tugas akhir perkembangan perumahan formal di …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha...

98
TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA DI SURAKARTA Karissa Riasdianti I0607049 Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: trinhxuyen

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TUGAS AKHIR

PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH

PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN

PERUMAHAN KOTA DI SURAKARTA

Karissa Riasdianti I0607049

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

HALAMAN PENGESAHAN

PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN

SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA DI

SURAKARTA

KARISSA RIASDIANTI

I0607049

Menyetujui,

Surakarta, Januari 2012

Pembimbing I

Murtanti Jani Rahayu, ST, MT

NIP. 197201172000032001

Pembimbing II

Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP

NIP . 195902221989031001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas

Teknik

Dr.Ir. Mohamad Muqoffa, MT

NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan

Kota

Ir. Galing Yudana

NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan I

Fakultas Teknik

Kusno Adi Sambodo, ST, MT, Ph.D

NIP. 196910261995031002

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

KATA PENGANTAR iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan dan Juruselamat penulis, Tuhan Yesus Kristus

atas berkat pimpinanNya sampai diselesaikannya penulisan laporan Tugas Akhir

-Urban sebagai

disusun untuk memenuhi syarat menempuh jenjang Strata-1 Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan laporan ini tidak akan dapat berjalan dengan

baik tanpa adanya bantuan, dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret.

2. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret.

3. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

4. Ir. Ana Hardiana, MT selaku pembimbing akademik atas kesabaran,

bimbingan dan saran yang diberikan selama proses perkuliahan sampai

penyusunan laporan ini.

5. Murtanti Jani Rahayu, ST, MT dan Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP selaku

dosen pembimbing seminar dan Tugas Akhir atas semua masukan, kritik,

saran, support dan kesabaran dalam membimbing penyusunan Tugas Akhir

sampai selesai.

6. Isti Andini, ST, MT selaku dosen penguji atas kritik, saran yang membangun

serta atas waktu yang diluangkan selama ini dalam membantu proses

penyusunan Tugas Akhir.

7. Ir. Widharyatmo, MSi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah

diberikan.

8. Bapak dan ibu tersanyang, atas segala bentuk dukungan, kasih sayang dan doa

yang menyertai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

KATA PENGANTAR iv

9. Keluargaku tercinta, mbak Irin, mas Andi dan si kecil Deandra untuk doa,

keceriaan keluarga dan dukungannya.

10. Untuk teman-temanku Reni Carica, Agung Tri Kuncoro, Novitriani, Diana,

Meri, Dian, Nurul, Dini, terima kasih atas semua bantuan kalian.

11. Teman terkasih, Priska atas dukungan dan doanya.

12. Temen-temen Planol-Tujuh untuk keceriaan, kekompakan, kenangan, teman

diskusi, teman bermain hingga ada kebanggaan tersendiri menjadi salah satu

bagian dari kalian.

13. Untuk seseorang yang menjadi inspirasi dan semangat tersendiri buat saya,

terima kasih untuk dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan.

14. Berbagai dinas atas kemudahannya dalam memperoleh data dan masyarakat

perumahan Kecamatan Grogol dan Gondangrejo atas kesediaannya berbagi

waktu untuk menjawab kuesioner.

15. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya

laporan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, penulis

mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tulisan dan

penelitian berikutnya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. Terima kasih

dan Tuhan memberkati.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DAFTAR ISI vi

MOTTO :

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.

(Filipi 4:13)

agi, melipat tangan sebentar

maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti

(Amsal 6:6,10-11)

gunakan

perkataanmu sebagai motivasi

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DAFTAR ISI vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii MOTTO ............................................................................................................ v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR PETA ................................................................................................ xi ABSTRAK ....................................................................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.1.1 Perkembangan Kota ............................................................ 1 1.1.2 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban 2 1.1.3 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban

Kota Surakarta ..................................................................... 3 1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian ..................................... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................. 5 1.3.2 Sasaran Penelitian ................................................................ 6 1.3.3 Manfaat Penelitian ............................................................... 6

1.4 Batasan Penelitian ........................................................................ 6 1.4.1.Batasan Lokasi Penelitian ................................................... 6 1.4.2.Batasan Waktu Penelitian ................................................... 6

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERKEMBANGAN KOTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN ...... 10 2.1. Teori Perkembangan Kota dan Wilayah Peri-Urban .................. 10

2.1.1. Perkembangan Kota ......................................................... 10 2.1.2. Perkembangan Wilayah Peri-Urban ................................. 12 2.1.3. Aktivitas Masyarakat di Wilayah Peri-Urban terhadap

Pusat Kota ........................................................................ 13 2.2. Teori Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri

Urban .......................................................................................... 16 2.2.1. Pengertian Perumahan Formal ......................................... 16 2.2.2. Syarat Pembangunan Perumahan Formal ........................ 17 2.2.3. Pemilihan Lokasi Perumahan Formal .............................. 18 2.2.4. Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban ...................... 23

2.3. Variabel Penelitian ..................................................................... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 27 3.1.Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ................................ 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DAFTAR ISI viii

3.2.Populasi dan Sampel ................................................................... 28 3.2.1. Populasi ............................................................................ 28 3.2.2. Sampel .............................................................................. 28

3.3.Metode Pengumpulan Data ........................................................ 36 3.3.1. Studi Literatur .................................................................. 36 3.3.2. Observasi .......................................................................... 37 3.3.3. Wawancara ....................................................................... 37

3.4.Teknik Analisis Data .................................................................. 37 3.4.1. Analisis Perkembangan Kota Surakarta ........................... 37 3.4.2. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di

Wilayah Peri-Urban ......................................................... 39 3.4.3. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah

Peri-Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Rumah Kota di Surakarta ................................................. 40

3.5.Sintesis Data ............................................................................... 40

BAB 4 PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA DAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN ......... 41

4.1.Perkembangan Kota Surakarta ................................................... 41 4.1.1. Penggunaan Lahan Kota Surakarta .................................. 41 4.1.2. Kependuduk Kota Surakarta ............................................ 44 4.1.3. Sarana Permukiman Kota Surakarta ................................ 45

4.2.Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban ........ 46 4.2.1. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan

Grogol .............................................................................. 46 4.2.2. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan

Gondangrejo ..................................................................... 54

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN KOTA SURAKARTA ......................................... 61 5.1.Analisis Perkembangan Kota Surakarta ..................................... 61

5.1.1. Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta .................... 61 5.1.2. Analisis Perkembangan Pendudukan Kota Surakarta ...... 64 5.1.3. Analisis Kebutuhan Permukiman Kota Surakarta............ 65

5.2.Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban .......................................................................................... 67

5.2.1. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol .............................................................................. 67

5.2.2. Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo ..................................................................... 73

5.3.Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Kota Surakarta ............................................................................ 78

5.4.Sintesis Data ............................................................................... 82

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DAFTAR ISI ix

BAB 6 PENUTUP........................................................................................ 85

6.1.Kesimpulan ................................................................................. 85 6.2.Rekomendasi ............................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xiv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... xvii LAMPIRAN .................................................................................................. xviii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prasarana dan Sarana dalam Suatu Lingkungan Perumahan ............. 18

Tabel 2.2 Indikator Penelitian ............................................................................. 24

Tabel 3.1 Kebutuhan Data ................................................................................... 36

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 1999, 2004 dan 2009 ....... 42

Tabel 4.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kota Surakarta Tahun

1999-2009 ........................................................................................... 43

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999 2009 ....................... 44

Tabel 4.4 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1999 2009 ....................... 45

Tabel 4.5 Pembangunan Perumahan formal di Kecamatan Grogol Tahun

1999 2009 Dirinci Per Tahun .......................................................... 47

Tabel 4.6 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Oleh Masyarakat ...................... 49

Tabel 4.7 Pembangunan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo Tahun

1999 2009 ......................................................................................... 54

Tabel 4.8 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan oleh Masyarakat ....................... 56

Tabel 5.1 Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ......... 62

Tabel 5.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2009 ................ 64

Tabel 5.3 Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta ....................................... 66

Tabel 5.4 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan

Grogol Tahun 1999-2009 .................................................................... 70

Tabel 5.5 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan

Gondangrejo Tahun 1999-2009 ......................................................... 75

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir .............................................................................. 26

Gambar 4.1 Tipe Rumah di Perumahan Formal di Kecamatan Grogol ............ 48

Gambar 4.2 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan .......................... 50

Gambar 4.3 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan

Formal Kecamatan Grogol ............................................................ 51

Gambar 4.4 Jenis Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo ...... 56

Gambar 4.5 Diagram Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan ........... 57

Gambar 4.6 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan

Formal Kecamatan Grogol ............................................................ 58

Gambar 4.5 Tipe Rumah di Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo .. 57

Gambar 4.6 Diagram Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan ........... 59

Gambar 5.1 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamtan

Grogol ........................................................................................... 71

Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan

Gondangrejo .................................................................................. 76

Gambar 5.3 Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun

1999-2009 ..................................................................................... 79

Gambar 5.4 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan

Grogol dan Gondangrejo Tahun 1999-2009 ................................. 79

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DAFTAR PETA xi

DAFTAR PETA

Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 7

Peta 3.1 Peta Sampel Lokasi Penelitian Tahun 2011 ........................................ 33

Peta 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Grogol Tahun 2011 ............................. 34

Peta 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Gondangrejo Tahun 2011 ................... 35

Peta 4.1 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun

1999 ..................................................................................................... 52

Peta 4.2 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun

2009 ..................................................................................................... 53

Peta 4.3 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun

1999 ..................................................................................................... 59

Peta 4.4 Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun

2009 ..................................................................................................... 60

Peta 5.1 Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun

1999-2009 ........................................................................................... 72

Peta 5.2 Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun

1999-2009 ........................................................................................... 77

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ABSTRAK xii

ABSTRAK

Kota adalah pusat permukiman penduduk yang semakin lama semakin

meluas dan menjadi pusat perkembangan dalam suatu wilayah. Perumahan

formal adalah kumpulan rumah yang dilengkapi dengan sarana prasarana dan

utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang

perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan hunian meningkat

yang kemudian diakomodasi oleh ketersediaan perumahan formal.

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, maka akan

diketahui identifikasi perkembangan Kota Surakarta, kebutuhan rumah dari

perkembangan Kota Surakarta, perkembangan perumahan formal Wilayah Peri-

Urban serta hubungan antara perkembangan perumahan formal di Wilayah Peri-

Urban dan perkembangan Kota Surakarta. Analisis data dilakukan terhadap

indikator perkembangan kota yang terdiri dari pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan permukiman dan penggunaan lahan serta pertumbuhan jumlah

perumahan formal dan pemilihan lokasi perumahan sebagai indikator

perkembangan perumahan formal.

Kota Surakarta adalah kota yang berkembang di bidang perumahan,

perdagangan dan jasa. Perkembangan tersebut menjadikan Kota Surakarta

magnet bagi para pekerja yang berasal dari luar Kota Surakarta untuk bekerja di

kota. Bersamaan dengan itu, perumahan formal di wilayah peri-urban

berkembang pasca krisis ekonomi. Perkembangan Kota Surakarta menyebabkan

pertumbuhan penduduk menurun karena penduduk bermigrasi ke wilayah peri-

urban Kota Surakarta untuk tinggal di perumahan formal wilayah peri-urban.

Masyarakat yang tinggal di wilayah peri-urban adalah masyarakat yang bekerja

di Kota Surakarta.

Kata Kunci : Perkembangan, Kota, Wilayah Peri-Urban, Perumahan

Formal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ABSTRAK xiii

ABSTRACT

The city is the center of resettlement needs in an increasingly widespread

and became the center of developments in the region. Formal housing is a

collection of homes equipped with infrastructure and public utility facilities

constructed by the business entity engaged in the housing. Development of the city

led to the need for increased occupancy are then accommodated by the

availability of formal housing.

By using quantitative descriptive research method, it will be known to

identify the development of Surakarta City, home of the developmental needs of

Surakarta City, the development of formal housing Peri-Urban Areas and the

relationship between the development of formal housing in Peri-Urban Areas and

development of the city of Surakarta. Data analysis was conducted on urban

development indicators of population growth, the growth of settlements and land

use and growth in the number of formal housing and site selection of housing as

an indicator of formal housing developments.

Surakarta is a thriving city in the areas of housing, commerce and services.

These developments make the city of Surakarta magnet for workers from outside

the city of Surakarta to work in the city. Simultaneously, the formal housing in

peri-urban areas developed after the economic crisis. The development of

Surakarta cause of population growth decreases as the population migrates to the

peri-urban area of Surakarta City to live in formal housing peri-urban areas.

People living in peri-urban areas are the people who work in the city of

Surakarta.

Keywords : Development, City, Peri-Urban Areas, Formal Housing.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1. Perkembangan Kota

Kota merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama

makin meluas. Konsentrasi penduduk tersebut menimbulkan kubutuhan

kuantitatif, misalnya kebutuhan perumahan, pendidikan, lapangan pekerjaan,

kesehatan, rekreasi, fasilitas pelayanan kota seperti air minum, listrik, angkutan

umum, komunikasi dan lain lain (Adisasmita:2005).

Perkembangan kota menurut Edger, M. Hoover (1977:85) dapat ditinjau

dari 3 hal yaitu perkembangan penduduk, kelengkapan fasilitas kota dan tingkat

investasi kota. Perkembangan penduduk menunjukkan pertumbuhan dan intensitas

kegiatan kota, kelengkapan fasilitas menunjukkan adanya tingkat pelayanan bagi

masyarakat kota, sedangkan tingkat investasi menunjukkan tingkat pertumbuhan

kota dengan tingkat ekonomi yang tinggi.

Perkembangan kota dari penduduk, fasilitas dan investasi tersebut

menjadikan kota memiliki daya tarik yang kuat bagi pendatang pendatang dari

daerah pinggiran beraktivtas di pusat kota, selain itu perkembangan kota dapat

menjadi pendorong bagi kawasan kawasan di sekitarnya untuk berkembang

dalam rangka memenuhi kebutuhan kota tersebut, salah satunya di bidang

perumahan. Masyarakat di daerah pinggiran yang tertarik untuk beraktivitas di

kota karena merasa segala sesuatu yang ada di kota itu lebih baik, lebih

berkualitas bahkan lebih menjamin kesejahteraan ekonomi mereka. Hal tersebut

menyebabkan kota berkembang terlalu pesat yang menjadikan kota tersebut ramai

atau padat dalam segala hal seperti padat penduduk, bangunan maupun padat lalu

lintas. Kepadatan tersebut semakin meminimalkan ketersediaan lahan serta

menjadikan kota tersebut tidak nyaman untuk menjadi lokasi tempat tinggal bagi

masyarakat. Dengan demikian kota hanya menjadi konsentrasi berbagai kegiatan

masyarakat dan bukan sebagai tempat tinggal. Dimana tempat tinggal akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 15

cenderung berkembang ke daerah pinggiran kota yang dirasa masyarakat nyaman

untuk menjadi lokasi tempat tinggal.

Kota Jakarta menjadi salah satu contoh fenomena tersebut. Perdagangan

jasa, komunikasi, pendidikan, transportasi, pemerintahan, perekonomian dan

pariwisata berkembang pesat di Jakarta. Semua itu menjadi daya tarik yang sangat

kuat bagi para pendatang yang semakin tahun semakin bertambah. Kedatangan

migran tersebut menyebabkan penduduk yang beraktivitas di Kota Jakarta

semakin banyak. Akan tetapi Kota Jakarta tidak mampu melayani kebutuhan

hunian bagi para pendatang sehingga mereka harus mencari tempat tinggal di

daerah pinggiran Kota Jakarta yang menawarkan hunian yang terjangkau dan

nyaman bagi mereka. Kota Jakarta terlihat sangat padat disaat jam jam kerja,

tetapi dikala libur panjang tiba, Jakarta terlihat sebaliknya. Hal tersebut

dikarenakan Kota Jakarta hanya menjadi tempat bekerja, sekolah, berekreasi,

bahkan berbelanja sedangkan untuk tempat beristirahat berada di daerah pinggiran

Kota Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

1.1.2. Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-urban

Menurut Hadi Sabari Yunus (2005), daerah sekitar kota atau wilayah peri-

urban merupakan wilayah yang berada antara wilayah kekotaan dan wilayah

kedesaan. Identifikasi wilayah kekotaan dan kedesaan tersebut ditandai dengan

adanya penggunaan 100% lahan terbangun dan 100% lahan non terbangun yang

berbentuk lahan pertanian, disanalah wilayah peri-urban berada.

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap manusia,

selain sandang dan pangan. Kebutuhan akan tempat tinggal berkembang semakin

kompleks, sejak manusia diciptakan kebutuhan perumahan berupa tempat untuk

berlindung, seiring dengan perkembangan peradaban manusia kebutuhan

perumahan meningkat menjadi aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan perumahan

masih sangat dasar ketika manusia pertama dan bukan menjadi permasalahan

yang sulit dipecahkan. Akan tetapi semakin lama kebutuhan perumahan menjadi

satu permasalahan yang akan terus ada selama lokasi tempat perumahan tersebut

semakin berkembang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 16

Kebutuhan perumahan yang semakin berkembang dipenuhi dengan adanya

pembangunan perumahan formal dan non formal (swadaya). Perumahan yang

berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini dan tahun tahun ke depan adalah

perumahan formal. Perumahan formal merupakan perumahan yang dibangun oleh

badan usaha baik itu pengembang (badan usaha yang bergerak di bidang

perumahan) dan pemerintah (BUMN atau BUMD). Perkembangan perumahan

formal yang begitu pesat cenderung berkembang di wilayah peri-urban karena

keterbatasan lahan di pusat kota sehingga tidak dimungkinkannya terjadi

pembangunan kawasan atau bahkan lingkungan perumahan di pusat kota.

Menurut Yunus (2005:221), bertambahnya luas lahan permukiman merupakan

konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk baik alami maupun dari migrasi

di wilayah peri-urban. Penyebab utamanya adalah bertambahnya lahan

permukiman akibat bertambahnya bangunan rumah mukim yang dibangun oleh

perorangan dan bertambahnya lahan permukiman akibat bertambahnya kelompok

bangunan yang dibangun oleh para pengembang.

Dengan adanya kecenderungan tersebut dapat menjadi peluang yang dilihat

sangat baik untuk berinvestasi khususnya investasi di bidang perumahan oleh

developer developer pembangun perumahan. Para developer atau pengusaha

pengusaha pada umumnya sangat tertarik untuk memberikan penawaran bagi para

konsumen perumahan yakni hunian yang terjangkau baik dari segi kebutuhan

ruangan bagi keluarga, segi pembiayaan, segi kelengkapan sarana prasarana dan

tawaran tawaran lain yang mendukung perumahan tersebut. Tidak hanya

pengusaha atau developer besar yang menawarkan hunian hunian tersebut, tetapi

pengusaha pengusaha kecil yang hanya membangun beberapa unit rumah juga

ikut menawarkan hunian hunian baru bagi para konsumen.

1.1.3. Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-urban Kota

Surakarta

Perkembangan kota yang pesat seperti yang dialami Kota Jakarta mulai

terlihat di Kota Surakarta dan sekitarnya. Kota Surakarta merupakan pusat

pelayanan bagi daerah daerah di sekitarnya seperti Boyolali, Sukoharjo,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 17

Wonogiri, Sragen dan Klaten. Kota Surakarta semakin berkembang dari tahun ke

tahun, kelengkapan sarana dan pembangunannya kian hari kian mampu memikat

masyarakat sekitar untuk datang ke Surakarta baik untuk bekerja, menuntut ilmu,

berobat maupun sekedar melepas rasa penat bekerja dengan berbelanja di pasar

pasar modern yang sedang berkembang di Kota Surakarta.

Dengan keadaan demikian Kota Surakarta akan sangat dimungkinkan

hanya menjadi pusat pelayanan jasa tetapi tidak mampu menjadi lokasi hunian

yang nyaman bagi masyarakat. Kota Surakarta dinilai terlalu padat (padat

penduduk, permukiman, lalu lintas) oleh masyarakat, terlalu rawan polusi (udara,

air, sosial) sampai harga lahan yang terlalu mahal. Pemilihan tempat tinggal akan

beralih ke wilayah peri-urban Kota Surakarta dengan berbagai alasan masyarakat

memilih rumah di daerah pinggiran Kota Surakarta.

Daerah pinggiran Kota Surakarta tersebut adalah wilayah peri-urban Kota

Surakarta yang dibatasi oleh batas administrasi Kabupaten Karanganyar yaitu

Kecamatan Jaten (timur), Gondangrejo (utara) dan Colomadu (barat) dan

Kabupaten Sukoharjo yaitu Kecamatan Mojolaban (tenggara), Kecamatan Grogol

(selatan) dan Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Baki (barat daya) dan

Kabupaten Boyolali di Kecamatan Ngemplak (barat laut). Wilayah peri-urban

Kota Surakarta sama sama berkembang di berbagai bidang dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat secara internal yakni masyarakat wilayah

tersebut dan secara eksternal yakni kebutuhan Kota Surakarta. Perkembangan di

bidang perumahan, perdagangan, jasa, transportasi, pariwisata, industri terdapat di

wilayah tersebut meskipun tidak semuanya berkembang pesat. Khusus untuk

bidang perumahan, pembangunan berkembang seimbang karena memiliki

kecenderungan yang sama. Persamaan yang terlihat dari kecenderungan tersebut

antara lain adanya pembangunan kelengkapan sarana prasarana pendukung

perumahan di wilayah peri-urban, selain itu juga dapat dilihat dari kegiatan

masyarakat sehari hari yang beraktivitas di pusat kota seperti aktivitas pendidikan

dan pekerjaan.

Perkembangan Kota Surakarta yang semakin pesat, dibarengi dengan

perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 18

dua hal yang saling berkaitan. Kota Surakarta dengan perkembangannya sebagai

pusat pelayanan bagi kawasan sekitarnya menjadikan Kota Surakarta daerah

tujuan untuk mencari kerja tetapi bukan menjadi daerah tujuan untuk bermukim.

Lokasi untuk bermukim yang ditawarkan adalah lokasi perumahan yang

berkembang di wilayah peri-urban sehingga pembangunan perumahan formal di

wilayah peri-urban terlihat lebih berkembang dari pada perkembangan perumahan

di Kota Surakarta tetapi untuk perdagangan, jasa, transportasi, pendidikan,

kesehatan masih lebih berkembang di Kota Surakarta sendiri. Dengan keadaan

demikian penduduk Kota Surakarta akan lebih memilih bermigrasi ke wilayah

peri-urban untuk mencari tempat tinggal yang nyaman, yang bebas polusi, bebas

dari hiruk pikuk kota dan tentunya mencari lokasi tempat tinggal yang lebih

nyaman dibandingkan dengan lokasi tempat tinggal di pusat Kota Surakarta.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Perumahan formal yang tumbuh di wilayah peri-urban suatu kota menjadi

penyedia dari kebutuhan perumahan yang muncul di pusat kota karena

perkembangan kota tersebut. Perkembangan kota dilihat dari aktivitas penduduk

dan kegiatan-kegiatan kota dari tahun per tahun menimbulkan kebutuhan rumah

kota yang dipenuhi di wilayah peri-urban. Demikian halnya dengan Kota

Surakarta, perkembangan Kota Surakarta sebagai pusat pelayananan perdagangan

dan jasa bagi seluruh wilayah Surakarta semakin meningkatkan kebutuhan akan

rumah kota. Kebutuhan tersebut dipenuhi di wilayah peri-urban Kota Surakarta

seiring dengan perkembangan kota yang semakin meluas sampai ke wilayah peri-

urban kota. Dengan demikian, rumusan masalah yang ditentukan peneliti adalah

Apakah perkembangan perumahan formal di daerah wilayah peri-urban

menjadi upaya pemenuhan kebutuhan perumahan Kota Surakarta?

1.3 TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Penelitian

Mengetahui perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota

Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 19

1.3.2 Sasaran Penelitian

Teridentifikasinya perkembangan dan kebutuhan perumahan Kota

Surakarta.

Teridentifikasinya perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban

Kota Surakarta.

Teridentifikasinya hubungan antara perkembangan perumahan formal di

wilayah peri-urban dan perkembangan Kota Surakarta.

1.3.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai perkembangan perumahan

formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan

mampu memberikan pengetahuan tentang peran wilayah peri-urban suatu kota

terhadap pusat kota dalam pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat.

Diharapkan pula bisa menjadi rekomendasi dalam pengembangan perumahan

yang lebih baik.

1.4 BATASAN PENELITIAN

1.4.1 Batasan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah perumahan formal yang ada di wilayah peri-urban Kota

Surakarta. Pemilihan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta

karena perkembangan perumahan formal yang semakin menjamur di berbagai

wilayah peri-urban Kota Surakarta.

1.4.2 Batasan Waktu Penelitian

Waktu penelitian terkait kebutuhan data yang dicari dibatasi dalam jangka waktu

pasca krisis moneter tahun 1999 sampai dengan saat ini. Krisis ekonomi tahun

1998 berdampak pada perkembangan properti di Indonesia termasuk juga Kota

Surakarta dan wilayah peri-urban Kota Surakarta. Oleh karena itu perkembangan

perumahan formal yang diteliti dalam penelitian ini dimulai tahun 1999 sampai

dengan tahun 2009. Dengan pemilihan rentang waktu tersebut dapat dilihat

perkembangan perumahan formal pasca krisis ekonomi sehingga dapat diketahui

pula waktu kebangkitan bisnis property pasca krisis ekonomi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 20

Peta admin Kota solo dan wpu nya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 21

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Pada tahap pertama penelitian adalah penyusunan proposal penelitian yang

berisi tentang latar belakang penelitian tersebut dipilih sampai ke sasaran

sasaran yang diambil dalam penelitian tersebut. Dijelaskan pula batasan batasan

penelitian seperti batasan lokasi, waktu sampai pembahasan berikut dengan alasan

alasan yang mendasari penentuan batasan batasan tersebut.

Pada tahap kedua, terdapat eksplorasi pustaka yang meliputi teori beserta

dengan kebijakan kebijakan maupun peraturan peraturan yang digunakan

dalam analisis penelitian. Teori beserta dengan kebijakan yang dimaksud antara

lain tentang perkembangan kota dan perkembangan perumahan. Untuk

perkembangan perumahan dilengkapi dengan syarat syarat pembangunan

perumahan.

Tahap ketiga dalam penelitian ini dirumuskan metode metode untuk

melaksanakan penelitian dari metode pengumpulan data, pengambilan populasi

dan sampel, metode analisis sampai sintesa yang disusun untuk menjawab sasaran

penelitian dalam mengidentifikasi perkembangan perumahan formal di wilayah

peri-urban baik dari segi kuantitas hunian dan kelengkapan sarana prasarana

pendukung perumahan hingga mampu menjawab perkembangan perumahan

formal tersebut dalam memenuhi kebutuhan hunian di Kota Surakarta.

Tahap selanjutnya adalah penyusunan hasil penelitian yang berisi kompilasi

data hasil dari data primer maupun data sekunder terkait perkembangan

perumahan formal tersebut. Data data yang disusun seperti data pembangunan

perumahan formal, penyediaan sarana prasarana pendukung perumahan di

wilayah peri-urban sampai dengan jumlah penduduk dan ketersediaan rumah di

Kota Surakarta.

Pada tahap selanjutnya akan disajikan pembahasan hasil penelitian.

Pembahasan didasarkan pada integrasi antara tinjauan pustaka dengan hasil

penelitian yang didapat dari tahap sebelumnya. Pembahasan ini dilakukan untuk

mengetahui lebih mendalam mengenai perkembangan perumahan formal di

wilayah peri-urban Kota Surakarta dan perkembangan Kota Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENDAHULUAN 22

Di akhir penelitian terdapat kesimpulan. Kesimpulan berisi ringkasan dari

hasil penelitian yang memuat jawaban-jawaban dari sasaran penelitian, sekaligus

saran atau masukan bagi perkembangan perumahan formal lainnya sehingga dapat

berkembang lebih baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA PERKEMBANGAN KOTA DAN

PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN

2.1 Perkembangan Kota dan Wilayah Peri-Urban

2.1.1 Perkembangan Kota

Kota adalah permukiman dan kegiatan penduduk yang dicirikan oleh

batasan administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta didominasi

oleh kegiatan produktif bukan pertanian (SNI 03-1733-2004). Menurut Budiharjo

(1996:11) kota merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia yang paling rumit

dan muskil sepanjang sejarah.

Kota merupakan pusat perkembangan dalam suatu wilayah dimana pusat

kota tumbuh dan berkembang lebih pesat dibandingkan dengan daerah

sekelilingnya. (Edger, M. Hoover, 1977:85). Kota merupakan suatu permukiman

yang relatif besar, padat dan permanen, dengan penduduk yang heterogen

kedudukan sosialnya (Daljoeni, 1998:28).

Perkembangan kota dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi oleh faktor

manusia, faktor kegiatan manusia dan faktor pola pergerakan manusia antar pusat

kegiatan (Sutarjo, 1996:81). Secara teoritis terdapat tiga cara perkembangan kota

(Zahnd, 1994:8) :

Perkembangan horizontal, artinya daerah bertambah sedangkan ketinggian

bangunan dan intensitas lahan terbangun tetap sama

Perkembangan vertical, artinya daerah pembangunan dan kualitas lahan

terbangun sama sedangkan ketinggian bertambah

Perkembangan interstial, artinya daerah dan ketinggian bangunan bangunan

rata tetap sama sedangkan kuantitas lahan terbangun bertambah.

Pada umumnya suatu kota tumbuh dan berkembang karena kegiatan

penduduknya, perkembangan kota dapat ditinjau dari beberapa aspek yang dapat

menentukan pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 11

Perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan intensitas

kegiatan kota

Kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukkan adanya

tingkat pelayanan bagi masyarakatnya.

Tingkat investasi kota dimana hasilnya dapat menunjukkan tingkat

pertumbuhan kota yang dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi.

Perkembangan penduduk perkotaan menunjukkan pertumbuhan dan

intensitas kegiatan kota. Jumlah penduduk di daerah perkotaan menunjukkan

perkembangan yang makin meningkat karena daerah perkotaan mempunyai daya

tarik yang kuat yaitu menjanjikan kesempatan kerja yang lebih luas, pendapatan

yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam.

(Adisasmita, 2005).

Kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukkan

adanya tingkat pelayanan bagi masyarakatnya. Penyediaan sarana prasarana

perkotaan diarahkan pada penyelenggaraan fungsi kota dan yang utama adalah

pengadaan tempat tinggal, tempat bekerja, transportasi dan rekreasi. Ketersediaan

sarana prasarana perkotaan ternyata tidak mampu mengimbangi kebutuhan karena

lahan perkotaan semakin terbatas sedangkan perkembangan di daerah perkotaan

berlangsing semakin pesat. (Adisasmita, 2005).

Tingkat investasi kota dimana hasilnya dapat menunjukkan tingkat

pertumbuhan kota yang dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Jika

karakter fisik kota sudah semakin kompleks, maka faktor ekonomi sangat

menentukan perkembangan kota. (Richardson, 1978). Peranan faktor ekonomi

perkotaan menyebabkan suatu kota berkembang dengan cepat dibanding kota

lainnya. (Chapin, 1972).

Kota merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama

makin meluas. Umumnya konsentrasi permukiman penduduk di daerah perkotaan

sangat tinggi kepadatannya dibandingkan dengan daerah perdesaan. Konsentrasi

penduduk tersebut menimbulkan kebutuhan kuantitatif seperti perumahan,

pendidikan, lapangan pekerjaan, kesehatan, rekreasi, fasilitas pelayanan kota

seperti air minum, listrik, angkutan umum, komunikasi dan lain lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 12

Perkembangan kota mencakup kegiatan pembangunan dan perkembangan kota itu

sendiri untuk meningkatkan pelayanan dan perbaikan kondisi permukiman bagi

penduduknya. Di samping itu juga mencakup kegiatan pelayanan bagi kawasan

ekonomi yang dilayaninya (hinterland). Jadi dapat dikatakan bahwa

perkembangan kota erat hubungannya dengan jumlah dan kepentingan

penduduknya. (Adisasmita, 2005).

2.1.2 Perkembangan Wilayah Peri-Urban

Wilayah peri urban adalah suatu lahan kedesaan yang di dalamnya sudah

muncul gejala kekotaan dimana lahan kedesaan tersebut sebenarnya belum

masanya berubah menjadi lahan kekotaan, namun karena suatu keadaan yang

terpaksa dalam tanda petik, lahan terbseut telah berubah menjadi lahan kekotaan.

(Singh, 1967 dalam Yunus, 2008).

Pada tahun yang sama menurut Dickinson dalam Yunus, 2008

menyatakan bahwa wilayah peri urban sebagai suatu daerah kedesaan yang di

dalamnya telah terjadi pembangunan pembangunan perumahan, industri industri,

perkantoran perkantoran yang bersifat kekotaan. Permukiman yang dibangun

bukan untuk petani, namun mereka yang bekerja di kota. Demikian pula dengan

industri, kompleks perkantoran, pendidikan dan lain sebagainya mempunyai

orientasi pemanfaatan ke sektor kekotaan.

