true and fair view dalam penyajian laporan keuangan

10
TRUE AND FAIR VIEW DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Suatu perusahaan, baik besar maupun kecil tidak luput dari berbagai macam aktivitas yang menunjang kehidupan perusahaan itu sendiri. Aktivitas-aktivitas tersebut secara lebih spesifik terbentuk dari transaksi- transaksi antar pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan maupun transaksi-transaksi antara perusahaan dengan pihak luar. Transaksi yang terjadi pun dapat berupa transaksi keuangan maupun non keuangan. Puluhan bahkan ratusan transaksi, khususnya transaksi keuangan dapat terjadi dalam satu periode, tentu saja keseluruhan transaksi tersebut akan mempengaruhi posisi keuangan. Misalnya apabila perusahaan menjual produknya sehingga mendapatkan laba, maka laba tersebut akan mempengaruhi saldo laba ditahan. Contoh lainnya adalah transaksi jual beli aktiva tetap akan mempengaruhi saldo aktiva tetap dalam neraca. Aktiva yang paling likuid, yaitu kas, sangat sering mengalami perubahan saldo akibat transaksi keuangan yang melibatkan pengeluaran dan penerimaan kas.

Upload: rombenk-poer

Post on 04-Jul-2015

518 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

TRUE AND FAIR VIEW DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Suatu perusahaan, baik besar maupun kecil tidak luput dari berbagai macam aktivitas yang menunjang kehidupan perusahaan itu sendiri. Aktivitas-aktivitas tersebut secara lebih spesifik terbentuk dari transaksi-transaksi antar pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan maupun transaksi-transaksi antara perusahaan dengan pihak luar. Transaksi yang terjadi pun dapat berupa transaksi keuangan maupun non keuangan. Puluhan bahkan ratusan transaksi, khususnya transaksi keuangan dapat terjadi dalam satu periode, tentu saja keseluruhan transaksi tersebut akan mempengaruhi posisi keuangan. Misalnya apabila perusahaan menjual produknya sehingga mendapatkan laba, maka laba tersebut akan mempengaruhi saldo laba ditahan. Contoh lainnya adalah transaksi jual beli aktiva tetap akan mempengaruhi saldo aktiva tetap dalam neraca. Aktiva yang paling likuid, yaitu kas, sangat sering mengalami perubahan saldo akibat transaksi keuangan yang melibatkan pengeluaran dan penerimaan kas. Keseluruhan transaksi keuangan tersebut perlu dirangkum menjadi suatu laporan agar pihak yang berkepentingan dapat mempelajarinya dengan mudah dan dapat mengetahui bagaimana posisi keuangan perusahaan saat ini agar dapat mengambil keputusan yang relevan. Oleh karena itu dibuatlah laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan arus kas, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan dimanfaatkan sebagai sumber informasi keuangan suatu perusahaan oleh pihak yang berkepentingan, misalnya investor. Berdasarkan SAK, laporan keuangan disusun dan disajikan setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan pemakainya (IAI : 2004).

Dalam penyajian laporan keuangan, dikatakan laporan keuangan yang baik harus benar dan wajar (true and fair presentation). Konsep true and fair view ini pertama kali digunakan dalam hokum Inggris, tepatnya dalam Companies Act (Undang-undang Perusahaan) pada tahun 1947 yang kemudian diadopsi oleh Uni Eropa dalam Fourth Directive pada tahun 1978 (Selling :2008). Namun hingga saat ini, baik dalam IFRS pun, definisi dari benar dan wajar tersebut tidak secara jelas dan eksplisit diungkapkan namun dengan tetap mengatakan bahwa laporan keuangan harus disajikan secara benar dan wajar. Berbagai intepretasi mengenai kata-kata tersebut pun menjadi berbeda dalam wilayah yang berbeda. Dalam SAK sendiri, tepatnya dalam ED PSAK No. 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, dikatakan bahwa laporan keuangan harus disajikan secara wajar, dimana dapat dikatakan secara wajar apabila dapat memenuhi SAK terkait (terdapat dalam paragraph 15). AICPA dalam Committee on Auditing Procedures, mengatakan bahwa penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (AICPA dalam Belkaoui :2006). Jadi bisa dikatakan bahwa kewajaran laporan keuangan secara umum adalah apabila laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan SAK (di Indonesia). Dalam kerangka dasar juga telah sedikit disinggung mengenai penyajian secara wajar. Lalu bagaimana dengan konsep true view ?. konsep kebenaran merupakan hal yang sangat sulit untuk diinterpretasikan. Dalam kerangka dasar IFRS, penyajian laporan keuangan dengan benar dan wajar biasanya terpenuhi dengan penerapan karakteristik kualitatif dan standar akuntansi keuangan yang sesuai (http://www.ifrsportal.com). Menurut penulis, benar disini lebih menitikberatkan pada karakteristik kualitatif keandalan, terutama pada Penyajian Jujur. Kata lain dari benar adalah sesuai fakta. Jadi, dengan menekankan pada penyajian jujur, maka transaksi pun dapat

