tugas akhir komunikasi

100
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi – strategi adaptasi untuk mengatasi situasi – situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara – cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Melalui 1

Upload: ibnuqoyyim

Post on 13-Jun-2015

2.573 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Akhir Komunikasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa

dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam

suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu

membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan

untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Komunikasi pula yang

memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi – strategi adaptasi

untuk mengatasi situasi – situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan

diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,

berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab,

karena cara – cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan

keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar adaptasi

terhadap lingkungan. Melalui komunikasi kita dapat memenuhi kebutuhan

emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna

cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan irihati,

dan kebencian. Maka dengan komunikasi kita dapat mengalami berbagai

kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan

perasaan yang lainnya. Karena itu tidak mungkin kita dapat mengenal makna

cinta bila kitapun tidak mengenal benci. Kita tidak akan mengenal makna

pelecehan bila kita tidak mengenal makna penghormatan. Lewat umpan balik

orang lain kita memperoleh informasi bahwa kita orang yang sehat secara

1

Page 2: Tugas Akhir Komunikasi

jasmani dan rohani, dan bahwa kita orang yang berharga. Penegasan orang lain

atas diri kita membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri dan percaya diri.

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud

dapat dipahami melalui hubungan kontak. Dengan demikian, pola komunikasi

dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam

pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami.

Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan

penerimaan pesan – pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil

orang – orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Pentingnya situasi komunikasi interpersonal memungkinkan berlangsung secara

dialogis. Dibandingkan dengan bentuk – bentuk komunikasi lainnya.

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan

silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau

bahkan dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu

pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk

menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komunikasi.

Komunikasi berpola stimulus – respon adalah model komunikasi yang

masih terlihat dalam kehidupan keluarga. Komunikasi ini sering terjadi pada

saat orang tua mengasuh bayi. Orang tua lebih aktif dan kreatif memberikan

stimulus (rangsangan), sementara bayi berusaha memberikan respons

(tanggapan).

2

Page 3: Tugas Akhir Komunikasi

Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang

tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang

baik. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola asuh

orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik anak. Kegiatan

pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta

disertai dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai

subyek yang harus dibina, dibimbing, dan dididik, dan bukan sebagai obyek

semata(Djamarah, 2004:02).

Kedekatan hubungan pihak – pihak yang berkomunikasi akan tercermin

pada jenis – jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan,

tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat (Mulyana, 2003 :

73). Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bebas mengubah

topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi

oleh suatu pihak. Misalnya, komunikasi seorang ibu dengan anak yang baru

dilahirkan maka yang mendominasi adalah ibunya dengan memberikan

sentuhan dan kontak fisik.

Kita biasanya menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra

primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam

menyampaikan pesan – pesan bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi

antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,

karena kita dapat menggunakan kelima alat indra kita untuk mempertinggi daya

bujuk / rangsang pesan yang kita komunikasikan kepada orang lain. Sebagai

komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi

berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.

3

Page 4: Tugas Akhir Komunikasi

Dan sering digunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif yaitu

komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa

ajakan, bujukan atau rayuan (Effendi, 1993 : 59).

Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, namun

juga melalui perilaku nonverbalnya. Lewat perilaku nonverbalnya, kita dapat

mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung,

atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku

nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Secara

sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata – kata.

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal

mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu

hubungan komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan

lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim

atau penerima, jadi dapat diartikan menjadi perilaku yang sengaja dan tidak

disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita

mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan – pesan

tersebut bermakna bagi orang lain.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam

memperoleh informasi tidak hanya dengan komunikasi secara langsung (tatap

muka), tetapi juga dapat melalui media massa sebagai saluran komunikasi

dalam menyampaikan informasi atau pesan kepada khalyak luas. Komunikasi

massa mempunyai pengawasan lingkungan, dimana fungsi ini menunjukkan

pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang

terjadi didalam dan diluar lingkungan suatu masyarakat. Dalam fungsi

4

Page 5: Tugas Akhir Komunikasi

pengawasan lingkungan ini, yang paling penting bagi masyarakat adalah

berbagai berita yang ada akan memberikan peringatan atau anjuran agar mampu

menilai dan menyesuaikan pada kondisi yang selalu berkembang dan berubah

(Sendjaja, 1993:172).

Selain itu, komunikasi melalui media massa juga memiliki fungsi

terhadap individu, diantaranya adalah fungsi pengawasan dan pencarian

informasi yang menjelaskan bahwa segala informasi yang menyangkut

kehidupan manusia selalu dilaporkan oleh media massa. Oleh karena itu

informasi atau pesan telah memberikan pengetahuan bagi setiap orang.

Disamping itu, segala informasi yang dibutuhkan oleh masing - masing orang

akan memberikan pemahaman yang lebih jauh dan membantu seseorang dalam

berbuat sesuatu, mengambil keputusan, dan memiliki kepercayaan dalam

perilakunya (Sendjaja, 1993 : 173). menurut Soekanto (1990:10), pengatahuan

diperoleh melalui kenyataan atau fakta dengan melihat sendiri dan

mendengarkan sendiri melalui alat - alat komunikasi, seperti dengan membaca

surat kabar, mendengarkan radio, dan melihat televisi atau film dan sebagainya.

Di Indonesia angka kematian bayi terbilang cukup tinggi yang hanya

dikarenakan pemberian air susu ibu. Memang terkesan remeh karena pada

umumnya penyebab kematian bayi dikarenakan penyakit infeksi, seperti infeksi

saluran pernapasan akut, diare dan campak. Tetapi faktanya justru penyebab

yang mendasari kematian bayi adalah gizi buruk yang mencapai hingga 54

persen dari penyebab lainnya.

Penyebab kurang gizi, menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat

Departemen Kesehatan (Depkes) Ina Hernawati, adalah pola pemberian makan

5

Page 6: Tugas Akhir Komunikasi

yang salah pada bayi, yaitu pemberian makanan pendamping ASI terlalu cepat

(kurang dari usia 6 bulan) atau terlalu lambat (lebih dari usia 6 bulan) karena

dapat mengganggu kualitas, kuantitas, maupun keamanan makanan bayi. Oleh

karena itu, WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum

(ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi dan mendapat ASI

eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi.

Terkait manfaat ASI, maka diadakan Pekan ASI 2007 yang berlangsung

1 – 7 Agustus dengan Tema “Breastfeeding : the 1st hour early initiation can

save one million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan

lebih dari satu juta bayi” yang sama halnya disebut program Inisiasi Dini.

Program ini dilaksanakan juga di rumah sakit – rumah sakit pemerintah maupun

swasta, umum maupun khusus, untuk menerapkan 10 langkah perlindungan ibu

dan bayi secara terpadu dan paripurna (Kompas, 3 Agustus 2007 : 42).

Pemberian ASI sejak dini atau segera seusai kelahiran dapat mencegah

jumlah kematian bayi yang signifikan di Negara berkembang. Karena kontak

antara kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir dan menyusui sendiri

dalam satu jam pertama kehidupan sangat penting bagi kondisi awal bayi. Bayi

akan tercemar labih dulu oleh bakteri dari ibu yang tidak berbahaya atau ada

antinya di ASI ibu. Bakteri itu akan membuat koloni di usus dan kulit bayi

menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. Selain itu, bayi akan

menjadi lebih tenang, kurang stres, pernapasan dan detak jantung lebih stabil.

Dalam hal ini terdapat juga hambatan dari ibu yang baru melahirkan

tersebut, dia kurang mendapatkan dukungan dari keluarga karena proses

menyusui itu bersifat natural sehingga tidak perlu adanya inisiasi dini. Dan juga

6

Page 7: Tugas Akhir Komunikasi

di era globalisasi ini semakin banyak wanita karier yang lebih memanfaatkan

susu formula dibanding ASI eksklusif untuk bayinya (BKKBN online – Berita,

28 Agustus 2007).

Tata laksana dari inisiasi dini itu adalah kontak dengan bayi sejak dini

sehingga membuat menyusui menjadi dua kali lebih lama, bayi lebih jarang

infeksi, dan pertumbuhannya lebih baik. Bayi baru bisa menunjukkan kesiapan

untuk minum sekitar 30 – 40 menit setelah dilahirkan. Sedangkan pada

persalinan dengan operasi, inisiasi dini butuh waktu hingga lebih dari satu jam

dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu

sendiri sehingga ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Jika perlu,

ibu boleh mendekatkan bayi pada puting, tetapi jangan memaksakan bayi ke

puting susu. Bayi dibiarkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit ibu sampai

proses menyusui pertama selesai.

Dari penjelasan latar belakang masalah diatas peneliti mencoba

mengangkat fenomena komunikasi yang terjadi pada program inisiasi tersebut.

Dalam kegiatan inisiasi tersebut terjadi proses komunikasi antar personal yang

lebih jelasnya komunikasi nonverbal antara ibu dan anaknya yang baru

dilahirkan. Peneliti berusaha menjelaskan dan membuktikan bahwa komunikasi

massa yang dilakukan oleh pemerintah/depkes dalam program inisiasi dini

melalui surat kabar dapat diterima dan dimengerti yang kemudian di praktekkan

oleh calon ibu/ibu hamil sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pencegah

tingginya angka kematian bayi. Maka dilakukan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program

“Inisiasi Dini” oleh Depkes di Surat Kabar.

7

Page 8: Tugas Akhir Komunikasi

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diperoleh permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini, yaitu

bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di Poli Hamil I RSU Dr.

Soetomo terhadap Program “Inisiasi Dini” oleh Depkes di Surat Kabar?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberdayakan posisi ibu hamil

pada program “Inisiasi Dini” dalam awal kehidupan anaknya.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis, hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemikiran bagi

pengembangan ilmu komunikasi terutama mengenai tingkat

pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna

bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan

masukan bagi ahli kedokteran / kebidanan di Indonesia mengenai

tindakan inisiasi setelah proses kelahiran. Dan selain itu diharapkan juga

dengan adanya penelitian ini para orang tua khususnya para ibu yang

sedang mengandung atau akan melahirkan untuk mencoba program

inisiasi setelah proses kelahiran tanpa kekhawatiran yang berlebihan.

8

Page 9: Tugas Akhir Komunikasi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Surat Kabar

2.1.1. 1. Surat kabar sebagai Media komunikasi Massa

Dalam bukunya Onong menyebutkan bahwa media massa diartikan

sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak

yang sedang memperhatikan pesan – pesan yang sedang dilancarkan oleh media

tersebut (Effendi, 1990 : 26). Dari definisi Onong tersebut dapat diketahui

bahwa terdapat dua jenis media sebagai penyalur pesan yaitu media cetak yang

terdiri dari surat kabar dan majalah serta media elektronik yang terdiri dari

televisi, radio, dan film. Sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media

yang statis dan mengutamakan pesan – pesan visual, media ini terdiri dari

lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan

halaman hitam putih (Kasali, 1992 : 99).

