tpa sampah
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya
aktivitas manusia (Sudradjat, 2006). Di dalam proses-proses alam tidak dikenal
adanya sampah, yang ada hanyalah produk-produk tidak bergerak.Sampah bagi
setiap orang memang memiliki pengertian relative berbeda dan
subjektif.Sampah bagi kalangan tertentu bisa saja menjadi harta berharga. Hal
ini cukup wajar mengingat setiap orang memiliki standar hidup dan kebutuhan
tidak sama.
Permasalahan sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat di kawasan permukiman perkotaan. Perkembangan kota Palembang
yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang
tinggal di kawasan permukiman kota Palembang. Pertambahan jumlah
penduduk membawa implikasi terhadap volume sampah yang diproduksi oleh
masyarakat. Seiring dengan perkembangan kota Palembang, pertumbuhan
pembangunan juga meningkat dan memberi dampak pertumbuhan volume
sampah baik padat maupun cair. Pola ini terus berlanjut karena sampah selalu
diproduksi. Jika tidak ada tindakan yang tepat untuk menangani masalah ini,
maka akan menyebabkan masalah serius.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan ,
pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan (Anonim, 2013)
Pekerja dalam sebuah organisasi merupakan sumber daya manusia yang
sangat vital dalam sebuah organisasi. Pekerja juga merupakan sumber daya
yang langsung berhubungan dengan pengelolaan persampahan, oleh sebab itu
perilaku pekerja yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau
merintangi tercapainya tujuan organisasi.
2
Dewasa ini, ada suatu komunitas yang berhubungan langsung dengan
sampah, sangat meningkat jumlahnya. Mereka adalah pemulung yang
merupakan komunitas yang cenderung berkecimpung dengan sampah dan
kurang memperhatikan kesehatannya. Pemulung ini yang bekerja di Tempat
Pembuangan Akhir, atau biasa disebut TPA Sukawinatan Palembang.Dengan
bekerja memungut dan mengais sampah di TPA Sukawinatan Palembang,
kesehatan mereka dapat dipengaruhi dengan melihat bagaimana perilaku hidup
sehat yang mereka terapkan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat pada
penelitian ini, yaitu “Apakah ada hubungan antara prilaku hidup sehat
terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan
Palembang” .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya
mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang” .
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kebiasaan hidup sehat pekerja TPA
Sukawinatan/responeden
b. Menganalisis hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya
mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan
Palembang.
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai hubungan
antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan
para pekerja TPA Sukawinatan Palembang.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan informasi dalam penelitian selanjutnya mengenai
hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan
kesehatan para pekerja TPA
3. Bagi TPA Sukawinatan Palembang
Sebagai evaluasi dan bahan masukan mengenai hubungan antara prilaku
hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA
Sukawinatan Palembang yang nantinya dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengelolaan sampah.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
mengenai pentingnya perilaku hidup sehat untuk mempertahankan status
kesehatan tidak hanya bagi pekerja TPA sukawinatan saja tetapi untuk
masyarakat yang tinggal disekitar TPA dan masyarakat pada umumnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Lokasi
Kegiatan penelitian ini dilakukan TPA Sukawinatan Palembang.
2. Lingkup Materi
Lingkup materi dari penelitian ini meliputi prilaku hidup sehat terhadap upaya
mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang
3. Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2013.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tanah
Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di
muka bumi.Sebagian besar makanan kita berasal dari permukaan tanah.Sebagaimana
pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan
manusia.Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan
pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan,
zat kimia, atau limbah. Air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat.
Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk
ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.Pencemaran tanah bisa disebabkan
limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian.
Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari
daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain;
kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan,swasta dan wisata, bisa berupa
limbah padat dan cair.
II.2 Limbah
Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa
diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas
kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.Limbah cair berbentuk; tinja,
deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan
bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari
daerah: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah
padat dan cair. Limbah industri yang padat atau limbah padat adalah hasil buangan
industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.
5
Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan
buah, ikan daging dll. Limbah cair adalah hasil pengolahan dalam suatu proses
produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses
industri pelapisan logam
Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisa-
sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea,
pestisida pemberantas hama
Tanaman misalnya DDT.
II.3 Dampak Pencemaran Tanah
Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/
mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga
menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan.Timbunan
sampah bisa menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom
dan arsen pada timbunan sampah bisa timbulkan pencemaran tanah / gangguan
terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah.
Limbah lainnya adalah oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun
di permukaan tanah.Yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman dan tidak tembus air adalah Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi,
sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit
tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan makananuntukberkembang.
Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah cair rumah tangga; peresapannya
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung di
dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah, inilah salah satunya
yang disebutkan sebagai pencemaran tanah.Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari
proses pengolahan adalah limbah padat hasil buangan industri. Adanya reaksi kimia
yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk
yang selain menyebabkan pencemaran tanah juga menimbulkan bau di sekitarnya
karena .Tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan permukaan
tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi
6
bakteri tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau oleh
karena telah terjadinya pencemaran tanah.
Timbunan yang mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran.Sisa
hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal,
perak, khrom, arsen dan boron adalah limbah cair yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah dan
dalam hal ini pun menyebabkan pencemaran tanah. Pupuk yang digunakan secara
terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan
kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena
hara tanah semakin berkurang.
Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga mengakibatkan
pencemaran tanah.Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama tanaman
tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah
tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain pencemaran tanah
penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida tersebut.
