trilogi blambangan buku ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar...

225
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1 Trilogi Blambangan Buku Ketiga Karya : Putu Praba Drana Ebook ini dibuat berdasarkan file DJVU BBSC di http://rapidshare.com/files/268932746/TB03-Banyuwangi.7z.html Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewi.0fees.net/ Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1990 Sinopsis : Roman sejarah Blambangan — berdirinya kota Banyuwangi! Perjuangan dan cinta yang menyatu. "Aku tidak menginginkan tahta Blambangan," tegas Ayu Tunjung, "sebab aku tidak sudi bekerjasama dengan bangsa

Upload: buihuong

Post on 02-Mar-2019

291 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

1

Trilogi Blambangan Buku Ketiga

Karya : Putu Praba DranaEbook ini dibuat berdasarkan file DJVU BBSC di

http://rapidshare.com/files/268932746/TB03-Banyuwangi.7z.htmlEbook oleh : Dewi KZ

http://kangzusi.com/ atau http://dewi.0fees.net/

Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1990

Sinopsis :

Roman sejarah Blambangan — berdirinya kota Banyuwangi!Perjuangan dan cinta yang menyatu.

"Aku tidak menginginkan tahta Blambangan," tegas AyuTunjung, "sebab aku tidak sudi bekerjasama dengan bangsa

Page 2: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

2

asing yang menginjak-injak pertiwiku." Mas Ayu Tunjungmemang memilih hidup sebagai rakyat biasa. Padahal, sebagaiputri almarhum Prabu Mangkuningrat, dia lebih berhak atastahta Blambangan dibanding Mas Ngalit, yang oleh VOCditunjuk sebagai penguasa baru Blambangan. Bersama RsiRopo, satu-satunya putra Wong Agung Wilis yang masihhidup, Mas Ayu Tunjung memimpin kawula Blambangan yangtinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka,agar tidak ikut terampas oleh kekuatan asing yang menjarah-rayah Bumi Semenanjung. Nampaknya prahara masih akandatang. Di saat Ayu Tunjung dan Rsi Ropo baru mengecapkebahagiaan sebagai suami-istri, Mas Ngalit datang, dan diasangat tergila-gila pada wanita cantik itu. Mas Ngalit bertekaduntuk menjadikan Ayu Tunjung sebagai permaisurinya.Bahkan, sebuah istana indah pun telah didirikannya bagi AyuTunjung di Banyuwangi — ibukota baru Blambangan yangberhasil dibangunnya dengan jalan berutang pada VOC.

Page 3: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

3

Banyuwangi adalah buku ketiga trilogi:

Tanah Semenanjung Gema di Ufuk Timur Banyuwangi

Penerbit PT Gramedia

Jl. Palmerah Selatan 22 Lt. IV

Jakarta 10270

Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hakmengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan ataumemberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara palinglama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,— (seratus juta rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan ataubarang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,—(lima puluh juta rupiah).

Putu Praba Darana

BANYUWANGI

Buku Ketiga Trilogi

Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1990

BANYUWANGI oleh Putu Praba Darana GM 401 90.861

© Penerbit PT Gramedia, Jl. Palmerah Selatan 22, Jakarta10270 ' Sampul dikerjakan oleh NBC Sukma Diterbitkanpertama kali oleh Penerbit PT Gramedia, anggota IKAPI,Jakarta, April 1990

Perpustakaan Nasional : katalog dalam terbitan (KDT)

Page 4: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

4

DARANA, Putu Praba

Banyuwangi / Putu Praba Darana. — Jakarta : Gramedia,1990. 296 hal. ; 18 cm.

ISBN 979-403-578-5 (No. jil. lengkap). ISBN 979-403-861-X.

1. Fiksi. I. Judul.

8X0.3

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Om Mamla Wiraga

(Semoga dijauhkan dari segala hawa nafsu.)

Setiap penyiaran lisan maupun tertulis harus seizin penulis.

Putu Praba Darana

Tebing ini memang terjal. Tapi aku terus mendaki.Mendaki! Kau tanya mengapa aku menyisir lorong gelap,merayap di batu-batu padas? Ah, nanti kau akan tahu. Kankutembangkan sebuah kidung yang menyapu kabut,membangunkan kau dari mimpi.

Putu Praba Darana

Page 5: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

5

1. HATI ANAK MANUSIA

Musim penghujan belum juga berhenti kala Juru Kunciberkeliling menyusur tiap lorong, tiap lembah, tiap bukit,setiap sudut bumi semenanjung Blambangan. Bosah-basehsisa pertempuran belum juga dibersihkan. Rumah banyakyang kosong. Huma merana tanpa palawija. Sawah-sawahmenjelma menjadi semacam rawa-rawa tanpa padi. Ikan dankodok berlomba jumlah. Sepercik rasa sesal memuncrat darisudut hatinya. Matanya sayu menatap semua dan segala,dalam tanya mengapa semua ini mesti terjadi. Salahkah WongAgung Wilis? Atau bapanya? Angannya jauh berlari menujumasa lalu. Tidak! Wong Agung Wilis dan Jagapati dan anak-anak Wong Agung Wilis tidak pernah bersalah, katanyamenilai. Itu sebabnya ia membenci Jaksanegara. Diam-diam iabersyukur Jaksanegara dibuang ke Gombong. Tapisepeninggal orang itu ia merasa dihadapkan pada satu ujian.Batu yang terpasang di lereng bukit. Dan ia harusmenginjaknya. Ah, setiap saat batu itu siap menggelinding kedalam jurang. Kenapa aku yang harus menginjaknya? Sambilterus menuruti langkah kudanya, ia kembali merenungkanperjumpaannya dengan residen Blambangan, Schophoff. Satuminggu lalu, memang. Tapi saat ini ia belum memberikanjawabnya. Berkali kudanya terpaksa melompati pohon-pohonyang malang-melintang. Pohon-pohon yang ditumbangkandengan sengaja untuk menghambat gerak' laju musuh. Tentuyang menumbangkan itu laskar Wilis. Ah, pemuda itu kinitelah punah! Punah bersama cita dan cintanya! Juru Kuncimenjadi malu pada diri sendiri. Kini jabatan adipati ditawarkanpadanya. Ia akan bergelar tumenggung seperti halnya parabupati di Jawa lainnya. Ia baru sadar kini bahwa Blambangantelah berubah. Menjadi seperti kerajaan Jawa lainnya.Kekuasaan yang cuma segenggam di atas bumi yang jugacuma sekepal.

Apakah ia harus menerima jabatan ini ? Sutanegara,Wangsengsari, Suratruna, dan Jaksanegara adalah sederetan

Page 6: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

6

contoh yang patut dijadikan pelajaran tentang nasib orangyang bekerja bagi kepentingan VOC. Semua disingkirkan.Bukan saja dari jabatannya. Tapi juga dari negeri yangmelahirkan mereka. Juru Kunci tak pernah tahu mengapaBelanda begitu berang pada setiap orang yang dengan jujurmenyatakan sikapnya. Kendati mereka tidak ikut punya negeriini. Yang diketahui oleh Juru Kunci ialah bahwa jika seorangtidak sependapat dengan penguasa, ia harus disingkirkan.Tidak peduli apakah ia pernah berjasa. Pernah mengabdi.

Sementara itu kudanya terus menapaki desa demi desa.Terus! Bau badeg (bau busuk yang disebabkan bangkai) masihjuga menyeruak tajam ke hidungnya. Kala sampai di tepi KaliSetail, Juru Kunci dan para pengawalnya terpaksa berhenti. Aircoklat kekuning-kuningan mengalir deras. Membungkal-bungkal dan memperdengarkan suara gemuruh kala. aliran itumembentur batu-batu. Hati Juru Kunci berdesir. Bukankahbulan ini masih bulan Manggasari? (bulan November—Desember) Air sudah meluap di bibir tebing. Bagaimana jikabulan Pusa atau Manggakala? (bulan Desember-Januari danJanuari-Februari) Yang hujannya terjadi setiap hari? Mungkinsaja banjir melanda sebahagian dari Blambangan.

"Tak mungkin menyeberang...," Juru Kunci berkata sepertipada diri sendiri. Tidak terjawabkan. Para pengawalnya jugatahu bahwa biasanya permukaan air kali ini kira-kira sepuluhdepa di bawah bibir tebing ini. Air yang biasanya jernih danmenyuarakan gemercik lirih mendayu kalbu, kini menjelmacoklat bercampur kuning. Mengalir deras dan memamerkankekuatan dahsyat dengan mendorong batang-batang pohonyang tumbang, rumpun bambu yang tercabut dari tempatnyaberpijak, belum sampah dan bangkai. Baik bangkai binatangatau manusia yang punah dalam perang baru lalu. Perangyang merupakan mimpi buruk, bahkan terburuk, bagi seluruhorang Blambangan yang tersisa. Itu pasti sukar dikebaskandengan cuma sekali gebah saja. Sekalipun sekarang tidaktercium lagi bau anyir, karena perang tidak berkecamuk dan

Page 7: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

7

pencegatan oleh rombongan-rombongan kecil sisa-sisa laskarWilis dan Jagapati juga sudah tidak ada. Tapi ia tahu bahwakesetiaan orang pada Wong Agung Wilis tak pernah luntur.Tak satu pun orang Blamba-ngan percaya bahwa Wong AgungWilis mati. Mereka berkeyakinan orang itu masih akan datanglagi dan memerintah Blambangan. Kelak! Entah kapan, tapipasti datang. Datang- bhatara wasesa sang amurwa bhumi!

Makin lama tercenung di tepi kali itu, makin banyak ia lihatmayat dan bangkai lewat. Semakin takut ia menyeberang. Iatahu kudanya bisa berenang. Tapi ia tidak percaya apakahkuda itu mampu menyeberangkannya. Mendung menggantungtebal di langit. Seolah tak ingin memberikan celah sedikit punpada mentari untuk meneroboskan sinarnya. Semuamendorong Juru Kunci untuk menyentuhkan tumit ke perutkudanya. Kemudian mengarahkannya ke kota. Pangpang.Tidak! Aku tidak sudi menjadi adipati. Masih ada keturunanTawang Alun yang lebih berhak untuk menjadi penguasa diBlambangan. Ya! Jika tidak Mas Arinten tentunya ia bisamengajukan usul pada tuan residen, adik dari Mas AyuArinten, Mas Alit, yang saat ini tinggal di Madura bersamakakaknya Nawangsurya, tentu lebih cocok. Ya! putusnya tiba-tiba.

Para pengawal mengejar di belakangnya. Seolakperlombaan balap kuda, yang berebut dulu. Mereka memacudengan cepatnya. Mendung ikut mendera kuda yangmembawa mereka itu. Tak mereka perhatikan lagi lumpuryang mengotori pakaian. Bahkan seluruh tubuh mereka penuhbercak lumpur. Gerumbul, semak, dan belukar merekaterobos. Kuda terus didera. Ya! terus didera, untuk bisasampai di Lo Pangpang secepatnya.

Di Pangpang juga tidak berbeda dengan lain tempat.Beberapa loji menjadi reruntuhan belum dibangun kembali.Hati Juru Kunci kembali berdesir. Ia ingat bahwa dalam tiappembangunan loji berarti mengerahkan kembali kawula

Page 8: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

8

Blambangan untuk bekerja tanpa gaji bahkan kadang jugatanpa makan. Dan jika terjadi lagi, maka pertempuran punakan timbul kembali. Aku harus berusaha menghindarkanBlambangan dari petaka yang berkepanjangan macam itu. Iaharus menghindarkan perang yang selalu memayungi bumiBlambangan itu.

Kala ia memasuki rumahnya yang baru, bekas milikJaksanegara, hari sudah sore. Istrinya menyambut denganceria. Sudah lebih sepekan Juru Kunci tidak pulang. Parapengawal iri dan bertanya dalam hati, bagaimana bisaperempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam pelukan JuruKunci yang bermuka bopeng karena cacar itu? Apalagi jikamelihat potongan tubuh. Perutnya agak buncit. Kumisnyajarang-jarang di bawah hidung yang tidak begitu mancung.Mungkin saja ikut dimakan rayap. Barangkali kesukaannyapada sate kambing membuatnya agak buncit. Arak merupakanteman dari sate yang selalu masuk ke perutnya hampir setiaphari.

"Bukan cuma itu," bisik salah seorang pada temannyaketika membersihkan tubuh mereka di kali kecil yang mengalirdi belakang rumah Juru Kunci. "Coba ingat-ingat! Selamaperjalanan ia selalu panik jika sehari saja tidak makancindil.(anak tikus yang masih merah dan buta; artinya, belumberbulu serambut pun)

"Ke mana pun beliau tak pernah berpisah dengan madu,"yang lain menimpali. "Biar badan selalu segar dengan jamu-jamu macam itu. Maka-nya bartyak wanita yang... ha... ha...ha..."Mereka berbagi suka. Yang lain pun menyahut dengangelak.

Suara rombongan katak yang menabuh gamelannyamenghiasi malam istirahat mereka. Kepadatan udara karenahujan menghalangi bau badeg menjalar ke kota Pangpangmalam itu. Dan Juru Kunci melepas lelah bersama istrinya.Demikian pula para anak buahnya. Mereka mendapat acara

Page 9: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

9

santai pada malam itu. Mungkin sampai besoknya pun ia akanmendapat kesempatan istirahat. Karena acara selanjutnyacuma di Pangpang. Biasanya pejabat ini tidak suka dikawaljika cuma di Pangpang. Juru Kunci memang tidak merasaperlu dikawal. Karena ia tahu persis, Bayu sudah tumpas-tapis.Hanya saja jika harus melampaui

hutan ia masih curiga, kalau-kalau ada sisa-sisa laskar Bayuyang belum terbunuh. Mereka tentu akan menjadi penyamununtuk menyambung hidup.

Keesokan harinya Juru Kunci bangun agak terlambat daribiasanya. Para dayang berbisik satu dengan lainnya.

"Tidak sembahyang subuh____"

"Ssstt... siapa tahu mereka bersembahyang di kamar,"satunya menyela.

"Tidak wudhu."

"Ala... biar saja kenapa to? Sudah lebih sepekan beliautidak pulang. Melepas rindu pada istri kan wajar," kata yangseorang lagi sambil menyelinap ke balik tirai. Sambil masihcekikikan mereka kembali mengerjakan tugas masing-masing.

Sesudah menyegarkan tubuh dengan mandi pagi, JuruKunci duduk di tengah taman yang dikelilingi kolam bekasmilik Jaksanegara dulu. Tak ada duanya di Blambangan.Hampir seperti milik Ni Ayu Chandra, paramesywariBlambangan zaman Mangkuningrat dulu. Dari mana uangsebanyak ini? Jaksanegara sempat punya hubungan gelapdengan para pedagang candu zaman Wong Agung Wilisberkuasa. Memang lolos dari pengamatan Wong Agung. Sebabia mulai melakukannya sejak Wong Agung menerima tekanandari pelbagai pihak. Dan dengan uangnya, Jaksanegara mulaimengangkat diri dan menciptakan kekuatan baru. Apalagikemudian ia menjadi sangat baik dengan ayahnya, Bapa Anti.

Page 10: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

10

Juru Kunci terus mengingat. Bagaimana dengan dirinyasendiri? Sekarang memperistri bekas istri ayahnya yangsebenarnya wanita Cina ini? Bagaimanapun ia harusmengakui, dengan adanya Rani, maka banyak para pedagangCina yang sering berkunjung ke rumahnya. Biasa merekadatang dengan membawa oleh-oleh. Istri yang membawaberkat, pikirnya. Karena itu, kendati bekas istri ayahnya, iatidak peduli. Dengan warisan rumah yang indah dan cukupbesar maka lengkaplah sudah kekayaannya. Makin hari makinbanyak saja pedagang Cina yang datang untuk pelbagaiurusan niaga. Tapi ia merasa aneh kendati sudah hampirenam bulan hidup bersama Rani, wanita itu belummenampakkan tanda-tanda hamil.

"Kapan kita punya anak, Rani?" tiba-tiba ia mengejutkanistrinya.

Rani terkejut. Tak pernah terduga olehnya bahwa suaminyajuga memikirkan anak. Ia sendiri tak tahu mengapa belumjuga hamil.

"Ah, kita kan belum lama," jawabnya sambil tersenyum.

"Ya. Kita memang belum lama. Tapi betapa inginnya dakumelihat kau menggendong bayi. Tidakkah kau ingin?"

"Mana ada perempuan tidak ingin menggendong bayi."Rani mencubit paha suaminya. Senyum lagi dengan manja.Juru Kunci mendadak ingat pada ayahnya. Mengapa pula Ranitidak hamil saat dibuahi ayahnya? Tentu karena Ayah sudahterlalu tua, dan mungkin memang alasan lain juga Rani belumlama jadi istri Bapa Anti. Lamunan Juru Kunci tidak berlanjutkarena Rani segera duduk di pangkuannya sambilmengalungkan tangannya. Bau harum tubuh wanita itumenusuk hidungnya. Para selir atau istri lainnya mengintip dibalik tirai kamar mereka dengan iri.

"Apa sih hebatnya perempuan Cina itu? Huh, tidak tahumalu! Bermanja di tengah taman," umpat salah seorang.

Page 11: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

11

"Kurang barangkali semalam!" kutuk yang lain pula.

"Barangkali karena dia suka berendam di air sirihbercampur gambir itulah yang membuat Juru Kunci tak lepasdari pelukannya. Dan lagi kulitnya mulus begitu," yang lain lagimenilai. Ia tidak iri. Tapi cenderung mendekati Rani untukberbagi pengalaman. Siapa tahu pengalaman Rani akanberguna.

Juru Kunci tidak terlalu menuntut memang. Karena wanita-wanita lain yang pernah tidur dengannya belum satu pun yangmempersembahkan anak.

"Kanda kecewa?" Rani memandang suaminya tajam-tajam.

"Tidak." Juru Kunci tersenyum. Ia belai rambut wanita itu.Hitam lebat.

"Kanda boleh mengambil istri lagi, yang mungkin lebihcepat mempersembahkan anak. Asal jangan tinggalkanhamba." Wanita itu kembali menjatuhkan kepalanya ke dadaJuru Kunci. Kembali birahi Juru Kunci bangkit. Tapi Ranimemperingatkan bahwa suaminya ditunggu oleh Schophoff.

"Ah, betul, Adinda.... Tapi apakah kau kecewa jika akumenolak menjadi adipati di Blambangan ini?"

"Apa alasan Kanda menolak?"

"Aku tidak akan bisa langgeng di sampingmu jika menerimajabatan itu. Aku takut Wong Agung Wilis muncul kembali danmenang. Maka aku akan digantung. Atau jika Wong AgungWilis benar-benar telah mati, aku akan mengalami nasibseperti Yang Mulia Jaksanegara."

Sambil menyiapkan pakaian suaminya, Rani mencobamenggapai apa yang dipikirkan suaminya. Jabatan tertinggibagi pribumi masa kini ditolak. Takut dengan Wong AgungWilis, yang memang kadang-kadang bisa saja muncul sepertihantu di bumi Blambangan. Dan mengapa takut sepertiJaksanegara? Nyatanya Belanda memang tidak pernah setia

Page 12: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

12

terhadap persahabatan. Sebab bagi VOC, yang adalahkekuatan modal raksasa itu, nilai suatu persahabatan hanyadipandang dari menguntungkan atau tidaknya sahabattersebut. Mungkin saja semua kekuatan modal berpikir sepertiitu. Dengan kata lain ia gagal menjadi Ban Ing yang kedua dibumi Nusantara ini.

Perubahan zaman dan waktu, berarti perubahan nilai-nilaikehidupan juga. Ban Ing beruntung saat itu menjadi istrimuda Bhre Kertabhumi dan akhirnya ia menurunkan raja-rajaDemak, melalui anaknya yang bernama Pangeran Jin Bun.Rani tidak akan pernah mengalami seperti itu. Tapi mengalamiseperti sekarang ini pun seharusnya ia bersyukur. Ban Ingmemang keluarga baik-baik. Wajar jika menurunkan parasatria. Rani tidak ingat siapakah orangtuanya yangsesungguhnya. Sejak masa kecilnya ia menjadi budak dandiperjualbelikan dari satu majikan pada majikan lainnya. Kalaitu pun ia dipersembahkan pada Bapa Anti sebagai suap,untuk memperlancar perniagaan orang-orang Cina diBlambangan. Kini ia merasa damai. Berdamai dengan nasib.Apalagi kini di pangkuan Juru Kunci. Karenanya pula ia tidakpernah mengajukan tuntutan apa-apa. Cukup bahagia dengantidak diperbudak.

Juru Kunci berangkat "tanpa pengawal. Di atas kuda iakembali bertimbang. Mempertimbangkan suatu keputusan. Iatahu keputusannya harini sangat menentukan masa depannya.Perlahan-lahan saja kuda itu melangkah. Seolah malasmelaksanakan tugasnya. Tapi sebenarnya itu memangkehendak tuannya. Kuda itu jarang kehilangan semangat.Karena ia salah satu kuda di Blambangan yang terawat baik.Tiap tujuh hari sekali kuda ini juga diberi minum jamu beraskencur seperti juga majikannya.

Tumbuhan perdu tidak nampak di kiri-kanan jalan. Residenmenghendaki agar jalan-jalan di Pangpang tampak bersih.Dan di kiri-kanannya dipasang lampu-lampu minyak dalam

Page 13: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

13

jarak yang teratur. Pelebaran jalan diadakan di mana-mana diseluruh kota. Sekilas memang Pangpang nampak jauh lebihcantik dari zaman Wong Agung Wilis memerintah. Loji-lojimakin hari makin banyak. Megah. Melampaui rumah-rumahmilik para satria Blambangan sendiri. Belum lagi yang berdiridi kota Lateng. Rasanya ladang dan sawah kawulaBlambangan makin habis. Sebagian besar ternyata telahmenjelma jadi loji dan benteng. Sebagian lagi harus di relakanuntuk jalan-jalan baru.

Mungkin itulah salah satu sebab, mengapa setelah Bayukalah, kawula yang tersisa lebih banyak yang lari ke hutan-hutan dari pada kembali ke huma dan rumahnya. Ah... tiba-tiba muncul bayangan seorang gadis berkulit langsat,berambut hitam sampai di lutut, dengan lesung pipit di pipi.Bibir tipisnya merekah sambil memamerkan sebarisan mutiarayang berjajar rapi.

"Puas kau, Juru Kunci? Sawah yang dibuka dengankeringat, air mata dan bahkan darah manusia sebangsamu kinipunah? Sekalipun di atasnya berdiri loji-loji, tapi siapa yangmemilikinya? Adakah bangsamu bisa menjadi tuan di negerisendiri? Cuma kau! Kau seorang yang merasakan! Selebihnyabudak!"

Juru Kunci mengusap mukanya dengan telapak tangan.Seolah mengusap noda di wajahnya. Mendung masih sajamemayungi perjalanannya. Wajah Mas Ayu Prabu yang semulaia kenal sebagai Sayu Wiwit itu lenyap. Meninggalkan seberkassenyum. Bukankah ia sudah mati? Tiba-tiba keringat dinginmengucur dari setiap lubang halus di kulitnya. Bulutengkuknya serasa berdiri. Angin yang mengandung airmenyapu tubuhnya. Membuat hatinya kian berdesir. Ya!Tepat. Aku sudah mati. Kalian membakar aku! Dan itu berartimembakar dendam kawula Blambangan! Kembali gadis itumuncul. Juru Kunci kembali menggeragap sambilmengebaskan bayangan itu dengan tangannya. Perasaan

Page 14: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

14

berdosa menyelinap masuk ke dadanya. Aku barangkali yangmenyebabkannya dibakar____

Residen Blambangan, Schophoff, tidak mengalami apa yangdirasakan Juru Kunci. Tapi hampir setiap malam ia diburumimpi-mimpi yang mengerikan. Dan hampir tiap malam iaterbangun dari tidurnya. Bayangan pertempuran denganbangkai-bangkai yang berbau badeg itu belum mau pergi dariingatannya. Apabila kegelapan mulai turun, udara dinginmenusuk tulang, gerimis datang samar, burung-burung malamserta binatang malam lainnya memamerkan suara yangmencekam, baKkan kadang anjing-anjing yang kelaparankarena ditinggal mati tuannya itu menggonggong, melolong-lolong, ah... Ingin rasanya ia mengajukan permohonan pindahsaja. Tapi hatinya sudah terpaut pada Blambangan. Bukancuma karena negeri ini elok. Tapi hatinya juga telah tertambatdi Pakis. Ia takut dikirim ke daerah baru yang mungkin sajalebih ganas dari

Blambangan. Biarlah, jika ia harus mati seperti parapendahulunya, ia ingin mati di pangkuan Arinten atau Mas AyuRahminten, si wanita pribumi yang menyimpan seribu teka-teki itu.

Seorang pengawal mengetuk pintu kamar kerjanya danmelapor bahwa Juru Kunci, patih Blambangan itu menghadap.Ia senang Juru Kunci menghadap. Tentunya segera akanmenerima tawarannya. Biarlah tak terlalu lama Blambangankomplang tanpa pemerintahan pribumi. Sukar jika Belandasendiri memerintah pribumi Blambangan yang liar dan keraskepala itu. Kendati jumlah mereka tinggal sangat sedikitdibanding sebelum perang.

"Selamai: datang, Yang Mulia. Mudah-mudahan perjalanankeliling Yang Mulia memberikan gambaran buat langkah kitaselanjutnya."

Page 15: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

15

"Selamat, selamat pagi, Tuan. Tapi maaf, hamba tidakmelihat Tuan Pieter Luzac dan Kapten Heinrich." Orang itumemberi hormat.

"Heinrich pulang ke Surabaya. Ia jatuh sakit. Panasnyaseperti bara. Setiap malam mengigau. Sedang Luzac sendirimulai..."

"Kita memang terlalu letih berperang, Tuan."

"Barangkali Tuan benar." Schophoff terbahak-bahak..Seorang pelayan wanita membawakan minumam "Akuberpikir juga akan mengambil waktu istirahat, sambilmelaporkan kesanggupan Yang Mulia menjadi adipatiBlambangan."

"Ampuni hamba, Tuan. Hamba tidak akan pernah menjadiadipati..."

"Yang Mulia menolak kepercayaan VOC?" Schophofftersentak.

"Ampuni hamba, Tuan." Juru Kunci lebih berhati-hati."Bukankah ada yang lebih berhak?"

"Ada yang lebih berhak? Masalahnya bukan berhak atautidak. Yang penting adalah kesanggupan untuk bekerjasamadengan VOC. Sebab VOC-lah yang mengamankan Blambangandari pengacauan Wilis."

"Hamba tetap bersedia bekerja pada VOC. Tapi yang kitahadapi adalah kawula Blambangan. Mereka tidak pernahtunduk pada orang asing. Juga tidak pada orang yang bukansatria dan brahmana. Kita tidak bisa mengubah watak merekadengan paksa dan cepat. Sekalipun mereka telah menerimaaniaya hebat karena perang. Apakah kita akan memungkirikenyataan ini? Semakin keras aniaya mereka terima, semakinkuat pintu hati mereka tertutup."

Schophoff tidak menjawab. Ia mengangguk-angguk.Ucapan Juru Kunci sepenuhnya benar. Sesaat ia berdiri dan

Page 16: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

16

berdiri di dekat jendela. Ia pandangi kebun-kebun, sawah-sawah. Tiada petani pribumi Blambangan yang mengerjakansawah-sawah itu. Ke mana mereka? Benarkah mereka semuapunah?

"Hampir semua huma telah menjadi belukar kembali. Jugasawah-sawah di daerah-daerah, menjelma jadi rawa-rawapenuh ikan dan katak."

Masih saja memandang ke luar jendela. Kompeni tidakakan mendapatkan gaji jika tanah di Blambangan tidakmengeluarkan buah. Dan semua pegawai VOC digaji dari hasilperampokan milik orang lain. Tapi apa jadinya jika tanah yangmereka rampas dari Blambangan ini tidak mengeluarkanbuah? Padahal buminya begitu hijau. Menyiratkan kesuburanyang tiada tara. Tiba-tiba ia berbalik dan memandang tajampada Juru Kunci. "Lalu?"

"Kemungkinan besar kawula Blambangan akan mau dengarpada orang yang masih berdarah Tawang Alun...."

"Siapa orang itu? Setahu kami darah Tawang Alun semuapemberontak."

"Apakah Yang Mulia Arinten juga pemberontak? Tidak!Tidak! Tentu tidak semua, Tuan." Juru Kunci ikut berdirisambil menggoyang-goyangkan tangannya untuk meyakinkankata-katanya. Dan orang itu pun mengangguk-angguk! Arintenbegitu baik. Pernah menyelamatkan nyawanya yang diancampenyakit.

"Betul, Yang Mulia. Aku khilaf. Tapi, apakah Yang MuliaArinten sanggup melaksanakan tugas berat ini?"

"Tentu hamba tidak mengusulkan beliau. Jika kita bertolakdari rencana Tuan Pieter Luzac, yang akan menjadikan negeriini seperti Jawa lainnya, maka tidak boleh ada wanitamemimpin ,suatu negeri. Bukankah begitu lazimnya negeri-negeri Islam?"

Page 17: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

17

"Jadi?"

"Jadi hamba mengusulkan agar Mas Ngalit, adik Yang MuliaArinten, yang sekarang ikut Panembahan Rasamala diMadura."

"Ya, Tuhan... Yang Mulia ternyata amat bijak," Schophoffmemuji.

"Sekalipun ia masih muda, tapi hamba sanggupmembantunya dalam menjalankan pemerintahan diBlambangan. Cuma hamba tidak berani berbicara langsungdengan kawula. Itu pekerjaan sia-sia. Mereka tidak dengarhamba. Lagi pula, Mas Ngalit tentunya sudah belajar agamaIslam selama di Madura. Itu jauh lebih baik daripada hambayang menjadi adipati."

Schophoff menyetujui usul Juru Kunci. Ia berjanji akanmengusulkan hal itu pada gubernur di Surabaya. Bersamaandengan itu seorang pengawal kembali mengetuk pintu kamarkerjanya.

"Tuan Pieter Luzac tiba dari Surabaya."

"Suruh langsung menghadap!" Schophoff ingin segeramenerima berita. Memang berita bagi seorang pemimpin amatpenting.

Setelah menghormat pengawal itu segera me-munggunginya untuk kemudian lenyap di balik pintu.Beberapa bentar kemudian Pieter Luzac mengetuk pintu.Gerimis di luar mulai turun. Pencuci pakaian milik Kompenimengeluh karena jemuran sukar kering. Ayam-ayam yangberkeliaran di luar sedih berteduh di samping-samping rumah.Schophoff memerintahkan pelayan agar menyediakanminuman keras sebagai penghangat tubuh. Bertiga kemudianmereka minum bersama. Juga untuk menghormat kedatangananak buahnya itu.

Page 18: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

18

"Tuan tampak sehat dari Surabaya. Bagaimana denganHeinrich?" Schophoff bicara dalam bahasa Belanda.

"Kesehatan Tuan Heinrich belum menampakkan kemajuan.Tapi hamba sendiri menjadi sehat. Salam dari Tuan Gubernuruntuk Tuan," balas Pieter sambil minum. Juru Kunci hanyamengikuti pembicaraan mereka dengan pandangan matanya.Ia terkejut ketika tiba-tiba saja Schophoff terbahak-bahak.Juga Luzac. Ia tersenyum kecut tanpa makna.

"Selain itu jika Tuan sudah punya usulan tentang calonadipati, Tuan diperintahkan segera menghadap. Jika perluharini melalui Prabalingga," Pieter sedikit melirik Juru Kunci.Dalam angannya tentu orang ini calon adipati Blambangan.

"Yang Mulia Juru Kunci menolak." Schophoff kini bicaradalam Melayu karena menyinggung nama Juru Kunci agartidak menimbulkan kecurigaan. Ia melihat Pieter sedikitterperangah, karena salah duga. "Tapi Yang Mulia Juru Kuncisangat baik. Karena beliau ingin tetap bekerja dengan kitasebagai patih. Untuk jabatan adipati ia mengusulkan MasNgalit. Demi kebaikan VOC Beliau menolak."

"Patut diteladani. Ternyata Yang Mulia begitu tulusmembantu kami. Sepatutnyalah VOC memberikan bintangjasa," Pieter memuji.

"Bukan bintang jasa yang hamba harapkan. Tapi kejayaanVOC dan kesejahteraan bagi Blambangan sendiri," Juru Kuncimerendahkan diri dan bersikap hati-hati.

"Jika demikian Tuan harus segera berangkat ke Surabayaseperti perintah Tuan Gubernur untuk menyampaikan apayang telah kita rundingkan ini. Sebab rencana Tuan Gubernursang adipati akan dilantik di Surabaya sambil akan menerimapetunjuk."

"Sekarang juga?"

Page 19: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

19

"Kapal akan bertolak esok lusa dari Prabaling-ga. Jikaberangkat esok berarti Tuan harus meneruskan perjalananmelalui darat. Dan tentu akan amat melelahkan. Kapal sengajamenunggu, karena hamba melaporkemungkinan Yang MuliaJuru Kunci yang menjadi adipati. Dan Yang Mulia adipati akanmenerima petunjuk untuk mengatasi kekosongan daerah yangditinggal oleh pemiliknya itu. Ingat, sekarang sudah bulanJanuari tahun seribu tujuh ratus tujuh puluh tiga. Perang usaitanggal sebelas Oktober tahun lalu. Berapa bulan Blambangankomplang?"

"Baik aku akan berkemas. Tuan bisa beristirahat. Esok Tuankembali bekerja mewakili kami." Schophoff kemudianmendekat pada Jufu Kunci.

"Yang Mulia bisa memberitahu hal ini pada Yang MuliaArinten? Ah, betapa akan gembiranya perempuan itu."

"Hamba akan kerjakan."

"Terima kasih, Yang Mulia...."

Juru Kunci segera memerintahkan beberapa orangpengawalnya di rumah untuk bersiap mengantar Residen kePrabalingga. Istrinya kaget.

"Akan ke Prabalingga, Kanda? Sekarang juga?"

"Ya. Sebab Tuan Residen harus berangkat harini. Panggilanpenting. Amat penting sehingga tidak ada waktu...."

Tidak tergambar kekecewaan. Wanita itu tetap dengansetia mengantarnya ke gerbang rumah. Juru Kunci memangmengantar sampai ke gerbang kota Pangpang. Tapi ia tidakterus ke Prabalingga. Cuma para pengawal yang terus kePrabalingga. Sebab Schophoff memerintahkannya untukmemberitahu semua apa yang ia dengar itu pada Arinten. JuruKunci memberi perintah agar para pengawal menunggu TuanResiden di Prabalingga sampai kembali dari Surabaya. Setelahitu ia memutar kudanya ke Pakis dengan diiringi gerimis yang

Page 20: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

20

tipis. Namun itu cukup untuk membuat banyak orang menjadimalas keluar dari rumahnya. Bahkan tidak sedikit yang cumamenghabiskan persediaan makanan kering.

Entah siapa yang mula-mula mengajarkan mereka makanketela goreng. Juga yang mengajar mereka memasak santankental jadi minyak kelapa yang bermutu bagus. Tapikenyataannya wanita Blambangan mampu mengerjakannyadengan baik. Demikian halnya Arinten, saat itu ia telahmemerintahkan dayang menyiapkan pisang goreng, ubi jalargoreng, dan air aren panas untuk di suguhkan saat kehadirankekasihnya, residen Blambangan nanti. Sudah agak lamaorang itu tidak datang. Ia ingin berterus terang bahwa iasudah hamil. Perutnya mengandungkan benih Schophoff.Berkali ia berjalan mondar-mandir di beranda atau kadang kependapa. Lengang. Penjaga di gerbang tak lebih dari duaorang.

Keadaan Pakis memang telah menjadi lengang sepeninggalAyu Nawangsurya. Sebagian besar ikut bertempur di Derwanauntuk belapati atas gugurnya Mas Rempek. Kini jumlahpenduduk di seluruh Pakis tidak lebih dari sepersepuluhjumlah dahulu. Menyedihkan. Seperti daerah Blambanganlainnya, di Pakis pun banyak tanah dan sawah merana. Arintenmelihat kenyataan ini. Tapi tidak mampu berbuat sesuatu.Yang dapat dikerjakannya ialah mengiakan semua kata-kataSchophoff. Siang telah berlalu. Udara makin dingin. Gerimistidak lagi tipis. Mendung kelabu memayungi pandangan yangingin menembus langit. Harapan akan kehadiran Schophoffmakin pupus. Walau malam belum turun, bahkan senja masihjauh, tapi ia sudah memerintahkan para dayang memasangsemua pelita, setelah itu memperkenankan mereka pergiistirahat. Ia ingin sendiri. Ingin memanjakan angan menitikembali masa lalunya.

Ia tidak bisa menghitung lagi, berapa lama ia mendapatanugerah memandang cakrawala biru pada tiap harinya, juga

Page 21: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

21

berapa lama sudah mentari membakar kulitnya, ataurembulan membelai keheningan malamnya. Namun demikiania tahu dan merasakan, bahwa di perjalanan hidupnya adapahit dan manis yang harus dikunyahnya bersama-sama.Termasuk apa yang pernah dialaminya dengan Jaksanegara,bekas suaminya, yang ternyata hanya memburu kepuasanpribadi semata. Tidak mempedulikan lagi cita-citanya untukmenegakkan wangsa Tawang Alun. Dan kini dengandiboyongnya Nawangsurya oleh Panembahan Rasamala keBangkalan, kemungkinan untuk menguasai kembaliBlambangan kian tertutup. Kompeni kian mencengkeramkankukunya. Blambangan telah punah. Maka ia kini mencobamempertahankan keenakan sebagai pewaris kera-jaan denganmengikat Residen di tempat tidurnya. Sebab cita-cita untukmenguasai Blambangan pupus. Tentu yang akan menjadipenguasa Blambangan adalah Juru Kunci.

Lamunannya tiba-tiba saja ambruk. Derap kuda yangberhenti di depan pendapa menyentak-kannya. Ia menoleh kekiri-kanan. Para dayang sudah istirahat di gandok belakang.Atau mungkin pergi ke kamar untuk berkencan dengan parapengawal. Bergesa ia melangkah ke pendapa. Siapa tahuSchophoff. Ia sempatkan ke kamar untuk bercermin danmembetulkan kain serta kemben. Juga rambut mendapatsentuhan kembali.

Melewati lorong yang kiri-kanannya ada empat buah kamar,ia setengah berlari ke pendapa. Di bawah keremangan iatampak terhenyak dan berhenti untuk beberapa bentar.Berulang menggosok matanya, untuk meyakinkan siapa yangberdiri di antara pilar-pilar besar pendapa itu.

"Inilah, hamba, Yang Mulia," suara lelaki itu menghapustanya dalam kalbunya. Namun begitu ia cukup terkejut ataskehadiran penguasa tertinggi Blambangan itu. Tanpapengawal dan basah kuyup. Tampaknya kedinginan. Ah, orang

Page 22: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

22

yang pernah berjasa membebaskannya dari cengkeramanJaksanegara.

"Mari, Yang Mulia... silakan masuk. Tentu ada yang sangatpenting sehingga Yang Mulia berkenan datang ke Pakis. Dalamhujan begini."

"Hamba mendapat perintah dari Tuan Schophoff. Beliausekarang pergi ke Surabaya. Dan hamba membawa kabargembira."

Juru Kunci mengekor di belakang Arinten. Udara makindingin. Besar istana Pakis ini. Arinten mengajaknya ke ruangmakan di mana telah tersedia minuman dan makanan yangsedianya diperuntukkan bagi Schophoff. Sambilmempersilakan duduk Arinten menyodorkan air aren dan arak.Ia sendiri sudah terbiasa minum arak. Jaksanegara yangmembiasakannya. Sebuah meja besar dikelilingi enam buahkursi ukir persis di tengah ruangan.

"Yang Mulia tentu kedinginan. Hamba masih menyimpansarung Yang Mulia Jaksanegara, dan sebuah baju beludrunya.Ah, mungkin cukup untuk menolong sementara agar YangMulia tidak..." Arinten segera masuk ke kamar untukmengambilkan. Di kamar kosong Juru Kunci dipersilakanmengganti pakaiannya. Setelah itu mereka duduk kembali dikamar makan. Dinding papan berukir mengelilingi ruanganyang diterangi oleh pelita itu.

"Boleh hamba mendengar kabar gembira itu sekarang?"Arinten tidak sabar. Juru Kunci memperhatikannya minumarak. Senyum wanita itu masih seperti dahulu. Sungguhmenawan. Yang lebih mengagumkan adalah alis matanya.Arinten mengerti Juru Kunci sedang memperhatikannya.Hatinya berdesir. Pandangan mata Juru Kunci penuh birahi.Padahal sejak dulu ia sebenarnya tidak senang melihat wajahitu. Karenanya ia cepat-cepat lari pada pelukan Residen.Sekalipun ia pernah dengar dari bekas selir Jaksanegara

Page 23: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

23

tentang kehebatan Juru Kunci di tempat tidur. Merekamengibaratkannya bagai Arjuna.

"Hamba menolak menjadi adipati Blambangan."

"Menolak anugerah itu? Aneh, Yang Mulia."

"Hamba bukan Yang Mulia Jaksanegara. Hamba tahu itubukan hak hamba."

Arinten kaget mendengar itu. Ia pandang wajah bopeng dihadapannya. Wajah itu tersenyum. Pandangan Arintenmenelusur ke bawah. Perut Juru Kunci nampak terbuka. BajuJaksanegara kekecilan untuk perut Juru Kunci yang setengahbuncit itu. Perut itu pun berkulit bopeng. Rupanya seluruhtubuh bopeng.

"Yang Mulia tidak percaya? Bisa lihat buktinya nanti."

"Lalu? Siapa yang akan memimpin Blambangan nanti?"

"Tentu orang yang berhak. Darah Tawang Alun."

Makin kaget. Bara dalam dada Arinten meletup seketika. Iabangkit sambil mengguncang tangan Juru Kunci, sesudahterlebih dulu minum satu gelas arak lagi.

"Tuan Schophoff semula memang menunjuk hamba. Tapihamba mengusulkan agar darah Tawang Alun yangmemerintah demi cakrawarti Blambangan sendiri." Dalamjarak dekat Juru Kunci tidak bisa tidak makin mengagumiwajah janda kembang itu. Janda bekas atasannya yang kinisedang dalam pembuangan. Belum dicerai menurut hukumagama memang. Tapi harapan untuk bersua kembali tidakada. Sebaliknya, kegembiraan yang meledak di hati Arintenmemunahkan kejijikan yang selama ini memenuhi hatinyasetiap kali bersua Juru Kunci. Padahal mereka pernahbekerjasama menjatuhkan Jaksanegara.

"Yang Mulia..."

Page 24: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

24

"Sungguh, Tuan Residen sekarang pergi menjemput MasNgalit atas usul hamba itu. Dan upacara pelantikan akandiadakan di Surabaya oleh Tuan Gubernur. Sebab hanyabeliau yang hamba pandang. Tapi sekalipun kurangberpengalaman, hamba akan sanggup menjadi patih beliau."

Kegembiraan Arinten benar-benar tak tertahan. "Kita wajibmerayakan ini. Kita makan bersama....

"Sepatutnya kita merayakan. Hamba lihat Yang Mulia sukaminum arak juga. Hamba punya minuman arak Belanda.Hadiah Tuan Schophoff waktu berangkat tadi. Hamba akansenang jika hamba mendapat kesempatan minum bersamaYang Mulia."

"Hamba akan menemani, Yang Mulia."

Juru Kunci segera pergi ke kudanya di depan pendapa.Rupanya ia membawa dua botol minuman keras sebagaibekal. Sementara itu Arinten menyediakan daging kambingbakar yang sudah ada di tempat penyimpanan. Dua gelas iasediakan untuk minuman. Arak wangi juga tersedia. Untukmerayakan impian yang hampir pudar karena ulahJaksanegara itu. Impian itu kini terbit kembali. Juru Kunciyang membangkitkannya.

Arinten tidak tahu apa nama minuman Belanda yang masukke dalam tenggorokannya itu. Satu gelas memang terasaenak. Bercampur daging kambing, arak wangi, diselingi ceritatentang masa depan Wangsa Tawang Alun atau sedikit humor,Arinten makin lupa diri. Tubuhnya serasa makin melayang diawang-awang. Kegelapan telah turun menggantikankeremangan. Hujan turun lebih lebat dari tadi. Arinten antarasadar dan tidak telah berpindah tempat duduk. Dari kursi kepangkuan Juru Kunci yang tinggi besar itu. Juru Kunci makinberani. Ia tidak mabuk. Maka ia sadar ketika dengan sengajamelepas kemben ungu dari dada Arinten. Udara dinginmenyentakkan Arinten. Ia lihat susunya telah terbuka. Tapientah mengapa ia tidak marah. Berdiri sebentar. Meletakkan

Page 25: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

25

gelas. Juru Kunci ikut berdiri. Seperti bayang-bayang. Bahkankini lekat. Tangannya melingkar di tubuh Arinten. Suara napaskuda terengah-engah. Gemercik suara hujan. Kegelapan dankedinginan berjalan bersama. Pelangi membayang dalamangan. Lampu pijar, bintang gemintang, muncul-muncul tiadaseperti gabus pelampung dari pancing yang mulai disentuhikan. Ringkik kuda dan rintih manusia tak bisa dibedakan.Mengantar pagi yang menjelma.

* * *

Berbeda dengan daerah Blambangan lainnya, Songgontidak terlantar. Sawah dan huma kian subur. Sepanjang matamemandang padi seolah merupakan garis-garis hijau yangditarik lurus dari ujung ke ujung. Teratur dan rapi. Kebiasaanternyata memudahkan wanita-wanita Songgon bekerja begiturapi walau tidak dibantu penggaris atau alat bantu lainnyaketika mereka menanam secara beramai-ramai di sawah-sawah. Sama seperti kerbau-kerbau mereka yang tidak pernahmeninggalkan alur bengkok di tanah kala membajak.Kebiasaan telah menciptakan naluri dalam tubuh manusia.Demikian pula di ladang. Jagung sudah mulai ditanam duabulan lalu. Kini berjajar lurus-lurus, baris demi baris. Jikadipandang dari angkasa maka tampaknya akan sepertipuluhan ribu garis lurus yang sejajar. Lombok, terong, dansayur-mayur lainnya memadati halaman samping tiap rumah.Pohon-pohon perdu Luntas atau Waribang (kembang sepatu)menjadi pagar tiap halaman depan. Lamtoro berbaris dipinggir-pinggir jalan.

Memang tidak ada sebuah pun loji di sini. Satu-satunyarumah batu adalah milik Rsi Ropo yang saat ini ditinggalimurid-muridnya dan Mas Ayu Tunjung, serta parapengawalnya. Mas Ayu Tunjung sendiri-lah yang beranimemasuki kamar Rsi untuk membersihkannya. Hari-haripertamanya di Songgon memang merupakan aniaya bagihidupnya. Hari-hari yang dikungkung mendung. Betapa tidak!

Page 26: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

26

Memang saat itu adalah awal musim hujan. Penantian ataskehadiran kembali Mas Sratdadi mengganggu angannya dalamtanya, mengapa kau tidak datang? Atau semua orang harusberpisah denganku? Hari-hari yang penuh dengan kerinduan.Semua orang yang pernah mengasihi dan dikasihinya telahpunah. Ayu Prabu yang pernah tidak disukainya tapidikaguminya itu pun punah tanpa jejak. Laporan mengatakanbahwa ia mati dibakar di sebuah gubuk sebelum Wiliskekasihnya juga mati dengan tanpa bentuk lagi. BeruntungMas Ayu Tunjung kala memutuskan menanti Mas Sratdadisambil membersihkan dan menunggui padepokannya. Semulaia khawatir jika Sratdadi datang kemudian menerima laporantentang gugurnya Mas Ayu Prabu serta Wilis dan semuapemuka Bayu akan menjadi kalap dan marah, sehinggakehilangan penguasaan diri.

Kesepian dibunuhnya dengan membaca gulungan lontarmilik Rsi Ropo. Dari semua lontar itu, ia tahu bahwa pemudayang dulu pernah jatuh hati padanya itu memang pantasmenyandang gelar Rsi. Kendati pun ia bukan seorangketurunan brahmana. Yang membuat ia lebih kagum lagiadalah catatan Rsi tentang Ayu Prabu. Ah, Ayu Prabu lagi!pikirnya. Tapi setelah membaca, hatinya mengakui kehebatanwanita itu. Betapa tidak? Ia telah menjadikan Sayu Wiwit,seorang biarawati, menjadi momok bagi Kompeni.

Bahkan Ayu Prabu pula yang mengatur sehingga Jagapatimerasa pernah menikmati tubuh sayu (wanita yang telahdisucikan oleh brahmana ciwa) itu. Padahal ia berusahamenjodohkan Sayu Wiwit dengan kakaknya, Mas Puger atauRamad Surawijaya. Ah, menyesal mengapa tidak dekatdengan Ayu Prabu sejak dulu? Apalagi setelah membacacatatan Ayu Prabu sendiri. Ah, ini bagian dia bersua denganpemuda Cina. Siapa ini? Tha...? Oh, Khong Ming? Luar biasaAyu Prabu. Sering menerima hadiah permata dan mutiara?Oh, juga Khong Ming memberikan banyak uang? Mengapa ia

Page 27: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

27

menolak menjadi istri Khong Ming? Dia telah jatuh cinta padaWilis?

Di bagian lain lontar Mas Ayu Prabu mengatakan:

"Jika aku harus menjadi istri Wilis, tentunya bukan karenaaku jatuh cinta padanya. Dulu itu mungkin. Tapi sekarang akutahu seperti ibuku tahu jauh di lubuk hatinya, bahwa Wilisadalah putra ayahku sendiri, Wong Agung Wilis. Tapi baikibunya, Yang Mulia Yistyani maupun ayahku yang saat ini diMengwi, tidak mau menjelaskannya. Aku tahu mereka tidakingin Wilis, junjungan Blambangan itu terguncang jiwanya.Aku pun tidak ingin ia terguncang. Karena itu demi HyangMaha Dewa, aku akan mendampinginya sampai musuh punahdari bumi kelahiran yang menyusui aku ini. Aku lebihmencintai negeri ini daripada Wilis. Demi Blambangan akuharus mendorongnya. Aku sadar jika putra-putra Blambangansendiri seperti halnya diriku tidak melakukan sesuatuuntuknya, maka kelak akan terjadi Blambangan pulas tertidurdi bawah telapak kaki bangsa-bangsa asing dan satria pribumiyang merajakan diri sendiri!"

Seperti tanaman layu yang kembali mendapat air segar,tiba-tiba semangat Mas Ayu Tunjung bangkit kembali. Ya, jikaputra-putranya tidak berbuat sesuatu, Bla/nbangan kelaktertidur! Tertidur di bawah'injakan kaki, di bawah aniaya. Ah,betapa hebat orang yang menginjak itu sehingga yang diinjaktidak terasa bahkan tertidur!

Sejak saat itu ia mendekati kawula di Songgon. Berbincangdan membantu mereka di sawah. Menolong mereka jikasedang sakit. Tunjek dan seluruh pengawalnya membantu. Iamemberikan ajaran-ajaran seperti saat dulu Rsi Ropo belummeninggalkan mereka. Bahkan memimpin pembukaan sawahdan ladang baru bagi mereka yang baru saja tiba dari kota.Dan benar, kawula Songgon dapat kembali tersenyum. Apalagisetelah setiap beberapa hari ini Mas Ayu Tunjung memberikan

Page 28: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

28

tuntunan bagaimana cara menghadapi ponggawa Blambanganjika sewaktu-waktu mereka mencium kedudukan mereka.

"Jangan takut!" ujar wanita manis itu di saat merekaberkumpul. "Kalian jangan menjawab apa pun yang merekatanyakan!! Biar aku sendiri yang akan memberikanjawabannya. Mengerti?"

"Mengerti!!!" teriak mereka, laki-perempuan, berbareng.

"Rsi Ropo akan kembali di tengah-tengah kita. Karena itubertekunlah pada ajaran yang pernah diberikannya."

"Dirgahayu! Dirgahayu!" mereka berteriak senang.

Meluap hatinya menyaksikan betapa kawula masihmengharapkan kehadiran Rsi Ropo yang sebenarnya adalahMas Sratdadi. Ia tahu persis mengapa demikian. Tentu karenamereka melihat Wong Agung Wilis dalam Rsi Ropo.

"Kita tidak akan berperang lagi. Karena kita tidak punyadaya dan sarana untuk memenangkan suatu peperangan. Tapikali ini kita akan melawan mereka dengan jalan damai. Sepertidulu kala Rsi ada, kita tidak mengakui pemerintahanPangpang. Maka sekarang pun kita tidak mengakuinya. Kitatidak sudi hidup di bawah perbudakan. Pengalaman mengajarpada kita bahwa setiap kehadiran kekuasaan asing adalahbencana. Sanggup kalian menolak mereka?"

"Sanggup!! Sanggup, Yang Mulia!!" kembali merekaberteriak berbareng.

"Dengan demikian kita tidak perlu mempersembahkan upetipada siapa pun. Kita untuk kita sendiri."

Kawula senang mendengar pernyataan itu. Merekabertekad menata kembali kehidupan di Songgon di bawahpimpinan Mas Ayu Tunjung. Seorang wanita yang datangdengan membawa beberapa bagian tubuh Wilis yang dapatditemukannya dan dibakar di desa Songgon. Maka kembaliSonggon berjalan tanpa kendali dari pemerintah Pangpang:

Page 29: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

29

Walau beberapa bulan kemudian mereka mendengar beritabahwa Blambangan sekarang diperintah oleh seorangketurunan Tawang Alun yang bernama Mas Ngalit. Tunjungberusaha mengingat siapa dia? Ketajaman ingatannyamembawa pada masa kanak-kanak. Pernah ia dikenalkandengan seorang pemuda cilik bernama Mas Ngalit. Keturunandari Pakis.

"Bukankah Yang Mulia lebih berhak?" bertanya Partini,pengawalnya.

"Betul, bukankah Yang Mulia lebih berhak?" Tunjek ikutbertanya.

"Kekuasaan Blambangan telah ambruk. Wang-sa TawangAlun telah kehilangan kembangnya. Maka sekarang, siapa punyang telah memunggungi leluhur dan Hyang Maha Dewa, diamerasa berhak atas tahta di Blambangan. Dan aku tidak akanmengincar tahta itu. Sebab aku tidak sudi bekerjasamadengan kekuatan asing untuk menginjak kepala kawula yangmemberiku makan setiap hari."

"Tapi kita tidak bisa membiarkan mereka terus begitu...."

"Dari delapan puluh ribu lebih kawula dan laskarBlambangan yang bertempur tahun lalu kini tinggal lima ratusorang di Songgon dan mungkin dua ribu lebih tersebar diberbagai hutan, masih kurangkah usaha kita membendungmasuknya bule itu? Tidak bisa begitu, Tunjek. Yang dapat kitalakukan sekarang, menjaga hati kita agar tidak ikut terampasbersama bumi beserta seluruh kekayaannya. Memang kitaberdosa karena tidak berdaya mempertahankannya. Tapibukan berarti tidak melakukannya sama sekali. Kita sudahbermandi keringat dan darah."

Laporan berikut yang datang pada Mas Ayu Tunjung adalahdatangnya rombongan lelaki dan perempuan yangdiperkirakan dari daerah-daerah Mataram. Mereka datangdengan berjalan kaki gelombang demi gelombang di bawah

Page 30: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

30

pengawalan pasukan bersenjata Kompeni. Kemudian merekaditempatkan di rumah-rumah kosong yang ditinggalkan olehyang empunya. Mas Ayu Tunjung menjadi terperangahkarenanya. Karena itu ia memerintahkan pada kelimapengawalnya untuk mencari tahu siapa sebenarnya mereka.

"Ini perampokan benar-benar!" ia mengumpat. Marah dankesal menyatu dengan ketidakberdayaan.

