tugas akhir perkembangan perumahan formal di …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH
PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN
PERUMAHAN KOTA DI SURAKARTA
Karissa Riasdianti I0607049
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN
SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA DI
SURAKARTA
KARISSA RIASDIANTI
I0607049
Menyetujui,
Surakarta, Januari 2012
Pembimbing I
Murtanti Jani Rahayu, ST, MT
NIP. 197201172000032001
Pembimbing II
Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP
NIP . 195902221989031001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik
Dr.Ir. Mohamad Muqoffa, MT
NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan
Kota
Ir. Galing Yudana
NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambodo, ST, MT, Ph.D
NIP. 196910261995031002
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan dan Juruselamat penulis, Tuhan Yesus Kristus
atas berkat pimpinanNya sampai diselesaikannya penulisan laporan Tugas Akhir
-Urban sebagai
disusun untuk memenuhi syarat menempuh jenjang Strata-1 Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan laporan ini tidak akan dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya bantuan, dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret.
2. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret.
3. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
4. Ir. Ana Hardiana, MT selaku pembimbing akademik atas kesabaran,
bimbingan dan saran yang diberikan selama proses perkuliahan sampai
penyusunan laporan ini.
5. Murtanti Jani Rahayu, ST, MT dan Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP selaku
dosen pembimbing seminar dan Tugas Akhir atas semua masukan, kritik,
saran, support dan kesabaran dalam membimbing penyusunan Tugas Akhir
sampai selesai.
6. Isti Andini, ST, MT selaku dosen penguji atas kritik, saran yang membangun
serta atas waktu yang diluangkan selama ini dalam membantu proses
penyusunan Tugas Akhir.
7. Ir. Widharyatmo, MSi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah
diberikan.
8. Bapak dan ibu tersanyang, atas segala bentuk dukungan, kasih sayang dan doa
yang menyertai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR iv
9. Keluargaku tercinta, mbak Irin, mas Andi dan si kecil Deandra untuk doa,
keceriaan keluarga dan dukungannya.
10. Untuk teman-temanku Reni Carica, Agung Tri Kuncoro, Novitriani, Diana,
Meri, Dian, Nurul, Dini, terima kasih atas semua bantuan kalian.
11. Teman terkasih, Priska atas dukungan dan doanya.
12. Temen-temen Planol-Tujuh untuk keceriaan, kekompakan, kenangan, teman
diskusi, teman bermain hingga ada kebanggaan tersendiri menjadi salah satu
bagian dari kalian.
13. Untuk seseorang yang menjadi inspirasi dan semangat tersendiri buat saya,
terima kasih untuk dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan.
14. Berbagai dinas atas kemudahannya dalam memperoleh data dan masyarakat
perumahan Kecamatan Grogol dan Gondangrejo atas kesediaannya berbagi
waktu untuk menjawab kuesioner.
15. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
laporan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tulisan dan
penelitian berikutnya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. Terima kasih
dan Tuhan memberkati.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI vi
MOTTO :
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.
(Filipi 4:13)
agi, melipat tangan sebentar
maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti
(Amsal 6:6,10-11)
gunakan
perkataanmu sebagai motivasi
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii MOTTO ............................................................................................................ v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR PETA ................................................................................................ xi ABSTRAK ....................................................................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.1.1 Perkembangan Kota ............................................................ 1 1.1.2 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban 2 1.1.3 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban
Kota Surakarta ..................................................................... 3 1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian ..................................... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................. 5 1.3.2 Sasaran Penelitian ................................................................ 6 1.3.3 Manfaat Penelitian ............................................................... 6
1.4 Batasan Penelitian ........................................................................ 6 1.4.1.Batasan Lokasi Penelitian ................................................... 6 1.4.2.Batasan Waktu Penelitian ................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERKEMBANGAN KOTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN ...... 10 2.1. Teori Perkembangan Kota dan Wilayah Peri-Urban .................. 10
2.1.1. Perkembangan Kota ......................................................... 10 2.1.2. Perkembangan Wilayah Peri-Urban ................................. 12 2.1.3. Aktivitas Masyarakat di Wilayah Peri-Urban terhadap
Pusat Kota ........................................................................ 13 2.2. Teori Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri
Urban .......................................................................................... 16 2.2.1. Pengertian Perumahan Formal ......................................... 16 2.2.2. Syarat Pembangunan Perumahan Formal ........................ 17 2.2.3. Pemilihan Lokasi Perumahan Formal .............................. 18 2.2.4. Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban ...................... 23
2.3. Variabel Penelitian ..................................................................... 24
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 27 3.1.Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ................................ 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI viii
3.2.Populasi dan Sampel ................................................................... 28 3.2.1. Populasi ............................................................................ 28 3.2.2. Sampel .............................................................................. 28
3.3.Metode Pengumpulan Data ........................................................ 36 3.3.1. Studi Literatur .................................................................. 36 3.3.2. Observasi .......................................................................... 37 3.3.3. Wawancara ....................................................................... 37
3.4.Teknik Analisis Data .................................................................. 37 3.4.1. Analisis Perkembangan Kota Surakarta ........................... 37 3.4.2. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di
Wilayah Peri-Urban ......................................................... 39 3.4.3. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah
Peri-Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Rumah Kota di Surakarta ................................................. 40
3.5.Sintesis Data ............................................................................... 40
BAB 4 PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN ......... 41
4.1.Perkembangan Kota Surakarta ................................................... 41 4.1.1. Penggunaan Lahan Kota Surakarta .................................. 41 4.1.2. Kependuduk Kota Surakarta ............................................ 44 4.1.3. Sarana Permukiman Kota Surakarta ................................ 45
4.2.Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban ........ 46 4.2.1. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan
Grogol .............................................................................. 46 4.2.2. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan
Gondangrejo ..................................................................... 54
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA SURAKARTA ......................................... 61 5.1.Analisis Perkembangan Kota Surakarta ..................................... 61
5.1.1. Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta .................... 61 5.1.2. Analisis Perkembangan Pendudukan Kota Surakarta ...... 64 5.1.3. Analisis Kebutuhan Permukiman Kota Surakarta............ 65
5.2.Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban .......................................................................................... 67
5.2.1. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol .............................................................................. 67
5.2.2. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo ..................................................................... 73
5.3.Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Kota Surakarta ............................................................................ 78
5.4.Sintesis Data ............................................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI ix
BAB 6 PENUTUP........................................................................................ 85
6.1.Kesimpulan ................................................................................. 85 6.2.Rekomendasi ............................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xiv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... xvii LAMPIRAN .................................................................................................. xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Prasarana dan Sarana dalam Suatu Lingkungan Perumahan ............. 18
Tabel 2.2 Indikator Penelitian ............................................................................. 24
Tabel 3.1 Kebutuhan Data ................................................................................... 36
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 1999, 2004 dan 2009 ....... 42
Tabel 4.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kota Surakarta Tahun
1999-2009 ........................................................................................... 43
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999 2009 ....................... 44
Tabel 4.4 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1999 2009 ....................... 45
Tabel 4.5 Pembangunan Perumahan formal di Kecamatan Grogol Tahun
1999 2009 Dirinci Per Tahun .......................................................... 47
Tabel 4.6 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Oleh Masyarakat ...................... 49
Tabel 4.7 Pembangunan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo Tahun
1999 2009 ......................................................................................... 54
Tabel 4.8 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan oleh Masyarakat ....................... 56
Tabel 5.1 Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ......... 62
Tabel 5.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ................ 64
Tabel 5.3 Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta ....................................... 66
Tabel 5.4 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan
Grogol Tahun 1999-2009 .................................................................... 70
Tabel 5.5 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan
Gondangrejo Tahun 1999-2009 ......................................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir .............................................................................. 26
Gambar 4.1 Tipe Rumah di Perumahan Formal di Kecamatan Grogol ............ 48
Gambar 4.2 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan .......................... 50
Gambar 4.3 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan
Formal Kecamatan Grogol ............................................................ 51
Gambar 4.4 Jenis Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo ...... 56
Gambar 4.5 Diagram Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan ........... 57
Gambar 4.6 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan
Formal Kecamatan Grogol ............................................................ 58
Gambar 4.5 Tipe Rumah di Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo .. 57
Gambar 4.6 Diagram Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan ........... 59
Gambar 5.1 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamtan
Grogol ........................................................................................... 71
Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan
Gondangrejo .................................................................................. 76
Gambar 5.3 Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun
1999-2009 ..................................................................................... 79
Gambar 5.4 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan
Grogol dan Gondangrejo Tahun 1999-2009 ................................. 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PETA xi
DAFTAR PETA
Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 7
Peta 3.1 Peta Sampel Lokasi Penelitian Tahun 2011 ........................................ 33
Peta 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Grogol Tahun 2011 ............................. 34
Peta 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Gondangrejo Tahun 2011 ................... 35
Peta 4.1 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun
1999 ..................................................................................................... 52
Peta 4.2 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun
2009 ..................................................................................................... 53
Peta 4.3 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun
1999 ..................................................................................................... 59
Peta 4.4 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun
2009 ..................................................................................................... 60
Peta 5.1 Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun
1999-2009 ........................................................................................... 72
Peta 5.2 Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun
1999-2009 ........................................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK xii
ABSTRAK
Kota adalah pusat permukiman penduduk yang semakin lama semakin
meluas dan menjadi pusat perkembangan dalam suatu wilayah. Perumahan
formal adalah kumpulan rumah yang dilengkapi dengan sarana prasarana dan
utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang
perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan hunian meningkat
yang kemudian diakomodasi oleh ketersediaan perumahan formal.
Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, maka akan
diketahui identifikasi perkembangan Kota Surakarta, kebutuhan rumah dari
perkembangan Kota Surakarta, perkembangan perumahan formal Wilayah Peri-
Urban serta hubungan antara perkembangan perumahan formal di Wilayah Peri-
Urban dan perkembangan Kota Surakarta. Analisis data dilakukan terhadap
indikator perkembangan kota yang terdiri dari pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan permukiman dan penggunaan lahan serta pertumbuhan jumlah
perumahan formal dan pemilihan lokasi perumahan sebagai indikator
perkembangan perumahan formal.
Kota Surakarta adalah kota yang berkembang di bidang perumahan,
perdagangan dan jasa. Perkembangan tersebut menjadikan Kota Surakarta
magnet bagi para pekerja yang berasal dari luar Kota Surakarta untuk bekerja di
kota. Bersamaan dengan itu, perumahan formal di wilayah peri-urban
berkembang pasca krisis ekonomi. Perkembangan Kota Surakarta menyebabkan
pertumbuhan penduduk menurun karena penduduk bermigrasi ke wilayah peri-
urban Kota Surakarta untuk tinggal di perumahan formal wilayah peri-urban.
Masyarakat yang tinggal di wilayah peri-urban adalah masyarakat yang bekerja
di Kota Surakarta.
Kata Kunci : Perkembangan, Kota, Wilayah Peri-Urban, Perumahan
Formal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK xiii
ABSTRACT
The city is the center of resettlement needs in an increasingly widespread
and became the center of developments in the region. Formal housing is a
collection of homes equipped with infrastructure and public utility facilities
constructed by the business entity engaged in the housing. Development of the city
led to the need for increased occupancy are then accommodated by the
availability of formal housing.
By using quantitative descriptive research method, it will be known to
identify the development of Surakarta City, home of the developmental needs of
Surakarta City, the development of formal housing Peri-Urban Areas and the
relationship between the development of formal housing in Peri-Urban Areas and
development of the city of Surakarta. Data analysis was conducted on urban
development indicators of population growth, the growth of settlements and land
use and growth in the number of formal housing and site selection of housing as
an indicator of formal housing developments.
Surakarta is a thriving city in the areas of housing, commerce and services.
These developments make the city of Surakarta magnet for workers from outside
the city of Surakarta to work in the city. Simultaneously, the formal housing in
peri-urban areas developed after the economic crisis. The development of
Surakarta cause of population growth decreases as the population migrates to the
peri-urban area of Surakarta City to live in formal housing peri-urban areas.
People living in peri-urban areas are the people who work in the city of
Surakarta.
Keywords : Development, City, Peri-Urban Areas, Formal Housing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1. Perkembangan Kota
Kota merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama
makin meluas. Konsentrasi penduduk tersebut menimbulkan kubutuhan
kuantitatif, misalnya kebutuhan perumahan, pendidikan, lapangan pekerjaan,
kesehatan, rekreasi, fasilitas pelayanan kota seperti air minum, listrik, angkutan
umum, komunikasi dan lain lain (Adisasmita:2005).
Perkembangan kota menurut Edger, M. Hoover (1977:85) dapat ditinjau
dari 3 hal yaitu perkembangan penduduk, kelengkapan fasilitas kota dan tingkat
investasi kota. Perkembangan penduduk menunjukkan pertumbuhan dan intensitas
kegiatan kota, kelengkapan fasilitas menunjukkan adanya tingkat pelayanan bagi
masyarakat kota, sedangkan tingkat investasi menunjukkan tingkat pertumbuhan
kota dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
Perkembangan kota dari penduduk, fasilitas dan investasi tersebut
menjadikan kota memiliki daya tarik yang kuat bagi pendatang pendatang dari
daerah pinggiran beraktivtas di pusat kota, selain itu perkembangan kota dapat
menjadi pendorong bagi kawasan kawasan di sekitarnya untuk berkembang
dalam rangka memenuhi kebutuhan kota tersebut, salah satunya di bidang
perumahan. Masyarakat di daerah pinggiran yang tertarik untuk beraktivitas di
kota karena merasa segala sesuatu yang ada di kota itu lebih baik, lebih
berkualitas bahkan lebih menjamin kesejahteraan ekonomi mereka. Hal tersebut
menyebabkan kota berkembang terlalu pesat yang menjadikan kota tersebut ramai
atau padat dalam segala hal seperti padat penduduk, bangunan maupun padat lalu
lintas. Kepadatan tersebut semakin meminimalkan ketersediaan lahan serta
menjadikan kota tersebut tidak nyaman untuk menjadi lokasi tempat tinggal bagi
masyarakat. Dengan demikian kota hanya menjadi konsentrasi berbagai kegiatan
masyarakat dan bukan sebagai tempat tinggal. Dimana tempat tinggal akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 15
cenderung berkembang ke daerah pinggiran kota yang dirasa masyarakat nyaman
untuk menjadi lokasi tempat tinggal.
Kota Jakarta menjadi salah satu contoh fenomena tersebut. Perdagangan
jasa, komunikasi, pendidikan, transportasi, pemerintahan, perekonomian dan
pariwisata berkembang pesat di Jakarta. Semua itu menjadi daya tarik yang sangat
kuat bagi para pendatang yang semakin tahun semakin bertambah. Kedatangan
migran tersebut menyebabkan penduduk yang beraktivitas di Kota Jakarta
semakin banyak. Akan tetapi Kota Jakarta tidak mampu melayani kebutuhan
hunian bagi para pendatang sehingga mereka harus mencari tempat tinggal di
daerah pinggiran Kota Jakarta yang menawarkan hunian yang terjangkau dan
nyaman bagi mereka. Kota Jakarta terlihat sangat padat disaat jam jam kerja,
tetapi dikala libur panjang tiba, Jakarta terlihat sebaliknya. Hal tersebut
dikarenakan Kota Jakarta hanya menjadi tempat bekerja, sekolah, berekreasi,
bahkan berbelanja sedangkan untuk tempat beristirahat berada di daerah pinggiran
Kota Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
1.1.2. Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-urban
Menurut Hadi Sabari Yunus (2005), daerah sekitar kota atau wilayah peri-
urban merupakan wilayah yang berada antara wilayah kekotaan dan wilayah
kedesaan. Identifikasi wilayah kekotaan dan kedesaan tersebut ditandai dengan
adanya penggunaan 100% lahan terbangun dan 100% lahan non terbangun yang
berbentuk lahan pertanian, disanalah wilayah peri-urban berada.
Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap manusia,
selain sandang dan pangan. Kebutuhan akan tempat tinggal berkembang semakin
kompleks, sejak manusia diciptakan kebutuhan perumahan berupa tempat untuk
berlindung, seiring dengan perkembangan peradaban manusia kebutuhan
perumahan meningkat menjadi aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan perumahan
masih sangat dasar ketika manusia pertama dan bukan menjadi permasalahan
yang sulit dipecahkan. Akan tetapi semakin lama kebutuhan perumahan menjadi
satu permasalahan yang akan terus ada selama lokasi tempat perumahan tersebut
semakin berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 16
Kebutuhan perumahan yang semakin berkembang dipenuhi dengan adanya
pembangunan perumahan formal dan non formal (swadaya). Perumahan yang
berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini dan tahun tahun ke depan adalah
perumahan formal. Perumahan formal merupakan perumahan yang dibangun oleh
badan usaha baik itu pengembang (badan usaha yang bergerak di bidang
perumahan) dan pemerintah (BUMN atau BUMD). Perkembangan perumahan
formal yang begitu pesat cenderung berkembang di wilayah peri-urban karena
keterbatasan lahan di pusat kota sehingga tidak dimungkinkannya terjadi
pembangunan kawasan atau bahkan lingkungan perumahan di pusat kota.
Menurut Yunus (2005:221), bertambahnya luas lahan permukiman merupakan
konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk baik alami maupun dari migrasi
di wilayah peri-urban. Penyebab utamanya adalah bertambahnya lahan
permukiman akibat bertambahnya bangunan rumah mukim yang dibangun oleh
perorangan dan bertambahnya lahan permukiman akibat bertambahnya kelompok
bangunan yang dibangun oleh para pengembang.
