tinjauanhukumislamdanuuno.8tahun1999...
TRANSCRIPT
-
I
TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO.8 TAHUN 1999TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN SATU TARIF JASAANGKUTAN KOTA DI KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Sarjana Dalam Hukum
Oleh :
Fatma Amalia S
NIM 21413009
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
-
II
-
III
-
IV
-
V
MOTTO
“JANGANLAH BERDUKA CITA,SESUNGGUHNYA ALLAH SELALUBERSAMA KITA”
(Qs.At-Taubah:40)
“Meskipun Anda Merasa Hanyalah Orang Biasa, Namun Yakinlah Bahwa AndaAkan Bertumbuh Menjadi Luar Biasa”
(Merry Riana)
-
VI
PERSEMBAHAN
Kepada Ayah dan Ibu tercinta yang selalu kutaati.
Kakak dan adikku tercinta.
Teman-teman senasib seperjuangan
-
VII
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik .Tulisan ini juga
tidak akan berarti apapun tanpa adanya bantuan dari orang-orang yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu menyelesaikan tulisan ini. Untuk itu
ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan, antara lain kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga .
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
3. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H, M.Si selaku Ketua Jurusan Hukum EkonomiSyariah IAIN Salatiga .
4. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
selalu telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya
untuk mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pihak Dinas Perhubungan Kota Salatiga yang telah membantu, kepada BapakRahardian Pradipta Selaku Staf bidang angkutan dan kelaikan kendaraan yang
telah berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan guna
menyelesaikan skripsi ini.
7. Pihak ORGANDA Salatiga, kepada Bapak Totok Sukartono selaku ketuaORGANDA Salatiga yang berkenan memberikan informasi bagi penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telahmemberikan kontribusi dan dukungannya yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di IAIN Salatiga .
Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada mereka
yang telah berjasa membantu menyelesaikan tulisan ini. Semoga Allah SWT
senantiasa membalas semua kebaikan Anda yang jauh lebih baik lagi ,amin.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu.Penulis menyadari bahwa skripsi ini
-
VIII
sangat jauh dari kesempurnaan, dan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis selalu terbuka untuk datangnya berbagai saran dan kritik yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca
pada umumnya.
Salatiga, 17 Maret 2020
Penulis
-
IX
ABSTRAK
Solichati,Fatma Amalia.2020.Tinjauan Hukum Islam Dan Undang-Undang No.8Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Penerapan SistemPembayaran Satu Tarif Jasa Angkutan Kota Di Kota Salatiga. Skripsi. ProgramStudi Hukum Ekonomi Syari’ah. Fakultas Syari’ah. Institut Agama Islam NegeriSalatiga(IAIN). Dosen Pembimbing: Heni Satar Nurhaida,S.H,M.Si
Kata Kunci: Hukum Islam,Perlindungan Konsumen,Tarif,Angkutan Kota
Penelitian ini berusaha membahas terkait fenomena penerapan sistempembayaran satu tarif jasa transportasi umum yaitu angkutan kota di Kota Salatiga.Dalam penerapnnya sopir menarik tarif diatas yang telah ditentukan/diatur olehpemerintah Kota Salatiga. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentangpenerapan sistem pembayaran satu tarif jasa angkutan kota di Kota Salatigaditinjau dari hukum Islam dan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungankonsumen. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)Bagaimana Penerapan sistem pembayaran satu tarif angkutan kota di KotaSalatiga ?, dan (2) Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang no.8tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap sistem pembayaran satu tarifangkutan kota di Kota Salatiga ?.
metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan (fieldresearch) yaitu penelitian terjun langsung ke lapangan guna mengadakanpenelitian pada objek yang dibahas. Dengan menggunakan pendekatan normatifyang dilakukan berdasarkan bahan hukum umum utama dengan cara menelaahteori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undanganyang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penerapan sistem pembayaran satutarif angkutan kota di Kota Salatiga apakah telah sesuai dengan hukum Islam sertaUndang-undang perlindungan konsumen. Metode pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Penelitian iniberfokus pada sistem pembayaran satu tarif jasa angkutan kota di kota salatiga.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan sistempembayaran satu tarif angkutan kota di Kota Salatiga tidak sesuai dengan yangditentukan pemerintah Kota Salatiga yaitu SK Walikota Salatiga No.551.2/325/2015 . Dimana sopir menarik tarif melebihi yang telah ditentukan olehpemerintah kota Salatiga. Selain itu tidak adanya informasi yang jelas terkaitbesar tarif yang harus dikeluarkan oleh penumpang. Sistem pembayaran satu tarifangkutan Kota Salatiga ini merupakan salah satu bentuk ijarah (sewa-menyewa)atas jasa. Namun ada salah satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak adanyapenjelasan yang jelas mengenai besaran tarif yang harus dikeluarkan penumpangdalam sekali jalan.
-
X
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................I
NOTA PEMBIMBING..................................................................................... II
PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................................. III
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................IV
MOTTO..............................................................................................................V
PERSEMBAHAN............................................................................................ VI
KATA PENGANTAR....................................................................................VII
ABSTRAK........................................................................................................ IX
DAFTAR ISI......................................................................................................X
DAFTAR TABEL...........................................................................................XII
DAFTAR GAMBAR......................................................................................XII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................4
D. Kegunaan Penelitian............................................................................... 5
E. Penegasan Istilah..................................................................................... 5
F. Telaah Pustaka......................................................................................... 6
G. Metode Penelitian................................................................................... 8
H. Sistematika Penulisan........................................................................... 15
BAB II KETENTUAN-KETENTUAN IJARAH DALAM HUKUM ISLAMDAN UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGANKONSUMEN
A. Ijarah..................................................................................................... 17
B. Tinjauan Pengangkutan.........................................................................31
C. Tinjaun Tarif Angkutan.........................................................................39
-
XI
D. Perlindungan Konsumen.......................................................................43
BAB III PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN SATU TARIF JASAANGKUTAN KOTA DI KOTA SALATIGA
A. Gambaran Umum Kota Salatiga........................................................... 49
B. Gambaran Umum Angkutan Kota Di Kota Salatiga.............................53
C. Penerapan Sistem Pembayaran Satu Tarif Di Kota Salatiga.................64
D. Realisasi Penerapan Tarif Angkota Salatiga.........................................66
E. Sanksi Bagi Yang Melanggar Peraturan................................................72
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO.8 TAHUN 1999TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SISTEMPEMBAYARAN SATU TARIF JASA ANGKUTAN KOTA DIKOTA SALATIGA
A. Penerapan Sistem Pembayaran Satu Tarif Jasa
Angkutan Kota Di Kota Salatiga....................................................................74
B. Tinjauan Hukum Islam Dan UU No 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen Terhadap Penerapan Sistem Pembayaran
Satu Tarif Jasa Angkutan Kota Salatiga Di Kota Salatiga ......................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 80
B. Saran......................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 83
LEMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................86
-
XII
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Tabel Rute Dan Jalur Trayek Angkota Salatiga..................56
Tabel 3.2 Daftar Tabel Jumlah Armada Angkota Salatiga.............................59
DAFTAR GAMBAR
Gmbar 3.1 Gambar Alat Angkutan kota Salatiga...........................................54
Gambar 3.2 Gambar Denah Jalur Trayek Angkota........................................ 55
Gambar 3.3 gambar strukutur organisai ORGANDA.................................... 64
Gambar 3.4 Gambar SK Walikota salatiga.................................................... 65
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkotaan merupakan wilayah yang digunakan sebagai tolok ukur
perkembangan suatu negara. Perkotaan timbul karena adanya faktor
pendorong dan penarik. Dampak urbanisasi serta jumlah penduduk yang
bertambah cepat serta peningkatan pendapatan masyarakat memicu
terjadinya motorisasi menyebabkan semakin padatnya lalu lintas di
perkotaan,
Untuk mengurangi padatnya lalu lintas pemerintah menyediakan
sarana prasarana transportasi umum yang menjangkau seluruh wilayah.
Dengan adanya transportasi umum ini diharapkan masyarakat dapat
beralih dari menggunakan transportasi pribadi ke transportasi umum
sehingga dapat mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dan supaya lebih
efisien.
Salah satunya adalah bidang transportasi dimana transportasi menjadi
salah satu yang sangat dibutuhkan manusia. Alat transportasi merupakan
salah satu kemajuan teknologi yang membantu manusia dalam berbagai
kegiatan sehari-hari dalam menempuh perjalanan ke suatu tempat.
Dengan transportasi manusia dapat berpindah dari satu tempat ketempat
lainnya dengan cepat dan mudah.
-
2
Selain itu, ada bermacam-macam sarana transportasi umum yang
disediakan pemerintah salah satunya adalah angkutan kota yang sering
disebut angkota. Angkota merupakan sarana transportasi yang menjangkau
wilayah dalam kota.
Salah satu wilayah yang menggunakan alat transportasi umum
berupa angkota adalah Kota Salatiga. Ada beberapa sarana transportasi
umum yang ada di Kota Salatiga yaitu angkutan umum pedesaan, bus
antar kota yang sering disebut Bus Esto serta angkutan kota. Alat
transportasi umum yang cukup banyak digunakan masyarakat adalah
angkutan kota atau angkota.
