translate jurnal tht

6
HUBUNGA ANTARA PENYAKIT OTORHINOLRYNGOLOGIC DENGN OBESITAS Tujuan : Tingkat obesitas telah meningkat untuk semua kelompok populasi di seluruh dunia, mengarah pada peningkatan perkembangan berbagai penyakit. Penelitian ini didesain untuk mengidentifikasi hubungan antara obesitas dan beberapa penyakit otorhinolaryngologic penting, temsuk otitis media kronik (OMSK), rhinosinusitis kronik, dn tonsillitis kronik. Metode : Indeks masa tubuh (IMT) dibandingkan pada pasien dengan OMSK, rhinosinusitis dn tonsillitis kronik dan pada kelompok kontrol. Hubungan diantara tingkat prevalensi overweight dan obesitas, periode morbiditas, dan IMT dinilai pada setiap kelompok. Hasil : Rata-rata IMT pada kelompok OMSK, rhinosinusitis, dan tonsillitis adalah 24.45±2.72 kg/m 2 , 24.68±3.25 kg/m 2 , dan 24.67±3.82 kg/m 2 , masing-masing secara singnifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (23.22±3.01 kg/m 2 P<0.05). Tingkat obesitas pada kelompok OMSK, rhinosinusitis dan tonsillitis adalaah 37.5%, 42.9%, dan 40.1%, masing-masing secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (24.3%, P<0.05). Bagaimanapun, tingkat overweight tidak berbeda secara signifikan pada OMSK, rhinosinusitis, dan tonsillitis dibandingkan dengan kelompok kontrol (masing- masing P>0.05). Kesimpulan : Rata-rata IMT dan prevalensi obesitas meningkat pada ketiga kelompok pasien yang mewakili penyakit otorhinolaryngologic, yaitu OMSK, rhinosinusitis kronik dan tonsillitis kronik. PENDAHULUAN Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat lebih dari 2x lipat sejak 1980. Pada 2015, diperkirakan 1.06 miliar orang yang berusia ≥15 tahun mengalami overweight dan sekitar 40 miliar orang mengalami obesitas. Hal ini sudah diperkirakan bahwa pada tahun 2015, 2-3 miliar orang akan mengalami overweight dan lebih dari 70 miliar akan mengalami obesitas.

Upload: vidia-amrina-rasyada

Post on 29-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Translate Jurnal Tht

TRANSCRIPT

Page 1: Translate Jurnal Tht

HUBUNGA ANTARA PENYAKIT OTORHINOLRYNGOLOGIC DENGN OBESITAS

Tujuan : Tingkat obesitas telah meningkat untuk semua kelompok populasi di seluruh dunia, mengarah pada peningkatan perkembangan berbagai penyakit. Penelitian ini didesain untuk mengidentifikasi hubungan antara obesitas dan beberapa penyakit otorhinolaryngologic penting, temsuk otitis media kronik (OMSK), rhinosinusitis kronik, dn tonsillitis kronik.

Metode : Indeks masa tubuh (IMT) dibandingkan pada pasien dengan OMSK, rhinosinusitis dn tonsillitis kronik dan pada kelompok kontrol. Hubungan diantara tingkat prevalensi overweight dan obesitas, periode morbiditas, dan IMT dinilai pada setiap kelompok.

Hasil : Rata-rata IMT pada kelompok OMSK, rhinosinusitis, dan tonsillitis adalah 24.45±2.72 kg/m2, 24.68±3.25 kg/m2, dan 24.67±3.82 kg/m2 , masing-masing secara singnifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (23.22±3.01 kg/m2 P<0.05). Tingkat obesitas pada kelompok OMSK, rhinosinusitis dan tonsillitis adalaah 37.5%, 42.9%, dan 40.1%, masing-masing secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (24.3%, P<0.05). Bagaimanapun, tingkat overweight tidak berbeda secara signifikan pada OMSK, rhinosinusitis, dan tonsillitis dibandingkan dengan kelompok kontrol (masing-masing P>0.05).

Kesimpulan : Rata-rata IMT dan prevalensi obesitas meningkat pada ketiga kelompok pasien yang mewakili penyakit otorhinolaryngologic, yaitu OMSK, rhinosinusitis kronik dan tonsillitis kronik.

PENDAHULUANPrevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat lebih dari 2x lipat sejak 1980. Pada

2015, diperkirakan 1.06 miliar orang yang berusia ≥15 tahun mengalami overweight dan sekitar 40 miliar orang mengalami obesitas. Hal ini sudah diperkirakan bahwa pada tahun 2015, 2-3 miliar orang akan mengalami overweight dan lebih dari 70 miliar akan mengalami obesitas.

Obesitas ditemukan berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (CVD), kanker, diabetes, penyakit ginjal dan kondisi lainnya, diketahui memiliki angka kematian yang lebih tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara obesitas dan penyakit otolaryngologic. Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan hubungan antara otitis media effusion (OME) pada anak dan obesitas ditemukan bahwa IMT lebih tinggi pada pasien pediatric dengan OME.

Obesitas ditandai oleh sistem inflamasi yang rendah, dengan paparan penanda inflamasi lebih tinggi seperti C-Reactive Protein (CRP) dan interleukin (IL) 6 pada obesitas daripada individu underweight. Sistem inflamasi pada obesitas ditemukan berhubungan dengan peningkatan insiden CVD dan DM tipe2, khususnya pada orang obes di abdominal. Meskipun banyak penelitian pada penyakit inflamasi dan obesitas, tidal ada penelitian yang menilai hubungan antara obesitas dan penyakit inflamasi utama pada otorhinolaryngology, termasuk otitis media kronik (OMSK), rhinosinusitis kronik, dan tonsillitis kronis. Penelitian

Page 2: Translate Jurnal Tht

ini didesain untuk mengidentifikasi hubungan antara obesitas dan penyakit otorhinolaryngologic yang mewakili pada penelitian ini.

MATERIAL DAN METODEPenelitian ini melibatkan pasien, usia ≥20 tahun, yang menjalani pembedahan untuk

OMSK(n=128), rhinosinusitis kronik (n=184), atau tonsilitis kronik (n=162) di Department of Otorhinolaryngology of Kyung Hee University Medical Center dari tahun 2010 hingga 2012. Pembedahan dilaksanakan setelah lesi inflamasi dikonfirmasi pada os temporal dengan CT-Scan pada pasien dengan OMSK dan CT-Scan sinus paranasal pada pasien dengan rhinosinusitis dan dikonfirmasi tonsilitis berulang pada pasien dengan tonsillitis kronik. Penanganan pembedahan meliputi tympanoplasty dan mastoidektomi pada pasien OMSK, pembedahan endoskopik sinus pada pasien dengan rhinosinusitis kronik, dan tonsilektomi pada pasien dengan tonsillitis kronik. Kelompok kontrol terdiri dari 111 pasien usia ≥20 tahun, dengan tidak memiliki riwayat otitis medi, rhinosinusitis atau tonsilitis; pasien ini memiliki pusing, tinnitus, perubahan suara, abnormalitas pada sensitivitas penghidu dan pengecap, atau gejala lainnya selam pemeriksaan fisik. Subjek diperkirakan memiliki penyakit sistemik, anomaly kepala dan leher, rhinits alergi, polip nasal, kolesteatoma, malignansi, atau imunodefisiensi kongenital atau didapat dieksklusi.

IMT (dihitung sebagai berat dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter kudrat) merupakan kriteria yang paling banyak digunakan untuk menilai obesitas. Berdasarkan standar WHO untuk wilayah Asia Pasifik, underweight didefinisikan IMT≤18.5 kg/m2, normal IMT>18.5 kg/m2 hingga ≤22.9 kg/m2, overweight jika IMT >23.0 kg/m2 hingga ≤24.9 kg/m2, dan obesitas IMT>25.0 kg/m2 . Rerata IMT dan persentase pasien overweight dan obesitas pada setiap kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Semua analisi statistic menggunakan PASW Statistik versi 18.0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). Test Mann-Whitney, Test exact Fisher, test chi-square, analisis korelasi, dan analisis statistic lainnya yang diperlukan. Perbedaan perbandingan statistic secara signifikan adalah P<0.05.

HASILRerata usia dan rasio jenis kelamin hampir sama pada kelompok pasien dengan OMSK,

rhinosinusitis kronik, dan tonsilitis kronik dan pada kelompok kontrol dengan tidak memiliki riwayat penyakit inflamasi otolaryngologic. Persentase pasien dengan riwayat hipertensi dan riwayat diabetes juga tidak berbeda diantara keempat kelompok ini. (Tabel 1)

Rerata IMT secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan OMSK (24.45±2.72 kg/m2), rhinosinusitis kronik (24.68±3.25 kg/m2) dan tonsillitis kronik (24.67±3.82 kg/m2) dibandingkan dengan kelompok kontrol (23.22±3.01 kg/m2 , masing-masing P<0.05)(Fig.1). Relatif terhadap kelompok kontrol, yang mana 24.3% pasien obesitas, persentase pasien obesitas secara signifikan lebih tinggi pada kelompok OMSK (37.5%, P=0.036), rhinosinusitis kronik (42.9%, P=0.002) dan tonsillitis kronik (40.1%, P=0.009) (Fig.2), tapi persentase pasien overweight tidak berbeda secara signifikan pada setiap kelompok relative terhadap kelompok kontrol (Fig.2)

Rata-rata durasi penyakit adalah 6.10±5.52 tahun pada kelompok OMSK, 6.57±8.28 tahun pada kelompok rhinosinusitis, dan 7.15±7.66 tahun pada kelompok tonsillitis kronik. Ketika korelasi antara durasi penyakit dan IMT dianalisis pada setiap kelompok, hubungan yang signifikan ditemukan pada pasien dengan tonsillitis kronik (koefisien korelasi = 0.231, P<0.05), tapi tidak pada 2 kelompok lainnya (Tabel 2).

Page 3: Translate Jurnal Tht

DISKUSIPrevalensi obesitas, faktor risiko berbagai penyakit, meningkat diseluruh dunia.

Inflamasi low-grade kronik mungkin berhubungan dengan obesitas dan komplikasi metabolic, dan obesitas dan inflamasi berhubungan dengan DM tipe 2, CVD, hipertensi, stroke, penyakit gllbldder, beberap kanker, osteoarthritis, masalah psychosocial, dan lainnya. Konsentrasi inflammatory markers, termasuk CRP dan IL-6, lebih tinggi pada individu overweight daripada underweight, dan inflamasi sistemik berhubungan dengan insidensi CVD dan DM tipe 2, khususnya individu dengan obesitas abdominal. Penelitian terbaru pada obesitas focus pada jaringan adiposa sebagai organ sekretorik aktif yang bertukar sinyal dengan organ lainnya. Leptin adipokine dan adiponectin adalah protein dilepaskan oleh jaringan adiposa. Sitokin lainyya disekresi oleh jaringan adiposa termasuk IL-6, rumor necrosis factor (TNF)-α, jaringan adiposa putih-berasal dari IL—1 reseptor antagonis, IL-18, IL-8, monosit chemoattractant protein-1, dan makrofag inflammatory protein-1. Konsenstrasi IL-6 dan TNF- α lebih tinggi di serum dan jaringan adiposa subjek dengan obesitas daripada tanpa obesitas.

Peningkatan subtansi inflamasi pada individu obesitas menunjukkan hubungan antara penyakit inflamasi kronik dan obesitas. Penyakit inflamasi kronik utama pada otolaryngology adalah OMSK, rhinosinusitis kronik dan tonsilitis kronik. Hingga saat ini, tidak ada penelitian yang menilai hubungan antara penyakit ini dan obesitas pada dewasa. Penelitian ini didesain untuk menganalisis hubungan antara obesitas dan penyakit inflamasi kronik utama pada otolaryngology.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa rerata IMT secara signifikan ;ebih tinggi pada anak dengan OME (22.0±3.4 kg/m2) daripada tanpa OME (16.3±2.4 kg/m2), mengindikasi hubungan antara obesitas dan OME pediatric. Walaupun penyebab pasti hubungan ini belum diklarifikasi, perubahan obesitas berhubungan dengan konsentrasi sitokin, akumulasi jaringan adiposa sekitar R-tubes, dan perubahan pengecap pada pasien dengan OME mungkin menyebabkan hubungan ini.

