tpa sampah

45
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia (Sudradjat, 2006). Di dalam proses-proses alam tidak dikenal adanya sampah, yang ada hanyalah produk-produk tidak bergerak.Sampah bagi setiap orang memang memiliki pengertian relative berbeda dan subjektif.Sampah bagi kalangan tertentu bisa saja menjadi harta berharga. Hal ini cukup wajar mengingat setiap orang memiliki standar hidup dan kebutuhan tidak sama. Permasalahan sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat di kawasan permukiman perkotaan. Perkembangan kota Palembang yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kota Palembang. Pertambahan jumlah penduduk membawa implikasi terhadap volume sampah yang diproduksi oleh masyarakat. Seiring dengan perkembangan kota Palembang, pertumbuhan pembangunan juga meningkat dan memberi dampak pertumbuhan volume sampah baik padat maupun cair. Pola ini terus berlanjut karena sampah selalu diproduksi. Jika tidak ada tindakan yang tepat

Upload: rahmi-garmini

Post on 13-Aug-2015

390 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TPA sampah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya

aktivitas manusia (Sudradjat, 2006). Di dalam proses-proses alam tidak dikenal

adanya sampah, yang ada hanyalah produk-produk tidak bergerak.Sampah bagi

setiap orang memang memiliki pengertian relative berbeda dan

subjektif.Sampah bagi kalangan tertentu bisa saja menjadi harta berharga. Hal

ini cukup wajar mengingat setiap orang memiliki standar hidup dan kebutuhan

tidak sama.

Permasalahan sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh

masyarakat di kawasan permukiman perkotaan. Perkembangan kota Palembang

yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang

tinggal di kawasan permukiman kota Palembang. Pertambahan jumlah

penduduk membawa implikasi terhadap volume sampah yang diproduksi oleh

masyarakat. Seiring dengan perkembangan kota Palembang, pertumbuhan

pembangunan juga meningkat dan memberi dampak pertumbuhan volume

sampah baik padat maupun cair. Pola ini terus berlanjut karena sampah selalu

diproduksi. Jika tidak ada tindakan yang tepat untuk menangani masalah ini,

maka akan menyebabkan masalah serius.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan ,

pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya

mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan

biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,

lingkungan atau keindahan (Anonim, 2013)

Pekerja dalam sebuah organisasi merupakan sumber daya manusia yang

sangat vital dalam sebuah organisasi. Pekerja juga merupakan sumber daya

yang langsung berhubungan dengan pengelolaan persampahan, oleh sebab itu

perilaku pekerja yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau

merintangi tercapainya tujuan organisasi.

Page 2: TPA sampah

2

Dewasa ini, ada suatu komunitas yang berhubungan langsung dengan

sampah, sangat meningkat jumlahnya. Mereka adalah pemulung  yang

merupakan komunitas yang cenderung berkecimpung dengan sampah dan

kurang memperhatikan kesehatannya. Pemulung ini yang bekerja di Tempat

Pembuangan Akhir, atau biasa disebut TPA Sukawinatan Palembang.Dengan

bekerja memungut dan mengais sampah di TPA Sukawinatan Palembang,

kesehatan mereka dapat dipengaruhi dengan melihat bagaimana perilaku hidup

sehat yang mereka terapkan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat pada

penelitian ini, yaitu “Apakah ada hubungan antara prilaku hidup sehat

terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan

Palembang” .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya

mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang” .

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis kebiasaan hidup sehat pekerja TPA

Sukawinatan/responeden

b. Menganalisis hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya

mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan

Palembang.

Page 3: TPA sampah

3

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai hubungan

antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan

para pekerja TPA Sukawinatan Palembang.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan informasi dalam penelitian selanjutnya mengenai

hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan

kesehatan para pekerja TPA

3. Bagi TPA Sukawinatan Palembang

Sebagai evaluasi dan bahan masukan mengenai hubungan antara prilaku

hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA

Sukawinatan Palembang yang nantinya dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengelolaan sampah.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat

mengenai pentingnya perilaku hidup sehat untuk mempertahankan status

kesehatan tidak hanya bagi pekerja TPA sukawinatan saja tetapi untuk

masyarakat yang tinggal disekitar TPA dan masyarakat pada umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Lokasi

Kegiatan penelitian ini dilakukan TPA Sukawinatan Palembang.

2. Lingkup Materi

Lingkup materi dari penelitian ini meliputi prilaku hidup sehat terhadap upaya

mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang

3. Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2013.

Page 4: TPA sampah

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tanah

Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di

muka bumi.Sebagian besar makanan kita berasal dari permukaan tanah.Sebagaimana

pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan

manusia.Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia

masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:

kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan

pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan,

zat kimia, atau limbah. Air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah

industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat.

Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat

menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk

ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.Zat beracun di

tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau

dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.Pencemaran tanah bisa disebabkan

limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian.

Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari

daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain;

kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan,swasta dan wisata, bisa berupa

limbah padat dan cair.

II.2 Limbah

Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa

diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas

kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.Limbah cair berbentuk; tinja,

deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan

bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari

daerah: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah

padat dan cair. Limbah industri yang padat atau limbah padat adalah hasil buangan

industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.

Page 5: TPA sampah

5

Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan

buah, ikan daging dll. Limbah cair adalah hasil pengolahan dalam suatu proses

produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia

lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses

industri pelapisan logam

Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisa-

sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea,

pestisida pemberantas hama

Tanaman misalnya DDT.

II.3 Dampak Pencemaran Tanah

Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/

mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga

menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan.Timbunan

sampah bisa menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom

dan arsen pada timbunan sampah bisa timbulkan pencemaran tanah / gangguan

terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah.

Limbah lainnya adalah oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun

di permukaan tanah.Yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar

tanaman dan tidak tembus air adalah Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi,

sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah

mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit

tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan makananuntukberkembang.

Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah cair rumah tangga; peresapannya

kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung di

dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah, inilah salah satunya

yang disebutkan sebagai pencemaran tanah.Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari

proses pengolahan adalah limbah padat hasil buangan industri. Adanya reaksi kimia

yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk

yang selain menyebabkan pencemaran tanah juga menimbulkan bau di sekitarnya

karena .Tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan permukaan

tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi

Page 6: TPA sampah

6

bakteri tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau oleh

karena telah terjadinya pencemaran tanah.

Timbunan yang mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran.Sisa

hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal,

perak, khrom, arsen dan boron adalah limbah cair yang sangat beracun terhadap

mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi

mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah dan

dalam hal ini pun menyebabkan pencemaran tanah. Pupuk yang digunakan secara

terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan

kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena

hara tanah semakin berkurang.

Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga mengakibatkan

pencemaran tanah.Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama tanaman

tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah

tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain pencemaran tanah

penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal

terhadap pestisida tersebut.

II.4 Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah

Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat banyak

diperlukan agar tidak mencemari tanah.Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke

dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable)

dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).

Akan sangat baik jika setiap rumah tangga bisa memisahkan sampah atau

limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah berbeda

sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir. Sampah organik yang terbiodegradasi

bisa diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah

sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos;

khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan

pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik yang alami.

Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.

Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang.Kurangilah penggunaan

pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti

pestisida.Limbah industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang

Page 7: TPA sampah

7

kesungai atau kelaut.Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan

oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).Salah satu contohnya adalah dengan

mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah

lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.

II.5 Tempat Pembuangan Akhir

II.5.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber

pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan.

TPA adalah tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak

menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan

penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai

dengan baik.

Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering

dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. TPA merupakan cara

paling umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat

di dunia. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang

untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan

kurang prioritas dibanding dengan pembangunan sektor lainnya.

Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan

jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat,

sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak

berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran

bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan

menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih

diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

II.5.2 Metoda Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu:

a. Open Dumping

Page 8: TPA sampah

8

Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana

dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan

terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada

Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia,

dana, dll).

Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya

potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:

1. Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll

2. Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan

3. Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul

4. Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

b. Control Landfill

Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara

periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk

mengurangi potensigangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam

operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk

meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.

Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota

sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan

beberapa fasilitas diantaranya:

1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan

2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan

3. Pos pengendalian operasional

4. Fasilitas pengendalian gas metan

5. Alat berat

c. Sanitary Landfill

Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional dimana

penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul

dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana

yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru

dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.

Page 9: TPA sampah

9

II.5.3 Dampak Tempat Pembuangan Akhir

Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut

bisa beragam: musibah fatal (mis., burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan

sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat);

pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan

pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA);

pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah

gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat

membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan

lalat, khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga;

jejas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (mis., debu, bau busuk, kutu, atau polusi

suara).

Pencemaran tanah oleh sampah selama pemakaian TPA maupun setelah penutupan

TPA hingga saat ini masih kurang diperhatikan.Limbah-limbah yang berada di TPA dapat

merusak tanah dalam jangka panjang terutama limbah bahan anorganik yang mengandung

zat-zat beracun.

Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu atau

mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi

permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan.Selain itu, timbunan sampah dapat

menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada

timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bioorganisme tanah, tumbuhan,

merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang

terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun.

Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak

dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral

yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan

berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan

untuk berkembang.

Page 10: TPA sampah

10

II.5.4 Persyaratan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka

pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Halini ditunjukkan

dengansangatrincinyapersyaratanlokasiTPAsepertitercantumdalam SNI tentang Tata Cara

Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, yang diantaranya dalam criteria regional

dicantumkan:

1. Bukan daerah rawan geologi(daerahpatahan,daerahrawanlongsor,rawangempa, dll)

2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air

tanah kurang dari 3 meter,jenis tanah mudah meresapkan air,dekat dengan sumber

air(dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi)

3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringanlahan lebih dari20%)

4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarakminimal 1,5–

3 km)

5. Bukandaerah/kawasanyangdilindungi

II.5.5 Perilaku Petugas Pengelola Sampah

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang

dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesisfik, durasi, dan ujuan baik disadari maupun

tidak.Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.Sering tidak

disadari bahwa interaksi tesebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat

memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting

unuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah

perilaku tersebut (A. Wawan & Dewi M, 2010)

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu secara internal dan

eksternal. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

A. Faktor Internal

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada

dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis

kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan

dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.

Page 11: TPA sampah

11

1) Jenis Ras/ Keturunan

Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas.Tingkah laku khas

ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid

antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras

Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan

sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku

yang berbeda pula.

2) Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan

pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan

karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali

berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau

bertindak atas pertimbangan rasional.

3) Sifat Fisik

Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe

fisiknya.Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis.

Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman

4) Kepribadian

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang

digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang

datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu

merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut,

kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya

5) Intelegensia

Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara

terarah dan efektif.Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat

dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah

tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah

terutama dalam mengambil keputusan.

Page 12: TPA sampah

12

6) Bakat

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan

khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa

kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya

B. Faktor Eksternal

1) Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar

mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar

pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan

berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.

2) Agama

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang

diajarkan oleh agama yang diyakininya.

3) Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah

laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada

kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,

biologis, maupun sosial.Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku

individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk

mengatasinya.Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan

dapat dikuasainya.

5) Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

perilaku seseorang.

