tinjauan pustaka mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju...

18
TINJAUAN PUSTAKA Mastitis Mastitis berasal dari bahasa Yunani yaitu “mastosyang berarti kelenjar ambing (mammary gland) dan “itis” yang berarti peradangan. Mastitis secara umum di defenisikan sebagai peradangan jaringan internal kelenjar susu atau ambing yang disertai perubahan fisik, kimia, mikrobiologi, ditemukannya kuman patogen dan adanya peningkatan jumlah sel somatis terutama leukosit dalam susu dan dapat disertai perubahan patologi pada jaringan ambing (Sudarwanto 1999). Dalam beberapa literatur hampir semua kasus mastitis disebabkan oleh mikroorganisme dalam kelenjar ambing. Mikroorganisme itu dapat berupa bakteri, cendawan, mikoplasma, dan virus. Jenis bakteri yang banyak berperan sebagai penyebab mastitis yaitu Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysgalactiae, Streptococcus uberis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli, Escherichia feundii, Aerobacter aerugenes dan Klebsiella pneumoniae (Poeloengan 2009). Selain itu, hasil penelitian Hamidjojo juga menemukan kebaradaan Streptococcus agalactiae sebesar 84,1%, staphylococcus aereus 9,7% serta E. coli sebesar 0,9 % pada kasus mastitis (Winaningrum 1999). Ada dua macam mastitis yaitu mastitis klinis dan mastitis subklinis. Mastitis klinis yaitu mastitis yang ditandai dengan gejala klinis yang jelas seperti gejala panca radang, sedangkan mastitis subklinis yaitu peradangan jaringan interna ambing tanpa gelaja klinis seperti bengkak merah dan rasa sakit. Mastitis ini ditandai dengan peningkatan jumlah sel radang lebih dari 400.000 sel tiap ml susu yang berasal dari ambing laktasi normal (Sudarwanto 1997). Mastitis sering disebut penyakit mahal oleh peternakan sapi perah karena kerugian yang ditimbulkan penyakit ini tidak hanya pada turunnya produksi akan tetapi juga terhadap kualitas hasil olahan susu (Lukman et al. 2009). Kebanyakan mastitis disebabkan masuknya mikroorganisme ke dalam puting susu dan berkembang dalam jaringan ambing menghasilkan produk biologis dan metabolit. Bahan-bahan ini akan mengiritasi jaringan dan menimbulkan reaksi radang. Adanya reaksi radang ini mengakibatkan fungsi-

Upload: dangminh

Post on 02-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

TINJAUAN PUSTAKA

Mastitis

Mastitis berasal dari bahasa Yunani yaitu “mastos” yang berarti kelenjar

ambing (mammary gland) dan “itis” yang berarti peradangan. Mastitis secara

umum di defenisikan sebagai peradangan jaringan internal kelenjar susu atau

ambing yang disertai perubahan fisik, kimia, mikrobiologi, ditemukannya kuman

patogen dan adanya peningkatan jumlah sel somatis terutama leukosit dalam susu

dan dapat disertai perubahan patologi pada jaringan ambing (Sudarwanto 1999).

Dalam beberapa literatur hampir semua kasus mastitis disebabkan oleh

mikroorganisme dalam kelenjar ambing. Mikroorganisme itu dapat berupa

bakteri, cendawan, mikoplasma, dan virus. Jenis bakteri yang banyak berperan

sebagai penyebab mastitis yaitu Streptococcus agalactiae, Streptococcus

dysgalactiae, Streptococcus uberis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermidis, Escherichia coli, Escherichia feundii, Aerobacter aerugenes dan

Klebsiella pneumoniae (Poeloengan 2009). Selain itu, hasil penelitian Hamidjojo

juga menemukan kebaradaan Streptococcus agalactiae sebesar 84,1%,

staphylococcus aereus 9,7% serta E. coli sebesar 0,9 % pada kasus mastitis

(Winaningrum 1999).

Ada dua macam mastitis yaitu mastitis klinis dan mastitis subklinis.

Mastitis klinis yaitu mastitis yang ditandai dengan gejala klinis yang jelas seperti

gejala panca radang, sedangkan mastitis subklinis yaitu peradangan jaringan

interna ambing tanpa gelaja klinis seperti bengkak merah dan rasa sakit. Mastitis

ini ditandai dengan peningkatan jumlah sel radang lebih dari 400.000 sel tiap ml

susu yang berasal dari ambing laktasi normal (Sudarwanto 1997). Mastitis sering

disebut penyakit mahal oleh peternakan sapi perah karena kerugian yang

ditimbulkan penyakit ini tidak hanya pada turunnya produksi akan tetapi juga

terhadap kualitas hasil olahan susu (Lukman et al. 2009).

