tinjauanhukumislamdanuuno.8tahun1999...

117
I TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN SATU TARIF JASA ANGKUTAN KOTA DI KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Sarjana Dalam Hukum Oleh : Fatma Amalia S NIM 21413009 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • I

    TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO.8 TAHUN 1999TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP

    PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN SATU TARIF JASAANGKUTAN KOTA DI KOTA SALATIGA

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Guna Memperoleh Sarjana Dalam Hukum

    Oleh :

    Fatma Amalia S

    NIM 21413009

    JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS SYARIAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2020

  • II

  • III

  • IV

  • V

    MOTTO

    “JANGANLAH BERDUKA CITA,SESUNGGUHNYA ALLAH SELALUBERSAMA KITA”

    (Qs.At-Taubah:40)

    “Meskipun Anda Merasa Hanyalah Orang Biasa, Namun Yakinlah Bahwa AndaAkan Bertumbuh Menjadi Luar Biasa”

    (Merry Riana)

  • VI

    PERSEMBAHAN

    Kepada Ayah dan Ibu tercinta yang selalu kutaati.

    Kakak dan adikku tercinta.

    Teman-teman senasib seperjuangan

  • VII

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik .Tulisan ini juga

    tidak akan berarti apapun tanpa adanya bantuan dari orang-orang yang secara

    langsung maupun tidak langsung membantu menyelesaikan tulisan ini. Untuk itu

    ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan, antara lain kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga .

    2. Ibu Dr. Siti Zumrotun selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

    3. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H, M.Si selaku Ketua Jurusan Hukum EkonomiSyariah IAIN Salatiga .

    4. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang selalu

    memberikan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

    selalu telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya

    untuk mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

    6. Pihak Dinas Perhubungan Kota Salatiga yang telah membantu, kepada BapakRahardian Pradipta Selaku Staf bidang angkutan dan kelaikan kendaraan yang

    telah berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan guna

    menyelesaikan skripsi ini.

    7. Pihak ORGANDA Salatiga, kepada Bapak Totok Sukartono selaku ketuaORGANDA Salatiga yang berkenan memberikan informasi bagi penulis

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telahmemberikan kontribusi dan dukungannya yang cukup besar sehingga penulis

    dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di IAIN Salatiga .

    Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada mereka

    yang telah berjasa membantu menyelesaikan tulisan ini. Semoga Allah SWT

    senantiasa membalas semua kebaikan Anda yang jauh lebih baik lagi ,amin.

    Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala

    kebaikan semua pihak yang telah membantu.Penulis menyadari bahwa skripsi ini

  • VIII

    sangat jauh dari kesempurnaan, dan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

    penulis selalu terbuka untuk datangnya berbagai saran dan kritik yang bersifat

    membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca

    pada umumnya.

    Salatiga, 17 Maret 2020

    Penulis

  • IX

    ABSTRAK

    Solichati,Fatma Amalia.2020.Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang No.8Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Penerapan SistemPembayaran Satu Tarif Jasa Angkutan Kota Di Kota Salatiga. Skripsi. ProgramStudi Hukum Ekonomi Syari’ah. Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam NegeriSalatiga(IAIN). Dosen Pembimbing: Heni Satar Nurhaida,S.H,M.Si

    Kata Kunci: Hukum Islam,Perlindungan Konsumen,Tarif,Angkutan Kota

    Penelitian ini berusaha membahas terkait fenomena penerapan sistempembayaran satu tarif jasa transportasi umum yaitu angkutan kota di Kota Salatiga.Dalam penerapnnya sopir menarik tarif diatas yang telah ditentukan/diatur olehpemerintah Kota Salatiga. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentangpenerapan sistem pembayaran satu tarif jasa angkutan kota di Kota Salatigaditinjau dari hukum Islam dan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungankonsumen. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)Bagaimana Penerapan sistem pembayaran satu tarif angkutan kota di KotaSalatiga ?, dan (2) Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang no.8tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap sistem pembayaran satu tarifangkutan kota di Kota Salatiga ?.

    metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan (fieldresearch) yaitu penelitian terjun langsung ke lapangan guna mengadakanpenelitian pada objek yang dibahas. Dengan menggunakan pendekatan normatifyang dilakukan berdasarkan bahan hukum umum utama dengan cara menelaahteori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undanganyang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penerapan sistem pembayaran satutarif angkutan kota di Kota Salatiga apakah telah sesuai dengan hukum Islam sertaUndang-undang perlindungan konsumen. Metode pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Penelitian iniberfokus pada sistem pembayaran satu tarif jasa angkutan kota di kota salatiga.

    Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan sistempembayaran satu tarif angkutan kota di Kota Salatiga tidak sesuai dengan yangditentukan pemerintah Kota Salatiga yaitu SK Walikota Salatiga No.551.2/325/2015 . Dimana sopir menarik tarif melebihi yang telah ditentukan olehpemerintah kota Salatiga. Selain itu tidak adanya informasi yang jelas terkaitbesar tarif yang harus dikeluarkan oleh penumpang. Sistem pembayaran satu tarifangkutan Kota Salatiga ini merupakan salah satu bentuk ijarah (sewa-menyewa)atas jasa. Namun ada salah satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak adanyapenjelasan yang jelas mengenai besaran tarif yang harus dikeluarkan penumpangdalam sekali jalan.

  • X

    DAFTAR ISI

    COVER................................................................................................................I

    NOTA PEMBIMBING..................................................................................... II

    PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................................. III

    PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................IV

    MOTTO..............................................................................................................V

    PERSEMBAHAN............................................................................................ VI

    KATA PENGANTAR....................................................................................VII

    ABSTRAK........................................................................................................ IX

    DAFTAR ISI......................................................................................................X

    DAFTAR TABEL...........................................................................................XII

    DAFTAR GAMBAR......................................................................................XII

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang........................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah................................................................................... 4

    C. Tujuan......................................................................................................4

    D. Kegunaan Penelitian............................................................................... 5

    E. Penegasan Istilah..................................................................................... 5

    F. Telaah Pustaka......................................................................................... 6

    G. Metode Penelitian................................................................................... 8

    H. Sistematika Penulisan........................................................................... 15

    BAB II KETENTUAN-KETENTUAN IJARAH DALAM HUKUM ISLAMDAN UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGANKONSUMEN

    A. Ijarah..................................................................................................... 17

    B. Tinjauan Pengangkutan.........................................................................31

    C. Tinjaun Tarif Angkutan.........................................................................39

  • XI

    D. Perlindungan Konsumen.......................................................................43

    BAB III PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN SATU TARIF JASAANGKUTAN KOTA DI KOTA SALATIGA

    A. Gambaran Umum Kota Salatiga........................................................... 49

    B. Gambaran Umum Angkutan Kota Di Kota Salatiga.............................53

    C. Penerapan Sistem Pembayaran Satu Tarif Di Kota Salatiga.................64

    D. Realisasi Penerapan Tarif Angkota Salatiga.........................................66

    E. Sanksi Bagi Yang Melanggar Peraturan................................................72

    BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO.8 TAHUN 1999TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SISTEMPEMBAYARAN SATU TARIF JASA ANGKUTAN KOTA DIKOTA SALATIGA

    A. Penerapan Sistem Pembayaran Satu Tarif Jasa

    Angkutan Kota Di Kota Salatiga....................................................................74

    B. Tinjauan Hukum Islam Dan UU No 8 Tahun 1999 Tentang

    Perlindungan Konsumen Terhadap Penerapan Sistem Pembayaran

    Satu Tarif Jasa Angkutan Kota Salatiga Di Kota Salatiga ......................... 76

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan........................................................................................... 80

    B. Saran......................................................................................................81

    DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 83

    LEMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................86

  • XII

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Daftar Tabel Rute Dan Jalur Trayek Angkota Salatiga..................56

    Tabel 3.2 Daftar Tabel Jumlah Armada Angkota Salatiga.............................59

    DAFTAR GAMBAR

    Gmbar 3.1 Gambar Alat Angkutan kota Salatiga...........................................54

    Gambar 3.2 Gambar Denah Jalur Trayek Angkota........................................ 55

    Gambar 3.3 gambar strukutur organisai ORGANDA.................................... 64

    Gambar 3.4 Gambar SK Walikota salatiga.................................................... 65

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkotaan merupakan wilayah yang digunakan sebagai tolok ukur

    perkembangan suatu negara. Perkotaan timbul karena adanya faktor

    pendorong dan penarik. Dampak urbanisasi serta jumlah penduduk yang

    bertambah cepat serta peningkatan pendapatan masyarakat memicu

    terjadinya motorisasi menyebabkan semakin padatnya lalu lintas di

    perkotaan,

    Untuk mengurangi padatnya lalu lintas pemerintah menyediakan

    sarana prasarana transportasi umum yang menjangkau seluruh wilayah.

    Dengan adanya transportasi umum ini diharapkan masyarakat dapat

    beralih dari menggunakan transportasi pribadi ke transportasi umum

    sehingga dapat mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dan supaya lebih

    efisien.

    Salah satunya adalah bidang transportasi dimana transportasi menjadi

    salah satu yang sangat dibutuhkan manusia. Alat transportasi merupakan

    salah satu kemajuan teknologi yang membantu manusia dalam berbagai

    kegiatan sehari-hari dalam menempuh perjalanan ke suatu tempat.

    Dengan transportasi manusia dapat berpindah dari satu tempat ketempat

    lainnya dengan cepat dan mudah.

  • 2

    Selain itu, ada bermacam-macam sarana transportasi umum yang

    disediakan pemerintah salah satunya adalah angkutan kota yang sering

    disebut angkota. Angkota merupakan sarana transportasi yang menjangkau

    wilayah dalam kota.

    Salah satu wilayah yang menggunakan alat transportasi umum

    berupa angkota adalah Kota Salatiga. Ada beberapa sarana transportasi

    umum yang ada di Kota Salatiga yaitu angkutan umum pedesaan, bus

    antar kota yang sering disebut Bus Esto serta angkutan kota. Alat

    transportasi umum yang cukup banyak digunakan masyarakat adalah

    angkutan kota atau angkota.

    Pada konsep ijarah,menurut syekh syamsudin kamus fatkhul

    Qorib Ijarah berarti ganti, dan mempunyai arti yang sama dengan ujroh

    yang mempunyai arti upah.1 Dalam Fatwa DSN MUI dijelaskan bahwa

    kebutuhan masyarakat dalam memperoleh manfaat suatu barang sering

    memerlukan pihak lain melalui akad ijaroh yaitu akad pemindahan hak

    guna (manfaat) atau suatu barang dalam waktu tertentu dengan

    pembayaran sewa (ujroh) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.