Page 31: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

31

2. SARANG CAMAR PUN PUNAH

Arinten tidak bisa menyambut kehadiran adiknya diPangpang saat pemuda itu tiba dari Surabaya sesudah dilantikmenjadi adipati Blambangan. Sebuah kerajaan yang telahditurunkan derajatnya menjadi kadipaten. Tentu ia tidakberkuasa lagi atas Probolinggo, atau daerah sekitarnya.Bahkan Lumajang yang pernah menjadi ibukota Blambanganpun tidak. Hujan sehari-hari menandai awal pemerintahan MasNgalit pada tahun seribu tujuh ratus tujuh puluh tiga itu. Inginia pergi ke Lo Pangpang. Tapi bukan cuma hujan yangmenghalanginya. Sebab yang pokok ialah sakitnya.

Kenikmatan dan kepuasan yang ia terima dalam pelukanJuru Kunci semalam kala orang itu menyampaikan beritapengangkatan Mas Ngalit dulu, harus dibayarnya denganperdarahan. Ia sadar bahwa benih Schophoff punah karenakehebatan Juru Kunci di tempat tidurnya. Ia mengakui bahwaselama ia kenal dengan lelaki, tidak ada yang sehebat JuruKunci. Benar-benar kuda jantan di malam hari. Sudah lebihlima belas hari, belum juga pulih kekuatannya. Jamu kunyitcampur lempuyang serta telur ayam tidak pernah terlambattiap hari.

"Salah sendiri," bisik seorang dayang pada lainnya. "Apabelum pernah dengar bahwa- Yang Mulia Juru Kunci itu tidakbisa punya anak. Habis nafsunya besar.:.."

"Kau..." Yang lain tersenyum mendengar itu.

"Benar! Ah, Mas Ayu seperti tidak ada puasnya. Sudahpunya Tuan Besar kan lumayan. Sekarang mana ada oranglebih berkuasa dari Tuan Besar Residen itu."

"Janda yang kesepian. Maklum saja," yang lebih tua ikutberceloteh. "Dingin-dingin lagi...." Suara kikik merekatertahan-tahan. Takut kedengaran Mas Ayu Arinten. Bisakehilangan pekerjaan. Lumayan menjadi dayang daripadapetani yang terus terbakar terik mentari. Jika ada untung

Page 32: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

32

menjadi dayang bisa berkenalan dengan para pengawal.Lebih-lebih jika ada bangsawan yang menginginkannya. Bisa-bisa menjadi selir bangsawan tersebut.

Beruntung bagi Arinten, jamu-jamu itu ternyatamenolongnya. Berangsur-angsur membaik kendati masihbelum mampu berjalan jauh. Itu sebabnya ia cuma mengirimsurat pada adiknya melalui Juru Kunci.

"Kenapa Kanda Dewi tidak bisa hadir? Apa sakitnya?" MasNgalit heran.

"Hamba sama sekali tidak tahu, Yang Mulia. Surat inihamba terima dari seorang dayang," Juru Kunci gugup. Iasendiri tidak tahu persis. Memang ia tidak mengerti bahwasepeninggalnya Arinten keguguran.

"Jika demikian aku sendiri akan menghadap Kanda,"katanya sambil menghadap Residen.

Schophoff menerima penghadapan mereka dengan senang.Kali ini ia akan menjelaskan perintah Gubernur untukdilaksanakan di Blambangan. Mas Ngalit belum terbiasamemasuki gedung itu. Maka ia perhatikan dengan sungguh-sungguh semua pilar, dinding, dan semua hiasan. Di sampingkanan agak ke belakang meja Schophoff berdiri benderamerah-putih-biru. Tepat di dinding atas di belakang kepalaResiden terdapat gambar yang tidak ia mengerti maknanya.Lambang kerajaan Belanda. Di samping kiri terdapat beberapabendera yang juga tak diketahuinya bendera mana. Tapi jauhdalam lubuk hatinya timbul dugaan bahwa itu adalah benderaKompeni dan VOC. Tidak ada lambang Sonangkara (lambangnegara Blambangan; gambar kepala anjing hitam) atauumbul-umbul Jingga milik kerajaan Blambangan. Ia tahuBelanda sedang menghapus kerajaan Blambangan. Samadengan kerajaan Nusantara lainnya. Semua harus bersimpuhdi bawah telapak kaki si bule.

Page 33: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

33

Tapi Mas Ngalit tidak merasa perlu memikirkan itu.Kegagalan Mas Rempek cukup membuatnya ketakutan. Untukberpikir seperti Rempek itu pun takut.

"Ah, selamat pagi, Yang Mulia," Schophoff memulai.

"Selamat pagi, Tuan," kedua orang itu membalas sambilmenghormat. Sekilas Mas Ngalit melirik dua gadis yang berdiridi samping kiri-kanan Schophoff sambil mengipasinya. Kendatimusim penghujan, Schophoff memerlukan pengipas. Tentubukan untuk mengusir kegerahan. Tapi untuk memamerkankebesarannya*

"Tentu Yang Mulia kaget melihat keadaan Blambangan saatini. Tapi ini dilakukan demi kita semua. Dan ini sudah menjadiperintah Gubernur untuk mengisi kekosongan Blambangandengan penghuni baru. Supaya mereka dapat memanfaatkanladang-ladang dan sawah-sawah yang ditinggal olehpemiliknya. Kewajiban Yang Mulia adalah menjaga agar tidakada pembangkangan lagi. Sebab pembangkangan akanmenyebabkan berkurangnya pendapatan negara. Pendapatankita semua."

"Jadi mereka diterima menjadi kawula Blambangan?"

"Ya! Dengan syarat mereka tidak boleh melakukan apayang pernah mereka kerjakan di daerah asal mereka. Danmereka sanggup dipekerjakan sesuai mau kita."

"Jadi siapakah mereka itu? Dari mana?" Juru Kunci terkejut.

Schophoff tertawa. Tubuhnya berguncang-guncang.

"Orang-orang dari wilayah Mataram yang sudah diserahkanpada VOC. Jangan resah, Yang Mulia. Di daerah asal merekabinal, tapi di Blambangan itu tidak boleh terjadi. Kita harusmenjinakkan mereka."

"Ya Allah, Hamba belum mengerti, Tuan." Mas Ngalit masihbingung. Apakah lelaki dan perempuan yang datang itu sama-sama binal? Celakalah mereka jika harus memimpin kawanan

Page 34: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

34

binal. Satu orang binal mampu meributkan orang satupedesaan. Apalagi satu kawanan? Ah, bukan cumasekawanan. Tapi pada kenyataannya mereka telah datanggelombang demi gelombang dengan tanpa persetujuankawula sebagai pemilik tanah Blambangan. VOC memangtidak pernah memerlukan persetujuan. Tapi semua-mua harustunduk pada kemauan VOC. Siapa yang mampumembendung? VOC bermodalkan segala. Uang, pasukan, dankepandaian. Pribumi?

"Yang Mulia akan mengerti nanti. Tapi yang pentingsekarang adalah pengaturan mereka. Yang Mulia berdua harusmengatur mereka. Percayalah, kesibukan kerja yang kitaberikan akan membuat mereka tidak sempat berpikir tentangkebinalan. Apalagi jika kita mampu menciptakan suasanasedemikian rupa sehingga jika di antara mereka meluangkanwaktu untuk melakukan kebinalannya kembali, mereka akanlapar. Karena itu Yang Mulia harus memberi keterangan padamereka."

"Baik hamba akan beranjangkarya untuk bersua denganmereka, kelompok demi kelompok. Dan berbicara denganmereka, pedesaan demi pedesaan," Mas Ngalit berjanji.

"Akan kami siapkan pengawalan, Yang Mulia." Schophoffgirang. "Lalu apa rencana Yang Mulia selanjutnya? Ada usul-usul?"

"Ada. Hamba tidak ingin menempati rumah bekas milikYang Mulia Jaksanegara. Hamba akan pulang ke Pakis terlebihdahulu. Dan sesegera mungkin hamba ingin membangunkanibukota baru bagi Blambangan. Bukan lagi di Lateng atauPangpang. Tapi hamba memilih Bandar Sumber-wangi sebagaiibukota."

"Ya Tuhan!" Schophoff terkejut mendengar usul itu. "Apaalasan Yang Mulia tidak suka tinggal di Pangpang?"

Page 35: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

35

"Setelah perang yang amat menyedihkan itu hamba inginmemerintah Blambangan dengan suasana baru. Kota yangbaru. Tentu akan lebih baik dari dahulu. Nah, di Sumberwangikita akan mendirikan istana baru. yang berhadapan denganMesjid Agung. Hamba ingin ada Mesjid Agung di ibukotaseperti halnya di Bangkalan, atau layaknya ibukota daerah-daerah lain."

"Apakah tidak bisa itu kita bangun di Lateng dan Pangpangatau Wijenan?"

"Di Sumberwangi yang bandar itu kawula lebih banyakbergaul dengan segala bangsa. Pikiran mereka akan lebihterbuka. Karena persinggungan antara darat dan lautmembawa arti tersendiri dalam kehidupan. Tiappersinggungan akan mampu mengubah nilai dalam kehidupan.Sebaliknya mereka yang tinggal di pedalaman dengan tanpapersinggungan, maka mereka lebih cenderung berkokohdalam ajaran moyangnya."

Sekali lagi Schophoff tertawa. Juru Kunci kagum. Dari manaMas Ngalit yang dulu terkenal sebagai seorang pendiam danpenakut itu belajar berpendapat? Bahkan mengeluarkanpendapatnya seperti itu? Ah, ia tidak salah pilih. Beberapabulan di Madura rupanya membawa berkah untuk anak mudaini.

"Itu pendapat yang amat bagus. Hamba akanmemerintahkan Tuan Pieter Luzac ke Surabaya untukmelaporkan rencana ini pada Gubernur. Sementara itupembangunan segera akan kita mulai. Yang Mulia harusmemerintahkan pada para bekel supaya mengerahkansebagian penduduk laki-lakinya ke Sumberwangi."

"Besok hamba mulai bergerak. Harini hamba akan pulangke Pakis. Hamba mohon besok Yang Mulia Juru Kunci bergerakke utara, sedang hamba ke selatan sambil seterusnyamengawasi pembangunan di Sumberwangi."

Page 36: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

36

"Untuk sementara Yang Mulia bisa tinggal di rumah bekaskediaman Yang Mulia Suratru-na. Rumah itu sudah jadi milikVOC dan jika tidak dipergunakan akan kami lelang pada parasaudagar. Banyak yang mau. Terutama saudagar Cina."

"Jika demikian, kita tak perlu membangun istana baru.Sebaiknya itu saja diperbaiki. Diperluas dan disempurnakansesuai dengan kebutuhan seorang adipati."

"Usul yang amat bagus karena dapat mengurangi biaya."

Juru Kunci segera menceritakan pada istrinya kala sampaidi rumah. Dan mereka amat gembira karena ternyata MasNgalit tidak menghendaki rumah Jaksanegara yang merekatempati itu. Tidak salah Juru Kunci memilih Mas Ngalit.Sewajarnya Mas Ngalit berbuat seperti itu, untuk membalasbudi Juru Kunci sehingga ia bisa kembali ke Blambangan.Sementara kakaknya; Nawangsurya tidak mendapat perkenandari Panembahan Rasamala. Orang tua itu takut kehilanganwanita cantik dari Blambangan yang menjadi lambang bahwaia pernah mengalahkan Blambangan. Sedih hati Nawangsuryatidak bisa mengikuti perjalanan pulang adiknya.

Sementara itu Mas Ngalit serta beberapa orangpengawalnya memacu kudanya ke Pakis. Ia benar-benarkaget. Orang-orang tidak lagi menjatuhkan diri untukmenyembah pada pembesar negeri yang lewat. Tidak sepertidi Madura. Atau daerah lain yang pernah dilihatnya. Perasaantidak senang membelit hatinya melihat ini. Ia ingin agarsemua orang di Blambangan menghormatinya. Perubahanwatak yang tak pernah disadarinya. Dulu ia tak beranimenuntut itu. Namun kini hatinya menuntut. Siapakah akumaka orang bersikap tidak ramah padaku?

Mas Ngalit tidak pernah menyadari bahwa kawula tidakmengenalnya lagi sekarang. Dahulu ia tak pernahmengenakan pakaian seperti itu.

Page 37: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

37

Tidak pernah mengenakan blangkon seperti laiknyapembesar Mataram. Tidak pernah mengenakan baju hitamberenda-renda emas di dadanya. Ia dulu telanjang dada danberdestar di kepalanya. Kini ia tidak lagi mengenakan pendingemas di pinggangnya sebagai tanda bahwa ia adalah seorangpangeran Blambangan. Cuma orang-orang yang baru datangdari daerah Jawa lainnya yang menyembahnya di batas kotaPangpang.

Keheranannya makin dalam kala masuk ke wilayah Pakis.Bukan cuma huma yang tampak merana serta rumah yangkosong. Tapi juga tidak berkeliarannya kawula di sawahtempat mereka mendapatkan makanan. Ke mana mereka itu?Juga tidak nampak si Tole atau si Enduk berlarian di halaman-halaman rumah. Mengapa pasar juga sepi? Tidak lagi nampakberjubel seperti kala Mas Rempek masih hidup. Apakahmereka punah bersama Mas Rempek? Dan kala matanyamencoba menembus ke dalam kedai-kedai itu, kebanyakanpemiliknya kini berkulit kuning dan bermata sipit. Ke manapara pedagang pribumi yang dulu itu?

Apakah seluruh Blambangan menjadi demikian adanya?Jika demikian berapa jumlah kawula Blambangan yang punah?Sungguh di Pakis ini Mas Ngalit mencoba menghitung berapayang masih tinggal. Tidak ada sepersepuluh dari jumlahsebelum perang. Sungguh mengagumkan kekuatan pasukanKompeni yang bergabung dengan Madura, Surabaya* Sidayu,dan Pasuruan. Betapa konyolnya melawan pengaruh asingyang sedang naik daun ini, pikir Mas Ngalit sambil berjanjipada diri sendiri tidak akan mengulangi kesalahan Rempekataupun Sutanega-ra dan Wangsengsari.

Istana Pakis tampak lengang. Pasukan pengawal jugaKompeni. Apakah kakaknya dikenakan penahanan rumahmaka tidak menyambutnya di Pangpang? Apa arti pengawalanoleh Kompeni ini di seputar istana? Pasukan pengawal ituberdiri dalam jajar yang rapi untuk memberi penghormatan.

Page 38: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

38

Hatinya agak lega. Apalagi setelah Arinten nampak berjalanlambat-lambat di pendapa untuk menyambutnya. Perlahansekali seolah takut bumi yang dipijaknya itu akan amblas.Ngalit sama sekali tidak mengerti bahwa perasaan nyeri masihmengganggu di perut bagian bawah kakaknya.

"Assalamuallaikum...." Arinten sedikit terkejut mendengaradiknya memberikan kata pembukaan seperti itu. Namun iasegera sadar, bahwa Madura telah mengubah adiknya. Makaia pun memberi salam seperti yang pernah diajarkan gurungaji Jaksanegara dulu.

"Masuklah, Adikku...." Ia tidak berani mendekat untukmemeluk atau mencium adiknya itu. Tatanan baru yang mulaidiberlakukan sejak zaman Jaksanegara dan Wangsengsarimelarangnya untuk melepas rasa rindu dengan cara itudengan orang berlainan jenis kecuali suaminya sendiri.

Mas Ngalit menyembah sambil tetap berdiri dari beberapajarak. Sekalipun rasa rindu mengentak dalam dadanya. Iagembira melihat kakaknya mengenakan kemben. Juga tidaklagi menyelipkan cundrik di depan perutnya.

"Ke mana semua binti perwara?"

"Jangan lagi mengingat mereka! Cuma ditemani lima orangdayang. Semua orang telah meninggalkan kita. Semua inginmenempuh jalannya sendiri-sendiri."

"Ah, Kanda, mereka tidak mengerti bahwa apa yang kitaalami adalah takdir. Itulah celakanya jika tidak mengenalTuhan. Sekalipun berusaha setengah mati, jika sudah takdirmana mungkin bisa mengalahkan Belanda? Apalagi jika semuaadipati di Jawa ini membantu mereka, maka kita tidakubahnya ketimun!! Ya! Ketimun melawan durian. Ah, kitaharus tinggalkan jalan pikiran lama. Hidup dalam tatanan barudalam jalan pikiran baru pula. Hamba akan mencobamenyadarkan kawula Blambangan. Dan hamba akanmembangunkan ibukota baru bagi Blambangan."

Page 39: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

39

"Adinda adalah tumpuan harapan Tawang Alun saat ini.Karenanya aku akan membantu sepenuh daya untuk tiaplangkahmu."

"Alhamdulillah! Syukur-syukur."

Keduanya masuk ke ruang tengah. Para pengawal telahdiperintahkan istirahat. Arinten melihat ada banyak perubahandalam diri adiknya. Bukan cuma cara berpakaian. Carabicara dan cara berjalan pun tampak berubah. Tampaknyasemua sudah diatur seperti meniru cara Gubernur Van deBurgh berjalan dan bicara. Juga mendengarkan -pembicaraanorang lain yang disertai mengangguk-angguk. Arinten sedikitberdesir. Jangan-jangan hati adiknya itu juga berangsur-angsur berubah seperti Belanda. Ah, jika demikian maka orangBlambangan akan semakin menjauhkan diri. Apakah mungkinmereka menjadi satria Blambangan yang tidak dihormati olehkawulanya sendiri?

Beberapa bentar kemudian keduanya terlibat dalampembicaraan yang panjang dan melingkar-lingkar. Salingmenceritakan pengalaman. Tapi tentu saja Arinten tidakmenceritakan pengalamannya dengan Schophoff yangmembuatnya mengandung dan kemudian keguguran karenaulah Juru Kunci. . "Kasihan Kanda Nawangsurya." Arintenmengingat kakaknya yang jelita itu. "Mengapa ia bersusahmenjadi seorang istri adipati yang begitu perkasa dan punyanama adiluhung (terhormat dan terkenal)

"Beliau selalu ingat Rempek. Nampaknya beliau sangatdendam pada suaminya sendiri. Kini Panembahan Rasamalasedang sakit. Ketuaan menggerogoti keperkasaannya. KandaNawangsurya tidak pernah menghadap jika tidak dipanggil.Padahal sang Panembahan benar-benar mencintainya." MasNgalit diam sebentar sambil menebarkan pandangnya kesekeliling ruangan. Tiba-tiba hatinya berdebar. Ia melihat petmerah berlapis emas pada tepinya. Tentu milik pembesarKompeni. Arinten tahu adiknya merenungi pet itu.

Page 40: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

40

"Milik Tuan Residen." Arinten tersenyum menutup malu.Memang singkat jawabannya. Namun cukup membuat MasNgalit membawa nalarnya untuk menelusuri suatu kisah yangpanjang. Tentu ia dapat meraba sambungan kata-katakakaknya. Kendati tidak diucapkan oleh Arinten. Jandakembang dengan wajah menawan. Ah... barangkali sudahtakdir bahwa ia harus mengatasi hidupnya dengan jalanbegitu. Lagi ia kembali pada ajaran guru mengajinya kala diMadura. Maka ia tidak melanjutkan penyelidikannya denganpertanyaan. Cuma dalam hati saja. Betulkah orangBlambangan tidak ada yang suka mengawini kakaknya. Ataumemang semua satria sudah punah? Sehingga yang tersisa inicuma sudra saja?

"Mengapa termenung?" Muka Arinten jadi merah kalaadiknya itu diam saja.

"Ah, tidak apa-apa, Kanda," Ngalit gugup. "Cuma berpikirtentang rencana esok. Dari mana hamba harus memulaiperjalanan. Apa terus ke Lateng? Atau melingkar dulu. Tentuharus ke Pangpang lagi untuk bertemu muka denganpendatang dari daerah Mataram."

"Pendatang? Dari Mataram?"

"Ya. Untuk mengisi sawah dan rumah yang kosong."

"Mereka akan menempati tanah dan rumah yang bukanhaknya? Apakah tidak menimbulkan kemarahan kawula kita,Adinda?"

"Kawula kita selalu membantah mempersembahkan upeti.Karena merasa hidup di atas tanah sendiri. Itu sebabnya kamimendatangkan mereka agar mengelola tanah milik kita danmemper- ? sembahkan upetinya. Barangkali mereka bisaditekan bahwa upeti itu cuma sebagai sewa tanah."

"Berhati-hatilah, Adikku! Siapa tahu masih i banyak satriayang setia pada Wilis bersembunyi di antara para kawula."

Page 41: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

41

"Hamba akan perhatikan nasihat ini, Kanda. Dan hambasadar bahwa kebahagiaan yang kita cita-citakan tak mungkindapat digapai dengan mudah. Tapi percayalah pada takdir.Jika memang Tuhan menghendaki maka manusia tidak pernahmenyangka apa bakal terjadi atas dirinya." Kemudian Mas Alitmemberi contoh pengangkatannya jadi adipati Blambanganitu. Dia sama sekali tak tahu bahwa untuk pengangkatannyaitu ada orang lain yang memperjuangkan. Ada orang lain yangmengatur. Bahkan ada orang lain yang berkorban. Ia samasekali tidak tahu bahwa kakaknya sendiri harus mengorbankankehormatannya di atas tempat tidur dengan banyak orang.Tapi Arinten tidak ingin mengecewakannya. Justru ia inginmendorong adiknya agar tidak kalah dengan Wilis 9 atauRempek.

"Membangun ibukota baru membutuhkan tenaga danbiaya banyak. Dari mana kau akan mendapatkannya, Adinda?"

"Gubernur akan menyediakan biayanya. Bahkan akanmembantu mengirimkan tenaga dari Jawa dan Madura.Sebagai imbalannya hamba harus menyerahkan pajak tahunanenam puluh ribu ringgit (1 ringgit = f 2,50) dalam mata uangBelanda. Karena itu sejak sekarang di Blambangan hanyaberlaku mata uang Belanda."

"Begitu besar?" Arinten terkejut. Ia sudah tahu nilai uangBelanda karena sering menerima dari Schophoff.

"Kita harus membayar banyak untuk membangun negeriini, Kanda. Padahal kita tidak punya modal. Sebaliknya VOCbermodal. Kita perlu menjadikan diri kita bermodal lebih dulu,kaya dulu, baru bisa membawa kawula ke arah kebahagiaan.Bagaimana bisa menjadikan negeri ini makmur jika diri sendiribelum makmur? Jika hamba mampu memasukkan enam puluhribu ringgit tiap tahun maka hamba akan mendapat upahseperlimanya. Belum gaji yang hamba akan terima sebagaipunggawa yang mengakui kedaulatan VOC," Mas Ngalitmenyatakan kegembiraannya.

Page 42: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

42

"Jika Blambangan dapat mendirikan ibukota baru seperti itutentu kau jadi amat kaya, Adikku. Luar biasa kau ini," Arintenpun memuji.

"Buat apa kita bersusah-susah melawan VOC yang mampumembayar Kompeni begitu banyak. Bahkan membayar bupati-bupati di hampir seluruh Nusantara ini. Hamba melihat sendiriketika ikut Panembahan Rasamala ke Surabaya, para tawananperang, yang pernah bertempur disini. Orang-orang Bali. Ah,lelaki dan perempuan digiring untuk dihitung jumlahnyasebelum dijual ke Batavia sebagai budak. Jika hamba tidaksalah ingat jumlah mereka sekitar dua ribu lima ratus limaorang. Sebagian besar perempuan.(Kejadian yang dilihat MasNgalit itu tertanggal 7 November 1772 sesudah Bayu kalahtanggal 11 Oktober 1772) Nah, apakah bukan cari penyakitseperti itu? Mana tanggung-jawab Wilis? Mana itu parapemimpinnya yang membakar-bakar semangat mereka agarmelawan Belanda? Mana?" Mas Ngalit kini berjalan mondar-mandir. Sementara kakaknya cuma memandang semuatingkahnya.

"Mulai besok hamba mengerahkan orang ke Sumberwangi.Bandar kecil itu akan hamba jadikan ramai. Lebih ramai darizaman Wong Agung Wilis."

"Jika kawula Blambangan tidak mendengarmu?"

"Harus diciptakan suatu cara agar mereka mau mendengar.Atau akan hamba suruh orang lain yang membangunnya.Besok hamba akan mengeluarkan maklumat ke seluruh negeribahwa ibukota dipindahkan ke Sumberwangi. Dan semua"orang harus ikut membangun kota itu agar layak menjadisebuah ibukota."

"Apakah para bekel mau mendengar perintahmu?"

"Kenapa tidak? Kita akan angkat bekel-bekel baru.Punggawa baru. Mulai dari hamba sendiri sebagai adipati,dibantu oleh Yang Mulia Juru Kunci sebagai patih, kemudian

Page 43: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

43

akan diangkat wedana-wedana yang akan berkuasa di luaribukota. Misalnya di Lateng, Panarukan, Wije-nan, Pakis, danlain-lain kota yang ditunjuk VOC. Nah, untuk membantu parawedana itu akan diangkat para kliwon dan mantri dalam. Bekelsekarang tidak boleh berkuasa seperti dahulu. Kini merekaakan dibantu oleh beberapa petinggi. Setiap desa akan adamodin sebagai pembina dalam urusan kita dengan Tuhan danperkawinan. Kemudian dibantu oleh para kuwu, sebagaikepala-kepala dari para pengayak yang menyampaikanperintah dari atasan."

"Lalu apa jaminan yang kauberikan agar mereka maumenjadi pembantumu."

"Mereka akan mendapat bengkok. Misalnya para bekel akanmendapat bagian tujuh setengah bau (satu bau = 500'Ru. 1Ru = ± 4x3 meter) sebagai ganjaran. Juga para petinggi,mendapat bagian yang sama dengan bekel. Sedang paramodin mendapat satu tiga perempat bau. Sedang kuwu ataupengayah satu setengah bau

lebih sedikit. Lalu mengapa mereka menolak ganjaransebanyak itu?"

"Aku senang kau punya pendapat seperti itu. Aku dukung."Arinten gembira. Adiknya begitu menguasai ketatanegaraan."Aku berdoa agar kau berhasil memulihkan cakrawarti wangsaTawang Alun."

* * *

Mas Ngalit tidak pernah menduga bahwa menjadi seorangadipati berarti juga harus menghadapi berbagai macammasalah. Bukan sekadar duduk di singgasana yang empuk.Karena di beberapa tempat banyak ganjalan-ganjalan. Walauia sudah menempatkan paman-pamannya, yaitu PangeranWirodo, adik ayahnya untuk menjadi . wedana di Lateng danPangeran Wiroyudo sebagai wedana di Wijenan. Dan gelar

Page 44: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

44

pangeran Blambangan tidak diperkenankan, atau tidakdipergunakan lagi.

Sebagai syahbandar ia mengangkat Tan Eng Gwan, karenaorang ini berani mempersembahkan dua ratus ringgit setiaptahun. Bukankah ,dengan begitu mampu menyumbang banyakbagi pembayaran utang Blambangan terhadap VOC. Diamemang mendengar desas-desus yang berkembang di antarapara bupati utara, bahwa Gubernur Jenderal di Batavia telahmemutuskan agar Blambangan untuk sementara tidakdiwajibkan mempersembahkan pajak. Tapi mereka diharuskanmengganti rugi biaya peperangan melawan Bayu, sertamembayar utang tepat pada waktunya. Dari mana Mas Ngalitmendapatkan dana jika tidak dari perpajakan? Padahalsekarang ini masih banyak sawah kosong. Karena itu daerah-daerah yang kosong itu perlu diisi. Bukankah jumlah sawah didaerah Sumberwangi yang ada sekarang ini seluas delapanribu enam belas bau? Baru dua ratus dua puluh dua bau yangdihadiahkan sebagai bumi ganjaran bagi para pejabat.Termasuk Tan Eng Gwan mendapat bumi ganjaran, karena iasudah dianggap pejabat. Walau ia kerja di bawah perjanjiankontrak. Seratus sembilan puluh satu bau dibagikan padaorang-orang yang bekerja pada punggawa-punggawa. Jadimereka tidak berhak untuk menuntut upah. Sisa tanah seluasitu sebagian besar masih kosong, walau sebagian kecil digarapoleh pribumi Blambangan. Namun mereka tidak bersedia diikatoleh peraturan yang diberlakukan oleh patih Blambangan.

Itu merupakan salah satu kendala dalam menghambatmasuknya dana bagi pembangunan Blambangan. Tapi MasNgalit masih menyabarkan diri. Ia menyadari bahwa ia harusmengambil hati kawula Blambangan yang terus-menerusmasih memimpikan hadirnya Wong Agung Wilis. Merekasemua berharap bahwa sang raja adil, yaitu Wong AgungWilis, akan memerintah kembali di Blambangan.

Page 45: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

45

Demikian pula halnya sore hari itu. Juru Kunci menghadapbersama Tan Eng Gwan, Han Tian Boo, dan Baba Song.Tamu-tamu yang biasanya selalu datang dengan membawapersembahan. Termasuk salah satu dari persembahanistimewa, seorang gadis yang masih sangat muda dan cantik,Su Lie Hwa. Maka ia menyambut mereka dengan amatramahnya. Pada pelayan ia memerintahkan agar dikeluarkanarak wangi untuk tamu-tamu tersebut. Dan merekadiperkenankan masuk ke beranda di samping halaman tengah.Sehingga a akan bicara dengan santai di taman yang tersedia.Udara segar merupakan suguhan tersendiri, selain kembang-kembang yang berhamburan di seputar tempat duduk mereka.Pohon mahoni meneduhi tempat itu bersama dengansepasang pohon naga-sari. Tempolong-tempolong besar yangterbuat dari kuningan sengaja disediakan di dekat tiap tempatduduk. Barangkali untuk meludahkan dubang jika para tamuitu menginang. Tapi kecuali Juru Kunci, para tamu itu tidakmenginang. Meskipun demikian tempolong-tempolong itutetap ada gunanya. Sebab mereka sering berdahak.

"Tentu ada masalah yang perlu kubantu maka Tuan-tuandatang sore-sore begini." Mas Ngalit tersenyum ramah. Setiapkali ia berhadapan dengan mereka, setiap kali ingatannyamelambai pada Su Lie Hwa.

"Ya. Di beberapa tempat, pembabatan kayu ulin tidak dapatterlaksana. Terutama di daerah yang telah kita sewakan padaTuan Han Tian Boo," Juru Kunci lebih dulu menjelaskan.

"Apa sebab?"

"Wilayah yang kita sewakan pada Tuan Tian Boomelingkupi daerah Songgon. Ini yang jadi persoalan."

"Kenapa dengan daerah Songgon?" Mas Ngalit menolehpada Han Tian Boo. Yang bersangkutan buru-buru menundukdan tangannya segera menyatu. Kemudian diletakkannya diantara kedua pahanya. Di hadapan seorang pejabat pribumiseperti itu ia mengharuskan dirinya sendiri bersopan-sopan.

Page 46: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

46

"Ampun, Yang Mulia, kami mendapat tantangan dari orang-orang Songgon. Mereka menghalang-halangi orang-orangkami. Bahkan jika kami melanjutkan pembabatan hutan diseputar Songgon, mereka akan membunuh kami satu persatu. Dan... yang amat menggelisahkan adalah begitubanyaknya jebakan di sana."

"Jebakan?"

"Ya, Yang Mulia. Sudah empat puluh delapan pekerja kamiyang tewas masuk ke dalam jebakan. Tidak nampak memang.Seperti tanah biasa. Tapi waktu diinjak oleh beberapa orang,ternyata tanahnya amblas ke bawah, dan di dalam lubang itusudah tersedia puluhan bambu runcing yang siap menyatetubuh setiap orang yang jatuh ke dalamnya."

"Ya, Allah!"

"Sungguh gawat, Yang Mulia. Maka kami mohon kebijakanYang Mulia, agar kita tidak rugi. Belum lagi yang terluka olehtombak bambu yang terpasang dalam semak belukar.Sungguh mengerikan. Karena pengalaman menunjukkanbahwa mereka tidak bisa diobati. Mereka semua akan matipelan-pelan dengan tubuh membiru."

"Racun?" Mas Ngalit tersenyum.

"Hutan seluruh Blambangan penuh racun. Baik yangterpasang dalam songga maupun dalam bambu runcing dijebakan-jebakan itu," Juru Kunci yang menerangkan kini."Terutama hutan-hutan yang dulu dikuasai laskar Bayu."

"Iblis!" Mas Ngalit mengutuk.

"Orang Songgon bukan cuma berani menghentikan budak-budak pembabat hutan, tapi juga mereka tidak menjual hasilbuminya pada Baba Song. Juga tidak ada yang mau membelidagangan kami," lapor Han Tian Boo lebih lanjut.

"Kita tak dapat memaksa," Juru Kunci menu-Kas.

Page 47: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

47

"Persoalan bukan karena kita paksa atau tidak. Masalahnyamereka punya hubungan langsung dengan pedagang-pedagang Portugis dan Bali. Mereka menembus langsung keBandar Sumberwangi."

"Astaghfirullaahal'azhiim!" Mas Ngalit kembali menyebut.

"Mereka bebas naik ke geladak jung-jung Portugis maupunBali. Ini sangat memprihatinkan.",

"Apakah Tuan tidak bisa mencegah orang-orang Portugisatau orang-orang Bali agar tak membeli langsung dari orangSonggon itu?"

"Kami takut mengurangi hasil cukai bandar, Yang Mulia.Sebab andaikata kita lakukan pengetatan pengawasan,bandar, mereka menjadikan Grajagan, atau mengadakanpenyelundupan lewat pantai lainnya."

"Siapa yang memimpin Songgon sekarang?" Mas Ngalittidak sabar. Ia pandang semua-mua sambil mengernyitkandahi.

"Seorang gadis. Mas Ayu Tunjung."

"Tidak mungkin seorang wanita mampu berbuat sepertiitu." Mas Ngalit tidak percaya. "Tidak boleh seorang wanitamemimpin suatu daerah. Harus ada penertiban. Songgonharus tunduk pada kita. Tak boleh mengambil kebijakansendiri."

"Apakah kita akan melindas mereka dengan perang baru?"Juru Kunci bertanya. Kini semua orang memandang MasNgalit. Kini Mas Ngalit terdiam. Sambil menarik napas panjangia menyandarkan diri pada sandaran kursinya. Sementarasuasana menjadi hening.

"Tidak!" tegas Mas Ngalit. "Kita harus hindarkanBlambangan dari perang baru. Sebab pembiayaan perangakan kita pikul, kendati kita akan menang. Dan masih banyaklagi kerusakan yang harus kita tanggung."

Page 48: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

48

"Lalu?"

"Kita akan mencoba mendekati mereka. Jika perlu akusendiri akan turun ke tempat-tempat mereka. Baiklah,sementara kita tarik orang-orang yang membabat hutan diseputar Songgon."

"Lalu?"

"Kita alihkan ke hutan lain. Atau daerah lain. Masih luasdaerah kita yang belum terbuka."

"Masalahnya bukan cuma itu. Tapi macam kayu yarrg dapatkita jual untuk galangan-galangan kapal lebih mudah didapatdi seputar Songgon."

"Tidak! Di Purwa, Sentolo, dan lain-lainnya masih banyak."

"Masalah penjualan madu, sarang burung, kayu manis,serta beras orang-orang Songgon itu bagaimana?"

"Kita akan cegah. Aku sendiri akan ke sana. Jika tak bisadicegah, maka mereka harus membayar cukai tinggi."

***

Bulan-bulan pertama pembabatan hutan di seputarSumberwangi berjalan amat lamban. Kenyataan ini membuatgusar Mas Ngalit yang sudah menempati rumah bekas milikSuratruna. Padahal ia ingin segera selesai. Maka ia segeramengambil langkah yang tak pernah diduga oleh semua orangsebelumnya. Ia tidak peduli apakah langkahnya itu disetujuioleh para pembantunya atau tidak. Yang penting baginyaadalah menjadikan Blambangan negeri yang indah dan tertib.Untuk itu ia panggil Juru Kunci.

"Kita harus meminta tambahan tenaga dari Jawa padaTuan Residen. Kita tidak akan bisa memenuhi ketentuanbesarnya pajak jika tahun ini pembangunan ibukota belumselesai. Kita akan membayar utang kita dari pungutan ataupajak bandar. Karenanya pembangunan harus segera selesai."

Page 49: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

49

"Bagaimana dengan orang Blambangan sendiri? Apakahmereka tidak bisa kita gerakkan?" Juru Kunci mencobabertanya.

"Hamba akan bertemu langsung dengan para bekel dankepala daerah. Di samping itu hamba juga mendengar adanyadesa baru di selatan kota Lateng. Adakah kaudengar itu, YangMulia?"

"Ampun, Yang Mulia. Tidak pernah."

"Aku akan datang ke sana. Seorang pemimpin laskarpemberontak dari Mataram yang telah menyusup kemari kinimembangun sebuah desa menjadi kota yang agak luas. Demipengikutnya. Tidak "apa. Kita akan tampung mereka dengansyarat mau bekerjasama dengan kita. Artinya mau membayarpajak dan mengirimkan orang-orangnya demi pembangunanibukota Blambangan yang baru."

"Yang Mulia akan pergi sendiri?"

"Sementara Yang Mulia menghadap Tuan Schophoff atauPieter Luzac, hamba akan menemui mereka. Barangkalilaporan ini benar dan... siapa tahu bisa menguntungkan kita?"

"Hamba akan kerjakan!"

"Tapi sebelum berangkat, hem... tolong umumkan padapara saudagar Cina atau bangsa apa saja yang mau membelitanah dan rumah-

.rumah kosong di Sumberwangi ini," Mas Ngalit mengelus-elus jenggotnya sambil memandang Juru Kunci.

"Yang Mulia akan menjual tanah dan rumah-rumah itu?"

"Daripada oleh VOC diberikan pada orang-orang Mataramdengan tanpa imbalan apa-apa? Apa salahnya jika kita dapatmenjualnya dengan harga mahal. Bukankah memperinganbeban pembayaran utang pada VOC?"

Page 50: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

50

"Tentu, Yang Mulia. Hamba sangat setuju." Juru Kuncitampak bersemangat. Sekilas ia ingat tamu-tamu istrinya yangsering memberinya hadiah. Tentunya mereka adalah orang-orang kaya. Istrinya akan senang mendengar itu. Maka iaakan segera menyampaikan berita itu pada istrinya.

"Jika Yang Mulia setuju, maka sebaiknya segera kitaumumkan."

"Tidak perlu pengumuman itu, Yang Mulia."

"Tidak perlu?"

"Ya! Tidak perlu. Karena jika hal ini di dengar TuanResiden, maka ia akan mencegahnya."

"Mengapa?"

"Seperti halnya Probolinggo dan Pasuruan, VOC menjualtanah-tanah itu pada Cina dan uangnya masuk ke VOC tanpamemberi bagian pada kita. Nah, apa yang dapat kita perbuat?Jangan risau soal pembeli. Hamba akan membawa kemarisepekan mendatang." Juru Kunci mempe-rendah suaranyasambil mendekatkan mulutnya ke telinga Mas Ngalit, Sebentarkemudian menoleh ke belakang serta kiri-kanan. Seolah takutsesuatu. Mas Ngalit tertawa mendengar usul Juru Kunci itu.Ah, cerdik orang ini. Pantas menjadi pembantunya sebagaipatih Blambangan.

Setelah Juru Kunci pergi ia segera memanggil kepalapengawal dan memerintahkan agar bersiap untuk melakukanperjalanan keliling kembali. Di depan pasukan berkuda yangmengiringi Mas Ngalit itu terdapat seorang berkuda yangbertugas membawa bendera merah-putih-biru. Dan seoranglagi membawa umbul-umbul kuning, dan seorang lagi putih.Mendung masih mengiringi perjalanan mereka. Namun tiadahujan. Pohon-pohon nampak hijau menyedapkan mata. Nyiurmelambai-lambai, seolah mengundang siapa pun saja agarmemungut buahnya yang telah berjatuhan karena tiada lagipemiliknya. Hamparan sawah luas terbengkalai menumbuhkan

Page 51: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

51

ilalang dan rumput pahitan. Kijang berdatangan dari hutandengan tanpa susah sedikit pun menemani rumput muda disawah yang tanpa padi itu lagi. Burung manyar, kutilang,cucakrawa atau gelatik, dan burung-burung pipit, beria-ria.Ayam hutan dan maleo juga tidak kalah ramai mengisi hutanbaru di bekas huma yang merana. Monyet-monyet berebutpisang, duku, durian atau rambutan, dan buah-buahan lain.Jalan-jalan mulai ditumbuhi rumput. Tentu tidak lagi berdebu.Tapi jika dibiarkan, orang tidak akan melihat jika sedang adaular yang bercengkerama di tengah-tengahnya. Ah, mengapamereka meninggalkan semua ini? Mereka belum pernah pergike Madura yang kerontang dengan bukit-bukit kapurnya? Ah,andai saja mereka tahu, mereka akan sayang meninggalkantanah garapan yang demikian hijau.

Masih ada beberapa perkampungan yang berpenghuni.Tapi orang-orang tidak menyambut- I nya. Tidak memasangumbul-umbul seperti dulu kala mereka menyambutkedatangan Agung Wilis. Sekalipun ia berusaha meramahimereka dengan senyumnya. Bahkan lambaian tangannya»cuma dibalas dengan tatapan mata yang hampa tanpa kesan.Memandang pasukan Kompeni yang mengawalnya itu, merekanampak jijik. Sungguh orang Blambangan telah menjadisekelompok orang yang tidak ramah dan tertutup padasiapapun. Atau karena aku berpakaian semacam pembesarJawa mereka bersikap seperti itu? Karena aku telah menjadiIslam? Ah, bukankah waktu zaman Wong Agung Wilis jugasudah ada orang Islam bermukim di Blambangan? Mereka takbersikap seperti itu? Bahkan kalau ia tidak salah dengar duluBlambangan pernah membantu Adipati Sawunggaling yangIslam itu?

Yang lebih membuatnya heran adalah sikap para bekel.Hampir semua menyambutnya dengan dagu yang tertarikkaku. Tanpa senyum. Padahal bukankah beberapa bulan lalumereka telah menerima perintah dari Pieter Luzac bahwamereka harus meninggalkan Igama lama mereka yang kafir itu

Page 52: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

52

dan memilih Islam sebagai gantinya? Dan jika melihat caramereka berpakaian sekarang tentunya mereka telah menjadiIslam. Lalu mengapa mereka bersikap seperti itu padaku?Mereka memandangku dengan mata ketakutan. Sepertilaiknya anjing melihat harimau. Mengapa? Mas Ngalit sibukmenebak-nebak. Tapi ia tetap tak peduli. Setiap memasukipedesaan yang masih berpenghuni dan bertemu dengan parabekel, ia menekankan agar mereka mengirim tenaga untukpembangunan ibukota Sumberwangi.

Tentu itu merupakan kesedihan baru bagi para bekel. Tiapkerja paksa yang demikian selalu menciptakan bencana baru.Mengapa orang mengatakan itu kerja paksa? Bukankah itugotong-royong demi pengabdian pada negara? Mengapa harusdirasakan sebagai kerja paksa? Mas Ngalit bertanya waktumemberikan perintah. Semua yang dikerjakan demikepentingan umum dan negara jangan dianggap kerja paksa.Bukankah setiap kemajuan memerlukan pengorbanan? Parabekel tidak bertanya dan membantah. Mereka tahu dibelakang Mas Ngalit berdiri pasukan Kompeni yang telahmembunuh lebih dari dua pertiga penduduk Blambangan. .

Namun sepeninggal Mas Ngalit barulah mereka,mengumpat dalam hati. Sambar geledek! Dia tidak kehilanganapa-apa. Tapi kami? Tanah kami, anak kami, semua tumpaskarena pemimpin macam kamu! Pembangunan kota? Tentubukan untuk kami! Bukan! Ah, kami tidak menikmati apa-apadari pembangunan ibukota itu! Kamu dan orang-orangdekatmu! Juga orang-orang yang mampu membayar hargatanah yang dirampas dari tangan saudara-saudara kami. Kinikau jual atas nama negara dan kemajuan, kemakmuran, masadepan, tapi demi dirimu sendiri! Nah, sekarang telah kaurampas tanah dan rumah Yang Mulia Suratruna demikeenakan diri sendiri. Lain kali rumah dan tanah yang laindemi kekayaan pribadi atas nama negara. Sekarang semuakepentingan pasti diatasnamakan kepentingan negara.

Page 53: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

53

Setelah memakan empat hari perjalanan, melewatiberbagai perkampungan dan hutan maka sampailah ia padatujuan yang sesungguhnya. Sebuah perkampungan baru.Jalan-jalan juga baru. Sawah dan ladang juga baru. Namunpadi sudah mulai nampak berjajar rapi dan lurus-lurus sepertilaiknya sawah orang-orang Blambangan. Tapi mereka bukanorang Blambangan. Yang bekerja di sawah nampak gelisahmelihat kehadiran Mas Ngalit. Sungguh tidak satu orang punmenduga sebelumnya. Apalagi setelah Mas Ngalit berhenti danmemanggil seorang pemuda tanggung yang sedang mencaribelut di pinggir sawah.

"Siapa namamu, anak muda?" Mas Ngalit bertanya dalamJawa. Karena ia tahu persis bahwa pemuda itu bukan orangBlambangan. Anak muda itu menyembah.

"Sidin."

"Hemh... Sidin sudah lama tentunya kau pindah ke sini?"Mas Ngalit menyelidik sambil melirik ke semua arah. Danpemuda itu tiba-tiba tampak resah. Orang-orangmeninggalkan sawah satu per satu. Ada yang tampak tergesa-gesa. Sampai-sampai cangkulnya ketinggalan. Mas Ngalitmelihat gelagat yang kurang bersahabat itu segeramemerintahkan kepala pengawal agar menghentikan langkahorang yang tersisa. Tentu tidak susah buat kepala pengawalitu. Dengan sekali gertak, orang-orang yang tersisa itu meng-keret seperti siput. Dan terpatri di tempatnya.

"Aku memerlukan keteranganmu. Sidin. Jawablah denganbaik dan jujur. Jika tidak, kau akan mendapat celaka. Jugaayah-ibu serta semua saudara-saudaramu."

"Ba... baik... hamba memang sudah agak lama." Anakmuda itu mulai takut.

"Berapa lama?"

"Lupa..."

Page 54: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

54

"Lupa? Atau memang tidak mau mengaku?"

"Ampun, Yang Mulia," anak itu menyembah. "Hambamemang tidak ingat."

"Lupa. Tidak ingat! Rupanya kau sudah dilatih menjawabseperti itu. Baik! Kaulihat para pengawal yang menghentikanlangkah orang-orang itu? Mereka juga sanggup menghentikanmulutmu berkata tidak ingat dan lupa. Ingin kau, akumemerintahkan mereka berbuat seperti itu? Aku bertanyabaik-baik. Ketahuilah aku datang hanya untuk berkenalandengan kalian. Ingin menolong kesulitan kalian. Inginberdamai."

Pemuda cilik itu nampak ragu. Namun pandangan matanyamasih menunjukkan kecurigaan.

Ah, masih lebih baik dari pribumi yang tidak menjawabsepatah pun jika ditanya, pikir Mas Ngalit.

"Jika demikian..." Kembali anak itu berhenti oleh keraguan.Mas Ngalit membujuk terus dengan ramah dan memberiharapan-harapan.

"Ya. Jika demikian sebaiknya Yang Mulia menjumpaipemimpin kami."

"Pemimpin kamu? Siapa itu, Sidin?"

"Raden Singa Manjuruh."

"Raden Singa Manjuruh?" Mas Ngalit mengulang. Sejenak iatercenung. Orang itu memasang gelar "Raden" di depannamanya. Tentu orang Mataram. Dan pasti bukan orangsembarangan. Semua orang Mataram yang dikirim ke siniumumnya dari golongan sudra dan orang terpidana karenatindak kejahatan. Sedang yang perempuan umumnya adalahorang-orang yang dijauhi oleh orang sejenisnya karenadigolongkan binal. Kini seorang raden ada di Blambangan danmembangun sebuah perdesaan yang cukup besar. Berapapengir kutnya? Melihat caranya mengatur kehidupan desa itu,

Page 55: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

55

tentu orang ini mengerti ketatanegaraan. Ah, jika aku tidaksalah, Singa Manjuruh tentu seorang pemberontak yangmenyembunyikan diri.

"Di mana dia tinggal?"

"Di tengah desa ini. Di sebuah rumah besar yanghalamannya berpagar batu merah."

Mas Ngalit menyebut dalam hati. Mereka mampu membuatbatu merah? Dengan kata lain mereka ingin menetap untukselamanya.

"Pergilah ke sana, Sidin! Katakan pada Raden SingaManjuruh, bahwa aku, penguasa Blambangan, ingin berjumpadengannya."

Sidin segera berbalik memunggungi Mas Ngalit, untukkemudian berlari sambil membawa serenteng belut di tangankanannya. Betapa senangnya anak itu, seperti terlepas darisarang macan. Sementara itu kuda Mas Ngalit mengikutinyadari belakang. Mas Ngalit memang" enggan turun. Karenatanah becek. Kaki kuda puri terbungkus lumpur. Belum adakelapa tumbuh tinggi di desa ini. Tapi banyak buah-buahanlain. Durian, nangka, sisa pohon-pohon hutan yang sengajatidak ditebang.

. Dan kala Mas Ngalit sampai di dekat rumah yangdimaksud, menjadi amat terkejut. Beratus-ratus orangberkumpul di halaman rumah dan jalanan. Pada umumnyamereka adalah petani. Seolah mereka berbaris membentengirumah sang pemimpin.

"Berilah kami jalan, agar kami dapat bersua dengan RadenSinga Manjuruh!" Mas Ngalit berkata dengan suara agakkeras. Namun mereka tidak sudi menyibak apalagimenyimpang. Beratus-ratus orang itu telah bertekadmelindungi pemimpin yang telah membawa merekamenemukan daerah subur itu. Mereka telah berikrar mati

Page 56: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

56

bersama demi mempertahankan tanah yang menjanjikanharapan baru dan cerah bagi masa mendatang.

"Tak kalian lihat kami datang bersama Kompeni? Sungguh,aku ingin bicara baik-baik dengan pemimpin kalian," MasNgalit berteriak kembali. Namun tetap saja tak membuatmereka bergeming. Malah mereka membuat barisan denganbergandengan tangan satu dan lainnya. Makin lama makinbanyak orang yang merelakan diri menjadi benteng hidupmengitari rumah Raden Singa Manjuruh. Baik di jalan, maupundi halaman rumah. Ngalit terkejut melihat kenyataan ini. SingaManjuruh begitu dicinta oleh pengikutnya. Mengapa kawulaBlambangan tidak mencintaiku seperti ini?

Kepala pengawal mulai tidak sabar. Ia mulaimemerintahkan anak buahnya mengokang dan mengocokbedilnya. Sebentar lagi pembunuhan akan terjadi.Pembunuhan? Mas Ngalit tersentak. Bau bangkai belum lagihabis. Kini pengawalnya akan menambah jumlah bangkai yangbelum bersih di hutan-hutan Blambangan itu? Tidak!Barangkali hal ini yang akan makin menjauhkan aku darikawula Blambangan. Tapi orang-orang ini memangmenjengkelkan. Tanah ini adalah wilayah Blambangan. Merekamembabat dengan tanpa izin dari penguasanya. Ah, aku harusbicara baik-baik dengan Singa Manjuruh, kata Mas Ngalitdalam hati. Jika aku mengambil jalan kekerasan, mungkinmereka melawan. Dan aku serta para pengawal ini akanpunah sekalipun mereka juga akan membayar dengan nyawabeberapa yang tertembak. Maka kini Mas Ngalit

Tersenyum.

"Sungguh! Aku akan bicara baik-baik. Atau sebaliknya? Akumengalah sekarang dan akan kembali dengan membawapasukan? Pikirkanlah itu!"

Beberapa jenak suasana menjadi hening. Burung-burungpipit dan gelatik mengisi kesunyian dengan nyanyian mereka.Angin dingin berembus perlahan. Seolah embusan napas

Page 57: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

57

bidadari yang menyejukkan. Pandang mata beratus-ratusorang menajam. Para pengawal gelisah menunggu perintah.Keringat dingin membasahi tangan. Demikian juga kaki yangterbungkus sepatu itu. Namun tiba-tiba semua orangdikejutkan oleh suara dari rumah Singa Manjuruh. Seorangmengenakan baju lurik dan blangkon di kepalanya muncul.Tepat di tengah beranda. Masih muda.

"Mengapa Kompeni kemari? Apa salahku?"

Semua yang sedang berbaris dan bergandengan tanganmenoleh padanya. Mas Ngalit tercengang. Untuk beberapabentar ia tidak berkata-kata. Sampai Singa Manjuruhmengulangi pertanyaannya.

"Bukan Kompeni. Aku adalah penguasa bumi Blambangan.Mas Ngalit. Aku ingin bertemu dengan Raden Singa Manjuruh.Ingin bicara dengan baik-baik. Mengapa justru disambutdengan permusuhan?"

"Sebab Yang Mulia datang bersama rombonganpembunuh."

Hawa panas menampar muka Mas Ngalit seketika. OrangJawa pun banyak yang tidak suka pada Kompeni? Jadi merekamembabat hutan di Blambangan ini untuk menyingkir darikekuasaan VOC?

"Bukan. Mereka adalah orang-orang yang bekerja untukkeselamatanku. Juga untuk menyelamatkan Blambangan."

"Sepanjang pengalaman yang hamba lihat mereka bukanpenyelamat! Tapi pembunuh dan perampok. Merekamerampasi tanah kami, jengkal demi jengkal. Baik dengancara membunuh ataupun menipu."

Mas Ngalit masih duduk di punggung kudanya. Hatinyaberdesir mendengar perkataan yang berapi-api itu.

"Hamba Singa Manjuruh itu. Yang membabat hutan ini atasperkenan putra terbaik Blambangan, Mas Ramad Surawijaya."

Page 58: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

58

"Siapa yang memberinya kuasa? Sehingga ia beranimemberi perkenan?" Mas Ngalit teringat akan nama itu. Namayang pernah ditakuti di seluruh bumi Blambangan. Pemudaputra patih Blambangan, Wong Agung Wilis, yang pernahbergelar Mas Puger.

"Siapa? Mengapa Yang Mulia bertanya demikian?Pertanyaan yang seharusnya terpulang pada Yang Muliasendiri." Kini Singa Manjuruh turun dari beranda. Ia maju danmenguak barisan demi barisan yang melindunginya.Sementara itu seorang perempuan muda, berkulit hitammanis, bertubuh semampai menggantikannya di beranda. Tapidi tangannya terdapat sebuah bedil yang teracung ke dadaMas Ngalit. Terkesiap darah Mas Ngalit. Nyawanya dalamancaman. Jika ia tidak hati-hati, akan musnah di tanganseorang perempuan. Orang asing di bumi Blambangan tapiberani menghinanya semacam itu. Dan setelah SingaManjuruh berdiri di hadapannya dengan membelakangibarisan pelindungnya, ia baru mampu mengucapkan kata-kata. "Apa arti semua ini?"

"Bukankah itu pertanyaan hamba yang tadi? Apa artikedatangan Yang Mulia ini?"

"Astaga! Sangat membingungkan. Bukankah sudah akujelaskan? Aku datang untuk bicara baik-baik. Sebab akumerasa sebagai keturunan Tawang Alun yang sah. Dan akuberhak memerintah atas bumi Blambangan ini."

"Apa yang akan dibicarakan? Hamba sudah di sini."

"Tak dapatkah kita duduk dengan baik-baik dan tanpa larassenjata yang teracung?"

"Yang Mulia telah mulai dengan senjata teracung ke dadakami. Salahkah jika kami melakukannya untuk membela diri?"

"Ya Allah," Mas Ngalit menyebut.

Page 59: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

59

"Lagi pula kita bicara di sini lebih baik agar teman-temankuini mengerti dan mendengar langsung hasil pembicaraan kita."

"Baiklah jika demikian," Mas Ngalit menyerah. "Sepertitelah kukatakan, aku datang sebagai seorang penguasa dibumi Blambangan. Dan aku perlu menanyakan, siapa yangbertanggung jawab atas pembabatan hutan kami ini?"

"Semua yang berdiri di hadapan Yang Mulia penanggungjawabnya."

"Bagus, jika demikian apakah kalian akan menggunakantempat ini untuk tinggal tanpa seizin kami? Artinya akanmengambilnya dengan paksa?"

"Sudahlah adil jika pertanyaan itu juga dilontarkan padaBelanda atau para pedagang asing...."

"Mereka membayar harga tanah yang mereka tempati itu.Pedagang Cina yang kini banyak membeli tanah diSumberwangi itu sebagai salah satu misal...."

"Kami juga membayar, sekalipun dengan tanpa uang. Kamitelah menumpahkan darah dan keringat. Apakah itu kurang?"

"Pembabatan ini tidak berguna bagi Blambangan. Tapisekadar perampasan kasar demi perut kalian sendiri."

Singa Manjuruh hampir tidak sabar. Ingin ia melompatmenerkam pemuda yang duduk di atas kuda itu. Namun iasadar, itu akan mengundang bala tentara Kompeni waktuberikutnya. Ia mengerutkan giginya. Beberapa bentarkemudian ia mengembuskan napas panjang. Ia memutuskanuntuk menghadapi dengan kepala dingin.

"Mengapa jika kami yang melakukannya selalu saja salah?"Singa Manjuruh merendah. "Mengapa pedagang-pedagangCina yang saat ini juga melakukan pembabatan di dekatSumberwangi tidak terkena tuduhan? Apakah karena merekaakan menggunakannya sebagai kebun tebu itu? Demikianhalnya orang-orang Belanda di hampir seluruh bagian

Page 60: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

60

Blambangan. Melakukannya untuk mendirikan loji-loji. TapiYang Mulia tidak mengusir mereka."

"Aku juga tidak mengusir kalian seperti aku tidak akanmengusir mereka semua. Tidak! Aku datang justru inginbekerjasama dengan kalian. Dan menjadikan kalian bagiandari Blambangan. Jangan tinggal di sini sebagai orang asing."

"Tidak salahkah pendengaranku ini?" Singa Manjuruh takpercaya. Ia tajamkan pandangannya pada Mas Ngalit. Jugasemua pengikutnya. Saling pandang satu dengan lainnya.

"Demi Allah aku akan perlakukan kalian sama denganmereka asal kalian mengakui kekuasaan dan pemerintahankuatas negeri ini. Aku percaya bukan waktunya lagi kita salingberperang. Dan seharusnya kita yang tinggal di Blambanganini, pribumi atau bukan, tapi hidup di sini, bersatu untukmembangun negeri ini dari reruntuhan karena perang."

"Alhamdulillah... kami menerima tawaran ini dengansenang hati."

"Inilah yang kami kehendaki. Dan, apa nama desa ini?"

"Belum kami beri nama, Yang Mulia."

"Baiklah... Jika demikian aku yang akan memberi nama.Setuju?"

"Setuju, Yang Mulia."

"Karena yang memimpin pembangunan desa ini adalahSinga Manjuruh, maka desa ini aku beri nama Singa Juruh."

Semua pengikut Singa Manjuruh berteriak girangmendengar itu. Mereka kini telah mendapatkan tempat tinggalbaru. Daerah yang subur melebihi daerah yang merekatinggalkan di Mataram atau Madura. Sudah jenuh rasanyamereka diburu oleh kekerasan dan kesulitan hidup. Kini MasNgalit menjanjikan perlindungan. Menawarkan kerjasama. Apaberatnya mengakui kekuasaannya? Memang sejak dulu

Page 61: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

61

mereka bukan penguasa. Singa Manjuruh tidak pernahberkeinginan menjadi seorang penguasa. Ia mengerti benar,seluruh pengikutnya memang mengharap-harap agar merekamendapatkan kedamaian. Dibuktikan oleh sorak-sorai merekabegitu mendengar pernyataan Mas Ngalit.

Namun senyum mereka itu tidak lama bertengger di bibirmereka. Karena sebentar kemudian Mas Ngalit berkata lagi.

"Semua kalian adalah bahagian dari Blambangan.Karenanya tidak pantas jika kalian tinggal diam saatBlambangan sedang membangun ibukotanya. Sanggupkahkalian membantu pemerintah?"

"Sanggup," Singa Manjuruh menjawab dengan suara berat.

"Pembangunan membutuhkan pengorbanan. Pengorbanantenaga dan uang. Dan itu dituntut dari kalian. Juga dari semuaorang Blambangan.

Itu sebabnya kami menuntut sepertiga hasil panen kaliandiserahkan pada pemerintah dan sedikitnya dua puluh orangtiap harinya dikirim ke Sumberwangi untuk pembangunanibukota Blambangan."

Semua orang ternganga. Juga Singa Manjuruh. Inikahimbalan yang harus mereka berikan atas desa yang kinibernama Singa Juruh ini? Dua puluh orang tiap hari? Kerjapaksa? Kerja tanpa gaji? Tapi mereka tidak bisa menolak lagi.Sampai Mas Ngalit meninggalkan tempat itu, mereka-masihbelum beranjak dari tempat mereka berdiri." Perjuanganbegitu panjang untuk menghindarkan diri dari perbudakanoleh bangsa asing ternyata cuma menghasilkan...

Namun Singa Manjuruh merasa bahwa" jika menolak cumamelahirkan perlawanan yang sia-sia. Sedang tampaknya anakbuahnya telah kehilangan semangat untuk itu. Maka dalamkeputus-asaan ia menunduk. Pandangan matanyamenghunjam tanah. Seolah ingin mewawancarai bumi,

Page 62: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

62

mengapa kau memberiku nasib yang sedemikian buruk?Langit, mengapa kau tak menjatuhkan, berkat?...

Sementara itu gelegar demi gelegar sayup terdengar darijarak yang amat jauh. Hutan seputar Sumberwangi telahdibabat oleh kuli-kuli yang bekerja untuk para saudagar, baikbangsa kulit putih maupun kuning. Namun yang lebih banyakadalah kulit kuning. Juru Kunci, melalui istrinya, telahmemasarkan tanah Sumberwangi pada mereka.Mendatangkan banyak uang bagi Mas Ngalit dan Juru Kuncisendiri. Walau sebagian dibayarkan pada VOC sebagai cicilanutang Blambangan.

Tampaknya saja para saudagar itu memang bersusah-susah. Tapi Mas Ngalit tidak melihat bahwa mereka cukupmembayar harga tanah itu dengan penjualan kayu-kayuraksasa ke galangan kapal Gresik, gedang yang lebih kecilmereka kirim gelombang demi gelombang ke Jepara seoagaibahan untuk membuat ukir-ukiran. Sebenarnyalah Mas Ngalittidak pernah memikirkan bahwa ia telah mengambil langkahyang jauh bertolak belakang dari pemerintah parapendahulunya di Blambangan. Yang ia pentingkan ialahbagaimana mendatangkan uang untuk menunjukkan padakawula Blambangan dan seluruh dunia bahwa dialahpembangun. Ia adalah Arok-nya Blambangan. Apa itupemerintahan Wong Agung Wilis? Cuma mengundangpertentangan dan perang! Sekarang ini yang diperlukanadalah kerjasa-ma antar bangsa. Bukan melawan, ataumenentang bangsa-bangsa lain yang ingin berniaga dan inginmengambil peruntungan di Blambangan. Jika itu akanmendesak dan mengalahkan kawula, ya... salah sendiri,kenapa kawula malas bekerja keras. Malas bersaing denganmereka. Malas membantu atau terlibat dalam pembangunannegeri.

Lihat itu Baba Song dengan teman-temannya! Lihat!Mereka begitu giat membabat hutan. Mereka begitu murah

Page 63: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

63

mengeluarkan uangnya demi Blambangan. Juga bagikusendiri. Mereka begitu baik. Dan memang para pedagang Cinaitu sangat baik pada Mas Ngalit. Hampir setiap hari merekaberkunjung ke istana. Demi kepentingan pembangunan istanamereka mempersembahkan bahan-bahan bangunan, baikyang berupa kayu, batu merah, gamping, dan lain sebagainya.Ada juga yang mengirim bahan makanan, baik untuk parapekerja maupun persediaan makanan bagi istana sendiri.Semua datang sebagai ucapan terima kasih atas izin tinggaldan pengelolaan tanah serta kekayaannya.

Mas Ngalit tidak peduli atas semua kerusakan hutan bumisemenanjung Blambangan. Tidak peduli kayu-kayu yangbergaris tengah dua depa itu,.yang tidak pernah tumbuh diNegeri Belanda ataupun Cina, dan sepanjang lebih dari seratusdepa, tumbang satu per satu, dan dilayarkan ke negeri-negeriutara. Apalagi jika yang melakukannya Baba Song. Bukancuma kayu yang mereka rampok. Tapi juga harimau, kijangyang bertanduk aneh itu, bahkan buaya serta biawak, sampai-sampai ular dan kera putih. Belum lagi burung merak, burungbayan, dan ayam hutan. Pendek kata semua yang dapatmempertebal kantong para saudagar, mereka keruk baiksecara sah maupun tidak, tahap demi tahap. Mas Ngalittambah lama semakin tidak sempat memperhatikansemuanya. Pekerjaannya menjadi bupati kian banyak. Untukitu ia membutuhkan banyak pembantu. Mana yang harusmengurus keamanan, keuangan, pertanian, perniagaan, pajakdari bandar, urusan dengan manca negara, juga urusandengan VOC.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama Tan Eng Gwan telahjuga mempersembahkan para gadis cantik, dan ada beberapadi antaranya yang berkulit kuning dan bermata sipit. Merekabertugas sebagai; penunggu taman, gadis pengipas,pembersihan, atau apa saja. Pendek kata jika seorangberkunjung ke istana, maka mereka akan melihat di mana-mana ada wanita muda cantik. Kecuali pengawal, semua

Page 64: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

64

pekerjaan di istana itu dikerjakan oleh wanita. Dan hampirsemua itu dikirim oleh Juru Kunci dan Tan Eng Gwan. Dengandemikian Mas Ngalit tidak lagi sempat pulang ke Pakis,

Tentu saja itu menyenangkan Schophoff. Tiap kali ia bersuaadipati muda itu ia memuji,

"Aha, ternyata Yang Mulia pintar. Sekalipun masih muda,tapi Yang Mulia tidak kalah dari pada adipati yang lebih tua.Sepatutnya Gubernur Jenderal di Batavia menganugerahkanbintang jasa bagi kemampuan Yang Mulia membangun negeriini. Seharusnya Yang Mulia menjadi adipati teladan. Karenakami menilai masa depan Blambangan akan menjadi yangtermakmur di seluruh negeri yang bergabung denganpemerintahan agung Batavia."

"Tuan terlalu mengada-ada," Mas Ngalit menjawab sambiltersenyum kala ia mengantar tamunya memeriksapembangunan ibukota baru itu.

"Tidak, Yang Mulia. Gubernur sendiri puas menerimalaporan kami. Ia katakan seluruh adipati hendaknyamencontoh Yang Mulia dalam mengatur kadipatennya."

"Ah..." Jauh dalam lubuk hatinya melambung. Juru Kunciikut bangga mendengar pujian itu. Ia merasa telah berjasamemilihkan seorang yang cakap buat VOC.

"Namun masih ada sedikit ganjalan. Yang Mulia masihteringat pada Rsi Ropo dari Songgon itu?"

"Rsi Ropo?" Mas Ngalit dan Juru Kunci sama-sama terkejut."Apakah dia tidak mampus bersama Jagapati?" Mas Ngalitmenyambung dengan penuh keheranan.

"Baik. Kita percaya bahwa dia mati. Tapi kenapa Songgonsampai sekarang tidak tunduk pada kita. Bahkan kita lihatseluruh kawula Blambangan tidak bersedia membayar pajak.Semua ini tidak mungkin berjalan dengan sendirinya."

Page 65: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

65

"Jadi menurut Tuan ada yang mengatur? Atau dengan katalain diatur oleh Songgon."

"Pieter Luzac mencurigai Songgon. Tapi VOC tidak mungkinbertindak tanpa perkenan Yang Mulia," Schophoff memancing.

"Hamba akan mencoba melihat ke sana. Peperangan takcuma menimbulkan korban atau kerusakan. Tapi yang lebihpenting adalah penghamburan pembiayaan yang cukup besar.Karenanya jika bisa ditempuh jalan damai, sebaiknyalah kitamelakukannya."

"Ha... ha... ha... ha..." Schophoff bergelak. Cukup cerdasadipati yang satu ini. Bangunan mesjid di depan alun-alunmasih belum selesai. Dermaga juga diperlebar. Rumah-rumahbesar juga didirikan sebagai tempat menimbun barang-barangyang belum sempat dikirim ke tempat tujuan. Atau barangyang menunggu kapal-kapal dagang. Ada empat rumah besar.Salah satu di antaranya adalah milik Han Tian Boo. Dengankata lain orang itu tak pernah menyewa milik kadipaten bagikepentingan perniagaannya. Ia bahkan menempatkan pekerjauntuk menjaganya. Meski begitu sang Adipati tidak merasadirugikan. Sebenarnyalah Mas Ngalit tidak pernah rugi dengansegala tingkah semua orang asing di negerinya. Karena yangrugi adalah negara dan kawula Blambangan. Malah secarapribadi Mas Ngalit mendapatkan banyak keuntungan.

Dan Mas Ngalit membuktikan kata-katanya pada Schophoff.Ia segera bertandang ke Songgon yang memang luput daripengamatannya selama ini. Apa yang harus aku lakukanterhadap pribumi sebangsaku ini? Mengapa mereka tak maubeker-jasama dengan bangsa asing yang baik hatimenyediakan modal bagi kemajuan negara? Sekali lagi akuharus menyadarkan mereka! Harus! Atau Kompeni kembalimenumpahkan darah mereka? Pergumulan terus terjadi didadanya yang bidang d dan berbulu itu. Kendati masih mudakumis tebal telah menghiasi wajahnya. Rapi tertata di bawahhidung mancung. Cambangnya juga tumbuh dengan manis

Page 66: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

66

sampai ke pangkal rahangnya. Semua itu membuat iri kaumlelaki. Dan memang harus mereka akui, tentulah banyakwanita akan bersimpuh di kaki Mas Ngalit.

Perjalanan amat sukar. Mas Ngalit tidak sanggupmenempuhnya dalam waktu satu hari. Musim penghujanmembuat belukar menutup jalan-jalan setapak dalam hutan.Penjalin yang menjalar panjang-panjang itu menyodorkanduri-duri tajam. Kuda Mas Ngalit tidak terbiasa mengatasikesulitan semacam itu. Seperti itu pula halnya Mas Ngalit.Tidak terlatih melintasi daerah sulit. Kendati ia adalah saudaraseayah dengan Jagapati yang gagah perkasa itu. Karena itu iamengajak para pengawal bermalam di Lo Pangpang,kemudian besoknya bermalam di Pakis. Baru hari ketiga ia danpengawalnya sampai di Songgon. Buat sesaat Mas Ngalitmenghentikan langkah kudanya. Demikian pula parapengawal. Sebelum mereka memasuki batas desa Songgon,mereka sudah melihat hamparan sawah hijau yang begituluas. Pematang-pematang tertata rapi dan bersih. Kendatimereka tak melihat seorang pun yang dapat dimintaiketerangan. Namun Mas Ngalit menduga, tentunya daerah initak terusik oleh perang. Beberapa ekor anjing tampakmondar-mandir di pematang seolah mencari sesuatu.Mencium-cium tanah. Tentunya mencari tikus.

Namun kalau kuda Mas Ngalit dan rombongan mulaimelangkah, mendadak anjing-anjing menggonggong. Bahkanmelolong seperti serigala yang kelaparan. Kuda Mas Ngalitseperti ketakutan. Apalagi setelah kelompok demi kelompokanjing-anjing mendekati. Mas Ngalit penasaran. Ia sentuhkantumit ke perut kuda sebagai perintah agar si kudamempercepat larinya. Namun rombongan anjing itu terusmengejar seperti hantu.

Para pengawal hampir kehabisan akal. Merekamempersiapkan bedil untuk mengusir gerombolan anjing. TapiMas Ngalit segera mencegah. Ia tahu itu akan semakin

Page 67: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

67

menyakitkan hati kawula. Mau tak mau mereka harusberteriak-teriak saja memaki dan mengusir hewan peliharaanorang Songgon itu. Masuk batas desa mereka berhenti lagi.Para pengawal memberanikan diri melompat turun danmengambil batu serta kerikil yang berhamburan di tepi jalan.Kemudian melempari gerombolan anjing yang menyambut danmengantar mereka ke tapal batas itu. Kini terpaksa merekamenjauh dan menghindar sambil mengumpat tanpa makna.

Mas Ngalit bernapas lega. Anjing-anjing itu menjauh. Tapikini keheranan merambati hatinya. Deretan rumah di kiri-kanan jalan sepi tanpa penghuni. Ke mana mereka? Di sawahsunyi, di pedesaan pun senyap. Padahal jika melihat bunga-bunga, pohon-pohon semua terawat rapi. Tanpa bersaingdengan rumput dan ilalang. Pelan-pelan kuda merekamelangkah lagi. Hampir tak ada serumpun pun rumputtumbuh di jalan yang dipadatkan oleh pasir dan batu itu. Duakali kecil mengapit jalan itu. Gemercik suara air membawakedamaian di hati. Rumah-rumah pun berjajar rapimemberikan sapaan tersendiri. Demikian pun nyiur, kenari,atau kenanga yang meneduhi sepanjang jalan. Terus sajamereka masuk. Semakin tercengang. Di tengah-tengah desaitu ada sebuah rumah besar. Bangunan kuno. Berpagar batu-batu kali. Pelatarannya amat luas. Pendapa juga lebar. Tentuini rumah Rsi itu, pikir Mas Ngalit. Maka ia membelokkankudanya ke halaman.

Tiba-tiba langkah kuda Mas Ngalit terhenti.

Karena Mas Ngalit terkejut melihat pemandangan dihadapannya. Seorang perempuan muda dengan telanjangdada berdiri di titian pendapa. Ia gosok matanya. Perempuanmuda itu tersenyum sambil menelangkupkan kedua telapaktangannya di antara kedua susu yang montok dan berkulitmulus. Lepas tanpa kutang dan apa pun sebagai penutup.Sebagai penutupvkaki wanita itu mengenakan kain putih yangmelingkar sampai ke bawah pusarnya. Pending emas berkilau

Page 68: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

68

ditimpa mentari yang menerobos di sela mendung. Gelang danbinggal menghias dua pergelangan kaki dan tanganmenandakan bahwa wanita muda itu bukan sudra. Untaianmutiara melingkar di leher jenjang yang menyangga wajahbulat telur dengan hidung mancung. Mata berbentuksebungkul bawang dihias oleh bulu lentik dan diteduhi olehalis seolah garis seperempat lingkaran. Gigi berwarna hitammengkilat seperti bulu kumbang berbaris rapi di sela bibir tipisberwarna merah bercampur ungu seolah warna kulit manggisyang sedang merekah, menandakan bahwa seharusnya wanitamuda ini tinggal di puri istana Blambangan, zaman WongAgung Wilis. Tapi usianya masih sangat muda. Tentu bukansalah seorang selir atau istri Mangkuningrat. Lalu siapa dia?Hati Mas Ngalit berdebar. Darah mudanya bergelora. Tapiwanita itu tidak sendiri. Di belakangnya berdiri lima orangwanita yang berbusana seperti halnya yang terdepan. Semuawanita. Tak seorang pun lelaki. "Dirgahayu, Yang Mulia.Silakan naik ke pendapa dan duduk." Kembali suara merduseperti suara burung cucakrawa membangunkan lamunan MasNgalit.

."Eh... hamba ingin bersua de..." Mas Ngalit migup. Kulitwanita ini tidak kuning sepefti biasa wanita yangdipersembahkan oleh Han Tian Boo. Sawo matang. Bahkanagak sedikit hitam. Tapi manis. Rambutnya ikal tersanggul diatas kepala, dihiasi tusuk konde emas.

"Ingin bersua dengan Rsi Ropo?" Wanita itu memotong.

"Ya, betul...."

"Beliau sedang tak ada. Silakan naik. Barangkali hambadapat menolong kepentingan Yang Mulia, atau...

"Tidak. Hamba cuma memerlukan dia." Mas Ngalit masihsaja duduk di pelana.

Page 69: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

69

"Sayang." Mas Ayu Tunjung mendengus. "Bukan kebiasaansatria Blambangan tidak berlaku ramah seperti itu. Apalagiseorang adipati."

Merah wajah Mas Ngalit mendengar itu. Perempuan mudaitu sudah tahu namaku? Kedudukanku?

"Bukankah Mas Ngalit seorang yang berdarah TawangAlun? Ah, siapa yang tak pernah dengar nama Tawang Alun dibumi Semenanjung ini? Seorang satria sekaligus brahmana.Mengapa keturunannya tidak lagi menghormati kekudusanpertapaan leluhurnya sendiri?"

"Laa ilaaha illal laahu Muhammadur Rasuulullaah," MasNgalit menyebut sambil mengembuskan napas panjang. Parapengawal memandangnya heran. Songgon bekas pertapaanleluhurku? Tawang Alun? Dan... kembali ia menghela napaspanjang. Ingin membuat dadanya lega. Kemudian ia berdoalagi dalam hati agar terbebas dari godaan syaithan. Namun iabelum juga turun.

"Siapa yang sedang berhadapan dengan aku ini? Danbagaimana aku harus memanggil?"

"Tentu Yang Mulia tidak pernah rhengenal hamba. Memangbukan wanita ternama seperti halnya Mas Ayu Arinten. Tapitidaklah salah jika hamba menjelaskan bahwa hamba adalahadik dari Pangeran Mas Sutajiwa, putra Ramanda Mangku-ningrat anumerta, putri bungsu yang lahir dari ParamesywariMas Ayu Chandra anumerta.

Dan kemudian Ibunda bergelar Mas Ayu Na-wangsasi.Hamba adalah Mas Ayu Tunjung."

"Ya Allah, Ya Rabbi..." Mas Ngalit terkejut. Dengan mulutternganga ia pelan-pelan turun dari kudanya. "Ampunkanhamba..." Mas Ngalit kehilangan pegangan. Para pengawalmakin tertegun. Namun mereka ikut turun dari kuda. "Waktuberlalu cepat sekali, zaman pun telah berubah, membuathamba tidak ingat pada Yang Mulia. Zaman telah maju dengan

Page 70: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

70

pesatnya..." Mas Ngalit berusaha memulihkan wibawanya.Namun Ayu Tunjung segera memotong.

"Zaman boleh berubah, bahkan boleh saja sepesat anakpanah, tapi peradaban tidak boleh dihancurkan," tegasnya.

"Justru kedatangan kami kemari untuk tujuan itu." Ngalitmenemukan dirinya kembali. "Kami perlu membicarakandengan Rsi Ropo yang selama ini dinilai oleh pihak Belandasebagai penghambat berkembangnya peradaban diBlambangan."

"Jagat Dewa Pramudita! Ya, Hyang Dewa Ratu." AyuTunjung pura-pura terkejut. "Belanda memberi penilaiansemacam itu? Sang Rsi penghambat berkembangnyaperadaban? Sungguh hamba tidak mengerti."

"Baiklah. Hamba akan jelaskan. Tapi hamba mohon YangMulia menjawab kami dengan sejujurnya."

"Di Blambangan satria pantang berkata dusta."

"Baik. Siapakah yang menculik Yang Mulia dan membawakemari? Bukankah Rsi Ropo yang keparat itu?"

"Yang biasa menculik bukan seorang Rsi. Brahmana tidakpernah bicara dengan paksaan seperti itu. Hamba datangsendiri dengan sukarela. Justru saat Rsi tidak ada di tempat.Sampai sekarang pun beliau belum pulang."

"Hai. Benarkah? Apakah hamba bisa percaya? Jika benardemikian, mengapa tak seorang pun di sawah maupun dirumah?"

"Jangan samakan brahmana dengan para kawula.Lenyapnya kawula dikarenakan mereka takut."

"Takut?"

"Ya! Yang Mulia datang bersama para pembunuh!Kompeni!"

Page 71: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

71

"Mereka pengawal hamba dan penjaga keamanan diBlambangan dan seluruh Nusantara."

"Penjaga keamanan? Pada siapa mereka memberikankeamanan? Kawula tak pernah merasa aman dengan adanyamereka di negeri ini."

"Siapa bilang begitu?"

"Salahkah telinga hamba yang mendengar jerit tangiswanita-wanita dan anak-anak yang kehilangan suami atauayah-ayah mereka? Ke mana mereka semua yang tidakmerelakan tanahnya dirampas untuk dijual pada pemilik modalbesar itu? Siapa yang harus bertanggung-jawab jika bukanKompeni? Atau barangkali... barangsiapa tunduk dan taatpada penjahat, telah menjadi penjahat dengan tanpasesadarnya."

"Astaga! Jika demikian semua orang harus melawan? YangMulia menganjurkan mereka melawan?"

"Merelakan diri dipaksa, merupakan kejahatan bagi dirinyasendiri. Melawan jauh lebih mulia dari pada bersekutu denganpenjahat."

Mas Ngalit terdiam lagi. Kehabisan akal. Berkali menolehpada para pengawal yang mulai tidak-sabar. Tapi merekatidak dapat menangkap makna pembicaraan kedua orang itu.Meski demikian dalam hati mereka timbul berbagai tanya. MasNgalit yang biasa menjadi pujaan para selir itu kini kuncupmeriup. Seolah semua wibawanya punah ditelan keanggunanAyu Tunjung. -

"Jika demikian, tolonglah hamba, Yang Mulia,beritahukanlah pada mereka agar mereka sudimempersembahkan upeti demi kejayaan Blambangan. Dankirimkan mereka bergotong-royong membangun ibukota barubagi Blambangan yang kita cintai ini," Mas Ngalit mengiba.

Page 72: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

72

"Luar biasa manis kata-kata Yang Mulia ini. Tapi sayang!Sungguh menyesal hamba tak dapat membantu. Karena orangSonggon cuma mau mendengar kata Rsi Ropo. Bukan hambadan bukan Mas Ngalit. Lihat saja, tak seorang pun di Songgonmenjatuhkan diri menyembah Yang Mulia. Semua berlari."

"Padahal hamba ingin membangunkan kembali kejayaanBlambangan. Cakrawarti..."

"Ampun, Yang Mulia. Jangan bicara itu di depan kawula.Sebab mereka akan menjadi muak.

Kejayaan Blambangan tidak bisa dicapai dengan menjualanak-anaknya menjadi budak bangsa asing yang menguasaimodal. Juga tak bisa dengan membiarkan bumi kita dijarah-rayah seperti sekarang ini. Ya, dijarah-rayah oleh pribumi yangingin memperkaya dan merajakan diri sendiri. Di sampingperampok-perampok asing yang datang rgelombang demigelombang."

"Yang Mulia..."

"Bagaimana tidak harus kukatakan perampok? Mereka pastitahu, seperti semua orang tahu, bahwa kekayaan yangterkandung dalam bumi ini jauh lebih mahal dari harga tanahyang mereka beli dari Yang Mulia."

"Tapi..."

"Lebih dari semua itu, kawula Blambangan tahu persis,bahwa sebenarnya masih ada yang lebih berhak memerintahnegeri ini, dari Yang Mulia. Kendati ia seorang wanita."

"Tapi..."

"Hamba tak dapat melayani____"

"Tunggu, Yang Mulia! Masih ada lagi yang wajib kitapersoalkan. Songgon berhubungan dengan para pedagangasing secara langsung. Mereka meluputkan diri dari cukai.Juga selalu mengusir pedagang atau saudagar yang telah

Page 73: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

73

kami izinkan masuk untuk membeli dan menjual di seluruhwilayah Blambangan!

"Sekali lagi! Songgon tidak sudi terikat oleh peraturan yangdibuat oleh bandit-bandit! Mereka semua telah membayarpada Yang Mulia dan patih Blambangan untuk mengeluarkanperaturan-peraturan yang memaksa semua orang harusberjual-beli dengan mereka. Apakah Yang Mulia tidak tahubahwa mereka membeli barang kami dengan harga murah,sedang mereka menjual dagangan mereka dengan hargakelewat tinggi?"

"Itu..."

"Hamba tak dapat melayani Yang Mulia lebih banyak lagi."Ayu Tunjung kembali mengernyitkan dahinya. Pangkal alisnyaterangkat. Suatu pemandangan yang mengundang pesonatersendiri.

"Camkanlah ini," kata wanita berbibir mungil itu."Pikirkanlah! Kebiasaan memaksa adalah kebiasaan bandit!"Mas Ayu Tunjung segera memunggunginya. Kemudian menitinaik pendapa. Sementara Mas Ngalit tak mampu bergerak.Mulutnya ternganga. Matanya tak berkedip.

Aduhai, mulusnya punggung yang telanjang itu. Dan, ah, iaperhatikan lenggangnya seperti blarak (daun pisang sertapelepahnya sudah kering, yang dengan sendirinya patahkarena ketuaan namun tetap menempel pada dahannya) yangterkulai karena patah. Tangannya seolah busur yang terayunperlahan. Suara gemerincing binggal di kedua belahpergelangan kaki disertai suara kain ketat pembungkus kakiitu bergeser seolah undangan bagi Mas Ngalit untukmengikutinya ke peraduan. Tapi Mas Ngalit tidak beranimelakukannya. Sebab Ayu Tunjung tentulah akanmengusirnya seperti mengusir anjing kurap....

Page 74: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

74

3. RINDU

Hati Sratdadi dan Harya Lindu Segara sama-sama berdebar.Pantai sudah nampak jelas. Sebentar lagi mereka akanmendarat. Tekad mereka bulat. Mereka akan mendarat diSumberwangiv Sayup-sayup mereka telah mendengar bahwaSumberwangi sedang dirombak untuk menjadi ibukota baru.Mereka juga sudah mendengar bahwa Mas Ngalit, dari Pakis,diangkat menjadi penguasa tertinggi Blambangan.

Kedua orang muda yang telah saling berjanji sebaya muktisebaya pati itu kemudian menukar pakaian mereka denganpakaian saudagar. Dan memang keduanya akan mendaratdengan membawa kain mori buatan India, sutera Cina,tembikar, cengkeh, pala, dan lada. Sebelum itu mereka telahmerapat di Buleleng untuk mendaratkan senjata-senjata yangseharusnya diperuntukkan laskar Bayu. Tapi karena keduanyamendengar bahwa Bayu sudah tumpas-tapis, maka merekamendaratkan senjata-senjata itu di Bali. Di samping itumereka memerlukan diri menghadap Wong

Agung Wilis, untuk memohon petunjuk dan berita tentangkeadaan di Blambangan.

Sepercik harapan memuncrat di sudut hati Mas Sratdadiketika ayahnya, Wong Agung Wilis, berkata dengan suaraberat,

"Bayu memang punah, Nak. Tapi kawula Blambangan takpernah kalah. Mereka sekarang meninggalkan huma danrumah untuk menyatakan sikapnya. Tidak mudah mencaripenampilan semacam itu, Nak. Mereka sudah diremukkan tapimasih berani menyatakan sikap. Lebih baik makan batudaripada harus menjadi budak! Bukankah itu sikap yang baik?"

"Hamba, Yang Mulia," ia menyembah pada ayahnya.

"Ada lagi yang masih membesarkan hatiku. Mas AyuTunjung, anak Kanda Mangkuningrat, ternyata mampumengambil sikap perwira. Ia sekarang tinggal di Songgon. Dan

Page 75: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

75

memimpin pembangkangan. Mereka tidak membayar pajak.Mereka tidak mau kerja paksa."

"Jagat Bathara!"

"Aku dengar ia setia menantimu, Nak?"

Pertanyaan yang membuat Sratdadi tersipu. Memerah. Iamenunduk di bawah sorot mata ayah serta ibu tirinya. Namunmata cekung dan bersinar tajam itu seolah mengikutinya. Ah,Wong Agung Wilis yang perkasa dulu itu, kini telah menjaditua dan kurus. Cuma kumisnya saja yang gemuk. Untung ibutiriku begitu baik. Dia pula barangkali yang menyambungumur ayahku, gumam Sratdadi kala meninggalkan puriayahnya. Kembali suara ayahnya bergema,

"Cuma kalian berdua yang tersisa. Blambangan telahkehilangan semua satria sejatinya. Karena itu cuma padapundak kalian berdua aku menitipkan cita dan cintaku. Citradarah Agung Wilis, yang tidak pernah menyerah pada siapadan apa pun."

"Hamba, Yang Mulia," kedua orang itu menjawab.

Bagaimanapun kekaguman mereka kian bertambah padaAgung Wilis. Walau berbaring di pangkuan istrinya, ia mampumelihat negerinya dengan mata batin. Juga mampumendengar semua kejadian bahkan keluhan kawulaBlambangan. Padahal Mas Ngalit, yang duduk di singgasanaBlambangan tidak pernah mendengar rintih kawulanya sendiri.

"Bagaimana bisa mendengar, karena memang telinganyatelah disumpal harta dan keenakan pribadi," Sratdadimenjawab kata-kata Lindu Segara.

"Hamba akan membuat perhitungan kelak. Jika mungkindengan tangan sendiri ini hamba akan membunuh tiap penjualbangsa. Penjual negeri!" Serapah keluar dari mulut sambilmenunjukkan kedua lengannya.

Page 76: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

76

"Mari kita menundukkan kepala untuk mohon kekuatanHyang Maha Durga, juga tuntunannya, sebelum menginjakkankaki kembali ke tanah kelahiran yang tercinta ini."

"Hamba, Yang Mulia." Seluruh awak kapal diperintahkanikut berdoa. Keduanya akan turun terlebih dahulu. Semuaanak buah kapal diperintahkan melakukan penyamaran.

Dermaga jauh lebih luas dari semula. Bakau-bakaupelindung pantai telah sama sekali punah. Dibabat dan dijualsebagai kayu bakar. Atau dijadikan arang. Ini adalah gejalayang buruk dari pembangunan. Apalagi tenaga pembangunanitu umumnya bukan tenaga pribumi. Rupanya perpisahan yanglama dengan anak-istri telah membuat mereka jadi liar.Hampir di tiap sudut jalan sekarang ada kedai makanan danminuman. Bahkan semalam-malaman mereka tidak tutup. Dibagian belakang kedai itu biasanya terdapat sebuah rumahbesar. Dalam rumah besar itu ada bilik-bilik kecil. Antara satubilik dengan bilik lain dipisahkan oleh dinding yang terbuatkulit bambu. Ternyata kedai-kedai itu merangkap jadi rumahpenginapan bagi para pelaut asing yang singgah. Dalam kedaibesar itu banyak pelayan wanita muda yang juga bertugassebagai penghibur bagi para pelaut.

"Jagat Bathara!" Sratdadi menyebut dalam hati. "Sejakkapan Blambangan mengenal kebudayaan macam begini?" iamencoba berbisik pada Harya Lindu Segara.

Yang ditanya cuma mengangkat bahu. Mereka perhatikankuli-kuli pelabuhan yang hilir-mudik. Umumnya orang Maduradan Jawa. Betul Wong Agung Wilis, jika demikian. Merekatidak sudi jadi kuli. Karenanya menyingkir ke pedalaman.

Mereka berjalan terus sambil mencari penginapan yanglebih besar dan agak bersih. Bangunan mesjid hampir selesai.Tidak satu pun pura atau candi. Kedua orang itu mengerti apaartinya. * Perang paregreg(perang perontokan) kedua telahusai. Maka nilai-nilai peradaban Blambangan asli pun dipunahkan. Mau tak mau Blambangan harus menerima

Page 77: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

77

peradaban baru. Suka atau tidak. Arti dari suatu kekalahanmenelan apa saja yang dijejalkan oleh pemenang.

Mereka masuk ke sebuah penginapan yang ternyata milikorang Arab. Mengenakan topi putih, baju putih lenganpanjang, terbuat dari mori India. Bersarung tenun buatanGresik.

"Ahai, Tuan orang baru? Dari Melayu?" Orang Arab yangmenyebut dirinya Makdun itu menanya. Orang ini jugamengangkat diri sebagai raja kecil. Para wanita disekelilingnya. Ada yang memijit, ada yang mengipas. Orang-orang dari mana mereka ini? Yang jelas tentulah bukan orangBlambangan. Ah, banyak sekali pendatang baru. Rupanyauntuk mengisi rumah dan huma yang ditinggal pergi olehpenghuninya.

"Ya. Ya. Kami dari Melayu," Lindu Segara menjawab cepat.Ia memang mahir berbahasa Melayu.

Makdun melambaikan tangan pada seorang wanita. Danorang itu mendapat tugas mengantar keduanya ke kamar.Muda dan ramah.

"Tuan-tuan membutuhkan teman tidur malam ini?" tanyawanita itu tanpa malu-malu. Bahasa Melayunya kurang baik.Menunjukkan bahwa ia baru belajar. "Jika iya, hamba akanpanggilkan seorang teman hamba yang baru datang dariJawa."

"Dari Jawa? Jawa mana? Bukankah Blambangan jugaJawa?" Harya Lindu Segara masih terus mengajukanpertanyaan.

Sratdadi mendapatkan kamar lebih dahulu. Dan iamengatakan bahwa tidak perlu dicarikan teman tidur.

"Musim dingin begini?"

"Nantilah aku pikirkan. Hari masih siang."

Page 78: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

78

"Baik, Tuan." Wanita itu kemudian menunjukkan satukamar lagi untuk Harya. Dan melanjutkan keterangannya,bahwa orang Blambangan tidak suka dipanggil Jawa. Bahkanmereka menjuluki para pendatang Jawa ini sebagai kaum ora(dari bahasa Jawa, artinya 'tidak'). Sebaliknya orang Jawamenjuluki mereka sebagai kaum osing (dari bahasaBlambangan, artinya 'tidak').

"Sangat menarik ceritamu. Aku senang kau menemanikumalam ini. Tapi di mana kami dapat membeli kuda yangbagus? Kami akan berkeliling Blambangan untuk menawarkandagangan kami. Itu sebabnya diperlukan kuda yang kuat danbagus."

"Di sudut jalan sebelah timur ada pasar hewan. Tuan bisamencari di sana-."

"Terima kasih." Harya memberikan sekeping perak.

"Sungguh Tuan ingin ditemani nanti malam?"

"Tentu. Tapi tunggu apakah temanku tidak inginmenjelajah dulu wilayah Blambangan yang elok ini. Dia pelautbaru." Harya tersenyum. Wanita itu berkikik.

"Hati-hati, Tuan, jika berkeliling Blambangan jangan sampaimelukai hati orang osing. Mereka suka membunuh. Merekaorang-orang keras. Karena itu kami dikirim ke sini, yang mula-mula adalah orang-orang terhukum. Dan kami adalah yah,yang di Mataram pun nasib kami adalah..* seperti ini. Hidupdari belas kasian lelaki yang kesepian. Dan membutuhkanhiburan."

"Jadi... umumnya kalian sudah berpengalaman di tempatasal kalian?"

"Ah, tidak... cuma terpaksa. Baru kok, Tuan. Baru tiga..."

"Tiga apa?" '

"Tiga tahun. Ya, terpaksa." Wanita itu menunduk.

Page 79: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

79

Harya Lindu Segara menyebut dalam hati. Baru tiga tahun?Dengan kata lain sebelum di Blambangan pun ia sudahmelakukan penjualan diri demi makannya.

"Apakah semua temanmu juga demikian?"

"Ya, Tuan. Semua wanita yang didatangkan dari daerahMataram bernasib sama dengan hamba, Tuan "

"Baiklah, kautemani aku nanti malam, ya."

"Baik, Tuan. Yang satu lagi?"

"Dia lebih suka mencari sendiri. Pergilah dulu. Aku akanmencari kuda."

Wanita muda itu menghormat sambil mengerling lalu pergi.Sementara itu Lindu Segara sendiri segera keluar diikuti MasSratdadi. Mereka menuju tempat penjualan kuda. Agak mahalmemang. Itu, kebiasaan pedagang. Begitu melihat orang asingdan tampaknya beruang, maka harga langsung dinaikkan.Siapa yang tak ingin untung banyak? Tapi Mas Sratdadi danLindu Segara tidak menggubris soal harga. Berapapun asalkudanya baik.

"Kuda ini benar-benar dari Sumba, Tuan."

"Kami butuh dua."

"Ah, dua? apakah Tuan juga ingin naik kuda Sumba?"Penjual kuda itu memandang Mas Sratdadi agak heran.Karena tubuh Mas Sratdadi yang lebih ramping dibandingLindu Segara. Tertawa juga Mas Sratdadi melihat perlakuanorang itu. Tapi ia senang. Dengan kata lain penyamarannyaberhasil.

"Kami sungguh-sungguh." Ia menegaskan tanpamempedulikan lecehan penjual kuda. Dan makin terlonggok-longgoklah blantik (makelar (penjual) hewan) kuda itu ketikaSratdadi memilih kuda tinggi besar yang berwarna hitam-pekat. Sedang Lindu Segara mendapatkan yang berwarna

Page 80: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

80

coklat, dengan belang putih dekat kukunya serta ada segitigaputih dikepalanya. Setelah memasang pelana dengan terlebihdahulu mengelus kepala kuda itu. Rupanya itu memang bekasmilik pejalan jauh yang agak lama tidak ditunggangi setelahdijual. Maka tidak heran mereka amat senang begitumenerima belaian kedua orang itu. Tanda persahabatan darimanusia. Sebagai balasannya kedua kuda itu menyapa merekadengan ringkikan panjang, mirip tertawa karena gembira.

Kegelapan pun turun. Lampu-lampu dipasang di pinggir-pinggir jalan. Terutama sekali sepanjang jalan raya utama.Beberapa bentar kemudian kedua orang itu telah menyusurijalan-jalan kota Sumberwangi dan menuju ke barat. Gardu-gardu penjagaan tidak pernah mencurigai orang asing.Demikian halnya kedua orang itu. Dengan amat mudah lolosdari pemeriksaan penjaga kota karena mereka tidakberbahasa Blambangan. Menggunakan Melayu dengan amatbaiknya.

Di atas punggung kuda Sratdadi merasa segar kembali.Seolah keperkasaannya masa lampau muncul kembali. Apalagikudanya seolah rindu melintas padang luas. Berlari sepertianak panah lepas dari busurnya.

"Betapa lama kita tidak merasakan kehahagiaan seperti ini,Harya. Sayang saat ini malam. Dan tidak ada tempat amanuntuk kita."

"Kita akan mencoba di Lateng, Yang Mulia. Kita cobamencari penginapan. Kuda ini sudah lama tidak dilarikandalam jarak yang jauh. Ia harus kita beri makan dan jika perludibelikan jamu terlebih dahulu.",

Betul juga, pikir Sratdadi. Ia menurut. Untuk mencapaiLateng mereka perlu istirahat dua kali di tengah hutan.Mentari pagi menyambut kehadiran mereka di kota Lateng.Kabut enggan berlalu. Rapat menutup jalan-jalan. Rumput danilalang saling berlomba. Demikian juga tumbuhan perdulainnya, berusaha menutup semua jalan. Sratdadi geleng

Page 81: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

81

kepala. Lateng, yang dulu menjadi pusat kerajaan, kini telahmenjadi kota mati. Tidak ada lagi kesibukan di pagi hari. Dimana bekas pasar dulu? Mas Sratdadi memperlambat larikudanya. Celananya basah oleh embun yang menempel direrumputan. Demikian pula bunga-bunga rum-put-pahitan takubahnya serbuk halus putih kekuning-kuningan. Tapi keduaorang itu tetap tidak menghentikan langkah kaki kudanya.Rumah-rumah yang dulu berjajar di kiri-kanan jalan masukkota itu, kini sebagian besar porak-poranda. Halaman-halamannya tak terawat. Merana tanpa tangan yangmenyentuhnya. Kedua orang itu menyebut dalam hati. Daunpisang dan kelapa bergoyang ditiup angin pagi. Seolahmemberikan penghormatan pada keduanya.

"Otak macam apa yang tinggal di kepala manusia perusakhidup dan kehidupan seperti ini?" Sratdadi berdesis. Temanseperjalanannya diam.

"Atau barangkali hati mereka tidak terbuat dari darah dankumparan otot-otot halus dan lembut!

Sehingga tak sepercik pun rasa kemanusiaan dalamkepalanya. Hemh..." Sratdadi mengerutkan giginya. Tinjunyamengepal. Perasaan menyesal menelusuri tiap relung hatinya.Namun sebagai satria sekaligus brahmana ia segeramenyadari bahwa penyesalan itu tidak berarti. Sekilas iateringat wajah ayahnya yang menasihatinya. "Keadaan yangakan kaulihat di negerimu itu, jangan kauanggap sebagaikepahitan. Tapi justru harus diterima dengan ucapan syukur.Karena sebenarnyalah keadaan itu memberimu kesempatanuntuk menjadi orang besar di antara wangsa Tawang Alun.Jika kau mampu membangun kembali negerimu darikehancurannya, maka kau adalah orang besar. Bangunlahnegeri itu dengan tanganmu sendiri! Dengan kepalamusendiri! Bukan seperti Mas Ngalit sekarang. Ia membangunibukota dengan utang pada kekuatan asing. Utang yangsebenarnya adalah penjualan kedaulatan negeri! Ingat, Nak!

Page 82: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

82

Bukan kebenaran yang membuat kemenangan! Tapikemenangan yang akan membuat kebenaran!

Sratdadi menggeragap seperti terbangun dari mimpi. HaryaLindu Segara jadi terkejut.

"Ada apa, Yang Mulia?" Harya Lindu Segara bertanyasambil terus memperhatikan wajah Sratdadi yang berkeringat.Keringat dingin. Ah, kini . ia mengusap mukanya dengantelapak tangan. Kemudian menggeleng-gelengkan kepala.Berulang-ulang. Entah sampai pada kali yang kebera-pa iabaru berhenti.

"Tidak apa-apa, Lindu. Aku jadi terbakar melihat kenyataanini. Kita terlambat. Andai saja kita dapat mengusahakan bahanmakanan jian senjata yang cukup dan baik, tentunya keadaanakan berbeda sekarang."

"Bukan salah kita, Yang Mulia. Pelayaran kita sangatditentukan oleh angin. Apa boleh buat?"

Sratdadi kembali menghela'napas panjang. Juga LinduSegara. Kemudian keduanya sama-sama menghentikan kudamereka. Tercenung buat sesaat.

"Kita menuju tempat penjual rumput dan makanan kuda!"Sratdadi le_bih dulu tersadar. "Setelah itu kita mencari tempatistirahat."

Keduanya meneruskan perjalanan. Melingkar untukmenghindari loji-loji milik Kompeni ataupun para saudagarCina, Arab, dan India. Tentu di kawasan itu tak ada penjualrumput dan katul. Sebab bau tai kuda akan mengganggumereka.

"Kekalahan ini sudah kita ketahui kala di Surabaya dulu.Tidakkah Yang Mulia ingat kala di pinggir Kali Mas paratawanan dari Blambangan digiring untuk kerja paksamengeruk kali?"

Page 83: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

83

"Ya, laki-perempuan dengan tangan diborgol. Kau ingatberapa jumlah mereka waktu itu?"

"Hamba tidak ingat secara tepat, Yang Mulia. Hamba rasaada seribu tujuh ratus dua puluh tiga orang. Sebagian kecilsaja lelaki dalam rombongan tawanan itu. Yang lebih banyakadalah wanita dan anak-anak."

"Bukankah waktu itu tanggal dua puluh dua, Kartika?"(tanggal 7 November 1772)

"Ah, ternyata ingatan Yang Mulia tidak pernah dapatdihapus sekalipun oleh tingginya gelombang." Lindu Segaraberusaha menghibur pemimpinnya.

"Peristiwa sepenting itu seharusnya tidak boleh kitalupakan. Kaulihat nasib mereka? Cobalah -ingat! Jika tidak adapedagang budak belian datang, tentulah nasib mengeruk KaliMas dengan tangan dan kaki dirantai begitu tidak akanberhenti. Celakanya lagi, kita tidak bisa menolong. Karenayang boleh membeli budak belian hanya kulit putih dankuning. Juga yang memperdagangkannya."

"Semuanya telah berlalu, Yang Mulia. Mari kita memikirkanyang akan datang. Kita bisa berunding dengan Mas AyuTunjung sebagai calon pendamping Yang Mulia."

Keduanya sampai di tempat yang mereka cari. Setelahmenitipkan kuda sambil berpesan agar diberi makanan sertajamu, mereka bergesa mencari penginapan. Mereka inginmelihat-lihat tiap kota besar Blambangan terlebih dahulusebelum masuk Songgon. Walau untuk itu Mas Sratdadi harusmenahan rindu yang telah menggunung.

***

Udara dingin merambat ke setiap penjuru. Namun pilar-pilar pendapa kadipaten di Sumberwangi tidak nampakterpengaruh. Malam juga merangkak kian larut. Semua orangsudah mene-lusup di bawah selimut masing-masing. Terlena

Page 84: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

84

oleh buaian mimpi. Mas Ngalit masih saja duduk , sendiri diruang tengah kadipaten yang baru saja selesai dipugar. Bukankarena menikmati indahnya ukir-ukiran yang mengelilingiruangan itu. Bukan juga memandangi pilar-pilar kayu jaticoklat yang juga bagus itu. Bukan! Pandangannya menataptempat kosong.

Berkali ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalanmondar-mandir. Gadis-gadis pelayan tidak diperkenankannyamendekat. Kendati biasanya malam-malam begitu ia sukamendekap mereka. Pertemuannya dengan Mas Ayu Tunjungbenar-benar mengguncangkan jiwanya. Rambutnya, alisnya,matanya, hidungnya, bibir dan janggutnya... aduh, belumpernah ia melihat perawan semanis itu. Alangkah bahagia jikaia bisa memandang wanita itu sepanjang hari. Melihatgontainya, dan... aduhai lenggangnya...

Ah, mengapa semua jadi tak terlupakan. Aduh-susunya,hemh, pusarmu... Tangan Mas Ngalit bergerak-gerak seolahmeraba-raba perut Ayu Tunjung. Dan entah bagaimana seolahMas Ayu Tunjung sudah ada di depannya.

"Ya, Tuhan... Allah kauberikan ia padaku?"

Dan gadis itu tersenyum. Bibir tipis seperti kulit buahmanggis yang merekah.

"Mas Ayu? Kau datang? Kau mau jadi istriku?"

Cuma senyuman yang menjawab.

Mas Ngalit seolah tak percaya. Untuk sesaat ia terdiam.Namun kemudian berkata,

"Jika kau mau jadi istriku, minta apa saja aku turuti asaltidak minta turunnya bintang dan rembulan... ha... ha... ha."

Wajah Mas Ayu masih menyungging senyum.

"Kau nanti juga jadi orang Islam seperti aku. Jangan pakainama Mas Ayu Tunjung. Aku akan panggil kau Sri Tanjung...

Page 85: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

85

Sri artinya Nur Ilahi. Sebab istri Bathara Wisnu juga bernamaDewi Sri. Aku akan sama dengan Bathara Wisnu. SriTanjung... Mari..." Mas Ngalit berdiri. Mas Ayu Tunjung tidakmenjawab. Tampak mundur sedikit. Mas Ngalit berjalanmendekat. Perlahan-lahan. Mas Ayu Tunjung melambaikantangan. Menjauh setapak. Mas Ngalit berusahamenangkapnya.

"Mari, Bathara Wisnu..." Tampak Tunjung tersenyummenggemaskan. Tapi tiap kali ditangkap, menghindar.

Hilanglah sabar Mas Ngalit. Keinginannya memboponggadis itu ke pembaringan sudah tak tertahan. Maka secepatkilat dia bergerak, menubruk si gadis. Tapi apa yang terjadikemudian tidaklah dia sadari. Tubuh si gadis ternyata keras.Muka dan kepalanya seolah dipukul martil berat. Berkati-kati.Dan Mas Ngalit baru sadar menjelang pagi kala seorangpelayan akan menyapu ruangan itu. Bahwa semalam ia cumamenubruk pilar.

Kepalanya berat. Ternyata bengkak.

"Ampun, Yang Mulia. Apa yang terjadi?"

"Ah, entah ya? Barangkali aku terlalu lelah, semalam akumenubruk tiang. Ah, kalian memasang lampu kurang terang.Besok tambah penerangan di sini!" Mas Ngalit berbohongkemudian berjalan masuk kamarnya.

"Eh, jangan beritahu siapa-siapa!" katanya sebelummenutup pintu.

Betapa terkejut Mas Ngalit kala melihat wajahnya di cermin.Bengkak. Ah, malu... Mengapa kaupermalukan aku semacamini, Sri Tanjung? Ya, kau Sri Tanjung. Darah Tawang Alunberjodoh dengan darah Tawang Alun. Tentu aku akan jadi rajabesar dan jaya. Ah, aku jadi sultan!

Ah, sebaiknya aku suruh Kanda Arinten untuk melamarnya.Ya, siapa orang yang tepat? Tapi ah, bagaimana caranya.

Page 86: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

86

Mudah saja, ia suruh seorang pengawal pergi ke Pakis untukmemanggil Mas Ayu Arinten.

"Beritahu kakakku itu bahwa aku sedang sakit, jadi tidakdapat datang sendiri."

"Hamba, Yang Mulia."

Perjalanan dari Pakis ke Sumberwangi bukanlah menempuhjarak yang dekat. Apalagi bagi wanita yang tidak terlatih.Melewati rimba raya yang lebat. Jurang-jurang. Makamemakan waktu yang cukup lama. Dan dalam penantian akankedatangan kakaknya, Mas Ngalit tidak mampu mengebasbayang-bayang Mas Ayu Tunjung. Mengapa kau masihmenyebut dirimu sebagai

Mas Ayu Tunjung? Bukankah aku telah memberimu namaSri Tanjung? tanyanya suatu malam. Tentu para wanita mudayang biasa menghiburnya jadi heran karena Mas Ngalit tidakmemperhatikan mereka lagi. Bahkan tampaknya sang adipatiitu lebih senang duduk sendiri.

Demikian juga halnya malam itu. Untuk kese-kian kali MasNgalit melambaikan tangan, memberi isyarat agar merekamenjauh.

"Tentu terkena guna-guna perawan Blambangan," bisiksalah seorang selir itu.

"Jangan curiga! Barangkali terlalu lelah. Bayangkan,membangun kota semacam ini."

"Tapi dulu-dulu tidak seperti itu!"

Kusak-kusuk berjalan terus. Tapi Mas Ngalit malam itubenar-benar tak ingin ditemani. Ia masuk kamar sendirian.Kala ia membuka pintu hampir saja ia berteriak. Ia melihatAyu Tunjung tidur miring dengan kepala disangga oleh telapaktangan dan tersenyum menyambut kehadirannya. Ngalitterpatri. Terdengar olehnya Mas Ayu Tunjung menyapadengan suara merdu,

Page 87: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

87

"Mari, Suaminda, aku sejak tadi menunggu...."

Mas Ngalit berdebar. Kini tampak wanita itu terlentang.Kaki selonjor sebelah, sedang sebelah kaki ditekyk ke atas. Ah,paha yang begitu mulus.

"Kenapa ragu, Suaminda? Mari..."

Mas Ngalit melangkah maju. Tangannya gemetar. Pelan-pelan ia buka bajunya. Demikian pula kainnya. Pelan-pelan ianaik ke pembaringan. Tangannya terulur meraba paha MasAyu Tunjung. Tak bergeming. Jengkel. Ia tangkap pinggangTunjung dan ditariknya untuk duduk di pangkuannya. Tapi...cuma sebuah guling... Mas Ngalit penasaran.

