tipus pochi

11
I. Tidur Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi boladunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa. Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: 1

Upload: rizky-fauzi

Post on 13-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dsfsfsd

TRANSCRIPT

Page 1: Tipus Pochi

I. Tidur

Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan

mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan

tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup

mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama

yang seiring dengan rotasi boladunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama

sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang

mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo

oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan

sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat

penggugah atau aurosal state. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh

fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-

7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari,

kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada

orang dewasa.

Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:

1. Tidur stadium Satu

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak

mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini

hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri

dari gelombang campuran alfa, beta dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah.

Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K

2. Tidur stadium dua

1

Page 2: Tipus Pochi

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur

lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris.

Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K

3. Tidur stadium tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak

gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle.

4. Tidur stadium empat

Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh

gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle.

Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 berlangsung

lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur

REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila

dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah

dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan

seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur.

Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai

4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40%

hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang

didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur

sebagai berikut:

NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13%

REM; 25 %.

Peranan Neurotransmiter

Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary

Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur.

Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat

2

Page 3: Tipus Pochi

dipengaruhi olehaktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik,

kholonergik, histaminergik.

• Sistem serotonergik

Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan.

Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat

akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat

pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi

yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang

mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.

• Sistem Adrenergik

Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus

cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi

penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas

neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan

peningkatan keadaan jaga.

• Sistem Kholinergik

Pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi

jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga.

Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat

pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik

(scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk

gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

• Sistem histaminergik

Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur

• Sistem hormon

3

Page 4: Tipus Pochi

Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH,

GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar

pituitary anterior melalui hipotalamus patway.Sistem ini secara teratur mempengaruhi

pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur

mekanisme tidur dan bangun

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gangguan hormonal seperti menopause

mempengaruhi kualitas tidur pada lansia wanita. Pada wanita dengan perimenopause terdapat

persentase REM yang lebih lama dan terbangun dari fase REM yang tidak adekuat sehingga

didapatkan tidur yang tidak nyaman. Pada wanita postmenopause didapatkan waktu yang lebih

lama lagi dan fase terbangun dari REM yang lebih tidak adekuat lagi. Hal hal tersebut juga

berpengaruh apabila didapatkan lansia menopause yang mengalami depresi. (Toffol E, Kalleinen

N, Urrila AS, Himanen SL, Heiskanen TP, Partonen T. The Relationship between Mood and

Sleep in Different Female Reproductive States. BMC Psychiatry. 2014;14:177)

II. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut

tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman

di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,

sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Kualitas didefinisikan sebagai suatu fenomena

kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan

kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi

terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur.

Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang dapat

dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efesiensi tidur. Di sisi

lain, kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada

malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur

tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari,

perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur

baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.

4

Page 5: Tipus Pochi

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium yaitu EEG

yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari permukaan otak atau

permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul

dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur,

keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan

sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta.

Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda

kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur

dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja

tanda fisik dan psikologis yang dialami.

Tanda fisik

Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva

kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu

untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur,

mual dan pusing.

Tanda psikologis

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara,

daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran,

kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

Kualitas tidur yang baik salah satunya dibantu oleh pemberian obat yang mempunyai

efek untuk melepaskan hormone melatonin lebih lama sehingga darah hipokampus yang sensitif

terhadap hormone tersebut akan bekerja sehingga seseorang akan mengantuk dan bisa tidur. obat

tersebut sudah dietiliti pada orang orang yang mengalami penyakit Alzheimer dimana pada

penyakit tersebut menyebabkan seseorang mempunyai kualitas tidur yang buruk. Efektifitasnya

akan muncul setelah diberikan obat tersebut selama 24 minggu. Obat tersebut aman untuk

diberikan pada lansia. (Wade AG, Farmer M, Harari G, Fund N, Laudon M, Nir T, et all. Add-on

Prolonged-Release Melatonin for Cognitive Function and Sleep in Mild to Moderate

5

Page 6: Tipus Pochi

Alzheimer’s disease : a 6-month, Randomized, Placebo-Controlled, Multicenter Trial. Clinical

Interventions in Aging. 2014;9:947-61.)

Lansia yang mempunya fungsi kognitif yang masih baik relatif mempunyai kualitas tidur

yang cukup yaitu sekitar 6-8 jam. Sebaliknya, lansia yang mempunyai fungsi kognitif yang

kurang atau buruk relatif mempunyai waktu tidur yang cepat yaitu kurang dari 6 jam atau

membutuhkan waktu tidur yang lebih lama untuk mencapai kualitas tidur yang baik yaitu sekitar

> 8 jam. Hal tersebut lebih signifikan pada lansia yang sudah mempunyai kemunduran dalam hal

mengingat. Mereka akan cenderung mempunyai kualitas tidur yang kurang. ( Miller MA, Wright

H, Ji C, Cappuccio FP. Cross-Sectional Study of Sleep Quantity and Quality and Amnestic and

Non-Amnestic Cognitive Function in an Ageing Population: The English Longitudinal Study of

Ageing (ELSA). PLoS ONE. 2014;9(6): e100991. doi:10.1371/journal.pone.0100991).

