trance disorder

18
GANGGUAN KESURUPAN (TRANCE DISORDER) I. PENDAHULUAN Fenomena kesurupan menjadi tema yang menarik dalam kajian psikiatris. Sebuah kajian debatable yang mengundang kontroversi dan dipandang dari berbagai sisi yang berbeda. Dalam banyak literatur sejarah psikiatiri, fenomena kesurupan dianggap sebagai sebuah asumsi primitif dalam memandang gangguan jiwa. Dalam sejarah abnormalitas, keyakinan akan masuknya roh jahat ke dalam orang yang mengalami gangguan kejiwaan masuk dalam fase demonologi awal. Dalam fase ini orang yang mengalami gangguan kejiwaan diyakini telah dirasuki oleh roh-roh jahat atau setan. Cara penanggulangannya adalah dengan melakukan eksorsisme. Eksorsisme adalah proses pengusiran roh jahat dengan menggunakan mantera atau siksaan ritualistic. 1 Luluk Widyawan mengungkapkan beberapa fenomena kesurupan yang pernah terjadi. Di pabrik rokok PT. Bentoel Prima, Malang, 30 karyawan mengalami kesurupan yang diawali oleh seorang karyawati unit giling yang tiba-tiba menjerit dan mengoceh sekenanya. Hal serupa juga terjadi di SMP Muhammadiyah, Jombang, SMA Pangudi Luhur, Yogyakarta, SMPN 29, Surabaya, dan di SMAN 10, Surabaya yang menimpa 11 siswi (Widyawan, 2006: Menanggapi kejadian kesurupan yang akhir- akhir ini sering terjadi, tim psikiater RSUD Dr. Soetomo Surabaya, diantaranya Prof. Hanafi, Sp.KJ., dr. Nalini M. Agung, Sp.KJ., dr. Marlina Wahyudin, Sp.KJ., dr. Fatima, Sp.KJ., serta dr. Didi Aryono Budiyono, Sp.KJ., dalam jumpa pers mengenai fenomena kesurupan sekaligus bentuk cara 1

Upload: aan-khaerisman

Post on 28-Nov-2015

135 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trance Disorder

GANGGUAN KESURUPAN (TRANCE DISORDER)

I. PENDAHULUAN

Fenomena kesurupan menjadi tema yang menarik dalam kajian psikiatris. Sebuah

kajian debatable yang mengundang kontroversi dan dipandang dari berbagai sisi yang

berbeda. Dalam banyak literatur sejarah psikiatiri, fenomena kesurupan dianggap sebagai

sebuah asumsi primitif dalam memandang gangguan jiwa. Dalam sejarah abnormalitas,

keyakinan akan masuknya roh jahat ke dalam orang yang mengalami gangguan kejiwaan

masuk dalam fase demonologi awal. Dalam fase ini orang yang mengalami gangguan

kejiwaan diyakini telah dirasuki oleh roh-roh jahat atau setan. Cara penanggulangannya

adalah dengan melakukan eksorsisme. Eksorsisme adalah proses pengusiran roh jahat dengan

menggunakan mantera atau siksaan ritualistic.1

Luluk Widyawan mengungkapkan beberapa fenomena kesurupan yang pernah

terjadi. Di pabrik rokok PT. Bentoel Prima, Malang, 30 karyawan mengalami kesurupan yang

diawali oleh seorang karyawati unit giling yang tiba-tiba menjerit dan mengoceh sekenanya.

Hal serupa juga terjadi di SMP Muhammadiyah, Jombang, SMA Pangudi Luhur, Yogyakarta,

SMPN 29, Surabaya, dan di SMAN 10, Surabaya yang menimpa 11 siswi (Widyawan, 2006:

Menanggapi kejadian kesurupan yang akhir-akhir ini sering terjadi, tim psikiater RSUD Dr.

Soetomo Surabaya, diantaranya Prof. Hanafi, Sp.KJ., dr. Nalini M. Agung, Sp.KJ., dr.

Marlina Wahyudin, Sp.KJ., dr. Fatima, Sp.KJ., serta dr. Didi Aryono Budiyono, Sp.KJ.,

dalam jumpa pers mengenai fenomena kesurupan sekaligus bentuk cara penanggulangannya,

menjelaskan bahwa kesurupan massal yang terjadi di beberapa kota di belahan nusantara

murni merupakan persoalan kejiwaan, bukan masalah mistis atau klenik.1

Kesurupan merupakan fenomena yang sudah ada sejak lama pada berbagai suku

bangsa. Pada suku–suku tertentu ini dikaitkan dengan ritual-ritual agama tertentu. Juga

digunakan sebagai hiburan di pentas kesenian. Orang awam menyebutnya “kemasukan roh”.

Dalam dunia medis hal ini disebut “trance” , dalam PPDGJ III gangguan ini dimasukkan

dalam kelompok “gangguan disosiasi”. 1

II. DEFINISI

Kesurupan atau possession and trance adalah gangguan yang ditandai dengan

adanya gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi normal di bawah kendali

1

Page 2: Trance Disorder

kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera, serta

kontrol terhadap gerakan tubuh.2,4

“Trans” yang disebut juga “twilight state” adalah suatu keadaan yang ditandai oleh

perubahan kesadaran atau hilangnya penginderaan dari identitas diri dengan atau tanpa suatu

identitas alternatif. (DSM IV TR). 2,4

“Trans” adalah suatu perubahan status kesadaran dan menunjukkan penurunan

responsivitas terhadap stimulus lingkungan. 2,4

Menurut Hinsie dan Campbel (1970), mempunyai persamaan arti dengan hipnosis,

katalepsi dan keadaan ekstasi atau kekaguman dapat juga diartikan terlena. ”Trans” adalah

suatu bentuk kesadaran transaksional yang dibangkitkan untuk tujuan transformasi.2,4

III. EPIDEMIOLOGI

Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak dijumpai di negara dunia

ketiga. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, kesurupan atau possesion

syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering

ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 – 4% dari populasi umum.1

. Kondisi trans biasanya terjadi pada perempuan dan seringkali dihubungkan dengan

stress atau trauma (Barlow & Durand, 2002:177). Hal ini terbukti dari kasus-kasus yang

terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin karena perempuan lebih sugestible

atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan lakilaki. Mereka yang mempunyai kepribadian

histerikal yang salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk disosiasi atau juga menjadi

korban kejahatan hipnotis. Berdasarkan usia, sebagian besar korban disosiasi berusia remaja

dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka yang berisiko untuk

disosiasi adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda yang mudah dipengaruhi. Barlow

& Durand (2002:174) menyatakan, ketika individu merasa terlepas dari dirinya atau

seolaholah ia seperti bermimpi, maka dapat dikatakan ia memiliki pengalaman disosiatif.

Kemungkinan besar disosiasi terjadi setelah kejadian-kejadian yang membuat individu sangat

stress. Mungkin juga terjadi ketika psikis seseorang melemah atau mengalami tekanan

mental. Banyak jenis penelitian menyatakan suatu hubungan antara peristiwa traumatik,

khususnya penyiksaan fisik dan seksual pada masa anakanak, dengan disosiatif . Kondisi

trans disosiatif adalah fenomena yang sangat mengagumkan dan menarik namun

membingungkan.3,5,7

2

Page 3: Trance Disorder

Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di

masyarakat. Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya sudah

tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana fenomena kesurupan sering kali dan

bahkan selalu dikaitkan dengan adanya gangguan dari roh-roh halus yang mengambil alih

tubuh korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang ia

perbuat. Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang ada, diturunkan dan

berkembang dalam masyarakat kita.5,7

Kesurupan masal yang belakangan ini sering sekali terjadi sebenarnya pada awalnya

merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi masal dikarenakan orang

lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti. Kesurupan individual yang terjadi

muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang dirasakan oleh individu sebelum proses

kesurupan itu terjadi. Kesurupan menurut Dr Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang

dinamakan reaksi desosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang

untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun

mental.5,7

IV. ETIOLOGI

Pada seseorang dengan gangguan trans disosiatif terdapat kompleksitas pembentukan

dan pengumpulan ingatan. Pendekatan psikoanalitik menyatakan amnesia terutama sebuah

mekanisme pertahanan dimana orang mengubah kesadarannya sebagai cara untuk

menghadapi suatu konflik emosional atau stressor eksternal.2,3,7

Etiologi dari gangguan disosiasi ini diduga bersifat psikologis. Faktor predisposisinya

antara lain:2,3,7

1. Keinginan untuk menarik diri dari pengalaman yang menyakitkan secara emosional,

2. Berbagai stressor dan faktor pribadi, seperti finansial, perkawinan, pekerjaan, dan

peperangan,

3. Depresi,

4. Usaha bunuh diri,

5. Gangguan organik (khususnya epilepsi),

6. Riwayat penyalahgunaan zat.

7. Trauma fisik dan mental

8. Kemarahan

3

Page 4: Trance Disorder

9. Kecemasan

10. Kelelahan fisik

V. FAKTOR YANG MEMBANGKITKAN

Musik / tetabuhan

Kata-kata / mantra

Cahaya yang menyilaukan

Situasi yang kacau

Kekaguman

Hipnosis2

VI. PSIKOPATOLOGI

Dalam keadaan kesehatan mental, seseorang memiliki perasaan diri (sense of self)

yang utuh sebagai manusia dengan kepribadian dasar yang tunggal. Kesehatan mental

merupakan modal utama kehidupan seorang manusia. Tanpa mental yang sehat, seorang

manusia tidak dapat melaksanakan tugas kemanusiaannya dengan baik. Manusia yang sehat

tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara psikis. Bebas dari gangguan adalah

indikasi manusia yang bermental sehat. Ada berbagai macam gangguan mental (mental

disorder), salah satunya adalah gangguan trans disosiatif (dissociative trance disorder).

Dalam masyarakat fenomena disosiatif dikenal dengan istilah kesurupan. 4,5,6

Dari perspektif psikologi, menurut pandangan Freud, dissosiasi merupakan salah

satu bentuk deffence mechanism ego ketika kebutuhan-kebutuhan id tidak tersalurkan karena

adanya superego. Dalam hal ini, orang yang mengalami stres berat atau kejadian traumatik,

coping stress, tidak dapat mengatasi stressor yang ada sehingga ego melemah. Saat ego ini

melemah, ia mulai melakukan pertahanan diri dalam bentuk dissosiasi, yaitu kehilangan

kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya.1,4,6

Kesurupan dipercaya oleh masyarakat sebagai suatu keadaan yang terjadi bila roh

yang lain memasuki seseorang dan menguasainya sehingga orang itu menjadi lain dalam hal

bicara, perilaku dan sifatnya. Perilakunya menjadi seperti ada kepribadian lain yang

‘memasukinya’. Maramis (1994:418) menyebutnya sebagai suatu mekanisme disosiasi yang

dapat menimbulkan kepribadian ganda (multiple personality) dan gangguan identitas

disosiasi (dissociative identity disorder). Kaplan & Sadock (1997:100) menyatakan bahwa

disfungsi utama pada disosiatif adalah kehilangan keutuhan keadaan kesadaran sehingga

4

Page 5: Trance Disorder

orang merasa tidak memiliki identitas atau mengalami kebingungan terhadap identitasnya

sendiri atau memiliki identitas berganda. 3,4,5

Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem

limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan perilaku. Sistem limbik sangat luas

dan mencakup berbagai bagian di berbagai lobus otak. Dengan terganggunya emosi dan

beratnya tekanan akibat kesulitan hidup, timbullah rangsangan yang akan memengaruhi

sistem limbic. Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang saraf atau

neurotransmitter. Zat penghantar rangsang saraf yang keluar mungkin norepinephrin atau

