tnjauan pstaka geofis
TRANSCRIPT
BAB II
PENDAHULUAN
Geofisika mempelajari segala tatanan kebumian di perut bumi yang tidak dapat
dijangkau oleh mata kita. Untuk mencapai tujuan tersebut teknik geofisika memegang
peranan penting, yaitu dengan hanya meakukan pengamatan dipermukaan bumi dan atau
dari udara dengan menggunakan peralatan tertentu. Para ahli kebumian berkesimpulan
bahwa negara kepulauan Indonesia terletak pada posisi unik, yaitu diapit oleh lempengan
Australia di selatan, lempengan pasifik di Timurlaut dan lempengan Asia di baratlaut. Oleh
karena itu lempengan tadi saling bergerak menuju ke arah kepulauan ini dan mendesaknya,
maka tidak heran bila negara kepulauan ini mengalami tekanan dar segala penjuru yang
menghasilkan tatanan geologi yang rumit. Sesar, lipatan, cekungan, pegunungan, dan
gunung api terdapat membentang di seluruh nusantara. Peristiwa geologi ini menghasilkan
suatu pembentukan struktur geologi yang erat hubungannya dengan mineralisasi dan
pengendapan sumber energi seperti : minyak dan gasbumi, batubara dan panasbumi. Sektor
mineral memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia. Mineral logam utama yang
ditambang ialah nikel, tembaga, timah, emas aluminium, kromit, dan mangan. Minyak dan
gas bumi merupakan komoditi ekport yang utama skarang ini berjumlah lebih kurang
separuh seluruh ekspor.
Geofisika adalah metoda yang mempelajari Bumi dan Batuan menggunakan
pendekatan-pendekatan Fisika dan Matematika. Ilmu Geofisika merupakan Ilmu antara
Geologi dan Fisika, oleh karena itu konsep-konsep Geologi dan Fisika harus dapat diterapkan
pada bidang ini.
Geofisika mempelajari aspek-aspek fisik dan dinamik bumi padat (solid Earth)
mulai dari inti bumi sampai lapisan terluar (kerak). Pengkajian tersebut didasarkan pada
penerapan hukum dan konsep fisika yang ditunjang oleh ilmu lain diantaranya: matematika,
geologi dan ilmu kebumian lainnya, komputasi dan instrumentasi. Oleh karenanya dalam
mempelajari Geofisika tidak dapat dipisahkan antara aspek keilmuan dan aspek
aplikasi/terapan. Aplikasi geofiisika unutk eksplorasi disebut Eksploration Geophysics, atau
Geofisika eksplorasi atau Geofisika terapan.
Eksplorasi geofisika terdiri dari bermacam-macam metoda, satu sama lain,
tergantung pada perbedaan sifat fisik dari batuan, mineral dan bijih dari endapan yang
diukur, cara melakukan eksplorasi dan hasil akhir yang diharapkan. Metode itu teridiri
antara lain:
a. Metode aktif meliputi metode geolistrik, elektromagnetik, dan seismic yang
dilakukan dengan memberikan gangguan berupa arus listrik ataupun getaran ke
bawah permukaan bumi.
b. Metode pasif meliputi metode magnetik, gaya berat dan radioaktif yang dilakukan
dengan mendeteksi anomali-anomali yang terdapat di alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metoda Geolistrik
Metoda geolistrik adalah metoda eksplorasi geofisika yang kompleks
karena terdiri dari bermacam-macam metoda. Diantaranya metode tahanan
jenis (resisitivity), metode potensial diri (self potential), metoda potensial
terimbas (induced potential), metoda misse a la masse, metode potensial dan
lain-lain.
Geolistrik adalah salah satu metoda dalam geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas permukaan
meliputi pengukuran medan potensial, arus dan elektromagnetik yang terjadi
baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.
