trik pembelajaran bahasa indonesia di perdosenan tinggi agar tidak membosankan
DESCRIPTION
Abstrak: Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa. Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu dilakukan sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai hal berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa atau mahasiswa. Apabila kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, dapat digunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia sampai saat ini masih saja mengalami kendala-kendala. Kendala-kendala ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru dan siswa itu sendiri. Satu hal yang sangat memprihatinkan, pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa Indonesia tidak dianggap berhasil. Salah satu indikatornya adalah nilai mata kuliah bahasa Indonesia yang kadang masih rendah dan tidak jarang pula masih tertinggal jauh dari mata kuliah eksak bahasa asing.TRANSCRIPT
TRIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI PERDOSENAN
TINGGI AGAR TIDAK MEMBOSANKAN
Muhamad Ilham Gunawan
Abstrak: Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa.
Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu
dilakukan sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai
hal berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa atau
mahasiswa. Apabila kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, dapat digunakan
sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa. Pembelajaran
bahasa Indonesia sampai saat ini masih saja mengalami kendala-kendala.
Kendala-kendala ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru dan
siswa itu sendiri. Satu hal yang sangat memprihatinkan, pembelajaran bahasa
Indonesia bagi siswa Indonesia tidak dianggap berhasil. Salah satu indikatornya
adalah nilai mata kuliah bahasa Indonesia yang kadang masih rendah dan tidak
jarang pula masih tertinggal jauh dari mata kuliah eksak bahasa asing.
Kata kunci: Media, Jenis, Kriteria
A. PENDAHULUAN
Sekarang ini, banyak mahamahasiswa yang tidak menyukai pembelajaran
Bahasa Indonesia. Alasannya hampir sama, yaitu Bahasa Indonesia itu mudah dan
membosankan. mahamahasiswa bosan dihadapkan dengan teks-teks yang
dianggap membuat mengantuk dan tidak beranjak dari teks dan teks saja.
Ketidaksukaan mahamahasiswa terbukti jelas dengan hasil tes bahasa Indonesia
yang seringkali menjadi hasil tes terendah dari semua mata pelajaran.
Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia dibuat menjadi lebih
menarik. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan media. Media yang
digunakan tergantung dari aspek pembelajaran yang akan pelajari.
Media/sarana pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga
dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam proses
belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Media
dapat membuat pembelajaran lebih menarik.
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai
berikut.
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi, dapat
diatasi sikap pasif anak didik.
Pemanfaatan media dalam mata pelajaran bahasa Indonesia sangat
membantu peserta didik dalam memahami dan menangkap materi pelajaran yang
disampaikan oleh dosen, juga membantu dosen dalam menjelaskan sesuatu bahan
yang tidak mampu dijelaskannya. Dengan adanya media dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, dapat mengembangkan keterampilan kebahasaan, berbahasa,
dan kesastraan mahamahasiswa.
B. MEDIA
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan
Ely (dalam Arsyad, 1997:3), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat mahasiswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Oleh AECT, kata media diartikan sebagai segala bentuk dan saluran yang
dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. National Education Association
(NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca, atau dibacarakan beserta instrumen yang dipergunakan
untuk kegiat8), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan mahasiswa yang dapat merangsang mahasiswa untuk belajar. Menurut
Briggs (dalam Soeharto, 1995:98), mengatakan bahwa media adalah alat untuk
memberikan perangsang bagi mahasiswa supaya proses belajar terjadi.
Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad,
1997:3).Menurut Anderson (dalam Soeharto, 1995:98), media pembelajaran
adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya
sesorang pengembang mata pelajaran dengan para mahasiswa. Akan tetapi
menurut Newby (dalam Salma, 2008:64), media pembelajaran adalah media yang
dapat menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk
membelajarkan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk
memperbelajarkan seseorang. Sejalan dengan itu menurut Arsyad (2008:4),
Apabila suatu media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan mahasiswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri mahasiswa.
C. JENIS MEDIA
a. Audio
Media audio adalah media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio, kaset, slide-suara.