***

Sebagaimana biasa, pada hari Radite Mas Ayu Tunjungmeneruskan kebiasaan Rsi Ropo saat sebelum perang, iamengajar murid-muridnya. Tidak sebanyak murid Rsi Ropotentunya. Karena memang jumlah pribumi Blambangan saatitu cuma tinggal sekitar tiga ribu orang saja. Semua punahdilanda perang. Siapa yang berani menentang VOC akandipunahkan. Inilah modal. Kekuasaan dari kaum bermodal.Siapa saja! Ya, siapa pun yang berani coba-coba mengusikkekuasaan modal, pasti akan dibinasakan! Baik secara kejamdipunahkan sama sekali seperti pribumi Banda oleh Yan PieterZoen Coen, yang menyewa kaum samurai Jepang, ataudengan cara yang santun. Seperti yang dilakukan oleh BongSwi Hoo yang kelak bergelar Sunan Ngampel. Orang ini telahberhasil memudarkan kekuatan Majapahit secara damai.

Mas Ayu Tunjung sama sekali tak menduga bahwa akhirnyaorang-orang Songgon bersedia mendengar semua tuturnya.Mereka dengan patuh duduk ngelesot diTantai pendapa balaipracabaan. Pilar-pilar masih sekokoh saat Rsi Ropo mengajar.Pengunjung tidak meluber sampai ke halaman. Umumnyaorang-orang Songgon sendiri. Cuma sedikit saja pendatangdari luar Songgon yang ikut dalam perhimpunan itu. Petang

Page 88: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

88

itu pun demikian halnya. Tapi semua yang duduk mendengardengan penuh khidmat. Kadang mereka tertawa. Bersama-sama. Kadang mereka bertepuk tangan. Juga bersama-sama.Kadang mereka berdecak kagum. Hampir semua terayun-ayundalam perasaannya, sesuai dengan yang sedang dibicarakanoleh Mas Ayu Tunjung.

"Jatidiri yang kokoh akan memberikan pada kita maknadiri," kata Mas Ayu dalam mengajar sambil duduk bersila dipotongan kayu besar dan bulat. Tak ubahnya patung KenDedes. Ia pandang semua yang hadir. "Orang yang saat iniakan menenggelamkan kita, berusaha menenggelamkanjatidiri kita terlebih dahulu." Diam lagi sebentar. Menariknapas. Susunya tampak naik-turun. Seirama dengan tarikannapasnya. "Karena itu berhati-hatilah! Dalam merampasjatidiri kita, mereka tidak lagi dengan paksa! Tidak jugadengan perang. Mereka menggunakan cara yang amat sukaruntuk dapat kita lihat. Begitu sukarnya, seolah kita sedangmencari jarum yang berjalan dalam air. Mereka menggunakanwanita, minuman, harta benda, dan banyak lagi. Sekali lagiberhati-hatilah terhadap masiya, manuya, madya, dan mutral(ikan, daging, arak, dan wanita)

"Bagaimana dengan Mas Ngalit yang sekarang sedangmembangun ibukota baru bagi Blambangan itu? Apakahmungkin dia akan menjadi Ken-Arok bagi Blambangan?" (Arok= pembangun. Ken Arok = ksatria pembangunan)

'"Inilah yang setiap orang seharusnya tahu. Apa yangsedang dikerjakan Mas Ngalit sekarang?" , Kembali ia diambeberapa bentar. Setelah tidak-seorang pun yang menjawabia berkata lagi, "Mas Ngalit adalah seorang yang dendam padakekuasaan Agung Wilis karena tidak mendapat kesempatanikut berkuasa. Lebih lagi karena ada beberapa kerabatdekatnya yang digantung. Sekarang setelah ia mendapatkesempatan, sekali lagi setelah mendapat kesempatan, segeramenjelma menjadi manusia rakus. Ia telah menjual tanah kita,

Page 89: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

89

pohon kita, hewan kita. Pendek kata apa saja yang bisadikeruk dan dijual untuk kekayaan pribadinya. Demikianhalnya dengan para pung.-gawa lainnya. Sepeninggal WongAgung Wilis Blambangan telah jatuh miskin akibat perampokBali, yang tiada henti menggerayang kekayaan kita.Sekarang... yah, begitu berkesempatan muncul menjadi sangpenguasa, besar atau kecil, segera menjelma menjadi bandit!"

"Tapi mereka berjasa membangun kota-kota...."

'"Tampaknya memang begitu. Loji-loji yang dulu tidakpernah ada kini berbaris sepanjang jalan-jalan raya utama.Mesjid-mesjid yang dulu tidak ada kini tampak menghiasi kota.Nah, kita bisa melihat sekarang, sebagian besar bukankebutuhan kawula Blambangan. Tapi lihat! biayapembangunan itu siapa yang harus menanggung? Kita! Kita!Memang biaya itu datang dari VOC sekarang ini. Tapi marilahkita menghitung, Mas Ngalit harus membayar upeti sebanyakenam puluh ribu ringgit. Enam puluh... Yah, coba kalikandengan uangmu sendiri. Satu ringgit sama dengan duasetengah gulden uang Belanda. Sedangkan satu gulden uangmereka dihargai tiga-ribu picis uang kita. Nah, kalian bisamenghitung sendiri berapa? Dari mana Mas Ngalit akanmembayar pada VOC sebegitu besar? Bukankah dari hasilkeringat kita? Keringat kita! Sedang saat ini seluruh pribumiBlambangan jumlahnya tinggal tiga ribu orang. Dari jumlahdelapan puluh lima ribu sebelum perang kini tinggal tiga ribu!Sisanya dibantai! Jadi tiap orang harus menanggung duapuluh ringgit per tahun. Bayangkan! Tak pernah mimpi, bahwakita sekarang harus punya utang dua puluh ringgit. Bukankahitu sama dengan seratus lima puluh ribu uang kalian?" MasAyu diam sebentar. Mengambil sirih di sampingnya dan mulaiberkinang. Giginya yang berbaris rapi seperti deretan bulukumbang itu menggerus dedaunan yang kemudianmenampakkan warna merah. "Anak-anak pun punya utang.Yang dalam kandungan pun punya utang. Jika tidak maupunya utang maka ia harus tidak menjadi warga Blambangan.

Page 90: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

90

Minggat ke Bali misalnya. Karena jika tidak punya utang iabukan warga Blambangan." Ayu Tunjung memperdengarkansuara tawanya. Ramah. Semua pendengar ikut tertawa. "MasNgalit yang membuatnya begitu. Si Arok Blambangan!" Makinriuh. Beberapa lama setelah itu Mas Ayu menutup ajarannyadengan, "Jangan melawan dengan kekuatan senjatamu!Karena Mas Ngalit tidak pernah segan menumpahkanbangsanya sendiri!"

Semua orang kagum. Enggan rasanya mereka berdiri. Inginlebih lama lagi mendengar suara merdu itu.

"Jumlah kita makin sedikit. Mempertahankan hidup saat inisudah merupakan perjuangan tersendiri bagi suatu bangsayang dengan sengaja hendak ditumpas! Apalagimempertahankan keberadaan peradabannya."

Setelah berulang Mas Ayu meminta mereka semuaistirahat, barulah mereka beranjak. Satu demi satumenyembah dan bangkit. Berat hati mereka. Semalam suntukpun mereka akan betah berbincang dengan sang gadis. HatiMas Ayu terharu melihatnya. Mereka rindu mendengar kata-kata surga. Hiburan yang dapat menjelaskan arti kebenaranyang sesungguhnya. Selama ini Mas Ngalit selalu menekankanpada kawula Blambangan, supaya tidak usah belajarberpendapat, ridak usah mengerti siasat kekuasaan! Yangperlu kerja! Kerja tidak banyak" omong! MembangunBlambangan!

Suara jangkrik di malam hari mengiringkan langkah merekameninggalkan pertapaan. Juga sorot pandang Mas Ayu sertalima orang penga-^ walnya. Para cantrik pun belum beranjak.Namun Mas Ayu segera menjadi terkejut kala akan turun daritempatnya. Dua orang muda masih saja terpatri di tempatduduknya. Sekalipun semua orang sudah pergi. Keduanyatertunduk dalam-dalam di bawah temaram samar sinar pelita.Mukanya tertutup bayang-bayang sehingga menyulitkan AyuTunjung mengenalinya. Diiringi pandang semua cantrik dan

Page 91: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

91

pengawalnya, ia turun dan mendekati. Perlahan-lahan seolahberjalan di tepian jurang. Sampai beberapa jarak kemudian iabertanya,

"Mengapa kalian tidak segera pulang? Ada sesuatu yangingin kalian utarakan?"

Keduanya diam untuk sesaat. Saling melirik. Lalu sama-sama menyembah. Dan Harya Lindu Segara membukapercakapan sambil menunduk.

"Ampunkan kami berdua, Yang Mulia, kami datang darijauh. Dan kami ingin bermalam di sini. Adakah tempat?"

"Hyang Dewa Ratu!" Mas Ayu menajamkan mata. Tapimasih saja belum mampu melihat wajah mereka yangtertunduk dan tertutup oleh bayang-bayang. "Tentu semuaorang bisa berma.-lam di sini. Asal tidak membuat keonaran."Kemudian ia berbalik menghadap Janaluka. Cantrik Janaluka."Siapkan kamar untuk mereka."

Cantrik Janaluka segera pergi setelah menyembah.

"Kami mengagumi pengetahuan Yang Mulia.

Sungguh, kami tidak bisa mengerti bagaimana Yang Muliabisa menghitung dengan pasti angka-angka tadi."

Mas Ayu Tunjung tersenyum. Tapi curiga. Sejak tadimereka tetap tertunduk. Jangan-jangan telik dariSumberwangi.

"Kita memang sejak lama dijauhkan dari angka-angka.Kebanyakan kita malas menghitung. Itu sebabnya sebagianbangsa Nusantara menjadi miskin. Barangsiapa tidak tahumenghitung, sebenarnya telah menjadi bingung. Karena iatidak pernah tahu untung dan rugi. Kaum pemilik modalsenang kawula tidak tahu angka-angka. Demikian punBelanda. Karena demikian untuk selamanya kawula tidak akandapat menghitung, berapa jumlah kekayaan yang seharusnyamenjadi hak mereka." Senyumnya makin lebar. "Bayangkan,

Page 92: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

92

menghitung haknya sendiri saja tidak bisa! Adakah makhlukyang lebih mengibakan dari mereka? Karena ketidaktahuanakan hak sendiri itulah maka apa yang seharusnya milikmereka, menjadi milik orang lain. Hak mereka menjadisemacam titipan yang bernama utang! Utang yang tak pernahmereka sadari. Karena memang mereka tak pernahmelakukannya."

"Jagat Dewa!" kedua tamu itu menyebut kagum. Sratdaditak mampu lagi menahan hatinya. Suaranya telah membuatAyu Tunjung terkejut. Dengan mendadak jantungnya berdebarkeras. Kembali ia menajamkan matanya. Berganti-ganti iapandangi kedua pemuda di hadapannya itu. Sratdadi yangmerasa salah itu bertanya lagi. Kepalang basah, pikirnya.

"Kenapa Yang Mulia tidak memimpin mereka untukberperang saja? Supaya dapat dihancurkan semua kelaliman?"

"Hyang Dewa Ratu!" Ayu Tunjung makin gemetar. Senangdan kaget menyatu. "Mengapa aku harus menghadapi pengujisecara..."

Ia maju lagi. Selangkah. Dan lagi, selangkah. Makin jelasdan makin jelas. Terkuaklah ingatannya. Maka segera iamenjatuhkan diri... "Hyang Dewa Ratu! Kanda...!"

Page 93: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

93

4. PAGAR BETIS

Kedatangan Sratdadi alias Rsi Ropo memberikan angin barubagi seluruh orang Songgon. Mereka begitu kagum danmenganggap bahwa Rsi Ropo memiliki seribu nyawa yang takmungkin dapat mati. Maka kehidupan di Songgon denganamat tiba-tiba menjelma menjadi lebih semarak dari semula.Semangat mereka yang hampir padam, kembali membara.Sebab dengan hadirnya Rsi Ropo, kawula berharap bahwaWong Agung Wilis akan kembali hadir di tengah mereka.

Penjagaan di malam hari juga mulai diadakan. Karena Ropomulai mengajar bahwa mereka perlu menjaga hak mereka.Songgon, kata Ropo, adalah tanah suci, yang harus tidakterjamah oleh tangan si bule. Maka penjagaan sandi kembalidilakukan seperti dulu kala sebelum perang.

Bunga-bunga kembali ditanam orang. Kenanga, kantil,mawar dan melati, kembali bermunculan. Seolah mereka ikutberbahagia menyambut hadirnya sang Rsi. Apalagi terdengarberita bahwa satu minggu lagi Rsi akan melangsungkanupacara pernikahan. Semua orang bersukacita. Songgon yangkecil segera menjelma jadi bintang di tengah hutan belantara.Anak-anak gadis dan orang-orang tua yang dulu berharapbahwa anak-anak mereka akan diperistri sang Rsi, tidak perlumenjadi kecewa. Sebab tidak mungkin mereka membandingiwanita itu. Bukan cuma manis tanpa tandingan, tapi jugamemiliki pengetahuan yang tinggi. Semua orang menilaibahwa keduanya adalah pasangan yang serasi.

Kuntum bunga telah mekar di sana-sini. Seolah ikutmempersiapkan diri bagi upacara pernikahan kedua orang itu.Demikian pula halnya desa Songgon. Semua jalan-jalandibersihkan. Tidak sehelai rumput pun boleh tumbuh di jalan-jalan. Tak ada yang memerintah. Tapi tiap orangmembersihkan jalan-jalan yang melintas di depan rumahnya.Mereka kerjakan dengan kesadaran mereka sendiri. Mas AyuTunjung terharu melihat itu.

Page 94: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

94

Mas Ayu Tunjung jadi tidak bebas keluar rumah. Ia selaludikerumuni wanita-wanita tua, yang sudah berpengalaman.Tiap pagi dan sore ia dilulur dengan mangir. Tanpa ada yangmeminta mereka bertandang ke dalam puri pertapaan itu. MasAyu jadi rikuh. Apalagi pagi dan sore mereka juga yangmemandikannya dengan air bunga setelah dilulur. (diborehi,diolesi dengan mangir) Geli rasanya.

Ia memang belum pernah mendapat perlakuan seperti itu.Rasanya semua orang mengasihinya. Hatinya menjadiberbunga-bunga. Betapa tidak?.

Wanita-wanita yang sudah peot itu, ternyata mempunyaibanyak cerita. Sambil melulur tubuh-nya, mereka memijit danbercerita. Macam-macam cerita mereka itu. Ada dongeng"Timun Mas dengan Raksasa Hijau", ada dongeng mengenai"Kelana Gandrung", "Panji Asmara Bangun" dan macam-macam lagi. Rasanya ia kembali meriup jadi bayi. Semuaorang memperhatikan. Semua menumpahkan kasih sayang.

Harya Lindu Segara pun ikut sibuk. Ia mengirim berita keMengwi, melalui para nelayan. Maka Wong Agung Wilis segeramenulis surat pada anaknya itu. Dikirimkannya lewat carakasandi (utusan rahasia) yang menjadi kepercayaannya.Demikian pula, secara diam-diam ia mengirimkan hadiahberupa emas dan pakaian, baik untuk menantunya maupununtuk anaknya sendiri. Mas Ayu Tunjung menerima kiriman itudengan air mata yang berlinang. Bertiga mereka membacasurat Agung Wilis.

"Sratdadi, Anakku

Dirgahayu! Jayalah kau, jayalah negerimu! Sungguhgembira hati ini, kau akan menikahi anak kakakku sendiri,Prabu Mangkuningrat anumerta Setidaknya kau telahmenyambung kembali pertalian darah yang hampir putuskarena perbedaan pandangan dan kepentingan. Aku dapatmembayangkan betapa Tunjung telah tumbuh menjadiseorang gadis manis dan cerdas. Mungkin saja lebih dari

Page 95: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

95

ibunya. Aku berharap kalian bisa hidup serasi. Terlebih dalammenanggungkan tugas berat di masa kini dan mendatang.Lebih dari itu tugas mulia.

Sewajarnyalah jika aku memberikan sesuatu padamenantuku. Tentu ini tidak sepadan dengan milikparamesywari Blambangan. Tapi barangkali saat ini, itulahyang terbaik, yang dapat aku berikan buat menantuku.Maafkan aku, karena aku bukan bandit yang mampu-menggunakan uang orang lain demi kepentingan sendiri."

....

Sampai di sini Mas Ayu berhenti sebentar. Air matanyaberlinang. Bahagia bersatu dengan haru. Buru-buru iamenghapusnya karena malu. Seorang yang telah menua itumasih memperhatikannya. Masih ingin menyumbangkansesuatu demi kebahagiaan anaknya. Atau memang itulahnaluri seorang bapa? Ingin melihat anaknya bahagia? Ah, tidaksemua! Bukankah Amangku-rat dari Mataram pernahbertengkar dengan anaknya demi memperebutkan wanita?Sama-sama orang tua. Sama-sama lelaki. Tapi berbedajatidirinya. Yang seorang penuh pengabdian buatkemanusiaan, yang seorang penuh dengan persundalan.Beberapa bentar kemudian ia melanjutkan pembacaannya,sementara Sratdadi dan Lindu Segara mendengar sambilmemperhatikan. Tiap kali Mas Ayu Tunjung memberikanbubukan kapur pada lontar yang dibacanya.

"Lepas dari semua kegembiraan dan kebahagiaan yangkaualami itu, aku berharap bahwa kau tidak akan pernah lupapada kewajiban yang dibebankan oleh zaman kepadamu!Beban yang gunung-gemunung, memang. Tapi mulia. Tiadamanusia yang lebih mulia dari pada orang yangmempersembahkan karya dan darmanya bagi kemanusiaan.Bagi kehidupan! Bagi kebebasan umat manusia! Apa sebab?Sebab meniadakan kebebasan adalah perampasan hak yangpaling hakiki. Memang kebebasan adalah hak yang paling

Page 96: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

96

hakiki. Meniadakan kebebasan berarti kejahatan yang takbertara! Karena itu berjuanglah, Anakku!"

Lagi. Ketiga orang itu saling pandang. Hati mereka serasadijamah oleh jari-jari Wong Agung Wilis. Kemudian diremas-remas agar tidak terbuai oleh mimpi di bulan madu. Beberapabentar kemudian mereka sampai pada bagian akhir dari suratWong Agung Wilis:

"Kawula Blambangan sengaja dipunahkan. Seperti orang-orang Banda yang dipunahkan oleh Yan Pieter Zoen Coen.Itulah sebabnya aku berkata beban yang tersampir di pundakkalian, amat berat. Bagaimanapun juga kawula harusdiselamatkan. Jangan dibiarkan mereka dibantai! Jika kitahendak memerangi VOC, maka kita tidak boleh berperangsendiri. Kemenangan hanya akan tercapai jika seluruhNusantara bangkit bersama-sama! Ingat-ingat ini, Anakku!Kebijakan jauh lebih penting demi keselamatan kawula yangtinggal sendikit itu. Mempertahankan hidup serta kehidupanmereka adalah juga semulia-mulianya pekerjaan "

Ketiga orang itu menyebut. Rupanya Wong Agung amatsedih mendengar berita kerusakan kawula Blahnbangan.

"Apa akal kita sekarang?" Lindu Segara bertanya setelahbeberapa saat mereka terdiam. Masing-masing merenung.Berbincang dengan pendapatnya sendiri.

"Yah, kita harus berpikir. Memang benar pendapatAyahanda itu. Rupanya beliau belajar dari kekalahan demikekalahan semua kerajaan di Nusantara ini," Sratdadimenjawab sambil menarik napas dalam-dalam. Setelah itumenopangkan siku di atas pahanya yang sedang bersila itu,sementara telapak tangannya menyangga dagunya. SedangMas Ayu Tunjung memandang ke halaman. Ayam-ayamsedang bercengkerama dengan sesamanya. Bebek-bebek jugasibuk mencari makanan di parit yang menuju ke sawah.

Page 97: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

97

"Mungkin saja kita harus berbagi tugas. Kita tidak bolehmemancing peperangan di Blambangan," Lindu Segaramengutarakan pendapatnya.

"Kita menempuh cara seperti Singa Manjuruh? Karena jerakita berlaku seperti dia?" Sratdadi bangkit dari duduknya. Lalumendekati jendela sambil bersedekap ia pandang gunung-gunung biru yang jauh. Pikirannya mencoba menerawangjauh. Jauh sekali ke masa depan.

Mas Ayu Tunjung menarik napas panjang. Susunya naik-turun seirama tarikan napasnya. Kemudian pelan-pelan iaberkata,

"Tidak! Kita bukan Singa Manjuruh. Kita tidak pernah akanjera. Tapi sebelum menentukan, marilah kita menengok masalalu bangsa kita. Pengalaman leluhur kita. Sebagai cerminuntuk menentukan sikap dan langkah." Berhenti sebentar. Iabersirih. Memerah bibirnya yang tipis itu. Warna kulit manggisyang merekah. Sratdadi dan Lindu Segara menoleh padanya.

"Kita dulu bangsa besar," Ayu Tunjung memulai lagi. "Tapisekarang menjadi bangsa kerdil. Apa sebabnya? Dulunya kitaadalah bangsa laut. Bangsa yang menguasai laut. Dengankata lain menguasai perniagaan. Kemudian dikalahkan olehbangsa lain, dan kita digiring ke pantai. Tidak lama kemudiandikalahkan lagi dan digiring ke pedalaman. Pegunungan danhutan-hutan. Akibatnya kita makin jauh dari kemajuan. Sebabsemua kemajuan dikuasai oleh bangsa yang memiliki alatperhubungan. Nah, kita dikecohkan sedemikian rupa, sehinggalautan yang dulunya adalah alat perhubungan bagi kita, telahmenjadi semacam pembatas yang amat sulit dilintasi. Kanda,mari kita menyadari hal ini."

"Jagat Pramudita! Jagat Bathara!" Sratdadi menyebut.

"Di mana-mana, di bumi Nusantara ini tidak akan adakebebasan. Barangkali di samudra luas sana kita akan

Page 98: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

98

menemukannya. Salahkah pendapat hamba ini, Kanda?" AyuTunjung mendekati calon suaminya.

"Tidak, Adinda!" Sratdadi menghela napas dalam-dalam. Iapandang tajam-tajam Ayu Tunjung. "Aku baru mendengarnyasekarang. Andaikata itu sudah kita ketahui sejak Ayahandamasih menjadi patih amangkubhumi Blambangan dulu, makapendapat itu akan sangat banyak gunanya. Kita masihmemiliki armada untuk menjadikan Blambangan bangsapelaut.

Mas Ayu mengelus dada Sratdadi. Kemudian dengan ekormatanya ia memandang Lindu Segara dengan sekilas. Sambiltersenyum ia melanjutkan,

"Tak ada gunanya berandai-andai dengan masa lalu. Apasaja yang kita punya harini itulah modal kita. Jika harini kitacuma punya Harya Lindu Segara, maka dengannyalah kitaakan membangun jiwa pelaut dalam bangsa kita. Sekali lagi,Kanda jangan mengandai-andai. Kita harus pandai-pandaimengukur kemampuan. Barangsiapa yang tak mampumengukur kemampuannya sendiri, ia sedang melangkah padakehancuran."

"Hyang Bathara!" kedua pemuda itu menyebut berbareng.Sesaat, dua saat, lima saat, sepuluh saat, mereka membisu.Tercekam lamunan masing-masing.

"Baiklah. Jika demikian hamba akan segera turun kelautbegitu selesai upacara pernikahan suci. Itu sesuai denganrencana. Tapi kali ini dengan tujuan membangun kembaliarmada Blambangan. Bukan sekadar membuat kerepotan kecilbagi VOC," Lindu Segara berjanji.

"Barangkali ada gunanya jika daku pun turun ke laut.Pekerjaanku sebagai seorang Rsi sebaiknya diambil alih olehMas Ayu..."

"Kehadiran Rsi Ropo masih diperlukan bagi kawulaBlambangan. Lihat! Dengan tiadanya Kanda di tengah-tengah

Page 99: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

99

mereka, mereka tak ubahnya anak-anak ayam yangkehilangan induknya." Mas Ayu Tunjung keberatan. "Hambacuma mampu memberikan pengetahuan sedikit buat mereka.Tapi yang mereka butuhkan sekarang bukan cumapengetahuan. Mereka butuh keterampilan, sikap hati, dansetelah itu baru pengetahuan."

"Betul, Yang Mulia," Lindu Segara mendukung.

Kembali ruangan dilanda keheningan. Sampai beberapajenak. Tiba-tiba saja, Sratdadi melihat Tunjek berlari menujupendapa. Mencari-cari. Kemudian cepat ke bale pracabaan.Kosong. Masuk ruangan di mana ketiganya sedangberbincang. Napas pemuda itu terengah-engah.

"Ada apa, Tunjek? Tampaknya tergopoh-gopoh."

"Oh, Ampunkan hamba, Yang Tersuci, menghadap tanpadipanggil."

"Tak apa, Tunjek. Apa ada sesuatu yang penting?"

"Barangkali amat penting. Serombongan besar Kompenimengepung Songgon...."

"Jagat Dewa Pramudita!" Rsi Ropo tersenyum. dengansabar ia berkata pada Tunjek, "Baiklah. Mereka mencari akuterus-menerus. Suruh teman-temanmu menyingkir. Aku akanhadapi mereka."

"Hutan-hutan juga sudah dikepung."

"Mereka tidak akan usik kalian. Mereka ingin bersuadenganku! Jika demikian bersiaplah! Panggil Cantrik Anggada!Aku mau bicara padanya."

Tunjek segera memunggunginya. Setelah Tunjek pergi,Tunjung segera mengutarakan pendapatnya,

"Biarkan mereka masuk, Kanda. Hamba akan hadapimereka."

Page 100: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

100

"Lalu aku? Sembunyi?"

"Kanda bersama Lindu Segara bersiap-siap. Bukanbersembunyi. Satria Blambangan pantang bersembunyi.Apalagi seorang..." Mas Ayu Tunjung tidak melanjutkan tapimengerling.

Beberapa bentar kemudian Anggada naik. Tapi kemudianpergi lagi bersama Rsi Ropo dan Harya Lindu Segara.Sementara Ayu Tunjung menyiapkan diri. Memang tak adawaktu untuk menyiapkan diri dengan baik bagi Sratdadi.Namun dia adalah bekas menteri mukha pada pemerintahpengasingan Blambangan. Nalurinya terbiasa me-| nyiapkansuatu gelar peperangan. Apalagi sebenarnya kawula Songgonadalah orang-orang terlatih. Dengan cepat mereka menyelinapke dalam gerumbul penyimpanan senjata.

Laporan Tunjek bahwa Kompeni telah mengepung Songgontentu tidak masuk akal bagi Sratdadi. Sebelum pergi keBengkulu, Sratdadi telah memasang berbagai jebakan diseputar hutan desa itu. Maka ia tak terlalu gelisah. MalahTunjek yang ternganga, waktu masuk ke semak-semak yangdipimpin oleh Anggada, mereka menerima pembagian senjataapi laras panjang. Tak ada yang karatan. Berarti senjata-senjata itu setiap waktu dirawat dengan baik.

"Jangan ada yang menembak sebelum ada perintahku!"setiap kali memberikan senjata Anggada memperingatkan.

Laporan Tunjek tidak sepenuhnya salah. Karena memangsaat itu telah datang pasukan berkuda menuju ke Songgon.Semua jadi tegang dalam persembunyian masing-masing.Semut merah merupakan barisan pengganggu yangmenjengkelkan di persembunyian seperti itu. Tapi merekaadalah orang-orang terlatih. Baik menyembunyikan senjatamaupun diri. Jadi semut dan nyamuk hutan, seolah telahmenjadi sahabat mereka. Walau sebenarnyalah merupakananiaya bagi lainnya. DaR persembunyian semacam itu merekaakan leluasa melihat siapa saja yang datang.

Page 101: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

101

Wanita yang tua serta mereka yang telah renta tidak ikutsembunyi. Akibatnya waktu barisan Kompeni masuk merekacuma mendapatkan wanita-wanita renta dan lelaki yang sudahgemetar waktu bicara. Itu sebabnya rombongan kedua segeradiberi isyarat untuk masuk. Rombongan pertama terdiri daritiga puluh orang. Semua mengenakan topi yang terbuat darianyaman mendong (sebangsa rumput yang bisa dipakai bahanpembuat tikar) Barangkali buatan Sidayu atau Gresik, parapengintip tidak tahu. Yang mereka tahu tak seorang pun kulitputih di antara mereka. Tapi Sratdadi memerintahkan agarmereka tetap waspada di persembunyian masing-masing.Justru yang berkulit sawo matang macam itu, lebih galak dariyang kulit putih.

Semua pengintip menjadi amat terkejut. Ternyatarombongan kedua memikul sebuah tandu. Tentu seorangpembesar, pikir Mas Sratdadi dan Lindu Segara. Siapa ya?Mata tajam Sratdadi serta Lindu Segara segera tahu bahwayang di dalam tandu itu ternyata seorang wanita. Masih muda.Memang lebih tua jika dibanding Ayu Tunjung. Mengenakankemben. Pertanda bahwa ia bukan wanita Ciwa. Berkali wanitadalam tandu itu melongok ke kiri dan kanan. Seperti agakgelisah. Tak ada penyambutan. Padahal saat ini ia adalahwanita tertinggi di Blambangan. Sratdadi kenal benar. Arintendari Pakis. Di belakang tandu itu ada sebuah jodang (Sebuahtempat bentuknya seperti pandosa (alat pemikul mayat), tapiini biasanya dipakai memikul makanan. 0,5x2 m panjangnya)yang juga dipikul oleh empat orang seperti halnya tandu didepannya. Di belakangnya lagi baru sepuluh orang berkudadan bersenjata lengkap. Kompeni. Tentu semua pengintaibertanya-tanya. Apa maksud mereka kemari?

Ternyata mereka terus berjalan menuju ke pertapaan. Apamereka sudah mendengar rencana perkawinan Rsi Ropodengan Mas Ayu Tunjung sehingga datang membawaberbagai macam hadiah? Apalagi waktu Arinten benar-benarturun di depan pendapa, dan masuk diiringi para pemikul

Page 102: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

102

jodang, rasanya dugaan itu makin kuat. Pasukan pun berhentidengan aba-aba dari pemimpinnya. Cepat membentuk jajarmengepung pertapaan.

Mas Ayu Tunjung menjemput dengan mengenakan kainsutera putih. Juga selendang sutra melilit lehernya, sedangkedua ujung selendang itu berkibar di belakang tubuhnyakarena angin. Gelang emas serta kalung permata pemberianWong Agung Wilis menjadi pelengkap keanggunannya siangitu. Binggalnya jelas gaya Bali terbaru, membuat Mas AyuArinten tersentak. Ia hitung-hitung, berapa harga permata danperhiasan lain yang menempel di tubuh montok Mas AyuTunjung ini. Belum kutang emas yang menghias putik sususerta pending yang terlilit di bawah pusar.

Sekalipun pernah bersua ketika gadis itu masih dalamistana Lateng (ibukota Blambangan zaman Wong Agung Wilis,(baca: Tanah Semenanjung)) dulu, mau tak mau Arinten irimelihat wajah Mas Ayu Tunjung. Tidak heran jika adiknyatergila-gila. Barangkali tidak berlebihan jika di seluruh bumiBlambangan saat ini, tak ada wajah sesempurna wajahnya.Senyum nya... Aduh! Bagaimana iman adikku tidak rontok?Bibir tipis diwarnai merah samar oleh tak ada wajahsesempurna wajahnya. Senyumnya... Aduh! Bagaimana imanadikku tidak rontok? Bibir tipis diwarnai merah samar olehkinang. Caranya berdiri di atas titian pendapa itu, oh,anggunnya...

"Dirgahayu, Yang Mulia," Ayu Tunjung menyapa sebelumtamunya mengucapkan salam. "Jika tidak salah, maka yangdatang saat ini adalah tamu agung dari Pakis. Yang MuliaArinten?"

"Betul, Yang Mulia. Eh... Dirgahayu," terpaksa membalasdengan terbata-bata. Aduh, sorot mata gadis ini, sepertibintang fajar____ Pelan-pelan ia mendekati titian. Sungguhmakin jelas. Kulitnya benar-benar halus tanpa cela, kendatisawo matang. Malah cenderung hitam manis. Kemudian ia

Page 103: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

103

mengikuti langkah sang gadis menuju tengah pendapa. Cukupbesar pendapa ini jika dibanding pendapa Pakis. Pilar-pilarnyaterbuat dari kayu hitam. Diukir-ukir. Kendati atapnya terbuatdari ijuk.

Di tengah pendapa itu terdapat sebuah amben besar.

"Kita duduk di sini, Yang Mulia."

Mas Ayu Arinten sekali lagi memandang sekelilingnya. Takada kisi-kisi yang menutup tempat mereka duduk. SungguhTunjung tak menerima pengaruh dari kebudayaan baru yangsedang berkembang di kota-kota Blambangan lainnya.

"Tentu, Yang Mulia. Yang Hamba kerjakan ini seperti janurdi puncak gunung. Karena memang tak pernah dilakukan olehsiapa pun sebelum ini. Karena didorong oleh keinginan hatimengumpulkan semua tulang yang terpisah. Tulang darahTawang Alun!"

"Luar biasa kebudayaan baru di Blambangan sekarang!"Ayu Tunjung tertawa ramah. Sementara itu para pengawalnyadatang mempersembahkan kinangan. Kemudian menjauh kesudut pendapa. Ada lima orang dara yang berjaga di seputarmereka. Pengawal Ayu Arinten tak diperkenankan masuk.Kendati mereka adalah kompeni. "Yang Mulia sudah pandaimemperhalus kata-kata." Tertawa lagi. Arinten menjadi salahtingkah. Pandangannya berlarian ke segala arah untukmencari pegangan.

"Tapi Yang Mulia sendiri berkias-kias," (menggunakankiasan) ia membalas.

Kembali terdengar suara tawa Ayu Tunjung. Arinten punikut tertawa. "Menyesuaikan diri

dengan adat keraton baru____" Ayu makin ramah saja.

"Hamba pikir memang ini tak pernah dikerjakan oleh WongAgung Wilis sekalipun," Arinten mencoba menjajagi. Ayu

Page 104: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

104

Tunjung diam sejenak. Terdengar lagi suara Arinten, "Jugatidak oleh Mas Rempek anumerta.

"Barangkali saja Wong Agung Wilis tidak melihatkeuntungan yang bisa diambil dari berkerumunnya keluargadalam satu atap. Sebagai seorang yang bijak tentu beliaumelihat banyak kesulitan yang akan kita temui dalammengumpulkan tulang yang..." "Banyak kesulitan?"

"Ya. Banyak kesulitan," tegas Ayu Tunjung.

"Apa sebabnya?"

"Tiap orang punya kepentingan dan pandangan hidup yangtidak sama. Dan karena itu sukar dipersatukan."

"Ya, Tuhan... Ya, Allah...!" Arinten menyebut. Namun AyuTunjung segera menyodorkan sirih. Kemudian Arintenmenuturkan bahwa ia membawa oleh-oleh dari Mas Ngalit.Kemudian Arinten memerintahkan agar jodang-nya dibawamasuk. Setelannya dibuka dihadapan Tunjung. Ternyatabukan makanan. Tapi bermacam-macam perhiasan, kemban,kain batik dari Madura juga barang pecah-belah.

"Jagat Bathara! Apakah manfaatnya benda semacam ini?Dan bukankah hamba tak memerlukannya? Kain cita, kemban,dan pakaian macam begini, tidak seharusnya dianugerahkanpada hamba."

Arinten tersenyum. Kini ia merasa menang. Walau ia tahuharga perhiasan di tubuh Ayu juga amat mahal. Dengan rasalebih unggul ia kembali duduk. Tapi ia segera mencari jalanuntuk menerobos hati Ayu Tunjung.

"Itu adalah sekadar persembahan. Karena kami amatmengagumi Yang Mulia. Betapa tidak? Di tengah desa yangdikelilingi bukit dan gunung, tinggal bersama kawula miskinseperti ini, Yang Mulia masih dapat menyambut kami denganhati gembira. Senyum Yang Mulia membuat wajah manis YangMulia kian berseri. Ah, barangkali benar kata orang, bahwa

Page 105: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

105

kepedihan hati akan mematahkan semangat. Dan jikasemangat telah musnah maka ketuaan menyerbu dengancepatnya."

"Ada-ada saja Yang Mulia ini." Ayu Tunjung tersenyum lagisambil berjalan ke amben. Suara binggalnya berdetinganmemenuhi ruangan. Sementara burung-burung bercandadengan teman-temannya di halaman. Nyiur tampak melambai,bergantian dengan daun pisang, karena ditiup anginpegunungan. Tidak ada kegerahan di sini. Beberapa bentarAyu Tunjung menyambung lagi,

"Tentu bukan tanpa kepedihan. Namun hamba senangberdamai dengan alam seputar hamba. Selebihnya adalahpengertian yang menyebabkannya. Sebab hati orang yangberpengertian tidak pernah memburu kebodohan."

"Apa yang bisa diburu di lingkungan yang jauh dari istanabegini? Jauh dari tatakrama pergaulan seperti laiknya satria?Sebenarnyalah kedatangan hamba untuk mencabut YangMulia dari kepapaan di tengah rimba seperti ini."

Mas Ayu Tunjung tertawa ramah untuk keseki-an kalinya.Lalu menjawab,

"Suatu pertanyaan sekaligus pernyataan yang amat bagus."Berhenti sebentar. "Cuma sayang, tidak sepatutnya ituditujukan pada hamba. Tentu Yang Mulia belum lupa bahwahamba berasal dari istana. Istana yang berdaulat! Yang tidakdipengaruhi oleh bangsa asing. Maka kalau boleh hambabertanya, apa yang dapat diburu dalam istana? Tak lebih daripemanjaan nafsu yang tanpa batas."

"Ya Allah..."

"Hamba melihat sekarang istana adalah tempat berkumpulpara pemalas yang menyebarkan jalan berduri. Lebih dari itu,pagar maut."

Page 106: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

106

"Ya, ampun! Ya, Aliahku... dengan kata lain Yang Muliatidak berniat lagi tinggal di istana?"

Mas Ayu Tunjung diam sebentar. Kembali meracik Tdnang.

"Padahal... niat kami mengumpulkan kembali keluargaTawang Alun sudah bulat. Niat mulia kami itu ditandai dengankedatangan kami ke sini dengan harapan agar Yang Muliaberkenan menerima sekapur sirih yang kami persembahkan inidan sudi meninggalkan Songgon. Sepatutnyalah Yang Muliaberada di istana Blambangan, karena Yang Mulia-lah yanglebih berhak. Sebenarnya apa yang telah kami lakukan semuaselama ini, tak lain untuk membangunkan kembali cakrawarti(kejayaan, kewibawaan) wangsa Tawang Alun."

"Yang Mulia memaksudkan agar kami bersatu, seatapdengan Mas Ngalit? Menjadi istrinya?" Ayu Tunjung masih sajatersenyum.

"Bukankah itu lebih baik? Demi cakrawarti..."

"Bagaimana mungkin cakrawarti bisa dibangun di ataspersundalan?"

"Ya, Allah..." Arinten tersentak. Kini hatinya seperti digoressembilu. Mendadak lemas. Seolah tulang-tulangnya copot daripersendiannya. Satu pertanyaan yang tak pernah diduganya.Namun ia berusaha menahan hati.

"Memperoleh kesenangan atau harta dengan lidah dustaadalah kesia-siaan. Karena ia telah mewarnai hidup dengankekejian. Kedurhakaan!" Ayu Tunjung bergumam seperti padadiri sendiri. Lagi Arinten mengernyitkan keningnya.

"Apakah ini berarti Yang Mulia menuduh kami sundal?"

"Yang memburu kesenangan pribadi denganmempersembahkan kepuasan bagi orang lain, dan tidakmemperhatikan jatidirinya, atau lebih jika hamba sebutkehilangan jatidirinya, sebenarnya ia telah bersundal. ParaYang Mulia dapat menilai diri sendiri. Bukan hamba."

Page 107: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

107

"Masya Allah... apa yang kami kerjakan selama ini demitanah semenanjung Blambangan yang suci, demi bumikelahiran tercinta. Ya, demi Allah."

Untuk kesekian kalinya Mas Ayu Tunjungmemperdengarkan suara tawanya yang lirih. Semuapengawalnya pun nampak tersenyum melihat Arinten seolahmeriup kecil. Apalagi setelah Mas Ayu Tunjung menjawab,

"Barangsiapa tak berpengalaman akan percaya pada tiapperkataan. Tapi orang bijak akan mempertimbangkanlangkahnya." Diam sebentar. Bangkit dan dengan perlahan iamenunjuk pada jodang yang tergeletak di lantai serayakatanya,

"Sebaiknyalah benda ini dikembalikan pada pemiliknya.Hamba tidak memerlukannya lagi."

"Tak memerlukan?"

"Wanita memerlukan perhiasan untuk memperindah diri.Sebab keindahan itu menawan. Tapi seperti yang Yang Mulialihat, apakah hamba kurang perhiasan? Permata? Tapi hambatidak pernah mendapatkannya dengan jalan merampas milikorang lain."

"Ya, Tuhan. Kami tak pernah melakukan seperti itu...."

"Yang Mulia memang tak melakukannya sendiri. Tapi yangdijual oleh Mas Ngalit untuk mencukupkan membayar pajaktahunan itu tanah siapa? Hutan siapa? Moyangnya? Bukan! Itumilik negara. Tapi bukankah ia menjualnya dengan semena-mena? Belum lagi ladang dan sawah kawula? Berapa banyakyang harus direlakan? Satria seharusnya menjadi pelindung.Tapi Mas Ngalit tak lebih dari momok. Balikan sampar bagikawula Blambangan sendiri. Ya, sampar!"

"Yang Mulia menuduh? Itu akan segera berubah jika YangMulia tinggal bersama kami. Yang Mulia akan melihat bahwatuduhan Yang Mulia itu salah."

Page 108: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

108

"Ampunkan hamba. Biarlah hamba tetap tinggal di tempatini bersama seluruh kawula. Kiranya lebih tenteram makansepiring sayur dengan kasih, dari pada segumpal dagingdengan kebencian dari seluruh kawula."

"Kawula membenci kami? Lihat, Belanda saja menghargaikami."

"Jika Yang Mulia mengerti, maka Yang Mulia akan memilikihikmat untuk melihat semua ini. Sebab hikmat tinggal didalam hati orang berpengertian. Tapi tak dikenal oleh orangbebal. Bukankah cuma bandit yang dapat memuji banditlainnya?"

“Astaghfirullaah!" kembali Arinten tersentak. "Yang Muliatidak menyadari bahwa zaman telah berubah. Mercu suarWong Agung Wilis telah ambruk!" Kini Arinten berdiri.Suaranya bergetar menahan getaran jiwa. "Pada zaman barukita harus membentuk tatanan baru, yang lebih baik, yanglebih beradab. Kendati itu datangnya dari orang asing! Hambaingin menasihatkan, berhati-hatilah dengan ucapan Yang Muliaitu. Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri darikesukaran."

"Terima kasih, Yang Mulia!" Tunjung tetap memamerkansenyum "Berbahagialah tiap orang yang mengerti jalannyasendiri. Karena disebut berkhidmat dan cerdik. Tapi orangbebal ditipu oleh kesemuan. Sebab ada jalan yang disangkalurus, tapi ujungnya menuju maut. Dalam tertawa hati bisamerana. Kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan. Karenademikianlah kehidupan."

"Yang Mulia menolak lamaran kami?"

"Sepatutnyalah bandit berkumpul dengan sundal! Bukandengan hamba!" Mas Ayu Tunjung mengucapkan selamatjalan sekalipun Arinten belum berpamitan. Dan mau tak mau,di bawah pandang Ayu Tunjung yang ..berwibawa itu,pengawalnya mengangkut kembali jodang itu. Ia mengerti

Page 109: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

109

betul, setiap paksaan akan dijawab dengan perlawanan olehTunjung. Kecut hatinya. Meriup. Ah, tak berani ia pandangwajah gadis itu lagi.

***

Kegembiraan kawula Songgon kala menyambut danmerayakan perkawinan Rsi Ropo dan Mas Ayu Tunjung tiba-tiba saja agak terganggu. Laporan peronda kampungmenyebutkan bahwa Songgon dikepung oleh Kompeni. Semuaorang yang masuk desa itu ditahan, demikian pula orangsonggon dilarang keluar. Para pedagang juga dilarangmemasuki wilayah Songgon.

Sementara itu Lindu Segara meloloskan diri melewati jalurrahasia, Songgon ke Sempu, yang dulu sering digunakan olehMas Ayu Prabu atau Sratdadi.*) Ia harus siap kembali kekapal. Supaya anak buahnya tidak terlalu risau menunggu.Tapi cita-citanya sudah mantap. Ia ingin membangun armadayang kuat. Seperti yang dianjurkan oleh Ayu Tunjung. Diam-diam ia mengagumi kecerdasan wanita itu. Ah, betapabahagianya punya istri semacam itu. Baik wajahnya, otaknya,dan hatinya. Bukan main bahagia Sratdadi.

Tapi tahan berapa lamakah kebahagiaan pemuda itu? Saatini Songgon mulai dikepung. Ia harus menolongnya.Menyelamatkan dua orang muda 2 yang amat serasi itu. Ah,jika orang pernah mendengar cerita tentang Dewa Kamajayadan Kamaratih, tentulah itu gambaran tentang dua muda-mudiyang saat ini sedang memadu kasih di Songgon itu. Apaupayaku? Tapi harus! 'Harus!

Perjalanannya kian jauh meninggalkan desa yang dikepungdengan pagar betis itu. Tentu maksudnya agar desa itukelaparan dan kemudian menyerah terhadap kemauan MasNgalit. Mas Ngalit! Awas, kau. Ingat-ingat ini. Di daratan kauberkuasa. Tapi jika saja kau turun ke laut, maka nyawamuakan punah di dasar laut! ancam Lindu Segara dalam hati.Orang Songgon akan dibunuh secara pelan-pelan dan satu-

Page 110: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

110

satu. Atau mereka mau membayar upeti dan mengirimkantenaga buat bergotong-royong di Sumberwangi. Lebih dari ituyang dituntut Mas Ngalit supaya Tunjung...

Namun setelah Lindu Segara sampai di Sumberwangi,berita yang diterima jauh lebih banyak dari apa yang ia lihatsendiri di Songgon. Ternyata bukan cuma Songgon yangsedang dikepung. Tapi juga beberapa hutan yang dicurigaiada sisa-sisa 4 laskar Bayu. Bahkan ada juga yang dibakar.

Nasib buruk juga diterima oleh Sentolo bersama seratusdelapan puluh dua orang pengikutnya, terdiri dari lelaki,wanita, dan anak-anak. Semua terkepung dalam Hutan Sentul,sebelah selatan kota Sumberwangi. Sentolo dan kawan-kawannya menolak dirumahkan kembali. Menolak bersemu-kadengan para punggawa. Itu sebabnya Mas Ngalit kehabisansabar dan memerintahkan supaya Hutan Sentul dikepung. Takseorang pun diperbolehkan masuk atau keluar dari hutan itu.Kompeni memasang pagar betis atas permintaan Mas Ngalit.

Persoalan bermula dari dijualnya Hutan Sentul pada BabahKoh A Jie, teman Baba Song. Ngalit berusaha agarpembangunan kota yang direncanakan menjadi ibukotaBlambangan itu cepat selesai. Untuk itu tentu saja ia inginmelibatkan semua pihak. Termasuk para. pedagang yangbiasanya mempunyai banyak budak. Setiap penghambatanakan ditindak. Kendati ia tidak akan menggunakan sebutirpeluru pun. Karena itu berarti biaya yang harus dipikul.

Sentolo yang memang sejak Bayu kalah meninggalkanrumah dan sawah-ladangnya berusaha menghalangipembabatan hutan yang selama ini menjadi tempat tinggalmereka. Para budak pembabat takut melihat munculnyamereka. Kurus-kurus. Telanjang dada.

Laki-perempuan, besar-kecil, tua-muda, semua tinggaltulang terbungkus kulit. Wajah mereka pucat. Berjalan seolahterhuyung, mereka bersama-sama mendekati para pembabathutan. Kesan yang mereka lihat saat itu seolah ratusan hantu

Page 111: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

111

datang menyerang. Tentu saja itu membuat semua budakpembabat terbirit-birit sambil berteriak-teriak.

Mas Ngalit marah luar biasa kala Juru Kunci melaporkanapa yang terjadi.

"Cobalah, Yang Mulia... bicara pada Sentolo. Daripadaberkelana di hutan begitu, kan lebih baik mereka kembali keLateng atau Sumberwangi. Begitu banyak rumah dan ladangserta sawah yang merana."

"Mereka menolak bersemuka dengan kita. Hamba sudahmencoba. Bahkan hamba sendiri masuk ke tengahperkemahan mereka."

"Perkemahan?"

"Ya-, dalam hutan mereka membuat semacam rumah-rumah kecil berdindingkan dedaunan. Ada juga yang terbuatdari ilalang seperti atapnya. Tapi umumnya lebih pendek darijika kita berdiri. Jadi mereka merunduk jika memasuki tempatperlindungan atau perkemahan mereka itu."

"Ya, Allah! Hidup macam begitu lebih suka?"

"Seorang anak kecil berkata pada kami, lebih baik makanbatu daripada harus bersujud pada kita!"

"Astaghfirullaah aPazhiim! Siapa yang mengajar merekasemacam itu? Masih kecil?" "Anak-anak."

"Itu meracuni jiwa anak! Seharusnya mereka disadarkanagar mendapatkan masa yang cemerlang. Mengapa merekatidak sadar akan pentingnya pembangunan? Jika demikian,tutup jalan keluar ataupun masuk hutan itu! Aku ingin tahu,bagaimana mereka makan cuma dengan semboyan! Merekabertahan karena mendapat bantuan dari Songgon."

Terjadilah perintah Mas Ngalit. Hari pertama, kedua,keenam, Sentolo dan kawan-kawannya, masih makan sisaperbekalan. Hari ketujuh, sampai hari kelima belas mereka

Page 112: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

112

mengisi perut dengan mencari uwi (tumbuhan menjalar,daunnya hampir seperti sirih, akarnya seperti ubi jalar tapisebesar kepala manusia) hutan, gembili, dan minum dari airyang menetes dari mata air. Satu bulan tidak menggoyahkanSentolo.

Bulan kedua Sentolo masih bertahan dengan makan ontong(kuncup dari kumpulan bunga pisang) pisang hutan. Tapikemudian semua habis. Musim kering pun tiba. Jerit tangisanak-anak yang kelaparan mulai terdengar oleh parapengepungnya. Satu demi satu anak-anak berguguran. Baubadeg mulai menyebar ke luar hutan. Pertanda bahwa anak-anak tidak lagi bisa dikuburkan. Tak ada lagi kekuatan untukmenggali tanah. Sentolo juga tidak bisa berbuat apa-apa.Sedih hatinya. Demikiankah nasib junjungannya Wong AgungWilis waktu dikepung di kota Lateng dulu? (baca: TanahSemenanjung)

Ayam hutan, malio, musang, ular, kadal, dan semuabinatang yang dulu memenuhi Hutan Sentul semua punahdimakan oleh anak buah Sentolo. Sekali lagi ada suaraberseru-seru, agar Sentolo dan kawan-kawannya menyerah.Akan diberi pengampunan dan rumah serta makanan yanglayak. Mereka akan diperlakukan baik-baik. Kebimbanganmenggoda hati Sentolo. Maka ia berkata pada sisa anakbuahnya. Kepalanya mulai pening. Pandangannya pun mulaikabur. Kendati matanya tampak kian lebar.

"Jika kalian ingin menyerah, menyerahlah!" suaranyaparau.

Semua diam.

Ia ulangi berkata. Tapi tetap tiada berjawab.

"Wong Agung tidak pernah kalah, Sentolo. Mengapa kitakalah oleh karena kelaparan. Mati lebih suka daripada jadibudak si bule!" seorang yang telah amat tua berkata.Suaranya dalam. Hampir tiada terdengar.

Page 113: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

113

"Bukankah itu suara Mas Ngalit?" Sentolo mencoba.

"Ah, penipu! Mengapa kita mau dengar suara penipu.Orang yang menerima pujian dari musuh, tidak pernah baikbagi kita."

Umur Sentolo serasa disambung lagi mendengar kata-kataitu. Walau kemudian sore harinya orang tua itumenghembuskan napas terakhir. Istrinya tetap setia disampingnya. Kurus wanita itu sekarang. Matanya tampakcekung dan pucat.

"Kau menyerah, istriku?" Wanita itu merangkul suaminya.Ia cium pipi yang kempong itu. Belum tua sebenarnya usia

Sentolo. Seperti halnya dia sendiri. Kelaparan membuat ianampak amat tua. Dingin pipi itu.

"Kakang...," bisik wanita itu, "kau rela aku dipersundalkan?"Suatu pertanyaan yang amat menggores hati. Diam-diam airmata Sentolo meleleh. Terharu. Begitu setia wanita ini. "Walaulapar seperti ini?"

"Walau maut menjemput, aku pantang bersundal!"

Bau badeg makin merajalela. Lalat berdatangan tanpadiundang. Merubung semua-mua! Yang hidup maupun yangmati. Mas Ngalit tetap pada pendiriannya. Sentolo sudah tidakmampu lagi menengok siapa yang mati harini. Istrinya kakudalam pelukannya. Ia tak kuasa melepas pelukan itu. Ia takpunya tenaga. Ah, istrinya telah mati entah kapan. Barangkalitadi malam waktu ia tertidur setelah ia menjawab pertanyaanistrinya. Kakang, apakah kau mencintai aku? Dan ia menjawabdi kegelapan malam...

"Istriku, bukankah aku tak pernah memperduakan cinta?"

"Ah...," desah bahagia keluar dari bibir istrinya. Kembaliwanita itu mempererat rangkulan-nya. Sampai sekarang.Sampai ia mati. Kini ia sendiri juga akan mati. Pelan-pelan iamembaringkan diri. Pikirannya melayang pada masa lalu.

Page 114: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

114

Indah. Tapi musnah. Kini bibirnya berkomat-kamit. Pelukanistrinya tidak juga bisa lepas. Sentolo berserah dalam doa.Doa! Beberapa bentar kemudian Sentolo terkejut. Matanyamengerjap. Telinganya menajam. Ia dengar suara gemertak.Jagat Dewa! Hutan ini dibakar!

Page 115: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

115

5. RADEN TUMENGGUNG WIRAGUNA

Hujan sudah tidak lagi mengguyur bumi Jawa bagian timurkala Gubernur Van de Burgh menurunkan perintah pada tiapadipati agar membantu Mas Ngalit dengan mengirimkanorang-orangnya untuk mau pindah ke Blambangan gunamengisi kekosongan wilayah Blambangan itu. Tentu saja paraadipati tidak keberatan. Karena memang ada beberapa orangdari anggota masyarakat yang sepatutnya dibuang darilingkungannya. Kata yang lebih halus dari itu adalah orang-orang nakal.

Mereka yang di desanya dianggap suka mengambil milikorang lain. Atau membuat ketidaksenangan bagi orang lain.Atau tidak suka membayar pajak sawah. Pokoknya, jika perlusemua orang yang disisihkan dari lingkungannya. Termasukpara wanita yang datang, baris demi baris, kelompok demikelompok, gelombang demi gelombang ke Blambangan itu. Didesanya dianggap suka mengambil suami orang, mengganggusuami orang, atau dianggap suka menjerat anak-anak mudayang dianggap baik-baik dan sopan. Benarkah demikian?Setidaknya demikian penilaian para adipati saat itu. Merekasama sekali tidak pernah melihat kebenarannya. Atau sebabsuatu kejadian. Mereka hanya mau apabila ada wanita cantikyang dijadikan selir atau istri simpanan, baik olehnya sendiriatau anak-anaknya, atau barangkali punggawanya, tidakmengumumkan diri. Dan berbuat seolah tidak ada apa-apa.Sehingga nama sang Adipati tidak tercemar. Jika sampai adaorang tahu, maka ia harus diasingkan dari masyarakat.Blambangan jadi tempatnya yang baru!