II.4 Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah
Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat banyak
diperlukan agar tidak mencemari tanah.Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke
dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable)
dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).
Akan sangat baik jika setiap rumah tangga bisa memisahkan sampah atau
limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah berbeda
sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir. Sampah organik yang terbiodegradasi
bisa diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah
sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos;
khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan
pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik yang alami.
Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.
Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang.Kurangilah penggunaan
pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti
pestisida.Limbah industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang
7
kesungai atau kelaut.Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan
oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).Salah satu contohnya adalah dengan
mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah
lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.
II.5 Tempat Pembuangan Akhir
II.5.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber
pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan.
TPA adalah tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan
penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai
dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering
dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. TPA merupakan cara
paling umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat
di dunia. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang
untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan
kurang prioritas dibanding dengan pembangunan sektor lainnya.
Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan
jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat,
sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak
berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran
bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan
menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih
diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.
II.5.2 Metoda Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu:
a. Open Dumping
8
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana
dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan
terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada
Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia,
dana, dll).
Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya
potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:
1. Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll
2. Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan
3. Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul
4. Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor
b. Control Landfill
Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara
periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk
mengurangi potensigangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam
operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota
sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan
beberapa fasilitas diantaranya:
1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
3. Pos pengendalian operasional
4. Fasilitas pengendalian gas metan
5. Alat berat
c. Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional dimana
penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul
dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana
yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru
dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.
9
II.5.3 Dampak Tempat Pembuangan Akhir
Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut
bisa beragam: musibah fatal (mis., burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan
sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat);
pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan
pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA);
pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah
gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat
membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan
lalat, khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga;
jejas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (mis., debu, bau busuk, kutu, atau polusi
suara).
Pencemaran tanah oleh sampah selama pemakaian TPA maupun setelah penutupan
TPA hingga saat ini masih kurang diperhatikan.Limbah-limbah yang berada di TPA dapat
merusak tanah dalam jangka panjang terutama limbah bahan anorganik yang mengandung
zat-zat beracun.
Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu atau
mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi
permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan.Selain itu, timbunan sampah dapat
menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada
timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bioorganisme tanah, tumbuhan,
merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang
terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral
yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan
untuk berkembang.
10
II.5.4 Persyaratan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka
pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Halini ditunjukkan
dengansangatrincinyapersyaratanlokasiTPAsepertitercantumdalam SNI tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, yang diantaranya dalam criteria regional
dicantumkan:
1. Bukan daerah rawan geologi(daerahpatahan,daerahrawanlongsor,rawangempa, dll)
2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air
tanah kurang dari 3 meter,jenis tanah mudah meresapkan air,dekat dengan sumber
air(dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi)
3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringanlahan lebih dari20%)
4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarakminimal 1,5–
3 km)
5. Bukandaerah/kawasanyangdilindungi
II.5.5 Perilaku Petugas Pengelola Sampah
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesisfik, durasi, dan ujuan baik disadari maupun
tidak.Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.Sering tidak
disadari bahwa interaksi tesebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat
memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting
unuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah
perilaku tersebut (A. Wawan & Dewi M, 2010)
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu secara internal dan
eksternal. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
A. Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada
dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis
kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan
dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
11
1) Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas.Tingkah laku khas
ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid
antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras
Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan
sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku
yang berbeda pula.
2) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan
karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali
berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau
bertindak atas pertimbangan rasional.
3) Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe
fisiknya.Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis.
Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman
4) Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang
datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut,
kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya
5) Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dan efektif.Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah
tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah
terutama dalam mengambil keputusan.
12
6) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa
kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya
B. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan
berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
2) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang
diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah
laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada
kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial.Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku
individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk
mengatasinya.Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan
dapat dikuasainya.
5) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang.
13
II.6 Kerangka Teori
Gambar 2.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Gren
Sumber: Fajar, Nur Alam. 2010. Modul Dasar-Dasar Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Universitas Sriwijaya
Faktor Predisposisi
/PredisposingFactors (pengetahuan, sikap
petugas, nilai)
Perilaku Faktor Pendorong
/Reinforcing Factors (sikap dan
perilaku)
Faktor Pendukung
/EnablingFactors (ketersediaan
sumber-sumber/fasilitas)
14
BAB III
KERANGKA PIKIR
3.1 Kerangka Pikir
Gambar 3.1
Modifikasi dari faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lewreance Gren
Sumber : Fajar, Nur Alam.2010. Modul Dasar – Dasar Pendidikan dan promosi kesehatan. Universitas Sriwijaya
Tingkat pengetahuan pemulung (faktor predisposisi)
Sikap pemulung
( faktor pendorong)
Perilaku MCK dan Penggunaan Air Bersih
(faktor pendukung)
Perilaku pemulung
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Dasar Penelitian
Menurut Menurut Bogdan dan Taylor ,metodologi kualitatif yaitu prosedur prosedur penelitian penelitian yang menghasilkan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis t atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh), tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.Ia harus dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Menurut Kirk dan Miller, kualitatif merupakan merupakan tradisi tertentu dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang akurat terhadap gambaran perilaku petugas kebersihan di TPA Karya Jaya Musi II Palembang. Penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian lapangan, observasi partisipan, dan wawancara mendalam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan :
1. Penelitian ini dilakukan pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan.2. Penelitian ini menggunakan peneliti sendiri sebagai alat penelitian3. Data disajikan secara deskriptif4. Penelitian ini menggunakan desain yang berubah-ubah disesuaikan dengan kenyataan
lapangan.
