trakeostomi

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang (stoma) agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan pernapasan bagian atas. 1 Trakeostomi pertama kali dikemukan oleh Aretaeus dan Galen pada abad pertama dan ke dua sesudah masehi. Walaupun teknik ini dikemukan berulang kali setelah itu, tetapi orang yang diketahui secara pasti melakukan tindakan itu adalah Antonio Brasavola pada tahun 1546. Istilah trakeostomi pertama kali dikemukakan oleh Heister pada tahun 1718, sebelumnya prosedur ini dikenal dengan berbagai istilah antara lain laringotomi dan bronkotomi. 1 Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi diantaranya untuk mengatasi obstruksi laring yang menghambat jalan napas atas seperti

Upload: monicafandi

Post on 05-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

trakeostomi

TRANSCRIPT

Page 1: TRAKEOSTOMI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang (stoma) agar udara

dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan pernapasan bagian atas.1

Trakeostomi pertama kali dikemukan oleh Aretaeus dan Galen pada

abad pertama dan ke dua sesudah masehi. Walaupun teknik ini dikemukan

berulang kali setelah itu, tetapi orang yang diketahui secara pasti melakukan

tindakan itu adalah Antonio Brasavola pada tahun 1546. Istilah trakeostomi

pertama kali dikemukakan oleh Heister pada tahun 1718, sebelumnya

prosedur ini dikenal dengan berbagai istilah antara lain laringotomi dan

bronkotomi.1

Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi diantaranya

untuk mengatasi obstruksi laring yang menghambat jalan napas atas seperti

daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring, mempermudah pengisapan

sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan koma, untuk

memasang alat bantu napas (respirator), untuk mengambil benda asing dari

subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas bronkoskopi.2

B. Rumusan Malah

Referat ini dibatasi pada pembahasan definisi, indikasi, kontraindikasi,

klasifikasi, prosedur, perawatan dan komplikasi trakeostomi.

Page 2: TRAKEOSTOMI

2

C. Tujuan Penulisan

a. Dapat mengetahui dan memahami definisi, indikasi, kontraindikasi

klasifikasi, prosedur, perawatan dan komplikasi trakeostomi.

b. Memenuhi tugas kegiatan kepaniteraan klinik senior stase THT-KL.

D. Manfaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

bagi penulis dan pembaca tentang Trakeostomi.

Page 3: TRAKEOSTOMI

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Trakea

Trakea merupakan tabung yang terdiri dari jaringan ikat dan otot

polos, dengan disokong oleh kartilago berbentuk huruf C. Trakea dari pinggir

ke bawah kartilago krikoid setinggi vertebra cervicalis ke-6. Kartilago

membentuk sisi anterior dan lateral. Berfungsi melindungi trakea dan

menjaga terbukanya jalan udara. Dinding posterior tidak memiliki kartilago.