dicatat sesuai keadaan sebenarnya tanpa menyembunyikan fakta dari transaksi tersebut ataupun menyembunyikan sebagian kecil transaksi. Maka secara teoritis kebenaran memang bisa diwujudkan apabila mengacu pada penyajian yang jujur dari laporan keuangan. Namun, pertanyaannya adalah, apakah suatu laporan keuangan harus dan dapat disajikan secara benar dan wajar ? Dan apakah kelayakan suatu laporan keuangan dapat menunjang kebenarannya? Menurut penulis, laporan keuangan harus disajikan secara benar dan wajar, karena dalam IFRS, secara implicit diharuskan demikian, yang diadaptasi dari Company Act. Secara teori pun dapat terjadi. Namun pertanyaan kedua, apakah dalam realisasinya bisa disajikan secara benar dan wajar ? Penulis berpendapat tidak. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui beberapa uraian. Permasalahan yang mendasar adalah definisi dari fakta. Apabila konsep benar tersebut berarti mengungkapkan fakta, maka diasumsikan bahwa informasi yang disajikan adalah sesuatu yang nyata, pasti, dapat dibuktikan, sudah terjadi, bukan kemungkinan ataupun perkiraan, oleh karena itu, kebenaran sangatlah objektif. Namun dalam laporan keuangan, misalkan saja laporan laba rugi, terdapat komponen biaya yang ditentukan bukan karena memang benar-benar terjadi demikian, melainkan melalui estimasi, contohnya adalah biaya penyusutan dan amortisasi aktiva yang dihitung berdsasarkan umur ekonomis. Penentuan umur ekonomis melalui estimasi sangat subjektif, tergantung dari pengetahuan dan pengalaman manajemen. Contoh lain adalah dalam neraca, terdapat akun kontra piutang dagang, yaitu cadangan kerugian piutang, dimana nilainya merupakan hasil estimasi berdasarkan kerugian piutang tahun lalu. Selain itu, penambahan nilai aktiva akibat penilaian, (appraisal) salah satunya akibat adanya kelebihan nilai investasi terhadap nilai wajar aktiva pada pembelian kepemilikan. Penentuan nilai wajar maupun penambahan nilai

