tinjauan pustaka analisis gula
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak, minyak industri maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah
penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar
serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk
menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang
tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga
umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
15
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious
diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara
bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga
sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul
digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan
embro dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit
berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu
16
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
2.1.1 Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan
baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di
ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu
daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi
buah sawit.
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E.
guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas
dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk
menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang,
yang terdiri dari:
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
17
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya
tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan
Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-
masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap
fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai
90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.Untuk
pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
2.1.2.Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak
makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya
karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan
tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada
tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan
minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan
18
memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika.
Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak
berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya
mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas
yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan
makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan
temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan
bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging
inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu
dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah
lumpur.Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran
makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos
2.1.3.Sejarah perkebunan kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa
benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera
Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan
19
minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini
kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan
seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) danAceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian
didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan
pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran,
Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika
Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan
pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi
merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil
(buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama
kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,
dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa
20
sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran
minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga
sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa
sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
2.2. Tandan kosong sawit
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) adalah salah satu hasil sampingan pabrik
kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. produk Dalam satu hari
pengolahan bisa dihasilkan ratusan ton TKS. Diperkirakan saat ini limbah TKS di
Indonesia mencapai 20 juta ton. TKS tersebut memiliki potensi untuk diolah
menjadi berbagai macam produk. Beberapa potensi pemanfaatan TKS antara lain
untuk kompos, pulp, bioetanol, dan serat. Namun, sebelumnya TKS perlu diolah
terlebih dahulu.
TKS yang masih utuh berukuran cukup besar. Ukuran TKS ini diperkecil
dengan menggunakan mesin cacah. Setelah TKS keluar dari pabrik, langsung
dicacah dengan mesin cacah berkapasitas besar. Setelah melewati mesin cacah ini
ukuran TKS menjadi lebih kecil, kurang lebih 5 cm. TKS dengan ukuran seperti
ini sudah bisa dimanfaatkan sebagai kompos atau serat.
Apabila TKS akan dimanfaatkan untuk bahan baku pulp atau bioetanol,
TKS ini perlu dihaluskan lagi. TKS yang sudah dicacah selanjutnya dicacah lagi
hingga ukurannya menjadi lebih kecil, kurang lebih 0.5 cm.
21
2.2.1 Komposisi Kimia Tandan Kosong Sawit
Selulosa
Adalah bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel. Bahan
dasar selulosa ialah glukosa, gula bergugus fungsi enam, dengan rumus C6H12O6.
Molekul-molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang
dan berbentuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan
dasar yang penting bagi industri- industry yang memakai selulosa sebagai bahan
baku misalnya: pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan lain sebagainya.
Lignin
Merupakan bagian yang bukan karbohidrat, sebagai persenyawaan kimia
yang jauh dari sederhana, tidak berstruktur, bentuknya amorf. Dinding sel
tersusun oleh suatu rangka molekul selulosa, antara lain terdapat pula lignin.
Kedua bagian ini merupakan suatu kesatuan yang erat, yang menyebabkan
dinding sel menjadi kuat menyerupai beton bertulang besi. Selulosa laksana
batang-batang besi dan lignin sebagai semen betonnya. Lignin terletak terutama
dalam lamella tengah dan dinding primer. Kadar lignin dalam kayu gubal lebih
tinggi daripada kayu teras. (kadar selulosa sebaliknya).
Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan.
Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin
terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Pada
22
batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya,
sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).
Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur
kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan
pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3
karbon. Proses pirolisis lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa
fenol, terutama kresol.
Kadar lignin dalam kayu digunakan untuk menentukan kualitas bahan
baku pulp dan kertas. Dalam pembuatan pulp dan kertas diperlukan kadar lignin
yang rendah, karena apabila kadar lignin tinggi dapat menghambat proses
penggilingan dan kertas yang dihasilkan akan bersifat kaku, berwarna kuning,
serta mutunya rendah.
Kadar lignin pada kayu kelapa sawit (KKS) pada ketinggian 2 meter lebih
tinggi darpi pada ketinggian 6 meter dan 10 meter, yaitu masing-masing 20,19%,
18.10%, dan 19.38%. Kadar lignin KKS lebih rendah bila dibandingkan dengan
kadar lignin TKS, Pelepah dan kayu akasia, yaitu masing-masing 22,23%,
21.97%, dan 24.46% sehingga KKS mempunyai kualitas yang lebih baik untuk
digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas daripada TKS, Pelepah dan Kayu
Akasia.