4. 2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah petugas kebersihan di TPA Sukawinatan Palembang Tahun 2013. Lebih lanjut, pada penelitian kualitatif subjek penelitian merupakan sejumlah orang, proses, dan peristiwa tertentu.
Berkaitan dengan teknik pengambilan subjek penelitian, LeCompte dan Preissle (dalam Alwasila, 2002 : 146) menyatakan teknik pengambilan subjek penelitian pada penelitian kualitatif yang tepat adalah criterion-based selection yaitu manusia, latar dan kejadian betul betul
16
dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan sehingga diperoleh informasi penting mengenai objek yang diteliti.
Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti menetapkan criteria subjek penelitian sebagai berikut :
1. Manusia adalah pemulung di TPA sukawinatan Palembang2. Latar adalah pemukiman, puskesmas dan TPA sukawinatan Palembang3. Kejadian dan proses adalah perilaku sakit
Selanjutnya untuk mendapatkan subyek yang representative digunakan beberapa informan utama.Informan utama dalam penelitian ini adalah perwakilan dari petugas pengolah sampah di TPA Sukawinatan Palembang, masyarkat sekitar (penjual makanan diwarung). Adapun subyek dari penelitian ini adalah warga yang juga sekaligus pemulung di TPA Sukawinatan Palembang.
17
4.3 Metode Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data primer.
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku karyawanpengelola
sampah di TPA Sukawinatan . Dalam hal ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Wawancara, merupakan cara memperoleh data atau informasi secara langsung dengan
tatap muka melalui komunikasi verbal. Teknik ini dipakai secara simultan dan sebagai
cara utama memperoleh data secaramendalam yang tidak diperoleh dengan data
dokumentasi, menanyakan hal-hal yang belum ada atau belum jelas yang mungkin
terdapat dalam data dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam penghayatan
peneliti terhadap proses persepsi responden.
Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bersemuka (face-to-face),
ketika seseorang, yaitu pewawancara, mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang
untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada
seseorang yang diwawancara atau responden (Kerlinger dalam Sanapiah, 1995:133).
Menurut Kerlinger dalam Sanapiah (1995:139), wawancara dapat digunakan untuk 3
maksud utama, yaitu:
1. Dapat dijadikan sebagai alat eksplorasi untuk membantu identifikasi variabel dan
relasi, mengajukan hipotesis, dan memandu tahap-tahap penelitian.
2. Dapat menjadi instrumen utama penelitian. Dalam hal ini, pertanyaan-pertanyaan
yang dirancang untuk mengukur variabel-variabel penelitian akan dimasukkan ke
dalam skedul wawancara.
3. Dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain.
b. Observasi, dimaksudkan untuk melihat secara langsung fenomena empirik yang ada
secara faktual mengenai objek dan subyek penelitian. Observasi dilakukan di lokasi
18
penelitian, yaitu TPA Musi 2 Karya Jaya. Observasi diarahkan untuk mendapatkan
informasi mengenai perilaku petugas pengelola sampah.
Dalam melakukan observasi, selain berpedoman pada ruang lingkup penelitian, peneliti
juga melengkapi diri dengan alat perekam gambar (foto) dan buku catatan.Sehingga
semua situasi, kondisi, fenomena dan hal-hal lain yang menjadi obyek observasi dapat
dicatat dan terekam dengan cermat.Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan,
pengukuran, pengambilan gambar, pencatatan, dan merasakan situasi dan kondisi serta
fenomena di lokasi penelitian dengan berpedoman pada ruang lingkup penelitian.
Dalam prakteknya di lapangan, observasi yang dilakukan tidak berdiri sendiri, tetapi
pelaksanaannya seringkali dikombinasikan dengan metode wawancara. Yang terpenting
adalah dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang faktual di lapangan sesuai
dengan ruang lingkup penelitian.
c. Dokumentasi
dokumentasi yang dimaksud disini adalah melakukan pengumpulan data
berdasarkan dukumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau
bahan-bahan tertulis lainnya dari pihak yang berkompeten yang merupakan dokumen
resmi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian dan dapat dijadikan referensi. Dalam
pemilihan dokumen perlu diperhatikan mengenai derajat relevansi. Baik ditinjau dari isi
materi dokumen maupun pihak-pihak yang memiliki atau mengeluarkan dokumen
tersebut. Relevansi dari sisi isi materi dokumen adalah menggunakan dasar kisi-kisi
ruang lingkup penelitian. Relevansi dari sisi pemilik dokumen mengandung pengertian
bahwa dokumen tersebut merupakan catatan resmi yang memiliki nilai. Artinya pihak
yang mengeluarkan dan atau memiliki dokumen tersebut memang pihak yang memiliki
kompetensi mengenai dokumen tersebut.
4.4 Validitas Data
Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan Metode Triangulasi dengan
sumber data dan atau metoda pengumpulan data.Metode triangulasi ini dilakukan dengan
melakukan cross-check (pemeriksaan kembali) terhadap suatu fenomena, data, dan informasi
19
dengan menggunakan sumber dan metode yang berbeda. Informasi dari wawancara dengan
responden sebagai sumber data, dikonfirmasikan dengan sumber sumber lain seperti data-data
dokumentasi dan hasil observasi (Moleong, 2002:178). Implementasi metode triangulasi dalam
penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar.