2.1.1.2. Fungsi Surat kabar

Fungsi Surat Kabar sebagai Media Massa menyebutkan pers sebagai

penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, melakukan kontrol sosial yang

konstruktif menyalurkan aspirasi masyarakat, meluaskan komunikasi dan peran

serta positif bagi masyarakat (Rahmat, 1993 : 217).

Sementara (Rahmadi, 1990 : 78) dalam perbandingan system pers

menunjukkan empat fungsi pers yaitu :

9

Page 10: Tugas Akhir Komunikasi

1. Fungsi mendidik, bahwa fungsi surat kabar adalah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa melalui informasi yang disampaikan dalam

menunjang pendidikan masyarakat.

2. Fungsi menghubungkan, bahwa surat kabar menyelenggarakan suatu

hubungan sosial antara warga negara yang satu dengan yang lain.

3. Fungsi sebagai penyalur dan pembentuk pendapat umum dimana pers

tidak hanya menyajikan berita atau informasi tetapi juga memuat pikiran

– pikiran, pandangan atau pendapat orang hingga dapat membentuk

pendapat dari para pembacanya.

4. Fungsi kontrol sosial, kekuatan utama media massa sebagai alat kontrol

sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan disekitar

masyarakat.

Seperti disebutkan diatas yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan

peranan media massa yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan pancasila

perlu diupayakan makin berkembangnya interaksi positif antara media massa,

pemerintah dan masyarakat sehingga dapat makin diwujudkan peran serta aktif

media massa dalam mendukung pembangunan yang berfungsi untuk

menyebarkan informasi yang obyektif, edukatif melakukan kontrol sosial yang

konstruktif, menyalurkan aspirasi masyarakat serta memperluas komunikasi dan

peran serta positif masyarakat.

Dalam arti luas, kontrol sosial mencakup segala proses yang

direncanakan maupun yang tidak direncanakan yang bersifat mendidik,

mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma – norma

serta nilai – nilai sosial yang berlaku (Soekanto, 1982 : 193). Tanggung jawab

10

Page 11: Tugas Akhir Komunikasi

dan kewajiban untuk melakukan kontrol sosial oleh pers yang dinyatakan dalam

surat pembaca, dalam kuasa dan moral adalah tanggung jawab pers terhadap

etika kebenaran. Kebenaran dalam pengertian ini adalah mengungkapkan

keadaan yang sebenarnya. Bahwa program Inisiasi Dini yang di sebarkan oleh

surat kabar merupakan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan

dibuktikan kevalidannya.

2.1.1.3. Pembaca sebagai Khalayak Media Massa

Setiap komunikasi pasti ditujukan kepada pihak tertentu sebagai

penerima pesan yang disampaikan komunikator. Dalam komunikasi massa,

penerima adalah mereka yang menjadi khalayak dari media massa cetak yang

bersangkutan. Oleh karena itu, khalayak komunikasi massa bersifat luas,

anonim dan heterogen.

Luasnya khalayak komunikasi massa dikarenakan pesan yang

disampaikan memang tidak terbatas untuk orang – orang tertentu saja,

melainkan buat siapa saja yang dapat menangkap pesan tersebut. Sehingga,

setiap orang yang terjangkau oleh media massa cetak yang bersangkutan dengan

sendirinya menjadi khalayak (Winarni, 2003:17). Hal ini menyulitkan pihak

komunikator dalam menyebarkan pesannya dalam media massa cetak, karena

setiap individu dari khalayak menginginkan agar tujuannya terpenuhi.

Khalayak dapat dibedakan selain dengan segmen psikografis juga

dilakukan pembedaan demografis. Cara inilah yang termudah jika belum

mengenal bentuk karakteristik khalayak sehingga sulit ditentukan ciri dan gaya

hidup secara psikologis. Untuk memenuhi keinginan khalayak, maka dapat

11

Page 12: Tugas Akhir Komunikasi

dikelompokkan menurut gambaran statistik mengenai khalayak seperti :

perbandingan jumlah pria dan wanita, komposisi usia, distribusi, pendidikan,

tingkat pendapatan, pekerjaan, dan semacamnya (Rakhmat, 1992 : 129).

Demikian pula khalayak sasaran media massa cetak yang menuliskan berita

tentang adanya program dari depkes mengenai Inisiasi Dini, yakni para calon /

ibu hamil.

2.1.2. Informasi

Informasi dapat diartikan sebagai suatu rekaman fenomena yang

diamati, data atau fakta dapat diperoleh selama tindakan komunikasi

berlangsung, makna data, sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian atau

dapat juga berupa putusan – putusan yang dibuat, dapat disimpulkan bahwa

informasi lebih bermakna berita. Tetapi informasi bisa jadi hanya berupa kesan

pikiran seseorang sehingga tidak mudah mendefinisikan konsep informasi,

karena informasi sendiri mempunyai berbagai macam aspek, ciri, manfaat yang

satu dengan lainnya terkadang sangat berbeda (Pawit, 1988:3)

Obyek informasi adalah sangat luas yaitu segala sesuatu tentang alam

ini, termasuk segala peristiwa yang terjadi didalamnya. Dari sekian banyak

informasi, hanya sebagian kecil yang dapat dirasakan, didengar, dilihat, dan

direkam manusia.

Sifat – sifat informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi

(Aw. Widjaja, 1993:30 – 31)

1. Informasi yang relevan dan tidak relevan

12

Page 13: Tugas Akhir Komunikasi

Maksud informasi yang relevan adalah informasi yan ada hubungannya atau

ada kepentingannya dengan penerima informasi. Informasi yang tidak

relevan yaitu informasi yang tidak ada hubungannya bagi penerima

informasi.

2. Informasi dapat berguna dan kurang berharga

Informasi berguna bila langsung menyangkut dirinya (pencari informasi).

3. Informasi dapat tepat waktu dapat pula tidak tepat waktu

Tepat waktu apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan

pengambilan keputusan. Tetapi bila terlambat datangnya setelah keputusan

diambil informasi menjadi tidak tepat waktu.

4. Informasi dapat valid atau tidak valid

Apabila informasi yang diberikan kepada seseorang merupakan informasi

yang keliru, maka informasi tersebut merupakan informasi yang tidak valid,

sebaliknya bila informasi itu benar maka informasi itu valid.

Informasi – informasi yang bersumber dari manusia (ide, gagasan,

pendapat tersebut harus dinyatakan dalam bentuk isyarat (simbol nonverbal)

maupun bentuk lisan/tertulis (verbal) disampaikan melalui proses komunikasi.

Informasi sangat banyak ragam dan jumlahnya, tapi dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis informasi (Pawit, 1988:8) yaitu:

1. Informasi Lisan

Informasi lisan yaitu informasi yang disampaikan secara lisan diantara dua

orang atau lebih bisa merupakan pembicaraan (komunikasi interpersonal),

suara (teriakan, tangisan, rintihan, dan lain - lain), kuliah, seminar, diskusi,

dan sebagainya.

13

Page 14: Tugas Akhir Komunikasi

2. Informasi Terekam

Informasi yang terekam yaitu informasi – informasi yang direkam oleh

berbagai alat perekam yang ada (cetak, elektronik), informasi terekam

adalah informasi – informasi yang bisa diawasi, dikendalikan, diolah dan

dikelola untuk kepentingan umat manusia. Informasi terekam terus

berkembang menjadi komoditas yang unggul dalam pola kehidupan

manusia, informasi terekam ini banyak dicari dan dimanfaatkan sesuai

kepentingannya.

Setelah mengetahui jenis – jenis informasi dan sifatnya, kita juga perlu

mengetahui manfaat informasi. Setiap orang, setiap saat akan mengambil

keputusan, untuk mengambil keputusan yang tepat memerlukan informasi yang

relevan, berguna, tepat dan benar. Pada kenyataannya seluruh aspek kehidupan

manusia membutuhkan informasi yang diharapkan bisa menunjang peningkatan

pola kehidupannya, yang terus – menerus menuju kompleksitas yang semakin

tinggi.

Untuk memahami lingkungannya, seseorang mengalami proses

penyesuaian diri dengan lingkungannya artinya penggunaan kegiatan

komunikasi yaitu menggunakan dan menerima informasi dari sumber – sumber

informasi baik yang bersifat interpersonal maupun massa.

Penggunaan sumber – sumber informasi oleh seseorang adalah untuk

menambah pengetahuan, mengurangi ketidakpastian pemakaian informasi,

menentukan pilihan, kesemuanya sangat dipengaruhi oleh latar belakang

pengalaman, persepsi individu terhadap lingkungannya. Sumber – sumber

informasi untuk sampai pada tahap perubahan sikap, tingkah laku khalayak,

14

Page 15: Tugas Akhir Komunikasi

lebih efektif pada sumber informasi yang bersifat interpersonal. Tapi untuk

informasi aktual dan terkini banyak diperoleh dari sumber informasi komunikasi

massa baik cetak maupun elektronik.

2.1.3. Tingkat Pengetahuan

Dalam kamus Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari kata “tahu”.

Arti pengetahuan adalah segala apa yang diketahui atau apa yang akan diketahui

yang berkenaan dengan sesuatu hal (Purwadarminta, dalam Dewi, 2002:10).

Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, dalam setiap pengetahuan

mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis

menginformasikan dan dapat dijelaskan secara lesan dan verbal. Isi pengetahuan

ini berupa konsep atau fakta yang dapat ditransmisikan kepada orang lain

melalui ekspresi tulisan atau lisan.

Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari

lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis (Van der ban,

1999:83). Tingkat pengetahuan merupakan pengungkapan pengetahuan yang

mengarah pada informasi yang mereka inginkan (Heckmann, 1992 : 219).

Pengetahuan mengenai proses komunikasi dapat juga mempengaruhi perilaku

sumber.

Definisi pengetahuan mengacu kepada pengetahuan diperoleh melalui

kenyataan dan fakta dengan melihat dan mendengarkan sendiri melalui alat –

alat komunikasi seperti surat kabar, mendengarkan radio, dan melihat film atau

televise dan sebagainya (Soekanto, 1990:10).

15

Page 16: Tugas Akhir Komunikasi

Tingkat pada tingkat pengetahuan disini adalah variable, sedang

Pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan

yang terjadi dari efek komunikasi massa yang diklasifikasikan kedalam efek

kognitif. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan transmisi

pengetahuan dan informasi (Rakhmat, 2005 : 219). Definisi pengetahuan

mengacu kepada apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari

suatu masalah tertentu sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap

masalah tersebut.

