6 menunjukan berdasarkan aspek fisik, aksesibilitas, dan sarana dasar terdapat tiga kriteria kesesuaian lokasi perumahan yaitu sangat sesuai seluas 95,09 %, sesuai 4,84 %, dan cukup sesuai sebesar 0,07 %.

7 Overlay 7 (peta overlay 6 dengan peta keterjangkauan sarana perekonomian)

Analisis overlay 7 menunjukan bahwa hampir seluruh Kawasan Perkotaan Sragen yaitu sebesar 98,18 % tergolong dalam krieteria sangat sesuai untuk dijadikan perumahan. Kawasan yang tergolong sesuai seluas 1,79 %, sedangkan yang tergolong cukup sesuai seluas 0,07 % dari luas total Kawasan Perkotaan Sragen.

8 Overlay 8 (peta overlay 7 dengan peta rawan bencana dan polusi)

Dari analisis overlay 8 didapatkan bahwa terdapat kawasan yang tak sesuai untuk dijadikan perumahan yaitu kawasan rawan bencanadan polusi. Secara keseluruhan luas kawasan yang tergolong sangat sesuai sebesar 96,47 %, sesuai sebesar 1,68 %, cukup sesuai sebesar 0,05 %, dan

Page 119: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

tidak sesuai sebesar 1,80 % dari total luas Kawasan Perkotaan Sragen.

9 Overlay 9 (peta overlay 8 dengan peta kawasan lindung)

Analisis overlay 9 menunjukan kesesuaian lokasi perumahan berdasarkan seluruh indikator yang digunakan dalam studi ini. Terdapat lokasi yang tidak sesuai untuk dijadikan perumahan yaitu kawasan lindung. Dari hasil analisis didapatkan bahwa kawasan yang tergolong sangat sesuai dijadikan lokasi perumahan sebesar 87,35 %, tergolong sesuai sebesar 1,11 %, tergolong cukup sesuai sebesar 0,01 %, dan tergolong tidak sesuai sebesar 11,53 %.

Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010

3. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lokasi perumahan didapat bahwa

87,35% luas Kawasan Perkotaan Sragen tergolong dalam kriteria sangat

sesuai untuk dijadikan lokasi perumahan, akan tetapi lokasi-lokasi tersebut

eksistingnya sebagian besar berupa sawah irigasi teknis. Lahan sawah

termasuk lahan yang keberadaannya harus dipertahankan sehingga lahan

tersebut tidak dapat diubah menjadi perumahan tanpa melihat kebijakan

yang ada. Menurut RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028,

terdapat beberapa lokasi lahan sawah yang dapat dialihfungsikan menjadi

lahan perumahan.

Berdasarkan hasil analisis ksesuaian lokasi perumahan dengan RDTR

Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 didapat lahan yang sangat

sesuai dijadikan perumahan adalah seluas 560,08 Ha, dan lahan yang

termasuk kategori sesuai 1,99 Ha, sehingga total luas lahan yang dapat

dijadikan perumahan hingga tahun 2028 adalah seluas 562,07 Ha.

Lahan tersebut tersebar di beberapa kelurahan, kawasan yang paling

banyak memiliki lahan perumahan adalah kelurahan Nglorog dengan luas

140,06 Ha, sedangkan kelurahan yang paling sedikit memiliki lahan

perumahan yaitu Desa Tangkil yang memiliki lahan untuk dijadikan

perumahan hanya seluas 0,80 Ha. Terdapat kelurahan yang sama sekali tak

memiliki lahan perumahan potensial, yaitu kelurahan Sragen Tengah,

Page 120: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

karena di kelurahan ini bangunan sudah sangat padat serta rencana

kedepannya kelurahan ini banyak difungsikan untuk perdagangan dan jasa

karena merupakan pusat kota.

4. Berdasarkan hasil analisis proyeksi penduduk dengan pertumbuhan

penduduk rata-rata 0,006, didapat bahwa jumlah pertambahan penduduk

total di Kawasan Perkotaan Sragen dua puluh tahun tahun dari tahun 2009

hingga tahun 2028 adalah sejumlah 12.427 jiwa. Angka pertambahan

tersebut cukup kecil karena pertumbuhan penduduk di Kawasan

Perkotaan Sragen tidak terlalu tinggi, bahkan ada pertumbuhan penduduk

yang negatif.

5. Berdasarkan jumlah pertambahan penduduk hingga tahun 2028 diperoleh

bahwa total jumlah rumah yang dibutuhkan di Kawasan Perkotaan Sragen

di tahun tersebut berjumlah 4.128 unit rumah. Jumlah tersebut merupakan

akumulasi dari total jumlah rumah dari kebutuhan rumah untuk keluarga

pra sejahtera sebesar 776 unit, keluarga sejahtera I sebesar 641 unit,

keluarga sejahtera II sebesar 1.384 unit, keluarga sejahtera III 1.254 unit,

serta keluarga sejahtera III+ sejumlah 74 unit.

6. Total luas lahan perumahan yang dibutuhkan di Kawasan Perkotaan

Sragen pada tahun 2028 adalah 69,37 Ha. Bila melihat jumlah ketersediaan

lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Sragen hingga tahun 2028 yaitu

seluas 562,07 Ha maka kebutuhan lahan perumahan hingga tahun 2028

masih tercukupi, bahkan masih sangat luas ketersediaannya.

Page 121: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

B. Rekomendasi

1. Arahan Pengembangan Lokasi Perumahan

Lahan perumahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Sragen hingga

tahun 2028 masih sangat luas, sedangkan kebutuhan lahannya tak lebih

dari 10% dari luasan yang tersedia, sehingga perlu adanya rekomendasi

arahan lokasi prioritas untuk pengembangan kawasan perumahan.