Menurut TKPK (dalam Gafur, 1980:115), Setiap media yang ada pada
Audio memiliki kelebihan di samping itu juga memiliki keterbatasan masing-
masingnya yaitu:
1. Media radio
Kelebihan Media Radio
a) Meningkatkan kemampuan murid untuk berkomunikasi secara lisan
(misalnya listening comprehension, intonasi, pronounciation, dan
sebagainya).
b) Memberikan penerangan secara lain bagi bagian-bagian yang akan
menjadi lebih hidup bila disampaikan secara auditif.
c) Mengembangkan imaginasi murid.
d) Sebagai sarana pemantapan dan pengayaan bahan pelajaran.
e) Memberikan penguatan pada bagian yang penting.
f) Sebagai salah satu cara untuk menyampaikan evalusi dan feedback
kepada murid.
g) Menyampaikan suara, bunyi yang asli yang tidak bisa diperoleh secara
langsung dan segera, misalnya suara toke-toke, bunyi binatang, pesawat
jet, dan lain-lain.
h) Memiliki jangkauan yang luas dan dalam waktu yang relative singkat.
i) Program radio dipersiapkan dengan baik oleh team ahli, dengan bahan-
bahan yang relative lebih luas sehingga kualitas pelajaran dan isinya
lebih bermutu.
j) Sudah merupakan sebagian dari budaya masyarakat.
k) Harga dan biaya pemeliharaan cukup murah.
l) Program radio relative mudah di buat.
m) Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara cepat
dan akurat.
n) Pesawat radio mudah dibawa kemana-mana.
Keterbatasan media radio
a) Sarana komunikasi satu arah
b) Sarana penyampai program yang hanya satu kali, tidak dapat di
hentikan untuk diulang (di luar control pendengaran/audience).
c) Terikat oleh alat pemancaran dan waktu.
d) Terlalu peka terhadap gangguan sekitar
e) Hanya dapat didengar saja/menjangkau indera yang terbatas.
f) Terbatasnya bahan pelajaran yang dapat disampaikan dalam satu
program karena terbatasnya intensitas daya dengan murid.
2. Media kaset
Selain kelebihan-kelebihan yang sama dengan media radio, media kaset,
memiliki kelebihan lain:
a) Kaset mulai membudaya dalam masyarakat Indonesia.
b) Program kaset dapat digunakan secara peseorangan maupun kelompok.
c) Dapat diulang setiap waktu.
d) Mudah diperbanyak.
e) Mudah menggunakannya.
Keterbatasan media kaset.
a) Media untuk didengar saja.
b) Media satu arah.
c) Tidak memiliki jangkauan yang luas.
3. Media slide-suara
Kelebihan media slide-suara.
a) Sebagai pengganti pengalaman langsung
b) Untuk memperjelas dan mekengkapi informasi yang memerlukan
banyak visualisasi.
c) Untuk memberikan pematangan pada bagian-bagian di pandangan
perlu.
d) Membuat pelajaran lebih menarik dan menghindari kebosanan.
e) Sebagai bagian pengeyaan.
f) Dapat menampilkan di layar sesuatu yang tak mungkin disaksikan
dengan mata biasa.
g) Dapat dilihat dan didengar (menjangkau lebih dari satu indera).
Keterbatasan media slide-suara.
a) Pembuatannya relatif sulit daripada radio dan kaset.
b) Penggunaannya lebih sulit daripada radio dan kaset.
c) Visualisasinya tidak bisa menggambarkan gerakan.
d) Pemeliharaan dan penyimpangannya relatif sukar.
e) Daya jangkau terbatas.
f) Memelukan fasilitas dan perlengkapan yang khusus (ruang gelap, layar,
tenaga listrik).
b. Visual
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang
sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat mempelancar
pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat
mahasiswa dan memberikan hubungan antara isi materi dengan dunia nyata.
Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang
bermakna dan mahasiswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk
meyakinkan terjadinya proses informasi.
Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan
atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b)
diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan
struktur isi materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang
antara unsur-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart
(bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data atau antarhubungan
seperangkat gambar atau angka-angka (Arsyad, 1997:91).
Lezie dan Lentz (dalam Arsyad, 1997:16), mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi
afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensantoris. Fungsi atensi
media visual merupakan into, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
mahasiswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi
afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan mahasiswa ketika
belajar (atau membaca) teks bergambar. Gambar atau lambing visual dapat
menggugah emosi dan sikap mahasiswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah social atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari
temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambing visual atau
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris
media pembelajaran terihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang
memberikan konteks untuk memahami teks membantu mahasiswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk
mengorganisasikan mahasiswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal.
c. Audio-Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara disebut audio-visual
(Arsyad, 1997:94). Salah satu pekerjaan penting yang dilakukan dalam media
audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan
persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian.
Naskah yang menjadi bahan disaring dari isi pelajaran yang kemudian
disintesis ke dalam apa yang ingin ditunjukkan dan dikatakan. Narasi ini
merupakan penuntun bagi tim produksi untuk memikirkan bagaimana video
menggambarkan atau visualisasi materi pelajaran. Pada awal pelajaran media
harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat menarik perhatian semua
mahasiswa.
