tinjauan kebijakan moneter - agustus 2012 · turunnya harga komoditas global. pada sisi sektoral,...

25

Upload: dinhnhan

Post on 07-Jul-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

1

Tinjauan Kebijakan MoneterAgustus 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,

September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai

media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi

moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian

Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang

dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara

triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.

Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan

terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama

bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang

ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5

Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................9

Inflasi ..............................................................................................10

Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................12

Perkembangan Sektor Keuangan ...................................................14

Pasar Keuangan Internasional .....................................................14

Suku Bunga .................................................................................14

Kredit ..........................................................................................16

Uang Beredar ..............................................................................18

Pasar Saham ................................................................................18

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................19

Pasar Reksadana ..........................................................................20

Kondisi Perbankan .......................................................................21

III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................22

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

3

I. Statement KebIjAKAn MoneTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 9 Agustus 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten dengan

tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi

tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Di sisi eksternal, Bank Indonesia

mewaspadai meningkatnya defisit transaksi berjalan akibat melambatnya

ekspor akibat penurunan kinerja ekonomi global di tengah impor yang

tumbuh tinggi sejalan dengan kuatnya permintaan domestik. Sehubungan

dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat langkah-langkah kebijakan

untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal agar defisit

transaksi berjalan kembali ketingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan

menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental

untuk mendukung penyesuaian keseimbangan eksternal tersebut. Selain

itu, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah

dalam mengelola permintaan domestik agar tetap sejalan dengan upaya

menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan

ekonomi nasional. Dengan langkah-langkah kebijakan tersebut, tekanan

neraca pembayaran diperkirakan akan kembali berkurang dalam paruh

kedua tahun 2012.

Dewan Gubernur menilai kinerja perekonomian Indonesia masih tetap kuat di tengah perlambatan ekonomi dan ketidakpastian keuangan global. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2012 mencapai

6,4%, ditopang oleh konsumsi dan investasi yang tinggi. Hal tersebut diikuti

dengan pertumbuhan impor yang cukup tinggi. Namun, pertumbuhan

ekspor menurun tajam seiring dengan melambatnya ekonomi global dan

turunnya harga komoditas global. Pada sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi

masih ditopang oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan

dan komunikasi. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan

berada pada kisaran 6,1% - 6,5% tahun 2012, dan terakselerasi pada

kisaran 6,3% - 6,7% tahun 2013. Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut

terutama didukung oleh tetap kuatnya konsumsi dan investasi.

Di sisi eksternal, defisit transaksi berjalan terindikasi meningkat pada triwulan II-2012, tetapi diprakirakan akan berkurang pada paruh kedua 2012. Kenaikan defisit transaksi berjalan tersebut terutama

akibat kinerja ekspor yang menurun di saat impor, khususnya impor

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

4

bahan baku dan barang modal meningkat pesat. Di sisi lain, transaksi

modal dan finansial mengalami kenaikan surplus yang signifikan, baik

dalam bentuk investasi asing langsung (PMA), investasi portofolio asing,

maupun penarikan utang luar negeri sektor swasta. Perkembangan ini

menunjukkan bahwa, di tengah kondisi perekonomian global yang masih

diliputi oleh ketidakpastian, keyakinan investor asing terhadap ketahanan

dan prospek perekonomian Indonesia tetap tinggi. Pada paruh kedua

2012, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan berkurang ke tingkat

yang tidak membahayakan kestabilan ekonomi nasional. Prakiraan ini

didasarkan pada ekspektasi bahwa kondisi perekonomian global dan harga

komoditas ekspor akan membaik serta didukung oleh respon kebijakan

yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. Selain itu, kegiatan

investasi dan impor barang modal yang dalam beberapa waktu terakhir

tumbuh pesat diharapkan akan meningkatkan kapasitas perekonomian

domestik sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor di

masa mendatang. Sementara itu, jumlah cadangan devisa pada akhir Juli

2012 sedikit meningkat dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya, yaitu

mencapai 106,6 miliar dolar AS atau setara dengan 5,6 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

nilai tukar Rupiah pada juli 2012 masih mengalami tekanan depresiasi. Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,56% (mtm)

ke level Rp 9.445 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,29%

(mtm) menjadi Rp9.433 per dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar

Rupiah dipengaruhi oleh tingginya ketidakpastian global terkait krisis

Eropa dan pemulihan ekonomi AS yang masih rentan, serta perlambatan

ekonomi China. Di sisi lain, ekspor yang melambat turut menimbulkan

tekanan terhadap nilai tukar Rupiah. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa

mencermati keseimbangan di pasar valuta asing untuk mengarahkan

pergerakan nilai tukar Rupiah sejalan dengan fundamentalnya.

Tekanan Inflasi masih terkendali meskipun sedikit meningkat didorong oleh faktor musiman (Ramadhan) dan gejolak harga pangan. Inflasi IHK pada bulan Juli 2012 tercatat 0,70% (mtm) sehingga

secara tahunan tercatat sebesar 4,56% (yoy). Kenaikan harga sejumlah

komoditas bahan pangan telah dimulai beberapa minggu sebelum

Ramadhan seiring dengan permintaan yang meningkat dan kenaikan biaya

produksi serta terbatasnya pasokan baik dari dalam negeri maupun impor.

Faktor musiman dan gejolak harga bahan pangan, baik domestik maupun

global, telah mendorong peningkatan inflasi inti di bulan Juli 2012, namun

masih pada level yang relatif rendah (4,28%). Sementara itu, inflasi

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

5

administered prices tercatat minimal seiring dengan tidak adanya kebijakan

Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis. Ke

depan, meskipun terdapat risiko tekanan inflasi yang berasal dari gejolak

harga pangan, inflasi di 2012 dan 2013 diperkirakan masih akan berada

pada kisaran sasaran sebesar 4,5% ± 1%.

Perkembangan sistem perbankan menunjukkan stabilitas yang tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang semakin kuat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Kinerja industri perbankan

yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital

Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya

rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin

dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir Juni 2012 mencapai 25,8%

(yoy). Kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,1% (yoy), dan

diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian. Sementara itu,

kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar

28,2% (yoy) dan 19,6% (yoy).

Ke depan, Dewan Gubernur fokus pada upaya menjaga keseimbangan eksternal dan pengendalian inflasi. Bank Indonesia

akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial

yang telah ditempuh selama ini. Respons kebijakan suku bunga BI Rate

tetap diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental

sesuai prakiraan makroekonomi ke depan. Bank Indonesia akan

melanjutkan penguatan operasi moneter dan kebijakan makroprudensial,

termasuk dengan menjaga kecukupan likuiditas dan mendorong

pendalaman pasar keuangan. Di samping itu, koordinasi dengan

Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus diperkuat dalam rangka menjaga

kestabilan ekonomi makro.

II. PeRKeMbAnGAn eKonoMI DAn KebIjAKAn MoneTeR

Pertumbuhan ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia tercatat masih tumbuh tinggi, di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Realisasi pertumbuhan produk

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

6

domestik bruto (PDB) Indonesia triwulan II-2012 mencapai 6,4% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kontributor utama

pertumbuhan ekonomi tersebut berasal dari permintaan domestik yaitu

konsumsi rumah tangga dan investasi yang meningkat. Konsumsi rumah

tangga yang masih kuat tersebut sejalan dengan optimisme keyakinan

konsumen dan terjaganya daya beli konsumen yang terindikasi dari masih

tingginya penjualan eceran. Tetap tingginya konsumsi rumah tangga

dan iklim usaha yang kondusif mendorong meningkatnya pertumbuhan

investasi. Kondisi ini diperkuat oleh optimisme pelaku usaha. Sementara

itu, pertumbuhan ekspor melambat cukup tajam akibat tekanan

perlambatan perekonomian global yang berdampak pada menurunnya

daya serap negara mitra dagang utama dan rendahnya harga komoditas.

Di sisi lain, laju impor semakin kuat seiring dengan meningkatnya aktivitas

investasi, terutama investasi mesin dan perlengkapan serta alat angkut.

Pada sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2012 masih ditopang oleh tiga sektor utama yaitu industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta pengangkutan dan komunikasi. Meski melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

sektor industri pengolahan masih mencatat pertumbuhan yang tinggi.

Hal tersebut didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik. Kinerja

subsektor industri makanan dan minuman yang masih baik serta perbaikan

industri semen seiring dengan maraknya sektor bangunan mendukung

masih baiknya sektor industri pengolahan. Pertumbuhan sektor PHR yang

masih tinggi tidak terlepas dari aktivitas domestik dan impor yang masih

kuat. Sektor lain yang juga berperan penting dalam perekonomian yaitu

sektor pengangkutan dan komunikasi. Namun, pada triwulan II-2012

pertumbuhan sektor ini melambat yang disebabkan oleh pertumbuhan

subsektor angkutan udara yang lebih rendah, sementara kinerja subsektor

komunikasi tumbuh stabil.

Pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi diperkirakan akan berlanjut pada triwulan III-2012. Sebagaimana halnya dengan

triwulan II-2012, kontribusi pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh

konsumsi rumah tangga dan investasi. Kuatnya keyakinan konsumen dan

terjaganya daya beli masyarakat menyebabkan pertumbuhan konsumsi

rumah tangga tetap tinggi. Seiring dengan hal itu, iklim usaha juga terus

membaik sehingga mendorong peningkatan investasi. Sementara itu,

ekspor diperkirakan membaik didukung oleh perbaikan harga komoditas,

mulai stabilnya pertumbuhan volume perdagangan dunia dan ekspektasi

perbaikan ekonomi negara mitra dagang. Sejalan dengan perbaikan kinerja Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen

������

��������������������������������������������������

��������

���������������������

���� ���� ���� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������������

�������������

����������������������������������

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

7

ekspor dan permintaan domestik yang masih kuat, impor diperkirakan

tumbuh tinggi, walau cenderung menurun sebagai akibat dari respons

kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2012 diperkirakan tetap tumbuh kuat, sejalan dengan kuatnya keyakinan konsumen dan terjaganya daya beli. Hasil survei keyakinan konsumen dari berbagai

survei menunjukkan tendensi masih menguat, didukung oleh masih

tingginya komponen ekspektasi konsumen (Grafik 2.1). Meningkatnya

proyek pemerintah dan swasta menjadi alasan meningkatnya ekspektasi

kondisi ekonomi ke depan. Selain itu, terjaganya daya beli didukung antara

lain oleh inflasi yang masih terkendali, suku bunga kredit yang dalam tren

menurun, perbaikan pendapatan ekspor serta stimulus dari pemerintah

terkait rencana menaikkan pendapatan tidak kena pajak (PTKP).

Konsumsi rumah tangga yang tetap tinggi juga ditunjukkan oleh beberapa

indikator konsumsi. Indeks penjualan eceran riil Juni 2012 yang menguat,

didukung oleh tingginya pertumbuhan subkelompok perlengkapan

rumah tangga dan kenaikan pada beberapa komoditas lainnya. Selain itu,

survei konsumen juga menunjukkan bahwa pembelian barang-barang

tahan lama (durable goods) masih berada dalam tren yang meningkat.

Sementara itu, penjualan mobil masih tumbuh pada level yang tinggi

meski melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya (Grafik

2.2). Selanjutnya, marjin keuntungan dan tingkat profitabilitas modal

(return on equity/ROE) yang menguat menunjang penghasilan konsumen

kelas menengah atas (Grafik 2.3).

optimisme dunia usaha yang masih tinggi serta iklim usaha yang lebih kondusif diperkirakan akan mendorong investasi tumbuh tinggi pada triwulan III-2012. Optimisme yang meningkat tercermin

dari indeks tendensi bisnis yang membaik serta rencana investasi ke depan

yang meningkat dari dunia usaha (Grafik 2.4 dan 2.5). Perbaikan peringkat

keyakinan investasi (Foreign Direct Investment/FDI) dan peringkat kinerja

logistik mencerminkan adaya perbaikan penilaian iklim dunia usaha di

Indonesia1. Dengan kondisi ini investasi di sektor riil akan semakin menarik.

Dukungan terhadap tumbuhnya investasi juga datang dari perbankan

melalui penyaluran kredit ke sektor-sektor yang produktif yang didukung

dengan suku bunga kredit yang berangsur menurun. Selain itu, belanja

modal pemerintah juga menunjukkan perbaikan yang akan mendorong

Grafik 2.2 Penjualan Eceran, Mobil dan Motor

Grafik 2.3 Marjin Keuntungan dan ROE

�����

������������������

�����������������������

���������������������

��������������

���������������

�����������������

����

��

��

��

��

���

���� ���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �

�����������������������������������������������������������������������������

����

����

���

��

���

���

���

���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

���������������������

����������������������������

����������

����������������

1 Penilaian peringkat FDI dilakukan oleh AT Kearney dan kinerja logistik oleh Bank DuniaGrafik 2.4 Indeks Tendensi Bisnis

������ ������

������������

��

��

���

���

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������� ���� ����

��

��

��

��

���

���

���

��� ������������������������������������������ ����������������

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

8

kinerja investasi terus meningkat. Peningkatan investasi yang cukup

tinggi beberapa waktu terakhir mendorong penambahan kapasitas

perekonomian nasional.

ekspektasi perbaikan perekonomian global akan memperbaiki kinerja ekspor pada triwulan III-2012. Pertumbuhan volume

perdagangan dunia yang membaik, sejalan dengan membaiknya prospek

konsumsi rumah tangga di Amerika Serikat dan Jepang serta pertumbuhan

ekonomi China diperkirakan akan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia

(Grafik 2.6). Di samping itu, harga komoditas yang diperkirakan berangsur

meningkat memasuki triwulan III-2012 turut mendorong perbaikan

ekspor ke depan. Namun di sisi domestik, dikeluarkannya regulasi terkait

pengetatan ekspor mineral sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan No. 75/2012 tanggal 16 Mei 2012 tentang penetapan barang

ekspor yang dikenakan bea keluar dan tarif bea keluar, menjadi faktor

risiko bagi peningkatan kinerja ekspor. Peraturan tersebut mengatur

tarif yang dikenakan pada produk mineral yaitu 20% untuk 21 produk

mineral logam, 10 produk mineral bukan logam dan 32 produk batuan.

