t.perawatan 1

Upload: akmal-harahap

Post on 14-Jul-2015

318 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Mata Kuliah : Teknik Perawatan dan Perbaikan I Tujuan Pengajaran : Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa diharapkan : Dapat memahami pengertian dan fungsi pemeliharaan Mengetahui klasifikasi pemeliharaan Mengetahui prosedur kerja pemeliharaan di unit pembangkit listrik tenaga uap dan industri lainnya. 1. Pendahuluan 1.1 Tujuan Utama Sistem Pemeliharaan Tujuan utama sistem pemeliharaan adalah : 1. Untuk menjaga atau mempertahankan keandalan unit pembangkit/peralatan dengan cara melaksanakan pemeliharaan selengkapnya pada saat unit sedang beroperasi atau pada waktu inspeksi tahunan. 2. Untuk mempertahankan efisien unit (Unit Efficiency) dengan cara mengganti part part yang sudah tidak sesuai lagi dengan standar, melaksanakan penyetelan penyetelan, pembersihan dan mengoperasikan unit sesuai dengan petunjuk operasi. 3. Mempertahankan keselamatan (Safety) dengan cara memperbaiki atau melakukan pengetesan agar dapat dipergunakan dengan aman. 1.2 Klasifikasi dalam Pemeliharaan Pada dasarnya pemeliharaan diklasifikasikan dalam 2 (dua) jenis yaitu : 1. Pemeliharaan Preventive (Sifatnya Terencana) Yaitu suatu tindakan/pekerjaan/usaha untuk mempertahankan atau menjaga kondisi peralatan/sistem/sarana mesin, listrik, kontrol bangunan dan lainnya sehingga selalu berada dalam keadaan baik mempunyai keandalan dan daya gunanya optimal. Preventive maintenance disebut juga sebagai pemeliharaanTeknk Perawatan I/smt/2009

Page 1

yang terencana,terdiri dari pemeliharaan berkala dan pemeliharaan prediktif. Pemeliharaan preventif berkala pada garis besarnya berkaitan dengan jam operasi, misalnya pemeliharaan tahunan atau lebih dan dapat juga kurang dari 1 (satu) tahun. Pada pelaksanaannya pemeliharaan berkala dapat dilakukan pada saat unit tetap beroperasi dan ada yang dilakukan pada saat unit tetap beroperasi dan ada yang dilakukan pada saat unit berhenti/inspeksi (Shutdown). 2. Pemeliharaan Korektif (Bersifat darurat tanpa rencana). Adalah suatu pekerjaan/perbaikan untuk mempertahankan atau mengembalikan kondisi peralatan/sistem yang mengalami kerusakan sehingga dapat kembali ke kondisi semula. Dari pengertian dan uraian tentang pemeliharaan preventif (pencengahan) maupun pemeliharaan perbaikan tersebut maka dapat

digambarkan seperti berikut.

JANGKA PENDEK < 1 Tahun (Mesin Berhenti) 1. Pemeliharaan Harian 2. Pemeliharaan Mingguan 3. Pemeliharaan Bulanan

Teknk Perawatan I/smt/2009

Page 2

Dengan memperhatikan skematik diatas, maka akan terlihat adanya unsur waktu khususnya pada pemeliharaan berkala. Sehingga pembagian macam macam pemeliharaan dapat didekati antara lain berdasarkan waktu pemeliharaan seperti berikut : I. Pemeliharaan berdasarkan waktu. a. Pemeliharaan jangka panjang, dimana periode pelaksanaannya lebih dari 1 tahun, dan dikerjakan pada saat kondisi mesin/peralatan sedang berhenti. b. Pemeliharaan jangka pendek, dimana jadwal pelaksanaannya kurang dari 1 tahun. Dikerjakan saat mesin/peralatan dalam keadaan berhenti atau mungkin sedang beroperasi. Pemeliharaan jangka pendek ini dibedakan menjadi : 1. Pemeliharaan harian, misalnya pembersihan mesin mesin,

pemeriksaan meter meter, main oil, burner dan ignition burner 2. Pemeliharaan mingguan, misalnya pemeriksaan kebocoran pada safety valve, PCV, katup header, soot blower. 3. Pemeliharaan bulanan, yaitu pemeriksaan kondisi pelumas bantalan, getaran, baut baut pengikat dan lainnya. II. Pemeliharaan berdasarkan fungsi. Pada pemeliharaan ini ditekankan pada pembagian kelompok mesin/peralatan sesuai dengan fungsinya masing masing : a. Fungsi instalasi dan mesin, terdiri dari : 1. Perlengkapan penyaluran bahan bakar batu bara 2. Perlengkapan penyaluran bahan bakar minyak 3. Boiler 4. Perlengkapan penyaluran abu dan debu 5. Turbin uap 6. Generator 7. Perlengkapan ruang kontrol 8. Instalasi uap dan penyediaan air 9. Instalasi air pendingin c. Fungsi penyaluran tenaga listrik

Teknk Perawatan I/smt/2009

Page 3

III. Pemeliharaan berdasarkan ruang lingkup (scope) Jenis pemeliharaan ini lebih ditekankan pada klasifikasi pekerjaan, namun sebenarnya juga berdasarkan waktu yaitu : a. Pemeliharaan kecil (simple inspection), dilaksanakan setiap 8000 jam operasi b. Pemeliharaan sedang (medium inspection), dilaksanakan setiap 16000 jam operasi c. Pemeliharaan besar (serious inspection), dilaksanakan setiap 32000 jam operasi IV. Pemeliharaan berdasarkan prosedur Hampir sebagian besar pekerjaan pemeliharaan yang dilaksanakan di PLTU adalah berdasarkan prosedur, baik yang dibuat oleh pabrik pembuat maupun oleh perusahaan. Prosedur akan memberikan arah dan petunjuk pemeliharaan sehingga dapat direncanakan sebelumnya dan hasilnya akan lebih efektif. Prosedur ini meliputi : a. Identifikasi b. Scope (ruang lingkup) pekerjaan c. Waktu pelaksanaan d. Trouble shooting e. Penyediaan tools dan special tools f. Man power/tenaga kerja

g. Biaya

V. Pemeriksaan berdasarkan policy. Pemeliharaan ini sifatnya sesaat, yaitu berdasarkan pertimbangan perusahaan maupun pemerintah berdasarkan kondisi tertentu, sehingga akan menyimpang dari perencanaan semula misalnya dalam rangka menyambut dan

menyukseskan pemilu. Untuk itu semua jadwal pemeliharaan dipercepat agar kondisi unit/mesin dalam keadaan siap operasi dan dengan keandalan yang tinggi.

Teknk Perawatan I/smt/2009

Page 4

VI. Pemeliharaan Berdasarkan Metoda Pemeliharaan ini memberi petunjuk tentang cara cara pemeliharaan yang efektif efisien, biasanya dibuat berdasarkan suatu studi dan perhitungan perhitungan. 1.3. Pemeliharaan di Unit Pembangkit. Untuk membangun unit pembangkit diperlukan suatu pemikiran, waktu dan biaya yang tidaj sedikit. Maka dari itu setelah unit pembangkit beroperasi, diharapkan mampu menghasilkan tenaga listrik semaksimal mungkin dengan jumlah ganggguan atau kerusakan sekecil mungkin. Pemeliharaan merupakan satu diantara beberapa faktor yang sangat penting dalam suatu unit pembangkit, hanya dengan melakukan pemeliharaan sesuai dengan prosedur maka kelangsungan pembangkit akan terjamin/terpelihara. Pemeliharaan ialah suatu tindakan/kegiatan atau usaha berupa perbaikan, penggantian, pembersihan, pengecetan, penyetelan, alignment, kalibrasi atau tindakan lain dengan maksud untuk mempertahankan atau mengembalikan kondisi peralatan/sistem/sarana mesin, listrik, sistem kontrol dan sebagainya seperti kondisi/performasi semula, sehingga unit dapat beroperasi terus - menerus dan umur unit pembangkit dapat dipertahankan atau bahkan lebih panjang dari yang direncanakan. Mengingat betapa pentingnya faktor pemeliharaan, maka sistem pemeliharaan haruslah direncanakan, dikendalikan dan dilaksanakan dengan baik dan bersungguh sungguh agar sasaran atau tujuan utama (yaitu untuk menjaga/mempertahankan keandalan unit, mempertahankan efisiensi unit dan mempertahankan keselamatan) dapat dicapai. Untuk itu antara perencanaan dan pelaksanaan harus terjalin suatu sistem yang terpadu saling memberikan informasi dan kerjasama yang baik. Seperti telah diuraikan pada halaman terdahulu, pelaksanaan pemeliharaan dapat dibagi dalam 3 (tiga) klasifikasi yaitu : 1. Pemeliharaan Korektif yang terdiri dari 4 (empat) bagian antara lain : a. Kerusakan mendesak yang harus diperbaiki segera, karena jika tidak dilaksanakan akan mengancam unit trip atau derated, dapat juga membahayakan lingkungan (manusia/peralatan).Teknk Perawatan I/smt/2009

Page 5

b. Kerusakan

yang

dapat

diperbaiki dapat

tanpa

mengurangi saat

KWH unit

yang

dibangkitkan,

perbaikannya

dilaksanakan

sedang

beroperasi dan tidak mengakibatkan unit trip. c. Kerusakan yang hanya dapat diperbaiki dengan mengurangi KWH (derated, perbaikannya dapat diprogramkan saat KWH dapat dikurangi) biasanya pada hari libur atau harus menunggu sampai jadwal unit shutdown untuk melaksanakan inspeksi/overhaul. d. Kerusakan yang hanya dapat diperbaiki pada saat unit shutdown karena perbaikannya membutuhkan waktu yang lama, namun kerusakan ini tidak mengganggu unit derated maupun unit trip.