Kebanyakan mastitis disebabkan masuknya mikroorganisme ke dalam

puting susu dan berkembang dalam jaringan ambing menghasilkan produk

biologis dan metabolit. Bahan-bahan ini akan mengiritasi jaringan dan

menimbulkan reaksi radang. Adanya reaksi radang ini mengakibatkan fungsi-

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

5

fungsi alveol terganggu sehingga produksi dan kualitas susu turun (Lukman et al.

2009)

Pada penelitian eksperimental mastitis subklinis menggunakan mencit,

susunan histologi kelenjar mamae berubah. Sebagian besar kelenjar mengalami

atropi (mengecil) karena sel epitel alveol mengalami degenerasi dan nekrosa,

lumen menyempit bahkan ada alveol yang menghilang. Sel radang berupa PMN

(polymorphonuclear), makrofag, dan limfosit menginfiltrasi fokus peradangan,

fibrosis juga terjadi dan pergantian jaringan nekrotik oleh jaringan lemak. Jika

jaringan lemak terbentuk dalam waktu yang cepat akan mengakibatkan involusi

dini kelenjar mamae sehingga tidak mampu memproduksi susu. Sel epitel alveol

mengalami degenerasi dan nekrosis yang ditunjukkan dengan perubahan intensitas

warna sitoplasma sel yang berwarna lebih merah dengan inti mengecil berwarna

lebih gelap dengan HE. Inti sel kadang-kadang menghilang (Estuningsih 2002).

Selain itu, pada mastitis subklinis juga terjadi peningkatan jumlah sel

somatik. Peningkatan jumlah sel somatik ini memberikan efek negatif terhadap

kualitas produk melalui aktifitas enzimatis (protease dan lipase). Aktivitas

enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu

pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu fermentasi,

produk mentega mudah menjadi tegik dan adanya perubahan rasa pada sebagian

produk olahan. Peningkatan jumlah sel somatik juga mempengaruhi produksi susu

sehingga menimbulkan banyak kerugian (Lukman et al. 2009). Berikut tabel

hubungan antara jumlah sel somatik dengan penurunan produksi susu dan

perkiraan kerugian.

Tabel 1 Hubungan antara jumlah sel somatik dengan penurunan produksi susu

Jumlah sel somatik/ml Penurunan produksi susu (%)

500.000-1.000.000

1.000.000-5.000.000

>5.000.000

10%

24.6%

37.5%

Sumber: Lukman et al. (2009)

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

6

Tabel 2 Hubungan antara jumlah sel somatik dengan perkiraan kerugian

Jumlah sel somatik/ml Kehilangan susu/tahun/sapi

250.000-500.000

500.000-750.000

750.000-1.000.000

>1.000.000

180 liter

340 liter

770 liter

900 liter

Sumber: Lukman et al. (2009)

Vaksinasi/Imunisasi

Imunisasi adalah suatu proses membangkitkan kekebalan protektif dengan

menggunakan antigen yang relatif tidak berbahaya (VMES 2004). Imunisasi

memberi kekebalan yang efektif dengan membentuk antibodi yang cukup banyak

dan menambah populasi sel-sel limfosit yang dapat berkembang dengan cepat bila

terjadi kontak dengan antigen (Roitt 1985).

Ada dua macam imunisasi yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.

Imunisasi pasif menghasilkan kekebalan tubuh dengan cara memindahkan

antibodi dari hewan yang resisten kepada hewan yang rentan. Sayangnya

resistensi yang dihasilkan hanya bersifat sementara, memberi perlindungan yang

cepat namun cepat pula dikatabolisme, sehingga resipien menjadi rentan kembali

terhadap infeksi ulang. Tidak ada sel memory yang akan melindungi ternak

apabila antibodi dalam imunisasi pasif telah habis (Virella 2001). Namun

beberapa tahun terakhir imunisasi pasif mengalami perkembangan. Imunisasi

pasif sekarang tidak hanya memindahkan antibodi tapi juga sel T. Pemindahan sel

T berfungsi sebagai imunoterapi terhadap pengobatan sel-sel kanker (Ibrahim dan

Wahid 2010). Imunitas aktif yaitu pemberian antigen pada hewan sehingga hewan

dapat menanggapi antingen dengan meningkatkan tanggap kebal protektif

berperantara sel T dan sel B. Ada dua jenis vaksin yang digunakan dalam

imunisasi aktif yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Masing- masing vaksin ini

mempunyai kelebihan dan kekurangan (Tizard 1987).