    Sehingga ijaroh merupakan pemindahan hak guna atau manfaat atas

    barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa

    (ujroh).2

    1 Abu HF. Ramadhan, Tejemah Fathul Qorib,(Surabaya, Mahkota, 1990),hal.375

    2 Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/2000 tentang pembiayaan ijarah

  • 3

    Pada sistem angkutan umum seorang penumpang dalam

    bepergian ke suatu tempat dengan naik alat transportasi umum serta

    membayar ongkos (upah) yang telah ditetapkan. Pada sistem ini terdapat

    ujroh ataupun upah dari seorang penumpang ke pemilik angkutan umum

    dimana dalam pemberian upah ini harus diberikan secara layak, patut dan

    sepadan. Artinya upah yang diberikan adalah sesuai dengan pekerjaan

    yang ia lakukan dan sesuai dengan jarak yang ditempuh.

    Pemerintah kota salatiga menetapkan suatu kebijakan yaitu penetapan

    sistem pembayaran satu tarif (upah) pada jasa angkota. Pemerintah

    menetapkan pemabayaran tarif jasa angkota yang sama dimanapun ia

    berhenti. Penumpang angkota yang mengambil jarak dekat maupun jarak

    jauh dikenakan tarif yang sama yaitu sebesar Rp. 2.000 (bagi

    pelajar/mahasiswa) dan Rp. 3.000 (bagi non pelajar/umum).3

    Namun sistem ini menimbulkan perdebatan dan pertanyaan di

    kalangan penumpang angkutan kota Salatiga mengenai status hukum dari

    pemberlakuan sistem pembayaran satu tarif ditinjau dari perspektif

    Hukum Islam serta Undang- undang perlindungan konsumen Pada

    Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

    menyatakan bahwa perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,

    keseimbangan,keamanan dan keselamatan. Selain itu, dalam pasal 4

    3 Wawancara dengan rahardian.staf divisi angkutan umum dan kelaikan. DisHub Kota Salatiga tanggal 10januari 2020

  • 4

    menyatakan bahwa konsumen memiliki hak atas informasi yang benar,

    jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa.

    Berangkat dari latar belakang dan permasalahan di atas penulis

    tertarik untuk memilih judul “ Tinjauan Hukum Islam Dan

    Undang-Undang Perlindungan Konsumen Terhadap Sistem Pembayaran

    Satu Tarif Jasa Angkutan Kota Di Kota Salatiga”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana penerapan sistem pembayaran satu tarif angkutan kota di

    Kota Salatiga ?

    2. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan undang-undang perlindungan

    konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap penerapan sistem pembayaran

    satu tarif angkutan kota di kota Salatiga ?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui penerapan sistem pembayaran satu tarif pada jasa

    angkutan kota di kota Salatiga.

    2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam dan undang-undang

    perlindungan konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap penerapan sistem

    pembayaran satu tarif angkutan kota di kota Salatiga.

  • 5

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Secara Teoritis

    Penelitian ini berguna untuk menambah khasanah keilmuan khususnya

    dibidang transportasi dan tarif khususnya pada angkutan kota

    2. Secara Praktis

    Penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman tentang tarif

    angkutan kota.

    E. Penegasan Istilah

    1. Hukum Islam

    Hukum Islam adalah seperangkat aturan berdasarkan Wahyu Allah

    dan Sunnah Rosul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang

    diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang

    beragama Islam.4

    Sehingga Hukum Islam adalah Syariat yang berarti hukum-hukum

    yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang

    nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)

    maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliah

    (perbuatan).

    4 Syarifuddin Amir.Ushul Fiqh.1992.hal.14

  • 6

    2. Angkutan Kota

    Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.35 Tahun 2003

    Angkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam

    satu wilayah kota atau wilayah ibu kota atau dalam daerah khusus ibu

    kota Jakarta dengan menggunakan mobil, bus umum atau mobil

    penumpang umum yang terikat dalam trayek.

    3. Tarif

    Tarif adalah harga atas jasa-jasa yang dihasilkannya yaitu harga (uang)

    yang harus dibayarkan oleh pemakai jasa angkutan. Tarif angkutan

    umum adalah biaya yang harus dibayar oleh penumpang pengguna jasa

    angkutan umum.5

    4. Perlindungan Konsumen

    Menurut UU No.8 tahun 1999 perlindungan konsumen adalah segala

    upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

    perlindungan kepada konsumen.

    F. Telaah Pustaka

    Skripsi milik Rohma Yuanita A dari Universitas Diponegoro dengan

    judul “Evaluasi Angkutan Umum Pusat Kota Salatiga Dalam Mengurangi

    5 Edy Nursalam,”Tarif Angkutan”,diakses dari http://wi-indonesia.blogspot.com/2016/ pada tanggal 28 juli2018

    http://wi-indonesia.blogspot.com/2016/

  • 7

    Beban Lalu Lintas Di Pusat Kota Salatiga” 6 pada skripsi ini sama-sama

    meneliti mengenai angkutan umum Kota Salatiga namun pada skripsi ini

    meneliti mengenai peran angkutan umum kota Salatiga dalam upaya

    mengurangi beban lalu lintas di kota Salatiga. Sedangkan yang ingin saya

    teliti adalah mengenai sistem pembayaran satu tarif ditinjau dari Hukum

    Islam serta undang-undang perlindungan konsumen.

    Skripsi milik Ginanjar Hutomo Bangun dengan judul “Perlindungan

    Hukum Bagi Penumpang Angkutan Umum (Studi Pada Angkutan

    Jatingaleh_UNNES)”.7 Pada skripsi ini permasalahan yang dikaji adalah

    faktor-faktor yang melatarbelakangi angkutan umum mengangkut

    penumpang melebihi batas kapasitas maksimum kendaraan serta mengapa

    penumpang tetap naik angkutan walaupun kondisi penuh. Sedangkan pada

    penelitian saya mengkaji sistem pembayaran satu tarif angkutan kota

    apakah telah sesuai dengan hukum Islam dan undang-undang

    perlindungan konsumen serta upaya pemerintah dalam menangani sopir

    yang menaikkan harga kepada penumpang yang termasuk pendatang di

    kota Salatiga.

    Skripsi milik Miftahurrohman dengan judul “Tinjauan Hukum

    Islam Dan UU N0.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

    Terhadap EVENEMENT Pada Transportasi Online PT.GRAB Indonesia

    6 Yuanita A,”Evaluasi Angkutan Umum Pusat Kota Salatiga Dalam Mengurangi Beban Lalu Lintas Di PusatKota Salatiga”skripsi jurusanPerencanaan dan Wilayah Kota Fakultas Teknik UNDIP(semarang,2006)

    7 Hutomo Bangun ,”Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Umum (Studi Pada AngkutanJatingaleh-UNNES) skripsi fakultas Hukum UNNES (semarang,2012)

  • 8

    Cabang Surabaya”8. Pada penelitian ini sama-sama meneliti tinjauan

    hukum Islam dan Undang-undang perlindungan konsumen. Namun, objek

    yang diteliti berbeda serta permasalahan yang ditelitipun berbeda.

    Penelitian ini meneliti meneliti tentang implementasi aplikasi evenement

    (kejadian yang tidak terduga) pada transportasi online PT.GRAB

    Indonesia cabang Surabaya yang ditinjau dari Hukum Islam dan

    Undang-undang perlindungan konsumen.

    Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah mengenai alat

    transportasi non online dan mengkaji mengenai penerapan sistem

    pembayaran satu tarif jasa angkutan kota di kota Salatiga ditinjau dari

    Hukum Islam serta UU No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan

    konsumen.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu peneliti terjun

    langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang

    dibahas.Penelitian lapangan ini merupakan penelitian kualitatif yaitu

    penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena

    tenang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara diskripsi

    dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan

    8 Miftahurrohman ,”Tinjauan Hukum islam Dan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumenterhadap EVENEMENT Pada Transportasi Online PT.GRAB INDONESIA cabang Surabaya”skripsi fakultassyariah dan huku UIN Sunan Ampel Surabaya (surabaya 2018)

  • 9

    berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang

    biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan

    dokumen.9

    Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitis dimana

    dalam memperoleh data hasil penelitian yang sempurna. Penulis

    melakukan studi diskriptif karena sesuai dengan tujuan penelitian yang

    ingin diperoleh. Menurut Sugiono metode diskriptif analitis adalah

    metode yang bertujuan mendiskripsikan atau memberi gambaran

    terhadap suatu objek penelitian yang diteliti melalui sampel atau data

    yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.10

    Tujuan penelitian diskriptif analitis adalah menggambarkan secara

    tepat, sifat individu,suatu gejala,atau kelompok tertentu.

    Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

    normatif . yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan

    berdasarkan bahan hukum umum utama denagn cara menelaah

    teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan

    perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

    Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yaitu

    dengan mempelajari buku-buku,peraturan perundang-undangan dan

    dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.pendekatan

    yuridis empiris yaitu dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada

    9 Moelong,J,Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.(Bandung.PT.Remaja Rosdakarya,2011) hal.6

    10 Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,(Bandung:Alfabeta,2009) hal.29

  • 10

    dalam praktek. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan secara

    sosiologis yang dilakukan secara langsung ke lapangan.11

    pendekatan yuridis sosiologis adalah menekankan penelitian yang

    bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan

    jalan terjun langsung ke obyeknya.

    Pendekatan sosiologis ini mendekati masalah yang diteliti dengan

    melihat secara langsung penerapan sistem pembayaran satu tarif

    angkutan kota di kota Salatiga apakah telah sesuai dengan hukum

    islam serta undang-undang perlindungan konsumen.

    2. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu akan

    dilakukan. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kota Salatiga yang

    berfokus pada angkutan Kota di Salatiga.

    Penulis memilih lokasi ini karena ingin mengetahui bagaimana

    pelaksanaan penetapan sistem pembayaran satu tarif pada jasa

    angkutan kota di Kota Salatiga, sehingga penulis tertarik untuk

    mengadakan penelitian dan mengungkapkan kebenaran bagaimana

    pelaksanaan penetapan tersebut apakah telah sesuai dengan hukum

    Islan dan Undang-undang perlindungan konsumen.