Page 13: TPA sampah

13

II.6 Kerangka Teori

Gambar 2.1

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Gren

Sumber: Fajar, Nur Alam. 2010. Modul Dasar-Dasar Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Universitas Sriwijaya

Faktor Predisposisi

/PredisposingFactors (pengetahuan, sikap

petugas, nilai)

Perilaku Faktor Pendorong

/Reinforcing Factors (sikap dan

perilaku)

Faktor Pendukung

/EnablingFactors (ketersediaan

sumber-sumber/fasilitas)

Page 14: TPA sampah

14

BAB III

KERANGKA PIKIR

3.1 Kerangka Pikir

Gambar 3.1

Modifikasi dari faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lewreance Gren

Sumber : Fajar, Nur Alam.2010. Modul Dasar – Dasar Pendidikan dan promosi kesehatan. Universitas Sriwijaya

Tingkat pengetahuan pemulung (faktor predisposisi)

Sikap pemulung

( faktor pendorong)

Perilaku MCK dan Penggunaan Air Bersih

(faktor pendukung)

Perilaku pemulung

Page 15: TPA sampah

15

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Dasar Penelitian

Menurut Menurut Bogdan dan Taylor ,metodologi kualitatif yaitu prosedur prosedur penelitian penelitian yang menghasilkan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis t atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh), tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.Ia harus dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Menurut Kirk dan Miller, kualitatif merupakan merupakan tradisi tertentu dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang akurat terhadap gambaran perilaku petugas kebersihan di TPA Karya Jaya Musi II Palembang. Penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian lapangan, observasi partisipan, dan wawancara mendalam.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan :

1. Penelitian ini dilakukan pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan.2. Penelitian ini menggunakan peneliti sendiri sebagai alat penelitian3. Data disajikan secara deskriptif4. Penelitian ini menggunakan desain yang berubah-ubah disesuaikan dengan kenyataan

lapangan.

4. 2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah petugas kebersihan di TPA Sukawinatan Palembang Tahun 2013. Lebih lanjut, pada penelitian kualitatif subjek penelitian merupakan sejumlah orang, proses, dan peristiwa tertentu.

Berkaitan dengan teknik pengambilan subjek penelitian, LeCompte dan Preissle (dalam Alwasila, 2002 : 146) menyatakan teknik pengambilan subjek penelitian pada penelitian kualitatif yang tepat adalah criterion-based selection yaitu manusia, latar dan kejadian betul betul

Page 16: TPA sampah

16

dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan sehingga diperoleh informasi penting mengenai objek yang diteliti.

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti menetapkan criteria subjek penelitian sebagai berikut :

1. Manusia adalah pemulung di TPA sukawinatan Palembang2. Latar adalah pemukiman, puskesmas dan TPA sukawinatan Palembang3. Kejadian dan proses adalah perilaku sakit

Selanjutnya untuk mendapatkan subyek yang representative digunakan beberapa informan utama.Informan utama dalam penelitian ini adalah perwakilan dari petugas pengolah sampah di TPA Sukawinatan Palembang, masyarkat sekitar (penjual makanan diwarung). Adapun subyek dari penelitian ini adalah warga yang juga sekaligus pemulung di TPA Sukawinatan Palembang.

Page 17: TPA sampah

17

4.3 Metode Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data primer.

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku karyawanpengelola

sampah di TPA Sukawinatan . Dalam hal ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Wawancara, merupakan cara memperoleh data atau informasi secara langsung dengan

tatap muka melalui komunikasi verbal. Teknik ini dipakai secara simultan dan sebagai

cara utama memperoleh data secaramendalam yang tidak diperoleh dengan data

dokumentasi, menanyakan hal-hal yang belum ada atau belum jelas yang mungkin

terdapat dalam data dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam penghayatan

peneliti terhadap proses persepsi responden.

Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bersemuka (face-to-face),

ketika seseorang, yaitu pewawancara, mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang

untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada

seseorang yang diwawancara atau responden (Kerlinger dalam Sanapiah, 1995:133).

Menurut Kerlinger dalam Sanapiah (1995:139), wawancara dapat digunakan untuk 3

maksud utama, yaitu:

1. Dapat dijadikan sebagai alat eksplorasi untuk membantu identifikasi variabel dan

relasi, mengajukan hipotesis, dan memandu tahap-tahap penelitian.

2. Dapat menjadi instrumen utama penelitian. Dalam hal ini, pertanyaan-pertanyaan

yang dirancang untuk mengukur variabel-variabel penelitian akan dimasukkan ke

dalam skedul wawancara.

3. Dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain.

b. Observasi, dimaksudkan untuk melihat secara langsung fenomena empirik yang ada

secara faktual mengenai objek dan subyek penelitian. Observasi dilakukan di lokasi

Page 18: TPA sampah

18

penelitian, yaitu TPA Musi 2 Karya Jaya. Observasi diarahkan untuk mendapatkan

informasi mengenai perilaku petugas pengelola sampah.

Dalam melakukan observasi, selain berpedoman pada ruang lingkup penelitian, peneliti

juga melengkapi diri dengan alat perekam gambar (foto) dan buku catatan.Sehingga

semua situasi, kondisi, fenomena dan hal-hal lain yang menjadi obyek observasi dapat

dicatat dan terekam dengan cermat.Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan,

pengukuran, pengambilan gambar, pencatatan, dan merasakan situasi dan kondisi serta

fenomena di lokasi penelitian dengan berpedoman pada ruang lingkup penelitian.

Dalam prakteknya di lapangan, observasi yang dilakukan tidak berdiri sendiri, tetapi

pelaksanaannya seringkali dikombinasikan dengan metode wawancara. Yang terpenting

adalah dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang faktual di lapangan sesuai

dengan ruang lingkup penelitian.

c. Dokumentasi

dokumentasi yang dimaksud disini adalah melakukan pengumpulan data

berdasarkan dukumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau

bahan-bahan tertulis lainnya dari pihak yang berkompeten yang merupakan dokumen

resmi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian dan dapat dijadikan referensi. Dalam

pemilihan dokumen perlu diperhatikan mengenai derajat relevansi. Baik ditinjau dari isi

materi dokumen maupun pihak-pihak yang memiliki atau mengeluarkan dokumen

tersebut. Relevansi dari sisi isi materi dokumen adalah menggunakan dasar kisi-kisi

ruang lingkup penelitian. Relevansi dari sisi pemilik dokumen mengandung pengertian

bahwa dokumen tersebut merupakan catatan resmi yang memiliki nilai. Artinya pihak

yang mengeluarkan dan atau memiliki dokumen tersebut memang pihak yang memiliki

kompetensi mengenai dokumen tersebut.

