tm anat

36
2.1 ANATOMI OTOT PENGUNYAH TIARA Otot merupakan salah satu jaringan yang banyak terdapat didalam tubuh. Karena otot mempunyai fungsi untuk menggerakkan bagian-bagian pada tubuh, misal : menggerakkan tulang, sendi , dll. Otot dibagi menjadi 5 macam, yaitu : a) Otot mimik b) Otot pengunyah c) Otot perut d) Otot panggul dan e) Otot dada Otot pengunyah dan otot mimik mempunyai hubungan yang sangat erat karena sama-sama berada di daerah facial serat sama-sama mempunyai fungsi menggerakkan bagian facial. Otot bercorak yang membentuk wajah mempunyai sifat yang berbeda dengan otot yang lain. Otot-otot yang menggerakkan pipi, wajah dan mulut dapat diatur kontraksinya melalui mekanisme yang sama dengan otot- otot lain yang ada didalam tubuh. Disamping itu otot-otot ini dapat diatur gerakannya oleh emosi seseorang. Otot- otot ini akan berkontraksi sesuai dengan ekspresi wajah seseorang. Oleh karena itu otot ini dinamakan dengan otot mimik (Daniel,2005 ;38).

Upload: alocitta-anindyanari

Post on 19-Dec-2015

599 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

tm anat smt 1

TRANSCRIPT

Page 1: Tm Anat

2.1 ANATOMI OTOT PENGUNYAH TIARA

Otot merupakan salah satu jaringan yang banyak terdapat didalam tubuh.

Karena otot mempunyai fungsi untuk menggerakkan bagian-bagian pada tubuh, misal

: menggerakkan tulang, sendi , dll.

Otot dibagi menjadi 5 macam, yaitu :

a) Otot mimik

b) Otot pengunyah

c) Otot perut

d) Otot panggul dan

e) Otot dada

Otot pengunyah dan otot mimik mempunyai hubungan yang sangat erat

karena sama-sama berada di daerah facial serat sama-sama mempunyai fungsi

menggerakkan bagian facial.

Otot bercorak yang membentuk wajah mempunyai sifat yang berbeda dengan

otot yang lain. Otot-otot yang menggerakkan pipi, wajah dan mulut dapat diatur

kontraksinya melalui mekanisme yang sama dengan otot-otot lain yang ada didalam

tubuh. Disamping itu otot-otot ini dapat diatur gerakannya oleh emosi seseorang.

Otot-otot ini akan berkontraksi sesuai dengan ekspresi wajah seseorang. Oleh karena

itu otot ini dinamakan dengan otot mimik (Daniel,2005 ;38).

Selain otot mimik juga ada otot pengunyah yang juga berada di daerah facial.

Otot pengunyah ini mempunyai fungsi untuk menggigit makanan serta membantu

proses pengunyahan makanan agar proses masuknya makanan ke organ selanjutnya

dapat berjalan dengan baik.

Kelompok otot pengunyah dan otot mimik perlu dibedakan karena sama-sama

terletak di rahang bawah dan pipi.

Otot pengunyah di bagi menjadi 4 macam, tetapi ada 1 macam yang berfungsi

sebagai otot pembantu pada proses pengunyahan , yaitu :

Page 2: Tm Anat

a. M.masseterica mengangkat rahang bawah pada saat rongga mulut terbuka

b. M.pterygoideus menarik rahang bawah ke depan

c. M.temporalis menarik rahang bawah ke atas dank e belakang

d. M.buccinator (otot pembantu ) membentuk dinding seperti rongga mulut.

Origo pada proccesus sifoid pada mandibular dan insersio pada muskulus

orbicularis oris. Mempunyai fungsi menahan makanan pada saat mengunyah.

Otot pengunyah dan otot mimik mendapat persyarafan yang berbeda. Jika ada

salah satu kerusakan pada salah satu otot tersebut, maka tidak akan mengganggu otot

yang lain serta tidak akan menimbulkan efek kepada otot yang lain.

Karena sebagian besar otot pengunyah dipersyarafi oleh cabang motoris saraf

cranial dan proses pengunyahan diatur oleh nuclei pada otot tulang belakang.

Rangsangan pada hypothalamus, amigdala serta nuclei akan merangsang otot-otot

pengunyah untuk bekerja sesuai dengan fungsinya (Mohammad and Rizky, 2001).

Citta

Otot pengunyah merupakan salah satu jenis otot terkuat yang ada dari seluruh

otot yang ada pada tubuh (Seeley, 2006). Otot pengunyah ini terbagi menjadi otot

pengunyah primer dan otot pengunyah sekunder (pembantu). Otot pengunyah utama

terdiri atas otot temporalis, masseter, pterygoideal lateralis, dan pterygoideal medialis

seperti yang disebutkan sebelumnya (Fehrenbach & Herring, 2002), sedang otot

pengunyah sekunder terdiri atas digastricus venter anterior, geniohyoid, mylohyoid,

dan buccinator (Gaillard, 2014).

Otot-otot pengunyah ini bertanggung jawab dalam pergerakan menutup

rahang, menggerakkan rahang bawah (mandibula) ke depan dan belakang, dan

menggerakkan rahang bawah ke salah satu sisi. Pergerakan rahang ini hanya

melibatkan rahang bawah, sedang bagian cranium lainnya relatif stabil (Fehrenbach

& Herring, 2002).