2. Pemeliharaan Preventif pada Saat Unit Beroperasi. Untuk melaksanakan pemeliharaan preventif perlu dibuat suatu uraian pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang baku/standart, hal ini untu memudahkan bagi perencana dalam merencanakan pengadaan spare part/material, sehingga material sudah tersedia tepat waktu dan

mempermudah pelaksanaan untuk melakukan pemeliharaan tanpa menunggu kedatangan bahan/spare part. Dalam melaksanakan pemeliharaan preventif perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut : a. Amati dan catat kondisi peralatan sebelum melakukan pemeliharaan. b. Laksanakan pemeliharaan preventif sesuai uraian pekerjaan, lakukan pengukuran pengukuran dan catat hasilnya. c. Selama melaksanakan pemeliharaan preventif, bila ada kelainan yang terjadi agar dicatat atau didukomentasikan (difoto). d. Setelah selesai dan melaksanakan catat, tulis pemeliharaan tanggal preventif, pada lakukan formulir

pengamatan

pelaksanaan

pemeliharaan preventif. 3. Pemeliharaan Preventif Saat Unit Shutdown. Pengertian shutdown adalah unit pembangkit keluar dari sistem jaringan listrik dan semua sistem/peralatan tidak beroperasi, kecuali sistem air pendingin bila masih diperlukan untuk mendinginkan suatu peralatan. Shutdown unit dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu:Teknk Perawatan I/smt/2009

Page 6

a. Planned Outage. Adalah shutdown unit yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya : Shutdown untuk melaksanakan inspeksi/overhaul Shutdown karena kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen berkurang. b. Forced Outage. Adalah shutdown unit karena terpaksa, misalnya ada kerusakan suatu sistem/peralatan yang harus diperbaiki dengan segera, misalnya boiler tube bocor. Inspeksi/overhaul harus direncanakan jauh jauh hari sebelumnya agar segala persiapan dapat dilakukan dengan lebih teratur dan teliti serta tidak tergesa gesa, mengingat proses pengadaan sapre part (suku cadang) dan material juga delivery time memakan waktu yang cukup lama. Untuk itu beberapa tahapan/langkah harus ditempuh dalam merencanakan

inspeksi/overhaul seperti berikut : a. Tentuka jenis inspeksi/overhaul (simple, mean atau serious). b. Buat lingkup pekerjaan persistem, lingkup pekerjaan ini dapat diperoleh dari instruction book dan juga berdasarkan pengalaman di lapangan. c. Buat daftar kebutuhan spare part dan material yang dibutuhkan. d. Buat daftar kebutuhan tool yang diperlukan e. Buat rencana anggaran biaya f. Buat jadwal perencanaan inspeksi/overhaul

Oleh karena pekerjaan inspeksi merupakan pekerjaan yang berulang ulang, maka perlu dibuat suatu standar baku untuk inspeksi simple, mean maupun serious yang meliputi lingkup pekerjaan, kebututhan spare part/material, tenaga kerja/jasa borongan dan penjadwalan.

1.4 Sistem Pengaturan Perbaikan Kerusakan Perbaikan kerusakan pada suatu peralatan (disebut pemeliharaan korektif) dibeberapa unit pembangkit mempunyai sistem yang berbeda, dan harus disesuaikan dengan sistem manajemen/administrasi dimasing masing unit pembangkit. Namun secara sama.Teknk Perawatan I/smt/2009

prinsip semua mempunyai dasar pemikiran yang

Page 7

1.5 Sistem Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan kegiatan yang paling utama pada instalasi pembangkit tenaga listrik, adapun tujuan utama dari pemeliharaan tersebut adalah untuk menjaga dan menghindarkan menurunnya keandalan dan kemampuan instalasi pembangkit. Pemeliharaan instalasi pembangkit pada umumnya digolongkan menurut peralatan utama dan alat bantu yang terpasang pada instalasi tersebut meliputi : Mesin utama dan alat bantu Peralatan listrik Instrumentasi dan alat kontrol

Mengingat sifat kegiatan pemeliharaan yang sangat luas dalam berbagai aspek teknologi, maka diperlukan managemen pemeliharaan yang profesional agar dapat merencanakan dan mengevaluasi kondisi instalasi pembangkit secara menyeluruh maupun untuk masing masing peralatan. Sistem managemen pemeliharaan dapat digolongkan dan mengacu kepada : 1. Engineering Sistem Data meliputi : Asset Technical Asset Financial Work Specification Preventive Maintenance Man Power & Resource

2. Stock Control Adalah untuk mengendalikan material pemeliharaan dan material cadangan, material rutin meliputi stok gudang dan pengadaan material. 3. Job Reporting Adalah untuk melaporkan kondisi peralatan secara real time pada peralatan yang beroperasi, yang sifatnya dipandang perlu perbaikan segera ataupun dengan skala proiritas.

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 8

4. Planning dan Work Order Untuk merencanakan pemeliharaan yang real time pada peralatan yang mengalami gangguan menurut sifatnya dalam katagori unit shut down, unit derated ataupun ingin over peralatan. 1.6 Sequence / Prosedur Preventive Maintenance Urutan/prosedur perawatan preventif (pencegahan) adalah : 1. Dismantling (pembongkaran) 2. Inspeksi dengan metoda metoda diantaranya memakai instrumen/peralatan : V I (visual inspection) D I ( dimension inspection) P T ( dye penetrant test) H T ( hardness test) M T (magnetic test) U T (ultrasonic test)

3. Cleaning (pembersih) 4. Reassembling 5. Final check 6. Oil flushing 7. Individual test 8. Test run 1.7. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance) Untuk menjadi perusahaan yang mampu bersaing, kerusakan mesin dan segala macam gangguan harus dilenyapkan. Mesin harus dipertahankan untuk mencapai 100% kebutuhan permintaan pelanggan. Suatu pemandangan umum yang terlihat di pabrik adalah petugas pemeliharaan sibuk menangani kerusakan mendadak

yang terjadi, sementara operator mesin menunggu dan menganggur. Mereka berpendapat bahwa kerusakan mesin bukanlah tanggung jawab operator. Oleh sebab itu bagaimana kita dapat mengubah situasi ini menuju situasi yang bebas dari kerusakan, bebas gangguan, kegagalan maupun pemborosan.Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 9

Berikut ditampilkan gagasan untuk mencegah kerusakan dan gangguan pada mesin.