Penilaian memang bisa bolak-balik. Penyebab kenakalan itutidak pernah dihukum. Jangankan dihukum. Disalahkan puntidak! Sedang sang korban menjadi sasaran dakwaan.Nakalkah!? Binalkah?! Atau lontekah?! Macam-macam lagi!Korban! Korban kebijakan dari suatu tatanan dalamkehidupan. Dan mereka adalah manusia yang tak mampu

Page 116: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

116

menolak. Apalagi membela diri. Dan musnahlah suatu jatidiri.Itu mereka hidup terombang-ambing dalam kebijakan oranglain yang disebut penguasa.

Keputusan lain adalah perintah yang ditujukan pada PieterLuzac, asisten residen Blambangan agar menghentikankebijakan yang menyakitkan kawula Blambangan denganmengharuskan semua punggawa menjadi Islam. Juga istri-istrimereka. Karena dianggap bahwa kebijakan yang tidakbersahabat itu melahirkan perang yang terus merugikankeuangan VOC. Demikian pula pada Mas Ngalit agar benar-benar bisa menahan diri, untuk tidak menekan kawulaBlambangap meninggalkan agamanya yang lama, Hindu.Kepada Schophoff diperintahkan mengawasi pelaksanaanperintah itu. Kebijaksanaan yang lebih lunak harus diterapkandi Blambangan agar orang-orang kafir (Orang-orangBlambangan dijuluki kafir karena tidak mau memeluk agamaIslam) itu tidak berontak.

Lain dari itu, surat penghargaan kepada Mas Ngalit jugasudah diturunkan. Gubernur Jenderal di Batavia sangatmenghargai jasa Mas Ngalit itu. Terutama dalam membangunibukota baru yang lebih sehat dari yang terdahulu. Walaupembangunan itu masih belum selesai sepenuhnya, namunpara penghuni baru telah berdatangan. Loji-loji bagi orang-orang Belanda sudah hampir semua rampung. Bangsa-bangsaasing, Arab, India, dan Cina juga senang bermukim di kotabaru itu. Karenanya Mas Ngalit dianugerahi gelar RadenTumenggung Wiraguna. Sedang nama kota Sumberwangiakan diganti sesuai dengan usul Mas Ngalit, menjadiBanyuwangi. Karena menurut Juru Kunci dan Mas Ngalit kotaitu amat subur, dan daerah itu pasti akan membawakeharuman bagi seluruh Blambangan karena kesuburannya.Dan memang tak terbantah. Pendatang yang datangterdahulu, dan mengerjakan tanahnya dengan sungguh-sungguh, telah memetik hasilnya. Panen mereka dua kali lipatdari saat mereka tinggal di daerah Mataram.

Page 117: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

117

Para bekel, para pamong desa, dan semua punggawasegera diberitahu bahwa berkenaan dengan penghargaan dariTuan Besar Gubernur Jenderal VOC akan diadakan upacaradan pesta. Juru Kunci mendapat tugas untuk mempersiapkansemuanya. Semua pemuka akan diundang. Pengumumansegera disebar. Peresmian kota Banyuwangi akan segeradiadakan. Pembangunan sebentar lagi selesai.

Di tiap-tiap perkampungan yang penuh dengan pendatangitu juga diadakan pesta pora. Umbul-umbul warna-warnimenghias kota. Hiasan yang terbuat dari janur dan bambudipasang di segala penjuru kota. Penari-penari juga sudahdipesan. Juga kesenian dari para pendatang. Kuda kepang daridaerah Tulung Agung, doger dari pinggir kali Madiun, tibaan,samroh, dan banyak macam lagi yang dulunya tidak pernahada di Blambangan.

Untuk menarik para pribumi maka Juru Kunci sengajamemerintahkan perempuan-perempuan pendatang untukbergaul dan memikat hati pemuda-pemuda Blambangan.Mereka tentu orang-orang yang sudah terlatih untuk itu.Demikian halnya dengan lelaki yang masih teruna danberwajah lumayan, diperintahkan merayu para perempuanpribumi agar nantinya bisa menjadi istri mereka. Juru Kunciberpendapat, bahwa mereka tidak bisa dipaksa. Tapi ia tahubahwa cinta akan mengalahkan segala-gala.

Akal Juru Kunci membuahkan hasil setelah beberapa lama.Seperti Ni Repi, seorang janda yang tinggal di desa Sempumulai berbunga-bunga setelah ia berkenalan dengan Pamardi,seorang blantik kuda. Memang tidak sekaya dan setampanBogzen, suaminya yang tewas diterjang peluru Kompeni. Tapitak apa, siapa tahu pemuda ini kelak bisa jadi sandaran dimasa tua.

"Kapan kita menikah?" tanya Pamardi yang mulai belajarbahasa Blambangan itu.

Page 118: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

118

"Kapan saja Kakak suka." Ni Repi tersenyum.Kecantikannya belum pernah pudar. Nalurinya sebagai penarimembuat ia selalu memelihara tubuh baik-baik. Pamardi yangsudah lama terpisah dari istrinya di Mataram memang terpikatoleh paras Ni Repi. Ia tak sayang membelikan kalung dangelang saat ia menyatakan cintanya. Inginnya hati memelukwanita itu dan membopongnya ke tempat tidur. Tapi Repiselalu menolaknya. Ia menghendaki dinikahi terlebih dahulu.Bozgen yang mendidiknya seperti itu.

Berbeda dengan pengalaman Repi, maka Ke-bhi tidakmendapat kenalan seorang pendatang dari daerah Mataram.Tapi seorang pedagang kain, perhiasan, dan juga sukameminjamkan uang. Orang itu berumur hampir lima puluhtahun. Kulitnya hitam, hidungnya mancung seperti paruhburung betet. Matanya bulat agak lebar, bulu mata lentik dansengaja diberi celak (eye shadow) hitam. Dan pefkenalanmereka berawal dari seringnya Abdul Rojak, demikian namaorang itu, datang ke Sempu. Menawarkan segala dagangan.

Dengan rajin mampir dari satu rumah ke satu rumah.Semula Kebhi tidak pernah tertarik dengan barang-barangnya.Tapi Sekar, anaknya yang sudah mulai merangkak,membutuhkan perawatan. Dan untuk itu membutuhkan uang.Kain-kain ia masih punya banyak. Peninggalan Tha KhongMing yang mati karena keris Mas Ayu Prabu. Ia percaya Sekarakan tumbuh menjadi anak yang tampan. Kulitnya bule tapirambutnya hitam. Repi sependapat agar anak itu dipeliharadan hidup sampai dewasa. Repi percaya, adanya Sekar akanmenjadi bukti kebinatangan Belanda. Lebih dari itu betapatidak bertanggung jawabnya Belanda yang katanya bangsaberadab itu pada turunannya sendiri.

Suatu hari Sekar sakit. Panasnya tinggi. Biasanya Kebhimemarutkan kunyit dan memberinya minum madu sebagaicampuran parutan kunyit itu. Para tetangga juga tidak punya.Madu peninggalan Mas Ayu Prabu sudah habis. Kebhi dan Repi

Page 119: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

119

menjadi panik. Tapi saat itu Sekar makin sakit. Itulah awal.Abdul Rojak menawarkan madu.

"Tapi tidak ada uang, Tuan."

"Bayar belakangan boleh. Satu bulan boleh. Tapi harganyamenjadi setengah ringgit."

"Setengah ringgit?" Kebhi terkejut. Demikian pula Repi.

"Jika satu bulan lagi ditambah dengan satu sen." AbdulRojak memandang dengan mata tajam. Rasanya inginmenelan kedua wanita itu.

"Beriba?" Repi bertanya.

"Tidak! Kami haram meribakan uang. Itu kan cuma... yah,ganti menunggu dengan sabar pembayaran dari kalian." Rojaktertawa. Giginya kuning tak pernah dibersihkan dengan arang.Tasbih di tangan kanannya terus berputar-putar. Seolah selaludigerakkan. Mungkin saja ia membaca mantra. Topi putihmenutupi bagian kepalanya yang botak. Bajunya juga putih.Menutupi semua bulu-bulu kasar di seluruh tubuhnya.

"Tak pernah ada orang Blambangan melakukannya, Tuan."

"Ha... ha... ha... Jika tak mau madu kubawa pulang. Anakitu akan mati."

Demi anak, Kebhi memberanikan diri mengambil madu itu.Walau Repi sudah berusaha mencegahnya. Induk ayam sajaakan bertarung mati-matian jika anaknya diusik. Bukankahbegitu seharusnya dengan aku? Kendati anak itu lahir di luarmaunya. Tapi namanya juga tetap anak.

Satu bulan telah berlalu. Sekar sudah sembuh. Tapi Kebhibelum mampu membayar yang setengah ringgit itu.

"Tidak afa-afa (apa-apa), satu bulan lagi juga boleh."

Rojak memang berkebangsaan Arab. Jadi lidahnya agaksukar berkata-kata dalam Blambangan. Tapi tetap tak menjadi

Page 120: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

120

halangan baginya untuk berhubungan dengan orang-orangSempu. Tapi satu bulan kemudian, Kebhi baru mendapat uangkurang dari seperempat jumlah yang ditentukan.

"Rupanya kau sukar mendapatkan uang setengah ringgititu? Mau kau bekerja? Supaya dapat membayar dengan cepat?Satu bulan pasti sudah lunas."

"Bekerja?" Kebhi bertanya.

"Ya. Bekerja."

"Apa itu?"

"Membantu aku membungkus majun."

"Majun?"

"Ya. Obat-penguat, pengawet muda, pendek kata banyakkasiatnya. Dari Arab. Ha... ha... ha... Tidak perlu susah-susah.Untuk apa ke sawah? Ladang. Ah, hasilnya cuma sedikit. Biayahidup anakmu kan makin mahal? Makin besar makin mahal."

Kebhi tidak segera mengiakan memang. Ia berundingterlebih dahulu dengan Repi. Dan tentu saja Repi tidakmenyetujuinya.

"Tapi jumlah uang itu akan makin banyak jika aku takdapat membayar."

Repi sendiri menjadi ragu. Seharusnya minta pertimbanganpada Rsi Ropo atau Mas Ayu Tunjung. Tapi Songgon dalamkepungan Kompeni. Tak seorang pun akan mampu menembuspagar betis itu. Kecuali jika berani menembus hutan. Tidakgampang berjalan di rimba raya bagi wanita macam dia.Apalagi tanpa pengawalan. Banyak binatang buas bisamembahayakan jiwanya.

Hari berikutnya ia tak bisa berkata apa pun kala Kebhidijemput oleh Tuan Abdul Rojak. Cuma satu bulan. Maka ataskehendak Tuan Abdul Rojak Sekar ditinggal dan dititipkan

Page 121: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

121

pada Repi. Perasaan iba membuat Repi tak berdaya. DanSekar pindah gendongan. Kebhi berangkat ke Sumberwangi.

Waktu berjalan, Kebhi tidak diperkenankan telanjang dada.Sebab, kata Rojak itu bisa menimbulkan birahi. Danmengundang dosa. Kebhi mulai menyesuaikan diri dalamkehidupan muslim. Di Sumberwangi ia makin heran. RumahRojak ditutup rapat. Berarti ia tidak berkeluarga. Pendapanyaditutup dengan kisi-kisi bambu. Nyaris gelap. Tentu orang luartidak akan dapat melihat ke dalam. Sebaliknya dari dalamakan dapat melihat dengan jelas orang yang mungkin datang.Juga pintu yang menghubungkan pendapa dengan rumah,ditutup oleh kerei bambu.

"Kau sudah masuk rumah ini. Maka kau harus tunduk padaaturan yang berlaku di rumah ini." Kalimat pertama yangkeluar dari mulut Abdul Rojak begitu keduanya masuk rumah.Besar rumah itu. Tapi hampir-hampir tak ada sinar masuk.Jendelanya selalu tertutup. Dan sejak itu Kebhi dilarang keluarrumah. Sekalipun ada tamu, dia hanya boleh menjawab dibalik kerei.

"Belum pernah ada tatacara demikian di Blambangan,Tuan."

"Kau tidak tinggal bersama orang Blambangan. Tapibersama Abdul Rojak." Orang tua itu tersenyum. "Jika kaumembantah, aku boleh membunuhmu di sini."

Terkesiap darah Kebhi. Tiap pelanggaran akan membawahukuman. Cambuk atau bunuh. Dilarang terima tamu.Terutama lelaki, supaya tidak berzinah. Betapa alimnya orangini. Betapa ketat ia menjaga kesucian. Cara berpakaian pundiatur. Lambang kesuburan yang dipeliharanya selama initidak berlaku. Harus ditutup rapat-rapat. Supaya tidakmenimbulkan birahi. Kebhi tidak bisa membantah. Karena iatakut. Apalagi Tuan Rojak sudah berbaik memberikan utangmadu supaya anaknya selamat. Tapi penantiannya sehari duauntuk bekerja sebagai pembungkus majun tetap belum

Page 122: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

122

menjadi kenyataan. Yang ia kerjakan cuma menyediakankeperluan sehari-hari bagi Tuan Rojak. Seperti masak nasi danair.

Memasuki hari keempat ia menanyakan pada Tuan Rojak.Dan tuan itu tertawa minta maaf. Ia katakan lupa bahwaharus mempekerjakan Kebhi sebagai pembungkus majun. Iakatakan barangnya masih dirumah teman. Dan ia mengambilterlebih dahulu. Tuan Rojak berpesan agar sepeninggalnyajangan menerima tamu. Tak lama orang itu pergi. Datang lagimembawa sebongkah bungkusan. Setelah dibuka, warnabenda yang disebutkan sebagai majun ternyata coklatkehitam-hitaman. Baru pertama kali Kebhi melihatnya. Bendaitu padat tapi tidak keras. Juga tak dapat dikatakan lunak. Iaharus membungkus dengan kulit jagung sebesar-besar ibujari. Menjadi beberapa ratus. Rojak mengatakan itu obat yangdisukai orang-orang kapal. Kebhi tak perlu tahu itu. Yangpenting ia mendapat uang, untuk melunasi utangnya.

"Kau belum pernah merasakan majun ini?"

"Belum." Kebhi tertunduk waktu suatu sore Rojak bertanya.

"Bisa juga sebagai obat awet muda bagi para wanita."Rojak tertawa. Kebhi masih saja tertunduk. Memang perintahRojak begitu. Jika bersua dengan tuannya ia harus menunduk.Apa sebabnya, ia tak tahu.

"Kau boleh mencoba." Rojak memberikan sebutir. Jugasecawan anggur. Rojak sendiri memakannya.

"Minum!" Suara Rojak melindas keragu-raguan. "Kau akansegar." Dan di luar maunya, Kebhi meminum ramuan yangkatanya akan membuatnya awet muda itu. Mana ada wanitatidak suka awet muda? Jika benar, ia akan membawa pulangbeberapa butir untuk oleh-oleh bagi Repi. Tapi selangbeberapa lama setelah minum, tubuhnya berkeringat.Kegairahan tiba-tiba saja menyala di dadanya. Semua tampakindah. Serasa ia mengambang di awang-awang.

Page 123: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

123

Kejadian berikutnya ia tak sadari. Mungkin saja mimpi.Namun betapa terkejut ketika ia siuman pagi harinya.Ternyata semalam ia tidur di kamar Tuan Rojak. Kini orang itumasih belum bangun.

Masih bugil. Dan ia sendiri? Ah... segera bangkitmeninggalkan tuan itu.

Tentu yang sekali menjadi dua, tiga, dan seterusnya. Setiaporang ingin keenakan berlangsung terus.

"Apakah kita tidak perlu nikah?"

"Nikah?" Rojak seperti terkejut.

"Apa kata orang jika aku hamil? Anak siapa? Tentu akujawab anak Abdul Rojak. Tuan Maulana Abdul Rojak!"

"Eh... hamil? A... tidak digugurkan saja?"

"Ampun... apa adat Tuan seperti itu? Tidak merasa berdosamembunuh anak sendiri?"

Abdul Rojak duduk di kursi. Badannya lemas. Ingin iamencekik leher wanita Blambangan itu. Tapi ia takut nantiwanita itu menjadi hantu. Dan mengejar ke mana ia pergi.Lebih dari itu akan memberikan kesialan dalam tiap usahanya.

"Ya! Kita akan kawin. Akan nikah!" Ia menghela napas.Wajahnya tidak lagi bermendung. "Tapi jangan sekarang."

"Kapan, Tuan?"

"Aku akan pulang ke Arab dulu. Ini musim haji. Nah, rukunIslam mengajarkan bahwa kita harus naik haji."

"Jadi."

"Jangan khawatir! Tidak lama!"

Seminggu kemudian Tuan Rojak meninggalkannya. Denganpesan jangan keluar ke mana-mana. Jangan terima tamu. Danmasih banyak lagi kata-kata "jangan" dan "harus". Setelah itu

Page 124: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

124

semua kenikmatan di tempat tidur Rojak cuma tinggalkenangan. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, perutnyamembuncit. Rojak yang katanya pulang-sementara itu, tetaptidak muncul. Dan tiba-tiba saja datang punggawa kadipatenyang mengatakan bahwa sewa rumah ini sudah habis. Jikatidak diperpanjang maka penyewanya harus pergi. Dandengan menangis ia pulang ke Sempu.

Namun di Sempu Repi dan anaknya, Sekar, sudah pergi.Para tetangga menuturkan bahwa Repi sudah menikahdengan orang Jawa dan pergi meninggalkan Sempu. Entah kemana, tak ada yang tahu. Cuma semalam ia tidur sendirian.Esok harinya Kebhi bertekad mencari anaknya. Atau jika tidakketemu, ia akan minta tolong para pelaut. Ia akan ikutberlayar supaya dapat menyusul orang yang menghamilinya.

Pengalaman Kebhi dan Repi tentu tidak lepas daripengamatan Segara. Lindu Segara! Karena akhirnya Kebhimenjumpainya. Tentunya cuma nahkoda muda dan gagah iniyang akan dapat menolongnya mencari Abdul Rojak. TapiLindu Segara masih belum berniat mengangkat sauh. Disamping menanti angin, ia masih ingin melihat wisudapemberian gelar Raden Tumenggung Wiraguna.

Bahkan berita yang ia dengar dari para pedagang di pasar-pasar, kedai-kedai, Raden Tumenggung juga akanmengangkat seorang permaisuri. Istilah baru yang dipakaisekarang: "garwa padmi". Tentu bukan istilah Blambangan.Lindu Segara geleng kepala. Sampai istilah pun penguasaBlambangan sekarang meminjam istilah asing. Apalagi modal!Yang lebih menarik perhatian adalah nama calon garwa padmiitu. Sri Tanjung! Tentunya wanita tercantik di seluruhBlambangan.

Semua orang bertanya dalam hati, siapa wanita beruntungitu? Akan diperistrikan seorang gagah, tampan, dan kaya. Parawanita persembahan, selir, dan banyak lagi wanita yangpernah melihat wajah Mas Ngalit menjadi iri terhadap Sri

Page 125: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

125

Tanjung. Sebentar saja nama Sri Tanjung telah menjadi buahbibir. Di mana-mana orang berkhayal membayangkan wajahSri Tanjung. Kawula pribumi Blambangan tentu tahu maknanama Sri Tanjung itu. Tanjung adalah nama sebuah bungayang harum baunya. Sedang Sri adalah sinar. Bunga Tanjungyang bersinar-sinar! Tentu wanita luar biasa. Bahkan ResidenSchophoff sendiri sempat menanyakan pada Arinten tentangtersebarnya berita seorang wanita ayu bernama Sri Tanjung.

Arinten merasa bersalah dengan tersebar luasnya berita itu.Ia menyesal mengapa adiknya tidak tanggap. Padahal iasudah katakan bahwa Mas Ayu Tunjung tidak menolak, tapitak bersedia bersuamikan seorang adipati.

"Mengapa tidak Kanda katakan bahwa kita bisamembangun kerajaan Blambangan seperti zaman ayahnya?"tanya Mas Ngalit. Ia tidak ingin adiknya kehilangankeseimbangan bila ia katakan terus-terang bahwa Mas AyuTunjung menolak. Ia melihat betapa adiknya amat kecewakarena gagal memboyong Mas Ayu Tunjung. Makadiperintahkannya agar desa Songgon dikepung agar Mas Ayutidak dapat kabur. Tapi sekarang pengepungan sudah berjalansatu bulan. Tetap saja Mas Ayu Tunjung tidak goyah. Karenamemang orang Songgon tidak pernah kelaparan. Songgontidak pernah rugi dengan pengepungan desanya yangbertepikan hutan-hutan itu. Pada kenyataannya pagar betis itutidak dapat sepenuhnya melingkari desa Songgon. Karena jikaitu dilakukan, harus menembus hutan-hutan lebat. Banyakorang takut menembus hutan lebat di Blambangan. Terlalubanyak sisa jebakan dan songga yang siap mengirim siapapun ke alam maut. Berapa banyak tenaga penebang dariJawa, Madura, dan daerah-daerah lain yang harus binasaditelan jebakan-jebakan itu? Maka Juru Kunci mengusulkanagar dikirimkan utusan untuk mendekati sang putri, sekaligusmenyelidik.

Page 126: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

126

Tapi tak seorang pun bekel berani masuk Songgon. Bahkantidak seorang punggawa pribumi pun yang berani. SampaiJuru Kunci pun tidak berani masuk Songgon.

"Kenapa, Yang Mulia?" Mas Ngalit tidak mengerti.

"Ampun, Yang Mulia. Bukankah Songgon adalah pertapaanleluhur raja-raja Blambangan? Mengusik mereka sama denganmengusik leluhur yang telah tiada. Lihat, berapa korbanBelanda di Indrawana dan Derwana, sekalipun merekamenang? Bahkan sesudah perang berhenti, kematian belumberhenti. Karena itu, ampunkan hamba, Yang Mulia."

"Siapa, yang bisa kita tugaskan?"

"Kita coba minta tolong pada Singa Manjuruh. Sekalipun iabukan pribumi, tapi rupanya ia punya banyak pergaulandengan pribumi. Nampaknya ia sudah lancar bahasaBlambangan."

Maka Singa Manjuruh pun dipanggil menghadap. Untukyang pertama ia menghadap seorang adipati selama diBlambangan. Alun-alun di depan pendapa nampak terawatresik. Dua beringin berdiri kokoh di tengah alun-alun itu. Darikejauhan seolah dua raksasa kembar. Beringin lambangpengayoman. Seorang adipati tentunya juga seorangpengayom. Kenapa kembar? Lambang keadilan. Tidak pernahberat sebelah dalam memutuskan suatu perkara. Bebatuanterhampar sepanjang jalan yang menghubungkan gerbangdengan pendapa. Di kiri-kanannya terhampar rumput yangsengaja dipangkas rapi, seolah permadani hijau. Gardupenjagaan berada di kiri gerbang. Singa Manjuruh masihsempat memperhatikan bahwa di sebelah kiri pendapa itu adarumah kereta. Dan pendapa itu juga diteduhi oleh pohonberingin di kiri-kanannya. Ia masih ingat begitu juga keadaandi Mataram. Jadi Blambangan sekarang malah menirubangunan orang lain yang lebih rapuh daripada bangunanmoyang mereka sendiri. Tak ada pilar kuningan atau emasseperti yang diceritakan sahabatnya, Mas Dalem Puger. Kini

Page 127: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

127

cuma pilar-pilar kayu. Tapi di salah satu pilar tergantungsebuah papan besar. Di papan itu setiap orang akan bisamembaca silsilah. Silsilah Mas Ngalit. Dari Mas Ngalit keayahnya yang bernama Wiraguna, ke atas lagi sampai keTawang Alun, dan terus diurut ke atas Bhree Wirabhumi, teruske atas... ah, Brawijaya. Singa Manjuruh jadi ingat ayahnya.Dulu ayahnya juga menceritakan bahwa keluarganya adalahketurunan Brawijaya-. Rupanya sudah menjadi demam bagipara nara-praja di Jawaini, semua mengaku keturunanBrawijaya. Sampai-sampai kawula desa Pecuk Pecu-kilan yangtak pernah tercatat itu, jika mampu meraih tata kehidupanyang lebih tinggi dari manusia sebangsanya,. akan menebahdada sebagai keturunan Brawijaya. Siapa yang tak harusmenghormat raja adiluhung itu? Dengan mencatatkan dirisebagai keturunan Brawijaya, maka biasanya orang menuntutpenghormatan dari orang lain.

Tidak ada kursi lain kecuali yang diduduki oleh Mas Ngalitdan Juru -Kunci. Dengan kata lain ia harus ngelesot di tanahatau lantai pendapa itu. Sungguh belum pernah ia lakukanyang semacam ini. Ia pergi dari negerinya karena tak maungelesot di hadapan para pembesar Mataram. Dan harini iaharus mengerjakannya. Aniaya memang. Tapi ia tak beraniberbuat apa-apa. Istrinya sedang mengandung.

"Ada titah penting maka Yang Mulia memanggil hamba?"Singa Manjuruh langsung pada persoalannya.

"Wisudaku tinggal tiga bulan lagi. Tapi istriku, eh, calongarwa padmi belum juga datang ke Banyuwangi. Setelah kamitimbang, tiada yang lebih pantas untuk menjemputnyakecuali...." Mas Ngalit berhenti sebentar. Seperti ragu, "SingaManjuruh."

"Hamba? Menjemput garwa padmi?"

"Ya. Lalu tempatkanlah beliau di seberang jajan menuju kepelabuhan. Ada sebuah rumah besar yang berhalaman luas.Sengaja dibangun untuk beliau."

Page 128: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

128

"Ya, Allah. Belum pernah hamba mengerjakan yangsemacam ini. Di mana sekarang sang putri berada?"

"Songgon. Kau harus menjemputnya di pertapaanSonggon."

"Songgon?" Singa Manjuruh terkejut. Mendadak mukanyamenjadi pucat. Ujung kumisnya menurun di luar sadarnya.Seperti ekor anjing menurun dan merapat ke perutnya kalamelihat harimau.

"Kenapa?" Mas Ngalit melihat perubahan wajah SingaManjuruh. Curiga. Apalagi kini Singa Manjuruh tampaktermenung.

"Siapa nama calon garwa padmi itu?" Singa Majuruh mintaketerangan lagi.

"Sri Tanjung."

"Sri Tanjung?"

"Ya. Pergilah!"

"Mudah-mudahan sang putri bersedia menerima hambayang hina ini. Tapi jika tidak berhasil, janganlah kiranya YangMulia murka. Karena memang tidak sepantasnya seoranggarwa padmi dijemput cuma oleh seorang bekel yang hina."

"Sri Tanjung akan menerima siapa saja," Mas Ngalitmenegaskan. Singa Manjuruh kemudian meninggalkannya.Tentu saja ia berharap sepenuhnya pada keberhasilan SingaManjuruh.

Singa Manjuruh tidak langsung ke Songgon. Juga tidakterlebih dahulu pulang. Berkali ia menoleh kiri-kanan danbelakang. Mengamati ^alau-kalau ada orang yangmembuntutinya. Tapi tidak ada. Sepanjang jalan ia tak habisheran. Sri Tanjung. Ah, ternyata yang namanya sudahmasyhur dan menjadi percakapan tiap gerumbul manusia ituadalah Mas Ayu Tunjung. Bukankah' dia sudah menjadi istri

Page 129: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

129

Rsi Ropo? Dan Singa Manjuruh adalah sahabat kedua suami-istri itu. Calon garwa padmi ternyata istri orang. Mana iaberani disuruh mengambil istri orang. Apalagi istri Rsi Ropo. Iatahu persis bahwa pemuda yang berjubah brahmana ituadalah Sratdadi. Pernah menjadi seorang menteri mukha dipemerintah bayangan Blambangan. Jika sekarang ini merekakalah, tentu musuhnya bukan cuma Kompeni. Merekadikeroyok Madura, Surabaya, Pasuruan, Sidayu, Probolinggo,dan orang-orang Blambangan sendiri.

Kalau secara bersama-sama Sratdadi tidak ada

kemampuan melawan VOC, bukanlah berarti ia akanmenyerah jika haknya secara pribadi diambil dengan semena-mana. Tiba-tiba Singa Manjuruh teringat seorang sahabatnyakala kecil yang saat ini berada di sini sebagai manusiabuangan. Ia sering bersua akhir-akhir ini. Temannya telahmendengar bahwa ia diangkat menjadi kepala daerah SingaJuruh. Jadi temannya sengaja mencari.

Mantrolot senang sekali kala Singa Manjuruh memasukigubuknya.

"Kau tidak ke sawah, Lot?"

"Ha... ha... ha... Ini kan musim nganggur. Tinggalmenunggu waktu panen saja." Ia memberi isyarat pada tigaistrinya supaya ke belakang. Singa Manjuruh mengikutimereka dengan lirikan matanya. Tiga wanita muda yangpinjungan. Rata-rata pinggul mereka bahenol. Pintar jugaMantrolot yang sudah berumur hampir setengah abad itumenggaet wanita. Mereka kemudian duduk di amben besarmenghadapi kinang. Sebentar kemudian seorang istrinyamenyuguhkan air gula aren. Bumbung sebagai gelasnya.

"Masih suka mengumpulkan wanita?" Singa Manjuruhmenggoda.

"Mereka membutuhkan perlindungan. Di tempat asalmereka menjadi korban nafsu lelaki. Di sini pun mereka

Page 130: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

130

mengalami nasib yang sama. Jadi, karena minta tolongpadaku maka aku melindunginya."

"Baik budimu. Tapi.."

"Jangan katakan aku punya pamrih, Kawan. Hidup itumemberi dan diberi. Di luar itu jmerampas dan dirampas!"Tertawa. Ikat kepalanya yang hitam dan kedua ujungnyaditarik ke bawah di belakang kepalanya itu bergoyang-goyang.Hidungnya yang besar dan lobangnya dipenuhi bulu-bulu itukembang-kempis.

"Eh, kurang nikmat ya. Di sini tidak ada tembakau. Tidakseperti di Mataram. Aha, ingat cerita Rara Mendut? Wanitapantai yang hendak digundik oleh bandot sekaligus bandit darigunung?"

"Eh, Satria! Pahlawan Mataram kau bilang bandit?" -

"Satria atau pahlawan bagi Senopati! Bagi Mataram. Bagiorang-orang pandai? Tak lebih dari bandit menjijikkan!Kepintarannya menja-rah-rayah semata. Ha... ha... ha...menjarah-rayah milik orang tak berdaya!"

Keduanya tertawa. Di balik dinding tiga istri Mantrolot sibukdengan urusan mereka bersama. Kadang memang tertawaterkikik-kikik. Entah apa yang mereka tertawakan.

"Sekarang kita berhadapan dengan Wiraguna baru. RadenTumenggung Wiraguna!" Singa Manjuruh menerangkan. Kitasudah jadi penduduk Blambangan. Kita dilibatkan dalambanyak persoalan di sini. Termasuk membayar pajak."

"Kita lebih berat dari semua pribumi____"

"Jangan katakan itu!" Singa Manjuruh buru-burumencegah. "Pribumi saat ini menghadapi penderitaan batinyang luar biasa beratnya. Kita datang untuk memperolehtanah garapan. Mereka?" Diam sebentar. Menarik napas. Lalumelanjutkan, "Mereka kehilangan. Sungguh dengan kehadirankita mereka terpukul. Karena pembisu-an mereka sebenarnya

Page 131: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

131

adalah melawan pajak. Melawan upeti! Tapi kita justrumemberikan pada Mas Ngalit apa yang tidak mereka berikan.Kita tidak membantu mereka."

"Weh... weh...," bibir tebal Mantrolot berdesah. "Aku barumengerti." Mengangguk-angguk. Wajahnya tertunduk dalam-dalam.

"Kau di daerah asalmu dianggap sebagai pemberontak.Bahkan lebih jelek dari itu, golongan kraman! Bisa-bisadianggap bromocorah! Juga pribumi Blambangan di mata MasNgalit si adipati yang dihadiahi gelar Raden TumenggungWiragu-na itu. Apalagi di mata VOC. Siapa yang tidakmenguntungkan VOC, dianggap penjahat. Padahal..." Berhentisebentar untuk mengusap ludah yang nerocos di sudutbibirnya, "padahal, kita tahu, Blambangan ini bukan milikmoyang VOC itu. Juga bukan moyang kita."

"Weh... weh..." Giginya yang besar-besar itu menguyahkinang. Kemudian meludah. Suaranya yang parau dan sepertiguntur bergema di lereng-lereng bukit ia simpan. Sesekalibatuk. Dada yang bidang itu bergoyang karena batuk.

"Mereka tak mengerjakan sawah dengan maksud agarBelanda dan pasukannya kelaparan. Tapi kita memberi merekamakan. Apa ini namanya tidak mengecewakan?"

"Waduh... modar (mati ,dari bahasa Jawa yang kasar) aku!Sambar geledeg! Kalau aku tahu begini mending jadi begal."(perampok) Mantrolot bangkit sambil memukul-mukulkantelapak tangannya pada kepalanya sendiri. Ia. menyesalmengapa kepalanya berotak dungu. "Apa akal kita untukmenebus, ya menebus kesalahan kita ini?" Berbalik kepadaSinga Manjuruh. Tinggi besar dengan celana hitam. Talicelananya sebesar lengan anak lima tahun. Kumisnyamenutup bibir atas karena tidak teratur.

"Berapa anak buahmu sekarang?"

Page 132: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

132

"Lima ratus lima puluh." Orang itu mengerutkan keningnya."Mau berontak?"

"Tidak! Tidak, Kang! Anak buahku sendiri sekarang sekitartujuh ratusan. Tapi aku tidak akan menempuh jalan itu lagi."

"Kenapa? Sudah ciut hatimu?"

"Tidak. Tapi cobalah kita lihat! Mereka punya segala. Bedildan modal. Semua orang bisa dibayar untuk menentang kita.Semua orang bisa ditakut-takuti untuk membenci kita.Sekarang, kita perlu menjalin persahabatan dengan semuapribumi. Mengambil hati mereka. Membela hak mereka.Memberi mereka makan."

"Itu juga memberi perlawanan secara tersendiri?"

"Melestarikan kehidupan suatu bangsa, bukankah itupekerjaan yang mulia? Biar orang katakan kita gombal! Tapihati kita dipenuhi cita-cita mulia! Karya kita mulia semata-mata!"

"Aku setuju!"

Kemudian Singa Manjuruh menceritakan perintahTumenggung. Kini keduanya tertawa. Dan setelah itu SingaManjuruh mengajak kawannya pergi ke Songgon.

"Kau perlu berkenalan dengan Rsi Ropo. Kita akanmendengar petunjuk sang Rsi. Kendati ia masih muda, tapibijak."

"Aku dengar Songgon dikepung dengan pagar betis.Bagaimana kita bisa masuk?"

"Saat ini aku utusan Adipati untuk berembuk dengan garwapadmi. Apa susahnya. Kita gunakan saja kesempatan ini."

Keduanya berangkat setelah berpamitan kepada istriMantrolot. Mereka mampir ke Singa Juruh untuk berpamitanpada istri Singa Manjuruh.

Page 133: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

133

"Sambar geledeg! Manis juga istrimu!" umpat Mantrolot dijalan menuju Songgon. Dengan berjalan kaki begitu, tentumemakan waktu lima hari. Kendati Singa Manjuruh sudahmencoba menempuh jalan-jalan melintas. Keduanyamembunuh waktu sambil berbincang, bergurau, tidur, danterus berjalan. Salahnya .mereka bukan Gatot-kaca tokohwayang purwa yang bisa terbang, sehingga tak membutuhkanwaktu lama dalam mengalahkan jarak. Jarak yang selalu adadi depan dan di belakang.

Tidak ada kesulitan bagi mereka melewati pos penjagaan.Karena pada kepala pasukan penge-pung Songgon itu telahdikirimkan berita bahwa ada seorang yang akan melintasmemasuki Songgon. Walau kini jumlahnya menjadi dua,kepala pasukan pagar betis itu tak peduli. Rupanya dia sendirijenuh dimakan nyamuk. Atau barangkali, sudah mulai banyakanggotanya yang sakit. Malaria dan kuning. Bahan makananjuga kurang bagus. Sayur kangkung, terong, rebung. Akanmencuri ayam penduduk Songgon takut. Sebab pasti merekapulang tinggal nama saja. Sementara orang Songgon tidaksatu pun yang mengangkat tangan menyerah.

Kesulitan bagi Singa Manjuruh justru saat ia mulaimemasuki perkampungan Songgon. Bersamaan denganlangkahnya masuk desa itu, kere-mangan mulai turun.Seorang petani bertubuh kokoh mencegatnya di ujungperkampungan.

"Sungguh. Ada berita yang amat penting untuk didengaroleh Rsi sendiri." Singa Manjuruh meyakinkan dalam bahasaBlambangan yang cukup bagus.

"Terlalu mudah bagimu menembus penjagaan Kompeni.Apakah kami boleh percaya?"

"Justru jika aku tak dapat bersua Rsi malam ini, makakalian lebih akan menyesal sepanjang hidup. Janganpersoalkan akal apa yang kupakai mengelabui mereka. Atau

Page 134: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

134

kalian boleh mengirim seseorang terlebih dahulu pada Rsi.Beritahukan Singa Manjuruh datang menghadap."

"Singa Manjuruh?" Petani itu mengingat-ingat. "Bukankah...kau yang mendirikan desa Singa Juruh?"

"Atas perkenan Yang Mulia Ramad Surawijaya anumerta."

"Tapi kenapa kau mempersembahkan upeti pada..."

"Jangan salah paham, Saudaraku! Kami sudah kehabisanpeluru. Kehabisan panah. Kehabisan tenaga. Kehabisan..."

Tiba-tiba saja kata-kata Singa Manjuruh terpotong olehderap kuda yang makin mendekat. Seorang pemuda yangtidak jelas wajahnya turun dan berbisik pada petani itu.Kemudian balik ke kudanya dan kabur. Hati Singa Manjuruhberdebar. Ingatannya melayang pada masa perang.Sementara itu Mantrolot diam saja. Menahan semuaketidaksabarannya.

"Baiklah! Kalian diizinkan masuk."

Singa Manjuruh dan Mantrolot saling pandang. Dengankata lain Rsi Ropo sudah tahu kedatangan mereka. Sambilberjalan ia memberi isyarat pada temannya agar tenang.Jangan menimbulkan kecurigaan. Ia ingat betul bagaimanacara orang Blambangan menjebak lawannya.

Kegelapan memang benar-benar turun kala keduanyamenaiki titian pendapa pertapaan. Pelita nyaris berjajar ditiap-tiap tiang. Rsi dan istrinya duduk di atas sebuah ambenlebar.

"Silakan duduk bersama kami, Raden. Ya, kalau aku taksalah ini adalah Raden Singa

Manjuruh." Kedua suami-istri itu berdiri. Turun menyambuttamunya. Sekalipun di bawah sinar pelita kedua orang itumasih sempat memperhatikan, betapa keduanya seolahKamajaya dan Kamaratih yang turun dari kahyangan.

Page 135: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

135

Rsi Ropo mengenakan jubah hitam. Bersabuk pendingemas. Kalung juga terbuat dari emas. Panjang sampai keperutnya. Dan medali bergambar kembang teratai sebesartelapak tangan tergantung di ujung lekukan kalung bahagianbawah. Kulit kuning makin nampak serasi dan menyolokkarena busana hitam seperti itu. Di sebelahnya Mas AyuTunjung mengenakan kain kuning. Sutera seperti miliksuaminya. Mungkin saja buatan Cina. Selendang juga kuningtersampir di pundaknya dan turun menutup sebelah susunya.Sedang yang sebuah dibiarkan terbuai oleh angin malam.Mantrolot melotot kaget. Dalam hati memuji betapa sempurnakecantikan wanita itu. Wajahnya nampak bersinar dihiasikalung mutiara putih yang melingkar di leher jenjangnya.Pendek kata seribu pesona menyatu dalam tubuh Mas AyuTunjung.

Singa Manjuruh tampak menjadi gugup. Dengan buru-buruia memberi isyarat pada temannya untuk menyembah. Dankedua orang yang nampak agung seperti dewa-dewi itumempersilakan mereka berdiri. Kemudian sekali lagi mengajakmereka duduk dalam amben besar yang memang tersedia ditengah pendapa. Biasanya dipakai tempat duduk Rsi dan paracantrik yang terpercaya waktu mengajar.

"Tentu kedatangan Raden kali ini bukan sekadarberkunjung untuk menengok kami. Dalam kepungan rapatyang menyusahkan semua orang ini, cuma seorang sahabatyang datang dengan tujuan baik. Selebihnya tidak. Tak adaorang suka berbaik-baik pada orang menderita. Atau orangmiskin."

"Ah, Yang Tersuci, ini bisa-bisa saja. Mulai meragukankesetiakawanan hamba?" S^nga Manjuruh meniru-niru gayaorang lain di Blambangan bicara.

"Sekali lagi, cuma sahabat yang memperhatikan nasibseorang teman. Karena sebenarnyalah sahabat itu teman

Page 136: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

136

dalam suka-duka. Dan seorang sahabatlah yang sanggupmemberikan nyawanya bagi orang lain."

"Ya, ampun! Bukankah hamba membabat Singa Juruh ituatas perkenan Yang Mulia Ramad Surawijaya anumerta?Apakah hamba bisa melupakannya? Rasanya hamba belumpernah menjumpai seorang sebaik pangeran itu. Eh, ampunihamba, belum memperkenalkan teman hamba ini. Dia berasaldari Ponorogo. Mantrolot."

"Gagah namanya! Artinya seorang ulet. Segagah itu pulaorangnya. Selamat datang, Tuan."

"Terima kasih..." Mantrolot gugup menerima pujian dandipandang secara tajam oleh kedua pasang pemimpinSonggon itu. Ia lebih kagum karena ternyata Rsi Ropomemujinya dalam Jawa yang bagus. Dari mana orang inibelajar?

"Baiklah. Aku tidak akan mempersoalkan kesetiaan. Bagikutidak akan ada pengaruhnya. Yang penting sekarang aku ingintahu, apakah kau datang dengan tugas menangkapku, Raden?Barangkali saja, sebagai imbalan tidak diusiknya lagi pelarianMataram, maka ia dihadapkan padaku."

"Ampun, Yang Tersuci... tak ada tugas untuk itu."

"Kebiasaan Kompeni adalah mengadu domba. Ingat kaupada Amangkurat II? Bukankah dia yang mengkhianatipersahabatannya dengan Tru-najaya? Ha... ha... ha... Maafkanaku! Bukan aku menuduhmu, Raden!"

Makin gugup Singa Manjuruh mendengar Rsi itu tertawa.Rupanya Rsi sengaja berbahasa Jawa supaya Mantrolot bisamengikuti pembicaraan mereka. Hati Mantrolot juga berdesir.

"Ah, silakan bersirih!" Ayu Tunjung memecahkanketegangan tamunya. Sebentar kemudian seorang gadistelanjang dada mengeluarkan minuman. Air gula aren. Legahati kedua tamu itu.

Page 137: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

137

"Memang agak mengejutkan kedatangan Raden di tengahpengepungan yang dilakukan Mas Ngalit. Bukankah Raden tadimelewati gerbang sebelah barat?" Suara merdu Tunjungkembali terdengar.

"Hamba..."

"Itu yang aneh! Selama ini tak seorang pun bolehmelewatinya. Baik orang Songgon sendiri ataupun orang lain.Wajar jika kami menyimpulkan bahwa kedatangan Raden atastugas dari Banyuwangi. Setidaknya Raden sudah bersuadengan calon Raden Tumenggung Wiraguna!" Tunjung makinmembuat mereka terkejut. Sekalipun dikepung oleh pagarbetis, berita tetap saja sampai ke telinga mereka.

"Weh... weh... berita itu sudah sampai kemari?"

"Setinggi-tingginya pengetahuan seseorang, tanpa berita iaakan menjelma menjadi sedungu-dungunya orang. Mas Ngalitberusaha supaya kawula Blambangan tidak mendengar beritaapa pun! Karena dia sendiri seorang dungu, maka ia juga sukapada kedunguan orang lain. Barangsiapa melarang orang lainmendengar berita, sebenarnyalah telah melakukan kegiatanbiadab yang paling tidak manusiawi! Karena ia sedangberusaha melakukan penipuan dan berusaha memperbodohkawula!" Rsi Ropo menjelaskan.

Singa Manjuruh tertunduk. Mantrolot memandangnya.Pelita-pelita yang tertempel di tiang-tiang pendapa ituberkebat-kebit ditiup angin. Seperti bendera-bendera kecil.Demikian pula adanya hati Singa Manjuruh. Dia kenal betulpada kedua suami-istri ini. Keduanya kokoh dalam sikap danpendirian. Tidak seperti dirinya. Bersedia memberikan upetidan mengirimkan tenaga untuk "bergotong-royong"membangun ibukota. Ia makin tak berani memandang wajahmereka. Seolah penuh kemuliaan. Kemuliaan yang bukanterpancar dari pakaian mereka. Tapi dari dalam hati nuraniyang bersih.

Page 138: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

138

Maka ia berkeputusan untuk berterus-terang. Iamenceritakan apa yang harus dikerjakan sesuai denganperintah Mas Ngalit. Wajah Mas Ayu Tunjung membara. Tapibibirnya tetap tersenyum. Dan sebelum suaminya memberikanjawaban, ia lebih dahulu menjawab.

"Sungguh tak tahu malu! Bukankah aku sudah menolakmelalui Arinten yang melamarku? Bukankah jodang dansemua persembahan lamaran itu mereka bawa pulang? Baik!Raden, katakan padanya! Semua yang ada di bumi ini bisadibeli! Bisa! Tapi hati dan otakku tidak pernah dapat dibelinya!Pendapat dan keyakinanku tak pernah dapat dibelinya! Akubukan sundal!" Ayu Tunjung memuntahkan lahar dari hatinya.

"Hamba sudah mengira "bahwa hamba tidak akan berhasilmemboyong Sri Tanjung. Dan memang itu tidak penting bagihamba." Singa Manjuruh kemudian melirik temannya. Setelahmenghela napas panjang ia melanjutkan, "Kedatangan kamiberdua justru ingin menawarkan bantuan. Apa yang bisa kamilakukan untuk membantu Blambangan? Kami berdua telahmerasa bersalah."

Rsi tersenyum. Juga Ayu Tunjung.

"Barangkali dengan sikap Mas Ngalit yang seperti sekarangini terutama ancaman bagi Yang Mulia Tunjung, Yang Tersucikembali mengobar--v kan perang. Maka kami siap membantu.Apa saja kebutuhan Yang Tersuci. Pasukan maupun bahanmakanan," Singa Manjuruh menawarkan. Mantrolotmendukung. Atau jika tidak, mereka sanggup membantubahan makanan selama Songgon dikepung.

"Seorang Rsi tidak pernah bertempur," Ropo menegaskan.

Suasana menjadi hening sejenak. Suara jangkrik merajaialam. Nyamuk sering mengganggu. Cicak berlarian memburumangsanya. Kadang berkejaran untuk bercengkerama danbersenggama. Tikus pun tak mau kalah. Menimbulkankegaduhan di langit-langit. Tak tahu apa yang sedang mereka

Page 139: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

139

lakukan. Ayu Tunjung kembali memecahkan kebisuan dengansuaranya yang merdu.

"Ini bukan persoalan negara dan kawula. Tidak patutmelibatkan seluruh kawula. Apalagi sampai berperang. Perang-melahirkan berjuta aniaya. Sebenarnyalah cuma manusiabanaspati (iblis penghisap darah) sajalah yang suka akanpeperangan itu. Walau kita tahu memang ada soal yang tidakbisa diselesaikan tanpa perang."

"Jadi bagaimana jika Mas Ngalit memaksa dan menyerbu?"Singa Manjuruh memancing kini.

"Aku akan menghadapinya sendiri. Karena ia tidak sedangbersoal dengan kawula. Tapi dengan aku!" Ayu Tunjungmenjawab.

"Baiklah!" Rsi Ropo menengahi. "Semalaman pembicaraankita tidak akan habis. Aku terima bantuan makanan darikalian. Tapi bukan untuk Songgon. Sebab Songgon tidakpernah kekurangan makanan. Kalian bisa mengirimkan kedesa

kecil di dekat Lateng. Repi ada di sana. Ia menjual jamu.Namanya sekarang bukan lagi Ni Repi. Tapi Ragajampi.Karena ia menjual jamu untuk menyehatkan tubuh. Suaminyabernama Pamardi. Seorang Jawa yang pandai berbahasaBlambangan. Dia blantik sapi dan kuda." "Selain itu?"

"Mereka bertugas memberi makan pada orang-orang yangbersembunyi di Sembulungan, Jajak, dan hutan-hutan sekitarGunung Srawet."

"Baiklah, Yang Tersuci. Hamba berterima kasih karenadiberi kesempatan menebus kesalahan kami. Tapi adakahjalan rahasia supaya kami dapat memasuki Songgon ini tanpasetahu penjaga tapal batas itu?"

Page 140: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

140

"Ada. Tapi kalian tidak perlu tahu. Cukup hubungiRagajampi! Dia akan menyampaikan semua berita dari kalianpadaku."

Keduanya kemudian mohon diri. Tapi tidak diperkenankan.Keesokan harinya barulah mereka meninggalkan Songgon.Tidak terus menghadap Mas Ngalit. Tapi pulang dulu ke SingaJuruh.

Setelah berunding dengan istri Singa Manjuruh merekamampir lagi ke rumah Mantrolot. Dan Mantrolot segeramelepas sahabatnya dengan hati berdebar. Tidak tahu apayang menyebabkan. Tapi ia segera berbalik. Karena iabertugas menyiapkan makanan yang akan diperbantukan padapribumi Blambangan yang terputus bantuannya dari Songgon.Selain itu ia bertugas menghubungi Ragajampi di dekatLateng. Di desa kecil yang belum ada namanya. Di sanabanyak pribumi berhimpun di samping sebahagian lagi orangdari Jawa. Mereka tidak boleh kelaparan.

Mantrolot sendiri yang akan berangkat menemuiRagajampi. Ketiga istrinya ditugaskan menghubungi semuaanak buahnya. Juga selalu mengadakan hubungan denganistri Singa Manjuruh yang saat ini sedang giat jugamengumpulkan pembantu suaminya untuk membagikan tugaske seluruh pengikutnya agar mengumpulkan bahan makanan.Bantuan ini akan dilakukan secara diam-diam.

Sementara itu Singa Manjuruh dengan ragu menapakkankakinya ke pendapa kadipaten, di Banyuwangi. Pembangunankota makin mendekati penyelesaian. Mas Ngalit telahmemerintahkan agar pembangunan dipercepat. Semua desaharus menambah tenaganya. Demikian pula para pengusahaharus mempercepat pembangunan yang dipercayakanpadanya. Jika tidak maka izin bisa dicabut dan tanah yangsudah dibelinya akan disita kembali. Semua harus dipacu.Demikian pula tempat pesanggrahan calon tempat tinggal Sri

Page 141: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

141

Tanjung. Ah, Sri Tanjung lagi! Manusia tak ubahnya intanyang mampu berjalan.

Hari-hari Mas Ngalit tak pernah kosong dari bayangan AyuTunjung yang diberinya nama Sri Tanjung. Semua kidungyang keluar dari bibirnya kala ia mandi, ia pergi tidur, semua,untuk Sri Tanjung. Ah, seandainya akan mati pun bisa bataljika teringat orang hitam manis itu, kata hatinya.

Tapi penantian yang seolah tak membuahkan harapan itu,membuat hatinya terombang-ambing. Mungkinkah nanti jikaaku mati dapat berkumpul dengannya? Di kala hidup pun tiadadapat bersanding. Atau aku ditakdirkan bernasib seperti ikanlayur di tengah samudra raya? Keluyuran tanpa jodoh? Ya,ampun Tuhan, berikan Sri Tanjung itu sebagai jodohku. DanMas Ngalit berdoa. Bertahajud setiap malam. Ya, sembahyangtahajud! Tidak cukup sebelas rakaat. Tidak tahu lagi berapakali hitungan rakaatnya. Jika perlu sepanjang malam iabersembahyang sambil memanggil nama Sri Tanjung.

Raden Tumenggung Wiraguna ingin melonjak ketikamenerima laporan bahwa Singa Manjuruh menghadap. Inginrasanya segera memuntahkan kepundan kerinduan yangmenyesaki dadanya. Ia mengenakan pakaian terbagus hadiahTuan Gubernur Van De Burgh. Berkali bercermin danmembetulkan letak keris sebelum keluar. Barangkali SriTanjung telah mengenakan pakaian yang terbagus pagi ini.Naik apa dia? Ditandu oleh orang-orang Singa Manjuruh?Ketampanan Mas Ngalit membuat para selir jadi cemburu.

Tapi begitu muncul di pendapa hatinya menjadi berdebar.Ayu Tunjung tidak ada. Cuma Singa Manjuruh yang ngelesotdengan ditemani oleh Juru Kunci. Keduanya tenggelam dalamkebekuan. Singa Manjuruh nampak tertunduk lesu. Lelahkarena berjalan jauh. Amat jauh memang jika ditempuhdengan berjalan kaki.

"Apa kabar? Mana Sri Tanjung? Sudah masukpesanggrahan?" sederetan pertanyaan meluncur deras.

Page 142: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

142

"Ampunkan hamba, Yang Mulia. Gusti Ayu Garwa Padmitidak berkenan hadir di Ba-nyuwangi. Apalagi cuma dijemputoleh hamba yang hina-dina ini."

"Lalu?"

"Hamba tidak tahu. Cuma itulah jawab beliau. Yang MuliaGarwa Padmi tidak pantas berjalan seiring dengan hamba.Tidak juga suka ditandu. Itu dianggap suatu penghinaan bagiYang Mulia Garwa Padmi. Maka hamba tidak berani memaksa!Sebab jika itu hamba lakukan maka beliau bertekad tidak akanmelihat wajah Yang Mulia Adipati lagi. Beliau jijik dengan parapemaksa. Andai bunga emoh memandang, andai daun emohmenjamah."

"Ya, Allah! Singa Manjuruh! Siapakah yang pantasmenjemput istriku itu?"

"Hamba tidak berani mengutarakannya. Tentu Yang Mulialebih bijak dari hamba sendiri."

Kembali kebisuan merajai suasana. Untuk beberapa jenak.Ia tak habis mengerti sikap Sri Tanjung itu. Sementara ribuangadis berharap jadi istri penguasa tertinggi Blambangan itu.Kala Singa Manjuruh berpamitan, ia jadi tergagap. Kepalanyaberdenyut-denyut. Sungguh tak pernah ia bayangkan. Seorangperempuan melakukan penghinaan padanya seperti yangdilaporkan oleh Singa Manjuruh itu. Apa kekuranganku? Muda,berkuasa, kaya, tampan? Ah, Sri Tanjung, Sri Tanjung! Ibaratkayu raksasa yang dikelilingi satwa buas. Atau belibis merah dijaladri (samudera yang maha luas).Begitu sukarnya kaudijamah, bahkan diboyong pun. Sungguh langka terjadi.Hem... Sri Tanjung, Sri Tanjung. Ia berkali menghela napasdan geleng kepala. Lupa di hadapannya masih ada orang lain.Juru Kunci.

Juru Kunci juga tidak berani berkata apa pun. Tapi ia tahupersis bahwa atasannya itu sedang mabuk kepayang. Dan ituakan sangat berbahaya jika tidak terlaksana. Maka ia harus

Page 143: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

143

mencari akal untuk dapat memboyong putri pujaan AdipatiBlambangan. Tak mungkin diganti dengan orang lain. Ah,Arinten pun gagal. Bukankah ia utusan istimewa? MengapaSinga Manjuruh katakan tidak bersedia dijemput cuma olehseorang bekel? Arinten adalah kakak Adipati. Bahkan sebagaiganti ibu Adipati sendiri? Kenapa juga pulang dengan tangankosong? Kecurigaan timbul di hatinya.