Faktor risiko lain yaitu harga batubara di pasar internasional yang masih

dalam tren menurun akibat melemahnya permintaan batubara dari negara

konsumen utama seperti China dan India.

Merespons kuatnya permintaan domestik, impor berpotensi tumbuh tetap positif pada triwulan III-2012 meskipun mengalami penurunan. Kuatnya permintaan domestik, khususnya investasi

mendorong pemenuhan barang modal melalui jalur impor. Dari sisi

konsumsi, impor kendaraan penumpang serta barang-barang tahan lama

(durable goods) juga masih meningkat. Selain itu, impor migas berpotensi

meningkat mengingat masih terbatasnya produksi minyak domestik.

Kinerja sisi sektoral pada triwulan III diperkirakan masih tumbuh baik. Sumber utama pertumbuhan ekonomi masih ditopang

sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran, serta

pengangkutan dan komunikasi. Masih kuatnya permintaan domestik serta

potensi pemulihan ekspor mulai triwulan III-2012 menjadi pendorong

utama pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor perdagangan,

hotel, dan restoran diperkirakan masih tumbuh tinggi ditunjang aktivitas

domestik yang masih baik. Sementara itu, kinerja sektor pengangkutan

dan komunikasi diperkirakan tumbuh stabil sesuai proyeksi seiring masih

baiknya kinerja subsektor angkutan udara dan komunikasi. Grafik 2.7 Pertumbuhan Impor dan Komponen PDB Lainnya

Grafik 2.5 Nilai Investasi - Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Grafik 2.6 Volume Perdagangan Dunia dan Indeks Harga Ekspor

����������������������

����������������������

�����

�����

���������� ����� �����

����

� �� � �� � �� ����� ���� ���� ����

���

��

��

��� ���� ���

�����

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���� ���

����

���

�����

�������������

���

���

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��

��������������������

�����������

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

9

neraca Pembayaran Indonesia Di sisi eksternal, defisit transaksi berjalan terindikasi meningkat pada triwulan II-2012, tetapi diprakirakan akan berkurang pada paruh kedua 2012. Kenaikan defisit transaksi berjalan tersebut terutama

akibat kinerja ekspor yang menurun di saat impor masih tumbuh tinggi.

Di sisi lain, transaksi modal dan finansial mengalami kenaikan surplus yang

signifikan, baik dalam bentuk investasi asing langsung (PMA), investasi

portofolio asing, maupun penarikan utang luar negeri sektor swasta. Pada

paruh kedua 2012, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan berkurang

ke tingkat yang tidak membahayakan kestabilan ekonomi nasional.

Prakiraan ini didasarkan pada ekspektasi bahwa kondisi perekonomian

global dan harga komoditas ekspor akan membaik serta didukung oleh

respons kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah.

Selain itu, kegiatan investasi dan impor barang modal yang dalam

beberapa waktu terakhir tumbuh pesat diharapkan akan meningkatkan

kapasitas perekonomian domestik dan mengurangi ketergantungan pada

impor di masa mendatang.

neraca transaksi berjalan triwulan II-2012 mencatat defisit. Kontraksi

ekspor yang terjadi sejak bulan Mei 2012 serta tingginya pembayaran

pendapatan dan impor menjadi faktor penyebab utama. Ekspor bulan

Juni 2012 turun sebesar 13,3% (yoy) terutama disumbang oleh koreksi

tajam ekspor nonmigas. Ekspor komoditas berbasis sumber daya alam

(SDA) yang menjadi penopang utama kinerja ekspor nonmigas turun tajam

sebesar 25,3% (yoy) setelah pada bulan sebelumnya turun 11,5% (yoy).

Koreksi tajam ekspor SDA tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan

dari negara importir utama (China, Jepang, dan India) dan masih

rendahnya harga komoditas. Hal yang sama terjadi pada ekspor produk

manufaktur yang mencatat pertumbuhan negatif yaitu sebesar 4,3% (yoy),

terutama berasal dari penurunan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT)

dan produk kimia serta barang elektronik.

Di sisi lain, meskipun masih tumbuh relatif tinggi, impor di bulan juni semakin melambat. Impor Juni 2012 masih mencatat pertumbuhan

sekitar 2,4% (yoy) yang merupakan level pertumbuhan terendah

sepanjang tahun 2012. Pertumbuhan impor terutama didukung oleh impor

nonmigas yang masih tumbuh 11,9% (yoy), melambat dibandingkan

dengan bulan sebelumnya. Di sisi lain, impor migas turun 26,4% (yoy).

Melambatnya impor nonmigas disumbang oleh perlambatan pada impor

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

10

barang modal dan impor bahan baku penolong, sedangkan penurunan

impor migas disebabkan oleh turunnya impor minyak baik minyak mentah

maupun produk minyak, terkait harga yang menurun. Kendati aktivitas

impor mengalami perlambatan, namun tajamnya kontraksi ekspor

menyebabkan defisit neraca perdagangan meningkat (Grafik 2.8).

Transaksi modal dan finansial menjadi penopang kinerja nPI di tengah tekanan pada sisi transaksi berjalan. Aliran modal dalam

bentuk FDI masih mendominasi aliran modal pada triwulan II-2012.

Di samping FDI kenaikan surplus transaksi modal dan finansial yang

signifikan, juga didukung oleh investasi portofolio asing dan penarikan

utang luar negeri sektor swasta. Perkembangan ini menunjukkan

bahwa, di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi oleh

ketidakpastian, keyakinan investor asing terhadap ketahanan dan prospek

perekonomian Indonesia tetap tinggi.

Ke depan, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan membaik, seiring

dengan perekonomian global yang membaik dan respons kebijakan

yang ditempuh Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah. Dengan

perkembangan di atas, cadangan devisa sampai dengan akhir Juli 2012

mencapai 106,6 miliar dolar AS, atau setara dengan 5,6 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri Pemerintah

I n f l a s iTekanan inflasi IHK juli 2012 relatif masih terjaga meskipun meningkat dibandingkan dengan juni 2012. Inflasi IHK tercatat

sebesar 0,70% (mtm) atau 4,56% (yoy), meningkat dibandingkan dengan

bulan sebelumnya sebesar 0,62% (mtm) atau 4,53% (yoy). Sumber inflasi

terutama berasal dari kenaikan harga sejumlah komoditas pangan yang

masuk dalam kategori volatile food seperti daging ayam, telur ayam dan

daging sapi serta beberapa harga pangan global. Kenaikan inflasi bahan

pangan yang cukup tinggi dalam dua bulan terakhir, mendorong kenaikan

harga makanan dalam kelompok inti. Di sisi lain inflasi administered prices

relatif rendah (Grafik 2.9).