aktiva yang tidak lagi sesuai dengan harga perolehan merupakan proses yang berdasarkan estimasi dan dan subjektif. Apabila dilihat dari sudut pandang uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa laporan keuangan mengandung unsure subjektifitas dan terdapat komponen yang tidak secara riil atau belum terjadi sehingga tidak sepenuhnya mewakili penyampaian fakta, sedangkan laporan keuangan yang benar adalah laporan yang sangat objektif, bukan opini, karena berdasarkan fakta. Maka dari itu laporan keuangan tidak bisa 100% benar walaupun sudah disajikan secara jujur, karena terdapat informasi yang walaupun secara jujur diungkapkan, namun tidak memenuhi definisi dari kebenaran. Konsep yang kedua adalah disajikan secara wajar. Secara teori dan dalam realisasinya, hal tersebut memang mungkin, karena interpretasi wajar menurut PSAK No.1 adalah sesuai dengan SAK terkait. Dalam hubungannya dengan auditor pun, penyajian secara wajar dapat dinilai, yaitu berdasarkan pendapat atau opini dari auditor, misalnya wajar tanpa pengecualian, artinya laporan keuangan tersebut taliah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam hal ini SAK. Jadi, untuk mendapatkan laporan keuangan yang wajar, maka manajemen harus menusun laporan keuangan sesuai dengan SAK. Untuk membuktikan apakah laporan keuangan tersebut wajar atau tidak, maka dapat digunakan jasa auditor dalam memberikan pendapat. Jadi dapat dikatakan bahwa laoporan keuangan dapat disajikan secara wajar. Namun perlu diketahui, laporan keuangan yang wajar tidak dapat dikatakan 100% benar, karena banyak hal di dalam SAK yang mengatur mengenai nilai estimasi, seperti penyusutan. Hal lain seperti perataan dan manajemen laba, sepanjang tidak berlebihan dan tidak menyimpang dari SAK, maka tetap dikatakan wajar, padahal tidak dapat diketahui apakah laba yang dihasilkan benar nilainya. Selain itu

cara untuk mengetahui bahwa laporan keuangan tersebut wajar atau tidak adalah dengan melakukan audit laporan keuangan. Apabila tidak terdapat salah saji yang material misalnya, maka menurut pendapat auditor, laporan tersebut wajar tanpa pengecualian, namun hasil audit tidak dapat menjamin laoran keuangan tersebut 100% benar, karena penyajian wajar tersebut merupakan pendapat dari auditor. Walaupun didukung oleh bukti audit yang memadai, namun dalam menentukan criteria wajar auditor menentukan risiko audit dimana sebesar apa tingkat kesalahan auditor dalam mengekspresikan pendapat yang tepat (Halim : 2003). Jadi dalam laporan yang wajar pun terdapat salah saji yang material maupun tidak yang tidak mampu dideteksi oleh auditor, jadi laporan keuangan tersebut tidak 100% benar. Maka dari itu, suatu laporan keuangan dapat disajikan secara wajar namun tidak dapat disajikan dengan benar. Pembahasan diatas telah menjawab permasalahan mengenai True and Fair View dalam penyajian laporan keuangan menurut perspektif penulis. Hal yang bisa disimpulkan dari pembahasan di atas adalah suatu laporan harus disajikan secara benar dan wajar, namun kenyataannya, kewajaran dan kebenaran laporan keuangan tidak dapat berjalan seimbang. Dalam implementasinya, laporan keuangan dapat disajikan secara wajar sesuai dengan SAK, namun tidak dapat dianggap 100% benar, karena informasi yang disajikan tidak mengandung fakta secara penuh. Namun kesimpulan ini tidak terlepas dari sudut pandang penulis sehingga terdapat kemungkinan topic pembahasan tulisan ini akan diinterpretasikan secara berbeda oleh pihak lain karena pendapat setiap orang berbada. Maka dari itu diharapkan pihakpihak lain dapat mengembangkan tulisan ini menjadi tulisan yang lebih mendekati fakta dan tentu saja relevan serta bermanfaat bagi masyarakat.

REFERENSI : Anonim Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements http://www.ifrs-portal.com/Texte_emglisch/Framework/Framework_05.htm Accessed 27/04/2011 Belkaoui,Ahmed Riahi. (2006) Accounting Theory : Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat Halim, Abdul (2003) Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta : Akademi MAnajemen Perusahaan YKPN Ikatan Akuntan Indonesia (2004) Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia (2009) Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Penyajian Laporan Keuangan PSAK, no. 1,

http://ww.iaiglobal.or.id/ Accessed 27/04/2011 Selling, Tom (2008) The Fairy Tale of True and Fair View and a Modest Proposal for Real Core Principles, http://accountingonoin.typepad.

com/theaccountingonion/2008/07/the-core-prin-1.html Accessed 27/04/2011