Gambar 1. Pencegahan Kemacetan dan Kerusakan Mesin

1.8. Faktor Penyebab Gangguan dan Kerusakan Mesin Pada dasarnya penyebab gangguan dan kerusakan pada mesin tidak terlepas dari unit yang paling dekat dengan mesin, yaitu mesin itu sendiri, operator dan petugas perawatan. Berikut dijabarkan hal-hal yang berhubungan dengan kerusakan mesin.

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 10

MESIN1) Mesin kotor

OPERATOR 1) Mengabaikan mesin kotor kotor. 2) Salah pengoperasian

PETUGAS PERAWATAN 1) Mengganti dan tanpa bertanya memperbaiki mengapa

2) Pelumas

pelumas bocor dan 3) Tidak dapat memeriksa pelumas tidak ada. 3) Terlalu panas 4) Bising 5) Bergetar 6) Banyak geram/debu 7) Sulit diperiksa 8) Barang berserakan9) Tida rapi

masalah dapat terjadi.

4) Tidak melaksanakan

mampu 2) Tidak pernah memberi tahu operator tentang pemeliharaan sederhana.

pemeliharaan sederhana. 5) Tidak memiliki

bekal 3) Tidak berkomunikasi dengan operator. tolong 4) Hanya memperhatikan masalah besar,dan darurat saja. Tidak peka terhadap masalah kualitas maupun unjuk kerja mesin.

pengetahuan mesin. 6) Tidak meminta

pada saat ada gangguan. 7) Produksi lebih penting

terhadap alat produksi

8) Tidak mampu mengontrol 5) Menganggap keusangan mesin mesin. tidak dapat dihindari. 6) Mengandalkan teknologi, bukan sumber daya yang ada.

Gambar 2. Faktor Penyebab dan Kerusakan Mesin

Perlu disadari bahwa, manusia adalah sumber masalah. Mesin tidak pernah menciptakan masalah, tetapi manusia yang menggunakan mesin dan membiarkannya rusak merupakan penyebab gangguan dan masalah. Contohnya adalah lalai menambah minyak pelumas atau lupa mengencangkan baut yang kendor bahkan tidak pernah membersihkan mesin yang kotor. Hal inilah yang menyebabkan mesin menjadi makin using, tua serta berkurang penampilan kerjanya. Kita juga harus menyadari bahwa meskipun banyak mesin yang makin canggih tetapi fungsi dasarnya tidak berubah, yaitu perlu dikendalikan manusia. Peran manusia justru makin diperlukan dengan adanya mesin/peralatan yang makin canggih.(lihat peraga di bawah ini)

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 11

Gambar 3. Gangguan Mesin dan Penanggulangannya

Melalui pengamatan yang cermat pada suatu kegiatan di pabrik, terungkap berbagai faktor yang memberi peran besar bagi kerusakan suatu mesin/peralatan (lihat Gambar 2.). Tetapi sejak dahulu kita tahu bahwa kesulitan utama dalam mengurangi pemborosan suatu mesin adalah melenyapkan gangguan dan kerewelan mesin yang kronis. Penyebab dari masalah yang muncul sesaat lebih mudah ditanggulangi dari pada penyebab yang kronis, karena hubungan sebab akibat sangat jelas. Masalah yang kronis sulit untuk dilenyapkan, meskipun telah diterapkan dan dicoba berbagai cara penanggulangannya (lihat Gambar 3.)

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 12

1.9. Lima Penyebab Gangguan Mesin Secara umum ada 5 (lima) penyebab utama gangguan mesin antara lain adalah:

Gambar 3. Lima Penyebab Utama Gangguan Mesin

Program perbaikan dan penanggulangan masalah memang penting untuk mengatasi gangguan, Namun kunci untuk mencegah gangguan mesin adalah dengan

mempertahankan kondisi operasi yang wajar (normal) mesin. Hal ini akan lebih efektif melalui penggalangan kemampuan untuk menemukan gejala-gejala kerusakan mesin sedini mungkin. Gejala tersebut antara lain suara bising tidak seperti biasanya, getaran yang besar, mesin panas dan ada kebocoran pada pelumas. Oleh karena itulah peranan operator sangatlah penting, karena mereka yang banyak menghabiskan waktu diantara mesin dan peralatan dari pada orang lain. Jika operator mempunyai cukup pengetahuan tentang dasar operasi mesin, mereka akan mampu menemukan sedini mungkin adanya gejala awal kerusakan mesin. Operator harus bekerja sama dengan petugas perawatan untuk menemukan masalah, menentukan penyebab dan mengambil tindakan untuk menghentikan kerusakan itu.