Dengan metode triangulasi , maka keabsahan data lebih terjamin, karena pada prinsipnya
dalam penelitian kualitatif ini adalah bagaimana diperoleh data faktual sesuai dengan fenomena
yang tarjadi. Sehingga hasil analisis data dapat menghasilkan informasi yang faktual sesuai
dengan tujuan penelitian.
Gambar 4.1 Implementasi Metode Triangulasi
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di mulai dengan menelaah seluruh data
yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, catatan pengamatan lapangan, foto
dan sumber informasi terkait lainnya (Noeng 19 Muhadjir,2000:139). Selanjutnya menurut
Sugiono (2005:89) analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa menyusun kedalam pola dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut Moleong (2007:247) teknik analisis dalam
penelitian kualitatif terdiri dari reduksi data, kategorisasi dan penafsiran terhadap data. Teknik
analisis kualitatif bertujuan menggambarkan situasi dan keragaman yang akan bermuara kepada
alasan-alasan yang melatarbelakangi perilaku sosial.
Wawancara
Fenomena, Data dan Informasi
Dokumentasi Observasi
20
Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim (2006: 22-23),
dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Reduksi data (data reduction)
dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh.
2. Penyajian data (data display).
Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah
ini adalah dalam bentuk teks naratif berupa skema perilaku pemulung di TPA Sukawinatan
Palembang. Matrik dibuat berdasarkan teori Lewreance Gren.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna
setiap gejala yang diperoleh oleh pemulung dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi
yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena.
21
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Informan
Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang yaitu para pemulung yang
bekerja dan berdomisili di daerah TPA Sukawinatan Palembang.
Table 5.1 Karakteristik Informan
No Nama Jenis kelamin umur Lama bekerja
1 YP P 31 tahun 7 tahun
2 RM P 28 tahun 6 tahun
3 SS P 47 tahun 18 tahun
4 AA L 32 tahun 10 tahun
5 FA L 25 tahun 8 tahun
B. Gambaran perilaku pemulung di TPA Sukawinatan Palembang
1.Pengetahuan pemulung mengenai TPA
untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan pemulung mengenai TPA, kami
melakukan wawancara mendalam terhadap lima pemulung dengan pertanyaan
1) apakah ibu/bapak mengetahui pengertian dari TPA ?
2) apakahibu/bapak mengetahui lokasi TPA yang seharusnya ?
22
Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa para pemulung hanya
mengetahui TPA hanyalah sebagai tempat sampah yang berasal dari berbagai TPs di
Palembang. Sebenarnya TPA tidak dikatakan sebagai pengganggu kehidupan jika
a. Tempat ini lokasinya jauh dari pemukiman
b. System pengolahan sampah yang benar – benar sesuai dengan prosedur dan
sistematis
c. Tempat ini dilapisi tanah liat keras atau plastic untuk melindungi bahan-bahan
kimia dan kuman kuman mencemari air tanah.
Jawaban informan :
“… TPA tu yo tempat numpukke sampah yang paling akhir dek. Men
masalah lokasi yo lemak yang jauh dari penduduk, soalnyo kan bau dek
merusak pemandangan pulok…” (YP)
“… tempat gunungke sampah dari macam-macam tempat dek jenis nyo jugo
macam-macam. Tapi ado petugasnyo ado prosedurnyola…” (RM)
“…tempat pembuangan sampah dari seluruh tempat – tempat sampah
pokoknyo, na dijadike siok disini dek diangkut pake truk sampah kan
biasonyo kamu galak nengok. Sampahnyo jugo macem-macem dek dari yang
kering sampe yang basah…(SS)
“…. TPA tu tempat pembuangan akhir sampah dari sekitar paplembang
inilah dek. Jadi disini ditumpuk mak inila, men kemarau galak tebakar dewek
kan banyak kantong plastic…”
23
2.peralatan yang dipakai saat bekerja
Informasi yang didapat dari informan melaluuuiii wawancara mendalam tentang
peralatan yang dipakai saat bekerja dengan pertanyaan “peralatan apa saja yang biasa bapak / ibu
gunakan saat bekerja?” adalah sebaga berikut :
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan diketahui bahwa para pemulung
hamper tidak menggunakan alat pelindung sama sekali. Mereka beralasan bahwa pemakaian
APD membuat mereka tidak nyaman dan tidak leluasa untuk bekerja. Sebagian dari mereka tidak
memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi kesehatan.
“… katek dek Cuma pakek sepatu boot, gancu, topi… bawak keruntung. Kadang yo
nutupi idung kebet pakek baju … “ (YP)
“…pake topi, sepatu boot dek..gancu yo mak itulah.. biar dak kebauk an gino yo pake
baju bae dikebet…..” (RM)
“…Cuma bawak keranjang samo gancu dek, betopi… men masker tu pas baru-baru
begawe dek men la lamo la tebiaso. Susah benapas pake setuo itu…” (SS)
“….yo cak inila dek, topi yang penting..panas nian dek. Men masker tu kadang
kadang baelah men sampah banyak baru dating tu kan basah basah mak mano mak
ituna…” (AA)
“…lengkap dek..tapi dak pakek sarung tangan idak. Men masker tu kebat kebat bae
dengen baju, bawak gancu, keranjang na…”
24
Dalam hal ini pemerintah juga seharusnya lebih perhatian terhadap pemulung.Meskipun
pemuliung bukan tenaga kerja yang berada dibawah pemerintah, namun mereka adalah
‘pahlawan global warming’ karena mereka memisahkan antara sampah organic dengan sampah
plastic yang tidak bisa hancur.
