trauma_thoraks.docx

Upload: arifudin

Post on 09-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PADA PASIEN DENGANTRAUMA THORAKS

O L E H : TERESIA T SIMARMATAA.11.041

STIKES SANTA ELISABETH MEDANPRODI NERS TAHAP AKADEMIKT. A. 2014/2015

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang MasalahTrauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).Trauma dada menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang berhubungan dengan trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50% kematian yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem multiple. Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi). Meski trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul kesulitan dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum dan rancu.Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme ptologi berikut: Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia. Hipovolemia akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau hemotoraks. Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang meningkat.

1.2.Tujuan Penulisan1.2.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa/i keperawatan mengetahui rencana asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien dengan trauma toraks secara langsung dan tepat.

1.2.2Tujuan KhususAgar mahasiswa/i keperawatan mampu :1. Mengkaji pasien gangguan sistem pernafasan dengan trauma toraks2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks3. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks4. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks

BAB 2TINJAUAN TEORITIS

2.1Konsep Dasar Medik2.1.1Pengertian Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah mekanisme yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling umum untuk trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk (Brunnar& Suddart, 2001).

2.1.2Anatomi Fisiologi

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada, terdiri atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum. Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi nomor berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan digunakan selama inspirasi. Dinding dada.Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.

Dasar toraksDibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus Isi rongga torak.Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.

Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen, diafragma akan naik ketika m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi merupakan kegiatan pasif (Sjamsuhidajat, 2004).

2.1.3 Etiologi1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif). (http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)

2.14.Manifestasi klinis1. Tamponade jantungTrauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung. Gelisah. Pucat, Keringat dingin. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis). Pekak jantung melebar. Bunyi jantung melemah. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure. ECG terdapat low voltage seluruh lead. Perikardiosentesis keluar darah

2. Hematotoraks : Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD. Gangguan pernapasan

3. Pneumothoraks : Nyeri dada mendadak dan sesak napas. Gagal pernapasan dengan sianosis. Kolaps sirkulasi.

Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.pada auskultasi terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal. (http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada).

2.1.4 Patofisiologi/ Pathway

Trauma thorax

Mengenai rongga thoraxTerjadi robekan pembuluh darahsampai rongga pleura,udaraintercostal, pembuluh darah jaringanbila masuk (pneumothorax) paru-paru karena tekanan negatif intrapleuraterjadi perdarahan : (perdarahan maka udara luar akan terhisap jaringan interstitium, perdarahan masuk kerongga pleura (suckingintraalveolar, diikuti kolaps kapiler wound).Kecil-kecil dan ateleksasi)

Open pneumothoraxtekanan perifer pembuluh paru naik Close pneumothorax(aliran darah turun). Tension pneumothorax- Ringan < 300 cc = di punksi Sedang 300-800 cc = di Drain Berat > 800 cc = torakotomi Tekanan pleura meningkat terusTekanan pleura meningkat terus Sesak napas yang progresifmendesak paru-paru (kompresi & Nyeri bernapas dekompresi). Bising napas berkurang hilang Bunyi napas sonor/hipersonor Photo thorax gambaran udara lebih dari rongga thorax. pertukaran gas berkurang Sesak napas yang progresif Nyeri bernapas/pernafasan asimetris/adanya jejas/trauma Bising napas tak terdengar Nadi cepat/lemah, anemis/pucat. Photo thorax 15-35%

WSD (Water Seal Drain) Terdapat luka pada WSD- kerusakan integritas kulit Nyeri pada luka bila bergerak- resiko terhadap infeksi Perawatan WSD harus diperhatikan- perubahan kenyamanan Inefektif kebersihan jalan nafas nyeri ketidakefektifan pola pernafasan gangguan mobilitas fisik2.1.5 Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada trauma toraks ialah:1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar; ruptur klep jantung.4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.5. Esofagus : mediastinitis.6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)

2.1.6PrognosisBanyak penderita maninggal setelah sampai dirumah sakit dan banyak kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemapuan dignostik dan terpi. Kurang dari 10% dari trauma tumpul toraks dan hanya 15-30% dari trauma tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi. Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus trauma toraks.