Tekanan inflasi pada kelompok volatile food didorong oleh gejolak harga pangan dan kendala pasokan dari impor, selain faktor musiman Ramadhan. Realisasi inflasi kelompok volatile food

(VF) Juli 2012 secara bulanan tercatat meningkat yaitu dari 1,73% (mtm)

bulan sebelumnya menjadi 1,82% (mtm) (Grafik 2.10). Namun, secara

Grafik 2.8 Perkembangan Ekspor dan Impor

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi

Grafik 2.10 Inflasi Volatile Food

������������������������������������������������������������������������������������

��������������� ���������������

���

���

���

��

��

��

���� ���� ����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � �

������

��

��

��

���

���� ���� ���� ������������

�������� ������� ������� ������� ������� ���

��������������������������������������

����

��������

����

������

��

��

����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

��������

����

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

11

tahunan, inflasi VF turun yaitu dari 7,52% (yoy) pada bulan sebelumnya

menjadi 7,27% (yoy). Tekanan inflasi kelompok VF terutama berasal dari

kanaikan harga aneka daging (ayam dan sapi) serta telur yang cukup

signifikan (Tabel 2.1). Selain karena kenaikan permintaan menjelang dan

selama Ramadhan, peningkatan harga daging ayam juga dipicu oleh

meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga day old chicken

(DOC) dan pakan ternak. Harga pakan ternak yang meningkat tersebut

merupakan dampak dari meningkatnya harga impor jagung dan kedelai

internasional. Sementara itu, kenaikan harga daging sapi diakibatkan oleh

belum memadainya pasokan di pasar meski pemerintah telah menambah

kuota impor daging sapi sebesar 7 ribu ton yang khusus diperuntukkan

bagi industri pengelolahan. Sumber inflasi VF juga berasal dari kenaikan

harga beras, seiring dengan penurunan pasokan terkait berakhirnya musim

panen di sejumlah sentra produksi. Di sisi lain, bawang merah, cabe merah

dan minyak goreng pada Juli 2012 memberikan sumbangan deflasi,

sejalan dengan bertambahnya pasokan.

Gejolak harga pangan global, di tengah nilai tukar rupiah yang terdepresiasi telah meningkatkan tekanan pada inflasi inti, meskipun masih pada level yang relatif terkendali. Realisasi inflasi inti

Juli 2012 tercatat 0,54% (mtm) atau 4,28% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar 0,34% (mtm) atau 4,15% (yoy).

Kenaikan harga komoditas pangan global yaitu gandum, jagung dan

kedelai masing-masing 20,53%, 12,69% dan 20,57% (yoy) pada bulan

laporan telah ditransmisikan pada inflasi inti pangan melalui kenaikan

harga pada makanan olahan. Sementara itu inflasi inti non-pangan relatif

stabil didukung oleh harga komoditas non-pangan dunia seperti emas dan

minyak yang relatif stabil serta minimalnya tekanan faktor musiman tahun

ajaran baru.

Respons penawaran terhadap peningkatan permintaan relatif cukup baik. Kondisi ini sangat membantu dalam mengurangi tekanan

pada inflasi inti. Respons sisi penawaran yang masih memadai tersebut

tercermin dari kapasitas utilisasi yang masih di bawah kapasitas terpasang

(Grafik 2.11). Dampak Investasi yang dilakukan beberapa tahun terakhir

telah menambah kapasitas (Grafik 2.12)

Selain itu, ekspektasi inflasi yang membaik, di tengah peningkatan tekanan eksternal, menahan tekanan lebih lanjut pada inflasi inti. Hasil survei terkini menunjukkan ekspektasi inflasi secara umum membaik

(Grafik 2.13 dan 2.14). Consensus Forecast (CF) Juli 2012 menunjukkan

Grafik 2.11 Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan

Grafik 2.12 Impor Mesin dan Peralatan

Tabel 2.1Penyumbang Inflasi Volatile Food

Komoditas Inflasi(%, mtm)

Kontribusi(%, mtm)

juli 2012

InflasiDaging Ayam 8,37 0,13Telur Ayam 9,80 0,08Beras 0,79 0,05Daging Sapi 3,84 0,03Bawang Putih5,92 0,02Tahu 3,74 0,02Tempe 2,74 0,02DeflasiBawang Merah 14,99 0,07Cabe Merah 9,49 0,04

Sumber : BPS

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

���������������������������������������

������

���������������������������������������

������

��

��

��

��

���� ���� ����

����������������������������

����������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � ��

��

��

��

��

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

12

ekspektasi inflasi tahun 2012 turun menjadi 4,6% dari sebelumnya 4,8%,

sementara ekspektasi inflasi tahun 2013 turun dari 5,5% menjadi 5,2%.

Inflasi administered prices juli 2012 tercatat cukup rendah yakni 0,03% (mtm) atau 2,71% (yoy). Rendahnya inflasi administered prices

didorong oleh dampak penurunan harga minyak global, serta menurunnya

sumbangan inflasi rokok dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Selain itu, permasalahan kelangkaan gas mulai teratasi. Pada Juli 2012

komoditas rokok menyatat inflasi tipis, sementara harga BBM non-subsidi

dan bahan bakar rumah tangga memberikan sumbangan deflasi masing-

masing sebesar 0,01%.

nilai Tukar Rupiah Selama juli 2012 nilai tukar rupiah mengalami tekanan. Tekanan nilai

tukar antara lain karena adanya ketidakseimbangan pasar valuta asing

(valas) domestik sebagai akibat kebutuhan valas dalam negeri, khususnya

korporasi yang masih tinggi, di tengah terbatasnya pasokan. Terbatasnya

pasokan valas antara lain disebabkan oleh kinerja ekspor yang menurun

sejalan melambatnya perekonomian global, di tengah impor yang masih

tinggi.

Meskipun rupiah terdepresiasi, risiko domestik relatif masih stabil. Hal tersebut tercermin pada perkembangan CDS dan premi swap

yang relatif stabil (Grafik 2.16 dan 2.17). Kondisi tersebut didukung

pula oleh imbal hasil investasi pada instrumen rupiah yang relatif masih

kompetitif dibandingkan dengan negara-negara sekitar, sehingga masih

memberikan daya tarik bagi investor. Imbal hasil investasi dalam rupiah

yang masih kompetitif terlihat dari selisih suku bunga dalam negeri

dan luar negeri (uncovered interest parity/UIP) yang masih lebih tinggi

dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional. Bahkan jika

memperhitungkan premi risiko (covered interest parity/CIP), investasi dalam

rupiah relatif lebih kompetitif dibandingkan dengan Korea, Malaysia dan

Filipina (Grafik 2.18).