Daerah sekitar kota atau wilayah Peri Urban merupakan wilayah yang

berada antara wilayah kekotaan dan wilayah kedesaan. Identifikasi wilayah Peri

Urban memang diidentifikasi dari dimensi fisikal karena dari dimensi non fisikal

sulit untuk diidentifikasi. Dari segi fisik morfologi wilayah kekotaan adalah suatu

wilayah yang didominasi pada penggunaan lahan non pertanian sedangkan untuk

wilayah kedesaan didominasi pada penggunaan lahan pertanian. Untuk

memudahkan identifikasi wilayahnya, WPU dapat dikenali dari batas terluar lahan

terbangun suatu kota yang kompak dengan lahan kekotaan utama dan ditandai

oleh 100% kenampakan pemanfaatan lahan non agraris sampai ke wilayah yang

100% pemanfaatannya adalah lahan agraris. Disanalah WPU berada dimana di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 13

dalamnya terdapat percampuran bentuk pemanfaatan lahan kekotaan di satu sisi

dan lahan non agraris di sisi lain. (Yunus, 2008 : 11)

2.1.3 Aktivitas Masyarakat di Wilayah Peri-Urban terhadap Pusat Kota

Di bagian wilayah peri urban khususnya yang terletak dekat dengan lahan

kekotaan terbangun merupakan sasaran pendatang pendatang baru untuk

bertempat tinggal, baik pendatang dari bagian dalam kota maupun pendatang dari

bagian yang lebih jauh dari itu. Makin dekat dengan lahan terbangun, makin

banyak jumlah pendatang. Bagi migran yang berasal dari dalam kota, wilayah peri

urban merupakan daerah yang menarik untuk menjadi tempat tinggal karena

menawarkan tingkat kenyamanan dan privacy yang tinggi. Sementara itu bagi

migran luar kota, wilayah peri urban adalah lokasi yang tepat untuk memperoleh

lokasi tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. (Yunus, 2008)

spasial horizontal utama yang berpengaruh dalam perkembangan wilayah peri

urban, tiga kekuatan tersebut antara lain

Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan kekuatan yang menyebabkan terjadinya

gerakan sentrifugal gerakan. Gerakan sentrifugal adalah gerakan penduduk dan

fungsi fungsi yang berasal dari bagian dalam suatu wilayah menuju ke bagian

luarnya.

o Kekuatan pendorong gerakan sentrifugal dari pusat kota, antara lain

tingginya kepadatan penduduk

tingginya kepadatan permukiman

tingginya polusi udara, air dan sosial

tingginya tingkat kriminalitas

banyaknya peraturan peraturan yang mengikat

tingginya kepadatan dan frekuensi kemacetan lalu lintas

kurang dan tingginya harga lahan

tingginya suhu udara

kurang terjaminnya privacy

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 14

o Kekuatan penarik gerakan sentirfugal dari pinggiran kota, antara lain :

rendahnya kepadatan penduduk

rendahnya kepadatan permukiman

rendahnya polusi udara, air dan sosial

rendahnya tingkat kriminalitas

sedikitnya peraturan peraturan yang mengikat

rendahnya kepadatan dan frekuensi kemacetan lalu lintas

banyak dan rendahnya harga lahan

rendahnya suhu udara

lebih terjaminnya privacy

Kekuatan sentripetal adalah kekuatan kekuatan yang mengakibatkan gerakan

penduduk dan atau fungsi fungsi yang berasal dari bagian luar kota menuju ke

bagian dalamnya.

o Kekuatan pendorong gerakan sentripetal, antara lain

kurangnya fasilitas kehidupan (sosial, ekonomi)

kurang terjaminnya keamanan

rendahnya penghasilan

rendahnya prestige

rendahnya aksesibilitas

rendahnya kesempatan kerja

jauhnya dari kersempatan kerja

o Kekuatan penarik gerakan sentripetal, antara lain :

banyaknya fasilitas kehidupan (sosial, ekonomi)

lebih terjaminnya keamanan

tingginya penghasilan

tingginya prestige

tingginya aksesibilitas

banyaknya kesempatan kerja

dekatnya dari kersempatan kerja

Kekuatan lateral adalah kekuatan yang mengakibatkan gerakan lateral

penduduk dan atau fungsi yang berlangsung di dalam satu subzona yang sama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 15

dan mempunyai jarak ke lahan terbangun utama maupun ke pusat kota yang

relatif sama.

o Kekuatan pendorong gerakan lateral

keberadaan peraturan / kebijakan keruangan tertentu yang tidak

memberikan kenyamanan bertempat tinggal atau menghambat kegiatan

keberadaan fasilitas permukiman yang kurang

kondisi fisiografi mikro / makro yang menyulitkan / menghambat

kegiatan / tidak memberikan kenyamanan untuk bertempat tinggal

kondisi aksesibilitas fisik atau non fisik yang tidak memberikan suasana

kondusif baik untuk tempat tinggal maupun untuk melaksanakan

kegiatan.

kondisi sosial budaya yang tidak memberikan kenyamanan bertempat

tinggal atau menghambat kegiatan.

o Kekuatan penarik gerakan lateral

keberadaan peraturan / kebijakan keruangan tertentu yang dianggap akan

memberikan kenyamanan bertempat tinggal atau memperlancar

kegiatan.

keberadaan fasilitas permukiman maupun fasilitas pendukung kegiatan

yang dianggap cukup.

kondisi fisiografi mikro / makro yang memberikan kemudahan dalam

melaksanakan kegiatan / memberikan kenyamanan untuk bertempat

tinggal.

kondisi aksesibilitas fisik atau non fisik yang memberikan suasana

kondusif baik untuk tempat tinggal maupun untuk melaksanakan

kegiatan.

kondisi sosial budaya yang memberikan kenyamanan bertempat tinggal

atau memperlancar kegiatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 16

2.2 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban

2.2.1 Pengertian Perumahan Formal

Perumahan terbagi atas perumahan formal dan non formal. Menurut

Deputi Bidang Perumahan, Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun

oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan.

Pengertian perumahan yang ada di dalam Undang Undang Nomor 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menjelaskan bahwa

perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik

perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan

utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Menurut

Charles Abrams melalui Kuswartojo (2005:3) Perumahan bukan hanya lindungan,

tetapi merupakan bagian dari kehidupan komunitas dan keseluruhan lingkungan

sosial. Perumahan sesungguhnya berkaitan erat dengan industrialisasi, aktivitas

ekonomi dan pembangunan. Keberadaan perumahan juga ditentukan oleh

perubahan sosial, ketidakmatangan saran hukum, politik dan administrasi serta

berkaitan pula dengan kebutuhan akan pendidikan. Perumahan juga menghadapi

persoalan penempatan peranan pihak swasta, peranan pemerintah, pembiayaan

dan kebijakan transportasi.

White dalam Chatanese dan Snyder (1992:391) menjelaskan secara

tradisional perumahan adalah tempat berlindung, tetapi secara modern selain

digunakan sebagai tempat berlindung perumahan juga digunakan sebagai tempat

melayani berbagai kebutuhan seperti memasak, makan, bekerja, tidur dan rekreasi.

Perumahan merupakan tempat bermukim dan pintu masuk ke dunia yang

menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

Yudohusodo (1991:6) menyatakan bahwa perumahan merupakan

kebutuhan dasar manusia yang sifatnya struktural, merupakan bagian dari

peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu

pembangunan perumahan bukan hanya berupaya untuk mencapai sasaran

kuantitatif saja tetapi juga yang sangat penting adalah memperhatikan pencapaian

sasaran kualitatif berupa aspek peningkatan sosial ekonomi penghuni pasca

pembangunan perumahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 17

2.2.2 Syarat Pembangunan Perumahan Formal

Dalam membangun perumahan diperlukan persyaratan-persyaratan yang

harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan-ketentuan pemerintah maupun teori-teori

yang ada. Menurut Sastra dan Marlina (2005:25), peraturan-peraturan dan arahan

dalam membangun perumahan antara lain :

Tuntutan kesesuaian peruntukan lahan, dibutuhkan untuk menjamin terciptanya

daya dukung lingkungan yang optimal. Semua pembangunan harus disesuaikan

dengan peruntukan lahannya, tidak hanya perumahan tetapi juga untuk

perdagangan, industri dan lain-lain.

Konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, dilakukan untuk

mendukung daya dukung lingkungan.

Konsep pola hunian 1 : 3 : 6, yang merupakan konsep wajib dari pemerintah

bagi pihak pengembang yang akan membangun proyek hunian berskala kota

dalam satu lokasi yaitu membangun hunian dengan perbandingan satu rumah

mewah, tiga rumah menengah dan enam rumah sederhana dan sangat

sederhana.

Konsep bangunan 60% : 40%, merupakan peraturan yang harus dipenuhi

pengembang yaitu membagi daerah antara luasan hunian sebesar 60% dan

luasan wilayah terbuka sebesar 40%.

Rencana sarana dan prasarana perumahan, syarat yang harus dipenuhi oleh

pengembang sesuai dengan klasifikasi perumahan yang dibangun agar

keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Legalitas perusahaan, sangat dibutuhkan bagi para pengembang yang akan

membangun perumahan di suatu kawasan. Pengembang secara yuridis harus

berbadan hukum untuk menjamin kelancaran operasional perusahaan,

menjamin kewajiban dan tanggungjawab perusahaan terhadap konsumen.

Perizinan proyek, merupakan kewajiban lain yang harus ditaati pengembang,

yang meliputi izin penggunaan dan peruntukan tanah (IPPT), izin penetapan

lokasi (IPL), pengajuan dan pengesahan site plan, izin mendirikan bangunan

(IMB) dan pengesahan sertifikat tanah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 18

Peraturan lainnya adalah peraturan berdasarkan Petunjuk Rencana

Kawasan Perumahan Kota yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum

Tahun 1987, kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan dasar untuk

pengembangan kota, yakni :

Aksesibilitas dimaksudkan sebagai kemungkinan pencapaian dari dan ke

kawasan perumahan dalam bentuk jalan dan transportasi

Kompatibilitas dimaksudkan sebagai keserasian dan keterpaduan antara

kawasan yang menjadi lingkungannya

Fleksibilitas dimaksudkan sebagai kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran

kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan

keterpaduan prasarana

Ekologi dimaksudkan sebagai keterpaduan antara tata kegiatan alam yang

mewadahinya.

Sedangkan prasarana dan sarana yang perlu disediakan dalam suatu

lingkungan perumahan adalah :

Tabel 2.1. Prasarana dan Sarana dalam Suatu Lingkungan Perumahan Prasarana Sarana

Air bersih dan listrik Pembuangan air hujan dan air

kotor (limbah) Jalan lingkungan Pembuangan sampah

Pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum

Kesehatan, meliputi Balai Pengobatan, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas, Praktek Doktes dan Apotik

Perniagaan dan industry Pemerintahan dan pelayanan

umum Kebudayaan dan rekreasi Peribadatan Olahraga dan taman

Sumber : DPU : Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, 1987

2.2.3 Pemilihan Lokasi Perumahan Formal

Beberapa hal yang terdapat pada sistem permintaan perumahan (Sastra, 2005:78)

adalah sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 19

Kebutuhan

Kebutuhan akan perumahan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat

obyektif, sama untuk semua orang. Tingkat intensitas dan arti penting

kebutuhan perumahan menurut Maslow dimulai dari yang terbawah sebagai

berikut :

o Rumah memberikan perlindungan terhadap gangguan alam dan binatang,

berfungsi sebagai tempat istirahat, tidur dan pemenuhan fungsi badani.

o Rumah harus bisa menciptakan rasa aman, sebagai tempat menjalankan

kegiatan ritual, penyimpanan harta milik yang berharga, menjamin hak

pribadi.

o Rumah memberikan peluang untuk interaksi dan aktivitas komunikasi yang

akrab dengan lingkungan sekitar.

o Rumah memberikan peluang untuk tumbuhnya harga diri

o Rumah sebagai aktualisasi diri dalam bentuk pewadahan kreativitas dan

pemberian makna bagi kehidupan yang pribadi.

Permintaan

Permintaan akan perumahan merupakan kebutuhan khusus yang bersifat

subyektif dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Permintaan

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

o Kondisi sosial

Pola hidup sehari hari suatu masyarakat akan membentuk karakter tertentu

yang dapat mempengaruhi cara pandang seseorang yang pada akhirnya akan

sangat mempengaruhi pertimbangan pertimbangannya dalam memilih

lokasi dan lingkungan sosial untuk huniannya.

o Kondisi ekonomi

Lokasi, ukuran bangunan serta kualitas bangunan sangat berpengaruh

terhadap nilai ekonomi sebuah bangunan. Pembelian sebuah rumah selalu

didasarkan pada aspek tersbeut bila ditinjau dari kondisi ekonomi pembeli.

o Kondisi budaya

Latar belakang budaya masyarakat pada umumnya sangat berpengaruh

terhadap pemilihan terhadap hunian. Budaya berpengaruh terhadap pola dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 20

cara hidup, pola dan cara berfikir serta adat kebiasaan yang dianut

masyarakat.

Perasaan membutuhkan

Perasaan membutuhkan harus diimbangi dengan kemampuan dan keinginan

untuk memiliki, menyewa dan menumpang. Untuk memenuhi kebutuhan

perumahan ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain:

o swasta (pengembang)

o demand (permintaan), merupakan animo permintaan masyarakat yang

biasanya selali menunjukkan supply (penawaran), merupakan kemampuan

penyedia rumah yang realisasinya dilakukan oleh pemerintah bekerjasama

dengan pihak angka yang lebih tinggi disbanding tingkat penawaran yang

ada (supply).

Dalam melakukan pembelian rumah, masing-masing pembeli mempunyai selera

yang berbeda-beda dalam menentukan tempat huniannya. Cahyana dan

Sudaryatmo (2002. p.6l) menjelaskan, fitur-fitur umum yang diinginkan antara

lain:

Lokasi aksesibel

Lokasi yang aksesibel memungkinkan seseorang mudah menjangkau tempat

lain, mtsalnya tempat kerja. Kalau terpenuhi maka akan tercipta kenyamanan

karena waktu di perjalanan ke dan dari ke tempat kerja menjadi lebih singkat.

Ruang standar

Kebutuhan ini tergantung pada jumlah anggota keluarga. Semakin besar jumlah

anggota keluarga maka semakin besar ruang yang dibutuhkan. Standar WHO

menetapkan satu orang membutuhkan ruang 10 meter persegi

Ruang tambahan

Selain untuk kebutuhan anggota keluarga dalam membeli rumah ada

kemungkinan diperlukan ruang lain untuk pembantu rumah tangga atau ruang

lidur tambahan untuk tamu

Fasilitas

Fasilitas ini mencakup kebutuhan sosial dan rekreasi, seperti kolam renang,

lapangana tennis, atau ruang rekreasi lainnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 21

Prestise

Banyak orang memilih tinggal di jenis hunian atau lokasi tertentu karena alasan

psikologis. Hal ini berkaitan dengan fungsi sosial rumah sebagai simbol status

dan ukuran kemakmuran seseorang

Posisi

Di lokasi yang sama, setiap orang memiliki keinginan khusus dalam

menentukan pilihan huniannnya, misalnya yang kena sinar matahari secara

langsung, memiliki pemandangan tertentu. serta menghadap arah mata angin

tertentu yang kadang dikaitkan dengan fengshui.

Disamping faktor - faktor diatas, ada beberapa faktor yang umumnya diperhatikan

oleh konsumen dalam membeli rumah di perumahan. (Astudio,2006), yaitu:

Harga

Harga sebuah rumah selalu berbanding lurus dengan fasilitas didalam dan

diluar rumah yang dikembangkan oleh pengembang. Bila fasilitas-fasilitasnya

lengkap, tentu saja harganya lebih mahal. Biasanya, lokasi juga menentukan

harga rumah. Harga properti menurut Wurtzebach dan Miles (1993) adalah

sejumlah uang yang dibayarkan, diminta, atau ditawarkan untuk kepemilikan

sebuah properti, yang dalam penelitian ini berupa rumah maupun kavling.

Karena kemampuan finansial, motivasi, atau kepentingan khusus dari seorang

penjual atau pembeli, harga yang dibayarkan atas sebuah properti dapat

berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai properti yang bersangkutan.

Meskipun demikian, harga biasanya merupakan indikasi atas nilai dari properti

oleh pembeli tertentu dan penjual tertentu dalam kondisi yang tertentu pula.

Lokasi

Lokasi perumahan juga faktor penting dalam pemilihan rumah yang akan dibeli

oleh calon. Lokasi menurut Dasso dan Ring (1989) adalah suatu ketetapan dan

menyangkut hubungan dengan suatu properti Lokasi yang lebih prestisius atau

strategis menuntul harga yang lebih mahal, namun demikian itu bukanlah

masalah bagi sebagian orang bila mereka memang mempunyai cukup uang.

Kau dan Sirmans (1985) menjelaskan lokasi yang tepat untuk hunian maupun

komersial sangatlah penting, karena dengan memilih lokasi yang tepat maka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 22

pemilik mengharapkan kenaikan nilai propertinya. Pemilihan lokasi properti

yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan nilai dan potensi jual di masa

mendatang. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan

lokasi yang strategis adalah:

o Demographics, yaitu jumlah penduduk yang tinggal di sekitar perumahan

o Pendapatan rata-rata masyarakat yang tinggal di sekitar perumahan

o Pertumbuhan penduduk di sekitar perumahan

o Convenience, yaitu lokasi yang mudah dijangkau

o Accessibility yaitu lokasi dapat dicapai dengan sarana transportasi yang ada

o Visibility, yaitu lokasi tersebut mudah dilihat

Desain

Desain adalah salah satu faktor penting dalam pengembangan sebuah

perumahan. Pada saat ini banyak sekali perumahan yang dibangun dengan

sebuah tenia atau beberapa tema sekaligus. Sebut saja tenia kampung bali, tema

eropa, tenia minimalis, tema mediterania, tema tradisional jawa dan

sebagainya.

Fasilitas

Fasilitas apa saja yang ada dalam perumahan yang ditawarkan pengembang.

Adapun fasilitas-fasilitasnya adalah:

o Berapa lebar jalan, maksudnya lebar jalan dan kondisi jalan di depan rumah

merupakan hal yang cukup penting dan diperhatikan oleh calon pembeli.

Disini terkandung pengertian bahwa kenyamanan itu penting dan bukan hal

yang bisa disepelekan. Lebar jalan bisa dikategorikan sebagai jalan kelas I

(bila lebamya tidak kurang dari 50 meter), jalan kelas 2 (bila lebarnya

antara 30 - 50 meter), jalan kelas 3 (bila lebarnya antara 12-30 meter), dan

jalan kelas empat (bila lebarnya kurang dari 12 meter). Kriteria ini bisa

sangat bervariasi tergantung dari tipe perumahan, kota, dan peruntukan

golongan ekonomi yang mana sebuah perumahan dibangun. Semakin lebar

jalan, maka semakin leluasa dan lega perasaan penghuni.

o Keamanan, maksudnya keamanan lingkungan semakin diperhatikan sejalan

dengan kesuksesan seseorang. Apalagi pada masa sekarang ini, dimana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 23

keamanan dikota-kota besar semakin berkurang dan tingkat kejahatan

semakin tinggi. Sistem keamanan terpadu dalam sebuah perumahan adalah

ha! yang sangat penting untuk dikembangkan.

o Fasilitas penunjang kenyamanan dan kemudahan lain seperti pertokoan,

pusat kebugaran, arena olahraga, rekreasi dan sebagainya. Semakin tinggi

kualitas dan kuantitas fasilitas kenyamanan dan kemudahan ini, semakin

tinggi pula nilai jual dan lingkungan sebuah perumahan.

o Fasilitas didalam rumah, maksudnya fasilitas dalam rumah seperti berapa

jumlah kamar mandi, kamar tidur, serta ruang-ruang dan kelengkapan

seperti kolam renang, kolam ikan dan lain-lain patut juga dipertimbangkan

dalam desain sebuah rumah untuk meningkatkan kualitasnya.