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

7

Tabel 3 Perbandingan kelebihan dan kekurangan vaksin hidup dan vaksin mati

Vaksin hidup Vaksin mati

Dapat menyebabkan penyakit karena

virulensi residual

Diperlukan beberapa dosis ulangan

Imunitas kuat dan selama hidup

Tidak perlu adjuvan

Kurang resiko hipersensitivitas

Vaksin dapat merangsang produksi

interferon

Tak mungkin menyebabkan penyakit

karena virulensi residual atau

kembali ke sifat semula

Tidak memerlukan dosis banyak

Imunitas lemah

Sumber: Tizard (1987)

Menurut Tizard (1987) vaksinasi yang baik sebagai pengendali penyakit

harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Identifikasi mutlak organisme penyebab dengan tepat

2. Mampu melindungi hewan terhadap penyakit

3. Resiko vaksinasi tidak melebihi resiko kemungkinan mengidap penyakit

tersebut.

Suatu vaksin dapat berasal dari toxoid, virus, patogen protein, DNA, dan

bakteri atau yang disebut sebagai vaksin bakteri. Vaksin bakteri yaitu vaksin yang

barasal dari suatu bakteri yang telah dilemahkan faktor virulensinya (Kindt 2007).

Salah satu contoh bakteri yang digunakan sebagai vaksin adalah Streptococcus

agalactiae. Streptococcus agalactiae mempunyai faktor virulensi berupa kapsul

polisakarida dan hemaglutinin. Kapsul polisakarida ini tersusun atas asam sialat

dan senyawa karbohidrat lainnya yang membentuk struktur oligosakarida yang

berperan dalam mencegah fagositosis, menentukan ketahanan hidup dan

mencegah proses pembunuhan bakteri (Wibawan dan Laemmler 1990).

Secara umum ada tiga cara pembuatan vaksin yaitu metode fisika seperti

pemanasan, metode biologi seperti modifikasi genetik, dan metode kimia seperti

penggunaan suatu senyawa spesifik. Dewasa ini pembuatan vaksin semakin maju

hingga sampai pada suatu teknik dengan menggunakan radiasi radioaktif atau

nuklir. Penelitian vaksin yang diradiasi ini sebenarnya sudah lama dimulai. Pada

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

8

tahun 1967 Nussenzweig et al. melakukan penelitian vaksin yang telah diradiasi

terhadap penyakit malaria pada mencit. Hasilnya membuktikan bahwa vaksinasi

mencit dengan sporozoit Plosmodium berghei yang diatenuasi dengan radiasi

mampu memproteksi tantangan sporozoit infektif (Syaifudin et al. 2008). Setelah

itu, penelitian tentang vaksin yang radiasi semakin berkembang. Pada tahun 1992,

Badan Teknologi Nuklir Nasional meluncurkan sebuah vaksin terhadap penyakit

koksidiosis yang pembuatannya menggunakan radiasi.

Dalam pembuatan suatu bahan vaksin, jenis radiasi yang biasa digunakan

adalah sinar gamma yang memiliki daya tembus tinggi dan panjang gelombang

pendek (Hall 1994). Radiasi sinar gamma ini dapat menghasilkan suatu imunogen

yang potensial untuk vaksin dan memicu pembentukan antibodi yang optimal

dalam menahan infeksi berikutnya (Hook et al. 2003). Radiasi dengan dosis

optimum akan menyebabkan kerusakan pada DNA sehingga mikroorganisme

tidak mampu melakukan replikasi dan tidak menimbulkan infeksi (Syaifudin et al.

2008).

Penggunaan suatu vaksin dapat melalui beberapa rute namun yang paling

umum dilaksanakan melalui intarmuskular dan subkutan karena caranya yang

relatif mudah. Tehnik ini biasanya digunakan pada hewan yang jumlahnya relatif

sedikit. Pada hewan yang jumlahnya banyak seperti ayam, pemberian vaksin

dapat dilakukan melalui spray (aerosol), dicampurkan pada makan dan

minumannya, diteteskan pada mata, dan lain-lain (Tizard 1987). Pada mencit

pemberian vaksin lebih banyak dilakukan melalui intramuscular dan subkutan.