"Yang Mulia..." Ia mengejutkan Mas Ngalit yang sedangmelamun. Bahkan mulai bercakap-cakap dengan diri sendiri.

"Eh, ada apa, Patih."

"Barangkali, pengepungan atas Songgon itu mengeraskanhati Garwa Padmi. Ya, ini cuma barangkali, Yang Mulia."

"Hm... mungkin betul pendapat Yang Mulia Patih. Tapi apaakal kita?"

"Justru kita harus menunjukkan sikap yang baik. Merayu itutidak bisa dengan kekerasan. Kita semua tahu, orangBlambangan tidak suka dipaksa. Yang Mulia Jaksanegaramengalami kepahitan karena menghadapi Mas Rempekdengan kekerasan."

"Jadi?" Mas Ngalit menggeser duduknya. Pantatnya maju.

"Kita harus menarik semua pemagar betis itu."

"Nanti dia lari?"

"Jika barisan pagar betis itu dibuka, hamba akan mencoba."

"Mencoba?"

"Ya, mencoba datang ke Songgon untuk Yang Mulia."

"Baiklah!" Mas Ngalit memutuskan.

Kemudian ia bangkit. Masuk kamar. Bergesa ia membacasurat Yusuf, surat Mariam. Dan beberapa ayat lagi dalamAlquran. Ia mimpi Mas Ayu Tunjung menciumnya. Merayunya.Ah, Sri, tidak kau kasihan padaku? Entah berapa kali sehari ia

Page 144: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

144

menyebut nama Sri Tanjung. Hampir-hampir ia tak peduli lagidengan pekerjaan pembangunan. Ia percayakan semua itupada para saudagar dan Juru Kunci. Tapi yang ia tahu,pekerjaan memang telah hampir selesai. Bandar malah tinggalsedikit lagi. Ia tidak pernah menghitung, berapa orang matikarena penyakit malaria dan kuning dengan perutmembengkak. Umumnya orang cuma mengatakan bahwamereka ditenung oleh orang-orang Blambangan. Itulah satu-satunya pertanggung-jawaban yang diberikan oleh pihak MasNgalit dan VOC. Mereka tidak juga peduli berapa orang lagiyang mati karena cambuk pasukan Kompeni.

Sampai-sampai penyakit muntah-berak yang membawakematian sangat banyak, baik bagi pendatang maupunKompeni di tangsi, orang Blambangan yang dituduh sebagaipenyebabnya. Tentu kawula Blambangan tak pernah mampumembela diri. Tidak ada orang yang membela mereka. Semuayang merugikan VOC di Blambangan, tidak ada orang lainyang disalahkan. Pasti pengikut Wong Agung Wilis. Sisa laskarBayu! Karena memang itulah senjata yang paling ampuhuntuk menanamkan kebencian orang pada Wilis.

Namun demikian penarikan barisan tapal batas desaSonggon oleh Mas Ngalit itu tidak mengherankan Mas AyuTunjung maupun suaminya, Rsi Ropo. Justru membuatmereka waspada. Akal apalagi yang akan dilakukan Mas Ngalitini? Tentu itu membuat Ropo lebih leluasa mengubah dirinyamenjadi Sratdadi yang bisa muncul di mana-mana setiappenjuru Blambangan. Bahkan dengan bebas ia menghubungiMantrolot dan Singa Manjuruh.

"Begitu tergila-gilanya Mas Ngalit pada Dinda. Sampaimenyediakan pesanggrahan yang amat indah. Lengkapdengan kolam dan tempat mandi istimewa," ujar Sratdadipada istrinya. "Untung aku cepat datang. Jika tidak, bisa-bisakehilangan bidadariku."

Page 145: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

145

"Ah, Suaminda..." Ayu Tunjung mencubit lengan suaminya."Bisa-bisa saja. Sempat lihat ke istana itu?"

"Tentu menyempatkan diri. Semua wajib kita pelajari.Barangkali ada gunanya." Keduanya kemudian memasukiperaduan setelah Mas Ayu Tunjung mencuci kaki suaminyadengan air bunga.

"Cuma hati sundal yang bisa dibeli, suamiku," katanyasetelah keduanya mulai merebahkan diri. Ia cium pipisuaminya.

"Aku percaya." Tiba-tiba saja pandangan mata Sratdadimenatap langit-langit. "Tapi..."

“Kenapa, Kanda?"

"Aku tak tahu, Adinda. Suatu perasaan aneh menelusurihari-hariku. Bayangan wajah Wilis dan Ayu Prabu serta DalemPuger dengan Sayu Wiwit silih berganti muncul dalam mimpi-mimpiku...."

"Ah, Kanda..."Ayu Tunjung memiringkan tubuhnyamenghadap suaminya. Pelan-pelan ia mengelus dadasuaminya. Sratdadi menarik napas panjang. "Jangan risaukanitu. Kita tak boleh membiarkan diri berada di bawah bayang-bayang ketakutan."

"Bukan ketakutan....''

"Lalu? Apa namanya itu? Jika kita telah kehilangankeberanian, maka kita telah kehilangan salah satu modal yangkita miliki. Kanda, kita sudah tidak memiliki apa-apa lagi.Seharusnyalah kita mempertahankan keberanian itu dalamdada kita."

"Kau benar, Istriku. Tapi yang aku risaukan saat ini ialahjika kita harus memenuhi kewajiban terakhir kita, tapipekerjaan belum selesai, apa akan jadinya negeri kita ini?Tidakkah kau sadari bahwa kita belum mampumempersembahkan apa-apa buat pertiwi kita ini?"

Page 146: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

146

Beberapa jenak keheningan merajai suasana. Di Luar suarasatwa malam bersaut-sautan. Tak ada lagi suara anak-anakkecil berlarian atau main gobak sodor. Kedinginan mulaimerasuk ke tiap sela dinding. Terus menjamah siapa dan apapun. Minyak kelapa di tempatnya pun menjadi beku.

"Apa kita harus mengungsi?" tiba-tiba Ayu Tunjungmemecah kesunyian.

"Ada terpikir seperti itu. Tapi masalahnya akan jadi lebihrumit. Dulu kita punya banyak persediaan makanan untukmemindahkan orang ke hutan lain dan membabatnya. Tapisekarang? Akd tak sanggup melihat mereka mati kelaparankarena cuma membela kita berdua."

"Demi kepentingan mereka juga."

"Cuma kau yang dicari oleh Mas Ngalit! Bukan mereka!"

"Jika demikian, kita tinggalkan saja mereka di sini. Kitapindah dan mendirikan tempat sendiri."

"Adinda, itu pikiran yang bagus. Tapi tentulah -kurangbijak. Karena Mas Ngalit akan membantai kawula Blambanganyang cuma tinggal kira-kira tiga ribu orang ini. Maka akanpunahlah kita seperti bangsa Banda. Ya, pribumi Banda yangdipunahkan oleh samurai Jepang, di bawah uang Yan PieterZoen Coen."

Kembali keduanya berdiam untuk beberapa jenak. Sama-sama menatap langit-langit. Bahkan berulang keduanyamenyebut nama Hyang Maha Pencipta. Keduanya seringmenghela napas panjang.

"Sungguh seperti telur di ujung tanduk."

"Ya, Kanda. Seperti telur di ujung tanduk."

"Lalu apa akal kita sekarang?"

"Melawan berarti konyol. Mengalah berarti jadi budak.Ah..." Sratdadi menatap istrinya kini. Dua mata beradu.

Page 147: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

147

"Andaikata ini satu keberakhiran, maka seharusnyalah kitamelakukan..."

Ayu Tunjung segera menutup mulut suaminya dengantelunjuknya yang runcing itu. Ia tidak ingin kemesraan segeraberakhir...

***

Kepulan debu membubung tinggi ke angkasa mengiringirombongan berkuda yang dipimpin Juru Kunci. Tidak banyak.Berjumlah lima belas orang Kompeni berkuda. Bukan kulitputih. Kompeni yang berkulit sawo matang. Umumnya bertopibundar terbuat dari mendong. Warna pakaian mereka kuningkehijau-hijauan. Bersepatu. Cuma Juru Kunci yangmengenakan baju dari kain beludru berwarna hitam. Dihiasidengan kancing-kancing emas. Di pinggangnya terselip keris.Di belakang kuda Juru Kunci ada sebuah kereta ditarik duakuda. Kereta kehormatan milik Adipati Raden TumenggungWiraguna. Kini rombongan itu mulai memasuki Songgon untukmenjemput sang Garwa Padmi.

Semua orang yang sedang berpapasan jalan mengumpatkarena napas mereka menjadi sesak oleh debu itu. Tapi begitumasuk di desa Songgon ini, Juru Kunci amat heran. Kawulayang berpapasan dengan rombongannya tidak mematuhiperaturan yang berlaku di seluruh Blambangan. Seharusnyamereka yang berpapasan dengan Kompeni, apalagi jikasedang mengawal seorang pembesar negeri, maka merekaharus melempar senjata apa pun yang sedang merekapegang. Sabit, cangkul, atau apa saja, harus mereka lemparsejauh dua depa. Dan. mereka harus membuka topi ataudestar yang sedang mereka pakai, kemudian menjatuhkan dirimenyembah dengan kepala tertunduk. Tapi kawula Songgontidak melakukannya. Tersinggung sebenarnya. Tapi iamaklum, Songgon memang tak sudi mengakui kekuasaanKompeni. Karena itu tak seorang pun acuh pada rombonganitu. Bahkan beberapa ada. yang berani meludah ke tanah.

Page 148: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

148

Gila! Betul-betul berhati iblis mereka itu, kutuk Juru Kuncidalam hati. Meskipun begitu, ia mengakui bahwa desa ini lebihrapi dari kota-kota lain di Blambangan. Kendati tak satu punloji berdiri. Nyiur, pisang, padi, pohon kembang kantil ataukenanga, semua masih berjajar rapi di tiap pekarangan.

Kehijauan menandakan kesuburan. Tak heran meskidikepung oleh pagar betis, mereka tidak kelaparan. Lumbungpara petani nampak penuh. Bahkan tumpukan padi sepertinyasengaja dipamerkan di semua halaman. Baik yang sedangdijemur, atau yang masih ada merangnya. Musim kemarau,musim mereka panen. Kelapa dan sayur tidak perlu membeli.Barangkali cuma garam yang harus mereka cari di luarSonggon. Sayur terong, lombok, bayam, kangkung, rebung,nangka muda, semua ada. Juga ikan! Juru Kunci sempatmelihat betapa hampir setiap rumah menyudet kali kecil yangmengalir melewati halaman mereka untuk mengairi kolam-kolam kecil mereka. Tentu mereka tidak kekurangan ikan.'Lele, gabus, wader, belut, bahkan ikan oling (ikan muria, ikanpanjang, bisa besar. Sebesar paha atau lebih) Ah, andaimereka membayar upeti, tentunya makin banyak yang dapatdijadikan penghasilan Blambangan. Tapi sejak Jaksanegara,atau mungkin sebelum itu, orang Songgon bebas upeti.

Anak-anak kecil yang bermain di halaman tidak nampakkurus-kurus seperti pemandangan umum di Blambangan.Biasanya di daerah lain ia melihat anak-anak selalu ketakutanmelihat rombongannya. Berlarian dengan membawa borok dikepala, kopok di telinga, ingus menggandul tebal di bawahhidung. Tapi anak desa Songgon tidak takut. Tidak lari. Malahberkerumun. Menonton seperti menonton komedi- kera yangbiasa berkeliling. Setan! Inginnya hati meremukkan kepalaanak-anak yang tidak pernah diajar kesantunan itu! Tapi iatahu itu akan menggagalkan niatnya memborong sang GarwaPadmi. Apalagi perempuan-perempuan itu. Sambil menjemurgabah dan padi, meneriaki rombongan agar memperlambatlari kuda mereka. Debu! Ah, perempuan-perempuan!! Dengan

Page 149: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

149

susu tergoler, pusar terpamer, tidak risi dipandangi oleh mataKompeni-kompe-ni berkuda itu dengan lahapnya. Juga tak risimereka mengelus kambing, babi, atau kerbau peliharaanmereka. Ayam, itik juga membantu kesan kedamaian yangtidak ada duanya di daerah Blambangan lainnya.

Juru Kunci terus menuju rumah besar di dekat pura. Iatahu di sanalah Ayu Tunjung yang dipanggil Sri Tanjung olehMas Ngalit itu tinggal. Ia belum pernah melihat wajahperempuan itu. Seperti apa, sampai-sampai membuat RadenTumenggung Wiraguna enggan makan dan emoh tidur. Dipura banyak kembang-kembang dan bau dupa masih jelasmerangsang hidung. Tentu kawula Songgon baru sajamengadakan upacara beberapa hari lalu. Sebagai ucapansyukur atas keberhasilan panen. Atas kesuburan. Atas semuakarunia dan anugerah yang diberikan oleh Hyang Maha Ciwa.Ah, begitu kokoh mereka itu. Sisa-sisa daun pembungkussesaji juga masih bosah-baseh. Tentu rombongan ayam akanberebut dengan rombongan anjing dan kucing untukmenyantap sisa-sisa sesajian itu. Bahkan juga kambing danbabi. Tapi Juru Kunci tidak menggubris itu. Ia terus menuju kepertapaan. Panas mentari membakar kulit membuatnya haus.

Kuda dan kereta mereka terus melintas gerbang dan masukke halaman. Nyaris di dekat titian mereka baru berhenti.Betapa terkejutnya Juru Kunci kala berhenti, Mas Ayu Tunjungserta suaminya sudah menyambut mereka di titian pendapa.Di belakang kedua orang itu berdiri juga beberapa muridwanita yang sebenarnya adalah bekas pengawal pribadi AyuTunjung. Selain mereka juga berdiri para cantrik lelaki.

"Dirgahayu, Yang Mulia!" Rsi Ropo menyapa lebih dahulu.

"Silakan naik ke pendapa! Dua hari rupanya Yang Muliamenempuh perjalanan jauh ini." Ayu Tunjung menambahidengan suara merdu. Luar biasa! Juru Kunci menyebut dalamhati. Bagaimana Raden Tumenggung tidak tergila-gilamemandang wajah yang tanpa cela seperti ini? Pipi montok itu

Page 150: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

150

memamerkan lesung pipitnya waktu tersenyum. Keserasianwarna kulit, sekalipun tidak kuning seperti umumnya paraputri dalam cerita dongeng, namun merupakan kemanisanyang tiada taranya. Rambut ikal nampak jelas sekalipundisanggul ke atas kepala dan diikat dengan untaian mutiara.Tusuk konde emas bergoyang-goyang seirama dengangerakan tubuh wanita muda itu. Bibir mungil dan tipis itu dicatdengan warna merah oleh kinangan, sungguh hiasan alamyang tiada bertara. Apalagi sebanding dengan wajah yangberbentuk bulat telur dengan kulit mulus. Matanya menataptajam seolah bintang fajar yang bersinar dinihari. Dan kalamata Juru Kunci melirik lebih ke bawah, ia melihat susu seolahbuah kates kembar. Putiknya tertutup kembang di ujung talikutang emas. Gila! Hati Juru Kunci berdesir memandang kulitperut di seputar pusar. Tanpa kerut. Tanpa daki. Ia berdecakdalam hati.

Di dalam pendapa ia dipersilakan duduk di amben. Danmatanya hampir tak percaya bahwa orang yang mengenakanjubah kuning terbuat dari bahan sutera Cina itu kemudianduduk d'i sebelah sang putri. Siapa pemuda tampan dengankumis kecil melintang di bawah hidung mancungnya itu?Suaminya? Atau saudaranya? Juru Kunci menjadi iri. Kenapajustru Raden Tumenggung Wiraguna yang melihat wanita inilebih dahulu. Bukan aku? Jika aku, barangkali ia akanmengganti kedudukan Rani, istrinya. Ia mengusap mukanyayang bopeng itu dari debu. Bahkan mengelus kumisnya yangjarang-jarang itu. Tapi perutnya yang makin buncit itu takmungkin disembunyikannya.

"Sangat senang dengan kehadiran Yang Mulia Patih.Hormat, dari seluruh kawula Songgon untuk Yang Mulia," RsiRopo memulai sambil tersenyum. Dan keduanya selalusenyum. Kemudian menyodorkan kinangan. Pengawal JuruKunci juga dipersilakan duduk dalam pendapa itu. Kendatitidak ada tempat duduk buat mereka.

Page 151: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

151

"Terima kasih." Suara Juru Kunci parau. Tapi jantungnyamasih saja belum teratur. "Tapi hamba belum berkenalandengan..."

"Jagat Dewa Bathara!" Rsi Ropo menyebut. "Siapa yang takpernah dengar bahwa Yang Mulia Juru Kunci adalah kepalapemerintahan di Blambangan? Tentulah Yang Muliaorangnya."

"Maksud hamba..." Juru Kunci makin gugup. Mata Rsi Roposetajam pedang yang sanggup membelah hatinya.

"Oh, hamba adalah Rsi Ropo. Dan ini istri hamba, Nyi AyuTunjung. Dan itu, yang duduk di sana adalah para cantrik,atau para sayu," Rsi memotong lagi dan tangannya menudingpara muridnya.

"Astaghfirullaahal'azhiim!" Juru Kunci terkejut. "Rsi Ropo?"ulangnya.

"Ya. Hamba Rsi Ropo. Kenapa?" Rsi Ropo melebarkanmatanya. Juru Kunci tampak pucat. Debar jantung orang itumakin mengeras.

"Eh, tidak apa-apa. Jadi ini istri Yang... eh, Yang Tersuci?"

"Ya. Kenapa? Yang Mulia sakit?"

"Ti... ti... dak. Cuma terlalu lelah."

Mas Ayu Tunjung segera memberi isyarat seorangpengawalnya untuk mengambilkan minum air gula aren. Jugapada para pengawal. Kompeni itu. Bahkan lebih dari itukepada mereka dibagikan juga makanan. Telur rebus dan oporayam sebagai lauknya.

"Kita makan. Barangkali setelah ini kita bisa lebih santaibercakap-cakap."

"Tapi kedatangan kami bukan untuk ini."

Page 152: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

152

"Kami tahu. Tapi tak ada jeleknya makan terlebih dahulu.Setelah itu kita berbincang lagi. Jangan ragu. Kebetulan kamitidak memasak babi."

Di pendapa itu mereka makan. Piring keramik buatan Cinamengundang pertanyaan Juru Kunci, dari mana merekamendapatkannya? Juga cawan. Ternyata Songgon bukankumpulan orang-orang miskin. Tapi jelas, mereka orang-orangkikir. Tak mau membantu pemerintah membangun negerinya.

Cuma sedikit ia makan. Daging kambing kesukaannya tidakada di situ. Tapi bukan hanya itu penyebabnya. Ia merasaditipu oleh Singa Manjuruh. Bukankah-orang ini yangdimaksud Sri Tanjung itu? Mana mungkin minta dijemput? Diasudah bersuami. Tak mungkin seorang satria ingkar janji. Takmungkin! Singa Manjuruh perlu dihukum. Ia tahu persis,bahwa harini pun ia akan pulang dengan tangan hampa.Ketiganya segera menyelesaikan makan siang itu.

"Nah, Yang Mulia, sekalipun makan cuma sedikit, mudah-mudahan itu bisa memberikan ketenangan bagi Yang Mulia.Dengan membawa kereta kosong seperti itu, hampir dapatdipastikan, kedatangan Yang Mulia mempunyai maksud yangsama dengan Singa Manjuruh." Rsi Ropo kembali memojokkanJurukunci.

"Yah..." Juru Kunci mengangguk-angguk. "Hambadiperintahkan menjemput calon garwa padmi, Sri Tanjung.Apakah hamba bisa segera bersua dengan beliau?"

Rsi Ropo memandang istrinya sebagai isyarat agarmenjawab pertanyaan Juru Kunci.

"Di sini tidak ada yang bernama Sri Tanjung. Barangkalisaja Yang Mulia keliru. Seluruh Songgon sudah kami cari. Takseorang pun yang bernama Sri Tanjung," Ayu Tunjung kiniyang menerangkan. Sambil senyum. Dan begitu senyumnyaberhenti, hati Juru Kunci seolah ikut tersedot. Entah ke mana.

Page 153: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

153

"Yang Allah! Singa Manjuruh telah memberikan laporanpalsu. Sepatutnya ia dihukum." Juru Kunci menggertakkangigi.

"Apa salahnya?" Mas Ayu memburunya dengan pertanyaan.

"Sri Tanjung ada di sini. Dan minta dijemput dengan keretakehormatan. Apa itu tidak menghina seorang adipati? Jugatidak menghargai hamba?"

"Benarkah itu? Singa Manjuruh datang atas perintah Adipatiuntuk melamar hamba. Tapi bukan Sri Tanjung! AyuTunjung."

"Tapi calon garwa padmi itu masih gadis____"

"Benar, lima bulan lalu. Waktu Wiraguna alias Mas Ngalit itukebetulan tersasar ke sini. Tapi sebulan setelah perjumpaanitu, hamba kawin dengan Rsi Ropo."

"A'uuzhu billaah min dzalik! Bagaimana bisa terjadi? Setelahberjanji pada seorang adipati kemudian kawin dengan oranglain? Bukankah itu menyakitkan hati?"

"Hyang Dewa Ratu! Siapa bilang aku sudah berjanji?" MukaAyu Tunjung merah padam. Kedua alisnya yang tebal itumerapat. Makin membuat wajahnya cantik. "Cuma lidahdrubiksa yang biasa menyemburkan dusta dan fitnahsemacam itu!"

"Ampun, Yang Mulia," Juru Kunci berusaha memperbaikisuasana. "Jangan marah. Hamba cuma mendengar cerita dariRaden Tumenggung Wiraguna sendiri. Mungkinkah seorangpenguasa tertinggi semacam beliau itu berdusta?"

"Jadi seorang Wiraguna tidak bisa berdusta?" Ayu Tunjungtersenyum melecehkan. Tapi matanya masih membara. JuruKunci diam. Rsi Ropo juga. "Dari namanya saja sudah jelasmenunjukkan. Betapa tidak? Wira berarti menang. Pemenang!Guna artinya selalu berguna bagi orang banyak. Tapi, apakahbenar ia pemenang? Kapan ia turun ke kancah peperangan?"

Page 154: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

154

Ayu Tunjung tertawa kini. Seperti melihat suatu lelucon. Tiba-tiba hati Juru Kunci meriup seperti siput. "Ia lebih sukaberlindung di balik pinggul kakaknya, Mas Ayu Nawangsurya,waktu pasukan Madura berderap memasuki Pakis. ItukahWira?" Lagi tertawa ramah. Meski tak ikut ditertawakan, hatiJuru Kunci makin meriup. Kembali suara merdu Ayu Tunjungmenyatakan pendapatnya,

"Dan apa yang telah dikerjakannya maka ia digelari orangyang paling berguna? Memang pantas kalau yang memberigelar itu bandit perampok dan yang menerima gelar adalahmaling keciL Maling! Menjual tanah kawula yang tak berdaya.Mengirim kawula pada kerja paksa bagi kepentingan kekuatanmodal! Itu? Berguna? Memalukan! Bagaimana ada wanitaBlambangan sudi dikawin oleh seorang pengecut macam dia?Nah, Yang Mulia, sampaikanlah apa yang Yang Mulia dengardariku ini padanya! Aku telah bersuamikan seorang yang telahpernah mengalahkan mati! , Rsi! Ya Rsi Ropo." Ayu Tunjungberdiri kini. Telunjuknya menuding kereta kehormatan."Hamba bukan seorang yang gila hormat. Tak usah datangdengan kereta kehormatan semacam ini. Hamba bukanmacam perempuan seperti Mas Ayu Arinten, yang bisa pindahdari satu lelaki ke lelaki lainnya."

"Walau suaminya sudah mati?" Juru Kunci bertanya.

Sedikit berdesir hati Ayu Tunjung. Bukankah itu ancaman?Bahwa sewaktu-waktu ia bisa menjadi janda? Mungkin sekalidalam benak Juru Kunci sekarang mulai tersusun akanmembunuh Ropo suaminya. Namun dengan tegas iamenjawab,

"Walau suamiku mati! Apalagi jika ia mati membelakebenaran. Ah, betapa bangganya punya suami seperti itu.Karena ia akan menjadi pahlawan bagi kebenaran itu sendiri.Memang bandit tak pernah menilai Wong Agung Wilis sebagaipahlawan. Ia bahkan dianggap momok! Sampaikan ini padaWiraguna! Ayu Tunjung tidak pernah dan tidak akan pernah

Page 155: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

155

bersuamikan penjual tanah dan kehormatan milik moyangnyapada orang lain. Apalagi seorang yang tak pernah punyajatidiri!" Itulah akhir kata-katanya. Juru Kunci segera beranjakdengan hati kecut.

Page 156: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

156

6. SRI TANJUNG

Tahun seribu tujuh ratus tujuh puluh tiga Masehi belumhabis. Kemarau panjang kembali datang. Seolah hujan enggandatang. Debu merajai suasana. Dentam martil pemecah batuterdengar di setiap sudut kota Banyuwangi, yang beberapahari lalu masih disebut orang sebagai kota Sumberwangi.Dahulu orang mengenal Tumenggung Singamaya sebagaipahlawan perkasa, maka sekarang nama itu tak boleh lagidisebut pahlawan. Semua orang diharuskan mengakui siTumenggung Wiraguna-lah pahlawan pembangunannya.Secara pelan-pelan kawula diharuskan menghilangkaningatannya terhadap Wong Agung Wilis. Harus dikuburkannama itu. Karena orang itu cuma pandai ngomong, danmenimbulkan peperangan, tidak memberikan kedamaian, tidakmemberikan kesejahteraan. Wong Agung Wilis selama menjadikepala pemerintahan di Blambangan cuma membawakemiskinan dan peperangan.

Terus saja itu ditiupkan. Dari mulut para punggawa. Parahulubalang. Para bekel, para jagatirta (pengatur pengairan)para jagabaya (kepala keamanan atau pengatur keamanandesa). Pendek kata semua orang yang memegang jabatan,harus membicarakan seperti itu. Mau atau tidak. Setuju atautidak! Jika mereka tidak ingin kehilangan jabatannya harusmembicarakan itu. Sehingga orang Blambangan tahu, bahwaWiraguna benar-benar pembawa kesejahteraan bagi seluruhkawula Blambangan. Di bawah payung kekuatan Kompeni,Wiraguna membuat semua orang tidak berkutik.

Di bawah pengawalan Kompeni, ia sendiri mengadakanpeninjauan ke desa-desa yang sekarang dihuni olehpendatang baru. Umumnya orang yang berasal dari Mataram.Sering ia mengadakan percakapan langsung dengan parapetani. Juga dengan para pekerja gotong-royong yangmembangun kota Banyuwangi itu. Ia memamerkansenyumnya di mana-mana. Dengan ramah dan terampil

Page 157: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

157

Wiraguna memberikan petunjuk-petunjuk, bagaimanamelaksanakan pembangunan Blambangan secepatnya.Terutama Banyuwangi.

Para pembantunya tahu bahwa kawula Blambangan yangpribumi seperti diri mereka sendiri-kebanyakan mulai memberipenilaian. Membanding-bandingkan. Memang sudah jarangterdengar kidung pujian untuk mengagungkan dan fnemujaWong Agung Wilis. Tapi sering terlontar nada sumbang jikaorang berbicara tentang Wiraguna. Apa sih bisanya orangmacam itu? Seorang penguasa Blambangan tapi tidak pernahterdengar ia bicara Sanskerta, tidak juga bisa berbahasa Bali.Apa yang dia bisa?

Namun di tengah suara sumbang yang terdengar di hampirsetiap telinga, pembangunan ibukota Blambangan berjalanterus. Ia tidak pernah mau mendengar semua itu. Ia harusmewujudkan impiannya, Banyuwangi! Bukan cuma itu. SriTanjung sebagai garwa padmi! Mengapa baik Singa Manjuruhmaupun Juru Kunci tak berhasil memboyong Sri Tanjung? Ah,mungkin saja setelah mereka memandang wajah Sri Tanjunghati mereka rontok. Dan ada keinginan mengambil wanita itumenjadi istrinya? Jika demikian, aku harus menindak mereka.Satu per satu harus ditindak. Sebab jika tidak, mereka akanmenghalangi kehadiran Sri Tanjung. Apa kata para tamu padawaktu wisudaku nanti? Apa kata mereka? Aku tidak akandapat menjawab jika mereka bertanya, mana garwa...? Oh, SriTanjung, Sri Tanjung! Betapa sulitnya memetik sekuntummawar yang tumbuh di tengah belantara itu!

Tapi aku harus bijak. Harus. Karenanya ia panggil JuruKunci. Ia perhatikan wajah bopeng patihnya itu tajam-tajam.Arinten, kakaknya yang' tinggal di Pakis, mengatakan bahwaJuru Kuncilah yang berjasa membuatnya naik tahta di"Blambangan. Dia yang semula ditunjuk menjadi adipati. Danmasih banyak lagi pujian tentang orang ini dari kakaknya.Termasuk jasanya meruntuhkan kepercayaan VOC pada

Page 158: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

158

Jaksanegara. Ahai, jika ia mampu berbuat itu padaJaksanegara, maka ia akan sanggup pula berbuat semacam itupadanya. Ah, sialnya lagi rumahnya di Pangpang. Tentu iaselalu berhubungan dengan Tuan Residen. Baik kepadaSchophoff maupun Pieter Luzac Juru Kunci memang amatdekat. Dan yang wajib diperhatikannya, Juru Kunci seringmempersembahkan padanya wanita-wanita cantik. Tentu itujuga dilakukannya pada Schophoff dan Pieter Luzac. Aku perluhati-hati menghadapi seorang macam dia.

"Yang Mulia, hamba sangat prihatin dengan kegagalanYang Mulia membawa calon garwa padrni," ia memulai setelahJuru Kunci duduk di depannya.

"Ampunkan hamba, Yang Mulia. Sudah hamba laporkanbeberapa hari lalu. Sebaiknya Yang Mulia berpikir yang lain."

"Kenapa?"

"Ampun, apakah yang dimaksud itu Mas Ayu Tunjung,putri..."

"Aku telah mengubah namanya menjadi Sri Tanjung. Takperlu lagi memanggilnya dengan nama Ayu Tunjung.Bukankah ia patut jadi seorang garwa padmi?"

"Tentu sepatut-patutnya. Bahkan lebih dari itu, andaikatabeliau menjadi Sri Ratu, tentu lebih gilang-gemilang dari SriMaha Ratu Suhita, Rani Majapahit itu." Tertawa. Wiragunajuga.

"Tapi sayang..." Juru Kunci mengejutkan.

"Kenapa? Apanya yang sayang? Dia masih Hindu?"Wiraguna menarik alis sebelah kirinya ke atas sambilmemandang tajam.

"Ampunkan hamba jika berkata terus-terang."

"Ya. Katakan!"

Page 159: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

159

"Beliau sendiri yang berkata, bahwa tidak akan duduk disamping Yang Mulia!"

"Apa katamu?" Wiraguna melompat dari tempat duduknya.Sembahyang tahajud tiap malam tanpa mengenal kantukmasih gagal mengais hati gadis itu.

"Ampunkan hamba, Yang Mulia." Juru Kunci gelisah.

"Apa alasannya? Apa alasannya?" Suara Wiraguna keras.

"Ampun, Yang Mulia! Tapi sepenglihatan hamba beliau saatini ada di pangkuan Rsi Ropo."

"Ya, Aliahku! Ya, Tuhanku!" Wiraguna menyebut sepertiada petir yang mengejutkannya. Tiba-tiba tubuhnya sepertikehabisan tenaga. Seperti daun bambu kering rontok daridahannya Wiraguna terkulai, dan kembali duduk di kursinya.Beberapa jenak mereka berdiam. Desah napas Wiragunaterdengar satu-satu.

"Sri Tanjung, Sri Tanjung! Mengapa kau perlakukan akuseperti ini, Wong manis...," Wiraguna mengiba. "Kauruntuhkan semua impianku! Hua-duuh..."

"Sabar, Yang Mulia!"

"Waktu aku bersua pertama, Rsi Ropo tidak muncul. Tidak!Pasti ia bohong!"

"Tidak, Yang Mulia. Ia tidak bohong. Hamba bersua denganRsi Ropo. Dan masih seperti dulu waktu Yang MuliaJaksanegara memerintah, ia mengajar pada seluruh orangSonggon."

"Seluruh orang Songgon? Di sana tidak banyak kawulaberhimpun."

"Justru kita melakukan pagar betis, kini Songgon menjelmamenjadi satu negeri yang subur makmur!"

Page 160: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

160

"Tidak mungkin! Mana ada kejadian seperti itu!" kembali iamengangkat alis kirinya.

"Hamba menyaksikan mereka sedang panen. Padi merekabertumpuk di halaman. Bukankah suatu pertanda bahwalumbung mereka penuh? Dan bukankah itu suatu pertandabahwa mereka tak kekurangan?"

"Setan! Seperti itu mereka tidak punya kesadaran samasekali membayar upeti! Dianggapnya Songgon milik moyangmereka? Aku akan lapor pada Residen! Tentu si setan Ropo itupenghasut-nya. Kita perlu mengirimkan pasukan ke sana."

"Sabar, Yang Mulia. Apakah itu menguntungkan?Pengerahan pasukan berarti penambahan biaya. Sedang untukpembangunan ibukota ini saja kita sudah berutang pada VOCbegitu banyak."

"Jadi? Aku gagal mempersunting Sri Tanjung?" Entah apayang dirasakan oleh Raden Tumenggung Wiraguna itu,mendadak dadanya sesak, kepalanya berdenyut-denyut,matanya sembab. Tak terasa, air matanya meleleh perlahan.

"Sri Tanjung, Sri Tanjung...," keluhnya perlahan. Ia tahanagar tidak menangis. Tapi justru menahan itu Juru Kunci yangsejak tadi menunduk itu jadi terkejut. Isak lelaki muda itumenarik dagunya untuk mendongak. Selintas Juru Kunci jaditeringat pada Ayu Tunjung. Benar-benar awas mataperempuan cantik itu. Mas Ngalit cuma pandai berlindung dibalik pinggul wanita! Tak layak memakai gelar Wiraguna! Dankini tampak Wiraguna bersandar sambil memalingkanwajahnya. Sebelah tangan bertopang pada tangan kursi. Danpada tangan itu dagunya bertumpu. Sedang sebelah lagitangannya dipergunakan menghapus air mata itu. Pilar-pilarperkasa pendapa itu menjadi saksi bisu atas keringkihan hatisang Adipati. Juga Juru Kunci membisu.

"Kenapa Singa Manjuruh tak melapor sejak awal?"

Page 161: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

161

"Itulah, Yang Mulia," Juru Kunci kembali berani berkata."Ya! Aku heran."

"Mungkin suatu persekongkolan untuk mempermalukankita."

"Jika demikian, perangkap perlu kita pasang. Kita panggilSinga Manjuruh, kemudian kita masukkan penjara. Jika perludigantung."

"Tidak, Yang Mulia. Singa Manjuruh kita jadikan umpanuntuk bisa memancing Sri Tanjung. Bukankah cuma beliau kitabutuhkan?"

"Tapi bagaimana dengan suaminya?"

"Serahkan pada hamba. Dia memang perlu kita serahkanpada Kompeni. Tapi tidak kita serbu ke Songgon. Itu akanmemulai perang baru yang akan memakan biaya besar."

"Aku dengar ayahmu mati juga karena ulah orang itu. Laridari bilik penahanan di Pangpang dan ayahmu sebagaigantinya."

"Tidak salah, Yang Mulia. Karena itu utang darah akandibayarnya di tiang gantungan."

"Baiklah, Yang Mulia. Aku cuma ingin Sri Tanjung sebagaiGarwa Padmi. Lain tidak!"

"Hamba, Yang Mulia."

Juru Kunci meninggalkan Wiraguna sendiri. Tak seorangselir pun diperkenankan menghadap. Kegundahan hatimengundang tangis. Memang tidak lazim bagi lelaki.Barangkali memang tidak pernah ada lelaki Blambanganmenangis karena menghadapi beban yang gunung-gemunungsekalipun. Tapi kenyataan ini terlalu, ya, terlalu berat bagiWiraguna. Seorang muda, tampan, kaya, ditolak oleh seoranggadis. Dan Sri Tanjung itu... memilih seorang Rsi. Apa sihbahagianya menjadi istri seorang berpengetahuan tinggi tapi

Page 162: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

162

miskin seperti itu? Tidak punya kekuasaan? Sungguh takmasuk akal. Ini tentu terkena guna-guna. Atau Rsi Ropo ituamat tampan? Tiba-tiba saja ia ingin tahu wajah sang Rsi.Maka segera ia memerintahkan Su Lie Hwa, selirnya, untukmenjumpai Juru Kunci. Dengan pesan menghadapkan RsiRopo sebelum digantung.

Sementara itu Juru Kunci telah memasukkan SingaManjuruh ke dalam bilik penahanan di Banyuwangi. Diawalidengan memanggilnya. Kemudian ia didakwa mempermalukanAdipati karena telah melaporkan kepalsuan. Singa Manjuruhtidak dapat mengelak. Untung ia sudah memberikan petunjukpada istrinya apa yang harus dilakukannya bila ia kemudianhari ditangkap. Karena memang ia memberikan keteranganpalsu tentang Songgon.

"Kenapa harus menipu, Kakang?" Istrinya gelisah.

"Aku tak sampai hati mereka diserbu oleh pasukanKompeni. Ah, mereka sudah damai____"

"Tapi bukankah jika Raden Tumenggung sendiri ke sana,akan menimbulkan masalah buat Kakang? Buat kita, Kang?Lihatlah perut ini!" istrinya menunjuk perutnya. Makinmembengkak. Janin makin besar saja. Sekalipun tidak diberimakan, ia dengan tiada sesadar ibunya terus saja makan darijatah yang dimakan oleh ibunya.

"Masalah akan selalu timbul. Cepat atau lambat. Sebab MasAyu Tunjung pasti menolak. Karena ia sudah punya suami.Wiraguna tidak akan mau melihat kenyataan ini. Jikakukatakan itu terus-terang, maka saat itu juga kepalaku akandipenggal. Nah, apakah tidak lebih baik jika aku mengulurnyasampai sekarang?"

"Lalu?"

"Kau pimpin Singa Juruh ini sampai anak kita ini dewasa."

"Ah..."

Page 163: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

163

"Inilah kenyataan. Barangsiapa tidak mau menerimakenyataan maka ia akan menelan semua yang ada dalamkehidupan ini dengan rasa pahit. Tidak apa, Sayangku!Mantrolot, temanku itu, akan membantumu."

Pembicaraan itu terjadi dua hari lalu. Dan perempuan yangsedang hamil itu menunggu. Menunggu. Tapi suaminya takkunjung kembali.. Naluri keperajuritan yang diajarkansuaminya selama ini muncul kembali. Tidak! tiba-tiba katahatinya. Suaminya tidak boleh mati dengan tanpa pembelaan.Setelah itu ia segera memanggil semua pembantu suaminya.Blegok yang diserahi jabatan jagatirta, Mantiri si jagabaya,Manaragil sebagai wakil bekel. Semua heran mendengarkentongan yang dipukul tiga kali sebagai isyarat bagipanggilan buat mereka. Namun dengan tanpa berpikir lebihjauh mereka menghadap ke rumah Singa Manjuruh.

Tapi lelaki itu tidak ada. Cuma seorang wanita muda yangsedang hamil. Nyi Singa Manjuruh, begitu sebutan wanita itusekarang, duduk dengan wajah bermendung. Mereka datangsatu-satu. Nyi Singa Manjuruh tidak berkata sesuatu sebelumsemua berkumpul. Dan Manaragil yang datang terdahulu,tidak berani bertanya apa-apa. Ia tahu perasaan Nyi Manjuruhsedang gundah. Tak terlalu lama memang mereka menungguyang lain. Tapi rasanya seperti setahun. Angin bebasberkeliaran di pendapa itu. Membuat suasana siang itu tidakbegitu gerah. Sekalipun begitu Nyi Singa Manjuruhmerasakannya sebagai neraka. Kegerahan yang ditimbulkanoleh janin dalam perutnya sudah merupakan aniaya tersendiri.Sekalipun saat pertama ia tahu bahwa sudah berbadan dua,itu merupakan saat yang paling bahagia dalam hidupnya.Demikian pula untuk suaminya. Ble-gok orang terakhir yangmemenuhi panggilannya kini telah naik ke pendapa rumahnya.

"Sudah dua hari Kakang Singa Manjuruh tidak pulang," kataNyi Singa mengejutkan semua orang. "Dipanggil oleh sangAdipati tetapi tidak ada keterangan sampai sekarang. Oleh

Page 164: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

164

karenanya aku akan pergi ke Banyuwangi. Akan tanyakanlangsung pada Adipati Wiraguna."

"Apakah itu tidak berbahaya, Nyi."

"Ketakutan telah membuat aku kehilangan suamiku. Kamitelah mengalah. Artinya ada yang kita takutkan. Dan kita maubekerja demi kepentingan VOC. Bukankah itu berartiketakutan? Dan sekarang aku kehilangan suamiku. Tak adamanusia dapat hidup dari ketakutan!"

"Apa kita harus kembali angkat senjata?" Mantiri berapi-api.Sejak dulu ia memang tidak setuju, berdamai dengan AdipatiBlambangan yang dianggapnya memihak VOC. Padahalmereka lari dari Malang untuk menghindarkan diri dari VOC.

"Tidak! Kita tidak mampu lagi berperang melawan mereka,"Nyi Singa Manjuruh menegaskan. "Karena kita sudah terjebakoleh keenakan makan dan minum dari masa damai ini. Dankita memburu keenakan itu. Aku perintahkan pada kaliansekarang menarik semua tenaga kerja yang kita kirimkanuntuk bekerja di loji-loji dan semua tempat di mana merekadipekerjakan dalam pembangunan ibukota Blambangan itu.Kita tidak berkepentingan dengan selesai atau L tidaknyapembangunan ibukota. Urusan kita sekarang adalahkembalinya Singa Manjuruh dengan jalan damai."

"Baik, Nyi."

Semua meninggalkan tempat dan langsung mengerjakanperintah Nyi Singa Manjuruh, kecuali Jagabaya Mantiri. Sebabia dan tiga orang pemuda diperintahkan mengawal Nyi SirigaManjuruh ke rumah Mantrolot di Banyuwangi. Dan tentu sajaMantrolot segera menarik semua orang yang menjadipengikutnya dari tempat mereka L bekerja. Ia bahkanmerencanakan mengerahkan semua pengikutnya ikutmengawal Nyi Singa Manjuruh menghadap Adipati.

Juru Kunci yang menerima teguran dari Pieter Luzac karenadi kandang-kadang kuda VOC tidak ada rumput, loji-loji

Page 165: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

165

kosong dari para pekerja, wanita ataupun lelaki. Demikianpula yang bekerja pada para pengusaha Arab, saudagar Cinadan India, serta bangsa asing lainnya, semua tidak masukbekerja dengan tanpa keterangan. Buru-buru ia mencariWiraguna yang sedang melihat keadaan Banyuwangi yangtiba-tiba menjadi sepi. Kuli-kuli pelabuhan tinggal sedikit. Itupun bukan orang-orang Jawa. Bahkan kedai-kedai yang milikorang Jawa tutup. Sampai-sampai pekatik*) pun tidak masukbekerja. Tentu akan menimbulkan kerugian besar karenakuda-kuda itu akan mati. Bahkan juru masak yang sebahagianbesar juga penduduk yang datang dari Jawa itu banyak yangmeninggalkan dapur mereka. Schophoff, residen Blambangan,segera memerintahkan Pieter Luzac turun ke Banyuwangi.Persoalan kecil yang dimulai keadaan semacam ini akanberkembang menjadi pemberontakan. Karenanya Kompeniyang ada harus disiapkan.

Tetapi yang terjadi bukan pemberontakan. Ternyata harikeempat dari hilangnya Singa Manjuruh dari tengah anak buahdan istrinya, Juru Kunci dan Wiraguna dikejutkan oleh suararamai di alun-alun. Keduanya segera berdiri. Dari pendapa itukeduanya melihat seorang wanita keluar dari kerumunanbanyak orang yang sedang berhimpun di alun-alun. Kemudianwanita berjalan perlahan-lahan menuju regol kadipaten.Beberapa waktu kemudian ia menoleh pada rombonganpengiringnya untuk tenang. Tidak mengeluarkan suara gaduhmaupun kekerasan. Para pengiringnya itu, lelaki danperempuan, semua orang yang biasa bekerja di pembabatanhutan, pembangunan loji, juru masak, kuli pelabuhan, danmasih banyak lagi. Jumlah mereka ternyata belum genap,karena masih ada yang di perjalanan. Semua di bawahpimpinan Mantrolot. pemelihara kuda atau tukang rumputuntuk kandang milik para pembesar negeri dan VOC

Mereka masih berjalan keliling jalan-jalan Banyuwangi.Apakah jalan raya utama ataupun lorong-lorong. Mereka lewatsambil bersorak-sorai. Juga mengeluarkan teriakan-teriakan

Page 166: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

166

yang mempertanyakan keberadaan Singa Manjuruh. Penjaga-penjaga gardu keamanan tidak bisa mencegah mereka, karenajumlah mereka begitu banyak. Bahkan ada sedikit kengeriandalam diri pengawal kota.

"Wiraguna! Kau keturunan kuda! Maka kau tak mengertibalas budi! Hiduplah Singa Manjuruh!" Demikian sayup-sayupteriak anak buah Nyi Singa Manjuruh yang berbaris di alun-alun. Wiraguna berdesir mendengar itu. Marah tapi gentar.Berulang teriakan mereka mengguruh. Berulang Nyi SingaManjuruh menghentikan langkahnya untuk menenangkananak buahnya.

Teriakan kembali mengguruh kala Nyi Singa Manjuruhditahan oleh penjaga. Bahkan mereka bergerak maju sambilbergandengan tangan satu dengan lainnya. Deretan demideretan. Lapis demi lapis, seolah menyatu. Satu tujuan.Sebaya mati, sebaya mukti. Melihat itu Juru Kunci segeramemerintahkan penjaga membiarkan Nyi Singa Manjuruhmasuk.

"Siapa ini Yang Mulia?" tanya Juru Kunci.

Wiraguna segera teringat. Ini istri si bekel Singa Juruh. NyiSinga Manjuruh. Hamil. Perutnya besar. Langkahnya lambankarena dibebani oleh janin dalam perutnya. Kakinya berselimutdebu. Pipinya merona karena terik matahari. Keringat mengalirdari tiap lubang pori di dahinya. Turun ke bawah membasahikain penutup tubuhnya.

"Istri Singa Manjuruh!" desis Wiraguna. Ingatannya kembalipada sorot mata kala wanita itu menodongkan laras bedilpadanya. Sorot yang itu pula kini menatapnya. Membuat iatakut menatap mata itu. Kini wanita itu naik ke titian pendapa.Pelan karena lelah. Tapi sorot matanya tetap tenang.Menunjukkan ketegaran hati.

"Bicaralah pada dia, Yang Mulia," Wiraguna menyerahkan.

Page 167: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

167

Kendati pelan namun sampai pula di hadapan Wiraguna.Tapi perempuan itu tidak ngelesot dan menyembah. Ia tetapberdiri. Sementara itu pengiringnya merangsek majumendekati pagar istana. Para pengawal mencegah. Merekaberhenti 9 sambil berteriak-teriak. Wiraguna tampak bingung.

"Apa maksudmu, Nyi Singa Manjuruh?" Juru Kunci segeramemulai.

"Aku datang hendak menanyakan di mana suamikuberada."

"Bukan begitu kebiasaan wanita Jawa berlaku. Kau takmenyembah? Kau meniru orang Blambangan? Bahkan tidakberhamba?"

"Aku bukan orang Jawa! Aku orang Blambangan." Nyi SingaManjuruh berbahasa Jawa dengan logat Madura. Maka tahulahJuru Kunci bahwa perempuan ini asli Madura.

"Kau tidak bisa berbahasa Blambangan."

"Setiap orang yang sadar bahwa ia makan dan minum sertahidup di bumi Blambangan ini, maka seharusnya ia mencintaidan berbakti pada negeri ini. Apa salahnya jika aku merasajadi orang Blambangan? Bukankah sangat mengherankan jikaada orang Blambangan sendiri yang tidak mencintainegerinya?"

"Apakah ada yang demikian?

"Setiap orang Blambangan yang risi menggunakan budayanegerinya sendiri dan lebih suka pada budaya Belanda makasebenarnya ia telah menjadi sampar bagi negerinya sendiri!"Nyi Singa Manjuruh menegaskan. Itu mengejutkan Juru Kuncidan Wiraguna. Betapa sangat beda dengan suaminya.Perempuan ini lebih berani menyatakan pendapatnya.

"Apalagi aku mempersembahkan upeti. Mengirimkantenaga untuk ikut bergotong-royong membantu membangun

Page 168: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

168

Blambangan. Karena itu kami berhak tinggal di negeri inidengan damai. Ya, dengan damai."

"Kau ingin damai?" Juru Kunci tertawa sambil bangkit daritempat duduknya. Wiraguna masih belum mampumenemukan dirinya. Barisan di luar pagar makin bertambahbanyak. Rupanya anak buah Mantrolot sudah tiba danbergabung. Teriakan-teriakan makin membahana.Menyakitkan telinga. "Bagaimana mungkin, Nyi SingaManjuruh? Kau datang bersama ribuan orang yang berteriaktanpa memperhatikan kesantunan? Bukankah itu menimbulkankeresahan?"

"Yang menimbulkan keresahan tentu bukan kami. Kawulatak pernah ingin keresahan. Tapi mereka menyatakanpendapat. Menyatakan kerinduan, kejengkelan sekaligus. Danitulah kawula! Aku saat ini menjadi duta mereka untukmenanyakan di mana pemimpin mereka berada. Ya, suamiku!Di mana suamiku berada?"

Juru Kunci diam. Berpikir.

"Jika tak diberitahu tentulah ini merupakan penculikan..."

"Singa Manjuruh ditangkap...," Juru Kunci memotong.

"Tidak! Ia dipanggil oleh Adipati. Namun tidakdiperkenankan pulang. Tanpa memberitahu keluarga yangditinggalkan, maka itu sama dengan penculikan! Kalian tidakmerasa itu? Kami yang kehilangan. Kami yang mencari!Bukankah kewajiban kami mencari suami yang hilang? Danmereka adalah anak buah suamiku. Tak dapat disalahkan jikamereka juga ikut mencari. Nah, jika kalian risi, berikanjawaban. Supaya kami segera menentukan sikap kamiselanjutnya."

"Jadi... kau yang memerintahkan semua peka-tik, semuajuru masak, semua pengangkat barang di pelabuhan, semuapembabat... ya, semua orang untuk tidak masuk kerja?"Wiraguna kini seperti tersadar dari sebuah impian.

Page 169: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

169

"Bukan! Tapi rasa kesetiakawanan. Jika..."

"Bagaimana jika ternyata Singa Manjuruh dihukum mati?"

"Apa salahnya?" Nyi Singa agak berdesir.

"Menghina Adipati!" Juru Kunci menyahut lagi.

"Baik! Kebenaran memang selalu ada di tangan orang yangberkuasa. Kawula memang tidak kuasa memiliki kebenaranitu. Baik, semua orang akan meninggalkan Blambangan.Karena ternyata Blambangan tidak dapat memberikankedamaian pada kawulanya. Jangankan kami. Pribumi punkalian aniaya! Bunuhlah dia, karena pada dasarnya kalianmemang pembunuh." Nyi Singa, Manjuruh membalikkantubuh, membelakangi mereka untuk kemudian melangkah.

Serta-merta teriakan makin keras. Bahkan lebihmenggetarkan hati.

"Sundel Bolong! Bunuh dia! Wiraguna kunyuk!!!" '

Hati Wiraguna mendadak kecil. Wajahnya pucat. Ancamanbunuh baginya akan bisa terjadi kapan saja jika kebencianorang-orang itu tak teratasi.

"Awas kau! Setan alas! Dasar anak kuda! Ha... ha... hah..."

Kasar dan merupakan penghinaan yang lebih tidak santun.Ia dikatakan sebagai anak kuda. Rasanya Wiraguna takpernah menerima yang sekasar itu. Dengan kata lain merekamengejek bahwa ibunya berzinah dengan kuda. Keterlaluanitu. Dalam kekalutan ia panggil kembali Nyi Singa Manjuruhyang hampir menuruni titian pendapa. Wanita itu berhenti.Menoleh dengan mata sayu, Hampir boleh dikatakan tatapankosong.

"Apalagi yang akan kudengar? Ketahuilah! Bukan suamikumenghina kau! Tapi justru ia tidak ingin mengatakan apa yangdidengarnya dari Mas Ayu Tunjung tentang dirimu. Iabermaksud supaya kau sendiri mendengar penampikan Ayu

Page 170: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

170

Tunjung padamu. Ia sangat menghormatimu. Aku memangtidak! Sebab hilanglah sudah rasa hormatku pada tiapperampas kebebasan, kebahagiaan, bahkan hak orang lain.Ternyata kekuasaan yang kausandang saat ini tak kaugunakanuntuk membangun kesejahteraan kawulamu. Tapi sekadaruntuk dirimu sendiri dan Kompeni serta VOC atau kekuatanmodal lainnya."

"Cukup!" Wiraguna tak sanggup mendengar lagi. Inginrasanya menyumpal mulut perempuan hamil itu. Tapi ia takberani. Di belakang perempuan itu berbaris ribuan orang,lelaki dan perempuan. Baik pekerja maupun sundal. Kulimaupun rampok.

"Singa Manjuruh tak akan dijatuhi hukuman mati,"tegasnya. "Tapi katakan pada mereka, supaya berhentimengucapkan kata-kata yang kotor seperti itu. Dan kedua..."

"Mereka tidak bicara kotor! Mereka menumpahkanperasaan," jawab Nyi Singa Manjuruh.

"Ternyata kau tak pernah memahami perasaan seseorang."

"Alangkah indahnya, Yang Mulia. Bagaimana jikapertanyaan itu berpulang padamu sendiri? Mengertikah kauperasaan seorang wanita hamil tua yang suaminya sedangdiculik? Juga kawula kehilangan tanahnya? Kehilangananaknya yang dijual oleh pengusaha negeri sebagai budak?Wajarlah jika mereka menumpah-ruahkan semuakejenuhannya dengan kata-kata itu. Cuma kata-kata. Tapimereka dirampok, dipaksa dengan kekuatan serta todonganbedil. Sebenarnyalah belum cukup adil atas semua kebijakanyang pernah kaukerjakan untuk memperkaya dirimu sendiriitu."

Kembali Wiraguna terhenyak. Wanita dengan kaki berdebu,peluh selalu membasahi kainnya yang setengah kumal itumampu mengembalikan pertanyaannya. Bibirnya bergetartanpa kata-kata.

Page 171: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

171

"Apa lagi yang harus kudengar? Tapi ingat-ingat!Keputusanmu hari ini, akan menentukan berhasil ataugagalnya pembangunan Banyuwangi! Lihat! Semua merekaberang karena penculikan ini!" Nyi Singa Manjuruh menudingpara pengiringnya. Dan mereka menjawab dengan sorakanseperti suara bata yang roboh.

Sambil menarik napas panjang Juru Kunci kemudianmemberikan keputusan karena Wiraguna tidak mampu lagiberkata-kata.

"Singa Manjuruh akan dibebaskan. Pasti! Tapi kau harusmampu menghadapkan Sri Tanjung dari Songgon. Danmemaksa suami wanita itu menyerah."