Sikap atau pendapat seseorang terhadap suatu masalah tergantung

kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah tersebut

(Eriyanto, 1999 : 239). Indikator untuk tingkat pengetahuan ini adalah melalui

jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner, dimana jawaban dari responden

tersebut diberikan skor sehingga dapat diketahui tinggi, sedang, rendahnya

tingkat pengetahuan (Eriyanto, 1999 : 239).

Jadi dalam penelitian tingkat pengetahuan ini yang ingin dilihat oleh

peneliti adalah sejumlah mana komunikator mengingat sebuah pesan dan obyek

penelitiannya adalah skor pernyataan verbal mengenai sebuah informasi

program “Inisiasi Dini”.

2.1.4. Penyuluhan dan Komunikasi

Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti obor ataupun alat

untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan

bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan kepada mereka

16

Page 17: Tugas Akhir Komunikasi

yang disuluhi, agar tidak berada lagi dalam kegelapan mengenai suatu masalah

tertentu.

Nasution (2004 : 11) pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan

komunikasi. Proses yang dialam mereka yang disuluh sejak mengetahui,

memahami, meminati dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata

adalah suatu proses komunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita

simpulkan bahwa penyuluhan mempunyai tiga efek, yang meliputi efek kognitif

berupa mengetahui dan memahami, efek afektif berupa meminati dan efek

behavioral yaitu penerapan dalam kehidupan.

Efek kognitif merupakan efek yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan dia menjadi tahu atau semakin meningkat pengetahuan dan

intelektualitasnya. Pesan yang disampaikan komunikator kepada pikiran

komunikan, yang berarti tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya

mengubah pikiran komunikan.

Efek afektif, kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan

komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu tetapi juga tergerak

hatinya sehingga menimbulkan perasaan tertentu. Efek yang terakhir adalah

efek behavioural yakni efek yang timbul dalam bentuk perilaku, tindakan atau

kegiatan (Effendy, 2002 : 7).

Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan mendidik dengan memberi

penjelasan, memberi contoh, memberi semangat dan memberi arah pemikiran

baru dengan bertujuan untuk mengubah kehidupan kehidupan individu /

kelompok / masyarakat menjadi lebih baik.

17

Page 18: Tugas Akhir Komunikasi

Agar penyuluhan dapat terlaksana dan berhasil maka diperlukan suatu

komunikasi yang baik. Untuk melakukan komunikasi juga perlu persiapan agar

pesan yang akan kita sampaikan dapat diterima secara baik oleh komunikan.

Pada kegiatan sebuah penyuluhan kita memerlukan persiapan berkomunikasi

dan perencanaan yang matang.

Menurut Setiana (2005 : 2) penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu

sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta

masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang

diharapkan.

Meskipun posisi komunikasi sangat essensial didalam penyuluhan, tetapi

komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila ada kesamaan makna antara

komunikator dengan komunikan. Kesamaan disini bisa diartikan dengan

kesamaan terhadap makna yang diterima.

Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Effendy (2001 : 10), ilmu

komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas –

asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi

Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan obyek studi ilmu komunikasi

bukan saja penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat dan

perubahan sikap.

2.1.5. Program Inisiasi Dini

Terkait manfaat ASI, tema Pekan ASI 2007 yang berlangsung 1 – 7

Agustus adalah “Breastfeeding : the 1st haour early initiation can save one

18

Page 19: Tugas Akhir Komunikasi

million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari

satu juta bayi” (Kompas, 2007 : 42).

Menurut Ina Hernawati, Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen

Kesehatan (Depkes), sebagai perwujudan komitmen terhadap Deklarasi

Innocenti, Depkes mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin

pemberian ASI pada bayi. Deklarasi Innocenti disusun dan diadopsi peserta

pertemuan WHO/Unicef tentang Breastfeeding in the 1990s : A Global

Initiative yang berlangsung di Florence, Italia, 30 Juli – 1 Agustus 1990

(Kompas, 2007 : 42).

Peraturan itu adalah Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor

237 Tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes

No. 450/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada Bayi di

Indonesia.

Selain itu, ada Undang – Undang No. 7/1997 tentang Pangan serta

Peraturan Pemerintah No.69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Saat ini

Depkes sedang menyusun Strategi Nasional Pemberian Makanan bagi Anak.

Dalam Kepmenkes No. 237/1997 antara lain diatur bahwa sarana

pelayanan kesehatan dilarang menerima sampel atau sumbangan susu formula

bayi dan susu formula lanjutan atau menjadi ajang promosi bisa dikenai sanksi

teguran sampai pencabutan.

Untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif, Depkes melakukan

pelatihan bagi pelatih tim konseling menyusui di rumah sakit rujukan. Tim akan

terdiri dari dokter obstetri ginekologi, dokter anak, dan bidan. Di kabupaten /

kota anggota tim ditambah ahli gizi.

19

Page 20: Tugas Akhir Komunikasi

Menurut Direktur Pelayanan Medik Spesialistik Depkes Ratna Rosita,

Depkes sedang menyusun draf PP tentang Peningkatan Kesehatan Anak melalui

Pemberian Air Susu Ibu untuk meningkatkan kekuatan hukum kepmenkes

terkait pemberian ASI dan pengaturan pemasaran susu formula.

Pihaknya melakukan revitalisasi rumah sakit sayang ibu bayi (RSSIB),

yaitu rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus, yang

melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan

paripurna.

Langkah itu, antara lain kebijakan tertulis tentang manajemen pelayanan

kesehatan ibu dan anak termasuk pemberian ASI eksklusif, memberikan

pelayanan nifas, rawat gabung dan neonatus memadai termasuk inisiasi dini,

menyelenggarakan pelayanan asuhan antenatal, pertolongan persalinan aman

sesuai standard, pelayanan KB dan imunisasi.

Tahun 2006 tercatat 149 rumah sakit melaksanakan program RSSIB dan

sampai Juli 2007 ada 19 rumah sakit melaksanakan kebijakan ASI eksklusif.

Depkes telah mengirim surat edaran agar seluruh rumah sakit melaksanakan

Inisiasi Dini, yaitu pemberian ASI dalam 60 menit setelah kelahiran.

IBI (Ikatan Bidan Indonesia) mengatur agar anggota tidak

mempromosikan susu formula (untuk usia kurang atau sama dengan 6 bulan),

tetapi boleh untuk susu formula lanjutan (usia lebih dari 6 bulan). Bidan juga

boleh memberi ruang bagi promosi susu untuk ibu hamil dan menyusui.

Pengawasan dan evaluasi bidan dilakukan di 170 cabang mencakup lebih dari

6000 bidan. Kegiatan itu dilakukan tiap 3 bulan (Kompas, 2007 : 42).

20

Page 21: Tugas Akhir Komunikasi

Saat ini berbagai peraturan telah diterbitkan pemerintah dan organisasi

profesi terkait. Di lapangan, pelanggaran tetap bisa terjadi. Menjadi tanggung

jawab kita semua untuk menjamin agar bayi, anak – anak kita, dan generasi

muda memperoleh yang terbaik untuk memulai kehidupannya, termasuk

mendapatkan ASI.

2.1.6. Tata Laksana Inisiasi Dini

Komunikasi Interpersonal merupakan bentuk dasar komunikasi yang

efektif yang banyak digunakan dalam penyampaian pesan yang digunakan

dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

Menurut Joseph A. Devito menyatakan bahwasanya komunikasi

interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua

orang atau sekelompok kecil orang dengan beberapa efek atau umpan balik

seketika (Effendy, 2003 : 60)

Pendapat lain menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan

komunikasi diantara komunikator dengan komunikannya yang dianggap paling

efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang,

karena sifatnya dialogis berupa percakapan (Muhammad, 2000 : 166).

Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi ialah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung

secara dialogis selalu lebih baik dari pada monologis. Monolog menunjukkan

suatu komunikasi dimana seseorang berbicara dan yang lain mendengarkan, jadi

yidak terdapat interaksi. Komunikator saja yang aktif sedangkan komunikannya

pasif.

21

Page 22: Tugas Akhir Komunikasi

Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan

terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini

berfungsi ganda, masing – masing menjadi pembicara dan pendengar secara

bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari

pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding)

dan empati.

Dibandingkan dengan bentuk komunikasi yang lainnya komunikasi

interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah perilaku, sikap,

opini dari komunikan karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung

secara tatap muka (face to face).

Oleh karena itu komunikator dengan komunikan saling tatap muka,

maka terjadilah kontak pribadi (personal contact), pribadi komunikator

menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan,

umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback), komunikator dapat

mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang

disampaikan. Apabila umpan balik positif artinya tanggapan itu menyenangkan,

komunikator sudah tentu akan mempertahankan gaya komunikasinya.

Sedangkan jika tanggapan komunikan negatif maka komunikator harus

mengubah gaya komunikasinya sampai tujuan yang diinginkan tercapai.

Komunikasi interpersonal adalah kegiatan komunikasi yang

mengandung tindakan persuasif (Sunarjo, 1983 : 46). Persuasif bukan sekedar

menampilkan bukti bahwa pendapat sudah diterima komunikan tetapi persuasif

mampu menyatakan suasana sosiologis, psikologis antara komunikator dengan

22

Page 23: Tugas Akhir Komunikasi

komunikan. Oleh karena itu peranan komunikator dalam komunikasi

interpersonal senantiasa melibatkan usaha yang bersifat persuasif.

Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk

verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi

nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal.

Fungsi komunikasi nonverbal itu sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan

secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas. Mark L.

Knapp menyebutkan lima macam fungsi pesan nonverbal, yaitu :

a. Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara

verbal.

b. Substitusi, menggantikan lambang – lambang verbal.

c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain

terhadap pesan verbal.

d. Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.

e. Aksentuasi, menegaskan pesan verbal, atau menggarisbawahinya.

Komunikasi nonverbal sering dipakai oleh orang tua dalam

menyampaikan suatu pesan kepada anaknya. Sering tanpa berkata sepatah kata

pun, orang tua menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu.

Dalam konteks sikap dan perilaku orang tua yang lain, pesan nonverbal

juga dapat menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang terkandung

dalam hati. Tanpa harus didahului oleh kata – kata sebagai pendukungnya,

tepuk tangan, pelukan, usapan tangan, duduk, dan berdiri tegak mampu

mengekspresikan gagasan, keinginan atau maksud. Pelukan atau usapan tangan

23

Page 24: Tugas Akhir Komunikasi

dikepala atau ditubuh anak oleh orang tua sebagai pertanda bahwa orang tua

memberikan kepada anaknya.