Dengan adanya kecenderungan tersebut dapat menjadi peluang yang dilihat
sangat baik untuk berinvestasi khususnya investasi di bidang perumahan oleh
developer developer pembangun perumahan. Para developer atau pengusaha
pengusaha pada umumnya sangat tertarik untuk memberikan penawaran bagi para
konsumen perumahan yakni hunian yang terjangkau baik dari segi kebutuhan
ruangan bagi keluarga, segi pembiayaan, segi kelengkapan sarana prasarana dan
tawaran tawaran lain yang mendukung perumahan tersebut. Tidak hanya
pengusaha atau developer besar yang menawarkan hunian hunian tersebut, tetapi
pengusaha pengusaha kecil yang hanya membangun beberapa unit rumah juga
ikut menawarkan hunian hunian baru bagi para konsumen.
1.1.3. Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-urban Kota
Surakarta
Perkembangan kota yang pesat seperti yang dialami Kota Jakarta mulai
terlihat di Kota Surakarta dan sekitarnya. Kota Surakarta merupakan pusat
pelayanan bagi daerah daerah di sekitarnya seperti Boyolali, Sukoharjo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 17
Wonogiri, Sragen dan Klaten. Kota Surakarta semakin berkembang dari tahun ke
tahun, kelengkapan sarana dan pembangunannya kian hari kian mampu memikat
masyarakat sekitar untuk datang ke Surakarta baik untuk bekerja, menuntut ilmu,
berobat maupun sekedar melepas rasa penat bekerja dengan berbelanja di pasar
pasar modern yang sedang berkembang di Kota Surakarta.
Dengan keadaan demikian Kota Surakarta akan sangat dimungkinkan
hanya menjadi pusat pelayanan jasa tetapi tidak mampu menjadi lokasi hunian
yang nyaman bagi masyarakat. Kota Surakarta dinilai terlalu padat (padat
penduduk, permukiman, lalu lintas) oleh masyarakat, terlalu rawan polusi (udara,
air, sosial) sampai harga lahan yang terlalu mahal. Pemilihan tempat tinggal akan
beralih ke wilayah peri-urban Kota Surakarta dengan berbagai alasan masyarakat
memilih rumah di daerah pinggiran Kota Surakarta.
Daerah pinggiran Kota Surakarta tersebut adalah wilayah peri-urban Kota
Surakarta yang dibatasi oleh batas administrasi Kabupaten Karanganyar yaitu
Kecamatan Jaten (timur), Gondangrejo (utara) dan Colomadu (barat) dan
Kabupaten Sukoharjo yaitu Kecamatan Mojolaban (tenggara), Kecamatan Grogol
(selatan) dan Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Baki (barat daya) dan
Kabupaten Boyolali di Kecamatan Ngemplak (barat laut). Wilayah peri-urban
Kota Surakarta sama sama berkembang di berbagai bidang dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat secara internal yakni masyarakat wilayah
tersebut dan secara eksternal yakni kebutuhan Kota Surakarta. Perkembangan di
bidang perumahan, perdagangan, jasa, transportasi, pariwisata, industri terdapat di
wilayah tersebut meskipun tidak semuanya berkembang pesat. Khusus untuk
bidang perumahan, pembangunan berkembang seimbang karena memiliki
kecenderungan yang sama. Persamaan yang terlihat dari kecenderungan tersebut
antara lain adanya pembangunan kelengkapan sarana prasarana pendukung
perumahan di wilayah peri-urban, selain itu juga dapat dilihat dari kegiatan
masyarakat sehari hari yang beraktivitas di pusat kota seperti aktivitas pendidikan
dan pekerjaan.
Perkembangan Kota Surakarta yang semakin pesat, dibarengi dengan
perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 18
dua hal yang saling berkaitan. Kota Surakarta dengan perkembangannya sebagai
pusat pelayanan bagi kawasan sekitarnya menjadikan Kota Surakarta daerah
tujuan untuk mencari kerja tetapi bukan menjadi daerah tujuan untuk bermukim.
Lokasi untuk bermukim yang ditawarkan adalah lokasi perumahan yang
berkembang di wilayah peri-urban sehingga pembangunan perumahan formal di
wilayah peri-urban terlihat lebih berkembang dari pada perkembangan perumahan
di Kota Surakarta tetapi untuk perdagangan, jasa, transportasi, pendidikan,
kesehatan masih lebih berkembang di Kota Surakarta sendiri. Dengan keadaan
demikian penduduk Kota Surakarta akan lebih memilih bermigrasi ke wilayah
peri-urban untuk mencari tempat tinggal yang nyaman, yang bebas polusi, bebas
dari hiruk pikuk kota dan tentunya mencari lokasi tempat tinggal yang lebih
nyaman dibandingkan dengan lokasi tempat tinggal di pusat Kota Surakarta.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Perumahan formal yang tumbuh di wilayah peri-urban suatu kota menjadi
penyedia dari kebutuhan perumahan yang muncul di pusat kota karena
perkembangan kota tersebut. Perkembangan kota dilihat dari aktivitas penduduk
dan kegiatan-kegiatan kota dari tahun per tahun menimbulkan kebutuhan rumah
kota yang dipenuhi di wilayah peri-urban. Demikian halnya dengan Kota
Surakarta, perkembangan Kota Surakarta sebagai pusat pelayananan perdagangan
dan jasa bagi seluruh wilayah Surakarta semakin meningkatkan kebutuhan akan
rumah kota. Kebutuhan tersebut dipenuhi di wilayah peri-urban Kota Surakarta
seiring dengan perkembangan kota yang semakin meluas sampai ke wilayah peri-
urban kota. Dengan demikian, rumusan masalah yang ditentukan peneliti adalah
Apakah perkembangan perumahan formal di daerah wilayah peri-urban
menjadi upaya pemenuhan kebutuhan perumahan Kota Surakarta?
1.3 TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengetahui perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 19
1.3.2 Sasaran Penelitian
Teridentifikasinya perkembangan dan kebutuhan perumahan Kota
Surakarta.
Teridentifikasinya perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban
Kota Surakarta.
Teridentifikasinya hubungan antara perkembangan perumahan formal di
wilayah peri-urban dan perkembangan Kota Surakarta.
1.3.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai perkembangan perumahan
formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan
mampu memberikan pengetahuan tentang peran wilayah peri-urban suatu kota
terhadap pusat kota dalam pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat.
Diharapkan pula bisa menjadi rekomendasi dalam pengembangan perumahan
yang lebih baik.
1.4 BATASAN PENELITIAN
1.4.1 Batasan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah perumahan formal yang ada di wilayah peri-urban Kota
Surakarta. Pemilihan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta
karena perkembangan perumahan formal yang semakin menjamur di berbagai
wilayah peri-urban Kota Surakarta.
1.4.2 Batasan Waktu Penelitian
Waktu penelitian terkait kebutuhan data yang dicari dibatasi dalam jangka waktu
pasca krisis moneter tahun 1999 sampai dengan saat ini. Krisis ekonomi tahun
1998 berdampak pada perkembangan properti di Indonesia termasuk juga Kota
Surakarta dan wilayah peri-urban Kota Surakarta. Oleh karena itu perkembangan
perumahan formal yang diteliti dalam penelitian ini dimulai tahun 1999 sampai
dengan tahun 2009. Dengan pemilihan rentang waktu tersebut dapat dilihat
perkembangan perumahan formal pasca krisis ekonomi sehingga dapat diketahui
pula waktu kebangkitan bisnis property pasca krisis ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 20
Peta admin Kota solo dan wpu nya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 21
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Pada tahap pertama penelitian adalah penyusunan proposal penelitian yang
berisi tentang latar belakang penelitian tersebut dipilih sampai ke sasaran
sasaran yang diambil dalam penelitian tersebut. Dijelaskan pula batasan batasan
penelitian seperti batasan lokasi, waktu sampai pembahasan berikut dengan alasan
alasan yang mendasari penentuan batasan batasan tersebut.
Pada tahap kedua, terdapat eksplorasi pustaka yang meliputi teori beserta
dengan kebijakan kebijakan maupun peraturan peraturan yang digunakan
dalam analisis penelitian. Teori beserta dengan kebijakan yang dimaksud antara
lain tentang perkembangan kota dan perkembangan perumahan. Untuk
perkembangan perumahan dilengkapi dengan syarat syarat pembangunan
perumahan.
Tahap ketiga dalam penelitian ini dirumuskan metode metode untuk
melaksanakan penelitian dari metode pengumpulan data, pengambilan populasi
dan sampel, metode analisis sampai sintesa yang disusun untuk menjawab sasaran
penelitian dalam mengidentifikasi perkembangan perumahan formal di wilayah
peri-urban baik dari segi kuantitas hunian dan kelengkapan sarana prasarana
pendukung perumahan hingga mampu menjawab perkembangan perumahan
formal tersebut dalam memenuhi kebutuhan hunian di Kota Surakarta.
Tahap selanjutnya adalah penyusunan hasil penelitian yang berisi kompilasi
data hasil dari data primer maupun data sekunder terkait perkembangan
perumahan formal tersebut. Data data yang disusun seperti data pembangunan
perumahan formal, penyediaan sarana prasarana pendukung perumahan di
wilayah peri-urban sampai dengan jumlah penduduk dan ketersediaan rumah di
Kota Surakarta.
Pada tahap selanjutnya akan disajikan pembahasan hasil penelitian.
Pembahasan didasarkan pada integrasi antara tinjauan pustaka dengan hasil
penelitian yang didapat dari tahap sebelumnya. Pembahasan ini dilakukan untuk
mengetahui lebih mendalam mengenai perkembangan perumahan formal di
wilayah peri-urban Kota Surakarta dan perkembangan Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN 22
Di akhir penelitian terdapat kesimpulan. Kesimpulan berisi ringkasan dari
hasil penelitian yang memuat jawaban-jawaban dari sasaran penelitian, sekaligus
saran atau masukan bagi perkembangan perumahan formal lainnya sehingga dapat
berkembang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA PERKEMBANGAN KOTA DAN
PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN
2.1 Perkembangan Kota dan Wilayah Peri-Urban
2.1.1 Perkembangan Kota
Kota adalah permukiman dan kegiatan penduduk yang dicirikan oleh
batasan administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta didominasi
oleh kegiatan produktif bukan pertanian (SNI 03-1733-2004). Menurut Budiharjo
(1996:11) kota merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia yang paling rumit
dan muskil sepanjang sejarah.
Kota merupakan pusat perkembangan dalam suatu wilayah dimana pusat
kota tumbuh dan berkembang lebih pesat dibandingkan dengan daerah
sekelilingnya. (Edger, M. Hoover, 1977:85). Kota merupakan suatu permukiman
yang relatif besar, padat dan permanen, dengan penduduk yang heterogen
kedudukan sosialnya (Daljoeni, 1998:28).
Perkembangan kota dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi oleh faktor
manusia, faktor kegiatan manusia dan faktor pola pergerakan manusia antar pusat
kegiatan (Sutarjo, 1996:81). Secara teoritis terdapat tiga cara perkembangan kota
(Zahnd, 1994:8) :
Perkembangan horizontal, artinya daerah bertambah sedangkan ketinggian
bangunan dan intensitas lahan terbangun tetap sama
Perkembangan vertical, artinya daerah pembangunan dan kualitas lahan
terbangun sama sedangkan ketinggian bertambah
Perkembangan interstial, artinya daerah dan ketinggian bangunan bangunan
rata tetap sama sedangkan kuantitas lahan terbangun bertambah.
Pada umumnya suatu kota tumbuh dan berkembang karena kegiatan
penduduknya, perkembangan kota dapat ditinjau dari beberapa aspek yang dapat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 11
Perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan intensitas
kegiatan kota
Kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukkan adanya
tingkat pelayanan bagi masyarakatnya.
Tingkat investasi kota dimana hasilnya dapat menunjukkan tingkat
pertumbuhan kota yang dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
Perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan
intensitas kegiatan kota. Jumlah penduduk di daerah perkotaan menunjukkan
perkembangan yang makin meningkat karena daerah perkotaan mempunyai daya
tarik yang kuat yaitu menjanjikan kesempatan kerja yang lebih luas, pendapatan
yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam.
(Adisasmita, 2005).
Kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukkan
adanya tingkat pelayanan bagi masyarakatnya. Penyediaan sarana prasarana
perkotaan diarahkan pada penyelenggaraan fungsi kota dan yang utama adalah
pengadaan tempat tinggal, tempat bekerja, transportasi dan rekreasi. Ketersediaan
sarana prasarana perkotaan ternyata tidak mampu mengimbangi kebutuhan karena
lahan perkotaan semakin terbatas sedangkan perkembangan di daerah perkotaan
berlangsing semakin pesat. (Adisasmita, 2005).
Tingkat investasi kota dimana hasilnya dapat menunjukkan tingkat
pertumbuhan kota yang dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Jika
karakter fisik kota sudah semakin kompleks, maka faktor ekonomi sangat
menentukan perkembangan kota. (Richardson, 1978). Peranan faktor ekonomi
perkotaan menyebabkan suatu kota berkembang dengan cepat dibanding kota
lainnya. (Chapin, 1972).
Kota merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama
makin meluas. Umumnya konsentrasi permukiman penduduk di daerah perkotaan
sangat tinggi kepadatannya dibandingkan dengan daerah perdesaan. Konsentrasi
penduduk tersebut menimbulkan kebutuhan kuantitatif seperti perumahan,
pendidikan, lapangan pekerjaan, kesehatan, rekreasi, fasilitas pelayanan kota
seperti air minum, listrik, angkutan umum, komunikasi dan lain lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 12
Perkembangan kota mencakup kegiatan pembangunan dan perkembangan kota itu
sendiri untuk meningkatkan pelayanan dan perbaikan kondisi permukiman bagi
penduduknya. Di samping itu juga mencakup kegiatan pelayanan bagi kawasan
ekonomi yang dilayaninya (hinterland). Jadi dapat dikatakan bahwa
perkembangan kota erat hubungannya dengan jumlah dan kepentingan
penduduknya. (Adisasmita, 2005).
2.1.2 Perkembangan Wilayah Peri-Urban
Wilayah peri urban adalah suatu lahan kedesaan yang di dalamnya sudah
muncul gejala kekotaan dimana lahan kedesaan tersebut sebenarnya belum
masanya berubah menjadi lahan kekotaan, namun karena suatu keadaan yang
terpaksa dalam tanda petik, lahan terbseut telah berubah menjadi lahan kekotaan.
(Singh, 1967 dalam Yunus, 2008).
Pada tahun yang sama menurut Dickinson dalam Yunus, 2008
menyatakan bahwa wilayah peri urban sebagai suatu daerah kedesaan yang di
dalamnya telah terjadi pembangunan pembangunan perumahan, industri industri,
perkantoran perkantoran yang bersifat kekotaan. Permukiman yang dibangun
bukan untuk petani, namun mereka yang bekerja di kota. Demikian pula dengan
industri, kompleks perkantoran, pendidikan dan lain sebagainya mempunyai
orientasi pemanfaatan ke sektor kekotaan.