Page 3: Tm Anat

2.1.1 Otot pengunyah primer

1. Otot Temporalis

Otot temporalis adalah otot yang luas, berbentuk seperti kipas, dan superior

terhadap arkus zygomaticus. Otot temporalis berorigo pada seluruh fossa temporalis

yang terikat pada sisi atas dari garis/linea temporal inferior dan di sisi bawah dari

krista infratemporalis. Kemudian secara inferior lewat dan berinsersio dengan proses

coronoideus (Fehrenbach & Herring, 2002).

Otot temporal dipersyarafi oleh nervus temporal dalam bagian depan dan

belakang yang merupakan cabang dari N.mandibula yang merupakan bagian dari

N.trigemus (Norton & Netter, 2012). Selain mendapat suplai saraf, otot masseter juga

dmendapat suplai arteri dari arteri maxilla (Tejaswi, 2013).

Gambar 1. Origo dan Insertio Otot Temporalis (Fehrenbach & Herring, 2006. P.111 )

2. Otot Masseter

Otot masseter merupakan otot yang letaknya paling superfisial dan merupakan

salah satu otot yang paling kuat. Otot masseter merupakan otot yang luas, tebal dan

berbentuk persegi panjang di setiap sisi wajah, dan anterior dari glandula parotid

(Fehrenbach & Herring, 2002).

Page 4: Tm Anat

Otot masseter memiliki dua kepala yakni kepala superfisial yang berukuran

lebih besar daripada kepala bagian dalam (Netter, 2012). Kepala superfisial dari otot

masseter berorigo dari 2/3 anterior dari batas bawah arkus zygomaticus, sedangkan

kepala bagian dalam berorigo dari 1/3 posterior dan seluruh permukaan medial dari

arkus zygomaticus (Fehrenbach & Herring, 2002).

Kedua kepala dari otot masseter ini secara inferior berinsersio dengan

mandibula (Fehrenbach & Herring, 2002). Bagian kepala superfisial berinsersio di

inferior angulus mandibula dan bagian lateral ramus mandibula, sedang bagian kepala

dalam berinsersio di superolateral dari ramus mandibula prosesus coronoideus

(Norton & Netter ,.2012).

Otot masseter mendapat suplai saraf dari nervus masseter yang merupakan

cabang dari bagian anterior nervus mandibula dari N. trigeminus, dan mendapat

suplai arteri dari cabang bagian kedua arteri maxilla (Tejaswi, 2013).

Gambar 2. Otot Masseter (Netter, 2012. P.226)

3. Otot Pterygoidea Lateralis

Otot pterygoidea lateralis merupakan otot yang pendek, tebal, berbentuk

kerucut, dan memanjang secara horizontal, posterior, dan lateral di antara fossa

infratemporalis dan condyl mandibula (Gaillard, 2014).

Page 5: Tm Anat

Otot pterygoidea lateralis memiliki dua kepala yang terpisah, yakni kepala

superior dan inferior. Keduanya dipisahkan oleh jarak kecil di bagian depan tetapi

tersambung kembali di bagian belakang (Fehrenbach & Herring, 2002).

Otot pterygoidea lateralis bagian atas berorigo di greater wing dari krista

sphenoid infra temporal dan berinsersio di diskus artikularis dan kapsula dari TMJ

(Temporo Mandibular Joint) (Norton & Netter, 2012).

Otot ini dipersarafi oleh bagian N.mandibularis yang merupakan bagian dari

N.trigeminus yang keluar dari foramen ovale dan membujur (lying medial) ke

pterygoidea lateralis (Norton & Netter, 2012). Otot ini juga mendapat suplai arteri

oleh cabang dari bagian kedua arteri maxillaris (Tejaswi, 2013).

Gambar 3. Otot Pterygoideus (Fehrenbach & Herring, 2002. P.111)

4. Otot Pterygoidea Medialis

Otot pterygoidea medialis terletak di dalam, akan tetapi memiliki bentuk yang

sama dengan otot masseter superficial (Fehrenbach & Herring, 2002). Otot ini

memiliki dua kepala yakni bagian dalam dan superficial. Pada bagian dalam, otot ini

berorigo di permukaan medial dari plate pterygoideus lateralis sedang untuk bagian

yang superfisial berorigo di tuberositas maksilaris of piramidal prosesus palatina.

Kedua kepala berinsersio di permukaan medial dari ramus dan angulus mandibula

Page 6: Tm Anat

(tuberkulum pterygoidea) (Norton & Netter, 2012). Otot ini dipersarafi oleh cabang

dari badan utama dari nervus mandibula dan dipervaskularisasi oleh bagian kedua

dari arteri maxillaris (Tejaswi, 2013).

2.1.2 Otot Pengunyah Sekunder (Pembantu)

1. Otot Digastricus Venter Anterior

Otot digastricus venter anterior memiliki fungsi sekunder pada proses

mengunyah sebagai otot depressor yang membantu aksi otot pterygoideus lateralis

ketika mulut akan terbuka dan membantu mengangkat tulang hyoid (Tejaswi, 2013).

Otot ini berorigo di mandibula dan berinsersio di tulang hyoid melalui tendon

interemdius serta mendapat suplai saraf dari nervus mandibularis yang berasal nervus

trigeminus (CN V.3) dan arteri dari cabang submentalis dari arteri facialis

(Weerakkody & Jeremy, 2014).

2..Otot..Geniohyoid

Otot Geniohyoid termasuk dalam otot dasar mulut (Norton & Netter, 2012).

