try sanjaya-profesi kependidikan
TRANSCRIPT
Try Sanjaya06121004039
MEREKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN MELALUI PENGUBAHAN
SISTEM PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH
A. Misi Pendidikan PersekolahanMisi pendidikan lembaga sekolah ada tiga,
yaitu;Pendidikan kepribadian.Pendidikan kewarganegaraan.Pendidikan intelektual.
B. Sekolah Sebagai Sarana Rekonstruksi MasyarakatB. Sekolah Sebagai Sarana Rekonstruksi Masyarakat
Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi. Pribadi-pribadi yang bertemu di sekolah tergabung dalam bagian-bagian yang melakukan hubungan organis yang bersistem. Sistem sekolah terwujud dengan munculnya cara interaksi sosial yang khas. Analisis perwujudan sistem sekolah sebagai organisasi sosial dicirikan oleh:
Memiliki suatu penghuni yang tetapMemiliki struktur politik atau kebijakn umum tentang kehidupan
sekolahMemiliki inti jaringan hubungan sosialMengembangkan perasaan atau semangat kebersamaan
sekolah, danMemiliki suatu jenis kebudayaan atau subkebudayaan tersendiri.
Peranan sekolah dalam merekonstruksi masyarakat berarti sekolah merekonstruksi berbagai tata nilain yang telah ada dalam masyarakat, yang oleh Malindoski disebutkan sebagai upaya mengembangkan kebudayaan. Ada tujuh sistem nilai atau kebudayaan yang secara universal dikebangkan, yaitu:
BahasaSistem teknologiSistem mata pencaharian hidup dan ekonomiOrganisasionalSistem pengetahuanReligiKesenian
D. Pengaruh Eksternal dan Internal dalam Pengelolaan Pendidikan
Pengaruh eksternal adalah adanya perkembangan dunia yang mengglobal yang berlaku dalam dasawarsa ini. sedangkan pengaruh internal adalah pengaruh kebudayaan dan kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut akan berpengaruh pada pembentukan watak dan kreatifitas anak bangsa. Dalam kondisi seperti ini, Ki Hajar Dewantara mengingatkan untuk menerapkan strategi “trikon” dalam pengelolaan pendidikan.
Strategi “trikon” itu meliputi:Konvergen, maksudnya agar pendidikan di Indonesia
dapat berkembang dengan baik, dapat setara dengan kualitas pendidikan negara-negara maju, maka sebaiknya ada adopsi nilai yang dipinjamkan dari budaya barat, meskipun demikian perlu diadakan filter penggunaannya.
Konsentris, maksudnya untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia haruslah bertolak dari kebudayaan yang meng-Indonesia, sehingga nilai-nilai luhur bangsa tetap tertanam dalam generasi bangsa, dan
Kontinuitas, maksudnya bahwa pendidikan di Indonesia haruslah dilakukan secara terus menerus.
E. Pendidikan di Sekolah dengan Sistem DesentralisasiDesentralisasi pendidikan merupakan upaya
untuk mendelegasikan sebagai atau seluruh wewenang di bidang pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh unit atau pejabat pusat kepada unit atau pejabat di bawahnya, atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, atau dari pemerintah kepada masyarakat.
F. Program Kegiatan yang Perlu Dikedepankan
13 hal berikut perlu menjadi pertimbangan bagi reformasi pendidikan. Perlu disadari setiap orang adalah pribadi unik dan mempunyai
bakat yang berbeda dengan yang lainnya. Pendidikan tidakdimulai selepas sekolah menengah, yaitu pada
tingkat universitas. Prestasi teoris (universitas) dan praktis (kejuruan), kerja manual dan kerja otak, seharusnya sama-sama memperoleh penghargaan.
Perlunya sebuah sistem penilaian yang mencerminkan prestasi murid dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, tidak sekedar angka-angka yang mengklaim secara abstrak tentang mutu anak didik.
Perlu disadari bahwa (sistem) pendidikan tidak bebas nilai. Sekolah bukanlah semacam “bengkel reparasi” bagi semua
kerusakan masyarakat. Sebenarnya, yang lebih berperan adalah para orang tua. Sekolah hanya berperan sebatas ikut membantu orang tua dalam pendidikan anak-anaknya.
Perlu dikoreksi keyakinan bahwa isi pendidikan bisa diatur lewat birokrasi, dan sedapat mungkin harus diseragamkan.
Tidak tepat bahwa lembaga pendidikan terbaik, selalu milik negara.
Sistem pendidikan, sebaiknnya berorientasi pada nilai (wert oriented).
Sistem pendidikan sebaiknya terkait dengan dunia praksis (praxisbezogen)
Sistem pendidikan sebaiknya tetap beragam. Diperlukan sebuah sistem pendidikan yang memberikan
ruang bagi anak didik untuk bersaing dan berkreasi secara fair.
Dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang efesien dalam pengelolaan waktu.
Sistem pendidikan seaiknya bersifat internasional.