Menurut Arsyad (1997:94) ada beberapa petunjuk praktis untuk menulis
naskah narasi sebagai berikut.
1) Tulis singkat, padat, dan sederhana.
2) Tulis seperti menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama, dan mudah
diingat.
3) Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap. Pikirka frase yang dapat
melengkapi visual atau tuntun mahasiswa kepada hal-hal yang penting.
4) Hindari istilah teknis, kecuali jika istilah itu diberi batasan atau
digambarkan.
5) Tulislah dalam kalimat aktif.
6) Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata. Diperkirakan setiap
kalimat memakan waktu satu tayangan visual kurang lebih satu 10 detik.
7) Setelah menulis narasi, baca narasi itu dengan suara keras.
8) Edit dan revisi naskah narasi itu sebagaimana perlunya.
Storyboard dikembangkan dengan memerhatikan beberapa petunjuk di
bawah ini.
1) Menetapkan jenis visual apa yang akan digunakan untuk mendukung isi
pelajaran, dan mulai membuat sketsanya.
2) Pikirkan bagian yang akan diperankan audio dalam paket program. Audio
bisa dalam bentuk: diam, sound effect khusus, suara latar belakang, musik,
dan narasi. Kombinasi suara akan dapat memperkaya paket program itu.
3) Lihat dan yakinkan bahwa seluruh isi pelajaran tercakup dalam storyboard.
4) Reviu storyboard sambil mengecek hal-hal berikut.
(a) semua audio dan grafik cocok dengan teks
(b) pengantar dan pendahuluan menampilkan penarik perhatian
(c) informasi penting telah dicakup
(d) urutan interktif telah digabungkan
(e) strategi dan taktik belajar telah digabungkan
(f) narasi singkat padat
(g) program mendukung latihan-latihan
(h) alur dan organisasi program mudah diikuti dan dimengerti
5) Kumpul dan paparkan semua storyboard sehingga dapat terlihat bagus.
6) Kumpulkan anggota tim produksi untuk meriviu dan mengkritik
storyboard.
7) Catat semua komentar, kritik, dan saran-saran.
8) Revisi untuk persiapan akhir sebelum memulai produksi.
Dale (dalam Arsyad, 1997:23), mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-
visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan dosen berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Hubungan dosen-mahasiswa tetap merupakan elemen paling
penting dalam sistem pendidikan modern saat ini. Dosen harus selalu hadir untuk
menyajikan matri pelajaran dengan bantuan media apa saja.
D. KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan
bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa
kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media.
1) Jenis kemampuan yang akan dicapai, sesuai dengan tujuan pengajaran.
Sebagaiman diketahui bahwa tujuan pengajaran mencakup daerah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Bila akan memilih media pengajaran, perlu
dipertimbangkan sejauh mana media tersebut mampu mengembangkan
kemampuan atau prilaku yang terkandung dalam rumusan tujuan yang akan
dicapai.
2) Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri. Setiap jenis media
mempunyai nilai kegunaan masing-masing. Hal ini harus dijadikan bahan
pertimbangan dalam memilih jemis media yang digunakan .
3) Kemampuan dosen menggunakan suatu jenis media. Betapapun tingginya
nilai kegunaan suatu media, hal itu tidak akan memberikan manfaat yang
optimum, jika dosen kurang/belum mampu menanganinya dengan baik. Oleh
karena itu, kesederhanaan pembuatan dan penggunaan media sering menjadi
faktor penentu bagi dosen dalam memilih media.
4) Keluwesan atau fleksibelitas dalam penggunaannya. Dalam memilih media
harus dipertimbangkan pula faktor keluwesan/fleksibelitas, dalam arti
seberapa jauh media tersebut dapat digunakan dengan praktis dalam berbagai
situasi dan mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
5) Kesesuaiannya dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada. Salah
satu hambatan yang sering dialami dalam mengajar adalah kurangnya waktu
yang tersedia, apalagi kalau kurikulumnya terlalu sarat isinya. Salah satu
faktor yang perlu pula dipertimbangkan dalam memlilih media ialah seberapa
jauh penggunaan media tersebut masih sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia bagi pengajaran yang bersagkutan
6) Ketersediaannya. Seringkali media yang terbaik tidak tersedia sehingga dosen
memilih media yang lain karena media tersebut sudah tersedia atau mudah
menyediakannya.
7) Biaya. Dosen atau lembaga pendidikan biasanya mencari media yang murab
atau ekonomis, sehingga media yang paling ampuh tapi jarang digunaskan.