3.kondisi kesehatan
Untuk mendapatkan informasi kesehatan kami meluncurkan beberapa pertanyaan sebagai
berikut :
1) Selama tinggal disini, apakah ibu/bapak dan keluarga sering terserang penyakit? Penyakit
apa saja?
2) Berapa kali dalam setahun biasanya ibu/ bapak mengalami sakit?
3) Apakah ibu/ bapak mencari pengobatan atas penyakit yang dialami? Dimana?
Jawaban informan adalah :
“… nah dek la daktau lagi soalnyo la pecak biaso bae men missal batuk-batuk tu, kadang
beli obat warungan bae dek ai…” (YP)
“…jarang dek, mungkin la jalan tuhan nian sangkan kami tinggal disini ni. Pernah jugo
paling cak kuarang darah mak itulah… men sekironyo la royo nian paling ke puskes
sinila. Jarang tapi dek, nemanla makan obat warung…” (RM)
“….galak sih dek, sakit perutt. La resikonyo nian dek namonyo jugo tinggal ditempat cak
ini. Minum obat warung tula paling idak, minum D***X dek…” (SS)
“… men kakak ni dak jugola dek, tapi anak ni na yang sering gatal – gatal lah, sakit perut.
Kadang kito bawak ke puskesmas kadang minum obat warungan dek…”
“…dulu dek pas pertamo, mungkin belom tebiaso tuna kali yeh. Namonyo jugo mencari
dek, kami jugo men pacak mintak dakgalak punyo hidup yg cak ini Cuma nak cakmno
lagi yodak. Men mak ini la jarang dek la dak teraso lagi…”
25
Inilah jawaban dari informan ketika disodorkan pertanyaan tentang kondisi kesehatannya.
Mereka mengaku jarang mengalami sakit dengan alas an mereka sudah lama tinggal disana
sehingga mereka sudah terbiasa dan kebal dengan kondisi apapun dilingkungan tersebut. namun
setelah ditanya intensitas mereka mengunjungi tempat pelayanan kesehatan kesehatan beserta
alasanya, mereka mau mengatakan tentang sakit yang mereka alami. Beberapa diantaranya ialah
batuk, flu, demam dan gatal-gatal. Penyakit ini hamper dialami oleh seluruh pemulung yang
tinggal disekitar TPA tersebut.
Dari hasil wawancara mengenai kesehatan tersebut terdapat 2 poin penting yang penulis
dapatkan.Pertama, para pemulung memang cenderung menutup – nutupi kondisi kesehatan
mereka.Kedua, persepsi pemulung mengenai sakit adalah jika memang benar-benar sudah tidak
bisa mnjalani aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka persepsi mereka
tentang srti sakit akan semakin kompleks.
4.penggunaan Air Bersih
Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penggunaan air
brsih adalah sebagai berikut
Berdasarkan wawancara dengan informan, diketahui bahwa para pemulung rata-rata
menggunakan air minum dari gallon yang dibeli dari penyedia jasa air minum.Mereka sudah
sadar bahwa sumur yang mereka gali sudah tercemar oleh sampah – sempah di TPA.Hal ini
dapat dilihat langsung dari warna air yang kuning dan kecokelatan serta berbau.
“…ibu pake sumur galian inilah dek mandi, nyuci segalo macem. Tapi kalo minum aer
gallon.. (YP)
“….kalo minum banyu gallon, tapi laenyo ngunjal banyu dari sumur galian tu nah..”
(RM)
“…kalo untuk minum kami pake gallon yo dek. Tapi laenyo kami ngambek disumur
galian yang itu na..makonyo kami galak gatel kadang tu, nahanke bae ini dek…” (SS)
“…aku pakek gallon dek..” (AA)
“…gallon dek men minum, waya tigoribu, tapi men MCK pakek aer sumur itu…” (FA)
26
Sedangkan untuk kegiatan MCK mereka tetap menggunakan air sumur ini karena tidak
ada pilihan lain. Masalah ini cukup menarik perhatian kami sebagai mahasiswa FKM. Tanah
disekitar pemukiman yang sebagian besar sudah tertutupi oleh lumbukkan sampah, jelas akan
tercemar. Apalagi sampah – sampah plastic yang menumpuk akibat keterlambatan pengangkutan
untuk daur ulang.Sampah plastic ini dapat menyebabkan tanah menjadi tidak subur dan bakteri
pengurai menjadi mati.
Dari tanah yang tercemar ini, air tanah pun ikut tercemar.Sedangkan penduduk disekitar
sebagian besar menggunakan air sumur galian sederhana itu.Kondisi yang seperti ini yang
harusnya menjadi perhatian pemerintah. Setidaknya pemerintah menyediakan air bersih minimal
mengusahakan penyediaan air bersih bagi warga setempat.
5. Alat pembangkit listrik
Kami melihat ada sebuah alat terpampang di area TPA sukawinatan palembang. Dan kami melakukan wawancara mendalam kepada salah satu petugas TPA dengan pertanyaan :
1. Apa nama dan fungsi alat ini?
2. apakan sampai sekarang berjalan dengan semestinya?
3. apakah ada perawatan khusus untuk alat tersebut?
Jawaban responden adalah :
Berdasrakan wawancara dengan informan diketahui bahwa terdapat alat untuk menyedot
gas metan hasil dari pembakaran sampah – sampah yang berlumbukkan di TPA Sukawinatan ini.