Di sisi eksternal, meski sempat mereda di awal bulan, kekhawatiran atas laju pemulihan ekonomi global tetap memberikan tekanan pada pergerakan Rupiah. Hasil Euro Summit yang positif memberikan

optimisme bagi investor global atas prospek penanganan krisis utang dan

fiskal yang melanda kawasan Euro sejak tahun 2010 lalu. Hal ini ditambah

Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast

Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran

Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

������

���

���

���

���

���

���

���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � �

����������������������������������������������

���� �������� ���� ���� ����

������� ����

����

����

��������

���� ��������

����

���� ����

����

����

��������

���� ����

����

������

���

���

���

���

���

������

��

��

�� � � � � � � � ������� � � � � � � � � �������� � � � � � � � ������� � � � � � �

���� ���� ���� ����

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

�������

������������������������������������������������ ����

����

����

����

����

����

����

����

��������

�������������������������������

����

���

����

������������������������ ����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

13

sentimen akan adanya kebijakan stimulus lanjutan oleh ECB dan The Fed

untuk memacu perekonomian yang melemah. Beberapa hal ini mampu

menopang pergerakan pasar keuangan global dan berimbas pada inflow

investor nonresiden ke pasar keuangan domestik untuk beberapa periode.

Namun, beberapa perkembangan eksternal lainnya yang terjadi selama Juli

2012 terus memberikan tekanan bagi pergerakan nilai tukar, di antaranya :

(1) Kondisi ekonomi kawasan Eropa yang terus melemah memberikan

kekhawatiran bagi investor global atas efektivitas dan prosek

penanganan krisis utang dan fiskal ke depan. Pelemahan tersebut di

antaranya tampak dari rilis ISM Manufaktur dan Jasa yang terus berada

di zona kontraksi.

(2) Belum solidnya pemulihan perekonomian AS, seperti tampak pada

data penyerapan tenaga kerja yang lebih rendah dari ekspektasi pasar

serta penurunan data ISM Manufaktur.

(3) Moderasi perekonomian China yang hanya mencatat pertumbuhan

sebesar 7,6% (yoy) selama triwulan II-2012, merupakan pertumbuhan

terlemah dalam tiga tahun terakhir.

(4) Pemangkasan prospek (outlook) peringkat utang tiga negara besar

Eropa (Jerman, Belanda dan Luxembourg) serta 17 bank Jerman

menjadi negatif oleh Moody’s Investor seiring eksposur yang tinggi

terhadap dampak negatif perkembangan krisis kawasan Eropa.

Kendati demikian, melimpahnya ekses likuiditas global tetap menjadi potensi penguatan rupiah ke depan. Kebijakan pelonggaran

kuantitatif dan terus berlanjutnya program pembelian aset oleh beberapa

bank sentral, seperti perpanjangan target operation twist The Fed dan

peningkatan target stimulus BOJ, serta suku bunga akomodatif oleh

negara maju tetap menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang.

Negara-negara emerging markets Asia, termasuk Indonesia, yang memiliki

pertumbuhan ekonomi dan prospek yang relatif baik, menjadi tujuan

utama penempatan likuiditas global tersebut.

Grafik 2.16 CDS Indonesia dan Selisih Imbal Hasil

Grafik 2.17 Premi Swap

Grafik 2.18 UIP (Uncovered Interest Parity)

��������������������������������

��������������� ������������������

���������������������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�������������������������

������������������

�������������������������

��� ��������� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ���

���� ����

������������������

�������������������

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

���������

���������

�����

��������

��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ������ ��� ��������� ��� ������ ��� ��������� ���

���� ���� ����

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

14

Perkembangan Sektor Keuangan

Pasar Keuangan Internasional Pasar keuangan internasional masih terus mengalami tekanan akibat

meningkatnya kekhawatiran akan dampak rambatan dari krisis Eropa.

Lambatnya solusi penyelesaian krisis Eropa yang disertai dengan

penurunan rating outlook negara-negara maju (safe-haven countries)

menyebabkan minat (risk-apetite) investor terhadap aset-aset berimbal

hasil tinggi menurun. Hal tersebut pada gilirannya mendorong investor

mengalihkan aset-asetnya dari negara emerging markets ke negara-negara

yang dianggap aman untuk investasi (safe haven countries) yang kemudian

berakibat pada pelemahan bursa saham internasional, peningkatan

indikator risiko negara-negara emerging markets dan penguatan mata

uang dolar AS.

Di sisi lain, harga komoditas internasional tercatat masih rendah meskipun

meningkat dari bulan sebelumnya yang dikontribusi oleh komoditas

tambang. Harga minyak internasional mengalami peningkatan dipicu

oleh memanasnya tensi geopolitik di kawasan MENA (Middle East and

North Africa) serta meningkatnya permintaan dunia. Sementara itu,

tekanan inflasi global masih berada pada tren yang menurun meskipun

ke depan terdapat risiko kenaikan akibat meningkatnya harga komoditas.

Rendahnya tekanan inflasi di tengah perlambatan ekonomi internasional

mendorong beberapa negara melakukan respons kebijakan moneter

longgar seperti di Denmark, Kawasan Eropa, China, India, Filipina, Korea

Selatan, Brazil dan Afrika Selatan.

Suku Bunga Suku bunga di pasar uang antar bank (PUAb) Rupiah mengalami peningkatan sejalan dengan upaya penguatan operasi moneter yang dilakukan oleh bank Indonesia. Rata-rata suku bunga PUAB O/N

(Over Night) pada Juli 2012 tercatat sebesar 4,02%, atau meningkat 7 bps

dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,95%. Dengan perkembangan

tersebut, selisih (relative spread) antara suku bunga PUAB O/N dengan

BI Rate semakin menyempit dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Meningkatnya suku bunga PUAB O/N tersebut juga diikuti oleh

peningkatan suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang.

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

15

Di sisi lain, persepsi risiko di pasar uang antar bank masih tetap terjaga di

tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global. Persepsi risiko sebagaimana

tercermin pada selisih (spread) suku bunga PUAB O/N tertinggi dan

terendah pada Juli 2012 tidak berubah dari bulan sebelumnya yaitu

sebesar 22 bps.