Pada konsep ijarah,menurut syekh syamsudin kamus fatkhul
Qorib Ijarah berarti ganti, dan mempunyai arti yang sama dengan ujroh
yang mempunyai arti upah.1 Dalam Fatwa DSN MUI dijelaskan bahwa
kebutuhan masyarakat dalam memperoleh manfaat suatu barang sering
memerlukan pihak lain melalui akad ijaroh yaitu akad pemindahan hak
guna (manfaat) atau suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujroh) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
Sehingga ijaroh merupakan pemindahan hak guna atau manfaat atas
barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujroh).2
1 Abu HF. Ramadhan, Tejemah Fathul Qorib,(Surabaya, Mahkota, 1990),hal.375
2 Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/2000 tentang pembiayaan ijarah
-
3
Pada sistem angkutan umum seorang penumpang dalam
bepergian ke suatu tempat dengan naik alat transportasi umum serta
membayar ongkos (upah) yang telah ditetapkan. Pada sistem ini terdapat
ujroh ataupun upah dari seorang penumpang ke pemilik angkutan umum
dimana dalam pemberian upah ini harus diberikan secara layak, patut dan
sepadan. Artinya upah yang diberikan adalah sesuai dengan pekerjaan
yang ia lakukan dan sesuai dengan jarak yang ditempuh.
Pemerintah kota salatiga menetapkan suatu kebijakan yaitu penetapan
sistem pembayaran satu tarif (upah) pada jasa angkota. Pemerintah
menetapkan pemabayaran tarif jasa angkota yang sama dimanapun ia
berhenti. Penumpang angkota yang mengambil jarak dekat maupun jarak
jauh dikenakan tarif yang sama yaitu sebesar Rp. 2.000 (bagi
pelajar/mahasiswa) dan Rp. 3.000 (bagi non pelajar/umum).3
Namun sistem ini menimbulkan perdebatan dan pertanyaan di
kalangan penumpang angkutan kota Salatiga mengenai status hukum dari
pemberlakuan sistem pembayaran satu tarif ditinjau dari perspektif
Hukum Islam serta Undang- undang perlindungan konsumen Pada
Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
menyatakan bahwa perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan,keamanan dan keselamatan. Selain itu, dalam pasal 4
3 Wawancara dengan rahardian.staf divisi angkutan umum dan kelaikan. DisHub Kota Salatiga tanggal 10januari 2020
-
4
menyatakan bahwa konsumen memiliki hak atas informasi yang benar,
jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa.
Berangkat dari latar belakang dan permasalahan di atas penulis
tertarik untuk memilih judul “ Tinjauan Hukum Islam Dan
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Terhadap Sistem Pembayaran
Satu Tarif Jasa Angkutan Kota Di Kota Salatiga”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan sistem pembayaran satu tarif angkutan kota di
Kota Salatiga ?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan undang-undang perlindungan
konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap penerapan sistem pembayaran
satu tarif angkutan kota di kota Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan sistem pembayaran satu tarif pada jasa
angkutan kota di kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam dan undang-undang
perlindungan konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap penerapan sistem
pembayaran satu tarif angkutan kota di kota Salatiga.
-
5
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini berguna untuk menambah khasanah keilmuan khususnya
dibidang transportasi dan tarif khususnya pada angkutan kota
2. Secara Praktis
Penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman tentang tarif
angkutan kota.
E. Penegasan Istilah
1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah seperangkat aturan berdasarkan Wahyu Allah
dan Sunnah Rosul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang
diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang
beragama Islam.4
Sehingga Hukum Islam adalah Syariat yang berarti hukum-hukum
yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang
nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliah
(perbuatan).
4 Syarifuddin Amir.Ushul Fiqh.1992.hal.14
-
6
2. Angkutan Kota
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.35 Tahun 2003
Angkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam
satu wilayah kota atau wilayah ibu kota atau dalam daerah khusus ibu
kota Jakarta dengan menggunakan mobil, bus umum atau mobil
penumpang umum yang terikat dalam trayek.
3. Tarif
Tarif adalah harga atas jasa-jasa yang dihasilkannya yaitu harga (uang)
yang harus dibayarkan oleh pemakai jasa angkutan. Tarif angkutan
umum adalah biaya yang harus dibayar oleh penumpang pengguna jasa
angkutan umum.5
4. Perlindungan Konsumen
Menurut UU No.8 tahun 1999 perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
F. Telaah Pustaka
Skripsi milik Rohma Yuanita A dari Universitas Diponegoro dengan
judul “Evaluasi Angkutan Umum Pusat Kota Salatiga Dalam Mengurangi
5 Edy Nursalam,”Tarif Angkutan”,diakses dari http://wi-indonesia.blogspot.com/2016/ pada tanggal 28 juli2018
http://wi-indonesia.blogspot.com/2016/
-
7
Beban Lalu Lintas Di Pusat Kota Salatiga” 6 pada skripsi ini sama-sama
meneliti mengenai angkutan umum Kota Salatiga namun pada skripsi ini
meneliti mengenai peran angkutan umum kota Salatiga dalam upaya
mengurangi beban lalu lintas di kota Salatiga. Sedangkan yang ingin saya
teliti adalah mengenai sistem pembayaran satu tarif ditinjau dari Hukum
Islam serta undang-undang perlindungan konsumen.
Skripsi milik Ginanjar Hutomo Bangun dengan judul “Perlindungan
Hukum Bagi Penumpang Angkutan Umum (Studi Pada Angkutan
Jatingaleh_UNNES)”.7 Pada skripsi ini permasalahan yang dikaji adalah
faktor-faktor yang melatarbelakangi angkutan umum mengangkut
penumpang melebihi batas kapasitas maksimum kendaraan serta mengapa
penumpang tetap naik angkutan walaupun kondisi penuh. Sedangkan pada
penelitian saya mengkaji sistem pembayaran satu tarif angkutan kota
apakah telah sesuai dengan hukum Islam dan undang-undang
perlindungan konsumen serta upaya pemerintah dalam menangani sopir
yang menaikkan harga kepada penumpang yang termasuk pendatang di
kota Salatiga.
Skripsi milik Miftahurrohman dengan judul “Tinjauan Hukum
Islam Dan UU N0.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Terhadap EVENEMENT Pada Transportasi Online PT.GRAB Indonesia
6 Yuanita A,”Evaluasi Angkutan Umum Pusat Kota Salatiga Dalam Mengurangi Beban Lalu Lintas Di PusatKota Salatiga”skripsi jurusanPerencanaan dan Wilayah Kota Fakultas Teknik UNDIP(semarang,2006)
7 Hutomo Bangun ,”Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Umum (Studi Pada AngkutanJatingaleh-UNNES) skripsi fakultas Hukum UNNES (semarang,2012)
-
8
Cabang Surabaya”8. Pada penelitian ini sama-sama meneliti tinjauan
hukum Islam dan Undang-undang perlindungan konsumen. Namun, objek
yang diteliti berbeda serta permasalahan yang ditelitipun berbeda.
Penelitian ini meneliti meneliti tentang implementasi aplikasi evenement
(kejadian yang tidak terduga) pada transportasi online PT.GRAB
Indonesia cabang Surabaya yang ditinjau dari Hukum Islam dan
Undang-undang perlindungan konsumen.
Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah mengenai alat
transportasi non online dan mengkaji mengenai penerapan sistem
pembayaran satu tarif jasa angkutan kota di kota Salatiga ditinjau dari
Hukum Islam serta UU No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan
konsumen.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu peneliti terjun
langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang
dibahas.Penelitian lapangan ini merupakan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena
tenang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara diskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan
8 Miftahurrohman ,”Tinjauan Hukum islam Dan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumenterhadap EVENEMENT Pada Transportasi Online PT.GRAB INDONESIA cabang Surabaya”skripsi fakultassyariah dan huku UIN Sunan Ampel Surabaya (surabaya 2018)
-
9
berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang
biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan
dokumen.9
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitis dimana
dalam memperoleh data hasil penelitian yang sempurna. Penulis
melakukan studi diskriptif karena sesuai dengan tujuan penelitian yang
ingin diperoleh. Menurut Sugiono metode diskriptif analitis adalah
metode yang bertujuan mendiskripsikan atau memberi gambaran
terhadap suatu objek penelitian yang diteliti melalui sampel atau data
yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.10
Tujuan penelitian diskriptif analitis adalah menggambarkan secara
tepat, sifat individu,suatu gejala,atau kelompok tertentu.
Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif . yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan
berdasarkan bahan hukum umum utama denagn cara menelaah
teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yaitu
dengan mempelajari buku-buku,peraturan perundang-undangan dan
dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.pendekatan
yuridis empiris yaitu dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada
9 Moelong,J,Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.(Bandung.PT.Remaja Rosdakarya,2011) hal.6
10 Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,(Bandung:Alfabeta,2009) hal.29
-
10
dalam praktek. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan secara
sosiologis yang dilakukan secara langsung ke lapangan.11
pendekatan yuridis sosiologis adalah menekankan penelitian yang
bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan
jalan terjun langsung ke obyeknya.
Pendekatan sosiologis ini mendekati masalah yang diteliti dengan
melihat secara langsung penerapan sistem pembayaran satu tarif
angkutan kota di kota Salatiga apakah telah sesuai dengan hukum
islam serta undang-undang perlindungan konsumen.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu akan
dilakukan. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kota Salatiga yang
berfokus pada angkutan Kota di Salatiga.
Penulis memilih lokasi ini karena ingin mengetahui bagaimana
pelaksanaan penetapan sistem pembayaran satu tarif pada jasa
angkutan kota di Kota Salatiga, sehingga penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dan mengungkapkan kebenaran bagaimana
pelaksanaan penetapan tersebut apakah telah sesuai dengan hukum
Islan dan Undang-undang perlindungan konsumen.
11 Yudiono S,Metode Penelitian,(digilib.unila.ac.id,2013) diakses tanggan 19 juni 2020
-
11
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitain ini, penulis menggunakan data
penelitian berupa:
a. Sumber Data Primer
Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang di cari.12 . Adapun
sumber data primer adalah hasil wawancara dengan pejabat Dinas
Perhubungan Salatiga, ORGANDA Salatiga, sopir angkota serta
konsumen pengguna jasa angkota terhadap penerapan sistem
pembayaran satu tarif pada angkutan kota di kota Salatiga.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari subyek penelitinya yaitu diambil dari undang-undang,
buku-buku, artikel dan sumber lainnya yang memiliki hubungan
dengan penelitian yang akan dibahas pada skripsi ini.
Sumber data ini diperoleh dari peraturan perundang-undangan, SK
Walikota Salatiga maupun data-data lainy yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
12 Syarifudin.2010.Metode penelitian. Pustaka Pelajar.Yogyakarta Hal.91
-
12
4. Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif,
tergantung beberapa faktor. Seperti kejelasan tujuan dan permasalahan
penelitian, ketelitian dan kelengkapan data itu sendiri. Dalam
penelitian ini digunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu
metode wawancara dan metode dokumentasi.
a. Metode Wawancara
Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya
langsung, lisan maupun tertulis kepada narasumber. Menurut
Sugiyono wawancara yaitu suatu bentuk verbal yaitu semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi, wawancara,
pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Biasanaya
komunikasi ini dilakukan secara berhadapan. Namun komunikasi
dapat juga dilakukan melalui telepon. Terkadang wawancara
dilakukan antara dua orang, tetapi sering juga dilakukan dua
orang atau lebih tetapi sering juga dilakukan dua orang atau
lebih.13
Metode wawancara untuk menggali informasi tentang
prosedur atas penetapan sistem pembayaran satu tarif angkutan
kota di Salatiga serta tanggapan masyarakat kota Salatiga terhadap
sistem pembayaran satu tarif ini.
13 Sugiono,Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif,Kualitatif Dan R&D(Bandung:Alfabeta,2010) hal.14
-
13
Pada metode ini penulis melakukan wawancara dengan
beberapa informan yaitu: penumpang sebagai konsumen pengguna
jasa angutan kota di kota Salatiga, sopir sebagai pelaku usaha jasa
angkutan kota Salatiga, kemudian pihak Dinas Perhubungan kota
Salatiga sebagai pengambil kebijakan serta pihak ORGANDA
Salatiga sebagai
b. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, agenda, dan sebagainya14. Dalam hal ini penulis
memperoleh data dari buku-buku dan literatur yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti.
5. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode diskriptif
analitis. Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
terhadap data primer dan data sekunder selanjutnya diuraikan dan
disimpulkan dengan memakai metode berfikir induktif yaitu
pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta
khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum.15
14 Arikunto, suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV(Jakarta, PT RhinekaCipta,1997)
15 Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,(bandung.PT Sinar Baru Algensindo,1988) hal.7
-
14
Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarkan
pengamatan di lapangan untuk menilai apakah penerapan sistem
pembayaran satu tarif dan penerapan sistem satu tarif sudah sesuai
dengan hukum islam serta undang-undang perlindungan konsumen.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang digunakan yaitu
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu.16
Berdasarkan pendapat Moelong di atas, maka penulis melakukan
pembanding data yang telah diperoleh yaitu data-data sekunder hasil
kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer yang
diperoleh dari wawancara yang sesuai fakta-fakta yang ditemui di
lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat
dipercaya dan meyakinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.
7. Tahap Penelitian
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,
mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan
sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
16 Moelong,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. CV Remaja,2002) hal.178
-
15
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui
proses wawancara dengan Penunmpang angkota, sopir angkota,
Dinas Perhubungan Salatiga dan ORGANDA Salatiga.
c. Tahap analisa data, yaitu semua data yang telah terkumpul maka
tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan
menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberikan arti
pada objek yang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan ,apabila semua data telah terkumpul dan
telah dianalisis serta didokumentasikan kepada pembimbing, maka
yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian
tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan skripsi ini dipahami dan sistematika, penulis mambagi
skripsi ini ke dalam bab-bab dan sub bab yaitu secara garis besar
sistematika pembahasan terdiri dari :
Bab pertama,pendahuluan. Dalam pendahuluam ini akan membahas
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab kedua, Ketentuan-ketentuan ijarah dalam Hukum Islam dan
perlindungan konsumen pada UU No.8 Tahun 1999. Membahas tentang
akad ijaroh, pengertian, dasar hukum syarat dan batalnya ijaroh,
-
16
bentuk-bentuk ijaroh serta ujroh(upah). Kemudian membahas tentang
definisi pengangkutan, jenis-jenis angkutan, tujan dan manfaat angkutan.
Kemudian membahas tentang tarif, definisi tarif, macam-macam tarif.
Kemudian membahas tentang perlindungan konsumen, pengertian,
asas-asas, hak dan kewajiban konsumen dll.
Bab ketiga membahas penerapan tarif angkutan kota di kota Salatiga
yang meliputi gambaran umum penelitian yaitu gambaran umum angkutan
umum, gambaran umum lokasi penelitian,tarif angkutan kota, realisasi
tarif angkutan kota di kota Salatiga dan juga sanksi bagi yang melanggar
peraturan.
Bab keempat hasil penelitian membahas Tinjauan Hukum Islam dan
UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berisi
analisis penerapan sistem pembayaran satu tarif angkutan kota Salatiga
dan analisis Hukum Islam dan UU No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen terhadap sistem pembayaran satu tarif angkota di kota Salatiga.
Bab kelima penutup yang meliputi kesimpulan dan saran serta
sebagai kajian lebih lanjut atau rekomendasi bagi akademisi dan bagi
penelitian yang akan datang.
-
17
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN IJARAH DALAM HUKUM ISLAM DAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA UU NO.8 TAHUN 1999
A. Ijarah
1. Definisi Ijarah
Secara bahasa, al-ijaroh berasal dari kata al-arju yang dalam bahasa
Indonesia adalah ganti dan upah. Dalam kamus al Munawwir juga
dijelaskan bahwa kata ijarah diderivasikan dari bentuk fi’il
“ajara-ya’juru-ajran”. Ajran sendiri memiliki arti yang sama dengan kata
al-iwadh yang berarti ganti dan upah. Jadi, pada dasarnya al-ijarah secara
bahasa yaitu ganti dan upah.17
Pengertian ijarah menurut istilah(terminologi) adalah suatu perjanjian
dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu benda
untuk dipakai selama suatu jangka waktu tertentu, sedangkan pihak lainnya
menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk
pemakaian benda itu pada waktu-waktu yang telah ditentukan.18
Ulama Hanafiyah mendefinisikan akad ijarah sebagai sebuah akad
kemanfaatan dengan adanya kompensasi. Ketentuan ijarah sama dalam
ketentuan jual-beli. Kemudian Ulama Syafi’iyah mendefinisikan akad
ijarah sebagai akad atas kemanfaatan yang tertuju pada sesuatu yang
17 Munawwir. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia,(surabaya:pustaka,1997) hal 9
18 Subekti,Hukum Perjanjian,(Jakarta:Intermasa,2002) hal 164
-
18
mubah dan dapat dipertukarkan dengan kompensasi yang umum
diterapkan.
Lalu menurut Ulama Malikiyah menjelaskan lebih lanjut bahwa akad
ijarah adalah pemindahan kepemilikan atas manfaat sesuatu yang mubah
dengan durasi waktu diketahui dan kompensasi yang sesuai.19 Definisi ini
sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ulama Hanabilah.
Imam Taqiyuddin menjelaskan ijarah adalah akad untuk mengambil
manfaat suatu barang yang dikehendaki dan diketahui dengan memungut
imbalan(uang sewa) yang ditentukan.20
Menurut Fatwa DSN MUI No.09/DSN_MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan ijarah, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan
kepemilikan,tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang
menyewakan.21
Dalam KUH Perdata pasal 1548 menjelaskan bahwa sewa menyewa
(ijarah) adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu
19 Al-jazari,Al-fiqh ala al-madahib al-arba’ah,(Beirut:Dar Al-kutub Al-ilmiyah,2010)hal.597-598
20 Abi bakar Al-hussaini,kifaratul Akhyar,jilid 2.Trj.A.Zidun & A.Ma’ru Asrori,cet.1(Surabaya:PT BinaIlmu,1997 )hal.184
21 Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syariah.Edisi Pertama,(DSN-MUI:BI,2001),hal.55
-
19
barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran yang oleh
pihak tersebut belakangan disanggupi pembayarannya.
Dari berbagai pengertian ijarah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada dasarnya tidak ada perbedaan prinsip diantara para ulama dalam
mengartikan ijarah atau sewa menyewa. Jadi, ijarah atau sewa menyewa
adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Dalam hal ini dapat berupa manfaat dari barang seperti kendaraan,
rumah dan manfaat karya seprti pemusik, bahkan dapat berupa karya
pribadi seperti kerja.sewa- menyewa (ijarah) juga sama seperti jual-beli
dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya, yaitu merupakan suatu
perjanjian kesepakatan (konsensual) yang artinya ia sudah sah dan
mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokonya,
yaitu barang dan harga.22
Perjanjian itu mempunyai kekuatan hukum, yaitu pada saat
sewa-menyewa berlangsung. Apabila akad sudah berlangsung, pihak yang
menyewakan (ma’jir) wajib menyrahkan barang (ma’jur) kepada
penyewa(musta’jir). dengan diserahkannya barang atau benda maka
penyewa wajib pula menyerahkan uang sewanya (ujroh).23
22 Subekti. Aneka Perjanjian.(bandung,PT.Citra Aditya Bakti:1989) hal.39
23 Pasarubi,Lubis. Hukum Perjanjian Dalam Islam.(Jakarta:Sinar Grafika. 2004). hal 52
-
20
2. Dasar Hukum Ijarah
Rachmat Syafi’I menyatakan dalam bukunya bahwa hampir semua
ulama ahli fiqh sepakat bahwa ijarah di syariatkan dalam islam. Sementara
yang tidak sepakat diantaranya adalah Abu Bakar Al-Hasan, Islail Ibn
Aliah, Hasan Al-Basri, Al-Qasyani, Nahrawi dan Ibn Kaisan. Mereka
beralasan bahwa ijarah adalah jual beli kemanfaatan, yang tidak dapat
dipegang (tidak ada). Sesuatu yang tidak ada tidak dapat dikategorikan
dengan jual beli.24
Untuk menjawab pandangan ulama yang tidak menyepakati
ijarah tersebut Ibn Rusyd berpendapat bahwa meskipun tidak berbentuk,
tetapi dapat dijadikan alat pembayaran menurut kebiasaan (adat). Jumhur
ulama berpendapat bahwa ijarah disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an,
As-Sunnah danIjma’ :
a. Dasar Hukum Ijarah Dalam Al Qur’an adalah :
Firman Allah Qs. Al-Baqarah (2) ayat 233 :
���� �Ω���˵���˵�Ϯ ������� �����������Ϯ � �˴ϭ�� ��� �ΩϮ���� ˵ �˴��� ��˴˵�������Ϡ �˴˵���˵��� � �˴��Ω�⺂˵��� �˴˵ �˸�˵��� �ϦϮ����Ϯ��˵�Ϯ��˵
���� �Ω���˵��� �⺂�� ����������� �Γ����Ϯ�� ������� �⺂ ��� �˴˸˵ �˴� �⺂�⺂ �έ˵Ύ�˴ �ϒ���Ϡ�� �⺂ ������˵ �˸�˵���� � �˴ �˴���˵ �˸Ϡ�� � �˴ �˴�˵⺂��
�����˴˵����� �Ρ����� ���� ����������� ����˴˵���� �νϮ���� �˴� �⺂����� Ϯ�ΩϮ���� ˵��˴�� �����˶�ϟ �Ի˵˴�� ����Ϯ��˵�Ϯ ������� �����������
��� Ϯ�� �˵�Ϯ�� ������˵ �˸�˵���� �˴ϭ˵���ϴ ��� �˴ϭ˵����˴ Ϯ�ϟ�⺂ ˵ �˴Ϡ˵����� �Ρ����� ���� ˵ �˴Ϡ�Ω�⺂˵��� Ϯ�� �˸�˵��ϭ˵ �˸� ��� ˵ �˴�Ω���� ˵��⺂��
(���) ������� �������˵ �˸� ����� ��� ���� Ϯ�����˵�Ϯ��
24 Syafi’I,Fiqh Muamalah,(Bandung;CV Pustaka Setia,2001),hal121
-
21
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Qs.Al-Qashas (28) ayat 26 :
(�晦) �˴����˵ϣϮ �ϱ���˵˵�Ϯ �Ϧ˵���˵⺂�ϭ˵˴Ϯ � �˴� ��˵��ή ���⺂ ���˵���˵⺂�ϭ˵˴Ϯ � �˶������ �����Ϯ��˵��⺂ ˵ �˶����
“Dan salah seorang dari kedua(perempuan) itu berkata“ wahai ayahku! Jadikanlah
dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang
engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat
dipercaya” (Qs.Al-Qashas:26).
-
22
Kemudian Qs.At-Thalaq (65) ayat 6:
�Ի˵��� �Ϧ�⺂��� � �˴Ϡ ��⺂�� �� �˴˴˵����� Ϯ�� �˵�����ϭ�� � �˴��������� �⺂�� ˵ �˴Ϡ��˵��� �˴�� �˴ϭ��Ϡ�˴ �˵˵��� ˵ �˴� � �˴�����Ϡ˵ �˴�
������˵ �˸��� �˴Ϡ��˵��� Ϯ�������˵��� � �˴�������� � �˴����Ϯ�� ˵ �˴Ϡ�� �˴˵ �˸�˵��� ˵��˴�� �� �˴ �˴�˵��� �˴˵ �˸��� ˶��ϭ�� � �˴˴˵����� Ϯ�� �˵Ύ �˴⺂��
(晦) ˶ϯ��˵ή�� ���� �ϊ��˵��ϭ� �˸� ˵ �˴�˵��˴�� �˸� ��⺂��
“Tempatkanlah mereka(para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuan dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan(hati)
mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan kandungannya,
kemudian jika mereka menyusukan(anak-anak)mu maka berikanlah imbalannya
kepada mereka dan musyawarhkanlah di antara kamu(segala sesuatu) dengan baik,
dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain menyusukan(anak itu)
untuknya.”
Dari penjelasan ayat-ayat al-qur’an diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sewa-menyewa (ijarah) hukumnya adalah boleh, sebagaimana hukum transaksi
muamalah lainnya.
b. Dasar Hukum Ijarah Dalam As-Sunnah
�Ϯ Ի�� ���Ϯ ��� ⺂Ϯ ���Ϯ: ˴�˴� ���� � Ϯ Ի� � Ϯ � �˴ � � �� : � �� ��˴�� � ��� ��� ˴� Ϯ ˴�
(�� �� ˴�Ϯ �Ϯ�� ) ���� ϒ��
-
23
Artinya :
Dari Ibn Umar RA, Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “berikanlah
olehmu upah buruh itu sebelum keringatnya kering”( riwayat Ibn Majjah).25
���� �˴ ��Ϯ� ��ϟ ˴�˴� ���� � Ի� � ��˴� �˴�� ����Ϯ ˴� �� Ϯ�˸�Ϯ ��� ��� ν� ϣϮ ϯ�Ϡ˴ ��Ϡ
(Ω�Ω ��Ϯ � ���Ϯ �Ϯ��) ����Ϯ
Artinya :
“Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membeyar dari tanaman yang
tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan uang emas atau perak” ( HR.Ahmad dan Abu Daud).
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa dibolehkannya transaksi
sewa-menyewa sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dimana pada masa
itu beliau melakukan transaksi muamalah berupa sewa-menyewa.
25 Muhammad bin yazid Abu ‘Abdullah Al Qaswiny, Sunah Ibn Majah,(Beirut,Dar Al-Fikr,2004) Jilid II, Hal.20
-
24
c. Dasar Hukum Ijarah Dalam Ijma’
Para ulama sepakat bahwa ijarah dibolehkan sekalipun ada beberapa
yang membantah kesepakatan (ijma’) ini, hal tersebut tidak akan
dianggap .26
Tujuan disyariatkan ijarah adalah untuk memberikan keringanan
kepada umat dalam pergaulan hidup. Seseorang mempunyai uang tetapi
tidak dapat bekerja, di pihak lain ada yang punya tenaga dan membutuhkan
uang dan dengan ijarah keduanya saling mendapat keuntungan, seseorang
tidak memiliki mobil tapi memerlukannya di pihak lain ada yang
mempunyai mobil dan memerlukan uang. Dengan transaksi ijarah kedua
belah pihak dapat memperoleh manfaat .27
Jadi, berdasarkan Nash Al-Qur’an, Sunnah (hadis) dan ijma’ dapat
disimpulkan bahwa hukum ijarah atau sewa-menyewa boleh dilakukan
dalam Islam asalkan sesuai dengan syara’.
3. Rukun Ijarah
Dalam sebuah transaksi ijarah dinyatakan sah apabila telah
terpenuhi rukun dan syarat sebagaimana yang berlaku. Menurut Ulama
Hanafiyah, rukun ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan
menggunakan kalimat : al-ijarah,al-ikhtira’,dan al-ikra’ .28
26 Suhendi, Fiqh Muamalah,(Jakarta:Grafindo Persada,2010) hal.117
27 Syarifudin,Garis-Garis Besar Fiqh (Bogor:Kencana,2003) hal.217
28 Suhedi,hal.125
-
25
Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun dan syarat ijarah ada empat
yaitu:29
1) ‘Aqid (orang yang berakad)
Orang yang melakukan ijarah ada 2 yaitu Mu’jir dan
Musta’jir. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah atau yang
menyewakan. Sedang kan musta’jir adalah orang yang menerima
upah untuk melakukan sesuatu dan menyewakan sesuatu.30 Bagi
yang berakad disyaratkan mengetahui manfaat barang yang
dijadikan akad sehingga sehingga dapat mencegah terjadinya
perselisihan.
Untuk kedua pihak yang melakukan akad disyaratkan
berkemampuan yaitu kedua-duanya berakal dan dapat
membedakan baik ataupun buruk. Jika salah seorang yang berakal
itu gila atau anak kecil yang belum dapat membedakan baik
ataupun buruk, maka akad menjadi tidak sah.31
2) Sighat Akad
Sighat pada akad yaitu suatu ungkapan para pihak yang
melakukan akad berupa ijab dan qabul. ijab adalah permulaan
penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad. Ijab
29 Syafi’I rachmad, Fiqh Muamalah,(Bandung,CV Pustaka Setia,2001) cet 4,ha.125
30 Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah,(Jakarta,Gaya Medika Pustaka,2000)hal.230
31Sabiq ,Fiqh Sunah,Jilid IV,cet 1(Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006) ,hal.205
-
26
diartikan dengan suatu pernyataan atau janji penawaran dari pihak
pertama untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.sedangkan qobul adalah suatu pernyataan yang diucapkan
dari pihak yang berakad pula (musta’iir) untuk menerima
kehendak dari pihak pertama yaitu setelah adanya ijab.32
Dalam ijarah ijab dan qobul juga harus menyebutkan masa
atau waktu yang ditentukan.
3) Ujroh (upah)
Ujroh yaitu sesuatu yang diberikan atau diambil manfaat oleh
mu’jir dengan syarat :
a. Sudah jelas/diketahui jumlahnya karena ijarah akad timbal
balik,karena itu ijarah tidak sah dengan upah yang belum
diketahui.
b. Pegawai khusus seperti hakim tidak boleh mengambil uang
dari pekerjaannya karena dia sudah mendapat gaju khusus dari
pemerintah.
c. Uang yang harus diserahkan bersamaan dengan penerimaan
barang yang disewa. Jika lengkap manfaat yang disewa maka
uang sewanya harus lengkap.33
32 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,(Jakarta,Raja Grafindo,2010)hal.117
33 Qal ‘Ahji M.Rawwas,Ensiklopedia Fiqh Umar Bin Khattab,(Jakarta,PT.Raja Grafindo Persada,1999) hal.178
-
27
4) Ma’jur (Objek akad)
Diantara cara untuk menegtahui ma’qud alaih (barang) adalah
dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktunya, atau
menjelaskan jenis pekerjaan jika ijarah atas pekerjaan atau jasa
seseorang.34
Semua harta benda boleh dijadikan ijarah diatasnya kecuali yang
memenuhi persyratan sebagai berikut:
a. Manfaat dari objek akad sewa-menyewa harus diketahui secara jelas.
Seperti dengan memeriksa atau pemilik memberikan informasi secara
transparan tentang kualitas manfaat barang.
b. Objek ijarah dapat diserah terimakan dan dimanfaatkan secara langsung
dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya. Tidak
dibenarkan transaksi ijarah atas harta benda yang masih dalam
penguasaan pihak ketiga.
c. Objek yang disewakan langsung dari sebuah benda , misal mobi atau
rumah. Tidak dibenarkan sewa menyewa ternak untuk diambil
keturunannya seperti telurnya,buahnyaataupun susunya serta tidak
dibenarkan sewa menyewa yang diambil buahnya sperti sewa pohon
manga untuk diambil buahnya.
34 Syafii Rachmad,Op.Cit,hal.126
-
28
d. Objek ijarah dan manfaatnya tidak bertentangan dengan hukum syara’
misalkan menyewakan rumah untuk kegiatan maksiat tidak sah.
e. Harta benda yang objek ijarah haruslah harta benda yang bersifat
isty’mali yaitu harta benda yang dapat dimanfaatkan berulangkali tanpa
mengakibatkan kerusakan zat dan pengurusan sifatnya.Sedangkan harta
benda yang bersifat istihlaki adalah harta benda yang rusak atau
berkurang sifatnya karena pemakaian seperti makanan,buku tulis, tidak
sah ijarah diatasnya.35
Kelima persyaratan diatas harus dipenuhi dalam setiap ijarah
mentransaksiakan manf’at suatu benda. Disamping itu masih terdapat
prinsip lain yang harus dipenuhi yaitu :
1) Tidak mengandung unsur gharar, yaitu jual beli yang mengandung tipu
daya yang merugikan salah satu pihak karena barang yang diperjual
belikan tidak dapat dipastikan adany, atau tidak dapat dipastkan jumlah
dan ukurannya, atau karena tidak mungkin dapat diserah terimakan.36
2) Bai’al-Ma’dum (jual beli barang tidak ada)
Dengan terpenuhinya prinsip-prinsip diatas, maka ijarah dapat
berlangsung sah, demikian pula sebaliknya apabila salah satunya tidak
terpenuhi maka ijarah tidak sah menurut Hukum Islam.
35 Ibid,hal127
36 Ghufran A, Mas’adi, Fikh Muamalah Kontekstual,(Jakarta:Grafindo Persada,2002) hal.133
-
29
4. Syarat Ijarah
Syarat ijarah terdiri atas empat macam, sebagaimana dalam syarat
jual beli yaitu syarat al-inqad (terjadinya akad),syarat (syarat pelaksanaan
akad), syarat sah dan syarat lazim.
a. Syarat terjadinya akad (al-inqad)
Syarat ini berkaitan dengan aqid (orang yang melakukan akad), zat akad,
dan tempat akad. aqid disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (minimal
7 tahun) , menurut ulama Hanabilah dan Syafi’iyah mensyaratkan orang
yang akad harus mukallaf yaitu baligh dan berakal, sedangkan anak
mumayyiz belum dapat dikategorikan ahli akad.
b. Syarat pelaksanaan(an-nafadz )
Agar ijarah terlaksana, barang harus dimilki oleh aqid atau ia memilki
kekuasaan penuh untuk akad (ahliah).dengan demikian, ijarah al-fudhul
(ijara yang dilakukan oleh orang yang tidak memilki kekuasaan atau
tidak didzinkan oleh pemiliknya) tidak menjadikannya ijarah.37
c. Syarat sah ijarah
Suatu sewa-menyewa (ijarah) dikatakan sah apabila: adanya keridhaan
dari dua pihak, dimana masing-masing pihak rela melakukan perjanjian
ijarah tanpa adanay pemaksaan. Selain itu, Ma’qud Alaih bermanfaat
37 Syafii Rachmad,Op.Cit, hal.125-126
-
30
dengan jelas agar menghilangkan pertentangan diantara aqid. Diantara
cara untuk mengetahui Ma’qud Alaih (barang) adalah dengan :
1) Penjelasan manfaat, Penjelasan manfaat dilakukan agar benda atau
jasa sewa benar-benar jelas. Yakni manfat harus digunakan untuk
keperluan-keperluan yang dibolehkan syara’.38
2) Penjelasan Waktu, Jumhur ulama tidak membrikan batasan
maksmal atau minimal. Jadi, dibolehkan selamanya dengan syarat
asalnya masih tetap ada.39 Menurut sudarsono, lamanya waktu
perjanjian kerja harus dijelaskan, apabila tidak dijelaskan
makaperjanjian dianggap tidak sah.40
3) Penjelasan harga sewa, untuk membedakan harga sewa sesuai
dengan waktunya, misal per bulan, per tahun, per hari
4) Penjelasan jenis pekerjaan, yaitu menjelaskan jasa yang dibutuhkan
penyewa dan orang yang dapat memeberikan jasanya. Misalnya
pembantu rumah tangga. Barang yang disewakan atau jasa yang
ditawarkan merupakan barang yang suci dan merupakan pekerjaan
yang halal serta lazim sifatnya seperti menyewakan kerbau untuk
menggarap sawah.
d. Syarat mengikat akad ijarah (syarat luzum)
38 Chairuman pasabiru, Hukum Perjanjian Dalam Islam,(Jakarta, Sinar Grafika,2004) hal.54
39 Ibid, hal127
40 Sudarsono,Pokok-Pokok Hukum Islam,(Jakarta:PT.Asd cet.ke 2,2001)hal.428
-
31
Agar akad iajarah mengikat, diperlukan dua syarat.41
1) Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat (‘aib) yang
menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda yang disewa itu.
Apabila terdapat cacat maka orang yang menyewa (musta’jir) boleh
memilih antara menuruskan ijarah dengan pengurangan uang sewa dan
membatalkannya.
2) Tidak terdapat udzur(alasan) yang dapat membatalkan akad ijarah.
Misalnya udzur pada salah seorang yang melakukan akad, atau pada
sesuatu yang disewakan. Menurut ulama hanafiah, apabila terdapat
udzur, baik pada pelaku maupun ma’qud alaih, maka pelaku berhak
membatalkan akad. Sedangkan menurut jumhur ulama akad ijarah tidak
batal karena adanya udzur, selam objek akad yaitu manfaat tidak hilang
sama sekali.
B. Tinjauan Pengangkutan
1. Definisi Pengangkutan
Menurut Abdul Kadir Muhammad pengangkutan berasal dari
kata dasar “angkut”yang berarti angkat dan bawa,muat dan bawa atau
kirimkan.42 Pengangkutan artinya pengangkatan dan pembawaan
barang atau orang, barang atau orang yang diangkut. Dalam
41 Wardi Muslich,Ahmad, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH,2015) cet.3 hal.3227
42 Abdl Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan,Darat,Laut Dan Udara,(Bandung,PT.Citra AdityaBakti)hal.19.
-
32
pengangkutan tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari satu
tempat ke tempat lain.
Dalam pengertian lain pengangkutan adalah kegiatan
pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ketempat lain
baik melalui angkutan darat,angkutan perairan, maupun angkutan
udara dengan menggunakan alat angkutan. 43
Menurut pasal 1 angka 2 UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan, angkutan adalah perpindahan orang
dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di ruang lalu lintas jalan.44
Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan
manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait
unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut:45
1. Adanya sesuatu yang diangkut.
2. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan.
3. Adanya tempat yang dapat dilalui alat angkutan.
Pengangkutan sebagai proses (process) yaitu serangkaian perbuatan
mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju
43 Purba Hasim,Hukum Pengangkutan Di Laut(Medan: Pustaka Bangsa Press,2005) hal.4
44 R.I UU No.22 Tahun 2009, tentang “lalu lintas dan angkutan jalan”, BAB I, Pasal 1 Ayat 3
45 Khairandy Ridwan, Machsun Tabroni,Ery Arifudi dan Djohari Santoso,Pengantar Hukum DagangIndonesia,Jilid 1(yogyakarta:Gama Media,1999) hal.195
-
33
ke tempat yang ditentukan, dan pemongkaran atau penurunan di
tempat tujuan46
pengertian umum perjanjian pengangkutan adalah sebuah
perjanjian timbal balik,dimana pihak pengangkut mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang ke
tempat tujuan tertentu sedangkan pihak lainnya (penumpang )
berkeharusan menunaikan biaya tetentu.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas,dapat disimpulan
mengenai pengertian dari pengangkutan yaitu mengangkut orang dan
/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan selama yang
didahlui atau diawali dengan adanya perjanjian antara pengangut
dengan penumpang dan/atau pengirim barang.
2. Pengertian Pelaku Usaha,Jasa Dan Konsumen
Menurut pasal 1 ayat (3) Undang-undang Perlindungan konsumen
No.8 Tahun 1999 pelaku usaha adalah setiap orang, perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi47.
46 Suegijatno Tjakranegara, Huum pegangutan Barang Dan Penumpang,(Jakart,Rhineka Cipta,2005)hal.3
47 Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia(jakarta:Dajmbatan,1995) hal.2
-
34
Dalam pengertian ini, yang dimaksud pelaku usaha adalah
perusahaan, (korporasi) dalam segala usahanya, seperti BUMN, koperasi,
dan perusahaan swasta, baik berupa pabrik, importir, pedagang eceran,
distributor, dan lain-lain.
Sebagai penyelenggara kegiatan usaha, pelaku usaha adalah pihak
yang bertanggung jawab atas akibat-akibat negatif berupa kerugian yang
ditimbulkan oleh usahanya terhadap pihak ketiga, yaitu konsumen, sama
dengan produsen.
Konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari
produk yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha.48 Konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.49
Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa “ konsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri,keluarga,orang lain maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
Konsumen angkutan dalam hal ini adalah penumpang. Menurut
Abdul kadir Muhammad Penumpang adalah orang yang mengikatkan diri
48 Mariam Darius, Perlindungan Terhadap Konsumen Ditinjau dari Segi Standar Kontrak (Baku), makalahpada simposium Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen,(BPHN,Binacipta,1980),hal.59-60
49 Tatik suryani, Perilaku Konsumen,(Yogyakarta,Graha Ilmu,2003)
-
35
untuk membayar biaya angkutan atas dirinya yang diangkut atau semua
orang atau badan hukum pengguna jasa angkutan.50
Sedangkan jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang
ditawarkan oleh satu pihak kepihak lain yang secara prinsip tidak
berwujud dan tidak menyebabkan perpindaha kepemilikan.51
Menurut Undang- undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau
prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh
konsumen.
3. Macam-macam angkutan umum
Dalam undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan menjelaskan macam-macam angkutan umum, antara lain :
1. Kendaraan Bermotor, adalah setiap kendaraan yang digerakkan olehperalatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atasrel.
2. Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkanoleh tenaga manusia dan/atau hewan.
3. Kendaraan bermotor umum, adalah setiap kendaraan yang digunakanuntuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
4. Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakanjasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotorumum.
5. Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiriatas, angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek
50 Gultom Efrida, Hukum Pengangkutan Di Laut(Jakarta: Literata Lintas Media,2008) hal.12
51 Yoeti,Oka, Pengantar Ilmu Pariwisata, Edisi Revisi(Bandung: Penerbit Angkasa,1999) Hal.107
-
36
dan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalamtrayek.
Pembagian jenis-jenis angkutan pada umumnya didasarkan pada
jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi
wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan.
Jenis-jenis pengangkutan terdiri dari : angkutan darat, angkutan
laut dan angkutan udara.
a) Angkutan Darat
Ruang lingkup angkutan darat dinyatakan sepanjang dan
selebar negara, yang artinya ruang lingkupnya sama dengan ruang
lingkup negara. Angkutan darat terdiri dari 3 macam yaitu : angkutan
jalan raya,angkutan kereta api,angkutan air, danau dan
penyebrangan.52
b) Angkutan Udara
Angkutan udara adalah merupakan alat angkutan yang mutakhir
dan tercepat. Transportasi udara dapat menjangkau tempat-tempat yang
tidak dapat dijangkau dengan moda darat maupun laut. Alat angkut udara
biasa disebut pesawat terbang.
Sedangkan Angkutan kota sendiri atau biasa disingkat angkota
adalah salah satu jenis angkutan umum dengan rute yang sudah ditentukan.
Angkutan umum adalah sebuah sarana kegiatan perpindahan orang
52 Salim Abbas, Manajemen Transportasi(Jakarta:Raja Grafindo Persada,1993) hal.102
-
37
maupun barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan kendaraan
sebagai angkutan
Dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan pasal 142, Angkutan Perkotaan adalah angkutan dari
satu tempat ke tempat lain dalam kawasan perkotaan yang terikat dalam
trayek.
Kawasan perkotaan yang dimaksud adalah berupa :
- Kota sebagai daerah otonom.
- Bagian dari daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan.
- Kawasan yang berada dalam bagian dari dua atau lebih daerah yang
berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan.
4. Tujuan Dan Manfaat Pengangkutan
Pengangkutan bertujuan untuk membantu memindahkan barang
dan atau orang dari satu tempat ke tempat lain secara efektif dan efisien.
Efektif karena perpindahan barang dan atau orang dapat dilakukan
sekaligus atau dalam jumlah yang banyak.sedangkan efisien karena
dengan pengangkutan perpindahan itu menjadi relative singkat atau cepat
dalam ukuran jarak dan waktu dari tempat awal ke tempat tujuan.
Pengangkutan jalan bertujuan untuk :
a) Terwujudnya pelayanan lalulintas dan pengangkutan jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angktan lain
-
38
untuk mendorong perekonomian nasional, memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa serta menjunjung tinggi martabat bangsa.
b) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa
c) Terwujudnya penegakan hukum kepastian dan kepastian hukum
bagi masyarakat. 53
Sedangkan manfaat pengangkutan adalah memindahkan barang
dana tau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud
meningkatkan daya dan nilai. Pengngkutan pada pokonya berfungsi
membawa barang yang dirasakan kurang sempurna bagi kebutuhan di
suatu tempat dimana barang tersebut menjadi lebih bemanfaat.54
Pengangkutan sendiri memiliki nilai yang sangat vital dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini didasari oleh beberapa faktor yaitu :
a) Keadaan geografis indonesia yang berupa daratan pulau besar
maupun kecil, dan berupa perairan yang terdiri dari laut, suangai dan
danau yang memungkinkan dilakukannya pengangkutan di seluruh
wilayah.
b) Menunjang pembangunan di berbagai sektor
c) Mendekatkan jarak antar desa dan kota
d) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
53 UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Pasal 3
54 Abdulkadir Muhammad(selanjutnya disebut AbdulKadir Muhammad IV), Hukum Pengangkutan Niaga(Bandung:Citra Aditya Bhakti,2013) hal.18
-
39
C. Tinjauan Tarif Angkutan
1. Tarif Angkutan
Menurut Lidwina, tarif angkutan umum adalah tarif yang dikenakan pada
angkutan umum. Besarnya tarif ditentukan oleh beberapa aspek, antara
lain : kepentinga konsumen pengguna, produsen atau operator pengguna
jasa dan kemampuan/kepentingan pemerintah. Tingkat tarif angkutan
dipengaruhi juga oleh perubahan biaya operasi alat angkutan yang
ditetapkan berdasrkan biaya operasi satu unit (unit cost) dari jasa
angkutan tersebut.
Pengusaha angkutan selalu menginginkan agar jasa tarif ditetapkan
tinggi, sedangkan konsumen menginginkan tarif yang rendah. Tarif
dikatakan wajar selama masih berada dalam jangkauan daya beli pemakai
jasa angkutan serta dapat menjamin penerimaan yang layak bagi pengusaha
angkutan.
Menurut departemen perhubungan, tarif adalah besarnya biaya yang
dikenakan pada setiap penumpang kendaraan angkutan umum yang
dinyatakan dalam rupiah. Penetapan tarif dimaksudkan untuk mendorong
terciptanya penggunaan sarana dan prasarana pengangkutan secara optimal
dengan mempertimbangkan lintasan yang bersangkutan.
Guna melindungi konsumen, pemerintah menetapkan batas tarif
maksimum, dan bila dianggap perlu untuk menjaga persaingan sehat,
pemerintah juga menetapkan tarif minimum. Sementara itu tarif harus
-
40
ditetapkan sedmikian rupa sehingga masih memberi keuntungan wajar
kepada pihak pengusaha angkutan umum dan dapat diterima konsumen.
2. Macam-Macam Tarif Angkutan
Tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga
untuk para pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur. Tarif
angkutan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Tarif menurut kelas (class rate) berlaku khusus untuk muatan dan
penumpang.
b. Tarif pengecualian, merupakan tarif yang lebih rendah dari class
rate
c. Tarif perjanjian/kontrak, berlaku untuk angkutan jalan dan
angkutan laut dan juga berlaku moda angkutan lainnya (angkutan
udara untuk pipa).
Sedangkan tarif yang belaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Tarif Menurut Trayek, adalah angkutan berdasarkan atas
pemanfaatan operasional dari moda transportasi yang dioperasikan
dengan perhitungan jarak yang dijalani oleh moda transportasi.
2) Tarif Lokal, adalah tarif yang berlaku dalam satu daerah tertentu
3) Tarif Deferensial, adalah tarif angkutan dimana terdapat
perbedaan tinggi tarif menurut jarak, berat muatan, kecepatan atau
sifat khusus dari muatan yang diangkut.
-
41
4) Tarif Peti Kemas, adalah tarif yang diberlakukan unkuran kotak
yang diangkut dari asal pengiriman ke temppat tujuan barang.
3. Struktur Tarif
Di dalam menangani kebijaksanaan tarif, tujuan apapun yang
dibuat, pada akhirnya akan diambil keputusan yang mempertimbangkan
dua hal.
Pertama , Tingkat tarif merupakan besarnya tarif yang dikenakan dan
mempunyai rentang dari tarif bebas/gratis sama sekali sampai pada
tingkatan tarif yang dikenakan akan menghasilkan keuntungan pada
pelayanan.
Kedua, mempertimbangkan struktur tarif yang merupakan cara
bagaimana tarif tersebut dibayarkan.
Ada beberapa pilihan yang digunakan dalam penetapan tarif angkutan,
diantaranya adalah
1. Tarif Saragam (Flat Fare), diaman dalam struktur tarif seragam
dikenakan tanpa memeperhatikan jarak yang dilalui. Struktur tarif
seragam ini bermanfaat apabila diterapkan pada daerah yang
kawasan pemukimannya sebagian besar terletak melingkar
mengelilingi pusat kota, kemudahan dalam pengumpulan
ongkosnya di dalam kendaraan. Selain itu struktur ini
memungkinkan transaksi yang cepat dan secara umum
penampilan tarifnya sederhana. Namun, di satu pihak merugikan
-
42
penumpang yang melakukan perjalanan pendek karena tarifnya
akan sama dengan tarif yang dikeluarkan oleh penumpang yang
melakukan perjalanan panjang/ jauh.
2. Tarif Berdasarkan Jarak (Distance-based-fare)
Ada beberapa macam struktur tarif berdasarkan jarak, yaitu:
a. Tarif Kilometer
Struktur tarif ini sangat bergantung dengan jarak yang ditempuh,
yaitu penetapan besarnya tarif dilakukan pengalian ongkos tetap
per-kilometer dengan panjang perjalanan yang ditempuh oleh
setiap penumpangnya. Tarif kilometer ini cocok untuk
pengangkutan perkotaan hanya di bawah keadaan-keadaan
tertentu dan sekarang ini struktur ini tidak banyak digunakan.
b. Tarif Bertahap
Struktur tarif ini dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh oleh
penumpang. Tahapan adalah suatu penggal dari rute yang
jaraknya antara satu atau lebih tempat pemberhentian sebagai
dasar perhitungan tarif.tarif baertahap mencerminkan usaha
penggabungan secara wajar keinginan penumpang dan
pertimbanganbiaya yang dikeluarkan perusahaan dengan waktu
untuk mengumpulkanongkos.
-
43
c. Tarif Zona
Tarif ini merupakan bentuk penyedehanaan dari tarif bertahap
jika daerah pelayanan berangkutan dibagi dalam zona-zona.
Daerah pelayanan perangkutan juga dapat dibagi ke dala
zona-zona berdekatan. Jika terdapat jalan melintang dan
melingkar, panjang jalan ini harus dibatasi dengan membagi
zona-zona kedalam sektor-sektor.
Tarif zona memiliki kerugian bagi penumpang yang melakukan
suatu perjalanan jarak pendek di dalam dua zona yang
berdekatan, mereka harus membayar ongkos untuk dua zona.
Kerugia ini dapat diimbangi dengan memberlakukan zona
tumpang tindih atau skala tarif yang dapat di pakai untuk dua
zona.
D. Perlindungan Konsumen
1. Definisi Perlindungan Konsumen
Dalam pasal 4 undang-undang perlindungan konsumen No.8
Tahun 1999 Huruf a menyebutkan bahwa konsumen mempunyai hak
atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan atau jasa. Artinya perlindungan konsumen sangat dibutuhkan
untuk memenuhi hak-hak yang sepatutnya didapatkan konsumen dari
suatu barang dan atau jasa yang dikonsumsinya.
-
44
Perlindungan konsumen yaitu suatu keseluruhan asas-asas dan
kaidah-kaidah hukum yang dapat mengatur hubungan dan salah satu
masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang saling berkaitan
dengan barang dan jasa konsumen di dalam suatu pergaulan hidup.55
Menurut pasal 3 Undang-Undang perlindungan konsumen No.8
Tahun 1999 menetatpkan 6 tujuan perlindungan konsumen, yaitu:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen supaya terhindar dari
dampak negative pemakaian barang dan jasa
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam mengambil keputusan
mengenai hak-hak konsumennya
d. Menciptakan system perlindungan yang berkepastian hukum,
keterbukaan informasi serta akses mendapatkan informasi
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha untuk bersikap jujur dan
bertanggung jawab
f. Meningkatkan kualitas produksi dengan jaminan kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
Dalam pasal 3 UU perlindungan konsumen ini, merupakan isi
pembangunan nasional karena tujuan perlindungan konsumen yang ada
55 Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,(Bandung,Grasindo,2004)
-
45
merupakan sasaran akhir yang dicapai dalam pelaksanaan pembangunan
dibidang hukum perlindungan konsumen. Menurut Achmad Ali masing
-masing undang-undang memiliki tujuan khusus 56, hal itu juga tampak
pada pasal 3 UUPK tersebut.
2. Asas- Asas Perlindungan Konsumen
Asas- asas perlindungan konsumen diatur dalam pasal 2 Undang-
Undang perlindungan konsumen No.8 tahun 1999 yaitu:
a. Asas Manfaat
Segala upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi konsumendan pelaku usaha secara
keseluruhan. Dengan kata lain tidak boleh hanya satu pihak saja
yang memperoleh manfaat, sedangkan pihak lain mendapatkan
kerugian.
b. Asas Keadilan
Konsumen dan pelaku usaha dapat berlaku adil melalui
perolehan hak dan kewajiban secara seimbang. Dengan adanya hak
dan kewajiban ini tidak selamanya sengketa konsumen di
akibatkan oleh kesalahan pelaku usaha saja. Namun, bisa juga
56 Achmad Ali dalam Mini Ahmadi dan Yodo Sutarman,Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta,RajaGrafindo Persada,2008),hal.34
-
46
diakibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu
akan kewajibannya.
c. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antar hak dan kewajiban para pelaku usaha dan
konsumen. Menghendaki konsumen, produsen/ pelaku usaha dan
pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan
dan penegakan hukum perlindungan konsumen.
d. Asas Keamanan Dan Keselamatan
Asas ini bertujuan untuk memberikan adanya jaminan
hukum bahwa konsumen akan mamperoleh manfaat dari produk
yang dikonsumsinya/dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk itu
tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan
harta bendanya.
e. Asas Kepastian Hukum
Asas ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum
agar pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan
menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajibannya tanpa harus
membebankan tanggung jawab kepada salah satu pihak, serta
negara menjamin kepastian hukum.
-
47
Kelima asas diatas, bila diperhatikan substansinyan, dapat dibagi menjadi
tiga asas yaitu :
1. Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi : asas keamanan dan asas
keselamatan konsumen.
2. Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan dan,
3. Asas kepastian hukum
Asas keseimbangan yang dikelompokkan kedalam asas keadilan , mengingat
hakikat keseimbangan yang dimaksud juga keadilan bagi kepentingan
masing-masing pihak, yaitu konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah,
kepentingan pemerintah dalam hubungan ini tidak dapat dilihat dalam
hubungan transaksi dagang secara langsung menyertai pelaku usaha dan
konsumen.
3. Hak Dan Kewajiban Konsumen
Menurut pasal 4 Undang-Undang perlindungan konsumen No.8
Tahun 1999 bahwa hak konsumen yaitu:
a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan atau jasa
b.Hak untuk memilih barang dan jasa serat mendapatkan barang dan
atau jasa tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan
-
48
c.Hak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur atas
barang dan jasa
d.Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya
e.Hak untuk mendapatkan bantuan hukum (advokasi), perlindungan
dan penyelesaian sengketa
f. Hak dalam pembinaan dan pendidikan konsumen
g.Hak untuk diberlakukan secara benar,jujur dan tidak diskriminasi
h.Hak untuk mendapatkan kompensasi atas barang atau jasa yang
merugikan
i. Hak-hak yang ditentukan dalam perundang-undangan lainnya
Dalam uraian hak-hak konsumen di atas, terlihat bahwa masalah
kenyamanan,keamanan,kejelasan informasi,dan keselamatan
konsumen menjadi hal pokok dan utaman dalam perlindungan
konsumen.
Sedangkan kewajiban konsumen menurut pasal 5
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen
adalah :
a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatab barang dana tau jasa demi keamanan
dan keselamatan.
-
49
b. Beritikad baik dalam transaksi pembelian barang dan atau jasa
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
d. Mengukuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Dalam pasal 5 UUPK di atas, sebenarnya sebenarnya dimaksudkan agar
konsumen sendiri dapat memperoleh hasil yang optimal atas
perlindungan konsumen dan/atau kepastian hukum bagi dirinya.
Perlindungan konsumen bertujuan untuk melindungi konsumen dan
hak-hak secara hukum dari pelanggaran dan penyalhgunaan hak
-
50
BAB III
PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN SATU TARIF ANGKUTAN
KOTA DI KOTA SALATIGA
A. Gambaran Umum Kota Salatiga
Kota Salatiga merupakan sebuah kota di Provinsi Jawa Tengahyang
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49
kilometer di sebelah selatan kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah
Utara Surakarta, serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara
Semarang denga Surakarta. Salatiga menempati letak posisi yang sangat
strategis karena berada pada persilangan jalan raya dari lima jurusan yaitu:
Semarang, Bringin, Surakarta, Magelang dan Ambarawa.
Pada awalnya kotamadya Salatiga hanya terdiri dari satu kecamatan
saja, yaitu Kecamatan Salatiga. Namun seiring adanya pemekaran wilayah,
Kota Salatiga mendapatkan beberapa tambahan daerah yang berasal dari
Kabupaten Semarang. Hingga sekarang, secara Administratif Kota
Salatiga terdiri atas 4 Kecamatan dan 23 Kelurahan, Kecamatan dan
Kelurahan tersebut adalah:
1. Kecamatan Sidorejo, terdiri atas 6 kelurahan yaitu : Blotongan, Sidorejo
Lor, Salatiga, Bugel, Kauman Kidul dan Pulutan
2. Kecamatan Tingir, terdiri atas 7 kelurahan yaitu : Kutowinangun Lor,
Kutowinangun Kidul, Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor dan Tingir
Tengah
-
51
3. Keamatan Argomulyo, terdiri atas 6 keurahan yaitu : Noborejo, Ledokk,
Tegarejo, Kumpulrejo, Randuasir, dan Cebongan
4. Kecamatan Sidomukti, terdiri atas 4 keurahan yaitu :Kecandran, Dukuh,
Mangunsari dan Kalicacing
Sesanti Kota Salatiga adalah “HATI BERIMAN”, yang ditetapkan
dalam Perda Kodya Tingat II Salatiga No.10 Tahun 1993 tentang Penetapan
Semboyan Salatiga Hati Beriman. Adapun kepanjangan dari sesanti HATI
BERIMAN adalah:
- Sehat: Kesehatan Jasmani, Rohani, dan Lingkungan;
- Tertib: Kesadaran sosial dan disiplin;
- Bersih: Kondisi kehidupan yang bersih secara fisik dan psikis;
- Indah: Keindahan alam;
- Aman: Keamanan lingkungan pemukiman, kerja, dan umum;
Visi ”SALATIGA YANG SEJAHTERA, MANDIRI DAN
BERMARTABAT”
Arti visi kota Salatiga adalah:
1. Sejahtera , mempunyai arti meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar,
fasilitas umum, pelayanan publik dan pembangunan berwawasan
lingkungan.