Tidak hanya orang tua, anak juga sering menggunakan pesan nonverbal

dalam menyampaikan gagasan, keinginan atau maksud tertentu kepada orang

tuanya. Pendidikan dengan menggunakan metode keteladanan dan metode

pembiasaan sangat efektif dalam mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Sebab dengan keteladanan dan diperkuat dengan pembiasaan akan memperkuat

tertanamnya pesan – pesan nonverbal atau pesan – pesan verbal di dalam jiwa

anak. Karena seringnya dilakukan, pesan – pesan nonverbal dan pesan – pesan

verbal itu menjadi fungsional dalam kehidupan anak. Akhirnya, komunikasi

nonverbal sangat diperlukan dalam menyampaikan suatu pesan ketika

komunikasi verbal tidak mampu mewakilinya (Djamarah, 2004 : 44 - 46).

Kontak dengan bayi sejak dini itu membuat menyusui menjadi dua kali

lebih lama, bayi lebih jarang infeksi, dan pertumbuhannya lebih baik. Di

Indonesia, pemberian ASI dini dua hingga delapan kali menjadikan

kemungkinan memberi ASI eksklusif lebih besar.

Bayi baru menunjukkan kesiapan untuk minum 30 – 40 menit setelah

dilahirkan. Pada persalinan dengan operasi, inisiasi dini butuh waktu hingga

lebuh dari satu jam dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Dalam Inisiasi Dini,

perlu ada pendamping ibu saat melahirkan, tidak memakai obat kimiawi dalam

menolong ibu saat melahirkan. Ibu dibiarkan menentukan cara dan posisi

melahirkan. Setelah lahir, keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan

vernix (lemak yang menempel pada kulit bayi), lalu ditengkurapkan diatas dada

atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Keduanya diselimuti

24

Page 25: Tugas Akhir Komunikasi

(ibu dan bayinya), jika perlu bayi dikenakan topi. Bayi dibiarkan mencari puting

susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Jika perlu,

ibu boleh mendekatkan bayi pada puting, tetapi jangan memaksakan bayi ke

puting susu. Bayi dibiarkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit ibu sampai

proses menyusui pertama selesai.

2.1.7. Teori S – O – R

Untuk memudahkan penelitian yang sistematis dan logis dalam

menganalisis suatu masalah, maka penulis mengemukakan teori yang dianggap

sesuai dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk

menunjang penelitian yaitu, Teori S – O – R. Teori S – O – R merupakan

singkatan dari Stimulus – Organisme – Respon. Menurut teoti ini, efek yang

ditimbulkan oleh reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga komunikan dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan. Unsur - unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus), komunikan

(organisme), dan efek (respon).

Teori S – O – R berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan

apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab obyek material

dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya

meliputi komponen – komponen; sikap, opini, perilaku, kognisi dan konasi

(Effendy, 1993:253). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi

khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori

ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai

25

Page 26: Tugas Akhir Komunikasi

akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 1987:24). Dampak atau pengaruh yang

terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja,

1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa

pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah

aspek how, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan

sikap tersebut akan tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang

menerpa benar – benar melebihi semula. Hovland, Janis dan Kelley dalam

Effendy (2000:255), menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3

variabel penting yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan. Jadi perubahan

sikap bergabung pada proses yang terjadi pada individu.

Teori S - O - R digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Gambar Teori S – O – R

Unsur - unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada

komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan

lambang.

b. Komunikan (Organisme), merupakan keadaan komunikan disaat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai

informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan

26

STIMULUSSTIMULUS

ORGANISMEPerhatianPengertianPenerimaan

ORGANISMEPerhatianPengertianPenerimaan

RESPONRESPON

Page 27: Tugas Akhir Komunikasi

komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan

memperthatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang.

Selanjutnya, komunikan mencoba untuk komunikan mengartikan dan

memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (Respon), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu : sikap afektif, kognitif, dan

konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya

komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan

pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 1993 : 254).

Suatu Stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam

lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari

ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari

situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita

tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi

perantara stimulus dan respon merupakan kotak hitam yang hanya diamati

dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati

perilaku eksternal dan meanggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal

organisme tersebut. Sedangkan Respon merupakan tanggapan tertentu terhadap

peristiwa / stimulus (Fisher, 1986 : 195).

Menurut stimulus - organisme - respons ini efek yang ditimbulkan

adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima

atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

27

Page 28: Tugas Akhir Komunikasi

komunikan, inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan

menerima maka terjadilah perubahan pada penambahan pengetahuan.

Gambar diatas menunjukkan hubungan teori S - O - R dengan penelitian

ini adalah stimulus yang disampaikan kepada komunikan berupa “Inisiasi Dini”

oleh Unicef, mungkin dapat diterima atau ditolak. Apabila diterima individu

maka akan berhubungan dengan respon yaitu terjadi penambahan pengetahuan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari

adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya

proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek (Gilmer,

1970 : 328)

Dari uraian - uraian diatas dapat dikatakan bahwa stimulus / pesan yang

disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi

akan berlangsung jika ada perubahan dari komunikan. Proses berikutnya

komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses

berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah

kesediaan untuk mengubah sikap. Dan dalam proses perubahan sikap tampak

bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar - benar

melebihi semula.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat perubahan efek kognitifnya

saja. Hal ini dikarenakan media massa lebih besar memberi pengaruh pada

kognisi khalayak (McQuail, 1999 : 281).

28

Page 29: Tugas Akhir Komunikasi

2.2. Kerangka Berpikir

Usaha untuk meningkat pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar

dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih

memprihatinkan. Permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya

penggunaan ASI di Indonesia oleh faktor sosial budaya kurangnya pengetahuan

akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung

program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula dan kurangnya

dukungan masyarakat termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan

untuk ibu menyusui.

Keberhasilan ibu menyusui juga ditentukan oleh dukungan yang terus

menerus dari suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk

menyusui bayinya.

Namun, di Indonesia hanya 8 persen ibu yang memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4 persen bayi

disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padahal

sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia

dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir (info

– sehat.com,19 Juli 2001).

Sejalan dengan itu, Tema Pekan ASI sedunia 2007 yang dipelopori oleh

UNICEF mengangkat program inisiasi - menyusui dini, setelah dilahirkan bayi

langsung diletakkan di perut ibu sehingga bayi secara alamiah akan mencari

puting susu ibunya dan menghisap ASI. Dengan pemberian ASI dalam satu jam

pertama, maka bayi akan mendapatkan zat – zat gizi yang penting dan terhindar

dari berbagai penyakit.

29

Page 30: Tugas Akhir Komunikasi

Teori S – O – R menyebutkan bahwa efek yang ditimbulkan merupakan

reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan

kesesuaian pesan dan reaksi komunikan. Efek yang ditimbulkan dari media

massa salah satunya adalah efek kognisi. Dan efek kognitif tersebut berarti

bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. Dampak

atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan

tertentu (Sendjaja, 1997 : 71). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah

perubahan pengetahuan.

Pengetahuan yang terkandung dalam media cetak pada program Inisiasi

Dini tersebut meliputi informasi – informasi mengenai angka kematian bayi

setelah kelahiran, penyebab kekurangan gizi, peraturan yang ditetapkan oleh

Depkes untuk menjamin pemberian ASI pada bayi, program Unicef pada pekan

ASI 2007 “Breastfeeding : the 1st hour early initiation can save one million

babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari satu juta

bayi”, tata laksana program Inisiasi Dini, dan adanya dukungan dari Ibu Negara

Ani Bambang Yudhoyono mengenai pelaksanaan Inisiasi Dini (Republika

online, 19 Juli 2001)

Dan dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tingkat pengetahuan ibu

hamil di RSU Dr. Soetomo karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan

diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang

menjadi obyek dalam penelitian ini, selanjutnya setelah menerima pesan /

stimulus berikutnya akan terjadi perubahan pengetahuan oleh khalayak tersebut.

Dan tingkat pengetahuan yang ingin dilihat adalah mengacu apakah ibu hamil

cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu, sehingga ia

30

Page 31: Tugas Akhir Komunikasi

dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut (Eriyanto, 1990 :

239). Dan berikut ini adalah bagan kerangka berfikir penelitian.

Gambar 2 : bagan kerangka berfikir tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU

Dr. Soetomo terhadap program inisiasi dini di surat kabar.

31

Program Inisiasi Dini di Surat Kabar :

1. Hari ASI sedunia2. Tema pekan ASI

seduniaa. Isi pesan

program Inisiasi Dini

b. Fungsi dari program Inisiasi Dini

c. Manfaat dari Inisiasi Dini

3. Angka kematian bayi

4. ASI eksklusif5. Kolostrum6. Gizi buruk7. Tata laksana Inisiasi

Komunikan (Ibu hamil di RSUD Dr. Soetomo)a. perhatianb. pengertianc. penerimaan

Efek perubahan tingkat pengetahuan :

a. Tinggib. Sedang c. Rendah

Page 32: Tugas Akhir Komunikasi

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo

terhadap Program Inisiasi Dini di Surat Kabar ini menggunakan metode

penelitian deskriptif, sehingga tidak membicarakan hubungan variabel X dan

variabel Y. Dimana penelitian ini memfokuskan pada pemaparan peristiwa

untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Program Inisiasi Dini di Surat

Kabar. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Tingkat Pengetahuan Ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo

terhadap Program Inisiasi Dini di Surat Kabar

Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari

lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Tingkat

pengetahuan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

ibu hamil di Poli Hamil RSU Dr. Soetomo terhadap Program Inisiasi Dini oleh

Depkes di Surat Kabar. Sedangkan hal – hal yang digunakan untuk mengukur

tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi

Dini oleh Depkes di Surat Kabar adalah total skor jawaban dari pertanyaan yang

ada dalam kuisioner dan digunakan sebagai pedoman saat wawancara oleh

peneliti kepada responden.

Terdapat dua pilihan pada lembar kuisioner tingkat pengetahuan ibu

hamil terhadap Program Inisiasi Dini di media cetak surat kabar :

32

Page 33: Tugas Akhir Komunikasi

a. Mengetahui : skor 2

b. Tidak mengetahui : skor 1

Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing – masing

responden, Nilai yang diperoleh dari masing – masing indikator variabel

kebutuhan dijumlahkan lalu ditentukan apakah termasuk dalam jenjang kelas

tinggi, sedang atau rendah. Penentuannya dengan mencari lebar interval kelas

dari masing – masing variabel tersebut dengan rumus :

R (range) : skor tertinggi – skor terendahJenjang yang diinginkan

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

dengan nilai tertinggi (mengetahui / 2) dikalikan dengan jumlah

keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor

dengan nilai terendah (tidak mengetahui / 1) dikalikan dengan

jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan

bentuk dari tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Jadi jenjang yang ditemukan disini digunakan untuk melihat bagaimana

tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap

program Inisiasi Dini di Surat kabar.