Ketika kami menanyakan mekanisme kerja dari alat ini sendiri informan hanya menjelaskan
bahwa alat ini bekerja saat sampah dibakar kemudian disedot gas metannya. Kami juga tidak
dapat menggali informasi yang lebih dalam lagi mengenai kepastian alat ini karena informan
sedang bertugas di tempat pencatatan mobil truk sampah yang masuk ke area ini.
“ ... oo, alat ini ni alat penyedot gas metan dek. Yo fungsinyo gas metan dari sampah yang dibakar tu disedotnyo. Tapi sekarang la rusak dek . alat ini ado dari tahun 2010 kemaren. Mak ini la dak dipake lagi. Ai biasola men punyo pemerintah ni dek samo tau bae kito. Kadang diperhatikenyo kadang idak. Ini be la lamo rusak lom tebenar-benar...”
27
Dan seketika itu kami searching di internet tentang alat tersebut dan didapat informasi
bahwa alat tersebut memang benar adanya berfungsi sebagai alat penyedot gas metan pada saat
sampah – sampah dibakar. Namun ada fungsi lain yang sangat fantastis dari alat ini yaitu sebagai
pembangkit listrik. Informasi ini kami dapat dari surat kabar yang menerbitkan tentang alat ini
yang pada saat itu terjadi peledakan di TPA Sukawinatan palembang.
Untuk informasi-informasi yang dapat kami peroleh dari informan ahli adalah sebagai berikut.
1. Fungsi Utama dari TPA
Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang fungsi
utama dari TPA adalah sebagai berikut :
Menurut informan, fungsi utama dari TPA adalah sebagai tempat penampungan sampah,
baik itu sampah organik maupun sampah anorganik. Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaan sejak
mulai timbul di sumber, pengumpula, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
TPAmerupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang sering dianggap hanya
sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak pemerintah daerah merasa
sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan
kurang prioritas dibandingkan dengan penggunaan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih
mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis
sampah dapat terurai secara cepat, sedang yang lainnya lebih lambat, bahkan beberapa jenis
sampah tidak berubah sampai puluhan tahun, misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran
bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan
beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan
terhadap TPA yang telah ditutup.
Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa besar sekali fungsi dari TPA
bagi lingkungan. TPA sebagai tempat pembuangan akhir harus dikelol dengan sebaik mungkin
agar sampah-sampah yang ada di TPA tidak mencemari lingkungan sekitar agar sampah-sampah
28
yang ada di TPAtidak mencemari lingkungan sekitar yang akhirnya akan berdampak pada
kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar lokasi TPA. Oleh karena itu, perlu adanya
pengelolaan yang baik agar setiap TPA, khususnya yang ada di Palembang dapat memanfaatkan
secara maksimal dan dampak negatif yang ditimbulkan dari pengelolaan TPA yang kurang baik
dapat dikurangi sekecil mungkin.
2. Kriteria Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang kritertia
lokasi TPA yang baik adalah sebagai berikut :
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
akhir dalam pengelolaannya, dimana diawali dari sumber, pengumpulan, pemindahan atau
pengangkutan, serta pengolahan dan pembuangannya. TPA merupakan tempat dimana sampah
diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan kerusakan atau dampak negatif terhadap
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas dan penanganan yang
benar agar pengelolaan sampah tersebut dapat terlaksanan dengan baik.
Penentuan tempat akhir pembuangan (TPA) sampah harus mengikuti persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah melalui SNI nomor 03-3241-1994 tentang
tata cara pemilihan lokasi TPA sampah.Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa
pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundang-
undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL), ketertiban umum, kebersihan kota atau lingkungan, peraturan daerah tentang
pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta peraturan-peraturan
pelaksanaannya.
Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA ialah
sebagai berikut (SNI nomor 03-3241-1994) :
1. Ketentuan Umum
Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.
b. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :
29
- Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah
atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan
- Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi
terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap
regional
- Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
berwenang.
c. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA
sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah.
2. Kriteria
Adapun Kriteria untuk penentuan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :
a. Kriteria regional
yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak layak sebagai berikut :
1) Kondisi geologi
a. tidak berlokasi di zona holocene fault.
b. tidak boleh di zona bahaya geologi.
2) Kondisi hidrogeologi
a. tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.
b. tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm / det.
c. jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.
d. dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka
harus diadakan masuJkan teknologi.
3) kemiringan zona harus kurang dari 20%.
4) jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan
turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain
5) tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang
25 tahun
b. Kriteria penyisih
yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari kriteria
regional ditambah dengan kriteria berikut :
30
1) Iklim
a. hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik
b. angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik
2) Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik
3) Lingkungan biologis :
a. habitat : kurang bervariasi dinilai makin baik
b. daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik
4) Kondisi tanah
a. produktivitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi
b. kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai
lebih baik
c. ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih
baik
d. status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik
5) Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik
6) Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik
7) Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
8) Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
9) Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik
10) Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3 / ton) dinilai
semakin baik.
c. Kriteria penetapan
yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk menyetujui dan
menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan instansi yang berwenang setempat dan
ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa pemilihan lokasi TPA yang
kurang baik akan berdampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya. Bahkan persyaratan lokasi
TPA telah diatur oleh pemerintah dalam Undang-undang. Hal ini berarti betapa pentingnya
pemilihan lokasi TPA agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat.
