tugas

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan 492/MENKES/PER/IV/2010. Bakteri Coliform dijadikan indikator dalam menentukan kualitas bakteriologis air. Sumber air baku dapat diambil dari mata air, PDAM, sumur bor, sumur gali dan sumber lainnya yang telah direkomendasikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang tidak berkualitas. Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory Reseach dengan menggunakan desain Cross Sectional. Jumlah Sampel 41 sampel. Pemeriksaan kualitas air meliputi pemeriksaan bakteriologi yaitu bakteri Coliform. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi dari variabel yang diteliti, analisis menggunakan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang digunakan untuk air baku di depot air minum isi ulang desa dopang gunung sari terdiri dari dua sumber air baku yaitu, PDAM dan sumur gali. Sumber air baku yang digunakan yaitu PDAM sebanyak 27 depot dan air sumur gali sebanyak 14 depot. Hasil pemeriksaan jumlah Coliform pada sampel air minum isi ulang berdasarkan sumber air baku, depot yang positif mengandung Coliform sebanyak 21 sampel dan yang tidak mengandung Coliform sebanyak 20 sampel. 1

Upload: uthezain

Post on 28-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum

harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan

492/MENKES/PER/IV/2010.

Bakteri Coliform dijadikan indikator dalam menentukan kualitas bakteriologis air.

Sumber air baku dapat diambil dari mata air, PDAM, sumur bor, sumur gali dan sumber

lainnya yang telah direkomendasikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Diare adalah

salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang tidak berkualitas. Jenis penelitian

yang digunakan adalah Explanatory Reseach dengan menggunakan desain Cross Sectional.

Jumlah Sampel 41 sampel. Pemeriksaan kualitas air meliputi pemeriksaan bakteriologi yaitu

bakteri Coliform. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi dari variabel

yang diteliti, analisis menggunakan Mann-Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang digunakan untuk air baku di depot air

minum isi ulang desa dopang gunung sari terdiri dari dua sumber air baku yaitu, PDAM dan

sumur gali. Sumber air baku yang digunakan yaitu PDAM sebanyak 27 depot dan air sumur

gali sebanyak 14 depot. Hasil pemeriksaan jumlah Coliform pada sampel air minum isi ulang

berdasarkan sumber air baku, depot yang positif mengandung Coliform sebanyak 21 sampel

dan yang tidak mengandung Coliform sebanyak 20 sampel. Hasil uji statistik dengan Mann-

Whitney menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan jumlah

Coliform pada air minum isi ulang setelah pengolahan berdasarkan sumber air baku di depot

air minum isi ulang di desa dopang gunung sari pada Tahun 2014.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana cara menganalisa atau mendeteksi bakteri koliform dalam air minum isi

ulang pada depo di desa dopang gunung sari dengan uji pendugaan.

1.3. Tujuan penelitian

1

Sejalan dengan orientasi latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian

ini dilakukan untuk :

a. Mengobservasi dan menganalisis di laboratorium mutu air pada depo air minum isi

ulang di desa dopang gunung sari berdasarkan uji penduga pada standar kualitatif

pemeriksaan air

b. Mendapatkan informasi tentang sumber air baku yang dipergunakan pada depo air

minum isi ulang di desa dopang gunung sari

c. Mendeskripsikan dan menganalisis prosedur pemprosesan air minum yang

dilaksanakan pada depo air minum isi ulang di desa dopang gunung sari.

1.4. Ruang lingkup penelitian

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, sehingga lebih terarah maka dibatasi pada

kualitatif bakteri koliform pada depo air minum isi ulang di desa dopang gunung sari

1.5. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya kepada

konsumen air minum isi ulang dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan

masyarakat. Secara lebih rinci, manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1.5.1. Analisiss kualitas mutu air minum isi ulang berdasarkan kehadiran bakteri

koliform pada uji penduga, dapat digunakan untuk mengetahui apakah air minum

tersebut sudah terbebas dari mikroba atau ada cemaran mikrobanya sebagai upaya

perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.

