translate jurnal pericoronitis

8
Pericoronitis Akut dan Posisi Gigi Molar Ketiga Rahahng Bawah di Nigeria ABSTRAK Penelitian ini mengevaluasi hubungan perikoronitis akut dengan posisi molar ketiga rahang bawah di Nigeria. Seratus tiga puluh dua kasus perikoronitis akut yang didapatkan selama 6 bulan di Dental Centre, Kaduna diteliti. Gigi dengan risiko paling tinggi untuk menjadi perikoronitis akut ditemukan pada molar ketiga dengan posisi vertical (57,4%); diikuti dengan posisi impaksi distoangular (25,9%) dan mesioangular (14,8%). Ketinggian gigi molar ketiga dengan molar kedua didapatkan berkorelasi dengan kedalaman kantung distal saku gigi (P <0,05). Pengamatan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar gigi dari kelompok impaksi vertikal tidak jauh berbeda dengan tingkat oklusal atau sedikit di atas. Perubahan klasifikasi impaksi vertikal ke impaksi vertikal 'palsu' dan 'benar' disarankan. KATA KUNCI: Posisi, frekuensi akut-perikoronitis, impaksi PENDAHULUAN: Pericoronitis adalah kondisi sakit yang membuat lemah, paling sering ditemukan pada dewasa muda. John Hunter mengakui efeknya ketika ia mengatakan bahwa "tidak ada tapi pencabutan gigi permanen atau gigi sulung akan menghilangkan hal-hal buruk dalam banyak kasus. Henry mengulas dampak perikoronitis pada saat penggunaan pre-antibiotik dan menganjurkan pencabutan. Ini adalah gejala yang paling umum dan indikasi untuk ekstraksi gigi molar ketiga.

Upload: medistro

Post on 16-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Pericoronitis dengan Posisi Molar 3 Rahang Bawah

TRANSCRIPT

Pericoronitis Akut dan Posisi Gigi Molar Ketiga Rahahng Bawah di NigeriaABSTRAKPenelitian ini mengevaluasi hubungan perikoronitis akut dengan posisi molar ketiga rahang bawah di Nigeria. Seratus tiga puluh dua kasus perikoronitis akut yang didapatkan selama 6 bulan di Dental Centre, Kaduna diteliti. Gigi dengan risiko paling tinggi untuk menjadi perikoronitis akut ditemukan pada molar ketiga dengan posisi vertical (57,4%); diikuti dengan posisi impaksi distoangular (25,9%) dan mesioangular (14,8%). Ketinggian gigi molar ketiga dengan molar kedua didapatkan berkorelasi dengan kedalaman kantung distal saku gigi (P