juga serotonin yang menyebabkan perubahan perilaku atau sebaliknya.3,4,5,6

Masyarakat memandang bahwa kesurupan itu terjadi karena seseorang telah

kemasukan jin atau roh halus sehingga membuat perilakunya aneh di luar kesadarannya. Dan

pengobatan menurut masyarakat umum dengan meminta pertolongan pada orang pintar,

paranormal, ahli agama, dan orangorang yang dianggap ahli menanganinya. Jarang sekali

penderita disosiasi dibawa ke dokter. Kesurupan dalam psikologi dikenal dengan istilah

fenomena disosiatif yang diartikan sebagai keadaan psikologis yang terjadi karena suatu

perubahan dalam fungsi self (identitas, memori atau kesadaran).4,5,6

Kondisi ini bisa terjadi secara tibatiba atau secara bertahap, bersifat sementara atau

kronis. Fenomena disosiasi ini mengacu pada kondisi trans disosiatif. Trans disosiatif adalah

perubahan yang bersifat temporer dalam hal kesadarannya atau lemah/hilangnya perasaan

identitas diri (sense of personal identity) tanpa kemunculan identitas baru (Suryaningrum,

2006). Dalam kondisi trans, hilangnya identitas tidak berhubungan dengan munculnya

identitas baru dan tindakan yang dimunculkan selama kondisi trans umumnya tidak kompleks

(misalnya kejangkejang, bergulingguling, terjatuh). 4,5,6

Menurut Hawari (2006), kesurupan adalah reaksi kejiwaaan yang dinamakan reaksi

disosiasi (dissociative reactions). Reaksi itu mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk

menyadari realitas sekitarnya, disebabkan tekanan fisik maupun mental. Reaksi disosiasi ini

menimpa mereka yang jiwanya labil ditambah dalam kondisi yang membuatnya tertekan.

Stress yang bertumpuk ditambah pemicu memungkinkan reaksi yang dikendalikan alam

bawah sadar ini 3 muncul ke permukaan, sehingga seseorang yang mengalami stress berat,

maka ia sangat mudah sekali akan mengalami trans disosiasi. Berikut satu contoh kasus dari

keadaan trans disosiatif seperti yang pernah dialami oleh subyek dalam penelitian ini. Subyek

pernah mengalami kondisi trans ketika berusia 20 tahun. Saat kejadian itu subyek merasa

5

Page 6: Trance Disorder

dalam dirinya ada yang mengendalikan, ia berteriakteriak dan menangis dan terjadi hampir

lima jam lamanya, dia tidak menyadari bahwa dia dalam keadaan trans. Subyek mengakui

sebelum mengalami kondisi trans, subyek mempunyai berbagai permasalahan yang berat.

Saat itu banyak permasalahan yang dihadapinya, mulai dari masalah pribadi, masalah dengan

keluarga hingga masalah perekonomian yang tidak bisa terselesaikan.4,5,6

VII. MANIFESTASI KLINIK

Dalam dunia psikiatri, kondisi orang kesurupan dibagi menjadi dua. Pertama,

munculnya keyakinan akan adanya kekuatan lain yang menguasai diri seseorang. Gejala

seperti ini merupakan bagian dari terbelahnya isi pikiran yang merupakan ciri dari penderita

skizofrenia. Bentuk keyakinan seperti itu disebut juga waham. Kedua, orang yang kesurupan

mengalami metamorfosis total, ia menganggap dirinya bersama dengan orang lain atau benda

tertentu.1,3,4.5

Gejala seperti ini sering terlihat pada orang yang mengalami gangguan dissosiasi. Jika

pemicunya adalah konflik atau stres psikologis, keadaan ini disebut dengan reaksi dissosiasi

yang merupakan sub-jenis dalam neorosa histerik. Dissosiasi yang didasarkan pada

kepercayaan atau kebudayaan tertentu disebut dengan kesurupan. Gejala yang menonjol yang

berhubungan dengan gangguan kesurupan adalah adanya gejala psikotik pada penderita

epilepsi. Gejala psikotik didahului oleh perkembangan perubahan kepribadian yang

berhubungan dengan aktivitas otak epileptik. Gejala psikotik yang paling khas adalah