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 13

Pada gambar 1. Pencegahan Kemacetan dan Kerusakan Mesin, terdapat lima kali pertanyaan mengapa. Maksudnya adalah suatu proses mengajukan pertanyaan secara terus menerus dilakukan sampai diperoleh suatu pemecahan yang efektif dan modus pencegahan agar masalah yang sama tidak muncul lagi. Taichi Ohno dari Toyota menyatakan : Bila kita bertanya mengapa lima kali barulah cukup kita dapat menangkap/menemukan penyebab sesungguhnya dari suatu masalah. 1.10. Total productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah konsep pemeliharaan yang melibatkan semua karyawan. Tujuannya adalah mencapai efektifitas pada keseluruhan sistem produksi melalui partisipasi dan kegiatan pemeliharaan yang produktif. Pada program TPM ditekankan pada keterlibatan semua orang, sementara fokus kegiatan pun dicurahkan bagi mereka. TPM mirip dengan Total Quality Control (TQC). TPM melibatkan semua unsur karyawan dalam mengembangkan kualitas usaha guna memenuhi kebutuhan pelanggan. Berikut ditampilkan perbandingan antara TPM dengan Total Quality Control (TQC).

Gambar 4. Perbandingan TPM dengan TQC

1.11. Kegiatan TPM dalam Pencegahan Kegagalan MesinTeknik Perawatan I/smt/2009

Page 14

Kegagalan mesin berkaitan dengan cara berfikir manusia dan tindakannya. Kegagalan dan gangguan mesin akan selalu terjadi, kecuali kalau semua mesin diganti dengan yang baru. Untuk mengurangi kegagalan ini, operator, team perawatan dan karyawan pedukung lainnya harus mengerti peran mereka dan harus dapat saling bekerja sama satu dengan lainnya. Pendekatan yang efektif untuk mencapai kondisi operasi tanpa gangguan mesin adalah dengan melenyapkan penyebab gangguan tersebut. Gangguan tersebut dapat berupa debu, bunyi derik, baut yang kendor, goresan, retakan, patahan, kelainan bentuk dan keausan karena usia pemakaian. Kegagalan mesin dapat terjadi karena kombinasi penyebab gangguan tersebut. Kalau hal ini belum disadari benar, maka tindakan pencegahan mesin akan sia-sia belaka.

1.12. Empat fase Perawatan Mesin Pendekatan berikut ini akan menggambarkan lebih lanjut mengenai empat fase pencegahan gangguan mesin yaitu: Fase Pertama Penurunan kemampuan kerja mesin terjadi karena dipaksakan, yaitu tidak adanya orang yang bertanggung jawab dalam perawatan rutin berkala, seperti pemberian pelumas, pengencangan baut yang kendor atau membiarkan mesin yang kotor. Kebiasaan ini harus diubah . Suatu perbaikan menyeluruh terhadap mesin harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan kembali tingkat kemampuan mesin yang wajar. Perlu diperhatikan bahwa, kebersihan mesin merupakan syarat dasar untuk semua kegiatan perawatan lainnya. Fase Kedua Terjadinya penurunan kemampuan mesin secara alamiah. Pada fase ini tindakan pencegahan kegagalan mesin dengan perawatan berkala telah menunjukkan manfaatnya. Mesin beroperasi dengan sesuai dengan kondisi yang diinginkan, sementara kegiatan pembersihan mesin, pemeriksaan berkala, penggantian pelumas, pengencangan baut yang kendor dan berbagai prosedur rutin dilakukan dengan cermat. Fase KetigaTeknik Perawatan I/smt/2009

Page 15

Berusaha untuk memulihkan kondisi mesin seperti semula terus-menerus dan berkesinambungan. Operator dilatih dan dilibatkan untuk menemukan kondisi mesin tidak wajar sedini mungkin, Sampai pada tingkat tertentu, operator juga dapat memperbaiki kondisi mesin tidak wajar sendiri. Fase Keempat Pada fase ini melibatkan alat diagnostik yang menerapkan perawatan

berdasarkan kondisi mesin. Kondisi operasi mesin secara terus-menerus dipantau dengan berbagai cara sehingga tindakan perawatan selalu dapat dilakukan pada saat yang tepat. Dengan menggunakan peralatan diagnostik yang sesuai, keandalan komponen mesin dapat dijamin dan tingkat kualitas hasil produksi dapat diramalkan. Biaya perawatan mesin pun dapat dikurangi karena tidak pernah terjadi kerusakan mesin. Peralatan diagnostic yang digunakan berupa alat pemantau getaran, pengukur pulsa, ultrasonik meter dan sebagainya.

2. Jenis-Jenis Maintenance

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 16

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 17

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 18

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 19

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 20

Gambar 5. Balancing

Gambar 6. Misalignment pada Pemasangan KoplingTeknik Perawatan I/smt/2009

Page 21

3. Pelumas Mesin dan Sistem Pelumasan 3.1.Fungsi pelumas Mesin 1. Mereduksi keausan 2. Mereduksi gesekan 3. Perapat kompresi 4. Mereduksi kebisingan 5. Mendinginkan part-part mesin 6. Mereduksi karat 7. Menjaga kebersihan part-part

3.2. Organisasi Pemberi Standard pelumas yang uniformS.A.E. (Society of Automotive Engineers) A.P.I. (American Petroleum Institute) A.S.T.M. (American Society of Testing & Materials) Automobile Manufacturers Association Manufacturers Association I.S.O. (International Standards Organizations)

3.3.Sifat-sifat Pelumas Motor Viskositas Indeks Viscositas (VI) Flash Point (titik nyala) Pour Point (titik tuang) Persen abu sulfat Persentasi Seng Viskositas Mengukur kemampu aliran o Kinematic o Dynamic Sifat-sifat : o Daya tahan untuk mengalir dan tegangan geser. Page 22