Vaksin akan mempengaruhi tanggap kebal. Antigen yang ada pada vaksin

akan berikatan dengan reseptor yang ada pada limfosit. Ikatan ini akan

merangsang limfosit untuk berkembang-biak dan berdiferensiasi menjadi sel B

yang akhirnya menghasilkan antibodi dan sel T yang menimbulkan kekebalan

berperantara sel (Tizard 1987). Berkembang biaknya limfosit ini akan

mengakibatkan populasinya di darah perifer juga akan meningkat.

Pada limpa masuknya antigen atau vaksin akan meningkatkan jumlah

folikel dan merangsang folikel primer yang sebagian besar terdiri atas sel B

membentuk germinal center dan berubah menjadi folikel sekunder. Sel penghasil

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

9

antibodi yang ada pada folikel ini akan berpindah menuju ke pulpa merah dan

zona pembatas. Di sini sebagian besar antibodi diproduksi (Tizard 1987). Selain

itu, dengan adanya vaksinasi juga akan merangsang proses hemopoietik pada

sumsum tulang (Stockham dan Scott 2002).

Mencit

Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan rodensia yang cepat

perkembangbiakannya, memiliki potensi reproduksi tinggi, masa kebuntingan

yang singkat, berukuran kecil, dan fisiologis terkarakterisasi dengan baik. Selain

itu mencit juga mempunyai harga yang relatif murah dan mudah dipelihara dalam

jumlah banyak (Sirois 2005). Alasan inilah mencit banyak digunakan dalam

penelitian biomedis untuk mempelajari teratologi, genetik, gerontologi,

toksikologi, dan karsinogenesitas.

Sistem taksonomi mencit sebagai berikut (Arrington 1972):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodensia

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Selain itu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam suatu

penelitian, kita harus mengetahui data fisiologis serta perilaku-perilaku hewan

tersebut. Berikut data fisiologis mencit yaitu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988):

Lama hidup : 1-2 tahun

Lama kebuntingan : 19-21 hari

Umur dewasa : 35 hari

Umur dikawinkan : 8 minggu (jantan atau betina)

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

10

Siklus estrus : 4-5 hari

Siklus kelamin : poliestrus

Lama estrus : 12-14 jam

Berat dewasa : 20-41 gram jantan, 18-35 gram betina

Jumlah anak : rata-rata 6, bisa sampai 15

Volume darah : 75-80 ml/kg

Sel darah putih : 6.0-12.6 x 103/mm

3

Neutrofil : 12-30%

Eosinofil : 0.2-4.0%

Monosit : 1-12%

Limfosit : 55-85%

Penggunaan mencit dalam penelitian juga telah sampai pada percobaan

pembuatan vaksin. Beberapa contoh vaksin yang percobaannya menggunakan

mencit adalah vaksin streptococcus grub B, vaksin polisakarida multivalen S.

Pneumoniae (Anonim 2010), vaksin DNA, vaksin pemblokir kokain, vaksin

malaria (Johnson dan Roehrig 1998), dan lain sebagainya. Vaksin-vaksin ini

dicoba pada mencit terlebih dahulu untuk melihat keefektifan dan keamanan dari

vaksin sebelum digunakan oleh penggunanya.

Leukosit

Ada dua tempat pembentukan leukosit yaitu sumsum tulang dan organ

limfoid. Pada sumsum tulang terjadi pembentukan sel granulosit, monosit dan

beberapa limfosit sedangkan pada organ limfoid terjadi pembentukan limfosit dan

plasma sel. Leukosit yang telah matang akan bersirkulasi di darah dan akan pergi

ke tempat dimana mereka dibutuhkan. Suatu proses infeksi atau inflamasi ditandai

dengan infiltrasi sel-sel leukosit ini karena leukosit merupakan respon awal tubuh

terhadap serangan agen infeksius (Guyton dan Hall 2006). Leukosit terbagi atas

dua golongan besar yaitu granuler (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranuler

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

11

(monosit dan limfosit). Pembagian ini didasarkan ada atau tidaknya butiran dalam

sitoplasma (Frandson 1996).

1. Neutrofil

Morfologi neutrofil normal secara umum sama pada setiap spesies

mamalia domestik. Kromatin dari nukleusnya mengalami pemadatan dan

bersegmen-segmen. Neutrofil dikatakan matang apabila dia mempunyai

minimal dua lobus. Sitoplasmanya umumnya tampak polos atau merah muda

dan sedikit basofilik (Harvey 2001).