Dari sisi operasi moneter, bank Indonesia terus melakukan upaya penguatan operasi moneter di tengah ketidakpastian ekonomi global. Upaya penguatan operasi moneter tersebut dilakukan melalui

pembentukan term structure suku bunga instrumen moneter yang lebih

tinggi. Pada Juli 2012, suku bunga instrumen moneter meningkat dengan

kisaran 5 -19 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu,

tingginya minat perbankan pada instrumen Term Deposit Valas (TD Valas)

menyebabkan suku bunga rata-rata tertimbang hasil lelang terus menurun

sejak pertama kali diluncurkan pada 13 Juni 2012. Pada lelang terakhir, 25

Juli 2012, rata-rata tertimbang untuk tenor 7 dan 14 hari masing-masing

mengalami penurunan sebesar 4 dan 3 bps, sedangkan untuk tenor 31

hari turun tipis 1 bps dibandingkan dengan peluncuran perdananya pada

20 Juni 2012. Sampai dengan Juli 2012, posisi TD Valas mencapai 2.110

juta dolar AS dengan komposisi terbesar pada tenor 14 hari, diikuti tenor

31 hari dan 7 hari.

Di sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga kredit masih terus berlanjut, sedangkan suku bunga deposito cenderung bergerak stabil. Rata-rata suku bunga kredit pada Juni 2012 masih

menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 6 bps yakni

menjadi sebesar 12,38%. Penurunan suku bunga kredit terutama terjadi

pada jenis suku bunga kredit konsumsi dan kredit investasi yang turun

sebesar 13 dan 5 bps dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 13,90%

dan 11,46%. Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja bergerak

relatif stabil dari bulan sebelumnya, yakni hanya meningkat 1 bps menjadi

sebesar 11,79% (Grafik 2.19 dan Tabel 2.2). Penurunan suku bunga kredit

juga dikonfirmasi dengan suku bunga dasar kredit (SBDK) yang masih terus

mengalami penurunan. Penurunan SBDK selain terjadi di seluruh segmen,

baik korporasi maupun retail juga terjadi di semua jenis, baik kredit KPR

maupun kredit non-KPR. SBDK pada Juni 2012 untuk korporasi dan ritel

masing-masing tercatat sebesar 9,81% dan 11,08%, lebih rendah dari

bulan sebelumnya sebesar 9,83% dan 11,14%. Sementara itu, SBDK

untuk jenis KPR dan non KPR masing-masing tercatat sebesar 10,50% dan

10,99%, menurun dari bulan sebelumnya sebesar 10,56% dan 11,03%.

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

16

Di sisi suku bunga simpanan, rata-rata suku bunga deposito 1 bulan

pada Juni 2012 mengalami sedikit peningkatan yakni sebesar 4 bps dari

bulan sebelumnya menjadi 5,5% (Tabel 2.2 dan Grafik 2.19). Dengan

perkembangan tersebut, selisih (spread) antara suku bunga kredit dan

suku bunga simpanan masih tetap lebar yang mencerminkan masih

adanya ruang bagi penurunan suku bunga kredit ke depan.

jika dilihat berdasarkan kelompok bank, penurunan terbesar suku bunga kredit terjadi pada kelompok bank swasta. Pada Juni 2012,

kelompok bank swasta menurunkan suku bunga Kredit Modal Kerja

(KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing

sebesar 4, 8 dan 31 bps. Sementara itu, kelompok bank asing dan

campuran justru menaikkan suku bunga kreditnya khususnya suku bunga

KK sebesar 45 bps. Sementara itu, penurunan suku bunga deposito tercatat pada kelompok bPD. Kelompok BPD menurunkan suku bunga

depositonya sebesar 9 bps, sedangkan kelompok bank lainnya tercatat

justru menaikkan suku bunga depositonya. Kelompok bank asing dan

campuran menaikkan suku bunga depositonya sebesar 12 bps, sedangkan

kelompok bank swasta menaikkan suku bunga depositonya sebesar 6 bps.

Grafik 2.19 Perkembangan Berbagai Suku Bunga

��

��

��

��

��

���������������������������������������

�������������������������������

� � �� � � ��� � � ��� � � ��� ��

���� ���� ���� ���� ����

Tabel 2.2Perkembangan berbagai Suku bunga

Suku bunga (%)

6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n.a n.a n.a 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90

BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK)

2011 2012

jun jul Ags Sep okt nov Des jan Feb Mar Apr Mei jun

KreditPertumbuhan kredit masih tetap tinggi sejalan dengan penurunan suku bunga kredit dan kegiatan ekonomi yang masih kuat. Pada

Juni 2012, pertumbuhan kredit (tidak termasuk kredit chaneling) mencapai

25,75% (yoy), tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya yang mencapai

26,3% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja dan

kredit investasi masih tumbuh tinggi, sedangkan kredit konsumsi tercatat

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

17

melambat. Pertumbuhan kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit

konsumsi pada Juni 2012 masing-masing tercatat sebesar 28,2% (yoy),

29,1% (yoy) dan 19,6% (yoy) (Grafik 2.20)

Secara sektoral, kredit pada sektor listrik, air dan gas masih mencatat pertumbuhan tertinggi. Sektor-sektor lainnya seperti sektor

pertanian, perdagangan, pengangkutan, konstruksi, dan jasa dunia usaha

tercatat meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Dilihat berdasarkan

kontribusinya terhadap pertumbuhan total kredit, sektor perdagangan dan

industri pengolahan merupakan sektor-sektor yang memiliki kontribusi

terbesar di samping sektor lainnya (Grafik 2.21). Dengan berbagai

perkembangan tersebut, diharapkan kapasitas perekonomian ke depan

dapat semakin meningkat.

Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan kredit dalam valuta asing (valas) tercatat melambat di tengah tren perkembangan kredit rupiah yang terus meningkat. Pada Juni 2012,

kredit valas tumbuh 29,3% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar 30,0% (yoy), sedangkan kredit rupiah

tumbuh relatif stabil sebesar 25,1% (yoy) dibandingkan dengan bulan

sebelumnya 25,6% (yoy). Pertumbuhan kredit valas yang melambat

tersebut diindikasikan terkait dengan kondisi eksternal yang kurang

kondusif. Namun, perlambatan kredit valas tersebut diperkirakan hanya

berdampak terbatas terhadap pertumbuhan kredit total.

Di tengah permintaan kredit yang tetap kuat, sumber dana untuk kredit yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun relatif lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit. Pertumbuhan DPK pada Juni 2012 tercatat sebesar

21,2% (yoy), stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar

21,3% (yoy). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan pertumbuhan giro

dan tabungan yang meningkat masing-masing menjadi 24,5% dan 24,6%

(yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya masing-masing sebesar

24,8% dan 23,3% (yoy). Berdasarkan valutanya, pertumbuhan DPK valas

mencatat peningkatan pada Juni 2012. Perkembangan tersebut didukung

oleh tren pertumbuhan deposito valas dan giro valas di tengah pertumbuhan

tabungan valas yang juga akseleratif.