    11 Yudiono S,Metode Penelitian,(digilib.unila.ac.id,2013) diakses tanggan 19 juni 2020

  • 11

    3. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitain ini, penulis menggunakan data

    penelitian berupa:

    a. Sumber Data Primer

    Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek

    penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung

    pada subjek sebagai sumber informasi yang di cari.12 . Adapun

    sumber data primer adalah hasil wawancara dengan pejabat Dinas

    Perhubungan Salatiga, ORGANDA Salatiga, sopir angkota serta

    konsumen pengguna jasa angkota terhadap penerapan sistem

    pembayaran satu tarif pada angkutan kota di kota Salatiga.

    b. Sumber Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

    dari subyek penelitinya yaitu diambil dari undang-undang,

    buku-buku, artikel dan sumber lainnya yang memiliki hubungan

    dengan penelitian yang akan dibahas pada skripsi ini.

    Sumber data ini diperoleh dari peraturan perundang-undangan, SK

    Walikota Salatiga maupun data-data lainy yang dibutuhkan dalam

    penelitian ini.

    12 Syarifudin.2010.Metode penelitian. Pustaka Pelajar.Yogyakarta Hal.91

  • 12

    4. Metode Pengumpulan Data

    Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif,

    tergantung beberapa faktor. Seperti kejelasan tujuan dan permasalahan

    penelitian, ketelitian dan kelengkapan data itu sendiri. Dalam

    penelitian ini digunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu

    metode wawancara dan metode dokumentasi.

    a. Metode Wawancara

    Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya

    langsung, lisan maupun tertulis kepada narasumber. Menurut

    Sugiyono wawancara yaitu suatu bentuk verbal yaitu semacam

    percakapan yang bertujuan memperoleh informasi, wawancara,

    pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Biasanaya

    komunikasi ini dilakukan secara berhadapan. Namun komunikasi

    dapat juga dilakukan melalui telepon. Terkadang wawancara

    dilakukan antara dua orang, tetapi sering juga dilakukan dua

    orang atau lebih tetapi sering juga dilakukan dua orang atau

    lebih.13

    Metode wawancara untuk menggali informasi tentang

    prosedur atas penetapan sistem pembayaran satu tarif angkutan

    kota di Salatiga serta tanggapan masyarakat kota Salatiga terhadap

    sistem pembayaran satu tarif ini.

    13 Sugiono,Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif,Kualitatif Dan R&D(Bandung:Alfabeta,2010) hal.14

  • 13

    Pada metode ini penulis melakukan wawancara dengan

    beberapa informan yaitu: penumpang sebagai konsumen pengguna

    jasa angutan kota di kota Salatiga, sopir sebagai pelaku usaha jasa

    angkutan kota Salatiga, kemudian pihak Dinas Perhubungan kota

    Salatiga sebagai pengambil kebijakan serta pihak ORGANDA

    Salatiga sebagai

    b. Metode Dokumentasi

    Menurut Arikunto dokumentasi adalah mencari data mengenai

    hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

    kabar, majalah, agenda, dan sebagainya14. Dalam hal ini penulis

    memperoleh data dari buku-buku dan literatur yang berhubungan

    dengan masalah yang akan diteliti.

    5. Analisis Data

    Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode diskriptif

    analitis. Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

    terhadap data primer dan data sekunder selanjutnya diuraikan dan

    disimpulkan dengan memakai metode berfikir induktif yaitu

    pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta

    khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum.15

    14 Arikunto, suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV(Jakarta, PT RhinekaCipta,1997)

    15 Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,(bandung.PT Sinar Baru Algensindo,1988) hal.7

  • 14

    Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarkan

    pengamatan di lapangan untuk menilai apakah penerapan sistem

    pembayaran satu tarif dan penerapan sistem satu tarif sudah sesuai

    dengan hukum islam serta undang-undang perlindungan konsumen.

    6. Pengecekan Keabsahan Data

    Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang digunakan yaitu

    triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

    yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

    pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu.16

    Berdasarkan pendapat Moelong di atas, maka penulis melakukan

    pembanding data yang telah diperoleh yaitu data-data sekunder hasil

    kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer yang

    diperoleh dari wawancara yang sesuai fakta-fakta yang ditemui di

    lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat

    dipercaya dan meyakinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.

    7. Tahap Penelitian

    a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

    melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,

    mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan

    sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

    16 Moelong,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. CV Remaja,2002) hal.178

  • 15

    b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui

    proses wawancara dengan Penunmpang angkota, sopir angkota,

    Dinas Perhubungan Salatiga dan ORGANDA Salatiga.

    c. Tahap analisa data, yaitu semua data yang telah terkumpul maka

    tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan

    menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberikan arti

    pada objek yang diteliti.

    d. Tahap penulisan laporan ,apabila semua data telah terkumpul dan

    telah dianalisis serta didokumentasikan kepada pembimbing, maka

    yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian

    tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

    H. Sistematika Penulisan

    Agar pembahasan skripsi ini dipahami dan sistematika, penulis mambagi

    skripsi ini ke dalam bab-bab dan sub bab yaitu secara garis besar

    sistematika pembahasan terdiri dari :

    Bab pertama,pendahuluan. Dalam pendahuluam ini akan membahas

    tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

    penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan

    sistematika penulisan.

    Bab kedua, Ketentuan-ketentuan ijarah dalam Hukum Islam dan

    perlindungan konsumen pada UU No.8 Tahun 1999. Membahas tentang

    akad ijaroh, pengertian, dasar hukum syarat dan batalnya ijaroh,

  • 16

    bentuk-bentuk ijaroh serta ujroh(upah). Kemudian membahas tentang

    definisi pengangkutan, jenis-jenis angkutan, tujan dan manfaat angkutan.

    Kemudian membahas tentang tarif, definisi tarif, macam-macam tarif.

    Kemudian membahas tentang perlindungan konsumen, pengertian,

    asas-asas, hak dan kewajiban konsumen dll.

    Bab ketiga membahas penerapan tarif angkutan kota di kota Salatiga

    yang meliputi gambaran umum penelitian yaitu gambaran umum angkutan

    umum, gambaran umum lokasi penelitian,tarif angkutan kota, realisasi

    tarif angkutan kota di kota Salatiga dan juga sanksi bagi yang melanggar

    peraturan.

    Bab keempat hasil penelitian membahas Tinjauan Hukum Islam dan

    UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berisi

    analisis penerapan sistem pembayaran satu tarif angkutan kota Salatiga

    dan analisis Hukum Islam dan UU No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan

    Konsumen terhadap sistem pembayaran satu tarif angkota di kota Salatiga.

    Bab kelima penutup yang meliputi kesimpulan dan saran serta

    sebagai kajian lebih lanjut atau rekomendasi bagi akademisi dan bagi

    penelitian yang akan datang.

  • 17

    BAB II

    KETENTUAN-KETENTUAN IJARAH DALAM HUKUM ISLAM DAN

    PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA UU NO.8 TAHUN 1999

    A. Ijarah

    1. Definisi Ijarah

    Secara bahasa, al-ijaroh berasal dari kata al-arju yang dalam bahasa

    Indonesia adalah ganti dan upah. Dalam kamus al Munawwir juga

    dijelaskan bahwa kata ijarah diderivasikan dari bentuk fi’il

    “ajara-ya’juru-ajran”. Ajran sendiri memiliki arti yang sama dengan kata

    al-iwadh yang berarti ganti dan upah. Jadi, pada dasarnya al-ijarah secara

    bahasa yaitu ganti dan upah.17

    Pengertian ijarah menurut istilah(terminologi) adalah suatu perjanjian

    dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu benda

    untuk dipakai selama suatu jangka waktu tertentu, sedangkan pihak lainnya

    menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk

    pemakaian benda itu pada waktu-waktu yang telah ditentukan.18

    Ulama Hanafiyah mendefinisikan akad ijarah sebagai sebuah akad

    kemanfaatan dengan adanya kompensasi. Ketentuan ijarah sama dalam

    ketentuan jual-beli. Kemudian Ulama Syafi’iyah mendefinisikan akad

    ijarah sebagai akad atas kemanfaatan yang tertuju pada sesuatu yang

    17 Munawwir. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia,(surabaya:pustaka,1997) hal 9

    18 Subekti,Hukum Perjanjian,(Jakarta:Intermasa,2002) hal 164

  • 18

    mubah dan dapat dipertukarkan dengan kompensasi yang umum

    diterapkan.

    Lalu menurut Ulama Malikiyah menjelaskan lebih lanjut bahwa akad

    ijarah adalah pemindahan kepemilikan atas manfaat sesuatu yang mubah

    dengan durasi waktu diketahui dan kompensasi yang sesuai.19 Definisi ini

    sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ulama Hanabilah.

    Imam Taqiyuddin menjelaskan ijarah adalah akad untuk mengambil

    manfaat suatu barang yang dikehendaki dan diketahui dengan memungut

    imbalan(uang sewa) yang ditentukan.20

    Menurut Fatwa DSN MUI No.09/DSN_MUI/IV/2000 tentang

    pembiayaan ijarah, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas

    suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran

    sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu

    sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan

    kepemilikan,tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang

    menyewakan.21

    Dalam KUH Perdata pasal 1548 menjelaskan bahwa sewa menyewa

    (ijarah) adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan

    dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu

    19 Al-jazari,Al-fiqh ala al-madahib al-arba’ah,(Beirut:Dar Al-kutub Al-ilmiyah,2010)hal.597-598

    20 Abi bakar Al-hussaini,kifaratul Akhyar,jilid 2.Trj.A.Zidun & A.Ma’ru Asrori,cet.1(Surabaya:PT BinaIlmu,1997 )hal.184

    21 Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syariah.Edisi Pertama,(DSN-MUI:BI,2001),hal.55

  • 19

    barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran yang oleh

    pihak tersebut belakangan disanggupi pembayarannya.

