translate jurnal
DESCRIPTION
sifilisTRANSCRIPT
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 1/9
1
RESPON PASIEN TERINFEKSI-HIV DENGAN SIFILIS TERHADAP
TERAPI DENGAN PENISILIN ATAU CEFTRIAXONE INTRAVENA
P. spornraft-Ragaller1, s. abraham1, c. lueck2, M. Meurer1
1department of dermatology, 2Institute of Microbiology, university Hospital carl Gustav carus, technical
university of dresden,Germany
Abstrak
Latar Belakang: Ceftriaxone umumnya digunakan sebagai obat antibiotik alternative
dalam mengobati sifilis tetapi data klinis terhadap kemanjurannya terbatas. Tujuan: Untuk
mengevaluasi respon pasien terinfeksi HIV dengan sifilis yang aktif untuk pengobatan
dengan penisilin atau ceftriaxone.
Metode: Penelitian retrospektif yang melibatkan 24 pasien berturut-turut dengan tes
Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) positif dan setidaknya satu tes troponemal
spesifik. 12 pasien diobati dengan regimen yang berbeda yaitu dosis tinggi penisilin G
setidaknya selama 2 minggu. 12 pasien lainnya diobati dengan ceftriaxone intravena 1-2g
per hari selama 10-21 hari.
Hasil: Setelah follow up rata-rata selama 18,3 bulan semua pasien dari kelompok yang
diobati penisilin dan 11 dari 12 pasien yang diobati dengan ceftriaxone menunjukkan
penurunan ≥ 4 kali lipat dalam titer VDRL; 91% dari mereka sudah menunjukan hasil
dalam waktu 6 bulan setelah terapi.
Kesimpulan: Data serologi kami menunjukan kemanjuran yang sebanding penisilin yang
direkomendasikan dan rejimen pengobatan ceftriaxone untuk sifilis aktif pada pasien
terinfeksi HIV.
Kata kunci: Sifilis, HIV Infeksi, Ceftriaxone, Penisilin
Pendahuluan
Sifilis pada pasien terinfeksi HIV dilaporkan menunjukkan keparahan yang lebih dan
percepatan [1-4] risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi neurosifilis [5,6]. Oleh
karena itu, pada populasi ini, pemantauan ketat untuk neurosifilis dianjurkan dan dalam
kasus sifilis laten dengan durasi yang tidak diketahui, pungsi lumbal harus dilakukan.Karena prosedur ini dapat ditolak, dalam kasus ini regimen terapi parenteral dosis tinggi
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 2/9
2
sering diperlukan. Pernah neurosifilis tidak diikut sertakan, pada pedoman Eropa dan
Amerika Serikat untuk pengobatan sifilis membuat tidak ada perbedaan pasien dengan atau
tanpa infeksi HIV [7, 8]. Pengobatan pilihan untuk neurosifilis adalah benzil penisilin G
intravena, yang menghasilkan tingkat treponemicidal dalam cairan cerebrospinal. Namun,
yang direkomendasikan untuk 3-6 dosis per hari sering memerlukan rawat inap pada
pasien. Alternatif zat antibiotik terbatas; dalam pedoman Eropa mereka memasukan terapi
oral dengan doksisiklin, sedangkan CDC menggunakan terapi parenteral dengan
ceftriaxone. Hanya beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi HIV
dengan neurosifilis atau sifilis laten memiliki efek yang sama terhadap ceftriaxone dan
penisilin [9-11]. Terlepas dari kurangnya bukti klinis, ceftriaxone biasanya digunakan
sebagai alternatif dalam mengobati sifilis [12] dan karena itu, laporan yang lebih mengenai
keefektifannya dalam pengaturan ini jelas diperlukan.
Pasien dan Metode
Antara Januari 2001 dan Desember 2008, berturut-turut 29 pasien terinfeksi HIV dengan
sifilis aktif diidentifikasi di bagian Dermatologi Rumah sakit Universitas Dresden.
Diagnosis sifilis dikonfirmasi dengan VDRL positif dan setidaknya tambahan satu tes
treponemal spsesifik (TPHA, TPPA, Treponema pallidum imunoblot, IgG dan 19S-IgM
fluorescence treponema absorption-test). Dari 29 pasien diobati tetapi hanya 24 pasien
dengan satu atau lebih kunjungan follow up dilibatkan dalam penelitian ini. Rata-rata 7,7
(1-21) investigasi follow up serologi untuk sifilis dilakukan pada tiap pasien; data
dikumpulkan sampai 31 Mei 2009.
