tor seminar sim

5
TERM OF REFERENCE SEMINAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS OPEN SOURCE UNTUK MENGHADAPI ERA UNIVERSAL HEALTH COVERAGE Jogjakarta, 1 November 2012 Pukul 09.00 – 12.30 Audio-streaming: www.manajemen-rs.net Pengantar Kebutuhan akan sistem informasi yang baik saat ini sebenarnya merupakan kebutuhan pokok bagi rumah sakit. Apalagi dalam waktu dekat Indonesia akan menerapkan sistem pembiayaan kesehatan universal coverage, dimana semua RS harus dapat melayani pasien jaminan sosial dan mengintegrasikan datanya untuk berbagai kebutuhan pelaporan keuangan, perencanaan dan pengambilan keputusan. Namun dalam kurun waktu 20 tahun perkembangan keilmuan manajemen RS di Indonesia, perkembangan sistem informasi belum sejalan dengan perkembangan teknologi informasi di sektor umum maupun perkembangan kebutuhan RS itu sendiri. Hal ini cenderung disebabkan karena terjadinya kegagalan mekanisme pasar dalam pengembangan sistem informasi berbasis IT ini. Software cenderung closed-system dan closed-source, yang cenderung mahal dan sulit dikembangkan mandiri, serta datp menjadi masalah dalam pelelangan. Ada beberapa isu dalam pengantar ini: Isu 1: Mengapa terjadi kegagalan pengembangan software untuk manajemen rumahsakit? Pertama: Dalam mekanisme pasar murni, pembiayaan software dan sistem manajemen keuangan oleh swasta merupakan hal dominan sejak dari penelitian awal sampai ke aplikasinya. Apabila swasta mengembangkan segalanya maka akan cenderung untuk close-system. Dampak akhir adalah harga

Upload: nuris-nuril-hadi

Post on 22-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOR Seminar SIM

TERM OF REFERENCESEMINAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS OPEN SOURCE

UNTUK MENGHADAPI ERA UNIVERSAL HEALTH COVERAGE

Jogjakarta, 1 November 2012Pukul 09.00 – 12.30

Audio-streaming:www.manajemen-rs.net

PengantarKebutuhan akan sistem informasi yang baik saat ini sebenarnya merupakan kebutuhan pokok bagi rumah sakit. Apalagi dalam waktu dekat Indonesia akan menerapkan sistem pembiayaan kesehatan universal coverage, dimana semua RS harus dapat melayani pasien jaminan sosial dan mengintegrasikan datanya untuk berbagai kebutuhan pelaporan keuangan, perencanaan dan pengambilan keputusan.

Namun dalam kurun waktu 20 tahun perkembangan keilmuan manajemen RS di Indonesia, perkembangan sistem informasi belum sejalan dengan perkembangan teknologi informasi di sektor umum maupun perkembangan kebutuhan RS itu sendiri. Hal ini cenderung disebabkan karena terjadinya kegagalan mekanisme pasar dalam pengembangan sistem informasi berbasis IT ini. Software cenderung closed-system dan closed-source, yang cenderung mahal dan sulit dikembangkan mandiri, serta datp menjadi masalah dalam pelelangan. Ada beberapa isu dalam pengantar ini:

Isu 1: Mengapa terjadi kegagalan pengembangan software untuk manajemen rumahsakit?

Pertama: Dalam mekanisme pasar murni, pembiayaan software dan sistem manajemen keuangan oleh swasta merupakan hal dominan sejak dari penelitian awal sampai ke aplikasinya. Apabila swasta mengembangkan segalanya maka akan cenderung untuk close-system. Dampak akhir adalah harga software dan sistem pemasangan dan pelatihan yang tinggi, dan tidak terjangkau oleh rumahsakit biasa. Dengan demikian ada kegagalan mekanisme pasar dalam SIM RS. Akibatnya RS Yayasan dan Pemerintah yang melayani masyarakat miskin tidak mempunyai dukungan SIM RS yang baik. Dalam hal ini ada ketidak adilan di sini. Berbagai software untuk RS yang pasiennya banyak orang miskin, jarang diproduksi. Mengapa? RS miskin tidak mampu membiayai pengembangan SIM RS, dan tidak ada perusahaan IT dan konsultan SIM RS yang mau bekerja tanpa bayaran cukup.

Kedua: Pemerintah belum memberi perhatian cukup dalam pengembangan software open source ini. Pemerintah belum melakukan intervensi untuk mengatasi kegagalan mekanisme pasar dengan car mengatur pendanaan, sehingga dana dari pajak dapat dipakai untuk mendanai Research and Development software, pelatihan bagi tenaga IT, sampai ke penyediaan hardware bagi RS yang tidak mampu. Dalam hal ini SIM RS belum dianggap sebagai “public-good” yang perlu didanai oleh pemerintah, atau bekerja sama dengan swasta dalam bentuk public-private-partnership.