    Dari berbagai pengertian ijarah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    pada dasarnya tidak ada perbedaan prinsip diantara para ulama dalam

    mengartikan ijarah atau sewa menyewa. Jadi, ijarah atau sewa menyewa

    adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu

    barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah

    tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

    Dalam hal ini dapat berupa manfaat dari barang seperti kendaraan,

    rumah dan manfaat karya seprti pemusik, bahkan dapat berupa karya

    pribadi seperti kerja.sewa- menyewa (ijarah) juga sama seperti jual-beli

    dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya, yaitu merupakan suatu

    perjanjian kesepakatan (konsensual) yang artinya ia sudah sah dan

    mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokonya,

    yaitu barang dan harga.22

    Perjanjian itu mempunyai kekuatan hukum, yaitu pada saat

    sewa-menyewa berlangsung. Apabila akad sudah berlangsung, pihak yang

    menyewakan (ma’jir) wajib menyrahkan barang (ma’jur) kepada

    penyewa(musta’jir). dengan diserahkannya barang atau benda maka

    penyewa wajib pula menyerahkan uang sewanya (ujroh).23

    22 Subekti. Aneka Perjanjian.(bandung,PT.Citra Aditya Bakti:1989) hal.39

    23 Pasarubi,Lubis. Hukum Perjanjian Dalam Islam.(Jakarta:Sinar Grafika. 2004). hal 52

  • 20

    2. Dasar Hukum Ijarah

    Rachmat Syafi’I menyatakan dalam bukunya bahwa hampir semua

    ulama ahli fiqh sepakat bahwa ijarah di syariatkan dalam islam. Sementara

    yang tidak sepakat diantaranya adalah Abu Bakar Al-Hasan, Islail Ibn

    Aliah, Hasan Al-Basri, Al-Qasyani, Nahrawi dan Ibn Kaisan. Mereka

    beralasan bahwa ijarah adalah jual beli kemanfaatan, yang tidak dapat

    dipegang (tidak ada). Sesuatu yang tidak ada tidak dapat dikategorikan

    dengan jual beli.24

    Untuk menjawab pandangan ulama yang tidak menyepakati

    ijarah tersebut Ibn Rusyd berpendapat bahwa meskipun tidak berbentuk,

    tetapi dapat dijadikan alat pembayaran menurut kebiasaan (adat). Jumhur

    ulama berpendapat bahwa ijarah disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an,

    As-Sunnah danIjma’ :

    a. Dasar Hukum Ijarah Dalam Al Qur’an adalah :

    Firman Allah Qs. Al-Baqarah (2) ayat 233 :

    ���� �Ω���˵���˵�Ϯ ������� �����������Ϯ � �˴ϭ�� ��� �ΩϮ���� ˵ �˴��� ��˴˵�������Ϡ �˴˵���˵��� � �˴��Ω�⺂˵��� �˴˵ �˸�˵��� �ϦϮ����Ϯ��˵�Ϯ��˵

    ���� �Ω���˵��� �⺂�� ����������� �Γ����Ϯ�� ������� �⺂ ��� �˴˸˵ �˴� �⺂�⺂ �έ˵Ύ�˴ �ϒ���Ϡ�� �⺂ ������˵ �˸�˵���� � �˴ �˴���˵ �˸Ϡ�� � �˴ �˴�˵⺂��

    �����˴˵����� �Ρ����� ���� ����������� ����˴˵���� �νϮ���� �˴� �⺂����� Ϯ�ΩϮ���� ˵��˴�� �����˶�ϟ �Ի˵˴�� ����Ϯ��˵�Ϯ ������� �����������

    ��� Ϯ�� �˵�Ϯ�� ������˵ �˸�˵���� �˴ϭ˵���ϴ ��� �˴ϭ˵����˴ Ϯ�ϟ�⺂ ˵ �˴Ϡ˵����� �Ρ����� ���� ˵ �˴Ϡ�Ω�⺂˵��� Ϯ�� �˸�˵��ϭ˵ �˸� ��� ˵ �˴�Ω���� ˵��⺂��

    (���) ������� �������˵ �˸� ����� ��� ���� Ϯ�����˵�Ϯ��

    24 Syafi’I,Fiqh Muamalah,(Bandung;CV Pustaka Setia,2001),hal121

  • 21

    “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu

    bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi

    makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak

    dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu

    menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,

    dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih

    (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka

    tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh

    orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

    pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan

    ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

    Qs.Al-Qashas (28) ayat 26 :

    (�晦) �˴����˵ϣϮ �ϱ���˵˵�Ϯ �Ϧ˵���˵⺂�ϭ˵˴Ϯ � �˴� ��˵��ή ���⺂ ���˵���˵⺂�ϭ˵˴Ϯ � �˶������ �����Ϯ��˵��⺂ ˵ �˶����

    “Dan salah seorang dari kedua(perempuan) itu berkata“ wahai ayahku! Jadikanlah

    dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang

    engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat

    dipercaya” (Qs.Al-Qashas:26).

  • 22

    Kemudian Qs.At-Thalaq (65) ayat 6:

    �Ի˵��� �Ϧ�⺂��� � �˴Ϡ ��⺂�� �� �˴˴˵����� Ϯ�� �˵�����ϭ�� � �˴��������� �⺂�� ˵ �˴Ϡ��˵��� �˴�� �˴ϭ��Ϡ�˴ �˵˵��� ˵ �˴� � �˴�����Ϡ˵ �˴�

    ������˵ �˸��� �˴Ϡ��˵��� Ϯ�������˵��� � �˴�������� � �˴����Ϯ�� ˵ �˴Ϡ�� �˴˵ �˸�˵��� ˵��˴�� �� �˴ �˴�˵��� �˴˵ �˸��� ˶��ϭ�� � �˴˴˵����� Ϯ�� �˵Ύ �˴⺂��

    (晦) ˶ϯ��˵ή�� ���� �ϊ��˵��ϭ� �˸� ˵ �˴�˵��˴�� �˸� ��⺂��

    “Tempatkanlah mereka(para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut

    kemampuan dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan(hati)

    mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak itu sedang hamil, maka

    berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan kandungannya,

    kemudian jika mereka menyusukan(anak-anak)mu maka berikanlah imbalannya

    kepada mereka dan musyawarhkanlah di antara kamu(segala sesuatu) dengan baik,

    dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain menyusukan(anak itu)

    untuknya.”

    Dari penjelasan ayat-ayat al-qur’an diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    sewa-menyewa (ijarah) hukumnya adalah boleh, sebagaimana hukum transaksi

    muamalah lainnya.

    b. Dasar Hukum Ijarah Dalam As-Sunnah

    �Ϯ Ի�� ���Ϯ ��� ⺂Ϯ ���Ϯ: ˴�˴� ���� � Ϯ Ի� � Ϯ � �˴ � � �� : � �� ��˴�� � ��� ��� ˴� Ϯ ˴�

    (�� �� ˴�Ϯ �Ϯ�� ) ���� ϒ��

  • 23

    Artinya :

    Dari Ibn Umar RA, Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “berikanlah

    olehmu upah buruh itu sebelum keringatnya kering”( riwayat Ibn Majjah).25

    ���� �˴ ��Ϯ� ��ϟ ˴�˴� ���� � Ի� � ��˴� �˴�� ����Ϯ ˴� �� Ϯ�˸�Ϯ ��� ��� ν� ϣϮ ϯ�Ϡ˴ ��Ϡ

    (Ω�Ω ��Ϯ � ���Ϯ �Ϯ��) ����Ϯ

    Artinya :

    “Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membeyar dari tanaman yang

    tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar

    membayarnya dengan uang emas atau perak” ( HR.Ahmad dan Abu Daud).

    Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa dibolehkannya transaksi

    sewa-menyewa sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dimana pada masa

    itu beliau melakukan transaksi muamalah berupa sewa-menyewa.

    25 Muhammad bin yazid Abu ‘Abdullah Al Qaswiny, Sunah Ibn Majah,(Beirut,Dar Al-Fikr,2004) Jilid II, Hal.20

  • 24

    c. Dasar Hukum Ijarah Dalam Ijma’

    Para ulama sepakat bahwa ijarah dibolehkan sekalipun ada beberapa

    yang membantah kesepakatan (ijma’) ini, hal tersebut tidak akan

    dianggap .26

    Tujuan disyariatkan ijarah adalah untuk memberikan keringanan

    kepada umat dalam pergaulan hidup. Seseorang mempunyai uang tetapi

    tidak dapat bekerja, di pihak lain ada yang punya tenaga dan membutuhkan

    uang dan dengan ijarah keduanya saling mendapat keuntungan, seseorang

    tidak memiliki mobil tapi memerlukannya di pihak lain ada yang

    mempunyai mobil dan memerlukan uang. Dengan transaksi ijarah kedua

    belah pihak dapat memperoleh manfaat .27

    Jadi, berdasarkan Nash Al-Qur’an, Sunnah (hadis) dan ijma’ dapat

    disimpulkan bahwa hukum ijarah atau sewa-menyewa boleh dilakukan

    dalam Islam asalkan sesuai dengan syara’.

    3. Rukun Ijarah

    Dalam sebuah transaksi ijarah dinyatakan sah apabila telah

    terpenuhi rukun dan syarat sebagaimana yang berlaku. Menurut Ulama

    Hanafiyah, rukun ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan

    menggunakan kalimat : al-ijarah,al-ikhtira’,dan al-ikra’ .28

    26 Suhendi, Fiqh Muamalah,(Jakarta:Grafindo Persada,2010) hal.117

    27 Syarifudin,Garis-Garis Besar Fiqh (Bogor:Kencana,2003) hal.217

    28 Suhedi,hal.125

  • 25

    Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun dan syarat ijarah ada empat

    yaitu:29

    1) ‘Aqid (orang yang berakad)

    Orang yang melakukan ijarah ada 2 yaitu Mu’jir dan

    Musta’jir. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah atau yang

    menyewakan. Sedang kan musta’jir adalah orang yang menerima

    upah untuk melakukan sesuatu dan menyewakan sesuatu.30 Bagi

    yang berakad disyaratkan mengetahui manfaat barang yang

    dijadikan akad sehingga sehingga dapat mencegah terjadinya

    perselisihan.

    Untuk kedua pihak yang melakukan akad disyaratkan

    berkemampuan yaitu kedua-duanya berakal dan dapat

    membedakan baik ataupun buruk. Jika salah seorang yang berakal

    itu gila atau anak kecil yang belum dapat membedakan baik

    ataupun buruk, maka akad menjadi tidak sah.31

    2) Sighat Akad

    Sighat pada akad yaitu suatu ungkapan para pihak yang

    melakukan akad berupa ijab dan qabul. ijab adalah permulaan

    penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad. Ijab

    29 Syafi’I rachmad, Fiqh Muamalah,(Bandung,CV Pustaka Setia,2001) cet 4,ha.125

    30 Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah,(Jakarta,Gaya Medika Pustaka,2000)hal.230

    31Sabiq ,Fiqh Sunah,Jilid IV,cet 1(Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006) ,hal.205

  • 26

    diartikan dengan suatu pernyataan atau janji penawaran dari pihak

    pertama untuk melakukan atau tidak melakukan

    sesuatu.sedangkan qobul adalah suatu pernyataan yang diucapkan

    dari pihak yang berakad pula (musta’iir) untuk menerima

    kehendak dari pihak pertama yaitu setelah adanya ijab.32

    Dalam ijarah ijab dan qobul juga harus menyebutkan masa

    atau waktu yang ditentukan.