"Sungguh suatu lelucon. Jika kekuatan senjata tidakmampu memaksa mereka maka sekarang seorang wanitayang sedang hamil, dipaksa mengambil dua orang perkasa itu.Habiskah pahlawan VOC dan begundalnya?"

"Karena kau telah mampu memaksa kami. Dengan katalain, kau dianggap bukan orang lemah. Dan karena itu, jikakau gagal maka leher suamimu akan terempas ke bumi."

Sesaat mata istri Singa Manjuruh tersentak. Matanyamemancarkan kemarahan. Tapi ia segera A membalikkantubuh. Ia mengerti bahwa Juru Kunci tidak main-main.Sekalipun mereka pergi VOC akan tetap meminta para adipatiuntuk mengirimkan orang-orang yang dianggap sampah dinegerinya ke Blambangan.

"Lebih cepat kau mengirim mereka lebih baik. -Sebab jikaputus sabar kami karena pembangkangan kalian ini, makahabis juga nyawa suamimu!" Juru Kunci masih sempatmengeluarkan ancaman. Dan pengiring Nyi Singa Manjuruhmakin marah mendengarnya. Namun wanita m muda itumemberi isyarat agar mereka tenang. Dan mengajak merekabubar.

Page 172: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

172

"Kita sudah cukup menyatakan pendapat kita. Ini sudahsangat baik. Daripada sama sekali tidak! Kita bubar dulu.Setelah di rumah nanti kita akan berunding. Mereka akanmembebaskan Kakang Singa Manjuruh dengan syarat."

Mantrolot tidak terima. Tapi demi Singa Manjuruhsahabatnya itu maka ia mengalah. Pelan-pelan merekameninggalkan alun-alun. Omelan dan cetusan kekecewaanlewat makian terdengar ^ lagi seirama dengan langkahmereka yang pelan-pelan meninggalkan tempat merekaberhimpun. Wiraguna tak dapat menenangkan debarjantungnya sendiri. Bayangan mata-mata nyalang seolahmengincarnya terus sambil memaki: ibunya berzina dengankuda! Ha... ha... ha... dilogoknjar-rf«!!.*) Bergidik ia tanpasesadarnya. Seperti melihat hantu. Ribuan hantu yang kasardan kotor. Keringat dingin keluar di dahinya? Dan lebih celakalagi kala ia sedang sendirian, ribuan mata itu berulang muncul.Umpatan busuk itu juga berkali terngiang-ngiang ditelinganya. Keser pian menimbulkan ketakutan yang takteratasi. Terutama malam hari ini. Kejadian siang tadi tak maupergi dari ingatannya.

Bayangan ribuan orang berselang-seling dengan bayanganAyu Tunjung mengganggunya. Ah, Sri Tanjung? Mengapakemudian ia menjelma jadi ribuan mata pengumpat? Makinmendekat, beramai-ramai ribuan tangan hendak mencekiknya.Rasanya ia berlari. Di padang rumput. Luas sekali. Tidak adaorang. Ia menoleh kiri-kanan. Tiada seorang pun. Tiba-tibasaja Sri Tanjung muncul.

Tersenyum. Menggoda dengan lambaian tangan agarWiraguna mendekat. Wanita itu kini menjauh. Ia kejar. Makinjauh. Gumpalan awan mendadak turun. Pelan-pelan menutuptubuh Sri Tanjung. Tidak!!! ia berteriak. Dan tiba-tiba munculpelangi di celah awan dan sinar mentari yang remang-remang.Tampak olehnya Sri Tanjung meniti pelangi itu. Pelan-pelan.Naik ke atas. Ke atas sambil tersenyum. Ia kejar. Napasnya

Page 173: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

173

terengah-engah. Sri Tanjung!!! Jangan tinggalkan aku,Istriku!!! Tapi wanita itu naik terus. Terus.

Wiraguna menerobos awan gelap dan mencoba menitipelangi. Tapi entah bagaimana mulainya," pelangi itu lenyap.Dan di depannya muncul ribuan orang lelaki dan perempuan.Semua memandangnya dengan wajah kalap. Merekamengacung-acungkan tinju. Ia berhenti melangkah. Berbalik.Tapi kini ia juga berhadapan dengan keadaan yang sama. Iaterkepung. Ketakutan datang lagi. Ai, kini mereka mendekat.Wiraguna berteriak-teriak minta ampun. Ia pejamkan mata.Terserah akan diapakan. Sambil berteriak-teriak ampun, iatutup mukanya.

Sebuah tangan menyentuhnya. Ia berteriak makin keras.

"Ampun, Yang Mulia. Ada apa?" Suara merdu menyapanya.

"Jangan bunuh! Jangan! Ampun!" Napas Wiragunaterengah-engah. Bahkan badannya gemetar.

"Tidak, Yang Mulia. Mimpi apa? Kenapa tidur di kursi?"Kembali suara itu menanya. Dan Wiraguna menggeragap. Iamembuka matanya. Ternyata ia masih di pendapa. Ah, mimpirupanya.

"Oh, kau, Su Lie Hwa?".

"Hamba, Yang Mulia," wanita itu menyembah.

"Astaghfirullaahal'azhiim!" Wiraguna menyebut. "Laa ilaahaillallaahu Muhammadur Rasuulullah..." Kemudian Wiragunamengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Seolahmengusap noda di wajah itu. Setelah menarik napas panjangia bangkit.

"Mari, Lie, temani aku malam ini. Aku tak ingin sendiri."

"Yang Mulia terlalu lelah...." Wanita itu membimbingnya.Perlahan mereka masuk bilik. Perlahan. Seolah meniti duri.Kegelapan makin mencekam. Dan Lie Hwa menutup rapat-

Page 174: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

174

rapat pintu bilik peraduan Wiraguna. Setelah semua jendelajuga sudah tertutup rapat, barulah keduanya membaringkandiri.

***

Empat hari empat malam Nyi Singa Manjuruh denganditemani Mantrolot serta lima orang pengawalnya berjalan.Melintas belantara, menuruni jurang dan mendaki bukit, sertamenerjang semak dan onak. Menapaki jalan mendaki kini.Sudah memasuki Hutan Songgon. Kelelahan hampir taktertahankan. Janin yang di perutnya sering kali menendang-nendang. Ingin segera keluar meringankan beban ibunya.

Berkali rombongan itu berhenti. Minum dari tabungbumbung yang mereka bawa sejak dari rumah mereka. Peluhdan debu menyatu di kulit mereka. Bahkan rasa pegal linu dankelelahan hampir membuat Nyi Singa Manjuruh putusharapan. Apakah ia mampu sampai di hadapan Ayu Tunjung?Jika tidak tentu suaminya tercinta itu akan dipancung. Lebihbaik aku sendiri mati daripada suamiku. Maka aku harussampai di hadapan Mas Ayu Tunjung.

Tapi apakah aku bisa mendapat kasihnya? Sehingga iamerelakan suaminya diserahkan pada penguasa? Ia sendiri takrela Singa Manjuruh dipancung. Haruskah aku kehilangancintaku? Cinta telah membuat Nyi Singa Manjuruh menempuhperjalanan jauh. Berkali ia pegangi perutnya. Rasa sakit danrasa-rasa lain menyatu tak menentu. Kadang sakit itu hilang.Mantrolot ikut panik. Bagaimana jika bayi ini lahir diperjalanan. Di hutan tanpa dukun bayi? Ah, jangan-jangan akujadi dukun bayi? Mantrolot bergidik. Demikian pula pengawallainnya.

Makin dekat dengan perbatasan Songgon, makin semangatmereka melangkah. Namun makin sering pula Nyi SingaManjuruh berhenti. Terik mentari memberikan aniayatersendiri. Kepalanya sering pening dan pandangan matanyamenjadi gelap dengan tiba-tiba. Ah, apakah tiap perempuan

Page 175: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

175

hamil mengalami seperti aku? Ya, Tuhan beri aku kekuatan, iamenyebut dalam hati. Tentu para pengawalnya itu tak tahuapa yang ia rasakan. Ia malu menceritakan pada mereka.Apalagi pada Mantrolot. Sebab orang itu sering-sering bicarakotor. Rupanya pergaulan telah membiasakan orang itu bicaraseenak perutnya. Diam-diam ia kembali mengumpulkantenaga untuk berangkat. Tinggal selangkah lagi, katanya padadiri sendiri. Ah, cinta telah melahirkan kesetiaan. Dankesetiaan itu tetap digenggam oleh Nyi Singa Manjuruh.Hingga ia rela mengerjakan semua ini, karena ia terikat olehkesetiaan itu. Kesetiaan bagi perempuan Madura harus dibawamati. Penyelewengan berarti hukuman mati. Kesetiaan itu pulamenyulut semangatnya untuk bertahan dan berjalan. Kepadajanin dalam perut ia berkata, jangan lahir di sini, Nak. Inimasih di tengah hutan. Nanti, di depan Ayu Tunjung____

Orang-orang Songgon tidak mencegah. Bahkan merekasegera memberi pertolongan waktu melihat rombongan yangmemapah wanita hamil itu. Barangkali saja sudah tibawaktunya melahirkan., Namun Nyi Singa Manjuruh menolakuntuk berhenti di sebuah rumah di ujung desa. Ia harusmenghadap Ayu Tunjung sekarang juga. Maka kawulaSonggon segera menyiapkan pedati kecil dengan dua ekorkerbau penariknya.

"Tidak perlu...."

"Tidak apa-apa, Nyi. Keharusan kami menolong tiap orangyang membutuhkan," kata mereka ramai-ramai. Laki-perempuan.

Mantrolot melihat itu dengan terharu. Demikian pula NyiSinga Manjuruh. Betapa jauh bedanya dengan berita yangdidengarnya di luar Songgon. Di luar tertiup berita bahwapribumi Blambangan adalah orang-orang jahat. Pembunuhdengan tenung atau teluh. Juga pandai memikat hati wanitaatau lelaki dengan menggunakan ilmu pelet. Semua takterlihat di sini. Semua baik dan ramah. Melihat kenyataan itu,

Page 176: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

176

air mata Nyi Singa Manjuruh runtuh kala itu sudah dudukdalam pedati, berlampin jerami. Pengawalnya berjalan cepatdi samping kiri-kanan pedati bersama beberapa orangSonggon yang ramai menanyakan dari mana asal mereka danberbagai pertanyaan lagi. Menyodorkan minuman air gulakelapa dan kinang, merupakan selingan dalam perjalanan kepertapaan.

Pohon kelapa yang begitu banyak berjajar di kebun-kebun,diselingi pisang atau tanaman palawija lainnya, menunjukkankesuburan tanah Songgon ini. Bekas panen sudah mulaidibersihkan karena mereka mulai membajak sawah kembali.Persemaian tampak menghijau di sudut-sudut petak sawah.Anak-anak kecil berlarian pulang sambil membawa rentenganbelut di tangan kanan mereka, menggambarkan betapadamainya desa terpencil ini. Dalam kalbu Nyi Singa Manjuruhiri, mengapa ini bisa terjadi di sini? Tidak di desanya SingaJuruh? Apakah di sini tak terusik pajak? Bukankah saat ini takseorang pun bisa menghindarkan diri dari upeti? Barangkalizaman Wong Agung Wilis kawula Blambangan dapat diamdengan tenteram tanpa terusik membayar upeti. Tapisekarang? Zaman Wiraguna ini? Kiranya tak ada lagi tempatdamai. Pembayaran upeti telah mengusik siapa saja yangdiam di bumi Semenanjung Blambangan. Apakah ia petani,penjual makanan, pemilik kedai atau warung-warung. Bahkananak-anak kecil pun dijatah untuk membayar upeti. Jangankanmanusia. Hewan pun harus membayar upeti. Pemilikankerbau, sapi, kambing, itik dan ayam sekalipun mengharuskanorang siap bayar upeti. Tapi tampaknya Songgon adalah desaperkecualian.

Jalan yang bersih dan rata menunjukkan betapa rajinnyaorang Songgon merawat sarana yang mereka gunakan bagilancarnya pengangkutan hasil panen di sawah ke lumbung-lumbung, Rupanya orang Songgon tidak membiarkan ternak amelewati jalan ini setiap kali akan berangkat ke sawah. Adajalan tersendiri bagi mereka. Bahkan rombongan itik pun tak

Page 177: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

177

diperbolehkan lewat di sini. Namun pengamatannya pada alamseputarnya itu cuma sekilas. Sebab Nyi Singa Manjuruh segerateringat kembali pada suaminya yang sedang berhadapandengan algojo yang haus darah. Kembali ia menutupwajahnya. Jangan! teriaknya dalam hati. Jangan bunuh dia!Dan algojo terbahak-bahak. Ia tersentak oleh derak gerobak.Ah, pedati itu berhenti. Beberapa orang perempuan buru-burukeluar gerbang, dan menolongnya turun dari pedati.

Hati Nyi Singa Manjuruh terkejut luar biasa. Tentu Mas AyuTunjung sudah tahu bahwa ada seorang datangmenghadapnya. Lebih dari itu tentu sudah mendengar bahwayang datang seorang perempuan hamil. Luar biasa, dari manamereka tahu? Benarkah Rsi Ropo seorang yang mampumelihat sesuatu yang belum terjadi atau yang akan terjadi?

Perlahan sekali ia melangkah. Rasa sakit hampir tiadatertahankan. Kembali si janin mendepak-depak. Memaksanyaberhenti sejenak sambil memegangi perutnya. ,

"Hyang Dewa Ratu... Jagat Pramudita!" Ayu Tunjungsegera turun dari titian pendapa. Nyi Singa Manjuruhmendongak mendengar suara itu. Merdu. Dan betapa terkejutdemi ia memandang wajah yang gilang-gemilang itu. Lebihmulia dari waktu perawan dulu. Atau barangkali karenaperhiasan yang dikenakannya, atau karena kainnya yangsutera kuning itu. Atau kutang emas dengan gambar bungamawar sebagai penutup putik susunya itu? Sungguh tidakmengherankan jika iman lelaki mana pun akan runtuhberhadapan dengannya. Kakinya yang mulus itu kinimenginjak hamparan kerikil untuk mendekati Nyi SingaManjuruh. Matanya. Aduh, betapa agungnya wanita ini.Apakah ia juga tahu maksud kedatanganku? Debar jantungNyi Singa mengencang. Ayu Tunjung tersenyum tulus.

"Selamat, selamat datang, Kawan. Apa kabar?Dirgahayu...," kembali suara merdu penuh kasih itumenyentuh hatinya. "Tentu ada yang amat penting maka

Page 178: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

178

seorang hamil tua begini tertatih-tatih naik ke Songgon. Mari,barangkali ada yang dapat aku bantu."

Ah, wanita ini barangkali tak sadar bahwa aku datanguntuk merusak kebahagiaannya? Aku tak bisa! Ia tidaksanggup berkata-kata. Matanya sembab memandang AyuTunjung yang begitu ramah. Memang wanita itu berkatadalam Blambangan. Tapi ia mengerti semua makna kata-kataAyu Tunjung. Tidak ada tersirat kecurigaan yang memancar.Semua orang, baik pengawalnya maupun pengawal AyuTunjung, memandangnya. Kepalanya kian pening. AyuTunjung kian mendekat. Dan ketika ia hendak melangkah,kekuatannya punah. Maka ia terhuyung ke depan. Untung AyuTunjung segera melompat menangkapnya. Demikian pulaorang lain. Namun ia tidak pingsan. Ia masih sadar. Dankemudian Nyi Singa Manjuruh merangkul sambil mencium kakiAyu Tunjung. Bahkan sedu-sedannya meledak. Tak ayal lagikaki Mas Ayu Tunjung tercuci oleh air mata Nyi SingaManjuruh.

Inilah pengalaman pertama bagi Mas Ayu Tunjung. Hatinyamenjadi berdesir. Teringat pada berita yang baru sajadisampaikan oleh suaminya semalam. Singa Manjuruh akandibunuh jika Ayu Tunjung dan Rsi Ropo tidak menyerahkandiri ke Banyuwangi. Semalam suaminya dalam pergumulan.Membuat ia juga tidak bisa tidur. Keduanya tahu demi SingaManjuruh, nyawa mereka harus diserahkan. Kini suaminyasedang menjumpai Harya Lindu Segara di Bandar Banyuwangi.Tentu orang itu sedang memperun-dingkan cara yang terbaikuntuk menolong Singa Manjuruh. Sejak pagi orang ituberangkat. Melintas rimba dengan kuda hitam yang perkasa.

"Berdirilah, Nyi Singa Manjuruh. Tak pantas wanita yangpernah mengangkat senjata melawan VOC menangissemacam ini." Ayu Tunjung meraba punggung wanita hamilitu. Kemudian memberi isyarat pada Parti, pengawalnya, untukmengangkat wanita itu masuk pendapa. Namun Nyi Singa

Page 179: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

179

Manjuruh memeluk kaki Ayu Tunjung makin erat. Tak maudipisahkan lagi. Rasa bersalah dan berdosa taktertanggungkan, sekalipun ia belum menyatakanpermohonannya.

"Ampunkan hamba, Yang Mulia," rintihnya dalamBlambangan yang berlogat Madura. "Ampuni hamba...."

Kini semua pengawal Nyi Singa Manjuruh memandang AyuTunjung. Mereka ingin tahu jawaban yang keluar dari bibir itu.

"Sudah kukatakan. Berdirilah. Katakan dengan tenang. Apayang harus kukerjakan untuk membantumu?" Ayu Tunjungtegar.

"Cuma Yang Mulia bisa menolong hamba...."

"Luar biasa kau. Barangkali belum pernah aku melihat kisahcinta yang seperti kaumiliki ini, Nyi. Kesetiaanmu telahmelahirkan pembelaan atas nyawa suamimu. Sungguh, siapayang tak menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, takakan pernah percaya, seorang wanita hamil tua, tertatih-tatihmembela cintanya. Cinta telah membuatmu enggan tinggal dipuri bangkalan. Mengagumkan." Mas Ayu tersenyum.Kemudian menatap tempat yang kosong. Senyum Rsi Roposuaminya seolah tampak di kejauhan. Tapi sedan Nyi SingaManjuruh telah menyentakkannya.

"Kuatkanlah hatimu! Janganlah patah semangatmu, NyiSinga Manjuruh. Janganlah khawatir. Sebab akan ada upahuntuk usahamu ini."

"Yang Mulia..." Pelan-pelan Nyi Singa Manjuruhmendongak. Air matanya masih mengalir deras. Seperti duasungai kembar menelusuri sebuah bukit di tengahnya.

"Benarkah yang hamba dengar ini? Atau karena YangMulia..." Ia tak berani melanjutkan. Menangis makin keras.Meraung.

Page 180: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

180

"Aku akan membicarakan kepulangan suamimu! Jangansedih," Ayu Tunjung menegaskan. "Mari, naiklah ke pendapa!"

Ayu Tunjung kemudian dibantu <5leh para pengawalnyamemapah Nyi Singa Manjuruh naik ke. pendapa. Rasa harumenyesaki dadanya. Kaki berselimut debu itu dicucinyadengan air kendi yang memang tersedia di depan titianpendapa. Setelahnya dengan sangat susah mereka naik.Rupanya itu tenaga penghabisan bagi Nyi Singa Manjuruh.

Dan betul. Begitu masuk pendapa ia terjatuh lagi. Bukancuma karena tenaganya yang habis. Tapi ia tak tahan melihatwanita yang tergolong pasangan baru ini direnggutkebahagiaannya demi kepentingan pribadinya. Betapa kejamdiriku ini. Kini Ayu memerintahkan orang untuk membaringkanNyi Singa Manjuruh di amben yang biasa dipakainya dudukbersama suaminya. Setelahnya ia membasuh wajah Nyi Singayang berdebu itu dengan air.

"Panggil dukun bayi, Mbok Mukti, kernari," katanya padapengawalnya. Dan tanpa banyak cakap perempuan muda ituberangkat.

"Belum tentu melahirkan sekarang. Tapi lebih baik jika ditangan seorang dukun daripada di tanganku yang belumpernah melahirkan seorang pun anak." Ia tersenyum padaMantrolot. Juga pada seluruh pengawal Nyi Singa Manjuruh.Mantrolot tertunduk oleh sorot matanya. Hati semua orang itujadi berdebar. Nyatalah bahwa perempuan ini bukan cumaseorang cantik. Namun juga berpengetahuan tinggi.Mendengar nada bicaranya pasti ia sudah tahu tujuankedatangan mereka. Dari mana wanita ini bisa tahu? Padahalia dan suaminya tentu tidak banyak keluar rumah. Bukankahmereka lebih banyak menggunakan waktu di dalam pura?Berdoa dan membaca lontar saja?

"Memang bukan pekerjaanku menolong seorang yangmelahirkan. Karena memang aku bukan dukun bayi." AyuTunjung tersenyum lagi. Seolah tak habis-habisnya senyum

Page 181: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

181

itu. Senyum yang menyejukkan hati semua orang. Mantrolotbersama teman-temannya tetap membisu. Tak tahu apa yangharus dikatakan. Kemudian Ayu Tunjung mendekati Nyi SingaManjuruh yang terlentang di amben itu dan mengelusperutnya.

"Akan lahir di sini dengan damai, Anak manis. Bapakmuakan menjemputmu di tempat ini setelah aku dan suamikudiserahkan."

"Yang mulia..." Nyi Singa terisak lagi. Hatinya benar-benarlumat.

"Kalian adalah sahabat Mas Dalem Puger yang dicintai olehkawula Blambangan. Sama seperti Wong Agung Wilis. Makakalian juga sahabat kami...."

"Yang Mulia, doakan kami, ampunkan kami...." Nyi SingaManjuruh terbata-bata di antara sedu-sedan. Ayu Tunjungmengelus rambutnya dengan kasih. Ia sendiri inginmeneteskan air mata. Tapi ia tahan sekuat tenaga. Meski iatahu air mata adalah senjata bagi wanita untuk melepaskesesakan yang menghimpit dada. Tapi ia tidak akanmelakukan itu. Ia sadar bahwa ia adalah satria Blambangan.Ia bukan wanita semata wayang. Maka katanya,

"Kau memerlukan suamimu. Kebebasan suamimu! Dan takakan ada kebebasan itu turun cuma karena doa. Kebebasanperlu diperjuangkan. Dan tiap perjuangan membutuhkanpengorbanan. Dan aku adalah manusia yang dikehendakiuntuk dikorbankan____"

"Ja..."

"Tenanglah, Nyi Singa! Sahabat yang baik adalah sahabatdi dalam suka dan duka. Dan sahabat sejati adalah seorangyang rela menyerahkan nyawa bagi sahabatnya itu."

Tak tertahan lagi suara tangis Nyi Singa Manjuruh. Makinmeraung-raung. Tidak hanya itu. Mantrolot dan para

Page 182: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

182

sahabatnya pun ikut menangis. Belum pernah merekamenjumpai orang yang semacam ini. Apakah itu cuma kata-kata? Atau barangkali saja Ayu Tunjung sengaja maumenyerahkan diri pada Mas Ngalit karena ingin kehidupanyang lebih baik? Kaya dan enak? Di istana? Tak dikejar olehnyamuk karena tidak tahan lagi di tengah hutan? Ia belumdapat dipercaya. Tapi paling tidak kata-katanya amat merogohhati semua yang mendengarnya saat ini.

Beberapa bentar kemudian Mbok Mukti, si dukun bayi,datang dan menyembah. Pada seorang pengawal iamemerintahkan agar disediakan kamar. Kemudian padaseorang lagi diperintahkan mempersiapkan tempat istirahatbagi Mantrolot dan sahabatnya. Lalu seorang lagidiperintahkan memukul kentongan sebagai isyarat agar paracantrik atau siswa terkemuka berkumpul di balai pracabaan.

Namun sebelum mereka bubar, Rsi Ropo bersama LinduSegara memasuki pendapa. Ayu Tunjung tergopoh-gopohberlari menjemput suaminya. Mencuci kaki lelaki itu dengan airbunga di titian pendapa lalu menciumnya. Setelah itukeduanya bergandengan menuju ke tengah pendapa. Semuaorang melihatnya jadi iri. Sepasang muda-mudi dalam pakaiankebrahmanaan. Seperti sepasang dewa-dewi yang turun darikahyangan.

Semua menyembah. Mantrolot dan teman-temannya jugaterkena wibawa keduanya dan ikut menyembah.

"Dirgahayu semuanya!" sapa Rsi Ropo.

"Dirgahayu!" jawab semua orang. Nyi Singa Manjuruhberusaha bangkit. Tapi dicegah oleh Ayu Tunjung.

"Kami sudah berkeputusan untuk menolong suamimu," RsiRopo menjelaskan. Setelah itu ia memandang sekelilingnya.

"Adinda... sudahkah kau siap?"

Page 183: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

183

"Kanda..." Ayu Tunjung memeluk suaminya. Direbahkannyakepalanya ke atas dada suaminya. Mengundang keharuansemua orang. "Tiada seorang pun suka keberakhiran____"

"Ha... ha... ha..." Suara tawa Rsi memotong kata-kataistrinya. Ia tak ingin mendengar kelemahan semacam itu."Seorang bijak tentu telah menimbang semua langkahnya.Mati pun dipertimbangkan. Bukankah kita telah memilihkemati-an yang paling mulia? Nah, Mantrolot, kau akanmenyertai Lindu Segara menyerahkan lontar pada Wiraguna.Katakan aku dan istriku akan berangkat ke Banyuwangi, jikaSinga Manjuruh sudah dikirim ke Songgon. Sebab aku tak maukita ditipu. Kami rela berkorban. Tapi bukan untuk ditipu."

"Yang Tersuci...," Mantrolot kaget.

"Tak apa. Berangkatlah. Kuda telah disiapkan untukmu.Tapi jangan kembali tanpa Singa Manjuruh. Sebab merekaadalah drubiksa keji. Penipu dan pembinasa. Dan tidak pernahmendengar jerit tangis kawulanya."

Kemudian kedua orang brahmana itu masuk. Semua tetapmenanti. Tanpa bisik. Cuma angin yang bebas berdesir.Semua bersila tanpa gerak. Tertunduk tanpa melirik. Debarjantung mereka yang seperti berpacu. Sejenak. Dua jenak.Sampai ratusan... Ya, ratusan jenak. Mereka tetap menanti.Tanpa tahu apa yang sedang dikerjakan Rsi dan istrinya dibalik dinding batu itu. Burung gagak memamerkan suaranya dihalaman. Mengalahkan suara burung-burung lainnya.

Kala suara langkah kaki Rsi terdengar, semua makintertunduk. Perlahan langkah itu. Tapi mantap.

"Mantrolot. Ini lontar yang kami tulis sendiri untukWiraguna. Katakan aku akan menunggu di sini. Jika merekaakan menjemput kami, jangan boleh masuk ke desa Songgon.Tapi dipersilakan menunggu di luar tapal batas desa. Jika inidilanggar, maka semua janji yang aku tulis dalam lontar ituaku nyatakan batal. Dan kau bertugas memeriksa

Page 184: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

184

pesanggrahan Sri Tanjung. Itu harus kaukerjakan bersamaLindu Segara. Ingat-ingat. Jangan mau ditipu. Perlu sekalipemeriksaan tempat Sri Tanjung itu. Jika dia menolak,katakan Sri Tanjung tidak akan berangkat ke Banyuwangi."

"Hamba, Yang Tersuci," Mantrolot menirukan orangBlambangan menyebut sang Rsi.

"Jangan lupakan. Bukan kau yang seharusnya memeriksapasanggrahan itu, tapi Lindu Segara. Kau tak perlu tahu apamaksudnya. Setelah itu kau boleh berpisah dengan LinduSegara. Ingat! Kau harus menyertai Singa Manjuruh kemari."

"Yang Tersuci..." Nyi Singa Manjuruh tak dapat melanjutkankata-katanya. Tertahan oleh rasa haru.

"Pikirkanlah kebebasan suamimu. Jangan pikirkan kami!"

Selesai memberikan perintah Rsi masuk lagi. Dan semuamelaksanakan apa yang diperintahkannya. Lindu Segaramengawal orang yang Belum pernah dikenalnya secara dekat.Tapi Mantrplot nampaknya segan melihat otot-otot kekar dihampir seluruh tubuh Lindu Segara. Dalam hati bertanya siapaorang ini. Kumis tebal serasi dengan alisnya yang teduhmembuat matanya seolah bercahaya. Pendiam orang ini, pikirMantrolot. Karena memang Lindu Segara bicara cumaseperlunya saja. Pikirannya sedang sibuk mengatur siasatselanjutnya. Kendati ia sudah memerintahkan anak buahnyauntuk menghubungi semua bajak laut yang tunduk padanyauntuk bergerak ke Banyuwangi.

Page 185: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

185

7. TUMBAL .

Senyum kemenangan menghias bibir Juru Kunci maupunSchophoff. Juga Pieter Luzac. Karena saat semacam itulahyang ditunggu-tunggu. Rsi Ropo menyerah dan mereka akanmenggantung sampai orang itu mati. Supaya dengan demikiankawula Blambangan tahu bahwa Rsi Ropo bukanlah orangyang tidak bisa mati. Bukan orang sakti yang kebal. Tapisekadar manusia biasa yang bisa disakiti. Terdiri dari kulit dandaging yang bisa punah.

"Yang Mulia tahu siapa Sri Tanjung yang digilai RadenTumenggung Wiraguna itu?" tanya Schophoff pada Juru Kuncisuatu hari.

"Tahu, Tuan. Dia amat manis. Wanita sempurna."

"Ah, maksud hamba bukan itu, Yang Mulia. Siapa diasebenarnya?" Schophoff tertawa terbahak-bahak.

"Oh, dia anak Prabu Mangkuningrat. Anak bungsu."

"Nah, itu!" Schophoff diam sebentar. Seperti hendakmengatur kata-kata. Kemudian perlahan-lahan ia berkata lagi,"Bapaknya pernah minta bantuan Kompeni ke Batavia,bukan?"

"Benar sekali, Tuan."

"Melihat sikap bapaknya dia boleh jadi istri RadenTumenggung Wiraguna. Tapi..."

"Kenapa tetapi, Tuan?" Juru Kunci mengernyitkan dahinya.

"Apakah ia mau jadi istri Wiraguna? Hamba dengar kabar iasekarang tinggal di Songgon."

Juru Kunci diam sebentar. VOC menyelidik sampai ke calonistri para adipatinya. Mungkin juga para selirnya.

"Katakan dengan jujur, Yang Mulia. Ini penting untukkeselamatan Raden Tumenggung Wiraguna. Siapa tahu,

Page 186: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

186

istrinya itu ternyata seorang pemberontak. WanitaBlambangan suka angkat senjata. Jangan-jangan suaminyasendiri dibunuh."

Hati Juru Kunci menjadi berdebar. Tapi ia ingat pada MasAyu Arinten.

"Bagaimana dengan Mas Ayu Arinten?" Ia memberanikandiri.

"Wanita macam itu boleh dipercaya. Apakah mungkin SriTanjung seperti dia?"

"Sebenarnya sudah tiga kali Sri Tanjung diundang keistana. Tapi selalu menolak. Terakhir malah sudah kawindengan Rsi Ropo. Seorang brahmana yang masih muda...."

"Rsi Ropo?"

"Ya."

"Setan! Iblis! Masih hidup orang itu?" tiba-tiba Schophoffterkejut. Wajahnya berubah. Menjadi agak pucat. Ia masihingat kala Rsi Ropo menuding wajah Biesheuvel dengan amatberani.

"Masih, Tuan."

"Gila! Harus mati! Harus!" Schophoff berjalan mondar-mandir. Mendadak saja tampak tidak tenang. Orang itumampu melarikan diri dari tahanan Kompeni. Tentu bukanorang dungu. Dikira sudah mati bersama Rempek. Karena diSonggon tidak pernah ada perlawanan.

"Kami sudah mengatur____"

"Bagaimana caranya? Orang itu begitu pintar."

"Jangan khawatir, hamba akan memancing dia agarmenyerah."

"Gampang benar?"

Page 187: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

187

"Tuan akan lihat. Dia menyerah dan menyerahkan istrinya."

Schophoff terbahak-bahak mendengar itu. Mustahil orangseperti dia dapat dipermainkan oleh Juru Kunci. Tapi iaberharap agar rsi itu kalah cerdik. Dan ia akan menilaibagaimana si Sri Tanjung yang sudah termasyhur di seluruhBlambangan itu. Ia ingin tahu wajahnya. Ingin tahu sikap danpendirian wanita itu. Ia ingat, Mas Ayu Prabu tidak maumenyerah kendati sudah berhadapan dengan maut. Jangan-jangan Sri Tanjung ini wanita semacam itu. Itu tidak bolehjadi. VOC tidak menghendaki wanita yang mungkin mampumenguasai suami dan dapat mendorongnya berontak. Iapernah memperundingkan kekhawatirannya ini pada PieterLuzac, pembantunya. Melihat cara Wiraguna menyanjungdalam menceritakan Sri Tanjung yang terlalu itu, maka iamengambil kesimpulan, bahwa Wiraguna bisa berada dalamgenggaman Sri Tanjung. Mungkin bisa jadi Sri Tanjung, yangmemegang kendali di seluruh Blambangan. Dan itu bahaya,Selama ia memimpin Songgon belum pernah ada laporanbahwa Songgon menyerahkan pajak pada pemerintah. Apalagibekerjasama dengan VOC. Kompeni lewat saja orang Songgonsegera mengosongkan rumah-rumahnya.

Tapi kini Juru Kunci menunjukkan surat Rsi Ropo yangditulis di lontar. .

"Apakah ini bukan muslihat?"

"Di Blambangan tak ada rsi apalagi pandita menipu," tegasJuru Kunci.

"Baik! Tapi ia harus mati. Sekali pun ia sudah menyerah. Iapernah melarikan diri dari tahanan Kompeni. Jadi ia harusdihukum. Dihukum mati!" Schophoff memperdengarkan suaratawanya kembali. Dan betapa inginnya melihat rsi itumenggeliat-geliat menghadapi sekarat dengan tali di lehernya.Atau ia ingin sekali melihat Rsi Ropo menyembah telapakkakinya, mengiba-iba mohon ampun. Ia akan tertawa

Page 188: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

188

melecehkan. Seperti saat ini ia terbahak-bahak. Iamemang«suka terbahak-bahak seperti itu.

"Hamba mohon disiapkan satu regu pelaksana hukumanmati," Juru Kunci lebih meyakinkan lagi. Dan tentu sajapermohonannya itu segera dikabulkan.

"Aku rasa Sri Tanjung pun harus mati. Berbahaya bagisemua orang jika ia dibiarkan menjadi istri Wiraguna.Kedudukan Yang Mulia sebagai patih di Blambangan bisaterancam. Hamba dengar wanita itu tidak mau meninggalkanagamanya yang lama. Ia tidak suka menjadi Islam?"

"Barangkali karena belum ada orang yang mengajarnya."

"Barangkali saja begitu. Tapi ingat, wanita macam dia akanmampu menghancurkan semangat dan wibawa RadenTumenggung Wiraguna."

"Lalu apa jalan keluarnya? Padahal kita tidak bolehmenyingkirkannya seperti menyingkirkan suaminya. Bukankahakan lebih membuat Yang Mulia Raden Tumenggung putusasa?"

"Tentu sayang jika kita membunuh wanita secantik itu.Ha... ha... ha..." Schophoff tak mampu menahan keinginannyauntuk tertawa. "Hamba memang belum pernah melihatwajahnya. Tapi kira-kira amat cantik. Karena itu sebaiknyayang kita lakukan adalah menjinakkan hatinya yang binal itu."

"Tidak mungkin, Tuan. Tidak mungkin."

"Kenapa?"

"Ia tidak suka makan dan minum persembahan kita.Karenanya kita tak akan mampu memasukkan apa-apa kedalam makanannya."

"Baik, hamb| akan menghadiahkan sebuah keris padaRaden Tumenggung Wiraguna, sebagai hadiah perkawinan.Keris ini adalah pusaka Raden Pangeran Singasari yang tewas

Page 189: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

189

dalam pertempuran di Malang Selatan. Dan keris ini pula yangpernah menyudahi Tumenggung Jangrana di gerbang Karta.Namun begitu, menurut cerita yang hamba dengar, keris inimemang bertuah. Cerita orang, keris itu milik raden Harjuna,tokoh wayang purwa itu."

"Sudah amat tua umur keris itu?"

"Sangat tua. Dan karena keris itu pulalah setiap wanitayang berhadapan dengan Raden Harjuna pasti jatuh hati danbersedia menjadi istrinya."

Juru Kunci berdecak mendengar itu. Dalam hati timbul iri.Andaikan aku yang menerima hadiah keris itu, maka akulahyang mempersun-ting wanita tercantik masa kini itu. Tapi iatak berani mengutarakan. Schophoff menyambung lagi.

"Perkawinan mereka punya arti yang amat penting bagikita. Hamba berharap dengan perkawinan itu ketegangan diBlambangan segera berakhir. Apalagi dengan musnahnya RsiRopo."

"Ba... baik, Tuan," Juru Kunci gugup tanpa sesadarnya.Gila, aku ikut-ikut melamun wanita itu. Suara tawa Schophoffmengikuti langkahnya keluar ruangan setelah ia berpamitan.

Sepanjang perjalanan ia ingat keris Raden Harjuna. Hemh,Sri Tanjung, kau akan jadi istri Wiraguna. Biarlah kali iniAdipati yang beruntung. Tapi lain kali pastilah ia juga dapatmemper-daya Sri Tanjung seperti memperdaya Mas AyuArinten. Ingin tahu aku, bagaimana jika ia sudahsepembaringan dengan aku.

Tapi ada satu pelajaran yang baik lagi untuk diserapnya.Ternyata VOC 'ikut campur dalam merestui perjodohanpembesar-pembesar pribumi. Bahkan ikut mengaturnya. Tentupada perkembangan selanjutnya pribumi akan lebihkehilangan kedaulatannya. Sampai-sampai memilih jodoh punharus di bawah persetujuan VOC. » Diam-diam Juru. Kuncimemuji betapa pintarnya orang asing itu. SemUaJ^hendak

Page 190: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

190

VOC masa kini selalu diselubungi dengan *kata-kata:pengabdian dan pengorbanan demi negara! Sedang ekor «darikata-kata itu adalah upeti yang mengalir ke gudang VOC.Tanah harus direlakan demi pembangunan loji-loji, benteng-benteng. Inikah yang harus kulihat untuk masa-masamendatang bagi negeriku? Keharusan dan keharusan?

Di rumah beberapa tamu ternyata sudah menunggu. Iaterkejut. Han Tian Boo, Baba Song, dan Su Lie Hwa. Apatujuan mereka ini? Dia jadi amat curiga, belakangan iniistrinya makin sering terima tamu sebangsanya. Tidak sepertidulu kala ia belum menjadi patih. Mereka jarang menerimatamu. Tidak begitu banyak urusan. Sekarang acaranya begitupadat.

Setelah berbasa-basi sebentar, mereka menuju taman.Taman warisan dari Jaksanegara yang sekarang dibuang keGombong, barangkali tak ada duanya di Blambangan saat ini.Lengkap dengan kolam ikan emas dan tombro serta lele putih.Tempat peristirahatan yang beratap ijuk, berdiri di tengahtaman, dengan dikelilingi kolam. Pohon trembesi, kenanga,kenari yang berebut tinggi di seputar kolam itu menghapussegala kegerahan kemarau yang dimulai sejak di kamar kerjaSchophoff tadi. Belum beraneka warna kembang serta kupu-kupu yang terbang kian kemari itu.

"Ada sesuatu jkang penting rupanya, Tuan-Tuan berkumpuldi sini. Memerlukan bantuan?" Juru Kunci langsung padapersoalan.

Mereka tersenyum-senyum. Mengangguk-angguk sampaibeberapa kali. Menimbulkan kesan betapa rendah hatinyamereka itu. Walau ada yang kurang disukai Juru Kunci, yaituseringnya mereka berdiri dan pergi ke pinggir kolam untukberdahak. Tapi rupanya Baba Song, ataupun Han Tian Boocepat menunduk dalam-dalam setelah melakukannya. Tidakberani memandang mata Juru Kunci. Hanya melirak-lirik. Tidak

Page 191: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

191

tahu apa sebabnya begitu. Apakah mereka benar-benarmenghormati Juru Kunci atau sekadar berpura-pura.

"Ya. Soal ini... Yang Mulia Su Lie Hwa."

"Kenapa?" Juru Kunci merapatkan alisnya. Bahkan nyarismenegangkan rahang. Selalu ada saja persoalan baru jikamereka menghadap. "Ingin keluar dari istana?" tukasnyakemudian.

"Tidak, Yang Mulia..." Han Tian Boo mengeluarkan hocoe-nya untuk madat. (candu) "Justru saat ini, apakah tidakterancam kedudukannya?"

"Sehubungan dengan datangnya garwa padmi?"

"Iya... iya, benar, Yang Mulia."

Juru Kunci tertawa. Orang-orang kaya semacam ini masihjuga khawatir. Kemudian dia geleng kepala.

"Bukankah sudah seharusnya garwa padmi itu hadir dalamkehidupan seorang adipati? Mengapa mesti dipersoalkan?"Juru Kunci melirik Su Lie Hwa. Ternyata memiliki rasacemburu. Padahal sebelum ia dipersembahkan tidak pernahmenanyakan apakah adipati masih muda atau sudah tua:Belum beristri ataupun sudah. Yang penting iadipersembahkan oleh Baba Song maupun Han Tian Boo. '

"Kami tahu itu, Yang Mulia."

"Lalu apa lagi?" Kadang Juru Kunci menjadi jengkel karenakawan-kawan istrinya itu sering-sering serakah. Semua haldiperhitungkan dengan uang dan harta.

"Kami dengar tentang Yang Mulia Sri Tanjung itu... eh...seorang pengikut Wong Agung Wilis____ Jadi denganmasuknya Yang Mulia Sri Tanjung itu, apakah tidakmengguncangkan perniagaan? Seperti halnya Wong AgungWilis dulu, semua ditertibkan."

"Aku yang berkuasa untuk semua itu. Bukankah aku patih?"

Page 192: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

192

"Tapi...."

"Apa jaminan kalian jika aku dapat memupuskan semuayang kalian duga itu?"

"Ah..." mereka tertawa bersama. Namun makin jelas,bahwa Sri Tanjung memang akan membahayakan. Kaumpedagang tentu lebih peka. Karena kebiasaan mereka berpikirmasak-masak dalam melangkah. Bukankah jika mereka tidakgegabah mereka akan mendapat untung? Bukankah wanita itupernah menghalangi pembabatan hutan di seputar Songgon?Juga selalu mengadakan hubungan dagang secara gelapdengan saudagar-saudagar Portugis, atau Inggris dan Bali?Bukankah orang desa Songgon tak punya tambang emasuntuk mencetak uang? Tapi mereka tidak susah membelibarang-barang dari luar. Tentu semuanya di bawahpengaturan Sri Tanjung. Jadi benarlah dugaan semuapengamat bahwa Wiraguna bukan orang yang seimbang untukdiperjodohkan dengan Sri Tanjung.

Bahkan berita terakhir menyebutkan orang-orang Songgonmerampasi candu milik Han Tian Boo dan Tan Eng Gwan yangdijajakan oleh anak buahnya.

"Jadi? Apakah Yang Mulia akan memusnahkannya?" Su LieHwa bertanya. Dan Juru Kunci tergelak mendengarnya. Dansemua memandangnya heran. Termasuk istrinya.

"Mengapa harus dimusnahkan?" Ia balik bertanya.

Semua orang terdiam. Tapi Juru Kunci tahu mengapa.

"Tidak harus dimusnahkan. Tidak. Sekarang dia galakkarena lingkungannya adalah orang-orang keras. Tapi jika iasudah masuk istana, aku percaya, pasti berubah. Ia sekarangmerasa diimpit. Apalagi jika melihat lingkungannya, parakawula Blambangan yang tidak mau menerima pemerintahanRaden Tumenggung, tentu yang ada dalam dada merekasemata-mata kebencian. Namun jika kita pandai mendekatihatinya, dan ia sudah menjadi salah seorang di antara kita,

Page 193: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

193

semua akan beres. Persoalannya adalah kita. Bagaimana kitamenerima dia. Jika dengan hati bermusuhan maka ia akanmemusuhi kita dengan segala dayanya."

"Yang Mulia yakin? Sehingga pada saatnya nanti kita bisamerebut pasaran di Songgon?"

"Setidaknya keadaan akan berubah setelah dia naik kepelaminan bersama Raden Tumenggung Wiraguna nanti. Lihatsaja." Juru Kunci ingat bagaimana Arinten dulu sebelum naikke pelaminan bersamanyn. Sebaliknya apabila Tunjung takmenuruti kehendak Wiraguna, bisa celaka. Sungguh akanmalang nasib wanita cantik itu. Ternyata tidak selamanyawajah cantik itu membawa keberuntungan. Bahkan kadang-kadang sebaliknya, membawa maut bagi hidupnya sendiri. Ah,apakah wanita itu juga sadar akan keadaan? Sadar bahwadirinya diancam maut?

Tentu berbeda dengan kebanyakan wanita bahkan jugalelaki yang tidak pernah mengadakan pengamatan ataskehidupan, Ayu Tunjung dan suaminya menyadari, bahwahari-hari bahagia sudah di ambang senja. Maka merekamenghabiskan waktu mereka di pura untuk berdoa, atau dikamar berdua. Para pengawal dan murid sudah diberitahu,bahwa keduanya tidak perlu diganggu. Semua heran. Kemana-mana berdua. Bergandeng tangan. Tak peduli banyakorang atau tidak. Lebih mengherankan lagi sang Rsi danistrinya selalu mengenakan pakaian putih, seperti laiknyaorang menghadapi puputan (penghabisan/keberakhiran) Adahari yang pernah mereka gunakan untuk berkeliling Songgon.Bergandengan, bahkan berpelukan keduanya mengelilingidesa itu. Seolah hendak pergi jauh dan tidak akan melihatnyalagi.

Kawula Songgon terkejut melihat keduanya berpelukansambil memperhatikan keindahan Songgon. Pakaian moriputih mengundang keresahan semua orang. Burung gagak

Page 194: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

194

seperti tidak biasanya. Terbang bolak-balik sambil berkoak-koak.

"Lihat, Kanda. Burung-burung itu! Kita belum jadi bangkaisudah pada datang."

"Siapa yang akan jadi bangkai?" Rsi Ropo merapatkanpelukannya. "Barangkali kau lupa, Rsi Ropo pernahmengalahkan kematian satu tahun lalu." Ia tersenyum."Simpan saja firasat itu, Adinda," bisiknya lagi.

Keduanya kemudian berhenti di batas sebelah barat desa.Dataran yang lebih tinggi dari deretan perbukitan wilayah desaSonggon. Di tempat tertinggi mereka kemudian berteduh dibawah pohon sonokembang dan laban. Keduanya dudukberjajar sambil tidak melepas rangkulan masingmasing.Kawula Songgon melihat dari kejauhan. Mengapa keduanyaberlaku ganjil? Tapi tak seorang pun berani mendekat.

Silir angin mendayu, membelai rambut mereka. Masihmembisu. Tak mereka perhatikan suara kidung anak-anakgembala di sawah yang tiba-tiba saja lenyap. Langit biru tiba-tiba saja disapu mendung kelabu tipis. Ayu Tunjung tampakmenyandarkan kepalanya pada bahu suaminya. Kepala ituseolah lelah menyangga beban. Kejadian datang silih berganti,sukar diduga sebelumnya. Tangan Rsi Ropo membelairambutnya. Ingin rasanya mengusir kelelahan yangmenghinggapi istrinya.

"Hyang Dewa Ratu... cuma sekiankah kauberi-kankebahagiaan ini? Mengapa mentari cepat saja berlalu. Dansenja terlalu cepat menjelang?" keluh Mas Ayu Tunjung lirih.Air matanya melaju malas dari sudut-sudut matanya, turunmembasahi jubah di bahu suaminya. Membuat dada Rsi Ropogemuruh.

"Mengapa ini mesti terjadi? Justru di tengah kebahagiaankita? Oh, ingin lebih lama lagi hidup bersama dengan Kanda.Ya kita, ingin mengulur impian lebih lama lagi," katanya kala

Page 195: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

195

tangan Rsi Ropo menghapus air mata di pipinya. Dan Rsi Ropomasih membisu. Kenangannya mengembara pada masa lalu,seirama hadirnya awan lembayung di perbukitan sebelahbarat. Ia ingat betapa susahnya menaklukkan hati Mas AyuTunjung saat itu. Kini sang primadona sudah di tangan.Namun sayang, prahara datang menerpa.

"Ya, lihatlah, betapa indah awan lembayung di ataspegunungan Raung, Sungkep, dan Pendil itu. Merahbercampur kuning semburat di sela warna kelabu. Kehijauantelah meredup, sebentar lagi kehitaman menguasai jagat." RsiRopo menghela napas. Seolah menghela keraguan yangmengimpit dada.

"Tidak!" tiba-tiba ia berkata. "Apa yang tidak, Kanda?" AyuTunjung terkejut.

"Tidak! Kita tidak akan mati! Aku tidak akan pernah mati.Aku akan mengabdi terus, selamanya, untuk negeri tercintaini."

"Ya. Kanda memang selalu mengalahkan mati," Tunjungmembesarkan hati suaminya. "Pernah mengalahkan penjaradan gelombang. Hamba, percaya itu. Tapi apakah sekarangkita akan menjawab semua ini dengan peperangan?"

Rsi Ropo tertunduk. Diam lagi. Menunduk dalam-dalam.Beberapa bentar. Istrinya mempermainkan medali bungateratai di dadanya. "Hamba lebih suka mati di medan lagadaripada harus menyerah.... Seperti Sayu Wiwit, seperti MasAyu Prabu...."

"Jagat Dewa, Jagat Pramudita!" Kembali Rsi Ropomenghempaskan napas panjang. Ingin memang ia bertempurseperti usul istrinya itu. Tapi...

"Suatu peperangan membutuhkan persiapan yang panjang.Peperangan tidak cuma bermodalkan keberanian. Tapi jugakemauan, dan kesehatan. Kita memang punya keberanian dankemauan.

Page 196: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

196

Tapi kita sedang tidak sehat. Lihatlah! Kompeni punyasegala-gala." Kita tidak. Orang-orang kita sebahagian sedangkelaparan. Apakah yang bisa kita harapkan dari orang-orangyang lapar? Jangankan mengangkat senjata, berjalan menujubenteng musuh saja susah. Bisa-bisa mati ditengah jalan.Adinda, kita tak mungkin menang dengan kekuatan yang adadi Songgon semata-mata. Ingatkah kau satu tahun lalu? KalaWilis sedang memimpin peperangan? Apa kurangnya kita saatitu? Pikiran kita kalah sehat oleh mereka. Dan akhibatnya kitakalah. Sekarang jumlah orang-orang Songgon tinggal dua ribudua ratus enam puluh tiga orang. Dan di seluruh Blambangantidak lebih dari tiga ribu orang. Apakah kita akan merelakanmereka dipunahkan? Wiraguna tidak ingin menghancurkanmereka. Tapi aku. Setelah-nya ingin berbahagia bersamaistriku. Karena itu, Adinda, aku sendiri harus menyerahkandiriku. Setelah itu, aku akan berjuang untuk mempertahankanhidupku. Sebab hidup adalah anugerah terindah dari MahaDewa Ciwa, Hyang Maha Pencipta itu."

"Yakinkah Kanda akan selamat?"

"Keyakinan adalah separuh dari kemenangan!"

"Hyang Dewa Ratu!" Ayu Tunjung memeluk suaminya lebiherat. Seolah tak ingin lagi berpisah. Kesejukan menjamahkeduanya. Namun bagi Ayu Tunjung serasa Hyang YamaDipati si dewa pencabut nyawa itu telah menjamahkantangannya. Tanpa sesadarnya ia cium pipi suaminya.

"Kegelapan telah turun, Kanda. Tiada bintang gemerlap dilangit. Baiklah kita berjalan pulang. Kita merangkai bunga."

"Merangkai bunga? Untuk apa?"

"Kita sudah mengenakan busana serba putih. Apamaksudnya? Tidakkah sepatutnya kita merangkai bunga.Hamba untuk Kanda, sebaliknya Kanda untuk hamba."

Enggan rasanya Rsi Ropo berdiri. Namun istrinya menariktangannya. Lalu kembali keduanya berangkulan sambil

Page 197: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

197

melangkah lamban. Lamban sekali. Tanpa bisik. Seolahmenikmati betul kehangatan tubuh masing-masing. Tatkalamemasuki pertapaan semua cantrik dan sayu berdebar melihattingkah keduanya. Semua sedang duduk di pendapa. Sengajamereka menunggu. Parti. menyambut mereka kemudianmencuci kaki kedua junjungannya itu dengan air kembang.Bau dupa dan kayu cendana merajai malam. Ditambahdengan bunga sedap malam yang tumbuh di' halaman sertakembang kantil serta kenanga yang juga tumbuh mengitaripertapaan itu.

Setelah itu Janaluka maju menyembah dengan mukasampai ke tanah.

"Dirgahayu!" jawab Rsi Ropo tenang sekali. Tidakmenunjukkan kegundahan hatinya. "Ada apa, Janaluka?Tampaknya ada sesuatu yang amat penting?"

"Busana Rsi meresahkan kami, Yang Tersuci." Rsi Ropotertawa. Tubuhnya bergoyang. Namun ia belum melepaskantangannya yang tersampir di pundak istrinya. Demikiansebaliknya, Mas Ayu Tunjung masih memeluk pinggang Rsi.Tidak biasa mereka lakukan semacam itu di depan para murid.Pelita-pelita juga ikut bergoyang. Bukan oleh suara tawa RsiRopo. Tapi oleh angin yang bertiup semilir.

"Apa salahnya seorang pandita mensucikan diri?" ia balikbertanya.

"Apakah ini ada hubungannya dengan perjalanan tiga puluhorang Kompeni yang mengawal Singa Manjuruh naik keSonggon?" Tunjek kini yang bertanya.

Dalam hati Sang Rsi tersentak. Besok pagi mereka sudahakan tiba di halaman pertapaan ini. Dan ia akan diseret sepertimenyeret pelepah daun kelapa kering, kemudian dihajarseperti kerbau yang sedang salah dalam menarik bajak. Ah,kerbau tidak pernah salah membuat alur bajakan. Mereka

Page 198: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

198

selalu rapi. Kebiasaan telah membuat mereka seperti itu.Namun Rsi Ropo segera menutup keresahannya.

"Yah, kalian sudah tahu. Apa yang harus kukatakan lagi?"

"Bukankah lebih baik melawan daripada Yang Tersuci harusmenjadi korban?" Ramud ikut bicara.

"Semua pendapat kalian baik. Tapi pernahkan kalian belajarmenjadi seorang panglima? Aku seorang brahmana. Aku tidakpernah angkat senjata. Senjataku bukan bedil, tapi kata-kata."

"Yang Tersuci..." Mereka tersentak. Sebentar kemudiansemua menangis. Hampir bersama-sama mereka majumenubruk kaki Rsi Ropo. Demikian pula para sayu menabrakkaki Ayu Tunjung. Sedu-sedan menguak kesunyian malam.Beberapa bentar.

"Kenapa kalian menangis?" Rsi Ropo terharu. Berkalidikuatkannya hatinya. "Adakah kalian lupa bahwa orang yangberdiri di tengah kalian ini, adalah seorang yang pernah lepasdari maut? Mengapa kalian sekarang begitu gelisah?Kuatkanlah hatimu! Jangan bimbang dan ragu. Sebab merekatidak ingin membinasakan kalian. Tapi aku. Dan mereka perlubersemuka denganku. Karena itu, hentikanlah tangismu ini!"

"Apakah tidak bisa diwakilkan?"

"Jika bukan aku yang datang maka semua pribumiBlambangan akan dipunahkan. Janaluka^ ada saatnya bersua,berkumpul, dan akhirnya berpisah. Semua yang ada di bumiini akan berakhir."

"Yang Tersuci!"