Teknik Perawatan I/smt/2009

Viskositas tinggi pelumas kental o Viskositas terlalu tinggi bisa tidak dapat mencapai seluruh part Viskositas rendah pelumas encer o Viskositas terlalu rendah tidak dapat menyediakan tegangan yang cukup untuk menahan part dari keausan

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 23

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 24

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 25

Gambar 7. Pelumasan PercikanTeknik Perawatan I/smt/2009

Page 26

Gambar 8. Pelumasan Percik dan Tekanan Paksa

Gambar 9. Pelumasan Tekanan Paksa

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 27

Gambar 10. Pompa Pelumas dan Sirkulasi Pelumas dalam Mesin

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 28

Gambar 14. Pompa Roda Gigi

Gambar 11. Pompa Roda Gigi.

4. POMPA

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 29

4.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal mempunyai sebuah impeler atau baling-baling untuk

energi

fluida.

Energi

inilah

yang

mengakibatkan pertambahan head tekanan, head kecepatan, dan head potensial pada zat cair yang mengalir secara terusmenerus.

mengangkat zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan cara memberikan daya pada poros

pompa. Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler di dalam rumah pompa, zat cair yang ada di dalam impeler, oleh dorongan sudu-sudu ikut berputar gaya dan selanjutnya yang

4.2.Kecepatan Spesifik Pompa Kecepatan spesifik dirumuskan seperti berikut :

menimbulkan

sentrifugal

menyebabkan zat cair akan mengalir dari tengah impeler keluar melalui saluran diantara sudu-sudu. Disini head tekanan zat cair akan lebih tinggi, demikian pula head kecepatannya bertambah besar karena zat cair mengalami percepatan. Zat cair yang keluar dari impeler

ns = ( n x Q

)/ H

dengan ; n s = kecepatan spesifik n = putaran pompa ( rpm ) Q = kapasitas aliran ( m3 /detik) H = head total pompa ( m ) Jika pompa yang digunakan adalah pompa isapan ganda, maka harga Q diambil setengahnya, adapun untuk pompa

ditampung oleh saluran berbentuk volut ( spiral ) di keliling impeler dan disalurkan ke luar pompa melalui nozel. Didalam nozel ini sebagian head kecepatan aliran diubah menjadi head tekanan.

bertingkat banyak, maka harga H diambil untuk head pertingkatnya. Dengan demikian bilangan n s dapat dipakai sebagai parameter untuk menentukan jenis poma. Jadi jika ns suatu pompa sudah ditentukan, maka bentuk impeler pompa tersebut sudah tertentu pula. Perlu

Jadi impeler pompa berfungsi memberikan kerja kepada zat cair sehingga energi yang dikandungnya menjadi lebih besar. Selisih energi per satuan berat atau head total zat cair antara flens isap dan flens keluar pompa disebut head total pompa. Dari uraian di atas jelas bahwa pompa sentrifugal dapat mengubah energi

diperhatikan bahwa, bilangan n s adalah bukan bilangan tak berdimensi. Jadi untuk bentuk impeler yang sama, besarnya angka

mekanik dalam bentuk kerja poros menjadiTeknik Perawatan I/smt/2009

Page 30

ns dapat berbeda tergantung pada satuan yang dipakai untuk menyatakan ns, Q, H. Dari persamaan di atas dapat simpulkan bahwa pompa dengan head total yang tinggi dan kapasitas yang kecil cenderung mempunyai harga ns kecil, sebaliknya pada pompa yang bekerja pada head yang rendah dan kapasitasnya yang besar akan menghasilkan angka ns yang besar.

Pompa difuser Pompa difuser mempunyai difuser yang dipasang mengelilingi impeler. Guna

difuser ini adalah untuk menurunkan kecepatan aliran yang keluar dari impeler, sehingga energi kinetik aliran dapat diubah menjadi energi tekanan secara efisien. Pompa difuser dipakai untuk memperoleh head total yang tinggi . Harga ns pompa ini berkisar antara 100 sampai 300.

4.3.Klasifikasi Pompa Pompa sentrifugal dapat digolongkan lebih lanjut menjadi pompa volut dan pompa difuser. Pompa volut dapat dilihat pada gambar 2. Aliran yang keluar dari impeler pompa volut ditampung di dalam volut ( rumah spiral ), selanjutnya akan menyalurkan ke nozel keluar. Harga n s dari pompa volut cukup bervariasi pada daerah yang luas yaitu antara 100 sampai 700. PompaGambar 13. Pompa Difuser

sentrifugal

dapat

juga

menggunakan dua macam impeler yang disebut dengan jenis isapan tunggal dan isapan ganda ( Gambar 4 ). Selain itu pompa sentrifugal dapat disusun menjadi pompa yang bertingkat banyak. Susunan pompa yang bertingkat banyak

dimaksudkan untuk mendapatkan head total yang tinggi. Untuk head total sedikit lebih rendah dapat dipilih pompa aliran campur.Gambar 12. Pompa Volut

Kadang-kadang jenis-jenis pompa di atas ( Pompa sentrifugal/ radial, pompa aliranTeknik Perawatan I/smt/2009

Page 31

campur, dan pompa axial disebut juga sebagai pompa turbo.