    3) Ujroh (upah)

    Ujroh yaitu sesuatu yang diberikan atau diambil manfaat oleh

    mu’jir dengan syarat :

    a. Sudah jelas/diketahui jumlahnya karena ijarah akad timbal

    balik,karena itu ijarah tidak sah dengan upah yang belum

    diketahui.

    b. Pegawai khusus seperti hakim tidak boleh mengambil uang

    dari pekerjaannya karena dia sudah mendapat gaju khusus dari

    pemerintah.

    c. Uang yang harus diserahkan bersamaan dengan penerimaan

    barang yang disewa. Jika lengkap manfaat yang disewa maka

    uang sewanya harus lengkap.33

    32 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,(Jakarta,Raja Grafindo,2010)hal.117

    33 Qal ‘Ahji M.Rawwas,Ensiklopedia Fiqh Umar Bin Khattab,(Jakarta,PT.Raja Grafindo Persada,1999) hal.178

  • 27

    4) Ma’jur (Objek akad)

    Diantara cara untuk menegtahui ma’qud alaih (barang) adalah

    dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktunya, atau

    menjelaskan jenis pekerjaan jika ijarah atas pekerjaan atau jasa

    seseorang.34

    Semua harta benda boleh dijadikan ijarah diatasnya kecuali yang

    memenuhi persyratan sebagai berikut:

    a. Manfaat dari objek akad sewa-menyewa harus diketahui secara jelas.

    Seperti dengan memeriksa atau pemilik memberikan informasi secara

    transparan tentang kualitas manfaat barang.

    b. Objek ijarah dapat diserah terimakan dan dimanfaatkan secara langsung

    dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya. Tidak

    dibenarkan transaksi ijarah atas harta benda yang masih dalam

    penguasaan pihak ketiga.

    c. Objek yang disewakan langsung dari sebuah benda , misal mobi atau

    rumah. Tidak dibenarkan sewa menyewa ternak untuk diambil

    keturunannya seperti telurnya,buahnyaataupun susunya serta tidak

    dibenarkan sewa menyewa yang diambil buahnya sperti sewa pohon

    manga untuk diambil buahnya.

    34 Syafii Rachmad,Op.Cit,hal.126

  • 28

    d. Objek ijarah dan manfaatnya tidak bertentangan dengan hukum syara’

    misalkan menyewakan rumah untuk kegiatan maksiat tidak sah.

    e. Harta benda yang objek ijarah haruslah harta benda yang bersifat

    isty’mali yaitu harta benda yang dapat dimanfaatkan berulangkali tanpa

    mengakibatkan kerusakan zat dan pengurusan sifatnya.Sedangkan harta

    benda yang bersifat istihlaki adalah harta benda yang rusak atau

    berkurang sifatnya karena pemakaian seperti makanan,buku tulis, tidak

    sah ijarah diatasnya.35

    Kelima persyaratan diatas harus dipenuhi dalam setiap ijarah

    mentransaksiakan manf’at suatu benda. Disamping itu masih terdapat

    prinsip lain yang harus dipenuhi yaitu :

    1) Tidak mengandung unsur gharar, yaitu jual beli yang mengandung tipu

    daya yang merugikan salah satu pihak karena barang yang diperjual

    belikan tidak dapat dipastikan adany, atau tidak dapat dipastkan jumlah

    dan ukurannya, atau karena tidak mungkin dapat diserah terimakan.36

    2) Bai’al-Ma’dum (jual beli barang tidak ada)

    Dengan terpenuhinya prinsip-prinsip diatas, maka ijarah dapat

    berlangsung sah, demikian pula sebaliknya apabila salah satunya tidak

    terpenuhi maka ijarah tidak sah menurut Hukum Islam.

    35 Ibid,hal127

    36 Ghufran A, Mas’adi, Fikh Muamalah Kontekstual,(Jakarta:Grafindo Persada,2002) hal.133

  • 29

    4. Syarat Ijarah

    Syarat ijarah terdiri atas empat macam, sebagaimana dalam syarat

    jual beli yaitu syarat al-inqad (terjadinya akad),syarat (syarat pelaksanaan

    akad), syarat sah dan syarat lazim.

    a. Syarat terjadinya akad (al-inqad)

    Syarat ini berkaitan dengan aqid (orang yang melakukan akad), zat akad,

    dan tempat akad. aqid disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (minimal

    7 tahun) , menurut ulama Hanabilah dan Syafi’iyah mensyaratkan orang

    yang akad harus mukallaf yaitu baligh dan berakal, sedangkan anak

    mumayyiz belum dapat dikategorikan ahli akad.

    b. Syarat pelaksanaan(an-nafadz )

    Agar ijarah terlaksana, barang harus dimilki oleh aqid atau ia memilki

    kekuasaan penuh untuk akad (ahliah).dengan demikian, ijarah al-fudhul

    (ijara yang dilakukan oleh orang yang tidak memilki kekuasaan atau

    tidak didzinkan oleh pemiliknya) tidak menjadikannya ijarah.37

    c. Syarat sah ijarah

    Suatu sewa-menyewa (ijarah) dikatakan sah apabila: adanya keridhaan

    dari dua pihak, dimana masing-masing pihak rela melakukan perjanjian

    ijarah tanpa adanay pemaksaan. Selain itu, Ma’qud Alaih bermanfaat

    37 Syafii Rachmad,Op.Cit, hal.125-126

  • 30

    dengan jelas agar menghilangkan pertentangan diantara aqid. Diantara

    cara untuk mengetahui Ma’qud Alaih (barang) adalah dengan :

    1) Penjelasan manfaat, Penjelasan manfaat dilakukan agar benda atau

    jasa sewa benar-benar jelas. Yakni manfat harus digunakan untuk

    keperluan-keperluan yang dibolehkan syara’.38

    2) Penjelasan Waktu, Jumhur ulama tidak membrikan batasan

    maksmal atau minimal. Jadi, dibolehkan selamanya dengan syarat

    asalnya masih tetap ada.39 Menurut sudarsono, lamanya waktu

    perjanjian kerja harus dijelaskan, apabila tidak dijelaskan

    makaperjanjian dianggap tidak sah.40

    3) Penjelasan harga sewa, untuk membedakan harga sewa sesuai

    dengan waktunya, misal per bulan, per tahun, per hari

    4) Penjelasan jenis pekerjaan, yaitu menjelaskan jasa yang dibutuhkan

    penyewa dan orang yang dapat memeberikan jasanya. Misalnya

    pembantu rumah tangga. Barang yang disewakan atau jasa yang

    ditawarkan merupakan barang yang suci dan merupakan pekerjaan

    yang halal serta lazim sifatnya seperti menyewakan kerbau untuk

    menggarap sawah.

    d. Syarat mengikat akad ijarah (syarat luzum)

    38 Chairuman pasabiru, Hukum Perjanjian Dalam Islam,(Jakarta, Sinar Grafika,2004) hal.54

    39 Ibid, hal127

    40 Sudarsono,Pokok-Pokok Hukum Islam,(Jakarta:PT.Asd cet.ke 2,2001)hal.428

  • 31

    Agar akad iajarah mengikat, diperlukan dua syarat.41

    1) Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat (‘aib) yang

    menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda yang disewa itu.

    Apabila terdapat cacat maka orang yang menyewa (musta’jir) boleh

    memilih antara menuruskan ijarah dengan pengurangan uang sewa dan

    membatalkannya.

    2) Tidak terdapat udzur(alasan) yang dapat membatalkan akad ijarah.

    Misalnya udzur pada salah seorang yang melakukan akad, atau pada

    sesuatu yang disewakan. Menurut ulama hanafiah, apabila terdapat

    udzur, baik pada pelaku maupun ma’qud alaih, maka pelaku berhak

    membatalkan akad. Sedangkan menurut jumhur ulama akad ijarah tidak

    batal karena adanya udzur, selam objek akad yaitu manfaat tidak hilang

    sama sekali.

    B. Tinjauan Pengangkutan

    1. Definisi Pengangkutan

    Menurut Abdul Kadir Muhammad pengangkutan berasal dari

    kata dasar “angkut”yang berarti angkat dan bawa,muat dan bawa atau

    kirimkan.42 Pengangkutan artinya pengangkatan dan pembawaan

    barang atau orang, barang atau orang yang diangkut. Dalam

    41 Wardi Muslich,Ahmad, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH,2015) cet.3 hal.3227

    42 Abdl Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan,Darat,Laut Dan Udara,(Bandung,PT.Citra AdityaBakti)hal.19.

  • 32

    pengangkutan tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari satu

    tempat ke tempat lain.

    Dalam pengertian lain pengangkutan adalah kegiatan

    pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ketempat lain

    baik melalui angkutan darat,angkutan perairan, maupun angkutan

    udara dengan menggunakan alat angkutan. 43

    Menurut pasal 1 angka 2 UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu

    Lintas Dan Angkutan Jalan, angkutan adalah perpindahan orang

    dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

    kendaraan di ruang lalu lintas jalan.44

    Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan

    manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait

    unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut:45

    1. Adanya sesuatu yang diangkut.

    2. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan.

    3. Adanya tempat yang dapat dilalui alat angkutan.

    Pengangkutan sebagai proses (process) yaitu serangkaian perbuatan

    mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju

    43 Purba Hasim,Hukum Pengangkutan Di Laut(Medan: Pustaka Bangsa Press,2005) hal.4

    44 R.I UU No.22 Tahun 2009, tentang “lalu lintas dan angkutan jalan”, BAB I, Pasal 1 Ayat 3

    45 Khairandy Ridwan, Machsun Tabroni,Ery Arifudi dan Djohari Santoso,Pengantar Hukum DagangIndonesia,Jilid 1(yogyakarta:Gama Media,1999) hal.195

  • 33

    ke tempat yang ditentukan, dan pemongkaran atau penurunan di

    tempat tujuan46

    pengertian umum perjanjian pengangkutan adalah sebuah

    perjanjian timbal balik,dimana pihak pengangkut mengikatkan diri

    untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang ke

    tempat tujuan tertentu sedangkan pihak lainnya (penumpang )

    berkeharusan menunaikan biaya tetentu.

    Dari beberapa pengertian tersebut diatas,dapat disimpulan

    mengenai pengertian dari pengangkutan yaitu mengangkut orang dan

    /atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan selama yang

    didahlui atau diawali dengan adanya perjanjian antara pengangut

    dengan penumpang dan/atau pengirim barang.

    2. Pengertian Pelaku Usaha,Jasa Dan Konsumen

    Menurut pasal 1 ayat (3) Undang-undang Perlindungan konsumen

    No.8 Tahun 1999 pelaku usaha adalah setiap orang, perseorangan atau

    badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan

    hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

    wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun

    bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam

    berbagai bidang ekonomi47.