Daerah sekitar kota atau wilayah Peri Urban merupakan wilayah yang
berada antara wilayah kekotaan dan wilayah kedesaan. Identifikasi wilayah Peri
Urban memang diidentifikasi dari dimensi fisikal karena dari dimensi non fisikal
sulit untuk diidentifikasi. Dari segi fisik morfologi wilayah kekotaan adalah suatu
wilayah yang didominasi pada penggunaan lahan non pertanian sedangkan untuk
wilayah kedesaan didominasi pada penggunaan lahan pertanian. Untuk
memudahkan identifikasi wilayahnya, WPU dapat dikenali dari batas terluar lahan
terbangun suatu kota yang kompak dengan lahan kekotaan utama dan ditandai
oleh 100% kenampakan pemanfaatan lahan non agraris sampai ke wilayah yang
100% pemanfaatannya adalah lahan agraris. Disanalah WPU berada dimana di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 13
dalamnya terdapat percampuran bentuk pemanfaatan lahan kekotaan di satu sisi
dan lahan non agraris di sisi lain. (Yunus, 2008 : 11)
2.1.3 Aktivitas Masyarakat di Wilayah Peri-Urban terhadap Pusat Kota
Di bagian wilayah peri urban khususnya yang terletak dekat dengan lahan
kekotaan terbangun merupakan sasaran pendatang pendatang baru untuk
bertempat tinggal, baik pendatang dari bagian dalam kota maupun pendatang dari
bagian yang lebih jauh dari itu. Makin dekat dengan lahan terbangun, makin
banyak jumlah pendatang. Bagi migran yang berasal dari dalam kota, wilayah peri
urban merupakan daerah yang menarik untuk menjadi tempat tinggal karena
menawarkan tingkat kenyamanan dan privacy yang tinggi. Sementara itu bagi
migran luar kota, wilayah peri urban adalah lokasi yang tepat untuk memperoleh
lokasi tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. (Yunus, 2008)
spasial horizontal utama yang berpengaruh dalam perkembangan wilayah peri
urban, tiga kekuatan tersebut antara lain
Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan kekuatan yang menyebabkan terjadinya
gerakan sentrifugal gerakan. Gerakan sentrifugal adalah gerakan penduduk dan
fungsi fungsi yang berasal dari bagian dalam suatu wilayah menuju ke bagian
luarnya.
o Kekuatan pendorong gerakan sentrifugal dari pusat kota, antara lain
tingginya kepadatan penduduk
tingginya kepadatan permukiman
tingginya polusi udara, air dan sosial
tingginya tingkat kriminalitas
banyaknya peraturan peraturan yang mengikat
tingginya kepadatan dan frekuensi kemacetan lalu lintas
kurang dan tingginya harga lahan
tingginya suhu udara
kurang terjaminnya privacy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 14
o Kekuatan penarik gerakan sentirfugal dari pinggiran kota, antara lain :
rendahnya kepadatan penduduk
rendahnya kepadatan permukiman
rendahnya polusi udara, air dan sosial
rendahnya tingkat kriminalitas
sedikitnya peraturan peraturan yang mengikat
rendahnya kepadatan dan frekuensi kemacetan lalu lintas
banyak dan rendahnya harga lahan
rendahnya suhu udara
lebih terjaminnya privacy
Kekuatan sentripetal adalah kekuatan kekuatan yang mengakibatkan gerakan
penduduk dan atau fungsi fungsi yang berasal dari bagian luar kota menuju ke
bagian dalamnya.
o Kekuatan pendorong gerakan sentripetal, antara lain
kurangnya fasilitas kehidupan (sosial, ekonomi)
kurang terjaminnya keamanan
rendahnya penghasilan
rendahnya prestige
rendahnya aksesibilitas
rendahnya kesempatan kerja
jauhnya dari kersempatan kerja
o Kekuatan penarik gerakan sentripetal, antara lain :
banyaknya fasilitas kehidupan (sosial, ekonomi)
lebih terjaminnya keamanan
tingginya penghasilan
tingginya prestige
tingginya aksesibilitas
banyaknya kesempatan kerja
dekatnya dari kersempatan kerja
Kekuatan lateral adalah kekuatan yang mengakibatkan gerakan lateral
penduduk dan atau fungsi yang berlangsung di dalam satu subzona yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 15
dan mempunyai jarak ke lahan terbangun utama maupun ke pusat kota yang
relatif sama.
o Kekuatan pendorong gerakan lateral
keberadaan peraturan / kebijakan keruangan tertentu yang tidak
memberikan kenyamanan bertempat tinggal atau menghambat kegiatan
keberadaan fasilitas permukiman yang kurang
kondisi fisiografi mikro / makro yang menyulitkan / menghambat
kegiatan / tidak memberikan kenyamanan untuk bertempat tinggal
kondisi aksesibilitas fisik atau non fisik yang tidak memberikan suasana
kondusif baik untuk tempat tinggal maupun untuk melaksanakan
kegiatan.
kondisi sosial budaya yang tidak memberikan kenyamanan bertempat
tinggal atau menghambat kegiatan.
o Kekuatan penarik gerakan lateral
keberadaan peraturan / kebijakan keruangan tertentu yang dianggap akan
memberikan kenyamanan bertempat tinggal atau memperlancar
kegiatan.
keberadaan fasilitas permukiman maupun fasilitas pendukung kegiatan
yang dianggap cukup.
kondisi fisiografi mikro / makro yang memberikan kemudahan dalam
melaksanakan kegiatan / memberikan kenyamanan untuk bertempat
tinggal.
kondisi aksesibilitas fisik atau non fisik yang memberikan suasana
kondusif baik untuk tempat tinggal maupun untuk melaksanakan
kegiatan.
kondisi sosial budaya yang memberikan kenyamanan bertempat tinggal
atau memperlancar kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 16
2.2 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban
2.2.1 Pengertian Perumahan Formal
Perumahan terbagi atas perumahan formal dan non formal. Menurut
Deputi Bidang Perumahan, Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun
oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan.
Pengertian perumahan yang ada di dalam Undang Undang Nomor 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menjelaskan bahwa
perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Menurut
Charles Abrams melalui Kuswartojo (2005:3) Perumahan bukan hanya lindungan,
tetapi merupakan bagian dari kehidupan komunitas dan keseluruhan lingkungan
sosial. Perumahan sesungguhnya berkaitan erat dengan industrialisasi, aktivitas
ekonomi dan pembangunan. Keberadaan perumahan juga ditentukan oleh
perubahan sosial, ketidakmatangan saran hukum, politik dan administrasi serta
berkaitan pula dengan kebutuhan akan pendidikan. Perumahan juga menghadapi
persoalan penempatan peranan pihak swasta, peranan pemerintah, pembiayaan
dan kebijakan transportasi.
White dalam Chatanese dan Snyder (1992:391) menjelaskan secara
tradisional perumahan adalah tempat berlindung, tetapi secara modern selain
digunakan sebagai tempat berlindung perumahan juga digunakan sebagai tempat
melayani berbagai kebutuhan seperti memasak, makan, bekerja, tidur dan rekreasi.
Perumahan merupakan tempat bermukim dan pintu masuk ke dunia yang
menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.
Yudohusodo (1991:6) menyatakan bahwa perumahan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang sifatnya struktural, merupakan bagian dari
peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu
pembangunan perumahan bukan hanya berupaya untuk mencapai sasaran
kuantitatif saja tetapi juga yang sangat penting adalah memperhatikan pencapaian
sasaran kualitatif berupa aspek peningkatan sosial ekonomi penghuni pasca
pembangunan perumahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 17
2.2.2 Syarat Pembangunan Perumahan Formal
Dalam membangun perumahan diperlukan persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan-ketentuan pemerintah maupun teori-teori
yang ada. Menurut Sastra dan Marlina (2005:25), peraturan-peraturan dan arahan
dalam membangun perumahan antara lain :
Tuntutan kesesuaian peruntukan lahan, dibutuhkan untuk menjamin terciptanya
daya dukung lingkungan yang optimal. Semua pembangunan harus disesuaikan
dengan peruntukan lahannya, tidak hanya perumahan tetapi juga untuk
perdagangan, industri dan lain-lain.
Konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, dilakukan untuk
mendukung daya dukung lingkungan.
Konsep pola hunian 1 : 3 : 6, yang merupakan konsep wajib dari pemerintah
bagi pihak pengembang yang akan membangun proyek hunian berskala kota
dalam satu lokasi yaitu membangun hunian dengan perbandingan satu rumah
mewah, tiga rumah menengah dan enam rumah sederhana dan sangat
sederhana.
Konsep bangunan 60% : 40%, merupakan peraturan yang harus dipenuhi
pengembang yaitu membagi daerah antara luasan hunian sebesar 60% dan
luasan wilayah terbuka sebesar 40%.
Rencana sarana dan prasarana perumahan, syarat yang harus dipenuhi oleh
pengembang sesuai dengan klasifikasi perumahan yang dibangun agar
keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Legalitas perusahaan, sangat dibutuhkan bagi para pengembang yang akan
membangun perumahan di suatu kawasan. Pengembang secara yuridis harus
berbadan hukum untuk menjamin kelancaran operasional perusahaan,
menjamin kewajiban dan tanggungjawab perusahaan terhadap konsumen.
Perizinan proyek, merupakan kewajiban lain yang harus ditaati pengembang,
yang meliputi izin penggunaan dan peruntukan tanah (IPPT), izin penetapan
lokasi (IPL), pengajuan dan pengesahan site plan, izin mendirikan bangunan
(IMB) dan pengesahan sertifikat tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 18
Peraturan lainnya adalah peraturan berdasarkan Petunjuk Rencana
Kawasan Perumahan Kota yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum
Tahun 1987, kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan dasar untuk
pengembangan kota, yakni :
Aksesibilitas dimaksudkan sebagai kemungkinan pencapaian dari dan ke
kawasan perumahan dalam bentuk jalan dan transportasi
Kompatibilitas dimaksudkan sebagai keserasian dan keterpaduan antara
kawasan yang menjadi lingkungannya
Fleksibilitas dimaksudkan sebagai kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran
kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan
keterpaduan prasarana
Ekologi dimaksudkan sebagai keterpaduan antara tata kegiatan alam yang
mewadahinya.
Sedangkan prasarana dan sarana yang perlu disediakan dalam suatu
lingkungan perumahan adalah :
Tabel 2.1. Prasarana dan Sarana dalam Suatu Lingkungan Perumahan Prasarana Sarana
Air bersih dan listrik Pembuangan air hujan dan air
kotor (limbah) Jalan lingkungan Pembuangan sampah
Pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum
Kesehatan, meliputi Balai Pengobatan, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas, Praktek Doktes dan Apotik
Perniagaan dan industry Pemerintahan dan pelayanan
umum Kebudayaan dan rekreasi Peribadatan Olahraga dan taman
Sumber : DPU : Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, 1987
2.2.3 Pemilihan Lokasi Perumahan Formal
Beberapa hal yang terdapat pada sistem permintaan perumahan (Sastra, 2005:78)
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 19
Kebutuhan
Kebutuhan akan perumahan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat
obyektif, sama untuk semua orang. Tingkat intensitas dan arti penting
kebutuhan perumahan menurut Maslow dimulai dari yang terbawah sebagai
berikut :
o Rumah memberikan perlindungan terhadap gangguan alam dan binatang,
berfungsi sebagai tempat istirahat, tidur dan pemenuhan fungsi badani.
o Rumah harus bisa menciptakan rasa aman, sebagai tempat menjalankan
kegiatan ritual, penyimpanan harta milik yang berharga, menjamin hak
pribadi.
o Rumah memberikan peluang untuk interaksi dan aktivitas komunikasi yang
akrab dengan lingkungan sekitar.
o Rumah memberikan peluang untuk tumbuhnya harga diri
o Rumah sebagai aktualisasi diri dalam bentuk pewadahan kreativitas dan
pemberian makna bagi kehidupan yang pribadi.
Permintaan
Permintaan akan perumahan merupakan kebutuhan khusus yang bersifat
subyektif dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Permintaan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
o Kondisi sosial
Pola hidup sehari hari suatu masyarakat akan membentuk karakter tertentu
yang dapat mempengaruhi cara pandang seseorang yang pada akhirnya akan
sangat mempengaruhi pertimbangan pertimbangannya dalam memilih
lokasi dan lingkungan sosial untuk huniannya.
o Kondisi ekonomi
Lokasi, ukuran bangunan serta kualitas bangunan sangat berpengaruh
terhadap nilai ekonomi sebuah bangunan. Pembelian sebuah rumah selalu
didasarkan pada aspek tersbeut bila ditinjau dari kondisi ekonomi pembeli.
o Kondisi budaya
Latar belakang budaya masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap pemilihan terhadap hunian. Budaya berpengaruh terhadap pola dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 20
cara hidup, pola dan cara berfikir serta adat kebiasaan yang dianut
masyarakat.
Perasaan membutuhkan
Perasaan membutuhkan harus diimbangi dengan kemampuan dan keinginan
untuk memiliki, menyewa dan menumpang. Untuk memenuhi kebutuhan
perumahan ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
o swasta (pengembang)
o demand (permintaan), merupakan animo permintaan masyarakat yang
biasanya selali menunjukkan supply (penawaran), merupakan kemampuan
penyedia rumah yang realisasinya dilakukan oleh pemerintah bekerjasama
dengan pihak angka yang lebih tinggi disbanding tingkat penawaran yang
ada (supply).
Dalam melakukan pembelian rumah, masing-masing pembeli mempunyai selera
yang berbeda-beda dalam menentukan tempat huniannya. Cahyana dan
Sudaryatmo (2002. p.6l) menjelaskan, fitur-fitur umum yang diinginkan antara
lain:
Lokasi aksesibel
Lokasi yang aksesibel memungkinkan seseorang mudah menjangkau tempat
lain, mtsalnya tempat kerja. Kalau terpenuhi maka akan tercipta kenyamanan
karena waktu di perjalanan ke dan dari ke tempat kerja menjadi lebih singkat.
Ruang standar
Kebutuhan ini tergantung pada jumlah anggota keluarga. Semakin besar jumlah
anggota keluarga maka semakin besar ruang yang dibutuhkan. Standar WHO
menetapkan satu orang membutuhkan ruang 10 meter persegi
Ruang tambahan
Selain untuk kebutuhan anggota keluarga dalam membeli rumah ada
kemungkinan diperlukan ruang lain untuk pembantu rumah tangga atau ruang
lidur tambahan untuk tamu
Fasilitas
Fasilitas ini mencakup kebutuhan sosial dan rekreasi, seperti kolam renang,
lapangana tennis, atau ruang rekreasi lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 21
Prestise
Banyak orang memilih tinggal di jenis hunian atau lokasi tertentu karena alasan
psikologis. Hal ini berkaitan dengan fungsi sosial rumah sebagai simbol status
dan ukuran kemakmuran seseorang
Posisi
Di lokasi yang sama, setiap orang memiliki keinginan khusus dalam
menentukan pilihan huniannnya, misalnya yang kena sinar matahari secara
langsung, memiliki pemandangan tertentu. serta menghadap arah mata angin
tertentu yang kadang dikaitkan dengan fengshui.
Disamping faktor - faktor diatas, ada beberapa faktor yang umumnya diperhatikan
oleh konsumen dalam membeli rumah di perumahan. (Astudio,2006), yaitu:
Harga
Harga sebuah rumah selalu berbanding lurus dengan fasilitas didalam dan
diluar rumah yang dikembangkan oleh pengembang. Bila fasilitas-fasilitasnya
lengkap, tentu saja harganya lebih mahal. Biasanya, lokasi juga menentukan
harga rumah. Harga properti menurut Wurtzebach dan Miles (1993) adalah
sejumlah uang yang dibayarkan, diminta, atau ditawarkan untuk kepemilikan
sebuah properti, yang dalam penelitian ini berupa rumah maupun kavling.
Karena kemampuan finansial, motivasi, atau kepentingan khusus dari seorang
penjual atau pembeli, harga yang dibayarkan atas sebuah properti dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai properti yang bersangkutan.
Meskipun demikian, harga biasanya merupakan indikasi atas nilai dari properti
oleh pembeli tertentu dan penjual tertentu dalam kondisi yang tertentu pula.
Lokasi
Lokasi perumahan juga faktor penting dalam pemilihan rumah yang akan dibeli
oleh calon. Lokasi menurut Dasso dan Ring (1989) adalah suatu ketetapan dan
menyangkut hubungan dengan suatu properti Lokasi yang lebih prestisius atau
strategis menuntul harga yang lebih mahal, namun demikian itu bukanlah
masalah bagi sebagian orang bila mereka memang mempunyai cukup uang.
Kau dan Sirmans (1985) menjelaskan lokasi yang tepat untuk hunian maupun
komersial sangatlah penting, karena dengan memilih lokasi yang tepat maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 22
pemilik mengharapkan kenaikan nilai propertinya. Pemilihan lokasi properti
yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan nilai dan potensi jual di masa
mendatang. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
lokasi yang strategis adalah:
o Demographics, yaitu jumlah penduduk yang tinggal di sekitar perumahan
o Pendapatan rata-rata masyarakat yang tinggal di sekitar perumahan
o Pertumbuhan penduduk di sekitar perumahan
o Convenience, yaitu lokasi yang mudah dijangkau
o Accessibility yaitu lokasi dapat dicapai dengan sarana transportasi yang ada
o Visibility, yaitu lokasi tersebut mudah dilihat
Desain
Desain adalah salah satu faktor penting dalam pengembangan sebuah
perumahan. Pada saat ini banyak sekali perumahan yang dibangun dengan
sebuah tenia atau beberapa tema sekaligus. Sebut saja tenia kampung bali, tema
eropa, tenia minimalis, tema mediterania, tema tradisional jawa dan
sebagainya.
Fasilitas
Fasilitas apa saja yang ada dalam perumahan yang ditawarkan pengembang.
Adapun fasilitas-fasilitasnya adalah:
o Berapa lebar jalan, maksudnya lebar jalan dan kondisi jalan di depan rumah
merupakan hal yang cukup penting dan diperhatikan oleh calon pembeli.
Disini terkandung pengertian bahwa kenyamanan itu penting dan bukan hal
yang bisa disepelekan. Lebar jalan bisa dikategorikan sebagai jalan kelas I
(bila lebamya tidak kurang dari 50 meter), jalan kelas 2 (bila lebarnya
antara 30 - 50 meter), jalan kelas 3 (bila lebarnya antara 12-30 meter), dan
jalan kelas empat (bila lebarnya kurang dari 12 meter). Kriteria ini bisa
sangat bervariasi tergantung dari tipe perumahan, kota, dan peruntukan
golongan ekonomi yang mana sebuah perumahan dibangun. Semakin lebar
jalan, maka semakin leluasa dan lega perasaan penghuni.
o Keamanan, maksudnya keamanan lingkungan semakin diperhatikan sejalan
dengan kesuksesan seseorang. Apalagi pada masa sekarang ini, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 23
keamanan dikota-kota besar semakin berkurang dan tingkat kejahatan
semakin tinggi. Sistem keamanan terpadu dalam sebuah perumahan adalah
ha! yang sangat penting untuk dikembangkan.
o Fasilitas penunjang kenyamanan dan kemudahan lain seperti pertokoan,
pusat kebugaran, arena olahraga, rekreasi dan sebagainya. Semakin tinggi
kualitas dan kuantitas fasilitas kenyamanan dan kemudahan ini, semakin
tinggi pula nilai jual dan lingkungan sebuah perumahan.
o Fasilitas didalam rumah, maksudnya fasilitas dalam rumah seperti berapa
jumlah kamar mandi, kamar tidur, serta ruang-ruang dan kelengkapan
seperti kolam renang, kolam ikan dan lain-lain patut juga dipertimbangkan
dalam desain sebuah rumah untuk meningkatkan kualitasnya.