Gambar 17. Pompa Bertingkat Banyak

4.4.Performansi Pompa Bentuk pompa pada umumnya tergantungGambar 14. Pompa Isapan Ganda

pada ns

.

Jadi dapat dimengerti bila

karakteristiknya juga akan tergantung pada bilangan n s Karakteristik digambarkanGambar 15. Pompa Aliran Campur

sebuah dalam

pompa

dapat

kurva-kurva

karakteristik yang menyatakan besarnya head total pompa, daya poros pompa, efisiensi pompa terhadap kapasitas. Kurva tersebut pada umumnya digambarkan pada putaran yang tetap.

Gambar 16. pompa Aliran Axial

Gambar 18. kurva head dan kapasitas dari pompa ( p) sistem (s)

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 32

Operasi Pompa Paralel dan Serie Jika head atau kapasitas yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan menggunakan satu buah pompa, maka dapat digunakan dua pompa atau lebih yang disusun secara paralel atau di serie. Gambar berikut ini menunjukkan kurva head kapasitas dari pompa-pompa yang dipasang secara Pada gambar ini, untuk satu pompa tunggal diberi tanda nomor 1, dan untuk susunan serie terdiri dari dua buah pompa diberi tanda nomor 2. Harga head kurva 2 diperoleh dari harga head kurva nomor 1dikalikan dua untuk kapastas Q yang sama. Kurva untuk susunan paralel terdiri dari dua buah pompa yang diberi tanda nomor 3. Harga kapasitas Q kurva 3 diperoleh dari harga kapasitas kurva 1Gambar 19. Kurva head-kapasitas pompa di paralel Gambar 21

paralel ataupun dipasang secara serie.

dikalikan dua untuk head yang sama. Sedangkan R1, R2 dan R3 menunjukkan tahanan dari sistem . 1. Kavitasi Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena tekanannya berkurang sampai di bawah tekanan uap jenuhnya. Misal air pada tekanan 1 atmosfir akan mendidih dan menjadi uap jenuh pada temperatur 100O

C. Tetapi jika akan

tekanan direndahkan, maka air

mendidih pada temperatur yang lebih rendah. Jika tekanannya cukup rendah, airGambar 20. Kurva head-kapasitas pada Pompa dipasang serie. Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 33

pada temperatur kamarpun akan dapat mendidih. Apabila zat cair mendidih, maka akan timbul gelembung-gelembung uap zat cair. Hal ini dapat terjadi pada zat cair yang sedang mengalir di dalam pompa maupun pada pipa. Tempat-tempat yang bertekanan rendah

masuk pompa. Berdasarkan tekanan isap ini , maka putaran pompa dapat ditentukan 3. NPSH ( Nett Positive Suction Head ) NPSH atau disebut head isap positif neto adalah suatu ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi. Kavitasi terbagi dua yaitu : NPSH yang tersedia; yaitu head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap pompa, dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair tersebut.

atau pun yang berkecepatan tinggi di dalam aliran, sangat rawan terhadap

terjadinya kavitasi. Pada pompa yang mudah mengalami kavitasi adalah pada sisi isap. Kavitasi akan timbul jika tekanan isap terlalu rendah. Jika pompa mengalami kavitasi, maka timbul suara berisik dan getaran. Selain itu performansi pompa akan menurun tibatiba, sehingga pompa tidak dapat bekerja dengan baik. Pompa yang dijalankan terusmenerus dalam keadaan kavitasi dapat merusak permukaan dinding saluran di sekitar aliran yang berkavitasi. 2. Spesifikasi pompa Memilih suatu pompa untuk keperluan tertentu, terlebih dahulu harus diketahui kapasitas aliran dan head yang diperlukan. Selain itu agar pompa bekerja tanpa kavitasi perlu diperhitungkan berapa

NPSH yang diperlukan, besar NPSH yang diperlukan berbeda untuk setiap pompa, dan biasanya telah dibuat oleh pabrik pembuatnya. Agar pompa dapat bekerja tanpa kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan berikut yaitu : NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan. Pencegahan kavitasi Kavitasi pada dasarnya dapat dicegah dengan membuat NPSH yang tersedia harus lebih besar dari NPSH yang diperlukan. Caranya adalah sebagai berikut : a. Ketinggian letak pompa terhadap permukaan zat cair yang diisap harus dibuat serendah mungkin, agar head isap statis menjadi rendah pula. b. Pipa isap harus dibuat sependek

tekanan minimum yang tersedia pada sisi

mungkin, jika terpaksa menggunakanTeknik Perawatan I/smt/2009

Page 34

pipa yang panjang, sebaiknya diambil pipa yang diameternya satu nomor lebih besar untuk mengurangi gesekan. c. Tidak dibenarkan untuk memperkecil laju aliran dengan menghambat aliran pada sisi isap. Dalam beberapa hal, untuk kapasitas dan head total pompa yang diperlukan terdapat lebih dari satu jenis pompa yang dapat dipilih, maka harus dipertimbangkan

katup secara cepat. Disini seolah-olah zat cair membentur katup sehingga timbul tekanan yang melonjak dan diikuti

fluktuasi tekanan di sepanjang pipa untuk beberapa saat. Pada pipa pompa yang gejala

dihubungkan

dengan

benturan air juga dapat terjadi. Misalnya, bila sebuah pompa sedang bekerja, tetapi tiba-tiba mati ( karena dimatikan atau aliran listrik padam ), maka aliran akan terhalang impeler sehingga mengalami perlambatan yang mendadak. Pada kondisi ini akan terjadi lonjakan tekanan pada pompa dan pipa, katup seperti secara peristiwa tiba-tiba.