4.4 Validitas Data

Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan Metode Triangulasi dengan

sumber data dan atau metoda pengumpulan data.Metode triangulasi ini dilakukan dengan

melakukan cross-check (pemeriksaan kembali) terhadap suatu fenomena, data, dan informasi

Page 19: TPA sampah

19

dengan menggunakan sumber dan metode yang berbeda. Informasi dari wawancara dengan

responden sebagai sumber data, dikonfirmasikan dengan sumber sumber lain seperti data-data

dokumentasi dan hasil observasi (Moleong, 2002:178). Implementasi metode triangulasi dalam

penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar.

Dengan metode triangulasi , maka keabsahan data lebih terjamin, karena pada prinsipnya

dalam penelitian kualitatif ini adalah bagaimana diperoleh data faktual sesuai dengan fenomena

yang tarjadi. Sehingga hasil analisis data dapat menghasilkan informasi yang faktual sesuai

dengan tujuan penelitian.

Gambar 4.1 Implementasi Metode Triangulasi

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di mulai dengan menelaah seluruh data

yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, catatan pengamatan lapangan, foto

dan sumber informasi terkait lainnya (Noeng 19 Muhadjir,2000:139). Selanjutnya menurut

Sugiono (2005:89) analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi

dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa menyusun kedalam pola dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut Moleong (2007:247) teknik analisis dalam

penelitian kualitatif terdiri dari reduksi data, kategorisasi dan penafsiran terhadap data. Teknik

analisis kualitatif bertujuan menggambarkan situasi dan keragaman yang akan bermuara kepada

alasan-alasan yang melatarbelakangi perilaku sosial.

Wawancara

Fenomena, Data dan Informasi

Dokumentasi Observasi

Page 20: TPA sampah

20

Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim (2006: 22-23),

dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction)

dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh.

2. Penyajian data (data display).

Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah

ini adalah dalam bentuk teks naratif berupa skema perilaku pemulung di TPA Sukawinatan

Palembang. Matrik dibuat berdasarkan teori Lewreance Gren.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna

setiap gejala yang diperoleh oleh pemulung dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi

yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena.

Page 21: TPA sampah

21

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Informan

Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang yaitu para pemulung yang

bekerja dan berdomisili di daerah TPA Sukawinatan Palembang.

Table 5.1 Karakteristik Informan

No Nama Jenis kelamin umur Lama bekerja

1 YP P 31 tahun 7 tahun

2 RM P 28 tahun 6 tahun

3 SS P 47 tahun 18 tahun

4 AA L 32 tahun 10 tahun

5 FA L 25 tahun 8 tahun

B. Gambaran perilaku pemulung di TPA Sukawinatan Palembang

1.Pengetahuan pemulung mengenai TPA

untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan pemulung mengenai TPA, kami

melakukan wawancara mendalam terhadap lima pemulung dengan pertanyaan

1) apakah ibu/bapak mengetahui pengertian dari TPA ?

2) apakahibu/bapak mengetahui lokasi TPA yang seharusnya ?

Page 22: TPA sampah

22

Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa para pemulung hanya

mengetahui TPA hanyalah sebagai tempat sampah yang berasal dari berbagai TPs di

Palembang. Sebenarnya TPA tidak dikatakan sebagai pengganggu kehidupan jika

a. Tempat ini lokasinya jauh dari pemukiman

b. System pengolahan sampah yang benar – benar sesuai dengan prosedur dan

sistematis

c. Tempat ini dilapisi tanah liat keras atau plastic untuk melindungi bahan-bahan

kimia dan kuman kuman mencemari air tanah.

Jawaban informan :

“… TPA tu yo tempat numpukke sampah yang paling akhir dek. Men

masalah lokasi yo lemak yang jauh dari penduduk, soalnyo kan bau dek

merusak pemandangan pulok…” (YP)

“… tempat gunungke sampah dari macam-macam tempat dek jenis nyo jugo

macam-macam. Tapi ado petugasnyo ado prosedurnyola…” (RM)

“…tempat pembuangan sampah dari seluruh tempat – tempat sampah

pokoknyo, na dijadike siok disini dek diangkut pake truk sampah kan

biasonyo kamu galak nengok. Sampahnyo jugo macem-macem dek dari yang

kering sampe yang basah…(SS)

“…. TPA tu tempat pembuangan akhir sampah dari sekitar paplembang

inilah dek. Jadi disini ditumpuk mak inila, men kemarau galak tebakar dewek

kan banyak kantong plastic…”

Page 23: TPA sampah

23

2.peralatan yang dipakai saat bekerja

Informasi yang didapat dari informan melaluuuiii wawancara mendalam tentang

peralatan yang dipakai saat bekerja dengan pertanyaan “peralatan apa saja yang biasa bapak / ibu

gunakan saat bekerja?” adalah sebaga berikut :

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan diketahui bahwa para pemulung

hamper tidak menggunakan alat pelindung sama sekali. Mereka beralasan bahwa pemakaian

APD membuat mereka tidak nyaman dan tidak leluasa untuk bekerja. Sebagian dari mereka tidak

memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi kesehatan.