Semua dari 24 pasien adalah laki-laki yang memiliki kontak seksual dengan laki-
laki (MSM) rata-rata berusia 41 (29-57) tahun pada saat diagnosis sifilis. VDRL dasar
berkisar dari 1: 8 sampai 1: 512. 21 pasien diduga memiliki sifilis dini, terutama padastadium II. 17 dari 24 pasien menunjukkan manifestasi klinis yang konsisten dengan sifilis
jika dilihat di klinik rawat jalan kami. 6 dari 24 pasien dilakukan pungsi lumbal dilakukan
dan 3 pasien didiagnosis neurosifilis. Pada 2 pasien, serologi dan riwayat menunjukkan
infeksi ulang; dua pasien lain reaktivasi dari infeksi sifilis sebelumnya yang dirawat di
tempat lain tidak dapat dikeluarkan, karena tes VDRL sebelum episode sifilis saat ini tidak
tersedia (Table1).
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 3/9
3
12 pasien dengan sifilis diobati dengan Penicillin: 8 pasien menerima benzatin
penisilin 2,4 MU intramuskuler (im) dalam interval mingguan selama 3 minggu (n = 7)
atau 2 minggu (n = 1), 2 pasien menerima clemizole penisilin G 1 MU i.m setiap hari
selama 14 atau 21 hari dan 2 pasien menerima penisilin G intravena (i.v.) 3x 10 MU setiap
hari selama 21 hari. 12 pasien menerima i.v. ceftriaxone: 8 pasien 2g sekali per hari selama
10-14 hari, 2 pasien 2g selama 21 hari dan satu lagi 2 pasien 1g selama 14 hari.
Para pasien diperbandingkan berdasarkan pengobatan, baik berbasis penisilin (n =
12) atau, berbasis intravena ceftriaxone rejimen (n = 12). Setelah pengobatan, semua
pasien memiliki setidaknya satu follow up penyelidikan VDRL, yang dilakukan antara 1
dan 19 bulan setelah selesai terapi. Waktu median follow up adalah 18,3 bulan (rata-rata
29,8) untuk semua pasien; 38,3 bulan untuk kelompok penisilin (rata-rata 38,2) dan 11,5
bulan (rata-rata 21,8) pada kelompok ceftriaxone (p <0,13). 7 pasien dalam setiap
kelompok pengobatan menerima terapi antiretroviral aktif dosis tinggi (HAART). Rata-
rata jumlah CD4 sel T dalam darah perifer pada semua pasien 358 / ml (24-849) sebelum
pengobatan sifilis.
Respon pengobatan serologi didefinisikan sebagai > 4 kali lipat penurunan (atau 2
pengenceran) di VDRL-titer atau pengembalian VDRL nonreactive. Neurosifilis ini
diagnosis ketika produksi treponemal spesifik IgG dalam cairan serebrospinal (CSF)
dengan Indeks-ITpA ≥ 4 (berdasarkan TPPA) dibandingkan dengan serum yang telah
didemonstrasikan. Sifilis stadium I dan II didiagnosis pada pasien yang memperlihatkan
gejala yang khas pada pasien rawat jalan klinik . Sebagian besar kasus sebelumnya
seronegatif dengan serokonversi didokumentasikan. Reinfeksi dianggap ketika tes VDRL
naik ≥ 4 kali lipat setelah pengambilan sebelumnya negatif. Awal sifilis laten
diasumsikan pada pasien asimptomatik yang memiliki gejala yang berpengalaman
konsisten dengan sifilis kurang dari satu tahun sebelum diagnosis. Pasien tanpa
didokumentasikan serokonversi dan tanpa riwayat gejala diklasifikasikan sebagai sifilis
laten durasi tidak diketahui.
Untuk analisis statistik dua sisi Mann Whitney U-test untuk sampel berpasangan
dan uji Exact Fisher dilakukan (SPSS, Versi 17).
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 4/9
4
Hasil
24 pasien yang dianalisis; 12 telah menerima penisilin dalam berbagai dosis regimen
terutama intramuskular dan 12 pasien telah diterapi dengan seftriakson intravena pada
dosis harian 2g dalam banyak kasus.