Otot ini berfungsi dalam membantu menaikkan tulang hyoid dan menarikknya maju,

lalu ketika posisi hyoid tetap maka mandibula akan berdepresi (Tejaswi, 2013). Otot

ini posisinya lebih superior dari muskulus mylohiod dan berorigo di tuberkulum

genial inferior serta berinsersio di badan dari tulang hyoid. Selain itu Geniohyoid

dipersyarafi oleh ramus ventral C1 yang mengikuti nervus hypoglossus (CN XII)

(Norton & Netter, 2012).

3. Otot mylohyoid

Otot Mylohyoid merupakan otot dasar mulut yang berukuran besar dan

berbentuk seperti kipas. Otot ini berorigo di linea mylohyoid dari mandibula dan

berinsersio di symphysis menti sulcus mylohyoid dari corpus tulang hyoid (Netter,

2012). Peran dari Otot ini adalah untuk menaikkan dasar mulut untuk proses

Page 7: Tm Anat

penelanan makanan dan menaikkan tulang hyoid (Tejaswi, 2013). Otot ini

dipersyarafi oleh nervus mylohyoid dari calveolar inferior dari cabang

N.mandibularis dari N.trigeminus (CN V3) (Norton & Netter, 2012).

4. Otot Buccinator

Otot buccinator sebenarnya termasuk ke dalam jenis otot mimik atau ekspresi

wajah (Norton & Netter, 2012). Otot ini berorigo pada proccesus sifoid pada

mandibular dan insersio pada muskulus orbicularis oris. Otot ini nempunyai fungsi

menahan bolus di antara pipi dan gigi dan dipersyarafi oleh nervus facialis (CN VII)

(Norton & Netter, 2012).

Dapus Tiara:

Wibowo,Daniel.2005.Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta;PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Judha Mohammad NS dan Rizky Erwanto.2001.Anatomi dan Fisiologi Manusia

Sederhana.Yogyakarta;Gosyen Publishing.

Dapus Citta:

Fehrenbach, Margaret J & Herring, Susan W. 2006. Illustrated Anatomy of The Head and Neck. 3rd Ed. USA : Elsevier Science Health Science div. pp. 108-111

Gaillard, Frank. 2014. Muscle of Mastication. [Online] Available from: http://radiopaedia.org/articles/muscles-of-mastication. [Accessed: 7th December, 2014, 6.37 PM]

Norton, Neil S & Netter, Frank H. 2012. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. 2nd Ed. PA: Elsevier Saunders. Pp. 162, 224-226, 339

Tejaswi, K. L. (2013). Muscles of Mastication. [Online] October 2013. Available from: http://ptbd.in/images/Muscles%20of%20Mastication.pdf. [Accessed : 7th December, 2014, 6.37 PM]

Seeley, Rod R., Stephens, T. D., Tate, Philip. 2002. Essentials of Anatomy & Physiology, 4th Ed. NY: McGraw Hill. P.171

Weerakkody, Yuranga & Jones Jeremy. 2014. Digastric Muscle. [Online] Available from: http://radiopaedia.org/articles/digastric-muscle. [Accessed: 10th December 2014, 9.15 AM]

Page 8: Tm Anat

2.2 FISIOLOGI OTOT PENGUNYAH AJENG

Musculi masticatorii menggerakkan rahang bawah ke atas dan ke bawah ketika

menggigit, juga ke samping,ke depan, dan ke belakang saat mengunyah. Otot-otot

tersebut adalah Musculus masseter yang berasal dari lengkung zygomaticus menuju

ke sudut rahang bawah, Musculus temporalis yang berasal dari tulang temporal dan

berinsersi ke rahang bawah, dan musculus-musculus yang lebih kecil, yang juga

berasal dari tengkorak kepala ke arah rahang bawah. (Watson, 2002)

Fungsi masing-masing otot pengunyah (Wibowo dan Paryana, 2009)

1. Musculus Masseter mempunyai origo pada arcus zygomaticus dan berinsertio

pada permukaan lateral ramus mandibulae sekitar angulus mandibulae. Otot

ini merupakan otot penutup mulut yang kuat dan dipergunakan untuk

memeriksa fungsi motorik nervus trigeminus.

2. Musculus pterygoideus lateralis berorigo pada lamina lateralis processus

pterygoideus dan ala magna ossis sphenoidalis, serabutnya mengarah ke

belakang berinsertio pada condylus mandibularis. Kontraksi otot ini akan

menarik processus condyloideus ke belakang sehingga mulut terbuka

3. Musculus pterygoideus medialis berorigo pada lamina medialis processus

pterygoideus dan berinsertio pada permukaan dalam ramus mandibulae dekat

angulus mandibulae. Kontraksi otot ini akan menutup mulut.

4. Musculus temporalis melekat ada squadma ossis temporalis dan berinsertio

pada processus coronoideus mandibulae.

Dari keempat otot pengunyah ini, hanya musculus pterygoideus lateralis yang

berfungsi membuka mulut, pada hakekatnya gerakan membuka mulut adalah pasif

dibantu gravitasi dan gerakan menutup mulut adalah aktif.

Page 9: Tm Anat

Otot yang terlibat pada pergerakan rahang (Wijaya,2011)

1. Depresi Mandibula

Aktifitas bilateral yang bersamaan dari bagian inferior m.pterigoideus lateralis dan

m.digastricus serta suprahioideus yang lain, dengan antagonis dari elevator yang

terkoordinasi. Pada umumnya pergerakan ini dimulai oleh m.pterigoideus lateralis

dan m.digastricus baru bekerja kemudian. Moller (1966), pada suatu penelitian

elektromiografikal klasik menemukan bahwa digastrikus itu diaktifkan lebih dulu dari

m. pterigoideus lateralis pada depresi fungsional, misalnya pengunyahan.

