tradisi babarit di dusun nagrak desa karangsari …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ bab-...

31
i TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: UTIA RUSDAH NIM. 11120116 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

Upload: vuonganh

Post on 01-Apr-2019

248 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

i

TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh: UTIA RUSDAH NIM. 11120116

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2018

Page 2: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan
Page 3: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan
Page 4: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan
Page 5: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

v

MOTTO

Allah berfirman dalam Al- Qur’an Surat An-Nahl ayat 114,

yang artinya:

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang

telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah

nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-

Nya.

Page 6: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Tamami dan Ibu Yuyun yang

selalu mengiringi setiap langkah penulis dengan do’a dan dukungan

yang begitu luar biasa.

2. Ketiga adikku Sri Rahmawati, Tanti Prianngsih, dan Fajar Maulana.

3. Keluarga Besar Panti Asuhan Sinar Melati IV.

4. Sahabat dan teman-teman satu angkatan SKI 2011 yang mendukung

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

5. Almamaterku tercinta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 7: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

vii

ABSTRAK

Babarit merupakan ritual memperingati tahun baru Islam dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan hasil bumi khususnya di Dusun Nagrak. Prosesi diadakan pada waktu sore hari di bulan Muharram atau bulan Suro yang bertepatan dengan malam kliwon, dalam penanggalan jawa dengan hari yang sudah disepakati oleh masyarakat pendukungnya. Keunikan tradisi yaitu, Babarit memuat dua perayaan sekaligus, antara lain ritual memperingati tahun baru Islam (mapag taun) dan selamatan hasil bumi (sedekah bumi) dari hasil pertanian masyarakat. Jadi, prosesi ini diadakan untuk sedekah bumi sekaligus memperingati tahun baru Islam. Penelitian ini menggunakan teori Fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski, dengan pendekatan sosio-historis. Fokus penelitian terletak pada makna dan fungsi yang terdapat dalam tradisi Babarit. Terdapat dua rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu 1. Bagaimana asal-usul tradisi Babarit dan prosesinya di Dusun Nagrak, Desa Karangsari? 2. Mengapa Babarit masih dilaksanakan dan faktor apa saja yang mempengaruhi masih dilestarikannya tradisi Babarit di Dusun Nagrak, Desa Karangsari? untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, peneliti menggunakan metode penelitian budaya dengan melakukan tiga tahap penelitian, tahap pertama pengumpulan data yang meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap kedua, analisis data, dan yang terakhir penulisan laporan. Tradisi Babarit diadakan bermula dari kejadian diluar nalar, saat masyarakat dilanda kekeringan dan wabah penyakit menular yang disebabkan oleh ulah roh jahat yang mendiami perempatan jalan dusun, sehingga masyarakat mengadakan selamatan untuk mengusir pengaruh roh jahat dan memohon untuk meminta hujan kepada Allah agar tanah tidak kekeringan lagi. Dalam perkembangannya tradisi Babarit diadakan untuk syukuran hasil bumi masyarakat dan selamatan memperingati tahun baru Islam. Tradisi ini sarat akan makna yang terdapat pada berbagai macam makanan yang tersaji dalam ritual tersebut. Babarit juga mengandung tiga fungsi, yaitu fungsi agama, fungsi sosial dan fungsi budaya. Kata kunci: tradisi, babarit, fungsi

Page 8: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

viii

KATA PENGANTAR

هللا الرحمن الرحيم سمب

الدمد ل رب العلمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصالة والسالم على اشر ف

ى آله وأصدابه اجمعيناألنبياء والمر سلين سيّدنا مدّمد وعل

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam

yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis

berhasil menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan

kepada Baginda Rasulullah Muhammad Saw., manusia pilihan pembawa rahmat

dan pemberi syafaat di hari kiamat.

Skripsi yang berjudul “ Tradisi Babarit di Dusun Nagrak, Desa

Karangsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran” ini merupakan

karya penulis yang proses penyelesaiannya tidak semudah yang dibayangkan.

Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak

semata-mata usaha dari penulis, melainkan atas bantuan dari berbagai pihak.

Dalam hal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta

stafnya.

2. Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya.

3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya.

4. Siti Maimunah M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis,

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan baik.