Grafik 2.20 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 2.21 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor

�����

����������������

��

��

��

��

��

��������� ��� ��������������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ���������������

���� ���� ���� ���� ����

��������

����

������������ ���������������������������������� ���������������

���������������������

���������������������������������������

���������������������

����������������������������

��������������������

��� �� �� �� �� �� ���

��������������������

������������������������

�������� �� ������ ��

������ ��������

��������

���� ����

�� ������ ��

������ ��������

��������

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

18

Uang BeredarPertumbuhan uang primer menurun. Pada Juli 2012, pertumbuhan

uang primer cenderung menurun menjadi 14,4% (yoy) dibandingkan

bulan Juni sebesar 15,8% (yoy) (Grafik 2.22). Penurunan tersebut terutama

disebabkan oleh penurunan uang kartal. Pertumbuhan uang kartal

menurun menjadi 17,9% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya

yang mencapai 21.1% (yoy).

Likuiditas perekonomian tetap stabil. Pada Juni 2012, M1 dan M2

masing-masing tumbuh sebesar 22,5% (yoy) dan 20,9% (yoy), atau

tidak berubah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya

(Grafik 2.23). Meskipun demikian, tren likuiditas perekonomian masih

tetap meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih

kuat. Pada Juni 2012, pertumbuhan M1 terutama didukung oleh

sumbangan giro Rupiah, dan uang kartal yang meningkat sejalan dengan

pola musimannya. Sementara itu, pertumbuhan M2 didukung oleh

meningkatnya pertumbuhan giro valuta asing. Dilihat berdasarkan faktor-

faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M2 lebih banyak dikontribusi

oleh peningkatan NDA (Net Domestic Asset) yang terutama berasal dari

peningkatan NCG (Net Claim on Government) terkait dengan ekspansi

rekening Pemerintah yang cukup besar selama bulan Juni 2012. Di sisi lain,

kontribusi NFA (Net Foreign Asset) terhadap pertumbuhan M2 mengalami

penurunan akibat dari pertumbuhan kredit valas yang lebih akseleratif

dibandingkan dengan pertumbuhan DPK valas.

Pasar SahamDi tengah ketidakpastian kondisi eksternal, kinerja pasar saham domestik masih dapat mencetak kinerja positif. Pada Juli 2012, IHSG

tercatat mengalami kenaikan sebesar 4,7% ke level 4.142,34 dibandingkan

dengan bulan sebelumnya (Grafik 2.24). Penguatan IHSG terutama

disebabkan oleh kondisi ekonomi domestik yang tetap kuat di tengah kondisi

eksternal yang cenderung memburuk akibat kekhawatiran akan dampak

rambatan dari krisis Eropa ke negara-negara maju karena lambatnya solusi

penyelesaian krisis Eropa. Selain faktor fundamental ekonomi domestik yang

masih kuat, realisasi kinerja keuangan semester I 2012 beberapa emiten yang

positif serta adanya kebijakan perekonomian yang akomodatif menjadi faktor

penopang penguatan IHSG.

Grafik 2.22 Pertumbuhan Uang Primer

Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Beredar

Grafik 2.24 IHSG dan Perkembangan Bursa Global

�����

��������������������

������������������

����������������

���������������

���������������������

�������������

�����������

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������ ������

��������������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����

�����

�����

�����

�����������������

�����������������

�����������������������

����������������������

����������������������������������

��������������������������������������

����������������������������

�����������������������������

������������

�� �� �� �� � � � �

���������

��������

����

�������������

���������

�����������������

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

19

Kondisi perekonomian domestik yang masih kuat mendorong investor non-residen menambah kepemilikannya terhadap portofolio di pasar saham domestik. Pada Juli 2012, investor non-

residen mencatat beli neto sebesar Rp4,59 triliun setelah pada Juni 2012

mencatat jual neto sebesar Rp1,97 triliun.

Penguatan IHSG juga ditopang oleh pertumbuhan sektoral. Selama

Juli 2012 sebagian besar indeks sektoral bergerak menguat. Sektor industri

dasar mengalami penguatan sebesar 8,2%, diikuti oleh sektor infrastruktur

yang menguat sebesar 7,4%. Sementara itu, sektor lainnya menguat

di kisaran 1,5% - 7,1%, kecuali sektor pertambangan yang mengalami

pelemahan (Grafik 2.25).

Pasar Surat Berharga negara (SBn)Kinerja pasar Sbn positif sejalan dengan kinerja pasar saham domestik. Secara keseluruhan, imbal hasil SBN selama bulan Juli 2012

tercatat menurun sebesar 19 bps dari bulan sebelumnya menjadi 5,66%

(Grafik 2.26 dan 2.27). Imbal hasil SBN untuk tenor jangka menengah

dan panjang masing-masing turun sebesar 30 bps dan 32 bps, sedangkan

imbal hasil untuk tenor jangka pendek mengalami peningkatan sebesar 6

bps dibandingkan dengan akhir Juni 2012. Imbal hasil SUN dengan tenor

10 tahun turut mengalami penurunan sebesar 44 bps menjadi sebesar

5,7% dibandingkan dengan Juni 2012 yang sebesar 6,2%.

Kondisi ekonomi domestik yang positif mendorong peningkatan arus masuk modal asing dan meningkatkan kinerja pasar Sbn.

Selama Juli 2012 investor non-residen mencatat beli neto sebesar Rp10,13

triliun, meningkat dibandingkan dengan bulan Juni 2012 yang mengalami

jual neto sebesar Rp0,08 triliun.

Grafik 2.25 Perkembangan Saham Sektoral

Grafik 2.27 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan

Grafik 2.26 Imbal Hasil SBN dan BI Rate

����������������

����������������

�����������������

��������������������

��������������

�������������������

�����������������

�� � � ��

����

����� ����

����

����

����

����

����

����

����

��

��

��

���������

���������������

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ��� ���

���������� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ���

����

��

��

��

���������������������������������������������������������������

�����

�����

�����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �������� ���� ����

� �

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

20

Pasar ReksadanaKinerja di pasar reksadana sampai dengan juni 2012 turut menunjukkan peningkatan. Secara umum, kinerja reksadana yang

tercermin dalam NAB (Nilai Aktiva Bersih) tumbuh sebesar 3,1%

dibandingkan dengan Mei 2012 (Tabel 2.3). Hampir seluruh jenis

reksadana mengalami peningkatan pada Juni 2012 dibandingkan dengan

bulan sebelumnya, kecuali reksadana pasar uang. Namun, secara year to

date sampai dengan Juni 2012, peningkatan NAB reksadana dikontribusi

oleh produk reksadana pasar uang dan pendapatan tetap.