Keberadaan lokasi TPA seharusnya tidak akan memengaruhi pola kehidupan masyarakat
31
disekitarnya baik secara fisik maupun sosial, juga tidak memengaruhi kondisi ekologis
lingkungan disekitar lokasi TPA seperti adanya pencemaran atau kerusakan lingkungan.
3. PERPU tentang TPA
Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang PERPU
TPA adalah sebagai berikut :
Menurut informan, banyak sekali PERPU yang mengatur tentang TPA, salah satunya
adalah UU RI No. 18 Tahun 2008, yang berisi tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat
Pembuangan Akhir Sampah. Selain itu, ada juga perautan pemerintah No. 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang berisi berbagai atau kegiatan yang
diperkirakan mempunyai dampak penting bagi lingkungan hidup, termasuk juga dalam pemilhan
dan pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pemilihan lokasi TPA harus benar-benar
diperhatikan agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan.
Pasal 15 Ayat 1 UU No. 23 Tahun 1997, dinyatakan bahwa setiap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diautr
dalam peraturan pemerintah. Demikian pula dengan keberadaan TPA di Palembang, sudah
menjadi kewajiban pemerintah kota memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat di lokasi
TPAyang merupakan komponen dari AMDAL. Masih banyak PP ataupun UU yang mengatur
tentang TPA.
Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa banyak sekali Peraturan
Pemerintah ataupun Undang-undang yang mengatur tentang TPA. Inibukti keseriusan
pemerintah dalam menanganai masalah TPA. TPA ataupun TPS memang tidak bisa dipisahkan
dari sampah. Perlu adanya peranan lembaga-lembaga desa terhadap kegiatan pengelolaan
sampah di TPA, tanggapan warga desa terhadap kegiatan pengelolaan sampah di TPA,
partisipasi warga desa terhadap kegiatan pengelolaan sampah di TPA dan pengaruh pengelolaan
sampah terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitar TPA yang kesemuanya akan berdampak
terhadap lingkungan adan kesehatan.
32
4. Penyakit-penyakit yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA
Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penyakit apa
yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA adalah sebagai berikut :
Menurut informan, banyak sekali oenyakit yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA
akibat pengelolaan TPA ataupun sampah yang kurang baik. Penyakit-penyakit tersebut antara
lain :
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, dan jamur.
b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vektor Aedes aegypty yang
hidup berkembang biak di lingkungan pengelolaan sampah yang kurang baik.
c. Penyakit sesak nadfas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang
mengandung Amonia Hydrogen, Solide, dan Metylmercaptan.
d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup
berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah.
e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak
di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat
melalui kontak langsung ataupun melalui udara.
f. Penyakit kecacingan
berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa banyak sekali dampak negatif
atau penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang kurang baik. Sampah
yang dihasilkan dari aktifitas penduduk kota perlu penanganan yang benar agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pembuangannya, sehingga hal yang sekiranya dapat mengganggu
kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan tidak akan terjadi. Dengan penempatan arela
pembuangan sampah secara terpusat diharapkan akan dapat dilakukan penanganan secara
terpadu, sehingga akibat atau dampak buruk dari sampah yang ditimbulkan dapat ditekan
serendah mungkin dengan teknologi yang ada.
33
5. Penelitian tentnang pencemaran tanah di TPA yang diketahui
Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penelitian
pencemaran tanah di TPA adalah sebagai berikut :
Menurut informan, salah satu penelitian tentang pencemaran tanah di TPA yang diketahui
oleh informan adalah penelititan tentang pencemaran tanah akibat penggunaan pupuk.
Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat mengakibatkan tanah menjadi tercemar karena
banyaknya zat-zat kimia yang terdapat dalam pupuk yang membuat tanah menjadi kering dan
menimbulkan bau yang tidak enak.
Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa pencemaran tanah rentan
sekali terjadi di TPA karena TPA tidak pernah terlepas dari sampah. Oleh karena itu, sampah-
sampah di TPA harus ditangani dengan baik. Besarnya timbunan sampah di TPA yang tidak
dapat ditangani akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung
bagi penduduk kota apalagi daerah di sekitar tempat penumpukan. Dampak langsung dari
penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular
maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya
diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena
terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.
34
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari peninjauan lapangan yang kami lakukan pada beberapa minggu yang lalu, kami
menyimpulkan beberapa pendapat bahwa TPA Sukawinatan merupakan salah satu TPA terbesar
di kota palembang dimana terdapat beberapa gunungan sampah raksasa yang sangat tidak
mungkin kami daki mengingat kami tidak membawa perlengkapan apapun seperti sepatu boot.
Peran pemerintah yang terkait dalam bidang ini sebenarnya tidak sekusut benang kusut
yang harus mengadakan rapat paripurna berbulan – bulan. Ketika berbicara berdasarkan teori
pemerintah harusnya lebih memperhatikan pemukiman pemulung yang bersarang didaerah TPA
ini dan lebih memperhatikan pola hidup mereka yang notabene terkesan ‘menutup diri’ ketika
orang asing hendak melakukan sedikit pembicaraan kepada mereka.
Kami agak terkesan ketika mnelihat sebuah alat yang bernama tanki burner bertengger
dengan gagahnya di area TPA ini, ini artinya memang pemerintah sudah memperhatikan dan
mendalami benar tentang sampah ini. Ini terbukti ketika kami gali lagi informasi mengenai alat
ini, ternyata pemerintah kota Palembang bekerjasama dengan Gikoko yaitu perusahan jepang
yang bekerja dalam bidang ini.