halusinasi dan waham paranoid. Sesuatu yang membedakannya dengan penderita skizofrenia

pasien tetap tampak hangat dan sesuai pada afeknya. 1,3,4.7

Kesurupan dalam stereotip masyarakat terjadi dalam dua tahap, yaitu: a) orang yang

kesurupan merasa di dalam dirinya ada kekuatan lain yang berdiri sendiri di samping “aku”-

nya dan dapat menguasainya. Jadi, stimulan terdapat dua kekuatan yang bekerja sendiri-

sendiri dan orang itu berganti-ganti menjadi satu dan yang lain. Kesadarannya tidak menurun

dan perasaan ini berlangsung kontinu. Dalam hal ini kita melihat suatu permulaan perpecahan

kepribadian yang merupakan khas dari skizofrenia; b) orang yang kesurupan menjadi pribadi

lain. Ia mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain, binatang atau benda. Jadi pada suatu

waktu tidak terdapat dua atau lebih kekuatan di dalam dirinya (seperti dalam hal yang

pertama), tetapi terjadi suatu metamorfosis yang lengkap. Orang yang kesurupan juga

mengalami amnesia total atau sebagian. Keadaan yang kedua adalah apa yang disebut dengan

dissosiasi. Bila dissosiasi terjadi karena konflik dan stres psikologik, maka keadaan ini

6

Page 7: Trance Disorder

disebut dengan reaksi dissosiasi suatu sub-jenis dalam neorosa histerik. Bila dissosiasi terjadi

karena pengaruh kepercayaan dan kebudayaan, maka dinamakan kesurupan. 1,4,5

Dampak orang yang mengalami gangguan kesurupan akan mengalami gangguan

tidur. Adapun gejalanya adalah: a) seorang tidak dapat tidur kecuali setelah kendornya

persendian dalam waktu yang cukup lama, b) gelisah, yaitu sering terbangun dari tidur waktu

malam, c) kondisi tertekan atau terhimpit, yaitu bermimpi melihat sesuatu yang membuatnya

gundah dan ingin meminta tolong, tapi tidak mampu, d) mimpi-mimpi yang menyeramkan, e)

bermimpi melihat binatang ketika tidur, seperti kucing, anjing, singa, unta, ular, musang dan

tikus, f) menggigit dengan gigi taringnya ketika tidur, g) tertawa, menangis, atau berteriak

ketika tidur, h) mengaduh ketika tidur, i) berdiri atau berjalan tanpa sadar ketika tidur, j)

bermimpi seakan dia akan jatuh dari tempat yang tinggi, k) bermimpi melihat dirinya berada

di kuburan, tempat sampah, atau jalan yang mengerikan, l) bermimpi melihat orang-orang

yang aneh, seperti orang-orang yang berpostur sangat pendek atau tinggi, atau orang-orang

yang serba hitam, dan m) bermimpi melihat gambar atau lukisan.1,4,5

Sedangkan gejala yang muncul di luar kondisi tidur adalah: 1) hilangnya kendali diri

secara menyeluruh baik dalam bentuk kelumpuhan fisik, maupun fungsi kesadaran, seperti,

penyakit ayan, ataupun apa yang diasumsikan orang awam sebagai sakit gila, dan 2)

gangguan secara parsial yang bisa muncul dalam bentuk: a) sakit kepala yang berkelanjutan,

dengan catatan bahwa gangguan tersebut tidak berhubungan dengan gangguan mata, telinga,

hidung, gigi, tenggorokan, atau perut, b) penyakit pada salah satu anggota tubuh, sementara

pihak medis tidak dapat mendeteksinya, c) linglung, d) lemas atau loyo, dan e) seakan-akan

ada yang mengahalanginya untuk berdzikir kepada Allah, melaksanakan shalat, dan hendak

melaksanakan ketaatan. 1,4,5

VIII. KRITERIA DIAGNOSIS

Dunia kedokteran internasional, khususnya psikiatri mengakui fenomena ini dan

dituliskan dalam penuntun diagnosis psikiatri yang paling mutakhir Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) dan The International Statistical Classification of

