trend keperawatan anak (baby walker)
TRANSCRIPT
BAB I
ILUSTRASI
BAB II
KONSEP
A. Pendahuluan
Sebagai orang tua, tentunya sangat bahagia melihat bayi Anda
tumbuh dengan sehat. Apalagi ketika si bayi mulai memasuki fase belajar
berjalan. Lelah dalam menjaga ? Tentu saja ! Karena butuh penjagaan
ekstra saat tahap ini mulai memasuki kehidupan si bayi. Pastinya ada
diantara para orang tua yang merasa fase ini agak menggangu kegiatan,
dan akhirnya memutuskan untuk memakai baby walker, kepraktisannya
seringkali menjadi pilihan untuk membantu bayinya belajar berjalan, ibu
bisa sambil melakukan pekerjaan rumah dan si bayi dapat sekaligus belajar
berjalan.
Dan dari uraian singkat diatas muncul berbagai pertanyaan .
Bermanfaatkah baby walker untuk membantu anak belajar berjalan?
Ataukah malah sebaliknya?
Penggunaan baby walkers merupakan topik kontroversial hingga
saat ini. Tapi jelas, bahwa the American Academy of Pediatrics
mengatakan dalam laporan resmi mereka 'Baby Walkers itu
BERBAHAYA!' mereka menyarankan agar anda 'buang jauh-jauh saja
baby walker anda' berdasar fakta bahwa: Menurut penelitian di Amerika
Serikat, terdapat sekitar 14.000 kasus bayi masuk rumah sakit yang
diakibatkan oleh kecelakaan saat menggunakan baby walker. Penyebabnya
bermacam, seperti : si bayi yang suka bereksplorasi ke setiap sudut
ruangan rumah termasuk tempat - tempat yang berbahaya, komposisi roda
yang tidak stabil dan cenderung tidak mendukung keamanan, komposisi
rangka yang kurang kokoh. Serta terdapat 34 anak-anak sudah menemui
ajalnya semenjak tahun 1973 hanya karena baby walkers. Bahkan AAP
lebih jauh lagi mengimbau “sebuah pelarangan pembuatan dan penjualan
baby walkers dengan roda”.
Di antara seluruh produk untuk bayi, baby walker menuruti
peringkat pertama penyebab kecelakaan pada anak kecil dengan angka
cukup signifikan. Bahkan, tak main-main, sebuah penelitian pada 271 anak
yang celaka akibat baby walker, 96%-nya terjadi akibat anak jatuh dari
tangga saat ia memakai baby walker-nya. Kasus yang lain yang pernah
dilaporkan adalah jari terjepit, tersandung, luka bakar, ataupun menelan
benda asing.
Pemakaian baby walker terbatas pada usia tertentu yaitu usia 5-15
bulan, ketika bayi sudah mulai duduk tegak namun belum dapat berjalan
sendiri. Ini menyebabkan kecelakaan paling banyak terjadi pada usia
tersebut.
Banyak alasan yang mendasari keinginan membeli baby walker.
Umumnya ditujukan untuk melatih bayi menggunakan otot kaki. Ini kerap
menjadi alasan utama. Dalam praktiknya banyak juga ibu menjadikan
baby walker sebagai alternatif permainan untuk menyibukkan bayi saat ibu
melakukan kegiatan lain, atau menjadi alat bantu yang membuat bayi
merasa senang dan diam saat diberi makan. Namun banyak juga orang tua
yang membeli baby walker hanya karena lantaran ikut-ikutan tetangga atau
teman.
B. Dampak Negativ Penggunaan Baby Walker
1. Keamanan
Memakai baby walker untuk bayi yang sedang belajar berjalan
sebenarnya telah menjadi “tradisi” sejak –setidaknya- pertengahan
tahun 1600-an, dan baru dua dekade belakangan, para ahli menemukan
bahwa bahayanya jauh melebihi keuntungannya. Di negara maju,
diperkirakan 25.000 anak per tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat
akibat kecelakaan yang berkaitan dengan baby walker. Tentunya
timbul pertanyaan, mengapa demikian?
Penyebabnya bermacam, seperti : si bayi yang suka bereksplorasi
ke setiap sudut ruangan rumah termasuk tempat - tempat yang
berbahaya, komposisi roda yang tidak stabil dan cenderung tidak
mendukung keamanan, komposisi rangka yang kurang kokoh.
Selain itu, tentunya bayi pun belum bisa mengenal situasi
lingkungan, belum bisa membedakan mana permukaan curam atau
landai, tangga atau lantai
Salah satu penyebab kecelakaan ketika menggunakan baby walker
adalah anak dapat bergerak leluasa, sehingga bisa menggelinding di
tangga, terjepit daun pintu, atau menjangkau benda-benda berbahaya
bagi anak (seperti gunting, pisau, gelas berisi air panas).
Ada juga orang tua yang berpendapat bahwa boleh saja
menggunakan baby walker selama anak diawasi. Kenyataannya
penelitian menunjukkan mayoritas kecelakaan akibat baby walker
terjadi disaat anak dalam pengawasan orang tua maupun pengasuh. Ini
karena baby walker memungkinkan anak bergerak cukup cepat, rata-
rata 1-3 meter perdetik. Anak terlanjur bergerak ke arah yang
membahayakannya sebelum pengawas sempat menghentikannya.