Gambar 2 Neutrofil mencit (perbesaran 100x) (Sumber: Theml et al. 2004)

Neutrofil diproduksi dalam sumsum tulang bersama-sama sel granulosit

lainnya. Jumlah neutrofil terbanyak kedua setelah sel limfosit dalam peredaran

darah perifer mencit yaitu sebesar 20-30% dari total leukosit (Weiss dan

Wardrop 2010). Neutrofil dapat bertahan 4-8 jam dalam sirkulasi dan 4-5 hari

dalam jaringan. Ada tiga cara neutrofil masuk ke dalam jaringan yaitu

diapedesis (melalui endotel pembuluh darah), ameboid motion, chemotaxis

(melalui rangsangan zat kimia)(Guyton dan Hall 2006) .

Netrofil merupakan baris pertahanan pertama jika seekor hewan atau

manusia terinfeksi bakteri, virus, dan sel asing. Neutrofil berusaha menyerang

dan merusak agen tersebut melalui proses yang dinamakan fagositosis (Guyton

dan Hall 2006). Proses ini dilakukan dengan cara mengurung bakteri

mikroorganisme asing di dalam sitoplasmanya yang mengandung enzim

proteolitik. Enzim ini mampu mencerna dinding sel dan setelah melakukan

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

12

fagositosis neutrofil menjadi inaktif dan mati bersama dengan mikroorganisme

asing yang menghasilkan nanah yang nantinya akan diserap kembali oleh tubuh

(Tizard 1987). Peningkatan jumlah neutrofil dalam peredaran darah terjadi

akibat adanya infeksi akut, sedangkan penurunan jumlah neutrofil disebabkan

infeksi yang berjalan kronis (Wick 1997). Penurunan jumlah neurofil

disebabkan karena tidak mampunya neutrofil melawan agen infeksi sehingga

merangsang peningkatan makrofag dan monosit di dalam tubuh (Tizard 1987).

2 Eosinofil

Eosinofil mempunyai granul yang besar dan bersifat asidofilik karena

menyerap warna dari eosin. Nukleus dari eosinofil hampir sama dengan

neutrofil tapi cenderung mempunyai lobulasi sedikit. Sitoplasmanya biasanya

sedikit berwarna biru (Harvey 2001). Jumlah eosinofil yang bersirkulasi di

dalam tubuh sekitar 0-7% (Weiss dan Wardrop 2010). Eosinofil diproduksi

dalam jumlah banyak jika seekor hewan atau manusia terinfeksi oleh parasit.

Meskipun sebagian besar parasit terlalu besar untuk difagositosis oleh eosinofil

namun eosinofil dapat melakukan ini dengan cara menempel pada parasit.

Setelah itu melepaskan beberapa substrat yaitu enzim hidrolitik dari granulnya,

melepaskan bentuk oksigen yang sangat reaktif yang dapat mematikan parasit,

atau melepaskan polypeptida yang larvasida dari granulnya (Guyton dan Hall

2006).

Gambar 3 Eosinofil mencit (perbesaran 100x) (Sumber: Theml et al. 2004)

Selain itu eosinofil juga memiliki kecenderungan untuk mengumpul pada

jaringan dimana reaksi alergi terjadi. Hal ini terjadi karena ternyata sel

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

13

eosinofil dan basofil ikut berpartisipasi dalam reaksi alergi dan shock

anafilaksis (Swenson et al. 1993). Basofil melepaskan chemotaxis eosinofil

yang menyebabkan eosinofil bermigrasi ke radang jaringan akibat alergi.

Eosinofil diyakini dapat mendetoksifikasi beberapa zat yang merangsang

dilepaskan sel mast dan menghancurkan kompleks alergen-antibodi (Guyton

dan Hall 2006).

3. Basofil

Basofil adalah granulosit yang bersifat polimormonuklear-basofilik. Pada

umumnya basofil mempunyai sitoplasma berwarna biru pucat dan inti basofil

kurang tersegmentasi daripada inti neutrofil. Granul basofil bersifat asam,

berwarna biru tua sampai dengan ungu yang sering menutupi inti yang

berwarna agak cerah (Harvey 2001). Basofil merupakan leukosit yang paling

jarang, jumlahnya sangat rendah yaitu sekitar <1% dari leukosit dalam sirkulasi

(Theml et al. 2004).

Gambar 4 Basofil mencit (perbesaran 100x) (Sumber: Theml et al. 2004)

Basofil dan sel mast merupakan dua komponen yang sangat mirip secara

fungsi. Sel mast dan basofil ini memainkan peranan yang sangat penting dalam

sebuah reaksi alergi yang disebabkan oleh antibodi seperti Imunoglobulin E

(IgE). IgE memiliki kecenderungan khusus untuk melekat pada sel mast dan

basofil, kemudian apabila antigen spesifik untuk IgE beraksi dengan

antibodinya, maka akan menyebabkan sel mast dan basofil akan pecah dan

melepaskan histamin, bradikidin, serotonin, heparin, slow-reacting substance

dari anafilaksis, dan sejumlah enzim lisosom. Ini menyebabkan peradangan

pada pembuluh darah lokal dan reaksi alergi (Guyton dan Hall 2006).