2.2.4 Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban

Menurut Yunus (2005), dampak transformasi spasial terhadap lahan

permukiman salah satunya adalah pertambahan luas lahan permukiman. Hal

tersebut sangat erat kaitannya dengan gejala pertambahan jumlah penduduk di

wilayah peri-urban. Bagian wilayah peri-urban yang terletak dekat dengan lahan

kekotaan terbangun merupakan sasaran pendatang pendatang baru untuk

bertempat tinggal, baik pendatang dari bagian dalam kota maupun pendatang dari

bagian yang lebih jauh dari itu. Bertambahnya luas lahan permukiman, ada dua

hal yang merupakan penyebab utamanya, yaitu bertambahnya permukiman yang

dibangun perorangan dan permukiman yang dibangun oleh pengembang.

Pembangunan permukiman yang dibangun perorangan hanya

membutuhkan areal yang sempit dan bersifat sporadis, proses pembangunan

berlangsung dalam waktu yang menerus. Sedangkan untuk permukiman yang

dibangun oleh developer membutuhkan areal yang lebih luas dalam satuan yang

kompak dan berlangsung dalam waktu yang relatif singkat.

Indikator perkembangan lokasi perumahan adalah kondisi-kondisi lokasi

yang dapat diukur obyektif. Dalam pengertian yang luas, lokasi perumahan dapat

dianggap sebagai segala sesuatu di luar diri manusia (orang). Indikator

perkembangan lokasi perumahan antara lain adalah : (Lester W. Milbrath. 1979)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 24

jumlah rumah

luas lokasi perumahan

supply dan demand perumahan

luas lokasi pertanian yang beruban fungsi

pola perkembangan lokasi perumahan

2.3 Variabel Penelitian

Menurut (Masyhuri dan Zainuddin, 2008) mengatakan bahwa variabel

adalah konsep yang mempunyai nilai, sesuatu yang berubah ubah atau tidak

tetap, dapat juga diartikan sebagai konsep dalam bentuk kongkrit atau bentuk

operasional. Guna mengoperasionalkannya, maka variabel harus dijelaskan

parameter atau indikatornya.

Di dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel Perkembangan

Kota Surakarta dan variabel Perkembangan Perumahan Formal Wilayah Peri

Urban. Untuk setiap variabel dijelaskan dalam setiap indikator, seperti pada tabel

di bawah ini :

Tabel 2.2. Indikator Penelitian No Indikator Keterangan Sumber Perkembangan Kota Surakarta 1 Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk suatu kota

menunjukkan perkembangan dan intensitas kegiatan kota karena penduduk merupakan pelaku dari sebuah kegiatan. Dimana pertumbuhan yang tinggi akan berdampak pada kebutuhan perumahan yang semakin tinggi pula.

Sastra dan Marlina, 2005

2 Pertumbuhan Perumahan

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan jumlah rumah di kota. Identifikasi pertumbuhan perumahan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan rumah dalam suatu kota dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk yang ada. Kebutuhan perumahan kota mengindikasikan adanya demand perumahan.

Sastra dan Marlina, 2005 Lester, 1979

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 25

3 Penggunaan Lahan Perkembangan suatu kota dilihat dari luas penggunaan lahan terbangun dan non terbangun, luas lahan tiap sektor kegiatan kota sehingga didapatkan pola perkembangan kota dan sektor yang berkembang di kota tersebut.

Zahnd, 1994 Adisasmita, 2005

Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban 1. Pertumbuhan jumlah

perumahan Pertumbuhan jumlah perumahan di wilayah peri urban dipengaruhi oleh seberapa besar permintaan dari masyarakat dan penawaran dari pihak pembangun. Pembangunan unit rumah merupakan supply perumahan yang disediakan. Dengan besaran jumlah unit rumah yang dibangun, besaran supply rumah dan luasan lokasi perumahan yang dibangun dapat menjadi indikator perkembangan perumahan formal di suatu lokasi.

Sastra dan Marlina, 2005 Yunus, 2008 Lester, 1979.

2. Pemilihan Lokasi Perumahan

Perkembangan perumahan juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan calon konsumen perumahan yang didasarkan pada kelebihan yang dimiliki perumahan tersebut sehingga semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk tinggal di suatu perumahan, semakin berkembang perumahan tersebut.

Sastra dan Marlina, 2005 Cahyana, 2002 Astudio, 2006

Sumber : Analisis Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA 26

KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Perkembangan WPU Perkembangan Kota

Ekonomi Sarana prasarana Penduduk

Pertumbuhan jumlah pekerja kota

Kebutuhan rumah kota meningkat

Penggunaan lahan kota meningkat, harga lahan semakin mahal

Kepadatan penduduk dan bangunan meningkat

Kota semakin ramai, kota menjadi tidak nyaman untuk lokasi tempat tinggal

Pemilihan lokasi perumahan di WPU

Perumahan formal di WPU dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah kota

Ekonomi Sarana prasarana Penduduk

Perumahan

Perumahan Formal

Perumahan Non Formal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 27

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.

Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian,

sedangkan prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik

penelitian membicarakan alat alat yang digunakan dalam mengukur atau

mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi

prosedur dan teknik penelitian. (Hasan, 2002)

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

an

dengan penghitungan jumlah pembangunan perumahan beserta dengan kebutuhan

sarana prasarana di wilayah peri urban Kota Surakarta untuk memenuhi

kebutuhan perumahan di Kota Surakarta seiring dengan pertumbuhan penduduk di

Kota Surakarta.

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya

pada data data angka yang diolah secara statitiska. Dengan penelitian ini akan

dihasilkan signifikansi perbedaan antar kelompok dan hubungan antar variabel.

Dalam penelitian kuantitatif diupayakan analisis menggunakan ukuran frekuensi

symbol atau atribut atau menggunakan bilangan angka agar mengandung makna

yang lebih tepat daripada menggunakan kata kata, lebih, kurang, lebih kurang,

bertambah, berkurang dan lain lain. (Sudjana, 2001).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau

uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek

yang diteliti. Penelitian deskriptif sekurang kurangnya terdapat satu variable atau

lebih yang harus diuraikan secara rinci satu per satu dari setiap variable

(Kountur:2004, 53). Dengan penelitian deskriptif ini akan dicapai suatu uraian

dari pengolahan data yang menggambarkan dan menjelaskan perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 28

perumahan formal di lokasi penelitian untuk mencukupi kebutuhan rumah di Kota

Surakarta.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008). Di dalam

sebuah penelitian, peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang ada

dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Oleh karena itu dibutuhkan

adanya pemilihan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2008).

Terdapat dua populasi dalam penelitian ini, yaitu populasi untuk lokasi

penelitian dan populasi masyarakat yang tinggal di lokasi penelitian. Populasi

untuk lokasi penelitian adalah semua perumahan formal dibangun di wilayah peri-

urban Kota Surakarta sedangkan populasi masyarakatnya adalah masyarakat yang

tinggal di masing-masing perumahan formal tersebut.

3.2.2 Sampel

Sampel Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel lokasi penelitian (area sampling) adalah dengan

menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan menggunakan purposive

sampling didasarkan pada sifat-sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi.

Pengambilan sampel lokasi dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Populasi lokasi penelitian adalah seluruh wilayah peri urban Kota Surakarta

yang terdiri dari beberapa kabupaten, yakni Kabupaten Karanganyar, Kabupaten

Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali. Populasi lokasi penelitian memang tidak

dibatasi secara admistratif karena batasan wilayah yang termasuk dalam wilayah

peri-urban tidak dibatasi secara administratif melainkan batas fisik penggunaan

lahan dalam wilayah tersebut. Akan tetapi untuk memudahkan proses penelitian

dalam rangka penentuan sampel lokasi penelitian beserta dengan proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 29

pengambilan data, maka populasi lokasi penelitian menggunakan batas

administrasi wilayah.

Populasi lokasi penelitian yaitu seluruh wilayah peri-urban Kota Surakarta

dimana di dalam seluruh wilayah tersebut telah berkembang beberapa perumahan

formal. Perumahan formal yang terlihat berkembang pesat di wilayah peri-urban

Kota Surakarta diantaranya adalah di Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar,

dimana di kedua kabupaten tersebut berkembang dengan beberapa persamaan dan

perbedaan.

Di keduanya sama sama berkembang perumahan formal dengan

kelengkapan sarana prasarana pendukung perumahan, dengan peruntukan hunian

masyarakat yang beraktivitas di Kota Surakarta. Akan tetapi bila diamati lebih

lanjut dalam pengamatan pra penelitian, terlihat adanya perbedaan dalam

pembangunan sarana prasarana di kedua kabupaten tersebut. Untuk kondisi sarana

prasarana perumahan di Kecamatan Jaten dan Colomadu dengan Kecamatan

Gondangrejo yang termasuk Kabupaten Karanganyar sangat berbeda. Di

Kecamatan Jaten dan Colomadu diarahkan untuk pembangunan permukiman

perkotaan sedangankan Kecamatan Gondangrejo adalah permukiman perdesaan

sehingga menyebabkan perbedaan dalam penyediaan dan kualitas sarana

prasarana di perumahan tersebut.

Untuk Kabupaten Sukoharjo diantaranya adalah perumahan di Kecamatan

Mojolaban, Grogol, Baki dan Kartasura yang semuanya diarahkan untuk

permukiman perkotaan. Akan tetapi untuk Kecamatan Mojolaban dan Baki, aspek

pertanian masih diunggulkan, untuk Kecamatan Kartasura bidang perdagangan

dan jasa menjadi andalan dan fungsi utama di kecamatan tersebut, sedangkan

untuk Kecamatan Grogol diarahkan menjadi Kota Baru sebagai Kota Satelit dari

Kota Surakarta sehingga pembangunan perumahan di kecamatan tersebut

diperhatikan secara lebih terencana.

Dengan demikian diambil dua sampel wilayah penelitian yaitu Kecamatan

Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Grogol Kabupaten

Sukoharjo dengan mempertimbangkan beberapa alasan di atas. Pengambilan

kedua sampel lokasi tersebut karena peneliti ingin mengeksplorasi pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 30

di kedua wilayah yang berbeda karakteristiknya. Dengan demikian heterogenitas

perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban lainnya dapat dilihat dari

kedua sampel lokasi penelitian tersebut.

Sampel Responden

Penentuan sampel selanjutnya adalah sampel untuk populasi masyarakat

yang tinggal di lokasi penelitian yaitu masyarakat yang menghuni perumahan

formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Obyek yang diteliti dalam setiap

populasi adalah kecenderungan aktivitas masyarakat sehari hari, apakah di Kota

Surakarta atau di wilayah masing masing serta alasan pemilihan lokasi pendapat

masyarakat di perumahan formal tempat mereka tinggal saat ini. Sedangkan

sampel untuk populasi ini diambil dengan teknik accidental sampling. Teknik

adccidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai

sumber data (Sugiyono, 2004:77). Pemilihan penggunaan teknik sampling ini

karena populasi dianggap homogen oleh peneliti, sehingga semua anggota di

dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel.

Meskipun secara accidental, tetapi tetap memperhatikan keseimbangan jumlah

sampel. Dalam penelitian ini akan diambil responden yang tinggal dalam beberapa

unit rumah yang terbagi dalam type rumah kecil, sedang dan besar. Berdasarkan

type rumah tersebut, maka jumlah responden untuk setiap type rumah juga

diseimbangkan berdasarkan standart pola hunian (1:3:6).

Untuk penentuan jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus di

bawah ini, menurut Yamane, 1967 :

12Nd

Nn

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi (1%, 5%, 10%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 31

Dengan populasi yang sangat banyak dan waktu yang terbatas maka presisi

yang digunakan dalam penghitungan jumlah sampel penelitian ini adalah 10%

dengan tingkat kepercayaan 90%. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa

dengan jumlah tersebut sudah dapat menjawab kebutuhan data yang sudah dapat

mewakili populasi.

Jumlah sampel responden di Kecamatan Grogol

Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel respondennya

adalah sebagai berikut :

Diketahui : n = jumlah sampel

N = jumlah unit rumah di perumahan Kecamatan Grogol,

10.400 unit (sumber : DPU Kabupaten Sukoharjo)

d = 10%

n = 12Nd

N

= 11,0400.10

400.102

= 100,104400.10

= 00,105

400.10

= 99,047 dibulatkan menjadi 100 responden

Untuk responden di type rumah besar

respondenrespondenn 10100101

Untuk responden di type rumah sedang

respondenrespondenn 3010010

3

Untuk responden di type rumah kecil

respondenrespondenn 60100106

Jumlah sampel responden di Kecamatan Gondangrejo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 32

Dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel respondennya

adalah sebagai berikut :

Diketahui : n = jumlah sampel

N = jumlah unit rumah di perumahan Kecamatan Gondangrejo

2.765 unit (sumber : DPU Kabupaten Karanganyar)

d = 10%

n = 12Nd

N

= 11,0873.2

873.22

= 173,28

873.2

=73,29

873.2

= 96,636 dibulatkan menjadi 97 responden

Untuk responden di type rumah besar

respondenrespondenn 107,997101

Untuk responden di type rumah sedang

respondenrespondenn 291,2997103

Untuk responden di type rumah kecil

respondenrespondenn 582,589710

6

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 33

Peta administrasi sampel lokasi penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 34

Peta administrasi Grogol

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 35

Peta Admin. Gondangrejo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 36

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mengacu pada indikator

indikator penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya,. Data yang telah terkumpul

digunakan sebagai bahan analisis pada tahap selanjutnya. Kebutuhan data data

tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kebutuhan Data

No Kebutuhan Data Jenis Data

Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Primer Sekunder

Perkembangan Kota 1 Data jumlah penduduk

Kota Surakarta tahun 1999 2009 BPS Kota

Surakarta Studi Literatur

2 Data jumlah sarana permukiman Kota Surakarta tahun 1999 2009

BPS Kota

Surakarta Studi Literatur

3 Data penggunaan lahan Kota Surakarta tahun 1999 2009 BPS Kota

Surakarta Studi Literatur

Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri Urban 1 Data pembangunan

perumahan formal tahun 1999 2009

DPU dan UPT Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, survey lapangan.

Studi Literatur, Observasi

2 Data lokasi bekerja masyarakat perumahan Kecamatan Grogol dan Gondangrejo.

Survey Lapangan

Wawancara, Observasi

3 Data pemilihan lokasi perumahan oleh masyarakat

Survey Lapangan

Wawancara, Observasi

Sumber : Penulis

Untuk mengumpulkan beberapa data sesuai dengan kebutuhan data dalam

penelitian ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain :

3.3.1 Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dari berbagai literature

atau dokumen dari instansi instansi terkait baik pemerintah maupun swasta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 37

Studi literatur dapat dilakukan dari arsip, dokumen, buku, artikel, maupun

penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk penelitian ini studi

literatur akan dilakukan di instansi instansi terkait seperti BPS Kota Surakarta,

BPS Kabupaten Sukoharjo, BPS Kabupaten Karanganyar, DPU Kabupaten

Sukoharjo dan Karanganyar, UPT Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.

3.3.2 Observasi

Observasi adalah proses pengumpulan data secara langsung oleh peneliti

dengan mengamati kondisi atau kejadian yang dibutuhkan dalam penelitian.

Untuk penelitian ini, observasi digunakan untuk mengamati kondisi sarana

prasarana perumahan di setiap lokasi penelitian.

3.3.3 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Responden dalam

penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di perumahan formal Kecamatan

Grogol dan Gondangrejo. Penelitian ini menggunakan instrument kuesioner dalam

teknik wawancara ini. Pengumpulan data dalam wawancara ini bertujuan untuk

mengetahui kegiatan sehari hari masyarakat di lokasi penelitian serta faktor-

faktor pemilihan lokasi perumahan oleh masyarakat yang digunakan untuk proses

analisis sebagai data yang di trianggulasikan dengan teori. Data yang diperoleh

untuk menjawab keterkaitan antara variabel perkembangan Kota Surakarta dengan

perkembangan perumahan formal di wilayah peri urban Kota Surakarta.

3.4. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2010:280), analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

3.4.1 Analisis Perkembangan Kota Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 38

Perkembangan suatu kota diukur dari berbagai aspek pengisi kota tersebut

baik dari jumlah penduduk, kegiatan penduduk maupun kesejahteraan penduduk

tersebut. Dalam penelitian ini analisis perkembangan Kota Surakarta dilihat dari

pertumbuhan jumlah penduduk serta kegiatan penduduk yang diwadahi dalam

penyediaan sarana prasarana kota.

Analisis penggunaan lahan Kota Surakarta

Analisis dilakukan dengan metode deskriptif, dengan melihat pertumbuhan

penggunaan lahan setiap areal terbangun maupun non terbangun di setiap

tahunnya beserta dengan bidang-bidang yang termasuk dalam areal

terbangun dan non terbangun. Analisis ini digunakan untuk mendukung

analisis perkembangan Kota Surakarta dilihat dari persentase pertumbuhan

areal terbangun.

Analisis pertumbuhan penduduk Kota Surakarta

Analisis dilakukan dengan menghitung angka pertumbuhan penduduk dan

besar pertumbuhan penduduk. Perhitungan tersebut kemudian dianalisis lagi

dengan metode deskriptif. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan

fenomena-fenomena yang terjadi di dalam pola pertumbuhan penduduk Kota

Surakarta. Perhitungan angka pertumbuhan penduduk dengan menggunakan

rumus :

Pt = Po ( 1 + r )n

r = 1nPoPt

Keterangan :

Pt = jumlah penduduk pada tahun hitungan

Po = jumlah penduduk mula-mula

r = angka pertumbuhan penduduk

n = selisih tahun perhitungan

Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta

Perhitungan kebutuhan rumah di Kota Surakarta akan dilakukan dengan

menggunakan rumus perhitungan Metode Aritmatika dari Sastra dan

Marlina, 2005.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 39

RoI

IIoKRo

Ro

PoIo

Keterangan :

KRo = kekurangan rumah

Po = jumlah penduduk pada tahun hitungan

Ro = jumlah rumah pada tahun hitungan

Io = angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni

sebenarnya pada tahun hitungan

I = angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni yang

diharapkan

Hasil dari perhitungan kebutuhan rumah dianalisis dengan metode

deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan hasil perhitungan kebutuhan

rumah beserta dengan penyebab-penyebabnya dan dampaknya pada

perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban Kota Surakarta.