Bahkan, dari 271 anak yang celaka akibat baby walker, 78%-nya
sedang dalam pengawasan dengan 69%-nya diawasi oleh orang
dewasa.
Bagaimana dengan tanda peringatan yang selalu ada di setiap
kemasan produk tersebut? Dari studi yang sama, sebagian besar orang
tua menyadari sebelumnya bahwa baby walker memang berpotensi
menyebabkan kecelakaan, bahkan setelah kecelakaan terjadi, sebagian
dari mereka ada yang memakai kembali baby walker pada anak yang
sama atau pada adiknya dengan berbagai alasan, misalnya “si bayi
tampak menyukainya”, atau “kecelakaan yang terjadi bukan karena
baby walker-nya, tetapi karena kelengahan”, dan sebagainya.
Sehingga, tanda peringatan tentang bahaya baby walker tidaklah
efektif untuk mencegah kecelakaan yang bisa terjadi.
2. Masalah motoric
Beberapa ahli berpendapat, pengunaan baby walker dari sisi medis
pun sebenarnya tidak cukup bermanfaat malah cenderung merugikan
karena aktivitas motorik yang terjadi saat anak menggunakan baby
walker hanya melibatkan sebagian serabut motorik otot saja yaitu otot
- otot betis. Padahal untuk bisa berjalan dengan lancar dan benar fungsi
otot paha dan otot pinggul juga perlu dilatih. Kemampuan berjalan
merupakan gerakan yang dihasilkan koordinasi otot - otot besar, bila
proses pelatihan tidak benar, bayi jadi lambat berjalan. Sebaliknya,
semakin intensif dan tepat simulasi fisiknya serta dibarengi asupan gizi
seimbang, mungkin saja di usia 9 - 10 bulan, bayi sudah bisa berjalan.
Dr. Karel A.L. Staa, MD, spesialis anak dari RS Pondok Indah
Jakarta mengatakan baby walker berpotensi mengganggu
perkembangan motorik kaki anak. Sebab, untuk bergerak anak hanya
perlu menggunakan sebagian serabut motorik otot kaki. Misal dengan
menggerakkan ujung jari dan mengandalkan otot-otot betis, dalam
posisi duduk sekalipun, anak bisa berpindah tempat.
Sementara untuk bisa berjalan dengan benar dan lancar, anak perlu
melatih otot paha dan pinggul. Dan ini sering tidak terpenuhi bila anak
dibiasakan bermain dengan baby walker. Akibatnya otot tungkai tidak
terlatih untuk menyangga tubuh anak saat berjalan. Anak jadi sering
jatuh. Hal ini bisa menimbulkan trauma yang membuat anak takut
melangkah, dan akhirnya membuat dia lambat pandai berjalan.
Ditambah lagi ada efek psikologis yang membuat anak malas berjalan
mandiri karena baby walker membuatnya terbiasa bergerak ke sana
kemari tanpa susah payah menjejakan kaki di lantai.
Baby walker juga dicurigai sebagai salah satu penyebab kelainan
kaki pada anak. Pasalnya duduk mengangkang di dalam baby walker
bisa menyebabkan kelainan tulang paha. Para ahli menduga banyaknya
anak berjalan seperti bebek atau mengangkang karena pengaruh baby
walker.
Hal ini seperti yang diungkapkan dr Ayu, beliau menuturkan secara
logika hal tersebut bisa saja membuat anak lambat jalan dikarenakan
kurangnya stimulasi yang didapatkan si anak dalam proses
perkembangannya. Menurutnya, setiap perkembangan anak itu ada
tahapan tersendirinya. Saat usia 6-8 bulan adalah saatnya anak belajar
merangkak dan merayap. Tapi jika anak sudah diberikan baby walker,
maka tahapan ini akan terlewati dan bisa mempengaruhi
perkembangan anak nantinya.
Perkembangan pada bayi itu tergantung dari latihannya. Jika anak
kurang berlatih, maka bisa jadi tahap perkembangannya menjadi
terlambat. Anak yang menggunakan baby walker cenderung membuat
anak malas untuk berusaha sendiri, sehingga rangsangan atau stimulasi
untuk otot-ototnya menjadi berkurang. Efek negatif lainnya membuat
anak menjadi tidak percaya diri untuk berlatih berjalan sendiri tanpa
bantuan baby walker.
Stimulasi yang bagus itu harus mencakup semua aspek misalnya
otot tangan, kaki dan lainnya. Karena itu semakin banyak gerak yang
dilakukan anak dalam proses perkembangannya maka stimulasi yang
diberikan ke otaknya juga akan semakin bagus," ungkap dokter yang
berpraktik di RS Bunda Menteng, Jakarta Pusat.
Selain itu, setiap perkembangan anak memiliki fase kritis
tersendiri. Misalnya anak usia 10 bulan saatnya untuk belajar berjalan,
jika anak tidak dilatih menstimulasi sendiri maka kedepannya anak
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa berjalan sendiri.