    46 Suegijatno Tjakranegara, Huum pegangutan Barang Dan Penumpang,(Jakart,Rhineka Cipta,2005)hal.3

    47 Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia(jakarta:Dajmbatan,1995) hal.2

  • 34

    Dalam pengertian ini, yang dimaksud pelaku usaha adalah

    perusahaan, (korporasi) dalam segala usahanya, seperti BUMN, koperasi,

    dan perusahaan swasta, baik berupa pabrik, importir, pedagang eceran,

    distributor, dan lain-lain.

    Sebagai penyelenggara kegiatan usaha, pelaku usaha adalah pihak

    yang bertanggung jawab atas akibat-akibat negatif berupa kerugian yang

    ditimbulkan oleh usahanya terhadap pihak ketiga, yaitu konsumen, sama

    dengan produsen.

    Konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari

    produk yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha.48 Konsumen

    adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

    masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

    maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.49

    Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.8 Tahun 1999

    Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa “ konsumen adalah

    setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

    baik bagi kepentingan diri sendiri,keluarga,orang lain maupun makhluk

    hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

    Konsumen angkutan dalam hal ini adalah penumpang. Menurut

    Abdul kadir Muhammad Penumpang adalah orang yang mengikatkan diri

    48 Mariam Darius, Perlindungan Terhadap Konsumen Ditinjau dari Segi Standar Kontrak (Baku), makalahpada simposium Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen,(BPHN,Binacipta,1980),hal.59-60

    49 Tatik suryani, Perilaku Konsumen,(Yogyakarta,Graha Ilmu,2003)

  • 35

    untuk membayar biaya angkutan atas dirinya yang diangkut atau semua

    orang atau badan hukum pengguna jasa angkutan.50

    Sedangkan jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang

    ditawarkan oleh satu pihak kepihak lain yang secara prinsip tidak

    berwujud dan tidak menyebabkan perpindaha kepemilikan.51

    Menurut Undang- undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan

    konsumen, jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau

    prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh

    konsumen.

    3. Macam-macam angkutan umum

    Dalam undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

    jalan menjelaskan macam-macam angkutan umum, antara lain :

    1. Kendaraan Bermotor, adalah setiap kendaraan yang digerakkan olehperalatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atasrel.

    2. Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkanoleh tenaga manusia dan/atau hewan.

    3. Kendaraan bermotor umum, adalah setiap kendaraan yang digunakanuntuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

    4. Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakanjasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotorumum.

    5. Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiriatas, angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek

    50 Gultom Efrida, Hukum Pengangkutan Di Laut(Jakarta: Literata Lintas Media,2008) hal.12

    51 Yoeti,Oka, Pengantar Ilmu Pariwisata, Edisi Revisi(Bandung: Penerbit Angkasa,1999) Hal.107

  • 36

    dan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalamtrayek.

    Pembagian jenis-jenis angkutan pada umumnya didasarkan pada

    jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi

    wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan.

    Jenis-jenis pengangkutan terdiri dari : angkutan darat, angkutan

    laut dan angkutan udara.

    a) Angkutan Darat

    Ruang lingkup angkutan darat dinyatakan sepanjang dan

    selebar negara, yang artinya ruang lingkupnya sama dengan ruang

    lingkup negara. Angkutan darat terdiri dari 3 macam yaitu : angkutan

    jalan raya,angkutan kereta api,angkutan air, danau dan

    penyebrangan.52

    b) Angkutan Udara

    Angkutan udara adalah merupakan alat angkutan yang mutakhir

    dan tercepat. Transportasi udara dapat menjangkau tempat-tempat yang

    tidak dapat dijangkau dengan moda darat maupun laut. Alat angkut udara

    biasa disebut pesawat terbang.

    Sedangkan Angkutan kota sendiri atau biasa disingkat angkota

    adalah salah satu jenis angkutan umum dengan rute yang sudah ditentukan.

    Angkutan umum adalah sebuah sarana kegiatan perpindahan orang

    52 Salim Abbas, Manajemen Transportasi(Jakarta:Raja Grafindo Persada,1993) hal.102

  • 37

    maupun barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan kendaraan

    sebagai angkutan

    Dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

    dan Angkutan Jalan pasal 142, Angkutan Perkotaan adalah angkutan dari

    satu tempat ke tempat lain dalam kawasan perkotaan yang terikat dalam

    trayek.

    Kawasan perkotaan yang dimaksud adalah berupa :

    - Kota sebagai daerah otonom.

    - Bagian dari daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan.

    - Kawasan yang berada dalam bagian dari dua atau lebih daerah yang

    berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan.

    4. Tujuan Dan Manfaat Pengangkutan

    Pengangkutan bertujuan untuk membantu memindahkan barang

    dan atau orang dari satu tempat ke tempat lain secara efektif dan efisien.

    Efektif karena perpindahan barang dan atau orang dapat dilakukan

    sekaligus atau dalam jumlah yang banyak.sedangkan efisien karena

    dengan pengangkutan perpindahan itu menjadi relative singkat atau cepat

    dalam ukuran jarak dan waktu dari tempat awal ke tempat tujuan.

    Pengangkutan jalan bertujuan untuk :

    a) Terwujudnya pelayanan lalulintas dan pengangkutan jalan yang

    aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angktan lain

  • 38

    untuk mendorong perekonomian nasional, memperkokoh persatuan

    dan kesatuan bangsa serta menjunjung tinggi martabat bangsa.

    b) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa

    c) Terwujudnya penegakan hukum kepastian dan kepastian hukum

    bagi masyarakat. 53

    Sedangkan manfaat pengangkutan adalah memindahkan barang

    dana tau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud

    meningkatkan daya dan nilai. Pengngkutan pada pokonya berfungsi

    membawa barang yang dirasakan kurang sempurna bagi kebutuhan di

    suatu tempat dimana barang tersebut menjadi lebih bemanfaat.54

    Pengangkutan sendiri memiliki nilai yang sangat vital dalam

    kehidupan masyarakat. Hal ini didasari oleh beberapa faktor yaitu :

    a) Keadaan geografis indonesia yang berupa daratan pulau besar

    maupun kecil, dan berupa perairan yang terdiri dari laut, suangai dan

    danau yang memungkinkan dilakukannya pengangkutan di seluruh

    wilayah.

    b) Menunjang pembangunan di berbagai sektor

    c) Mendekatkan jarak antar desa dan kota

    d) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    53 UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Pasal 3

    54 Abdulkadir Muhammad(selanjutnya disebut AbdulKadir Muhammad IV), Hukum Pengangkutan Niaga(Bandung:Citra Aditya Bhakti,2013) hal.18

  • 39

    C. Tinjauan Tarif Angkutan

    1. Tarif Angkutan

    Menurut Lidwina, tarif angkutan umum adalah tarif yang dikenakan pada

    angkutan umum. Besarnya tarif ditentukan oleh beberapa aspek, antara

    lain : kepentinga konsumen pengguna, produsen atau operator pengguna

    jasa dan kemampuan/kepentingan pemerintah. Tingkat tarif angkutan

    dipengaruhi juga oleh perubahan biaya operasi alat angkutan yang

    ditetapkan berdasrkan biaya operasi satu unit (unit cost) dari jasa

    angkutan tersebut.

    Pengusaha angkutan selalu menginginkan agar jasa tarif ditetapkan

    tinggi, sedangkan konsumen menginginkan tarif yang rendah. Tarif

    dikatakan wajar selama masih berada dalam jangkauan daya beli pemakai

    jasa angkutan serta dapat menjamin penerimaan yang layak bagi pengusaha

    angkutan.

    Menurut departemen perhubungan, tarif adalah besarnya biaya yang

    dikenakan pada setiap penumpang kendaraan angkutan umum yang

    dinyatakan dalam rupiah. Penetapan tarif dimaksudkan untuk mendorong

    terciptanya penggunaan sarana dan prasarana pengangkutan secara optimal

    dengan mempertimbangkan lintasan yang bersangkutan.

    Guna melindungi konsumen, pemerintah menetapkan batas tarif

    maksimum, dan bila dianggap perlu untuk menjaga persaingan sehat,

    pemerintah juga menetapkan tarif minimum. Sementara itu tarif harus

  • 40

    ditetapkan sedmikian rupa sehingga masih memberi keuntungan wajar

    kepada pihak pengusaha angkutan umum dan dapat diterima konsumen.

    2. Macam-Macam Tarif Angkutan

    Tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga

    untuk para pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur. Tarif

    angkutan dapat dikategorikan sebagai berikut :

    a. Tarif menurut kelas (class rate) berlaku khusus untuk muatan dan

    penumpang.

    b. Tarif pengecualian, merupakan tarif yang lebih rendah dari class

    rate

    c. Tarif perjanjian/kontrak, berlaku untuk angkutan jalan dan

    angkutan laut dan juga berlaku moda angkutan lainnya (angkutan

    udara untuk pipa).

    Sedangkan tarif yang belaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    1) Tarif Menurut Trayek, adalah angkutan berdasarkan atas

    pemanfaatan operasional dari moda transportasi yang dioperasikan

    dengan perhitungan jarak yang dijalani oleh moda transportasi.

    2) Tarif Lokal, adalah tarif yang berlaku dalam satu daerah tertentu

    3) Tarif Deferensial, adalah tarif angkutan dimana terdapat

    perbedaan tinggi tarif menurut jarak, berat muatan, kecepatan atau

    sifat khusus dari muatan yang diangkut.

  • 41

    4) Tarif Peti Kemas, adalah tarif yang diberlakukan unkuran kotak

    yang diangkut dari asal pengiriman ke temppat tujuan barang.

    3. Struktur Tarif

    Di dalam menangani kebijaksanaan tarif, tujuan apapun yang

    dibuat, pada akhirnya akan diambil keputusan yang mempertimbangkan

    dua hal.

    Pertama , Tingkat tarif merupakan besarnya tarif yang dikenakan dan

    mempunyai rentang dari tarif bebas/gratis sama sekali sampai pada

    tingkatan tarif yang dikenakan akan menghasilkan keuntungan pada

    pelayanan.

    Kedua, mempertimbangkan struktur tarif yang merupakan cara

    bagaimana tarif tersebut dibayarkan.