Penyakit otolaryngologic lainny, sondrom obstruksi sleep apnea (OSAS) pada individu obesitas, bersama dengan faktor risiko lainny, seperti jenis kelamin laki-laki, usia, dan faktor genetic. OSAS pada individu obesitas diperkirakan disebabkan oleh peningkatan kolapsnya struktur faring selama pergerakan udara, perubahan pada dinamik dinding dada, dan penyesuaian otot pernafasan dan fungsinya.

Menurut hubungan antara asma dan obesitas, keparahan asma, dinilai dari gejal sehari-hari, mengganggu aktivitas dan pennggunaan bronkodilator, lebih tinggi pada pasien obesitas daripada yang tidak obesitas. Bersama dengan penyebab mekanik asma, penignkatan IMT mungkin meningkatkan kejadian kondisi yang berhubungan, termasuk gastroesophageal reflux disorder, sleep disordered breathing, DM tipe 2, dan hipertensi. Sebagai tambahan, insidensi asma dapat dipengaruhi oleh inflamasi saluran pernafasan, yang terjadi pada pasien dengan low grade proinflammation, misalnya terjdi selama obesitas. Bagaimanapun, effek obesitas berhubungan dengan inflamasi pada insiden asma tetap tidak jelas.

OMSK ditandai dengan perubahan inflamasi yang irreversible diantara mastoid dan telinga tengah, walaupun penyebab pasti progres dari infeksi akut menjadi kronik belum bisa ditentukan. Penelitian pada anak dengan OME ditemukan bahwa rerata IMT lebih tinggi pada subjek dgn OME drpd tanpa OME. Risiko OMSK lebih tinggi pada pasien pediatric dengan riwayat OME. Kami menemukan bahwa rerata IMT dan persentase individu obesitas

Page 4: Translate Jurnal Tht

secara signifikan lebih tinggi pada OMSK daripada kelompok kontrol, mirip yang ditemukan pada pasien pediatric dengan OME. Diantara sitokin yang terdapat pada pasien dengan OMSK adalah TNF-α, fibroblast growth factor, dan bone morphologenetic protein, yang berperan pada remodelin jaringan, seperti IL-1 α , IL-1β, Il-2, dan IL-6, yang berhubungan dengan proliferasi sel inflamasi pada otitis media. Obesitas berhubungan dengan perubahan pada sitokin mungkin mempengaruhi hubungan sitokin dengan otitis media.

2 hipotesis diperkirakan dapat menjelaskan pathogenesis rhinosinusitis kronik adalah hipotesis staphylococcal superantigen dan hipotesis immune barrier. Yang terakhir, khususnya, dapat menjelaskan berbagai defek yang diamati pada barrier mekanikal (epithelial) dan immunologic (innate dan adaptive). Sinyal transducer dan activator transkripsi 3, transkripsi mediator sitokin IL-6, memainkan peran penting dalam pertahanan host. Defek pada proses ini pada rhinosinusitis kronik mungkin menyebabkan respon inflamasi yang berlebihan, mungkin akibat perubahan obesitas yang berhubungan dengan sitokin. Inflamasi yang terjadi selam infeksi saluran pernafasan atas mungkin mirip dengan pengamatan pada tonsillitis kronik yang kambuh, dengan hubungan dengan perubahan obesitas yang berhubungan dengan sitokin.

Kesimpulanny, rerata IMT dan persentase pasien obesitas secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pasien dengan penyakit inflamasi otorhinolaryngologic, termasuk OMSK, rhinosinusitis kronik, tonsillitis kronik, daripada pasien kelompok kontrol. Penelitian selannjutnya dibutuhkan untuk menilai hubungan antara obesitas dan penyakit telinga-hidung-tenggorokkan lainnya, seperti mekanisme yang menghubungkan obesitas dengan penyakit ini.