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh lebar interval untuk

mengetahui tingkat pengetahuan responden untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan sebagai berikut:

33

Page 34: Tugas Akhir Komunikasi

Jumlah pertanyaan yang terkait dengan tingkat pengetahuan ibu hamil

terhadap program inisiasi terdiri dari 11 item pertanyaan, dengan perhitungan :

Skor tertinggi : 11 x 2 = 22

Skor terendah : 11 x 1 = 11

Lebar interval : 22 – 11 = 3,66 = 4 3

Jadi batasan skor dalam interval tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap

program Inisiasi Dini adalah sebagai berikut :

a. Jumlah skor 11 – 14 dalam kategori penilaian rendah

b. Jumlah skor 15 – 18 dalam ketegori penilaian sedang

c. Jumlah skor 19 – 22 dalam kategori penilaian tinggi

Maka indikator tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program Inisiasi

Dini meliputi :

Tingkat pengetahuan program Inisiasi Dini antara lain :

1. Tahu Hari ASI sedunia

2. Tahu Tema pekan ASI sedunia

a. Manfaat dari Inisiasi Dini

b. Isi pesan dari dari program Inisiasi Dini

c. Fungsi dari program Inisiasi Dini

3. Tahu penyebab tingginya angka kematian bayi

4. Tahu manfaat dari ASI Eksklusif

5. Tahu arti dari kolostrum

6. Tahu salah satu penyebab dari terjadinya gizi buruk

7. Tahu tata laksana inisiasi dini

34

Page 35: Tugas Akhir Komunikasi

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas : obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 1997 : 57).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terdaftar di

setiap harinya di RSU Dr. Soetomo kurang lebih sebanyak 50 orang yang

berbeda. Maka peneliti mengambil sampel sebanyak 100 responden dengan cara

mulai hari senin hingga jum’at peneliti menyebarkan kuisioner sebanyak 20 di

setiap harinya agar data yang diperoleh lebih merata dan valid dari keseluruhan

populasi ibu hamil. Peneliti melakukan penelitian di RSU Dr. Soetomo karena

rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit terbesar di wilayah Indonesia Barat

dan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari pemerintah/depkes

mengenai program pelaksanaan inisiasi dini dan juga sebagai kegiatan lanjutan

dari penghargaan – penghargaan yang telah diterima sebelumnya mengenai

kesehatan ibu dan bayi. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling

yaitu menggunakan sampling khusus atau sampling yang sudah ditentukan yaitu

kalangan ibu hamil yang terdaftar di RSU Dr. Soetomo.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang

sangat diperlukan untuk keperluan analisis. Data primer secara langsung pada

tempat penelitian dengan menggunakan kuisioner. Penggunaan kuisioner

dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan

35

Page 36: Tugas Akhir Komunikasi

penelitian dan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas yang

benar. Sedangkan data sekunder merupakan data – data yang berskala dari buku

– buku penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik yang digunakan untuk data primer adalah dengan membagikan

kuisioner kepada responden dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai

tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program inisiasi dini kemudian untuk

data sekundernya dimasukkan dalam tabulasi data, dianalisa sehingga

mendapatkan hasil penelitian yang menjadi kesimpulan akhir dari penelitian.

3.2.3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode survei. Data dari kuisioner tersebut

ditabulasikan, kemudian dianalisis, diinterpretasikan secara deskriptif

berdasarkan tabel frekuensi dari setiap item pertanyaan yang diajukan dengan

menggunakan rumus :

P = F x 100% NKeterangan :

P = Presentase responden

F = Frekuensi responden

N = Jumlah responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang

diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya

dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.

36

Page 37: Tugas Akhir Komunikasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Sejarahnya Berdirinya RSU Dr. Soetomo

Pada tahun 1923 NIAS (Nederlandsch Indische Artenschool) dari Jl.

Kedungdoro 38 pindah ke Fakultas Kedokteran Unair sekarang, sebagai Rumah

Sakit Pendidikan dipakai Rumah Sakit Simpang atau (Stadsverband). Pada

tahun 1937 oleh Kerajaan Belanda dibangun Rumah Sakit Angkatan Laut

Central Burgerijike Zienkenhuis (CBZ) di desa karangmenjangan. Tahun 1943,

pada masa penjajahan Jepang pembangunan Rumah Sakit Karangmenjangan

dilanjutkan oleh Pemerintahan Jepang. Setelah selesai kemudian dijadikan

rumah sakit A.L.

Pada 1 September 1948, Pemerintah pendudukan Belanda Rumah Sakit

Simpang diubah menjadi Roemah Sakit Oemoem Soerabaja. Tahun 1950,

Roemah Sakit Oemoem dibawah Departemen Kesehatan RI ditetapkan sebagai

Rumah Sakit Umum Pusat.

Pada tahun 1951, sebagian dari Rumah Sakit Simpang di Jl. Pemuda 33

yaitu Ruangan penyakit dalam, Mata, THT, Anak, sebagian bersalin, Kulit, Paru

– paru pindah ke RS karangmenjangan. Sebagian masih ditempati oleh RSAL

(bagian dapur). Sehingga RS Simpang pada waktu itu masih terdapat bagian

bedah, Ruang menular, Dapur dan sebagian Pendidikan Perawat/Bidan, serta

perumahan Pegawai Dokter/Perawat dan Tenaga Administrasi.

37

Page 38: Tugas Akhir Komunikasi

Pada tahun 1953 sampai dengan 1954 sebagian pelayanan Bagian Bedah

pindah ke RS Karangmenjangan dengan OK lama sudah dipakai (untuk operasi

aktif), sedang untuk Bedah akut (Emergency) masih di RS Simpang.

Pada tahun 1980 Rumah Sakit Simpang di Jl. Pemuda No. 33 dijual

menjadi Delta Plaza dengan sistem tukar tambah, di RS Karangmenjangan

dibangun UGD dan Ruangan Bedah berlantai 3 dengan demikian semua

kegiatan pelayanan dijadikan satu di RS Karangmenjangan/Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Soetomo.

4.1.1.1. Perubahan Nama dan Status Rumah Sakit

Tahun 1964, Rumah Sakit Umum Pusat Surabaya diubah namanya

menjadi Rumah Sakit Dokter Soetomo sesuai dengan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI tertanggal 20 Mei 1964 Nomor : 26769/KAB/7

Tahun 1965, berdasarkan PP No. 4 Tahun 1965

pengelolaan/penyelenggaraan RSUP Dr. Soetomo diserahkan kepada

Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur.

Tahun 1979, sesuai dengan SK. Menkes 51/SK/1179 RSUD Dr.Soetomo

ditetapkan menjadi Rumah Sakit Klas A : sebagai Rumah pelayanan,

Pendidikan, Penelitian dan pusat Rujukan tertinggi untuk Indonesia Timur.

Tahun 1999, sesuai Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Jawa Timur No.2 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Keuangan RSUD Dr.

Soetomo sebagai Unit Swadana Daerah, yang mulai diberlakukan 1 April 1999.

38

Page 39: Tugas Akhir Komunikasi

4.1.1.2. VISI, MISI dan MOTTO

Visi RSU Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit Pendidikan terbaik dan

terpandang di Indonesia adalah :

a. Aman

b. Informatif

c. Efektif

d. Efisien

e. Mutu

f. Manusiawi

g. Memuaskan

Dan agar dapat mencapai visi tersebut RSU Dr. Soetomo mempunyai

Misi sebagai berikut :

a. Pemuka dalam Pelayanan

b. Pemuka dalam Pendidikan

c. Pemuka dalam Penelitian

Dan Motto dari RSU Dr. Soetomo adalah “SAYA SENANTIASA

MENGUTAMAKAN KESEHATAN PENDERITA”.

4.1.1.3. Akreditasi dan Piagam Penghargaan

RSU Dr. Soetomo telah mendapat STATUS AKREDITASI PENUH

dari Menteri Kesehatan RI, No. YM.02.03.3.5.105 tanggal 8 Januari 1998.

Adapun beberapa Piagam Penghargaan yang telah diperoleh RSU Dr.

Soetomo, yaitu :

39

Page 40: Tugas Akhir Komunikasi

A. Dari Menteri Kesehatan RI

1. Pataka/Surat Penghargaan Penampilan Terbaik Pertama Rumah Sakit

Umum Pemerintah Kelas A/B Pendidikan dibidang :

Pelayanan Standart Pelayanan Rumah Sakit

Penampilan Kerja Rumah Sakit

Upaya Penanggulangan Kanker

10 langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

Kegiatan di Rumah Sakit Pendidikan

Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional XXXII tahun 1996, 12

Nopember 1996

2. Pataka/Surat Penghargaan Penampilan Kinerja Terbaik Pertama RS Umum

A/B pendidikan tahun 1998.

Dalam bidang Penerapan Standart Pelayanan, Penanggulangan Kanker,

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Sayang Bayi, Rumah

Sakit Sayang Ibu, Kegiatan Rumah Sakit Pendidikan dalam rangka Hari

Kesehatan Nasional XXXIV tahun 1998.

B. Dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil

Sebagai Koperasi Perkotaan terbaik II tingkat II Nasional tahun 1997,

Jakarta 12 Juli 1997.

C. Dari WHO

RSU Dr. Soetomo is here by recognized as a Baby – Friendly Hospital tahun

1992.

D. Dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur :

1. Tim Transplantasi Ginjal, No. 861.1/312/TP/032/88, 22 Agustus 1988

40

Page 41: Tugas Akhir Komunikasi

2. Tim Bedah Jantung, No. 861.1/313/TP/032/1988, 22 Agustus 1988

3. Tim Gigantisme, No. 861.1/311/TP/032/1988, 22 Agustus 1988

4. Juara II Tingkat Propinsi Rumah Sakit Kelas A/B Pendidikan dalam rangka

memperingati Hari Kesehatan Nasional XXXII tahun 1996, tanggal 12

Nopember 1996.

4.1.1.4. Keadaan Lingkungan RSU Dr. Soetomo

Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo bertempat pada Jl. Mayjen Prof. Dr.

Moestopo 6 – 8 Surabaya memiliki luas tanah sebesar 163.875 m2 dan luas

bangunan 98.121 m2. RSU Dr. Soetomo terletak di kelurahan Airlangga,

kecamatan Gubeng, kotamadya Surabaya dan Propinsi Jawa Timur. Dengan

status Penyelenggaraan/pengelolaan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Tingkat I

Jawa Timur.