Tabel 2.3Perkembangan Reksadana

1 2 3 4 2011 5 6 7 8 9 10 11 122012 1 2 3 4 5 6

Saham MTMPasar Uang Campuran Pendapatan

Tetap Terproteksi IndekseTF-

Saham

eTF-Pendapatan

Tetap Syariah Total

juni 2012 -Desember 2011

1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3% -1,5% 7,7% -1,2% 0,1% -1,9% 12,6% -11,4% -1,0% -1,2% -0,6% 0,3% 6,3% -32,9% -20,9% 1,7% 15,3% -10,3% 88,7% 6,1% -9,2% -0,7% -5,1% -6,8% -6,5% 0,5% -7,8% -0,6% -2,3% -9,4% -2,9% 6,7% -7,3% 4,7% 1,5% 1,3% 1,9% 36,5% 2,3% 1,9% 3,1%

1,6% 13,4% 4,2% 10,3% 0,5% 28,9% 87,6% 112,2% 3,6% 4,3%

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

21

Tabel 2.4Kondisi Umum Perbankan

IndikatorUtama

Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Gross* (%) NPLs Net * (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)

3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2

2011 2012

jun Sep Des jan Feb Mar Apr Mei jun

* tanpa channeling

Kondisi PerbankanKinerja perbankan domestik pada bulan laporan masih tetap positif di tengah kondisi eksternal yang tidak kondusif. Permodalan

perbankan sebagaimana tercermin pada angka rasio kecukupan modal

(Capital Adequacy Ratio/CAR) per Juni 2012 masih terjaga yaitu rata-rata

17,5%. Perkembangan intermediasi atau kredit perbankan tumbuh relatif

stabil dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 25,7% (yoy). Sementara itu,

rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) selain kredit channeling

baik gross maupun neto tercatat sedikit menurun dari bulan sebelumnya

sebesar 2,2% dan 0,6%. Di sisi profitabilitas perbankan, indikator Return

on Asset (ROA) mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 3,2%

(Tabel 2.4).

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

22

III. ReSPonS KebIjAKAn MoneTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 9 Agustus 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten dengan

tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi

tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Di sisi eksternal, Bank Indonesia

mewaspadai meningkatnya defisit transaksi berjalan akibat melambatnya

ekspor akibat penurunan kinerja ekonomi global di tengah impor yang

tumbuh tinggi sejalan dengan kuatnya permintaan domestik. Sehubungan

dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat langkah-langkah kebijakan

untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal agar defisit

transaksi berjalan kembali ketingkat yang sustainable. Bank Indonesia akan

menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental

untuk mendukung penyesuaian keseimbangan eksternal tersebut. Selain

itu, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah

dalam mengelola permintaan domestik agar tetap sejalan dengan upaya

menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan

ekonomi nasional. Dengan langkah-langkah kebijakan tersebut, tekanan

neraca pembayaran diperkirakan akan kembali berkurang dalam paruh

kedua tahun 2012.

Ke depan, Dewan Gubernur fokus pada upaya menjaga keseimbangan eksternal dan pengendalian inflasi. Bank Indonesia

akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial

yang telah ditempuh selama ini. Respon kebijakan suku bunga BI Rate

tetap diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental

sesuai prakiraan makroekonomi ke depan. Bank Indonesia akan

melanjutkan penguatan operasi moneter dan kebijakan makroprudensial,

termasuk dengan menjaga kecukupan likuiditas dan mendorong

pendalaman pasar keuangan. Di samping itu, koordinasi dengan

Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus diperkuat dalam rangka menjaga

kestabilan ekonomi makro.

Tinjauan Kebijakan Moneter - Agustus 2012

23

Indikator Terkini

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SeKToR KeUAnGAn

H A R G A

SeKToR eKSTeRnAL

InDIKAToR KUARTALAn

SUKU bUnGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

beSARAn MoneTeR (miliar Rp)base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta

Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

7,36 7,28 6,78 6,28 5,77 5,22 5,04 4,88 3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 6,95 6,88 6,90 7,05 7,11 6,99 6,81 6,68 6,52 6,31 6,00 5,89 5,76 6,45 6,37 6,11 5,61 5,30 4,87 4,67 4,43 3,93 3,81 3,81 3,83 4,10 3.889 4.131 3.842 3.549 3.791 3.715 3.822 3.942 3.985 4.122 4.181 3.833 3.956

541.624 555.008 625.440 565.149 566.282 568.783 613.488 594.078 578.964 586.034 596.592 604.979 627.359 636.206 639.688 662.806 656.096 665.000 667.587 722.991 696.323 683.253 714.258 720.924 749.450 779.451 261.504 275.437 324.725 279.224 281.341 279.066 307.760 286.242 280.103 287.046 290.861 294.768 314.705 374.702 364.251 338.081 376.872 383.659 388.521 415.231 410.082 403.150 427.212 430.064 454.682 464.746 2.522.784 2.564.556 2.621.346 2.643.331 2.677.787 2.729.538 2.877.220 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.049.893 1.876.446 1.914.444 1.943.770 1.973.573 2.000.315 2.047.205 2.139.840 2.145.246 2.150.808 2.182.891 2.190.885 2.227.527 2.253.832 1.618.287 1.646.959 1.683.246 1.703.621 1.725.881 1.753.123 1.846.002 1.842.815 1.848.124 1.875.257 1.887.124 1.900.824 1.915.128 887.394 909.234 923.986 933.931 953.045 956.480 981.445 993.655 998.643 1.022.038 1.020.792 1.027.151 1.015.709 730.893 737.725 759.260 769.690 772.836 796.643 864.557 849.160 849.481 853.219 866.332 873.673 899.419 117.576 124.321 126.436 130.714 129.685 135.589 140.518 141.171 145.623 148.649 148.486 159.186 164.762 140.584 143.163 134.088 139.238 144.749 158.494 153.320 161.260 157.061 158.984 155.275 167.516 173.942 10.131 10.424 14.770 13.663 12.472 14.746 14.388 13.409 15.735 14.771 15.450 15.081 16.610 2.395.077 2.429.810 2.480.140 2.498.955 2.535.630 2.579.204 2.722.313 2.700.399 2.688.438 2.748.499 2.763.324 2.817.790 2.868.521 2.109.138 2.140.515 2.205.555 2.249.588 2.283.424 2.337.812 2.383.823 2.374.862 2.403.464 2.464.483 2.519.946 2.586.786 2.652.356 1.864.834 1.888.437 1.946.476 1.989.000 2.024.718 2.068.037 2.118.376 2.106.449 2.138.727 2.189.236 2.230.960 2.289.504 2.360.300

0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 5,54 4,67 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79 3,65 3,56 3,97 4,50 4,45 4,53

8.597 8.508 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 14.720 13.589 15.021 13.558 14.187 13.507 13.460 12.006 12.771 13.643 12.742 - - 11.754 12.374 11.346 11.440 12.184 12.015 12.614 11.680 12.020 12.220 12.660 - - 96,56 99,32 100,79 93,80 89,68 89,08 88,57 88,84 87,74 89,93 94,46 92,55 85,58

jun jul Ags Sep okt nov Des jan Feb Mar Apr Mei jun

2011 2012

Tw. II Tw. III Tw. IV* Tw. I* Tw. II*

2011 2012

6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 4,6 4,6 4,6 4,9 5,0 9,3 7,1 11,5 10,0 12,3 133,5 16,7 -8,7 164,1 108,7 17,2 17,8 7,9 7,8 1,9 15,3 14,0 10,1 8,0 10,9