“… katek dek Cuma pakek sepatu boot, gancu, topi… bawak keruntung. Kadang yo

nutupi idung kebet pakek baju … “ (YP)

“…pake topi, sepatu boot dek..gancu yo mak itulah.. biar dak kebauk an gino yo pake

baju bae dikebet…..” (RM)

“…Cuma bawak keranjang samo gancu dek, betopi… men masker tu pas baru-baru

begawe dek men la lamo la tebiaso. Susah benapas pake setuo itu…” (SS)

“….yo cak inila dek, topi yang penting..panas nian dek. Men masker tu kadang

kadang baelah men sampah banyak baru dating tu kan basah basah mak mano mak

ituna…” (AA)

“…lengkap dek..tapi dak pakek sarung tangan idak. Men masker tu kebat kebat bae

dengen baju, bawak gancu, keranjang na…”

Page 24: TPA sampah

24

Dalam hal ini pemerintah juga seharusnya lebih perhatian terhadap pemulung.Meskipun

pemuliung bukan tenaga kerja yang berada dibawah pemerintah, namun mereka adalah

‘pahlawan global warming’ karena mereka memisahkan antara sampah organic dengan sampah

plastic yang tidak bisa hancur.

3.kondisi kesehatan

Untuk mendapatkan informasi kesehatan kami meluncurkan beberapa pertanyaan sebagai

berikut :

1) Selama tinggal disini, apakah ibu/bapak dan keluarga sering terserang penyakit? Penyakit

apa saja?

2) Berapa kali dalam setahun biasanya ibu/ bapak mengalami sakit?

3) Apakah ibu/ bapak mencari pengobatan atas penyakit yang dialami? Dimana?

Jawaban informan adalah :

“… nah dek la daktau lagi soalnyo la pecak biaso bae men missal batuk-batuk tu, kadang

beli obat warungan bae dek ai…” (YP)

“…jarang dek, mungkin la jalan tuhan nian sangkan kami tinggal disini ni. Pernah jugo

paling cak kuarang darah mak itulah… men sekironyo la royo nian paling ke puskes

sinila. Jarang tapi dek, nemanla makan obat warung…” (RM)

“….galak sih dek, sakit perutt. La resikonyo nian dek namonyo jugo tinggal ditempat cak

ini. Minum obat warung tula paling idak, minum D***X dek…” (SS)

“… men kakak ni dak jugola dek, tapi anak ni na yang sering gatal – gatal lah, sakit perut.

Kadang kito bawak ke puskesmas kadang minum obat warungan dek…”

“…dulu dek pas pertamo, mungkin belom tebiaso tuna kali yeh. Namonyo jugo mencari

dek, kami jugo men pacak mintak dakgalak punyo hidup yg cak ini Cuma nak cakmno

lagi yodak. Men mak ini la jarang dek la dak teraso lagi…”

Page 25: TPA sampah

25

Inilah jawaban dari informan ketika disodorkan pertanyaan tentang kondisi kesehatannya.

Mereka mengaku jarang mengalami sakit dengan alas an mereka sudah lama tinggal disana

sehingga mereka sudah terbiasa dan kebal dengan kondisi apapun dilingkungan tersebut. namun

setelah ditanya intensitas mereka mengunjungi tempat pelayanan kesehatan kesehatan beserta

alasanya, mereka mau mengatakan tentang sakit yang mereka alami. Beberapa diantaranya ialah

batuk, flu, demam dan gatal-gatal. Penyakit ini hamper dialami oleh seluruh pemulung yang

tinggal disekitar TPA tersebut.

Dari hasil wawancara mengenai kesehatan tersebut terdapat 2 poin penting yang penulis

dapatkan.Pertama, para pemulung memang cenderung menutup – nutupi kondisi kesehatan

mereka.Kedua, persepsi pemulung mengenai sakit adalah jika memang benar-benar sudah tidak

bisa mnjalani aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka persepsi mereka

tentang srti sakit akan semakin kompleks.

4.penggunaan Air Bersih

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penggunaan air

brsih adalah sebagai berikut

Berdasarkan wawancara dengan informan, diketahui bahwa para pemulung rata-rata

menggunakan air minum dari gallon yang dibeli dari penyedia jasa air minum.Mereka sudah

sadar bahwa sumur yang mereka gali sudah tercemar oleh sampah – sempah di TPA.Hal ini

dapat dilihat langsung dari warna air yang kuning dan kecokelatan serta berbau.

“…ibu pake sumur galian inilah dek mandi, nyuci segalo macem. Tapi kalo minum aer

gallon.. (YP)

“….kalo minum banyu gallon, tapi laenyo ngunjal banyu dari sumur galian tu nah..”

(RM)

“…kalo untuk minum kami pake gallon yo dek. Tapi laenyo kami ngambek disumur

galian yang itu na..makonyo kami galak gatel kadang tu, nahanke bae ini dek…” (SS)

“…aku pakek gallon dek..” (AA)

“…gallon dek men minum, waya tigoribu, tapi men MCK pakek aer sumur itu…” (FA)

Page 26: TPA sampah

26

Sedangkan untuk kegiatan MCK mereka tetap menggunakan air sumur ini karena tidak

ada pilihan lain. Masalah ini cukup menarik perhatian kami sebagai mahasiswa FKM. Tanah

disekitar pemukiman yang sebagian besar sudah tertutupi oleh lumbukkan sampah, jelas akan

tercemar. Apalagi sampah – sampah plastic yang menumpuk akibat keterlambatan pengangkutan

untuk daur ulang.Sampah plastic ini dapat menyebabkan tanah menjadi tidak subur dan bakteri

pengurai menjadi mati.

Dari tanah yang tercemar ini, air tanah pun ikut tercemar.Sedangkan penduduk disekitar

sebagian besar menggunakan air sumur galian sederhana itu.Kondisi yang seperti ini yang

harusnya menjadi perhatian pemerintah. Setidaknya pemerintah menyediakan air bersih minimal

mengusahakan penyediaan air bersih bagi warga setempat.

