trauma

4
Kapasi tas adapti f jaring an period ontal dalam meng akomo dasi kekua tan yang diberikan pada mahkota bervariasi pada setiap individu. Pengaruh tekanan oklusal pada periodonsium dipengaruhi oleh besarnya, arah, durasi, dan frekuensi tekana n. Efe k ya ng ter jadi pad a jari nga n per iod ont al aki bat tekanan oklusal dipengaruhi oleh: a. Be sarnya t ek anan oklusal Ketika tekan an oklus al ditin gkatka n, jaring an period ontal akan membe rikan respon berupa pelebaran ruang ligament periodontal, peningkatan jumlah dan lebar dari serat-serat ligament periodontal, dan peningkatan kepadatan tulang alveolar.  b. Perubahan arah dari tekanan oklusal Perubahan arah ini akan menyebabkan reorientasi ketegangan dan tekanan  pada jaringan periodontal. Serat-serat ligamen periodontal telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi tekanan oklusal pada sumbu gigi dengan baik. adi, tekanan lateral !hori"ontal# dan tekanan rotasi lebih mungkin dalam melukai jaringan periodontal. Gambar. Pola ketegangan yang berada pada sekitar akar akan berubah apabila arah tekanan oklusal diubah. A. Pandangan bukal dari gigi molar yang diberi tekanan pada sumbu gigi. $aerah yang berbayang mengindikasikan  bah%a ketegangan terjadi pada apikal akar. B. Pandangan bukal dari gigi molar yang diberi tekanan pada sisi mesial dari permukaan oklusal yang miring. $aerah berbayang mengindikasikan bah%a ketegangan terjadi sepanjang permukaan mesial dan daerah apeks dari akar mesial.

Upload: falensiaoctaria

Post on 16-Oct-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sadasda

TRANSCRIPT

Kapasitas adaptif jaringan periodontal dalam mengakomodasi kekuatan yang diberikan pada mahkota bervariasi pada setiap individu. Pengaruh tekanan oklusal pada periodonsium dipengaruhi oleh besarnya, arah, durasi, dan frekuensi tekanan. Efek yang terjadi pada jaringan periodontal akibat tekanan oklusal dipengaruhi oleh:a. Besarnya tekanan oklusal

Ketika tekanan oklusal ditingkatkan, jaringan periodontal akan memberikan respon berupa pelebaran ruang ligament periodontal, peningkatan jumlah dan lebar dari serat-serat ligament periodontal, dan peningkatan kepadatan tulang alveolar.b. Perubahan arah dari tekanan oklusal

Perubahan arah ini akan menyebabkan reorientasi ketegangan dan tekanan pada jaringan periodontal. Serat-serat ligamen periodontal telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi tekanan oklusal pada sumbu gigi dengan baik. Jadi, tekanan lateral (horizontal) dan tekanan rotasi lebih mungkin dalam melukai jaringan periodontal.

Gambar. Pola ketegangan yang berada pada sekitar akar akan berubah apabila arah tekanan oklusal diubah. A. Pandangan bukal dari gigi molar yang diberi tekanan pada sumbu gigi. Daerah yang berbayang mengindikasikan bahwa ketegangan terjadi pada apikal akar. B. Pandangan bukal dari gigi molar yang diberi tekanan pada sisi mesial dari permukaan oklusal yang miring. Daerah berbayang mengindikasikan bahwa ketegangan terjadi sepanjang permukaan mesial dan daerah apeks dari akar mesial.

c. Durasi dan frekuensi dari tekanan oklusal

Tekanan yang konstan pada tulang alveolar menyebabkan kerusakan yang lebih parah daripada tekanan yang intermiten. Semakin sering terjadi tekanan intermiten, maka kerusakan yang terjadi pada jaringan periodontal juga akan semakin parah.