2.1.7Pemeriksaan DiagnostikBeberapa pemeriksaan diagnostik awal yang dilakukan, yaitu:1. Rontgen dada2. HSD3. Urinalisis4. Elektrolit dan osmolalitas5. Saturasi oksigen6. Gas darah arteri7. EKG8. CT Scan juga dpt dilakukan

2.1.8 PenatalaksanaanTujuan pengobatan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien dan melakukan resusitasi agresif. Sebuah jalan nafas segera ditetapkan dengan dukungan oksigen dan pada beberapa kasus, dukungan ventilator. Tetapkan kembali volume cairan, memulihkan seal pleura dalam dada, dan mengalirkan cairan intrapleura serta darah.Untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi jantung paru, jalan nafas yang adekuat dibuatdan dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk stabilisasi dan menstabilkan kembali intregitas dinding dada, menyumbat setiap lubang pada dada (pneumotoraks terbuka), dan mengalirkan atau membuang setiap udara atau udara atau cairan dari dalam toraks untuk menghilangakan pneumotoraks/hemotoraks serta tamponade jantung. Hipovolemia dan curah jantung yang rendah diperbaiki. (keperawatan medikal bedah, 2001)

2.2 Konsep Dasar Keperawatan2.2.1Pengkajian Keperawatan1. Biodata Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnostik medik, alamat. Identitas penanggung jawabIdentitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan Keluhan utamaMerupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan bernafas. Riwayat kesehatan sekarangMerupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana (nyeri yang dirasakan klien, Regional (R) yaitu penyebaran nyeri, safety (S) yaitu posisi yang sesuai untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri. Riwayat kesehatan yang laluPerlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah terdapat riwayat sebelumnya.3. Pemeriksaan fisik1. Sistem pernafasan Sesak napas Nyeri, batuk-batuk. Terdapat retraksi klavikula/dada. Pengambangan paru tidak simetris. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain. Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.2. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia, lemah Pucat, Hb turun /normal. Hipotensi.3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.4. Sistem Perkemihan. Tidak ada kelainan5. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen. Kemampuan sendi terbatas. Ada luka bekas tusukan benda tajam. Terdapat kelemahan. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.7. Sistem Endokrin : Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.8. Sistem Sosial / Interaksi. Tidak ada hambatan.9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

4. Pemeriksaan Diagnostik : Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural. Pa Co2 kadang-kadang menurun. Pa O2 normal / menurun. Saturasi O2 menurun (biasanya). Hb mungkin menurun (kehilangan darah). Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

2.2.1. Diagnosa KeperawatanDiagnosa:1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidakmaksimal karena akumulasi cairan/udara2. ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan3. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal4. Resikolaboratif: atelektasis dan penggeseran mesiatinum5. Kerusakan integritas kulit berhubngan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage6. Resiko terdapatnya infeksi berhubungan tempat masuknya infeksi sekunder terhadap trauma

2.2.3 Intervensi keperawatanDiagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan : 1. Hiperventilasi 1. Penurunan energi/kelelahan 1. Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal 1. Kelelahan otot pernafasan 1. Hipoventilasi sindrom 1. Nyeri 1. Kecemasan 1. Disfungsi Neuromuskuler 1. Obesitas1. Injuri tulang belakang

DS:1. Dyspnea1. Nafas pendek DO: 1. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi 1. Penurunan pertukaran udara per menit 1. Menggunakan otot pernafasan tambahan 1. Orthopnea 1. Pernafasan pursed-lip 1. Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama 1. Penurunan kapasitas vital1. Respirasi: < 11 24 x /mnt

NOC: Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Vital sign Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)NIC: Membuka jalan napas Memposisikan pasien untuk mendaptkan ventilasi maksimal Mengeluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction Mengajarkan batuk efektif Auskultasi suara napas Memonitor status respiratori daan oksigenasi Terapi oksigen Memebersihkan sekresi pada mulut, hidung dan trakea Memelihara kepatenan jalan napas Memberikan suplemen oksigen Memonitor aliran oksigen Memonitor kemampuan pasien dalam memelihara oksigen Mengobservasi tanda terjadinya hipoventilasi Memonitor kecemasan pasien Mngajarkan pada pasoen dan keluarga bagaimana menggunakan oksigen dirumah Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator:-... Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea Pertahankan jalan nafas yang paten Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Monitor vital sign Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas Ajarkan bagaimana batuk efektif Monitor pola nafas