5. Alat pembangkit listrik

Kami melihat ada sebuah alat terpampang di area TPA sukawinatan palembang. Dan kami melakukan wawancara mendalam kepada salah satu petugas TPA dengan pertanyaan :

1. Apa nama dan fungsi alat ini?

2. apakan sampai sekarang berjalan dengan semestinya?

3. apakah ada perawatan khusus untuk alat tersebut?

Jawaban responden adalah :

Berdasrakan wawancara dengan informan diketahui bahwa terdapat alat untuk menyedot

gas metan hasil dari pembakaran sampah – sampah yang berlumbukkan di TPA Sukawinatan ini.

Ketika kami menanyakan mekanisme kerja dari alat ini sendiri informan hanya menjelaskan

bahwa alat ini bekerja saat sampah dibakar kemudian disedot gas metannya. Kami juga tidak

dapat menggali informasi yang lebih dalam lagi mengenai kepastian alat ini karena informan

sedang bertugas di tempat pencatatan mobil truk sampah yang masuk ke area ini.

“ ... oo, alat ini ni alat penyedot gas metan dek. Yo fungsinyo gas metan dari sampah yang dibakar tu disedotnyo. Tapi sekarang la rusak dek . alat ini ado dari tahun 2010 kemaren. Mak ini la dak dipake lagi. Ai biasola men punyo pemerintah ni dek samo tau bae kito. Kadang diperhatikenyo kadang idak. Ini be la lamo rusak lom tebenar-benar...”

Page 27: TPA sampah

27

Dan seketika itu kami searching di internet tentang alat tersebut dan didapat informasi

bahwa alat tersebut memang benar adanya berfungsi sebagai alat penyedot gas metan pada saat

sampah – sampah dibakar. Namun ada fungsi lain yang sangat fantastis dari alat ini yaitu sebagai

pembangkit listrik. Informasi ini kami dapat dari surat kabar yang menerbitkan tentang alat ini

yang pada saat itu terjadi peledakan di TPA Sukawinatan palembang.

Untuk informasi-informasi yang dapat kami peroleh dari informan ahli adalah sebagai berikut.

1. Fungsi Utama dari TPA

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang fungsi

utama dari TPA adalah sebagai berikut :

Menurut informan, fungsi utama dari TPA adalah sebagai tempat penampungan sampah,

baik itu sampah organik maupun sampah anorganik. Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaan sejak

mulai timbul di sumber, pengumpula, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

TPAmerupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang

benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang sering dianggap hanya

sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak pemerintah daerah merasa

sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan

kurang prioritas dibandingkan dengan penggunaan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih

mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis

sampah dapat terurai secara cepat, sedang yang lainnya lebih lambat, bahkan beberapa jenis

sampah tidak berubah sampai puluhan tahun, misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran

bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan

beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan

terhadap TPA yang telah ditutup.

Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa besar sekali fungsi dari TPA

bagi lingkungan. TPA sebagai tempat pembuangan akhir harus dikelol dengan sebaik mungkin

agar sampah-sampah yang ada di TPA tidak mencemari lingkungan sekitar agar sampah-sampah

Page 28: TPA sampah

28

yang ada di TPAtidak mencemari lingkungan sekitar yang akhirnya akan berdampak pada

kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar lokasi TPA. Oleh karena itu, perlu adanya

pengelolaan yang baik agar setiap TPA, khususnya yang ada di Palembang dapat memanfaatkan

secara maksimal dan dampak negatif yang ditimbulkan dari pengelolaan TPA yang kurang baik

dapat dikurangi sekecil mungkin.

2. Kriteria Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang kritertia

lokasi TPA yang baik adalah sebagai berikut :

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap

akhir dalam pengelolaannya, dimana diawali dari sumber, pengumpulan, pemindahan atau

pengangkutan, serta pengolahan dan pembuangannya. TPA merupakan tempat dimana sampah

diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan kerusakan atau dampak negatif terhadap

lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas dan penanganan yang

benar agar pengelolaan sampah tersebut dapat terlaksanan dengan baik.

Penentuan tempat akhir pembuangan (TPA) sampah harus mengikuti persyaratan dan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah melalui SNI nomor 03-3241-1994 tentang

tata cara pemilihan lokasi TPA sampah.Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa

pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundang-

undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL), ketertiban umum, kebersihan kota atau lingkungan, peraturan daerah tentang

pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta peraturan-peraturan

pelaksanaannya.

Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA ialah

sebagai berikut (SNI nomor 03-3241-1994) :

1. Ketentuan Umum

Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.

b. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :

Page 29: TPA sampah

29

- Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah

atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan

- Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi

terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap

regional

- Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang

berwenang.

c. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA

sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah.

2. Kriteria

Adapun Kriteria untuk penentuan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :

a. Kriteria regional

yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak layak sebagai berikut :

1) Kondisi geologi

a. tidak berlokasi di zona holocene fault.

b. tidak boleh di zona bahaya geologi.

2) Kondisi hidrogeologi

a. tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.

b. tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm / det.

c. jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.

d. dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka

harus diadakan masuJkan teknologi.

3) kemiringan zona harus kurang dari 20%.

4) jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan

turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain

5) tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang

25 tahun

b. Kriteria penyisih

yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari kriteria

regional ditambah dengan kriteria berikut :

Page 30: TPA sampah

30

1) Iklim

a. hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik

b. angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik

2) Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik

3) Lingkungan biologis :

a. habitat : kurang bervariasi dinilai makin baik

b. daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik

4) Kondisi tanah

a. produktivitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi

b. kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai

lebih baik

c. ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih

baik

d. status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik

5) Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik

6) Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik

7) Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

8) Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

9) Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik

10) Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3 / ton) dinilai

semakin baik.

c. Kriteria penetapan

yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk menyetujui dan

menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan instansi yang berwenang setempat dan

ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa pemilihan lokasi TPA yang

kurang baik akan berdampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya. Bahkan persyaratan lokasi

TPA telah diatur oleh pemerintah dalam Undang-undang. Hal ini berarti betapa pentingnya

pemilihan lokasi TPA agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat.