2. Gerakan protrusi.

Aktivitas bilateral yang bersamaan dari bagian inferior m.pterigoideus lateralis,

dibantu oleh m.masseter dan m.pterigoideus medialis. m.digastrikus dan m.temporalis

posterior mengakibatkan efek antagonis.

3. Gerakan retrusi

Aktivitas bilateral yang bersamaan dari bagian posterior dan tengah m.temporalis dan

m. digastrikus serta suprahioideus yang lain. Aktivitas bersamaan yang bilateral dari

bagian superior m.pterigoideus lateralis mengontrol retrusi diskus dalam sendi

Temporomandibula. Bagian inferior dari pterigoideus lateralis sebagai antagonis.

4. Pergerakan lateral mandibula

Pergerakan lateral mandibula dicapai dengan mengkoordinasikan pergerakan-

pergerakan secara bersamaan pada saat yang sama dari sisi kerja m.temporalis dan

sisi istirahat m.pterigoideus, misalnya m.pterigoideus medialis dan bagian inferior m.

pterigoideus lateralis. Yang terakhir ini memutar mandibula menyebrangi garis

tengah dalam bidang horizontal sementara sisi kerja m. temporalis membantu putaran

lateral dan menstabilkan kerja kondil, membantunya untuk bekerja sebagai suatu

poros untuk pergerakan lateral. Aktivitas kerja yang terkoordinir dari elevator dan

depressor dari kedua sisi menempatkan bidang vertikal, dimana pergerakan lateral

menjadi datar.

Page 10: Tm Anat

5. Elevasi

Pada waktu yang sama, aktivitas bilateral m.masseter, m.pterigoideus medialis dan

m.temporalis dengan antagonis yang disatukan dari kelompok suprahioideus.

Aktivitas gabungan yang terkoordinasi dari bagian superior m.pterigoideus lateralis.

Dafpus

Watson Roger. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. 2002. ed 10. Penerbit Buku

Kedokteran egc. pp 201

Wibowo Daniel S dan Paryana Wijaya.Anatomi Tubuh Manusia.2009. Graha Ilmu.

pp 552-554

Wijaya Muhammad Fajrin.Gangguan psychophysiologic sebagai salah satu penyebab

kelainan pada sendi temporomandibula.2011.Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin.pp 14-15

2.3 PATOLOGI

2.3.1 HIPERTROFI MASSETER (FIRZA & ERIN)

ERIN

Pengertian

Otot masseter penting untuk pengunyahan adekuat dan berada di bagian

lateral ramus mandibula, dan penting untuk estetik wajah (Kebede & Magersa, 2001).

Hipertrofi masseter diakui sebagai pembesaran asimtomatik dari salah satu atau

kedua otot masseter (Bas et al., 2010).

Secara klinis, hipertrofi masseter muncul sebagai pembengkakan atas ramus

mandibula yang menuju ke atas, yang karakteristiknya menjadi lebih menonjol dan

tegas ketika pasien clenching gigi (Laskaris, 1994).

Hipertrofi masseter merupakan kondisi yang jinak dimana otot tersebut

membesar simetris maupun asimetris, dengan intensitas sinyal yang normal saat

Page 11: Tm Anat

dibandingkan dengan otot yang tidak membesar (Mandel & Tharakan, 1999) Kondisi

ini jinak, tanpa gejala, dan harus dibedakan dari penyakit kelenjar parotid, masalah

odontogenik, dan neoplasma langka jaringan otot (Kebede & Magersa, 2001).

Hipertrofi masseter dapat mengubah garis wajah, dan menghasilkan ketidaknyamanan

dan memberi dampak negatif kosmetik untuk banyak pasien. Alasan mengapa pasien

meminta konsultasi medis sebagian besar adalah terkait dengan estetika, terutama jika

hipertrofi adalah sepihak karena asimetri terlihat dari sepertiga bagian bawah wajah.

(Kebede & Magersa, 2001).

Jenis

Sebagian besar kasus hipertrofi masseter yaitu bilateral dan simetris. Namun

asimetris juga tidak jarang terjadi (Bas et al., 2010). Bilateralisme sangat sugestif

untuk hipertrofi jinak. Namun, hipertrofi masseter juga dapat terjadi secara unilateral

(Mandel & Tharakan, 1999). Menurut Teixeira, ada dua jenis masseter hipertrofi otot,

yaitu bawaan atau keluarga dan diperoleh karena hipertrofi fungsional (Rispolil et al.,

2008). Hipertropi masseter dapat berupa bawaan atau fungsional sebagai hasil dari

fungsi peningkatan otot, bruxism, atau kebiasaan pengunyahan yang berlebihan oleh

masseter (Laskaris, 1994).

Penyebab

Penyebab kondisi ini masih belum diketahui. Beberapa penulis

menghubungkan hipertrofi idiofatik masseter dengan berbagai kondisi (Rispolil et al.,

2008). Pembesaran otot tersebut biasanya merupakan hipertrofi kerja yang paling

sering menyebabkan adalah clenching, kebiasaan yang tidak disadari. Bruxing saat

tidur, mengunyah permen karet dengan konstan, dan pengunyahan makanan yang

keras juga bisa menyebabkan hipertrofi masseter. Namun, aktivitas yang tidak

bertujuan seperti clenching dan bruxing, lebih mungkin dapat menyebabkan

peningkatan massa otot daripada mengunyah (Baert et al., 2008). Gigi yang rusak,

disfungsional pengunyahan, gangguan sendi temporomandibular juga dapat

menyebabkan hipertrofi masseter (Rispolil et al., 2008). Hipertrofi masseter sering

Page 12: Tm Anat

dikaitkan dengan atrisi gigi yang tampat maju karena keausan kronis dari clenching

dan bruxing. Masalah sendi temporomandibular dan kerusakan periodental mungkin

juga terlihat. (Baert et al., 2008)

Pembesaran otot masseter secara unilateral dapat terjadi karena adanya

malformasi vaskuler (Mandel & Tharakan, 1999) dan juga bisa karena pasien

mengunyah terutama pada satu sisi mulut.(Bas et al., 2010)

Penyembuhan

Ada banyak cara untuk memanajemen hipertrofi masseter termasuk bedah dan

non-bedah. Non-bedah berarti manajemen dengan penggunaan berbagai obat, seperti

botulinum toxin-A (botox) yang disuntikkan secara lokal di otot yang hipertrofi,

radiofrekuensi elektrokoagulasi, obat antianxiety, peregang otot, penggunaan belat,

fisioterapi, dan penyesuaian oklusal. Pilihan bedah saat ini mencakup reseksi otot

masseter, mereduksi sudut mandibula dan neuroctomy saraf masseter (Kumar &

Pillai, 2012).

Metode pengobatan tradisional untuk hipertrofi masseter adalah eksisi parsial

bedah otot masseter di bawah anestesi umum. Komplikasi dari bedah eksisi masseter

termasuk pembentukan hematoma, kelumpuhan saraf wajah, infeksi, keterbatasan

membuka mulut dan gejala sisa dari anestesi umum (Bas et al., 2010).

Injeksi botulinum toksin tipe A ke dalam otot masseter pertama kali diperkenalkan

oleh Smyth, Moore, dan Wood pada tahun 1994. Toksin botulinum tipe A adalah

injeksi yang menjadi modalitas pengobatan yang aman dan efektif dalam distonias

orofasial, sialorrhea, sindrom frey itu, hipertropi otot, dan lain-lain (Bas et al., 2010).

No. Etiologi Metode Non-bedah Metode Bedah

Page 13: Tm Anat

1 Emosional stress,

kegelisahan, dan

hiperfungsi masseter

Farmakoterapi-

anxiolytics, relaksan otot,

dan antidepresan

2 Gangguan oklusal,

bruxism kronis, dan

kebiasaan fungsional

Manajemen dental dan

ortodonti, koreksi kontal

oklusal prematur, belat,

pencegahan dan koreksi

kebiasaan parafungsional

dan maloklusi

3 Penurunan estetika akibat

hipertrofi unilateral atau

bilateral

Penyuntikan Botulinum

toxian-A ke otot

Pembedahan

reseksi intraoral

dan ekstraoral

mengenai ukuran

otot, penghilangan

sudut mandibula,

neurektomi saraf

masseter, reseksi

bukal pad lemak

4 Hipertrofi masseter parah

dengan gangguan estetik

dan fungsional

Radiofrekuesi

elektrokoagulasi untuk

reduksi volumetrik

Sumber: Masseteric Hypertrophy: An Orthodontic Perspective. The Journal of Indian

Orthodontic Society.Vol. 46

Pengobatan klinis didasarkan pada konseling psikologis untuk pasien dengan

gangguan kejiwaan, penggunaan mouthguards, anti kejang, dan obat anxiolytic,

Tabel 1. Macam-macam penyembuhan hipertrofi masseter

Page 14: Tm Anat

analgesik, dan terapi fisik. Hasil tersebut baik untuk pasien dengan hipertrofi ringan.

Belum ada laporan terpercaya mengenai literatur tentang tingkat keberhasilan terapi

klinis terisolasi. Pembedahan diusulkan untuk pertama kalinya oleh Gurney tahun

1947. Prosedur ini terdiri dari irisan submandibula dan penghilangan 3/4 sampai 2/3

dari semua jaringan otot yang ada dari otot aponeurosis atas ke perbatasan mandibula

lebih rendah. Sudut osteotomi mandibula didukung oleh Adams tahun 1950.

Penghilangan penyisipan otot masseter melalui sayatan segitiga dipekerjakan oleh

Martensson, tahun 1950 pada pasien dengan riwayat bruxism dan hipertrofi masseter

unilateral (Rispolil et al., 2008).

Manajemen pembedahan melibatkan bedah eksisi massa otot dengan atau

tanpa tonjolan tulang, yaitu prosedur yang disebut angloplasty, terutama bertujuan

untuk meningkatkan penampilan estetika pasien. Pada awalnya, pendekatan

ekstraoral menyediakan akses yang baik ke otot dan sudut mandibula. Hal tersebut

juga memiliki kelemahan yaitu menghasilkan bekas luka bedah yang mungkin tidak

bisa diterima, sejalan dengan risiko kerusakan pada saraf wajah cabang mandibula.

Pendekatan intraoral mengurangi kemungkinan cedera langsung ke cabang marginal.

Bagaimanapun, dengan perkembangan material dan teknik yang baru tentang

pembedahan (instrumen rotasi, pisau bedah, retraktor spesifik, dan yang paling baru,

intraoral endoskopi), pendekatan intraoral menjadi pilihan yang baik (Kumar & Pillai,

2012).