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: 1. Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, trauma1. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.DS:1. DispneuDO:1. Penurunan suara nafas1. Orthopneu1. Cyanosis1. Kelainan suara nafas (rales, wheezing)1. Kesulitan berbicara1. Batuk, tidak efekotif atau tidak ada1. Produksi sputum1. Gelisah1. Perubahan frekuensi dan irama nafas

NOC: Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab. Saturasi O2 dalam batas normal Foto thorak dalam batas normalNIC: Bantuan ventilasiAktivitas: Memelihara kepatenan jalan nafas Memonitor eek perubahan oksigenasi Membantu bernafas dalam Mengauskultasi suara nafas Mengajarkan teknik bernafas lewat mulut Mengajarkan teknik bernafas dengan baik Memonitor kelemahan otot respirasi

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.1. Berikan O2 l/mnt, metode1. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi1. Lakukan fisioterapi dada jika perlu1. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan1. Berikan bronkodilator:1. 1. .1. 1. Monitor status hemodinamik1. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab1. Berikan antibiotik:..1. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.1. Monitor respirasi dan status O21. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret1. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan: O2, Suction, Inhalasi.

2.2.4 Implementasi KeperawatanDilakukan sesuai dengan intervensi

2.2.5 Evaluasi Keperawatan1. Menunjukkan ketidakefektifan pola pernapasan2. menunjukkan inefektif bersihan jalan napas3. Adanya perubahan kenyamanan : Nyeri akut4. Tidak adanya gangguan mobilitas fisik5. Tidak adanya kerusakan integritas kulit 2.2.6 Discharge Planning1. Hilangkan nyeri interkosta yang mungkin terjadi dengan menggunakan pemanasan lokal dan nalgesia oral2. Selingi berjalan dan aktivitas lain dengan periode istirahat yang sering. Sadari bahwa kelemahan dan keletihan adalah umum untuk 3 minggu pertama.3. Praktikkanlah latihan pernapasan beberapa kali sehari selama beberapa minggu pertama di rumah4. Hindari mengangkat beban lebih dari 10 kg sampai terjadi penyembuhan sempurna; otot-otot dada dan insisi mungkin lebih lemah dari normal selama 3 sampai 6 bulan setelah operasi5. Berjalan dengan jarak sedan, secara bertahap tingkatkan waktu dan jarak berjalan. Jaga tetap persisten.6. Dengan segera hentikan semua ktifitas yang dapat menyebabkan keletihan, peningkatan sesak nafas, atau nyeri dada7. Hindari iritan bronkhial (merokok, asap, polusi udara, semprot aerosol)8. Cegah kedinginan atau infeksi paru9. Dapatkan vaksin influenza tahunan. Juga bahas vaksinasi terhadap pneumonia dengan dokter10. Melapor untuk tindak lanjut perawatan oleh ahli bedah atau kllinik sesuai kebutuhan

BAB 3PENUTUP3.1 KesimpulanTrauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme ptologi berikut: Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia. Hipovolemia akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau hemotoraks. Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra toraks yang meningkat.1.2 Saran Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran keadaan pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Crowin, Elizabeth. 2009. Patofisiologi . Jakarta : EGCMuttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika.Shamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGCSmeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi dalam bidang penilaian mata kuliah Keperawatan Kritis I yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan pada Pasien dengan Trauma Thoraks.Dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB 1 : PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 TujuanBAB 2 : TINJAUAN TEORITIS2.1. Konsep Dasar Medis2.1.1 Pengertian2.1.2 Anatomi Fisiologi2.1.3 Etiologi2.1.4 Manifestasi klinis2.1.5 Pathway2.1.6 Komplikasi2.1.7 Prognosis2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik2.1.9 Penatalaksanaan2. 2. Konsep Dasar Keperawatan2.2.1 Pengkajian2.2.2 Diagnose Keperawatan2.2.3 Intervensi Keperawatan2.2.4 Implementasi Keperawatan2.2.5 Evaluasi KeperawatanBAB 3 : PENUTUP3.1 Kesimpulan3.2 Saran3.3 DAFTAR PUSTAKA