tuba eustachius

28
BAB I PENDAHULUAN 1. Anatomi Telinga Tengah Telinga tengah merupakan suatu ruang di tulang temporal yang terisi oleh udara dan dilapisi oleh membran mukosa. Pada bagian lateral, telinga tengah berbatasan dengan membran timpani, sedangkan pada bagian medial berbatasan dengan dinding lateral telinga dalam. Teinga tengah terdiri dari dua bagian, yaitu kavum timpani yang secara langsung berbatasan langsung dengan membrane timpani dan resessus epitimpanika pada bagian superior. Telinga tengah terhubung dengan area mastoid pada bagian posterior dan nasofaring melalui suatu kanal yang disebut tuba Eustachius (pharyngotympanic ) 1

Upload: aprianus-abo-cindaya

Post on 08-Aug-2015

760 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: tuba eustachius

BAB I

PENDAHULUAN

1. Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah merupakan suatu ruang di tulang temporal yang terisi oleh udara dan

dilapisi oleh membran mukosa. Pada bagian lateral, telinga tengah berbatasan dengan

membran timpani, sedangkan pada bagian medial berbatasan dengan dinding lateral telinga

dalam. Teinga tengah terdiri dari dua bagian, yaitu kavum timpani yang secara langsung

berbatasan langsung dengan membrane timpani dan resessus epitimpanika pada bagian

superior.

Telinga tengah terhubung dengan area mastoid pada bagian posterior dan nasofaring

melalui suatu kanal yang disebut tuba Eustachius (pharyngotympanic )

Gambar 1.1. Anatomi Telinga Tengah

1

Page 2: tuba eustachius

2. Tuba Eustachius

Merupakan saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Panjangnya

pada dewasa kurang lebih 37-40 mm dan pada anak dibawah umur 9 bulan kurang lebih 17,5

mm. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring, tuba ini

berjalan ke arah inferomedial sehingga ada perbedaan level antara muara pada cavum

tympani dan muara pada nasofaring (sekitar 15 mm).

Anatomi tuba eustachius ini dibagi menjadi 2 bagian : pars osseus dan pars cartilaginea.

Pertemuan antara pars osseus dan pars cartilaginea merupakan daerah yang paling sempit

yang dinamakan isthmus.

Pars osseus bermuara pada dinding anterior cavum tympani, bagian ini merupakan

bagian yang selalu terbuka dan merupakan 1/3 dari panjang tuba.

Pars cartilaginea merupakan 2/3 dari panjang tuba, berbentuk seperti terompet. Bagian

ini bermuara pada nasofaring dan selalu berada dalam keadaan tertutup, hanya sewaktu-

waktu terbuka yaitu apabila ada kontraksi dari m. levator dan m. tensor veli palatina, yaitu

pda waktu orang menguap atau menelan.

Fungsi dari tuba eustachius :

1. Menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar 1

atm.

2. Menjamin ventilasi udara dari cavum tympani.

2

Page 3: tuba eustachius

Pada bayi ternyata tuba eustachius letaknya lebih horizontal, lumennya relatif lebih besar

sehingga keadaan ini membawa akibat seringnya terjadi otitis media pada bayi.

Gambar I.2. Gambar perbedaan Tuba Eustachius pada anak dan dewasa

Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan

masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba

dibantu oleh otot tenso veli palatini apabila perbedaan tekanan berbeda antara 20-40 mmHg.

3

Page 4: tuba eustachius

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Disfungsi Tuba Eustachius

Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba eustachius atau

tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan

obstruksi tuba. Udara tidak dapat masuk ke dalam telinga tengah. Padahal, tekanan udara di

luar membran timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah. Keadaan

ini mendorong membran timpani masuk ke dalam. Membran timpani menjadi tegang dan

tidak bergetar dengan baik ketika dilalui oleh gelombang suara.

Gejala utamanya yaitu pendengaran tidak tajam. Dapat juga dirasakan nyeri pada telinga

karena membran timpani menjadi tegang. Gejala lain yang bisa muncul termasuk: terasa

penuh dalam telinga, tinnitus (telinga berdenging), dan pusing. Salah satu atau kedua

telinga dapat terkena.

Gejala dapat muncul dari beberapa jam hingga beberapa minggu atau lebih. Hal itu

tergantung penyebabnya. Pada kasus pilek batuk, gejala akan hilang dalam kurang lebih

seminggu. Saat gejala sudah ringan, penderita akan mendapat sensasi suara dalam telinga.

Selain itu, pendengaran berkurang akan hilang dan timbul pada beberapa waktu sebelum

kembali pulih.

2.2. Etiologi Disfungsi Tuba Eustachius

Disfungsi Tuba Eustachius terjadi bila tuba eustachius ter-blok atau jika dinding tuba

membengkak atau jika tuba tidak dapat terbuka yang seharusnya untuk mengalirkan udara

ke telinga tengah.

4

Page 5: tuba eustachius

2.3 ISPA

Hal ini merupakan penyebab tersering dari Disfungsi Tuba Eustachius. Hidung yang

tersumbat atau mucus yang timbul saat flu atau infeksi lain dapat mem-blok tuba eustachius.

Satu infeksi dapat menyebabkan tuba eustachius menjadi radang dan bengkak. Pada umunya

orang akan mengalami satu atau lebih tahap saat mereka terkena flu dan ada saatnya mereka

tidak dapat mendengar dengan baik karena adanya disfungsi tuba eustachius. Gejala – gejala

pada disfungsi tuba eustachius dapat muncul sampai lebih dari seminggu (bahkan lebih lama)

atau setelah infeksi sudah tidak ada. Hal ini karena terperangkapnya mucus dan

pembengkakan dapat menghambat pembersihan walaupun infeksi sudah lama hilang.

2.4 Alergi

Alergi yang mengakibatkan efek pada hidung seperti perinial rhinitis dapat

mengakibatkan mucus berlebih dan peradangan sekitar tuba eustachius yang berujung pada

disfungsi tuba eustachius.

2.5 Blockages

Segala sesuatu yang mengakibatkan tertutupnya tuba eustachius dapat berujung disfungsi

tuba eustachius. Sebagai contoh, pembesaran adenoid. Disfungsi tuba eustachius jarang dapat

menjadi suatu gejala dari tumor yang terjadi pada bagian belakang hidung.

2.6 Penerbangan / Menyelam (Barotrauma)

Beberapa orang merasakan rasa sakit di telinga ketika mendarat saat melakukan

penerbangan. Hal itu karena tidak seimbangnya tekanan yang terjadi di sisi lain dan

membrane timpani saat pesawat turun. Saat pesawat turun, tekanan udara menjadi tinggi di

sekitar. Hal ini mendorong membran timpani masuk ke dalam dan dapat mengakibatkan rasa

sakit. Pada banyak orang, menelan dan mengunyah menyebabkan udara naik ke tuba

eustachius untuk menyamakan tekanan.

Beberapa penerbangan menawarkan hidangan ketika pesawat akan mendarat dengan

tujuan agar kita melakukan tindakan menelan dan mengunyah. Kenapa dibagikan permen

saat mau mengudara dan mendarat? Karena kalau kita mengisap/mengemut permen kita

5

Page 6: tuba eustachius

menelan. Selama proses menelan itu otot – otot di sekitar tenggorokan ikut membantu

rongga/saluran dari dalam ke luar sehingga tekanan udara dalam telinga bisa diseimbangkan

dengan tekanan udara luar. Tapi kalau sedang flu, rongga tersebut tersumbat oleh

slime/mucus ataupun pembengkakan/radang sehingga sulit terjadi proses penyeimbangan

tekanan.

Saat mengudara rongga dalam telinga masih bertekanan normal / sesuai di darat,

sedangkan karena pesawat bertambah tinggi maka tekanan udara kabin berkurang. Artinya

dalam rongga telinga tekanan udaranya lebih besar dari pada di luar / cabin. Demikian

sebaliknya ketika mendarat. Dengan melakukan menelan air liur biasanya bisa terbuka

saluran tadi. Tetapi jika tersumbat akan terasa sakit.

Bagaimanapun juga jika kita memiliki tuba eustachius yang sempit, pilek atau hal lain

yang mengakibatkan ter-bloknya tuba eustachius dan tidak seimbangnya tekanan dapat

menyebabkan disfungsi tuba eustachius dan bahkan rasa sakit pada telinga.

Gambar II.1. gambaran perbedaan tekanan udara ditelinga

6

Page 7: tuba eustachius

Diagnosa

Anamnesa

Endoskopi → M. timpani hiperemi

Autoskop dengan valsava

Tympanometri

Pengobatan

Kadangkala, tidak ada pengobatan khusus yang dilakukan.

Pada banyak kasus, DTE yang terjadi termasuk ringan dan tidak berlangsung lama sekitar

beberapa hari dampai satu minggu. Sebagai contoh, DTE karena pilek batuk. Tidak ada

pengobatan khusus yang dibutuhkan dan gejala dengan segera akan hilang.