2.2.4 Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban
Menurut Yunus (2005), dampak transformasi spasial terhadap lahan
permukiman salah satunya adalah pertambahan luas lahan permukiman. Hal
tersebut sangat erat kaitannya dengan gejala pertambahan jumlah penduduk di
wilayah peri-urban. Bagian wilayah peri-urban yang terletak dekat dengan lahan
kekotaan terbangun merupakan sasaran pendatang pendatang baru untuk
bertempat tinggal, baik pendatang dari bagian dalam kota maupun pendatang dari
bagian yang lebih jauh dari itu. Bertambahnya luas lahan permukiman, ada dua
hal yang merupakan penyebab utamanya, yaitu bertambahnya permukiman yang
dibangun perorangan dan permukiman yang dibangun oleh pengembang.
Pembangunan permukiman yang dibangun perorangan hanya
membutuhkan areal yang sempit dan bersifat sporadis, proses pembangunan
berlangsung dalam waktu yang menerus. Sedangkan untuk permukiman yang
dibangun oleh developer membutuhkan areal yang lebih luas dalam satuan yang
kompak dan berlangsung dalam waktu yang relatif singkat.
Indikator perkembangan lokasi perumahan adalah kondisi-kondisi lokasi
yang dapat diukur obyektif. Dalam pengertian yang luas, lokasi perumahan dapat
dianggap sebagai segala sesuatu di luar diri manusia (orang). Indikator
perkembangan lokasi perumahan antara lain adalah : (Lester W. Milbrath. 1979)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 24
jumlah rumah
luas lokasi perumahan
supply dan demand perumahan
luas lokasi pertanian yang beruban fungsi
pola perkembangan lokasi perumahan
2.3 Variabel Penelitian
Menurut (Masyhuri dan Zainuddin, 2008) mengatakan bahwa variabel
adalah konsep yang mempunyai nilai, sesuatu yang berubah ubah atau tidak
tetap, dapat juga diartikan sebagai konsep dalam bentuk kongkrit atau bentuk
operasional. Guna mengoperasionalkannya, maka variabel harus dijelaskan
parameter atau indikatornya.
Di dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel Perkembangan
Kota Surakarta dan variabel Perkembangan Perumahan Formal Wilayah Peri
Urban. Untuk setiap variabel dijelaskan dalam setiap indikator, seperti pada tabel
di bawah ini :
Tabel 2.2. Indikator Penelitian No Indikator Keterangan Sumber Perkembangan Kota Surakarta 1 Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk suatu kota
menunjukkan perkembangan dan intensitas kegiatan kota karena penduduk merupakan pelaku dari sebuah kegiatan. Dimana pertumbuhan yang tinggi akan berdampak pada kebutuhan perumahan yang semakin tinggi pula.
Sastra dan Marlina, 2005
2 Pertumbuhan Perumahan
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan jumlah rumah di kota. Identifikasi pertumbuhan perumahan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan rumah dalam suatu kota dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk yang ada. Kebutuhan perumahan kota mengindikasikan adanya demand perumahan.
Sastra dan Marlina, 2005 Lester, 1979
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 25
3 Penggunaan Lahan Perkembangan suatu kota dilihat dari luas penggunaan lahan terbangun dan non terbangun, luas lahan tiap sektor kegiatan kota sehingga didapatkan pola perkembangan kota dan sektor yang berkembang di kota tersebut.
Zahnd, 1994 Adisasmita, 2005
Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban 1. Pertumbuhan jumlah
perumahan Pertumbuhan jumlah perumahan di wilayah peri urban dipengaruhi oleh seberapa besar permintaan dari masyarakat dan penawaran dari pihak pembangun. Pembangunan unit rumah merupakan supply perumahan yang disediakan. Dengan besaran jumlah unit rumah yang dibangun, besaran supply rumah dan luasan lokasi perumahan yang dibangun dapat menjadi indikator perkembangan perumahan formal di suatu lokasi.
Sastra dan Marlina, 2005 Yunus, 2008 Lester, 1979.
2. Pemilihan Lokasi Perumahan
Perkembangan perumahan juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan calon konsumen perumahan yang didasarkan pada kelebihan yang dimiliki perumahan tersebut sehingga semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk tinggal di suatu perumahan, semakin berkembang perumahan tersebut.
Sastra dan Marlina, 2005 Cahyana, 2002 Astudio, 2006
Sumber : Analisis Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PUSTAKA 26
KERANGKA PIKIR
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Perkembangan WPU Perkembangan Kota
Ekonomi Sarana prasarana Penduduk
Pertumbuhan jumlah pekerja kota
Kebutuhan rumah kota meningkat
Penggunaan lahan kota meningkat, harga lahan semakin mahal
Kepadatan penduduk dan bangunan meningkat
Kota semakin ramai, kota menjadi tidak nyaman untuk lokasi tempat tinggal
Pemilihan lokasi perumahan di WPU
Perumahan formal di WPU dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah kota
Ekonomi Sarana prasarana Penduduk
Perumahan
Perumahan Formal
Perumahan Non Formal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 27
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.
Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian,
sedangkan prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik
penelitian membicarakan alat alat yang digunakan dalam mengukur atau
mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi
prosedur dan teknik penelitian. (Hasan, 2002)
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
an
dengan penghitungan jumlah pembangunan perumahan beserta dengan kebutuhan
sarana prasarana di wilayah peri urban Kota Surakarta untuk memenuhi
kebutuhan perumahan di Kota Surakarta seiring dengan pertumbuhan penduduk di
Kota Surakarta.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya
pada data data angka yang diolah secara statitiska. Dengan penelitian ini akan
dihasilkan signifikansi perbedaan antar kelompok dan hubungan antar variabel.
Dalam penelitian kuantitatif diupayakan analisis menggunakan ukuran frekuensi
symbol atau atribut atau menggunakan bilangan angka agar mengandung makna
yang lebih tepat daripada menggunakan kata kata, lebih, kurang, lebih kurang,
bertambah, berkurang dan lain lain. (Sudjana, 2001).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau
uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek
yang diteliti. Penelitian deskriptif sekurang kurangnya terdapat satu variable atau
lebih yang harus diuraikan secara rinci satu per satu dari setiap variable
(Kountur:2004, 53). Dengan penelitian deskriptif ini akan dicapai suatu uraian
dari pengolahan data yang menggambarkan dan menjelaskan perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 28
perumahan formal di lokasi penelitian untuk mencukupi kebutuhan rumah di Kota
Surakarta.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008). Di dalam
sebuah penelitian, peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang ada
dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Oleh karena itu dibutuhkan
adanya pemilihan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2008).
Terdapat dua populasi dalam penelitian ini, yaitu populasi untuk lokasi
penelitian dan populasi masyarakat yang tinggal di lokasi penelitian. Populasi
untuk lokasi penelitian adalah semua perumahan formal dibangun di wilayah peri-
urban Kota Surakarta sedangkan populasi masyarakatnya adalah masyarakat yang
tinggal di masing-masing perumahan formal tersebut.
3.2.2 Sampel
Sampel Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel lokasi penelitian (area sampling) adalah dengan
menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan menggunakan purposive
sampling didasarkan pada sifat-sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi.
Pengambilan sampel lokasi dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Populasi lokasi penelitian adalah seluruh wilayah peri urban Kota Surakarta
yang terdiri dari beberapa kabupaten, yakni Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali. Populasi lokasi penelitian memang tidak
dibatasi secara admistratif karena batasan wilayah yang termasuk dalam wilayah
peri-urban tidak dibatasi secara administratif melainkan batas fisik penggunaan
lahan dalam wilayah tersebut. Akan tetapi untuk memudahkan proses penelitian
dalam rangka penentuan sampel lokasi penelitian beserta dengan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 29
pengambilan data, maka populasi lokasi penelitian menggunakan batas
administrasi wilayah.
Populasi lokasi penelitian yaitu seluruh wilayah peri-urban Kota Surakarta
dimana di dalam seluruh wilayah tersebut telah berkembang beberapa perumahan
formal. Perumahan formal yang terlihat berkembang pesat di wilayah peri-urban
Kota Surakarta diantaranya adalah di Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar,
dimana di kedua kabupaten tersebut berkembang dengan beberapa persamaan dan
perbedaan.
Di keduanya sama sama berkembang perumahan formal dengan
kelengkapan sarana prasarana pendukung perumahan, dengan peruntukan hunian
masyarakat yang beraktivitas di Kota Surakarta. Akan tetapi bila diamati lebih
lanjut dalam pengamatan pra penelitian, terlihat adanya perbedaan dalam
pembangunan sarana prasarana di kedua kabupaten tersebut. Untuk kondisi sarana
prasarana perumahan di Kecamatan Jaten dan Colomadu dengan Kecamatan
Gondangrejo yang termasuk Kabupaten Karanganyar sangat berbeda. Di
Kecamatan Jaten dan Colomadu diarahkan untuk pembangunan permukiman
perkotaan sedangankan Kecamatan Gondangrejo adalah permukiman perdesaan
sehingga menyebabkan perbedaan dalam penyediaan dan kualitas sarana
prasarana di perumahan tersebut.
Untuk Kabupaten Sukoharjo diantaranya adalah perumahan di Kecamatan
Mojolaban, Grogol, Baki dan Kartasura yang semuanya diarahkan untuk
permukiman perkotaan. Akan tetapi untuk Kecamatan Mojolaban dan Baki, aspek
pertanian masih diunggulkan, untuk Kecamatan Kartasura bidang perdagangan
dan jasa menjadi andalan dan fungsi utama di kecamatan tersebut, sedangkan
untuk Kecamatan Grogol diarahkan menjadi Kota Baru sebagai Kota Satelit dari
Kota Surakarta sehingga pembangunan perumahan di kecamatan tersebut
diperhatikan secara lebih terencana.
Dengan demikian diambil dua sampel wilayah penelitian yaitu Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Grogol Kabupaten
Sukoharjo dengan mempertimbangkan beberapa alasan di atas. Pengambilan
kedua sampel lokasi tersebut karena peneliti ingin mengeksplorasi pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 30
di kedua wilayah yang berbeda karakteristiknya. Dengan demikian heterogenitas
perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban lainnya dapat dilihat dari
kedua sampel lokasi penelitian tersebut.
Sampel Responden
Penentuan sampel selanjutnya adalah sampel untuk populasi masyarakat
yang tinggal di lokasi penelitian yaitu masyarakat yang menghuni perumahan
formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Obyek yang diteliti dalam setiap
populasi adalah kecenderungan aktivitas masyarakat sehari hari, apakah di Kota
Surakarta atau di wilayah masing masing serta alasan pemilihan lokasi pendapat
masyarakat di perumahan formal tempat mereka tinggal saat ini. Sedangkan
sampel untuk populasi ini diambil dengan teknik accidental sampling. Teknik
adccidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2004:77). Pemilihan penggunaan teknik sampling ini
karena populasi dianggap homogen oleh peneliti, sehingga semua anggota di
dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel.
Meskipun secara accidental, tetapi tetap memperhatikan keseimbangan jumlah
sampel. Dalam penelitian ini akan diambil responden yang tinggal dalam beberapa
unit rumah yang terbagi dalam type rumah kecil, sedang dan besar. Berdasarkan
type rumah tersebut, maka jumlah responden untuk setiap type rumah juga
diseimbangkan berdasarkan standart pola hunian (1:3:6).
Untuk penentuan jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini, menurut Yamane, 1967 :
12Nd
Nn
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi (1%, 5%, 10%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 31
Dengan populasi yang sangat banyak dan waktu yang terbatas maka presisi
yang digunakan dalam penghitungan jumlah sampel penelitian ini adalah 10%
dengan tingkat kepercayaan 90%. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
dengan jumlah tersebut sudah dapat menjawab kebutuhan data yang sudah dapat
mewakili populasi.
Jumlah sampel responden di Kecamatan Grogol
Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel respondennya
adalah sebagai berikut :
Diketahui : n = jumlah sampel
N = jumlah unit rumah di perumahan Kecamatan Grogol,
10.400 unit (sumber : DPU Kabupaten Sukoharjo)
d = 10%
n = 12Nd
N
= 11,0400.10
400.102
= 100,104400.10
= 00,105
400.10
= 99,047 dibulatkan menjadi 100 responden
Untuk responden di type rumah besar
respondenrespondenn 10100101
Untuk responden di type rumah sedang
respondenrespondenn 3010010
3
Untuk responden di type rumah kecil
respondenrespondenn 60100106
Jumlah sampel responden di Kecamatan Gondangrejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 32
Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel respondennya
adalah sebagai berikut :
Diketahui : n = jumlah sampel
N = jumlah unit rumah di perumahan Kecamatan Gondangrejo
2.765 unit (sumber : DPU Kabupaten Karanganyar)
d = 10%
n = 12Nd
N
= 11,0873.2
873.22
= 173,28
873.2
=73,29
873.2
= 96,636 dibulatkan menjadi 97 responden
Untuk responden di type rumah besar
respondenrespondenn 107,997101
Untuk responden di type rumah sedang
respondenrespondenn 291,2997103
Untuk responden di type rumah kecil
respondenrespondenn 582,589710
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 33
Peta administrasi sampel lokasi penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 34
Peta administrasi Grogol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 35
Peta Admin. Gondangrejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 36
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mengacu pada indikator
indikator penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya,. Data yang telah terkumpul
digunakan sebagai bahan analisis pada tahap selanjutnya. Kebutuhan data data
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kebutuhan Data
No Kebutuhan Data Jenis Data
Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Primer Sekunder
Perkembangan Kota 1 Data jumlah penduduk
Kota Surakarta tahun 1999 2009 BPS Kota
Surakarta Studi Literatur
2 Data jumlah sarana permukiman Kota Surakarta tahun 1999 2009
BPS Kota
Surakarta Studi Literatur
3 Data penggunaan lahan Kota Surakarta tahun 1999 2009 BPS Kota
Surakarta Studi Literatur
Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban 1 Data pembangunan
perumahan formal tahun 1999 2009
DPU dan UPT Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, survey lapangan.
Studi Literatur, Observasi
2 Data lokasi bekerja masyarakat perumahan Kecamatan Grogol dan Gondangrejo.
Survey Lapangan
Wawancara, Observasi
3 Data pemilihan lokasi perumahan oleh masyarakat
Survey Lapangan
Wawancara, Observasi
Sumber : Penulis
Untuk mengumpulkan beberapa data sesuai dengan kebutuhan data dalam
penelitian ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain :
3.3.1 Studi Literatur
Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dari berbagai literature
atau dokumen dari instansi instansi terkait baik pemerintah maupun swasta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 37
Studi literatur dapat dilakukan dari arsip, dokumen, buku, artikel, maupun
penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk penelitian ini studi
literatur akan dilakukan di instansi instansi terkait seperti BPS Kota Surakarta,
BPS Kabupaten Sukoharjo, BPS Kabupaten Karanganyar, DPU Kabupaten
Sukoharjo dan Karanganyar, UPT Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.
3.3.2 Observasi
Observasi adalah proses pengumpulan data secara langsung oleh peneliti
dengan mengamati kondisi atau kejadian yang dibutuhkan dalam penelitian.
Untuk penelitian ini, observasi digunakan untuk mengamati kondisi sarana
prasarana perumahan di setiap lokasi penelitian.
3.3.3 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Responden dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di perumahan formal Kecamatan
Grogol dan Gondangrejo. Penelitian ini menggunakan instrument kuesioner dalam
teknik wawancara ini. Pengumpulan data dalam wawancara ini bertujuan untuk
mengetahui kegiatan sehari hari masyarakat di lokasi penelitian serta faktor-
faktor pemilihan lokasi perumahan oleh masyarakat yang digunakan untuk proses
analisis sebagai data yang di trianggulasikan dengan teori. Data yang diperoleh
untuk menjawab keterkaitan antara variabel perkembangan Kota Surakarta dengan
perkembangan perumahan formal di wilayah peri urban Kota Surakarta.
3.4. Teknik Analisis Data
Menurut Moleong (2010:280), analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.4.1 Analisis Perkembangan Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 38
Perkembangan suatu kota diukur dari berbagai aspek pengisi kota tersebut
baik dari jumlah penduduk, kegiatan penduduk maupun kesejahteraan penduduk
tersebut. Dalam penelitian ini analisis perkembangan Kota Surakarta dilihat dari
pertumbuhan jumlah penduduk serta kegiatan penduduk yang diwadahi dalam
penyediaan sarana prasarana kota.
Analisis penggunaan lahan Kota Surakarta
Analisis dilakukan dengan metode deskriptif, dengan melihat pertumbuhan
penggunaan lahan setiap areal terbangun maupun non terbangun di setiap
tahunnya beserta dengan bidang-bidang yang termasuk dalam areal
terbangun dan non terbangun. Analisis ini digunakan untuk mendukung
analisis perkembangan Kota Surakarta dilihat dari persentase pertumbuhan
areal terbangun.
Analisis pertumbuhan penduduk Kota Surakarta
Analisis dilakukan dengan menghitung angka pertumbuhan penduduk dan
besar pertumbuhan penduduk. Perhitungan tersebut kemudian dianalisis lagi
dengan metode deskriptif. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang terjadi di dalam pola pertumbuhan penduduk Kota
Surakarta. Perhitungan angka pertumbuhan penduduk dengan menggunakan
rumus :
Pt = Po ( 1 + r )n
r = 1nPoPt
Keterangan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun hitungan
Po = jumlah penduduk mula-mula
r = angka pertumbuhan penduduk
n = selisih tahun perhitungan
Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta
Perhitungan kebutuhan rumah di Kota Surakarta akan dilakukan dengan
menggunakan rumus perhitungan Metode Aritmatika dari Sastra dan
Marlina, 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 39
RoI
IIoKRo
Ro
PoIo
Keterangan :
KRo = kekurangan rumah
Po = jumlah penduduk pada tahun hitungan
Ro = jumlah rumah pada tahun hitungan
Io = angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni
sebenarnya pada tahun hitungan
I = angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni yang
diharapkan
Hasil dari perhitungan kebutuhan rumah dianalisis dengan metode
deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan hasil perhitungan kebutuhan
rumah beserta dengan penyebab-penyebabnya dan dampaknya pada
perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta.