Daftar Pustaka

Baert, A. L., L. W. Brady, H. P. Heilmann, M. Knauth, M. Molls, C. Nieder, K.

Sartor. (2008) Medical Radiologi, Diagnostic and Radiation Oncology: Head

and Neck Cancer Imaging. Berlin: Springer

Baş, Burcu, Bora Özan, Mehtap Muğlalı, Nükhet Çelebi. (2010) Treatment of

Masseteric Hypertrophy with Botulinum Toxin: A report of Two Cases.

Medicina Oral Patologia Oral y Cirugia Bucal. [Online] Vol. 15. p.649.

Available from

Page 15: Tm Anat

http://www.medicinaoral.com/pubmed/medoralv15_i4_p649.pdf. [Accessed:

7 Desember 2014].

Kebede, Biruktawil, Shimalis Magersa. (2001) Idiophatic Masseter Muscle

Hypertrophy. Ethio J Health Sci. [Online] Vol. 21 (3,11) pp.209,210.

[Accessed: 7 Desember 2014].

Kumar, G. Sreejith, Babukkuttan Pillai. (2012) Masseteric Hypertrophy: An

Orthodontic Perspective. The Journal of Indial Orthodontic Society.Vol. 46

(4,10-12) p.235.

Laskaris, George. (1994) Color Atlas of Oral Diseases, 2nd Ed. New York: Thieme

Medical Publishers, Inc.

Mandel, Louis, Marsha Tharakan. (1999) Treatment of unilateral Masseteric

Hypertrophy with Botulinum Toxin: Case Report. Journal Oral Maxillofacial

Surgeon.[Online] p.1017. [Accessed: 7 Desember 2014].

Rispolil, Daniel Zeni, Paulo M. Camargo, José L. Pires Jr, Vinicius R. Fonseca,

Karina K. Mandelli, Marcela A.C. Pereira. (2008) Benign Masseter Muscle

Hypertrophy. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology. [Online] Vol. 74

(5,9-10) p.791. [Accessed: 7 Desember 2014].

MASSETER HIPERTROFI FIRZA

1. DEFINISI

Hipertrofi otot masseteric (MMH) pertama kali dijelaskan oleh Legg pada

tahun 1880 yang melaporkan kasus seorang gadis 10 tahun dengan bersamaan

idiopatik hipertrofi otot temporalis. Otot masseter sangat penting untuk

pengunyahan yang terletak lateral ke ramus mandibula, sehingga penting dalam

estetika wajah. Masseter hipertrofi akan mengubah garis wajah, menghasilkan

ketidaknyamanan dan dampak negatif kosmetik untuk banyak pasien (Arthur,

1954 & Daniel 2008).

Page 16: Tm Anat

Hipertropi masseter adalah suatu kondisi yang relatif jarang yang dapat terjadi

secara sepihak atau bilateral. Hipertrofi Unilateral- atau bilateral dari otot

masseter ditandai dengan peningkatan volume massa otot. Kondisi ini jinak, tanpa

gejala, dan harus dibedakan dari penyakit kelenjar parotid, masalah odontogenik,

dan neoplasma langka jaringan otot. Alasan mengapa pasien meminta konsultasi

medis sebagian besar adalah terkait dengan estetika, terutama jika hipertrofi

adalah sepihak karena asimetri terlihat dari sepertiga bagian bawah wajah

(Rispoli, 2008 & Rocco 1994).

Orang yang memiliki masseter besar (hipertrofi) memiliki rahang yang

berbentuk persegi. Hipertrofi otot masseter adalah asimtomatik, pembesaran jinak

otot satu atau kedua masseter. Ini adalah kondisi yang relatif jarang, dengan

sekitar 130 kasus yang dilaporkan dalam literatur sejak pertama kali dijelaskan.

Hal ini paling sering terlihat pada akhir masa remaja dan dewasa awal. Temuan

dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dari 90 pasien 4% berusia kurang

dari 10 tahun dan 3% lebih dari 40. Para pasien yang tersisa memiliki usia rata-

rata 30 tahun. Lima puluh tujuh persen dari pasien adalah laki-laki dan 43%

adalah perempuan (Riefkohl, R et al, 1984).

Gambar 5. Masseter Hypertrofi pada angulus mandibula kiri

2. PENYEBAB

Page 17: Tm Anat

Hipertrofi idiopatik otot masseter adalah gangguan langka yang penyebabnya

tidak diketahui. Beberapa penulis mengasosiasikannya dengan gigi rusak,

kebiasaan mengunyah permen karet, kelainan sendi temporo mandibular,

hipertropi bawaan dan fungsional, dan gangguan emosional (stres dan gugup).

Kasus ini biasanya terjadi pada orang yang mengunyah di sisi kiri (sisi yang

terkena) sejak kecil karena meyakini bahwa mengunyah di sisi kanan adalah

keluar dari norma. Kebanyakan pasien mengeluhkan perubahan kosmetik yang

disebabkan oleh asimetri wajah, juga disebut wajah persegi, namun, gejala seperti

trismus, tonjolan dan bruxism juga dapat terjadi (Waldhart, 1971).

Ada beberapa pertimbangan teoritis tentang etiologi hipertrofi otot masseter,

namun penyebab pastinya masih belum jelas. Beberapa penulis mengklaim bahwa

hasil stress emosional dalam mengepalkan kuat kronis rahang dan bruxism, yang

menyebabkan hipertrofi kerja otot. Mengunyah makanan seperti cumi-cumi

kering atau gusi dan rahang grinding (bruxism) dapat menyebabkan otot-otot

yang berlebihan di garis rahang yang dapat menyebabkan hipertrofi otot masseter

(Hitam MJ, 1985).