Mencoba mengalirkan udara ke Tuba Eustashius

Udara mengalir dan keluar dari tuba eustachi saat menelan, menguap dan mengunyah. Selain

itu, dapat dilakukan hal berikut. Tarik napas dalam-dalam. Lalu, coba untuk membuang napas

dengan mulut tertutup dan menjepit hidung (valsava maneuver). Dengan cara ini, tidak ada

udara yang keluar tapi kita dapat mendorong udara masuk ke dalam tuba eustachi. Jika

melakukan hal ini, kita akan merasakan udara terdorong masuk ke dalam telinga tengah. Hal

ini baik untuk dicoba jika telinga terasa sakit ketika pesawat mendarat/landing.

Dekongestan Nasal Spray/tetes

Hal ini disarankan oleh dokter jika mengalami batuk pilek atau hal lain yang menyebabkan

hidung tersumbat. Kita dapat mendapatkannya di bagian farmasi. Bagaimanapun juga, kita

tidak boleh menggunakan nasal dekongestan spray atau tetes lebih dari 5-7 hari. Jika

menggunakan lebih lama, akan memperburuk kongesti di nasal.

Antihistamine

Hal ini akan disarankan oleh dokter jika mempunyai alergi. Pada situasi ini, antihistamin akan

membantu untuk memperingati kongesti nasal dan peradangan.

7

Page 8: tuba eustachius

Steroid nasal spray

Spray nasal steroid dapat disarankan oleh dokter jika diduga ada alergi atau penyebab lain

peraadangan persisten di hidung. Obat ini bekerja mengurangi peradangan di hidung. Hal ini

memerlukan beberapa hari bagi spray steroid untuk memberikan efek yang penuh. Oleh

karena itu, penderita tidak akan mengalami gejala penyembuhan dengan cepat saat awal mula

pemakaian. Bagaimanapun, jika segala peradangan dikurangi di belakang hidung, tuba

eustachi akan berfungsi lebih baik.

Di rujuk ke spesialis

Jika gejala berlangsung terus-menerus atau penyebab dari disfungsi tuba eustachi belum

hilang, penderita akan dirujuk ke specialist. Pengobatan tergantung pada penyebab-penyebab

yang ditemukan.

Pencegahan

Pada pasien ISPA/alergi sebaiknya tidak berpergian ke daerah dengan ketinggian yang

berbeda.

Untuk menyamakan tekanan di telinga tengah.

Menguap

mengunyah permen karet

Valsava

menelan

2.7 Tuba Terbuka Abnormal

Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke

telinga tengah waktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan lemak

disekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat, penyakit kronis tertentu

seperti rhinitis atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis,

penggunaan obat anti hamil pada wanita dan penggunaan esterogen pada laki-laki.

8

Page 9: tuba eustachius

Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara

sendiri terdengar lebih keras) keluhan ini kadang sangat mengganggu sehingga pasien

mengalami stress berat.

Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membrane timpani yang atrofi, tipis dan bergerak

pada respirasi (a telltale diagnostic sign).

Pengobatan pada keadaan ini kadang-kadang cukup dengan memberikan obat penenang

saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi (Grommet)

2.8 Obstruksi Tuba

Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan nasofaring,

peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada

penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media

serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral

harus dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. Sumbatan mulut tuba di

nasofaring juga dapat terjadi oleh tampon posterior hidung (bellocq tampon) atau oleh

sikatrik yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi).

2.9 Kelainan Telinga Tengah (Otitis Media)

Terdapat beberapa kelainan yang bisa kita temukan di telinga tengah, seperti gangguan

fungsi tuba eustachius, barotrauma (aerotitis), otitis media, otosklerosis, dll. Namun dalam

blog ini hanya akan di bahas otitis media karena kelainan inilah yang paling sering

ditemukan di klinik.

2.9.1 Otitis Media

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

    

9

Page 10: tuba eustachius

Catatan :

Otits Media Supuratif Akut  < 3 mgg

Otitis Media Sub Akut  > 3 mgg sampai 2 bulan

Otitis Media Supuratif Kronik > 2 bln

Sumber : Buku THT FKUI

2.9.2 Otitis Media Supuratif

2.9.2.1 Otitis Media Supuratif Akut (OMSA)

Definisi dan Patogenesis

Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu

atau kurang karena infeksi bakteri piogenik.

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara

fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya pencegahan masuknya mikroba ke

dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.

10

Page 11: tuba eustachius

Otitis media akut terjadi karena pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius

merupakan faktor utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu,

pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk

ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.

Dikatakan juga, pencetus terjadinya OMSA adalah infeksi saluran napas atas.