Ketika tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan, maka cedera jaringan akan terjadi. Cedera yang dihasilkan disebut trauma dari oklusi. Jadi suatu oklusi yang menyebabkan cedera disebut juga sebagai trauma oklusi. Trauma oklusi bisa berupa akut atau kronis. Berikut adalah penjelasan mengenai trauma oklusi akut dan kronis:

a. Trauma oklusi akut

Trauma oklusi akut terjadi akibat benturan yang terjadi secara tiba-tiba seperti yang dihasilkan saat menggigit benda keras. Restorasi atau peralatan prostetik yang mengganggu atau mengubah arah tekanan oklusal pada gigi juga dapat menyebabkan trauma akut. Jika penyebab dari timbulnya trauma akut tidak dihilangkan, maka cedera periodontal dapat memburuk dan berkembang menjadi nekrosis, disertai dengan pembentukan abses periodontal, atau dapat bertahan sebagai kondisi kronis.

b. Trauma oklusi kronis

Trauma oklusi kronis lebih umum terjadi daripada trauma akut. Trauma jenis ini biasanya berkembang secara bertahap karena gigi yang aus, ekstrusi gigi, dan beberapa kebiasaan seperti bruxism.Lanjutan penjelasan jenis-jenis trauma primer sekunder:

Berikut adalah tiga kondisi berbeda dimana tekanan oklusal yang berlebihan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal:a. Jaringan periodontal yang normal dengan tinggi tulang yang normal.

b. Jaringan periodontal yang normal dengan berkurangnya tinggi tulang.

c. Periodontitis marginalis dengan berkurangnya tinggi tulang.

Gambar. Tekanan trauma bisa terjadi pada A. Jaringan periodontal yang normal dengan tinggi tulang yang normal; B. Jaringan periodontal yang normal dengan berkurangnya tinggi tulang; C. Periodontitis marginalis dengan berkurangnya tinggi tulang.Kasus pertama merupakan contoh dari trauma oklusi primer, sedangkan kasus kedua dan ketiga merupakan contoh dari trauma oklusi sekunder.

Trauma oklusi tidak mempengaruhi gingiva margin. Hal ini disebabkan karena pasokan darahnya tidak terpengaruh, meskipun pembuluh darah pada ligamen periodontal terhambat karena tekanan oklusal yang meningkat. Jadi, selama inflamasi masih terbatas pada gingiva saja, proses inflamasi tidak dipengaruhi oleh tekanan oklusal. Namun, apabila inflamasi dari gingiva telah menjalar ke jaringan periodontal (gingivitis telah beralih menjadi periodontitis marginalis), inflamasi yang diinduksi plak memasuki daerah yang dipengaruhi oleh tekanan oklusi.Trauma karena oklusi cenderung mengubah bentuk krista alveolar. Pada trauma karena oklusi sekunder, perubahan pada bentuk krista alveolar akan mempermudah terjadinya kehilangan tulang angular sehingga saku periodontalnya menjadi saku infraboni.Beberapa teori mengenai interaksi trauma dengan inflamasi telah dikemukakan oleh para ahli yaitu :

a.Trauma karena oklusi bisa mengubah jalur penjalaran inflamasi gingiva ke jaringan pendukung di bawahnya. Inflamasi akan lebih dulu menjalar ke ligamen periodontal, bukan ke tulang alveolar. Akibatnya, kehilangan tulangnya menjadi angular dan sakunya menjadi saku infraboni.

b.Daerah resorpsi akar yang diinduksi trauma yang tidak dibalut oleh perlekatan gingiva karena telah migrasi ke apikal, akan menjadi lingkungan yang menguntungkan bagi pembentukan dan perlekatan plak dan kalkulus sehingga akan menjurus ke terjadinya lesi yang lebih parah.

c.Plak supragingival bisa menjadi plak subgingival apabila gigi menjadi miring (tilting) karena digerakkan secara ortodontik atau migrasi ke daerah edentulous. Akibatnya terjadi perubahan saku supraboni menjadi saku infraboni.

Namun, kombinasi inflamasi dengan trauma karena oklusi bisa saja tidak disertai pembentukan saku infraboni dan cacat tulang angular. Hal ini bisa disebabkan karena:

a.Inflamasi atau traumanya tidak cukup parah.

b.Anatomi gigi atau tulang tidak menguntungkan bagi pembentukan saku infraboni dan cacat tulang angular.

Saat mengevaluasi pasien yang dicurigai mengalami trauma oklusal, terdapat sejumlah gejala klinis dan radiografik. Indikator trauma oklusi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Klinis

Mobilitas (progresif) Nyeri saat mengunyah atau perkusi Fremitus Prematuritas/ diskrepansi oklusal Keausan yang disertai dengan beberapa indikator klinis lainnya Migrasi gigi Gigi retak atau fraktur Sensitivitas termal

b. Radiografis Pelebaran ruang ligamen periodontal Kehilangan tulang (furkasi, vertikal, sirkumferensial) Resorpsi akar