Page 9: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

ix

5. Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.Si. selaku pembimbing skripsi penulis,

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan ilmunya dalam

mendampingi penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

6. Bapak/ibu dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam fakultas Adab

dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

7. Bapak/ibu pegawai Tata Usaha Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

8. Perpustakaan pusat dan perpustakaan Adab dan Ilmu Budaya Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Atas layanannya, penulis dapat

mengumpulkan data-data yang terkait dengan skripsi ini.

9. BAKESBANGPOL Daerah Istimewa Yogyakarta, BAKESBANGPOL

Pemerintah Jawa Barat, dan BAKESBANGPOL Pemerintah Kabupaten

Pangandaran. Terimaksih atas keramahan dan cepatnya proses pelayanan.

10. Kedua orangtuaku, Ayahanda Tamami dan Ibunda Yuyun serta orang tua

Asuhku Panda Yasin Baidi dan Bunda Rujiati yang selalu mendo’akan dan

memberi semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

skripsi.

11. Ketiga adikku, Sri Rahmawati, Tanti Prianingsih, dan Fajar Maulana yang

mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi.

12. Istanto Danar Prasetyo, terimakasih telah menemani hari-hari penulis

dalam suka maupun duka.

13. Teman-temanku SKI 2011, baik yang berkonsentrasi sejarah maupun

budaya yaitu Dwi Septiani, Nur’aeni, Chilia Safitri, Ahmad Mufid, Linda

Page 10: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

x

Listianingrum, Hanafi Husni Mubarok, Agus, Dewi, Choiriyah, Vika,

Bintang, Yuni, Ayu, Miftah, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan.

14. Keluarga Panti Asuhan Sinar Melati IV, yaitu: Yayah Rokayah, Ani

Nur’aeni, Dedeh Nursholihah, Ana Riyanti, Irma Budi Prihantini, Lilis

Nurjannah, Dewi Nursyamsiah, Siti Rofi’ah, Resa Alvionita, Kamilawati,

Astuti Eka Rahmawati, A’i Nurjannah, Nurrahmah Setyaningtyas, Yunita

Budi Utami, Dea Ardena, Daeti Mahliana, Zety Listyani, Nining

Ayuningsih, Yasinta yang telah banyak mewarnai kehidupan penulis

dalam suka maupun duka, terimakasih selama hampir sembilan tahun

menemani.

15. Sahabat-sahabat KKN-83 Banjarroya, Kalibawang, Kulonprogo yang

selalu memberi semangat kepada penulis dan semoga persahabatan kita tak

akan pernah terlupakan sampai kapan pun.

16. Kepala Desa Karangsari dan staf-stafnya yang telah membantu

memberikan data-data dan informasi kepada penulis.

17. Bapak Ateng, Bapak Hadli, Ibu ibah, serta narasumber lain yang telah

membantu dalam memberikan data-data dan informasi dalam

menyelesaikan skripsi ini, serta warga Dusun Nagrak yang selalu ramah

serta suka rela membantu penulis dalam melakukan penelitian.

Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril

maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis, atas

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak di atas, penulisan skripsi ini dapat

Page 11: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

xi

diselesaikan. Penulis hanya bisa berdoa, semoga semua pihak yang terkait dalam

penyusunan skripsi ini senantiasa mendapatkan balasan yang setimpal dari sisi

Allah swt. Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis sangat menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 28 Juni 2018 M. 14 Syawal 1439 H.

Penulis.

Utia Rusdah 11120116

Page 12: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

xii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. ii HALAMAN NOTA DINAS ..................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................................... 3 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................................... 4 D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 4 E. Kerangka Teori dan Pendekatan ..................................................................... 7 F. Metode Penelitian ............................................................................................ 8 G. Sistematika Pembahasan ............................................................................... 11

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DUSUN NAGRAK ................ 14

A. Kondisi Geografis .......................................................................................... 14 B. Kehidupan Keagamaan .................................................................................. 16 C. Kondisi Pendidikan ........................................................................................ 18 D. Kondisi Perekonomian ................................................................................... 20 E. Kehidupan Sosial-Budaya .............................................................................. 22

BAB III RITUAL TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK 29

A. Asal-Usul Tradisi Babarit .............................................................................. 29 B. Nilai-nilai dalam Tradisi Babarit ................................................................... 30 C. Pelaksanaan Tradisi Babarit .......................................................................... 33