3.4.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di WPU
Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dilakukan
dengan metode deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan
persentase pertumbuhan pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol
dan Gondangrejo baik dari data sekunder maupun secara spasial dari peta yang
disajikan. Dalam pertumbuhan tersebut dianalisis pula seberapa banyak penduduk
yang dapat dilayani / ditampung di perumahan formal yang dibangun pada tahun
penelitian baik di Kecamatan Grogol maupun Gondangrejo yaitu dengan
mengkalikan antara jumlah unit rumah yang dibangun dengan standart penghuni
rumah (5orang). Dari perhitungan tersebut dapat dideskripsikan seberapa banyak
masyarakat yang dapat dilayani di perumahan formal yang sudah dibangun.
Analisis juga dilakukan dengan mendeskripsikan kelengkapan sarana
prasarana perumahan beserta dengan pemilihan lokasi perumahan. Analisis
pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif
dengan program SPSS. Analisis yang digunakan dalam SPSS adalah analisis
regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
menganalisis hubungan antara lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE PENELITIAN 40
perumahan dengan alasan masyarakat tersebut memilih perumahan di wilayah
peri-urban. Berikut langkah-langkah analisis regresi linier berganda dalam SPSS :
Merekap hasil wawancara
Mengelompokkan data pemilihan lokasi berdasarkan pekerjaan
Melakukan analisis regresi liner berganda dengan program SPSS.
3.4.3 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban
dalam Memenuhi Kebutuhan Perumahan Kota di Surakarta
Pada tahap ini dilakukan analisis gabungan berupa hubungan antar kedua
variabel. Analisis ini dilakukan dengan metode deskripsi yaitu dengan
mendeskripsikan secara dalam mengenai pola perkembangan Kota Surakarta
dengan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sehingga akan
terlihat keterkaitan antar keduanya. Analisis tersebut didukung dengan analisis
kuantitatif hubungan antara pemilihan lokasi perumahan di seluruh wilayah peri-
urban Kota Surakarta dengan lokasi bekerja menggunakan program SPSS seperti
pada analisis sebelumnya.
3.5. Sintesis Data
Sintesis data dilakukan setelah diselesaikannya semua analisis yang
dibutuhkan. Sintesis dilakukan dengan pemahaman mengenai bagaimana
perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban Kota Surakarta
memenuhi kebutuhan rumah kota di Surakarta. Dari hasil sintesis ini dapat
diketahui apakah memang perumahan formal yang berkembang di wilayah peri-
urban berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang ada di Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 41
BAB 4
PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA DAN
PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN
4.1 Perkembangan Kota Surakarta
Perkembangan suatu kota dilihat dapat dilihat dari berbagai aspek
penggunaan lahan baik secara horizontal (penambahan ketinggian bangunan)
maupun vertical (penambahan luas lahan terbangun), perkembangan
penduduk, perkembangan kelengkapan fasilitas kota, perkembangan tingkat
investasi kota dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini dijelaskan
mengenai perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahannya,
perkembangan jumlah penduduknya dan perkembangan jumlah sarana
perumahannya.
4.1.1 Penggunaan Lahan Kota Surakarta
Perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahannya yang disajikan
dalam data penggunaan lahan suatu kota setiap tahunnya. Dari data tersebut
dapat terlihat pertumbuhan penggunaan lahan areal terbangun dari tahun ke
tahun mengindikasikan pertumbuhan pembangunan sarana prasarana kota,
dimana pertumbuhan sarana prasarana kota menjadi salah satu indikator dari
perkembangan kota.
Perkembangan kota dalam hal pertumbuhan areal terbangun di Kota
Surakarta juga akan disajikan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi
perkembangan Kota Surakarta, dimana data tersebut didapatkan dari
reklasifikasi data penggunaan lahan Kota Surakarta tahun 1999-2009. Untuk
data penggunaan lahan di Kota Surakarta tahun 1999-2009 disajikan dalam
tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 43
Dari tabel di atas terlihat adanya pertambahan luas areal terbangun untuk
perumahan, jasa dan perusahaan sedangkan untuk tanah kosong, tegalan, sawah
mengalami penurunan luas lahan, sedangkan untuk industri, kuburan, lapangan
olahraga dan taman cenderung stabil. Peningkatan jumlah rumah di Kota
Surakarta seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya didukung dengan adanya
peningkatan luas lahan untuk pembangunan areal perumahan seperti pada tabel di
atas. Penggunaan lahan untuk perumahan, jasa dan perusahaan dari tahun ke tahun
berdampak pada penurunan luas lahan untuk areal non terbangun seperti sawah,
tegalan dan lapangan kosong karena kebutuhan lahan semakin meningkat
sehingga ketersediaan lahan akan semakin terbatas. Untuk melihat perbandingan
antara jumlah luas lahan terbangun dan non terbangun, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kota Surakarta Tahun 1999-2009
Tahun Luas Lahan Persentase Luas Lahan
Terbangun Non Terbangun Terbangun
Non Terbangun
1999 3879.83 526.23 88.06% 11.94% 2000 3879.49 524.57 88.09% 11.91% 2001 3890.69 513.37 88.34% 11.66% 2002 3897.72 506.34 88.50% 11.50% 2003 3883.55 518.70 88.22% 11.78% 2004 3896.51 509.67 88.43% 11.57% 2005 3921.29 482.97 89.03% 10.97% 2006 3932.56 471.50 89.29% 10.71% 2007 3932.56 462.67 89.47% 10.53% 2008 3952.95 451.11 89.76% 10.24% 2009 3952.95 453.11 89.76% 10.24% Sumber : BPS Reklasifikasi
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan lahan terbangun di
Kota Surakarta mengalami peningkatan selama tahun 1999-2009 sedangkan lahan
non terbangun mengalami penurunan. Persentase kepadatan lahan terbangun yang
tertinggi adalah pada tahun 2009 dengan perbandingan 89,76% lahan terbangun
dan 10,24% lahan non terbangun sedangkan kepadatan terendah berada pada
tahun 1999 dengan perbandingan 88,06% lahan terbangun dan 11,94% lahan non
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 44
terbangun. Selama rentang tahun penelitian, penggunaan lahan terbangun
mengalami peningkatan sebesar 1,7% dan lahan non terbangun mengalami
penurunan sebesar 1,7%.
4.1.2 Kependudukan Kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang menjadi pusat pelayanan bagi
wilayah sekitarnya (Subosukowonosraten). Pusat pelayanan tersebut menjadikan
Kota Surakarta sebagai pusat aktivitas masyarakat baik masyarakat Kota
Surakarta sendiri maupun masyarakat di wilayah peri-urban Kota Surakarta.
Dengan demikian penduduk yang masuk ke Kota Surakarta pun semakin hari
semakin banyak, karena penduduk datang untuk beraktivitas di Kota Surakarta
hingga menjadikan Kota Surakarta menjadi kota yang padat penduduk. Untuk
melihat jumlah penduduk yang ada di Kota Surakarta, dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999 2009
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Luas Wilayah (ha)
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)
Kategori Kepadatan Penduduk
1999 542.832 4.404 123,26 Tinggi 2000 546.469 4.404 124,08 Tinggi 2001 553.580 4.404 125,70 Tinggi 2002 554.630 4.404 125,94 Tinggi 2003 497.234 4.404 112,91 Tinggi 2004 510.711 4.404 115,97 Tinggi 2005 534.540 4.404 121,38 Tinggi 2006 512.898 4.404 116,46 Tinggi 2007 515.372 4.404 117,02 Tinggi 2008 522.935 4.404 118,74 Tinggi 2009 528.202 4.404 119,94 Tinggi
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009
Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan dan penurunan jumlah
penduduk dari tahun 1999 sampai 2009. Pada tahun 2002, 2005 dan 2009
penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Pada tahun-
tahun lainnya yaitu antara tahun 1999-2001, 2003-2004 dan 2006-2008 jumlah
penduduk terus mengalami pertambahan jumlah penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 45
Jumlah penduduk tertinggi dari tahun 1999-2009 di Kota Surakarta adalah
pada tahun 2002 sebanyak 554.632 jiwa dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu
12.593,78 jiwa/ha. Untuk jumlah penduduk terendah ada di tahun 2003 yaitu
sebanyak 497.234 jiwa dengan kepadatan terendah selama rentang tahun 1999-
2009 yaitu 12.593,78 jiwa/ha.
4.1.3 Sarana Permukiman Kota Surakarta
Perkembangan kota dari pertumbuhan penduduk juga berdampak pada
perkembangan kota di bidang sarana perumahan. Jumlah penduduk yang semakin
meningkat menjadikan kebutuhan akan rumah juga kian meningkat. Kebutuhan
akan rumah dapat dilihat dari jumlah penduduk dibandingkan dengan ketersediaan
rumah di suatu wilayah. Begitu juga dengan kebutuhan rumah di Kota Surakarta.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan rumah akan yang akan dijelaskan pada bab
berikutnya, akan disajikan jumlah rumah di Kota Surakarta tahun 1999-2009
terlebih dahulu seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1999 2009
Tahun Jumlah Rumah (unit)
Pertumbuhan Rumah (unit)
Pertumbuhan (%)
1999 89.020 NA NA
2000 89.020 0 0,00
2001 89.129 109 0,12
2002 119.024 29.895 33,54
2003 124.176 5.152 4,33
2004 135.040 10.864 8,75
2005 144.460 9.420 6,98
2006 140.160 -4.300 -2,98
2007 141.440 1.280 0,91
2008 140.953 -487 -0,34
2009 136.615 -4.338 -3,08
JUMLAH 1.349.037 47.595 48,23 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009
Jumlah rumah di Kota Surakarta dari tahun 1999-2009 juga mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi tidak di
setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun-tahun tertentu seperti tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 46
2006, 2008 dan 2009 jumlah rumah di Kota Surakarta mengalami penurunan.
Tahun 2006 penurunan jumlah rumah sebesar 2,98%, tahun 2008 sebesar 0,34%
dan tahun 2009 sebesar 3,08%.
Peningkatan jumlah rumah yang paling pesat adalah pada tahun 2002 yaitu
sebesar 33,54% dengan penambahan 29.895 unit rumah dalam satu tahun. Pada
urutan kedua adalah pada tahun 2004 dengan peningkatan sebesar 8,75% yaitu
sejumlah 10.864 unit rumah.
4.2 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban
4.2.1. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol
Kecamatan Grogol adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo
yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Kecamatan Grogol termasuk
wilayah peri-urban Kota Surakarta karena letaknya yang berada diantara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan yang dibatasi dengan adanya batas fisik
penggunaan lahan non pertanian di kawasan perkotaan dan lahan pertanian di
kawasan perdesaan.
Selain Kecamatan Baki dan Sukoharjo, Kecamatan Grogol juga termasuk
wilayah Solo Baru. Kawasan Solo Baru yang direncanakan sebagai Kota Baru ini
sangat besar andilnya bagi perkembangan Kota Surakarta yakni sebagai penyedia
hunian baru bagi kebutuhan rumah di Kota Surakarta.
Pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol pada mulanya hanya
untuk kalangan elite. Akan tetapi pihak pemerintahan Kabupaten Sukoharjo
menghendaki untuk mengembangkan wilayah Sukoharjo bagian utara karena
untuk wilayah bagian selatan, barat dan timur tidak dimungkinkan diadakan
pengembangan. Di bagian selatan sudah berkembang proyek proyek Kabupaten
Wonogiri, bagian barat pengembangan industri dan timur sudah terhalang dengan
keberadaan sungai Bengawan Solo. Dengan demikian perumahan formal di
Kecamatan Grogol yang termasuk wilayah Sukoharjo bagian utara mendapat
sambutan hangat dari pemerintahan Sukoharjo. Ide untuk membangun perumahan
elite menjadi batal karena luas lahan yang mendapat ijin untuk pembangunan
perumahan seluas 200 ha. Dengan luas lahan yang begitu luas, pengembang yakni
PT. Pondok Solo Permai (PSP) mendapat ide untuk membangun Kota Baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 47
dengan nama Solo Baru tersebut. Didukung adanya ijin untuk menggunakan lahan
seluas 200 ha, ide yang pada mulanya hanya ingin membangun kawasan
perumahan elit berubah menjadi Kota Baru yang tentunya perumahan yang ada di
dalamnya tidak hanya rumah elit saja melainkan rumah sederhana dan menengah
juga harus disediakan. Pola hunian 1 : 3 : 6 rencananya akan diterapkan dalam
pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol ini. Data pembangunan
perumahan formal di Kecamatan Grogol dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.5 Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol tahun 1999-2009 Dirinci Per Tahun
No Nama Perumahan Pengembang Perumahan Tahun Dibangun
Luas Perumahan (Ha)
1. Maesonet Sektor 3 PT. Pondok Solo Permai 2002 0,56 2. Viena Sektor 3 PT. Pondok Solo Permai 2002 2,008 3. Griya Parayangan PT. Manunggal Cipta
Persada 2002 0,532
Jumlah Pembangunan Tahun 2002 3,10 4. Puri Permata 2 PT. Bahtera Sukses Bersama 2003 0,2364 5. Gading Makmur CV. Agung Nugraha Grup 2003 0,9 6. Sanggaran Megah PT. Setya Widya Nugraha 2003 0,527 Jumlah Pembangunan Tahun 2003 1,6634 7. Gedangan Permai
Sektor10 PT. Pondok Solo Permai 2004 2,88
8. Kencur Indah Ir. Winoto 2004 0,3 Jumlah Pembangunan Tahun 2004 3,18 9. Puri Permata Regecy
Pondok PT. Bahtera Sukses Bersama 2005 0,446
Jumlah Pembangunan Tahun 2005 0,446 10. Griya Langen Harjo PT. Bahtera Sukses Bersama 2006 0,25 Jumlah Pembangunan Tahun 2006 0,25 11. Griya Permata asri1 CV. Tunas Jaya 2007 0,4256 12. Pondok Palm Regency CV. Media Bangun Persada 2007 1,2 13. Puri Permata Regency
Parangjoro PT. Bahtera Sukses Bersama 2007 1,2
14. Griya Permata asri2 CV. Tunas Jaya 2007 0,75 15. Peny Regency2 PT. Peny Jaya Regency 2007 0,9964 16. Nirwana Buana Agus Susanto dan Heri 2007 0,285 Jumlah Pembangunan Tahun 2007 4,857 17. Kluster Soba Madugondo PT. Pondok Solo Permai 2008 1,95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 48
JUMLAH TOTAL 15,4464 Sumber : DPU Bidang Perumahan Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan data di atas dapat diketahui pada tahun 1999-2001 tidak
terdapat pembangunan perumahan dikarenakan krisis ekonomi yang melanda
Indonesia yang tentunya sangat berdampak pada pertumbuhan property termasuk
pada pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol. Pembangunan yang paling
pesat adalah pembangunan pada tahun 2007 yaitu seluas 4,857 Ha, pada urutan
selanjutnya adalah pada tahun 2004 seluas 3,18 Ha, tahun 2002 seluas 3,10 Ha,
tahun 2008 seluas 1,95 Ha, tahun 2003 seluas 1, 66 Ha, tahun 2005 seluas 0,446
dan yang terakhir adalah pada tahun 2006 seluas 0,25 Ha. Pembangunan
didominasi oleh PT. Pondok Solo Permai dengan luas 7,398 Ha atau 47,89% dari
keseluruhan luas lahan yang dibangun.
Perumahan formal di Kecamatan Grogol dibangun dengan beberapa type
yaitu type 21 sampai 150 yang membuktikan bahwa pembangunan perumahan di
Kecamatan Grogol diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat, dimana
perumahan tersebut tidak hanya dikhususkan untuk kalangan masyarakat yang
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas tetapi juga untuk masyarakat dengan
tingkat ekonomi menengah ke bawah. Letak rumah juga tidak dibeda bedakan
antara rumah type kecil, sedang atau besar, semuanya dapat dipadukan dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 49
Gambar 4.1 Tipe Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Grogol
Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol akan disajikan
dalam peta 4.1 dan 4.2. Pada peta tersebut disajikan data persebaran blok
perumahan formal yang sudah terbangun pada tahun 1999 dan tahun 2009
sehingga dapat terlihat pertumbuhan pembangunan perumahan di Kecamatan
Grogol.
Perkembangan perumahan formal dipengaruhi oleh lokasi. Lokasi
merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam memilih tempat
tinggal karena lokasi mempengaruhi banyak hal. Lokasi mempengaruhi besar
biaya transportasi serta menentukan tingkat kenyamanan dalam bermukim. Di
dalam memilih tempat tinggal, masyarakat yang saat ini tinggal di perumahan
Grogol juga memiliki beberapa pertimbangan-pertimbangan. Berikut ini disajikan
data faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol dari hasil
wawancara masyarakat setempat.