4.1.2. Inisiasi Dini

Inisiasi dini adalah suatu proses dimana seorang bayi yang baru lahir

langsung di letakkan di dada si Ibu agar memperoleh air susu ibu pada satu jam

pertama kelahirannya. Proses ini dapat membantu reflek berfikir bayi serta

dapat mencegah terserang penyakit infeksi baik dari pasca persalinan maupun

proses didalam kandungan (BKKBN – berita online, 10 Agustus 2006).

Cairan yang pertama kali keluar dari puting si ibu setelah melahirkan

disebut Kolostrum, cairan tersebut mengandung zat antibodi dan enzim

pencernaan yang dapat berfungsi sebagai sistem kekebalan dan membantu

pencernaan si bayi.

41

Page 42: Tugas Akhir Komunikasi

Aktifitas menyusui juga sangat bermanfaat karena dapat mencegah

kematian ibu melahirkan, kanker rahim, kanker payudara, dan menjarangkan

kelahiran secara alami. Ibu yang menyusui juga cepat kembali ke berat badan

semula karena lemak yan ditumpuk dibawah kulit selama hamil digunakan

untuk membentuk ASI (Kompas, 3 Agustus 2007)

4.2. Analisa dan Penyajian Data

. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan beberapa data – data yang telah

diperoleh dalam menyelesaikan penelitian ini untuk mengetahui tingkat

pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program

Inisiasi dini di Surat kabar. Data – data tersebut diperoleh langsung melalui

kuisioner – kuisioner yang di gunakan sebagai pedoman saat melakukan

wawancara kepada responden yang sudah ditentukan yaitu para ibu hamil

sebanyak 100 responden sebagai sampel penelitian.

Data yang diperoleh dari hasil pengisian wawancara terbuka tersebut

dianalisisn secara deskriptif berdasarkan tabel distribusi frekuensi.

4.2.1. Identitas Responden

Responden dari penelitian ini adalah para ibu hamil yang terdaftar dalam

Poli Hamil I di RSU Dr. Soetomo yang mempunyai latar pendidikan terakhir

ataupun sudah bekerja dan penilaian interpersonal terhadap program inisiasi dini

dalam wawancara terbuka penelitian ini.

42

Page 43: Tugas Akhir Komunikasi

a. Usia responden

Berdasarkan data dari kuisioner, didapat jumlah dan prosentase

klasifikasi usia responden sebagai berikut :

Tabel 1

Usia Responden (n=100)

Usia F %

20 – 25 31 31 %

26 – 30 26 26 %

31 – 35 15 15 %

36 – 40 20 20 %

41 – 45 8 8 %

Total 100 100 %

(sumber : kuisioner, identitas responden no.2)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa usia responden pada

penelitian ini berkisar antara 20 tahun – 41 tahun. Dan responden terbanyak

yakni 31 orang atau 31 % berada pada usia 20 – 25 tahun, hal ini dikarenakan

bahwa pada usia 20 tahun merupakan usia produktif untuk para wanita

mengalami kehamilan dan juga merupakan tahapan perkembangan seseorang

dalam proses berfikir dan pemahaman secara lebih mendalam mengenai suatu

informasi.

b. Pendidikan terakhir

Berikut ini disajikan tabel frekuensi tentang pendidikan terakhir

responden.

43

Page 44: Tugas Akhir Komunikasi

Tabel 2

Pendidikan Terakhir (n=100)

Pendidikan Terakhir F %

SD 10 10%

SMP 12 12%

SMA/SMK 34 34%

D2 7 7%

D3 7 7%

S-1 30 30%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, identitas responden no.3)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden penelitian ini

terbanyak berpendidikan sampai tamat SMU / SMK, yakni sebanyak 34 orang

atau 34%, sedangkan responden yang berpendidikan S-1 hanya 30 orang atau

30%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak wanita yang tidak memerlukan

pendidikan tertinggi atau gelar sarjana yang diakui. Dan sebagai wanita atau ibu

hamil yang hanya berpendidikan SMU / SMK diharapkan setiap responden

dapat mengerti dan memahami pesan yang telah disampaikan dalam program

Inisiasi dini di surat kabar dengan baik.

44

Page 45: Tugas Akhir Komunikasi

c. Pekerjaan

Berikut ini disajikan tabel tentang pekerjaan responden :

Tabel 3

Pekerjaan (n=100)

Pekerjaan F %

PNS 20 20%

SWASTA 38 38%

Pelayan Gereja 1 1%

Lain – lain 41 41%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, identitas responden no.4)

Berdasarkan tabel diatas, pekerjaan responden rata – rata paling banyak

hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 41 orang atau 41% sedangkan paling

sedikit yakni pegawai swasta dan pelayanan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa

masih banyaknya wanita setelah menikah lebih memilih tidak bekerja karena

digunakan untuk mengurus keluarga.

4.2.2. Deskripsi Subjek

Berikut ini adalah gambaran – gambaran tentang subyek penelitian

berdasarkan penelitian pada kuisioner pada bagian media exposure.

a. Responden yang membaca surat kabar.

Berikut ini adalah gambaran mengenai responden ibu hamil yang gemar

membaca surat kabar :

45

Page 46: Tugas Akhir Komunikasi

Tabel 4

Responden memilih Surat Kabar

Surat Kabar F %

Kompas 18 18%

Jawa Pos 44 44%

Seputar Indonesia 8 8%

Surya 16 16%

Republika 11 11%

Surabaya Pagi 3 3%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, media eksposure no. 5)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 100 responden ibu hamil

paling suka membaca surat kabar Jawa pos sebanyak 44 ibu hamil atau 44%, hal

ini menunjukkan bahwa responden terdorong untuk meningkatkan

pengetahuannya dengan membaca surat kabar, sehingga dipilih Jawa pos

sebagai media informasi bagi mereka. Hal tersebut menjadi pengaruh yang kuat

mengenai tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan responden mengenai

program inisiasi dini dalam surat kabar.

b. Seberapa sering Responden membaca surat kabar dalam 1 minggu

Berikut ini gambaran mengenai sesering apakah responden saat

membaca surat kabar dalam 1 minggu

46

Page 47: Tugas Akhir Komunikasi

Tabel 5

Sesering apa responden membaca surat kabar setiap minggu

Waktu membaca F %

Setiap hari 23 23%

Sering 34 34%

Jarang 43 43%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, media eksposure no. 6)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masih banyak responden

sebesar 43 ibu hamil atau 43% tidak mempunyai waktu luang disetiap harinya

untuk sekedar membaca surat kabar yang banyak memberitakan informasi –

informasi terkini karena sibuk dengan aktifitas sehari – hari. Dan yang paling

sedikit justru responden yang selalu membaca surat kabar disetiap hari yakni 23

ibu hamil atau 23%.

c. Responden membaca program - program disurat kabar

Berikut ini adalah gambaran mengenai apakah responden suka membaca

program – program pemerintah yang ditulis dalam surat kabar.

Tabel 6

Responden membaca program di surat kabar

Item F %

Membaca 56 56%

Tidak membaca 44 44%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, media eksposure no. 7)

47

Page 48: Tugas Akhir Komunikasi

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa para responden sebagian

besar yaitu 56 ibu hamil atau 56%, juga suka membaca program – program

yang tertulis di surat kabar. Hal ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu

responden mengenai program – program yang dilaksanakan pemerintah masih

tinggi.

d. Responden membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar

Berikut ini gambaran mengenai pernah membaca dan tidaknya

responden tentang program Inisiasi dini di surat kabar.

Tabel 7

Responden membaca program Inisiasi Dini di Surat Kabar

Item F %

Pernah 51 51%

Tidak pernah 49 49%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, media eksposure no. 8)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa para responden hampir

sebagian besar yakni 51 ibu hamil atau 51% mengetahui salah satu program

yang dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Inisiasi Dini. Dan menjadi pengaruh

yang kuat mengenai tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan responden

tentang program Inisiasi Dini.

e. Berapa kali responden membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar

Berikut ini merupakan gambaran mengenai rutinitas responden dalam

membaca program Inisiasi dini tersebut

48

Page 49: Tugas Akhir Komunikasi

Tabel 8

Berapa kali membaca Program Inisiasi Dini di Surat Kabar

Item F %

1 kali 72 72%

2 kali 13 13%

Labih dari 3 kali 15 15%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, media eksposure no.9)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa terdapat selisih yang sangat

besar antara item “1 kali” dengan dua item lainnya. Item “1 kali” memiliki

frekuensi paling tinggi yaitu 72 responden atau 72%, hal ini menyebabkan para

responden kurang mengetahui arti dan manfaat yang sebenarnya tentang Inisiasi

dini tersebut.

f. Perhatian responden terhadap isi berita tentang program Inisiasi Di di

Surat kabar

Berikut ini merupakan gambaran mengenai perhatian responden

terhadap isi berita Program Inisiasi dini sehingga responden apakah berminat

untuk membaca isi berita tersebut hingga selesai.

Tabel 9

Perhatian responden terhadap program Inisiasi dini di Surat Kabar

Item F %

Ya 36 36%

Tidak 64 64%

Total 100 100%

49

Page 50: Tugas Akhir Komunikasi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perhatian responden

terhadap isi berita tentang program Inisiasi dini masih kurang, pernyataan

tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya responden yakni 64 ibu

hamil atau 64% yang tidak sampai selesai ketika membaca isi berita tersebut.

Sehingga menyebabkan tidak adanya kepahaman mengenai manfaat dari inisiasi

dini.

4.2.3. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Program Inisiasi Dini

Berikut ini merupakan hasil jawaban responden atas wawancara yang

dilakukan peneliti dengan pertanyaan yang sudah tertulis dalam kuisioner dan

ditujukan kepada para ibu hamil mengenai tingkat pengetahuan tentang Inisiasi

Dini di Surat kabar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi, sedang,

atau rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil.

Pada tabel – tabel berikut ini menunjukkan hasil jawaban responden atas

pertanyaan – pertanyaan dalam kuisioner yang terdiri dari 11 item pertanyaan

terbuka tentang program Inisiasi dini di Surat Kabar. Berikut adalah analisis

hasil dari pertanyaan kuisioner no. 11 – 21 :

Tabel 10

Hari ASI Sedunia

Item F %

Tahu 3 3%

Tidak tahu 97 97%

Total 100 100%

50

Page 51: Tugas Akhir Komunikasi

Pada tabel 10 kuisioner no.11 dapat dilihat bahwa responden ibu hamil

tidak mengetahui kapan Hari ASI Sedunia diselenggarakan. Padahal informasi

tersebut sudah disertakan dengan isi berita Inisiasi Dini, namun para ibu hamil

beranggapan bahwa informasi tersebut tidak terlalu penting dan responden tidak

membaca secara cermat mengenai informasi tersebut di surat kabar.