SIFAT KELISTRIKAN BATUAN
Batuan mempunyai sifat-sifat kelistrikan karena batuan merupakan
suatu jenis materi. Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan
bila dialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam
itu sendiri akibat terjadinya ketidakseimbangan atau arus listrik yang sengaja
dimasukkan ke dalamnya. Dalam hal ini akan dipelajari tentang potensial
listrik alam dari batuan, konduktivitas batuan dan konstanta dielektrik batuan.
Potensial Listrik Batuan.
Potensial listrik batuan adalah potensial listrik alam atau potensial
diri disebabkan terjadinya kegiatan elektrokimia atau kegiatan alam. Faktor
pengontrol dari semua kejadian ini adalah air tanah. Potensial ini berasosiasi
dengan pelapukan mineral pada bodi sulfida, perbedaan sifat batuan
(kandungan mineral) pada kontak geologi, kegiatan bioelektrik dari materi
organik korosi, gradien termal dan gradien tekanan. Potensial alam ini dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu potensial elektrokinetik, potensial
diffusi, potensial nerust dan potensial mineralisasi.
1. Potensial Elektrokinetik. Potensial ini disebabkan bila suatu larutan bergerak melalui suatu pipa
kapiler atau medium yang berpori.
2. Potensial Diffusi. Potensial ini disebabkan bila terjadi perbedaan mobilitas dari ion dalam
larutan yang mempunyai konsentrasi berbeda.
3. Potensial Nerust. Potensial ini timbul bila suatu elektroda dimasukkan ke dalam larutan
homogen.
4. Potensial Mineralisasi. Potensial ini timbul bila dua elektroda logam dimasukkan ke dalam
larutan homogen. Harga potensial ini paling besar bila dibandingkan dengan jenis potensial
lainnya. Biasanya potensial ini timbul pada zona yang mengandung banyak sulfida, graphite dan
magnetik.
Sedangkan jenis penyebab potensial alam lainnya, seperti korosi,
bioelektrik, gradien temperatur dan gradien tekanan sudah tercakup dalam
salah satu dari kelompok di atas.
Konduktivitas Listrik Batuan.
Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen.
Karena adanya ikatan ini maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus
listrik. Aliran arus listrik dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan
konduksi secara dielektrik.
1. Konduksi Elektronik. Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik dalam
batuan/mineral. Hal ini terjadi jika batuan atau mineral tersebut mempunyai banyak elektron
bebas, akibatnya arus mudah mengalir pada batuan ini. Sebagai contoh, batuan yang banyak
menagndung logam.
2. Konduksi Elektrolitik. Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan atau mineral yang bersifat
porus dan pori-porinya tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini arus listrik mengalir
akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi dengan cara ini lebih lambat daripada
konduksi elektronik.
3. Konduksi Dielektrik. Konduksi ini terjadi pada batuan yang lebih bersifat dielektrik, artinya
batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi
karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron dalam atom batuan
dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dari intinya sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini
sangat bergantung pada konstanta dielektrik batuan yang bersangkutan.
Konduktivitas batuan berpori bervariasi tergantung pada volume,
susunan pori dan kandungan air di dalamnya. Padahal konduktivitas air itu
sendiri bervariasi yaitu tergantung pada banyaknya ion yang terdapat di
dalamnya.
Survei geolistrik adalah survei pengukuran tahanan jenis (resistivity)
masa batuan di lapangan dengan menggunakan alat resistivy meter. Hasil
tahanan jenis batuan/sifat kelistrikan batuan merupakan gambaran
karakteristik dari jenis batuan dan sifat fluida yang dikandungnya. Adapun
manfaat dari aplikasi survei ini antara lain dalam bidang-bidang :
1. Pertambangan
2. Teknik sipil dan geoteknik
3. Kimpraswil (Pemukiman dan Prasarana Wilayah)
4. Pengairan
5. Tata lingkungan, dll
Adapun survey geolistrik banyak dimanfaatkan dalam pekerjaan-
pekerjaan seperti:
1. Survei bawah permukaan pada perencanaan bendung, jalan, pondasi dalam, lokasi TPA, dll
2. Survey potensi akuifer airtanah/air bawah tanah dan pelacakan sungai-sungai bawah tanah
3. Survei potensi pencemaran leachate limbah industri pada lingkungan bawah tanah
(subsurface)
4. Water Resource management dalam bidang penyediaan air baku
5. Pemetaan zona jenuh air dan bidang kelongsoran tanah
6. Pemetaan zona kedap dan zona porous batuan/tanah
7. Pemetaan dan remediasi zona instrusi air laut pada akuifer pantai, dll
Survei geolistrik menggunakan kondktivitas mineral dan batuan atau
kebalikannya (tahanan jenis), untuk memperkuat informasi geologi dekat
permukaan. Metode tersebut digunakan untuk menyelidiki kondisi bawah
permukaan dengan mempelajari ifat aliran listrik pada batuan di bawah
permukaan bumi. Penyelidikan tersebu meliputi pendeteksian besarnya
medan listrik yang mengalir di dalam bumi baik secara alamiah (metode pasif)
maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (metode aktif) dari permukaan.
Beberapa cara yang digunakan dalm metode geolistrik adalah:
1. Metode Geolistrik Tahanan Jenis
2. Metode Geolistrik Potensial Terimbas
3. Metode Geolistrik Potensial Diri
4. Metoda Radioaktif
5. Metoda Elektromagnitek
Metode geolistrik dapat digunakan pada beberapa kegiatan eksplorasi
berikut:
1. Geologi regional; struktur, stratigrafi, sedimentologi, dll
2. Hidrogeologi; muka airtanah, akifer, intrusi air asin, dll
3. Geoteknik; struktur geologi, konstruksi, porositas dan permeable batuan.
4. Pertambangan; penyebaran endapan mineral, potensi bahn galian dll
5. Arkeologi; candi terpendam
6. Panasbumi; kedalaman, penyebaran, daerah panas bumi tahanan jenis rendah
7. Minyak bumi; struktur, kontrak air minyak, logging geofisika, dll.
Metoda Tahanan Jenis
Resistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah besaran /
parameter yang menunjukan tingkat hambatannya terhadap arus listrik.
Bahan yang mempunyai resistivitas makin besar, berarti makin sukar untuk
dilalui arus listrik. Biasanya tahanan jenis diberi simbol r. Tahanan jenis adalah
kebalikan dari daya hantar jenis yang diberi simbol s. Jadi, r = 1/s. Satuan r
adalah ohm meter (Ωm)
Metoda resistivitas adalah metode geofisika untuk menyelidiki
struktur bawah permukaan berdasar perbedaan resistivitas batuan.
Resistivitas batuan bervariasi menurut jenis batuan, porositas, dan
kandungn fluida (minyak, air , gas).