Tabel 4.6 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Formal Kecamatan Grogol
No Faktor Pemilihan Lokasi Jumlah Persentase Jumlah Pemilihan (%)
1. Harga terjangkau 87 31,07 2. Lokasi strategis 100 35,71 3. Desain rumah bagus 26 9,29
4. Luas rumah memenuhi kebutuhan keluarga 8 2,86
5. Kelengkapan fasilitas perumahan 22 7,86 6. Jauh dari keramaian kota 20 7,14 7. Banyak moda transportasi pendukung 8 2,86 8. Lokasi bebas polusi 9 3,21 JUMLAH 280 100,00
Sumber : Kuesioner 2011 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa alasan pemilihan lokasi didominasi
karena faktor lokasi yang strategis dan harga rumah yang terjangkau. Pemilihan
lokasi perumahan dipilih dari 100 responden dimana setiap responden dapat
memilih lebih dari satu jawaban sehingga jumlah dari semua jawaban adalah 280.
Dari 100 responden tersebut menyatakan bahwa perumahan formal yang ada di
Kecamatan Grogol lokasinya strategis. Strategis yang dimaksudkan adalah dekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 50
dengan tempat mereka bekerja, dekat dengan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
masyarakat sehari-hari. Untuk melihat perbandingan persentase pemilihan lokasi
disajikan diagram di bawah ini :
Gambar 4.2 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan
Sumber : Kuesioner 2011
Persentase alasan masyarakat memilih lokasi perumahan di Kecamatan
Grogol adalah lokasi yang strategis sebanyak 36%, keterjangkauan harga rumah
sebanyak 31%, desain rumah yang bagus 9%, luas rumah memenuhi kebutuhan
keluarga 8%, jauh dari keramaian kota 7%, kelengkapan fasilitas perumahan,
banyak moda transportasi pendukung dan lokasi perumahan bebas polusi masing-
masing 3%.
Faktor utama pemilihan lokasi perumahan adalah lokasi perumahan yang
strategis dan keterjangkauan harga rumah karena harga lahan pun terjangkau.
Pemilihan selanjutnya bersifat melengkapi faktor yang utama yaitu desain rumah
yang bagus, lokasi perumahan sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
pendukung yang memadai, lokasi perumahan yang jauh dari keramaian kota (jauh
dari kepadatan kota sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas, kepadatan
penduduk), transportasi menuju perumahan mudah karena banyak moda
transportasi yang menghubungkan lokasi perumahan dengan pusat kegiatan
masyarakat sehari-hari.
31%
36%
9%
3%
8%
7%
3% 3%
Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan
Harga terjangkau
Lokasi strategis
Desain rumah bagus
Luas rumah memenuhi kebutuhan keluargaKelengkapan fasilitas perumahan
Jauh dari keramaian kota\
Banyak moda transportasi pendukungLokasi bebas polusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 51
Alasan pemilihan yang lainnya adalah terkait dengan lokasi bekerja
masyarakat yang tinggal di perumahan. Dari hasil wawancara terstruktur dengan
bantuan kuesioner yang telah dilakukan, sebanyak 83 responden atau sebanyak
83% bekerja di Solo dan sisanya 17 responden (17%) bekerja di lokasi setempat
yang termasuk di Kabupaten Sukoharjo.
Kawasan Kota Baru di Solo Baru ini sudah dilengkapi dengan fasilitas
fasilitas pendukung perumahan seperti sekolah, rumah sakit, gedung olah raga,
supermarket, perkantoran, SPBU dan sebagainya. Pembangunan dan penyediaan
sarana tersebut antara lain sarana pendidikan (TK, SD dan SMP Tarakanita,
Akademi Teknologi Warga), sarana kesehatan (Rumah Sakit Dr,Oen), perniagaan
dengan pembangunan ruko ruko, rekreasi (Water Park Pandawa), peribadatan
(masjid, gereja, vihara), olahraga (gedung olahraga) dan taman taman. Untuk
penyediaan prasarana, sudah dibangun dan dilengkapi jalan, listrik, air bersih,
tempat pembuangan sampah, dan drainase.
Gambar 4.3 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal
Kecamatan Grogol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 52
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 1999
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 53
Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 54
4.2.2. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo
Kecamatan Grogol adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar
yang terletak di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Kota Surakarta.
Perkembangan permukiman Kota Surakarta diarahkan ke kota bagian utara yaitu
di Kecamatan Jebres. Hal tersebut didukung dari pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Jebres yang semakin meningkat yang mengindikasikan bahwa ada
pergerakan penduduk menuju ke arah utara Kota Surakarta. Kebijakan
pengembangan permukiman di utara Kota Surakarta menjadikan Kecamatan
Gondangrejo mempunyai peluang untuk mengembangkan perumahan di
wilayahnya.
Untuk pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo sendiri
dapat dilihat dalam tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.7 Pembangunan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999 2009 No Tahun
Pembangunan Lokasi Tipe Jumlah (Unit)
1. 2001 Wonorejo, Gondangrejo 21 16 2. 36 4 Jumlah Unit Tahun 2001 20 3. 2002 Wonorejo, Gondangrejo 21 30 4. 36 20 Jumlah Unit Tahun 2002 50 5. 2003 Plesungan, Gondangrejo 60 11 6. 40 9 7. 24 14 8. Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 36 9. 27 20 10. 36 52 11. 45 16 Jumlah Unit Tahun 2003 158 12. 2006 Plesungan, Gondangrejo 29 77 13. 24 96 14. Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 533 15. 23 487 16. 27 205 17. Wonorejo, Gondangrejo 36 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 55
Jumlah Unit Tahun 2006 1580 18. 2007 Plesungan, Gondangrejo 21 85 19. 21 40 20. Wonorejo, Gondangrejo 36 78 21. Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 40 Jumlah Unit Tahun 2007 243 22. 2008 Jeruk Sawit, Gondangrejo 27 20 23. 36 36 24. Selokaton, Gondangrejo 30 64 25. 27 74 26. 24 12 27. 30 12 28. Wonorejo, Gondangrejo 30 323 29. 40 23 Jumlah Unit Tahun 2008 564 30. 2009 Wonorejo, Gondangrejo 45 2 31. 36 19 32. 30 25 33. Plesungan, Gondangrejo 30 28 34. 36 15 35. 45 5 36. 30 26 37. 36 30 Jumlah Unit Tahun 2009 150 JUMLAH TOTAL 2765 Sumber : DPU Bidang Perumahan Kabupaten Karanganyar
Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo tercatat pada
tahun 1999-2001 tidak ada pembangunan sama seperti pada pembangunan
perumahan di Kecamatan Grogol yang dimulai pada tahun 2002 akibat dampak
krisis moneter yang melanda Indonesia dan berdampak pada pembangunan
property. Pembangunan tahun 2002 pun masih dalam jumlah sedikit, mulai
banyak pada tahun 2003 dan melejit pada tahun 2006.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pembangunan unit rumah paling
banyak pada tahun 2006 sebanyak 1.580 unit rumah yang didominasi
pembangunan perumahan di Desa Jeruk Sawit sebanyak 1.225 unit, selanjutnya
diikuti pada pembangunan tahun 2008 sebanyak 564 unit rumah, tahun 2007
sebanyak 243 unit rumah, tahun 2003 sebanyak 158 unit rumah, tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 56
sebanyak 150 unit rumah, tahun 2002 sebanyak 50 unit rumah dan tahun 2001
sebanyak 20 unit rumah.
Untuk jumlah pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo
memang terpusat di Desa Jeruk Sawit karena memang 50% pembangunan
dilakukan disana. Akan tetapi untuk pembangunan berdasarkan type rumah,
cenderung menyebar karena type rumah yang dibangun di Kecamatan
Gondangrejo ini relatif untuk masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke
bawah. Tidak ada kesenjangan model rumah atau type rumah disana.
Gambar 4.4 Jenis Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo
Dalam memilih sebuah rumah, masyarakat yang tinggal di perumahan
formal Kecamatan Gondangrejo juga memiliki alasan-alasan tersendiri. terkait
harga lahan atau pun tingkat kenyaman rumah yang ditawarkan atau faktor-faktor
lainnya. Berikut ini disajikan tabel faktor pemilihan lokasi perumahan formal di
Kecamatan Gondangrejo hasil wawancara terhadap responden.
Tabel 4.8 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan oleh Masyarakat No Faktor Pemilihan Lokasi Jumlah Persentase Jumlah
Pemilihan (%) 1. Harga terjangkau 93 41,89 2. Lokasi strategis 79 35,59 3. Desain rumah bagus 8 3,60 4. Luas rumah memenuhi kebutuhan
keluarga 6 2,70
5. Kelengkapan fasilitas perumahan 5 2,25 6. Jauh dari keramaian kota 11 4,95 7. Banyak moda transportasi pendukung 3 1,35 8. Lokasi bebas polusi 17 7,66 JUMLAH 222 100,00
Sumber : Rekapan Kuesioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 57
Dari tabel di atas pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Gondangrejo
didominasi oleh faktor keterjangkauan harga rumah. Pemilihan lokasi perumahan
formal di Kecamatan Gondangrejo tidak berbeda jauh dengan di Kecamatan
Grogol, sebanyak 97 responden memilih lebih dari satu jawaban sehingga jumlah
keseluruhan jawaban ada 222. Sebanyak 93 dari 97 responden berpendapat bahwa
memilih rumah di perumahan Kecamatan Gondangrejo karena harganya
terjangkau, selain itu juga faktor lokasi perumahan yang strategis dekat dengan
Solo yang dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Akan disajikan diagram
perbandingan hasil wawancara untuk lebih memudahkan dalam pemahaman
faktor apa saja yang sangat mendukung pemilihan lokasi perumahan di
Kecamatan Gondangrejo.
Gambar 4.5 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan
Sumber : Rekapan Kuesioner
Pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Gondangrejo didominasi faktor
keterjangkauan harga rumah sebesar 42% dan lokasi yang strategis sebesar 35%.
Faktor lainnya antara lain lokasi perumahan yang bebas polusi seperti polusi
udara, air dan suara sebesar 8%, faktor jauh dari keramaian kota 5%, desain
rumah yang bagus 4%, luas rumah yang dapat menampung kebutuhan keluarga
3% dan yang terakhir adalah faktor moda transportasi pendukung sebanyak 2%.
42%
35%
4%
3%
2%
5%1%
8%
Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan
Harga terjangkau
Lokasi strategis
Desain rumah bagus
Luas rumah memenuhi kebutuhan keluargaKelengkapan fasilitas perumahanJauh dari keramaian kota
Banyak moda transportasi pendukungLokasi bebas polusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 58
Terkait dengan lokasi yang strategis, responden menjadikan faktor tersebut
menjadi faktor yang penting karena aktivitas responden mayoritas bekerja di Solo
sehingga lokasi perumahan yang masih terjangkau dari Solo merupakan pilihan
yang tepat. Dari hasil wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner yang telah
dilakukan, sebanyak 86 responden atau sebanyak 88,7% bekerja di Solo dan
sisanya 11 responden (11,3%) bekerja di lokasi setempat yang termasuk di
Kabupaten Karanganyar.
Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dilengkapi dengan
sarana prasarana pendukung perumahan. Penyediaan sarana prasarana tersebut ada
yang dibangun developer, ada juga yang disediakan pemerintah, Sarana prasarana
yang disediakan developer antara lain TK, ruko, tempat ibadah, taman bermain,
jalan, sampah dan saluran drainase sedangkan untuk kebutuhan penyediaan sarana
prasarana yang lain seperti sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA, kantor kantor
pemerintahan, puskesmas disediakan oleh pemerintah.
Gambar 4.6 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal
Kecamatan Gondangrejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 59
Peta Persebaran Blok Perumahan Formal Kecamatan
Gondangrejo Tahun 1999
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESKRIPSI WILAYAH 60
Peta Persebaran Blok Perumahan Formal Kecamatan
Gondangrejo Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 61
BAB 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN
PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN
SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN
PERUMAHAN KOTA SURAKARTA
Pada bab ini akan dilakukan kajian yang lebih mendalam dari data yang
telah diperoleh baik data primer maupun dari data sekunder, yang selanjutnya
akan dilakukan analisis mengenai kebutuhan rumah di Kota Surakarta sebagai
demand dan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai
supply. Analisis tersebut diharapkan dapat menjawab apakah perkembangan
perumahan formal di wilayah peri-urban merupakan perumahan formal yang
dibangun untuk memenuhi kebutuhan perumahan di Kota Surakarta.
5.1 Analisis Perkembangan Kota Surakarta
5.1.1 Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta
Perkembangan kota tak lepas dari perkembangan lahan terbangun yang
digunakan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang ada di kota. Dengan
adanya kuantitas / jumlah penambahan luasan lahan terbangun atau pengurangan
luas lahan non terbangun, suatu kota diindikasikan telah mengalami
perkembangan.
Secara spasial perkembangan kota dapat dilihat dari pola distribusi ruang
terbangun dan non terbangun serta kepadatan ruang terbangun tersebut seperti di
Kota Surakarta. Berdasarkan data tersebut, Kota Surakarta mengikuti pola
perkembangan interstial seperti pendapat Zahnd (1994:8). Perkembangan kota
secara interstial adalah perkembangan kota dilihat dari penambahan jumlah lahan
terbangun, sedangkan daerah dan ketinggian bangunan tetap sama. Kota Surakarta
juga mengalami hal yang demikian, jumlah luas lahan terbangun mengalami
peningkatan dari tahun 1999-2009 sebanding dengan penurunan luas lahan non
terbangun. Untuk melihat pertumbuhan lahan terbangun dan non terbangun
dengan kegiatan yang ada di dalamnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 63
Dari tabel analisis di atas, terlihat pertumbuhan positif dalam penggunaan
lahan untuk perumahaan, jasa dan perusahaan, pertumbuhan negatif terdapat
dalam penggunaan lahan untuk tanah kosong, tegalan dan sawah, sedangkan yang
tidak mengalami pertumbuhan sama sekali adalah penggunaan lahan untuk
industry, kuburan, lapangan olahraga, taman dan lain-lain. Dari tahun 1999-2009
penggunaan lahan untuk perumahan meningkat sebesar 0,23%, jasa sebesar
0,11%, perusahaan sebesar 0,19%. Untuk penurunan tanah kosong sebesar 1,18%,
tegalan sebesar 8,23% dan sawah sebesar 2,61%.
Perkembangan perumahan, perusahaan dan jasa yang termasuk dalam areal
terbangun, tidak terjadi di setiap tahunnya karena pada tahun-tahun tertentu
penggunaan lahan untuk perumahan, jasa dan perusahaan mengalami penurunan..
Pada tahun 2003 penggunaan lahan untuk perumahan dan perusahaan mengalami
penurunan dan tahun 2000, 2004, 2005 dan 2008 penggunaan lahan untuk jasa
juga mengalami penurunan.
Kota Surakarta mengalami pertumbuhan dalam penggunaan lahan untuk jasa
dan perusahaan. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Kota Surakarta berkembang
di bidang perdagangan dan jasa dalam rangka peningkatan investasi kota. Hasil
dari investasi kota dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan kota (Richardson,
1978). Pertumbuhan penggunaan lahan untuk perumahan Kota Surakarta relevan
dengan kecenderungan kota menurut pendapat Adisasmita (2005) dimana kota
merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama makin meluas.
Pertumbuhan perdagangan, jasa dan perumahan di Kota Surakarta dapat menjadi
pemicu pertumbuhan penduduk Kota Surakarta khususnya pertambahan jumlah
pekerja kota. Pertumbuhan tersebut secara langsung menyebabkan peningkatan
kebutuhan lahan untuk mengakomodasi sarana prasarana kota.
Perkembangan Kota Surakarta tidak berhenti sampai dengan penurunan
jumlah penduduk setiap tahunnya, melainkan pertumbuhan permukiman sebagai
areal lahan terbangun dapat menjadi indikator perkembangan suatu kota seperti
pendapat Zahnd (1994). Kota Surakarta mengalami perkembangan interstial
dimana pertumbuhan permukiman meningkat dari tahun 1999-2009 di Kota
Surakarta sebagai penambahan jumlah luas lahan terbangun. Pola perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 64
secara interstial dimana jumlah lahan terbangun semakin meningkat dan lahan non
terbangun semakin menurun mengakibatkan lahan non terbangun semakin
terbatas untuk dijadikan lahan terbangun. Hal tersebut mendorong perkembangan
ke luar bagian kota atau mendorong perkembangan daerah sekitar kota (Wilayah
Peri-Urban) dalam memenuhi kebutuhan lahan kota.
5.1.2 Analisis Perkembangan Penduduk Kota Surakarta
Penduduk merupakan kunci utama perkembangan suatu kota. Tanpa adanya
penduduk, kota dapat dikatakan mati. Jumlah penduduk Kota Surakarta
mengalami penurunan dari tahun 1999-2009, yang tentunya berdampak pula pada
penurunan kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Surakarta. Untuk lebih
menjelaskan kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2009
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Pertumbuhan Penduduk
Persentase Pertumbuhan Penduduk (%)
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)
Kategori Kepadatan
1999 542.832 NA NA 123,260 Tinggi
2000 546.469 0,007 0,7 124,080 Tinggi
2001 553.580 0,013 1,3 125,700 Tinggi
2002 554.630 0,002 0,2 125,940 Tinggi
2003 497.234 -0,104 -10,4 112,910 Tinggi
2004 510.711 0,027 2,7 115,970 Tinggi
2005 534.540 0,047 4,7 121,380 Tinggi
2006 512.898 -0,041 -4,1 116,460 Tinggi
2007 515.372 0,005 0,5 117,020 Tinggi
2008 522.935 0,015 1,5 118,740 Tinggi
2009 528.202 0,010 1,0 119,940 Tinggi Rata-Rata 529.037 -0,0019 -0,19 120,127 Tinggi
Sumber : Analisis Penulis Dari tabel di atas dapat dilihat adanya penurunan jumlah penduduk yang
ditandai dengan nilai negatif dari angka pertumbuhan penduduk total dari rentang
waktu tahun 1999-2009 sebesar -0,19%. Akan tetapi tidak di setiap tahun terjadi
penurunan angka pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1999-2002, pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 65
penduduk Kota Surakarta mengalami bernilai positif. Begitu juga dengan
pertumbuhan penduduk dari tahun 2003-2005 dan 2007-2009. Penurunan
pertumbuhan penduduk terjadi pada tahun 2002-2003 dan 2005-2006.