Tabel 11

Tema Pekan ASI Sedunia

Item F %

Tahu 1 1%

Tidak tahu 99 99%

Total 100 100%

Pada Tabel 11, kuisioner no. 12 dapat dilihat bahwa hampir seluruh

responden sebesar 99 ibu hamil atau 99% tidak mengetahui apa tema pekan ASI

Sedunia yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Depkes. Hal ini

menggambarkan bahwa hampir seluruh ibu hamil tidak mengetahui apa maksud

dari tema pekan ASI saat ini. Sehingga menyebabkan adanya respon yang

negatif dari para ibu hamil, yang dimaksudkan adalah kurangnya pengetahuan

mengenai program inisiasi dini.

Tabel 12

Penyebab Tingginya Angka Kematian Bayi setiap Tahun

Item F %

Tahu 84 84%

Tidak tahu 16 16%

51

Page 52: Tugas Akhir Komunikasi

Total 100 100%

Pada tabel 12, kuisioner 13 dapat dilihat bahwa hampir seluruh

responden ibu hamil yakni 84 % mengetahui apa salah satu penyebab tingginya

angka kematian bayi di Indonesia di setiap tahunnya. Dan para ibu hamil

menyebutkan dengan benar apa penyebab dari tingginya angka kematian bayi

yang antara lain adalah adanya infeksi dari si bayi setelah kelahirannya,

kurangnya asupan gizi yang diterima oleh bayi, penyakit bawaan, mengalami

keracunan pada saat kehamilan, dan jawaban paling banyak dari pertanyaan ini

adalah kematian yang disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang

manfaat ASI pertama setelah kelahiran dan ASI eksklusif.

Tabel 13

Manfaat Inisiasi Dini

Item F %

Tahu 78 78

Tidak tahu 22 22%

Total 100 100%

Pada tabel 13, kuisioner no.14 dapat dilihat bahwa 78 responden atau

78% mengetahui manfaat dari inisiasi dini dan hanya 22 responden atau 22%

yang tidak mengetahui manfaatnya. Dalam kuisioner no. 14 para ibu hamil

tersebut juga menguraikan penjelasan tentang apa manfaat sebenarnya ketika

mempraktekkan inisiasi dini. Para ibu hamil banyak menjelaskan bahwa

manfaat dari inisiasi dini adalah agar kondisi bayi tetap stabil, membentuk

52

Page 53: Tugas Akhir Komunikasi

kekebalan pada si bayi, membentuk sistem kecerdasan otak dan pertumbuhan

pada bayi, untuk lebih mempererat hubungan batin antara ibu dan anak, dan

untuk mengurangi resiko kematian dini terhadap si bayi. Dari keseluruhan

responden, hanya 22 responden yang tidak mengetahui secara pasti apa manfaat

yang sebenarnya saat melakukan inisiasi dini, dan dari 22 responden tersebut

banyak menyatakan bahwa alasan mereka tidak mengerti apa manfaat dari

inisisasi di karenakan tidak membaca secara cermat dan tuntas pada surat kabar.

Hal ini dilakukan agar responden benar – benar mengerti maksud dari program

Inisiasi dini ini sendiri.

Tabel 14

Manfaat ASI Eksklusif

Item F %

Tahu 97 97%

Tidak tahu 3 3%

Total 100 100%

Pada tabel 14, kuisioner no.15 dapat dilihat bahwa 97 responden atau

97% mengetahui apa manfaat sebenarnya bagi ibu dan anak ketika memberikan

ASI Ekslusif dan hanya 3 responden atau 3% tidak mengetahui manfaatnya.

Dengan adanya perbedaan yang sangat besar antara responden yang tahu dan

responden yang tidak mengetahui, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu

hamil maupun yang sudah melahirkan sangat mengerti betapa pentingnya ASI

ekslusif yang mereka berikan kepada bayinya. Menurut responden manfaat dari

ASI eksklusif antara lain untuk tetap menjaga kekebalan tubuh si bayi, sebagai

53

Page 54: Tugas Akhir Komunikasi

asupan makanan sehat, sebagai gizi tambahan, untuk pertumbuhan otak si bayi,

kemungkinan kecil mencegah terjadi kanker payudara, dan tetap menjaga

hubungan batin antara ibu dan anak.

Tabel 15

Arti Kolostrum

Item F %

Tahu 80 80%

Tidak tahu 20 20%

Total 100 100%

Pada tabel 15, kuisioner no.16 dapat dilihat bahwa 80 responden atau

80% dapat menjelaskan secara rinci apa arti kolostrum sebenarnya. Karena

mereka masih secara aktif dan membaca benar – benar tentang informasi

Inisiasi dini di surat kabar. Dan 20 responden lainnya atau 20% tidak

mengetahui sedikitpun tentang istilah kolostrum, karena mungkin mereka tidak

menganggap terlalu penting istilah tersebut atau bisa juga lupa karena jarang

membaca. Sedangkan menurut para responden arti kolostrum itu sendiri adalah

suatu cairan berwarna kuning yang keluar pertama kali dari puting susu ibu

setelah melahirkan.

Tabel 16

Penyebab Gizi Buruk

Item F %

Tahu 92 92%

Tidak tahu 8 8%

54

Page 55: Tugas Akhir Komunikasi

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, tingkat pengetahuan no. 17)

Pada tabel 16, kuisioner no.17 dapat dilihat bahwa 92 responden atau

92% mengetahui salah satu penyebab terjadinya gizi buruk dan 8 responden

atau 8% tidak mengetahui apa penyebabnya. Hal ini dilakukan agar dalam

menjelaskan pertanyaan, para responden benar – benar mengerti dan memahami

maksud dari informasi yang dapat berhubungan dengan inisiasi dini. Sehingga

jawaban sesuai dengan apa yang diinginkan peneliti. Dari 92 responden tersebut

banyak menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk

antara lain kurangnya asupan ASI saat masa menyusui, ketidak mampuan orang

tua untuk memberikan gizi yang baik bagi anak, rendahnya pengetahuan tentang

gizi sehat, kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi, kurangnya

pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI pertama dan Eksklusif. Dari

beberapa faktor penyebab yang sudah dijelaskan oleh responden, salah satunya

adalah kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI pertama

dan Eksklusif, hal ini bisa juga disebabkan karena kurangnya responden untuk

selalu mencari informasi mengenai kesehatan ibu dan anak.

Tabel 17

Isi Pesan Program Inisiasi Dini

Item F %

Tahu 62 62%

Tidak tahu 38 38%

Total 100 100%

55

Page 56: Tugas Akhir Komunikasi

Pada tabel 17, kuisioner no.18 dapat dilihat bahwa 38 responden atau

38% tidak mengetahui apa isi program inisiasi dini yang dilaksanakan oleh

depkes dan 62 responden atau 62% mengetahui apa isi dari program inisiasi dini

tersebut, hal ini karena kurangnya waktu membaca dikarenakan kesibukan

rutinitas sehari – hari sehingga menyebabkan kurangnya perhatian responden

terhadap program – program pemerintah yang ditulis di surat kabar. Sedangkan

responden yang mengetahui pesan apa yang dapat diambil dari program inisiasi

dini ini, menjelaskan bahwa program inisiasi dini menganjurkan untuk selalu

memberikan ASI sejak dini dan ASI eksklusif selama masa menyusui, sehingga

ikatan batin antara ibu dan anak akan selalu tetap terjalin.

Tabel 18

Tata Laksana Inisiasi Dini

Item F %

Tahu 39 39%

Tidak tahu 61 61%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner, tingkat pengetahuan no.19)

Pada tabel 18, kuisioner 19 dapat dilihat bahwa 39 responden atau 39%

mengetahui bagaimana proses pelaksanaan inisiasi dini dan 61 responden atau

61% tidak mengetahui. Dan ini berarti rata – rata responden masih tidak

mengetahui tentang bagaimana proses pelaksanaan inisiasi dini, hal ini

dikarenakan masih kurangnya minat baca responden terhadap segala informasi

mengenai ibu hamil dan menyusui. Sehingga masih banyak responden yang

tidak mengerti dan memahami bagaimana tata laksana inisiasi dini. Sedangkan

56

Page 57: Tugas Akhir Komunikasi

bagi responden yang mengerti bagaimana tata laksana inisiasi dini, menjelaskan

bahwa tata laksana inisiasi dini adalah dimulainya dengan lahirnya si bayi yang

masih merah, tanpa banyak tangan yang menyentuhnya langsung diserahkan

kepada si ibunya kemudian diletakkan didada ibu dan selama beberapa menit

biarkan si bayi mencari puting susu ibunya.

Tabel 19

Artis

Item F %

Tahu 42 42%

Tidak tahu 68 68%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner tingkat pengetahuan no. 20)

Pada tabel 19, kuisioner no.20 dapat dilihat bahwa 42 responden atau

42% mengetahui siapa saja artis yang sudah melakukan inisiasi dini, seorang

artis digunakan sebagai contoh yang baik bagi khalayak agar tindakan yang

dilakukan oleh artis tersebut dapat ditiru dengan baik dan benar. Salah satu artis

yang sudah melakukan program inisiasi dini adalah sophie navita, ia melakukan

program tersebut karena ia menginginkan bayi yang dilahirkannya sehat dan

dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan 68 responden atau 68% lainnya

mengatakan tidak mengetahui siapa saja artis yang sudah melakukan program

inisiasi dini ini. Hal ini disebabkan kurangnya responden memperhatikan setiap

berita yang ada disurat kabar karena mungkin mereka menganggap informasi

tersebut tidak terlalu penting atau bisa juga karena jarangnya responden

membaca detail setiap berita di surat kabar.

57

Page 58: Tugas Akhir Komunikasi

Tabel 20

Fungsi Program Inisiasi Dini

Item F %

Tahu 38 38%

Tidak tahu 62 62%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner tingkat pengetahuan, no. 21)

Pada tabel 20, kuisioner 21 dapat dilihat bahwa hanya sekitar 38

responden atau 38% yang mengetahui fungsi sebenarnya depkes melakukan

program inisiasi dini ini dan sekitar 62 responden atau 62% tidak mengetahui

maksud dari program tersebut. Dan dari jawaban para responden mengenai

fungsi program inisiasi dini tersebut rata – rata mengatakan untuk mengurangi

angka kematian bayi di bawah 1 bulan, lebih memperhatikan pemberian ASI

eksklusif pada bayi, untuk meningkatkan kualitas generasi muda, dan

membangun ikatan batin antara ibu dan anak.