Pada anak, makin sering terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan

terjadinya OMSA. Pada bayi, terjadinya OMSA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya

pendek, lebar, dan letaknya agak horisntal.

Kuman penyebab utama ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus

hemolitikus, Stafilokokus aureus,Pneumokokkus. Selain itu kadang ditemukan juga hemofilus

influenza, Escheria coli, Streptokokus anhemolitikus.  

Stadium dan Terapi

a.     Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membran timpani akibat

terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorbsi udara.

Hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa hidung dan nasofaring karena infeksi

saluran napas atas berlanjut ke mukosa tuba eustachius. Akibatnya mukosa tuba eustachius

mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba eustachius.

Kadang-kadang membran timpani tampak normal, atau berwarna keruh (pucat).

Keluhan yang dirasakan : telinga terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran

terganggu, nyeri pada telinga (otalgia), tinnitus.

Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membran timpani berubah menjadi retraksi /

tertarik ke medial dengan tanda-tanda lebih cekung, brevis lebih menonjol, manubrium

mallei lebih horizontal dan lebih pendek, plika anterior tidak tampak lagi, dan refleks cahaya

hilang atau berubah (memendek).

Terapi : pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga

tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk itu diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin

0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan

fisiologik (>12 tahun).

11

Page 12: tuba eustachius

b.     Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani.

 Seluruh mukosa membran timpani tampak hiperemis serta edem.

Sekret yang telah terbentuk masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

Terapi : antibiotik (yang dianjurkan golongan penisilin atau ampisilin), obat tetes hidung,

analgetika. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal 7 hari. Bila alergi dengan penisilin,

amak diberikan eritromisin.

Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.

c.     Stadium Supurasi (Bombans)

Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, terbentuk

eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging)

ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di

telinga bertambah berat.

 Apabila tekanan di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan

pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa

dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih

lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

 Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka

kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.

 Terapi : Pemberian antibiotik dan miringotomi (bila membran timpani masih utuh). Dengan

melakukan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

d.     Stadium Perforasi

Tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan mucous dapat menimbilkan

perforasi pada membran timpani.

Terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi dapat mengakibatkan

terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.

 Keluhan yang dirasakan sudah banyak berkurang (karena tekanan di kavum timpani

berkurang), keluar cairan di telinga, penurunan pendengaran, keluhan infeksi saluran napas

atas masih dirasakan.

12

Page 13: tuba eustachius

Pada pemeriksaan otoskopi meatus eksternus masih didapati banyak mukopus dan setelah

dibersihkan akan tampak membran timpani yang hiperemis dan perforasi paling sering

terletak di sentral.

Terapi : cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya

sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari.

e.     Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan

kembali normal. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya

kering.

Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walau

tanpa pengobatan.

Komplikasi

Bila setelah 3 minggu pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi

mastoiditis.

OMSA dapat menimbulkan gejala sisa (sekuele) berupa otitis media serosa bila sekret

menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Bila OMSA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka

keadaan ini disebut otitis media supuratif sub akut.

Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar selama satu setengah sampai 2 bulan, maka

keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).

Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang

terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh

pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.

Prognosis

Prognosis pada OMSA baik bila terapi yang diberikan adekuat.

13

Page 14: tuba eustachius

2.9.3      Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

                                                                                                               

Pendahuluan

OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret

yang keluar dari liang telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin

kental, bening, atau berupa nanah.

 Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang

terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh

pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.

OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai

setelah dewasa.

Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),

mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius.

14

Page 15: tuba eustachius

Klasifikasi

a.     Berdasarkan letak perforasi di membran timpani, OMSK terbagi atas :

Perforasi sentral : perforasi terdapat di pars tensa (tengah) membran timpani. Bisa antero-

inferior, postero-inferior, dan postero-superior, kadang-kadang sub total.  Sedangkan di

seluruh tepi perforasi masih ada membran timpani.

Perforasi marginal: sebagian dari tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau

sulkus timpanikum. Referensi lain menuliskan perforasi marginal merupakan perforasi pada

pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.

Perforasi atik : perforasi yang terletak di pars flasida.

b.     Berdasarkan jenis serangan, OMSK terbagi atas:

OMSK tipe benigna (= tipe mukosa = tipe jinak = tipe aman)

 Proses peradangan terbatas pada mukosa, biasanya tidak mengenai tulang.

 Perforasi terletak di sentral (pars tensa)

Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya

Tidak terdapat kolesteatom

OMSK tipe maligna ( = tipe tulang = tipe ganas = tipe bahaya)

OMSK yang disertai dengan kolesteatom

Perforasi terletak di marginal atau atik

Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna

b.     Berdasarkan aktivitas sekret, OMSK terbagi atas :

OMSK aktif : OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.