BAB IV MAKNA DAN FUNGSI BABARIT BAGI MASYARAKAT DUSUN

NAGRAK ...................................................................................................... 41 A. Makna Tradisi Babarit bagi masyarakat Dusun Nagrak ................................ 41 B. Fungsi Tradisi Babarit dalam kehidupan masyarakat Dusun Nagrak ........... 56 C. Faktor-faktor masih dilestarikannya Tradisi Babarit di Dusun Nagrak......... 58

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 61

A. Kesimpulan .................................................................................................... 61 B. Saran ............................................................................................................... 62

Page 13: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

xiii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 64 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 68

Page 14: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Sunda atau lebih dikenal sebagai masyarakat Priangan1 merupakan

salah satu suku bangsa asli Indonesia yang mendiami Pulau Jawa bagian barat.

Batas daerah Jawa dan Sunda sulit ditentukan secara tepat, tetapi garis batas itu

dapat digambarkan sekitar Sungai Citandui dan Sungai Cijulang disebelah selatan,

dan kota Indramayu di sebelah utara. Seperti juga masyarakat Jawa, masyarakat

Sunda merupakan suku bangsa dengan penduduk yang besar.2 Tradisi yang hidup

dalam masyarakat Sunda juga beraneka ragam. Khususnya di daerah Pangandaran

tepatnya di Dusun Nagrak, Desa Karangsari yang masih melestarikan tradisi

tahunan yang sudah turun-temurun dilaksanakan. Diantara sekian banyak tradisi

yang sering dilakukan yaitu Babarit.

Babarit merupakan sebuah tradisi yang populer di berbagai daerah di Jawa

Barat yang masih dilaksanakan sampai sekarang. Tradisi ini dilaksanakan untuk

memperingati tahun baru Islam sekaligus selametan Hajat Bumi. Tradisi ini sudah

dilakukan oleh nenek moyang mereka, dan diwariskan secara turun-temurun

1 Parahyangan atau Priangan (Bahasa Belanda: Preanger) adalah wilayah bergunung-gunung di Jawa Barat. Parahyangan sering diartikan sebagai tempat para rahyang atau hyang. Masyarakat Sunda kuno percaya bahwa roh leluhur atau para dewa menghuni tempat-tempat yang luhur dan tinggi, maka wilayah pegunungan dianggap sebagai tempat hyang bersemayam. Berasal dari gabungan kata pa-rahyang-an; pa menunjukkan bentuk awalan pa dalam bahasa Sunda bermakna tempat, Rahyang atau hyang atau yang adalah sebutan untuk raja agung atau dewa, sedangkan akhiran -an menunjukkan bentuk kata benda dari kata “Parahyangan” yang berarti “tempat dewa-dewa”. Kebudayaan Sunda merupakan kebudayaan yang dominan di wilayah tersebut. Wilayah Priangan secara tradisional mencakup kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Cimahi, Bandung, Cianjur, Sukabumi dan Bogor. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Parahyangan) diakses pada 15 September 2017. 2 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm.4.

Page 15: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

2

hingga sekarang. Ritual ini dilaksanakan pada pukul lima sore menjelang malam

Selasa atau Jum’at Kliwon pada bulan Sura, dalam kalender Jawa, bertempat di

perempatan jalan dusun.

Babarit adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Dusun

Nagrak untuk menghormati, memuja, mensyukuri, dan meminta keselamatan yang

bermula dari perasaan takut, segan dan hormat terhadap leluhurnya. Perasaan ini

timbul karena masyarakat mempercayai adanya sesuatu yang luar biasa yang

berada di luar kekuasaan dan kemampuan manusia yang tidak tampak oleh mata.

Penyelenggaraan tradisi dan aktifitas ritual ini mempunyai arti bagi warga

masyarakat yang bersangkutan, sebagai penghormatan terhadap leluhur dan rasa

syukur terhadap Tuhan, juga sebagai sarana sosialisasi dan pengokohan nilai-nilai

budaya yang sudah ada, yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. 3

Babarit mengandung berbagai aturan yang dipatuhi oleh setiap anggota

masyarakat pendukungnya. Aturan itu tumbuh dan berkembang di dalam

kehidupan masyarakat serta berpengaruh terhadap kepatuhan setiap anggotanya.