1.5.2. Informasi tentang prosedur pemrosesan air minum yang dilaksanakan pada depo

air minum isi ulang akan memberikan dukungan terhadap analisis kualitas yang

dilaksanakan di laboratorium.

1.5.3. Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran pentingnya peningkatan

pengawasan kualitas air pada depo air minum isi ulang di desa dopang gunung

sari.

2

BAB II

PEMBAHASAN

Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan, hal ini terutama untuk

mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri.Kebutuhan air untuk masyarakat

Indonesia dapat diperinci untuk daerah perkotaan (kurang lebih 50.000 penduduk)

dibutuhkan air sekitar 120-200 liter/per orang/hari, sedangkan untuk daerah pedesaan saat ini

dibutuhkan air sekitar 60-80 liter/per orang/hari sudah dianggap memenuhi

Upaya untuk mempertahankan kualitas air minum agar aman dikonsumsi dan tidak

menimbulkan penyakit pada manusia, maka harus memenuhi persyaratan kualitas air secara

fisik, kimia, biologis dan radiologis karena kualitas air yang tidak memenuhi kualitas air

minum dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena air dapat sebagai Water

BorneDiseases yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan oleh air yang tidak sehat, seperti

diare, kolera, disentri, dan beberapa penyakit lainnya.

Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah

dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum

(Peraturan Pemerintah RI, Nomor 16 Tahun 2005). Sumber air baku dapat diambil dari mata

air, PDAM, sumur bor, sumur gali dan sumber lainnya yang telah direkomendasikan dari

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Masyarakat masih memiliki persepsi bahwa depot air

minum isi ulang ini, air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang

memenuhi syarat-syarat kesehatan, tetapi dalam kenyataannya air baku dapat diambil dari

berbagai sumber yang mungkin kurang memenuhi syarat kualitas air minum.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Mengetahui kualitas air minum isi ulang

yang di produksi depot air minum isi ulang di desa dopang gunung sari berdasarkan

persyaratan bakteriologis (jumlah Coliform) yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan mengetahui

sumber air baku di depot air minum isi ulang desa dopang gunung sari.

Faktor-faktor biotik yang terdapat di dalam air terdiridari bakteria, fungi, mikroalgae,

protozoa dan virus, serta kumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang tidak termasuk

kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi juga dapat

merugikan.

3

1. Menguntungkan

a. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan utama

ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut. Jenis-

jenis mikroalgae misalnya : Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia, Scenedesmus,

Tabellaria.

b. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad

”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau

merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya

dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis

c. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan

fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis akan

menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/bertambah, ini

yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air.

d. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad

pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi hasil

uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnnya ikan.

2. Merugikan

a. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab

penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus,Shigella penyebab

penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab

disentriamuba.

b. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium yang

hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya: Pseudomonas,Salmonella,

Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystis

c. Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut berasal

dari air pompa, missal di daerah permukiman baru yang tadinya persawahan. Ini

disebabkan oleh adanya bakteri besi missal Crenothrix yang mempunyai kemampuan

untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri.

4

d. Di permukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpanmenjadi

berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang misal Thiobacillus

yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.

e. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warna-

warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu

proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan

airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis

mikroalgae yang berperan didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis

aerugynosa.

Dalam keadaan blooming sering terjadi kasus-kasus :

a. Ikan mati, terutama yang masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis mikroalgae

tersebut dapat menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.

b. Korosi atau pengkaratan terhadap logam (yang mengandung senyawa Fe atau S),

karena di dalam massa mikroalgae penyebab blooming didapatkan pula bakteri Fe

atau S penghasil asam yang korosif. Ada pernyataan bahwa air jernih belum tentu

bersih. Ini dihubungkan dengan keadaan bahwa air, sejak keluar dari mata air, sumur,

ternyata sudah mengandung mikroba, khususnya bakteri atau mikroalgae. Pada air

yang kotor atau sudah tercemar, misal air sungai, air kolam, air danau dan

sumbersumber lainnya, disamping akan didapati mikroba seperti pada air jernih, juga