Rekomendasi yang peneliti tulis merupakan arahan lokasi berdasarkan

arah perkembangan Kota Sragen hingga saat ini serta melihat pada arahan

pengembangan perumahan berdasarkan RDTR Kawasan Pekotaan Sragen

tahun 2009-2028.

Melihat perkembangan saat ini, Kawasan Perkotaan Sragen cenderung

berkembang cukup pesat ke arah selatan, yaitu jalan kolektor di Kelurahan

Kroyo, yang menghubungkan antara Kelurahan Puro dengan Kelurahan

Sragen (pusat kota). Di sepanjang jalan Veteran ini muncul berbagai sarana

perdagangan dan jasa baru.

Perumahan-perumahan baru yang telah terbangun di Kawasan

Perkotaan Sragen terpusat di kawasan kota bagian selatan. Saat ini,

perumahan-perumahan tersebut menjadi perumahan yang cukup ramai

dan padat, sehingga kawasan kota bagian selatan menjadi lebih ramai

dibanding kawasan di utara. Perkembangan perumahan perumahan ini

juga yang menyebabkan jalan kolektor di Kelurahan Kroyo tersebut

menjadi berkembang cukup pesat.

Oleh karena itu, lokasi pengembangan perumahan baru diarahkan ke

arah selatan, yaitu di Kelurahan Puro, Kroyo, dan Kelurahan Plumbungan.

Selain mengikuti perkembangan kota, dimana akan memudahkan

mencapai akses menuju pusat perdagangan, kesehatan, dan pendidikan

juga akan sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan dalam RDTRK

Page 122: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

Perkotaan Sragen, yaitu pengembangan perumahan di BWK D. BWK D

sendiri terdiri dari Kelurahan Puro, Plumbungan, dan Kroyo. Kawasan ini

saat ini juga memiliki kepadatan penduduk yang tak cukup tinggi sehingga

dapat dikembangkan untuk dikadikan kawasan perumahan.

Dengan memusatkan perkembangan lokasi di ketiga kelurahan

tersebut juga akan menyebabkan pola perumahan kota menjadi konsentris

mengisi lahan di pinggiran karena kawasan tengah kota telah padat oleh

perumahan, perdagangan, pemerintahan, serta fungsi lain.

Selain di ketiga kelurahan tersebut, lokasi perkembangan perumahan

juga direkomendasikan di Kelurahan Nglorog, dimana kawasan tersebut

memiliki kepadatan penduduk yang kurang padat sehingga masih

mungkin dikembangkan perumahan. Kelurahan ini juga memiliki

ketersediaan lahan perumahan paling tinggi diantara kelurahan lain. Poin

utama yang menjadikan kelurahan ini dapat dijadikan lokasi

perkembangan perumahan prioritas adalah karena letaknya yang dekat

dengan pusat kota serta dilewati oleh jalan arteri utama di Kabupaten

Sragen, yaitu Jalan Sukowati, sehingga mamiliki aksesibilitas yang tinggi,

mudah mendapatkan kendaraan umum serta mudah mencapai berbagai

sarana dasar karena di Kelurahan ini terdapat rumah sakit umum, serta

memiliki sarana pendidikan dari tingkat TK hingga SMA.

Pada RDTR Kawasan Perkotaan Sragen tahun 2009-2028 disebutkan

bahwa pengembangan perumahan juga diarahkan ke BWK A dimana

BWK tersebut merupakan Kelurahan Sragen. Berdasarkan analisis, di

Kelurahan Sragen Tengah tak terdapat lokasi yang sesuai untuk dijadikan

perumahan, selain itu, penggunaan lahan di kelurahan ini sudah sangat

padat sehingga perumahan yang dikembangkan di kawasan tersebut

manjadi kurang nyaman untuk ditempati.

Page 123: tugas akhir studi ketersediaan lokasi perumahan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

2. Rekomendasi Terhadap Hasil Studi

Hasil dari studi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, sehingga

sebaiknya dalam studi serupa perlu memperhatikan beberapa hal :

a. Indikator yang digunakan dalam studi ini masih sangat umum, belum

dibahas faktor penentu yang lebih spesifik misalnya jaringan listrik,

saluran sanitasi, jaringan persampahan, dan drainase.

b. Studi ini menganalisis kesesuaian lokasi hanya dari segi spasialnya saja,

sebaiknya faktor sosial dapat dimasukan dalam studi.

c. Dalam menentukan luas kebutuhan rumah digunakan standar kavling

dasar yang mengacu pada RTRW kota lain sehingga mungkin kurang

sesuai penggunaannya.

d. Studi ini menggunakan asumsi tingkat kesejahteraan penduduk

dianggap tetap selama 20 tahun, sebaiknya perubahan tingkat

kesejahteraan diperhitungkan dalam proyeksi penduduk.

3. Rekomendasi untuk Studi Lanjutan

Studi ini masih memiliki berbagai keterbatasan, baik secara teknis

maupun substantif. Keterbatasan tersebut dapat menjadi bahan

pertimbangan studi lanjut. Beberapa rekomandasi untuk studi lanjutan

antara lain :

a. Indikator untuk menentukan lokasi perumahan bagi masyarakat

berdasarkan tingkat kesejahteraan sebaiknya memperhatikan harga

tanah sehingga target group untuk alokasi lokasi lebih jelas.

b. Dalam menentukan kesesuaian lokasi berdasarkan harga lahan

sebaiknya memperhatikan housing affordability dari tiap target

group.