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

14

4. Monosit

Monosit merupakan leukosit mononuklear dan biasanya lebih besar dari

pada limfosit. Monosit mempunyai inti seperti huruf “U” atau tapal kuda

berbentuk ginjal, band-shaped, atau berbelit-belit (ameboid) dengan kromatin

yang menyebar atau sedikit mengelompok. Sitoplasmanya biasanya berwarna

biru-abu-abu dan sering terdapat vakuola (Harvey 2001). Jumlah monosit di

dalam sirkulasi sekitar 2-8% dari leukosit yang beredar. Fungsi utama dari

monosit adalah sebagai alat pertahanan terhadap infeksi bakteri, jamur, virus,

dan benda asing (Theml et al. 2004).

Gambar 5 Monosit mencit (perbesaran 100x) (Sumber: Weiss dan Wardrop

2010)

Monosit berkembang menjadi makrofag apabila mereka telah

meninggalkan pembuluh darah dan masuk ke jaringan (Harvey 2001). Namun

ada sebagian monosit yang terikat pada jaringan dan tetap melekat selama

berbulan-bulan atau bahkan tahun sampai mereka dipanggil melalui

chemotaxis apabila ada rangsangan atau inflamasi. Monosit dan makrofag

membunuh mikroorganisme melalui proses fagositosis sehingga dikenal juga

sebagai sistem fagositik mononuklear (Guyton dan Hall 2006). Selain itu

makrofag juga berfungsi dalam proses dan regulasi respon imun terhadap

adanya antigen dan mensekresikan sitokin (misalnya IL-10, IL-12,

Transforming growth factor (TGF)-β), memodulasi respon inflamasi melalui

sekresi faktor pertumbuhan hematopoietik (misalnya granulosit, koloni

monosit), menginisiasi inflamasi (IL-1,IL-6, TNF-α, menghambat inflamasi

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

15

(IL-10, TGF-β), regulasi metabolisme besi, menghapus jaringan yang mati dan

rusak (Weiss dan Wardrop 2010).

Pada penyakit yang berlangsung kronis monosit lebih banyak ditemukan

daripada neutrofil namun apabila penyakit bersifat akut neutrofil lebih banyak

ditemukan daripada monosit atau makrofag (Ganong 1995).

5. Limfosit

Limfosit merupakan sel leukosit agranulosit yang memiliki sitoplasma

dengan warna biru muda sedangkan intinya berwarna ungu tua. Limfosit

mempunyai ukuran yang sangat bervariasi (Theml et al. 2004) dan jumlahnya

dalam sirkulasi sekitar 70-80% dari total leukosit (Weiss dan Wardrop 2010).

Ada dua jenis limfosit yatu limfosit kecil dan besar. Perbedaan kedua bisa di

lihat dari besar sitoplasma yang terlihat. Biasanya limfosit besar intinya hampir

menutupi semua sitoplasma sedangkan limfosit kecil sitoplasmanya jelas

terlihat.

Gambar 6 Limfosit mencit (perbesaran 100x) (Sumber: Theml et al. 2004)

Limfosit merupakan unsur kunci dalam sistem kekebalan. Pada mamalia,

sistem ini mampu menghasilkan antibodi melawan beberapa juta agen asing

berbeda yang bisa menginvasi badan. Limfosit berdiferensiasi menjadi sel T

dan sel B. Sel T berperan dalam imunitas seluler yang bertanggung jawab bagi

reaksi alergi tertunda dan penolakan transplan jaringan asing. Ada empat jenis

sel T yang telah dikenali yaitu sel T pembantu/penginduksi, sel T supressor, sel

T cytotoxic dan sel T memory. Dua jenis pertama terlibat dalam regulasi

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

16

produksi antibodi oleh turunan sel B, sedangkan sel T sitotoksik merusak sel

yang ditransplantasi dan sel asing lainya. Sel B berperan dalam imunitas

humoral yaitu imunitas yang terbentuk karena antibodi bersirkulasi di dalam

fraksi γ globulin protein plasma. Sel B dapat berdiferensiasi menjadi sel plasma

dan sel memory (Ganong 1995).