Membandingkan kedua kelompok pengobatan, pasien tidak berbeda dalam hal
umur (p = 0,38) atau proporsi menerima ART. Kasus dengan gejala sifilis adalah sedikit
lebih umum pada kelompok penisilin mencerminkan proporsi yang lebih besar dari sifilis
primer dan sekunder. Keseluruhan dasar VDRL median adalah 1: 64 (1: 8-1: 512) dengan
kecenderungan untuk titer lebih tinggi pada kelompok ceftriaxone (median 1: 64-1:128) vs
1: 32 pada kelompok penisilin (n.s., p = 0,23).Pasien dari kelompok ceftriaxone memiliki
jumlah dasar CD4-t-sel yang lebih tinggi tetapi perbedaannya tidak bermakna secara
statistic (p = 0,08). Enam kasus diobati dengan intramuskular penisilin jelas dapat
didiagnosis sifilis dini dengan didokumentasikan serokonversi atau infeksi ulang,
sedangkan ceftriaxone atau intravena penisilin dipilih untuk pengobatan pasien tanpa
serokonversi didokumentasikan (n =8; 67% dari pasien dalam kelompok ceftriaxone) atau
dalam kasus dengan yang dicurigai alergi penisilin (n = 3). Reaksi Herxheimer terjadi
pada beberapa pasien dengan sifilis sekunder tetapi tidak dipantau secara konsisten, karena
pasien yang menolak rawat inap diberi profilaksis (50 mg prednisolon)
Table 1. karakteristik dasar
Karakteristik Penicillin
n = 12
Ceftriaxone
n = 12
P
Umur, masa rata-rata
Tindak lanjut, rata-rata bulan
CD4 + T jumlah sel, sel rata-rata / μl
HAART, n=7
Dasar VDRL, rata-rata
Awal sifilis, n=stage I
stage II
awal laten
Neurosifilis
Laten yang mungkin terlambat, durasi tidak
diketahui
Tanda-tanda klinis pada presentasi, n=
Reinfeksi, n=2
Reaktivasi yang mungkin
Serokonversi didokumentasikan, n=
Lumbal pungsi
42 (33-57)
38,3 (5.5-73)
264 (128-849)
7
1:32
11 of 12 (92%)2
6
3
1
0
9 of 12 (75%)
0
0
6 of 12 (50%)
2
40.5 (29-47)
11.5 (1.5-78.5)
411 (24-707)
1:64-1:128
9 of 12 (75%)1
6
2
2
1
7 of 12 (58%)
2
4 of 12 (33%)
4
0,38
0.13
0.08
0.23
0.59
0.66
0.68
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 5/9
5
Tindak Lanjut dan Hasil Pengobatan
Tabel 2. Hasil Pengobatan.
Penicillin
n=12
Ceftriaxone
n=12
P
4 kali lipat penurunan titer VDRL-setelah
perawatan
Dalam 3 bulan
Dalam 6 bulan
Dalam 12 bulan
Dalam 20 bulan
Titer VDRL negatif, pada akhir tindak
lanjut
12 dari 12
5 dari 7 (71%)
9 dari 10 (90%)
11 dari 11
12 dari 12
6 dari 12
11 dari 12
10 dari 11 (91%)
11 dari 12 (92%)
4 dari 12
0.51
0.68
Keseluruhan waktu follow up rata-rata adalah 18,3 bulan. Kontrol pertama dari VDRL
dalam waktu 3 bulan setelah terapi selesai yang terdiri dari 11 kasus kelompok ceftriaxone
dan 7 pasien dari kelompok penisilin. 10 dari 11 pasien yang diobati ceftriaxone
menunjukkan ≥ 4 kali lipat penurunan dari titer-VDRL dalam waktu 3 bulan (rata-rata 1,75
bulan) begitu juga pada 5 dari 7 kasus dari kelompok penisilin. Ketika tes VDRL
dilakukan dalam waktu 6 bulan setelah terapi, persentase pasien dengan penurunan 4 kali
lipat VDRL menjadi 90% pada kelompok penisilin (9 dari 10 kasus). Ada beberapa pasien,kontrol VDRL pertama hanya ada pada 6,5, 7,5, 11 dan 19 bulan setelah terapi. Pada
waktu itu, pasien-pasien ini menunjukkan telah pengembalian VDRL ke negatif (n = 3)
atau positif lemah (titer 1:2; n = 1). Dalam waktu satu tahun setelah terapi, 22 dari 23
pasien menunjukkan respon serologis terhadap pengobatan baik dengan penisilin atau
ceftriaxone, 23 dari 24 pasien respon dalam 20 bulan. 10 pasien mencapai VDRL negatif;
7 dari kelompok penisilin setelah follow up rata-rata 38,3 bulan dan 3 dari kelompok
ceftriaxone setelah follow up rata-rata 11,5 bulan. Kami tambahkan 13 pasien untuk
dianalisis dengan VDRL yang tersedia sekitar satu tahun setelah terapi (13 bulan n = 4; 12