Pertumbuhan penduduk yang paling tinggi adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar
4,05% sedangkan pertumbuhan penduduk paling rendah adalah pada tahun 2003
yaitu sebesar -10,35%.
Pertumbuhan penduduk oleh faktor manusia dan juga pola pergerakan
manusia sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota seperti yang
diuraikan oleh Sutarjo (1996). Pola pergerakan manusia yaitu pergerakan
penduduk masuk dan keluar kota dengan berbagai faktor-faktor pendorong.
Seperti pendapat Yunus (2005) mengenai kekuatan sentrifugal dari pusat kota
dimana kekuatan-kekuatan tersebut yang menyebabkan terjadinya perpindahan
penduduk dari dalam ke luar kota seperti yang dialami penduduk di Kota
Surakarta dengan adanya penurunan jumlah penduduk di tahun 2003 dan 2006.
Kekuatan tersebut salah satunya adalah tingginya kepadatan penduduk di Kota
Surakarta yang menyebabkan penduduk berpindah ke pinggiran kota.
5.1.3 Analisis Kebutuhan Permukiman Kota Surakarta
Perkembangan kota dari sisi kependudukan berdampak pada perkembangan
kota dari sisi pemenuhan kebutuhan rumah bagi penduduknya. Semakin banyak
jumlah penduduknya, semakin banyak pula kebutuhan rumah kota tersebut. Hal
tersebut tentunya juga berlaku untuk perkembangan Kota Surakarta. Dari hasil
analisis kependudukan sebelumnya, pertumbuhan penduduk Kota Surakarta
secara keseluruhan mengalami penurunan dengan angka pertumbuhan yang
bernilai negatif. Hal ini akan mempengaruhi perhitungan kebutuhan rumah kota di
Surakarta. Pada tabel 5.3 dibawah ini akan dijelaskan kebutuhan rumah yang
muncul sebagai akibat pertumbuhan penduduk Kota Surakarta. Perhitungan
kebutuhan rumah dilakukan dengan membagi jumlah penduduk yang ada dengan
standart penghuni rumah, dibandingkan lagi dengan jumlah eksisting rumah
sehingga dapat diketahui seberapa besar kekurangan rumah atau kelebihan rumah
yang ada di Kota Surakarta.
Tabel 5.3 Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta Tahun 1999-2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 66
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Kebutuhan Rumah (unit)
Jumlah Eksisting Rumah (unit)
Backlog Rumah (unit)
Kategori Ketersediaan Rumah
1999 542.832 108.566 89.020 -19.546 Kurang 2000 546.469 109.294 89.020 -20.274 Kurang 2001 553.580 110.716 89.129 -21.587 Kurang 2002 554.630 110.926 119.024 8.098 Lebih 2003 497.234 99.447 124.176 24.729 Lebih 2004 510.711 102.142 135.040 32.898 Lebih 2005 534.540 106.908 144.460 37.552 Lebih 2006 512.898 102.580 140.160 37.580 Lebih 2007 515.372 103.074 141.440 38.366 Lebih 2008 522.935 104.587 140.953 36.366 Lebih 2009 528.202 105.640 136.615 30.975 Lebih
Sumber : Analisis Penulis Dari perhitungan tersebut, Kota Surakarta mengalami kekurangan dan
kelebihan rumah dalam rentang waktu tahun 1999-2009. Kota Surakarta pada
tahun 1999-2001 membutuhkan rumah tambahan sebesar 19.546 unit pada tahun
1999, 20.274 unit pada tahun 2000 dan 21.587 unit pada tahun 2001. Selain tahun-
tahun tersebut, Kota Surakarta telah terpenuhi kebutuhan rumahnya secara
statistik menurut perhitungan pertumbuhan penduduk.
Akan tetapi tidak selamanya Kota Surakarta mengalami surplus jumlah
rumah, pada saat tertentu dimana Kota Surakarta mengalami perkembangan yang
semakin pesat, pada saat itulah secara perlahan Kota Surakarta akan
membutuhkan rumah tambahan bagi pertumbuhan penduduknya.
Kebutuhan rumah tidak hanya dipandang dari kebutuhan penduduk yang
tinggal di kota, tetapi kebutuhan rumah kota dipengaruhi pula oleh perkembangan
kegiatan di kota tersebut. Kota sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya
seperti Kota Surakarta mempunyai daya tarik yang kuat bagi penduduk yang
tinggal di wilayah sekitar kota untuk bekerja di pusat kota. Seperti teori dari
Adisasmita (2005) yang menyatakan bahwa perkembangan penduduk perkotaan
menunjukkan pertumbuhan dan intensitas kegiatan kota yang menjadikan kota
memiliki daya tarik yang kuat untuk tempat bekerja dengan pendapatan yang lebih
tinggi dan berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam. Sebagai pusat kota,
Kota Surakarta pun memiliki daya tarik tersebut sehingga banyak masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 67
yang berasal dari luar Kota Surakarta bekerja di kota. Dengan kondisi yang
demikian, kebutuhan rumah di Kota Surakarta akan terus meningkat karena tidak
hanya diperhitungkan dari penduduk dalam Kota Surakarta tetapi juga dari
kebutuhan hunian para pekerja yang bekerja di Kota Surakarta.
Kondisi penyediaan rumah di Kota Surakarta yang berlebih
mengindikasikan Kota Surakarta sebagai tempat investasi berbisnis dimana
perumahan juga menjadi investasi. Penggunaan lahan yang berkembang di bidang
perumahan, jasa dan perusahaan seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah rumah Kota Surakarta.
Kepadatan penduduk yang tinggi, keterbatasan lahan kota mendorong
pembangunan hunian secara vertikal di Kota Surakarta untuk mengatasi
permasalahan kota dan menjadi tempat investasi kota.
Perkembangan di bidang perumahan dari segi kuantitas unit rumah dan dari
segi luasan lahan yang digunakan untuk perumahan tidak sebanding dengan
jumlah penduduk kota yang turun. Hal ini menunjukkan bahwa rumah-rumah
yang ada di Kota Surakarta bukan untuk tempat tinggal penduduk Kota Surakarta
tetapi rumah-rumah tersebut digunakan untuk investasi. Dengan perkembangan
Kota Surakarta sebagai pusat perdagangan dan jasa menjadikan Kota Surakarta
sebagai lokasi investasi yang menguntungkan.
5.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-
Urban
5.2.1 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol
Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dari tahun 1999-
2009 sudah dilengkapi dengan pembangunan sarana prasarana, seperti yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Seperti petunjuk perencanaan kawasan
perumahan kota tahun 1987 dimana suatu lingkungan perumahan harus dilengkapi
sarana prasarana, meliputi sarana pendidikan, kesehatan, perniagaan dan industri,
pemerintah dan pelayanan umum, kebudayaan dan rekreasi, peribadatan, olahraga
dan taman, sedangkan untuk prasarana antara lain prasarana air bersih, listrik,
pembuangan air hujan dan air hujan, jalan lingkungan dan pembuangan sampah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 68
Persyaratan pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol sudah dipenuhi
dengan adanya pembangunan dan penyediaan sarana pendidikan, kesehatan,
perniagaan, rekreasi, peribadatan, olahraga dan taman-taman. Untuk sarana-sarana
lainnya disediakan oleh pemerintah seperti puskesmas, sekolah-sekolah negeri dan
kantor-kantor pemerintahan. Begitu juga dengan jaringan jalan, sampah, air
bersih, listrik dan drainase.
Kelengkapan sarana prasarana harus dipenuhi oleh pengembang supaya
pembangunan perumahan dapat berjalan seimbang (Sastra dan Marlina, 2005).
Sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor pertimbangan masyarakat dalam
memilih lokasi perumahan. Kelengkapan dan kondisi sarana prasarana yang baik
akan menjadi nilai plus bagi suatu lingkungan perumahan.
Pemilihan lokasi perumahan tidak hanya dipandang dari segi kelengkapan
sarana prasarana tetapi juga dipengaruhi oleh lokasi perumahan tersebut dengan
pusat aktivitas sehari-hari masyarakat, harga perumahan, desain rumah, luas
rumah, ketenangan dan kenyamanan, kemudahan transportasi, dan lain-lain. Pada
pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Grogol terpilih beberapa faktor-faktor
yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Untuk analisis pemilihan lokasi
dalam hubungannya dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan
digunakan analisis kuantitatif.
Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan
model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent
dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien
korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya
semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.
Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi
yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat
yang tinggal di perumahan tersebut.
Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel
correlation di lampiran 3. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara
lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.922, lokasi bekerja dengan
lokasi rumah yang strategis sebesar 0.931, lokasi bekerja dengan desain rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 69
yang bagus sebesar 0.889, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi
sebesar 0.710, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar
0.947, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.796, lokasi
bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.890, lokasi bekerja dengan bebas
polusi sebesar 0.662. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel
dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel
independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat
hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah kelengkapan
fasilitas perumahan, lokasi perumahan yang strategis, harga rumah yang
terjangkau, transportasi mudah, desain rumah bagus, jauh dari keramaian kota,
luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi.
Bila dilihat dari tabel 4.5 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan
formal di Kecamatan Grogol oleh masyarakat, hasilnya sedikit berbeda dengan
hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari tabel
menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah lokasi strategis
tetapi dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat kaitannya
dengan variabel dependent adalah kelengkapan fasilitas perumahan. Hasil pada
tabel, tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat. Akan tetapi pada
perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor
pemilihan lokasi perumahan formal.
Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol membuktikan
kebenaran teori dari Cahyana, Sudaryono (2002) dan teori dari Astudio (2006)
mengenai faktor-faktor yang dijadikan pedoman masyarakat untuk memilih lokasi
tempat tinggal seperti lokasi yang strategis dekat dengan tempat bekerja maupun
beraktivitas sehari-hari, harga rumah yang terjangkau, kelengkapan fasilitas
perumahan yang sudah disediakan oleh pengembang, desain rumah yang bagus
dan rumah yang ditawarkan memenuhi standart kebutuhan luas rumah untuk
setiap keluarga.
Untuk analisis pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol
dilakukan dengan membandingkan jumlah luasan rumah yang telah dibangun
dengan standart luas rumah per unit, yang hasilnya dibandingkan lagi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 70
standart penghuni tiap rumah. Hasil dari perhitungan tersebut adalah jumlah
penduduk yang tinggal di perumahan tersebut yang nantinya digunakan sebagai
analisis selanjutnya. Perhitungan tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 5.4 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan
Grogol Tahun 1999-2009
Tahun Pembangunan
Luas Perumahan (Ha)
Jumlah Rumah (unit)
Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa)
2002 3,1 344 1.722
2003 1,66 184 922 2004 3,18 353 1.767 2005 0,45 50 250 2006 0,25 28 139
2007 4,88 542 2.711 2008 1,95 217 1.083
JUMLAH 15,47 1.719 8.594 Sumber : Analisis Penulis
Dari hasil perhitungan di atas, pembangunan perumahan formal yang telah
dibangun dari tahun 1999-2009 di Kecamatan Grogol mampu melayani sebanyak
8.594 penduduk. Dimana penduduk tersebut adalah penduduk yang mayoritas
bekerja di Kota Surakarta seperti hasil wawancara yang telah disampaikan pada
bab sebelumnya. Keadaan demikian membuktikan kebenaran teori yang
disampaikan oleh Dickinson dalam Yunus, 2005 yang menyatakan bahwa
peruntukan permukiman di wilayah peri-urban dibangun bukan untuk petani
melainkan untuk masyarakat yang bekerja di kota.
Kebenaran tersebut juga didukung dengan adanya hasil wawancara yang
telah dilakukan penulis dimana memang sebanyak 100 responden dari 100
responden yang menjadi sampel menyatakan bahwa perumahan yang dibangun di
Kecamatan Grogol memiliki lokasi yang strategis. Strategis yang dimaksudkan
adalah dekat dengan tempat mereka bekerja, dekat dengan sarana-sarana yang
dibutuhkan sehari-hari seperti sekolah, rumah sakit, tempat berbelanja, bahkan
rekreasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 71
Indikator perkembangan perumahan dapat diukur secara obyektif yakni
dengan melihat jumlah unit rumah yang dibangun setiap tahunnya dan luas
pembangunan lokasi perumahan setiap tahunnya. Untuk perumahan formal di
Kecamatan Grogol dilihat dari pertumbuhan luas pembangunan perumahan setiap
tahunnya seperti pada grafik di bawah ini :
Gambar 5.1 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol
Sumber : Analisis Penulis
Dari grafik di atas terlihat bahwa di setiap tahun terdapat pembangunan
perumahan formal di Kecamatan Grogol. Pembangunan dimulai pada tahun 2002
dikarenakan pada tahun 1999-2001 perkembangan property di Kecamatan Grogol
masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun 1998.
Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2007, dilihat dari titik tertinggi
pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006. Untuk
persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol bisa
dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun
1999-2009.
Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan
mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola
pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi
masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah,
belanja, berobat, dll).
Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Grogol tahun 1999-2009
0
2
4
6
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008TAHUN
Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol
Luas Perumaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72
5.2.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan
Gondangrejo
Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dapat dilihat
dari data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Pembangunan perumahan
formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo cenderung diperuntukkan bagi
masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dibuktikan
dengan type rumah yang dibangun antara 21-60, sedangkan di Kecamatan Grogol
sampai type 150. Pembangunan perumahan pun dilengkapi dengan pembangunan
sarana prasarana seperti syarat pembangunan perumahan di dalam Petunjuk
Perencanaan Kawasan Perumahan Kota tahun 1987 oleh DPU. Pembangunan
sarana prasarana perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo sudah dibangun
dengan kelengkapan sarana prasarana dari pengembang, tetapi tidak selengkap di
Kecamatan Grogol. Untuk sarana kesehatan, hanya ada puskesmas dari
pemerintah bukan Rumah Sakit yang memang sudah direncanakan pengembang
untuk dibangun di lokasi perumahan tersebut. Begitu pula dengan sarana rekreasi,
berbeda dengan Kecamatan Grogol dimana pihak pengembang sudah
menyediakan water park Pandawa.
Kelengkapan sarana prasarana menjadi salah satu alasan masyarakat dalam
memilih lokasi tempat tinggal. Bila perumahan tidak dilengkapi dengan sarana
prasarana atau pun jauh dari pusat aktivitas dimana terdapat sarana-sarana yang
dibutuhkan maka perumahan tersebut tidak akan berkembang dengan pesat. Dari
hasil wawancara terkait pemilihan lokasi perumahan juga mendukung pernyataan
di atas. Beberapa faktor pemilihan lokasi yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya menjadi dasar masyarakat untuk memilih sebuah lokasi hunian.
Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan
model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent
dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien
korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya
semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.
Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 73
yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat
yang tinggal di perumahan tersebut.
Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel
correlation di lampiran 5. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara
lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.964, lokasi bekerja dengan
lokasi rumah yang strategis sebesar 0.956, lokasi bekerja dengan desain rumah
yang bagus sebesar 0.816, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi
sebesar 0.466, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar
0.737, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.546, lokasi
bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.808, lokasi bekerja dengan bebas
polusi sebesar 0.216. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel
dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel
independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat
hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah harga rumah yang
terjangkau, lokasi perumahan yang strategis, desain rumah bagus, transportasi
mudah, fasilitas perumahan lengkap, jauh dari keramaian kota, luas rumah
mencukupi kebutuhan dan bebas polusi.
Bila dilihat dari tabel 4.7 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan
formal di Kecamatan Gondangrejo oleh masyarakat, hasilnya tidak berbeda
dengan hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari
tabel menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah harga yang
terjangkau dan dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat
kaitannya dengan variabel dependent juga harga yang terjangkau. Hasil pada tabel
yang tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat tetap sama dengan
perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor
pemilihan lokasi perumahan formal.
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perumahan yang dibangun
di Kecamatan Gondangrejo adalah perumahan yang dihuni oleh penduduk yang
bekerja di Solo atau yang berasal dari wilayah luar Kota Solo yang memang
bekerja di Kota Solo. Aktivitas sehari-hari masyarakat yang tinggal di perumahan
tersebut memang di Solo seperti hasil wawancara penulis. Dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 74
peruntukan perumahan di Kecamatan Gondangrejo ini memang untuk masyarakat
pekerja Solo sesuai dengan teori Dickinson tentang pembangunan perumahan di
wilayah peri-urban adalah untuk masyarakat yang bekerja di kota bukan untuk
petani-petani yang bekerja di wilayah itu sendiri.
Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo juga
membuktikan kebenaran atau kesesuaian fakta dengan teori Cahyana dan
Sudaryono mengenai faktor-faktor pemilihan lokasi seperti lokasi yang aksesibel
(mudah dijangkau, dekat dengan tempat bekerja), rumah yang dipilih sesuai
dengan kebutuhan luas rumah untuk jumlah keluarga masing-masing, ketersediaan
fasilitas perumahan. Pemilihan lokasi tersebut juga membuktikan teori Astudio
(2006) dimana pemilihan lokasi perumahan ditentukan antara lain adalah terkait
harga yang terjangkau semua kalangan masyarakat, lokasi yang strategis dekat
dengan pusat kota, desain rumah yang bagus dan kelengkapan fasilitas yang
ditawarkan oleh pengembang.