23
Holoselulosa
Holoselulosa dalam kayu merupakan senyawa karbohidrat atau
polisakarida. Kadar holselulosa pada kayu kelapa sawit (KKS) dari bagian bawah
ke atas semakin berkurang. Kadar holoselulosa KKS pada ketinggian 2 meter, 6
meter, dan 10 meter masing - masing adalah 76,62%, 73.65% dan 71.77%
Kadar holoseslulosa KKS lebih tinggi dibandingkan holoselulosa TKS,
Pelepah dan kayu akasia yaitu masing-masing 67,88%, 72.04% dan 55.09%.
dengan demikian, berdasarkan kandungan holoselulosa KKS lebih baik untuk
digunakan sebagai bahan baku atau bahan pencampur pembuatan pulp dan kertas
dari pada TKS, pelepah dan kayu akasia.
Alfaselulosa
Selulosa merupakan polimer linier yang tersusun seluruhnya atas β-D-
Glukosa. Alfaselulosa adalah selulosa yang tidak larut dalam NaOH.Kadar
selulosa dalam kayu dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya rendemen
pulp dan kertas. Kayu dengan kadar selulosa yang tinggidan pengolahan yang
tepat akan menghasilkan rendemen pulp yang tinggi.
Hemiselulosa
Selain kedua bahan tersebut di atas, kayu masih mengandung sejumlah zat
lain sampai 15 - 25%. Antara lain hemiselulosa, semacam selulosa berupa
persenyawaan dengan molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat.
Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula yang bergugus fungsi lima dengan rumus
24
C5 H10O5 disebut pentosan atau gula bergugus fungsi enam C6H12O6 disebut
hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding-dinding sel juga
sebagai bahan zat cadangan.
Zat Ekstraktif :
Umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter,
alkohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering tanur.
Termasuk didalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan
zat warna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi
terdapat dalam rongga sel. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu
karena:
Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis
kayu,
Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu,
Dapat digunakan sebagai bahan industri dan
Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada
alat-alat pertukangan.
Bila komponen- komponen pembentuk jaringan tanaman dianalisis dan
dipisah-pisahkan, mula-mula lignin akan terpisah dan senyawa yang tinggal
adalah holoselulosa. Holoselulosa terdiri dari selulosa dan senyawa lain yang larut
dalam alkali. Dari hasil hidrolisis hemiselulosa, diperkirakan unit monomer yang
25
membentuknya tidak sejenis (heteromer). Unit pembentukan hemiselulosa
terutama adalah D-xilosa, pentosa, dan heksosa lain.
2.3. Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya
bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa.
Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non enzimatis
pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan
keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan, sukrosa diperoleh dari
bit atau tebu (Winarno 1997).
2.4. Metode Luff Schoorl
Untuk gula pereduksi, diuji dengan metode luff schoorl dan metode lane
dan eynon. Untuk sakarosa atau jumlah gula sebagai sakarosa juga dengan
metode luff schoorl dan metode lane dan eynon.Untuk penentuan mono/disakarida
dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
Pada metode luff schoorl terdapat 2 cara pengukuran:
1. Penentuan Cu tereduksi dengan I2
2. Menggunakan prosedur lane - eynon
26
Metode luff schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh
komposisi yang konstan.Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang
menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pembuatan
reagen yang berbeda.
Pengukuran karbohidrat yg merupakan gula pereduksi dg metode luff schoorl
ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut:
R-CHO + 2 Cu+2 → R-COOH+Cu2O
2Cu+2 + 4 I- → CuI2 +I2
2 S2O3+2 + I2 → S406
2- +2 I-
Monosakarida akan mereduksi CuO dalam larutan luff schoorl menjadi
CuO2. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
melepaskan I2. I2 yang dibebaskan akan di titrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah iodometri karena kita
akan menganalisis I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana
proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat
netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat
oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan
banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan di titrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 sehingga I2 akan membentuk kompleks iod – amilum yang tidak larut
dalam air. Oleh karena itu jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator
amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
27
Metode luff schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan
bahwa metode luff schoorl merupakan metode terbaik untuk mengukur kadar
karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Selain itu, menurut EC, metode ini memiliki nilai yang maksimal
(approximately) pada saat kondisi pH larutan berkisar dengan nilai 9,4.
28