3. GEJALA

Pembatasan membuka mulut dan juga ketegangan di wilayah otot hipertrofi.

4. PENGOBATAN

Dr Gianpaolo Tartaro dan rekannya dari Seconda Università degli Studi di

Napoli, Italia, menggunakan toksin botulinum tipe A untuk mengobati pasien

dengan Hipertrofi Otot Masseteric (MMH). Pasien dengan MMH mengalami

pembesaran pada pipi, tepatnya pada otot masseter yang menyebabkan wajah

menjadi bengkak atau "berwajah persegi". Di masa lalu, pilihan pengobatan

hanya operasi plastik untuk menghilangkan bagian dari otot masseter atau rahang.

Hipertropi masseter dapat ditangani dengan suntikan Botox. Dalam

prakteknya operasi plastik Indianapolis, biasanya mulai memberikan 25 unit per

masseter. Hal ini tidak memberikan rasa sakit, dilakukan dengan 30 jarum

Page 18: Tm Anat

pengukur panjang yang digunakan pada bagian yang paling menonjol dari otot

dekat sudut rahang. Jarum dimasukkan ke tulang di mana ia kemudian ditarik dan

disuntikkan. Hal ini ditujukan agar injeksi dilakukan tepat ke dalam otot dan

tidak ke dalam ruang subkutan. Biasanya sekitar empat atau lima suntikan

diberikan per sisi berdasarkan perasaan bagian yang paling menonjol dari otot

sebagai mengepalkan pasien.

Rahang contouring nonsurgical dengan BOTOX ® bekerja dengan

menghambat impuls saraf ke masseter. Hal ini memungkinkan masseter untuk

bersantai sehingga secara bertahap dapat mengurangi ukurannya. Peningkatan

rahang menjadi jelas sampai 6 minggu setelah sesi dan hasil dapat berlangsung

dari 4-6 bulan, meskipun dalam beberapa kasus bahkan bisa bertahan hingga satu

tahun penuh tergantung pada individu.

DAFTAR PUSTAKA

Snell, 1991. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Alih Bahasa: Jan

Tambajong dari Clinical Anatomy For Medical Students. Jakarta : EGC

Riefkohl R, Georgiade GS, Georgiade NG. Hipertrofi otot masseter. Ann Plast Surg

1984; 12:528-532 

Hitam MJ, Scholss MD. Hipertrofi otot masseter. J Otolaryngol 1985; 14:. 203-205 

Arthur B K. hipertrofi otot masseter AMA Arch Derm Syphilol 1954; 69

(5):... 558-562

Daniel ZR, Paulo MC, José L, Pires JR, Vinicius RF, Mandelli Karina K, Marcela

AC. Jinak hipertrofi otot masseter Rev Bras Otorrinolaringol 2008; 74 (5):.. 790

793.

Rispoli DZ, Camargo PM, Pires JL, Fonseca VR, Mandelli KK, Pereira MA. Jinak

hipertrofi otot masseter Braz J Otorhinolaryngol 2008; 74 (5):... 790-793

Rocco RA. . Hipertrofi otot masseter: Laporan kasus dan kajian literatur Jurnal Mulut

dan Maksilofasial Bedah 1994; 52 (11):. 1199-1202

Page 19: Tm Anat

Waldhart E. hipertrofi jinak otot masseter dan sudut rahang bawah AMA Arch Surg

1971; 102 (2):... 115-118

2.3.2. FIBROMYOLGIA (LARAS & VIO)

2.3.2.1 Pengertian Fibromyalgia

Menurut Jones (2009), tanda timbulnya kondisi fibromyalgia (FM)

adalah termasuk adanya beberapa titik nyeri (umumnya pada ligamen otot dan

tendon) dan kelelahan pada beberapa lokasi di sekujur tubuh, dan juga

ditandai dengan adanya nyeri muskuloskeletal yang meluas. Para peneliti

meyakini bahwa sistem saraf pusat merupakan salah satu faktor penting dalam

terjadinya penyakit ini.

Fibromyalgia melibatkan sakit yang muncul dari selubung fibrosa

otot,otot,tendon, dan ligamen. Namun, anehnya tidak ada bukti inflamasi pada

jaringan.(Liebgott,2011)

Di Amerika Serikat, sekitar 2 persen dari penduduknya mengalami

fibromyalgia. Perempuan lebih sering terkena gangguan ini daripada laki-laki,

perempuan yang terkena penyakit ini iasanya berumur sekitar 20an atau ketika

mendekati menopause.(Liebgott,2011) Risiko fibromyalgia juga akan

meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Gejala fibromyalgia biasanya

muncul setelah mengalami trauma fisik atau emosional. Akan tetapi banyak

juga kasus fibromyalgia yang terjadi meskipun tidak ada peristiwa yang

menjadi pemicunya. Tanda dan gejala fibromyalgia dapat bervariasi,

tergantung pada cuaca, stres, aktivitas fisik, atau waktu.

Rasa sakit yang terkait dengan fibromyalgia digambarkan sebagai

nyeri yang konstan pada otot-otot tubuh. Akan dianggap menyebar dan luas,

jika rasa sakit terjadi pada kedua sisi tubuh serta di atas dan di bawah

Page 20: Tm Anat

pinggang. Fibromyalgia juga ditandai dengan nyeri ketika area-area tertentu

dari tubuh ditekan, yang disebut tender points.