    Ada beberapa pilihan yang digunakan dalam penetapan tarif angkutan,

    diantaranya adalah

    1. Tarif Saragam (Flat Fare), diaman dalam struktur tarif seragam

    dikenakan tanpa memeperhatikan jarak yang dilalui. Struktur tarif

    seragam ini bermanfaat apabila diterapkan pada daerah yang

    kawasan pemukimannya sebagian besar terletak melingkar

    mengelilingi pusat kota, kemudahan dalam pengumpulan

    ongkosnya di dalam kendaraan. Selain itu struktur ini

    memungkinkan transaksi yang cepat dan secara umum

    penampilan tarifnya sederhana. Namun, di satu pihak merugikan

  • 42

    penumpang yang melakukan perjalanan pendek karena tarifnya

    akan sama dengan tarif yang dikeluarkan oleh penumpang yang

    melakukan perjalanan panjang/ jauh.

    2. Tarif Berdasarkan Jarak (Distance-based-fare)

    Ada beberapa macam struktur tarif berdasarkan jarak, yaitu:

    a. Tarif Kilometer

    Struktur tarif ini sangat bergantung dengan jarak yang ditempuh,

    yaitu penetapan besarnya tarif dilakukan pengalian ongkos tetap

    per-kilometer dengan panjang perjalanan yang ditempuh oleh

    setiap penumpangnya. Tarif kilometer ini cocok untuk

    pengangkutan perkotaan hanya di bawah keadaan-keadaan

    tertentu dan sekarang ini struktur ini tidak banyak digunakan.

    b. Tarif Bertahap

    Struktur tarif ini dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh oleh

    penumpang. Tahapan adalah suatu penggal dari rute yang

    jaraknya antara satu atau lebih tempat pemberhentian sebagai

    dasar perhitungan tarif.tarif baertahap mencerminkan usaha

    penggabungan secara wajar keinginan penumpang dan

    pertimbanganbiaya yang dikeluarkan perusahaan dengan waktu

    untuk mengumpulkanongkos.

  • 43

    c. Tarif Zona

    Tarif ini merupakan bentuk penyedehanaan dari tarif bertahap

    jika daerah pelayanan berangkutan dibagi dalam zona-zona.

    Daerah pelayanan perangkutan juga dapat dibagi ke dala

    zona-zona berdekatan. Jika terdapat jalan melintang dan

    melingkar, panjang jalan ini harus dibatasi dengan membagi

    zona-zona kedalam sektor-sektor.

    Tarif zona memiliki kerugian bagi penumpang yang melakukan

    suatu perjalanan jarak pendek di dalam dua zona yang

    berdekatan, mereka harus membayar ongkos untuk dua zona.

    Kerugia ini dapat diimbangi dengan memberlakukan zona

    tumpang tindih atau skala tarif yang dapat di pakai untuk dua

    zona.

    D. Perlindungan Konsumen

    1. Definisi Perlindungan Konsumen

    Dalam pasal 4 undang-undang perlindungan konsumen No.8

    Tahun 1999 Huruf a menyebutkan bahwa konsumen mempunyai hak

    atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi

    barang dan atau jasa. Artinya perlindungan konsumen sangat dibutuhkan

    untuk memenuhi hak-hak yang sepatutnya didapatkan konsumen dari

    suatu barang dan atau jasa yang dikonsumsinya.

  • 44

    Perlindungan konsumen yaitu suatu keseluruhan asas-asas dan

    kaidah-kaidah hukum yang dapat mengatur hubungan dan salah satu

    masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang saling berkaitan

    dengan barang dan jasa konsumen di dalam suatu pergaulan hidup.55

    Menurut pasal 3 Undang-Undang perlindungan konsumen No.8

    Tahun 1999 menetatpkan 6 tujuan perlindungan konsumen, yaitu:

    a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen

    untuk melindungi diri

    b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen supaya terhindar dari

    dampak negative pemakaian barang dan jasa

    c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam mengambil keputusan

    mengenai hak-hak konsumennya

    d. Menciptakan system perlindungan yang berkepastian hukum,

    keterbukaan informasi serta akses mendapatkan informasi

    e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha untuk bersikap jujur dan

    bertanggung jawab

    f. Meningkatkan kualitas produksi dengan jaminan kesehatan,

    kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

    Dalam pasal 3 UU perlindungan konsumen ini, merupakan isi

    pembangunan nasional karena tujuan perlindungan konsumen yang ada

    55 Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,(Bandung,Grasindo,2004)

  • 45

    merupakan sasaran akhir yang dicapai dalam pelaksanaan pembangunan

    dibidang hukum perlindungan konsumen. Menurut Achmad Ali masing

    -masing undang-undang memiliki tujuan khusus 56, hal itu juga tampak

    pada pasal 3 UUPK tersebut.

    2. Asas- Asas Perlindungan Konsumen

    Asas- asas perlindungan konsumen diatur dalam pasal 2 Undang-

    Undang perlindungan konsumen No.8 tahun 1999 yaitu:

    a. Asas Manfaat

    Segala upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan

    perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang

    sebesar-besarnya bagi konsumendan pelaku usaha secara

    keseluruhan. Dengan kata lain tidak boleh hanya satu pihak saja

    yang memperoleh manfaat, sedangkan pihak lain mendapatkan

    kerugian.

    b. Asas Keadilan

    Konsumen dan pelaku usaha dapat berlaku adil melalui

    perolehan hak dan kewajiban secara seimbang. Dengan adanya hak

    dan kewajiban ini tidak selamanya sengketa konsumen di

    akibatkan oleh kesalahan pelaku usaha saja. Namun, bisa juga

    56 Achmad Ali dalam Mini Ahmadi dan Yodo Sutarman,Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta,RajaGrafindo Persada,2008),hal.34

  • 46

    diakibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu

    akan kewajibannya.

    c. Asas Keseimbangan

    Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan

    keseimbangan antar hak dan kewajiban para pelaku usaha dan

    konsumen. Menghendaki konsumen, produsen/ pelaku usaha dan

    pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan

    dan penegakan hukum perlindungan konsumen.

    d. Asas Keamanan Dan Keselamatan

    Asas ini bertujuan untuk memberikan adanya jaminan

    hukum bahwa konsumen akan mamperoleh manfaat dari produk

    yang dikonsumsinya/dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk itu

    tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan

    harta bendanya.

    e. Asas Kepastian Hukum

    Asas ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum

    agar pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan

    menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajibannya tanpa harus

    membebankan tanggung jawab kepada salah satu pihak, serta

    negara menjamin kepastian hukum.

  • 47

    Kelima asas diatas, bila diperhatikan substansinyan, dapat dibagi menjadi

    tiga asas yaitu :

    1. Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi : asas keamanan dan asas

    keselamatan konsumen.

    2. Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan dan,

    3. Asas kepastian hukum

    Asas keseimbangan yang dikelompokkan kedalam asas keadilan , mengingat

    hakikat keseimbangan yang dimaksud juga keadilan bagi kepentingan

    masing-masing pihak, yaitu konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah,

    kepentingan pemerintah dalam hubungan ini tidak dapat dilihat dalam

    hubungan transaksi dagang secara langsung menyertai pelaku usaha dan

    konsumen.

    3. Hak Dan Kewajiban Konsumen

    Menurut pasal 4 Undang-Undang perlindungan konsumen No.8

    Tahun 1999 bahwa hak konsumen yaitu:

    a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi

    barang dan atau jasa

    b.Hak untuk memilih barang dan jasa serat mendapatkan barang dan

    atau jasa tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

    yang dijanjikan

  • 48

    c.Hak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur atas

    barang dan jasa

    d.Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya

    e.Hak untuk mendapatkan bantuan hukum (advokasi), perlindungan

    dan penyelesaian sengketa

    f. Hak dalam pembinaan dan pendidikan konsumen

    g.Hak untuk diberlakukan secara benar,jujur dan tidak diskriminasi

    h.Hak untuk mendapatkan kompensasi atas barang atau jasa yang

    merugikan

    i. Hak-hak yang ditentukan dalam perundang-undangan lainnya

    Dalam uraian hak-hak konsumen di atas, terlihat bahwa masalah

    kenyamanan,keamanan,kejelasan informasi,dan keselamatan

    konsumen menjadi hal pokok dan utaman dalam perlindungan

    konsumen.

    Sedangkan kewajiban konsumen menurut pasal 5

    Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen

    adalah :

    a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

    pemakaian atau pemanfaatab barang dana tau jasa demi keamanan

    dan keselamatan.

  • 49

    b. Beritikad baik dalam transaksi pembelian barang dan atau jasa

    c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati

    d. Mengukuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

    konsumen secara patut.

    Dalam pasal 5 UUPK di atas, sebenarnya sebenarnya dimaksudkan agar

    konsumen sendiri dapat memperoleh hasil yang optimal atas

    perlindungan konsumen dan/atau kepastian hukum bagi dirinya.

    Perlindungan konsumen bertujuan untuk melindungi konsumen dan

    hak-hak secara hukum dari pelanggaran dan penyalhgunaan hak

  • 50

    BAB III

    PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN SATU TARIF ANGKUTAN

    KOTA DI KOTA SALATIGA

    A. Gambaran Umum Kota Salatiga

    Kota Salatiga merupakan sebuah kota di Provinsi Jawa Tengahyang

    berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49

    kilometer di sebelah selatan kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah

    Utara Surakarta, serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara

    Semarang denga Surakarta. Salatiga menempati letak posisi yang sangat

    strategis karena berada pada persilangan jalan raya dari lima jurusan yaitu:

    Semarang, Bringin, Surakarta, Magelang dan Ambarawa.

    Pada awalnya kotamadya Salatiga hanya terdiri dari satu kecamatan

    saja, yaitu Kecamatan Salatiga. Namun seiring adanya pemekaran wilayah,

    Kota Salatiga mendapatkan beberapa tambahan daerah yang berasal dari

    Kabupaten Semarang. Hingga sekarang, secara Administratif Kota

    Salatiga terdiri atas 4 Kecamatan dan 23 Kelurahan, Kecamatan dan

    Kelurahan tersebut adalah:

    1. Kecamatan Sidorejo, terdiri atas 6 kelurahan yaitu : Blotongan, Sidorejo

    Lor, Salatiga, Bugel, Kauman Kidul dan Pulutan

    2. Kecamatan Tingir, terdiri atas 7 kelurahan yaitu : Kutowinangun Lor,

    Kutowinangun Kidul, Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor dan Tingir

    Tengah

  • 51

    3. Keamatan Argomulyo, terdiri atas 6 keurahan yaitu : Noborejo, Ledokk,

    Tegarejo, Kumpulrejo, Randuasir, dan Cebongan

    4. Kecamatan Sidomukti, terdiri atas 4 keurahan yaitu :Kecandran, Dukuh,

    Mangunsari dan Kalicacing

    Sesanti Kota Salatiga adalah “HATI BERIMAN”, yang ditetapkan

    dalam Perda Kodya Tingat II Salatiga No.10 Tahun 1993 tentang Penetapan

    Semboyan Salatiga Hati Beriman. Adapun kepanjangan dari sesanti HATI

    BERIMAN adalah:

    - Sehat: Kesehatan Jasmani, Rohani, dan Lingkungan;

    - Tertib: Kesadaran sosial dan disiplin;

    - Bersih: Kondisi kehidupan yang bersih secara fisik dan psikis;

    - Indah: Keindahan alam;

    - Aman: Keamanan lingkungan pemukiman, kerja, dan umum;

    Visi ”SALATIGA YANG SEJAHTERA, MANDIRI DAN

    BERMARTABAT”

    Arti visi kota Salatiga adalah:

    1. Sejahtera , mempunyai arti meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar,

    fasilitas umum, pelayanan publik dan pembangunan berwawasan

    lingkungan.