bulan n = 5; 11 bulan n = 2; 10 bulan n = 2). 7 pasien diterapi dengan penisilin dan 6
pasien dengan ceftriaxone. Di saat itu, semua pasien menunjukkan ≥ 8 kali lipat (atau 3
pengenceran) penurunan VDRL atau pengembalian VDRL ke negatif. Terakhir terjadi
masing-masing pada 3 pasien dengan VDRL setelah 13 bulan dan pada 1 pasien setelah
10 bulan. Hanya satu pasien dengan kemungkinan neurosifilis laten, diberikan untuk
kelompok ceftriaxone, tetap serofast setelah salah satu pengobatan ceftriaxone i.v 2g
selama 14 hari atau penisilin i.v selama 3 minggu. Pasien ini telah didiagnosa terinfeksi
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 6/9
6
HIV dan sifilis dengan jumlah CD4-sel-T 24/μl. VDRL awal adalah 1:16 dan TPHA
adalah 1:640 tanpa demonstrasi spesifik IgM (19-s IgM-FTA-ABS-test). Sebelumnya
infeksi sifilis tersebut tidak diketahui. Tidak ada tanda-tanda klinis neurosifilis dan tidak
ada pleositosis dari cairan serebrospinal (CSF). Namun, ITpA-Index adalah 4,7 dan
TPHA-Index adalah 385 dibandingkan dengan serum (TPHA-Indeks 100-500: mungkin
neurosifilis), yang mengindikasikan produksi IgG intratekal spesifik. Setelah pengobatan
dengan ceftriaxone dan stabilisasi dari jumlah CD4-sel-T 322 / ml dibawah HAART,
pengobatan kedua dengan penisilin G tidak signifikan mempengaruhi VDRL atau TPHA--
titer.
Sebagian besar pasien (n = 18) bisa dimonitor dengan 3 atau lebih follow up
serologis data yang tersedia. Sampai follow up berakhir, tidak ada kekambuhan sifilis yang
diidentifikasi pada semua pasien. Namun, tahun 2009 dua pasien mengakuisisi infeksi
sifilis tambahan dengan kenaikan signifikan dari treponemal spesifik dan VDRL titer. Satu
pasien sebelumnya telah diobati dengan penisilin dan yang lainnya dengan ceftriaxone.
Pada kedua pasien, masing-masing titer VDRL sebelumnya telah turun ke 1: 2 atau non
eaktif. Satu pasien menunjukkan sifilis stadium I dan memberikan riwayat hubungan seks
tanpa kondom 4 minggu sebelum pengembangan ulkus genital, pasien yang lain
memperlihatkan eksantema tipikal pada sifilis tahap II. Oleh karena itu, episode tambahan
ini sifilis dianggap sebagai infeksi ulang dan tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Diskusi
Bersamaan dengan infeksi HIV, sifilis mungkin menunjukkan dampak lebih parah,
perkembangan lebih cepat untuk terjadinya neurosifilis dan tingginya tingkat kegagalan
pengobatan [4, 6,13]. Besarnya risiko ini tidak didefinisikan secara tegas. Ada beberapa
laporan tentang kegagalan pengobatan setelah terapi dini sifilis dengan benzatin penisilin
[14]. Pengacakan besar, pengujian kontrol prospektif pada 541 pasien termasuk 101
dengan infeksi HIV dinilai peningkatan terapi sifilis dini dengan benzatin
penisilin i.m 2,4 MU ditambah amoksisilin dan probenesid dibandingkan dengan benzatin
penisilin saja. Penelitian ini tidak mampu menunjukkan keuntungan dari peningkatan
terapi [15, 16]. Oleh karena itu, sebagian besar pedoman untuk pengobatan sifilis pada
pasien terinfeksi HIV secara substansial tidak berbeda dengan pasien tanpa infeksi HIV
[16]. Namun, beberapa ahli merekomendasikan regimen terapi yang lebih intensif bahkan
untuk awal sifilis pada infeksi HIV [7] dengan benzatin penisilin 2,4 MU dalam interval
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 7/9
7
mingguan pada hari ke 1, 8 dan 15 berkonkordansi dengan pedoman Eropa dan Jerman
saat ini [8, 17]. Regimen yang sama dapat digunakan untuk sifilis laten lanjut atau sifilis
yang durasinya tidak diketahui jika pemeriksaan CSF normal. Jika dicurigai neurosifilis
tetapi lumbal pungsi ditolak, pengobatan dianjurkan dengan aquos penisilin G i.v.