Keberadaan lokasi TPA seharusnya tidak akan memengaruhi pola kehidupan masyarakat

Page 31: TPA sampah

31

disekitarnya baik secara fisik maupun sosial, juga tidak memengaruhi kondisi ekologis

lingkungan disekitar lokasi TPA seperti adanya pencemaran atau kerusakan lingkungan.

3. PERPU tentang TPA

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang PERPU

TPA adalah sebagai berikut :

Menurut informan, banyak sekali PERPU yang mengatur tentang TPA, salah satunya

adalah UU RI No. 18 Tahun 2008, yang berisi tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat

Pembuangan Akhir Sampah. Selain itu, ada juga perautan pemerintah No. 27 Tahun 1999

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang berisi berbagai atau kegiatan yang

diperkirakan mempunyai dampak penting bagi lingkungan hidup, termasuk juga dalam pemilhan

dan pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pemilihan lokasi TPA harus benar-benar

diperhatikan agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan.

Pasal 15 Ayat 1 UU No. 23 Tahun 1997, dinyatakan bahwa setiap rencana usaha dan/atau

kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diautr

dalam peraturan pemerintah. Demikian pula dengan keberadaan TPA di Palembang, sudah

menjadi kewajiban pemerintah kota memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat di lokasi

TPAyang merupakan komponen dari AMDAL. Masih banyak PP ataupun UU yang mengatur

tentang TPA.

Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa banyak sekali Peraturan

Pemerintah ataupun Undang-undang yang mengatur tentang TPA. Inibukti keseriusan

pemerintah dalam menanganai masalah TPA. TPA ataupun TPS memang tidak bisa dipisahkan

dari sampah. Perlu adanya peranan lembaga-lembaga desa terhadap kegiatan pengelolaan

sampah di TPA, tanggapan warga desa terhadap kegiatan pengelolaan sampah di TPA,

partisipasi warga desa terhadap kegiatan pengelolaan sampah di TPA dan pengaruh pengelolaan

sampah terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitar TPA yang kesemuanya akan berdampak

terhadap lingkungan adan kesehatan.

Page 32: TPA sampah

32

4. Penyakit-penyakit yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penyakit apa

yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA adalah sebagai berikut :

Menurut informan, banyak sekali oenyakit yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA

akibat pengelolaan TPA ataupun sampah yang kurang baik. Penyakit-penyakit tersebut antara

lain :

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat

perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, dan jamur.

b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vektor Aedes aegypty yang

hidup berkembang biak di lingkungan pengelolaan sampah yang kurang baik.

c. Penyakit sesak nadfas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang

mengandung Amonia Hydrogen, Solide, dan Metylmercaptan.

d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup

berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah.

e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak

di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat

melalui kontak langsung ataupun melalui udara.

f. Penyakit kecacingan

berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa banyak sekali dampak negatif

atau penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang kurang baik. Sampah

yang dihasilkan dari aktifitas penduduk kota perlu penanganan yang benar agar tidak terjadi

penyimpangan dalam pembuangannya, sehingga hal yang sekiranya dapat mengganggu

kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan tidak akan terjadi. Dengan penempatan arela

pembuangan sampah secara terpusat diharapkan akan dapat dilakukan penanganan secara

terpadu, sehingga akibat atau dampak buruk dari sampah yang ditimbulkan dapat ditekan

serendah mungkin dengan teknologi yang ada.

Page 33: TPA sampah

33

5. Penelitian tentnang pencemaran tanah di TPA yang diketahui

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penelitian

pencemaran tanah di TPA adalah sebagai berikut :

Menurut informan, salah satu penelitian tentang pencemaran tanah di TPA yang diketahui

oleh informan adalah penelititan tentang pencemaran tanah akibat penggunaan pupuk.

Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat mengakibatkan tanah menjadi tercemar karena

banyaknya zat-zat kimia yang terdapat dalam pupuk yang membuat tanah menjadi kering dan

menimbulkan bau yang tidak enak.

Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa pencemaran tanah rentan

sekali terjadi di TPA karena TPA tidak pernah terlepas dari sampah. Oleh karena itu, sampah-

sampah di TPA harus ditangani dengan baik. Besarnya timbunan sampah di TPA yang tidak

dapat ditangani akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung

bagi penduduk kota apalagi daerah di sekitar tempat penumpukan. Dampak langsung dari

penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular

maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya

diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena

terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.

Page 34: TPA sampah

34

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari peninjauan lapangan yang kami lakukan pada beberapa minggu yang lalu, kami

menyimpulkan beberapa pendapat bahwa TPA Sukawinatan merupakan salah satu TPA terbesar

di kota palembang dimana terdapat beberapa gunungan sampah raksasa yang sangat tidak

mungkin kami daki mengingat kami tidak membawa perlengkapan apapun seperti sepatu boot.

Peran pemerintah yang terkait dalam bidang ini sebenarnya tidak sekusut benang kusut

yang harus mengadakan rapat paripurna berbulan – bulan. Ketika berbicara berdasarkan teori

pemerintah harusnya lebih memperhatikan pemukiman pemulung yang bersarang didaerah TPA

ini dan lebih memperhatikan pola hidup mereka yang notabene terkesan ‘menutup diri’ ketika

orang asing hendak melakukan sedikit pembicaraan kepada mereka.