3.4.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di WPU

Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dilakukan

dengan metode deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan

persentase pertumbuhan pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol

dan Gondangrejo baik dari data sekunder maupun secara spasial dari peta yang

disajikan. Dalam pertumbuhan tersebut dianalisis pula seberapa banyak penduduk

yang dapat dilayani / ditampung di perumahan formal yang dibangun pada tahun

penelitian baik di Kecamatan Grogol maupun Gondangrejo yaitu dengan

mengkalikan antara jumlah unit rumah yang dibangun dengan standart penghuni

rumah (5orang). Dari perhitungan tersebut dapat dideskripsikan seberapa banyak

masyarakat yang dapat dilayani di perumahan formal yang sudah dibangun.

Analisis juga dilakukan dengan mendeskripsikan kelengkapan sarana

prasarana perumahan beserta dengan pemilihan lokasi perumahan. Analisis

pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif

dengan program SPSS. Analisis yang digunakan dalam SPSS adalah analisis

regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk

menganalisis hubungan antara lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

METODE PENELITIAN 40

perumahan dengan alasan masyarakat tersebut memilih perumahan di wilayah

peri-urban. Berikut langkah-langkah analisis regresi linier berganda dalam SPSS :

Merekap hasil wawancara

Mengelompokkan data pemilihan lokasi berdasarkan pekerjaan

Melakukan analisis regresi liner berganda dengan program SPSS.

3.4.3 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban

dalam Memenuhi Kebutuhan Perumahan Kota di Surakarta

Pada tahap ini dilakukan analisis gabungan berupa hubungan antar kedua

variabel. Analisis ini dilakukan dengan metode deskripsi yaitu dengan

mendeskripsikan secara dalam mengenai pola perkembangan Kota Surakarta

dengan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sehingga akan

terlihat keterkaitan antar keduanya. Analisis tersebut didukung dengan analisis

kuantitatif hubungan antara pemilihan lokasi perumahan di seluruh wilayah peri-

urban Kota Surakarta dengan lokasi bekerja menggunakan program SPSS seperti

pada analisis sebelumnya.

3.5. Sintesis Data

Sintesis data dilakukan setelah diselesaikannya semua analisis yang

dibutuhkan. Sintesis dilakukan dengan pemahaman mengenai bagaimana

perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban Kota Surakarta

memenuhi kebutuhan rumah kota di Surakarta. Dari hasil sintesis ini dapat

diketahui apakah memang perumahan formal yang berkembang di wilayah peri-

urban berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang ada di Kota

Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 41

BAB 4

PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA DAN

PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN

4.1 Perkembangan Kota Surakarta

Perkembangan suatu kota dilihat dapat dilihat dari berbagai aspek

penggunaan lahan baik secara horizontal (penambahan ketinggian bangunan)

maupun vertical (penambahan luas lahan terbangun), perkembangan

penduduk, perkembangan kelengkapan fasilitas kota, perkembangan tingkat

investasi kota dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini dijelaskan

mengenai perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahannya,

perkembangan jumlah penduduknya dan perkembangan jumlah sarana

perumahannya.

4.1.1 Penggunaan Lahan Kota Surakarta

Perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahannya yang disajikan

dalam data penggunaan lahan suatu kota setiap tahunnya. Dari data tersebut

dapat terlihat pertumbuhan penggunaan lahan areal terbangun dari tahun ke

tahun mengindikasikan pertumbuhan pembangunan sarana prasarana kota,

dimana pertumbuhan sarana prasarana kota menjadi salah satu indikator dari

perkembangan kota.

Perkembangan kota dalam hal pertumbuhan areal terbangun di Kota

Surakarta juga akan disajikan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi

perkembangan Kota Surakarta, dimana data tersebut didapatkan dari

reklasifikasi data penggunaan lahan Kota Surakarta tahun 1999-2009. Untuk

data penggunaan lahan di Kota Surakarta tahun 1999-2009 disajikan dalam

tabel di bawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 43

Dari tabel di atas terlihat adanya pertambahan luas areal terbangun untuk

perumahan, jasa dan perusahaan sedangkan untuk tanah kosong, tegalan, sawah

mengalami penurunan luas lahan, sedangkan untuk industri, kuburan, lapangan

olahraga dan taman cenderung stabil. Peningkatan jumlah rumah di Kota

Surakarta seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya didukung dengan adanya

peningkatan luas lahan untuk pembangunan areal perumahan seperti pada tabel di

atas. Penggunaan lahan untuk perumahan, jasa dan perusahaan dari tahun ke tahun

berdampak pada penurunan luas lahan untuk areal non terbangun seperti sawah,

tegalan dan lapangan kosong karena kebutuhan lahan semakin meningkat

sehingga ketersediaan lahan akan semakin terbatas. Untuk melihat perbandingan

antara jumlah luas lahan terbangun dan non terbangun, dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kota Surakarta Tahun 1999-2009

Tahun Luas Lahan Persentase Luas Lahan

Terbangun Non Terbangun Terbangun

Non Terbangun

1999 3879.83 526.23 88.06% 11.94% 2000 3879.49 524.57 88.09% 11.91% 2001 3890.69 513.37 88.34% 11.66% 2002 3897.72 506.34 88.50% 11.50% 2003 3883.55 518.70 88.22% 11.78% 2004 3896.51 509.67 88.43% 11.57% 2005 3921.29 482.97 89.03% 10.97% 2006 3932.56 471.50 89.29% 10.71% 2007 3932.56 462.67 89.47% 10.53% 2008 3952.95 451.11 89.76% 10.24% 2009 3952.95 453.11 89.76% 10.24% Sumber : BPS Reklasifikasi

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan lahan terbangun di

Kota Surakarta mengalami peningkatan selama tahun 1999-2009 sedangkan lahan

non terbangun mengalami penurunan. Persentase kepadatan lahan terbangun yang

tertinggi adalah pada tahun 2009 dengan perbandingan 89,76% lahan terbangun

dan 10,24% lahan non terbangun sedangkan kepadatan terendah berada pada

tahun 1999 dengan perbandingan 88,06% lahan terbangun dan 11,94% lahan non

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 44

terbangun. Selama rentang tahun penelitian, penggunaan lahan terbangun

mengalami peningkatan sebesar 1,7% dan lahan non terbangun mengalami

penurunan sebesar 1,7%.

4.1.2 Kependudukan Kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang menjadi pusat pelayanan bagi

wilayah sekitarnya (Subosukowonosraten). Pusat pelayanan tersebut menjadikan

Kota Surakarta sebagai pusat aktivitas masyarakat baik masyarakat Kota

Surakarta sendiri maupun masyarakat di wilayah peri-urban Kota Surakarta.

Dengan demikian penduduk yang masuk ke Kota Surakarta pun semakin hari

semakin banyak, karena penduduk datang untuk beraktivitas di Kota Surakarta

hingga menjadikan Kota Surakarta menjadi kota yang padat penduduk. Untuk

melihat jumlah penduduk yang ada di Kota Surakarta, dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini :

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999 2009

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Luas Wilayah (ha)

Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)

Kategori Kepadatan Penduduk

1999 542.832 4.404 123,26 Tinggi 2000 546.469 4.404 124,08 Tinggi 2001 553.580 4.404 125,70 Tinggi 2002 554.630 4.404 125,94 Tinggi 2003 497.234 4.404 112,91 Tinggi 2004 510.711 4.404 115,97 Tinggi 2005 534.540 4.404 121,38 Tinggi 2006 512.898 4.404 116,46 Tinggi 2007 515.372 4.404 117,02 Tinggi 2008 522.935 4.404 118,74 Tinggi 2009 528.202 4.404 119,94 Tinggi

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009

Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan dan penurunan jumlah

penduduk dari tahun 1999 sampai 2009. Pada tahun 2002, 2005 dan 2009

penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Pada tahun-

tahun lainnya yaitu antara tahun 1999-2001, 2003-2004 dan 2006-2008 jumlah

penduduk terus mengalami pertambahan jumlah penduduk.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 45

Jumlah penduduk tertinggi dari tahun 1999-2009 di Kota Surakarta adalah

pada tahun 2002 sebanyak 554.632 jiwa dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu

12.593,78 jiwa/ha. Untuk jumlah penduduk terendah ada di tahun 2003 yaitu

sebanyak 497.234 jiwa dengan kepadatan terendah selama rentang tahun 1999-

2009 yaitu 12.593,78 jiwa/ha.

4.1.3 Sarana Permukiman Kota Surakarta

Perkembangan kota dari pertumbuhan penduduk juga berdampak pada

perkembangan kota di bidang sarana perumahan. Jumlah penduduk yang semakin

meningkat menjadikan kebutuhan akan rumah juga kian meningkat. Kebutuhan

akan rumah dapat dilihat dari jumlah penduduk dibandingkan dengan ketersediaan

rumah di suatu wilayah. Begitu juga dengan kebutuhan rumah di Kota Surakarta.

Untuk mengidentifikasi kebutuhan rumah akan yang akan dijelaskan pada bab

berikutnya, akan disajikan jumlah rumah di Kota Surakarta tahun 1999-2009

terlebih dahulu seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1999 2009

Tahun Jumlah Rumah (unit)

Pertumbuhan Rumah (unit)

Pertumbuhan (%)

1999 89.020 NA NA

2000 89.020 0 0,00

2001 89.129 109 0,12

2002 119.024 29.895 33,54

2003 124.176 5.152 4,33

2004 135.040 10.864 8,75

2005 144.460 9.420 6,98

2006 140.160 -4.300 -2,98

2007 141.440 1.280 0,91

2008 140.953 -487 -0,34

2009 136.615 -4.338 -3,08

JUMLAH 1.349.037 47.595 48,23 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009

Jumlah rumah di Kota Surakarta dari tahun 1999-2009 juga mengalami

peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi tidak di

setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun-tahun tertentu seperti tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 46

2006, 2008 dan 2009 jumlah rumah di Kota Surakarta mengalami penurunan.

Tahun 2006 penurunan jumlah rumah sebesar 2,98%, tahun 2008 sebesar 0,34%

dan tahun 2009 sebesar 3,08%.

Peningkatan jumlah rumah yang paling pesat adalah pada tahun 2002 yaitu

sebesar 33,54% dengan penambahan 29.895 unit rumah dalam satu tahun. Pada

urutan kedua adalah pada tahun 2004 dengan peningkatan sebesar 8,75% yaitu

sejumlah 10.864 unit rumah.

4.2 Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-Urban

4.2.1. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol

Kecamatan Grogol adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo

yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Kecamatan Grogol termasuk

wilayah peri-urban Kota Surakarta karena letaknya yang berada diantara kawasan

perkotaan dan kawasan perdesaan yang dibatasi dengan adanya batas fisik

penggunaan lahan non pertanian di kawasan perkotaan dan lahan pertanian di

kawasan perdesaan.

Selain Kecamatan Baki dan Sukoharjo, Kecamatan Grogol juga termasuk

wilayah Solo Baru. Kawasan Solo Baru yang direncanakan sebagai Kota Baru ini

sangat besar andilnya bagi perkembangan Kota Surakarta yakni sebagai penyedia

hunian baru bagi kebutuhan rumah di Kota Surakarta.

Pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol pada mulanya hanya

untuk kalangan elite. Akan tetapi pihak pemerintahan Kabupaten Sukoharjo

menghendaki untuk mengembangkan wilayah Sukoharjo bagian utara karena

untuk wilayah bagian selatan, barat dan timur tidak dimungkinkan diadakan

pengembangan. Di bagian selatan sudah berkembang proyek proyek Kabupaten

Wonogiri, bagian barat pengembangan industri dan timur sudah terhalang dengan

keberadaan sungai Bengawan Solo. Dengan demikian perumahan formal di

Kecamatan Grogol yang termasuk wilayah Sukoharjo bagian utara mendapat

sambutan hangat dari pemerintahan Sukoharjo. Ide untuk membangun perumahan

elite menjadi batal karena luas lahan yang mendapat ijin untuk pembangunan

perumahan seluas 200 ha. Dengan luas lahan yang begitu luas, pengembang yakni

PT. Pondok Solo Permai (PSP) mendapat ide untuk membangun Kota Baru

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 47

dengan nama Solo Baru tersebut. Didukung adanya ijin untuk menggunakan lahan

seluas 200 ha, ide yang pada mulanya hanya ingin membangun kawasan

perumahan elit berubah menjadi Kota Baru yang tentunya perumahan yang ada di

dalamnya tidak hanya rumah elit saja melainkan rumah sederhana dan menengah

juga harus disediakan. Pola hunian 1 : 3 : 6 rencananya akan diterapkan dalam

pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol ini. Data pembangunan

perumahan formal di Kecamatan Grogol dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.5 Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol tahun 1999-2009 Dirinci Per Tahun

No Nama Perumahan Pengembang Perumahan Tahun Dibangun

Luas Perumahan (Ha)

1. Maesonet Sektor 3 PT. Pondok Solo Permai 2002 0,56 2. Viena Sektor 3 PT. Pondok Solo Permai 2002 2,008 3. Griya Parayangan PT. Manunggal Cipta

Persada 2002 0,532

Jumlah Pembangunan Tahun 2002 3,10 4. Puri Permata 2 PT. Bahtera Sukses Bersama 2003 0,2364 5. Gading Makmur CV. Agung Nugraha Grup 2003 0,9 6. Sanggaran Megah PT. Setya Widya Nugraha 2003 0,527 Jumlah Pembangunan Tahun 2003 1,6634 7. Gedangan Permai

Sektor10 PT. Pondok Solo Permai 2004 2,88

8. Kencur Indah Ir. Winoto 2004 0,3 Jumlah Pembangunan Tahun 2004 3,18 9. Puri Permata Regecy

Pondok PT. Bahtera Sukses Bersama 2005 0,446

Jumlah Pembangunan Tahun 2005 0,446 10. Griya Langen Harjo PT. Bahtera Sukses Bersama 2006 0,25 Jumlah Pembangunan Tahun 2006 0,25 11. Griya Permata asri1 CV. Tunas Jaya 2007 0,4256 12. Pondok Palm Regency CV. Media Bangun Persada 2007 1,2 13. Puri Permata Regency

Parangjoro PT. Bahtera Sukses Bersama 2007 1,2

14. Griya Permata asri2 CV. Tunas Jaya 2007 0,75 15. Peny Regency2 PT. Peny Jaya Regency 2007 0,9964 16. Nirwana Buana Agus Susanto dan Heri 2007 0,285 Jumlah Pembangunan Tahun 2007 4,857 17. Kluster Soba Madugondo PT. Pondok Solo Permai 2008 1,95

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 48

JUMLAH TOTAL 15,4464 Sumber : DPU Bidang Perumahan Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan data di atas dapat diketahui pada tahun 1999-2001 tidak

terdapat pembangunan perumahan dikarenakan krisis ekonomi yang melanda

Indonesia yang tentunya sangat berdampak pada pertumbuhan property termasuk

pada pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol. Pembangunan yang paling

pesat adalah pembangunan pada tahun 2007 yaitu seluas 4,857 Ha, pada urutan

selanjutnya adalah pada tahun 2004 seluas 3,18 Ha, tahun 2002 seluas 3,10 Ha,

tahun 2008 seluas 1,95 Ha, tahun 2003 seluas 1, 66 Ha, tahun 2005 seluas 0,446

dan yang terakhir adalah pada tahun 2006 seluas 0,25 Ha. Pembangunan

didominasi oleh PT. Pondok Solo Permai dengan luas 7,398 Ha atau 47,89% dari

keseluruhan luas lahan yang dibangun.

Perumahan formal di Kecamatan Grogol dibangun dengan beberapa type

yaitu type 21 sampai 150 yang membuktikan bahwa pembangunan perumahan di

Kecamatan Grogol diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat, dimana

perumahan tersebut tidak hanya dikhususkan untuk kalangan masyarakat yang

dengan tingkat ekonomi menengah ke atas tetapi juga untuk masyarakat dengan

tingkat ekonomi menengah ke bawah. Letak rumah juga tidak dibeda bedakan

antara rumah type kecil, sedang atau besar, semuanya dapat dipadukan dengan

baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 49

Gambar 4.1 Tipe Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Grogol

Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol akan disajikan

dalam peta 4.1 dan 4.2. Pada peta tersebut disajikan data persebaran blok

perumahan formal yang sudah terbangun pada tahun 1999 dan tahun 2009

sehingga dapat terlihat pertumbuhan pembangunan perumahan di Kecamatan

Grogol.

Perkembangan perumahan formal dipengaruhi oleh lokasi. Lokasi

merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam memilih tempat

tinggal karena lokasi mempengaruhi banyak hal. Lokasi mempengaruhi besar

biaya transportasi serta menentukan tingkat kenyamanan dalam bermukim. Di

dalam memilih tempat tinggal, masyarakat yang saat ini tinggal di perumahan

Grogol juga memiliki beberapa pertimbangan-pertimbangan. Berikut ini disajikan

data faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol dari hasil

wawancara masyarakat setempat.

Tabel 4.6 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan Formal Kecamatan Grogol

No Faktor Pemilihan Lokasi Jumlah Persentase Jumlah Pemilihan (%)

1. Harga terjangkau 87 31,07 2. Lokasi strategis 100 35,71 3. Desain rumah bagus 26 9,29

4. Luas rumah memenuhi kebutuhan keluarga 8 2,86

5. Kelengkapan fasilitas perumahan 22 7,86 6. Jauh dari keramaian kota 20 7,14 7. Banyak moda transportasi pendukung 8 2,86 8. Lokasi bebas polusi 9 3,21 JUMLAH 280 100,00

Sumber : Kuesioner 2011 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa alasan pemilihan lokasi didominasi

karena faktor lokasi yang strategis dan harga rumah yang terjangkau. Pemilihan

lokasi perumahan dipilih dari 100 responden dimana setiap responden dapat

memilih lebih dari satu jawaban sehingga jumlah dari semua jawaban adalah 280.