Dijelaskan anak yang menggunakan baby walker baisanya hanya
menggunakan sedikit tenaga saja tapi bisa meluncur dengan jauh
sehingga tenaga yang dibutuhkannya lebih sedikit.
Kekurangan lainnya adalah kaki anak biasanya menjadi jinjit, ini
karena dengan baby walker telapak kaki anak tidak akan menapak
dengan sempurna. Jika hal ini terus berlangsung maka nantinya bisa
menjadi kebiasaan bagi anak.
Sudah dipercaya secara umum bahwa walkers bayi tidak menolong
bayi anda untuk berjalan lebih cepat daripada bayi yang enggak
memakai walker. Faktanya, sebuah studi pernah dilakukan, berjudul
Efek Dari Baby Walkers Terhadap Perkembangan Motorik dan Mental
Bayi Manusia, menyimpulkan bahwa “bayi yang duduk dan
mengalami pengalaman menggunakan walkers, merangkak,akan
berjalan lebih lambat nantinya daripada yang tidak memakai walkers,
dan mereka mempunyai nilai lebih rendah di skor Bayley untuk
perkembangan motorik dan mental.”
Studi yang lain, Baby Walkers : Alat Perkembangan atau Bahaya
Laten, menemukan bahwa “penggunaan walker bayi tidak
berpengaruh terhadap kepiawaian bayi berjalan”.
C. Saran
Dari uraian tersebut, untuk itu peran kita sebagai perawat serta
orang tua dalam menghadapi masalah tersebut adalah untuk lebih bijak
dan cermat dalam menentukan sebuah pilihan. Utamakan keselamatan
anak, menjadi orang tua memang sulit dan berat tetapi itu adalah sebuah
konsekuensi yang timbul karena pilihan kita untuk memiliki anak.
Selain itu bila ingin melatih motorik kaki, lebih baik anak dilepas
di lantai dan belajar berjalan secara alami dengan kaki terlanjang. Cara ini
bisa melatih seluruh serabut motorik otot, mulai dari otot betis, paha,
sampai pinggul, juga membantu merangsang koordinasi jemari kaki,
sehingga memembuat anak bisa berjalan dengan lebih baik. Jika anak
mengalami jatuh bangun, itu hal biasa yang justru memberi pengalaman
pada anak untuk tidak mudah menyerah.
Tentunya belajar berjalan secara alami ini membutuhkan bantuan
dan pengawasan orang tua. Ada beberapa persiapan sederhana yang perlu
dilakukan, seperti memastikan lantai dalam keadaan bersih dan tidak licin.
Selain itu ajaklah si kecil berenang. Kegiatan yang satu ini membuat
seluruh otot tubuh bergerak, temasuk kaki, lengan, dan leher. Dan ini
sangat bagus untuk merangsang perkembangan motorik anak.
Kalau pun tidak, latih bayi anda dengan cara mentitah karena
100% dapat melatih otot serabut motoriknya. Sebaiknya latihan berjalan
pun dilakukan dengan telanjang kaki karena membantu melatih jari - jari
kaki lebih terkoordinasi. Hindari lantai licin yang dapat membuat bayi
anda terpeleset, yang akhirnya membuat anak trauma dan takut berjalan.
Jadi sebenarnya lebih menguntungkan kalau kita sebagai orang tua
memakai cara alami dalam mengajarkan anak berjalan daripada memakai
alat penunjang. Meskipun anak harus sering terjatuh, anggaplah hal ini
sebagai pelajaran dari pengalamannya sendiri. Jadi, pertimbangkan
kembali sebelum memutuskan untuk menggunakan baby walker.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2008. Bahaya Baby Walker. (http://dranak.blogspot.com/2008/06/bahaya-baby-walker.html?z#!/2008/06/bahaya-baby-walker.html), diakses 2 Maret 2012
Anonym, 2009. Baby Walker Perlu atau Tidak. (http://parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=babies&id=279 ), diakses 2 Maret 2012
Farah Vera, 2010. Bermanfaatkah Baby Walker untuk Anak. (http://health.detik.com/read/2010/01/11/130030/1275782/764/bermanfaatkah-baby-walker-untuk-anak), diakses 2 Maret 2012
Ika Fitrianan, 2007. Bolehkah Menggunakan Baby Walker. (http://bayikita.wordpress.com/2007/11/05/bolehkah-menggunakan-baby-walker/), diakses 2 Maret 2012
Khoiron, 2011. Dampak Buruk Penggunaan Baby Walker. (http://danishmubarok.blogspot.com/2011/07/dampak-buruk-penggunaan-babywalker-pada.html), diakses 2 Maret 2012
Smith AG, Bowman MJ, Luria JW, Shilds BJ, Baby Walker-related injuries continue despite warning labels and public education. Pediatrics Vol.100 No.2 Agustus 1997.
TUGAS TREN KEPERAWATAN ANAK
BAHAYA BABY WALKER
Diajukan Oleh :
HASNAN SETYO GUNTORO
NIM. P 27220010 061
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
2012