Lokasi tender points meliputi:

1. Belakang kepala

2. Di antara tulang belikat

3. Bahu bagian atas

4. Sisi leher bagian depan

5. Dada atas

6. Siku bagian luar

7. Pinggul bagian atas

8. Sisi pinggul

9. Lutut bagian dalam

Page 21: Tm Anat

Gambar 5. Lokasi tender points

Fibromyalgia juga sering terjadi pada daerah pengunyahan yang

melibatkan otot – otot pengunyah.

Orang yang mengalami fibromyalgia sering bangun dalam kondisi

yang masih lelah, meskipun mereka banyak tidur. Para ahli meyakini bahwa

banyak orang yang jarang mencapai tahap restoratif dalam tidur. Gangguan

tidur juga dikaitkan dengan fibromyalgia termasuk Restless Legs Syndrome

(RLS) dan sleep apnea.

Efek yang paling terlihat pada penyakit ini adalah munculnya bruxism

yaitu gigi yang berkertak seperti sedang mengunyah makanan saat tidur yang

dilakukan secara tidak sadar. (Liebgott,2011)

Berikut adalah 10 kondisi yang mungkin muncul bersama fibromyalgia:

Page 22: Tm Anat

1. Sindrom kelelahan kronis

2. Kaku otot dan sendi

3. Depresi

4. Endometriosis

5. Sakit kepala, termasuk migrain

6. Insomnia

7. Gangguan pada keseimbangan

8. Irritable Bowel Syndrome (IBS)

9. Lupus

10. Kerusakan fungi temporomandibular joint

11. Osteoartritis

12. Post-traumatik stress disorder

13. Restless Legs Syndrome (RLS)

14. Rheumatoid arthritis

2.3.2.2 Pengobatan dan perawatan

Penelitian yang akan membantu penderita pulih dari fibromyalgia

sangat populer saat ini. Namun tidak ada satu pun obat yang dapat

menyembuhkan penderita dari penyakit fibromyalgia dan mengembalikan

penderita pada kehidupan mereka yang normal seperti sebelumnya. Solusi

penyembuhan penyakit ini membutuhkan kesesuaian antara apa yang kita

Page 23: Tm Anat

percaya mengenai fibromyalgia sebelumnya dan kemudian mengambil sebuah

penelitian lebih dalam.

Setelah didapatkan hasil diagnosis, sangat penting untuk memulai pengobatan

untuk mengurangi sakit atau nyeri dan menghilangkan kondisi yang muncul

menyertai fibromyalgia.

U.S. Food and Drug Administration telah menyetujui tiga obat untuk

pengobatan fibromyalgia. Dua diantaranya adalah obat yang mengubah zat kimia

dalam otak seperti serotonin dan epinefrin yang akan mengkontrol rasa sakit. Obat

lain yang disetujui cocok untuk fibromyalgia adalah Pregabalin (Lyrica) yang bekerja

dengan cara memblok keaktifan sel nervus pada perpindahan rasa sakit. Obat – obat

ini akan menyebabkan pusing, kantuk, pembengkakan , dan naiknya berat badan.

(Leslie,2013)

Selain pengobatan melalui obat, penderita fibromyalgia seharusnya juga

melakukan beberapa terapi yang dokter sarankan. Peneliti mengatakan bahwa terapi

tubuh seperti Tai Chi dan yoga dapat mengurangi gejala fibromyalgia. Walaupun

sebenarnya terapi – terapi ini belum di tes dengan pasti pada penderita fibromyalgia.

(Leslie,2013)

Hasil pengobatan bisa didapatkan dari terapis fisik, akupunturis, psikolog, dan

lainnya yang paham mengenai penyakit fibromyalgia dan yang bisa berhubungan

dengan dokter ataupun perawat. Dengan melakukan senam aerobik, latihan

peregangan otot, dan latihan fisik lainnya, bisa sangat membantu dibandingkan hanya

dengan mendapatkan penanganan dari dokter dan pengkonsumsian obat saja.

Menurut Mari (2007), hal-hal penting yang menunjang penyembuhan

fibromyalgia antara lain:

1. Tim dokter dan terapis yang baik

2. Program pengendalian nyeri

Page 24: Tm Anat

3. Makanan sehat

4. Teman-teman baik yang memberi support

5. Latihan secara rutin

6. Memahami langkah dari segala aspek kehidupan

Tidak ada satupun cara pengobatan dan penanganan fibromyalgia yang

optimal. Pengobatan oleh dokter dan memberian obat tidak dapat berhasil

dengan maksimal, salah satu cara memaksimalkan penyembuhan penderita

fibromyalgia adalah dengan adanya sebuah “tim” orang-orang yang selalu

mensupportnya.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5 Lokasi tender points...................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Jones, Kim D. 2009. Fibromyalgia; Biographics of Disease. California: ABC-CLIO,

LLC

Trock, David H. 2007. Healing Fibromyalgia – The 3 Step Solution. New Jersey:

John Wiley & Sons, Inc.

Mari, Skelly. 2007. Alternative Treatments for Fibromyalgia and Chronic Fatigue

Syndrome. Canada: Hunter House, Inc.

Leslie J.2013.Fibromyalgia.Atlanta:American College of Rheumatology.pp.1-6

Gerwin RD.2005. A review of myofascial pain and fibromyalgia –factors that

promote their persistence. Acupunture in Medicine:23(3):121-134.