Dari 100 responden tersebut menyatakan bahwa perumahan formal yang ada di

Kecamatan Grogol lokasinya strategis. Strategis yang dimaksudkan adalah dekat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 50

dengan tempat mereka bekerja, dekat dengan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan

masyarakat sehari-hari. Untuk melihat perbandingan persentase pemilihan lokasi

disajikan diagram di bawah ini :

Gambar 4.2 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan

Sumber : Kuesioner 2011

Persentase alasan masyarakat memilih lokasi perumahan di Kecamatan

Grogol adalah lokasi yang strategis sebanyak 36%, keterjangkauan harga rumah

sebanyak 31%, desain rumah yang bagus 9%, luas rumah memenuhi kebutuhan

keluarga 8%, jauh dari keramaian kota 7%, kelengkapan fasilitas perumahan,

banyak moda transportasi pendukung dan lokasi perumahan bebas polusi masing-

masing 3%.

Faktor utama pemilihan lokasi perumahan adalah lokasi perumahan yang

strategis dan keterjangkauan harga rumah karena harga lahan pun terjangkau.

Pemilihan selanjutnya bersifat melengkapi faktor yang utama yaitu desain rumah

yang bagus, lokasi perumahan sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas

pendukung yang memadai, lokasi perumahan yang jauh dari keramaian kota (jauh

dari kepadatan kota sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas, kepadatan

penduduk), transportasi menuju perumahan mudah karena banyak moda

transportasi yang menghubungkan lokasi perumahan dengan pusat kegiatan

masyarakat sehari-hari.

31%

36%

9%

3%

8%

7%

3% 3%

Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan

Harga terjangkau

Lokasi strategis

Desain rumah bagus

Luas rumah memenuhi kebutuhan keluargaKelengkapan fasilitas perumahan

Jauh dari keramaian kota\

Banyak moda transportasi pendukungLokasi bebas polusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 51

Alasan pemilihan yang lainnya adalah terkait dengan lokasi bekerja

masyarakat yang tinggal di perumahan. Dari hasil wawancara terstruktur dengan

bantuan kuesioner yang telah dilakukan, sebanyak 83 responden atau sebanyak

83% bekerja di Solo dan sisanya 17 responden (17%) bekerja di lokasi setempat

yang termasuk di Kabupaten Sukoharjo.

Kawasan Kota Baru di Solo Baru ini sudah dilengkapi dengan fasilitas

fasilitas pendukung perumahan seperti sekolah, rumah sakit, gedung olah raga,

supermarket, perkantoran, SPBU dan sebagainya. Pembangunan dan penyediaan

sarana tersebut antara lain sarana pendidikan (TK, SD dan SMP Tarakanita,

Akademi Teknologi Warga), sarana kesehatan (Rumah Sakit Dr,Oen), perniagaan

dengan pembangunan ruko ruko, rekreasi (Water Park Pandawa), peribadatan

(masjid, gereja, vihara), olahraga (gedung olahraga) dan taman taman. Untuk

penyediaan prasarana, sudah dibangun dan dilengkapi jalan, listrik, air bersih,

tempat pembuangan sampah, dan drainase.

Gambar 4.3 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal

Kecamatan Grogol

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 52

Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 1999

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 53

Peta Persebaran Perumahan Formal Kecamatan Grogol Tahun 2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 54

4.2.2. Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo

Kecamatan Grogol adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar

yang terletak di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Kota Surakarta.

Perkembangan permukiman Kota Surakarta diarahkan ke kota bagian utara yaitu

di Kecamatan Jebres. Hal tersebut didukung dari pertumbuhan penduduk di

Kecamatan Jebres yang semakin meningkat yang mengindikasikan bahwa ada

pergerakan penduduk menuju ke arah utara Kota Surakarta. Kebijakan

pengembangan permukiman di utara Kota Surakarta menjadikan Kecamatan

Gondangrejo mempunyai peluang untuk mengembangkan perumahan di

wilayahnya.

Untuk pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo sendiri

dapat dilihat dalam tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.7 Pembangunan Perumahan Formal di Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999 2009 No Tahun

Pembangunan Lokasi Tipe Jumlah (Unit)

1. 2001 Wonorejo, Gondangrejo 21 16 2. 36 4 Jumlah Unit Tahun 2001 20 3. 2002 Wonorejo, Gondangrejo 21 30 4. 36 20 Jumlah Unit Tahun 2002 50 5. 2003 Plesungan, Gondangrejo 60 11 6. 40 9 7. 24 14 8. Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 36 9. 27 20 10. 36 52 11. 45 16 Jumlah Unit Tahun 2003 158 12. 2006 Plesungan, Gondangrejo 29 77 13. 24 96 14. Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 533 15. 23 487 16. 27 205 17. Wonorejo, Gondangrejo 36 182

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 55

Jumlah Unit Tahun 2006 1580 18. 2007 Plesungan, Gondangrejo 21 85 19. 21 40 20. Wonorejo, Gondangrejo 36 78 21. Jeruk Sawit, Gondangrejo 21 40 Jumlah Unit Tahun 2007 243 22. 2008 Jeruk Sawit, Gondangrejo 27 20 23. 36 36 24. Selokaton, Gondangrejo 30 64 25. 27 74 26. 24 12 27. 30 12 28. Wonorejo, Gondangrejo 30 323 29. 40 23 Jumlah Unit Tahun 2008 564 30. 2009 Wonorejo, Gondangrejo 45 2 31. 36 19 32. 30 25 33. Plesungan, Gondangrejo 30 28 34. 36 15 35. 45 5 36. 30 26 37. 36 30 Jumlah Unit Tahun 2009 150 JUMLAH TOTAL 2765 Sumber : DPU Bidang Perumahan Kabupaten Karanganyar

Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo tercatat pada

tahun 1999-2001 tidak ada pembangunan sama seperti pada pembangunan

perumahan di Kecamatan Grogol yang dimulai pada tahun 2002 akibat dampak

krisis moneter yang melanda Indonesia dan berdampak pada pembangunan

property. Pembangunan tahun 2002 pun masih dalam jumlah sedikit, mulai

banyak pada tahun 2003 dan melejit pada tahun 2006.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pembangunan unit rumah paling

banyak pada tahun 2006 sebanyak 1.580 unit rumah yang didominasi

pembangunan perumahan di Desa Jeruk Sawit sebanyak 1.225 unit, selanjutnya

diikuti pada pembangunan tahun 2008 sebanyak 564 unit rumah, tahun 2007

sebanyak 243 unit rumah, tahun 2003 sebanyak 158 unit rumah, tahun 2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 56

sebanyak 150 unit rumah, tahun 2002 sebanyak 50 unit rumah dan tahun 2001

sebanyak 20 unit rumah.

Untuk jumlah pembangunan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo

memang terpusat di Desa Jeruk Sawit karena memang 50% pembangunan

dilakukan disana. Akan tetapi untuk pembangunan berdasarkan type rumah,

cenderung menyebar karena type rumah yang dibangun di Kecamatan

Gondangrejo ini relatif untuk masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke

bawah. Tidak ada kesenjangan model rumah atau type rumah disana.

Gambar 4.4 Jenis Rumah di Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo

Dalam memilih sebuah rumah, masyarakat yang tinggal di perumahan

formal Kecamatan Gondangrejo juga memiliki alasan-alasan tersendiri. terkait

harga lahan atau pun tingkat kenyaman rumah yang ditawarkan atau faktor-faktor

lainnya. Berikut ini disajikan tabel faktor pemilihan lokasi perumahan formal di

Kecamatan Gondangrejo hasil wawancara terhadap responden.

Tabel 4.8 Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan oleh Masyarakat No Faktor Pemilihan Lokasi Jumlah Persentase Jumlah

Pemilihan (%) 1. Harga terjangkau 93 41,89 2. Lokasi strategis 79 35,59 3. Desain rumah bagus 8 3,60 4. Luas rumah memenuhi kebutuhan

keluarga 6 2,70

5. Kelengkapan fasilitas perumahan 5 2,25 6. Jauh dari keramaian kota 11 4,95 7. Banyak moda transportasi pendukung 3 1,35 8. Lokasi bebas polusi 17 7,66 JUMLAH 222 100,00

Sumber : Rekapan Kuesioner

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 57

Dari tabel di atas pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Gondangrejo

didominasi oleh faktor keterjangkauan harga rumah. Pemilihan lokasi perumahan

formal di Kecamatan Gondangrejo tidak berbeda jauh dengan di Kecamatan

Grogol, sebanyak 97 responden memilih lebih dari satu jawaban sehingga jumlah

keseluruhan jawaban ada 222. Sebanyak 93 dari 97 responden berpendapat bahwa

memilih rumah di perumahan Kecamatan Gondangrejo karena harganya

terjangkau, selain itu juga faktor lokasi perumahan yang strategis dekat dengan

Solo yang dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Akan disajikan diagram

perbandingan hasil wawancara untuk lebih memudahkan dalam pemahaman

faktor apa saja yang sangat mendukung pemilihan lokasi perumahan di

Kecamatan Gondangrejo.

Gambar 4.5 Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan

Sumber : Rekapan Kuesioner

Pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Gondangrejo didominasi faktor

keterjangkauan harga rumah sebesar 42% dan lokasi yang strategis sebesar 35%.

Faktor lainnya antara lain lokasi perumahan yang bebas polusi seperti polusi

udara, air dan suara sebesar 8%, faktor jauh dari keramaian kota 5%, desain

rumah yang bagus 4%, luas rumah yang dapat menampung kebutuhan keluarga

3% dan yang terakhir adalah faktor moda transportasi pendukung sebanyak 2%.

42%

35%

4%

3%

2%

5%1%

8%

Persentase Faktor Pemilihan Lokasi Perumahan

Harga terjangkau

Lokasi strategis

Desain rumah bagus

Luas rumah memenuhi kebutuhan keluargaKelengkapan fasilitas perumahanJauh dari keramaian kota

Banyak moda transportasi pendukungLokasi bebas polusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 58

Terkait dengan lokasi yang strategis, responden menjadikan faktor tersebut

menjadi faktor yang penting karena aktivitas responden mayoritas bekerja di Solo

sehingga lokasi perumahan yang masih terjangkau dari Solo merupakan pilihan

yang tepat. Dari hasil wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner yang telah

dilakukan, sebanyak 86 responden atau sebanyak 88,7% bekerja di Solo dan

sisanya 11 responden (11,3%) bekerja di lokasi setempat yang termasuk di

Kabupaten Karanganyar.

Pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dilengkapi dengan

sarana prasarana pendukung perumahan. Penyediaan sarana prasarana tersebut ada

yang dibangun developer, ada juga yang disediakan pemerintah, Sarana prasarana

yang disediakan developer antara lain TK, ruko, tempat ibadah, taman bermain,

jalan, sampah dan saluran drainase sedangkan untuk kebutuhan penyediaan sarana

prasarana yang lain seperti sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA, kantor kantor

pemerintahan, puskesmas disediakan oleh pemerintah.

Gambar 4.6 Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Peribadatan di Perumahan Formal

Kecamatan Gondangrejo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 59

Peta Persebaran Blok Perumahan Formal Kecamatan

Gondangrejo Tahun 1999

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

DESKRIPSI WILAYAH 60

Peta Persebaran Blok Perumahan Formal Kecamatan

Gondangrejo Tahun 2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 61

BAB 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN

PERUMAHAN FORMAL DI WILAYAH PERI-URBAN

SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN

PERUMAHAN KOTA SURAKARTA

Pada bab ini akan dilakukan kajian yang lebih mendalam dari data yang

telah diperoleh baik data primer maupun dari data sekunder, yang selanjutnya

akan dilakukan analisis mengenai kebutuhan rumah di Kota Surakarta sebagai

demand dan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai

supply. Analisis tersebut diharapkan dapat menjawab apakah perkembangan

perumahan formal di wilayah peri-urban merupakan perumahan formal yang

dibangun untuk memenuhi kebutuhan perumahan di Kota Surakarta.

5.1 Analisis Perkembangan Kota Surakarta

5.1.1 Analisis Penggunaan Lahan Kota Surakarta

Perkembangan kota tak lepas dari perkembangan lahan terbangun yang

digunakan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang ada di kota. Dengan

adanya kuantitas / jumlah penambahan luasan lahan terbangun atau pengurangan

luas lahan non terbangun, suatu kota diindikasikan telah mengalami

perkembangan.

Secara spasial perkembangan kota dapat dilihat dari pola distribusi ruang

terbangun dan non terbangun serta kepadatan ruang terbangun tersebut seperti di

Kota Surakarta. Berdasarkan data tersebut, Kota Surakarta mengikuti pola

perkembangan interstial seperti pendapat Zahnd (1994:8). Perkembangan kota

secara interstial adalah perkembangan kota dilihat dari penambahan jumlah lahan

terbangun, sedangkan daerah dan ketinggian bangunan tetap sama. Kota Surakarta

juga mengalami hal yang demikian, jumlah luas lahan terbangun mengalami

peningkatan dari tahun 1999-2009 sebanding dengan penurunan luas lahan non

terbangun. Untuk melihat pertumbuhan lahan terbangun dan non terbangun

dengan kegiatan yang ada di dalamnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 63

Dari tabel analisis di atas, terlihat pertumbuhan positif dalam penggunaan

lahan untuk perumahaan, jasa dan perusahaan, pertumbuhan negatif terdapat

dalam penggunaan lahan untuk tanah kosong, tegalan dan sawah, sedangkan yang

tidak mengalami pertumbuhan sama sekali adalah penggunaan lahan untuk

industry, kuburan, lapangan olahraga, taman dan lain-lain. Dari tahun 1999-2009

penggunaan lahan untuk perumahan meningkat sebesar 0,23%, jasa sebesar

0,11%, perusahaan sebesar 0,19%. Untuk penurunan tanah kosong sebesar 1,18%,

tegalan sebesar 8,23% dan sawah sebesar 2,61%.

Perkembangan perumahan, perusahaan dan jasa yang termasuk dalam areal

terbangun, tidak terjadi di setiap tahunnya karena pada tahun-tahun tertentu

penggunaan lahan untuk perumahan, jasa dan perusahaan mengalami penurunan..

Pada tahun 2003 penggunaan lahan untuk perumahan dan perusahaan mengalami

penurunan dan tahun 2000, 2004, 2005 dan 2008 penggunaan lahan untuk jasa

juga mengalami penurunan.

Kota Surakarta mengalami pertumbuhan dalam penggunaan lahan untuk jasa

dan perusahaan. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Kota Surakarta berkembang

di bidang perdagangan dan jasa dalam rangka peningkatan investasi kota. Hasil

dari investasi kota dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan kota (Richardson,

1978). Pertumbuhan penggunaan lahan untuk perumahan Kota Surakarta relevan

dengan kecenderungan kota menurut pendapat Adisasmita (2005) dimana kota

merupakan konsentrasi permukiman penduduk yang makin lama makin meluas.

Pertumbuhan perdagangan, jasa dan perumahan di Kota Surakarta dapat menjadi

pemicu pertumbuhan penduduk Kota Surakarta khususnya pertambahan jumlah

pekerja kota. Pertumbuhan tersebut secara langsung menyebabkan peningkatan

kebutuhan lahan untuk mengakomodasi sarana prasarana kota.

Perkembangan Kota Surakarta tidak berhenti sampai dengan penurunan

jumlah penduduk setiap tahunnya, melainkan pertumbuhan permukiman sebagai

areal lahan terbangun dapat menjadi indikator perkembangan suatu kota seperti

pendapat Zahnd (1994). Kota Surakarta mengalami perkembangan interstial

dimana pertumbuhan permukiman meningkat dari tahun 1999-2009 di Kota

Surakarta sebagai penambahan jumlah luas lahan terbangun. Pola perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 64

secara interstial dimana jumlah lahan terbangun semakin meningkat dan lahan non

terbangun semakin menurun mengakibatkan lahan non terbangun semakin

terbatas untuk dijadikan lahan terbangun. Hal tersebut mendorong perkembangan

ke luar bagian kota atau mendorong perkembangan daerah sekitar kota (Wilayah

Peri-Urban) dalam memenuhi kebutuhan lahan kota.

5.1.2 Analisis Perkembangan Penduduk Kota Surakarta

Penduduk merupakan kunci utama perkembangan suatu kota. Tanpa adanya

penduduk, kota dapat dikatakan mati. Jumlah penduduk Kota Surakarta

mengalami penurunan dari tahun 1999-2009, yang tentunya berdampak pula pada

penurunan kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Surakarta. Untuk lebih

menjelaskan kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2009

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Pertumbuhan Penduduk

Persentase Pertumbuhan Penduduk (%)

Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)

Kategori Kepadatan

1999 542.832 NA NA 123,260 Tinggi

2000 546.469 0,007 0,7 124,080 Tinggi

2001 553.580 0,013 1,3 125,700 Tinggi

2002 554.630 0,002 0,2 125,940 Tinggi

2003 497.234 -0,104 -10,4 112,910 Tinggi

2004 510.711 0,027 2,7 115,970 Tinggi

2005 534.540 0,047 4,7 121,380 Tinggi

2006 512.898 -0,041 -4,1 116,460 Tinggi

2007 515.372 0,005 0,5 117,020 Tinggi

2008 522.935 0,015 1,5 118,740 Tinggi

2009 528.202 0,010 1,0 119,940 Tinggi Rata-Rata 529.037 -0,0019 -0,19 120,127 Tinggi

Sumber : Analisis Penulis Dari tabel di atas dapat dilihat adanya penurunan jumlah penduduk yang

ditandai dengan nilai negatif dari angka pertumbuhan penduduk total dari rentang

waktu tahun 1999-2009 sebesar -0,19%. Akan tetapi tidak di setiap tahun terjadi

penurunan angka pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1999-2002, pertumbuhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 65

penduduk Kota Surakarta mengalami bernilai positif. Begitu juga dengan

pertumbuhan penduduk dari tahun 2003-2005 dan 2007-2009. Penurunan

pertumbuhan penduduk terjadi pada tahun 2002-2003 dan 2005-2006.