Dengan demikian, babarit dapat dianggap sebagai bentuk pranata sosial yang tidak

tertulis, namun wajib dikenal dan diketahui oleh warga masyarakat

pendukungnya, untuk mengatur sikap dan tingkah laku mereka agar tidak

melanggar adat kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, Babarit

juga mengandung pesan-pesan sosial seperti ajaran agama, nilai-nilai budaya dan

moral, sehingga dapat menciptakan kondisi masyarakat yang tentram, rukun, dan

damai.

3 Tashadi, Upacara Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: Proyek Inventaris dan Dokumen Daerah, 1982), hlm.2.

Page 16: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

3

Babarit menarik untuk diteliti, karena tradisi ini memuat dua perayaan

sekaligus, yaitu perayaaan tahun baru Islam (mapag taun) dan selametan hasil

bumi (sedekah bumi) khususnya hasil pertanian masyarakat. Babarit merupakan

gabungan ritual dua perayaan, yaitu Suroan dan Hajat Bumi yang dilakukan pada

sore hari di perempatan jalan dusun. Tradisi ini masih dilestarikan karena

dipercaya membawa keberkahan tersendiri bagi masyarakat pendukungnya, yaitu

masyarakat Dusun Nagrak.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah kunci pokok sebuah penelitian budaya. Rumusan

didasarkan pada latar belakang yang muncul. Sebelum dirumuskan, diidentifikasi

masalah yang terkait fenomena budaya. Setelah itu rumusan masalah dibatasi

dengan masalah yang paling relevan dan penting diteliti lebih jauh.4 Dalam

penelitian Babarit di Dusun Nagrak, masalah difokuskan pada asal-usul Babarit,

prosesi serta faktor masih dilestarikannya tradisi tersebut oleh masyarakat

pendukungnya. Rumusan masalah dibatasi oleh makna dan fungsi Babarit bagi

masyarakat di Dusun Nagrak. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

tentang penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana asal-usul tradisi Babarit dan prosesinya di Dusun Nagrak,

Desa Karangsari?

4 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan,(Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2006), hlm. 200.

Page 17: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

4

2. Mengapa Babarit masih dilaksanakan dan faktor apa saja yang

mempengaruhi masih dilestarikannya tradisi Babarit di Dusun Nagrak,

Desa Karangsari?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan merupakan penjabaran secara deskriptif dari permasalahan, bukan

ulangan rumusan masalah dengan cara menghilangkan kata tanya, melainkan

lebih merujuk pada hal ihwal yang memiliki makna lebih luas.5 Untuk itu tujuan

diadakannya penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan tentang tradisi masyarakat Sunda khususnya

tradisi Babarit kepada khalayak umum.

2. Menambah referensi keilmuan yang berkaitan dengan tradisi dan

kebudayaan.

Selanjutnya, kegunaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian budaya yang

berkaitan dengan tradisi masyarakat sunda.

2. Dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

5 Ibid., hlm. 201.

Page 18: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

5

D. Tinjauan Pustaka

Pertama, Skripsi karya Arip Budiman, berjudul “ Tradisi Baritan di Desa

Krasak Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu”, Jurusan Studi Agama-

Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2018. Dalam skripsi ini Baritan berasal dari

bahasa Sunda yang artinya “ waktu menjelang magrib” antara pukul 16.00 sampai

18.00 WIB. Tradisi Baritan dilaksanakan ketika suatu daerah terserang wabah

penyakit yang mudah menular. Waktu tepatnya biasanya pada hari Kamis petang

atau malam Jum’at. Tradisi Baritan biasanya dilaksanakan diperempatan jalan

atau diserambi rumah. Pemberitahuan tentang akan dilaksanakan tradisi ini

dengan cara gethok tular atau dari rumah ke rumah.

Kedua, Skripsi karya Faishal Jamaluddin yang berjudul “Aktivitas

Komunikasi Upacara Adat Babarit (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Babarit Di Desa Sagarahiang,

Kabupaten Kuningan, Tahun 2014)” Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia,tahun 2015. Dalam

skripsi ini dijelaskan bahwa upacara adat Babarit merupakan salah satu bentuk

perayaan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT agar diberi

keselamatan serta dijauhkan dari hal-hal buruk yang bisa menimpa desa.

Pelaksanaannya dimulai kurang lebih pada pukul 08.00 WIB yang di awali

pembukaan oleh Kepala Desa dan beberapa tokoh-tokoh masyarakat dengan

Page 19: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

6

berdoa bersama di tempat-tempat tertentu, seperti balai Desa, makam dan halaman

rumah warga.

Ketiga, Tesis karya Andri Noviadi yang berjudul “Mantra Ritual Babarit:

Nilai Budaya, Struktur, Konteks Penuturan, Proses Penciptaan, dan Fungsi serta

Pelestariannya sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA” Prodi Bahasa dan

Budaya Sunda, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, tahun

2012. Dalam tesis ini dijelaskan bahwa Masyarakat Kampung Kuta di Kabupaten

Ciamis masih memegang teguh adat istiadat dari leluhurnya, salah satunya dengan

mengadakan upacara Babarit pada waktu-waktu tertentu, diantaranya pada saat

gempa atau lini, persiapan tanam padi atau guar bumi, proses pembangunan

rumah dan persiapan pernikahan. Penelitian ini difokuskan pada mantra yang

terdapat dalam tradisi Babarit sebagai bahan ajar untuk siswa SMA. Mantra

merupakan ritual do’a yang hanya boleh dibacakan oleh kuncen atau punduh

(sesepuh dalam masyarakat adat Kuta). Mantra diambil dari sebuah rangkaian

ritual adat Babarit yang dilaksanakan dalam rangka syukuran pernikahan pada

masyarakat adat Kuta.

Keempat, Tesis karya Rekha Rosdiana Dewi “Tradisi Babarit Desa di

Kacamatan Palasah, Kabupaten Majalengka (Ulikan Struktural-Sémiotik)” Prodi

Bahasa dan Budaya Sunda, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia tahun 2015. Dalam tesis ini dijelaskan bahwa Tradisi Babarit Desa

dilaksanakan setahun sekali sebelum musim panen tiba dan bertujuan agar sawah-

sawah terhindar dari marabahaya yang mengakibatkan gagalnya panen. Tradisi

Babarit Desa dapat juga disebut “Babarit melak paré” ( Babarit tanam padi).

Page 20: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

7

Tradisi ini merupakan gambaran rasa syukur masyarakat Desa Waringin kepada

Tuhan Yang Maha Esa agar selalu melimpahkan segala kenikmatan kepada

masyarakat Desa Waringin. Upacara tradisi ini mempunyai tiga fungsi yaitu

fungsi spiritual, sosial, dan perkembangan pariwisata.

Beberapa hasil penelitian di atas memiliki persamaan yaitu Babarit

merupakan tradisi tahunan yang berlangsung di perempatan jalan dan memiliki

tujuan yang sama, yaitu sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil panen

yang melimpah. Perbedaannya terletak pada fokus penelitiannya, dalam

penelitian-penelitian sebelumnya diatas, makna dan fungsi tradisi Babarit tidak

diuraikan secara detail, sedangkan pada tradisi Babarit di Dusun Nagrak, Desa

Karangsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran lebih memfokuskan

makna dan fungsi Babarit terhadap masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu,

penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Teori dan Pendekatan

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsionalisme yang

dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942).6 Inti teori fungsionalisme

adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat

sebenarnya mempunyai maksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah

kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya

6 C. H. M. Palm, Sejarah Antropologi Budaya (Bandung: Penerbit Jemmars, 1980), hlm.

59-65.

Page 21: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

8

(pemenuhan kebutuhan).7Melalui teori fungsionalisme, penulis memposisikan

tradisi babarit sebagai aktivitas kebudayaan yang memiliki fungsi terhadap

masyarakat pelakunya, dalam hal ini masyarakat Dusun Nagrak. Agar fungsi

tersebut dapat diketahui secara rinci, maka dapat dilihat dari aspek agama, aspek

sosial, dan aspek budaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-historis, yaitu pendekatan

sosial dan sejarah yang melibatkan aspek sosial, ekonomi, atau politik dalam

sejarah jangka panjang dari suatu kebudayaan. Pendekatan ini diharapkan mampu

mengungkap gejala-gejala suatu peristiwa yang berkaitan erat dengan waktu,

tempat, lingkungan dan kebudayaan saat ritual Babarit dilaksanakan. Kemudian,

dapat menjelaskan asal-usul, dinamika serta struktur sosial di dalam masyarakat

yang bersangkutan8. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikategorikan dalam

sejarah sosial.9Melalui pendekatan sosio-historis ini diharapkan mampu

mengungkapkan asal-usul, gambaran umum kehidupan masyarakat, fungsi dan

makna tradisi Babarit juga pengaruhnya terhadap kepercayaan masyarakat hingga

saat ini.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), menggunakan

metode penelitian budaya dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur

7 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1987) hlm. 167 8 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, terj. Yasogama (Jakarta: Rajawali,

1984), hlm. 23. 9 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),

hlm.115.

Page 22: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

9

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku

yang diamati dan diambil dari pelaku (subyek) dan masyarakat10. Metode

kualitatif ini digunakan untuk mengkaji sumber data dari tradisi Babarit, baik

lisan maupun tulisan yang didapat penulis di dusun Nagrak. Caranya adalah

dengan melakukan pengamatan dan wawancara secara langsung kepada siapa saja

yang dianggap terlibat dan kompeten. Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang ada relevansinya dengan

tradisi Babarit, baik berupa data tertulis maupun yang tidak tertulis. Oleh karena

itu, yang dilakukan langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi ini menggunakan observasi partisipan, yaitu pengamatan yang

dilakukan dengan alat penginderaan dan sekaligus ikut terjun langsung dalam

sosial subyek penelitian.11 Dalam melakukan observasi, penulis menggunakan

pengamatan berperan serta, dengan cara mengikuti rangkaian prosesi tradisi

Babarit secara langsung di dusun Nagrak. Cara ini digunakan untuk untuk

mendekatkan peneliti kepada hal yang diteliti, sehingga subyek penelitian merasa

simpati, sehingga dapat melihat berbagai macam tanggapan dan reaksi masyarakat

terhadap ritual tradisi Babarit.

10 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 28.

11 Burhan Bungsin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 116.

Page 23: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

10

b. Wawancara

Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik wawancara. Pertama,

wawancara terarah dan tidak terarah. Wawancara yang tidak terarah memberikan

kesempatan yang sebesar-besarnya untuk memberikan keterangan yang

ditanyakan. Wawancara ini penting pada tahap awal penelitian karena dengan

memberikan keterangan umum, sering kali mereka juga memberikan keterangan-

keterangan yang tidak terduga yang takkan dapat kita ketahui jika kita

menanyakan dengan cara wawancara terarah. Pada tahap berikutnya,

mempergunakan wawancara yang terarah, pertanyaan yang akan diajukan

tersusun sebelumnya dalam suatu bentuk daftar tertulis. Jawaban yang diharapkan

sudah dibatasi dengan yang relevan dan diusahakan agar informan tidak melantur

kemana-mana.12 Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dan

kompeten dalam tradisi Babarit, seperti tokoh masyarakat Dusun Nagrak, tokoh

agama, serta sebagian warga lain yang dapat dijadikan sumber lisan dalam

penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan

informasi dalam bidang pengetahuan, pemberian atau pengumpulan bukti-bukti

dan keterangan-keterangan seperti: gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan

referensi lain.13 Data yang diperoleh berupa video atau foto benda-benda yang

berkaitan dengan tradisi Babarit. Pendokumentasian dilakukan saat prosesi ritual

12 James Dananjaya, Foklor Indonesia: ilmu gossip, dongeng dan lain-lain, (Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, 1994) hlm.195. 13 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 211.

Page 24: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

11

Babarit yang digunakan dalam mencari data tertulis maupun tidak tertulis pada

tradisi Babarit. Sumber ini dapat dijadikan pendukung penelitian baik berupa

buku, foto-foto acara tradisi Babarit, video, ataupun data-data lain yang dapat

menyempurnakan hasil penelitian.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengolah dan menelaah data yang diperoleh

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, baik data sekunder maupun

primer. Dalam analisis data dilakukan proses pemetaan, mengatur data, klasifikasi

data, dan mengurutkan data sehingga membentuk pola dan kategori jelas yang

nantinya dapat ditemukan tema dan hipotesis dari penelitian. Dalam pengertian

lain sebuah fakta akan muncul setelah diadakan analisis terhadap data yang telah

terkumpul.14Analisis data digunakan untuk meningkatkan pemahaman penulis

tentang pelaksanaan dan fungsi tradisi Babarit untuk masyarakat Dusun Nagrak.

3. Penulisan Laporan Penelitian

Tahap terakhir dalam penelitian budaya adalah penulisan laporan. Pada tahap

ini, penulis berusaha menyajikan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif analitis

dalam bentuk tulisan dengan menggunakan tata bahasa penelitian yang sesuai

dengan pedoman penulisan karya ilmiah.

14 Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah: Pendekatan, Teori, dan Praktik (Jakarta:

Restu Agung, 2006), hlm. 79.

Page 25: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

12

4. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dengan rincian

sistematika pembahasan masing-masing bab sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah yang mengantarkan penulis untuk mulai melakukan penelitian. Berbagai

persoalan yang muncul dirumuskan menjadi poin-poin pokok masalah serta

menjadikan tujuan dan kegunaan sebagai petunjuk arah penelitian. Langkah

selanjutnya adalah menelusuri kepustakaan guna mengetahui posisi tema yang

sedang diteliti, serta memberikan kejelasan dan batasan kajian yang berbeda

dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini berdasarkan sebuah metode sebagai

tahapan-tahapan konkret yang harus dilalui, diaplikasikan dengan teori dan

pendekatan yang sesuai dengan rumusan masalah agar dapat menarik kesimpulan,

sehingga penulisan laporan penelitian berjalan dengan baik.

Bab kedua membahas tentang gambaran umum masyarakat Dusun Nagrak,

yang meliputi kondisi agama, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya.

Pembahasan ini diletakkan di bab kedua dengan alasan untuk memberikan

gambaran keadaan masyarakat Dusun Nagrak dalam berbagai aspek kehidupan

yang berkaitan dengan tradisi Babarit sebagai pendukung kegiatan tersebut.

Bab ketiga membahas asal-usul dan prosesi tradisi Babarit, yang terbagi

dalam dua sub bab. Sub bab pertama menjelaskan asal-usul dilaksanakannya

tradisi Babarit mulai dari sejarah kemunculannya hingga bertahan sampai saat ini.

Pada sub bab kedua membahas prosesi Babarit, mulai dari persiapan,

perlengkapan, dan pelaku tradisi Babarit.

Page 26: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

13

Bab keempat membahas makna, fungsi dan faktor masih dilestarikannya

tradisi Babarit. Dalam pembahasan ini diuraikan dalam tiga sub bab, yaitu pada

sub bab pertama membahas makna simbol yang terdapat dalam tradisi Babarit,

sub bab kedua membahas fungsi tradisi Babarit bagi masyarakat dusun Nagrak,

dan pada sub bab ketiga membahas faktor-faktor yang menyebabkan masih

dilestarikannya tradisi Babarit.

Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dari hasil pembahasan

dari Bab I sampai Bab IV, serta saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

peneliti selanjutnya yang berminat meneliti tradisi Babarit.

Page 27: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan pada bab-bab terdahulu

mengenai tradisi Babarit di Dusun Nagrak, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tradisi Babarit merupakan salah satu tradisi masyarakat Sunda yang

diwariskan secara turun-temurun, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa, mempererat silaturahmi antar warga untuk melestarikan budaya

leluhur, menciptakan ketentraman lahir dan batin khususnya bagi warga Dusun

Nagrak dan untuk para petani supaya diberi hasil pertanian melimpah. Masyarakat

Dusun Nagrak masih mempertahankan tradisi Babarit sebagai bentuk

implementasi kepatuhan, ketaatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal sehingga

menimbulkan keinginan untuk melestarikan warisan tradisi para leluhur.

Pelaksanaan tradisi Babarit yang semarak karena di dalam tradisi ini

terdapat dua perayaan, yaitu perayaan Tahun baru Islam dan Merti Bumi yang

ditunggu-tunggu masyarakat Dusun Nagrak untuk mendapatkan berkah. Tradisi

Babarit masih dilestarikan karena mengandung nilai dan fungsi bagi kehidupan

masyarakat, nilai keagamaan terlihat dari niat diadakannya tradisi tersebut sebagai

bentuk dari ucapan puji syukur kepada Allah dengan pembacaan do’a-do’a dan

tujuan awal dari Babarit itu sendiri sebagai peringatan satu Muharram atau satu

Suro. Masyarakat Dusun Nagrak memaknai Babarit sebagai perekat hubungan

sosial antar keluarga, antar tetangga, antar masyarakat Dusun Nagrak, dan antar

Page 28: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

62

umat muslim pada umumnya. Dalam tradisi Babarit terkandung nilai-nilai

kearifan lokal yang menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan.