OMSK tenang : OMSK dengan keadaan kavum timpani yang terlihat basah atau kering.

Etiologi Penyebab OMSK antara lain :

Lingkungan

Genetik

otitis media sebelumnya

infeksi saluran napas atas

autoimun

alergi

gangguan fungsi tuba eustachius

15

Page 16: tuba eustachius

Gejala Klinis

Telinga berair (otore)

Gangguan pendengaran

Otalgia (nyeri telinga)

Vertigo

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung dari jenis OMSK dan luasnya infeksi, dimana penatalaksanaan

terbagi atas pengobatan konservatif dan operasi.

2.9.4 Otitis Media Non Supuratif (Otitis Media Serosa)

Pendahuluan

Sinonim : otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media

sekretoria, otitis media mukoid (glue ear)

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah,

sedangkan membran timpani utuh.

Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi

disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media

serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).

Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari

pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan

tekanan hidrostatik.

Pada Otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari

kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga

mastoid.

Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media mukoid / otitis media efusi terbatas

pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani

utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, disertai tanda-tanda radang

maka disebut otitis media akut (OMA).

Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan otitis media serosa

kronik (glue ear)

16

Page 17: tuba eustachius

2.9.4.1.   Otitis Media Serosa Akut

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.

Keadaan ini dapat disebabkan antara lain:

Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh

tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma

Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus

pada jalan napas atas.

Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan

alergi pada jalan napas atas.

Idiopatik.

Gejala Klinis

Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang.

Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda

pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis).

Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala

berubah.

Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang

menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada

barotrauma), tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang.

Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus

atau alergi.

Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.

Pengobatan

Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan.

Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung),

antihistamin, serta perasat valsava, bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas

atas.

Setelah satu atau dua minggu, bila gejala masih menetap, dilakukan miringotomi.

17

Page 18: tuba eustachius

Bila masih belum sembuh dilakukan miringotomi dengan pemasangan pipa

ventilasi (Grommet tube).

2.9.4.2.  Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear)

Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik hanya pada

cara terbentuknya sekret.

Pada otitis media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah dengan

disertai rasa nyeri pada telinga.

Pada otitis media serosa kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan

gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa

akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.

Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.

Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA)

yang tidak sembuh sempurna.

Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan infeksi virus, keadaan alergi, atau gangguan

mekanis pada tuba.

Gejala klinik:

Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena

sekret kental atau glue ear.

Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan,

atau keabu-abuan.

Pengobatan:

Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan miringotomi

dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet-tube).

Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi

antihistamin-dekongestan peroral kadang-kadang bisa berhasil.

Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak

berhasil baru dilakukan tindakan operasi.

Disamping itu harus pula dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi,

pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.

18

Page 19: tuba eustachius

BAB III

KESIMPULAN

Tuba Eustachius adalah bagian dari telinga tengah yang berupa saluran yang

menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju

ke muara tuba di nasofaring berjalan ke arah inferomedial. Tuba eustachius ini dibagi menjadi:

pars osseus dan pars cartilaginea.

Fungsi dari tuba eustachius adalah menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama

dengan tekanan pada dunia luar dan menjamin ventilasi udara dari cavum tympani. Tuba

biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga

tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot

tenso veli palatini apabila terdapat perbedaan tekanan.

Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba eustachius atau

tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi

tuba. Saat udara tidak dapat masuk ke dalam telinga tengah, tekanan udara di luar membran

timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah sehingga mendorong membran

timpani masuk ke dalam. Membran timpani menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik

ketika dilalui oleh gelombang suara.

Gejalanya yaitu pendengaran tidak tajam, dapat juga dirasakan nyeri, terasa penuh dalam

telinga, tinnitus (telinga berdenging), dan pusing. Salah satu atau kedua telinga dapat terkena.

Gejala dapat muncul dari beberapa jam hingga beberapa minggu atau lebih, tergantung

penyebabnya.

Untuk mendiagnosa dilakukan anamnesa, endoskopi, autoskop dengan valsava, dan

tympanometri. Kadangkala pada pengobatan disfungsi tuba eustachius tidak ada pengobatan

khusus yaitu cukup dengan menelan, mengunyah, menguap, atau dengan perasat valsava. Namun

pada keadaan tertentu seperti batuk, pilek, alergi, dan otitis media dapat diberikan dekongestan

nasal spray, antihistamine, steroid nasal spray, hingga operasi.

19