Aktivitas fisik sederhana seperti berjalan santai atau jalan cepat yang dilakukan rutin

dapat memperbaiki kualitas tidur yang kurang memadai. Hal tersebut juga dapat didukung

dengan tidur siang yang singkat tidak berlebihan dengan maksimal 90 menit. Hal-hal tersebut

akan memperbaiki mood seseorang sehingga seseorang tersebut mempunyai kecenderungan

tenang saat akan memulai tidur. Saat keadaan tenang maka fase-fase tidur akan terlewati dengan

baik. (Monteiro NT, Neri AL, Coelim MF. Insomnia Symptoms, Daytime Naps and Physical

Leisure Activities in The Elderly: Fibra Study Campinas. Rev Esc Enferm. 2014;48(2):19-22.)

UNTUK DI BAB LAIN :

Lansia yang mengalami Nyeri Pinggang dalam jangka waktu yang lama atau kronik cenderung

mempunyai gangguan dalam kualitas tidurnya. Biasanya orang tersebut akan fokus terhadap rasa

sakitnya yang hebat sehingga ia mencari posisi tidur yang nyaman atau menunggu sampai rasa

sakit tersebut hilang. Gangguan tidur tersebut sejalan dengan rasa nyeri. Semain hebat rasa nyeri

yang dirasakan maka lansia tersebut akan mempunyai waktu tidur yang tidak memadai.

Selanjutnya akan mempengaruhi kualitas hidup dari masing masing lansia tadi. (Choi YS, Kim

DJ, Lee KY, Park YS, Cho KJ, Lee JH, et all. How Does Chronic Back Pain Influence Quality of

Life in Koreans: A Cross-Sectional Study. Asian Spine J. 2014;8(3):346-52.). Selain dengan

obat-obatan, dapat diberikan beberapa tempat tidur yang sesuai dengan keadaan pasien yang

mengalami nyeri pinggang atau kelainan semacamnya. Karena dengan bantuan tersebut terbukti

6

Page 7: Tipus Pochi

membantu dalam prosesn masuk ke fase REM yang adekuat dan memiliki fase bangun dari REM

yang mendekati normal. ( Chen Z, Li Y, Liu R, Gao D, Chen Q, Hu Z, et all. Effects of Interface

Pressure Distribution on Human Sleep Quality. PLoS One;9(6):969-99.)

Pasien yang mengalami osteoarthritis (OA) juga mengalami hal yang sama dengan pasien yang

mempunyai keluhan nyeri pinggang. Nyeri yang hebat walaupun sudah dibawa istirahat menjadi

gangguan dalam memulai tidur. Selain itu mereka juga akan terbangun apabila di pagi hari sendi

yang mengalami OA menimbulkan gejala nyeri. Hal-hal tersebut yang akan mempengaruhi

kualitas tidur dan fase fase tidur yang sudah dijelaskan diatas. Dengan tatalaksana seperti Total

Knee Arthroplasty (TKA), pasien tersebut mempunyai peningkatan kualitas tidur yang

signifikan. Inteverensi bedah tersebut terbukti mengurangi nyeri yang timbul. (Sanchez MDH,

Inigo MCG, Nuno BS, Fernandez C, Alburquerque F. Association between Ongoing Pain

Intensity, Health Related Quality of Life, Disability and Quality of Sleep in Elderly People with

Total Knee Artrhoplasty. Science Caude Colectiva. 2014;19(6):1413-23.)

Seseorang dengan Parkinson mempunyai kecenderungan terhadap gangguan pada REM.

(Neikrug AB, Avanzino JA, Liu L, Maglione JE, Natarjan L, Bloom JC, et all. Parkinson’s

Disease and REM Sleep Behavior Disorder Result in Increased Non-Motor Symptoms. Sleep

Medicine. 2014;10:1-8.) Selain itu pasien dengan penyakit Parkinson mempunyai kecenderungan

gangguan kognitif sehingga selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas tidur tersebut. (Kim EJ,

Baek JH, Shin DJ, Park HM, Lee YB, Park KH, et all. Correlation of Sleep Disturbance and

Cognitive Impairment in Patients with Parkinson’s Disease. J Mov Disord. 2014;7(1):13-8.)

(Okubo N, Takahashi I, Sawada K, Sato S, Akimoto N, Umeda T, et all. Relationship between Self-Reported Sleep Quality and Metabolic Syndrome in General Population. BMC Public Health. 2014;14:562.)

7