Untuk analisis pelayanan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo
dihitung dengan membandingkan jumlah rumah (unit) yang sudah dibangun setiap
tahunnya dengan standart penghuni setiap rumah (5 orang), dimana hasilnya
menunjukkan seberapa banyak jumlah penduduk yang dapat ditampung di
perumahan formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo selama tahun 1999-
2009. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.5. Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999-2009
Tahun Pembangunan
Jumlah Rumah (Unit)
Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa)
2001 20 100 2002 50 250 2003 158 790 2006 1.580 7.900 2007 243 1.215 2008 564 2.820 2009 150 750 JUMLAH 2.765 13.825
Sumber : Analisis Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 75
Dari perhitungan pada tabel di atas sebanyak 13.825 jiwa dapat ditampung
di perumahan Kecamatan Gondangrejo pada rentang tahun pembangunan 2001-
2009. Pertumbuhan tersebut akan lebih jelas bila dilihat dengan grafik dan juga
peta. Untuk perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dilihat dari
pertumbuhan jumlah pembangunan perumahan setiap tahunnya seperti pada grafik
di bawah ini :
Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo
Sumber : Analisis Penulis
Dari grafik di atas terlihat bahwa pembangunan dimulai pada tahun 2001
dikarenakan pada tahun 1999-2000 perkembangan property di Kecamatan
Gondangrejo masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun
1998. Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2008, dilihat dari titik
tertinggi pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006.
Untuk persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol
bisa dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun
1999-2009.
Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan
mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola
pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi
masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah,
belanja, berobat, dll).
0
100
200
300
400
500
600
2001 2002 2003 2006 2007 2008 2009
TAHUN
Pertumbuhan PembangunanPerumahan Kecamatan Gondangrejo Tahun 2001-2009
Jumlah Rumah (Unit)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76
peta pertumbuhan gondangrejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 77
5.3 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-
Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Rumah Kota di
Surakarta
Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan perumahan Kota Surakarta digunakan untuk
menganalisis semua hasil penelitian yang sudah terkumpul dan mengkaji lebih
dalam hubungan antar variabel-variabel penelitian. Kedua variabel penelitian
yaitu perkembangan Kota Surakarta dan perkembangan perumahan formal di
wilayah peri-urban dibahas lebih mendalam mengenai keterkaitan keduanya
beserta dengan indikator-indikator yang ada di setiap variabel. Analisis
perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban diambilkan dari gabungan
analisis perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo.
Analisis hubungan dari kedua variabel dilihat dari faktor pemilihan lokasi
perumahan yang dapat mengindikasikan apakah perumahan yang ada di wilayah
peri-urban digunakan untuk memenuhi kebutuhan perumahan kota di Surakarta.
Untuk analisis perbandingan antara perkembangan Kota Surakarta dilihat
dari pertumbuhan penduduk dengan perkembangan perumahan formal di wilayah
peri-urban dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
JUMLAH
JUMLAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 79
Dari grafik di atas dapat dibandingkan antara perkembangan Kota Surakarta
dengan perkembangan perumahan di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Pada
tahun 1999-2001 tidak terdapat pembangunan perumahan formal di kedua
kecamatan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Pembangunan
dimulai pada tahun 2002 dan setahun berikutnya yaitu pada tahun 2003
pertumbuhan penduduk Kota Surakarta turun yang mengindikasikan bahwa ada
perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota / ke wilayah peri-urban.
Begitu pula pertumbuhan perumahan formal yang tinggi di Kecamatan
Gondangrejo pada tahun 2005 menyebabkan pertumbuhan penduduk Kota
Surakarta pada tahun 2006 mengalami penurunan.
Bila dilihat dari grafik pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun
1999-2009, Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Akan tetapi
pada analisis sebelumnya mengatakan bahwa pembangunan permukiman, jasa dan
perusahaan di Kota Surakarta mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tidak
sesuai dengan pendapat Adisasmita (2005) yang menguraikan bahwa jumlah
penduduk di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan yang makin
meningkat karena daerah perkotaan mempunyai daya tarik yang kuat yaitu
menjanjikan kesempatan kerja yang lebih luas, pendapatan yang lebih tinggi dan
berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam. Kota Surakarta mengalami
pertumbuhan penduduk yang negatif tetapi kesempatan kerja semakin meningkat
dengan adanya pertumbuhan jasa dan perusahaan di Kota Surakarta hingga
menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat di luar Kota Surakarta untuk
bekerja bahkan tinggal di Surakarta.
Dengan penambahan jumlah pekerja di Kota Surakarta menyebabkan jumlah
permukiman semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan para pekerja
tersebut akan tetapi kondisi tersebut menyebabkan penduduk dalam kota merasa
tidak nyaman tinggal di kota dan akhirnya berpindah ke pinggiran kota yaitu di
wilayah peri-urban Kota Surakarta. Dengan demikian jumlah rumah di Kota
Surakarta terus meningkat tetapi penduduk kota menurun. Kondisi di Kota
Surakarta ini relevan dengan pendapat Adisasmita (2005) bahwa pembangunan
fasilitas-fasilitas kota dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 80
diarahkan pada penyelenggaraan fungsi kota yaitu pengadaan tempat tinggal,
tempat bekerja, transportasi dan rekreasi. Ketersediaan sarana prasarana perkotaan
ternyata tidak mampu mengimbangi kebutuhan karena lahan perkotaan semakin
terbatas sedangkan perkembangan di daerah perkotaan berlangsing semakin pesat.
Dari keterangan grafik dan penjelasan di atas terlihat adanya hubungan
antara perkembangan Kota Surakarta dengan perkembangan perumahan formal di
Kecamatan Grogol dan Kecamatan Gondangrejo. Hubungan tersebut lebih
diperdalam lagi dengan adanya perhitungan kuantitatif menggunakan analisis
faktor pemilihan lokasi terhadap lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di
perumahan formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo.
Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan
model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent
dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien
korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya
semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.
Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi
yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat
yang tinggal di perumahan tersebut.
Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel
correlation di lampiran 6. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara
lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.911, lokasi bekerja dengan
lokasi rumah yang strategis sebesar 0.921, lokasi bekerja dengan desain rumah
yang bagus sebesar 0.886, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi
sebesar 0.710, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar
0.948, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.789, lokasi
bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.869, lokasi bekerja dengan bebas
polusi sebesar 0.656. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel
dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel
independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat
hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah kelengkapan
fasilitas perumahan, lokasi perumahan yang strategis, harga rumah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 81
terjangkau, desain rumah bagus, transportasi mudah, jauh dari keramaian kota,
luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi.
Dengan adanya perhitungan tersebut, antara kedua variabel yaitu variabel
dependent (lokasi bekerja) dengan variabel independent (faktor pemilihan lokasi)
saling berhubungan. Hubungan tersebut mengartikan bahwa memang masyarakat
yang tinggal di perumahan formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo tersebut
adalah masyarakat Surakarta yang membutuhkan hunian di luar pusat kota karena
berbagai alasan dari pemilihan lokasi tersebut.
5.4 Sintesis Data
Kota Surakarta mengalami perkembanga kota dilihat dari pola spasial,
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan sarana permukiman dan juga pertumbuhan
penggunaan lahan. Analisis pertumbuhan penduduk menyatakan dengan jelas
bahwa ada penurunan jumlah penduduk, penurunan jumlah pertumbuhan
penduduk bahkan penurunan kepadatan penduduk. Analisis perkembangan Kota
Surakarta secara spasial, penggunaan lahan dan jumlah pertumbuhan permukiman
menyatakan terdapat peningkatan. Kondisi demikian menjadikan Kota Surakarta
hanya menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya karena perkembangan yang
terjadi adalah di bidang jasa sedangkan penduduk mengalami penurunan karena
berpindah ke wilayah peri-urban Kota Surakarta mencari lokasi hunian yang lebih
nyaman.
Ada gerakan sentrifugal seperti pendapat Yunus (2005), dimana gerakan
sentrifugal adalah gerakan perpindahan penduduk dari dalam ke luar kota karena
kekuatan-kekuatan sentrifugal. Kekuatan sentrifugal ada dua yaitu kekuatan
pendorong dan penarik, kekuatan pendorong berasal dari dalam kota sedangkan
penarik dari luar kota. Kekuatan pendorong pada gerakan tersebut antara lain
tingginya kepadatan penduduk, tingginya kepadatan permukiman, tingginya
polusi udara, tingginya polusi air, tingginya polusi social, tingginya kriminalitas,
banyaknya peraturan-peraturan yang mengikat, tingginya kepadatan lalu lintas,
kurangnya lahan, tingginya harga lahan dan kurang terjaminnya privacy.
Semuanya itu menjadi ciri khas dari wilayah pusat kota yang mengalami gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 82
sentrifugal. Wilayah yang ditinggalkan penduduknya untuk berpindah ke bagian
luar kota.
Kekuatan pendorong tersebut dimiliki oleh Kota Surakarta. Kota yang
semakin padat karena perkembangan kota yang terus terjadi menjadikan Kota
Surakarta tidak nyaman dan tidak cocok untuk menjadi lokasi tempat tinggal
sehingga masyarakat dari dalam kota maupun masyarakat yang bekerja di kota
memilih untuk tidak tinggal di pusat kota melainkan di wilayah peri-urban Kota
Surakarta.
Perkembangan perumahan formal yang ada di Kecamatan Grogol dan
Gondangrejo berkembang dengan baik karena perkembangan tersebut seimbang
dengan pemenuhan kelengkapan sarana prasarana yang mendukung atau
membantu penawaran perumahan tersebut. Seperti teori dari Sastra dan Marlina
(2005) tentang peraturan pembangunan perumahan dan juga dari peraturan
rencana kawasan perumahan kota dari Departemen Pekerjaan Umum terkait
kelengkapan sarana prasarana yang harus dilengkapi, kedua kecamatan sudah
memenuhi standar yang ditetapkan. Dengan demikian perkembangan perumahan
menjadi lokasi hunian yang layak untuk dijadikan tempat tinggal yang diinginkan
masyarakat pada umumnya.
Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo
juga didukung adanya gaya tarik gerakan sentrifugal, dimana wilayah peri-urban
merupakan wilayah tujuan dari gerakan sentrifugal. Kekuatan sentrifugal yang
menjadi kekuatan penarik antara lain rendahnya kepadatan penduduk, rendahnya
kepadatan permukiman, rendahnya polusi udara, rendahnya polusi air, rendahnya
polusi sosial, rendahnya tingkat kriminalitas, sedikitnya peraturan-peraturan yang
mengikat, rendahnya kepadatan lalu-lintas, rendahnya frekuensi kemacetan lalu
lintas, banyaknya lahan, rendahnya harga lahan, rendahnya suhu udara dan lebih
terjaminnya privacy. Dengan adanya kekuatan penarik tersebut, masyarakat
cenderung memilih lokasi tempat tinggal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo
sebagai wilayah peri-urban Kota Surakarta.
Perkembangan keduanya berbanding lurus dan berhubungan, yang artinya
Kota Surakarta berkembang diikuti dengan perkembangan perumahan formal di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 83
Kecamatan Grogol dan Gondangrejo untuk memenuhi kebutuhan rumah kota di
Surakarta. Kota Surakarta akan terus berkembang lagi dalam perkembangan
penduduk dan kelengkapan sarana prasarana yang nantinya akan tetap berdampak
pada kebutuhan rumah. Pada tahun penelitian Kota Surakarta masih
membutuhkan pemenuhan rumah untuk mengakomodasi kebutuhan rumah bagi
para pekerja yang bekerja di Kota Surakarta karena masyarakat yang tinggal di
kedua kecamatan adalah masyarakat yang bekerja di Kota Surakarta.
Perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban Kota Surakarta
yakni di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo diperuntukkan bagi penduduk yang
bekerja di Kota Surakarta sesuai hasil wawancara yang menyatakan bahwa
memang mayoritas masyarakat yang tinggal di perumahan formal wilayah peri-
urban beraktivitas di Kota Surakarta. Hal tersebut membuktikan kebenaran teori
dari Dickinson dalam Yunus, 2008 yang menyatakan bahwa permukiman yang
dibangun di wilayah peri-urban tidak dibangun untuk petani melainkan untuk
mereka yang bekerja di kota.
Kota Surakarta mengalami perluasan konsentrasi permukiman beserta
dengan pelayanan bagi kawasan ekonomi yang dilayaninya seperti teori yang
diungkapkan oleh Adisasmita, 2005. Kota sangat erat hubungannya dengan
jumlah dan kepentingan penduduknya. Kota Surakarta pada tahun 1999 memiliki
kepadatan yang tinggi namun lambat laun kepadatan semakin berkurang
dikarenakan adanya pemekaran konsentrasi permukiman di wilayah-wilayah
pinggiran Kota Surakarta yaitu di wilayah peri-urban Kota Surakarta.
Perembetan konsentrasi permukiman tersebut didasari pada pemilihan
masyarakat dalam hal menentukan lokasi tempat tinggal yang dirasa aman dan
nyaman. Pemilihan lokasi perumahan masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Grogol dan Gondangrejo sebagai wilayah peri-urban Kota Surakarta sebagian
besar dikarenakan keterjangkau harga rumah dan beberapa alasan lain diantaranya
seperti jauh dari keramaian kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENUTUP 85
BAB 6
PENUTUP
Di awal laporan penelitian terdapat pendahuluan dan di akhir penelitian terdapat
penutup. Pada bagian penutup ini akan disajikan rangkuman dari penelitian ini
dan bagaimana penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi yang membaca laporan
ini dengan memberikan rekomendasi rekomendasi untuk perbaikan penelitian
selanjutnya maupun untuk menambah pengetahuan pembaca.
6.1. Kesimpulan
Kota Surakarta berkembang di bidang perumahan, jasa dan perdagangan.
Akan tetapi pertumbuhan penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan.
Perkembangan di bidang perdagangan dan jasa menjadikan Kota Surakarta
sebagai pusat pelayanan, pusat investasi, berbisnis bagi wilayah sekitarnya
(wilayah peri-urban). Dengan adanya investasi di Kota Surakarta, perumahan
yang berkembang di kota juga menjadi sarana untuk berinvestasi.
Pertumbuhan penduduk yang turun disebabkan karena perpindahan
penduduk dari dalam ke luar Kota Surakarta karena pengaruh kekuatan
sentrifugal. Penurunan penduduk mengakibatkan penurunan jumlah kebutuhan
rumah, akan tetapi jumlah rumah di Kota Surakarta mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dikarenakan adanya pembangunan perumahan hanya sebagai
sarana berinvestasi untuk mengakomodasi pekerja kota yang berasal dari luar kota
yang ingin tinggal di pusat kota.
Perpindahan penduduk ke luar Kota Surakarta karena penduduk mencari
lokasi hunian yang lebih nyaman dari pada hunian di pusat kota dan bersamaan
dengan itu perumahan formal berkembang di wilayah peri-urban. Wilayah peri-
urban merupakan wilayah yang dekat dengan pusat kota dan masih terjangkau
bagi masyarakat penglaju yang tinggal di wilayah peri-urban dan bekerja atau
beraktivitas di pusat kota. Dengan demikian banyak masyarakat yang bekerja di
pusat kota tetapi memilih untuk bertempat tinggal di wilayah peri-urban Kota
Surakarta. Hal ini menjadikan perumahan formal di wilayah peri-urban semakin
berkembang karena permintaan (demand) perumahan semakin bertambah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENUTUP 86
Perumahan formal yang berkembang di wilayah peri-urban memang
diperuntukkan bagi masyarakat yang bekerja attau beraktivitas di Kota Surakarta
karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di perumahan formal wilayah peri-
urban adalah masyarakat yang bekerja dan beraktivitas di pusat kota. Selain itu
juga bila dilihat dari pemilihan lokasi perumahan di wilayah peri-urban oleh
masyarakat yang didominasi oleh keterjangkauan harga rumah dan lokasi rumah
yang strategis (dekat dengan pusat kota tempat bekerja, bersekolah dan melakukan
aktivitas sehari-hari), menjadikan perumahan formal di wilayah peri-urban
sebagai lokasi yang tepat bagi masyarakat yang bekerja di pusat kota yang
menginginkan lokasi hunian yang lebih nyaman daripada di pusatt kota.
6.2. Rekomendasi
Diperlukan adanya perencanaan perumahan yang lebih baik lagi dalam
menyediakan hunian bagi masyarakat sehingga pengembang tidak hanya
sekedar membangun tetapi juga tetap memperhatikan pengelolaan
perumahan secara berkelanjutan.
Diperlukan adanya pembatasan pembangunan lahan terbangun di Kota
Surakarta supaya lahan non terbangun yang menjadi ruang terbuka hijau
kota dapat tetap terjaga bahkan dapat ditingkatkan.
Diperlukan adanya program untuk kependudukan yang bertujuan untuk
membatasi pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan secara
langsung juga akan meningkatkan tingkat kepadatan penduduk Kota
Surakarta yang sudah tinggi. Diharapkan kepadatan penduduk Kota
Surakarta dapat setara dengan wilayah di sekitar pusat kota sehingga
keadaan di pusat Kota Surakarta tidak terlalu padat yang nantinya dapat
menimbulkan masalah-masalah perkotaan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user