tugas
DESCRIPTION
ayaTRANSCRIPT
Colonic Stent
Colonic stent adalah tabung metalik yang fleksibel yang didesain khusus untuk membuka
bagian dari usus besar yang mengalami obstruksi baik total maupun parsial. Colonic stent
digunakan pertama kali oleh Dohmoto pada tahun 1990 untuk terapi paliatif pada kasus
obstruksi usus fase akut.
Obstruksi pada usus besar dapat mengakibatkan hambatan aliran feses. Pemasangan stent
dapat mengurangi obstruksi yang terjadi sehingga aliran feses tidak terhambat. Hal ini dapat
dilakukan untuk menunda operasi, atau sebagai tindakan paliatif. Pemasangan stent dikontra
indikasikan pada pasien yang mengalami perforasi.
Prosedur:
Pertama dilakukan tindakan colonoscopy untuk membantu melihat kondisi di dalam colon.
Setelah itu dimasukkan kabel pemandu dan kateter berdiameter kecil ke dalam rectum.
Kemudian dimasukkan medium kontras ke dalam colon untuk melihat dengan jelas posisi
sumbatan tersebut. Posisi sumbatan dapat dilihat dengan bantuan foto x-ray. Setelah terlihat
dengan jelas posisi sumbatan, kateter dilepaskan, kemudian dimasukkan lagi kateter berisi
stent sampai berada tepat di posisi sumbatan. Kateter kemudian dilepaskan kembali, namun
stent tetap ditinggalkan di usus besar.
Komplikasi:
1. Migrasi. Stent dapat bergeser sehingga diperlukan pencabutan stent dan pemasangan
ulang stent. Gejalanya berupa rasa nyeri dan gejala sebelum pemasangan stent dapat
dirasakan kembali.
2. Reobstruksi. Terjadi sumbatan pada stent sehingga diperlukan pemasangan stent kedua.
Gejalanya biasanya berupa rasa kembung, mual dan muntah, tidak bisa flatus dan BAB
3. Perforasi usus besar.
4. Perdarahan yang dikarenakan oleh gesekan antara stent dengan tumor
5. Nyeri. Rasa nyeri dapat dirasakan beberapa saat, namun jika nyeri terjadi terus menerus
kemungkinan dapat terjadi reobstruksi atau malposisi.
Keuntungan pemasangan stent:
1. Stent dapat mengurangi gejala yang dirasakan oleh pasien.
2. Stent dapat dilakukan sebagai altrernatif dari tindakan operasi jika keadaan umum dari
pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi.
Setelah pemasangan stent, pada hari pertama pasien hanya diperbolehkan makan dalam
makanan bentuk cair. Hari kedua pasien sudah boleh makan makanan padat yang rendah
serat. Hari ketiga pasien boleh memakan daging atau sayuran yang sudah dimasak dengan
matang sebelumnya. Pasien harus meminum banyak air putih. Pengencer feses atau laxative
dapat diberikan kepada pasien.
Kateterisasi
Kateterisasi urine adalah tindakan memasukkan selang kateter kedalam kandung kemih
melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
Indikasi:
1. Untuk mengambil sample urine
2. Pengukuran residual urine
3. Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukkan dalam kandung kemih melalui kateter
4. Untuk pemeriksaan urodinamik
Jenis pemasangan kateter urine:
1. Indwelling catheter yang biasa disebut juga dengan retensi kateter atau folley catheter
2. Intermitten catheter yang digunakan untuk jangka pendek (hanya selama 5-10 menit) dan
pasien dapat diajarkan untuk memasang dan melepas sendiri kateternya
3. Suprapubik kateter kadang-kadang digunakan untuk pemakaian secara permanen.
Macam-macam kateter dibedakan berdasarkan:
1. Bentuk
a. Straight : lurus tanpa cabang
i. Robinson catheter
ii. Nelaton catheter
b. Coude catheter
i. Tiemann catheter
c. Self retaining catheter
i. Molecot catheter
ii. Folley catheter
2. Bahan
a. Lateks
b. Silikon
c. Lateks dilapisi silikon
d. Stainless
3. Sifat pemakaian
a. Permanen
b. Sementara
4. Jumlah percabangan
a. Cabang dua
b. Cabang tiga
Saat ini ukuran kateter yang biasanya digunakan adalah kalibrasi French (FR) atau disebut
juga Charriere (CH). Ukuran tersebut didasarkan atas ukuran lingkaran diameter kateter
tersebut misalkan 18 FR atau CH 18 mempunyai diameter 6 mm dengan patokan 1 FR = CH
1 berdiameter 0,33 mm. Ukuran pada kateter menunjukkan diameter luarnya, bukan
lumennya. Besar kecilnya diameter kateter yang digunakan ditentukan dengan tujuan untuk
menentukan pemasangan pada pasien dewasa.
Robotic Assisted Laparoscopic Radical Prostatectomy (RALRP)
RALRP adalah pengangkatan dari prostat, vesicula seminalis, dan terkadang juga nodus
limfatikus dengan menggunakan robot dengan akses minimal. Prosedur ini dilakukan
dibawah anestesi umum.
Prosedur:
Pasien puasa 6 jam sebelum operasi. Pasien harus BAB pada pagi hari sebelum operasi.
Dapat diberikan antibiotik profilaksis sebelum operasi. Pasien diposisikan Trendelenburg
untuk memudahkan akses ke daerah pelvis. Operasi ini menggunakan robotic assistance
dilakukan dengan teknik laparoscopy dimana akan dimasukkan sebuah trokar kecil melalui
kulit pasien. Selama prosedur dokter akan duduk di konsol remote control jarak pendek dari
pasien dan meja operasi, dan menggunakan pedal kaki untuk mengontrol sistem. Teknik ini
menggunakan teleskop 11mm yang dapat menampilkan gambar stereoskopis 3D yang
diperbesar pada konsol sehingga memungkinkan dokter bedah untuk memvisualisasikan
prosedur lebih detail. Gerakan robot sesuai dengan gerakan tangan operator. Sistem robot ini
juga meningkatkan ketepatan dengan cara mengurangi tremor dokter bedah, dan alat ini
memiliki kemampuan gerak 70 termasuk kemampuan rotasi sehingga gerakannya menyerupai
pergelangan tangan manusia.
Setelah selesai operasi biasanya dipasang drain. Setelah operasi pasien boleh makan dan
minum serta mobilisasi sesegera mungkin. Mobilisasi biasanya dilakukan 4 jam setelah
operasi. 1 hari setelah operasi drain dapat dilepas. Pasien dipulangkan jika sudah bisa
mobilisasi, makan dan minum, dan setelah diberi penjelasan cara merawat kateter. Pasien
kontrol dalam 7-10 hari untuk melepas kateter.
Indikasi:
Prosedur ini dilakukan pada pasien dengan kanker prostat sehinnga prostat, vesicula
seminalis, dan jaringan disekitarnya dapat diangkat untuk meningkatkan kemungkinan
terambilnya semua sel kanker.
Kontra indikasi:
Pasien yang telah dilakukan operasi BPH sebelumnya, pasien dengan ukuran prostat yang
besar yang memiliki kemungkinan perdarahan.
Keuntungan RALRP:
1. Luka lebih kecil
2. Nyeri lebih ringan
3. Perdarahan minimal
4. Waktu rawat inap lebih singkat
Kerugian:
1. Alat terbatas
2. Mahal
Efek samping operasi:
1. Kesulitan mengontrol buang air kecil, sulit ereksi, ketidak mampuan untuk ejakulasi
2. Scar pada kandung kemih, inkontinensia urine yang berat, perdarahan, penis memendek
3. Infeksi nosokomial, rectal injury