Esofagus terletak langsung pada dinding posterior yang tidak memiliki

kartilago.3

Page 4: TRAKEOSTOMI

4

Dinding trakea dibangun oleh sebaris tulang rawan yang bentuknya

serupa huruf “C” dengan ujung-ujung yang terbuka lebar menuju ke

belakang, cincin trakea ini saling berhubungan oleh selaput elastis yaitu

ligamentum Annularium Trakealis. Antara kedua ujung posterior yang

terbuka terdapat dinding selaput. Di dalam thoraks, trakea mempunyai

hubungan dengan pembuluh darah-pembuluh darah besar di dalam

mediastinum superior. Lateral sebelah kanan dari trakea tampak nervus vagus

dexter.4

Gambar 2.1 : Anatomi Trakea

Page 5: TRAKEOSTOMI

5

B. Fisiologi Pernapasan

Sistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan ke

paru-paru dan struktur-struktur thoraks yang terlibat menimbulkan gerakan

udara masuk keluar melalui saluran napas. Saluran hidung berjalan ke faring,

yang berfungsi sebagai saluran bersama bagi sistem pernapasan maupun

pencernaan. Terdapat dua saluran yang berjalan dari faring-trakea merupakan

tempat lewatnya udara ke paru, dan esofagus merupakan saluran lewatnya

makanan ke lambung.5

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring

terletak di pintu masuk trakea memiliki penonjolan di bagian anterior yang

dikenal sebagai jakun (Adam’s apple). Pita suara adalah dua pita jaringan

elastik yang terentang di bukaan laring. Pada saat udara mengalir cepat

melewati pita suara yang tegang, pita suara tersebut bergetar untuk

menghasilkan bermacam bunyi. Pada saat menelan pita suara mengambil

posisi rapat satu sama lain untuk menutup pintu masuk ke trakea.6

C. Patofisiologi Obstruksi Saluran Napas Atas

Obstruksi saluran napas atas mengakibatkan hipoventilasi alveolus dan

menimbulkan tiga perubahan kimiawi yaitu hipoksi arteial (hipoksemi),

retensi CO2 (hiperkapni) dan asidosis respiratori dan metabolik (penurunan

serum). Asidosis metabolik disebabkan oleh terbentuknya asam laktat dan

penimbunan asam karbonat. Ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan

asfiksia.5

Page 6: TRAKEOSTOMI

6

Hipoksia menyebabkan gangguan fungsi seluler terutama sistem saraf

pusat. Badan karotis dan aorta merupakan reseptor kimiawi terpenting yang

mendeteksi perubahan O2. Hipoksemi pada tingkat tertentu akan

meningkatkan usaha pernapasan, takikardi, vasokontriksi perifer dan

hipertensi, peningkatan resistensi pembuluh darah paru, peningkatan aktivitas

adrenal dan peningkatan aktifitas korteks serebri akibat rangsangan reseptor

kimia dan sistem saraf simpatis. 3

Hiperkapnea dapat merangsang SSP (merangsang pernapasan).

Umumnya dapat meningkatkan frekuensi pernapasan dengan akibat lainnya

sakit kepala, peka terhadap rangsangan, bingung, gatal, lemas dan lesu.

Hiperkapnea berat menyebabkan pasien tidak sadar, refleks menurun, kaku,

tremor, kejang. Akhirnya dapat terjadi narkosis CO2 dan koma.3

1. Sumbatan Laring

Sumbatan laring disebabkan oleh:

Radang akut dan radang kronik

Benda asing

Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, percobaan bunuh diri dengan

senjata tajam

Trauma akibat tindakan medik

Tumor laring

Kelumpuhan nervus rekuren bilater

Gejala dan tanda sumbatan laring meliputi:

Suara serak (disfoni) sampai afoni

Page 7: TRAKEOSTOMI

7

Sesak napas (dipsnea)

Stridor (napas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi

Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprastrenal,

epigastrium, supraklavikula, dan interkostal.

Gelisah karena pasien haus udara

Warna muka pucat dan terakhir akan menjadi sianosis karena hipoksia

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif menjadi 4 stadium

dengan gejala dan tanda sebagai berikut:

Stadium 1 : Cekungan tampak waktu inspirasi di suprasternal, stridor

pada waktu inspirasi dan pasien masih tenang. Tindakan

konservatif dengan pemberian anti inflamasi, anti alergi,

antibiotika serta pemberian oksigen intermiten dilakukan

pada sumbatan laring stadium 1 yang disebabkan oleh

peradangan.

Stadium 2 : Cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal

makin dalam ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di

daerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah. Stridor

terdengar waktu inspirasi.

Stadium 3 : Cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga

terdapat di daerah infraklavikula dan sela-sela iga, pasien

sangat gelisah dan dispnea. Stridor terdengar pada waktu

inspirasi dan ekspirasi.

Page 8: TRAKEOSTOMI

8

Intubasi endotrakeal dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan

sumbatan laring stadium 2 dan stadium 3.

Stadium 4 : Cekungan-cekungan di atas bertambah jelas pasien sangat

gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis. Tindakan

krikotirotomi dilakukan pada sumbatan laring stadium 4.2

D. Trakeostomi

1. Definisi Trakeostomi

Trakeotomi dan trakeostomi adalah kata yang sering kali digunakan

untuk tindakan pembukaan dinding anterior leher guna mencapai trakea

yang bersifat sementara. Trakeotomi adalah suatu insisi yang dibuat pada

trakea, sementara trakeostomi merupakan tindakan membuat stoma agar

udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan napas bagian atas.

Stoma permanen setelah laringektomi yang dibuat dengan menjahitkan

kulit pada mukosa trakea disebut dengan trakeostomi permanen.1

2. Fungsi Trakeostomi

Selain memintas obstruksi saluran nafas atas, trakeostomi memiliki

beberapa fungsi fisiologi lain yaitu:

Mengurangi jumlah ruangan hampa dalam trakeobronkial, 70-100ml

Mengurangi tahanan aliran udara pernapasan

Proteksi terhadap aspirasi

Memungkinkan pasien menelan tanpa refleks apnea

Memungkinkan jalan masuk langsung ke trakea untuk pembersihan

Page 9: TRAKEOSTOMI

9

Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus

respiratorius. 3

3. Klasifikasi Trakeostomi

Menurut letak stoma, trakeostomi dibedakan letak tinggi dan letak

rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan menurut

waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi menjadi dua yaitu:

Trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang

Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan

secara baik (lege artis).2

4. Indikasi Trakeostomi

Indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi adalah sebagai

berikut:

a. Mengatasi obstruksi laring.

b. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian atas

seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring.

c. Mempermudah penghisapan sekret dari bronkus pada pasien yang

tidak mengeluarkan sekret secara fisiologis misalnya pada pasien

koma.

d. Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan).

e. Untuk mengambil sumbatan benda asing dari subglotik, apabila tidak

mempunyai fasilitas bronkoskopi.2

Trakeostomi dapat dilakukan untuk tujuan terapi atau sebagai suatu

prosedur berencana. Trakeostomi berencana mungkin diperlukan apabila

Page 10: TRAKEOSTOMI

10

diramalkan akan terjadi masalah pernapasan pada pasien pasca bedah

daerah kepala, leher, atau thoraks, atau pasien dengan insufisiensi paru

kronik. Trakeostomi juga harus dilakukan sebelum pembedahan tumor-

tumor orofaring atau laring untuk menghindari manipulasi tumor yang

tidak perlu.7

5. Kontraindikasi Trakeostomi

Kontraindikasi trakeostomi adalah pasien dengan obstruksi laring

oleh tumor ganas. Pada beberapa kasus, trakeostomi yang dilakukan lebih

dari 48 jam sebelum pembedahan defnitif, menyebabkan insiden

kekambuhan pada stoma bertambah. Pada waktu laringektomi sangat sulit

melakukan eksisi luas pada trakeostomi rendah. Oleh karena itu jalan

napas sementara dapat diadakan dengan mengangkat sebagian tumor

secara endoscopy atau melakukan krikotiroidektomi.3

6. Peralatan pada Trakeostomi

Alat yang digunakan untuk melakukan trakeostomi adalah:

Semprit dengan obat analgesia (novokain)

Pisau (skapel)

Pinset anatomi

Gunting panjang yang tumpul

Sepasang pengait tumpul

Klem arteri

Gunting kecil yang tajam serta kanul trakea yang ukurannya cocok

dengan pasien.2

Page 11: TRAKEOSTOMI

11

7. Teknik Trakeostomi

7.1 Trakeostomi Elektif

Pasien tidur telentang (supinasi), bahu diganjal dengan

bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan

pada persendian atlanto oksipital. Kulit daerah leher kemudian

dibersihkan secara aseptis dan anti septis kemudian ditutup dengan

kain steril.

Obat anestetikum (novokain) disuntikkan dipertengahan

krikoid dengan fosa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat

Gambar 2.2 : Peralatan Trakeostomi

Gambar 7.1.1 : Posisi Kepala pada Trakeostomi

Page 12: TRAKEOSTOMI

12

vertikal di garis tengah leher mulai di bawah krikoid sampai fosa

suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada

pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprastermal

atau kira-kira 2 jari di bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan

terlalu sempit, dibuat kira-kira 5 cm.

Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di

bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan

pengait tumpul sampai tampak trakea berupa pipa dengan susunan

cincin tulang rawan yang berwarna putih. Pembuluh darah vena

jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismus tiroid yang

ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat.

Gambar 7.1.2 : Anestesi dan Insisi Trakeostomi

Page 13: TRAKEOSTOMI

13

Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada

membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik.

Buat stoma dengan memotong cincin trakea ketiga dengan gunting

yang tajam, kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang

sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi

ditutup dengan kasa.2

Gambar 7.1.3 : Prosedur Trakeostomi

Gambar 7.1.4 : Pemasangan Tube pada Trakeostomi

Page 14: TRAKEOSTOMI

14

7.2 Trakeostomi Darurat

Pada keadaan darurat trakeostomi harus dapat dilakukan

dalam 2-3 menit, dimana anoksia akan terjadi dalam 4-5 menit. Pada

trakeostomi darurat lebih baik dilakukan insisi secara vertikal, yang

dimulai pada level kartilago krikoid, dilanjutkan ke inferior sekitar

2,5-3,75 cm. Gunakan tangan kiri untuk menstabilkan laring dan

mengekstensikan leher bila tidak ada kontraindikasi (seperti cedera

cervikal). Sementara tangan kanan digunakan untuk membuat insisi.

Jari telunjuk tangan kiri dapat digunakan untuk mendorong ismus

tiroid ke inferior dan mempalpasi trakea. Insisi kulit secara vertikal

ini sangat krusial dalam keadaan darurat, karena tindakan dapat

dilakukan lebih cepat dan kurangnya resiko trauma terhadap struktur

leher yang lain.8

8. Perawatan Pasca Trakeostomi

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasca trakeostomi:

Mempertahankan jalan napas terutama 48 jam pertama untuk

mencegah tertutupnya jalan napas, membersihkan kanul dalam, pipa

trakeostomi yang baru harus dipertahankan 2-5 hari sebelum diganti

agar terbentuk saluran yang permanen.

Humidifikasi untuk mencegah trakeitis dan pembentukan krusta

dengan meneteskan 2-4 tetes larutan saline ke dalam pipa.

Page 15: TRAKEOSTOMI

15

Penghisapan sekret trakeobronkial, trakeostomi mengganggu fungsi

silia dan meningkatkan resiko aspirasi sehingga diperlukan

penghisapan sekret secara regular, khususnya beberapa hari pertama.

Periksa tekanan balon, tekanan balon harus lebih kecil dari tekanan

kapiler (<25 cm H2O) untuk mencegah nekrosis.9

Perawatan pasca trakeostomi sangatlah penting karena sekret dapat

menyumbat sehingga akan terjadi asfiksia. Oleh karena itu sekret di trakea

dan kanul harus sering dihisap ke luar, dan kanul dalam dicuci sekurang-

kurangnya dua kali sehari.

Bila kanul harus dipasang untuk waktu yang lama, maka kanul luar

harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain kasa di bawah kanul harus

diganti setiap basah, untuk menghindari terjadinya dermatitis.2

9. Komplikasi Trakeostomi

Komplikasi trakeostomi antara lain:

Komplikasi Dini (Segera)

Komplikasi dini (segera) trakeostomi termasuk juga komplikasi

yang muncul saat tindakan trakeostomi diakhiri, antara lain:

a) Apnea

b) Perdarahan

c) Trauma bedah pada struktur sekitar

Komplikasi Menengah

a) Hiperkapnea

b) Pergeseran Pipa (tube) Trakeostomi

Page 16: TRAKEOSTOMI

16

c) Trakeitis

d) Trakeobronkitis

e) Emfisema Subkutan

f) Erosi Trakea dan Perdarahan

g) Infeksi Stoma

h) Pneumomediastinum

i) Pneumothoraks

j) Nekrosis Trakea

k) Fistula Trakeoarterial

l) Fistula Trakeoesofageal

Komplikasi Lanjut

a) Stenosis Trakea

b) Kesukaran Dekanulasi

c) Fistula Trakeokutan

d) Masalah Jaringan Parut (scar). 3,10

Page 17: TRAKEOSTOMI

17

BAB III

KESIMPULAN

Trakeostomi merupakan tindakan membuat stoma agar udara dapat masuk ke

paru-paru dengan memintas jalan napas bagian atas.

Menurut letak insisinya trakeostomi dibagi menjadi trakeostomi letak rendah

dan letak tinggi berdasarkan cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu

trakeostomi dibedakan menjadi trakeostomi darurat dan trakeostomi elektif.

Trakeostomi dilakukan pada pasien dengan obstruksi jalan napas,

mempermudah pengeluaran sekret pada pasien yang tidak dapat

mengeluarkan sekret secara fisiologis seperti pada pasien koma, mengambil

benda asing, pada pasien pasca bedah daerah kepala, leher, atau thoraks, atau

pasien dengan insufisiensi paru kronik, Trakeostomi juga harus dilakukan

sebelum pembedahan tumor-tumor orofaring atau laring.