karakteristik pompa masing-masing. Misal untuk pompa dengan poros mendatar akan berbeda (vertikal). 4. Menjalankan dan Menghentikan Pompa Pada perencanaan instalasi pompa, tidak hanya operasi normal saja yang perlu diperlukan, tetapi masalah masalah yang timbul pada waktu menjalankan (start) dan menghentikan pompa. Beberapa masalah tersebut antara lain memancing pompa ( priming ), urutan pembukaan dan dengan pompa poros tegak

penutupan

Lonjakan tekanan juga dapat terjadi jika pompa dijalankan dengan tiba-tiba atau katup dibuka secara cepat. Besarnya lonjakan atau jatuhnya tekanan karena benturan air, tergantung pada laju

perubahan kecepatan aliran. Masalah yang paling rawan pada gejala benturan air adalah pada pompa yang terhenti tiba-tiba. Pencegahan Benturan Air. Pada waktu terjadi benturan air karena hilangnya daya, tekanan akan jatuh pada tahap pertama dan melonjak naik pada tahap kedua. Lonjakan tekanan akan semakin besar jika penurunan tekanan pada tahap pertama juga sangat besar. Jadi tindakan pencegahan dapat dilakukan Page 35

penutupan katup, dan gejala transien ( keadaan sebelum tercapai keadaan mantap ) yang berhubungan dengan start dan stop, terutama cara pencegahan gejala benturan air ( water hamer ) . 5. Benturan Air ( Water hamer ) Gejala benturan air terjadi bila suatu aliran zat cair di dalam pipa dengan tiba-tiba dihentikan, misalnya dengan cara menutupTeknik Perawatan I/smt/2009

dengan menghindari terjadinya tekanan negatif dan kemudian mencegah timbulnya kenaikan tekanan. Adapun pencegahannya adalah sebagai berikut : Pemasangan roda daya pada pompa. Roda daya akan bagian memperbesar pompa yang

Katup ini ( Air Vent Valve ) di pasangkan pada daerah yang sering terjadi tekanan negatif, sehingga udara dari atmosfir terisap masuk ke dalam pipa. Penggunaan katup jenis ini tidak menimbulkan masalah, jika udara yang terisap dapat dikeluarkan kembali oleh aliran zat cair di sebelah hilir katup. Namun pada umumnya untuk

kelembaban

berputar, sehingga jika daya hilang, putaran tidak segera hilang. Dengan demikian penurunan tekanan pada tahap pertama tidak terjadi terlalu cepat dan terlalu besar. Memasang tangki peredam. Tangki dihubungkan dengan pipa

mengeluarkan udara ini tidak mudah. Mengurangi kecepatan air. Jika kecepatan air di dalam pipa diperkecil, maka gaya inersia yang timbul dari benturan kolom air akan berkurang. Untuk memperkecil

keluar pompa. Pada keadaan operasi normal, tangki terisi air sampai batas tertentu. Jika pada suatu saat terjadi lonjakan tekanan, maka sebagian zat cair dalam pipa akan masuk ke dalam tangki. Dengan demikian lonjakan tekanan diredam. akan dapat dibatasi atau Setelah tekanan di dalam

kecepatan aliran, maka diameter pipa dapat diperbesar. 6. Pemasangan Pompa Untuk merencanakan pemasangan instalasi pompa , perlu diperhatikan hal yang menyangkut penempatan pompa, pondasi pompa, urutan pemasangan, dan

pipa menjadi normal lagi, zat cair akan tertekan masuk lagi ke dalam pipa. Sebaliknya jika di dalam pipa keluar tekanan jatuh dengan tiba-tiba, air dalam tangki akan keluar mengisi pipa. Dengan demikian penurunan tekanan di dalam pipa keluar dapat dibatasi. Memasang katup Laluan udara.Teknik Perawatan I/smt/2009

pemeriksaan

kelurusan.

Penempatan

pompa harus memperhatikan letak pompa terhadap permukaan zat cair yang diisap, faktor lingkungan dan penempatan

instrumentasi. Untuk pemasangan pompa tegak ( termasuk pompa motor benam ) pada dasarnya sama dengan pompa

mendatar. Page 36

(a) Pemasukan dengan isapan

(b) Pemasukan dengan dorongan.

Gambar 12.Letak tadah isap & Pompa

Gambar 14. Susunan pipa di sekitar pompa Gambar 13. Cara menempatkan pompa di dalam sumur. Di kamar pompa.

Pipa isap memerlukan penanganan khusus agar memberikan performansi yang baik pada Kapasitas pemompaan dan umur pompa sering kali ditentukan oleh kesempurnaan pemipaan. Oleh sebab itu pemipaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Contoh berikut adalah manfaat penggunaan sambungan muai. instalasi pompa. Gambar di bawah ini

memberikan saran cara memasang pipa isap yang benar.

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 37

Gambar 17. Pompa Turbin Vertikal

Gambar 15. Susunan pipa isap

Gambar 16. Susunan pipa penyekat getaran

Gambar 18. Pemasangan Sump Pump vertical

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 38

Teknik Perawatan I/smt/2009

Page 39