Jenis
batuan
Resis
tivitas (ohm
meter)
Gran
ite (batuan
beku)
Ande
site (batuan
beku)
Slate
3 x
102 - 106
1.7 x
102 (dry) –
4.5 x 104
(wet)
6 x
s (metamorf)
Mar
ble
(metamorf)
Lime
stone
(sediment)
Sand
stone
(sediment)
Alluv
im and sands
(sediment)
Oil
sands
(sediment)
102 – 4 x 107
102 –
2.5 x 108
50 –
107
1 –
6.4 x 108
10 –
800
4 -
800
Metode tahanan jenis (resistivity) ini dilakukan berdasarkan
perbadaan harga tahanan jenis batuan yang terdapat pada daerah yang ingin
diselidiki. Metoda ini mempunyai dua pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Horizontal (sounding)
2. Pendekatan Vertikal (profiling)
Pengukuran resistivitas secara umum adalah dengan cara
menginjeksikan arus kedalam tanah melalui 2 elektroda arus (C1 dan C2), dan
mengukur hasil beda potensial yang ditimbulkannya pada 2 elektroda
potensial (P1dan P2). Aturan yang digunakan umumnya aturan elektroda
Wenner atau Schlumberger. Makin jauh rentang elektroda arus, makin dalam
penetrasi pendugaan yang dihasilkan. Dari data harga arus (I) dan beda
potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu ( ρa) sebagai berikut :
dimana k adalah faktor geometri yang tergantung pada pengaturan
dari 4 elektroda yang telah disebut sebelumnya. Nilai resistivitas yang dihitung
bukanlah nilai resistivitas bawah permukaan yang sebenarnya, namun
merupakan nilai semu (apparent) yang merupakan resistivitas dari bumi yang
dianggap homogen yang memberikan nilai resistansi yang sama untuk
susunan elektroda yang sama. Untuk menentukan nilai resistivitas bawah
permukaan yang sebenarnya diperlukan proses perhitungan secara inversi
maupun forward dengan menggunakan bantuan komputer, meskipun
perhitungan secara manual masih banyak dilakukan dengan tingkat
subyektifitas yang sangat besar, sebagaimana pada cara-cara kumulatif Moore,
Kurva Barnes, maupun Curve Matching
Jenis metode tahanan jenis dan polarisasi terimbas sering digunakan.
Untuk mengukur tahanan jenis, suatu arus diinjeksikan ke dalam tanah dengan
dua input atau elektroda arus. Potensial dihasilkan oleh arus yang diukur
sebagai suatu beda tegangan antara dua output atau elektroda potensial.
Kedalaman penetrsi dari pengukuran sebanding terhadap jarak antara
elektroda arus dan potensial, dan variasi dari konfigurasi elektroda yang
digunakan pada endapan yang berbeda. Sedangkan pada survei polarisasi
terimbas, elektroda potensial dan arus ditempatkan dalam tanah dan
diinjeksikan arus listrik.
Tahanan jenis semu (apparent electrical resistivity) ρa dari suatu formasi geologi
diperoleh dari hubungan berikut ini:
ρa = R (A/L)
yang mana R adalah tahanan terhadap arus listrik searah I (yang menyebabkan terjadinya
perbedaan potensial V) pada blok satuan dari material batuan dengan luas penampang A dan
panjang L. Di dalam material yang jenuh air, ρa tergantung pada kepadatan dan porositas
dari material dan salinitas dari fluida yang terkandung di dalam material ini. Hukum Ohm
merupakan hukum dan konsep dasar dari cara pendugaan geolistrik tahanan jenis ini.
Dalam praktek aktifitas pendugaan geolistrik di lapangan, suatu arus listrik yang
besarnya diketahui dilewatkan dari suatu alat duga geolistrik ke dalam tanah, yakni melalui
sepasang elektrode arus yang dipasang, katakanlah di titik-titik A dan B. Kemudian selisih
potensialnya diukur, yaitu melalui sepasang elektrode potensial yang ditancapkan di titik-
titik M dan N. Titik-titik A, M, N, B diusahakan berada dalam suatu garis lurus. dengan
menggunakan rumus:
Pengukuran di laboratorium
Resistivitas atau tahanan jenis dapat ditentukan dengan menggunakan hukum ohm I = A
ÑV / r L, yang berlaku untuk arus listrik I yang melewati bahan berbentuk silinder dengan lua
penampang A dan panjang L dan diberi beda tegangan ÑV antara ujung-ujungnya. I, ÑV, A dan L
V1 V2
L
AI
dapat diukur secara langsung dengan menggunakan amperemeter, volt meter, jangka sorong, dan
alat ukur panjang.
Hukum Ohm
Untuk arus listrik sederhana (sejajar)
Arus listrik I yang melalui suatu bahan berbentuk silinder (gambar 2) akan berbanding
langsung dengan luas penampang A, berbanding terbalik dengan panjangnya L.
Gambar 2. Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder oleh beda potensial
antara kedua ujungnya.