Sel B dan sel T kelihatan identik dan tidak bisa dibedakan secara

morfologi. Karena itu untuk membedakan perlu mengenal beberapa ciri-ciri

fungsionalnya. Salah satu cara untu membedakan sel T dan sel B adalah

mengenal ciri khas antigen-permukaan sel. Hal ini dapat dilakukan dengan

membuat antisera khusus terhadap subpopulasi limfosit. Jadi, sel timus

diinokulasi ke hewan yang berbeda spesies yang kemudian akan

menanggapinya dengan membuat antibodi anti-sel T khusus. Antibodi ini

secara kimiawi dapat disenyawakan dengan zat warna flouresen. Bila limfosit

direndam dalam antibodi flouresen ini maka antibodi akan mengikat sel T dan

akan bersinar di dalam kegelapan jika di sinari ultraviolet. Teknik ini juga bisa

digunakan untuk sel B dengan menggunakan serum anti-imunoglobulin

permukaan sel yang akan mengikat sel B (Tizard 1987). Selain itu, dewasa ini

juga banyak dibuat antibodi monoklonal terhadap subpopulasi limfosit yang

digunakan dengan tehnik imunohistokimia untum mencari sel-sel tersebut di

jaringan tubuh.

Limpa

Limpa berfungsi sebagai organ yang menyaring darah dan membuang

partikel antigen serta sel darah yang sudah tua. Limpa memiliki kapsul yang kaya

otot polos dan serat elastis. Bagian parenkimnya dibagi menjadi dua bagian yaitu

pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah merupakan bagian untuk menyimpan

eritrosit, penjeratan antigen dan eritropoiesis, sedangkan pulpa putih tempat

terjadinya proses tanggap kebal (Bacha dan Bacha 2000). Pada daerah pulpa putih

terdapat folikel primer yang berisi sel limfosit B. Apabila terjadi respon terhadap

antigen maka akan terbentuk germinal center pada pulpa putih yang disebut

dengan folikel sekunder. Setiap folikel sekunder yang terbentuk dikelilingi oleh

selapis sel T yang disebut dengan marginal zone. Pulpa putih secara keseluruhan

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

17

terpisah dari pulpa merah oleh sinus pembatas yaitu suatu selubung retikulum dan

zona pembatas yang terdiri atas sel (Tizard 1987).

Gambar 7 Limpa mencit (perbesaran 4x). Pulpa putih (a); Pulpa merah (b);

Marginal zone atau zona pembatas (c); Kapsula (d). (Sumber: Bacha

dan Bacha 2000)

Pembuluh darah memasuki hilus limpa dan bercabang masuk ke trabekula.

Ketika memasuki parenkim limpa dan mengelilingi pulpa putih, terdapat daerah

yang disebut dengan arteri pusat. Adanya akumulasi limfosit pada daerah ini akan

membentuk periarterial lymphatic sheaths (PALS). Setelah meninggalkan pulpa

putih, arteri akan bercabang menjadi beberapa arteriol dan kembali bercabang

menjadi kapiler. Umumnya percabangan ini disebut penicillus karena secara

kolektif mereka seperti bulu sikat. Kapiler dari penicillus dikelilingi oleh lapisan

konsentris dari makrofag. (Bacha dan Bacha 2000).

Antigen yang masuk ke dalam limpa akan dijerat oleh makrofag baik yang

terdapat pada zona pembatas (marginal zone) maupun zona yang membatasi

sinusoid pulpa merah. Sel ini membawa antigen ke folikel primer dalam pulpa

putih. Setelah beberapa hari, sel plasma bermigrasi. Sel plasma menempati zona

pembatas dan pulpa merah. Disinilah partama kali terbentuk antibodi terhadap

antigen tersebut. Pembentukan pusat germinal juga terbentuk dalam folikel

primer. Selain itu apabila antigen memasuki limpa maka dimulailah penjeratan

limfosit yaitu limfosit yang biasanya melewati secara bebas organ ini, terjerat

sehingga tidak dapat lepas. Sifat proses penjeratan ini belum jelas, namun

mungkin terjadi sebagai akibat interaksi antara antigen dengan makrofag sehingga

a

b

c

d

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

18

menyebabkan keluarnya monokin yang mempengaruhi pergerakan limfosit.

Penjeratan ini berfungsi untuk mengumpulkan sel peka-antigen di tempat yang

dekat dengan tempat antigen terkumpul yang secara tidak langsung menambah

efisiensi tanggap kebal (Tizard 1987).

Setelah kurang lebih 24 jam, limpa mulai melepaskan sel yang terjebak dan

memperlihatkan adanya pertambahan jumlah sel selama kurang lebih tujuh hari.