Pertumbuhan penduduk yang paling tinggi adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar

4,05% sedangkan pertumbuhan penduduk paling rendah adalah pada tahun 2003

yaitu sebesar -10,35%.

Pertumbuhan penduduk oleh faktor manusia dan juga pola pergerakan

manusia sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota seperti yang

diuraikan oleh Sutarjo (1996). Pola pergerakan manusia yaitu pergerakan

penduduk masuk dan keluar kota dengan berbagai faktor-faktor pendorong.

Seperti pendapat Yunus (2005) mengenai kekuatan sentrifugal dari pusat kota

dimana kekuatan-kekuatan tersebut yang menyebabkan terjadinya perpindahan

penduduk dari dalam ke luar kota seperti yang dialami penduduk di Kota

Surakarta dengan adanya penurunan jumlah penduduk di tahun 2003 dan 2006.

Kekuatan tersebut salah satunya adalah tingginya kepadatan penduduk di Kota

Surakarta yang menyebabkan penduduk berpindah ke pinggiran kota.

5.1.3 Analisis Kebutuhan Permukiman Kota Surakarta

Perkembangan kota dari sisi kependudukan berdampak pada perkembangan

kota dari sisi pemenuhan kebutuhan rumah bagi penduduknya. Semakin banyak

jumlah penduduknya, semakin banyak pula kebutuhan rumah kota tersebut. Hal

tersebut tentunya juga berlaku untuk perkembangan Kota Surakarta. Dari hasil

analisis kependudukan sebelumnya, pertumbuhan penduduk Kota Surakarta

secara keseluruhan mengalami penurunan dengan angka pertumbuhan yang

bernilai negatif. Hal ini akan mempengaruhi perhitungan kebutuhan rumah kota di

Surakarta. Pada tabel 5.3 dibawah ini akan dijelaskan kebutuhan rumah yang

muncul sebagai akibat pertumbuhan penduduk Kota Surakarta. Perhitungan

kebutuhan rumah dilakukan dengan membagi jumlah penduduk yang ada dengan

standart penghuni rumah, dibandingkan lagi dengan jumlah eksisting rumah

sehingga dapat diketahui seberapa besar kekurangan rumah atau kelebihan rumah

yang ada di Kota Surakarta.

Tabel 5.3 Analisis Kebutuhan Rumah Kota Surakarta Tahun 1999-2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 66

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Kebutuhan Rumah (unit)

Jumlah Eksisting Rumah (unit)

Backlog Rumah (unit)

Kategori Ketersediaan Rumah

1999 542.832 108.566 89.020 -19.546 Kurang 2000 546.469 109.294 89.020 -20.274 Kurang 2001 553.580 110.716 89.129 -21.587 Kurang 2002 554.630 110.926 119.024 8.098 Lebih 2003 497.234 99.447 124.176 24.729 Lebih 2004 510.711 102.142 135.040 32.898 Lebih 2005 534.540 106.908 144.460 37.552 Lebih 2006 512.898 102.580 140.160 37.580 Lebih 2007 515.372 103.074 141.440 38.366 Lebih 2008 522.935 104.587 140.953 36.366 Lebih 2009 528.202 105.640 136.615 30.975 Lebih

Sumber : Analisis Penulis Dari perhitungan tersebut, Kota Surakarta mengalami kekurangan dan

kelebihan rumah dalam rentang waktu tahun 1999-2009. Kota Surakarta pada

tahun 1999-2001 membutuhkan rumah tambahan sebesar 19.546 unit pada tahun

1999, 20.274 unit pada tahun 2000 dan 21.587 unit pada tahun 2001. Selain tahun-

tahun tersebut, Kota Surakarta telah terpenuhi kebutuhan rumahnya secara

statistik menurut perhitungan pertumbuhan penduduk.

Akan tetapi tidak selamanya Kota Surakarta mengalami surplus jumlah

rumah, pada saat tertentu dimana Kota Surakarta mengalami perkembangan yang

semakin pesat, pada saat itulah secara perlahan Kota Surakarta akan

membutuhkan rumah tambahan bagi pertumbuhan penduduknya.

Kebutuhan rumah tidak hanya dipandang dari kebutuhan penduduk yang

tinggal di kota, tetapi kebutuhan rumah kota dipengaruhi pula oleh perkembangan

kegiatan di kota tersebut. Kota sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya

seperti Kota Surakarta mempunyai daya tarik yang kuat bagi penduduk yang

tinggal di wilayah sekitar kota untuk bekerja di pusat kota. Seperti teori dari

Adisasmita (2005) yang menyatakan bahwa perkembangan penduduk perkotaan

menunjukkan pertumbuhan dan intensitas kegiatan kota yang menjadikan kota

memiliki daya tarik yang kuat untuk tempat bekerja dengan pendapatan yang lebih

tinggi dan berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam. Sebagai pusat kota,

Kota Surakarta pun memiliki daya tarik tersebut sehingga banyak masyarakat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 67

yang berasal dari luar Kota Surakarta bekerja di kota. Dengan kondisi yang

demikian, kebutuhan rumah di Kota Surakarta akan terus meningkat karena tidak

hanya diperhitungkan dari penduduk dalam Kota Surakarta tetapi juga dari

kebutuhan hunian para pekerja yang bekerja di Kota Surakarta.

Kondisi penyediaan rumah di Kota Surakarta yang berlebih

mengindikasikan Kota Surakarta sebagai tempat investasi berbisnis dimana

perumahan juga menjadi investasi. Penggunaan lahan yang berkembang di bidang

perumahan, jasa dan perusahaan seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan

sebelumnya dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah rumah Kota Surakarta.

Kepadatan penduduk yang tinggi, keterbatasan lahan kota mendorong

pembangunan hunian secara vertikal di Kota Surakarta untuk mengatasi

permasalahan kota dan menjadi tempat investasi kota.

Perkembangan di bidang perumahan dari segi kuantitas unit rumah dan dari

segi luasan lahan yang digunakan untuk perumahan tidak sebanding dengan

jumlah penduduk kota yang turun. Hal ini menunjukkan bahwa rumah-rumah

yang ada di Kota Surakarta bukan untuk tempat tinggal penduduk Kota Surakarta

tetapi rumah-rumah tersebut digunakan untuk investasi. Dengan perkembangan

Kota Surakarta sebagai pusat perdagangan dan jasa menjadikan Kota Surakarta

sebagai lokasi investasi yang menguntungkan.

5.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-

Urban

5.2.1 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol

Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dari tahun 1999-

2009 sudah dilengkapi dengan pembangunan sarana prasarana, seperti yang telah

dijelaskan pada bab sebelumnya. Seperti petunjuk perencanaan kawasan

perumahan kota tahun 1987 dimana suatu lingkungan perumahan harus dilengkapi

sarana prasarana, meliputi sarana pendidikan, kesehatan, perniagaan dan industri,

pemerintah dan pelayanan umum, kebudayaan dan rekreasi, peribadatan, olahraga

dan taman, sedangkan untuk prasarana antara lain prasarana air bersih, listrik,

pembuangan air hujan dan air hujan, jalan lingkungan dan pembuangan sampah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 68

Persyaratan pembangunan perumahan di Kecamatan Grogol sudah dipenuhi

dengan adanya pembangunan dan penyediaan sarana pendidikan, kesehatan,

perniagaan, rekreasi, peribadatan, olahraga dan taman-taman. Untuk sarana-sarana

lainnya disediakan oleh pemerintah seperti puskesmas, sekolah-sekolah negeri dan

kantor-kantor pemerintahan. Begitu juga dengan jaringan jalan, sampah, air

bersih, listrik dan drainase.

Kelengkapan sarana prasarana harus dipenuhi oleh pengembang supaya

pembangunan perumahan dapat berjalan seimbang (Sastra dan Marlina, 2005).

Sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor pertimbangan masyarakat dalam

memilih lokasi perumahan. Kelengkapan dan kondisi sarana prasarana yang baik

akan menjadi nilai plus bagi suatu lingkungan perumahan.

Pemilihan lokasi perumahan tidak hanya dipandang dari segi kelengkapan

sarana prasarana tetapi juga dipengaruhi oleh lokasi perumahan tersebut dengan

pusat aktivitas sehari-hari masyarakat, harga perumahan, desain rumah, luas

rumah, ketenangan dan kenyamanan, kemudahan transportasi, dan lain-lain. Pada

pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Grogol terpilih beberapa faktor-faktor

yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Untuk analisis pemilihan lokasi

dalam hubungannya dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan

digunakan analisis kuantitatif.

Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan

model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent

dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien

korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya

semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.

Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi

yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat

yang tinggal di perumahan tersebut.

Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel

correlation di lampiran 3. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara

lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.922, lokasi bekerja dengan

lokasi rumah yang strategis sebesar 0.931, lokasi bekerja dengan desain rumah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 69

yang bagus sebesar 0.889, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi

sebesar 0.710, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar

0.947, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.796, lokasi

bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.890, lokasi bekerja dengan bebas

polusi sebesar 0.662. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel

dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel

independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat

hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah kelengkapan

fasilitas perumahan, lokasi perumahan yang strategis, harga rumah yang

terjangkau, transportasi mudah, desain rumah bagus, jauh dari keramaian kota,

luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi.

Bila dilihat dari tabel 4.5 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan

formal di Kecamatan Grogol oleh masyarakat, hasilnya sedikit berbeda dengan

hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari tabel

menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah lokasi strategis

tetapi dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat kaitannya

dengan variabel dependent adalah kelengkapan fasilitas perumahan. Hasil pada

tabel, tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat. Akan tetapi pada

perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor

pemilihan lokasi perumahan formal.

Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol membuktikan

kebenaran teori dari Cahyana, Sudaryono (2002) dan teori dari Astudio (2006)

mengenai faktor-faktor yang dijadikan pedoman masyarakat untuk memilih lokasi

tempat tinggal seperti lokasi yang strategis dekat dengan tempat bekerja maupun

beraktivitas sehari-hari, harga rumah yang terjangkau, kelengkapan fasilitas

perumahan yang sudah disediakan oleh pengembang, desain rumah yang bagus

dan rumah yang ditawarkan memenuhi standart kebutuhan luas rumah untuk

setiap keluarga.

Untuk analisis pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol

dilakukan dengan membandingkan jumlah luasan rumah yang telah dibangun

dengan standart luas rumah per unit, yang hasilnya dibandingkan lagi dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 70

standart penghuni tiap rumah. Hasil dari perhitungan tersebut adalah jumlah

penduduk yang tinggal di perumahan tersebut yang nantinya digunakan sebagai

analisis selanjutnya. Perhitungan tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 5.4 Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan

Grogol Tahun 1999-2009

Tahun Pembangunan

Luas Perumahan (Ha)

Jumlah Rumah (unit)

Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa)

2002 3,1 344 1.722

2003 1,66 184 922 2004 3,18 353 1.767 2005 0,45 50 250 2006 0,25 28 139

2007 4,88 542 2.711 2008 1,95 217 1.083

JUMLAH 15,47 1.719 8.594 Sumber : Analisis Penulis

Dari hasil perhitungan di atas, pembangunan perumahan formal yang telah

dibangun dari tahun 1999-2009 di Kecamatan Grogol mampu melayani sebanyak

8.594 penduduk. Dimana penduduk tersebut adalah penduduk yang mayoritas

bekerja di Kota Surakarta seperti hasil wawancara yang telah disampaikan pada

bab sebelumnya. Keadaan demikian membuktikan kebenaran teori yang

disampaikan oleh Dickinson dalam Yunus, 2005 yang menyatakan bahwa

peruntukan permukiman di wilayah peri-urban dibangun bukan untuk petani

melainkan untuk masyarakat yang bekerja di kota.

Kebenaran tersebut juga didukung dengan adanya hasil wawancara yang

telah dilakukan penulis dimana memang sebanyak 100 responden dari 100

responden yang menjadi sampel menyatakan bahwa perumahan yang dibangun di

Kecamatan Grogol memiliki lokasi yang strategis. Strategis yang dimaksudkan

adalah dekat dengan tempat mereka bekerja, dekat dengan sarana-sarana yang

dibutuhkan sehari-hari seperti sekolah, rumah sakit, tempat berbelanja, bahkan

rekreasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 71

Indikator perkembangan perumahan dapat diukur secara obyektif yakni

dengan melihat jumlah unit rumah yang dibangun setiap tahunnya dan luas

pembangunan lokasi perumahan setiap tahunnya. Untuk perumahan formal di

Kecamatan Grogol dilihat dari pertumbuhan luas pembangunan perumahan setiap

tahunnya seperti pada grafik di bawah ini :

Gambar 5.1 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol

Sumber : Analisis Penulis

Dari grafik di atas terlihat bahwa di setiap tahun terdapat pembangunan

perumahan formal di Kecamatan Grogol. Pembangunan dimulai pada tahun 2002

dikarenakan pada tahun 1999-2001 perkembangan property di Kecamatan Grogol

masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun 1998.

Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2007, dilihat dari titik tertinggi

pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006. Untuk

persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol bisa

dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun

1999-2009.

Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan

mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola

pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi

masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah,

belanja, berobat, dll).

Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Grogol tahun 1999-2009

0

2

4

6

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008TAHUN

Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol

Luas Perumaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72

5.2.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan

Gondangrejo

Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dapat dilihat

dari data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Pembangunan perumahan

formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo cenderung diperuntukkan bagi

masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dibuktikan

dengan type rumah yang dibangun antara 21-60, sedangkan di Kecamatan Grogol

sampai type 150. Pembangunan perumahan pun dilengkapi dengan pembangunan

sarana prasarana seperti syarat pembangunan perumahan di dalam Petunjuk

Perencanaan Kawasan Perumahan Kota tahun 1987 oleh DPU. Pembangunan

sarana prasarana perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo sudah dibangun

dengan kelengkapan sarana prasarana dari pengembang, tetapi tidak selengkap di

Kecamatan Grogol. Untuk sarana kesehatan, hanya ada puskesmas dari

pemerintah bukan Rumah Sakit yang memang sudah direncanakan pengembang

untuk dibangun di lokasi perumahan tersebut. Begitu pula dengan sarana rekreasi,

berbeda dengan Kecamatan Grogol dimana pihak pengembang sudah

menyediakan water park Pandawa.

Kelengkapan sarana prasarana menjadi salah satu alasan masyarakat dalam

memilih lokasi tempat tinggal. Bila perumahan tidak dilengkapi dengan sarana

prasarana atau pun jauh dari pusat aktivitas dimana terdapat sarana-sarana yang

dibutuhkan maka perumahan tersebut tidak akan berkembang dengan pesat. Dari

hasil wawancara terkait pemilihan lokasi perumahan juga mendukung pernyataan

di atas. Beberapa faktor pemilihan lokasi yang sudah dijelaskan pada bab

sebelumnya menjadi dasar masyarakat untuk memilih sebuah lokasi hunian.

Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan

model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent

dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien

korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya

semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.

Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 73

yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat

yang tinggal di perumahan tersebut.

Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel

correlation di lampiran 5. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara

lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.964, lokasi bekerja dengan

lokasi rumah yang strategis sebesar 0.956, lokasi bekerja dengan desain rumah

yang bagus sebesar 0.816, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi

sebesar 0.466, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar

0.737, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.546, lokasi

bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.808, lokasi bekerja dengan bebas

polusi sebesar 0.216. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel

dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel

independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat

hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah harga rumah yang

terjangkau, lokasi perumahan yang strategis, desain rumah bagus, transportasi

mudah, fasilitas perumahan lengkap, jauh dari keramaian kota, luas rumah

mencukupi kebutuhan dan bebas polusi.

Bila dilihat dari tabel 4.7 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan

formal di Kecamatan Gondangrejo oleh masyarakat, hasilnya tidak berbeda

dengan hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari

tabel menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah harga yang

terjangkau dan dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat

kaitannya dengan variabel dependent juga harga yang terjangkau. Hasil pada tabel

yang tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat tetap sama dengan

perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor

pemilihan lokasi perumahan formal.

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perumahan yang dibangun

di Kecamatan Gondangrejo adalah perumahan yang dihuni oleh penduduk yang

bekerja di Solo atau yang berasal dari wilayah luar Kota Solo yang memang

bekerja di Kota Solo. Aktivitas sehari-hari masyarakat yang tinggal di perumahan

tersebut memang di Solo seperti hasil wawancara penulis. Dengan demikian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 74

peruntukan perumahan di Kecamatan Gondangrejo ini memang untuk masyarakat

pekerja Solo sesuai dengan teori Dickinson tentang pembangunan perumahan di

wilayah peri-urban adalah untuk masyarakat yang bekerja di kota bukan untuk

petani-petani yang bekerja di wilayah itu sendiri.

Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo juga

membuktikan kebenaran atau kesesuaian fakta dengan teori Cahyana dan

Sudaryono mengenai faktor-faktor pemilihan lokasi seperti lokasi yang aksesibel

(mudah dijangkau, dekat dengan tempat bekerja), rumah yang dipilih sesuai

dengan kebutuhan luas rumah untuk jumlah keluarga masing-masing, ketersediaan

fasilitas perumahan. Pemilihan lokasi tersebut juga membuktikan teori Astudio

(2006) dimana pemilihan lokasi perumahan ditentukan antara lain adalah terkait

harga yang terjangkau semua kalangan masyarakat, lokasi yang strategis dekat

dengan pusat kota, desain rumah yang bagus dan kelengkapan fasilitas yang

ditawarkan oleh pengembang.