Pemulung yang hampir 90% bermukim di area TPA ini juga bisa dipastikan sangat jauh
dari pola hidup sehat.dimulai dari sumber air yang menjadi pusat MCK yang disekitarnya
dikelilingi sampah, sampai dengan ketika buang air besar, mereka melakukannya dengan
menggunakan asoy dan kemudian melemparkannya pada lumbukan sampah. ‘WoW’..!!
Dan kami sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat merasa tersentuh dengan keadaan
yang seperti ini karena ini merupakn gerbang dari kemungkinan segala penyakit serius yang akan
terjadi beberapa tahun mendatang. Setidaknya kami memberikan 5 Masker untuk 5 informan
yang kami ketahui bahwa mereka tidak menggunakan masker ketika sedang bekerja di
lumbukkan sampah yang menjulang tinggi dan hampir menggapai cakrawala.
35
B. Saran
Pada kesempatan kali ini, kami berusaha menyampaikan saran yang terdapat di masing-
masing benak kami bahwa ada 4 sasaran saran yang kami luncurkan.
1. Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah harus lebih tegas dan sistematis terhadap sistem pengangkutan
sampah dan pengolahan sampah yang biasa dilakukan. Kita ketahui bahwa terdapat dua macam
sampah yakni organik dan anorganik. Telah kita pahami bersama bahwa disekolah – sekolah, di
tempat – tempat umum pemerintah sudah menyediakan 2 tong sampah untuk kedua jenis sampah
yang kami sebutkan tadi. Namun, mengapa ketika sampah diangkut oleh petugas, mereka
mencampur adukkannya kembali antara sampah organik dan anorganik. Jika begini keadaanya,
bukankah program pembedaan antara sampah organik dan anorganik merupakan suatu hal yang
sia – sia dan bisa dikatakan sebagai pemubaziran dana?.
Kemudian mengenai Tanki Burner yang menurut surat kabar Tribun News mengalami
ledakan kecil dan rusak pada november 2012 lalu. Segeralah dilakukan pengecekan dan minimal
di service agar alat tersebut dapat berfungsi seperti semula.
Sepanjang kami meninjau lapangan, komposisi TPA Sukawinatan ini didominasi oleh
asoy plastik. Dan ini dibenarkan oleh petugas TPA Sukawinatan. Beliau mengatakan bahwa
memang kota palembang terkneal dengan sampah asoy plastik nomer satu di sumatera. Dengan
adanya fakta seperti ini baiknya pemerintah bersangkutan membuat kebijakan kepada seluruh
masyarakat baik dari pedagang dan konsumen untuk mengurangi penggunaan asoy plastik.
2. Kepada Pemulung
Siapa yang tidak prihatin dengan keadaan yang mereka miliki sekarang. Semua orang
pasti akan merasa kagok setelah melihat permukiman dan pola hidup yang mereka miliki. Tapi
memang ini merupakan sebuah jalan hidup yang harus mereka tempuh. Memang tidakk mudah
bagi kita mahasiswa kesehatan masyarakat untuk merubah perilaku hidup seseorang, butuh
waktu yang panjang dan sebuah ke kontinuitasan untuk mewujudkan mereka bisa hidup dengan
sehat.
36
Paling tidak mereka mencegah keterpajanan yang menyebabkan akumulasi gas berbahaya
yang mereka hisap dengan menggunakan masker. Mencegah masuknya parasit kedalam tubuh
mereka dengan menggunakan sarung tangan dan tidak makan diluar rumah mereka.
3. masyarakat
Mari sama-sama mengurangi sampah plastik yang memang tidak bisa sama sekali didaur
oleh tanah sampai ratusan tahun. Mari sama – sama tingkatkan perilaku Sadar Lingkungan
dengan meminimalisir sampah ‘keras’ demi kelangsungan kesuburan tanah dan menjadikan kota
palembang ini menjadi kota yang memiliki sampah asoy plastik terminim di indonesia.
37
DAFTAR PUSTAKA
Amet, Rizko. 2012. (Online). (http://www.slideshare.net/rreandnaa3210/makalah-pencemaran-tanah, diakses pada 10 maret 2013).
Anonim.2013. PengelolaanSampah. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah, diakses pada 05maret 2013).
Anonim. 2013. Pencemaran Lingkungan. (Online). (http://lasonearth.wordpress.com/makalah /makalah-pencemaran-tanah , diakses pada 10 maret 2013).
Anonim. 2013. Pencemaran Tanah. (Online). (www.artikelid.com/search/jurnal-pencemaran-tanah-dan-lahan, diakses pada 10 maret 2013).
Anonim. 2013. Tempat Pembuangan Akhir. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_pembuangan akhir, diakses 04 maret 2013).
Fajar, NurAlam.2010. ModulDasar – DasarPendidikandanpromosikesehatan. UniversitasSriwijaya.
Hasibuan, Rusli. 2013. Jurnal Pencemaran Tanah. (Online). (www.pdfsb.com/readonline, diakses pada 10 maret 2013).
Okta Putra, Rikki. 2013. (Online). (http://sumsel.tribunnews.com/2012/09/14/tangki-pembangkit-listrik-meledak, diakses pada 10 maret 2013).
Sudradjat. 2006. MengelolaSampahKota. Jakarta: PenebarSwadaya.
Syakira, Asinta. 2012. Pencemaran tanah. (Online). (http://syakira.com/2008/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi, diakses 07 maret 2013).
38