Substansi alternatif untuk mengobati neurosifilis jarang: Dalam kasus alergi penisilin,
menurut pedoman Eropa terapi oral dengan doksisiklin dianjurkan; CDC [7] dalam situasi
ini diusulkan desensitisasi penisilin atau ceftriaxone dengan dosis 2g per hari i.m. atau i.v.
Namun, data klinis kemanjuran ceftriaxone untuk pengobatan sifilis dibandingkan untuk
terapi standar dengan penisilin masih terbatas.
Dalam penelitian kami, pasien terinfeksi HIV dengan sifilis baik diobati dengan
penisilin atau seftriakson pada dosis relatif tinggi berdasarkan pedoman pengobatan saat
ini dijelaskan di atas. Pada 24 pasien, kami bisa mengamati efek yang sebanding dari
keduanya, yaitu penisilin dan rejimen ceftriaxone setelah follow up rata-rata 18,3 bulan.
Semua 12 pasien yang diobati dengan penisilin menunjukkan respon pengobatan yang
sama dengan penurunan ≥ 4 kali lipat di VDRL-tes pada 11 dari 12 pasien yang diobati
dengan ceftriaxone. Setelah menyelesaikan pengobatan dengan seftriakson, 10 dari 11
pasien (91%) sudah mencapai ≥ 4 kali lipat penurunan di-tes VDRL dalam waktu 3 bulan
dan pasien yang lain dalam waktu 6,5 bulan. Diambil bersama-sama, 11 dari 12 pasien
(92%) respon terhadap ceftriaxone setelah 12 bulan kecuali untuk satu pasien yang tetap
serofast. Setelah pengobatan dengan penisilin, hanya 5 dari 7 pasien yang menunjukkan
penurunan ≥ 4 kali lipat dari VDRL dalam waktu 3 bulan. Setelah follow up selama19,5
bulan, semua 12 pasien yang diobati dengan penisilin menunjukkan respon terhadap
terapi. Meskipun kebanyakan pasien mencapai respon pengobatan kurang dari 12 bulan
setelah selesai terapi, pada 13 pasien (7 diobati dengan penisilin dan 6 diobati dengan
ceftriaxone) respon sekitar satu tahun (10-13 bulan) setelah terapi ditentukan. Pada semua
pasien, penurunan VDRL ≥ 8 kali lipat dapat diamati, dengan demikian juga menunjukkan
kemanjuran yang serupa dari kedua antibiotik. Mungkin ada kecenderungan untuk respon
yang lebih cepat terhadap seftriakson dibandingkan dengan penisilin; Namun, meskipun
kurangnya perbedaan yang signifikan dalam karakteristik awal, perbandingan langsung
sangatlah sulit: di satu sisi, pasien dalam kelompok ceftriaxone yang memiliki dasar titer
VDRL yang agak lebih tinggi bersama dengan dasar jumlah CD4-sel-T yang lebih tinggi
dan karena itu mungkin telah mengalami penurunan VDRL lebih cepat, di sisi lain, dalam
kelompok ini juga lebih pasien dengan durasi yang tidak diketahui sifilis dan penyakit
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 8/9
8
yang lebih rumit. Satu pasien mungkin dengan neurosifilis lanjut laten yang tidak respon
terhadap pengobatan baik ceftriaxone atau penisilin.
Ada penelitian kecil dengan hanya sedikit data klinis tentang kemanjuran
ceftriaxone untuk pengobatan sifilis, baru-baru ini ditinjau oleh Parkes dan stoner [15, 18].