Untuk analisis pelayanan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo

dihitung dengan membandingkan jumlah rumah (unit) yang sudah dibangun setiap

tahunnya dengan standart penghuni setiap rumah (5 orang), dimana hasilnya

menunjukkan seberapa banyak jumlah penduduk yang dapat ditampung di

perumahan formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo selama tahun 1999-

2009. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.5. Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo Tahun 1999-2009

Tahun Pembangunan

Jumlah Rumah (Unit)

Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa)

2001 20 100 2002 50 250 2003 158 790 2006 1.580 7.900 2007 243 1.215 2008 564 2.820 2009 150 750 JUMLAH 2.765 13.825

Sumber : Analisis Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 75

Dari perhitungan pada tabel di atas sebanyak 13.825 jiwa dapat ditampung

di perumahan Kecamatan Gondangrejo pada rentang tahun pembangunan 2001-

2009. Pertumbuhan tersebut akan lebih jelas bila dilihat dengan grafik dan juga

peta. Untuk perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dilihat dari

pertumbuhan jumlah pembangunan perumahan setiap tahunnya seperti pada grafik

di bawah ini :

Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo

Sumber : Analisis Penulis

Dari grafik di atas terlihat bahwa pembangunan dimulai pada tahun 2001

dikarenakan pada tahun 1999-2000 perkembangan property di Kecamatan

Gondangrejo masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun

1998. Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2008, dilihat dari titik

tertinggi pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006.

Untuk persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol

bisa dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun

1999-2009.

Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan

mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola

pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi

masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah,

belanja, berobat, dll).

0

100

200

300

400

500

600

2001 2002 2003 2006 2007 2008 2009

TAHUN

Pertumbuhan PembangunanPerumahan Kecamatan Gondangrejo Tahun 2001-2009

Jumlah Rumah (Unit)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76

peta pertumbuhan gondangrejo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 77

5.3 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri-

Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Rumah Kota di

Surakarta

Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan perumahan Kota Surakarta digunakan untuk

menganalisis semua hasil penelitian yang sudah terkumpul dan mengkaji lebih

dalam hubungan antar variabel-variabel penelitian. Kedua variabel penelitian

yaitu perkembangan Kota Surakarta dan perkembangan perumahan formal di

wilayah peri-urban dibahas lebih mendalam mengenai keterkaitan keduanya

beserta dengan indikator-indikator yang ada di setiap variabel. Analisis

perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban diambilkan dari gabungan

analisis perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo.

Analisis hubungan dari kedua variabel dilihat dari faktor pemilihan lokasi

perumahan yang dapat mengindikasikan apakah perumahan yang ada di wilayah

peri-urban digunakan untuk memenuhi kebutuhan perumahan kota di Surakarta.

Untuk analisis perbandingan antara perkembangan Kota Surakarta dilihat

dari pertumbuhan penduduk dengan perkembangan perumahan formal di wilayah

peri-urban dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

JUMLAH

JUMLAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 79

Dari grafik di atas dapat dibandingkan antara perkembangan Kota Surakarta

dengan perkembangan perumahan di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Pada

tahun 1999-2001 tidak terdapat pembangunan perumahan formal di kedua

kecamatan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Pembangunan

dimulai pada tahun 2002 dan setahun berikutnya yaitu pada tahun 2003

pertumbuhan penduduk Kota Surakarta turun yang mengindikasikan bahwa ada

perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota / ke wilayah peri-urban.

Begitu pula pertumbuhan perumahan formal yang tinggi di Kecamatan

Gondangrejo pada tahun 2005 menyebabkan pertumbuhan penduduk Kota

Surakarta pada tahun 2006 mengalami penurunan.

Bila dilihat dari grafik pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun

1999-2009, Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Akan tetapi

pada analisis sebelumnya mengatakan bahwa pembangunan permukiman, jasa dan

perusahaan di Kota Surakarta mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tidak

sesuai dengan pendapat Adisasmita (2005) yang menguraikan bahwa jumlah

penduduk di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan yang makin

meningkat karena daerah perkotaan mempunyai daya tarik yang kuat yaitu

menjanjikan kesempatan kerja yang lebih luas, pendapatan yang lebih tinggi dan

berbagai kemudahan lainnya yang beraneka ragam. Kota Surakarta mengalami

pertumbuhan penduduk yang negatif tetapi kesempatan kerja semakin meningkat

dengan adanya pertumbuhan jasa dan perusahaan di Kota Surakarta hingga

menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat di luar Kota Surakarta untuk

bekerja bahkan tinggal di Surakarta.

Dengan penambahan jumlah pekerja di Kota Surakarta menyebabkan jumlah

permukiman semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan para pekerja

tersebut akan tetapi kondisi tersebut menyebabkan penduduk dalam kota merasa

tidak nyaman tinggal di kota dan akhirnya berpindah ke pinggiran kota yaitu di

wilayah peri-urban Kota Surakarta. Dengan demikian jumlah rumah di Kota

Surakarta terus meningkat tetapi penduduk kota menurun. Kondisi di Kota

Surakarta ini relevan dengan pendapat Adisasmita (2005) bahwa pembangunan

fasilitas-fasilitas kota dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 80

diarahkan pada penyelenggaraan fungsi kota yaitu pengadaan tempat tinggal,

tempat bekerja, transportasi dan rekreasi. Ketersediaan sarana prasarana perkotaan

ternyata tidak mampu mengimbangi kebutuhan karena lahan perkotaan semakin

terbatas sedangkan perkembangan di daerah perkotaan berlangsing semakin pesat.

Dari keterangan grafik dan penjelasan di atas terlihat adanya hubungan

antara perkembangan Kota Surakarta dengan perkembangan perumahan formal di

Kecamatan Grogol dan Kecamatan Gondangrejo. Hubungan tersebut lebih

diperdalam lagi dengan adanya perhitungan kuantitatif menggunakan analisis

faktor pemilihan lokasi terhadap lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di

perumahan formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo.

Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan

model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent

dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien

korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya

semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.

Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi

yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat

yang tinggal di perumahan tersebut.

Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel

correlation di lampiran 6. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara

lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.911, lokasi bekerja dengan

lokasi rumah yang strategis sebesar 0.921, lokasi bekerja dengan desain rumah

yang bagus sebesar 0.886, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi

sebesar 0.710, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar

0.948, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.789, lokasi

bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.869, lokasi bekerja dengan bebas

polusi sebesar 0.656. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel

dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel

independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat

hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah kelengkapan

fasilitas perumahan, lokasi perumahan yang strategis, harga rumah yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 81

terjangkau, desain rumah bagus, transportasi mudah, jauh dari keramaian kota,

luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi.

Dengan adanya perhitungan tersebut, antara kedua variabel yaitu variabel

dependent (lokasi bekerja) dengan variabel independent (faktor pemilihan lokasi)

saling berhubungan. Hubungan tersebut mengartikan bahwa memang masyarakat

yang tinggal di perumahan formal Kecamatan Grogol dan Gondangrejo tersebut

adalah masyarakat Surakarta yang membutuhkan hunian di luar pusat kota karena

berbagai alasan dari pemilihan lokasi tersebut.

5.4 Sintesis Data

Kota Surakarta mengalami perkembanga kota dilihat dari pola spasial,

pertumbuhan penduduk, pertumbuhan sarana permukiman dan juga pertumbuhan

penggunaan lahan. Analisis pertumbuhan penduduk menyatakan dengan jelas

bahwa ada penurunan jumlah penduduk, penurunan jumlah pertumbuhan

penduduk bahkan penurunan kepadatan penduduk. Analisis perkembangan Kota

Surakarta secara spasial, penggunaan lahan dan jumlah pertumbuhan permukiman

menyatakan terdapat peningkatan. Kondisi demikian menjadikan Kota Surakarta

hanya menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya karena perkembangan yang

terjadi adalah di bidang jasa sedangkan penduduk mengalami penurunan karena

berpindah ke wilayah peri-urban Kota Surakarta mencari lokasi hunian yang lebih

nyaman.

Ada gerakan sentrifugal seperti pendapat Yunus (2005), dimana gerakan

sentrifugal adalah gerakan perpindahan penduduk dari dalam ke luar kota karena

kekuatan-kekuatan sentrifugal. Kekuatan sentrifugal ada dua yaitu kekuatan

pendorong dan penarik, kekuatan pendorong berasal dari dalam kota sedangkan

penarik dari luar kota. Kekuatan pendorong pada gerakan tersebut antara lain

tingginya kepadatan penduduk, tingginya kepadatan permukiman, tingginya

polusi udara, tingginya polusi air, tingginya polusi social, tingginya kriminalitas,

banyaknya peraturan-peraturan yang mengikat, tingginya kepadatan lalu lintas,

kurangnya lahan, tingginya harga lahan dan kurang terjaminnya privacy.

Semuanya itu menjadi ciri khas dari wilayah pusat kota yang mengalami gerakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 82

sentrifugal. Wilayah yang ditinggalkan penduduknya untuk berpindah ke bagian

luar kota.

Kekuatan pendorong tersebut dimiliki oleh Kota Surakarta. Kota yang

semakin padat karena perkembangan kota yang terus terjadi menjadikan Kota

Surakarta tidak nyaman dan tidak cocok untuk menjadi lokasi tempat tinggal

sehingga masyarakat dari dalam kota maupun masyarakat yang bekerja di kota

memilih untuk tidak tinggal di pusat kota melainkan di wilayah peri-urban Kota

Surakarta.

Perkembangan perumahan formal yang ada di Kecamatan Grogol dan

Gondangrejo berkembang dengan baik karena perkembangan tersebut seimbang

dengan pemenuhan kelengkapan sarana prasarana yang mendukung atau

membantu penawaran perumahan tersebut. Seperti teori dari Sastra dan Marlina

(2005) tentang peraturan pembangunan perumahan dan juga dari peraturan

rencana kawasan perumahan kota dari Departemen Pekerjaan Umum terkait

kelengkapan sarana prasarana yang harus dilengkapi, kedua kecamatan sudah

memenuhi standar yang ditetapkan. Dengan demikian perkembangan perumahan

menjadi lokasi hunian yang layak untuk dijadikan tempat tinggal yang diinginkan

masyarakat pada umumnya.

Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo

juga didukung adanya gaya tarik gerakan sentrifugal, dimana wilayah peri-urban

merupakan wilayah tujuan dari gerakan sentrifugal. Kekuatan sentrifugal yang

menjadi kekuatan penarik antara lain rendahnya kepadatan penduduk, rendahnya

kepadatan permukiman, rendahnya polusi udara, rendahnya polusi air, rendahnya

polusi sosial, rendahnya tingkat kriminalitas, sedikitnya peraturan-peraturan yang

mengikat, rendahnya kepadatan lalu-lintas, rendahnya frekuensi kemacetan lalu

lintas, banyaknya lahan, rendahnya harga lahan, rendahnya suhu udara dan lebih

terjaminnya privacy. Dengan adanya kekuatan penarik tersebut, masyarakat

cenderung memilih lokasi tempat tinggal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo

sebagai wilayah peri-urban Kota Surakarta.

Perkembangan keduanya berbanding lurus dan berhubungan, yang artinya

Kota Surakarta berkembang diikuti dengan perkembangan perumahan formal di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 83

Kecamatan Grogol dan Gondangrejo untuk memenuhi kebutuhan rumah kota di

Surakarta. Kota Surakarta akan terus berkembang lagi dalam perkembangan

penduduk dan kelengkapan sarana prasarana yang nantinya akan tetap berdampak

pada kebutuhan rumah. Pada tahun penelitian Kota Surakarta masih

membutuhkan pemenuhan rumah untuk mengakomodasi kebutuhan rumah bagi

para pekerja yang bekerja di Kota Surakarta karena masyarakat yang tinggal di

kedua kecamatan adalah masyarakat yang bekerja di Kota Surakarta.

Perumahan formal yang dibangun di wilayah peri-urban Kota Surakarta

yakni di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo diperuntukkan bagi penduduk yang

bekerja di Kota Surakarta sesuai hasil wawancara yang menyatakan bahwa

memang mayoritas masyarakat yang tinggal di perumahan formal wilayah peri-

urban beraktivitas di Kota Surakarta. Hal tersebut membuktikan kebenaran teori

dari Dickinson dalam Yunus, 2008 yang menyatakan bahwa permukiman yang

dibangun di wilayah peri-urban tidak dibangun untuk petani melainkan untuk

mereka yang bekerja di kota.

Kota Surakarta mengalami perluasan konsentrasi permukiman beserta

dengan pelayanan bagi kawasan ekonomi yang dilayaninya seperti teori yang

diungkapkan oleh Adisasmita, 2005. Kota sangat erat hubungannya dengan

jumlah dan kepentingan penduduknya. Kota Surakarta pada tahun 1999 memiliki

kepadatan yang tinggi namun lambat laun kepadatan semakin berkurang

dikarenakan adanya pemekaran konsentrasi permukiman di wilayah-wilayah

pinggiran Kota Surakarta yaitu di wilayah peri-urban Kota Surakarta.

Perembetan konsentrasi permukiman tersebut didasari pada pemilihan

masyarakat dalam hal menentukan lokasi tempat tinggal yang dirasa aman dan

nyaman. Pemilihan lokasi perumahan masyarakat yang tinggal di Kecamatan

Grogol dan Gondangrejo sebagai wilayah peri-urban Kota Surakarta sebagian

besar dikarenakan keterjangkau harga rumah dan beberapa alasan lain diantaranya

seperti jauh dari keramaian kota.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENUTUP 85

BAB 6

PENUTUP

Di awal laporan penelitian terdapat pendahuluan dan di akhir penelitian terdapat

penutup. Pada bagian penutup ini akan disajikan rangkuman dari penelitian ini

dan bagaimana penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi yang membaca laporan

ini dengan memberikan rekomendasi rekomendasi untuk perbaikan penelitian

selanjutnya maupun untuk menambah pengetahuan pembaca.

6.1. Kesimpulan

Kota Surakarta berkembang di bidang perumahan, jasa dan perdagangan.

Akan tetapi pertumbuhan penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan.

Perkembangan di bidang perdagangan dan jasa menjadikan Kota Surakarta

sebagai pusat pelayanan, pusat investasi, berbisnis bagi wilayah sekitarnya

(wilayah peri-urban). Dengan adanya investasi di Kota Surakarta, perumahan

yang berkembang di kota juga menjadi sarana untuk berinvestasi.

Pertumbuhan penduduk yang turun disebabkan karena perpindahan

penduduk dari dalam ke luar Kota Surakarta karena pengaruh kekuatan

sentrifugal. Penurunan penduduk mengakibatkan penurunan jumlah kebutuhan

rumah, akan tetapi jumlah rumah di Kota Surakarta mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut dikarenakan adanya pembangunan perumahan hanya sebagai

sarana berinvestasi untuk mengakomodasi pekerja kota yang berasal dari luar kota

yang ingin tinggal di pusat kota.

Perpindahan penduduk ke luar Kota Surakarta karena penduduk mencari

lokasi hunian yang lebih nyaman dari pada hunian di pusat kota dan bersamaan

dengan itu perumahan formal berkembang di wilayah peri-urban. Wilayah peri-

urban merupakan wilayah yang dekat dengan pusat kota dan masih terjangkau

bagi masyarakat penglaju yang tinggal di wilayah peri-urban dan bekerja atau

beraktivitas di pusat kota. Dengan demikian banyak masyarakat yang bekerja di

pusat kota tetapi memilih untuk bertempat tinggal di wilayah peri-urban Kota

Surakarta. Hal ini menjadikan perumahan formal di wilayah peri-urban semakin

berkembang karena permintaan (demand) perumahan semakin bertambah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN PERUMAHAN FORMAL DI …... · utilitas umum yang dibangun oleh badan usaha yang bergerak di bidang perumahan. Perkembangan kota menyebabkan kebutuhan akan

PENUTUP 86

Perumahan formal yang berkembang di wilayah peri-urban memang

diperuntukkan bagi masyarakat yang bekerja attau beraktivitas di Kota Surakarta

karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di perumahan formal wilayah peri-

urban adalah masyarakat yang bekerja dan beraktivitas di pusat kota. Selain itu

juga bila dilihat dari pemilihan lokasi perumahan di wilayah peri-urban oleh

masyarakat yang didominasi oleh keterjangkauan harga rumah dan lokasi rumah

yang strategis (dekat dengan pusat kota tempat bekerja, bersekolah dan melakukan

aktivitas sehari-hari), menjadikan perumahan formal di wilayah peri-urban

sebagai lokasi yang tepat bagi masyarakat yang bekerja di pusat kota yang

menginginkan lokasi hunian yang lebih nyaman daripada di pusatt kota.

6.2. Rekomendasi

Diperlukan adanya perencanaan perumahan yang lebih baik lagi dalam

menyediakan hunian bagi masyarakat sehingga pengembang tidak hanya

sekedar membangun tetapi juga tetap memperhatikan pengelolaan

perumahan secara berkelanjutan.

Diperlukan adanya pembatasan pembangunan lahan terbangun di Kota

Surakarta supaya lahan non terbangun yang menjadi ruang terbuka hijau

kota dapat tetap terjaga bahkan dapat ditingkatkan.

Diperlukan adanya program untuk kependudukan yang bertujuan untuk

membatasi pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan secara

langsung juga akan meningkatkan tingkat kepadatan penduduk Kota

Surakarta yang sudah tinggi. Diharapkan kepadatan penduduk Kota

Surakarta dapat setara dengan wilayah di sekitar pusat kota sehingga

keadaan di pusat Kota Surakarta tidak terlalu padat yang nantinya dapat

menimbulkan masalah-masalah perkotaan lainnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user