"Tak ada yang perlu diingkari. Karena itu besok pagi_-pagikumpulkan semua orang Songgon. Aku akan memberikannasihatku,"

"Baik, Yang Tersuci!"

Page 199: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

199

"Brahmana bukan penakut. Sebab dia adalah seorang yangdapat melihat apa yang bakal terjadi. Dan ia sudahmemperhitungkan setiap langkahnya. Dan kalian adalahbrahmana. Jangan seperti orang dungu yang cuma mampumenyesali keada-

Satu-satu mereka melepaskan pelukan mereka. Satu-satumenyeka air mata mereka. Dan kala Rsi bersama istrinyakembali berangkulan untuk kemudian melangkah ke biliknya,semua orang cuma mampu memandang saja. Cuma Partiyang terperangah, karena Ayu Tunjung memberikan perintahpadanya untuk menyiapkan air bunga satu jamban penuh.Kedua pasangan itu akan mandi jamas.(mandi kramas tengahmalam untuk menyucikan diri) Lima orang pengawal AyuTunjung tak henti-hentinya menangis.

Suara burung gagak dan burung kolik pada tengah malamitu memberikan isyarat yang diterjemahkan dalam artitersendiri oleh orang-orang Songgon. Malam itu para cantriktidak tidur. Mereka mengerahkan semua orang tua di Songgonuntuk memasuki pura-pura dan membacakan lokananta(mantra pelebur dosa) agar Rsi Ropo beserta istrinyadiselamatkan oleh Hyang Maha Durga. Maka asap orangmembakar kemeyan membubung tinggi ke langit kelam.Bintang-bintang mengintip dari balik mega. Sang ratu malamjuga malu menampakkan diri. Malu. Karena mereka merasatak mampu mempertahankan bunga yang saat ini tumbuh dansedang mekar di Songgon, yang akan dihancurkan olehkerakusan seorang penguasa. Ternyata semua di bumi ini takada yang mampu membendung kehendak yang berkuasa.

Dalam bilik Rsi Ropo dan Ayu Tunjung seperti sudahmelupakan semua persoalan yang mereka hadapi. Keduanyamerangkai bunga bersama. Bunga berwarna merah dan putihserta kantil kuning, mereka jadikan kalung. Keduanya akansaling mengalungkan kembang itu pada leher masing-masing.Istri pada suami, demikian sebaliknya. Mereka benar-benar

Page 200: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

200

ingin menikmati kemesraan terakhir mereka dengan sebaik-baiknya. Setelah tengah malam mereka melakukan jamas.

Warna kembang yang dipilih oleh Parti juga merah, putih,dan kuning. Warna yang punya makna berani, suci, dan luhur.Betapa terkejutnya kedua orang itu, ternyata Songgon begituramai. Nyanyian lokananta ditembangkan oleh setiap bibirkawula. Besar-kecil, tua-muda, kecuali bayi-bayi, laki-perempuan, duduk di depan mezbah dupa. Keduanya salingpandang dalam haru. Lagi mereka berangkulan. Sementaraitu, Nyi Singa Manjuruh yang sudah melahirkan denganpertolongan seorang dukun bayi, juga menangkap suaratembang dan bau dupa serta kembang yang memenuhi udaraSonggon itu. Meski dilarang turun dari tempat tidur, diaberusaha mengumpulkan kekuatan yang ada, dan tertatih-tatih mengintip dari celah daun pintu yang terbuat dari kayumahoni.

Secara kebetulan ia melihat Rsi Ropo berangkulan denganistrinya. Di bawah sinar pelita yang tertiup angin itu, merekasaling berciuman, kemudian pelan-pelan melangkah menujukamar mandi. Mereka akan melakukan jamas tiga kali. Padajamas ketiga mereka benar-benar memasuki alam suci sebagaibrahmana Ciwa. Jamas kedua akan mereka kerjakan esok saatmentari terbit di ufuk timur. Jamas ketiga memberikan maknabahwa setiap orang yang melakukannya sudah siapmeninggalkan semua dan segala. Itu akan mereka lakukansaat mereka akan meninggalkan Songgon.

"Hamba adalah wanita Ciwa, Kanda, maka jika suaminyamati hamba juga akan mati, Kita memang dua, tapisebenarnyalah kita telah menjadi satu. Biarlah apa yang telahdipersatukan oleh Hyang Maha Dewa, tak boleh dipisahkanoleh siapa pun. Kendati oleh penguasa negeri ini sekalipun."

"Jagat Dewa! Percayalah, aku tidak akan mati! Kita akantetap hidup. Cinta kita akan abadi."

Page 201: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

201

"Keabadian hanya akan tercapai di alam leluhur. Juga cintakita. Bukankah Kanda sendiri yang mengajarkan itu?"

"Jagat Dewa!"

Masih dalam keadaan basah kuyup mereka naik kembali.Suara langkah mereka menarik Nyi Singa Manjuruh untukmenguping dan mengintip. Hatinya berdebar kala pasanganitu berhenti di depan pintu kamarnya.

"Biar, Kanda. Dia sedang istirahat. Ia telah melahirkan bayilelaki yang sehat. Biarlah Singa Manjuruh besok berbahagiamelihat ini semua," bisik Ayu Tunjung.

"Ternyata memberikan kebahagiaan pada orang lain itu taksemudah yang kita bayangkan. Harus melewati sebuahpergumulan. Pergumulan yang panjang. Antara takut danberani."

"Dan kita sudah mengatasi ketakutan itu?"

"Ah..." Rsi mencium istrinya kemudian mengajaknyaberlalu.

Percakapan singkat. Walau dalam bisik, Nyi Singamendengar dengan amat jelas. Telinganya cukup terlatih kalatinggal dalam persembunyian bersama suaminya satu tahunlalu. Dan semua yang didengar itu telah meruntuhkan airmatanya untuk kesekian kalinya. Ia harus mengakui, setiaporang memiliki rasa takut itu. Persoalannya sekarangtergantung bagaimana cara mengatasinya. Dan Nyi Singamerasa berdosa memaksa orang lain mengempaskanketakutan demi kepentingan pribadinya. Ah, ternyata akuseorang lemah, keluhnya dalam hati. Tak mampu mengatasikesulitan sendiri. Dan orang lain harus mengorbankankebahagiaan yang baru saja mereka raih beberapa bulan lalu.Bahkan mungkin nyawa mereka.

Sementara itu Ayu Tunjung tenang dalam dekapansuaminya. Tanpa sadar mereka terlena. Ayu Tunjung merasa

Page 202: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

202

berjalan di padang yang amat luas. Berdua, bergandengantangan dengan suaminya. Tiba-tiba saja udara menjadimendung. Dan hujan lebat pun turun. Tak ada tempatberteduh. Keduanya berlari. Hujan makin lebat saja. Entahbagaimana caranya, tahu-tahu di hadapan mereka ada banjiryang menyongsong. Airnya berwarna merah. Darah! Banjirdarah! Suara-suara tanpa manusia berteriak-teriak. Keduanyamembalikkan badan. Tapi di belakang mereka juga ada banjir.Sama. Banjir darah. Mereka terkepung air yang berwarnamerah. Dan hujan yang membasahi tubuh mereka jugaberwarna merah. Hujan berubah menjadi hujan darah. Banjirbandang dengan air merah tiba-tiba saja merenggutsuaminya. Dan terus terbawa arus. Ia berusaha mengejar.Menggapai. Berteriak memanggil. "Kanda!" Makin lama makinjauh. Ia juga memanggil makin keras. "Suaminda!"

"Ya, Adinda..." Suara itu berbisik kini. Sebuah tanganmengguncang bahunya perlahan. Setelah itu denganmesranya menyeka keringat yang keluar dari pori-poridahinya.

"Kau mengigau, Istrinda...."

"Oh, Kanda... ampunkan hamba."

"Mimpi apa lagi harini? Kemarin mimpi tangan raksasamerenggutmu dari pelukanku. Nah, sekarang?"

Mas Ayu mencium dan merangkul suaminya. Kokok ayamsudah bersaut-sautan di kandang. Pertanda sebentar lagifajar. Ayu menceritakan semua mimpinya. Tidak tahu, apasebabnya dua malam ini ia terganggu oleh mimpi.

"Kita bersiap untuk jamas kedua. Lalu masuk pura. BiarlahHyang Maha Durga memberikan ketenangan bagi jiwa kitaberdua."

"Hyang Dewa Ratu!" Ayu menyebut. Dengan mesra pulasuaminya mencium. "Inilah batu ujian untuk kita, Kanda."

Page 203: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

203

"Ya. Apakah kita benar-benar bisa gineng pratidina(berguna setiap hari bagi kepentingan orang banyak)"

Kembali keduanya meronce bunga, setelah sebelumnyabunga itu dicelup dalam air asam bercampur air kelapa sertaramu-ramuan lainnya agar tidak cepat layu. Ufuk timur cepatmenjadi merah keemasan kala keduanya melakukan jamaskedua. Setelah itu kembali mengenakan busana mori putihbuatan India, mereka naik ke pura dengan diikuti oleh paracantrik, sayu, dan murid-murid lainnya. Mereka masuk ke alamlain. Alam leluhur. Membuat dunia seolah jauh mengabur.

Di halaman pura seluruh kawula Songgon telah berkumpul.Ikut berdoa. Tapi yang lebih penting dari itu, mereka inginbersemuka dengan sang Rsi dan istrinya. Lama. Lama sekalimereka menanti. Tapi mereka tak jemu. Tak bergeser. Takbergeming. Setia. Duduk di pelataran tanpa peduli? tempatnyaberdebu, atau terkena kotoran ayam, anjing, kucing, atauhewan lainnya. Ternyata harapan dan pengorbanan merekaitu tidak sia-sia. Rsi Ropo keluar didampingi istrinya serta paracantrik dan sayu. Ayu Tunjung dan suaminya sama-samaterkejut. Jantungnya berdebar.

"Dirgahayu!" tiba-tiba suaminya berteriak pada ribuanorang yang berkerumun di pelataran itu. Bahkan ada yangmemanjat pohon. Atau ada yang membawa lincah (amben)atau bahkan ada sebagian yang memanjat bubungan rumah didekat pura itu.

"Dirgahayu!!!" sahut mereka serentak.

"Belum diberi aba-aba untuk berkumpul, tapi kalian sudahberkumpul di sini. Ada apa?"

"Kami perlu amanat! Kami perlu keterangan, yang jelas!"mereka bersaut-sautan. Membuat Rsi tersenyum sambilmenghela napas.

"Apa yang harus aku jelaskan?"

Page 204: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

204

"Yang Tersuci mengenakan busana puputan. Jugamengenakan sumping kembang kemboja. Apa artinya?"semua, orang berteriak.

Rsi Ropo diam sebentar sambil memandang istrinya. AyuTunjung tersenyum. Seolah memberi dorongan. Sirna sudahkeraguan yang dicipta-kan oleh mimpi-mimpi. *

"Baiklah! Tenanglah! Dan dengar baik-baik!"

"Hamba, Yang Tersuci!" jawab mereka serempak.

"Apa pun yang bakal terjadi, kali ini tidak akanmempengaruhi hidup kalian. Tapi justru jika ini tidak terjadi,kalian akan menderita. Kalian akan kehilangan lebih banyaklagi. Karena itu, kami berkeputusan sebaiknya kaliankehilangan kami. Kehilangan aku dan Mas Ayu Tunjung." Iaberhenti sebentar untuk menelan ludah. Semua orang diam.Saling pandang satu dengan lainnya. Kemudian berbisik-bisik.Dan suara-suara seperti

suara lebah di sarangnya mulai berkembang. Rsi Ropo tahumereka tidak puas. Karenanya ia berkata lagi, "Tanpa kamikehidupan di Songgon akan berlangsung terus. Nah, besokaku akan berangkat ke Banyuwangi____"

"Jangan! Kita angkat senjata saja!" teriak mereka berapi-api.

"Tidak ada gunanya!" jawab Ropo. "Kita tidak akanmenang. Kematian demi kematian akan segera disusulkepunahan seluruh pribumi Blambangan. AkibatnyaBlambangan akan menjadi milik orang lain kelak. Tapi jikakalian sekarang tidak punah, suatu ketika akan tiba masanya,anak-anak-cucu kalian bangkit kembali dan merebut negerinyayang sekarang dirampok bangsa lain."

Semua orang terdiam mendengar itu. Perkataan Rsi Ropoadalah ucapan dewa. Harus diiakan oleh setiap orang. Masihbanyak lagi yang diuraikan oleh Rsi Ropo yang membuat

Page 205: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

205

mereka makin jelas pada duduk persoalannya. Baru zaman initerjadi, di Blambangan, pengarahan pasukan yangdikarenakan wanita. Memperebutkan wanita. Walau merekatahu cerita macam itu sudah ada dari zaman ke zaman. Tapibukankah Tunggul Ametung dibunuh bukan karena perebutanwanita walau dia sendiri menculik Dedes dari orang-tuanya?Ametung dibunuh karena perebutan kekuasaan.

Mereka bubar setelah Rsi menuju ke pendapa, di manaSinga Manjuruh bersama tiga puluh orang Kompeni sudahmenunggu. Terkesiap darah Rsi Ropo dan Ayu Tunjung. Tapiinilah kenyataan. Kenyataan harus dikunyah, pahit ataupunmanis.

"Dirgahayu, Singa," Rsi menyapa. "Sudahkah kau bersuaistri dan anakmu?"

Singa Manjuruh menjatuhkan diri. Ia menyembah padakedua orang itu. Tidak berkata-kata. Tidak berani memandangwajah mereka. Seolah berhadapan dengan dua malaikatpenyambung nyawa. Badannya gemetar. Karena itu AyuTunjung berkata lagi, "Istrimu sangat rindu. Lebih sepekan iaberusaha membebaskanmu. Kini ia di sini. Dan belum kuatberjalan menjemputmu. Ia masih sangat lemah.Seharusnyalah kau menengok dia di biliknya."

Singa Manjuruh melirik pada Kompeni yang mengepungpertapaan itu. Rsi Ropo mengerti apa maknanya. Maka,

"Katakan pada mereka! Aku akan berangkat bersamamereka! Tapi aku minta izin mandi lebih dahulu. Jangankhawatir! Tidak ada pandita yang menipu. Setelah itu pergilahke bilik istrimu."

"Hamba, Yang Tersuci," Singa Manjuruh menyembah.Kemudian merangkak meninggalkan Rsi Ropo.

"Bukan kebiasaan kami begitu, Singa Manjuruh. Janganmerangkak seperti budak!" Ayu Tunjung mencegah. Kemudiankeduanya bersiap mandi.

Page 206: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

206

Kehadiran Kompeni menarik perhatian anak-anak kecil.Segera saja mereka berkerumun menonton. Makin lama makinbanyak. Akhirnya berjubel. Hal itu tentu saja menarikperhatian para orangtua mereka. Ikut melongokkan kepala.Kemudian dari satu bibir bersambung pada mulut lainnya.Segera tersiarlah kabar. Semua orang Songgon keluar. Merekaingin tahu wajah para penjemput guru mereka. Orangnyategap-tegap. Wajahnya mereka tegang. Berjalan mondar-mandir dengan senjata di tangan.

"Mereka akan menculik guru kita. Mas Ayu Tunjung," bisikseorang gadis pada temannya.

"Menculik? Guru kita?"

"Ya. Akan dibawa ke Banyuwangi!"

"Tidak!" tiba-tiba gadis yang diberitahu tadi berteriak."Jangan bawa Mas Ayu Tunjung!" teriaknya menarik perhatiansemua orang.

"Ada apa?" tanya lainnya.

"Mereka penculik! Mereka akan bawa guruku!" gadis itumenangis. Bahkan meraung-raung sambil bergulung-gulung ditanah.

"Mereka penculik?" anak-anak kecil lainnya juga bertanya.Dan kata-kata itu bersambung-sambung. Membuahkan tangismelolong-lolong di kalangan anak kecil. Seorang anak laki-lakimemberanikan diri memungut batu. Kemudianmelemparkannya ke rombongan Kompeni yang sedangberjaga-jaga. Satu batu disusul oleh batu lainnya. Satu anakdisusul oleh beberapa orang anak. Teman-temannya ikutmelakukan hal yang sama. Berteriak-teriak.

"Jangan bawa Mas Ayu! Jangan culik Mas Ayu!" bersaut-sautan suara mereka. Memancing orang-orang tua juga ikutmelakukannya. Semakin banyak lemparan batu dan teriakan-

Page 207: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

207

teriakan menuduh, membuat mereka harus berlindung di baliktembok pagar pertapaan.

"Bandit! Pembunuh! Jangan jamah Mas Ayu." Beramai-ramai mengepung Kompeni yang makin ketakutan. Pemimpinrombongan melarang mereka menembak. Sebab mereka tahuhal itu akan membuat nyawa mereka melayang. Pendudukbisa melakukan perlawanan yang lebih menakutkan. Bukanmenggunakan batu lagi tapi senjata yang mereka miliki.Untunglah saat begitu Rsi Ropo dan Mas Ayu Tunjung segerakeluar. Batu-batu segera berhenti demi mereka melihat Rsiberdiri di ambang gerbang pertapaan.

"Berhenti!" teriak Rsi. Dan semua menjadi tenang seketika.Pandangan Rsi tajam mengarah pada semua orang. Lalu AyuTunjung tampil dan berkata dengan keras,

"Dirgahayu!"

"Dirgahayu!!!" jawab semua orang, besar dan kecilserempak.

"Kami hendak pergi meninggalkan kalian. Bukan berartikami berkhianat atas sumpah yang telah kami ucapkan padakalian. Tapi kami tidak ingin melihat kalian menderita lebihlama lagi." Ayu Tunjung mempesona semua orang."Kekalahan laskar Bayu telah dibayar dengan penangkapansemua anak-anak kita laki-laki dan perempuan, dan merekabawa ke negeri asing untuk dijual dan dijadikan budak. Orang-orang dewasa yang tidak sempat melarikan diri, laki danperempuan, ditangkap dan kepala mereka dipenggal sertamereka gantung di pohon-pohon, di tepi jalan-jalan raya.Karena itu, relakanlah kami. Nah, selamat tinggal dandirgahayulah kalian di Songgon! Hyang Maha Qiwa menyertaikalian!"

Wanita itu kemudian menuntun suaminya menurunigerbang. Bagai laron kawula Songgon menyerbu. Semuamenjatuhkan diri. Menangis dan menyembah. Anak-anak lari

Page 208: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

208

meratap di kaki Mas Ayu Tunjung. Sehingga wanita yangsudah mengenakan kain mori putih sebagai pembungkustubuh bagian bawahnya itu sulit melangkah. Terpaksa AyuTunjung mengelus kepala mereka dan memberikan semangat,penghiburan, dan beberapa patah kata-kata. Pelan-pelanmereka dapat berjalan. Pelan sekali seperti rombongan semut.Ada beberapa anggota Kompeni yang melihat itu, dengantidak sadar matanya menjadi basah. Di kiri-kanan jalan kawulaSonggon berjajar menaburkan bunga. Mawar, melati, kantil,dan kenanga. Mereka lemparkan agar mengenai tubuh duapemimpin mereka. Dan kala keduanya sudah lewat, bunga itumenjadi rebutan. Terutama yang terinjak oleh kaki keduapemimpin itu. Mereka akan simpan kembang itu dan akandijadikan pusaka atau jimat. Ratap tangis terdengar sepanjangjalan. Bahkan ada yang kurang puas dengan cuma menaburbunga. Tapi banyak yang kemudian melemparkan kain-kain,daun-daun kelapa, dan pisang, atau apa saja untuk melambaritanah yang akan dilewati oleh sang Rsi. Dan setelah sang Rsidan istrinya lewat semua diambilnya. Mereka ciumi danmereka ratapi. Sepanjang jalan menuju perbatasan desapenuh dengan kain-kain. Sutera dan mori. Bahkan ada jugapermadani. Juga penuh . dengan orang, berjejal sambilberteriak-teriak, menangis. Tapi Rsi dan istrinya cumatersenyum dan melambaikan tangan. Barisan sayu di belakangmereka. Kemudian para cantrik. Setelahnya Kompeni yangmenuntun kuda-kuda mereka. Muka mereka banyak yangmengeluarkan darah karena terkena lemparan batu.

Di gerbang batas desa, Janaluka telah menyiapkan sebuahpedati dengan ditarik oleh dua ekor kerbau. Pedati yang jugadialasi oleh kain mori putih. Dinding sampingnya juga dihiasoleh Janaluka dengan janur dan kembang. Di sini pun berjubelkawula Songgon yang ingin mengantar pemimpin mereka keBanyuwangi.

"Jangan kalian ikut! Jangan kalian tangisi kami. Tapipikirkanlah masa depan kalian. Pikirkanlah anak-anak, cucu

Page 209: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

209

kalian. Karena di tangan merekalah masa depan Blambangan!Meskipun aku tiada, aku akan tetap ada! Aku akan menyertaikalian." Rsi Ropo mengangkat tubuh istrinya ke atas pedati.Dan kemudian ia sendiri naik. Namun sebelum pedati itubergerak, seseorang berteriak-teriak keras sambil menyeruakdari gerumbul manusia yang berjubel itu.

"Yang Tersuci! Tunggu!" Singa Manjuruh berdiri di sampingkanan pedati. Sebelah tangannya memegang bibir pedati.

"Ampunkan hamba, Yang Tersuci, Yang Mulia. Janganlahkiranya Yang Tersuci melanjutkan perjalanan ini. Biarlah leherhamba tergantung di Banyuwangi." Lelaki kurus itu menangis.

"Tak layak seorang brahmana ingkar janji, Singa Manjuruh.Jangan seperti anak kecil! Aku rela bekerja apa saja demikeabadian. Bukan untuk keenakan pribadi. Jangan gundah! kutitip Songgon padamu. Ingat-ingat! Aku tak pernah mati. Dantak akan pernah mati. Karena aku sudah mempersembahkansemua dan segala bagi tanah kelahiranku yang tercintaini____"

"Yang Tersuci..."

"Juga bagi manusia dan kemanusiaan! Bagi hidup dankehidupan! Nah, selamat tinggal! Dirgahayu bagi semua!"Pedati segera bergerak lamban. Lamban sekali. Lalu agakcepat, dalam iringan derai air mata dan ratap serta lolong.Jangankan manusia, anjing-anjing pun melolong-lolong. Makinjauh, dalam iringan pasukan berkuda. Para sayu dan cantrikmasih saja berdiri dengan kedua tangan yang tertelakup didepan dada mereka. Menyembah. Dan tangisan yang takterbendung. Laki-perempuan, besar-kecil, tua-muda, kanak-kanak dan kakek-nenek, semua meruntuhkan air matanya.Bahkan seolah dalam mimpi, mereka tidak mampu bergemingdan beranjak. Bukan cuma beberapa bentar. Tapi beberapalamanya.

Page 210: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

210

Sampai debu yang mengiringkan rombongan itu sudahlenyap pun mereka masih mematung di sana. Gelegar suarapohon tumbang membuat mereka terperangah. Apa yangmereka lihat ternyata bukan hanya mimpi. Kendati hatiterkungkung dalam tanya, mengapa semua ini mesti terjadi?

***

Kenyataan yang dilihat oleh Schophoff dan Pieter Luzac,atau Juru Kunci serta Wiraguna sungguh amat mengejutkan.Dermaga sepi dari pengangkut barang kendati Singa Manjuruhsudah dikirimkan ke Songgon. Bahkan Rsi Ropo sekarangsudah berada di Banyuwangi. Demikian pula pekerja yangmembangun loji. Padahal para tamu sudah mulaiberdatangan. Para wedana atau demang dan seluruh bekelsudah harus berkumpul untuk menghadiri upacara peresmianBanyuwangi sebagai ibukota baru Blambangan. Dan secararesmi kini seluruh Blambangan cuma diperintah oleh seorangadipati. Adipati Wiraguna!

Jalan-jalan belum sepenuhnya rapi. Para pembersih takmenampakkan batang hidungnya. Kalau saja ada yangmuncul, mereka tidak melakukan kegiatan apa-apa kecualiduduk-duduk. Wiraguna bertanya langsung pada para bekel,mengapa anak buah mereka tak muncul justru pada saatwisuda sudah kurang lima hari lagi. Tapi mereka juga tak tahumengapa. Namun Wiraguna berusaha menahan diri. Ia sibukmenerima para pembesar dari manca negara.

Sementara itu Rsi Ropo di pesanggrahan bersama istrinya,sama sekali tidak menduga diperlakukan dengan amat ramaholeh Juru Kunci yang menyambutnya di batas kota. Namunpada sore harinya Rsi dimohon menghadap ke kadipatensendiri. Mas Ayu Tunjung tidak diperkenankan ikut karenatatanan baru yang berlaku di Blambangan sekarang tidakmemperkenankan wanita tampil di depan umum.

"Jagat Bathara! Bukankah aku beserta suamiku?" AyuTunjung tidak terima.

Page 211: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

211

"Ampun, Yang Mulia... Jika Yang Mulia ingin menyertaimaka kami akan menyediakan kereta tertutup untuk YangMulia. Karena di Banyuwangi tidak boleh ada seorang putriberdandan seperti Yang Mulia ini. Lagi pula kami inginmembicarakan keadaan Blambangan yang makin tegang inidengan Rsi. Cuma sebentar, Yang Mulia."

Tidak bisa tidak. Ayu melepas suaminya dengan ciuman. Iatinggal di pesanggrahan itu dengan ditemani oleh paradayang. Di samping penjagaan Kompeni yang ketat. Tiaporang yang keluar atau masuk diperiksa dengan cermat. Dania berdoa, agar suaminya yang pergi bersama Juru Kunci itutidak menemui suatu apa pun, yang mencelakakannya.

Tapi Rsi Ropo sudah menduga apa yang bakal terjadi.Langkahnya tetap. Tatapan matanya tidak pudar, kala iamelangkah memasuki pendapa kadipaten. Tidak seperti biasa,sekarang duduk di sana Schophoff yang sengaja datang dariPangpang bersama Pieter Luzac, menemani Wiraguna. Satukursi lagi disediakan buat Juru Kunci. Mereka berharap Rsingelesot di lantai. Namun itu tidak pernah dilakukan Rsi Ropo,kecuali di hadapan ayahnya, Wong Agung Wilis.

"Dirgahayu!" sapa Rsi Ropo sambil menatap tajam padaWiraguna. Adipati itu berdebar. Apa yang ada di kepala RsiRopo, maka ia telah mengenakan pakaian puputan seperti ini?Busana serba putih dengan sumping kembang kamboja ditelinga kanannya. Hampir ia tak mampu berkata-kata kalauJuru Kunci tidak menyembah, "Inilah Rsi Ropo dari Songgon,Yang Mulia."

"Oh, silakan duduk Rsi," katanya gugup.

Tapi Rsi Ropo tidak duduk.. Karena memang tidakdisediakan tempat duduk. Sebagai jawabannya cumasenyuman. Sambil menajamkan mata. Dan Wiraguna makingugup. Matanya mencari-cari pegangan.

Page 212: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

212

"Maafkan, eh, ampunkan kami, Yang Tersuci, tidak tersediabanyak tempat duduk di sini____"

"Aku bukan Singa Manjuruh. Aku seorang rsi. Tak adaaturan seorang brahmana menyembah pada para satria."

"Itu dulu, Yang Tersuci. Tapi sekarang zaman sudahberubah. Demikian pula semua tatanan," Juru Kunci yangmemulai. Dendamnya mulai membara lagi. Bukankah orang iniyang membuat ayahnya harus mati ketakutan?

"Zaman boleh berubah. Tapi jatidiri tidak boleh beranjak.Dan kalau itu dipaksakan, maka aku akan pergi sekarang.Kalian mengundang aku untuk berunding. Bukan untukmenyembah." Orang muda yang berpakaian jubah putihdengan kalung emas dengan medali bergambar bunga terataisebesar telapak tangan itu membalikkan tubuhnya. Tidakmenghormat pada siapa pun. Kendati ada seorang residen disamping Adipati.

"Keras kepala!" Schophoff membentak. "Jangan teruskanmelangkah! Supaya para pengawal istana ini tidakmembunuhmu seperti membunuh anjing kurap!"

"Tunggu kau, penculik istriku!" Wiraguna punmemberanikan diri. Dan kata-katanya itulah yangmemberhentikan langkah Rsi Ropo. Orang itu berbalik. Dandengan berdiri tegak, kaku, serta mata seperti mata rajawali iamenuding muka Wiraguna.

"Kau yang berkata tadi?" Rahang Rsi Ropo menegang."Mengapa berani kauucapkan pertanyaan yang seharusnyadiperuntukkan bagimu itu? Aha... barangkali kau sudah mulaikehilangan rasa malu sehingga kau sudah sama seperti paraperampok bule yang ada di sampingmu itu!" Rsi tertawa.Kumisnya yang kecil melintang itu tertarik ke atas sesuaio!engan gerakan bibirnya.

"Diam!" Pieter Luzac berdiri. Badannya menggigil. "Kamiyang menyelamatkan Blambangan dari keruntuhan. Kami

Page 213: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

213

membangun Blambangan! Bukan kamu! Kamu cuma pintaromong!"

Mata Rsi Ropo tidak berpindah. Cuma lirikan kecil saja yangmemperhatikan gerakan Pieter. Wiraguna makin tak beranimemandangnya.

"Jika dunia percaya pada kalian, tentulah karena yang kiniberkuasa di seluruh muka bumi adalah kaum drubiksa laknat!"

"Kurang ajar!" Pieter hampir kehabisan sabar. Matanyamenyala.

"Kawula Blambangan belum sedungu yang kaukirasehingga dapat percaya begitu saja terhadap keteranganmu!Apa yang mereka lakukan semua ini karena terpaksa. Bukankarena percaya, an, bagaimana mereka bisa percaya padakalian? Untuk menaikkan Mas Ngalit ke atas tahta, kalian telahmemancung hampir tiga puluh lima ribu sisa orangBlambangan yang telah meletakkan senjata. Bahkansebahagian besar wanita dan orang-orang tua, yang tidakberdaya. Kemudian kepala mereka kalian gantung di mana-mana? Ha... ha... ha... itukah yang beradab? Manusiaterhormat dari negeri mulia? Ha... ha... ha..." Rsi Ropomelecehkan.

"Bangsat! Jangan salahkan anak-anak yang membalaskejahatan pasukan Wilis yang lebih dahulu membunuh teman-teman kami! Perwira-perwira kami. Bukankah kami penjagakeamanan Blambangan?"

"Sebenarnyalah, apa yang aku lihat sebelumnya, kawulalebih tenang dengan tanpa kalian hadir di Blambangan."

"Baik. Kau boleh berkata apa saja. Tapi tidakkah kaulihatsekarang, dermaga telah kami bangun menjadi lebih luas, jugakota ini menjadi lebih indah? Rumah dan jalan-jalan menjadilebih teratur?" Juru Kunci ikut nimbrung. Walau hatinya diam-diam kagum terhadap keberanian sang Rsi yang masih mudaitu.

Page 214: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

214

"Zaman Yang Mulia Wong Agung Wilis memang tak adaloji-loji yang berderet rapi seperti saat ini. Tapi bolehkah akusedikit memperbandingkan? Atau aku mau bertanya padakau!" Telunjuknya menuding hidung Wiraguna. "Berapa utangBlambangan? Enam puluh ribu ringgit? Berapa lagi ribanya?Nah, itukah yang menyebabkan semua tatanan harusberubah? Sehingga dulu tak pernah ada pemungutan cukaijalan untuk pedati kawula yang mengangkut hasil bumi kelumbungnya, sekarang menjadi ada. Bahkan semua ternak,semua pohon yang mengeluarkan buah ditarik pajak. Nah, akubersyukur sekarang, dapat bersemuka dengan perampas."Kembali Rsi Ropo tersenyum. Menyakitkan. "Ambillah! Inimemang makna kekuasaan yang sebenarnya. Memaksa danmerampas!"

"Keterlaluan!" Schophoff mendidih.

"Siapa yang keterlaluan? Orang yang membuat bayi-bayidalam kandungan pun berutang, atau 'yang mengajarkankebenaran." Kini Rsi memandang residen itu. Dan melangkahpelan-pelan. Tak urung hati Schophoff jadi berdesir.Ingatannya melayang pada kejadian satu tahun silam.

"Kau tidak menghargai jasa seorang pembangun," Pietermasih berkata. Namun dipotong oleh Rsi Ropo,

"Membangun jalan-jalan untuk memperlancarpengangkutan kekayaan negeri kami ke negara asing? Untukmemperlancar pedati-pedati kalian yang merampok itu?Kereta-kereta berkuda yang juga milik kalian? Ha... ha... ha...semua pembangunan di sini tidak pernah diperuntukkan bagikawula. Tapi untuk kalian!"

"Untuk bersama!" bentak Pieter. Dan kini Rsi menajamkanmata padanya.

"Tidak! Untuk kepentingan kalian semata!" Rsi dingin.

"Penghasut! Pemecah-belah! Kau wajib disingkirkan dari..."

Page 215: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

215

"Itu memang jalan keluar terbaik! Tiap putra terbaik negeriini akan disembelih! Sebab jika tidak ia akan berseru-serumembangunkan kawula yang sedang tertindas ini!" Rsi Ropotetap tersenyum. Sampai Pieter Luzac memberi aba-aba padapara pengawal menyeret Rsi keluar. Tapi Rsi tidak berlutut.Juga tidak taku,t.

"Kami akan mengampunimu, jika kau mau memohonampun," Wiraguna ragu.

"Aku seorang brahmana. Aku belum pernah takut padakematian! Dan ingat-ingat. Kau akan menyesal! Kau akanmenyesal!"

"Tiang gantungan menunggumu!" Schophoff menakut-nakuti.

Ropo tersenyum. Tapi matanya menyala tajam.

Juru Kunci menjadi takut. Belum pernah ia melihat orangsetegar itu.

"Jayalah Blambangan! Dirgahayu Wong Agung Wilis!!" RsiRopo berteriak, sebelum keluar dari ruangan. Beberapa orangtelah membelenggunya.; Kemudian menutup mukanya dengankain.

Mendengar nama Wong Agung Wilis disebut lagi, Wiragunamenggeragap. Keringat dingin mengucur dari seluruhtubuhnya. Sebuah nama yang mampu menjadi sumberkekuatan bagi setiap lelaki dan wanita Blambangan. Semuapembesar itu menjadi pucat. Maka Pieter Luzacmemerintahkan pada seorang pengawal supaya memberitahukomandan benteng, agar penggantungan Rsi Ropo dilakukandi pantai nanti malam. Dan agar hal itu sangat dirahasiakan.

Sepeninggalan pengawal itu, pendapa menjadi hening.Senja pun mulai turun. Pesta sudah dimulai. Para tamu sudahberdatangan. Tapi Wiraguna masih termenung.

Page 216: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

216

"Jangan pikirkan lagi pengkhianat itu, Yang Mulia," PieterLuzac menenangkan hati Wiraguna. "Ia akan menerimaganjaran atas semua ulahnya. Pikirkanlah sekarang bagaimanacaranya memberi kebahagiaan pada Garwa Padmi." BibirPieter tersenyum di sela kumis dan jenggot yang mulaitumbuh. Tidak seperti Schophoff yang suka * mencukurjenggot dan kumis sesudah perang usai. Kini Schophoff punterbangun dari lamunannya. Terbahak-bahak. Juru Kunci ingatsesumbar Ayu Tunjung. Bahwa Wiraguna lelaki yang cumaberani berlindung di balik pinggul kakaknya. Maka ia mencobamenjajagi hati pimpinannya.

"Tidakkah Yang Mulia ingin menjumpai garwa padmi malamini?" pancingnya.

"Ingin, tapi kenangan ini amat mengerikan. Hamba takut,"bisik Wiraguna.

"Apa yang ditakutkan? Malam ini para penari akan mulaimenari di alun-alun. Lampu-lampu akan segera dinyalakanorang."

"Aku takut Rsi Ropo tidak bisa mati. Dan datang ke sini"

"Itu tidak mungkin, Yang Mulia. Sebaiknya sekarang kitalupakan orang itu."

Memang malam itu adalah awal pesta bagi peresmianibukota baru. Semua kesenian sudah didatangkan. Di alun-alun juga sudah dipersiapkan tempat tayup. Walau belumsemua undangan tiba. Baru dari Sidayu dan Madura sertaProbolinggo. Sedang Surabaya dan Pasuruan serta parapembesar termasuk Gubernur belum memasuki pendapa.

Meskipun begitu, kala malam mulai turun orang-orangsudah mulai memadati tempat-tempat hiburan. Terutama dialun-alun. Kesempatan begitu juga dipergunakan oleh parapenjudi untuk membuka arena dadu, atau main kartu Cina.Dan memang penduduk Banyuwangi yang selama ini bekerjamembabat hutan, kuli dermaga, pekatik, petani, dan lain-lain

Page 217: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

217

sudah sangat haus hiburan. Maka tak mengherankan jikasemua tempat hiburan makin padat.

Justru di saat seperti itu, kedai minuman makin ramai.Pasukan pengawal yang iri melihat para pemimpin merekamendapat kesempatan minum di kadipaten, melampiaskanperasaannya di kedai-kedai. Bermabuk-mabukan. Dan semakinmalam semakin panas. Lebih dari itu, semakin banyakpasukan pendudukan, dengan tanpa disadari oleh semuaorang, jumlah wanita penghibur semakin bertambah terus.Dan bila ditanya apa penyebab makin banyaknya sundal diBlambangan atau di seluruh muka bumi ini, pastilah tidak adayang berani mengatakan dengan tepat penyebabnya. Tapiyang jelas sebagian besar dikarenakan pengaturan tatakehidupan yang memberikan warna kemajemukan, danmelahirkan perbedaan kaya dan miskin yang amat menyolok.Kelobaan si kaya yang memaksakan ketergantungan makhluk-makhluk miskin. Dalam ketergantungan tercipta persundalan.

Dalam hiruk-pikuknya pesta-pora, Pieter Luzacmemerintahkan sepuluh orang terpilih untuk menggiring RsiRopo ke tempat yang telah dipersiapkan. Di sebelah utaradermaga. Ia sama sekali tidak percaya Rsi Ropo mampumeluputkan diri dari tali gantungan. Schophoff sendiri inginmenyaksikan penggantungan itu, kendati hatinya keder.Namun karena Mas Ayu Arinten telah hadir, maka ia memilihuntuk menemani wanita itu, malam ini.

Pieter Luzac benar-benar tidak habis mengerti. Kendatikematian sudah di ambang pintu, Rsi Ropo tetap berjalantegar. Ia tidak mau ditutup matanya. Senyum tetaptersungging di bibirnya. Mungkin saja orang ini menghiburatau membera-ni-beranikan diri. Mana ada orang tidak takutmati? Yang membuat Pieter ingin segera membungkam mulutRsi Ropo, ialah sepanjang jalan orang itu selalu meneriakkansemboyan, "Jayalah Blambangan! Dirgahayu Wong AgungWilis!" Dan itu tidak berhenti sampai di pantai. Walau berulang

Page 218: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

218

kali disuruh berhenti dan dibentak. Dan teriakan itu pula yangmembuat bayangan hitam berkelebat, menyelinap dari satupersembunyian ke persembunyian lainnya, bagai rombonganhantu mengikuti ke mana rombongan itu pergi. Pieter Luzactidak mengetahui hal itu. Ia pikir semua orang terseret arushiruk-pikuknya orang berpesta-pora.

Sampai di tempat ia langsung memerintahkan agar Rsidinaikkan ke atas sebuah kereta berkuda. Tali sudah tersediadi antara dua tiang yang rupanya didirikan buru-buru sore tadidan atasnya dihubungkan dengan sebuah kayu kokoh sebesarpaha melintang. Tanpa banyak cingcong kepala Rsidimasukkan ke dalam lingkaran tali.

"Tidak kau ikat tanganku?" tanya Rsi pada algojodisampingnya. Algojo itu bertugas mencambuk kuda jika aba-aba sudah diucapkan oleh Pieter Luzac. Dan untuk kesekiankali algojo menjadi gugup. Selama ia menjalankan tugaspenggantungan belum pernah menjumpai yang seperti ini.Namun sebelum ia menjawab terdengar Pieter Luzac bertanyapada Rsi Ropo,

"Masih ada kesempatan bagimu, Ropo. Mintalahpengampunan."

"Persetan dengan ocehanmu! Jayalah Blambangan!Dirgahayu, Wong Agung Wilis! Demi Hyang Maha Ciwa, akutidak akan pernah minta ampun!" teriak Rsi Ropo.

"Baik!" Suara Pieter agak bergetar. "Satu!" Diam beberapabentar. "Dua..." Pieter menunggu lagi beberapa bentar.Kemudian dia mengokang bedilnya, dan... dor! Pieter Luzactak sadar bagaimana mulainya, tahu-tahu ia terjerembap.Dada kirinya seperti dihantam benda keras. Laras bedilnya takterarah ke dada Rsi Ropo. Dan di bawah remang sinarrembulan ia melihat kereta bergerak. Dan kuda berlari cepattapi Rsi Ropo tetap berdiri di atasnya. Rentetan tembakanterdengar lagi. Tapi bukan Ropo yang rubuh. Justru parapengawalnya berjatuhan. Ia berusaha bangkit. Tapi tenaganya

Page 219: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

219

hilang. Bahu kirinya nyeri dan basah. Sebagai perwira iasegera sadar. Maka ia merapatkan diri ke tanah.

Ternyata Harya Lindu Segara bertindak cepat. Beberapaanak buahnya menyusup ke kota bagai serigala mencarimangsa. Merunduk dalam kegelapan. Mengintai. Kemudianbertindak. Sebelum aba-aba ketiga berbunyi, sebutir pelurumenghantam Pieter dan sebuah pisau tertancap di punggungsalah seorang algojo yang berdiri terdekat dengan Rsi Ropo.Dan sebilah pedang berkelebat memotong tali di atas kepalaRsi, sehingga putus, bertepatan dengan gerak terkejut darikuda penarik kereta. Tentu Ropo tak sempat membuang tali dilehernya. Ia biarkan melingkar. Sebab ia ingin memburu waktuuntuk mengambil istrinya.

Bersamaan dengan itu suasana perjamuan makin riuh.Wiraguna memang mampu melupakan kejadian tadi sore.Entah berapa cawan yang ia teguk. Juru Kunci memangpintar. Tanpa sesadarnya telah minum ramuan obat yangbiasa diminum oleh Juru Kunci. Tak ayal, bayang-bayang SriTanjung menggodanya. Maka ia berbisik pada Juru Kunci agarmelanjutkan pertemuannya dengan para tamu. "Hamba inginmenengok Garwa Padmi, Yang Mulia."

"Ingat-ingat pesan Tuan Schophoff. Jangan lupa, bawakeris Raden Harjuna itu, agar Yang Mulia Garwa Padmihemh..."

"Ya, ya, terima kasih." Wiraguna membetulkan letak kerispemberian Schophoff. Ternyata semua orangmemperhatikanku, pikirnya. Beberapa bentar kemudianmenyelinap ke tempat keretanya mangkal. Kereta itudisiapkan untuk mengantar tamu-tamu ke pesanggrahan yangdisiapkan.

Tanpa banyak omong, kusir segera menggerakkan keretaberkuda itu ke arah pantai. Tidak terlalu jauh. Kemudianberhenti di depan sebuah gedung besar yang dilingkaripekarangan luas. Dan ia langsung menuju taman. Karena ia

Page 220: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

220

merasa pasti, Sri Tanjung ada di situ. Beberapa pengawalsegera menyingkir ke gerbang. Mereka takut mengganggu.Namun oleh Juru Kunci mereka dilarang meninggalkan tempatkecuali waktu gilir jaga.

Dugaan Wiraguna memang tepat. Mas Ayu Tunjung yangdia juluki Sri Tanjung itu memang sedang resah berjalan-jalandi seputar kolam. Sebentar-sebentar ia perhatikan bungateratai putih yang terayun-ayun karena silir angin. Sejak siang,dia menanti kehadiran suaminya yang diundang ke istana.Begitu banyak dayang yang disediakan untuk melayaninya.Namun tak sepatah pun ia menjawab setiap perkataan,apalagi permintaan mereka. Pakaian dan kemben yangdipersembahkan padanya dilempar ke tanah. Padahal kembenberenda emas. Mahal. Semua wanita pasti mengingini. Kainparang sidamukti, batik dari Mataram juga dilempar jauh-jauh.Batik termahal di Mataram. Semua dayang berbisik satudengan lain, ternyata wanita paling cantik dalam abad ini diBlambangan itu seorang pemberang.

Setiap kali Ayu Tunjung melempar pandang ke pintu tamanitu. Kalau-kalau suaminya sudah kembali. Tapi setiap kali iamelakukannya, setiap kali debar jantungnya mengencang. Adaapa dengan suaminda? Lolong anjing berulang terdengar diluar pagar. Bersaut-sautan. Namun membaur dengan gelaktawa para pemabuk di pesta peresmian kota itu. Para dayangmenghentikan penuturan mereka. Karena Ayu tidak sukamemandang mereka.

Tiba-tiba ia memekik perlahan. Dari kejauhan telinganyamenangkap suara letusan. Tentu bukan sekadar petasan. Danbeberapa bentar kemudian disusul oleh beberapa letusan lagi.Tanpa sadar ia mengucapkan doa. Para dayang yang bukanorang Blambangan itu tak mengerti makna kata-katanya.Seribu tanya bermunculan dalam tiap sudut hatinya.Selamatkah dia? Perhatiannya tercurah pada suami yang tidakia ketahui nasibnya itu, membuat pengamatannya jadi kurang

Page 221: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

221

peka. Terbukti dengan ketidaktahuannya akan kehadiranWiraguna di belakangnya. Cukup lama lelaki itu mengamatitiap lekuk punggungnya. Sementara para dayang bergesermenjauh pelan-pelan, sambil berbisik-bisik satu denganlainnya.

"Makanya, tak mau mengenakan kemben. Memang sengajadisediakan pada Raden Tumenggung. Biar mudah...."

"Sstts, jangan begitu. Kau tak lihat mukanya yangbermendung itu? Kau juga tidak lihat suaminya yang gantengtadi sore barangkali."

"Buat apa tampan kalau miskin? Raden Tumenggung itu?Hemh, kurang apa? Tampan, kaya, berkuasa. Siapa yang takingin diperistri-kannya? Dia bermuram kan karena ada kita.Coba kita intip. Ia pasti akan meringkik-ringkik seperti kudabetina."

"Hus..." Kemudian mereka bersama-sama bersepakatmengintip di tempat tersembunyi.

Wiraguna sendiri sukar memulai pembicaraan. Tapi aneh.Birahinya begitu tinggi. Mengentak-entak tanpa dapat ditahan.Maka entah keberanian dari mana yang membuatnyamelangkah maju dan mencoba meraba pundak mulus dibawah sinar rembulan itu. Namun sebelum langkahnya dekat*benar, ia menginjak sebuah ranting kering. Gemertaksuaranya mengejutkan Ayu Tunjung. Dilihatnya ada lelakiberbusana tidak seperti suaminya. Matanya-yang terlatihdalam gelap segera mengenal lelaki yang berdiri dihadapannya.

"Wiraguna?" ia terpekik perlahan. .

"Sri Tanjung... mari ..." Napas Wiraguna memburumenahan nafsu. Ia mendekat. Dan berusaha memeluk sangputri. Namun tiba-tiba wajahnya terasa panas. Telapak tanganAyu Tunjung bergerak cepat: plakk!

Page 222: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

222

"Sri Tanjung!" Wiraguna terkejut. Ia pegangi pipinya."Tidak ada istri yang segalak kau, Manis."

"Sejak kapan kau belajar berani seperti ini. Atau memangdemikian pendidikan adiluhung dari tatanan baru diBlambangan? Berpura-pura ramah, santun, namun kurang ajarpada istri orang? Sungguh hebat nilai adiluhung yangkauciptakan itu!"

Gugup juga Wiraguna mendengar itu. Apalagi Tunjunglebih mundur lagi. Tapi keinginannya menyunting perempuanini sudah tak tercegah lagi. .

"Tak pantas seorang istri berkata seperti itu padasuaminya."

"Hyang Dewa Ratu! Sejak kapan kau menjadi suamiku?".Tunjung gemetar menahan marah. "Tidakkah kau sadarbahwa seorang satria Blambangan tidak akan pernah bersatudengan penjual negara dan bangsa, seperti dirimu. Kaupengkhianat yang bertopeng santun, dan murah hati. Tapi kautak pernah menyesal apalagi bertindak untuk melindungiputra-putra Blambangan yang diperbudak, dandipersundalkan! Tidak, karena kau sendiri sukamempersundalkan orang lain! Jika suamiku memang telahkalian bunuh, maka sekarang kau harus membiarkan akupergi." Ayu Tunjung melangkah. Tapi Wiraguna nekat.Mencegat dan berusaha memeluk Ayu Tunjung.

"Sri Tanjung! Semua permintaanmu akan kukabulkan. Asalmau jadi istriku. Sungguh! Sung..." Kepalan Ayu Tunjungmenghentikan kata-katanya. Keras sekali. Mulutnyamengeluarkan darah. Kini Ayu Tunjung berkacak-pinggang.Diterpa sinar purnama wajahnya kian gilang-gemilang.Sekalipun tanpa senyum. Matanya memantulkan cahayarembulan. Ia membetulkan letak sumping kembang kembojadi kupingnya, kemudian kembali berkacak-pinggang.Sementara Wiraguna memandangnya dengan napas yang kianmemburu. Matanya nanar. Kain mori putih bikinan India

Page 223: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

223

menutup ketat bagian bawah tubuh Mas Ayu dan naik ke atasmenutup sebelah dari susunya. Sebuah susunya tetap terbukadengan putik tertutup kembang emas bertatahkan bebatuan.Tentu amat mahal. Pending di bawah pusar juga bertatahkanmanikam. Gila. Namun pusar itu yang membuat air liurWiraguna naik-turun.

"Sri Tanjung..." Wiraguna setengah sadar. Bergerak maju.Walau bibirnya menebal. Namun pengaruh arak dan obat-obatan dari Juru Kunci telah membuatnya seolah tak merasasakit. Keringat membasahi tubuhnya. Itu sebabnya ia melepasbaju kebesaran yang tebal itu dan melemparkannya ke atasbatu. Sementara itu para pengintip saling berbisik lagi,

"Sudah... mulai. Coba ingin lihat aku, menyerah tidak," bisiksalah seorang sambil senyum-senyum. Namun belum lagihabis kata-katanya, mereka melihat Wiraguna berteriakkesakitan sambil memegang perut. Tinju Ayu Tunjung yangmembuatnya.

"Kauizinkan aku keluar, atau aku akan memaksa." Wanitamuda itu melangkah tenang ke pintu taman. Tapi Wiragunacepat-cepat bangun dan mengejar.

"Sri Tanjung, Sri Tanjung, jangan..." Sebuah lompatanmembuat ia merangkul tubuh wanita itu dari belakang.Keduanya bergulingan ke tanah. Ayu Tunjung kagetbercampur marah. Ia berusaha melepaskan diri. Namun tubuhWiraguna seakan melekat erat.

"Jangan jamah aku! Biadab!" Namun pelukan kian erat.Bahkan kini Wiraguna sudah menciumi punggungnya.Tengkuknya. Ayu Tunjung teringat sumpah kala ia merelakandiri dinikahi oleh Rsi Ropo, bahwa ia akan melakukan GawalaBrahmacarya.(melakukan perkawinan Cuma sekali dalamhidup, sekalipun suaminya mati, itu dianggap suatu godaandan cobaan hidup yang patut diatasi lahir batin. Meniadakankepentingan pribadi dengan mengabdi pada Ketuhanan danKemasyarakatan)) Karena itu ia meronta. Lebih kuat.

Page 224: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

224

Bergulingan lagi. Mendekati kolam dan makin dekat. AyuTunjung putus asa. Dia merasa harus mempertahankankesucian. Dan tiba-tiba ia ingat. Di bawah kainnya iamenyimpan sebuah cundrik. Dan ia berusaha mengambil. Danberhasil. Tapi kini tanpa terkendali, tubuhnya terjerembap kekolam. Wiraguna sempat mengangkat rerumputan danmelepaskan pelukannya. Justru saat Ayu Tunjung berusahamenusuk tangannya dengan sekuat tenaga. Maka tanpaterkendali tangan itu tak dapat diberhentikan dan cundrikmenusuk lambungnya sendiri seirama dengan dorongankejatuhannya ke kolam.

"Sri Tanjung!" Wiraguna berteriak. Ia tahu kolam itu cukupdalam. Sebab kolam itu juga merupakan semacam kedungdari kali kecil yang mengalir di tengah kota. Sampai beberapalama ia memanggil-manggil. Tapi Sri Tanjung tidak kunjungmuncul.

Panik. Takut. Birahi. Semua rasa menyatu. Pandangannyagelap. Kembali ia memanggil-manggil. Cuma rangkaian bungayang tadi terkalung di leher Ayu Tunjung nampak terapung-apung. Dan sebelum lenyap terbawa arus Wiraguna sempatmemungutnya. Diciumnya kembang-kembang yang terangkaiitu. Wangi. "Sri Tanjung! Sri Tanjung!" ia berteriak. Berulang.Dan tiba-tiba saja para dayang melihat ia terhuyung.Kemudian jatuh. Bersama mereka menyerbu dan menolong.Dengan berat mereka membawa Wiraguna ke kereta. Berlari.

Sementara itu secara tiba-tiba bunyi tembakan membuatbeberapa pengawal bergulingan, bersama datangnya sebuahkereta. Ropo melompat turun. Kain putihnya berkibar-kibar.Lindu Segara mengikutinya dari belakang. Masuk taman.

"Istriku?" ia memanggil sambil bergesa. Tanpa jawab.Seorang dayang gemetar sambil menunjuk kolam. Kembangberhamburan terapung-apung. "Tunjung! Tunjung!" Ropoyang telah kembali jadi Sratdadi itu melompat ke dalamkolam. Menyelam. Lindu Segara juga. Beberapa bentar.

Page 225: Trilogi Blambangan Buku Ketiga · tinggal tiga ribu jiwa itu untuk tetap menjaga hati mereka, agar tidak ikut terampas oleh kekuatan ... perempuan keturunan Cina itu jatuh ke dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

225

Muncul kembali. Mas Ayu Tunjung dalam gendongan. Cundriktertancap di perutnya. Darah masih mengalir. "Tunjung!"Sratdadi, pangeran Blambangan itu, dibantu Lindu Segaranaik. Beberapa bentar pandangannya nanar. Dengan mulutterkatup ia angkat tubuh istrinya. Perlahan ia berjalan menujupintu. Di bawah pandangan mata para dayang. Dan iringanHarya Lindu Segara.

Di gerbang ia berhenti. Menoleh ke rumah besar itu. Danbeberapa bentar kemudian ia berkata perlahan,

"Aku seorang pangeran kini! Lindu Segara, aku jugaseorang bajak laut. Karena itu perintahkan anak buahmu,bakar rumah ini!"

Dan tak lama kemudian api menjalar ke bubungan rumahitu. Tak seorang mampu menolong. Para bajak laut berjalanmeninggalkan tempat itu. Sratdadi dengan tali gantunganyang terkalung di lehernya, terus berjalan dengan langkahmantap ke pantai. Ia bersumpah, "Dengan cundrik ini pulaakan kubunuh Wiraguna!" Terus ia gendong mayat istrinya.Bersama Lindu Segara ia menuju perahunya. Tak ia perhatikanhiruk-pikuk. Lindu Segara memerintahkan anak buahnyamembongkar sauh, dan mendorong jungnya ke tengah.Menjauhi kota Banyuwangi...

(Sembilan tahun kemudian, Wiraguna terbunuh ketika naikkapal layar menuju Batavia didaerah Rembang. Karenakapalnya dibajak di antara Tuban dan Rembang. Siapa pelakupembunuhannya? Tidak jelas, tapi itulah, yang tercatat dalambabad Blambangan.)

0ooDewioKZoo0

TAMAT