2. Mandiri, mengandung arti mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat
kegiatan masyarakat yang berkemampuan serta berperan aktif dalam
-
52
pembangunan yang dilandasi oleh jiwa dan semangat kewirausahaan untuk
meningkatka potens dan daya saing daerah.
3. Bermartabat , bermakna untuk mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat
penyelenggaraan pemerintah yang tunduk pada prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang bersih, profesional dan penghormatan yang tinggi
terhadap hak asasi manusia.
Sedangkan Misi Kota Salatiga adalah
1. Menyediakan Pemenuhan Kebutuhan Pelayanan Dasar
a. Peningkatan akses pedidikan
b. Peningkatan akses pelayanan kesehatan
c. Peingkatan akses air bersih dan sanitasi
2. Mengelola Tata Ruang Kota Yang Berkelanjutan Dan Berwawasan
Lingkungan yang tertuang dalam Perda Kota Salatiga No.4 Tahun 2011
Tentang Tata Ruang Wilayah Kota Salatigaahun 2010-2030.
3. Mengembangkan Penanganan Atas Penyandang Masalah Kesejateraan
Sosial
a. Penanganan atas penyandang masalah sosial
b. Kemiskinan, konfli-konflik sosial, kesenjangan pemerataan pendapatan
4. Meningkatkan Perekonomia Daerah Berbasis Eonomi Kerakyatan dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan.
a. Pemberdayaan ekonomi lokal
b. Pemberdayaan rumah tangga kurang mampu
c. Produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan
-
53
d. Peningkatan partisipasi publik dalam pembangunan
5. Melestarikan Nilai-Nila Kearifan Lokal Dalan Rangka Memperkuat
Identitas dan Jati Diri Daerah dengan Menyelaraskan pembangunan dengan
budaya serta nilai kearifan lokal masyarakat
6. Mengembangkan Hubungan yang Sinergis Antara Pemangku Kepetingan
Pembangunan dan Kepentingan Menuju Terciptanya Pembangunan yang
Berbasis Pada Upaya Peningkatan Kesejahteraan, Kemandirian
7. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintah dengan Prinsip-Prinsip Good
Govermance yaitu dengan mewujudkan konsep good govermance,
pembangunan daerah dan pengelolaan sektor publik dilakukan dengan
berbasis pada partisipasi, transparansi dan akuntailitas
8. Mengembangkan Pemahaman Politik Melalui Budaya Politik Demokratis
Yang Santun Dan Mengedepankan Supremasi Hukum
9. Mengembangka Pengarusutamaan Gender Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Dan Perlindungan Anak, Remaja serta Perempuan Dalam Segala
Bentuk Disriminasi Dan Ekploitasi
Kota Salatiga memiliki 2 terminal yaitu Terminal Tingkir yang menjadi
terminal induk di Kota Salatiga dan Terminal Taman Sari yang merupakan
terminal sub induk atau sering disebut terminal bayangan yang terletak di
depan Mall Ramayana Salatiga.
Terminal ini berfungsi sebagai terminal pembantu dengan tingkat
pelayanan berjangkau lokal atau dalam kota dan digunakan hanya untuk
angkutan umum bersifat angkutan dalam kota (angkota) saja.
-
54
Dalam sejarah kota Salatiga, Terminal Taman Sari disebut pernah
menjadi terminal terindah di eranya. Masyarakat pada saat itu menyebutnya
dengan terminal Bus Taman Sari serta memiliki kreasi dan arsitek
perancangnya dalam melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan
sekitar.
B. Gambaran Umum Angkutan Kota Di Kota Salatiga
1. Profil Angkutan Kota Salatiga
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau jasa dari satu
tempat ke tempat lain. Angkutan kota merupakan salah satu bentuk dari
angkutan umum yang mempunyai fungsi sebagai sarana pergerakan
manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, yang juga
merupakan sarana transportasi alternatif di dalam kota, terutama bagi
masyaakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi.57
Angkutan kota adalah satu angkutan yang banyak digunakan
masyarakat yang ingin bepergian di area dalam kota. Angkutan kota ini
sangat mudah ditemui seperti di Kota Salatiga. Tujuan adanya angkutan
umum terutama angkutan kota di Kota Salatiga ini adalah
menyelenggarakan pelayanan baik bagi masyarakat. Pelayanan ini
meliputi : pelayanan yang aman, dapat dipercaya, teratur, cepat, murah,
nyaman, mudah diperoleh, menyenangkan dan bermartabat.
57 Andriariza, Pembuatan Aplikasi Untuk Perencanaan Trayek Angkutan Kota Di KotaMojokerto,(Surabaya:Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan ITS,2006)
-
55
Angkutan kota adalah salah satu pelayanan transportasi yang
disediakan pemerintah kota Salatiga yang dilakukan dalam jaringan trayek
secara teratur dengan penjadwalan tetap atau tidak terjadwal. Jaringan
trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan
jaringan pelayanan angkutan orang.58
Angkutan Kota Salatiga sendiri memiliki 15 trayek tetap yang tempat
tujuannya tersebar di Kota Salatiga dan sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk
mengangkut penumpang baik itu dari dalam kota maupun yang akan
menuju perbatasan/luar kota Salatiga. Ciri khas dari angkutan kota
Salatiga ini adalah angkutan dengan mobil berwarna biru.
Gambar 3.1 Alat Transportasi Angkota
Sumber : www.google.com/scientarum.com
58 Keputusan Menteri No.35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di jalan DenganKendaraan Umum
http://www.google.com/scientarum.com
-
56
Rute jalur angkutan kota Salatiga
Gambar 3.2 Denah jalur trayek Angkota
-
57
Trayek Dan Jalur Angkota Salatiga
Trayek Rute Yang Dilalui
1 Terminal Tamansari – Jl. Pemuda – Jl. Diponegoro – Jl.
Wahid Hasyim – Jl. Imam Bonjol – Karangrejo
( DesaKecandran ) – Candirejo-Kampus 3 IAIN Salatiga
2 Terminal Tamansari - Jl.Pemuda - Jl.Diponegoro – Modangan
– Blotongan. -Kampus 3 IAIN Salatiga
3 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda Jl.Patimura – Pasar Anyar
(Desa Kauman Kidul) –Macanan.
4 Terminal Tamansari – Buk Suling – Jl.Taman Pahlawan –
Jl.Dr.Muwardi – Jl.Nanggulan– Kalibening
5 Terminal Tamansari– Buk Suling – Jl.Taman Pahlawan –
Jl.Dr.Muwardi– Jl.Jend. Sudirman – Tlogo – Joko tingkir -
cengek
6 Terminal Tamansari – Buk Suling – Jl.Taman Pahlawan –
Jl.Dr.Muwardi–Jl.Jend.Sudirman – Noborejo – Kembangsari
7 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –
Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Kartini – Jl.AdiSucipto –
Jl.Brigjend.Sudiarto – Jl.Veteran – Tegalrejo – Kumpulrejo
(Promasan).
-
58
8 Terminal Tamanasari – Jl.Pemuda–Jl.Diponegoro –
Jl.prof.M.Yamin – Jl.Adi Sucipto – Lap.Pancasila –
Jl.Brig.Jend.Sudiarto – Jl.Osamaliki –Jl.Hasannudin –
Ngawen.
9 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –
Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Adi Sucipto – Lap.Pancasila –
Jl.Brig.Jend Sudiarto – Jl.KaliNongko – Jl.Osamaliki –
Jl.Merak – Jl.Nakulo Sadewa – Jl.Bima – Grogol.
10 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –
Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Kartini – Jl.Osamaliki – Jl.Veteran –
Tegalrejo.
11 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –
Jl.Prof.M.Yamin – Jl.Adi Sucipto – Lap.Pancasila –
Jl.Brig.Jend.Sudiarto – Jl.Osamaliki – Jl.Hasannudin –
Jl.Arjuna – Jl.Wisanggeni – Jl.Purbaya Raya –Jl.Yudistira –
Jl.Parikesit – Perumahan Warak.
12 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Patimura – Jl.Domas –
Jl.Kemiri Raya – Kalisawo – Jl.Mutiara – Sarirejo –
Bugel–Sembir – Watuagung.
12 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –
Jl.Atmosuharjo–Jl.ImamBonjol – Banyu Putih –
-
59
Jl.NakuloSadewa – Jl.Bima – Grogol.
16 Terminal Tamansari– Buk Suling – Jl. Taman Pahlawan –
Jl.Dr Muwardi – Jl.Jend. Sudirman – Jl.Argomulyo – Tetep
Wetan – Randuacir (Dukuh Salam)
17 Terminal Tamansari – Jl.Pemuda – Jl.Diponegoro –
Monginsidi – Jl.Kartini–Jl.ImamBonjol – Dk.Ngaliyan – Dk.
Duren – Dk. Gamol.
Tabel 3.1 jalur trayek
-
60
Data jumlah armada angkutan kota salatiga
Nomo
r
Traye
k
Panjang
(kilometer)
Jumlah armada
yang beroperasi
kepemilikan Instansi
Pemberi
izin
1 7 44 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
2 5 83 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
3 4 32 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
4 4 16 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
5 6 50 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
6 7 71 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
-
61
7 7 20 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
8 4 25 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
Salatiga
9 4 20 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
10 5 21 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
11 4 16 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
12 3 15 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
14 5 9 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
16 7 16 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
-
62
17 5 10 Koperasi/Wahan
a Roda Mulia
DisHub
Salatiga
Tabel 3