Pada akhir dari semua periode ini, banyak sel yang dilepaskan ke perifer menjadi

penghasil antibodi dan sel memori (Tizard 1987).

Sumsum Tulang

Sumsum tulang merupakan organ hematopoiesis yang berfungsi

memproduksi sel darah dan trombosit. Struktur sumsum tulang mempunyai dua

bagian yaitu bagian hematopoietik dan sinusoid vaskuler. Kedua bagian ini

dikelilingi oleh cortical bone (tulang keras) dan terletak bersebelahan seperti

potongan sebuah kue (Tizard 1987). Sinusoid vaskuler akan menyatu di bagian

tengah tulang dan membentuk vena sentral (Gambar 8) sedangkan bagian

hematopoietik merupakan tempat terjadinya perkembangan sel darah sehingga

pada daerah ini terdapat berbagai macam bentuk perkembangan sel darah

(Gambar 9) (Weiss dan Wardrop 2010).

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

19

Gambar 8 Potongan melintang tulang panjang. (Sumber Weiss dan Wardrop

2010)

Gambar 9 Sumsum Tulang (perbesaran 312x). Debris azurofilik (1); Erythroblast

Basofilik (2); Myelosit Basofilik (3); sel band Eosinofilik (4);

Myelosit Eosinofilik (5); Erythrosit (6); Sel Erythroid (7); Sel

Granulositik (8); Megakaryosit (9); Mitotik (10); Sel band neutrofilik

(11); Erythroblast Orthochromatofilik (12); Osteoblast (13);

Osteoclast (14); Sel plasma (15). (Sumber: Bacha dan Bacha 2000)

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

20

Sel darah awalnya berasal dari sel omnipotent yang berkembang menjadi

sel limfoid pluripotent dan sel myeloid pluripotent. Sel limfoid menghasilkan

keturunan limfosit sedangkan sel myeloid menghasilkan keturunan eritrosit,

megakariosit, basofil, eosinofil, neutrofil dan makrofag (Weiss dan Wardrop

2010).

Perkembangan sel-sel limfoid dan myeloid bervariasi melalui beberapa

tahap seperti pada gambar 9.

Gambar 10 Tahap perkembangan sel darah (Sumber: Theml et al. 2004)

Neutrofil, eosinofil, dan basofil berkembang dari sel myeloblast. Sel ini

akan membelah menjadi sel promyelocyte. Sel promyelocyte ini mempunyai inti

yang relatif besar dengan nukleus dan kromatin yang mulai menyatu.

Sitoplasmanya mengandung nonspecific azurophilic granul. Promyelosit

membelah menjadi myelocyte. Myelosit memiliki bentuk lebih kecil dengan

nukleus dan kromatin yang memadat. Perbedaan granulosit akan memungkinkan

sel tersebut berubah menjadi neutrofil, eosinofil, atau basofil. Setelah itu sel

tersebut mangalami metamyelocyte yang membuat inti memanjang dan

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA Mastitis - repository.ipb.ac.id · enzimatis berakibat pada menurunnya produk keju dan daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu

21

membentuk kacang sebelum akhirnya membentuk segmentasi pada saat

pematangan (Weiss dan Wardrop 2010).

Pada gambar 10 juga menjelaskan bahwa sel limfoid berkembang menjadi

NK Cell, T-limphoblast, dan B- T-limphoblast yang akan menghasilkan NK Cell,

limfosit T, dan limfosit B. Sel limfoid yang belum matang dan makrofag terletak

di dekat endosteum dan arteriol sedangkan limfosit yang sudah matang terletak di

parenkim sumsum tulang (Weiss dan Wardrop 2010) dan akan bermigrasi ke

organ limfoid sekunder seperti limpa dan limfonodus untuk mengalami

pendewasaan (Tizard 1987).

Semua sel darah yang sudah matang masuk dalam sinusoid dan terus ikut

dalam aliran darah sedangkan sel yang belum matang akan tetap tinggal dalam

sumsum tulang. Pada mencit 70-90% dari ruang sumsum tulang merupakan

tempat terjadinya hematopoietis. Adanya perubahan morfologi sel, perubahan

jumlah relatif dalam populasi sel, perubahan urutan perkembangan dan tidak

adanya salah satu sel darah merupakan indikasi adanya gangguan hematopoiesis

pada hewan tersebut (Barthold et al. 2007).

Gambar 11 Os Femur mencit (Perbesaran 4x). Sumsum tulang (1). (Li et al.

2010)

1