Total skor Tingkat Pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr.

Soetomo terhadap program Inisiasi Dini oleh Depkes di Surat kabar

Pada tabel 21 berikut ini ditunjukkan total skor secara keseluruhan dari

semua responden berdasarkan tabel sebelumnya, untuk mendapatkan

kesimpulan tentang tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr.

Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh Depkes di Surat kabar setelah

menjawab pertanyaan – pertanyaan dari kuisioner bagian tingkat pengetahuan

no.11 sampai no. 21 yang ditunjukkan skor dari jawaban responden (n=100)

58

Page 59: Tugas Akhir Komunikasi

Tabel 21

Tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap

program Inisiasi Dini

N = 100

Skala F %

Tinggi 5 5%

Sedang 86 86%

Rendah 9 9%

Total 100 100%

(sumber : kuisioner tingkat pengetahuan, no. 11 s/d no. 21)

Dari data yang terdapat pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak

5 responden atau 5% memiliki tingkat pengetahuan tentang program Inisiasi

dini yang tinggi, 86% sedang, 9% rendah. Data tersebut diatas menunjukkan

bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap

program Inisiasi dini oleh Depkes di Surat kabar memiliki skor yang sedang,

karena rata – rata tingkat pendidikan responden hanya sampai SMU/SMK. Rasa

keingintahuan mereka hanya sampai cukup sekedar tahu dan salah satu bentuk

kepedulian terhadap anaknya, sehingga informasi yang mereka dapat hanya

sekedar dibaca tanpa harus dipahami dan dimengerti. Dan juga menurut tabel 5,

masih banyak responden yang jarang membaca surat kabar yang dikarenakan

kesibukkan sehari – hari dan keterbatasan daya ingat responden. Walaupun rata

– rata dari responden hanya sebagai ibu rumah tangga saja yang kegiatan

mereka lebih banyak dirumah. Responden mengatakan bahwa mereka masih

sering membaca program – program yang dilaksanakan pemerintah di surat

59

Page 60: Tugas Akhir Komunikasi

kabar tetapi mereka sebagian besar tidak pernah membaca mengenai program

Inisiasi dini. Kalaupun membaca, mereka hanya membaca 1 kali dan tidak

memperhatikan isi berita di surat kabar mengenai Inisiasi dini sehingga

responden masih kurang mengerti apa arti dan manfaat yang ada dalam program

Inisiasi dini. Ini berarti responden tidak selalu mengikuti informasi program

tersebut, sehingga responden kurang mendukung dan kurang memperhatikan

kesehatan si bayi. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan

tinggi, dari hasil kuisioner menunjukkan mereka rutin membaca surat kabar, dan

berusaha mencari informasi sebanyak – banyaknya sebagai salah satu bentuk

kepeduliannya pada si bayi yang akan dilahirkannya. Tetapi justru masih

banyak responden yang kurang tanggap dengan adanya program Inisiasi dini

yang dibuktikan dengan paling rendahnya skala tingkat pengetahuan tinggi yaitu

5%. Sedangkan bagi responden tingkat pengetahuan rendah dari hasil kuisioner

mencapai 9% dari keseluruhan jumlah responden menunjukkan bahwa

responden tidak rutin membaca, dan terdapat beberapa faktor kemungkinan

seperti faktor informasi Inisiasi dini hanya sekedar tahu, tidak berkeinginan

untuk mengingat dan informasi tersebut dianggapnya tidak terlalu penting dan

mereka tahu program Inisiasi dini tersebut melalui media lain seperti televisi,

sehingga mereka dapat melihat secara langsung program tersebut.

Analisis yang didapat dari penelitian ini adalah responden ibu hamil di

Poli hamil I RSU Dr. Soetomo yang membaca informasi program Inisiasi dini

disurat kabar memiliki tingkat pengetahuan yang sedang.

Dari hasil pengamatan peneliti dan data – data lisan yang diperoleh

peneliti dari responden diketahui bahwa pesan yang disampaikan yaitu program

60

Page 61: Tugas Akhir Komunikasi

Inisiasi dini cukup diterima dengan baik oleh responden. Hal ini dikarenakan

kurangnya intensitas surat kabar dalam memberitakan informasi program

Inisiasi dini tersebut. Dan juga penulisan isi pesan dan gaya bahasa yang

sederhana juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli

hamil I RSU Dr.Soetomo, dimana isi pesan yang berupa ajakan untuk lebih

peduli terhadap masa depan ibu dan terutama anaknya mempengaruhi

pemahaman responden mengenai program tersebut. Surat kabar digunakan

sebagai media penyebar informasi bagi responden karena media tersebut dapat

disimpan dan sewaktu – waktu dapat dilihat kembali saat dibutuhkan. Media

surat kabar berfungsi juga sebagai kontrol sosial yang bertujuan agar individu

mau untuk mematuhi nila – nilai yaitu norma dan aturan yang ada serta cara –

cara yang sesuai dengan kehidupan masyarakat disekitarnya. Ajakan Depkes

tentang program Inisiasi dini inilah merupakan kontrol sosial yang dilakukan

pihak surat kabar sebagai media agar khalayak dapat membantu untuk

mengurangi angka kematian bayi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa

setiap responden cukup mengetahui tentang program tersebut dan mengerti

tentang isi dan manfaat dilaksanakannya Inisiasi dini, dan juga mendukung serta

ikut berperan serta aktif dalam program tersebut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

61

Page 62: Tugas Akhir Komunikasi

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari analisa dan pembahasan

yang peneliti jabarkan dan ditunjukkan oleh penyajian data dalam bentuk tabel –

tabel frekuensi pada bab sebelumnya adalah tingkat pengetahuan ibu hamil di

Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh Depkes di

surat kabar memiliki skor yang sedang.

Hal – hal yang menyebabkan sedangnya tingkat pengetahuan ibu hamil

di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo adalah cukup seringnya ibu hamil membaca

informasi tersebut, hal ini bisa dilihat bahwa hampir semua responden

mengetahui program Inisiasi dini tersebut. Dan hampir seluruh responden juga

mengetahui informasi tentang penyebab tingginya angka kematian bayi setiap

tahun, manfaat Inisiasi dini, manfaat ASI eksklusif, arti dari kolostrum,

penyebab gizi buruk, dan isi pesan dari program tersebut.

Dan hal ini yang menyebabkan sedangnya tingkat pengetahuan ibu

hamil akan program tersebut karena adanya kepedulian ibu hamil terhadap anak

yang mereka kandung untuk kehidupannya didunia.

Sedangkan bagi responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang

rendah yakni pada responden no. 41, 61, 63, 65, 66, 68, 79, 91, 100 hal tersebut

dikarenakan responden tidak rutin membaca karena rutinitas aktifitas mereka

dan tingkat pendidikan mereka yang rata – rata SD dan SMP, disamping itu

terdapat beberapa faktor kemungkinan seperti faktor membaca informasi

program Inisiasi dini hanya sekedar tahu, dan tidak ada keinginan untuk

mengingat informasi – informasi yang telah disampaikan.

62

Page 63: Tugas Akhir Komunikasi

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian dan pengamatan, maka peneliti

mempunyai saran, yaitu karena tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I

RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh depkes di surat kabar

memiliki skor yang sedang, maka media surat kabar sebaiknya lebih

memperhatikan lagi kritik, saran, usul maupun masukan yang diberikan oleh

pembacanya dengan tujuan agar pembaca lebih banyak memperoleh informasi –

informasi terbaru atau sebagai tambahan refensi tentang informasi kesehatan

dan diharapkan juga agar media surat kabar terus menampilkan berita – berita

terbaru / aktual mengenai kondisi kesehatan di Indonesia. Sehingga khalayak

dapat lebih tanggap mengenai masa depan negaranya.

LAMPIRAN I

KUISIONER

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Pendidikan terakhir :

4. Pekerjaan :

B. Media Eksposure

63

Page 64: Tugas Akhir Komunikasi

Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut anda

paling benar !

5. Jika anda membaca surat kabar, manakah yang sering anda baca ?

a. Kompas

b. Jawa Pos

c. Seputar Indonesia

d. Surya

e. Republika

f. Surabaya Pagi

6. Berapa kali anda membaca surat kabar dalam satu minggu ?

a. setiap hari

b. sering

c. jarang

7. Apakah anda membaca program – program di surat kabar ?

a. Membaca

b. Tidak membaca

8. Apakah anda pernah membaca program dari depkes mengenai

Inisiasi Dini ?

a. Pernah

b. Tidak Pernah

9. Berapa kali anda membaca program Inisiasi dini di surat kabar ?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. Lebih dari 3 kali

10. Apakah anda membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar sampai

selesai ?

a. ya

b. tidak

C. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Program Inisiasi Dini

11. Apakah anda mengetahui Hari ASI sedunia ?

64

Page 65: Tugas Akhir Komunikasi

a. Mengetahui, kapan..........................................................................

b. Tidak mengetahui

12. Apakah anda mengetahu Tema Pekan ASI sedunia ?

a. Mengetahui, Temanya.....................................................................

b. Tidak mengetahui

13. Apakah anda mengetahui salah satu penyebab tingginya angka

kematian bayi di setiap tahunnya ?

a. Mengetahui, penyebabnya..............................................................

b. Tidak mengetahui

14. Apakah anda mengetahui manfaat dari Inisiasi Dini ?

a. Mengetahui, manfaatnya.................................................................

b. Tidak mengetahui

15. Apakah anda mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif ?

a. Mengetahui, manfaatnya.................................................................

b. Tidak mengetahui

16. Apakah anda mengetahui arti dari kolostrum ?

a. Mengetahui, kolostrum adalah .......................................................

b. Tidak mengetahui

17. Apakah anda mengetahui salah satu penyebab terjadinya gizi buruk ?

a. Mengetahui, penyebabnya..............................................................

b. Tidak mengetahui

18. Apakah anda mengetahu isi pesan dari program Inisiasi Dini ?

a. Mengetahui, isi pesannya adalah....................................................

b. Tidak mengetahui

19. Apakah anda mengetahui bagaimana tata laksana Inisiasi Dini ?

a. Mengetahui, tata laksananya...........................................................

b. Tidak mengetahui

20. Apakah anda tahu siapakah artis yang sudah melakukan program

Inisiasi Dini ?

a. Mengetahui, namanya.....................................................................

b. Tidak mengetahui

65

Page 66: Tugas Akhir Komunikasi

21. Setelah anda membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar, apakah

anda mengetahui fungsi dari program tersebut ?

a. Mengetahui, fungsinya....................................................................

b. Tidak mengetahui

66