Diseases and Related Health Problems 10 (ICD10). DSM IV memasukkan kerasukan

patologis (pathologic possession) ke dalam diagnosis gangguan disosiatif yang tidak spesifik

(dissociative disorder not otherwise specified). ICD10 mengkategorikan gangguan kerasukan

sebagai trance and possession disorder (DSMIVTR, 2000). 6,7,8

7

Page 8: Trance Disorder

Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang mengalami trans

disosiatif tanpa disadarinya. Dengan kata lain dirinya menolak dikatakan mengalami trans

misalnya, pada waktu mereka sedang mengendarai mobil, pesawat terbang, maupun sedang

nonton TV dalam keadaan melamun. Trance, kasusnya banyak dijumpai di negara dunia

ketiga. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, possesion syndrome atau

possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka

kejadiannya kurang lebih 1-4% dari populasi umum.1,4,5

Kriteria diagnosis kesurupan atau trans menurut PPDGJ III (F 44.3) adalah adanya

kehilangan sementara penghayatan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya,

individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat,

atau kekuatan lain. Hanya gangguan trans yang “involunter” (diluar kemauan individu)dan

bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan keagamaan ataupun

budaya yang boleh dimasukkan dalam pengertian ini. Tidak ada penyebab organik (epilepsi,

cedera kepala, intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu

(skizofrenia, gangguan kepribadian multipel).4,10

IX. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Bila tidak

ditemukan kelainan fisik/neurologik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan pendekatan

psikologik terhadap penanganan gejala-gejala yang ada.3,8,9

Terapi kesurupan terbagi menjadi tiga, yakni terapi farmakologik, terapi psikoterapi,

dan terapi hypnosis. Pada terapi farmakologi dapat digunakan barbiturat kerja sedang dan

kerja singkat, seperti thiopental dan natrium amobarbital diberikan secara intravena, dan

benzodiazepine dapat berguna untuk memulihkan ingatannya yang hilang.3,8,9

Secara umum penanganan gangguan disosiatif sebagai berikut :3,8,9

1. Terapi obat. Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak

ada obat yang spesifik dalam menangani gangguan konversi ini. Biasanya pasien

diberikan resep berupa anti-depresan dan obat anti-cemas untuk membantu

mengontrol gejala mental pada gangguan konversi ini. Barbiturat kerja sedang dan

singkat, seperti tiopental, dan natrium amobarbital diberikan secara intravena dan

Benzodiazepine seperti lorazepam 0,5-1 mg tab (bersama dengan saran bahwa gejala

cenderung dikirim pada satu jam atau lebih) dapat berguna untuk memulihkan

8

Page 9: Trance Disorder

ingatannya yang hilang. Amobarbital atau lorazepam parental Pengobatan terpilih

untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi psikodinamika suportif-ekspresif.

2. Hipnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang dalam pikiran. Saat

terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan spesifik. Karena pasien

lebih terbuka terhadap sugesti saat pasien terhipnotis. Ada beberapa konsentrasi yang

menyatakan bahwa bisa saja ahli hipnotis akan menanamkan memori yang salah

dalam mensugesti.

3. Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan konversi ini. Bentuk

terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara

tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda

mengerti penyebab dari kondisi yang dialami. Psikoterapi untuk gangguan konversi

sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis yang membantu kita mengingat

trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.

4. Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini

menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit mengekspresikan

pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat membantu meningkatkan kesadaran

diri. Terapi seni kreatif meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.

5. Terapi kognitif. Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan

kelakuan yang negatif dan tidak sehat dan menggantikannya dengan yang positif dan

sehat, dan semua tergantung dari ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa

yang menjadi perilaku pemeriksa.

X. PENCEGAHAN

Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat

beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam hal ini adalah gangguan disosiatif.