Kami agak terkesan ketika mnelihat sebuah alat yang bernama tanki burner bertengger

dengan gagahnya di area TPA ini, ini artinya memang pemerintah sudah memperhatikan dan

mendalami benar tentang sampah ini. Ini terbukti ketika kami gali lagi informasi mengenai alat

ini, ternyata pemerintah kota Palembang bekerjasama dengan Gikoko yaitu perusahan jepang

yang bekerja dalam bidang ini.

Pemulung yang hampir 90% bermukim di area TPA ini juga bisa dipastikan sangat jauh

dari pola hidup sehat.dimulai dari sumber air yang menjadi pusat MCK yang disekitarnya

dikelilingi sampah, sampai dengan ketika buang air besar, mereka melakukannya dengan

menggunakan asoy dan kemudian melemparkannya pada lumbukan sampah. ‘WoW’..!!

Dan kami sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat merasa tersentuh dengan keadaan

yang seperti ini karena ini merupakn gerbang dari kemungkinan segala penyakit serius yang akan

terjadi beberapa tahun mendatang. Setidaknya kami memberikan 5 Masker untuk 5 informan

yang kami ketahui bahwa mereka tidak menggunakan masker ketika sedang bekerja di

lumbukkan sampah yang menjulang tinggi dan hampir menggapai cakrawala.

Page 35: TPA sampah

35

B. Saran

Pada kesempatan kali ini, kami berusaha menyampaikan saran yang terdapat di masing-

masing benak kami bahwa ada 4 sasaran saran yang kami luncurkan.

1. Pemerintah

Dalam hal ini pemerintah harus lebih tegas dan sistematis terhadap sistem pengangkutan

sampah dan pengolahan sampah yang biasa dilakukan. Kita ketahui bahwa terdapat dua macam

sampah yakni organik dan anorganik. Telah kita pahami bersama bahwa disekolah – sekolah, di

tempat – tempat umum pemerintah sudah menyediakan 2 tong sampah untuk kedua jenis sampah

yang kami sebutkan tadi. Namun, mengapa ketika sampah diangkut oleh petugas, mereka

mencampur adukkannya kembali antara sampah organik dan anorganik. Jika begini keadaanya,

bukankah program pembedaan antara sampah organik dan anorganik merupakan suatu hal yang

sia – sia dan bisa dikatakan sebagai pemubaziran dana?.

Kemudian mengenai Tanki Burner yang menurut surat kabar Tribun News mengalami

ledakan kecil dan rusak pada november 2012 lalu. Segeralah dilakukan pengecekan dan minimal

di service agar alat tersebut dapat berfungsi seperti semula.

Sepanjang kami meninjau lapangan, komposisi TPA Sukawinatan ini didominasi oleh

asoy plastik. Dan ini dibenarkan oleh petugas TPA Sukawinatan. Beliau mengatakan bahwa

memang kota palembang terkneal dengan sampah asoy plastik nomer satu di sumatera. Dengan

adanya fakta seperti ini baiknya pemerintah bersangkutan membuat kebijakan kepada seluruh

masyarakat baik dari pedagang dan konsumen untuk mengurangi penggunaan asoy plastik.

2. Kepada Pemulung

Siapa yang tidak prihatin dengan keadaan yang mereka miliki sekarang. Semua orang

pasti akan merasa kagok setelah melihat permukiman dan pola hidup yang mereka miliki. Tapi

memang ini merupakan sebuah jalan hidup yang harus mereka tempuh. Memang tidakk mudah

bagi kita mahasiswa kesehatan masyarakat untuk merubah perilaku hidup seseorang, butuh

waktu yang panjang dan sebuah ke kontinuitasan untuk mewujudkan mereka bisa hidup dengan

sehat.

Page 36: TPA sampah

36

Paling tidak mereka mencegah keterpajanan yang menyebabkan akumulasi gas berbahaya

yang mereka hisap dengan menggunakan masker. Mencegah masuknya parasit kedalam tubuh

mereka dengan menggunakan sarung tangan dan tidak makan diluar rumah mereka.

3. masyarakat

Mari sama-sama mengurangi sampah plastik yang memang tidak bisa sama sekali didaur

oleh tanah sampai ratusan tahun. Mari sama – sama tingkatkan perilaku Sadar Lingkungan

dengan meminimalisir sampah ‘keras’ demi kelangsungan kesuburan tanah dan menjadikan kota

palembang ini menjadi kota yang memiliki sampah asoy plastik terminim di indonesia.

Page 37: TPA sampah

37

DAFTAR PUSTAKA

Amet, Rizko. 2012. (Online). (http://www.slideshare.net/rreandnaa3210/makalah-pencemaran-tanah, diakses pada 10 maret 2013).

Anonim.2013. PengelolaanSampah. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah, diakses pada 05maret 2013).

Anonim. 2013. Pencemaran Lingkungan. (Online). (http://lasonearth.wordpress.com/makalah /makalah-pencemaran-tanah , diakses pada 10 maret 2013).

Anonim. 2013. Pencemaran Tanah. (Online). (www.artikelid.com/search/jurnal-pencemaran-tanah-dan-lahan, diakses pada 10 maret 2013).

Anonim. 2013. Tempat Pembuangan Akhir. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_pembuangan akhir, diakses 04 maret 2013).

Fajar, NurAlam.2010. ModulDasar – DasarPendidikandanpromosikesehatan. UniversitasSriwijaya.

Hasibuan, Rusli. 2013. Jurnal Pencemaran Tanah. (Online). (www.pdfsb.com/readonline, diakses pada 10 maret 2013).

Okta Putra, Rikki. 2013. (Online). (http://sumsel.tribunnews.com/2012/09/14/tangki-pembangkit-listrik-meledak, diakses pada 10 maret 2013).

Sudradjat. 2006. MengelolaSampahKota. Jakarta: PenebarSwadaya.

Syakira, Asinta. 2012. Pencemaran tanah. (Online). (http://syakira.com/2008/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi, diakses 07 maret 2013).

Page 38: TPA sampah

38