Dengan demikian dapat ditulis relasi I = σ A ΔV/L, dengan σ adalah daya hantar jenis bahan
yang bersangkutan. Kalau yang dipergunakan bukan daya hantar jenis, tetapi tahanan jenis
bahan ρ, maka rumus diatas menjadi
I = A ΔV/ ρL (1)
Dengan ρ = 1/ σ
Untuk arus listrik menyebar (simetri bola)
Arus listrik yang menembus permukaan bola berongga yang luasnya A, tebalnya dr, dan
beda potensial dV antara bagian luar dan dalam adalah:
I=− A dV
ρ dr (2)
Karena luas permukaan bola A = 4 π r2, maka relasi itu menjadi :
I=−4 πr2 dVρ dr (3)
Tanda negatif menunjukan bahwa arus mengalir dari tempat berpotensial tinggi ke
rendah.
Potensial oleh elektroda arus tunggal di permukaan medium setengah tak berhingga
R dr
Gambar 3.
Pola arus listrik yang dipancarkan oleh elektroda arus tunggal i permukaan medium setengah tak
berhingga
Untuk arus seperti gambar 3 akan berlaku hukum ohm :
I=− A dVρ dr (4)
Karena luas setengah bola A = 2 π r2, maka arus I menjadi :
I=−2 πr2 dVρ dr (5)
atau
dV =− ρ I dr
2 πr 2 (5)
Sehingga potensial disuatu titik sejauh r dari pusat arus adalah :
V=∫ dV=∫0
r− ρ I dr
2πλ2dλ= ρ I
2 πr (6)
Potensial oleh elektroda arus ganda di permukaan medium setengah tak
berhingga
r1 r2
r3 r4
Gambar 4. Arus listrik dilewatkan pada elektroda arus A dan B. Elektroda M dan N adalah elektroda potensial (beda potensialnya akan dan diukur / ditentukan)
Karena potensial adalah besaran skalar, maka potensial diseberang titik oleh elektroda
arus ganda akan merupakan jumlahan potensial oleh 2 elektroda arus tunggal.
Oleh kaena itu, dengan menggunakan persamaan (6), potensial di titik M oleh arus yang
melewati elektroda A dan B (Gambar 4) adalah:
V M=1 ρ2 π ( 1
r1
−1r2) (7)
Tanda negatif pada persamaan (7) disebabkan oleh arus yang harus berlawanan pada
elektoda arus ganda.
Potensial di titik N adalah:
V N=1 ρ2π ( 1
r3
−1r 4) (8)
Dengan demikian beda potensial antara titik M dan N adalah:
ΔV=V M−V n=lρ
2 π ( 1r1
−1r2)−( 1
r3
−1r4) (9)
Untuk konfigurasi Wenner, r1 = r4 =a dan r2 = r3 = 2a, maka persaman (9) menjadi:
ΔV= lρ2 π {( 1
a1
− 12 a )−( 1
2 a−1
a )}= 1 ρ2 πa
(10)
sehingga:
l
Var 2
(11)
Untuk konfigurasi Schlumberger, r1 = s – b, r2 = s + b, r3 = s + b, r4 = s-b, persamaan (9)
menjadi:
ΔV=lρ2 π {( 1
s−b−
1s+b )−( 1
s+b−
1s−b )}=1 ρ
2 π4 b
s2−b2 (12)
Bila b << a (ekstrinsitasnya kecil), maka persamaan (12) dapat dituliskan sebagai:
Δρ≈2 lρh
πs2 (13)
sehingga:ρ≈ πs2
2 b ( ΔVl )
(14)
Persamaan (11) dan (14) memberikan hubungan antara ρ dengan (ΔV/l). Faktor
yang menghubungkan antara keduanya mempunyai harga yang hanya tergantung dari
konfigurasi atau geometri dari elektroda-elektroda arus dan tegangan. Oleh karena itu factor
tersebut disebut factor geometri.
Faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah : K = 2 π a
Faktor geometri untuk konfigurasi Schlumberger adalah : K =
πs2
2 b
Persamaan (11) dan (14) diturunkan berdasakan hokum ohm pada
medium homogen setengah tak berhingga yang secara fisis tidak ada asumsi
lain yang berlaku. Dengan demikian pengukuran dengan konfigurasi elektroda
apapun (pada medium setengah µ) harus memberikan harga resistivitas yang
sama, yaitu resistivitas medium yang sebenarnya (true resistivity)
Konfigurasi Elektroda Pengukuran.
Berdasarkan susunan penempatan elektroda pengukuran terdapat berbagai jenis
konfigurasi pengukuran, diantaranya konfigurasi Wenner, Schlumberger, bipol-dipol, Lee
partition, rectangle line source dan gradien 3 titik. Masing-masing konfigurasi ini memiliki
karakterisitik tersendiri, sehingga setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan kekurangan.
Setiap konfigurasi tersebut menghasilkan faktor geometri yang berbeda-beda, di mana faktor
geometri ini akan digunakan dalam perhitungan hasil pengukuran.
Konfigurasi pengukuran yang relatif banyak digunakan dalam
keperluan praktis di antaranya konfigurasi Schlumberger, Wenner, Wenner-
Schlumberger (gabungan) dan dipol-dipol.
L
l
BNA M
titik sounding
Gambar-6. Susunan elektroda metoda Schlumberger
I
V
1. Konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi ini juga dapat digunakan untuk resistivity
mapping maupun resistivity sounding. Cara pelaksanaan pengukuran untuk resistivity
mapping jarak spasi elektroda dibuat tetap untuk masing-masing titik amat (titik
sounding). Sedang untuk resistivity sounding, jarak spasi elektroda diubah-ubah secara
graduil untuk titik amat. Untuk aturan elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus jauh
lebih lebar dari spasi elektroda potensial seperti pada Gambar-6.
Dari persamaan
ρ = 2 π
{ 1r1
−1r2
−1r3
−+1r4}
ΔVI
dengan
r1 = jarak dari titik P1 ke sumber arus positif (L – l)
r2 = jarak dari titik P1 ke sumber arus negatif (L + l)
r3 = jarak dari titik P2 ke sumber arus positif (L + l)
r4 = jarak dari titik P2 ke sumber arus negatif (L – l)
Hal ini menghasilkan faktor geometri K dan resistivitas semu untuk metoda
Schlumberger adalah:
A M O N B
b bss
NMA B
V
a aa
0
Gambar-7. Susunan elektroda metoda Wenner
I
K=π (L2−l2)
2 l …
15
ρaS=πn(n+1 )(n+2)a ΔVI
… 16
2. Konfigurasi Wenner. Seperti pada konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner memiliki
konfigurasi yang sama, tetapi jarak antar elektrodanya sama. Jarak antar elektroda arus adalah
sama, seperti terlihat dalam Gambar7.
Dalam konfigurasi ini diketahui bahwa AM = MN = BN = a, sehingga harga faktor
geometri dan resistivitas semunya menjadi ;
KW=2 πa
… 17
ρaW=2 πaΔVI
… 18
Pendugaan geolistrik yang dilaksanakan menerapkan metode
pendugaan yang menggunakan susunan elektrode aturan Wenner (yang
merupakan bentuk khusus dari susunan Schlumberger dengan mengambil a =
MN = 1/3 AB). Setiap kali selesai dilakukan pengukuran, elektrode arus (C)
dan elektrode potensial (P) bersama-sama digerakkan atau dipindahkan
dengan jarak pindah sesuai dengan kedalaman duga menurut aturan tersebut.