kelompok mikroba lainnya yang tergolong penyebab penyakit, penghasil toksin,

penyebab blooming, penyebab korosi,penyebab deteriorasi, penyebab pencemaran ini

adalah bakteri koliform

2.1. Karakteristik Air Minum

Air minum dipengaruhi oleh kondisi negara masing-masing, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dunia dilanda krisis air karena semakin menurunnya kualitas air

akibat pencemaran, maka dikeluarkan standar persyaratan kualitas air minum. Indonesia

memiliki standar persyaratan kualitas air ditetapkan oleh Departemen Kesehatan mulai tahun

1975, kemudian diperbaiki tahun 1990 dan diperbaiki lagi tahun 2002. Kualitas air minum

5

memiliki persyratan sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat - syarat dan Pengawasan Kualitas air minum,

adalah meliputi persyaratan: Bakteriologi, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik (Purwana dan

Rachmadi,2003).

2.2. Standarisasi Air Bersih dan Air Minum

Air bersih yang baik harus sesuai peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun

peraturan nasional atau setempat. Kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi

persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI

No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di

dalamnya harus sesuai (Widianti dan Ristiati, 2004).

Kualitas air tersebut menyangkut:

a. Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air

dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di

dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Kekeruhan di

dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.

b. Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang

membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti

antara lain residu pestisida. Senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan

warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air.

Kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di

dalam air.

c. Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit,

terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak

berbau. Air minum juga tidak mengandung kuman patogen dan segala mahkluk yang

membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat

mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan secara

ekonomis (Dwidjoseputro, 1990).

6

2.3. Pengolahan Air Minum

Pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu

zat. Hal ini sangat penting artinya bagi air minum. Perkembangan peradaban serta semakin

banyaknya aktivitas manusia, maka akan menambah pencemaran terhadap air. Laporan

keadaan lingkungan di dunia pada tahun 1992 menyatakan bahwa air sudah saatnya menjadi

benda ekonomis, karena itu pengelolaan sumber daya air sangat penting. Pengolahan air

minum dilakukan tergantung dari kualitas air baku yang digunakan baik pengolahan

sederhana sampai dengan pengolahan yang kompleks. Pengolahan air baku ini dimaksudkan

untuk memperbaiki kualitas air sehingga aman dan tidak membahayakan bagi kesehatan

masyarakat yang menggunakannya (Suriawiria, 1996).

2.3.1. Prinsip pengolahan air minum terdiri dari  (Suriawiria, 1996):

1. Pengolahan Fisik

Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran

kasar, penyisiran lumpur serta mengurangi zat-zat organik.

2. Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat kimia

untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan kapur.

3. Pengolahan Bakteriologis

Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang

terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan bahan desinfektan.

Prinsip pengolahan air minum terdiri dari  (Suriawiria, 1996):

a. Pengolahan Fisik

Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-

kotoran kasar, penyisiran lumpur serta mengurangi zat-zat organik.

b. Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat

kimia untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan

kapur.

c. Pengolahan Bakteriologis

7

Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang

terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan bahan

desinfektan.

4. Ultraviolet.

Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi,

sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinarultraviolet. Intensitas lampu

ultraviolet yang dipakai harus cukup. Sanitasi air yang efektif diperlukan

intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (micro watt detik per sentimeter persegi).

Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan

waktunya cukup. Residu atau hasil samping tidak ada dari proses penyinaran

dengan UV. Lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling

lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter

halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik,

dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).

5. Ozonisasi.

Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen,

termasuk virus. Penggunaan ozon menguntungkan karena pipa, peralatan dan

kemasan akan ikut di sanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih

terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi

air yang efektif disamping sangat aman.

2.4. Penjernihan Air Minum

Penjernihan air minum dapat dilakukan dengan proses filtrasi. Filtrasi adalah proses

penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi dari air melalui media berpori-pori.

Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi berbentuk

butiran yang disebut media filter. Media filter biasanya pasir atau kombinasi pasir,

anthracite, garnet, polystyrene dan beads. Filter dengan bahan anthracite, kecepatan

filtrasinya dapat diperbesar menjadi 1,5 – 2 kali saringan kasir. Pasir yang paling baik untuk

bahan filter adalah pasir yang mengandung kuarsa (SiO2) lebih besar atau sama 90,8 %

(Winarno,1993).

8

Penghilangan zat padat tersuspensi dengan penyaringan memainkan peranan penting,

baik yang terjadi dalam pemurnian alami dari air tanah maupun dalam pemurnian buatan

dalam pemurnian instalasi pengolahan air (Sutrisno dan Eny, 1997).

Penyaringan (filtrasi) dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) filtrasi dengan pasir dan 2)

filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran besar (>3 mikrometer),

mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil (0,08 mikrometer),

ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul, nanofiltrasi dapat memisahkan mikromolekul

dan ion-ion bervalensi dua (misalnya Mg,Ca). Ion-ion dapat dipisahkan dengan membran

”reverses osmosis”. Penggunaan mikrofiltrasi dapat memisahkan bakteri, dan penggunaan

ultrafiltrasi dapat memisahkan bakteri dan virus (Widianti dan Ristiati, 2004).

Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan cara koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi

pasir atau membran filtrasi (mikrofiltrasi). Bahan-bahan terlarut dapat dihilangkan dengan

aerasi (misalnya Fe dan Mn), oksidasi (misalnya dengan ozonisasi atau radiasi UV), adsorpsi

dengan karbon aktif atau mebran filtrasi (reversed osmosis) (Widianti dan Ristiati, 2004).

Proses pengolahan air minum pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis

polutan, baik pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis. Bisnis air minum isi ulang

merupakan fenomena yang tidak dapat dihilangkan. Pengaturan berupa standar produk dan

prosesnya sangat diperlukan dalam mengawasi pelaksanaanya. Pihak konsumen akan

terlindungi dan juga usaha air minum isi ulang itu sendiri.

Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan

bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-bakteri

indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia.

Bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap

pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus

manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya

(Widianti dan Ristiati, 2004).

Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi

kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu.

Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif,

tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa

dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC. Bakteri koliform

9

yang berada di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang

bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan

(Suriawiria,1996).

a. Bakteri Coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan

(Suriawiria, 1996):

1. Coliform fekal, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal dari tinja manusia.

2. Coliform non fekal, seperti aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari tinja

manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati.

b. Sifat-sifat Coliform Bacteria yang penting adalah (Suriawiria, 1996):

1. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan

berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan

beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.

2. Mempunyai sifat dapat mensistesa vitamin.

3. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,50C.

4. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.

5. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.

6. Pseudomonas aerogenes dapat menyebabkan pelendiran.

10

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis rancangan penelitian

Desain penelitian Eksperimen dengan menggunakan metode perbandingan, umumnya

menggambarkan hubungan sebab akibat melalui pemanipulasian variabel independen

(misalnya : treatment, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh

manipulasi tadi. Efek dari manipulasi tersebut disebut variabel dependen

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa dopang gunung sari, waktu penelitian bulan 12 Januari

2014.

3.3. Subjek penelitian

Air yang diambil berasal dari air sumur gali di desa dopang gunung sari yang di indikasi

kan mengalami pencemaran oleh bakteri koliform.

3.4. Identifikasi variable penelitian

Variabel bebas (x) : Air sumur gali di desa dopang gunung sari

Variabel terikat (y) : Kadar pencemaran air oleh Bakteri koliform.

3.5. Cara Kerja

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berdasarkan observasi lapangan dengan mengambil contoh

sampel air minum isi ulang sebanyak 100 ml yang ada di Kecamatan desa dopang gunung

sari yang terduga telah tercemar bakteri koliform. Uji air minum isi ulang tersebut dapat

dilakukan setelah uji pendahuluan di desa dopang gunung sari yang meliputi persiapan

alat-alat, pelaksanaan dan pengamatan.

2. Pelaksanaan Pengujian Air Minum Sampel

11

Pelaksanaan meliputi pengambilan sampel pada beberapa depot air minum isi

ulang (DAMIU), dan dilanjutkan dengan menggunakan uji penduga dengan 9 tabung

(seri 3-3-3). Media pertumbuhan menggunakan kaldu laktosa yang masing-masing

tabung berisi 9 ml dilengkapi tabung durham dengan posisi terbalik. Tiga seri tabung

pertama diisikan 10 ml air minum sampel, tiga seri tabung kedua diisikan dengan 1 ml air

minum sampel, dan tiga seri tabung ketiga diisikan 0,1 ml air sampel. Tahap selanjutnya

inkubasi selama 1-2 X 24 jam dengan diamati pembentukan gas pada tabung durham dan

berubahnya media menjadi keruh yang menandakan media menjadi asam karena adanya

aktivitas bakteri koliform. Hasil selanjutnya dianalisis dengan metode MPN (Most

Probable Number) atau metode JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) dengan penggunaan seri

3-3-3.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pemilik dan karyawan depot air minum isi ulang

mengenai bahan baku produksi dan proses pengolahannya.

4. Pengumpulan Dokumen

Hasil wawancara dan pengujian berupa data yang dikumpulkan dan disusun

sebagai bahan acuan pembanding antara hasil pengujian di laboratorium dan di lapangan

yakni sumber bahan baku dan prosesnya menjadi produk.

5. Analisis Data

Analisis data berdasarkan kehadiran bakteri koliform melalui uji penduga

dibandingkan dengan tabel MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan

Terdekat) (Cappuccino & Sherman, 1987).  Tabel tersebut dapat digunakan untuk

memperkirakan jumlah bakteri colifom dalam 100 ml sampel air.

12

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup

lainnya. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 65 % air. Makhluk hidup yang kekurangan air

cukup banyak dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian. Manusia

memerlukan 2,5 – 3 liter air untuk minum dan makan (Sutjahyo,2000).

Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari,

tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Air minum harus memenuhi persyaratan fisik,

kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).

Data Departemen Kesehatan (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak

berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Air dari sumber alam dapat

diminum oleh manusia tetapi masih terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri

(misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan memasak

air hingga 1000 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan

cara ini (Suprihatin dalam kompas, 2003).

Air tawar bersih yang layak minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai yang

menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah

organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman

dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun

air permukaan.  Hal ini membuat semakin banyak industri pengolahan air minum dalam

kemasan (AMDK) yang menjawab tantangan dalam penyediaan air bersih terutama air

minum.

13

DAFTAR PUSTAKA

Athena, Sukar, Hendro, M.D, Anwar, M dan Haryono.  2003.  Kandungan Bakteri Total Coli

dan Escherichia coli pada air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang, dan

Bekasi.  Puslitbang Ekologi Kesehatan.  Jakarta

Departemen Kesehatan.  2004.  Kumpulan Perundang-Undangan di Bidang Makanan.  Bhakti

Husada.  Jakarta

Hartini, S.  2009.  Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kontaminasi Deterjen Pada Air

Minum Isi Ulang di Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kendal.  Tesis Program Magister

Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro.  Semarang

Purwana dan  Racmadi.  2003.  Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum. 

Depkes RI – WHO.  Jakarta

Siswanto.  2004.  Mencegah Depot Air Minum Isi Ulang Tercemar.   http://www.hakli.or.id. 

Diakses tanggal 1 April 2012

Suprihatin.  2003.  Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri Coliform.  Tim Penelitian

Laboratorium Teknologi dan Manajemen lingkungan.   IPB dalam Kompas Sabtu 26 April.

Jakarta

Sutrisno, T.C dan Eny, S.  1997.  Teknologi Penyediaan Air Bersih.  Rineka Cipta.  Jakarta

Widianti, P.M dan Ristiati, N.P.  2004.  Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air

Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali.  Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas P-MIPA IKIP

Negeri Singaraja.  Bali

Zuhri, S.  2009.  Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di  Kecamatan Jebres Kota

Surakarta.  Skripsi.  Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.  Surakarta

14