Jika terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara sugesti, agar penangan

tidak berupa obat anti depresan ataupun obat anti stress, karena diketahui bahwa jika

menanamkan sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya akan didapatkan hasil

yang maksimal, dengan penangan yang minimal.4,9

XI. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Gejala disosiatif biasanya pulih tiba-tiba dan lengkap dengan sedikit rekurensi. Klinisi

harus memulihkan ingatan pasien sesegera mungkin. Gangguan disosiasi ini biasanya singkat,

beberapa jam sampai beberapa hari. Umumnya pemulihan cepat dan jarang rekurens.4,9

9

Page 10: Trance Disorder

XII. KESIMPULAN

Kesurupan merupakan reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi atau reaksi

yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya,

yang disebabkan oleh tekanan fisik maupun mental (berlebihan). Tetapi kalau kesurupannya

massal, itu melibatkan sugesti. Reaksi disosiasi dapat terjadi secara perorangan atau bersama-

sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan histeria massal. Kesurupan hanya

terjadi pada diri orang yang memiliki jiwa yang lemah, sehingga ketika mendapat tekanan

tidak mampu untuk mengatasinya. Orang yang lemah dari segi jiwa atau mental melepaskan

ketidak berdayaanya dengan tanpa disadarinya masuk ke dalam bawah sadarnya. Ketika

berada dalam wilayah bawah sadarnya tersebut terjadilah letupan-letupan emosinya yang

tertahan selama ini.

Kondisi trans biasanya terjadi pada perempuan karena perempuan lebih sugestible

atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan usia, sebagian besar

korban disosiasi berusia remaja dan dewasa muda.

Penyebab kesurupan multifaktorial, terutama kondisi psikologis yang tertekan,

bermasalah dalam isu agama dan budaya, dan penelitian menunjukkan peningkatan kekuatan

pita gelombang otak theta dan alpha, serta Kekacauan neurotransmitter

Kriteria diagnosis untuk kesurupan dalam PPDGJ III sesuai dengan blok diangosis

F44.3, gangguan trans dan kesurupan. Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap

gangguan disosiatif ini. Pencegahan utamanya tertuju pada anak usia sekolah dan wanita

dengan selalu berusaha menghadapi persoalan yang ada dengan sebaik-baiknya dan memiliki

mental pertahanan yang baik sehingga tidak akan terjadi kondisi psikologis yang tertekan,

stress, atau bahkan depresi, yang pada akhirnya akan menurunkan resiko terjadinya gangguan

trance possession atau kesurupan.

10

Page 11: Trance Disorder

DAFTAR PUSTAKA

1. Arifin Z, dkk. (2009). Gangguan Kesurupan dan Terapi Rukyah. Fakultas

Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Idrus Faisal M. (2010). Kesurupan Dalam Tinjauan Medis. Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas hasanuddin.

3. Kaplan HI, Sadock BJ. (2010) Synopsis of Psychiatry. seventh edition,

Baltimore;Williams & Wilkins.

4. Harsono. (2013). Gambaran Trans Disosiatif Pada Mahasiswi. Jurusan Ilmu

Psikologi Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Semarang..

5. Ni Ketut Sri Diniari, Nyoman Hanati. (2012). Kesurupan, Tinjauan Dari Sudut

Budaya Dan Psikiatri. Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran

Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

6. CJakes1, Swift. Textbook of Psychiatry/Dissociative Disorders/Phenomenology.

Source: http://en.wikibooks.org/w/index.php?oldid=2360528.[2013].

7. Ferracuti S, et.all. (1996). Dissociative Trance Disorder : Clinical and

Rorscharrch Finding In Ten Persons reporting Demon Possesion and Trated by

Exorcism. Journal Depaetrement Of Psichiatry and psychological Medicine

university Of Rome.

8. M. B. First and A. Tasman . (2006). Clinical Guide to the Diagnosis and

Treatment of Mental Disorders. Printed and bound in Great Britain by Antony

Rowe Ltd, Chippenham, UK..

9. Elbert H.M. et. all. (2007). Current Diagnosis And Treatment In Psichiatry.

Textbook Of Psichiatry Tennese-California Press.

11