    2. Mandiri, mengandung arti mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat

    kegiatan masyarakat yang berkemampuan serta berperan aktif dalam

  • 52

    pembangunan yang dilandasi oleh jiwa dan semangat kewirausahaan untuk

    meningkatka potens dan daya saing daerah.

    3. Bermartabat , bermakna untuk mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat

    penyelenggaraan pemerintah yang tunduk pada prinsip-prinsip tata

    pemerintahan yang bersih, profesional dan penghormatan yang tinggi

    terhadap hak asasi manusia.

    Sedangkan Misi Kota Salatiga adalah

    1. Menyediakan Pemenuhan Kebutuhan Pelayanan Dasar

    a. Peningkatan akses pedidikan

    b. Peningkatan akses pelayanan kesehatan

    c. Peingkatan akses air bersih dan sanitasi

    2. Mengelola Tata Ruang Kota Yang Berkelanjutan Dan Berwawasan

    Lingkungan yang tertuang dalam Perda Kota Salatiga No.4 Tahun 2011

    Tentang Tata Ruang Wilayah Kota Salatigaahun 2010-2030.

    3. Mengembangkan Penanganan Atas Penyandang Masalah Kesejateraan

    Sosial

    a. Penanganan atas penyandang masalah sosial

    b. Kemiskinan, konfli-konflik sosial, kesenjangan pemerataan pendapatan

    4. Meningkatkan Perekonomia Daerah Berbasis Eonomi Kerakyatan dan

    Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan.

    a. Pemberdayaan ekonomi lokal

    b. Pemberdayaan rumah tangga kurang mampu

    c. Produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan

  • 53

    d. Peningkatan partisipasi publik dalam pembangunan

    5. Melestarikan Nilai-Nila Kearifan Lokal Dalan Rangka Memperkuat

    Identitas dan Jati Diri Daerah dengan Menyelaraskan pembangunan dengan

    budaya serta nilai kearifan lokal masyarakat

    6. Mengembangkan Hubungan yang Sinergis Antara Pemangku Kepetingan

    Pembangunan dan Kepentingan Menuju Terciptanya Pembangunan yang

    Berbasis Pada Upaya Peningkatan Kesejahteraan, Kemandirian

    7. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintah dengan Prinsip-Prinsip Good

    Govermance yaitu dengan mewujudkan konsep good govermance,

    pembangunan daerah dan pengelolaan sektor publik dilakukan dengan

    berbasis pada partisipasi, transparansi dan akuntailitas

    8. Mengembangkan Pemahaman Politik Melalui Budaya Politik Demokratis

    Yang Santun Dan Mengedepankan Supremasi Hukum

    9. Mengembangka Pengarusutamaan Gender Dalam Berbagai Bidang

    Kehidupan Dan Perlindungan Anak, Remaja serta Perempuan Dalam Segala

    Bentuk Disriminasi Dan Ekploitasi

    Kota Salatiga memiliki 2 terminal yaitu Terminal Tingkir yang menjadi

    terminal induk di Kota Salatiga dan Terminal Taman Sari yang merupakan

    terminal sub induk atau sering disebut terminal bayangan yang terletak di

    depan Mall Ramayana Salatiga.

    Terminal ini berfungsi sebagai terminal pembantu dengan tingkat

    pelayanan berjangkau lokal atau dalam kota dan digunakan hanya untuk

    angkutan umum bersifat angkutan dalam kota (angkota) saja.

  • 54

    Dalam sejarah kota Salatiga, Terminal Taman Sari disebut pernah

    menjadi terminal terindah di eranya. Masyarakat pada saat itu menyebutnya

    dengan terminal Bus Taman Sari serta memiliki kreasi dan arsitek

    perancangnya dalam melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan

    sekitar.

    B. Gambaran Umum Angkutan Kota Di Kota Salatiga

    1. Profil Angkutan Kota Salatiga

    Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau jasa dari satu

    tempat ke tempat lain. Angkutan kota merupakan salah satu bentuk dari

    angkutan umum yang mempunyai fungsi sebagai sarana pergerakan

    manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, yang juga

    merupakan sarana transportasi alternatif di dalam kota, terutama bagi

    masyaakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi.57

    Angkutan kota adalah satu angkutan yang banyak digunakan

    masyarakat yang ingin bepergian di area dalam kota. Angkutan kota ini

    sangat mudah ditemui seperti di Kota Salatiga. Tujuan adanya angkutan

    umum terutama angkutan kota di Kota Salatiga ini adalah

    menyelenggarakan pelayanan baik bagi masyarakat. Pelayanan ini

    meliputi : pelayanan yang aman, dapat dipercaya, teratur, cepat, murah,

    nyaman, mudah diperoleh, menyenangkan dan bermartabat.

    57 Andriariza, Pembuatan Aplikasi Untuk Perencanaan Trayek Angkutan Kota Di KotaMojokerto,(Surabaya:Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan ITS,2006)

  • 55

    Angkutan kota adalah salah satu pelayanan transportasi yang

    disediakan pemerintah kota Salatiga yang dilakukan dalam jaringan trayek

    secara teratur dengan penjadwalan tetap atau tidak terjadwal. Jaringan

    trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan

    jaringan pelayanan angkutan orang.58

    Angkutan Kota Salatiga sendiri memiliki 15 trayek tetap yang tempat

    tujuannya tersebar di Kota Salatiga dan sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk

    mengangkut penumpang baik itu dari dalam kota maupun yang akan

    menuju perbatasan/luar kota Salatiga. Ciri khas dari angkutan kota

    Salatiga ini adalah angkutan dengan mobil berwarna biru.

    Gambar 3.1 Alat Transportasi Angkota

    Sumber : www.google.com/scientarum.com

    58 Keputusan Menteri No.35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di jalan DenganKendaraan Umum

    http://www.google.com/scientarum.com

  • 56

    Rute jalur angkutan kota Salatiga

    Gambar 3.2 Denah jalur trayek Angkota

  • 57

    Trayek Dan Jalur Angkota Salatiga

    Trayek Rute Yang Dilalui

    1 Terminal Tamansari – Jl. Pemuda – Jl. Diponegoro – Jl.

    Wahid Hasyim – Jl. Imam Bonjol – Karangrejo

    ( DesaKecandran ) – Candirejo-Kampus 3 IAIN Salatiga

    2 Terminal Tamansari - Jl.Pemuda - Jl.Diponegoro – Modangan

    – Blotongan. -Kampus 3 IAIN Salatiga

    3 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda Jl.Patimura – Pasar Anyar

    (Desa Kauman Kidul) –Macanan.

    4 Terminal Tamansari – Buk Suling – Jl.Taman Pahlawan –

    Jl.Dr.Muwardi – Jl.Nanggulan– Kalibening

    5 Terminal Tamansari– Buk Suling – Jl.Taman Pahlawan –

    Jl.Dr.Muwardi– Jl.Jend. Sudirman – Tlogo – Joko tingkir -

    cengek

    6 Terminal Tamansari – Buk Suling – Jl.Taman Pahlawan –

    Jl.Dr.Muwardi–Jl.Jend.Sudirman – Noborejo – Kembangsari

    7 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –

    Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Kartini – Jl.AdiSucipto –

    Jl.Brigjend.Sudiarto – Jl.Veteran – Tegalrejo – Kumpulrejo

    (Promasan).

  • 58

    8 Terminal Tamanasari – Jl.Pemuda–Jl.Diponegoro –

    Jl.prof.M.Yamin – Jl.Adi Sucipto – Lap.Pancasila –

    Jl.Brig.Jend.Sudiarto – Jl.Osamaliki –Jl.Hasannudin –

    Ngawen.

    9 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –

    Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Adi Sucipto – Lap.Pancasila –

    Jl.Brig.Jend Sudiarto – Jl.KaliNongko – Jl.Osamaliki –

    Jl.Merak – Jl.Nakulo Sadewa – Jl.Bima – Grogol.

    10 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –

    Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Kartini – Jl.Osamaliki – Jl.Veteran –

    Tegalrejo.

    11 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –

    Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Adi Sucipto – Lap.Pancasila –

    Jl.Brig.Jend.Sudiarto – Jl.Osamaliki – Jl.Hasannudin –

    Jl.Arjuna – Jl.Wisanggeni – Jl.Purbaya Raya –Jl.Yudistira –

    Jl.Parikesit – Perumahan Warak.

    12 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Patimura – Jl.Domas –

    Jl.Kemiri Raya – Kalisawo – Jl.Mutiara – Sarirejo –

    Bugel–Sembir – Watuagung.

    12 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –

    Jl.Atmosuharjo–Jl.ImamBonjol – Banyu Putih –

  • 59

    Jl.NakuloSadewa – Jl.Bima – Grogol.

    16 Terminal Tamansari– Buk Suling – Jl. Taman Pahlawan –

    Jl.Dr Muwardi – Jl.Jend. Sudirman – Jl.Argomulyo – Tetep

    Wetan – Randuacir (Dukuh Salam)

    17 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –

    Monginsidi – Jl.Kartini–Jl.ImamBonjol – Dk.Ngaliyan – Dk.

    Duren – Dk. Gamol.

    Tabel 3.1 jalur trayek

  • 60

    Data jumlah armada angkutan kota salatiga

    Nomo

    r

    Traye

    k

    Panjang

    (kilometer)

    Jumlah armada

    yang beroperasi

    kepemilikan Instansi

    Pemberi

    izin

    1 7 44 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    2 5 83 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    3 4 32 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    4 4 16 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    5 6 50 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    6 7 71 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

  • 61

    7 7 20 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    8 4 25 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    Salatiga

    9 4 20 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    10 5 21 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    11 4 16 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    12 3 15 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    14 5 9 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    16 7 16 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

  • 62

    17 5 10 Koperasi/Wahan

    a Roda Mulia

    DisHub

    Salatiga

    Tabel 3