Jarak atau spasi elektrode-elektrode menentukan kedalaman penetrasi arus
listrik ke dalam tanah. Untuk setiap kali pengukuran, nilai ρa dihitung atas
dasar hasil pengukuran perbedaan potensial, besar arus yang dikenakannya
dan spasi dari elektrode-elektrode tersebut. Dengan menerapkan susunan
elektrode Wenner ini (lihat gambar 1), bisa diperoleh harga-harga serta
hubungan antara nilai tahanan jenis semu (apparent specific resistivity) ρa
dengan besaran fisika R (tahanan listrik)
Harga atau nilai dari tahanan jenis lapangan (ohm meter) pada kedalaman duga (m)
diplot terhadap jarak spasi elektrodenya pada suatu kertas grafik log-log, yang membentuk
kurve atau garis-garis lengkung. Untuk tujuan interpretasi stratigrafi, maka kurve hasil
lapangan ini dibandingkan dengan kurve yang sudah baku (standard curve) dan sudah
diterbitkan. Kurve-kurve ini merupakan model teoritis untuk suatu geometri lapisan-lapisan
yang dibuat secara sederhana. Untuk pengolahan data maupun guna mendapat gambaran
yang teliti, maka diperlukan beberapa langkah pengerjaan sebagai berikut:
1) Tafsiran tentang banyaknya lapisan atau satuan batuan sampai kedalaman duga dan banyaknya
bidang-bidang perlapisan ditentukan berdasarkan atas gambaran titik potong kurve yang ada.
Lengkung logaritmis dalam skala log-log yang didapat dari hasil plotting data lapangan,
dicocokkan (matching) dengan lengkung (kurve) baku Wenner yang tersedia.
2) Apabila tidak bisa diperoleh suatu lengkung yang baik, maka diperlukan juga analisis kumulatif
Moore, dengan selang kedalaman 10 m. Selain itu data lapangan dianalisis pula dengan cara
Barnes. Dari hasil-hasil analisis ini akan diperoleh grafik vertikal sehingga dapat diduga dan
dievaluasi tentang keberadaan akuifer, posisi muka air tanah dan bidang perlapisan serta
kemungkinan terdapatnya pola struktur geologi. Guna mengetahui penyebaran batuan, telah
dilakukan pula korelasi antara titik duga satu dengan titik duga yang lainnya (berupa hubungan
secara lateral). Berdasarkan hasil analisis ini, akan dapat ditentukan lokasi-lokasi akuifer yang
diperkirakan paling potensial untuk dikembangkan sebagai dasar untuk menentukan lokasi
rencana dari titik sumur bor yang tepat.
3) Selain itu grafik vertikal yang didapat dengan selang kedalaman 10 m, dapat menunjukkan
selain letak muka air tanah juga posisi dari akuifer serta mungkin pula akuitar atau akuiklud,
jika memang ada.
Dengan mengikuti langkah pengerjaan yang telah diuraikan tersebut di atas, maka
bisa diperoleh faktor ketelitian yang lebih baik, sehingga sangat memudahkan untuk
melakukan evaluasi dan penafsiran.
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa pendugaan geolistrik (yang dalam hal ini adalah
pendugaan tahanan jenis), bertujuan untuk:
1) Mendapatkan data sifat kelistrikan (tahanan jenis semu) dari batuan atau satuan batuan di
lokasi duga sampai pada kedalaman sekitar 150 m.
2) Mengidentifikasi susunan batuan sampai pada kedalaman duga yang dirancang.
3) Mengidentikasi posisi atau letak dan kondisi batuan yang digolongkan bisa bersifat sebagai
akuifer, akuitar atau akuiklud.
4) Menentukan posisi atau letak dari muka air tanah serta arah gerakan air tanahnya.
5) Dapat mengidentifikasi struktur geologi yang dijumpai.
Hasil dari metode pendugaan geolistrik ini kemudian harus dikaitkan dengan
kondisi geologi dan geohidrologi, baik yang ditemukan di lapangan dari hasil survei maupun
dari publikasi yang sudah diterbitkan mengenai hal ini. Korelasi ini sangat penting untuk
justification