Ditinjau dari aspek sosial-budaya, tradisi Babarit berfungsi sebagai sarana

untuk memupuk kerukunan, dan solidaritas masyarakat, sehingga nantinya

tercipta tatanan masyarakat yang kokoh, rukun, dan damai. Ditinjau dari fungsi

agama Babarit merupakan suatu kegiatan untuk bersedekah, saling tolong-

menolong, dan bersilaturahmi.

B. Saran

Setelah penulis mengambil kesimpulan dari tulisan-tulisan yang sudah

diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa saran yang

menurut penulis perlu disampaikan berkaitan dengan tradisi Babarit ini. Saran-

saran tersebut antara lain:

1. Kepada masyarakat Dusun Nagrak agar dalam melestarikan tradisi Bababrit

mengganti sesaji dengan bentuk lain, karena maksud dari tradisi tersebut adalah

penyambutan tahun baru Islam sehingga tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

2. Kepada masyarakat Dusun Nagrak diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan

terhadap nilai-nilai tradisi yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

3. Pembahasan mengenai tradisi Babarit masih memungkinkan untuk dikaji dari

berbagai aspek dengan kesimpulan yang berbeda pula.dalam penelitian ini masih

banyak potensi-potensi lain yang masih belum terungkap sehingga menurut hemat

penulis menyarankan agar pembaca dapat menggali potensi yang belum terungkap

Page 29: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

63

dalam perayaan tradisi Babarit sehingga pemahaman mengenai tradisi Babarit

menjadi lebih utuh.

Page 30: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

64

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Bungsin, Burhan, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2007.

Dananjaya, James, Foklor Indonesia: ilmu gossip, dongeng dan lain-lain, Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, 1994. Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Budaya, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2006. Elly M. Setiadi dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2006. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Sunda-Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994.

Herusatoto, Budiono, Simbolisme Jawa, Yogyakarta: Ombak, 2008.

Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Pedoman Akademik dan Penulisan Skripsi, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya: Yogyakarta, cet. I, 2010.

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004.

, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta: Universitas Indonesia, 1987.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995.

M. Palm, C. H., Sejarah Antropologi Budaya, Bandung: Penerbit Jemmars, 1980

Page 31: TRADISI BABARIT DI DUSUN NAGRAK DESA KARANGSARI …digilib.uin-suka.ac.id/32533/1/11120116_ BAB- I_IV-atau-V_DAFTAR... · satu persatu, kalian adalah teman-teman senasib seperjuangan

65

M. Poloma, Margaret, Sosiologi Kontemporer, terj. Yasogama Jakarta: Rajawali, 1984.

MS, Basri, Metodologi Penelitian Sejarah: Pendekatan, Teori, dan Praktik, Jakarta:

Restu Agung, 2006. Pustaka Al-Hannan, Al-Qurʻan terj., Surakarta: PT. Indiva Media Kreasi, 2009. Tashadi, Upacara tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Proyek

Inventaris dan Dokumen Daerah, 1982. Widada dkk., Kamus Basa Jawa: Bausastra Jawa,Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Sukanto, Suryono, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1985.

Yusuf, Mundzirin, Makna dan fungsi Gunungan Garebeg di Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Yogyakarta: Amanah, 2009.

SKRIPSI

Arip Budiman, “ Tradisi Baritan di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Indramayu”, Yogyakarta: Jurusan Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018, tidak dipublikasikan.

Faishal Jamaluddin, “Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarit (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Babarit Di Desa Sagarahiang, Kabupaten Kuningan, Tahun 2014)” Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, 2015.

TESIS

Andri Noviadi, “Mantra Ritual Babarit: Nilai Budaya, Struktur, Konteks Penuturan,

Proses Penciptaan, dan Fungsi serta Pelestariannya sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA” Prodi Bahasa dan Budaya Sunda, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012.