Dalam sebuah laporan dari smith dkk. [9] 24 pasien terinfeksi HIV dengan sifilis
asimptomatik dan rapid plasma reagen (RPR) titer ≥ 1:04 diacak untuk pengobatan baik
dengan ceftriaxone i.m 1g (N = 10) atau pengobatan ditingkatkan dengan penisilin
prokain ditambah probenesid selama 15 hari (n = 14) dan di follow up secara prospektif
(rata-rata follow up 32 bulan untuk penisilin dan 18 bulan untuk seftriakson): Dalam studi
ini, hanya 70% pasien yang diterapi dengan prokain penisilin dan 71% pasien yang
diterapi dengan ceftriaxone menunjukkan ≥ 4 kali lipat penurunan titer-RPR. Namun,
sebagian besar pasien diyakini memiliki sifilis laten lanjut dan semuanya terdaftar sebelum
tersedianya HAART. Di studi lain sebelum era HAART keefektivitas ceftriaxone 1-2 g
per hari selama 10-14 hari pada pasien terinfeksi HIV laten atau neurosifilis tingkat reaksi
adalah 65% pada 28 pasien yang diobati dengan ceftriaxone vs 62% pada pasien yang
diobati dengan penisilin benzatin [11]. Sebuah studi yang lebih baru dari Marra dkk. [10]
menemukan bahwa hampir semua dari 59 pasien terinfeksi HIV dengan neurosifilis
menunjukkan normalisasi jumlah leukosit CSF dan VDRL CSF setelah berbagai regimen
pengobatan termasuk ceftriaxone i.v 2g pada 7 pasien. Dalam studi acak sebelumnya oleh
penulis yang sama [19] mengevaluasi ceftriaxone atau penisilin G untuk pengobatan
neurosifilis pada 30 pasien terinfeksi HIV, ceftriaxone ditemukan sama-sama efektif dalam
meningkatkan CSF marker untuk neurosifilis dan tampak terjadi penurunan mengenai titer
RPR serum (80% vs 13% dari pasien). Follow up, bagaimanapun, singkat (3-6 bulan)
dalam penelitian ini dan sebagian besar pasien memiliki riwayat sifilis sebelumnya yang
mana neurosifilis berlaku pada kelompok penisilin. Penelitian secara acak yang lain dari
28 pasien HIV-negatif dengan sifilis primer atau sekunder membandingkan pengobatan
dengan seftriakson i.m. atau penisilin G i.m setiap hari selama 2 minggu dan tidak
menemukan perbedaan respon klinis dan serologis. Setelah follow up maksimum sampai
12 bulan semua pasien mencapai setidaknya 2 kali lipat pengenceran penurunan titer-
VDRL [20]. Efektivitas ceftriaxone untuk pengobatan sifilis juga ditunjukkan oleh laporan
baru pada 3 kasus pasien terinfeksi HIV dengan sifilis neurologis setelah pengobatan sifilis
primer atau sekunder dengan benzatin penisilin yang mana terapi berikutnya dengan
ceftriaxone [21]. Singkatnya, tinjauan literatur menunjukkan bahwa ceftriaxone i.v. atau
i.m. tampaknya sama efektif untuk pengobatan sifilis seperti regimen dasar penisilin
5/16/2018 Translate Jurnal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-55ab5259b445b 9/9
9
berbasis yang berkonkordansi dengan temuan kami. Tampaknya lebih banyak pengalaman
dengan ceftriaxone dalam pasien coinfeksi-HIV. Tingkat kegagalan lebih tinggi yang
sebelumnya dilaporkan mungkin disebabkan oleh tidak tersedianya HAART pada
beberapa studi sebelumnya dan untuk terlepas dari rejimen pengobatan sifilis: Pada pasien
asimptomatik dengan sifilis laten lanjut, infeksi ulangan, atau sifilis yang durasi tidak
diketahui dan titer VDRL yang rendah, follow up serologi sulit. Karena sebagian besar
pasien kami memiliki sifilis tahap awal, beberapa dari mereka dengan serokonversi yang
didokumentasikan, ini mungkin yang menjelaskan respon menguntungkan secara
keseluruhan untuk kedua ceftriaxone dan penisilin. Keterbatasan penyelidikan kami adalah
- seperti dalam beberapa studi sebelumnya - ukuran sampel yang kecil dan heterogenitas
tahap sifilis aktif. Pasien diobati dengan dosis relatif tinggi, tetapi dosis berbeda pada
kedua antibiotik dan follow up adalah retrospektif dan tidak standar. Meskipun tidak
signifikan, pasien yang diterapi dengan seftriakson memiliki jumlah sel CD4 awal yang
lebih tinggi dan karena itu resiko yang lebih rendah dari neurosifilis. Namun, ceftriaxone
dalam pengalaman kami, juga karena penerapan yang lebih nyaman sekali per hari, adalah
agen alternatif yang cocok untuk pengobatan sifilis khususnya pada pasien yang terinfeksi
HIV yang mana terapi parenteral tampaknya lebih sering dibenarkan. Namun, studi
prospektif lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.