Page 2: TOR Seminar SIM

Ketiga: Pengelola RS, sering mengambil jalan pintas yang mudah dengan mengkontrakkan IT ke pihak ketiga yang menggunakan closed-system dan tidak ada transfer teknologi. Sumber Daya Manajemen IT RS menjadi tidak berkembang. Akibatnya terjadi ketergantungan ke pihak kontraktor IT yang menghambat pengembangan untuk keperluan manajemen, penelitian, dan pendidikan.

Isu 2: Apa yang dapat dilakukan di masa depan?Pendanaan pemerintah.Dalam kebijakan ini maka pemerintah dapat mendanai pengembangan open system software yang dapat dipergunakan oleh seluruh rumahsakit pemerintah dan swasta. Dari sisi hardware, pemerintah dapat memberikan keringanan pajak untuk hardware yang dibeli oleh rumahsakit untuk masyarakat miskin, atau mensubsidi pembelian hardware.

Perlu dorongan agar IT RS berbentuk open-systemBelum banyak pengembang IT RS yang tertarik untuk bergerak ke pengembangan open system software ini karena umumnya masih fokus pada pengembangan sistem yang close. Padahal jika sistem yang berbasis open system ini dikembangkan, maka akan mempercepat pertumbuhan jumlah RS yang mengaplikasikan sistem informasi RS berbasis IT sehingga perkembangan ilmu dibidang inipun akan menjadi semakin cepat dan luas. Diharapkan pengembangn SIM RS berbasis open system ini diinisiasi oleh perguruan tinggi dan didanai oleh pemerintah maupun sumber lain.

Perlu keberanian direksi RSDalam hal ini direksi RS perlu melakukan keberaniann untuk berubah ke open-system. Keberanian ini perlu didukung oleh konsultan tim IT yang baik, sistem kerjasama antara RS yang menggunakan model chain-hospital (jaringan rumahsakit). Persiapan ini tidak mudah dan perlu waktu yang cukup.

Isu 3: Apa yang dikerjakan oleh PMPK UGMPPMPK UGM telah memulai pengembangan sistem Itrumahsakit yang open-system dan open-source sejak beberapa tahun yang lalu dimana sistem dikembangkan secara modular. Modul Billing System adalah yang pertama dikembangkan dan telah diaplikasikan di beberapa RS Daerah, dan dikembangkan juga oleh beberapa RS swasta RS vertikal. Saat ini pengembangan yang telah dilakukan tim UGM meliputi modul sistem billing, sistem inventory dan sistem aset (sedang dalam pengembangan) yang pada akhirnya akan menuju pada sistem akuntansi yang utuh. Modul modul ini relevan untuk menyiapkan RS dalam menghadapi era diberlakukannya UU mengenai BPJS.

Untuk mensosialisasikan upaya yang telah dilakukan, maka dipandang perlu mengadakan suatu seminar yang akan memaparkan hasil-hasil pengembangan dan mengumpulkan masukan dari pihak-pihak yang diharapkan untuk kemajuan pengembangan lebih lanjut.

TujuanSeminar ini secara lebih spesifik bertujuan untuk:

Page 3: TOR Seminar SIM

1. Membahas kebijakan pemerintah dalam pengembangan SIM RS yang bersifat Open-System dan Open-Source

2. Mensosialisasikan progress pengembangan SIM RS berbasis open system yang telah dikembangkan oleh PMPK FK UGM

3. Mendapatkan masukan untuk pengembangan lebih lanjut4. Menyusun strategi implementasi sistem di RS.

PesertaDiharapkan pada seminar ini hadir:

1. Dirjen BUK dan stafnya di Kementerian Kesehatan RI2. ARSADA Pusat3. ARSADA Jateng 4. ARSADA Jatim5. Asosiasi RS Pendidikan6. Asosiasi RS Vertikal 7. RS Akademik UGM8. SIMKES9. RSUP Dr. Sardjito10. Para pemerhati dan konsultan manajemen RS.

Agenda

Sesi 1: 09.00 – 10.00Topik presentasi:

1. Overview tentang ideologi open system; perbedaannya dengan close system dan free-ware

2. Konsep pengembangan SIM RS berbasis open system untuk RS nirlaba, RS Pendidikan dan hubungannya dengan konsultan IT.

Pembicara: Laksono TrisnantoroPembahas: Dirjen BUK, Kementerian Kesehatan

Sesi 2: 10.30 – 12.30Topik presentasi

1. Pengembangan SIM RS yang dikerjakan oleh PMPK FK UGM2. SIA berbasis open system untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi

pengelolaan RS3. Demo software4. Diskusi, pembahasan dan penyusunan rencana tindak lanjut

Pembicara: dr. Gugu Sanjaya, MSc/Anis Fuad, SKed., DESS dan Dra. Susty Anastasia, Ak, PhD

Penutup dan makan siang

Kontribusi peserta: Rp 200.000,-

Page 4: TOR Seminar SIM

Pendaftaran: