tinjauan hukum pidana islam terhadap pembelaan...

154
TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS (NOODWEER EXCES) DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syariah Oleh : MUHAYATI NIM. 072211012 JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH IAIN WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: trantuong

Post on 12-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN

TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS (NOODWEER EXCES)

DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

MUHAYATI

NIM. 072211012

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH

IAIN WALISONGO SEMARANG

2011

Page 2: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

ii

Drs. H. Maksun,M.Ag Perum Griya Indo Permai A.22 Tambakaji Ngaliyan Semarang

Brilian Erna Wati, S.H., M. Hum

Jl. Bukit Agung E.41 Semarang

PERSET UJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks. Kpd Yth.

Hal : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syariah

A.n. Sdri. Muhayati IAIN Walisongo Semarang

Di Semarang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirim naskah skripsi saudari :

Nama : Muhayati

Nomor Induk : 072211012

Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM

TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG

MELAMPAUI BATAS (NOODWEER EXCES)

DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera

dimunaqosyahkan.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Semarang, 13 Muharam 1433

9 Desember 2011

Pembimbing I

Drs. H. Maksun, M.Ag

NIP. 19680515 199303 1 002

Pembimbing II

Brilian Erna Wati, S.H., M. Hum

NIP. 19631219 199903 2 001

Page 3: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SYARI’AH

Jl.Prof. Dr. Hamka KM 2 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN

Skripsi Saudara : Muhayati NIM : 072211012 Judul :Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pembelaan Terpaksa

Yang Melampaui Batas (Noodweer exces) Dalam Tindak Pidana Pembunuhan

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude/baik/cukup, pada tanggal : dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun akademik 2011/2012.

Semarang,

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Anthin Lathifah, M.Ag. Drs. H. Maksun, M.Ag

NIP. 19751107 200112 2 002 NIP. 19680515 199303 1 002

Penguji I, Penguji II,

Rustam DKAH, M. Ag M. Khasan, M.Ag

NIP:19690723 199803 1 005 NIP: 19741212 200312 1 004

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Maksun, M.Ag Brilian Erna Wati, S.H., M. Hum

NIP. 19680515 199303 1 002 NIP. 19631219 199903 2 001

Page 4: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi

materi yang telah atau pernah ditulis oleh orang lain

atau diterbitkan. Dengan demikian skripsi ini tidak

berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi

yang terdapat dalam referensi yang menjadi bahan

rujukan.

Semarang, 5 Desember 2011

Deklarator,

Muhayati

NIM. 072211012

Page 5: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

v

MOTTO

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang

maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat

kebajikan (QS. Al- Imran: 134) 1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: CV Toha Putra, 1989,

hlm.538

Page 6: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

vi

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan zaman yang membawa dampak di berbagai

bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti terjadi

pencurian, pemerkosaan maupun pembunuhan, yang merupakan perbuatan sangat

berbahaya bagi keselamatan jiwa dan raga manusia serta dapat mengancam keamanan

dan kesejahteraan masyarakat. Upaya yang dilakukan agar seseorang tidak mudah

menumpahkan darah terhadap orang lain dalam rangka melindungi jiwa, kehormatan

maupun harta benda yaitu dengan melakukan pembelaan ketika seseorang diserang

atau dirampas haknya. Dalam Pasal 49 ayat 1 dan 2 tentang pembelaan terpaksa yang

melampaui batas tidak diatur secara jelas bagaimana ketentuan pembelaan yang

diperbolehkan. Sedangkan dalam hukum Islam selain ditentukan syarat pembelaan

yang sah oleh para fuqaha, juga diatur upaya prefentif yang disebut amar ma’ruf nahi

mungkar yang bertujuan untuk mengurangi adanya tindak kriminal di dunia ini. Pada

dasarnya hukum berfungsi untuk mengatur hak hidup seseorang, demi terciptanya

kemaslahatan umat manusia (maqasidussyari’ah). Berawal dari Pasal 49 tentang

pembelaan terpaksa maka penulis ingin mengetahui sanksi pembelaan yang

melampaui batas dalam hukum pidana Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan

hadist, maka harus diketahui syarat dan dasar hukumnya. Dari latar belakang tersebut,

penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai bagaimana pengertian dan

jenis tindak pidana pembunuhan dalam KUHP dan hukum pidana Islam?, bagaimana

syarat pembelaan yang diperbolehkan dalam KUHP maupun hukum pidana Islam?

dan bagaimana tinjauan hukum pidana Islam mengenai sanksi pembelaan terpaksa

yang melampaui batas dalam tindak pidana pembunuhan?

Penelitian menggunakan metode kualitatif, dengan sumber primer dan

sekunder, data penelitian dihimpun dengan pembacaan, dan kajian teks (teks reading)

dan selanjutnya dianalisis menggunakan metode content analysis.

Kesimpulan akhir dari skripsi ini adalah terdapat persamaan dan perbedaan

syarat pembelaan terpaksa dalam hukum pidana Islam dan hukum positif. Persamaan

syarat tersebut yaitu objek yang dilindungi (jiwa, kehormatan dan harta benda sendiri

maupun orang lain). Perbedaan yang mendasar yaitu melebihi batas pembelaan yang

diperbolehkan. Jika dalam hukum positif diperbolehkan melampaui batas pembelaan

terpaksa dengan syarat harus terdapat penyebab kegoncangan jiwa yang hebat (Pasal

49 ayat 2) yang bersifat kasuistik dan ditentukan oleh psikiater. Sedangkan

pandangan hukum Islam dalam melakukan perbuatan pembelaan tidak boleh melebihi

batas yang ditentukan, jika itu terjadi maka kelebihan tersebut harus

dipertanggungjawabkan oleh seorang yang melakukan perbuatan tersebut. Tetapi

dalam pembelaan jika sampai mengakibatkan kematian atau pembunuhan dalam

melakukan pembelaan diri karena tidak ada cara lain, maka perbuatan itu

diperbolehkan (asbab al-ibahah). Sedangkan dalam KUHP Pasal 49 ayat 1 dikenal

pembelaan terpaksa (noodweer) sebagai alasan pembenar dan dalam ayat 2 dikenal

istilah pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer exces) sebagai alasan

pemaaf untuk dasar penghapus hukuman.

Page 7: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

vii

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan untuk :

Ibunda (Hj.Khasanah) dan Ayahanda (H.Soderi) tercinta dan tersayang

Kasih sayang, tuntunan, dukungan dan do’a dari kalian Selalu menerangi langkah penuh cita dan cinta putrimu.

Para Kiai, Dosen dan Pembimbing

Ilmu dan bimbingan dari kalian menuntun saya untuk menjadi insan yang ta’at dan berbakti.

Kakek Nenek yang penulis ta’dzimi

Nasehat dan do’amu mengobarkan semangat cucumu.

Kakak, Adik dan Seluruh keluarga Dukungan kalian tak akan pernah penulis sia-siakan.

Dan untuk teman-teman yang selalu menemani

Bersama dalam meraih cita-cita . Triwur, Fahmi, Himam, Farid, Kholek, Mustofa, Iqbal, Zani,

Tegar, Habib, Yana dan Kayis

Teman-teman senasib seperjuangan khususnya teman Justisia, teman JQH (Jami’atul Qura’ wal

Huffadz), dan teman KKN desa Trayu posko 57

Saya dedikasikan karya ini untuk kalian semua...

Page 8: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., yang telah menciptakan alam

beserta hukum-hukumnya, melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya,

sehingga dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta Salam semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW., beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya serta orang-

orang yang mengikuti ajarannya.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih

payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari

usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, sudah sepatutnya

penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. DR. H. Imam Yahya, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang dan para pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas belajar dari awal hingga

akhir.

2. Drs. M. Solek, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah dan Rustam DKAH,

M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang yang telah memberikan berbagai motifasi dan arahan, mulai

dari proses awal hingga proses berikutnya.

3. Drs. H. Maksun, M.Ag. dan Brilian Erna Wati, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing

atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.

4. Para Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah

menyampaikan ilmu dengan sabar dan ikhlas dalam proses belajar di kuliah

ataupun dalam diskusi.

Page 9: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

ix

5. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala doa, perhatian dan

arahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapan dalam untaian kata-

kata.

6. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi semangat sehingga terselesainya

skripsi ini

7. Teman-teman senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu, terutama teman-teman SJ angkatan 2007 dan teman-teman di lingkungan

Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Kiranya tidak ada kata yang dapat terucap dari penulis selain memanjatkan

do’a semoga Allah SWT, membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan

yang lebih dari mereka berikan pada penulis.

Penyusunan skripsi ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin agar

tercapai hasil yang semaksimal pula.

Penulis juga menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para

pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan ridha-Nya.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Semarang, 30 Desember 2011

Penulis

Muhayati

NIM. 072211012

Page 10: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………...i

PERSETUJUAN PEMBEIMBING………………………………………………………………ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………………...iii

HALAMAN DEKLARASI………………………………………………………………..………..iv

HALAMAN MOTTO…………………………………………………………………………….......v

ABSTRAK PENELITIAN…………………………………………………………………………vi

PERSEMBAHAN……………………………………………………………………………………vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..……...x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………..11

C. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………......12

D. Telaah Pustaka ……………………………………………………………...13

E. Kerangka Teoriti …………………………………………………………….16

F. Metode Penelitian ………………………………………………………….21

G. Sistematika Pembahasan ………………………………………………..25

BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

A. Ketentuan Tindak Pidana Pembunuhan Menurut Hukum Pidana

Islam…………………………………………………………………..26

B. Tindak Pidana Pembunuhan dalam KUHP……………...………48

BAB III PEMBELAAN TERPAKSA MELAMPAUI BATAS MENURUT HUKUM

PIDANA ISLAM DAN KUHP

Page 11: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

xi

A. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut Hukum Pidana

Islam.............................................................................................................61

B. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut KUHP …..75

C. Pertanggungjawaban Pidana.............................................................99

BAB IV ANALISIS PEMBELAAN TERPAKSA MELAMPAUI BATAS DALAM

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

A. Analisis Tindak Pidana Pembunuhan………………………….…103

B. Syarat dan Dasar Hukum Pembelaan Terpaksa……………...106

C. Analisis Sanksi Pembelaan Terpaksa melampaui Batas dalam Tindak Pidana

Pembunuhan………………………………………...116

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………...…131

B. Saran …………………………………………………………………………...133

C. Penutup……………………………………………………………………..….135

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

BAB I

A. Latar Belakang

Hukum secara umum dibuat untuk kebaikan manusia itu sendiri, dan

berguna memberikan argumentasi yang kuat bahwa bila hukum diterapkan

dalam suatu masyarakat maka mereka akan dapat merasakan kebenaran,

kebaikan, keadilan, kesamaan dan kemaslahatan dalam hidup di dunia ini.

Seperti hukum positif yang merupakan hasil interpretasi manusia terhadap

peraturan dan perbuatan manusia di dunia, sedangkan hukum Islam

menghubungkan antara dunia dan akhirat, seimbang antara kebutuhan rohani

dan kebutuhan jasmani. Manfaat yang diperoleh bagi yang mematuhi suruhan

Allah dan kemudlaratan yang diderita lantaran mengerjakan maksiat, kembali

kepada pelakunya sendiri.

Kejahatan atau tindak pidana dalam Islam merupakan larangan-

larangan syariat yang dikategorikan dalam istilah jarimah atau jinayah. Pakar

fikih telah mendefinisikan jarimah dengan perbuatan-perbuatan tertentu yang

apabila dilakukan akan mendapatkan ancaman hukuman had atau ta‟zir .1

Adapun istilah jinayah kebanyakan para fuqaha memaknai kata tersebut hanya

1 Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia, Penggagas dan Gagasannya, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, Cet. ke-1, 1997, hlm. 89. Lihat juga dalam Abu Zahra, al-Jarimah, Beirut: Dar al-Fikr al- Arabi, tt, hlm.2. Had merupakan ketetapan hukum Allah yang paling berat diatas hukuman qishash

dan ta‟zir. Ta'zir dalam konteks bahasa adalah menolak dan mencegah kejahatan, Ta‟zir juga

berarti memberi pelajaran. Para ulama mengartikan ta'zir dengan hukuman yang tidak ditentukan

oleh nas dan berkaitan dengan kejahatan. Tujuannya adalah untuk memberi pelajaran agar tidak

mengulangi kejahatan serupa. Untuk lebih jelas lihat Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana,

Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hlm. 260.

Page 13: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

untuk perbuatan yang mengenai jiwa atau anggota badan seperti membunuh,

melukai, memukul, menggugurkan kandungan dan sebagainya.2

Pada dasarnya dengan adanya sanksi terhadap pelanggaran bukan

berarti pembalasan akan tetapi mempunyai tujuan3 tersendiri yaitu, untuk

mewujudkan dan memelihara lima sasaran pokok yang disebut al-dharuriyat

al-khamsah yaitu yang terdiri dari hifz al-nafs (menjaga jiwa), hifz al-„aql

(menjaga akal), hifz al-din (menjaga agama), hifz al-mal (menjaga harta) dan

hifz al-nasl (menjaga keturunan).4 Lima hal pokok ini, wajib diwujudkan dan

dipelihara, jika seseorang menghendaki kehidupan yang bahagia di dunia dan

di akhirat. Segala upaya untuk mewujudkan dan memelihara lima pokok tadi

merupakan amalan saleh yang harus dilakukan oleh umat Islam.5

Terwujudnya stabilitas dalam setiap hubungan dalam masyarakat dapat

dicapai dengan adanya sebuah peraturan hukum yang bersifat mengatur

2 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm.2.

3 Tujuan pokok dalam penjatuhan hukuman dalam syari’at Islam adalah pencegahan (ar-rad-u

waz-zajru) dan pengajaran serta pendidikan (al-islah wat-tahdzib), karena Islam sangat

memeperhatikan pembentukan akhlak dan budi pekerti. Sedangkan dalam hukum positif walaupun

bertentangan dengan akhlak, tidak dianggap sebagai tindak pidana kecuali apabila perbuatan

tersebut membawa kerugian langsung bagi perorangan dan ketentraman masyarakat. Lihat dalam A. Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Fiqih Jinayah), Jakarta: Sinar

Grafika, 20006, hlm. 15.

4 Secara global, tujuan syara’ dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk

kemaslahatan manusia seluruhnya yang biasa disebut Al Maqashidu Khamsah (Panca Tujuan). Hal

ini berdasarkan Firman Allah SWT QS. Al Anbiya: 107, QS. Al Imran: 159, QS. Al Baqarah: 201-

202, dalam Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta:

Syaamil Cipta Media, 1984. Untuk lebih jelasnya lihat dalam Ismail Muhammad Syah, Filsafat

Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, hlm. 65-67, lihat juga dalam Asfri Jaya Bakri, Konsep

Maqashid Syari‟ah Menurut Asy-Syatibi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. ke-1, 1996, hlm. 71-

72, Hukum Pidana Islam (jinayah) didasarkan pada perlindungan HAM (Human Right) yang

bersifat primer (Daruriyyah) yang meliputi perlindungan atas agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Perlindungan terhadap lima hak tersebut oleh asy-Syatibi dinamakan maqasid asy-syari‟ah.

Hakikat dari pemberlakuan syari’at (hukum) oleh Tuhan adalah untuk mewujudkan kemaslahatan

manusia.

5 Satria Effendi M. Zein, Kejahatan Terhadap harta dalam Perstektif Hukum Islam, dalam

Muhammad Amin Suma, dkk, Pidana Islam di Indonesia, Peluang, Prospek, dan Tantangan,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, hlm. 107.

Page 14: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

(relegen/anvullen recht) dan peraturan hukum yang bersifat memaksa

(dwingen recht) setiap anggota masyarakat agar taat dan mematuhi hukum.

Setiap hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat.

Sanksi yang berupa hukuman (pidana) akan dikenakan kepada setiap

pelanggar peraturan hukum yang ada sebagai reaksi terhadap perbuatan

melanggar hukum yang dilakukannya. Akibatnya ialah peraturan-peraturan

hukum yang ada haruslah sesuai dengan asas-asas keadilan dalam masyarakat,

untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum dapat berlangsung terus dan

diterima oleh seluruh anggota masyarakat.

Sebuah peraturan hukum ada karena adanya sebuah masyarakat (ubi-

ius ubi-societas). Hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam

pergaulan hidup bersama. Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur dan damai

dalam seluruh lapisan masyarakat.6

Sumber hukum bisa dari hukum yang hidup dalam masyarakat seperti

hukum adat, peraturan perundang-undangan seperti hukum Barat, konsepsi

hukum Islam yaitu dasar dan kerangkanya ditetapkan oleh Allah, yang

mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya,

manusia dengan makhluk lain dan manusia dengan lingkunganya.

Hukum Islam dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Hukum Privat

(Munakahat, Wiratsah dan Muamalat) dan Hukum Publik (Jinayat, Al ahkam

6 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-2, 1995, hlm. 48-49.

Hukum merupakan peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam

suatu masyarakat dan ditegakkan oleh penguasa. Lihat dalam Muhammad Daud Ali, Hukum Islam

Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2001, hlm. 43.

Page 15: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

al sulthaniyah, Siyar, Mukhashamat).7 Di dalam ajaran Islam bahasan-bahasan

tentang kejahatan manusia berikut upaya preventif dan represif dijelaskan

dalam fiqh jinayah.8

Islam, seperti halnya sitem lain melindungi hak-hak untuk hidup,

merdeka, dan merasakan keamanan. Ia melarang bunuh diri maupun

melakukan pembunuhan. Dalam Islam pembunuhan terhadap seorang manusia

tanpa alasan yang benar diibaratkan seperti membunuh seluruh manusia.

Sebaliknya, barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia,

maka ia diibaratkan memelihara manusia seluruhnya.9 Jika pembunuhan itu

terjadi juga, maka seseorang harus mempertanggungjawabkan perbuatan

tersebut.

Permasalahanya adalah bagaimana jika pembunuhan sengaja

tersebut dilakukan karena dalam upaya membela jiwa, kehormatan maupun

harta benda baik untuk melindungi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam melakukan pembelaan dalam Islam dikenal dengan istilah daf‟u

as-sail. Dalam hukum Islam, pertanggungjawaban pidana dapat hapus karena:

Pertama, hal-hal yang bertalian dengan perbuatan atau perbuatan yang

dilakukan adalah mubah (tidak dilarang) yang disebut asbab al-ibahah atau

sebab diperbolehkannya perbuatan yang dilarang. Diantaranya yaitu:

7 Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2007, hlm.9-10.

8 Istilah Jinayah (crime, felony) adalah tindakan yang dapat membahayakan jiwa seseorang

dan anggota tubuh yang mengaharuskan adanya hukuman langsung di dunia atau yang berorientasi pada hasil perbuatan seseorang yang dilarang oleh syara', para fuqaha menggunakan istilah

tersebut hanya terbatas pada perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan,

pembunuhan, dan sebagainya. Lihat H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah; Upaya Menanggulangi

Kejahatan dalam Islam, Cet. ke-3, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 1.

9 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam; Penegakan Syari‟at dalam Wacana dan

Agenda, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. ke-1, 2003, hlm. 71-72.

Page 16: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Pembelaan yang sah, Mendidik, Pengobatan, Permainan kesatrian, Halalnya

jiwa, anggota badan dan harta seseorang, Hak dan kewajiban penguasa..

Kedua, hal-hal yang bertalian dengan keadaan pelaku atau perbuatan yang

dilakukan tetap dilarang tetapi pelakunya tidak dijatuhi hukuman yang disebut

asbab raf‟i al-uqubah atau sebab hapusnya hukuman. Diantaranya yaitu:

Paksaan, Mabuk, Gila dan Anak kecil (di bawah umur).

Berbeda dengan hukum positif pada masa sebelum revolusi Prancis,

setiap orang bagaimanapun keadaannya bisa dibebani pertanggungjawaban

pidana tanpa membedakan apakah orang tersebut mempunyai kemauan sendiri

atau tidak, sudah dewasa atau belum. Bahkan hewan dan benda mati juga bisa

dibebani pertanggungjawaban apabila menimbulkan kerugian kepada pihak

lain. Kematian juga tidak bisa menghindarkan seseorang dari pemeriksaan

pengadilan dan hukuman. Demikian juga seseorang harus

mempertanggungjawabkan perbuatan orang lain, meskipun orang tersebut

tidak tahu-menahu dan tidak ikut serta mengerjakannya. Baru setelah revolusi

Prancis dengan timbulnya aliran tradisionalisme dan lain-lainnya,

pertanggungjawaban itu hanya dibebankan kepada manusia yang masih hidup

yang memiliki pengetahuan dan pilihan.10

Maka tidak ada pertanggungjawaban pidana selama perbuatannya itu

tidak bermaksud untuk turut serta, memudahkan atau memberi bantuan untuk

terlaksananya jarimah. Sedangkan bagi pelaku perbuatan langsung dan sebab

10 Ahmad Hanafi, op.cit, hlm. 156-158.

Page 17: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dikenakan pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya, karena keduanya

merupakan illat (sebab) adanya jarimah.

Dalam hukum pidana Indonesia, pembelaan terpaksa diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 49 ayat 1 yang berbunyi:

“Tidak dipidana barang siapa yang melakukan perbuatan

pembelaan untuk jiwa, kehormatan atau harta benda baik untuk diri sendiri

maupun orang lain karena pengaruh daya paksa tidak dipidana”.

Sedangkan pembelaan terpaksa melampaui batas diatur dalam

KUHP Pasal 49 ayat 2 yang berbunyi:

“Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung

disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau

ancaman serangan itu, tidak dipidana.”11

Undang-undang tidak memberikan keterangan lebih jauh tentang

pembelaan terpaksa yang melampaui batas. Dalam Memorie van Toelichting

(MvT) ada sedikit keterangan mengenai pembelaan terpaksa yang melampaui

batas yang mengatakan jika terdapat “kegoncangan jiwa yang hebat”.

Yang dimaksud terdapat kegoncangan jiwa yang hebat tidak

dijelaskan dalam KUHP tetapi oleh ahli hukum memberikan penjelasan

kegoncangan jiwa yang hebat sehingga diperbolehkan melakukan pembelaan

terpaksa yang melampaui batas sedangakan dalam hukum Islam tidak diatur

secara jelas pembelaan yang diperbolehkan dan juga sanksi bagi pelaku

pembelaan jika melampaui batas pembelaan. Hanya berdasarkan firman Allah

SWT.

11 Andi Hamzah, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm.

26.

Page 18: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia,

seimbang dengan serangannya terhadapmu.” 12

Dari ayat tersebut hanya menerangkan tentang penganjuran menyerang

balik ketika diserang tetapi tidak menjelaskan syarat dan sanksi bagi

penyerang jika melebihi batas serangan.

Alasan penghapus pidana (strafuitsluitingsground) diartikan sebagai

keadaan khusus (yang harus dikemukakan, tetapi tidak perlu dibuktikan oleh

terdakwa), meskipun terhadap semua unsur tertulis dari rumusan delik telah

dipenuhi tidak dapat dijatuhkan pidana. Alasan penghapus pidana dikenal baik

dalam KUHP, doktrin maupun yurisprudensi. Sesuai dengan ajaran daad-

dader strafrecht alasan penghapus pidana dapat dibedakan menjadi :

a) Alasan pembenar (rechtvaardigingsgrond) yaitu alasan yang

menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, berkaitan

dengan tindak pidana (strafbaarfeit) yang dikenal dengan istilah

actus reus di Negara Anglo saxon.

b) Alasan pemaaf (schuldduitsluitingsgrond) yaitu alasan yang

menghapuskan kesalahan terdakwa, berkaitan dengan

pertanggungjawaban (toerekeningsvatbaarheid) yang dikenal

dengan istilah mens rea di Negara Anglo saxon.13

Ada beberapa hal yang menjadikan penulis tertarik untuk membahas

judul tentang Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pembelaan Terpaksa

Yang Melampaui Batas (Noodweer Exces) dalam Tindak Pidana Pembunuhan,

12 QS. Al Baqarah (2): 194

13 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, hlm. 137-138.

Page 19: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

yang pertama adalah bahwa Islam sangat melindungi hak hidup seseorang.

Hal ini terbukti dalam tujuan syara’ atau yang lebih dikenal dengan istilah Al-

Maqasidul Khamsah (panca tujuan) salah satunya memelihara jiwa dan Al-

Qur'an telah banyak menjelaskan tentang sanksi berkenaan dengan masalah

kejahatan terhadap nyawa. Di antara jenis-jenis hukum qishash disebutkan

dalam al-Qur'an ialah: qishash pembunuh, qishash anggota badan dan qishash

dari luka. Semua kejahatan yang menimpa seseorang, hukumannya adalah

dianalogikan dengan qishash yakni berdasar atas persamaan antara hukuman

dengan kejahatan, karena itu adalah tujuan pokok dari pelaksanaan hukuman

qishash.14

Begitupun dalam hukum positif juga diatur masalah sanksi untuk

pembunuh dari yang teringan sampai yang terberat.

Yang kedua karena dalam KUHP pasal 29 ayat 1 tentang pembelaan

terpaksa, dan juga dalam Hukum Pidana Islam diatur tentang pembelaan sah,

tidak dijatuhi hukuman sebab diperbolehkannya perbuatan yang dilarang.

Tetapi untuk mengetahui apakah suatu perbuatan itu sebagai suatu pembelaan

atau sebaliknya, maka harus diketahui unsur atau syarat yang dimaksud dalam

pasal tersebut dan bagaimana ketentuan pembelaan terpaksa dalam hukum

Islam, karena dalam Pasal tersebut tidak dijelaskan bagaimana melakukan

pembelaaan yang diperbolehkan. Begitu juga dalam pasal 49 ayat 2 tentang

pembelaan terpaksa yang melampaui batas tidak dijelaskan pelampauan batas

yang diperbolehkan dalam melakukan suatu pembelaan. Terdapat kasus di

14

A. Wardi Muslich, op.cit, hlm. 18. Lihat dalam QS. Al Baqarah: 178-179. Qishash adalah

pembuat jarimah dijatuhi hukuman (dibalas) setimpal dengan perbuatannya, jadi dibunuh kalau ia

membunuh, atau dianiaya kalau ia menganiaya. Hukuman qishash dijatuhkan atas pembunuhan

sengaja dan penganiayaan sengaja.

Page 20: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Jakarta Pembelaan diri mahasiswi Universitas Paramadina, Leni (21) dari

serangan pacarnya, Anjas, (27) yang justru berujung di pengadilan. Padahal

tindakan Leni merupakan bentuk perlawanan yang dilakukan untuk

mempertahankan dirinya dari serangan Anjas.

Kronologis ceritanya yaitu Anjas bertemu Leni di rumah Leni di

Kemayoran pada 22 November 2010. Awalnya Anjas meminta proses putus

pacaran diselesaikan dengan baik-baik. Tidak berapa lama, Anjas mulai

menunjukan hal aneh. Tiba-tiba saja Anjas memaksa Leni menciumnya. Lalu

Anjas juga memegang-megang tubuh Leni. Leni pun membela diri dengan

menyiram Anjas dengan air panas dalam gelas.

Dalam konsep hukum pidana, penganiyaan dilakukan oleh orang yang

mempunyai peran dominan terhadap orang lain. Unsur dominan bisa

ditandakan dengan adanya senjata, jumlah orang yang tidak seimbang, atau

unsur jenis kelamin.

Keduanya melakukan dengan tangan kosong. Tapi yang satu laki-laki

dan satu perempuan. Maka unsur dominan ada di laki-laki. Sehingga wajar

saja perempuan melawan laki-laki dengan perlawanan yang tidak seimbang.

Seharusnya dakwaan jaksa harus dilihat ke belakang lebih jauh. Yaitu

Anjas yang akan melakukan pelecehan seksual terhadap Leni. Meski

keduanya terikat dalam hubungan pacaran, tapi bukan lisensi untuk

menyentuh perempuan tanpa izin. Jangankan dalam hubungan pacaran, dokter

saja harus minta izin apabila mau menyentuh pasien. Setiap pasangan harus

menghormati pasangan, tidak boleh memaksa.

Page 21: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Jadi, Kedua belah pihak seharusnya sama-sama dipidana. Tetapi jika

dalam pembuktian terdapat unsur yang memenuhi syarat pembelaan terpaksa,

seharusnya Leni bebas dari segala tuntutan hukum. Dalam kasus Leni, jika

Leni dijadikan terdakwa maka Anjas pun harus dijadikan terdakwa pula.

Tetapi di sini

jaksa malah menetapkan Leni sebagai terdakwa dengan ancaman 2,5 tahun

penjara.15

Berarti di sini seorang wanita yang melakukan pembelaan diri yang

melampaui batas tetapi pada dasarnya tidak menginginkan akibat hukum

terhadap seseorang karena dia dalam keadaan darurat16

sehingga terpaksa

melakukan perbuatan melawan hukum untuk menyelamatkan kehormatannya.

Dari uraian tersebut maka dalam skripsi ini penulis juga akan

menguraikan suatu perbuatan dikatakan sebagai pembelaan baik dalam hukum

positif maupun hukum Islam agar pasal tersebut tetap berfungsi/ tidak menjadi

pasal mati, karena sulit dalam pembuktiannya. Secara mendalam masalah ini

akan penulis jelaskan dalam skripsi yang berjudul : “Tinjauan Hukum

15 http://www.detiknews.blogspot.com/read/2011/06/17/ahli-hukum-leni-bela-diri-anjas-yang-harusnya-terdakwa.,

diunduh pada tanggal 25 Oktober 2011, 09.00

16 Keadaan darurat tidak dapat mempengaruhi tindak pidana pembunuhan, pelukaan dan

pemotongan anggota badan. Orang yang berada dalam keadaan darurat tidak boleh membunuh,

melukai, atau memotong orang lain dalam upaya menyelamatkan dirinya dari kematian.

Dicontohkan suatu kelompok orang berada dalam sampan yang hampir tenggelam karena beratnya

muatan, penumpang tidak boleh melemparkan penumpang yang lain ke dalam air untuk

meringankan beban sampan dan dalam upaya menyelamatkan diri dari kematian. Lihat dalam Ali

Yafie, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid II, Jakarta: Kharisma ilmu, 2009, hlm. 236.

Dari contoh tersebut menurut hukum pidana Indonesia, walaupun perbuatan tersebut pada kenyataannya telah memenuhi unsur pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, namun dalam

keadaan darurat dalam hukum pidana Indonesia ini berlaku untuk semua tindak pidana, termasuk

dalam tindak pidana pembunuhan. Walaupun dalam kenyataanya perbuatan terdakwa telah

memenuhi unsur tindak pidana. Akan tetapi karena hilangnya sifat melawan hukum, maka

terdakwa tidak dipidana. Untuk lebih jelas lihat dalam Rahman Saleh, Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana dengan Penjelasannya, Jakarta, Aksara Baru, 1987, hlm. 86.

Page 22: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Pidana Islam Terhadap Pembelaan Terpaksa yang Melampaui Batas

dalam Tindak Pidana Pembunuhan”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka munculah berbagai

permasalahan yang menarik untuk dibahas. Untuk memfokuskan

permasalahan agar sesuai dengan kajian skripsi ini, penulis berusaha mencari

titik temu point permasalahan yang dikehendaki, antara lain:

1. Bagaimana perspektif hukum pidana Islam dan hukum pidana positif

tentang tindak pidana pembunuhan ?

2. Bagaimana ketentuan syarat yang terdapat di dalam pembelaan terpaksa

dalam Hukum Islam dan Hukum Positif?

3. Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap sanksi pembelaan

terpaksa yang melampaui batas yang mengakibatkan pembunuhan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan karya tulis ini pada umumnya untuk mengetahui jawaban dari

perumusan masalah diatas, lebih spesifik lagi diantaranya yaitu:

1. Untuk mengetahui dasar hukum tindak pidana pembunuhan dalam

Hukum Islam dan KUHP

2. Untuk menjelaskan unsur atau syarat yang terdapat di dalam Pembelaan

Terpaksa yang melampui Batas dalam Hukum Islam dan Hukum positif.

Page 23: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

3. Untuk mengetahui sanksi pelaku Pembelaan Terpaksa yang Melampui

Batas Sehingga Mengakibatkan Pembunuhan dalam Hukum Islam.

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

Manfaat dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memberikan

kontribusi pemikiran terhadap khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam

bidang hukum dengan mencoba membandingkan antara hukum pidana Islam

dengan hukum pidana positif tentang pembelaan terpaksa melapaui batas yang

mengakibatkan pembunuhan. Dalam penulisan skripsi ini juga diharapkan

dapat bermanfaat menggali nilai hukum yang hidup secara alami tumbuh

untuk kepentingan sosial, agar dapat membedakan antara pembelaan yang sah

dan yang melampaui batas, dan memberi manfaat secara teoritik dan fakta

hukum dalam perkembangan permasalahan yang luas terhadap pembelaan

terpaksa yang mengakibatkan pembunuhan

D. Telaah Pustaka

Hukum Islam merupakan salah satu substansi ajaran agama Islam yang

diyakini kebenaran dan kesempurnaannya yang bersumber dari Allah SWT.

Melalui Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, hukum tersebut hidup

dalam masyarakat Islam, sehingga menjadi pedoman umat dalam berbagai

bidang diantaranya masalah Jinayat.

Secara teoretis hukum Islam atau yang dikenal dengann fiqh bersumber

dari al-Qur’an dan Sunnah, tetapi para fuqaha (jama’ dari faqih) sering

berbeda pendapat dalam memahami konsep dari dua sumber tersebut.

Page 24: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Perbedaan ini di pengaruhi oleh kurun waktu dan lingkungan dimana para

fuqaha berada dan perbedaan metode istinbat yang di gunakan.

Penelitian mengenai pembelaan terpaksa ini dalam hukum pidana

telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, namun dengan pendekatan

yang berbeda dalam pengujian datanya. Untuk itu penulis akan menyebutkan

beberapa literatur yang akan penulis jadikan sebagai previous finding

(penelitian maupun penemuan sebelumya). Disamping itu juga banyak pula

sudut pandang serta metode yang digunakan masing-masing penulis dalam

membahas masalah pembelaan terpaksa, tetapi karya pemikiran yang

menggunakan sudut pandang hukum Islam masih begitu sedikit.

Sepanjang pelacakan dan penelaahan yang penulis lakukan, baik di

kalangan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang maupun sacara umum,

belum ada karya penelitian yang membahas pada permasalahan Tinjauan

Hukum Pidana Islam terhadap Pembelaan Terpaksa melampaui batas sehingga

mengakibatkan pembunuhan.

Terdapat skripsi di IAIN Walisongo Semarang karya M. Eko

Wahyudi (NIM: 2199184) tahun 2004 dengan judul: Analisis Atas Pemikiran

Muhammad Abu Zahrah tentang Pembunuhan sebagai Upaya dalam

Mempertahankan Harta. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini

bahwa menurut Imam Abu Zahrah seseorang yang membunuh dengan alasan

mempertahankan harta dibolehkan, pelakunya digugurkan dari perbuatannya

dan tidak ada hukuman baginya.

Page 25: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Skripsi buah karya oleh Syarifudin (NIM: 2198007) tahun 2003

dengan judul: Studi Hukum Islam Tentang Pembunuhan Sengaja oleh Wanita

Karena Mempertahankan Diri dari Pemerkosaan (Studi Analisis Pandangan

Madzhab Syafi’i). Penulis skripsi ini menyatakan bahwa seorang wanita yang

membunuh dengan sengaja karena mempertahankan diri menurut pandangan

madzhab Syafi’i pelakunya digugurkan dari perbuatanya dan tidak ada

hukuman baginya, baik qishash, diat, maupun kafarat.

Adapun pembahasan mengenai Hukuman (sanksi) pembelaan terpaksa

pernah ada yang membahas dalam bentuk skripsi, yaitu "Pembelaan Terpaksa

Melampaui Batas dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Putusan Pengadilan

Negeri Jember Nomor 961/Pid.B/2008/PN.Jr) oleh Siti Anisa, Universitas

Hukum Fakultas Hukum yang menjelaskan bahwa seorang terdakwa yang

berkeyakinan bahwa perbuatan yang dilakukan merupakan pembelaan

terpaksa tetapi dapat diabaikan karena sebagian atau beberapa unsur mengenai

pembelaan terpaksa melampui batas tidak terpenuhi dalam pembuktian. Jadi,

perbuatan terdakwa secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 338 KUHP

mengenai pembunuhan. Tetapi agar menjadi dasar untuk memperingan

hukuman terdakwa yang dalam hal ini, menyerahkan dirinya dan mengakui

kesalahannya, karena terdakwa berkeyakinan bahwa perbuatannya merupakan

pembelaan terpaksa pasal 49 ayat 2.

Sedangkan yang membedakan penelitian sebelumnya dengan skripsi

ini adalah skripsi ini tidak bersifat spesifik hanya membahas tentang

mempertahankan harta, kehormatan tetapi lebih bersifat umum yaitu upaya

Page 26: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

perlindungan terhadap jiwa, kehormatan maupun harta yang berupa

pembelaan diri ketika akan diserang atau dirampas haknya. Skripsi ini juga

bukan merupakan studi tokoh maupun analisis Putusan pengadilan tapi lebih

kepada sudut pandang Islam. Maka untuk membedakan skripsi ini dengan

bahasan yang sudah ada, penulis ingin membahas tentang Tinjauan Hukum

Pidana Islam Terhadap Pembelaan Terpaksa Yang Melampaui Batas

(Noodweer Exces) Dalam Tindak Pembunuhan dengan harapan pembahasan

ini akan menjadi bahasan yang lebih lengkap dan seimbang.

E. Kerangka Teori

Mengenai manusia sebagai makhluk, Aristoteles mengatakan bahwa

manusia adalah “zoon politicon”, makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat.

Oleh karenanya tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu

dengan yang lain. Tiap hubungan tentu menimbulkan hak dan kewajiban.17

Pandangan tentang hukum selama Abad Pertengahan, tidak pernah

lepas dari keyakinan orang-orang sebagai orang beragama. Baik dalam agama

Kristiani maupun dalam agama Islam, aturan hukum ditanggapi sebagai

perwujudan kehendak Tuhan. Namun terdapat perbedaan juga dalam

pandangan orang-orang terhadap hukum yakni mengenai hubungannya dengan

Tuhan. Dalam kalangan umat Islam, aturan hukum ditanggapi sebagai suatu

17 Soeroso, Pengatar ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm.49.

Page 27: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

gejala yang langsung bertalian denga wahyu. Aturan hukum diciptakan

berazaskan wahyu dan karenanya harus dipikirkan dalam rangka wahyu itu.18

Dalam hukum Islam, kejahatan (jarimah/jinayah) didefinisikan

sebagai larangan-larangan hukum yang diberikan oleh Allah, yang

pelanggarannya membawa hukuman yang ditentukanNya. Larangan hukum

berarti melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau tidak melakukan

suatu perbuatan yang diperintahkan. Dengan demikian, suatu kejahatan

adalah perbuatan yang hanya dilarang oleh syari’at. Dengan kata lain,

melakukan (commision) atau tidak melakukan (ommision) suatu perbuatan

yang membawa hukuman yang ditentukan oleh syari’at adalah kejahatan.19

Ada dua dimensi dalam memahami hukum Islam.

1. Hukum Islam berdimensi Ilahiyyah,

Diyakini sebagai ajaran yang bersumber dari Mahabenar.

Pengertian ini dipahami sebagi syari’at yang cakupannya sangat luas

tidak hanya terbatas pada fiqih dalam artian terminologi.

2 Hukum yang berdimensi insaniyyah.

Dimensi ini mengakomodasi upaya manusia secara sungguh-

sungguh untuk memahami ajaran yang bernilai suci dengan melakukan

dua pendekatan yaitu pendekatan kebahasaan dan pendekatan

maqasid. Dalam dimensi ini hukum Islam dipahami sebagai produk

pemikiran yang dilakukan dengan berbagai pendekatan yang dikenal

18 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum: Perspektif Historis, Bandung: Nusa media, 2004,

hlm. 48.

19 Topo Santoso, op.cit, hlm. 20.

Page 28: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dengan sebutan ijtihad atau pada tingkat yang lebih teknis disebut

istinbath al-ahkam20

Akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha,

berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada padanya dalam memahami

kaidah hukum yang fundamental yang terdapat pada al-Qur’an. Kaidah hukum

yang bersifat umum yang terdapat pada Sunnah Nabi dapat dirumuskan oleh

akal menjadi garis hukum yang dapat diterapkan pada suatu kasus tertentu

atau berusaha merumuskan garis atau kaidah hukum yang pengaturannya tidak

terdapat di dalam kedua sumber utama hukum Islam.21

Banyaknya masalah dan problema hukum yang muncul kemudian,

akhirnya menimbulkan pemikiran dan menyita perhatian di kalangan ulama,

karena masalah-masalah tersebut tidak terdapat dalam nas. Dengan demikian

peran ijtihad sangat penting dalam menggali hukum Islam. Adapun penerapan

metode-metode ijtihad dalam prakteknya juga didasarkan atas Maqasid asy-

Syari'ah.

Dalam menentukan sanksi pembelaan terpaksa yang melampaui batas

dalam tindak pidana pembunuhan, maka penulis menggunakan metode Ijtihad

dengan pendekatan Maqasid asy-Syari'ah karena akan terjadi madharat yang

lebih besar terhadap diri sendiri maupun orang lain jika masalah pembelaan

diri tidak diatur secara rinci. Seseorang akan merasa takut akan dihukum jika

melakukan pembelaan tetapi melampaui batas. Penulis menggunakan ijtihad

dalam skripsi ini agar Maqasid asy-Syari'ah dalam Islam tercapai. Dengan

20 Jaih Mubarrok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Cet. ke-3, 2003, hlm. 7.

21 Muhammad Daud Ali, op.cit, hlm. 114.

Page 29: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

mempertimbangkan masalah maslahat yang lebih besar dari pada madharat.

Ijtihad hukum ini juga berfungsi sebagai upaya prefentif, agar seseorang tidak

mudah dalam menyerang orang lain bahkan sampai menumpahkan darah.

Maqasid jamak dari kata maqsid yang berarti tuntutan, kesengajaan

atau tujuan. Menurut istilah maqasid asy-Syari'ah adalah al-Ma'anni Allati

Syuri'at Laha al ahKam (kandungan nilai yang menjadi tujuan pensyariatan

hukum). Jadi, Maqasid asy-Syari'ah adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai

dari suatu penetapan hukum. Kajian terhadap Maqasid asy-Syari'ah itu sangat

penting dalam upaya ijtihad hukum. Karena Maqasid asy-Syari'ah dapat

menjadi landasan penetapan hukum. Pertimbangan ini menjadi suatu

keharusan bagi masalah-masalah yang tidak ditemukan ketegasannya dalam

nas.

Peran dominan dari al-Qur’an dan Sunnah tidak berhenti hanya dengan

wafatnya Nabi, walaupun ini berarti berhentinya proses pewahyuan. Namun

karena permasalahan hukum semakin komplek dengan semakin meluasnya

wilayah Islam, umat Islam memerlukan metodologi yang mapan yang dapat

memecahkan permasalahan mereka. Para ahli hukum Islam merespon

kebutuhan ini dengan mengembangkan prosedur Ijma’ dan Qiyas yang

keduanya merupakan sumber sekunder hukum Islam yang esensinya

menekankan kepada pentingnya akal dalam pengambilan keputusan hukum.22

Dalam hukum Islam, pembelaan diri tidak diatur secara jelas mengenai

syarat maupun sanksi jika melakukan pembelaan dengan melampaui batas.

22 Ratno Lukito, Tradisi Hukum Islam, Yogyakarta: Teras, 2008, hlm. 96.

Page 30: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Tetapi para fuqaha bersandar atas firman Allah SWT: QS. Al Baqarah (2):

194. Menetapkan syarat yang diperbolehkan dalam hokum Islam.

Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa hukum sebagai

kaidah sosial, tidak terlepas dari nilai (values) yang berlaku di dalam

masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan

pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Hukum yang

baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law)

dalam masyarakat.23

Di manapun juga hukum tidak akan dapat mengikuti setiap

perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Ini berarti bahwa

perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat lebih cepat dari pada

perubahan hukum.24

Hal ini mengakibatkan bahwa hukum selalu ketinggalan

atau dengan perkataan lain, hukum tidak pernah mendahului untuk mengatur

hal-hal yang akan terjadi atau yang belum pernah terjadi, sehingga sangat

memungkinkan untuk terjadinya perubahan.

Klasifikasi kejahatan yang paling penting dan paling banyak dibahas

oleh para ahli hukum Islam adalah hudud, qishash, dan ta‟zir. Kategori

qishash jatuh pada posisi di tengah antara kejahatan hudud dan ta‟zir dalam

hal beratnya. Kejahatan-kejahatan dalam kategori qishash ini kurang serius

dibanding yang pertama (hudud), namun lebih berat daripada yang berikutnya

23 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Dalam Pembangunan Nasional,

Bandung: Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran,

1976, hlm. 10.

24 Charles Himawan, The Foreign Investment Process in Indonesia, Jakarta: Gunung Agung,

1980, hlm. 13. Lihat juga CFG. Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia,

Bandung: Binacipta, 1982, hlm. 8.

Page 31: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

(ta‟zir). Sasaran dari kejahatan ini adalah integritas tubuh manusia, sengaja

atau tidak sengaja. Ia terdiri dari apa yang dikenal dalam hukum pidana

modern sebagai kejahatan terhadap manusia atau crimes against persons. Jadi,

pembunuhan dengan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, pembunuhan

karena kealpaan, penganiayaan, menimbulkan luka/sakit karena kelalaian,

masuk dalam kategori tindak pidana qishash ini.

Sebagaimana telah diketahui bahwa pembunuhan adalah perbuatan

yang dilarang keras oleh agama karena akibat yang ditimbulkan dari perbuatan

tersebut dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat. Perbuatan membunuh

itu sendiri pada dasarnya adalah merampas hak hidup orang lain dan

mendahului kehendak Allah, karena Dia-lah yang berhak membuat hidup dan

mati. Maka dalam menentukan sanksi dalam pembelaan terpaksa yang sudah

diatur dalam KUHP dan hukum Islam, harus dilihat seberapa jauh pembelaan

melampaui batas dilakukan, apakah unsur syarat pembelaan terpenuhi. Jika

tidak, maka harus dilihat dampak yang terjadi.

F. Metode Penelitian

Setiap penelitian selalu dihadapkan pada suatu penyelesaian yang

paling akurat, yang menjadi tujuan dari penelitian itu. Untuk mencapai tujuan

penelitian tersebut diperlukan suatu metode. Metode dalam sebuah penelitian

Page 32: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data

yang diperlukan.25

Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library

reseach). Sudut pandang yang digunakan bersifat kualitatif dengan pola

deskriptif,26

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji berbagai

sumber pustaka yang berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, yang

lebih jelasnya adalah membahas dan memahami dasar hukum pembelaan

terpaksa yang melampaui batas melalui kajian pustaka.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.27

Antara lain:

a. Data Primer

Merupakan karya yang langsung diperoleh dari tangan pertama

(langsung dari sumbernya) yang terkait dengan thema penting ini.

Jadi, merupakan data pokok untuk mengumpulkan data kajian.

25 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. ke-4, 2000,

hlm. 9.

26 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm.105, secara

harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk membuat pencandraan

mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam cara deskriptif, peneliti tidak perlu mencari

dan menerangkan saling hubungan akumulasi data kasar, mentes hipotesis, membuat ramalan, walaupun hal-hal tersebut dapat juga menjadi cakupan dalam metode deskriptif, dengan kata lain,

laporan penelitian berisi kutipan data untuk memberi gambaran penyajian dengan menganalisis

data tersebut. Lihat dalam Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta: Grafindo Persada, Cet.

ke-4, 1995, hlm. 10.

27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi), Jakarta:

Rineka Cipta, 1997, hlm. 102.

Page 33: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Seperti: Kitab at-Tasyri‟ al-Jinaiy al-Islamy karya Abdul Qadir

Audah dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku yang

berhubungan dengan objek penelitian, skripsi, buku-buku, artikel,

jurnal penelitian, tesis dan peraturan perundang-undangan atau data

yang berasal dari orang kedua artinya data merupakan interpretasi

dari seorang penulis terhadap karya seseorang. Seperti: Asas-Asas

Hukum Pidana Islam oleh Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum

Pidana Indonesia oleh Moeljatno, Hukum Pidana Islam, karya

Ahmad Wardi Muslih dan buku-buku lain yang relevan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sesuai dengan penelitian ilmiah menggunakan

teknik tertentu. Teknik pengumpulan data dalam kajian ini diistilahkan

dengan instrumen penelitian antara lain dengan cara:

Dokumentasi (Documentation),dilakukan dengan cara pengumpulan

beberapa informasi pengetahuan, fakta dan data. Sebagai bahan tambahan

informasi mengenai Tinjauan Hukum Islam terhadap Pembelaan terpaksa

melampaui batas dalam tindak pidana pembunuhan yang diperoleh dari

perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, website, publikasi, dan

hasil penelitian.28

Kemudian dari sumber-sumber yang ada, baik primer

28 Zainuddin Ali, op.cit, hlm. 106

Page 34: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

maupun skunder akan diuji kredibilitasnya untuk mendapatkan data yang

benar-benar akurat.

4. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis

normatif, yaitu dengan mengambil beberapa aturan atau ketentuan yang

ada mengenai delik pembunuhan maupun tentang pembelaan terpaksa

yang bersumber dari hukum pidana Islam dan hukum pidana positif.

Kemudian menjelaskan teks-teks yang memerlukan penjelasan, terutama

dalam hukum pidana Islam

5. Metode Analisis Data

Adalah upaya yang dilakukan untuk mencari dan menata secara sistematis

hasil dari data yang sudah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman

penulis tentang kasus yang diteliti. Metode analisis ini digunakan untuk

menganalisis data yang berhasil dihimpun, karena kajian ini bersifat

literatur murni, maka analisis yang digunakan adalah analisis isi (content

analisis) dengan pendekatan Induktif yang merupakan pengambilan

kesimpulan dari pernyataan yang bersifat khusus ke pernyataan yang

bersifat umum29

, metode ini penulis gunakan untuk menganalisis pasal 49

ayat 1 dan 2 tentang pembelaan terpaksa yang melebihi batas dan delik

pembunuhan ditinjau dalam hukum Islam.

29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi Revisi, Bandung: Remaja Roesda

Karya, 2006, hlm.10

Page 35: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini, dibagi menjadi lima bab,

sebagai berikut ::

BAB I Pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Kerangka Teori, Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian

dan Sistematika penulisan.

BAB II Memberi gambaran secara sederhana tentang pembunuhan dalam

ruang lingkup hukum pidana Islam dan hukum Positif. Pembahasan ini akan

dimulai dengan pendefisian mengenai delik pembunuhan dilanjutkan dengan

pemaparan tentang pembagian atau ruang lingkup delik pembunuhan juga

dijelaskan mengenai sanksi hukuman bagi pelaku tindak pidana pembunuhan.

BAB III Penulis menguraikan tentang Pembelaan terpaksa melampaui

batas dalam hukum pidana Islam dan hukum positif. Pembahasan ini juga

meliputi Pengertian Pembelaan Melampui Batas dan Batasannya, Macam-

Macam Pembelaan, Syarat Pembelaan, Alasan penghapus hukuman dalam

Pertanggung Jawaban Pidana.

BAB IV Merupakan bab yang berisi kajian Analisis masalah Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Pembelaan Terpaksa melampaui Batas dalam Tindak

pidana Pembunuhan.

BAB V merupakan penutup yang terdiri dari; kesimpulan yang merupakan

jawaban atas permasalahan yang ada, serta saran-saran sebagai rekomendasi

untuk kajian lebih lanjut dan lampiran-lampiran.

Page 36: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

BAB II

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDANA

ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

A. Ketentuan Tindak Pidana Pembunuhan Menurut Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan dalam Islam

Pembunuhan secara etimologi, merupakan bentuk masdar , dari fi‟il

madhi yang artinya membunuh. Dalam Bahasa Arab ألقتل berasal dari kata

.yang artinya membunuh يقتل – قتل1 Adapun secara terminologi, sebagaimana

dikemukakan oleh Wahbah az-Zuhaili, pembunuhan didefinisikan sebagai

suatu perbuatan mematikan atau perbuatan seseorang yang dapat

menghancurkan bangunan kemanusiaan.2 Sedangkan menurut Abdul Qadir

„Audah, pembunuhan didefinisikan sebagai suatu tindakan seseorang untuk

menghilangkan nyawa, menghilangkan ruh atau jiwa orang lain.3 Definisi lain

yang dinyatakan oleh Amir Syaifuddin, bahwa yang dimaksud pembunuhan

adalah tindakan menghilangkan nyawa seseorang yang merupakan perbuatan

yang dilarang oleh Allah dan Nabi karena merupakan satu sendi kehidupan.4

1 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hida Karya Agung, 1989, hlm.

331. 2 Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid VI, Damaskus: Dar al-Fikr, Cet.

ke-3, 1989, hlm. 217.

3 Abdul Qadir „Audah, at-Tasyri‟i al-Jina‟i al-Islami Jilid II, Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi,

t.t., hlm.6, Pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dan atau beberapa

orang yang mengakibatkan seseorang atau beberapa orang meninggal dunia. Lihat dalam

Zainuddin Ali, op.cit, hlm. 24.

4 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hlm.258.

Page 37: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan termasuk ke dalam jaraim

qihsash (tindakan pidana yang bersanksikan hukum qishash), yaitu tindakan

kejahatan yang membuat jiwa atau bukan jiwa menderita musibah dalam

bentuk hilangnya nyawa, atau terpotong organ tubuhnya.5

Manusia selalu memiliki hak-hak dasar (basic rights) yaitu: hak untuk

hidup tanpa ada perasaan takut dilukai atau dibunuh orang lain, hak

kebebasan, hak untuk memilih agama (kepercayaan) dan lain-lain.6

Membunuh merupakan unsur utama dari unsur-unsur kejahatan, yaitu

mengambil hak hidup. Jadi, dapat disimpulkan pengertian pembunuhan

adalah, "menghilangkan nyawa, dilakukan oleh manusia yang

bertanggungjawab atas perbuatannya". Itulah definisi yang dianggap suatu

kejahatan yang mewajibkan untuk menerapkan sanksi qishash.7

2. Klasifikasi Delik Pembunuhan Menurut Hukum Pidana Islam

Pada dasarnya delik pembunuhan terklasifikasi menjadi dua golongan,

yaitu:

5 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Jilid II, Kairo: Dar ad-Diyan li at-Turas, Cet. ke-2, 1990, hlm. 263.

6 Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan Kewarga Negaraan;

Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, tim penyusun, A. Ubaidilla (et al.), Jakarta: IAIN

Press, 2000, hlm. 207.

7 Mahmud Syaltut, Islam Aqidah wa Syari‟ah, Kairo: Dar al-Syuruq, 1980, hlm. 356. Oleh

karena itu Mahmud Syaltut menjelaskan tidak termasuk kriteria pembunuhan apabila pembunuhan

itu dilakukan bukan pada nyawa manusia, membunuh yang belum jelas hidupnya, menghilangkan

nyawa orang yang pasti hidup, akan tetapi belum tentu hidup, seperti orang yang sedang sekarat

karena pembunuhan sebelumnya, hilang nyawa manusia karena bukan perbuatan manusia sama

sekali (mati sampai ajal), hilangnya nyawa manusia, sebab bukan perbuatan manusia dan tidak ada

campur tangan, membunuh manusia oleh orang yang tidak bisa bertanggung jawab, seperti anak-anak dan orang gila, sampai anak itu dewasa dan orang gila itu sembuh, kemudian menghilangkan

nyawa manusia dengan suatu tindakan yang biasanya tidak membunuh, seperti meremas dengan

jari dan lain-lain. Apabila seseorang membunuh di luar dari kriteria tersebut, maka pelaku

pembunuhan tersebut wajib di kenakan qishash, apabila tidak mendapatkan maaf dari keluarga

korban. Pembunuhan merupakan unsur dari kejahatan yang harus diberikan sanksi agar pelaku

tidak mengulanginya dan hak-hak manusia terlindungi

Page 38: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

1. Pembunuhan yang diharamkan; setiap pembunuhan karena ada unsur

permusuhan dan penganiayaan.

2. Pembunuhan yang dibenarkan; setiap pembunuhan yang tidak

dilatarbelakangi oleh permusuhan, misalnya pembunuhan yang

dilakukan oleh algojo dalam melaksanakan hukuman qishash.8

Adapun secara spesifik mayoritas ulama berpendapat bahwa tindak

pidana pembunuhan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1) Pembunuhan sengaja (qatl al- „amd)

Yaitu menyengaja suatu pembunuhan karena adanya permusuhan

terhadap orang lain dengan menggunakan alat yang pada umumnya

mematikan, melukai, atau benda-benda yang berat, secara langsung atau

tidak langsung (sebagai akibat dari suatu perbuatan), seperti menggunakan

besi, pedang, kayu besar, suntikan pada organ tubuh yang vital maupun

tidak vital (paha dan pantat) yang jika terkena jarum menjadi bengkak dan

sakit terus menerus sampai mati, atau dengan memotong jari-jari

seseorang sehingga menjadi luka dan membawa pada kematian. Atau

perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk

menghilangkan nyawa seseorang dengan menggunakan alat yang

dipandang layak untuk membunuh. Jadi matinya korban merupakan

bagian yang dikehendaki si pembuat jarimah.9

8 Wahbah az-Zuhaili, op.cit , hlm. 220.

9 Zainudin Ali, op. cit, hlm. 24. Adapun Amir Syaifudin mengemukakan bahwa

pembunuhan sengaja “qatl al amd” adalah pembunuhan yang terdapat unsur kesengajaan baik

dalam sasaran ataupun kesengajaan dalam alat yang digunakan. Dalam ajaran Islam, pembunuhan

yang dilakukan dengan sengaja terhadap orang yang dilindungi jiwanya, disamping dianggap

Page 39: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Al-Qur‟an dan As-Sunnah mengharamkan pembunuhan sengaja ini

secara tegas dan termasuk perbuatan haram sebagaimana Allah berfirman

dalam al-Qur‟an :

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”

Adapun unsur-unsur dalam pembunuhan sengaja yaitu :

a) Korban adalah orang yang hidup.

b) Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban.

c) Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban.

Dan unsur yang terpenting diantara ketiganya ialah pada unsur yang

ketiga, yaitu adanya niat si pelaku. Hal ini sangat penting karena niat

pelaku itu merupakan syarat utama dalam pembunuhan sengaja.11

Dan

masalah tersebut menjadi perbincangan para ulama karena niat itu terletak

dalam hati, sehingga tidak dapat diketahui. Dengan demikian akan ada

kesulitan dalam membuktikan bahwa seseorang melakukan pembunuhan

itu apakah dengan sengaja atau tidak. Oleh karena itu para fuqaha

sebagai suatu jarimah, juga merupakan dosa paling besar, Lihat dalam Syaifudin, op.cit, hlm.

259 10 QS. Al Isra (17): 33, Anak Nabi Adam yang pertama adalah Qabil. Orang pertama yang

menumpahkan darah yaitu dengan membunuh Habil. Menurut Imam Nawawi”Barang siapa yang

menciptakan keburukan, lalu diikuti oleh orang lain, maka ia turut mendapat dosa pelaku

setelahnya hingga hari Kiamat”

11 H.A. Djazuli, op.cit, hlm. 128-129, ”Setiap perbuatan adalah karena niatnyadan

bagi seseorang adalah apa yang diniatkannya”. Karena itu harus dibedakan antara

melawan hukum (al-ishyan), yang biasa terdapat pada jarimah kesengajaan (amdiyah) dan jarimah al khata’ (al-khata’) dengan kasad (maksud) melawan hukum (qasdul-ishyan) yang hanya terdapat pada jarimah kesengajaaan. Lihat juga dalam Ahmad

hanafi, op. cit, hlm. 159.

Page 40: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

mencoba mengatasi kesulitan ini dengan cara melihat alat yang digunakan

dalam pembunuhan itu.12

Sedangkan menurut as-Sayyid Sabiq, yang dimaksud pembunuhan

sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang mukallaf

kepada orang lain yang darahnya terlindungi, dengan memakai alat yang

pada umumnya dapat menyebabkan mati.13

Sedangkan menurut Abdul

Qodir „Audah, pembunuhan sengaja adalah perbuatan menghilangkan

nyawa orang lain yang disertai dengan niat membunuh, artinya bahwa

seseorang dapat dikatakan sebagai pembunuh jika orang itu mempunyai

kesempurnaan untuk melakukan pembunuhan. Jika seseorang tidak

bermaksud membunuh, semata-mata hanya menyengaja menyiksa, maka

tidak dinamakan dengan pembunuhan sengaja, walaupun pada akhirnya

orang itu mati. Hal ini sama dengan pukulan yang menyebabkan mati

(masuk dalam katagori syibh „amd).14

Menurut Imam syafi‟i dan pendapat

yang kuat dikalangan mazhab Hambali, dianggap sebagai pembunuhan

sengaja, selama ia dengan sengaja mengadakan perbuatannya dan

menghendaki pila hilangnya nyawa si korban.15

2) Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-

„amd)

Yaitu menyengaja suatu perbuatan aniaya terhadap orang lain,

dengan alat yang pada umumnya tidak mematikan, seperti memukul

12

Jaih Mubarok, op.cit, hlm. 10. 13 As-Sayyid Sabiq, op.cit, hlm. 435.

14 Abdul Qadir „Audah, op. cit, Jilid II, hlm.10.

15 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 171.

Page 41: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dengan batu kecil, tangan, pensil, atau tongkat yang ringan, dan antara

pukulan yang satu dengan yang lainnya tidak saling membantu,

pukulannya bukan pada tempat yang vital (mematikan), yang dipukul

bukan anak kecil atau orang yang lemah, cuacanya tidak terlalu

panas/dingin yang dapat mempercepat kematian, sakitnya tidak berat dan

menahun sehingga membawa pada kematian, jika tidak terjadi kematian,

maka tidak dinamakan qatl al-„amd, karena umumnya keadaan seperti itu

dapat mematikan. Atau perbuatan yang sengaja dilakukan oleh

seseorang kepada orang lain dengan tujuan mendidik,

misalnya: seorang guru memukulkan penggaris kepada kaki

seorang muridnya, tiba-tiba murid yang dipukul meninggal,

maka perbuatan tersebut dinamakan syibhu al amdi.16

Dalam pembunuhan semi sengaja ini17

, ada 2 (dua) unsur yang

berlainan, yaitu kesengajaan di satu sisi dan kesalahan disisi lain.

Perbuatan si pelaku untuk memukul si korban adalah disengaja, namun

akibat yang dihasilkan dari perbuatan tersebut sama sekali tidak diinginkan

pelaku.

Menurut Prof. H.A. Jazuli, ada 3 (tiga) dalam pembunuhan semi sengaja,

yaitu ;

a. Pelaku melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian.

16 Zainudin Ali, op. cit, hlm. 24. Hal ini sesuai dengan kaidah yang menyatakan bahwa

“Pembunuhan semi sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang

pada ghalibnya tidak mematikan”, lihat dalam, Jaih Mubarok, op. cit, hlm. 15.

17 Menurut Imam Syafi‟i, jika ia dengan sengaja mengadakan perbuatan dengan tidak

menghendaki hilangnya nyawa korban tapi ternyata hilangnya nyawa tetap terjadi meskipun pada

dasarnya perbuatan tersebut tidak membawa kematian, maka disebut pembunuhan semi sengaja.

Page 42: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

b. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan.

c. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan kematian

korban.18

3) Pembunuhan kesalahan (qatl al-khata‟)

Yaitu pembunuhan yang terjadi dengan tanpa adanya maksud

penganiayaan, baik dilihat dari perbuatan maupun orangnya. Misalnya

seseorang melempari pohon atau binatang tetapi mengenai manusia (orang

lain), kemudian mati.19

Menurut Sayid Sabiq, pembunuhan tidak sengaja

adalah ketidaksengajaan dalam kedua unsur, yaitu perbuatan dan akibat

yang ditimbulkannya, dalam pembunuhan tidak sengaja, perbuatan

tersebut tidak diniati dan akibat yang terjadipun sama sekali tidak

dikehendaki.20

Adapun unsur-unsur pembunuhan tidak sengaja yaitu ;

a) Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian

b) Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan

c) Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan

kematian korban.21

Dengan adanya pembunuhan, berarti ia telah melakukan pelanggaran

tindak pidana, dan apabila seseorang melakukan tindak pidana, maka ia

akan menerima konsekuensi (akibat) logis atas perbuatannya. Dalam

mengartikan pembunuhan, macam-macam pembunuhan dan lain-lainnya,

18 H.A. Djazuli, op.cit,. hlm. 132. 19 Zainudin Ali, loc. cit.

20 Haliman, Hukum Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus Sunnah, Jakarta: Bulan Bintang,

1972 , hlm. 152-153.

21 H.A. Djazuli, op.cit, hlm. 134-135.

Page 43: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

para ulama banyak yang berselisih pendapat. Adapun macam-macam

pembunuhan menurut Ibnu Hazm22

dan Imam Maliki itu hanya terbagi

kedalam dua macam yaitu, pembunuhan sengaja (Qatl 'Amd), yaitu suatu

perbuatan penganiayaan terhadap seseorang dengan maksud untuk

menghilangkan nyawanya, dan pembunuhan tidak sengaja (Qatl al-

Khata'), yaitu pembunuhan yang dilakukan karena kesalahan. Dalam jenis

pembunuhan ini ada tiga kemungkinan, yaitu:

1. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dengan tanpa maksud

melakukan kejahatan, tetapi mengakibatkan kematian seseorang;

kesalahan seperti ini disebut salah dalam perbuatan (error in

Concrito).

2. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat

membunuh seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh,

namun ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya sengaja

menembak musuh yang harus ditembak dalam peperangan, tetapi

ternyata kawan sendiri; kesalahan demikian disebut salah dalam

maksud (error in objecto).

22 Ibnu Hazm menolak pembunuhan sengaja salah (Qatl al-Khata'), seperti yang diungkapkan oleh ulama lain, lebih lanjut Ibnu Hazm berpendapat, bahwa pembunuhan sengaja salah adalah

pendapat fasid yang menyalahi Nas al-Qur'an dan sunnah, karena dalam al-Qur'an dan sunnah

sendiri tidak menerangkan sama sekali. Seperti macam pembunuhan yang dianut oleh Mazhab

Hanafi, Hambali dan Syafi'i, yang menambahkan adanya pembunuhan semi sengaja) syibhu al amdi), yaitu perbuatan penganiayaan terhadap seseorang tidak dengan maksud untuk

membunuhnya tetapi mengakibatkan kematian. Adapun dalam pembunuhan salah Ibnu Hazm

mengatakan, bahwa pembunuhan tersebut bukan suatu dosa, sebab suatu dosa itu yang dilarang

Allah, sedang kesalahan itu tidak dilarang Allah Karena kesalahan itu di luar kemampuan manusia.

Oleh karena itu, segala kesalahan diampuni Allah dan tidak berdosa bagi orang yang tersalah.

Page 44: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

3. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan, tetapi akibat

kelalaiannya dapat menimbulkan kematian, seperti seseorang terjatuh

dan menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga mati.23

Pendapat Ibnu Hazm di atas berdasar atas Firman Allah SWT:

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang

mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja)”24

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan

sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah

murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar

baginya.”25

Dalam ayat diatas Allah tidak menempatkan pembunuhan bagian

ketiga, yang terletak antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan tidak

sengaja.

Macam-macam pembunuhan menurut Mahmud Syaltut, pembunuhan

itu hanya terbagi kedalam dua macam yaitu, pembunuhan sengaja

(pembunuhan yang dilakukan karena unsur kesengajaan), dan pembunuhan

salah (Pembunuhan yang dilakukan karena unsur ketidaksengajaan yang

mengakibatkan kematian), adapun mengenai alat pembunuhan tidak dapat

diterapkan dalam pembunuhan karena dalam al-Qur'an dan hadis sahih pun

23 Ibid, hlm.123-124.

24 QS. An Nisa‟(4): 92.

25 QS. An Nisa‟ (4): 93.

Page 45: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

tidak menjelaskan alat yang digunakan dalam pembunuhan, akan tetapi hanya

menjelaskan macam-macam pembunuhan saja. Sedangkan mengenai alat

pembunuhan diserahkan kepada ketentuan yang berlaku di tengah-tengah

masyarakat itu sendiri.26

Mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dikatagorikan sebagai

tindak pidana pembunuhan yaitu27

:

a. Pembunuhan dengan muhaddad, yaitu seperti alat yang tajam, melukai,

dan menusuk badan yang dapat mencabik-cabik anggota badan.

Ulama Hanafiyah menjelaskan bahwa alat yang digunakan dalam

pembunuhan sengaja haruslah alat yang dapat melukai (Tajam) seperti

pisau, pedang, panah, tombak kayu dan lain-lain yang dapat

menghilangkan nyawa tanpa ada keraguan. Hal ini didasarkan atas

keharusan adanya keyakinan yang nyata bahwa hilangnya nyawa atau

kematian korban adalah suatu yang dikehendaki.

b. Pembunuhan dengan musaqqal, yaitu alat yang tidak tajam, seperti

tongkat dan batu. Mengenai alat ini fuqaha berbeda pendapat apakah

termasuk pembunuhan sengaja yang mewajibkan qishash atau syibh

„amd yang sengaja mewajibkan diat.

c. Pembunuhan secara langsung, yaitu pelaku melakukan suatu perbuatan

yang menyebabkan matinya orang lain secara langsung (tanpa

perantaraan), seperti menyembelih dengan pisau, menembak dengan

pistol, dan lain-lain.

26 Mahmud Syaltut, op. cit, hlm. 359.

27 Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, Jilid II, Beirut: Dar al-Fikr, Cet.

ke-2, 1981, hlm. 232.

Page 46: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

d. Pembunuhan secara tidak langsung (dengan melakukan sebab-sebab

yang dapat mematikan). Artinya dengan melakukan suatu perbuatan

yang pada hakikatnya (zatnya) tidak mematikan tetapi dapat menjadikan

perantara atau sebab kematian.

Adapun sebab-sebab yang mematikan itu ada tiga macam,28

yaitu :

1) Sebab Hissiy (perasaan/psikis) seperti paksaan untuk membunuh.

2) Sebab Syar‟iy, seperti persaksian palsu yang membuat terdakwa

terbunuh, keputusan hakim untuk membuat seseorang yang

diadilinya dengan kebohongan atau kelicikan (bukan karena

keadilan) untuk menganiaya secara sengaja.

3) Sebab „Urfiy, seperti menyuguhkan makanan beracun terhadap orang

lain yang sedang makan atau menggali sumur dan menutupinya

sehingga ada orang terperosok dan mati.

e. Pembunuhan dengan cara menjatuhkan ke tempat yang membinasakan,

seperti dengan melemparkan atau memasukkan ke kandang srigala,

harimau, ular dan lain sebagainya.

f. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan dan membakar.

g. Pembunuhan dengan cara mencekik.

h. Pembunuhan dengan cara meninggalkan atau menahannya tanpa

memberinya makanan dan minuman.

i. Pembunuhan dengan cara menakut-nakuti atau mengintimidasi.

Pembunuhan tidak hanya terjadi dengan suatu perbuatan fisik, karena

28 Ibid, hlm. 233.

Page 47: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

terjadi juga melalui perbuatan ma‟nawi yang berpengaruh pada psikis

seseorang, seperti menakut-nakti, mengintimidasi dan lain sebagainya.

3. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan

Sanksi pidana dalam hukum Islam disebut dengan al-'Uqubah yang

berasal dari kata عقب , yaitu sesuatu yang datang setelah yang lainnya,

maksudnya adalah bahwa hukuman dapat dikenakan setelah adanya

pelanggaran atas ketentuan hukum. 'Uqubah dapat dikenakan pada setiap

orang yang melakukan kejahatan yang dapat merugikan orang lain baik

dilakukan oleh orang muslim atau yang lainnya.29

Maksud adanya hukuman adalah untuk memelihara dan menciptakan

kemaslahatan manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang mafsadah karena

Islam itu sebagai Rahmat-an lil‟alamin,untuk memberi petunjuk dan pelajaran

kepada manusia.

Ada tiga bentuk sanksi pidana pembunuhan sengaja menurut hukum

pidana Islam, yaitu pertama, sanksi asli (pokok), berupa hukuman qishash,

kedua, sanksi pengganti, berupa diat dan ta‟zir, dan ketiga, sanksi

penyerta/tambahan, berupa terhalang memperoleh waris dan wasiat.30

a. Sanksi Asli/Pokok

29 Abdurrahman I Doi, Hukum Pidana Menurut Syari'at Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992,

hm. 6. Hukuman merupakan suatu cara pembebanan pertanggungjawaban pidana guna memelihara

ketertiban dan ketentraman masyarakat. Dengan kata lain hukuman dijadikan sebagai alat penegak

untuk kepentingan masyarakat, Lihat dalam Ahmad Hanafi, op.cit, hlm. 55. Dengan demikian hukuman yang baik adalah harus mampu mencegah dari perbuatan maksiat, baik mencegah

sebelum terjadinya perbuatan pidana maupun untuk menjerakan pelaku setelah terjadinya jarimah

tersebut. Dan besar kecilnya hukuman sangat tergantung pada kebutuhan kemaslahatan

masyarakat, jika kemaslahatan masyarakat menghendaki diperberat maka hukuman dapat

diperberat begitu pula sebaliknya, Lihat dalam, H.A. Jazuli, op.cit, hlm. 26-27.

30 Wahbah az-Zuhaili, op.cit, Jilid VI, hlm. 261.

Page 48: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Sanksi pokok bagi pembunuhan sengaja yang telah dinaskan dalam al-

Qur‟an dan al-Hadis adalah qishash. Hukuman ini disepakati oleh para ulama.

Bahkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa pelaku pembunuhan sengaja

harus diqishash (tidak boleh diganti dengan harta), kecuali ada kerelaan dari

kedua belah pihak. Ulama Syafi‟iyah menambahkan bahwa di samping

qishash, pelaku pembunuhan juga wajib membayar kifarah.

Qishash diakui keberadaannya oleh al-Qur‟an, as-Sunnah, Ijma‟

ulama, demikian pula akal memandang bahwa disyari‟atkannya qishash

adalah demi keadilan dan kemaslahatan.31

Hal ini ditegaskan al-Qur‟an dalam

sebuah ayat;

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup

bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”32

Adapun beberapa syarat yang diperlukan untuk dapat dilaksanakan

qishash33

, yaitu :

a. Syarat-syarat bagi pembunuh

Ada 3 syarat, yaitu :

1. pembunuh adalah orang mukallaf (balig dan berakal), maka

tidaklah diqishash apabila pelakunya adalah anak kecil atau

orang gila, karena perbuatannya tidak dikenai taklif. Begitu

juga dengan orang yang tidur/ayan, karena mereka tidak punya

niat atau maksud yang sah.

31 Ibid, hlm. 264.

32 QS. Al Baqarah (2): 179.

33 Wahbah az-Zuhaili, op.cit, Jilid VI, hlm. 297.

Page 49: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

2. Bahwa pembunuh menyengaja perbuatannya.

3. Pembunuh mempunyai kebebasan bukan dipaksa, artinya jika

membunuhnya karena terpaksa, maka menurut Hanafiyah tidak

diqishash, tetapi menurut Jumhur tetap diqishash walaupun

dipaksa.

b. Syarat-syarat bagi yang terbunuh (korban)

Juga ada 3, yaitu :

1. Korban adalah orang yang dilindungi darahnya. Adapun orang

yang dipandang tidak dilindungi darahnya adalah kafir harbi,

murtad, pezina muhsan, dan pemberontak, jika orang muslim

atau zimmy membunuh mereka, maka hukum qishash tidak

berlaku.

2. Bahwa korban bukan anak/cucu pembunuh (tidak ada

hubungan bapak dan anak), tidak diqishash ayah/ibu,

kakek/nenek yang membunuh anak/cucunya sampai derajat ke

bawah

3. Korban derajatnya sama dengan pembunuh dalam islam dan

kemerdekaanya, pernyataan ini dikemukakan oleh Jumhur

(selain Hanafiyah). Dengan ketentuan ini, maka tidak diqishash

seorang Islam yang membunuh orang kafir, orang merdeka

yang membunuh budak dll.

c. Syarat-syarat bagi perbuatannya

Page 50: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Hanafiyah mensyaratkan, untuk dapat dikenakan qishash,

tindak pidana pembunuhan yang dimaksud harus tindak pidana

langsung, bukan karena sebab tertentu. Jika tidak langsung maka hanya

dikenakan hukuman membayar diat. Sedangkan Jumhur tidak

mensyaratkan itu, baik pembunuhan langsung atau karena sebab,

pelakunya wajib dikenai qishash, karena keduanya berakibat sama.34

d. Syarat-syarat bagi wali korban

Menurut Hanafiyah, wali korban yang berhak untuk

mengqishash haruslah orang yang diketahui identitasnya. Jika tidak,

maka tidak wajib diqisas. Karena tujuan dari diwajibkannya qishash

adalah pengukuhan dari pemenuhan hak. Sedangkan pembunuhan hak

dari orang yang tidak diketahui identitasnya akan mengalami kesulitan

dalam pelaksanaannya.

Qishash wajib dikenakan bagi setiap pembunuh, kecuali jika

dimaafkan oleh wali korban. Para ulama mazhab sepakat bahwa sanksi yang

wajib bagi pelaku pembunuhan sengaja adalah qishash.35

Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh” 36

34Abdul Qodir „Audah, op.cit, hlm.132.

35 Wahbah az-Zuhaili, op.cit, hlm. 276.

36 QS. Al Baqarah (2): 178.

Page 51: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Hanabilah berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku pembunuhan

tidak hanya qishash, tetapi wali korban mempunyai dua pilihan, yaitu; mereka

menghendaki qishash, maka dilaksanakan hukum qishash, tapi jika

menginginkan diat, maka wajiblah pelaku membayar diat.

Hukum qishash menjadi gugur dengan sebab-sebab sebagai berikut:

a. Matinya pelaku kejahatan

Kalau orang yang akan menjalani qishash telah mati terlebih

dahulu, maka gugurlah qishash atasnya, karena jiwa pelakulah yang

menjadi sasarannya. Pada saat itu diwajibkan ialah membayar diat

yang diambil dari harta peninggalannya, lalu diberikan kepada wali

korban si terbunuh. Pendapat ini mazhab Imam Ahmad serta salah satu

pendapat Imam asy-Syafi‟i. Sedangkan menurut Imam Malik dan

Hanafiyah tidak wajib diat, sebab hak dari mereka (para wali) adalah

jiwa, sedangkan hak tersebut telah tiada. Dengan demikian tidak ada

alasan bagi para wali menuntut diat dari harta peninggalan si

pembunuh yang kini telah menjadi milik para ahli warisnya.

b. Adanya ampunan dari seluruh atau sebagian wali korban dengan syarat

pemberi maaf itu sudah balig dan tamyiz.

c. Telah terjadi sulh (rekonsiliasi) antara pembunuh dengan wali korban

d. Adanya penuntutan qishash

b. Sanksi Pengganti

1) Diat

Page 52: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Diat dikhususkan sebagai pengganti jiwa atau yang semakna

dengannya; artinya pembayaran diat itu terjadi karena berkenaan dengan

kejahatan terhadap jiwa/nyawa seseorang. Sedangkan diat untuk anggota

badan disebut „Irsy.37

Dalil disyari‟atkannya diat adalah:

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang

mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja) dan

barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia

memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat.”38

Pada mulanya pembayaran diat menggunakan unta, tapi jika unta sulit

ditemukan maka pembayarannya dapat menggunakan barang lainnya, seperti

emas, perak, uang, baju dan lain-lain yang kadar nilainya disesuaikan dengan

unta.

Menurut kesepakatan ulama, yang wajib adalah 100 ekor unta bagi

pemilik unta, 200 ekor sapi bagi pemilik sapi, 2.000 ekor domba bagi pemilik

domba, 1.000 dinar bagi pemilik emas, 12.000 dirham bagi pemilik perak dan

200 setel pakaian untuk pemilik pakaian.39

Sedangkan diat itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu diat mugallazah

dan diat mukhaffafah. Adapun diat mugallazah menurut jumhur dibebankan

kepada pelaku pembunuhan sengaja dan menyerupai pembunuhan sengaja.

37 Abdul Qodir „Audah, op. cit, hlm. 298.

38 QS. An Nisa‟ (4): 92.

39As-Sayyid Sabiq, op. cit, 552-553.

Page 53: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Sedangkan menurut Malikiyah, dibebankan kepada pelaku pembunuhan

sengaja apabila waliyuddam menerimanya dan kepada bapak yang membunuh

anaknya.40

Jumlah diat mugallazah apabila dirinci dari 100 ekor unta tersebut adalah

sebagai berikut :

a. 30 ekor unta hiqqah (unta berumur 4 tahun)

b. 30 ekor unta jad‟ah (unta berumur 5 tahun)

c. 40 ekor unta khalifah (unta yang sedang mengandung)

Adapun diat mukhaffafah itu dibebankan kepada „aqilah

(wali/keluarga pembunuh) pelaku pembunuhan kesalahan dan dibayarkan

dengan diangsur selama kurun waktu tiga tahun, dengan jumlah diat 100 ekor

unta, yaitu :

a. 20 ekor unta bintu ma‟khad (unta betina berumur 2 tahun)

b. 20 ekor unta ibnu ma‟khad (unta jantan berumur 2 tahun)

c. 20 ekor bintu labin (unta betina berumur 3 tahun)

d. 20 ekor unta hiqqah dan,

e. 20 ekor unta jad‟ah.

Jadi diat pembunuhan sengaja adalah diat mugallazah yang

dikhususkan pembayarannya oleh pelaku pembunuhan, dan dibayarkan secara

kontan. Sedangkan diat pembunuhan syibh „amd adalah diat yang

pembayarannya tidak hanya pada pelaku, tetapi juga kepada „aqilah, dan

dibayarkan secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

40 Wahbah az-Zuhaili, op. cit, hlm. 304.

Page 54: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Jumhur ulama berpendapat bahwa diat pembunuhan sengaja harus

dibayar kontan dengan hartanya karena diat merupakan pengganti qishash.

Jika qishash dilakukan sekaligus maka diat penggantinya juga harus secara

kontan dan pemberian tempo pembayaran merupakan suatu keringanan,

padahal „amid41

pantas dan harus diperberat dengan bukti diwajibkannya

„amid membayar diat dengan hartanya sendiri bukan dari „aqilah, karena

keringanan (pemberian tempo) itu hanya berlaku bagi „aqilah.42

Para ulama sepakat bahwa diyat pembunuhan sengaja dibebankan pada

para pembunuh dengan hartanya sendiri. „Aqilah tidak menanggungnya karena

setiap manusia dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya dan tidak

dapat dibebankan kepada orang lain.

Hal ini berdasarkan firman Allah swt.

“tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”43

2) Ta’zir

Hukuman ini dijatuhkan apabila korban mamaafkan pembunuh secara

mutlak. Artinya seorang hakim dalam pengadilan berhak untuk memutuskan

pemberian sanksi bagi terdakwa untuk kemaslahatan. Karena qishash itu di

samping haknya korban, ia juga merupakan haknya Allah, dan hak masyarakat

41 Yaitu orang yang melakukan pembunuhan sengaja

42 Wahbah az-Zuhaili, op. cit, hlm. 307.

43 QS. At Tur (52): 21.

Page 55: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

secara umum. Adapun bentuk ta‟zirannya sesuai dengan kebijaksananaan

hakim.

c. Sanksi Penyerta/Tambahan

Sanksi ini berupa terhalangnya para pembunuh untuk mendapatkan

waris dan wasiat. Ketetapan ini dimaksudkan untuk sadd az-zara‟i; agar

seseorang tidak tamak terhadap harta pewaris sehingga menyegerakannya

dengan cara membunuh, selain itu ada juga hukuman lain yaitu membayar

kifarah, sebagai pertanda bahwa ia telah bertaubat kepada Allah. Kifarah

tersebut berupa memerdekakan seorang hamba sahaya yang mu‟min. Jika

tidak bisa, maka diwajibkan puasa selama dua bulan berturut-turut. Hal ini

dinyatakan dalam firman Allah swt.,

“Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan

kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang

beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si

pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat

dari pada Allah”44

Adapun hukuman yang dikenakan untuk masing-masing pembunuhan

sebagaimana yang telah ditetapkan ;

1) Pembunuhan Sengaja

Dalam hukum Islam hukuman pokok bagi pembunuhan sengaja

adalah qishash, yaitu dibunuh kembali. Hal ini berdasarkan firman Allah:

44 QS. An Nisa‟(4): 92.

Page 56: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh”45

Sebagai hukuman pokok, qishash mempunyai hukuman pengganti,

yaitu apabila keluarga korban menghapuskan hukuman pokok ini, qishash

pun tidak dapat dijatuhkan dan digantikan dengan hukuman diat.46

Diat pun jika seandainya dima‟afkan dapat dihapuskan dan sebagai

penggantinya, hakim menjatuhkan hukuman ta‟zir. Jadi, qishash sebagai

hukuman pokok mempunyai dua hukuman pengganti, yaitu diat dan ta‟zir.

2) Pembunuhan tidak sengaja

Hukuman pokok pada pembunuhan tidak sengaja atau pembunuhan

kesalahan adalah diat ringan dan kaffarah. Hukuman penggantinya adalah

puasa dan ta‟zir dan hukuman tambahannya adalah hilangnya hak waris dan

hak mendapat warisan.47

3) Pebunuhan semi sengaja

Hukuman pokok pembunuhan semi sengaja adalah diyat dan kaffarat,

sedang hukuman penggantinya adalah puasa dan ta‟zir dan hukuman

tambahannya adalah terhalangnya menerima warisan dan wasiat. Hukuman

qishash gugur kecuali dengan penyebab yang jelas. Karena secara realitas,

45 QS. al-Baqarah (2): 178.

46 Diat yaitu pembunuh harus membayar denda sejumlah 100 ekor unta atau 200 ekor sapi

atau 1.000 ekor kambing, atau bentuk lain seperti uang senilai harganya. Diat tersebut diserahkan

kepada pihak keluarga korban, jika keluarga memaafkan maka harus ditentukan apakah dengan syarat atau tanpa syarat, lihat dalam Zainudin Ali, hlm. 35. dan Muhammad Amin Suma, dkk, hlm.

95

47

Pelaku pembunuhan tidak sengaja, pihak keluarga diberika pilihan yaitu antara membayar

diat, membayar kifarah (memerdekakan budak mukmin), atau jika tidak mampu maka pelaku

pembunuhan diberi hukuman moral yaitu berpuasa selama dua bulan berurut-urut, lihat dalam

Zainudin Ali, op. cit, hlm. 35.

Page 57: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

pelaku sengaja memukul tetapi tidak sengaja membunuh sehingga diwajibkan

untuk membayar diat mugalladzah.48

B. Tindak Pidana Pembunuhan dalam KUHP

1. Pengertian dan macam-macam pembunuhan

Pembunuhan secara terminologi adalah perkara membunuh, perbuatan

membunuh.49

Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan adalah

kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain.50

Dari definisi tersebut, maka tindak pidana pembunuhan dianggap

sebagai delik material bila delik tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya

dengan timbulnya akibat yang dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh

Undang-undang.

Dalam KUHP, ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang

ditujukan terhadap nyawa orang lain diatur dalam buku II bab XIX, yang

terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal 350.

2. Klasifikasi Delik Pembunuhan Menurut Hukum Pidana Positif

Bentuk kesalahan tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain ini

dapat berupa sengaja (dolus) dan tidak sengaja (alpa). Kesengajaan (dolus)

adalah suatu perbuatan yang dapat terjadi dengan direncanakan terlebih dahulu

atau tidak direncanakan. Tetapi yang penting dari suatu peristiwa itu adalah

adanya ”niat” yang diwujudkan melalui perbuatan yang dilakukan sampai

48 As-Sayyid Sabiq, op. cit, hlm.400, atau membayar denda berupa unta yang sudah dewasa.

Lihat juga dalam Muhammad Amin Suma, dkk, op. cit, hlm. 95

49 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. ke-5,

1982, hlm. 169.

50 P.A.F. Lamintang, Delik-delik Khusus, Bandung: Bina Cipta, Cet. ke-1, 1986, hlm. 1.

Page 58: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

selesai. Berdasarkan unsur kesalahan, tindak pidana pembunuhan dapat

dibedakan menjadi:

1). Pembunuhan yang di lakukan dengan sengaja.

a) Pembunuhan Biasa

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan

tindak pidana dalam bentuk pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm),

yaitu delik yang telah dirumuskan secara lengkap dengan semua unsur-

unsurnya.51

Adapun rumusan Pasal 338 KUHP adalah:

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,

karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas

tahun”.

Sedangkan Pasal 340 KUHP menyatakan:

“Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu

merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan

rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup

atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”

Pada pembunuhan biasa ini, Pasal 338 KUHP menyatakan bahwa

pemberian sanksi atau hukuman pidananya adalah pidana penjara paling lama

lima belas tahun. Di sini disebutkan “paling lama” jadi tidak menutup

kemungkinan hakim akan memberikan sanksi pidana kurang dari lima belas

tahun penjara.52

Dari ketentuan dalam Pasal tersebut, maka unsur-unsur dalam

pembunuhan biasa adalah sebagai berikut :

51 Ibid, hlm. 17.

52 Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP (dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung

dan Hoge Raad), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 209-210. Lihat juga dalam

Muhahammad Amin Suma, op. cit, hlm.144-145

Page 59: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

a. Unsur subyektif : perbuatan dengan sengaja

“Dengan sengaja” (Doodslag) artinya bahwa perbuatan itu harus disengaja

dan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja

(opzet/dolus) yang dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan sengaja yang

telah terbentuk tanpa direncanakan terlebih dahulu, sedangkan yang dimaksud

sengaja dalam Pasal 340 adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk

menghilangkan nyawa orang lain yang terbentuk dengan direncanakan terlebih

dahulu (Met voorbedachte rade).53

b. Unsur obyektif : perbuatan menghilangkan, nyawa, dan orang lain.

Unsur obyektif yang pertama dari tindak pembunuhan, yaitu :

“menghilangkan”, unsur ini juga diliputi oleh kesengajaan; artinya pelaku

harus menghendaki, dengan sengaja, dilakukannya tindakan menghilangkan

tersebut, dan ia pun harus mengetahui, bahwa tindakannya itu bertujuan untuk

menghilangkan nyawa orang lain.

Berkenaan dengan “nyawa orang lain” maksudnya adalah nyawa orang

lain dari si pembunuh. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak

menjadi soal, meskipun pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak/ibu

sendiri, termasuk juga pembunuhan yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP.

Dari pernyataan ini, maka undang-undang pidana kita tidak mengenal

ketentuan yang menyatakan bahwa seorang pembunuh akan dikenai sanksi

yang lebih berat karena telah membunuh dengan sengaja orang yang

53 P.A.F. Lamintang, op. cit, hlm. 30-31.

Page 60: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

mempunyai kedudukan tertentu atau mempunyai hubungan khusus dengan

pelaku.54

Berkenaan dengan unsur nyawa orang lain juga, melenyapkan nyawa

sendiri tidak termasuk perbuatan yang dapat dihukum, karena orang yang

bunuh diri dianggap orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat dipertanggung

jawabkan.55

b) Pembunuhan Dengan Pemberatan (Gequalificeerde Doodslag)

Hal ini diatur Pasal 339 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :

“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan

dan yang dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu, jika

tertangkap tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya

daripada hukuman, atau supaya barang yang didapatkannya dengan

melawan hukum tetap ada dalam tangannya, dihukum dengan hukuman

penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh

tahun.”

Perbedaan dengan pembunuhan Pasal 338 KUHP ialah : “diikuti, disertai,

atau didahului oleh kejahatan”.

Kata “diikuti” (gevold) dimaksudkan diikuti kejahatan lain. Pembunuhan

itu dimaksudkan untuk mempersiapkan dilakukannya kejahatan lain.

Misalnya : Seorang yang sakit hati ingin melakukan pembunuhan terhadap

Bupati; tetapi karena Bupati dikawal oleh seorang bodyguard/

pengawal, maka orang yang sakit hati tadi lebih dahulu

menembak pengawalnya, baru kemudian membunuh Bupati.

54 Ibid, hlm. 35.

55 M. Sudradjat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP, Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. ke-2, 1986, hlm. 122.

Page 61: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Kata “disertai” (vergezeld) dimaksudkan, disertai kejahatan lain; pembunuhan

itu dimaksudkan untuk mempermudah terlaksananya kejahatan lain itu.

Misalnya : Seorang pencuri ingin melakukan kejahatan dengan cara

membongkar sebuah bank. Karena bank tersebut ada penjaganya,

maka pencuri tersebut lebih dahulu membunuh penjaganya.

Kata “didahului” (voorafgegaan) dimaksudkan didahului kejahatan lainnya

atau menjamin agar pelaku kejahatan tetap dapat menguasai barang-barang

yang diperoleh dari kejahatan.

Misalnya : Seorang perampok melarikan barang yang dirampok. Untuk

menyelamatkan barang yang dirampok tersebut, maka perampok

tersebut menembak polisi yang mengejarnya.56

Unsur-unsur dari tindak pidana dengan keadaan-keadaan yang

memberatkan dalam rumusan Pasal 339 KUHP itu adalah sebagai berikut :

a. Unsur subyektif : 1) dengan sengaja

2) dengan maksud

b. Unsur obyektif : 1) menghilangkan nyawa orang lain

2) diikuti, disertai, dan didahului dengan tindak pidana

lain

3) untuk menyiapkan/memudahkan pelaksanaan dari

tindak pidana yang akan, sedang atau telah

dilakukan

56 Leden Marpaung, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik), Jakarta: Sinar

Grafika, 1991, hlm. 30. Lihat juga dalam Muhammad Amin Suma, op. cit, hlm.152-153

Page 62: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

4) untuk menjamin tidak dapat dipidananya diri sendiri

atau lainnya (peserta) dalam tindak pidana yang

bersangkutan

5) untuk dapat menjamin tetap dapat dikuasainya benda

yang telah diperoleh secara melawan hukum, dalam

ia/ mereka kepergok pada waktu melaksanakan

tindak pidana.57

Unsur subyektif yang kedua “dengan maksud” harus diartikan sebagai

maksud pribadi dari pelaku; yakni maksud untuk mencapai salah satu tujuan itu

(unsur obyektif), dan untuk dapat dipidanakannya pelaku, seperti dirumuskan

dalam Pasal 339 KUHP, maksud pribadi itu tidak perlu telah terwujud/selesai,

tetapi unsur ini harus didakwakan oleh Penuntut Umum dan harus dibuktikan

di depan sidang pengadilan.

Sedang unsur obyektif yang kedua, “tindak pidana” dalam rumusan

Pasal 339 KUHP, maka termasuk pula dalam pengertiannya yaitu semua jenis

tindak pidana yang (oleh UU) telah ditetapkan sebagai pelanggaran-

pelanggaran dan bukan semata-mata jenis-jenis tindak pidana yang

diklasifikasikan dalam kejahatan-kejahatan. Sedang yang dimaksud dengan

“lain-lain peserta” adalah mereka yang disebutkan dalam Pasal 55 dan 56

KUHP, yakni mereka yang melakukan (pleger), yang menyuruh melakukan

(doenpleger), yang menggerakkan/membujuk mereka untuk melakukan tindak

57 P.A.F. Lamintang, op. cit, hlm. 37.

Page 63: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

pidana yang bersangkutan (uitlokker), dan mereka yang membantu/turut serta

melaksanakan tindak pidana tersebut (medepleger).58

Jika unsur-unsur subyektif atau obyektif yang menyebabkan

pembunuhan itu terbukti di Pengadilan, maka hal itu memberatkan tindak

pidana itu, sehingga ancaman hukumannya pun lebih berat dari pembunuhan

biasa, yaitu dengan hukuman seumur hidup atau selama-lamanya dua puluh

tahun. Dan jika unsur-unsur tersebut tidak dapat dibuktikan, maka dapat

memperingan atau bahkan menghilangkan hukuman.

Pada pembunuhan dalam Pasal 339 KUHP merupakan suatu bentuk

khusus pembunuhan yang diperberat. Dalam pembunuhan yang diperberat ini

terdapat 2 (dua) macam tindak pidana sekaligus, yaitu pembunuhan biasa dan

tindak pidana lain. Dalam Pasal 339 KUHP ini, ancaman pidananya adalah

pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua

puluh tahun. Sanksi pidana pada pembunuhan ini termasuk relatif berat

dibandingkan dengan pembunuhan biasa yang diatur dalam Pasal 338 KUHP,

karena dalam perbuatan ini terdapat dua delik sekaligus.

c) Pembunuhan Berencana (Moord)

Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang menyebutkan

sebagai berikut :

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan

terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur

58 Ibid, hlm. 36. Lihat juga Chidir Ali, Responsi Hukum Pidana: Penyertaan dan Gabungan

Tindak Pidana, Bandung: Armico, 1985, hlm. 9.

Page 64: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh

tahun.”

Dari rumusan tersebut, maka unsur-unsur pembunuhan berencana adalah

sebagai berikut :

a. Unsur subyektif, yaitu dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terlebih

dahulu

b. Unsur obyektif, yaitu menghilangkan nyawa orang lain.59

Jika unsur-unsur di atas telah terpenuhi, dan seorang pelaku sadar dan

sengaja akan timbulnya suatu akibat tetapi ia tidak membatalkan niatnya, maka

ia dapat dikenai Pasal 340 KUHP.

Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada

pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan merupakan

pembunuhan dengan ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di mana

sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa lainnya,

yang menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan terlebih

dahulu. Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana pembunuhan

berencana juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu

tertentu paling lama dua puluh tahun.

d) Pembunuhan yang Dilakukan dengan Permintaan yang Sangat dan

Tegas oleh Korban Sendiri.

Jenis kejahatan ini mempunyai unsur khusus, atas permintaan yang

tegas (uitdrukkelijk) dan sungguh-sungguh /nyata (ernstig).60

Tidak cukup

59 P.A.F. Lamintang, op. cit, hlm. 44.

Page 65: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

hanya dengan persetujuan belaka, karena hal itu tidak memenuhi perumusan

Pasal 344 KUHP:

“barangsiapa yang merampas jiwa orang lain atas permintaan

yang sangat tegas dan sungguh-sungguh, orang itu dipidana dengan penjara

paling tinggi dua belas tahun ”

2) Pembunuhan tidak sengaja.

Tindak pidana yang dilakukan dengan tidak sengaja merupakan bentuk

kejahatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh pelaku. Kejahatan ini diatur

dalam Pasal 359 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut :

“Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang

lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan

paling lama satu tahun.”

Terhadap kejahatan yang melanggar Pasal 359 KUHP ini ada dua

macam hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap pelakunya yaitu berupa

pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu

tahun.

Ketidaksengajaan (alpa) adalah suatu perbuatan tertentu terhadap

seseorang yang berakibat matinya seseorang. Bentuk dari kealpaan ini dapat

berupa perbuatan pasif maupun aktif. Contoh perbuatan yang pasif misalnya

penjaga palang pintu kereta api karena tertidur pada waktu ada kereta yang

melintas dia tidak menutup palang pintu sehingga mengakibatkan tertabraknya

mobil yang sedang melintas. Bentuk kealpaan penjaga palang pintu ini berupa

perbuatan yang pasif karena tidak melakukan apa-apa. Sedangkan contoh

perbuatan yang aktif misalnya seseorang yang sedang menebang pohon

60 Muhammad Amin Suma, op. cit, hlm. 153

Page 66: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

ternyata menimpa orang lain sehingga matinya orang itu karena tertimpa

pohon. Bentuk kealpaan dari penebang pohon berupa perbuatan yang aktif. 61

3. Sanksi Delik Pembunuhan Menurut Hukum Pidana Positif

Dalam perilaku sosial, tindak kejahatan merupakan prilaku

menyimpang, yaitu tingkah laku yang melanggar atau menyimpang dari

aturan-aturan pengertian normative atau dari harapan-harapan lingkungan

sosial yang bersangkutan.62

Dan salah satu cara untuk mengendalikan adalah

dengan sanksi pidana.

Hakikat dari sanksi pidana adalah pembalasan, sedangkan tujuan

sanksi pidana adalah penjeraan baik ditujukan pada pelanggar hukum itu

sendiri maupun pada mereka yang mempunyai potensi menjadi penjahat.

Selain itu juga bertujuan melindungi masyarakat dari segala bentuk kejahatan

dan pendidikan atau perbaikan bagi para penjahat.63

Sistem hukuman yang tercantum dalam Pasal 10 KUHP menyatakan

bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana

terdiri dari :

a. Hukuman Pokok (hoofdstraffen).

1) Hukuman mati.

2) Hukuman penjara.

61 Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.

62 Saparinah Sadli, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta: Bulan Bintang,

Cet. ke-1, 1977, hlm. 35.

63 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, Jakarta: Pradya Paramita, Cet.

ke-1 1989, hlm. 16.

Page 67: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

3) Hukuman kurungan.

4) Hukuman denda.

5) Pidana tutupan (berdasarkan Undang-undang RI No. 20 Tahun

1946 Berita Negara RI tahun kedua No. 24 tanggal 1 dan 15

November 1946)

b. Hukuman Tambahan (bijkomende straffen)

1) Pencabutan beberapa hak tertentu.

2) Perampasan barang-barang tertentu.

3) Pengumuman putusan Hakim.

Sub-sub sistem hukum seperti disebutkan dalam ketentuan tersebut

sederhana sekali. Tetapi kalau diperhatikan benar-benar, maka

kesederhanaanya menjadi berkurang karena sistem hukuman yang kelihatannya

sederhana dalam pelaksanaanya kurang memperhatikan sifat obyektifitas

hukumannya yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bahkan

hanya dilihat kegunaan untuk menghukum pelaku tindak pidananya saja. Hal

inilah yang kemudian mengakibatkan terjadinya perbedaan pendapat antar para

ahli hukum.

Adapun sanksi tindak pidana pembunuhan sesuai dengan KUHP bab

XIX buku II adalah sebagai berikut :

a. Pembunuhan biasa, diancam dengan hukuman penjara selama-

lamanya lima belas tahun

b. Pembunuhan dengan pemberatan, diancam dengan hukuman penjara

seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun

Page 68: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

c. Pembunuhan berencana, diancam dengan hukuman mati atau penjara

seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun

d. Pembunuhan bayi oleh ibunya, diancam dengan hukuman penjara

selama-lamanya tujuh tahun

e. Pembunuhan bayi oleh ibunya secara berencana, diancam dengan

hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun

f. Pembunuhan atas permintaan sendiri, bagi orang yang membunuh

diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun

g. Penganjuran agar bunuh diri, jika benar-benar orangnya membunuh

diri pelaku penganjuran diancam dengan hukuman penjara selama-

lamanya empat tahun

h. Pengguguran kandungan

1. Pengguguran kandungan oleh si ibu, diancam dengan hukuman

penjara selama-lamanya empat tahun

2. Pengguguran kandungan oleh orang lain tanpa izin perempuan yang

mengandung, diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya :

(1) dua belas tahun

(2) lima belas tahun, jika perempuan itu mati

3. Pengguguran kandungan dengan izin perempuan yang

mengandungnya, diancam dengan hukuman penjara selama-

lamanya :

(1) lima tahun enam bulan dan (2) tujuh tahun, jika perempuan itu mati

Page 69: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti
Page 70: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

BAB III

PEMBELAAN TERPAKSA MELAMPAUI BATAS MENURUT HUKUM

PIDANA ISLAM DAN KUHP

A. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Pembelaan Terpaksa Menurut Hukum Pidana Islam

a. Pengertian dif‟a asy-syar‟i (pembelaan syar‟i khusus) atau daf‟u as-sail

(menolak penyerang atau pembelaan diri)

Menurut istilah yang dinamakan daf‟u as-sail (menolak penyerang/

pembelaan diri) adalah kewajiban manusia untuk menjaga dirinya atau jiwa

orang lain, atau hak manusia untuk mempertahankan hartanya atau harta orang

lain dari kekuatan yang lazim dari setiap pelanggaran dan penyerangan yang

tidak sah. Penyerangan khusus baik yang bersifat wajib maupun hak bertujuan

untuk menolak serangan, bukan sebagai hukuman atas serangan tersebut sebab

pembelaan tersebut tidak membuat penjatuhan hukuman atas penyerang

menjadi tertolak.1 Dasar pembelaan diri dan menolak penyerangan,

berdasarkan firman Allah SWT

“Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia,

seimbang dengan serangannya terhadapmu.” 2

b. Hukum pembelaan diri

1 Abdul Qadir „Audah, op. cit, hlm. 138

2 QS. Al Baqarah (2): 194

Page 71: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Para fuqaha telah sepakat berpendapat bahwa membela diri adalah

suatu jalan yang sah untuk mempertahankan diri sendiri atau diri orang lain

dari serangan terhadap jiwa, kehormatan dan harta benda. Tetapi berbeda atas

hukumnya, apakah merupakan suatu kewajiban atau hak. Jadi, konsekuensinya

apabila membela diri merupakan suatu hak, maka seseorang boleh memilih

antara meninggalkan dan mengerjakannya, tetapi tidak berdosa dalam memilih

salah satunya. Sebaliknya apabila dikatakan kewajiban maka seseorang tidak

memiliki hak pilih dan berdosa ketika meninggalknnya.3

Serangan seseorang adakalanya ditujukan kepada kehormatan jiwa

atau harta benda. Untuk membela kehormatan, para ulama sepakat bahwa

hukumnya adalah wajib. Apabila seorang laki-laki hendak memperkosa

seorang perempuan sedangkan untuk mempertahankan kehormatannya tidak

ada lagi kecuali membunuhnya maka perempuan tersebut wajib

membunuhnya, demikian pula bagi yang menyaksikan. Untuk membela jiwa

para fuqaha berbeda pendapat mengenai hukumnya. Menurut mazhab Hanafi

dan pendapat yang rajih dalam mazhab Maliki dan mazhab Syafi‟i membela

jiwa hukumnya wajib. Sedangkan menurut pendapat yang marjuh(lemah) di

dalam mazhab Maliki dan mazhab Syafi‟i serta pendapat yang rajih (kuat) di

dalam mazhab Hanbali membela jiwa hukumnya jaiz (boleh) bukan wajib.4

3 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 211.

4 Misalnya, jika ada seorang laki-laki hendak memperkosa wanita, sedang seorang wanita tidak sanggup menolaknya (membela diri) kecuali dengan jalan membunuh, wanita tersebut wajib

membunuhnya jika dia sanggup. Demikian pula jika seorang lelaki (A) yang melihat lelaki lain (B)

hendak menzinahi wanita, tetapi dia tidak sanggup mencegah perzinahan yang menimpa wanita itu

kecuali dengan membunuh si B, maka si A wajib membunuh jika dia sanggup. Wajib adalah suatu

hal dimana orang yang meninggalkannya akan tercela secara syara‟. Lihat dalam Abul Qadir

„Audah, op.cit, hlm. 88.

Page 72: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

c. Serangan anak-anak orang gila dan hewan

Imam Malik, Asy-Syafi‟i dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa

jika seseorang diserang oleh anak-anak, orang gila dan hewan maka harus

membela diri. Jadi, jika korban tidak memiliki cara lain untuk membela diri

dari serangan mereka kecuali dengan membunuh, dan tidak bertanggungjawab

baik secara pidana maupun perdata sebab korban hanya menunaikan

kewajibannya untuk menolak serangan terhadap jiwanya.5 Imam Abu Hanifah

serta muridnya kecuali Abu Yusuf berpendapat bahwa orang yang diserang

harus bertanggung jawab secara perdata yaitu dengan membayar diat atas

anak-anak, orang gila dan harga binatang yang telah dibunuhnya. Alasannya

adalah karena pembelaan diri dilakukan untuk menolak tindak pidana, padahal

perbuatan anak-anak, orang gila dan hewan tidak dianggap sebagai tindak

pidana karena binatang tidak berakal.

Abu Yusuf berpendapat bahwa orang yang diserang hanya

bertanggungjawab atas harga hewan karena perbuatan anak kecil dan orang

gila tetap dianggap sebagai tindak pidana. Meskipun penjatuhan hukuman atas

keduanya dihapuskan karena keduanya tidak memiliki pengetahuan

(kecakapan bertindak). Berdasarkan pendapat ini, dapat dikatakan bahwa

menolak serangan anak kecil dan orang gila adalah dalam keadaan membela

diri sedangkan menolak serangan hewan merupakan keadaan darurat yang

memaksa.6 Alasan ulama yang mengatakan ditegakannya pembelaan diri

5 Marsum, Jinayat (HPI), Yogyakarta: Perpustakaan Fak. Hukum UII, Cet. ke-2, 1989, hlm.

168.

6Abul Qadir „Audah, op. cit, hlm. 141, dharurat adalah situasi yang dikhawatirkan dapat

menimbulkan kematian atau mendekati kematian. Dengan kata lain, pengertian tersebut mengarah

Page 73: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dalam segala keadaan bahwa manusia berkewajiban untuk membela dirinya

dan orang lain dari segala serangan terhadap jiwa. Termasuk hak dan

kewajiban manusia untuk menjaga harta pribadinya dan harta orang lain dari

semua serangan yang ditujukan terhadap harta, baik bersifat pidana maupun

bukan.7

d. Syarat-syarat pembelaan

1) Adanya serangan atau tindakan melawan hukum

Perbuatan yang menimpa orang yang diserang haruslah perbuatan yang

melawan hukum. Apabila perbuatan tersebut bukan perbuatan yang melawan

hukum, maka pembelaan atau penolakan tidak boleh dilakukan. Jadi,

pemakaian hak atau menunaikan kewajiban baik oleh individu maupun

penguasa, atau tindakan yang diperbolehkan oleh syara‟ tidak disebut sebagai

serangan, seperti pemukulan oleh orang tua terhadap anaknya sebagai

tindakan pengajaran atau pendidikan atau algojo yang melaksanakan hukuman

potong tangan terhadap terhukum sebagai pelaksanaan tugas.

Menurut Imam Malik, Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad penyerangan

tidak perlu harus berupa perbuatan jarimah yang diancam dengan hukuman,

tapi cukup dengan perbuatan yang tidak sah (tidak benar). Demikian pula

kecakapan pembuat tidak diperlukan dan oleh karenanya serangan orang gila

dan anak kecil dapat dilawan.

kepada tujuan pemeliharaan jiwa (hifz al-nafs). Wahbah Zuhaili menilai pengertian-pengertian tersebut kurang lengkap, karena dharurat mencakup semua yang berakibat dibolehkannya yang

haram atau ditinggalkannya yang wajib. Maka ia menambahkan selain memelihara jiwa, dharurat

juga memelihara akal, kehormatan dan memelihara harta. Lihat dalam Wahbah al-Zuhaily,

Nazariyyah al-darurah al Syar‟iyah ma‟a al Qanun al-Wad‟i, Damaskus: Muassasah al Risalah,

1995, hlm. 65.

7 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 213

Page 74: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya, serangan harus

berupa jarimah yang diancam dengan hukuman dan dilakukan oleh orang yang

dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Jadi, apabila perbuatan (serangan)

bukan jarimah yang diancam dengan hukuman, melainkan hanya perbuatan

yang tidak sah atau pelakunya tidak memiliki kecakapan maka orang yang

diserang itu hanya berada dalam keadaan terpaksa. Imam Abu Yusuf berbeda

dengan gurunya Imam Abu Hanifah yaitu perbuatan diisyaratkan harus

berupa jarimah yang diancam dengan hukuman tetapi pelakunya tidak perlu

harus orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana.8

Pembelaan diri hanya terdapat pada orang yang diserang, bukan yang

menyerang. Tetapi jika melebihi batas dalam melakukan pembelaan dirinya,

kemudian orang yang pada mulanya sebagai penyerang mengadakan

pembelaan diri juga, karena balasan serangan dari orang yang diserang semula

sudah melampaui batas maka tindakan itu dapat dibenarkan.9

2) Penyerangan harus terjadi seketika

Apabila tidak ada penyerangan seketika, maka perbuatan orang yang

baru akan diserang saja merupakan perbuatan yang berlawanan dengan

hukum. Pembelaan baru boleh diperbolehkan apabila benar-benar telah terjadi

serangan atau diduga kuat akan terjadi. Apabila terjadi serangan yang masih

ditunda seperti ancaman dan belum terjadi bahaya maka tidak diperlukan

pembelaan. Tetapi jika ancaman sudah dianggap sebagai bahaya maka

8 Abul Qadir „Audah, op. cit, hlm. 479-480.

9 A. Wardi Mushlich, op. cit, hlm. 90.

Page 75: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

penolakannya harus dengan cara yang seimbang, antara lain seperti berlindung

atau melaporkan adanya ancaman kepada pihak yang berwenang.10

3) Tidak ada jalan lain untuk mengelakkan serangan

Apabila masih ada cara lain untuk menolak serangan maka cara

tersebut harus digunakan. Jadi, jika seseorang masih bisa menolak serangan

dengan teriakan-teriakan, maka tidak perlu menggunakan senjata tajam untuk

melukai atau bahkan senjata api yang dapat membunuh orang yang

menyerang. Apabila perbuatan tersebut telah dilakukan padahal tidak

diperlukan maka perbuatan tersebut dianggap sebagai serangan dan termasuk

jarimah.

Para fuqaha berbeda pendapat tentang lari sebagai cara untuk

menghindari serangan. Sebagaian fuqaha menyatakan bahwa lari bisa

digunakan sebagai salah satu cara untuk menghindari serangan, karena itu

dianggap sebagai salah satu cara yang paling mudah, tetapi menurut sebagian

fuqaha yang lain, lari bukan merupakan jalan untuk membela diri.11

4) Penolakan serangan hanya boleh dengan kekuatan seperlunya12

Apabila penolakan tersebut melebihi batas yang diperlukan, hal itu

bukan lagi disebut pembelaan melainkan penyerangan. Dengan demikian,

orang yang diserang selamanya harus memakai cara pembelaan yang seringan

10 Ibid, hlm. 91.

11 Marsum, op.cit, hlm. 168-169.

12

Ukuran kekuatan seperlunya memang relatif, dan itu didasarkan atas dugaan orang yang

diserang disesuaikan dengan perkiraan yang benar-benar terjadi atau dengan perbuatan yang

diniatkan oleh orang yang melakukan perbuatan. Jika penyerang tidak menggunakan senjata maka

untuk penolakannya tidak perlu memakai senjata. Apabila orang yang diserang menggunakan

kekuatan yang melebihi batas yang diperlukan, maka harus bertanggungjawab atas kelebihan

perbuatanya itu. Lihat dalam A. Wardi Muslich, op. cit, hlm. 91

Page 76: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

mungkin, dan selama hal itu masih bisa dilakukan maka tidak boleh dilakukan

cara yang lebih berat.

Antara serangan dengan pembelaan terdapat hubungan yang sangat

erat, karena pembelaan timbul dari serangan. Dalam perampasan harta,

pembelaan belum berarti selesai dengan larinya penyerang yang membawa

harta rampasannya. Dalam hal ini, orang yang diserang harus berupaya

mencari dan menyelidikinya sampai berhasil mengembalikan harta yang

dirampas oleh penyerang, dengan menggunakan kekuatan yang diperlukan,

bahkan bila diperlukan maka boleh membunuhnya.

e. Melewati batas ukuran pembelaan diri (yang dibolehkan)

Jika seseorang melakukan pembelaan diri dengan kekuatan yang lebih

besar dari kekuatan yang diperlukan, maka harus bertanggungjawab atas

tindakannya itu. Contoh:

1. Jika serangan dapat ditolak dengan mengancam si penyerang, namun

orang yang diserang itu memukul si penyerang maka harus

bertanggungjawab atas pemukulan tersebut.

2. Jika serangan dapat ditolak dengan pukulan tangan namun orang yang

diserang melukai si penyerang maka harus bertanggungjawab atas

pelukaan itu.

3. Jika seragan dapat ditolak dengan pelukaan, tapi orang yang diserang

itu membunuh, maka harus bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

4. Jika si penyerang melarikan diri dan orang yang diserang mengejar

lalu melukainya maka harus bertanggungjawab atas pelukaan itu.

Page 77: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

5. Jika perlawanan penyerang dapat dilumpuhkan, namun orang yang

diserang memotong tangan atau kakinya atau membunuhnya maka

harus bertanggungjawab atas tindakannya itu13

Pada dasarnya pembelaan diri hukumnya mubah (dibolehkan) dan

tidak ada hukumannya namun jika sampai melewati batasnya dan mengenai

orang lain dengan tersalah maka perbuatannya bukan mubah lagi melainkan

kekeliruan dan kelalaian si pembela diri. Contohnya, apabila seseorang

bermaksud memukul si penyerang tetapi dia tersalah karena mengenai orang

lain sehingga melukai atau bahkan membunuhnya, si pembela diri harus

bertanggung jawab atas pelukaan atau pembunuhan tersalah tersebut meskipun

bermaksud dengan sengaja melakukan pembelaan diri. Hal ini disamakan

dengan berburu binatang tapi tersalah sehingga mengenai orang lain. Berburu

itu adalah perbuatan yang diperbolehkan tapi pemburu tetap

bertanggungjawab atas penembakan tersalah yang mengenai manusia

tersebut.14

2. Pembelaan umum (Amar Ma‟ruf Nahi Munkar)

Pembelaan umum artinya pembelaan untuk kepentingan umum atau

menganjurkan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut

syara‟ dan mencegah apa yang seharusnya ditinggalkan.15

a. Dasar hukum pembelaan umum

13 Abul Qadir „Audah, op. cit, hlm. 151

14 Ibid, hlm. 152

15 Marsum, op. cit, hlm. 169

Page 78: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah”.16

Para fuqaha berpendapat bahwa pembelaan umum atau amar ma‟ruf

nahi munkar adalah suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan.

Pembelaan umum diadakan dengan tujuan agar masyarakat berdiri diatas

kebajikan dan pada individu-individu yang ada di masyarakat ditumbuhkan

sifat keutamaan sehingga dengan demikian kapasitas jarimah dan

penyelewengan akan menjadi berkurang. Akan tetapi, para fuqaha masih

berbeda pendapat tentang ketentuan atau batas wajib tersebut dalam 2 hal

yaitu sifat dari kewajiban tersebut, apakah wajib ain atua wajib kifayah dan

tentang orang yang terkena kewajiban tersebut.

Menurut sebagian fuqaha adalah wajib ain yang dikenakan kepada

setiap muslim, bahkan menurut mereka kewajiban tersebut lebih kuat dari

pada kewajiban haji, karena untuk kewajiban haji disyaratkan adanya

kesanggupan (istitha‟ah), sedangkan untuk pembelaan umum tidak

disyaratkan kesanggupan.17

Para fuqaha Yang berpendapat bahwa hukum

pembelaan umum hukumnya wajib kifayah berdasarkan atas firman Allah

SWT

16 QS. Al Imran (3): 110

17 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm.219-230

Page 79: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”18

Jihad atau berperang diwajibkan atas setiap orang tetapi kewajiban

menjadi tehapus jika sudah ada orang lain yang menjalankannya. Dalam ayat

tersebut terdapat kalimat (waltakum minkum) yang artinya adalah hendaklah

ada diantara kamu, konotasinya adalah tidak menunjukan keseluruhan umat.19

Tentang orang yang diwajibkan melakukan pembelaan umum,

menurut sebagian fuqaha adalah setiap orang. Tetapi menurut fuqaha lainnya

yaitu hanya orang yang mempunyai kesanggupan seperti: pemuka agama atau

ulama‟, dengan alasan dikhawatirkan jika dibebankan kepada setiap orang,

sedangkan orang tersebut tidak mengetahui tentang hukum Islam maka bisa

terjadi keadaan sebaliknya yaitu melarang kebaikan dan memerintahkan

keonaran.

b. Sumber dan hukum tindakan pembelaan umum

Ma‟ruf atau kebaikan adalah setiap ucapan atau perbuatan yang perlu

diucapkan atau diperbuat sesuai dengan ketentuan dan prinsip umum syari‟at

Islam, seperti berakhlak mulia, berbuat baik kepada fakir dan miskin dan

18 QS. Al Imran (3): 104

19 Abul Qadir „Audah, op. cit, hlm. 494, lihat juga dalam Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 220 dan

A. Wardi Muslich, op. cit, hlm. 95.

Page 80: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

sebagainya. Munkar adalah setiap perbuatan yang dilarang terjadinya menurut

syari‟at Islam.20

Menyuruh kebaikan (amar ma‟ruf) bisa berupa perkataan seperti

ajakan untuk membeantu korban gempa atau dapat berupa perbuatan seperti

pemberian contoh hal yang baik kepada orang lain. Bisa juga gabungan antara

perbuatan dan ucapan seperti mengajak untuk mengeluarkan zakat sekaligus

mengeluarkannya. Sedangkan melarang kemungkaran (nahi munkar) bisa

berupa perkataan seperti melarang orang lain minum minuman keras. Dengan

demikian, menyuruh kebaikan adalah menganjurakan untuk mengerjakan atau

mengucpkan apa yang seharusnya. Sedangkan melarang keburukan adalah

membujuk orang lain agar meninggalkan apa yang sebaiknya ditinggalkan.21

c. Syarat-syarat pembelaan umum

Hukum pembelaan umum adalah wajib, tetapi dalam pelaksanaanya

diperlukan syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan orang yang

melaksanakannya. Syarat tersebut ada yang berkaitan dengan tabiat (sifat)

kewajiban dan ada pula yang berkaitan denagn prinsip dasar syariat.

1) Dewasa dan berakal sehat (mukalaf)

2) Beriman

3) Adanya kesanggupan

4) Adil

5) Izin (persetujuan)22

20 Nashr Farid Muhammad Washil, Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa‟id Fiqhiyyah,

Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 252-253.

21 A. Wardi Muslich, op.cit, hlm. 95

22 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 220-221

Page 81: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

d. Syarat melarang keburukan

Untuk melaksanakan amar ma‟ruf tidak diperlukan syarat khusus,

karena amar ma‟ruf berupa nasihat, petunjuk dan pengajaran. Jadi, bisa

dilakukan setiap saat dan kesempatan. Adapaun untuk mencegah

kemungkaran maka diperlukan syarat tertentu, yaitu:

1) Adanya perbuatan buruk atau munkar

2) Keburukan atau kemunkaran terjadi seketika

3) Kemunkaran itu diketahui dengan jelas

Dalam firman Allah SWT dijelaskan;

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

Pemberantasan kemungkaran harus dengan cara seringan mungkin.23

e. Cara memberantas kemungkaran

Apabila seseorang melakukan keburukan (kemungkaran) sedang ia

tidak tahu perbuatannya adalah keburukan, cara yang baik untuk mencegahnya

adalah dengan meberi penjelasan dengan sikap yang halus dan lemah lembut

bahwa perbuataanya itu adalah suatu perbuatan yang buruk.

1) Penjelasan

Jika seseorang melakukan suatu perbuatan mungkar tetapi dia tidak tahu

bahwa perbuatannya adalah keburukan, maka cara yang baik untuk

23 QS. Al Hujurat (49): 12

Page 82: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

mencegahnya adalah memberi penjelasan kepadanya bahwa

perbuatannya adalah suatu perbuatan mungkar

2) Memberi nasihat dan petunjuk

Ditunjukan kepada orang yang memulai suatu perbuatan dan

menyadarinya bahwa perbuatan itu adalah perbuatan munkar. Jika

dengan nasihat dan petunjuk bisa diduga pelaku perbuatan tersebut akan

meninggalkan kemungkaran tersebut.

3) Menggunakan kekerasan

a. Hanya dalam keadaan darurat dan orang yang melakukan

perbuatan tidak dapat diatasi dengan cara halus

b. Orang yang menggunakan kekerasan tidak boleh mengeluarkan

kata-kata yang kasar, melainkan dengan kata-kata yang baik, benar,

sopan serta sesuai dengan kebutuhan24

4) Mengadakan tindakan dengan tangan

Cara ini hanya berlaku pada perbuatan maksiat yang menurut tabiatnya

dapat mengalami perubahan materiil dan tiak berlaku pada maksiat yang

berkaitan dengan lisan dan hati.

Ada 2 syarat yang diperlukan:

a. Orang yang melakukan pemberantasan tidak perlu menggunakan

tangannya sendiri, selama pelaku dapat dan bersedia mengubahnya

sendiri

b. Tindakan dengan tangan harus disesuaikan dengan kadarnya.25

24 Abul Qadir „Audah, op. cit, hlm. 506.

Page 83: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

5) Menggunakan ancaman pemukulan dan pembunuhan

Cara ini baru tahap ancaman, bukan tindakan. Ancman tersebut harus

merupakan ancaman yang bisa diwujudkan, bukan ancaman yang tidak

boleh diwujudkan. Misalnya,nanti kamu saya dera atau saya pukuli

dengan perkataan yang lebih keras.

6) Menggunakan pemukulan dan pembunuhan

Cara ini beleh dilakukan dalam keadaan darurat dan digunakan secara

bertahap sesuai dengan keperluan. Pembunuhan hanya boleh digunakan

apabila sudah tidak ada jalan lain lagi untuk memberantas perbuatan

maksiat yang terjadi.

7) Minta bantuan orang lain

Apabila dengan dirinya sendiri seseorang tidak mampu untuk

memberantas kemungkaran dan memerlukan bantuan orang lain dengan

kekuatan dan senjatanya maka para fuqaha berbeda pendapat. Sebagian

fuqaha berpendapat meminta bantuan orang lain untuk memberantas

kemungkaran tidak diperbolehkan karan cara tersebut dikhawatirkan

bertambah luasnya keributan dan ketidaktentraman sebab orang yang

diberantas juga akan mendatangkan temannya sehingga dapat

menimbulkan peperangan. Perorangan boleh menggunakan cara ini jika

mendapat izin dari penguasa.

Menurut sebagian fuqaha lainnya, cara tersebut boleh digunakan tanpa

memerlukan izin dari penguasa sebab cara tersebut pada hakikatnya sama

25 A. Wardi Muslich, op. cit, hlm. 98-100

Page 84: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dengan cara lain yang menimbulkan kemungkinan terjadinya keributan yang

lebih luas. Ketujuh cara tersebut dapat digunakan terhadap siapa saja, kecuali

terhadap orang tua, suami dan pihak penguasa. Dalam firman Allah SWT.26

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu

dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-

duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali

janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah

kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang

mulia.”27

B. Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas Menurut KUHP

1. Pembelaan Terpaksa (noodweer)

a. Pengertian Pembelaan Terpaksa

Dari segi bahasa, noodweer terdiri dari kata “nood”dan “weer”.

“Nood” yang artinya (keadaan) darurat.”Darurat” berarti:

1) Dalam keadaan sukar (sulit) yang tidak disangka-sangka yang

memerlukan penanggulangan segera

2) Dalam keadaan terpaksa

“Weer” artinya pembelaan yang berarti perbuatan membela, menolong,

melepaskan dari bahaya28

Jika digabungakan kedua kata tersebut maka dapat

diartikan melepaskan dari bahaya dalam keadaan terpaksa atau menolong

26 Ibid, hlm. 101

27 QS. Al Isra‟ (17): 23

28 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2, Jakarta: Balai Pustaka,

1989, hlm. 156.

Page 85: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dalam keadaan sukar (sulit).29

Noodweer adalah pembelaan yang diberikan

karena sangat mendesak terhadap serangan yang mendesak dan tiba-tiba serta

mengancam dan melawan hukum.30

Pembelaan terpaksa merupakan alasan menghilangkan sifat melanggar

hukum (wederrechtelijkheid atau onrechtmatigheid), maka alasan

menghilangkan sifat tindak pidana (strafuitsluitings-grond) juga dikatakan

alasan membenarkan atau menghalalkan perbuatan yang pada umumnya

merupakan tindak pidana (rechtvaardigings-grond) disebut fait justificatief 31

Pembelaan terpaksa dirumuskan dalam pasal 49 ayat 1 sebagai berikut:

“Tidak dipidana, barangsiapa melakukan perbuatan pembelaan

terpaksa (lijf) untuk diri atu orang lain, kehormatan kesusilaan (eerbaarheid)

atau harta benda (goed) sendiri maupun orang lain, karena adanya serangan

(aanranding) atau ancaman serangan yang melawan hukum (wederrechtelijk)

pada ketika itu juga.”

Contoh :

a. Serangan terhadap badan: seseorang yang ingin balas dendam

mendatangi orang lain dengan memegang tongkat karena berniat ingin

memukul, maka orangyang ingin dipukul tersebut mengambil tongkat

dan memukul si orang yang ingin membalas dendam tersebut.

b. Serangan terhadap barang/ harta benda adalah terhadap benda yang

bergerak dan berwujud dan yang melekat hak kebendaan, sama dengan

29 Pengertian tersebut muncul karena undang-undang tidak memberi pengertian dari pada

“noodweer”. Doktrin memberikan kata “noodweer” bagi pasal 49 ayat (1) KUHP.

30 Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm. 200.

31 Wirjono Prodjodikoro, Asa-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: Eresco, 1989, hlm.

75.

Page 86: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

pengertian benda pada pencurian (pasal 362)32

: budi mencuri barang

milik ani. Sedangkan ani melihat dan meminta untuk dikembalikan

barang miliknya tetapi budi menolak, maka ani berusaha merebut

barangnya dari si budi. dalam perebutan ini ani terpaksa memukul

budi agar barang miliknya dikembalikan.

c. Serangan terhadap kehormatan adalah serangan yang berkaitan erat

dengan masalah seksual: seorang laki-lakihidung belang meraba buah

dada seorang prempuan yang duduk disebuah taman, maka dibenarkan

jika serangan berlangsung memukul tangan laki-laki itu. Tetpi sudah

tidak dikatakan suatu pembelaan terpaksa jika laki-laki tersebut sudah

pergi, kemudian prempuan tersebut mengejarnya dan memukulnya,

karena bahaya yang mengancam telah berakhir.33

Maka tidaklah berlaku pasal 49 ayat 1 KUHP jika:

a. Apabila serangan dari seseorang dikatakan belum dimulai dan juga

belum memenuhi syarat onmiddelijk dreigende (dikhawatirkan akan

segera menimpa)

b. Apabila serangan dari seseorang dikatakan telah selesai

Istilah onmiddelijk dreigende tidak ada dalam pasal tersebut dari

KUHP belanda tetapi hanya disebut serangan ogenblikkelijk (seketika itu). Van

hattum menceritakan bahwa dari rancangan KUHP belanda tersebut, yang

dimaksud dengan ogenblikkelijk juga meliputi onmiddelijk dreigende, tetapi

32 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke-

1, 2002, hlm. 42.

33 Ibid, hlm. 43

Page 87: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

usulan tersebut ditolak oleh Perlemen belanda pada tahun 1900 karena

dikhawatirkan akan adanya penyalahgunaan.

Tetapi dalam KUHP Indonesia yang mulai berlaku pada 1 Januari

1918 kata onmiddelijk dreigende (serangan tiba-tiba) ditambahkan. Denagn

alasan bahwa keadaan khusus di Indonesia karean sering terjadi perampokan

dalam suatu rumah. Apabila dalam hal ini para perampok itu baru mendekati

rumah yang akan dirampok, maka dianggap layak apabila penghuni rumah

melakukan tembakan kepada para perampok, setelah para perampok dari jauh

mendekati rumah.dalam kasus tersebut sudah merupakan pelaku serangan yang

onmiddelijk dreigende atau dikhawatirkan akan segera menimpa.34

b. Doktrin membuat syarat / unsur noodweer yaitu:

1. Harus ada serangan (aanranding), harus memenuhi syarat:

a) Serangan itu harus datang mengancam35

dengan tiba-tiba

Pembolehan pembelaan terpaksa bukan saja pada saat serangan sedang

berlangsung akan tetapi sudah boleh dilakukan pada saat adanya ancaman

serangan. Artinya serangan itu secara obyektif belum diwujudkan namun

baru adanya ancaman serangan.36

b) Serangan itu harus melawan hukum (wederrechtelijk)

Serangan tersebut tidak dibenarkan baik dari undag-undang (melawa

hukum formil) maupun dari sudut masyarakat (melawan hukum materiil)

34 Wirjono Prodjodikoro, op. cit, hlm. 79

35 Serangan mengancam adalah serangan yang sedang berlangsung, artinya telah dimulai dan

belum berakhir.

36 Adami Chazawi, op.cit, hlm. 47

Page 88: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

2. Terhadap serangan perlu dilakukan pembelaan diri37

harus memenuhi

syarat:

a) Harus merupakan pembelaan yang terpaksa38

Benar-benar sangat terpaksa artinya tidak ada alternative perbuatan lain

yang dapat dilakukan dalam keadaan mendesak ketika adaancaman

serangan atau serangan sedang mengancam. Apabila seseorang

mengancam dengan memegang golok akan melukai atau membunuh orang

lain, maka menurut akal masih memungkinkan untuk lari, maka orang

yangv terancam itu harus lari. Tetapi apabila kemungkinan untuk lari itu

tidak ada atau sudah mengambil pilihan lari tetapi masih dikejarnya, maka

disini aada keadaan yang terpaksa. Maka dari itu, pembelaan boleh

dilakukan jika sudah tidak ada pilihan perbuatan lain dalam usaha

membeladan mempertahankan kepentinganhukumnya yang terancam

b) Pembelaan itu dengan serangan setimpal39

Tindakan pembelaan terpaksa dilakukan sepanjang perlu dan sudah cukup

untuk pembelaan kepentingan hukumnya yang terancam atau diserang,

artinya harus seimbang dengan bahaya serangan yang mengancam

3. Pembelaan harus dilakukan untuk membela diri sendiri atau orang lain,

peri kesopanan (kehormatan) diri atau orang lain, benda kepunyaan

sendiri atau orang lain.40

37 Leden Marpaung, op. cit, hlm. 73-74

38 Yang dimaksud adalah jika tidak ada jalan lain yang memungkinkan untuk menghindarkan

serangan itu atau juga disebut asas subsidiaritas.

39 Yang berarti bahwa ada keseimbangan kepentingan hukum yang dibela dengan kepentingan

hukum yang dikorbankan atau juga disebut asas keseimbangan (proposionaliteit).

40 Apa yang dibela secara limitatif dicantumkan oleh pasal 49 ayat (1) KUHP.

Page 89: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Diri berarti badan, kehormatan adalah kekhususan dari penyerangan

terhadap badan, yaitu penyerangan badan dalam lapangan seksuil.

4. Harus ada serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum dan

seketika, berarti ada 3 syarat:

a) Serangan seketika

b) Ancaman serangan seketika itu

c) Bersifat melawan hukum41

c. Serangan yang dilakukan binatang, orang gila dan instrumen security/

keamanan

1) Serangan binatang

Serangan mengancam dengan tiba-tiba tetapi serangan itu tidak

melawan hukum, karena binatang tidak tunduk pada hukum dan tidak

mengerti hukum. Karenanya tidak dapat dimasukkan kepada pengertian

noodweer. Hoge Raad (H. R) pada tanggal 3 Mei 1915 (N. J. 1915 Nr. 9820)

tentang anjing-anjing polisi yang dikenal dengan “polite-honden arrest”. H.R

mengatakan: “penggunaan anjing-anjing polisi untuk menangkap tersangka

adalah alat yang wajar digunakan da oleh sebab itu, melawan penangkapan

denagn perantaraan anjing bukan suatu noodweer”.

2) Serangan orang gila

Orang gila adalah yang jiwanya dihinggapi penyakit atau tidak sempurna

akalnya berdasarkan pasal 44 KUHP. Perbuatan yang dilakukan oleh orang

41 Roeslan Saleh, Kitab Undang-undang Hukum pidana, Jakarta: aksara Baru, 1987, hlm. 76.

Page 90: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

gila adalah wedwerrechtelijk. Hanya karena keadaan jiwanya, tidak dapat

dihukum, jadi dapat mengadakan ”noodweer”.

Menurut VOS, terhadap suatu serangan yang datang dari seorang yang

berpenyakit jiwa yang tidak dapat mengetahui lagi tentang apa yang dilakukan

itu, orang tidak dapat melakukan suatu noodweer karena dalam peristiwa

tersebut orang tidak dapat lagi mengatakan tentang adanya suatu serangan.

Hazewinckel-Suringa berpendapat bahwa “Perbuatan yang dilakukan

oleh seorang yang mempunyai penyakit jiwa itu tidak dapat

dipertanggungjawabkan kepada pelakunya, akan tetapi hal tersebut tidak

menghapuskan sifatnya yang melanggar hukum dari perbuatannya yaitu

apabila perbuatannya itu merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh

undang-undang.” Maka suatu serangan yang dilakukan oleh seorang yang

mempunyai penyakit jiwa itu tetap bersifat melanggar hukum.42

b. Instrumen (Alat) keamanan

Alat keamanan adalah pemasangan alat-alat untuk menangkal

serangan yang akan terjadi. Misalnya memasang aliran listrik pada keliling

rumah.

Menurut Prof. Pompe yang berpendapat bahwa “Selama pencuri

menguasai barang curian masih dalam jangkauan si pemilik barang, maka

pemilik barang tersebut dapat melakukan noodweer untuk memperoleh

kembali miliknya.” Dengan selesai kejahatan pencurian tidaklah berarti

42 Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 2006, hlm

196.

Page 91: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

serangan sebagaimana dimaksud pasal 49 ayat (1) KUHP itu juga harus

dianggap selesai.

Sedangkan menurut Prof. Van Bemmelen “Bahwa noodweer tidak

dapat dilakukan di dalam 2 peristiwa,” yaitu:

1) Peristiwa di mana suatu serangan yang bersifat melawan hukum itu baru

akan terjadi di masa yang yang akan datang

2) Peristiwa di mana suatu serangan yang bersifat melawan hukum itu telah

berakhir.43

Perbuatan yang masuk dalam pembelaan terpaksa pada dasarnya

adalah tindakan menghakimi terhadap orang yang berbuat melawan hukum

terhadap diri orang itu atau orang lain (eigenriching).44

Jika peristiwa pengroyokan seorang pencuri oleh bayak orang dapat

masuk pelampauan batas keperluan membela diri yang memenuhi syarat-syarat

dari pasal 49 ayat 1 KUHP, maka orang-orang yang mengeroyok tidak dapat

dihukum. Tapi si pencuri berhak membela diri (noodweer) terhadap

pengroyokan sehingga mungkin melukai salah seorang dari pengroyokan

tersebut maka si pencuri tidak dapat dihukum karena penganiayaan

(mishandeling) dari pasal 351 KUHP.

2. Pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer exces)

a. Pengertian Pembelaan Terpaksa Melampaui Batas

43 Roeslan Saleh, op. cit, hlm. 77. 44 Tindakan ini dilarang oleh undang-undang tapi dalam hal pembelaan terpaksa seolah-olah

suatu eigenriching yang diperkenankan oleh undang-undang, berhubung dalam hal serangan

seketika yang melawan hukum ini, negara tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi

penduduknya, maka orang yang menerima serangan seketika yang melawan hukum, diperkenakan

melakukan perbuatan sepanjang memenuhi syarat untuk melindungi kepentingan sendiri atau

orang lain. Lihat dalam Adami Chazawi, op. cit, hlm. 41

Page 92: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Menurut Van Bemmelen noodweer exces adalah melawan hukum atau

tidak tercela. Pelampauan batas pembelaan terpaksa yang disebabkan oleh

suatu tekanan jiwa yang hebat karena adanya serangan orang lain yang

mengancam.Perbuatan pidana tetap ada tetapi unsur pertanggungjaawaban

pidana terhapus45

Dirumuskan dalam pasal 49 ayat 2:

“Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung

disebabkan oleh kegoncanngan jiwa yang hebat karena serangan atau

ancaman serangan itu, tidak dipidana.”

Dalam Teks aslinya:

“Niet strafbaar is de overschrijding van de grenzen van

noodzakelikjke verdediging, indien zij het onmiddelijkgeloig is gewest van

hevigegemoedsbeweging, door de aanranding veroorzaakt”

Penafsiran dan terjemahan yang berbeda khususnya mengenai

”hevigegemoedsbeweging” oleh Prof. Satochid Kartanegara SH diterjemahkan

dengan, Keadaan jiwa yang menekan secara sangat atau secara hebat (tekanan

jiwa yang hebat), sedang Tiraamidjaja menerjemahkan dengan “gerak jiwa

yang sangat”, Utrecht menerjemahkan ”perasaan sangat panas hati”.

Karena terjadi perbedaan mengenai terjemahan dalam pasal tersebut,

maka harus diuraikan komponen “nooodweer exes”, yaitu:

1) Melampaui batas pembelaan yang perlu. Dapat disebabkan karena:

a. Alat yang dipilih untuk membela diri atau cara membela diri

adalah terlalu keras. Misalnya menyerang dengan sebatang

kayu, dipukul kembali dengan sepotong besi

45 Zainal Abidin Farid, op. cit, hlm. 200.

Page 93: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

b. Yang diserang sebetulnya bisa melarikan diri atau mengelakan

ancaman kelak akan dilakukan serangan, tetapi masih juga

memilih membela diri.

Prof. Pompe berpendapat bahwa “Perbuatan melampaui batas

keperluan dan dapat pula berkenaan dengan perbuatan melampaui batas dari

pembelaannya tiu sendiri, batas dari keperluan itu telah dilampaui yaitu baik

apabila cara-cara yang telah dipergunakan untuk melakukan pembelaan itu

telah dilakukan secara berlebihan, misalnya dengan cara membunuh si

peneyerang padahal dengan sebuah pukulan saja, orang sudah dapat membuat

penyerang tersebut tidak berdaya. Apabila orang sebenarnya tidak perlu

melakukan pembelaan, misalnya karena dapat menyelamatkan diri dengan cara

melarikan diri. Batas dari pembelaan itu telah terlampaui yaitu apabila setelah

pembelaannya sudah selesai/ berakhir, orang itu masih menyerang si

penyerang.”

Sedangkan menurut Hoge Raad ”Hebatnya keguncangan hati itu

hanya membuat seseorang tidak dapat dihukum yaitu dalam hal melampaui

batas yang diizinkan untuk melakukan suatu pembelaan telah dilakukan

terhadap suatu serangan yang melawan hukum yang telah terjadi deketika itu

juga”.46

2) Tekanan jiwa hebat/ terbawa oleh perasaan yang sangat panas hati

“Hevigegemoedsbeweging” oleh Prof. Satochid diartikan keadaan jiwa

yang menekan secara hebat yang menurut Utrecht, karena ketakutan putus

46 Leden Marpaung, op. cit, hlm 80-81.

Page 94: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

asa, kemarahan besar, kebencian, dapat dipahami bahwa pertimbangan

waras akan lenyap, jika dalam keadaan emosi kemarahan besar.

3) Hubungan kausal antara “serangan” dengan perasaan sangat panas hati

Pelampauan batas ini terjadi apabila:

a. Serangan balasan dilanjutkan pada waktu serangan lawan

sudah dihentikan

b. Tidak ada imbangan antara kepentingan yang diserang dan

kepentingan lawan yang menyerang.

Karena pelampauan batas ini tidak diperbolehkan, maka seseorang

berdasarkan pasal ini tidak dapat dihukum, tetap melakukan perbuatan

melanggar hukum. Perbuatannya tidak halal, tetapi si pelaku tidak dihukum.47

Dalam pasal ini dapat dipahami bahwa serangan atau ancaman

serangan yang melawan hukum dan menyebabkan goncangan jiwa yang hebat

sehingga orang yang terancam melakukan tindak pidana yang lebih berat dari

ancaman serangan yang menimpanya, maka perbuatan tersebut tidak dipidana.

Schravendik memberikan contoh ada seorang laki-laki secara diam-

diam masuk ke kamar seorang gadis dengan maksud hendak menyetubuhi

gadis tersebut. Pada saat laki-laki meraba-raba tubuh si gadis, terbangunlah dia.

Dalam situasi yang demikian, tergoncanglah jiwa antara amarah, bingung,

ketakutan yang hebat48

sehingga dengan tiba-tiba gadis itu mengambil pisau di

dekatnya dan laki-laki tersebut ditikam hingga mati.49

47 Wirjono, op. cit, hlm. 81.

48 Perasaan takut adakalanya hanya berupa meringankan hukuman seperti tindak pidana

mempersilakan anak di bawah umur 7 tahun agar ditemukan dan dipiara oleh orang lain (to

vondelingleggen) dari pasal 305 KUHP, menurut pasal 308 KUHP hukuman yang diancamkan

Page 95: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Oleh sebab adanya kegoncangan jiwa yang hebat inilah, maka pakar

hukum memasukkan noodweer exces ke dalam alasan pemaaf karena

menghilangkan unsur kesalahan pada diri si pembuat.

C. Pertanggungjawaban Pidana

A. Pertanggungjawaban Pidana menurut Hukum Pidana Islam

a. Pengertian dan sebab-sebab penghapus tindak pidana dalam

pertanggungjawaban pidana

Hukum Islam mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari aturan

yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya maupun

hubungan sesama manusia itu sendiri. Salah satu ruang lingkup itu adalah

hukum pidana Islam yang dalam tradisi fiqih disebut dengan istilah jarimah

atau jinayah, yang secara terminologis bermakna tindak pidana atau delik

yang dilarang oleh syari‟at dan diancam dengan hukuman bagi pelanggarnya.

Salah satu prinsip dalam syari‟at Islam adalah seseorang tidak

bertanggung jawab50

kecuali terhadap jarimah yang telah diperbuatnya sendiri

dan bagaimanapun juga tidak bertanggungjawab atas perbuatan jarimah orang

lain.

Prinsip tersebut berkali-kali ditandaskan dalam al-Qur‟an dalam

beberapa ayatnya yaitu sebagai berikut :

dalam pasal 305 KUHP dikurangi separuh apabila perbuatan itu dilakukan oleh seorang ibu pada

waktu dekat anak itu dilahirkan olehnya dan merasa ketakutan oleh khalayak ramai bahwa ia

sudah melahirkan. Hal tersebut biasanya terjadi di luar pernikahan. Lihat dalam Ibid, hlm. 81-82 49 Jonkers J.E, Handboek van het Nederladsch Indische Strafrech, dalam Adami Chazawi, op.

cit, hlm.53.

50

Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam syari‟at Islam adalah pembebanan terhadap

seseorang atas suatu perbuatan yang telah dilarang yang ia kerjakan dengan kemauan sendiri dan

ia sadar akibat dari perbuatannya itu. Lihat dalam, Abd. Salam Arief, Fiqh Jinayah, Yogyakarta:

Ideal, 1987, hlm. 45.

Page 96: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah,

Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu, dan tidaklah seorang

membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri;

dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain" 51

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa

yang telah diusahakannya”52

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka

(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan

jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-

mu Menganiaya hamba-hambaNya.” 53

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi

pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak

(pula) penolong baginya selain dari Allah.”54

Suatu perbuatan tidak dapat dianggap sebagai suatu tindak pidana

sebelum ada ketentuan Undang-undang yang melarang. Suatu perbuatan dan

pelanggaran dari ketentuan Undang-undang tersebut berakibat pada pelaku

tindak pidana untuk diminta pertanggungjawabannya.

Pertanggungjawaban pidana (al-Mas‟uliyyah al-Jināiyyah) ditegakkan

atas 3 hal, yaitu:55

51

QS. Al-An‟am (6) : 164.

52 QS. An-Najm (53) : 39.

53 QS. Al-Fussilat (41) : 46.

54 QS. An-Nisa‟ (4) : 123

Page 97: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

a. pelaku melakukan perbuatan yang dilarang

b. pelaku mengerjakan dengan kemauan sendiri (mukhtar)

c. pelaku mengetahui akibat perbuatannya (mudrik)

Ketiga hal tersebut di atas harus terpenuhi, sehingga bila salah satunya

tidak terpenuhi maka tidak ada pertanggungjawaban pidana.

Pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan hukum dapat berupa

berbuat atau tidak berbuat. Pelaku jarimah dapat dihukum apabila

perbuatannya dapat dipersalahkan. Setiap perbuatan pidana atau peristiwa

pidana itu harus mengandung unsur-unsur sifat melawan hukum, perbuatan

tersebut dapat dipersalahkan dan perbuatan yang dilakukan merupakan

perbuatan yang dalam hukum dinyatakan perbuatan yang dapat dihukum.56

Lebih lanjut dikatakan bahwa jarimah dapat dipersalahkan terhadap pelakunya

apabila pelaku tersebut sudah berakal, cukup umur, dan bebas berkehendak.

Dalam arti pelaku tersebut terlepas dari unsur paksaan dan dalam keadaan

kesadaran yang penuh57

Sedangkan menurut syari‟at Islam pertanggungjawaban pidana

didasarkan atas dua perkara, yaitu kekuatan berpikir dan pilihan (iradah dan

ikhtiar). Oleh karena itu kedudukan anak kecil berbeda-beda menurut

perbedaan masa yang dilalui hidupnya.58

Unsur-unsur jarimah dalam hukum pidana Islam, yaitu:59

a. Adanya nas yang melarang dan mengancam perbuatan itu

55 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm.154.

56

Haliman, op. cit, hlm. 66.

57 Abd. Salam Arief, op. cit, hlm. 4.

58 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 280.

59 Marsum, op. cit, hlm. 6.

Page 98: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah

c. Si perbuat adalah mukallaf

Pada dasarnya orang yang melakukan jarimah itu dihukum, tetapi ada

yang di antaranya tidak dihukum karena mabuk, gila dan belum dewasa.60

Dalam syarat sahnya memberi hukuman kepada mukallaf ada dua

syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. sang mukallaf harus dapat memahami dalil taklif yakni ia harus

mampu memahami nas-nas hukum yang dibebankan al-Qur‟an dan

sunnah baik langsung maupun yang melalui perantara.

b. Sang mukallaf harus orang yang ahli dengan sesuatu yang dibebankan

kepadanya, pengertian ahli secara etimologis adalah kelayakan atau

layak.

Oleh karena itu kedua syarat tersebut apabila telah terdapat pada

seseorang maka ia dapat dikenai pertanggungjawaban. Jadi prinsip dasar dari

kedua prinsip syarat tersebut adalah kemampuan membedakan dengan

menggunakan akalnya. Tanggung jawab dapat diartikan bertindak tepat tanpa

perlu diperingatkan. Sedang bertanggung jawab merupakan sikap tidak

tergantung dan kepekaan terhadap perasaan orang lain. Jelasnya pengertian

tanggung jawab di sini adalah kesadaran yang ada dalam diri seseorang bahwa

setiap tindakan akan mempunyai pengaruh bagi orang lain maupun bagi

dirinya sendiri. .61

60 Ibid, hlm.174.

61 Alex Sobur, Komunikasi Orang Tua dan Anak, Bandung: Angkasa, 1991, hlm. 63.

Page 99: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Dalam hukum pidana Islam, pertanggungjawaban pidana dapat

terhapus karena adanya sebab-sebab tertentu baik yang berkaitan dengan

perbuatan si pelaku tindak pidana maupun sebab-sebab yang berkaitan dengan

keadaan pembuat delik.62

Dalam keadaan pertama, perbuatan yang dilakukan

adalah perbuatan yang mubah (tidak dilarang), sedangkan dalam keadaan

kedua perbuatan tersebut tetap dilarang tapi tidak dijatuhi hukuman ketika

melakukannya.63

Seperti kejahatan yang dilakukan dalam keadaan dipaksa, tidak akan

ada tuntutan hukum atas hal tersebut asalkan terbukti benarnya, kemudian

kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan tidak sadar seperti

mengigau, meskipun dia tampak awas, namun dia tetap tertidur. Maka secara

hukum dia tidak bertanggungjawab, begitu juga dengan tindak pidana yang

dilakukan oleh seseorang yang masih anak-anak dan seseorang yang dalam

keadaan gila atau sakit saraf.

a. Pembolehan perbuatan yang dilarang.

Pada dasarnya perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam itu

diharamkan tetapi terdapat pengecualian yaitu pembolehan sebagaian

perbuatan yang dilarang bagi orang yang memiliki karakter-karakter khusus

sebab kondisi seseorang atau keadaan masyarakat menuntut adanya

pembolehan ini. Juga karena orang yang diperkenankan untuk melakukan

perbuatan yang dilarang sebenarnya melakukannya untuk mencapai suatu

62 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Bandung : Pustaka Setia, 2000, hlm.

177.

63 Abdul Qadir „Audah, op. cit, hlm.135

Page 100: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

tujuan atau beberapa tujuan hukum Islam. Contohnya membunuh. Perbuatan

ini diharamkan bagi setiap orang. Hukuman bagi pembunuh sengaja adalah

qishash yaitu hukuman mati. Tetapi hukum Islam meberikan hak dalam

pelaksanaan hukuman mati kepada wali korban.

b. Hak dan kewajiban

Antara hak dan kewajiban pada dasarnya adalah dua hal yang berbeda.

Melakukan hak hanya bersifat boleh, sedangkan melakukan kewajiban bersifat

harus secara mutlak. Meskipun hak dan kewajiban berbeda pada tabiatnya,

keduanya sejalan dari segi pidana yaitu bahwa perbuatan yang dilakukannya

baik menjalankan kewajiban maupun menggunakan hak merupakan perbuatan

yang diperbolehkan dan tidak dianggap sebagai tindak pidana. Satu perbuatan

dianggap sebagai hak bagi seseorang, namun dianggap sebagai kewajiban bagi

orang lain. Misalnya: membunuh sebagai hukuman qishash adalah hak bagi

wali korban tapi qishash menjadi wajib bagi algojo yang ditugaskan untuk

menjalankannya. Pendidikan dalam mazhab hanafi adalah hak bagi suami dan

ayah, namun merupakan kewajiban bagi guru dan pengajar.

1) Hak tidak mungkin dapat dijatuhi hukuman karena meninggalkannya,

sedangkan kewajiban ada kemungkinan dijatuhi hukuman karena

meninggalkannya. Ketetapan ini telah disepakati oleh para fuqaha

2) Hak terikat dengan syarat keselamatan, sedangkan kewajiban tidak

terikat dengan syarat keselamatan. Maksudnya, orang yang

menggunakan haknya senantiasa bertanggungjawab atas keselamatan

Page 101: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

objek karena dia dapat memilih antara melakukan perbuatan yang

menjadi haknya atau meninggalkannya.

Orang yang memiliki kewajiban dia tidak bertanggung jawab atas

keselamatan si objek karena keharusan untuk menjalankan kewajiban

tersebut dan tidak bisa dittinggalkannya (menurut Imam Abu Hanifah dan

Iman Asy- Syafi‟i). Adapun Iman Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal

berpendapat bahwa hak sama seperti kewajiban yaitu tidak terikat oleh

syarat keselamatan karena menggunakan hak dalam batasan yang telah

ditetapkan merupakan perbuatan yang mubah dimana tidak

adapertanggungjaawaban terhadap sesuatu yang diperbolehkan.64

Pertanggungjawaban pidana dapat hapus karena hal-hal yang bertalian

dengan pebuatan atau karena hal-hal yang bertalian dengan pelaku. Sebab-

sebab yang berkaitan dengan perbuatan yang diperbolehkan disebut asbab al

–ibahah. Sedangkan sebab-sebab yang berkaitan dengan keadaan pelaku

disebut asbab raf‟i al-uqubah. Abdul Qadir Audah sebagaimana dikutip

Ahmad Wardi Muslich menngemukakan bahwa sebab diperolehkannya

perbuatan yang terlarang terdapat enam macam yaitu:65

a. difa‟ asy-syar‟i (pembelaan yang sah)

b. ta‟dib (mendidik)

c. pengobatan

d. permainan kesatriaan

e. halalnya jiwa, anggota badan dan harta (ihdar) seseorang

64 Ibid, hlm. 136-137.

65 A. Wardi Muslich, op. cit, hlm. 85.

Page 102: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

f. hak dan kewajiban penguasa

Asbab raf‟i al uqubah terbagi menjadi empat yaitu:

a. Paksaan

b. Mabuk

c. Gila

d. Anak di bawah umur

3) Sebab dan tingkat pertanggung jawaban pidana

Apabila pertanggungjawaban pidana tergantung kepada adanya

perbuatan melawan hukum, sedangkan perbuatan melawan hukum itu

bertingkat maka pertanggungjawaban juga bertingkat-tingkat. Hal ini

disebabkan karena kejahatan seseorang itu erat kaitannya dengan niatnya.

a. sengaja (al Amdu)

b. menyerupai sengaja (Syibhu al „Amd)

c. keliru (al Khata‟)66

4) Yang mempengaruhi pertanggungjawaban pidana

a. Pengaruh tidak tahu

Ketentuan yang berlaku dalam syariat Islam adalah bahwa pelaku

tidak dihukum karena suatu perbuatan yang dilarang, kecuali mengetahui

dengan sempurna tentang dilarangnya perbuatan tersebut maka tidak dibebani

pertanggungjawaban pidana. Dengan adanya kemungkinan untuk mengetahui

maka setiap mukallaf dianggap mengetahui semua hukum atau undang-

66 Ibid, hlm. 77-78.

Page 103: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

undang walaupun dalam kenyataannya banyak dari mereka yang tidak

mengetahui.

Tidak tahu tentang arti suatu undang-undang dipersamakan dengan

tidak tahu bunyi undang-undang itu sendiri dan kedudukannya, maka tidak

bisa diterima sebagai alasan pembebasan hukuman. Dalam hukum positif

kesalahan pengertian ini disebut sebagai salah tafsir.

Salah satu contoh yang terkenal dalam syari‟at Islam tentang salah

tafsir adalah bahwa kelompok kaum muslimin di negeri Syam, minum

minuman keras karena menganggap minuman tersebut dihalalkan, dengan

beralasan firman Allah SWT

“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah

mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan

mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa

dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan.

dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”67

Tetapi meskipun mereka salah menafsirkan ayat tersebut, mereka tetap

dijatuhi hukuman juga.

b. Pengaruh lupa

Lupa adalah tidak siapnya sesuatu pada waktu diperlukan. Dalam

syari‟at Islam, lupa disejajarkan dengan keliru.

Para fuqaha terbagi dua kelompok dalam membahas hukum dan

pengaruh lupa:

67 QS. Al Maidah (5): 93.

Page 104: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

a) Lupa adalah alasan yang umum baik dalam urusan ibadah maupun

pidana. Berdasarkan prinsip umum yang menyatakan bahwa orang

yang mengerjakan perbuatan yang dilarang karena lupa, tidak

berdosa dan dibebaskan dari hukuman. Meskipun demikian tetap

dikenakan pertanggungjawaban perdata apabila perbuatannya

menimbulkan kerugian orang lain.

b) Lupa hanya menjadi alasan hapusnya hukuman akhirat, karena

hukumna akhirat didasarkan atas kesengajaan sedangkan orang

lupa kesengajaan itu sama sekali tidak ada. Untuk hukuman dunia,

lupa tidak bisa menjadi alasan hapusnya hukuman sama sekali

kecuali hal yang berhubungan dengan hak Allah dengan syarat

adanya motif yang wajar untuk melakukan perbuatannya itu dan

tidak ada hal yang mengingatkannya sama sekali.

Meskipun demikian pengakuan lupa dari pelaku tidak bisa

membebaskannya dari hukuman sebab pelaku harus dapat membuktikan

kelupaannya dan hal ini sangat sulit dilakukan.

c. Pengaruh keliru

Keliru adalah terjadinya sesuatu di luar kehendak pelaku. Dalam

jarimah yang terjadi karena kekeliruan, pelaku melakukan perbuatan tersebut

bukan karena niat atau kesengajaan melainkan karena kelalaian dan kurang

hati-hati. Dalam segi pertanggungjawaban pidana orang yang keliru

dipersamakan dengan orang yang sengaja berbuat, apabila perbuatan yang

dilakukannya itu merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara‟.

Page 105: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Sebenarnya pertanggungjawaban pidana hanya dibebankan kepada

perbuatan sengaja yang diharamkan oleh syara‟ dan tidak dikenakan terhadap

kekeliruan.

Dengan adanya ketentuan pokok dan yang satu lagi merupakan

pengecualian dari ketentuan pokok maka untuk dapat dikenakan hukuman

atas perbuatan karena kekeliruan harus terdapat ketentuan yang tegas dari

syara‟. Jadi apabila syara‟ tidak menentukan hukuman untuk suatu perbuatan

karena kekeliruan maka tetap berlaku ketentuan pokok yaitu bahwa perbuatan

tersebut tidak dikenakan hukuman.68

Perbuatan yang berkaitan dengan jarimah dan hubungannya dengan

pertanggungjawaban pidana ada 3:

1. Perbuatan langsung (mubasyaroh)

Suatu perbuatan yang dengan langsung tanpa perantara telah menimbulkan

jarimah dan sekaligus menjadi illat bagi jarimah tersebut, seperti

penembakan seseorang dengan pistol terhadap orang lain yang

mengakibatkan kematian

2. Perbuatan sebab

Suatu perbuatan yang secara tidak langsung menimbulkan jarimah dan

menjadi illat-nya pula, tapi dengan perantara perbuatan lain, seperti

persaksian palsu atas orang yang sebenarnya tidak bersalah bahwa telah

melakukan pembunuhan

3. Perbuatan syarat

68 A. Wardi, op. cit, hlm.78-80

Page 106: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Suatu perbuatan yang tidak menimbulkan jarimah dan tidak menjadi illat-

nya seperti orang yang membuat sumur untuk keperluan sehari-hari tetapi

digunakan oleh orang lain (orang kedua) untuk menjerumuskan orang

ketiga sampai meninggal. Dalam contoh tersebut, adanya sumur menjadi

syarat kematian korban dan penjerumusan adalah perbuatan langsung.

Bagi pembuat syarat, tidak ada pertanggungjawaban pidana selama

dengan perbuatannya itu tidak bermaksud untuk turut serta, memudahkan

atau memberi bantuan untuk terlaksananya jarimah. Sedangkan bagi

pelaku perbuatan langsung dan sebab dikenakan pertanggungjawaban

pidana atas perbuatannya karena keduanya merupakan illat (sebab)

adanaya jarimah.69

B. Pertanggungjawaban Pidana dalam KUHP

Dalam sistem hukum pidana positif, pertanggungjawaban pidana

terkait erat dengan kesalahan dan perbuatan melawan hukum, sehingga

seseorang mendapatkan pidana tergantung pada dua hal, yaitu:70

a. Unsur obyektif, yaitu harus ada unsur melawan hukum.

b. Unsur subyektif, yaitu terhadap pelakunya harus ada unsur

kesalahan dalam bentuk kesengajaan dan atau kealpaan.

Menurut Pompe, sebagaimana dikutip oleh Martiman Projohamidjojo,

unsur-unsur toerekenbaarheid (pertanggungjawaban), adalah :71

69 Marsum, op. cit, hlm. 84

70 Martiman Projohamidjojo, Memahami Dasar-dasar Hukuman Pidana di Indonesia 2,

Jakarta: Pradnya Paramita, 1997, hlm. 31.

71 Ibid., hlm. 32.

Page 107: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

a. Kemampuan berfikir (psychis) pada pembuat yang memungkinkan

pembuat menguasai pikirannya dan menentukan kehendaknya.

b. Dapat mengerti makna dan akibat perbuatannya.

c. Pembuat menentukan kehendaknya sesuai dengan pendapatnya

(tentang makna dan akibat)

Satochid Kartanegara menyatakan bahwa toerekeningsvatbaarheid

atau dapat dipertanggungjawabkan adalah mengenai keadaan jiwa seseorang,

sedangkan toerekenbaarheid (pertanggungjawaban) adalah mengenai

perbuatan yang dihubungkan dengan sipelaku atau pembuat.

Dalam sistem hukum pidana positif (KUHP), pelaku tindak pidana

tidak dapat dikenakan pidana apabila tidak dapat dasar peniadaan pidana

sebagai berikut:72

a. Alasan yang membenarkan atau menghalalkan perbuatan pidana,73

adalah:

1) Keperluan membela diri atau

noodweer (Pasal 49 ayat 1 KUHP)

2) Melaksanakan ketentuan undang-

undang (Pasal 50 KUHP)

72 Andi Hamzah, op. cit, hlm. 143. Dasar peniadaan pidana adalah alasan-alasan yang

memugkinkan orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi rumusan delik tidak dipidana, Lihat dalam, Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990, hlm. 138

73 Yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang

dilakukan terdakwa menjadi perbuatan yang patut dan benar. Tidak pidananya terdakwa karena

perbuatan tersebut kehilangan sifat melawan hukumnya perbuatan. Walaupun dalam kenyataanya

perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur tindak pidana. Akan tetapi karena hilangnya sifat

melawan hukum, maka terdakwa tidak dipidana. Lihat dalam, Moeljatno, op. cit, hlm. 137.

Page 108: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

3) Melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh seorang penguasa

yang berwenang (Pasal 51 ayat 1 KUHP)

Ketiga alasan ini menghilangkan sifat melawan hukum dari suatu

tindakan sehingga perbuatan si pelaku menjadi diperbolehkan.

b. Alasan yang memaafkan pelaku74

, hal ini termuat dalam :

1) Pasal 44 ayat 1 KUHP, yang menyatakan seseorang tidak dapat

dipertanggung jawabkan perbuatannya, disebabkan jiwanya cacat dalam

tubuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit

(ziekelijke storing)

2) Pasal 48 KUHP, yang menyatakan seseorang yang melakukan perbuatan

karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana

3) Pasal 49 ayat 2 KUHP, menyatakan bahwa pembelaan terpaksa yang

melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang

hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

4) Pasal 51 ayat 2 KUHP, menyatakan terhapusnya pidana karena perintah

jabatan tanpa wenang, jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira

bahwa perintah diberikan dengan wenang, dan pelaksanaanya termasuk

dalam lingkungan pekerjaanya.

74 Yaitu alasan yang menghapuskan kesalaahan terdakwa. Perbuatan yang dilakukan terdakwa

bersifat melawan hukum, tetapi tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.74 Perbuatan tersebut

walaupun terbukti melanggar undang-undang (bersifat melawan hukum), namun karena hapusnya

kesalahan pada diri terdakwa, maka perbuatannya itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.lihat

dalam, Adami Chazawi, op. Cit, hlm. 19.

Page 109: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Ketentuan-ketentuan tentang alasan dan hal-hal yang mempengaruhi

pemidanaan ini bersifat umum, sehingga berlaku juga pada kejahatan terhadap

nyawa.

Dalam mengartikan sebuah delik atau tindakan yang dapat dipidana

haruslah ada unsur-unsur tertentu di dalamnya, unsur-unsur tersebut menurut

hukum positif yaitu : Suatu perbuatan, Perbuatan itu dilarang dan diancam

dengan hukuman, dan Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat

dipertanggungjawabkan75

75 Leden Marpaung, op. cit, hlm. 4.

Page 110: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

BAB IV

ANALISIS PEMBELAAN TERPAKSA MELAMPAUI BATAS

DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

A. Analisis Tindak Pidana Pembunuhan

Demi untuk memelihara tubuh manusia, Islam menetapkan prinsip

keadilan untuk seluruh umat manusia. Al-Qur'an baik dalam surat-surat

Makiyah atau Madaniyah, mengutamakan dan menganjurkan agar keadilan

itu menjadi perhatian umat. Seterusnya menegur dan menjauhkan umat

manusia dari sifat aniaya yang akan merusak manusia itu sendiri. Maka dari

itu Al-Qur'an memerintahkan keadilan secara umum dan khusus, baik

terhadap musuh yang menyerang ataupun sebaliknya, terhadap mereka, kaum

Muslimin diperintahkan agar tetap berlaku adil kepada sesamanya.1

Islam sebagai Agama Universal mengandung prinsip-prinsip hak asasi

manusia. Sebagai sebuah konsep ajaran, Islam menempatkan manusia pada

kedudukan yang sejajar dengan manusia lainnya, perbedaan antara satu

individu dengan individu lain terjadi bukan karena haknya sebagai manusia,

melainkan didasarkan keimanan dan ketaqwaannya. Adanya perbedaan itu

tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam kedudukan sosial.

Dari apa yang telah diuraikan di atas, teranglah bahwa tujuan Syari'at

di sekitar sanksi, adalah untuk memperbaiki jiwa dan mendidiknya serta

berusaha menuju ketentraman dan keberuntungan manusia. Sanksi dalam

1 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 164-165.

Page 111: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

hukum pidana Islam beraneka rupa. Selain hukuman had dan qishash terdapat

pula macam uqubah lain, yang bersesuaian dengan jiwa manusia seperti,

hukuman ta'zir, kafarat dan lain-lain. Hal ini membantu para hakim dalam

melaksanakan sanksi pidana dan memberi kepada tiap-tiap keadaan sanksi

yang sepadan. Kemudian dalam penerapan hukuman mati syari'at Islam tidak

menghalanginya sama sekali, tetapi di samping itu, Islam mengadakan aneka

rupa syarat untuk menyempitkan pelaksanaan hukuman tersebut dan

memberikan keringanan apabila ada maaf dari pihak terbunuh.2

Berbeda dengan hukum pidana Indonesia yang menggolongkan

kejahatan pembunuhan sebagai tindak pidana murni. Sedangkan dalam

formulasi hukum pidana Islam, kejahatan pembunuhan disamping

memasukkan aspek pidana juga memasukkan aspek hukum perdata.

Ketentuan ini jelas berbeda dengan ketentuan perundangan pidana positif

yang hanya menggolongkan pidana pembunuhan dalam wilayah hukum

publik, sehingga wewenang penjatuhan hukuman berada sepenuhnya pada

tangan penguasa atau negara, tanpa campur tangan dari pihak korban untuk

menuntut balas atau membebaskan pelaku dengan mengganti hukuman

lainnya.

Sebagaimana telah diketahui bahwa pembunuhan adalah perbuatan

yang di larang keras oleh agama karena akibat yang ditimbulkan dari

perbuatan tersebut dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat. Perbuatan

membunuh itu sendiri pada dasarnya adalah merampas hak hidup orang lain

2 Hasbi Shiddiqi, Pidana Mati dalam Syari'at Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998,

hlm. 52-53.

Page 112: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dan mendahului kehendak Allah, karena Dia-lah yang berhak membuat hidup

dan mati. Allah mengharamkan manusia melakukan pembunuhan kecuali

dengan alasan yang benar yaitu kafir setelah iman (murtad), berzina setelah

ihshan, dan membunuh sesama muslim yang terpelihara jiwanya. 3

Manusia tidak bisa merealisasikan semua keinginan dan tujuan hidup

mereka kecuali jika seluruh unsur dan faktor tersebut terpenuhi dan

memperoleh haknya secara penuh. Salah satu hak yang paling asasi dan

diusung tinggi oleh Islam adalah hak hidup, maka tidak seorangpun

diperbolehkan untuk menggugat kehormatan orang lain dan melanggar apa

yang telah digariskan oleh Allah SWT, hak memiliki, hak menjaga

kehormatan diri, hak kebebasan, hak persamaan, dan hak memperoleh

pengajaran.

Pembunuhan merupakan perbuatan yang dapat menggugurkan apa

yang telah Allah ciptakan, merampas hak hidup korban karena menghapus

kebahagiaan keluarga korban yang bangga akan keberadaan korban karena

bermanfaat bagi orang lain. Dengan kematian korban, maka terputuslah

semua bentuk pertolongan yang biasa datang dari korban. Islam tidak

membedakan antara satu jiwa dan jiwa lain. Oleh karena itu tidak

diperbolehkan merampas hak

hidup orang lain yang dapat menghancurkan hidup mereka dengan cara

bagaimanapun.

3 Lihat M. Quraish Shihab, op. cit, Jilid VII, hal 266. Pengecualian dalam pembunuhan

menyangkut tiga hal. Pertama, atas dasar qishash. Kedua, membendung keburukan akibat

tersebarnya kekejian (zina). Ketiga, membendung kejahatan yang mengakibatkan kekacauan dan

mengganggu keamanannya, yakni terhadap orang murtad meninggalkan agama Islam, karena ia

telah mengetahui rahasia-rahasia (jamaah)Islam dan keluarnya dapat mengancam (jamaah) Islam.

Page 113: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

األصل فى المضار التحريم

“Prinsip dasar pada masalah mudarat adalah Haram.”4

Kaidah fiqih tersebut menjelaskan bahwa hukum asal yang

menyangkut masalah mudarat adalah diharamkan. Termasuk perbuatan

membunuh yang lebih besar madaratnya daripada manfaat yang terjadi. Jika

pembunuhan itu terjadi juga dengan tidak sengaja, dalam Islam juga mengatur

masalah sanksi, meskipun sebenarnya dalam Islam seseorang yang tidak

sengaja berbuat maka menjadi dasar penghapus hukuman, tapi tidak

berpengaruh dalam tindak pidana pembunuhan.

Islam juga mewajibkan denda dalam pembunuhan tidak sengaja

sebagai penghormatan kepada nyawa seseorang. Tujuannya adalah agar

seseorang tidak pernah sama sekali terpikir untuk menyepelekan nyawa

seseorang dan juga agar setiap orang berhati-hati ketika berinteraksi dengan

nyawa dan jiwa orang lain, juga untuk menutup pintu mafsadah sehingga

tidak seorangpun yang boleh membunuh dengan alasan bahwa pembunuhan

itu tidak sengaja.

B. Syarat dan Dasar Hukum Pembelaan Terpaksa

Pada dasarnya istilah pembelaaan terpaksa melampaui batas, tidak

ditemukan dalam Hukum Pidana Islam. Pengertian yang lebih spesifik dalam

hukum pidana Islam lebih dikenal dengan istilah dif‟a asy-syar‟i al-khass

(pembelaan syar‟i khusus atau pembelaan yang sah) atau daf‟u as-sail

(menolak penyerang). Meskipun demikian, secara subtantif pengertian

4 Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, op.cit, hlm. 88

Page 114: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

tersebut penulis analogikan dengan maksud yang terdapat dalam hukum

positif.

Dalam masalah pembelaan yang sah Islam membedakannya menjadi

dua yaitu Pembelaan khusus (daf us-sha‟il) dan Pembelaan umum atau (dif‟a

asy-syar‟i al-am) atau yang lebih dikenal dengan istilah Amar Ma‟ruf Nahi

Munkar. Amar adalah fi‟il amar yang berarti perintah atau anjuran dan Ma‟ruf

(kebaikan) yaitu semua perkataan atau perbuatan yang perlu diucapkan atau

dilakukan sesuai dengan nas, dasar umum (aturan pokok) dan jiwa hukum

Islam, bisa dengan perkataan dan perbuatan. Sedangkan Nahi yaitu Fi‟il nahi

yang berarti larangan untuk mengerjakan dan Munkar yaitu setiap perbuatan

yang dilarang terjadinya oleh syara‟.

Tetapi di dalam KUHP pasal 49 ayat 1, dikenal istilah pembelaan

terpaksa (noodweer), yang berasal dari kata nood dan weer. “Nood” berarti

darurat (keadaan)/ keadaan terpaksa, sedangkan “weer” berarti pembelaan,

menolong atau melepaskan dari bahaya. Sedangkan pasal 49 ayat 2 dikenal

pengertian pembelaan terpaksa melampaui batas (noodweer exces).

Pengertian tersebut pada dasarnya sama dengan pengertian yang dimaksud

dalam ayat 1 tetapi dalam ayat 2 terdapat kata “exces” yang berarti

pelampauan batas.

Jadi, terdapat perbedaan istilah dalam pengertian antara hukum pidana

Islam dan KUHP. Tetapi terdapat persamaan yang mendasar antara keduanya,

yaitu objek atau sasaran yang dilindungi. Dalam KUHP maupun hukum

Page 115: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Islam, dalam pembelaan terpaksa, sama-sama bertujuan melindungi jiwa,

kehormatan, harta benda baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Dalam KUHP tidak ditentukan atau dijelaskan pengertian maupun

syarat pembelaan terpaksa, dan apakah pembelaan merupakan hak atau

kewajiban seseorang. Tetapi oleh ahli hukum, dijelaskan secara rinci

mengenai apa yang dimaksud pembelaan terpaksa ini. Karena dalam pasal

tersebut hanya disebutkan tidak dipidana, barang siapa “yang melakukan

pembelaan terpaksa”, hal ini berarti kalimat aktif, dalam keadaan seketika itu

juga terpaksa atau terdorong oleh situasi yang darurat atau mendesak, bukan

merupakan anjuran atau perintah. Tetapi dalam hukum pidana Islam

diperselisihkan apakah termasuk hak atau kewajiban dalam pembelaan yang

sah.

Para fuqaha telah sepakat berpendapat bahwa membela diri adalah

suatu jalan yang sah untuk mempertahankan diri sendiri atau diri orang lain

dari serangan terhadap jiwa, kehormatan dan harta benda. Tetapi berbeda atas

hukumnya, apakah merupakan suatu kewajiban atau hak. Jadi,

konsekuensinya apabila membela diri merupakan suatu hak, maka seseorang

boleh memilih antara meninggalkan dan mengerjakannya, tetapi tidak berdosa

dalam memilih salah satunya. Sebaliknya apabila dikatakan kewajiban maka

seseorang tidak memiliki hak pilih dan berdosa ketika meninggalkannya.5

Melakukan pembelaan terhadap serangan didasarkan pada Firman Allah

SWT:

5 Ahmad hanafi, op. cit, hlm. 211

Page 116: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Bulan Haram dengan Bulan Haram dan pada sesuatu yang

patut dihormati, berlaku hukum qishash. oleh sebab itu barangsiapa yang

menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya

terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah, bahwa Allah beserta

orang-orang yang bertakwa.”6

Jadi, dalam ayat tersebut dapat dilihat bahwa hukum pembelaan diri

sangat penting karena dalam hukum pidana Islam maupun positif mempunyai

satu tujuan yang sama dalam pembentukan hukum yaitu perlindungan HAM.

Hukum Islam dalam pembentukan hukum mempunyai tujuan utama yaitu

untuk kemaslahatan umat manusia baik di dunia maupun akhirat, yang sering

dikenal Al-Maqasidu Khamsah (Panca Tujuan: hifz al-nafs (menjaga jiwa),

hifz al-„aql (menjaga akal), hifz al-din (menjaga agama), hifz al-mal (menjaga

harta) dan hifz al-nasl (menjaga keturunan)) terbukti dalam ayat tersebut

memberikan penjelasan bahwa Begitu pentingnya pembelaan diri karena

dalam Islam juga melindungi hak-hak manusia walaupun umat Islam diserang

di bulan Haram7, yang Sebenarnya di bulan itu tidak boleh berperang, Maka

diperbolehkan membalas serangan itu di bulan itu juga.

Pada dasarnya perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam itu

diharamkan tetapi terdapat pengecualian yaitu pembolehan sebagaian

perbuatan yang dilarang bagi orang yang memiliki karakter-karakter khusus

sebab kondisi seseorang atau keadaan masyarakat menuntut adanya

pembolehan ini. Juga karena orang yang diperkenankan untuk melakukan

6 QS. Al Baqarah (2): 194

7 Bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab, tanah haram (Mekah) dan ihram.

Page 117: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

perbuatan yang dilarang sebenarnya melakukannya untuk mencapai suatu

tujuan atau beberapa tujuan hukum Islam. Seperti melindungi jiwa, menjaga

kehormatan dan mempertahankan harta baik diri sendiri maupun orang lain.

األصل فى الدماء واألعراض واألموال الحرمة

“Prinsip dasar pada maslah darah, kehormatan dan harta adalah

haram.”8

Salah satu sebab diperbolehkannya perbuatan yang dilarang baik

dalam hukum pidana Islam maupun dalam KUHP yang tidak dipidana yaitu

melakukan pembelaan diri. Dalam menentukan apakah perbuatan tersebut

merupakan pembelaan diri atau bukan, maka dalam hukum pidana Islam dan

hukum positif mengatur tentang syarat maupun unsur.

Dalam menetapkan syarat pembelaan diri terdapat persamaan dan

perbedaan antara hukum pidana Islam dan hukum Positif. Persamaan syarat

tersebut yaitu antara lain: Pertama, pembelaan terpaksa dilakukan karena

sangat terpaksa atau tidak ada jalan lain untuk mengelakan serangan, harus

benar-benar dalam keadaan terpaksa Kedua untuk mengatasi adanya serangan

atau ancaman serangan seketika yang bersifat melawan hukum. Jadi, disini

dalam melakukan pembelaan tidak boleh adanya praduga / prasangka dan

rasa takut yang berlebihan akan diserang sehingga dia menyerang dulu

sebagai bentuk pembelaan diri, dalam hal ini tidak dibenarkan. Maka

pembelaan dilakukan harus terjadi serangan seketika itu terjadi, ketiga

serangan atau ancaman serangan ditujukan pada 3 kepentingan hukum atas:

badan, kehormatan kesusilaan, dan harta benda sendiri atau orang lain,

8 Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, op.cit, hlm. 5

Page 118: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

keempat harus dilakukan ketika adanya ancaman serangan dan

berlangsungnya serangan, atau bahaya yang masih mengancam, kelima

perbuatan pembelaan harus seimbang9 dengan serangan yang mengancam.

Yang menjadi perbedaan syarat pembelaan diri dalam hukum pidana

Islam dan KUHP adalah Pertama, melewati batas ukuran pembelaan diri

(yang diperbolehkan). Dalam hukum pidana Islam, jika seseorang melakukan

pembelaan diri dengan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan yang

diperlukan, maka harus bertanggung jawab atas tindakannya itu. Kedua,

Imam Abu Hanifah, asy-Syafi‟i dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa

jerat atu perangkap yang dipasang dibelakang pintu, pagar atau di jalan

dengan maksud membunuh atau melukai penyerang hukumnya boleh. Orang

yang mempunyai tempat tersebut tidak bertanggungjawab apabila bertujuan

untuk membela diri karena orang yang memasukinya berarti membunuh

dirinya sendiri lantaran memasuki rumah orang lain secara ilegal (tanpa hak).

Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa orang yang melakukan hal

tersebut harus bertanggungjawab apabila perbuatannya bertujuan untuk

melukai atau membinasakan orang yang memasuki rumah tanpa izin. Dengan

9 Dalam hukum pidana positif, ukuran seimbang atau lebih berat yang dimaksud adalah

terletak pada akal manusia pada umumnya. Jadi di sini terdapat ukuran objektif yang sekaligus

subjektif. Ukuran subjektif yaitu terletak pada akal manusia, sedangkan ukuran objektif adalah bagi orang normal pada umumnya. Ukuran subjektif dan objektif ini haruslah digunakan secara

bersama. Tidak boleh subjektif saja misalnya hanya pada akal dan perasaan si pembuat, tetapi

harus pada akal pikiran bagi orang pada umumnya. Hakimlah yang berwenang menilai dan

menentukan telah dipenuhinya syarat subjektif maupun objektif tersebut, dan dia harus mampu

menangkap akal pikiran bagi semua orang terhadap resiko atas suatu pilihan perbuatan tertentu

berdasarkan akal budi yang dimilikinya. Lihat dalam Zainal Abidin Farid, op. cit hlm. 199

Page 119: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

alasan, kaidah pembelaan diri karena pembelaan berdiri atas dasar untuk

menolak serangan dengan penolakan yang paling ringan.10

Sedangkan dalam KUHP, pertama dikenal pembelaan terpaksa yang

melampaui batas, dalam hal ini si korban mengalami kegoncangan jiwa yang

sangat hebat. Jadi, faktor subyektifitas memegang peranan karena

temperamen setiap individu berbeda-beda. Sebaiknya terhadap diri pribadi si

pelaku noodweer exces dimintakan keterangan ahli psikolog/psikiater. kedua

Mengenai pemasangan alat atau perangkap di depan rumah sebagai bentuk

pembelaan diri, tidak diperbolehkan karena dalam pasal 49 ayat 1 yang

menjadi syarat pembelaan terpaksa salah satunya adalah serangan yang

dilakukan harus sedang dijalankan. Jika pemasangan alat atau perangkap

yang mematikan sebagai pembelaan diri diperbolehkan atau “dikhawatirkan

akan segera menimpa” (onmiddelijk dreigende), dengan alasan sebagai

perlindungan diri karena di Indonesia sering terjadi perampokan jadi sebagai

alat perlindungan diri maka tidak dibenarkan karena dikhawatirkan dalam hal

ini tidak ada faktor seimbang antara dua kepentingan yang dirugikan ada

peranan penting.

Persamaan pembelaan terpaksa dengan pembelaan yang melampaui

batas antara lain yaitu: Pertama, pada keduanya harus ada serangan atau

ancaman serangan yang melawan hukum yang ditujukan pada tiga

kepentingan hukum (tubuh, kehormatan kesusialaan dan harta benda), sama-

sama dilakukan dalam keadaan yang terpaksa (noodzakelijk) dalam usaha

10 Abdul Qadir Audah, op. cit, hlm. 152

Page 120: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

mempertahankan dan melindungi suatu kepentiangan hukum yang terancam

bahaya oleh serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum, kedua,

pada keduanya, pembelaan ditujukan untuk mempertahankan daan

melindungi kepentingan hukum (rechsbelang) diri sendiri atau kepentingan

hukum orang lain.

Sedangkan perbedaannya yaitu antara lain: Pertama, perbuatan yang

dilakukan sebagai wujud pembelaan terpaksa harus perbuatan yang seimbang

dengan bahaya atau ancaman serangan dan tidak diperbolehkan melampaui

dari apa yang diperlukan dalam pembelaan. Tetapi dalam pembelaan terpaksa

melampaui batas, pilihan perbuatan tidak seimbang dengan bahaya yang

ditimbulkan oleh serangan atau ancaman serangan karena adanya

keguncangan jiwa yang hebat11

misalnya seseorang menyerang lawannya

dengan pecahan botol yang sebenarnya dapat dilawan dengan sebatang kayu

(noodweer) tapi karena kegoncangan jiwa yang hebat dilawan dengan cara

menembaknya (noodweer exces), kedua, pembelaan terpaksa hanya dapat

dilakukan ketika adanya ancaman atau serangan sedang berlangsung dan

tidak boleh dilakukan setelah serangan berhenti atau tidak ada lagi, tapi dalam

pembelaan yang melampaui batas, perbuatan pembelaan masih boleh

dilakukan sesudah serangan terhenti. Ketiga, tidak dipidana dalam pembelaan

terpaksa karena sifat melawan hukum pada perbuatannya, jadi merupakan

alasan pembenar. Dasar peniadaan pidana pada pembelaan terpaksa terletak

pada perbuatannya. Sedangkan dalam pembelaan yang melampaui batas

11 Adami Chazawi, op. cit, hlm. 51

Page 121: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

merupakan alasan pemaaf karena adanya alasan penghapus kesalahan pada

diri pelaku.

Dalam noodweer mengandung asas subsidairiteit yaitu harus adanya

keseimbangan antara kepentingan yang dibela, cara yang dipakai dan

kepentingan yang dikorbankan dan asas propositionaliteit yaitu tidak semua

alat dapat dipakai, hanya yang masuk akal. karena terdapat pembelaan yang

dilakukan harus sesuai dengan serangan yang bersifat melawan hukum,

sedangkan pembelaan diri harus disebabkan terpaksa karena tidak ada jalan

lain. Jadi, dalam pembuktian suatu kasus, hakim harus benar-benar

memperhatikan asas tersebut apakah merupakan alasan dalam noodweer atau

bukan.

Selain pembelaan diri (pembelaan khusus), hukum pidana Islam juga

mengatur adanya pembelaan umum (amar ma‟ruf nahi munkar) karena

dengan adanya pembelaan umum, maka dapat mencegah terjadinya jarimah

dan mengurangi terjadinya penyelewengan yang tidak diinginkan (upaya

prefentif). Jadi dalam hukum Islam, pembelaan umum hukumnya wajib.

Tetapi tidak semua orang dikenakan kewajiban dalam melaksanakannya. Ada

beberapa syarat yang harus ada pada pembelaan umum, salah satunya yaitu

adanya kesanggupan dan berakal sehat.

Dari segi hukum dan dasar tujuan tidak ada perbedaan antara

pembelaan khusus dan pembelaaan umum tersebut. Tetapi dalam segi objek

terdapat perbedaan yaitu: Objek pembelaan khusus adalah setiap serangan

yang mengenai keselamatan orang atau hartanya atau kehormatannya, sedang

Page 122: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

objek pembelaan umum adalah yang mengenai hak masyarakat, keamanan

dan ketertibannya yang bersifat wajib. Pembelaan khusus terjadi jika adanya

serangan dari seseorang, sedang pembelaan umum terjadi ketika tidak ada

serangan.

Contoh: jika ada seorang laki-laki mendatangi seorang prempuan

dengan maksud memperkosa, maka disini terdapat pembelaan khusus. Tetapi

jika lelaki itu mendatanginya dengan persetujuan seorang perempuan

tersebut, maka terjadi pembelaan umum yaitu menolak (menggagalkan)

perbuatan munkar. Begitu juga dengan peristiwa pembunuhan terhadap orang

lain terdapat pembelaan khusus tetapi pada percobaan membunuh terdapat

pembelaan umum.

Ciri khas syari‟at Islam yang tidak terdapat pada hukum positif adalah

“amar ma‟ruf nahi munkar”. Dengan adanya asas ini dimaksudkan agar

setiap orang menjadi pengawas atas orang lain dan penguasa serta sesama

manusia saling memberi petunjuk dan mengingatkan untuk menjauhkan diri

dari perbuatan munkar dan ma‟siat, menjaga keamanan dan ketertiban,

memberantas jarimah dan menjunjung akhlak yang tinggi.

Sistem amar ma‟ruf nahi munkar tidak dikenal oleh hukum positif

kecuali pada awal abad XIX M, dimana hukum tersebut mulai mengakui

adanya hak mengeritik dan membimbing rakyat biasa (perorangan), serta

memberikan hak untuk menangkap orang yang tertangkap basah waktu

melakukan jarimah dan menyerahkannya kepada pihak yang berwajib.

Bahkan dalam keadaan tertentu perseorangan diberikan hak untuk

Page 123: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

menghalangi perbuatan jarimahnya jika menyangkut kepentingan masyarakat

seperti dalam penggulingan kekuasaan pemerintah dan menghancurkan

bangunan umum. Tetapi sistem amar ma‟ruf nahi munkar hanya diterapkan

oleh hukum positif dalam keadaan tertentu saja sedang dalam syari‟at Islam

dijalankan dengan seluas-luasnya.12

A. Analisis Sanksi Pembelaan Terpaksa melampaui Batas dalam Tindak

Pidana Pembunuhan

Sengaja membunuh dalam hal ini pelaku dengan sengaja melakukan

perbuatan membunuh, meskipun diketahui bahwa perbuatan tersebut dilarang.

Akan tetapi masalah kehendak menjadi permasalahan ketika orang yang

membunuh dalam kondisi terpaksa. Pelaku melakukan pembunuhan bukan atas

kehendaknya sendiri, melainkan karena adanya ancaman. Jika tidak membunuh

maka orang yang diserang akan dibunuh. Sementara itu unsur penting yang

menjadi dasar penentuan hukuman menurut syari‟at Islam adalah maksud atau

niatan yang menyertai perbuatan jarimah.13

Di dalam KUHP, tindak pidana pembunuhan yang dilakukan karena

pembelaan terpaksa tidak dipidana, karena adanya peniadaan pidana yang di

dalamnya terdapat alasan pembenar yang menyebabkan hapusnya sifat

melawan hukum perbuatan14

, sehingga apa yang dilakukan terdakwa menjadi

12 Ahmad Hanafi, op. cit, hlm. 225-226

13

Niat dalam tindak pidana pembunuhan sangat menentukan terhadap penerapan sanksi atas

tindak pidana yang dilakukan. Dalam tindak pidana pembunuhan, Islam membedakan jenis

tingkatan hukuman pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja didasarkan pada niatan

pembunuh. Niat tersebut sangat mempengaruhi terhadap berat-ringannya hukuman.

14

Hal ini berdasarkan pendapat Langenmeyer yang dikutip oleh Roeslan Saleh:“ Sifat

melawan hukum pada suatu perbuatan yang memenuhi rumusan delik akan mempunyai arti jika

melalui cara yaitu hakim akan memutuskan supaya ia lepas dari segala tuntutan hukum

Page 124: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

perbuatan yang patut dan benar. Tidak dipidananya terdakwa karena perbuatan

tersebut kehilangan sifat melawan hukumnya perbuatan. Walaupun dalam

kenyataanya perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur tindak pidana. Akan

tetapi karena hilangnya sifat melawan hukum, maka terdakwa tidak dipidana.

Selain alasan pembenar, juga terdapat alasan pemaaf karena orang yang

melakukan perbuatan karena terdorong oleh pembelaan terpaksa melampaui

batas yang sebenarnya terpaksa dilakukan karena didorong oleh suatu tekanan

batin atau tergoncangnya jiwa, jadi fungsi batinnya menjadi tidak normal. Oleh

karena itu seseorang yang melakukan pembunuhan karena dalam keadaan

terpaksa dan dalam pembuktian di persidangan benar-benar terbukti adanya

syarat dan unsur pembelaan terpaksa, maka terdakwa dinyatakan lepas dari

segala tuntutan. Namun jika dalam pembuktian tidak terbukti adanya unsur

pembelaan terpaksa dalam tindak pidana pembunuhan, dengan

mempertimbangkan kaidah terdapat dalam pasal 49 ayat 1 dan 2 KUHP, maka

pelaku dapat dijatuhkan hukuman sebagaimana yang telah diatur dalam KUHP

mengenai kejahatan terhadap nyawa khususnya pasal 338 KUHP.

Penyerangan yang melawan hukum seketika itu melahirkan hukum

darurat yang membolehkan korban melindungi dan mempertahankan

kepentingannya atau kepentingan hukum orang lain. Inilah dasar filosofi

pembelaan terpaksa.

berdasarkan tidak dapat dipidananya perbuatan tersebut bilamana ia berfikir bahwa harus memperhatikan keadaan-keadaan yang khusus yag dipandang dari sudut peraturan tertulis atau

tidak tertulis perbuatan tersebut merupakan hal yang patut walaupun bertentangan dengan

ketentuan yang melarang. Dalam semua kejadian-kejadian demikian masih dibuktikan apa yang

sepatutnya didakwakan tetapi bersamaan dengan hilangnya sifat melawan hukum, hilang pula hal

yang dapat dipidananya, dan karenanya putusannya adalah lepas dari tuntutan hukum, bukan bebas

dari tuntutan hukum.” Lihat dalam Roeslan Saleh, op. cit, hlm.6

Page 125: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Suatu perbuatan dianggap sebagai suatu tindak pidana karena

perbuatan tersebut bisa merugikan terhadap tata nilai hidup yang ada di dalam

masyarakat, kepercayaan-kepercayaan, merugikan anggota-anggota

masyarakat, harta benda, nama baik, perasaan-perasaannya dan pertimbangan-

pertimbangan baik yang harus dihormati dan dipelihara.

Dalam memberikan sanksi terhadap pelaku pembunuhan, Islam tidak

terpaku hanya pada satu hukum saja, akan tetapi memberikan alternatif baik

pembunuhan itu sengaja atau pembunuhan yang tidak disengaja. Bahkan Islam

memberikan pilihan bagi keluarga terbunuh dalam memberikan sanksi terhadap

pelaku antara qishash atau memaafkan dan disuruh memilih disekitar

memberikan maaf dengan tidak memberikan ganti apa-apa.

Dengam demikian, maka dapat di fahami bahwa dalam hukum Islam,

tujuan diadakannya hukum qishash adalah, untuk melindungi hak Allah atas

hamba dalam masyarakat, terutama menyangkut hak hidup seseorang.

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup

bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”15

Dari ayat ini maka dapat dilihat bahwa qishash merupakan akibat dari

kejahatan terhadap manusia. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan

hidup manusia. Dengan demikian artinya, jika qishash itu dilaksanakan maka

kelangsungan hidup manusia di dunia akan terjamin. Dari ayat diatas jelas

menunjukan bahwa hukuman merupakan sarana sebagai sebuah jaminan

terhadap hak-hak dan kelangsungan hidup manusia.

15 QS. Al Baqarah (2): 179

Page 126: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Secara umum si korban tidak memiliki hak untuk memaafkan

hukuman, akan tetapi ketentuan itu tidak berlaku bagi tindak pidana

pembunuhan. Pemaafan pada hukuman qishash oleh si korban tidak

dikhawatirkan akan mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Dengan

demikian, jenis hukuman qishash dalam hukum pidana Islam tidak semata-

mata diorientasikan pada perlindungan atau pemberantasan kejahatan, tetapi

lebih dari itu ditujukan pada pemberian jaminan rehabilitasi pada si korban

untuk tetap mendapatkan haknya untuk mendapatkan kembali posisi sosialnya

yang setara dengan orang lain.

Islam memberikan kebebasan kepada seseorang selama tidak

melampaui batas. Seseorang diizinkan untuk hidup dan mempunyai hak untuk

hidup selama ia tidak melakukan kekerasan apa pun. Tetapi, bila ia melampaui

batas tersebut dan membuat kekacauan serta penindasan dalam masyarakat

atau menjadi ancaman bagi kehidupan sesamanya, maka ia kehilangan hak

hidupnya.

Jadi, dalam menentukan sanksi hukuman atas pembelaan yang

melampaui batas dalam hukum Islam penulis berdasarkan penjelasan diatas

berpendapat bahwa terjadi perbedaan pendapat dikalangan Ulama. Pada

dasarnya pembelaan diri hukumnya mubah (diperbolehkan) dan tidak ada

hukuman baginya.

األمور بمقاصدها

“Tiap perkara tergantung maksudnya”16

16 Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, op.cit.hlm. 5

Page 127: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Namun jika sampai melewati batas dan mengenai orang lain dengan

tersalah, maka perbuatannya bukan mubah melainkan kekeliruan dan kelalaian

si pembela diri. Firman Allah SWT

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,

bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang

itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka

bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan

Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-

olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya

telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa)

keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah

itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka

bumi.”17

Menurut Imam Malik, Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad bin Hambal

penyerangan tidak perlu harus berupa perbuatan jarimah yang diancam

dengan hukuman, tapi cukup dengan perbuatan yang tidak sah (tidak benar).

Demikian pula kecakapan pembuat tidak diperlukan dan oleh karenanya

serangan orang gila dan anak kecil dapat dilawan. Jika sampai mengakibatkan

kematian maka tidak terdapat pertanggungjawaban baginya baik secara

perdata maupun pidana.

Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya, serangan harus

berupa jarimah yang diancam dengan hukuman dan dilakukan oleh orang

yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Jadi, apabila perbuatan

(serangan) bukan jarimah yang diancam dengan hukuman, melainkan hanya

17 Q.S Al Maidah (5): 32

Page 128: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

perbuatan yang tidak sah atau pelakunya tidak memiliki kecakapan maka

orang yang diserang itu hanya berada dalam keadaan terpaksa. Imam Abu

Yusuf berbeda dengan gurunya Imam Abu Hanifah yaitu perbuatan

diisyaratkan harus berupa jarimah yang diancam dengan hukuman tetapi

pelakunya tidak perlu harus orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban

pidana. Pendapat Abu Yusuf ini, maka tidak terdapat pertanggungjawaban

secara pidana tapi terdapat pertanggungjawaban secara perdata yaitu dengan

membayar diat.18

Terdapat contoh yaitu beberapa waktu yang lalu digemparkan dengan

kasus Darsem, seorang TKW asal Subang yang akan dihukum pancung

karena tuduhan membunuh di Arab Saudi. Dalam pembelaannya Darsem

terpaksa membunuh, karena akan diperkosa oleh majikannya. Vonis

pengadilan menyatakan, bahwa Darsem terbukti bersalah telah membunuh

majikannya, seorang warga negara Yaman pada Desember 2007. Sidang

pengadilan di Riyadh pada 6 Mei 2009, menjatuhkan hukuman pancung bagi

Darsem. Namun, Darsem akhirnya lolos dari eksekusi mati setelah mendapat

pengampunan dari keluarga korban dengan syarat yang cukup berat untuk

ditanggung terpidana.

Pada 7 Januari 2011, ahli waris korban diwakili Asim bin Sali Assegaf

bersedia memberikan maaf (tanazul) kepada Darsem, dengan kompensasi

uang diyat sebesar SAR 2 juta, atau sekitar Rp 4,7 miliar.

18 Ahmad Wardi Muslich, op. cit, hlm. 90

Page 129: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

a. Apabila yang dilakukan Darsem dalam rangka menghindarkan pemerkosaan

yang sedang terjadi maka ditafsil :

1) Apabila terkait dengan hal-hal yang mengarah kepada

pemerkosaan (seperti meraba, mencium dll) pembunuhan dalam

rangka membela diri dibenarkan setelah melalui tahapan-tahapan

yang memungkinkan seperti membentak, berteriak, memukul dll.

2) Apabila pelaku sudah memasukkan mr ‟p‟ kedalam miss ‟v‟ maka

pembunuhan bisa langsung dilakukan tanpa melalui tahapan-

tahapan menurut qaul dloif.

b. Apabila tindakan Darsem termasuk pembunuhan yang tidak dibenarkan

syara‟ maka maksimal diat yang harus dibayarkan adalah 100 onta.

Apabila yang dilakukan darsem itu tidak pada saat kejadian pemerkosaan

maka termasuk pembunuhan yang tidak dibenarkan syara‟.19

Agar setiap orang dapat terjamin kehidupannya maka harus berlaku

adil. Dengan demikian, orang-orang kuat harus melindungi orang lemah,

orang-orang kaya harus memberikan makan kepada orang-orang fakir, dan

sebagainya. Dalam hal ini banyak sekali Nas-nas al-Qur'an yang

menjelaskannya. Sebagaimana firman Allah SWT:

19

http://solusinahdliyin.net/satta/394-membunuh-untuk-menghindari-

perkosaan.html,diunduh pada tanggal 25 Oktober 2011, 09.30

20 An-Nisâ' (4) : 58.

Page 130: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.

Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”

Allah memerintahkan kaum Muslimin, agar berlaku adil dalam

menghukum dan memutuskan perkara. Keadilan dalam bidang pengadilan itu

dianggap sebagai menunaikan amanah Allah. Al-Qur'an sendiri

memerintahkan keadilan secara umum, tanpa menentukan dalam bidang apa

dan terhadap golongan mana, melainkan dalam segala urusan dan terhadap

semua golongan yang melakukan pelanggaran, karena keadilan itu hukum

Allah dan aturan-Nya sedang manusia seluruhnya hamba Allah.

Seseorang yang melakukan pembunuhan dengan sengaja, orang

tersebut wajib dikenakan sanksi qishash, dengan alasan ia telah

menghilangkan nyawa manusia yang harus dijaga, penerapan sanksi qishas

ini dilaksanakan agar manusia tidak mudah untuk menumpahkan darah antar

sesamanya dan mencegah balas dendam dari pihak korban. Sanksi qishash

dilaksanakan apabila dari pihak korban tidak memberikan maaf, adapun

apabila ia mendapatkan maaf ia tetap diwajibkan untuk membayar diat.21

Disyari‟atkannya pembelaan yang sah dalam hukum Islam yaitu agar

seseorang tidak mudah dalam melukai, bahkan sampai menghilangkan nyawa

orang lain. Dalam hal ini Islam mombolehkan adanya pembelaan yaitu

adanya unsur keadilan sebagai akibat adanya serangan tersebut.

األصل فى المنافع اإلباحة

21 Ibid., hlm. 374-375.

Page 131: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Prinsip dasar masalah manfaat adalah boleh.”22

Yang menjadi asas yang terpenting dalam hukum Islam adalah

keadilan mutlak. Syari‟at Islam sangat menginginkan penegasan asas

ketetapan hukum yang sangat penting ini yaitu keadilan mutlak disetiap

ketentuan hukumnya. Islam menetapkan keadilan yang sama dalam ketentuan

hukum duniawi antarmanusia secara keseluruhan, namun ketentuan ukhrawi

dibatasi pada orang yang beriman pada-Nya dan tunduk terhadap ketentuan

hukum-Nya.

Pada masa sekarang ini yang menjadi dasar penjatuhan hukuman

adalah rasa keadilan23

dan melindungi masyarakat. Rasa keadilan

menghendaki agar sesuatu hukuman harus sesuai dengan besarnya kesalahan

pembuat. Dalam KUHP berat ringannya hukuman yang harus dijatuhkan bagi

pelaku tindak pidana seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dan lain-

lain sudah ada ketentuannya sendiri. Akan tetapi berat ringannya hukuman

tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh para hakim. Hal ini

berhubungan dengan adanya batas maksimal dan minimal hukuman yang ada

dalam KUHP. Kebanyakan para hakim menjatuhkan hukuman mengambil di

antara kedua batas tersebut, dan jarang sekali hakim menjatuhkan hukuman

maksimal kecuali dalam kasus tertentu.

22 Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam

23 Sikap keadilan itu adalah kerelaan untuk mengakui suatu aturan bagi kehidupan manusia yang mengatasi kesukaan individual. Aturan

yang obyektif ini adalah aturan yang seharusnya (Ordnung des Gehorens), aturan ini merupakan dasar dan ukuran bagi aturan yang ditentukan

(Ordnung des Setzen). Sikap keadilan tidak hanya ditemukan pada orang yang beriman, artinya pada orang yang menerima wahyu Allah. Allah

mewujudkan aturan semesta alam, termasuk alam manusia. hal ini dimungkinkan melalui akal budi yang diberikan Allah kepadanya.

Page 132: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Alasan manusia menerima prinsip keadilan dalam ajaran Islam adalah

karena persamaan dan kebebasan diantaranya yaitu manusia berasal dari

keturunan yang sama dan semua makhluk tidak dapat melampui batas-batas

dan hukum yang ditetapkan. Tetapi lingkungan yang rusak dan tamak

meruntuhkan fondasi tersebut.24

Jadi, untuk menghindari adanya kejahatan

yang datang dalam diri seseorang, maka dianjurkan untuk membela diri

ketika diserang.

Pandangan hukum positif tentang hukum pembelaan diri mengalami

berbagai perubahan. pada masa dahulu pembelaan diri merupakan hak yang

diambil dari hukum alami atau dengan sendirinya, bukan dari hukum positif.

Pada abad pertengahan pembelaan diri tidak dianggap sebagai suatu keadaan

yang menghindarkan hukuman tapi hanya sebagai dasar pembebasan

hukuman. Pada abad ke-18 pembelaan dianggap sebagai keadaan terpaksa

yang membolehkan seseorang untuk membela dirinya sendiri. Keadaan

terpaksa tersebut timbul sebagai akibat tidak adanya perlindungan dari

masyarakat (negara). Pada abad ke-19 keadaan diri dianggap sebagai keadaan

terpaksa karena bahaya yang telaah mengepung korban menyebabkan dia

tidak memiliki pilihan lain dan nalurinya mendorong dia untuk memelihara

hidupnya. Pembelaan diri merupakan hak yang diberikan oleh undang-undang

dan merupakan tugas kewajiban untuk mempertahankan dari atau hartanya

dan masyarakat tidak memperoleh keuntungan atau tidak ada kemaslahatan

24 Ibid, hlm. 70-72

Page 133: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

dalam menjatuhkan hukuman atas orang yang membela diri karena ia bukan

pembuat kejahatan.

Jadi dalam suatu peristiwa serangan yang terjadi dalam pembelaan

terpaksa, maka harus dilihat dengan cermat dan teliti, apakah peristiwa

tersebut merupakan suatu pembelaan atau bukan. Terlihatlah disini bahwa

rasa keadilanlah yang harus menentukan sampai dimanakah keperluan

noodweer dibutuhkan yang menghalalkan perbuatan yang bersangkutan

terhadap seorang penyerang.

Dalam hukum Islam antara pembelaan terpaksa dan dharurah terdapat

persamaan syarat sedangkan dalam hukum positif terdapat persamaan syarat

dengan keadaan darurat (noodtoestand). Diantaranya adalah pertama

Keadaan dharurat harus sudah ada bukan masih ditunggu, dengan kata lain

kekhawatiran akan kematian itu benar-benar ada dalam kenyataan. Kedua,

orang yang terpaksa tidak punya pilihan lain kecuali melanggar perintah atau

larangan syar‟i atau tidak ada cara lain yang dibenarkan untuk menghindari

kemudharatan selain melanggar hukum. Dalam dharurah terdapat

kekhawatiran akan timbulnya kematian. Ketiga, Dalam menghindari keadaan

darurat hanya dipakai tindakan seperlunya dan tidak berlebihan. Sedangkan

perbedaannya adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syar‟i (maqasid

al-syari‟ah) seperti diharamkannya zina, pembunuhan, dalam kondisi

bagaimanapun.25

الضرر ال يزال بالضرر

25 Wahbah Zuhaili, Op. Cit, hlm. 73-74

Page 134: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

“Kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan

lagi.”26

Kaidah ini menuntut manusia untuk tidak menolak suatu bahaya

(kepentingan hukum) dengan bahaya yang lain atau semisalnya.

Keadaan darurat (noodtoestand) adalah suatu keadaan dimana suatu

kepentingan hukum terancam bahaya, untuk menghindari ancaman itu

terpaksa dilakukan perbuatan yang pada kenyataanya melanggar kepentingan

hukum yang lain. Dalam noodtoestand bersifat lebih umum, suatu keadaan

dimana suatu kepentingan hukum terancam bahaya, yang untuk menghindari

ancaman itu terpaksa dilakukan perbuatan yang pada kenyataanya melanggar

kepentingan hukum yang lain.

Perbedaan antara noodweer dengan noodtoestand, dalam pembelaan

terpaksa dengan pembelaan yang melampaui batas antara lain yaitu: Pertama,

kepentingan hukum yang ada pada noodtoestand tidak dibatasi sedangkan

dalam noodweer terdapat batasan hanya untuk tubuh, kesusilaan dan harta

benda. Kedua, dalam noodweer mengenal noodweer exces sedangkan dalam

noodtoestand tidak ada. Ketiga, noodweer untuk memebla kepentingan

hukum bagi diri sendiri atau orang lain sedangkan dalam noodtoestand tidak.

Sedangkan perbedaan daya paksa dan pembelaan terpaksa

1. Pada daya paksa:

a. Daya paksa terjadi apabila perbuatan yang menjadi pilihan oleh orang

yang diserang adalah berupa perbuatan yang dimaksudkan dan diinginkan

26 Jalal al-Din „Abdu al-Rahman Ibn Abi Bakr al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nadhair, Beirut:

Daar al-Kutub al-„Alamiyah, tt, hlm. 86.

Page 135: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

sipenyerang. Misalnya: seseorang mendatangi orang lain dengan todongan

pistol memaksa untuk menandatangani akta palsu, kemudian korban

menandatanganinya

b. Orang yang diserang terpaksa melakukan perbuatan yang tidak

dikehendaki karena dia tidak berdaya untuk melawan serangan yang

memaksa itu

c. Tidak ditentukan bidang kepentingan hukum dalam hal penyerangan yang

dilakukan dalam keadaan terpaksa

d. Pada daya paksa dapat terjadi dalam keadaan darurat yaitu terjadi dalam

hal konflik antara dua kepentingan hukum, konflik antara dua kewajiban

hukum dan konflik antara kewajiban hukum dan kepentingan hukum.

b. Pada pembelaan terpaksa:

a. Perbuatan yang menjadi pilihan orang yang diserang adalah berupa

perbuatan yang tidak menjadi tujuan atau maksud penyerang. Misalnya:

seorang majikan laki-laki hidung belang sedang berusaha memeperkosa

pembantu rumah tangganya, setelah menindih tubuh prempuan tersebut,

kepergok oleh suami si pembenatu dan sengan kuat si suami menendang

kepala majikannya. Pilihan perbuatan suami pembantu berupa menendang

kepala majikan adalah suatu pilihan perbuatan yang tidak dikehendaki si

majikan.

b. Orang yang melakukan pembelaan terpaksa ada kemampuan berbuat untuk

melawan serangan oleh si penyerang

Page 136: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

c. Pembelaan terpaksa hanya dilakukan terhadap serangan yang bersifat

melawan hukum dalam tiga bidang: tubuh, kehormatan kesusilaan dan

harta benda.

d. Pembelaan terpaksa tidak dapat terjadi dalam keadaaan darurat.

Jadi, dalam pembahasan diatas yang sudah diuraikan meskipun dalam

melakukan pembelaan terpaksa yang melampaui batas dalam hukum positif

dan hukum Islam, tidak dipidana atau lepas dari tuntutan hukum tetapi

terdapat persamaan unsur dalam pembunuhan semi sengaja yaitu pelaku

melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian dan terdapat

hubungan sebab akibat yang dalam ini terjadi sengaja-dengan-sadar-

kemungkinan-akibat.27

Sama halnya dengan pembelaan yang tidak

menginginkan akibat tertentu bagi orang lain tapi dia dituntut untuk

melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum.

Begitupun dalam dharurah tidak diperbolehkan melanggar tujuan

syari‟at (maqasidus syari‟ah). Tetapi pembelaan diri dilakukan untuk

menolak tindak pidana. Tetapi jika ia dengan sengaja mengadakan perbuatan

dengan tidak menghendaki hilangnya nyawa korban tapi ternyata hilangnya

nyawa tetap terjadi meskipun pada dasarnya perbuatan tersebut tidak

membawa kematian, maka disebut pembunuhan semi sengaja yaitu

kesengajaan di satu sisi dan kesalahan disisi lain. Pertanggungjawaban

pidananya lebih ringan daripada pertanggungjawaban karena kesengajaannya

27 Artinya pertanggungjawaban dalam tindak pidana ini, bukan karena kelalaiannya maupun

kesengajaanya melainkan karena akibat perbuatannya. Karena pada dasarnya akibat yang terjadi

tidak dikehendaki, tetapi dengan sengaja melakukan perbuatan. Lihat dalam Ahmad Hanafi, op.

cit, hlm. 174

Page 137: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

tetapi lebih berat daripada pertanggungjawaban karena kelalaian yaitu tidak

dapat di qishash. Dalam hal ini pelaku tidak dapat dikenakan hukuman

qishash.

Page 138: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Melindungi jiwa merupakan salah satu bagian dari al-dharuriya al-

khamsah. Pembunuhan merupakan suatu proses perampasan, peniadaan

atau menghilangkan nyawa seseorang yang dilakukan oleh orang lain.

Dalam hukum pidana Islam hukuman pokok bagi pembunuhan sengaja

adalah qishash sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah

ayat 178. Hukuman pokok pada pembunuhan tidak sengaja atau

pembunuhan kesalahan adalah diat dan kafarah sebagaimana dijelaskan

dalam surat al-Nisa ayat 92. Hukuman penggantinya adalah ta’zir dan

hukuman tambahannya adalah hilangnya hak waris dan hak mendapat

warisan. Hukuman pokok pembunuhan semi sengaja adalah diat dan

kafarah, sedang hukuman penggantinya adalah ta’zir. Sedangkan dalam

hukum pidana Indonesia, tindak pidana pembunuhan diatur dalam pasal

338 sampai pasal 550 KUHP dengan ancaman hukuman paling berat yaitu

penjara seumur hidup yaitu Pasal 339 tentang pembunuhan dengan

pemberatan dan Pasal 340 tentang pembunuhan berencana. Sedangkan

pembunuhan tidak sengaja dalam Pasal 359 diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun. Dalam KUHP, pelaku tindak pidana tidak

dapat dikenakan pidana apabila tidak dapat dasar peniadaan pidana.

2. Dalam hukum Islam ditentukan syarat pembelaan yang sah yaitu objek yang

dilindungi (jiwa, kehormatan dan harta benda sendiri maupun orang lain),

Page 139: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

harus ada serangan seketika, pembelaan dilakukan dengan seimbang atas

serangan yang terjadi, dan serangan harus melawan hukum. Sedangkan

dalam hukum posistif terdapat syarat melebihi batas pembelaan yang

diperbolehkan dengan syarat harus terdapat penyebab kegoncangan jiwa

yang hebat dalam pasal 49 ayat 2. Terdapat hubungan kausal (causal

verband) antara serangan atau ancaman serangan dengan kegoncangan

jiwa yang hebat yang bersifat kasuistik apakah dari peristiwa konkrit

menurut akal dan pengalaman orang pada umumnya dapat langsung

menimbulkan kegoncangan jiwa yang hebat atau tidak. Sedangkan

pandangan hukum Islam dalam melakukan perbuatan pembelaan tidak

boleh melebihi batas yang ditentukan, jika itu terjadi maka kelebihan

tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh seorang yang melakukan

perbuatan tersebut. Tetapi jika tidak ada jalan lain atau dalam keadaan

terpaksa untuk mempertahankan harta, kehormatan maupun jiwa selain

membunuh, maka diperbolehkan karena tujuan hukum dalam Islam

(maqasidus syari’ah) harus terpenuhi demi terciptanya kemaslahatan umat

manusia.

3. Dalam hukum Islam, upaya yang dilakukan seseorang dalam melindungi

jiwa, kehormatan dan harta dari suatu ancaman dan serangan seseorang

disebut pembelaan yang sah (daf’u as-sail), dan upaya prefentif yang

disebut amar ma’ruf nahi mungkar. Tetapi dalam pembelaan jika sampai

mengakibatkan kematian atau pembunuhan dalam melakukan pembelaan

diri karena tidak ada cara lain, maka perbuatan itu diperbolehkan (asbab

Page 140: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

al-ibahah) dan tidak dijatuhi hukuman atau sebagai alasan pembenar.

Tetapi harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam hukum Islam.

Hal ini bertujuan agar antara penyerang dan pembela berhati-hati dengan

nyawa seseorang. Jika salah satu syarat pembelaan tersebut tidak terpenuhi

maka bisa dikatakan pembunuhan semi sengaja karena terdapat

kesengajaan dan kesalahan tetapi pada dasarnya hilangnya nyawa tidak

diinginkan (sengaja-dengan-sadar-kemungkinan-akibat),

pertanggungjawaban dalam hal ini lebih ringan dari qishash. Sedangkan

dalam hukum positif dikenal pembelaan terpaksa (noodweer) ketentuan

dalam KUHP Dalam pasal 49 ayat 1 sebagai alasan pembenar, sedangkan

dalam ayat 2 dikenal istilah pembelaan terpaksa yang melampaui batas

(noodweer exces) sebagai alasan pemaaf untuk dasar penghapus hukuman.

B. Saran-saran

Setelah melalui proses pembahasan dan kajian yang telah dibahas,

maka kiranya penulis perlu memberikan saran-saran untuk kelanjutan dan

kemajuan bersifat kajian akademik terhadap fenomena sosial yang terjadi di

Indonesia dalam hukum Islam yaitu, perlunya penelitian yang lebih mendalam

tentang pembelaan terpaksa yang melampaui batas.

Tidak api tanpa ada asap, bukan tanpa alasan penulis melakukan

penelitian ini. Tetapi ada semangat dalam diri penulis untuk lebih mengetahui

sejauh mana konsepsi pembelaan terpaksa yang melampaui batas dalam

tindak pidana pembunuhan sebagai wacana bahan bacaan bagi pembaca untuk

Page 141: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

bisa dijadikan bahan kajian dan diskusi yang memang perlu untuk lebih

dipahami.

Dalam penulisan ini penulis mengandung maksud: Pertama, kepada

pembaca untuk dapat memikirkan maupun menginterpretasikan dan

merenungkan kembali konsepsi pembelaan diri dalam perspektif hukum

pidana Islam maupun dalam KUHP karena maraknya kejahatan terhadap

tubuh seperti pembunuhan. Selain itu seharusnya ada upaya prefentif yang

lebih dari pada hanya sebuah peraturan saja. Seperti yang telah diatur dalam

hukum Islam yang merupakan kewajiban setiap orang yaitu amar ma’ruf nahi

munkar. Kedua, Dalam tindak pidana pembunuhan memang perlu

dipertimbangkan tujuan dan nilai maslahah demi terciptanya realitas hukum di

Indonesia yang adil. Seperti perbuatan pembelaan yang diperbolehkan harus

terdapat kejelasan dalam menentukan syarat dan untuk dijadikan bahan

pertimbangan dalam pembentukan hukum yang nantinya diharapkan dengan

adanya undang-undang yang tegas terkait dengan kejahatan maka akan

memperkecil jumlah kerusakan moral di Indonesia. Dan yang Ketiga,

pembelaan terpaksa yang melampaui batas dalam dalam tindak pidana

pembunuhan memang perlu dipertimbangkan maslahahnya oleh penegak

hukum demi terwujudnya prinsip Maqasid asy-Syari’ah dan terciptanya

nuansa hukum di Indonesia yang adil.

A. Penutup

Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah. Penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini dan tentunya tidak ada kebenaran kecuali dari

Page 142: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

petunjuknya dan hanya Allah lah segala kebenaran yang hakiki. Serta dengan

terselesaikannya karya ilmiah ini juga adalah tidak lepas dari kehendaknya.

Shalawat dan salam penulis juga haturkan pada Nabi agung Muhammad saw.

Dengan perbuatan, ucapan dan tindakan beliau sebagai penjelas akan firman

Allah yang merupakan rahmatan lilalamiin untuk mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat.

Dengan segala kerendahan hati, permohonan maaf penulis

sampaikan kepada beberapa pihak. Kritik dan saran konstruktif penulis

nantikan dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini. karena penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan

skripsi ini dan tentunya tidak lepas dari keterbatasan kemampuan yang

dimiliki oleh penulis, dimana tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini

dan kesempurnaan hanya milik Allah swt.

Dan akhirnya penulis hanya bisa berharap mudah-mudahan

penulisan ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

pada umumnya. Untuk bisa mendiskusikan kembali mengambil nilai positif

dan menghilangkan yang negatifnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Page 143: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

DAFTAR PUSTAKA

A. Kelompok al-Qur'an

Dahlan, Zaini, dan Azharuddin Sahil, Qur'an Karim dan Terjemahan Artinya,

Yogyakarta: UII Press, 2000.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:

Syaamil Cipta Media, 1984.

Isma'il Ibrahim, Muhammad, Al-Qur'ân Wa I'jaz at-Tasyrî', Beirut: Dar al-Fikr al-

Arabi, 1978.

B. Jinayah dan Fiqih

Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Arief, Abd. Salam, Fiqh Jinayah, Yogyakarta: Ideal, 1987.

‘Audah, Abdul Qadir, at-Tasyri’i al-Jina’i al-Islami Jilid II, Beirut: Dar al-Kitab

al-‘Arabi, t.t.,

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Jilid VI, Damaskus: Dar al-

Fikr, Cet. ke-3, 1989., Nazariyyah al-darurah al Syar’iyah ma’a al Qanun

al-Wad’i, Damaskus: Muassasah al Risalah, 1995.

Bakri, Asfri Jaya , Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Asy-Syatibi, cet. ke-1,

Jakarta: G Sudarsono, Raja, Pengantar Ilmu Hukum, cet. ke-2, Jakarta:

Rineka Cipta, 1995.

Cristine S.T. Kansil, Latihan Ujian: Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Djalil, Maman Abd (ed), Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: CV Pustaka

Setia, 2000.

Djazuli, H.A., Fiqh Jinayah; Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, cet.

III, Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2000

Effendi M. zein, Satria, Kejahatan Terhadap harta dalam Perstektif Hukum Islam,

dalam Muhammad Amin Suma, dkk, Pidana Islam di Indonesia, Peluang,

Prospek, dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Bandung : Pustaka Setia,

2000.

Page 144: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Haliman, Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ahlus Sunnah, Jakarta: Bulan

Bintang, 1972.

Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

I Doi, Abdurrahman, Hukum Pidana Menurut Syari'at Islam, Jakarta: Rineka

Cipta, 1992.

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), yogyakarta: Perpustakaan Universitas

Islam Indonesia, 1991.

Mubarrok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. III, 2003.

Muslich, Ahmad Wardi , Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Fiqih

Jinayah), Jakarta: Sinar Grafika, 20006.

Sabiq, As-Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Jilid II, Kairo: Dar ad-Diyan li at-Turas, Cet.

ke-2, 1990.

Santoso, Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syari’at dalam

Wacana dan Agenda, Cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Shiddiqi, Hasbi, Pidana Mati dalam Syari'at Islam, Semarang: Pustaka Rizki

Putra, 1998.

Shiddiqi, Nourouzzaman, Fiqh Indonesia, Penggagas dan Gagasannya,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. ke-1, 1997.

Sirajuddin, Legislasi Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002.

Syah, Ismail Muhammad , Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Syaltut, Mahmud, Islam Aqidah Wa Syari’ah, Kairo: Dar al-Syuruq, 1980.

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Jilid I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Rusyd, Ibn, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, Jilid II, Beirut: Dar

al-Fikr, Cet. ke-2, 1981.

Tamrin, Dahlan, Filsafat Hukum Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2007.

Washil, Nashr Farid Muhammad, Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id

Fiqhiyyah, Jakarta: Amzah, 2009

Page 145: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

a. Hukum / Ilmu Hukum

Ali, Chidir, Responsi Hukum Pidana: Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana,

Bandung: Armico, 1985.

Bassar, M. Sudradjat, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam KUHP, Bandung:

Remaja Rosdakarya, Cet. ke-2, 1986.

Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, Cet. ke-1, 2002.

Farid, Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum: Perspektif Historis, Bandung: Nusa

media, 2004.

Hartono, Sunaryati, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung:

Binacipta, 1982.

Himawan, Charles, The Foreign Investment Process in Indonesia, Jakarta:

Gunung Agung, 1980.

Hamzah, Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, Jakarta: Pradya

Paramita, cet. ke-1 1989.

Kusumaatmadja, Mochtar, Fungsi dan Perkembangan Dalam Pembangunan

Nasional, Bandung: Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas

Hukum Universitas Padjadjaran, 1976.

Lamintang, P.A.F., Delik-delik Khusus, Bandung: Bina Cipta, Cet. ke-1, 1986.

Lukito, Ratno, Tradisi Hukum Islam, Yogyakarta: Teras, 2008.

Marpaung, Leden, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik), Jakarta:

Sinar Grafika, 1991.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Ghalia Indonesia,

2006.

Prodjodikoro, Wirjono, Asa-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: Eresco,

1989.

Projohamidjojo, Martiman, Memahami Dasar-dasar Hukuman Pidana di

Indonesia 2, Jakarta: Pradnya Paramita, 1997.

Page 146: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

Sadli, Saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta: Bulan

Bintang, Cet. ke-1, 1977.

Saleh, Roeslan, Kitab Undang-undang Hukum pidana, Jakarta: aksara Baru, 1987.

Sobur, Alex, Komunikasi Orang Tua dan Anak, Bandung: Angkasa, 1991.

Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990.

Soerodibroto, Soenarto, KUHP dan KUHAP (dilengkapi Yurisprudensi

Mahkamah Agung dan Hoge Raad), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Soeroso, Pengatar ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Syarifin, Pipin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000

Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan Kewarga

Negaraan; Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, tim penyusun, A.

Ubaidilla (et al.), Jakarta: IAIN Press, 2000.

Wahjono, Padmo, Pembangunan hukum di Indonesia, Jakarta: In Mill Co, 2009.

b. Kamus

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hida Karya Agung,

1989, hlm.331.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

Cet. ke-5, 1982.

c. Lain-Lain

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi), Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif edisi Revisi, Bandung:

Remaja Roesda Karya, 2006.

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu sosial Lainnya, Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. ke-4, 2000.

Suryabrata, Sumardi, Metode Penelitian, Jakarta: Grafindo Persada, Cet.IX, 1995.

Page 147: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

1

BIOGRAFI ULAMA

Imam asy-Syafi'i

Nama lengkap tokoh besar ini adalah Muhammad Ibnu Idris Ibnu 'Abbās Ibnu

'Usmān Ibnu Syāfi'ī Ibnu Syā'ib Ibnu Ubāid Ibnu Abdul Yāzid Ibnu Hākim Ibn al-

Muthāllib Ibnu 'Abdί Manaf Ibnu Qusay; kakek Rasulullah SAW. Dilahirkan di Gaza

Palestina (riwayat lain mengatakan beliau lahir di Asqalan), pada tahun 150 Hijriyah.

Ibunya bernama Fātimah Ibnu Abdullāh al-Azdiyāh dari keturunan al-'Azd bukan

Qurais.

Syāfi'ī berasal dari keturunan bangsawan yang paling tinggi di masanya.

Walaupun hidup dalam keadaan sangat sederhana, namun kedudukannya sebagai

putra bangsawan, menyebabkan ia terpelihara dari perangai-perangai buruk, tidak

mau merendahkan diri dan berjiwa besar. Ia bergaul rapat dalam masyarakat dan

merasakan penderitaan-penderitaan mereka. Semasa kecil beliau dikenal sebagai anak

yang rajin dan cerdas, sehingga pada usia yang sangat belia beliau telah hafal al-

Qur'an dan banyak hadis. Beliau pernah mengembara ke Irak, disana beliau berguru

kepada Muhammad al-Hāsan. Beberapa tahun kemudian beliau pindah kekota

Madinah dan berguru kepada Muslim Ibnu Khālid al-Zinjī, beliau juga pernah datang

ke Madinah dan berguru kepada Imam Mālik, serta masih banyak lagi guru-guru

beliau yang lainnya. Sedangkan murid-murid beliau di antaranya adalah Ahmad Ibnu

Hānbāl, Abū Bākār al-Humadi, Ibrāhim Ibnu Muhammad al-'Abbās, al-Hāsan as-

Sabāh az-Zā'fārāni.

Karya-karya Ilmiyah Imam asy-Syāfi'ī yang sangat fenomenal adalah kitab

"ar-Risâlah" dan "al-Umm". Beliau berhasil menjembatani antara ahl al-hadis dan ahl

al-ra'yi, beliau berhasil menetapkan kaidah-kaidah hukum Islam, oleh karena itu

beliau diberi julukan sebagai bapak Ilmu Ushūl al-Fiqh. Imam asy-Syāfi'ī menjadikan

al-Qur'an, Sunah, Ijma' dan Qiyās sebagai sumber hukum. Imam asy-Syāfi'ī

meninggal dunia pada bulan Rajab tahun 204 Hijriyah 819 Masehi di kota Mesir.

Page 148: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

2

Imam Ahmad Ibnu Hanbal

Ahhmad Ibnu Muhammad Ibnu Hânbâl Ibnu Hilal Ibnu 'Usd Ibnu Idris Ibnu

'Abdillah Ibnu Hayyan Ibnu 'Abdullah Ibnu 'Anas Ibnu 'Auf Ibnu Qasit Ibnu Mazin

Ibnu Syaiban. Beliau dilahirkan di kota Bagdad pada tahun Rabi'ul Awal tahun 164

Hijriyah/780 Masehi. Ayahnya menjabat sebagai Walikota Skhas dan pendukung

Pemerintah 'Abbasiyah. Ibunya bernama Syâfiyah binti Maimunah binti Abdul Mâlik

asy-Syaibani dari suku Âmir.

Imām Hânbâl sejak kecil gemar membaca al-Qur'an dan bahasa, namun

setelah dewasa beliau lebih semangat mempelajari hadis. Beliau berusaha mencari

dan mengumpulkan banyak hadis, meskipun harus berpindah-pindah dari satu tempat

ke tempat yang lain, sehingga beliau mempunyai banyak guru. Diantara guru-guru

beliau adalah 'Ali Yusuf Yā'qub Ibnu Ibrāhim al-Qidi, Hisyam bin Busyâir, Umair

Ibnu Abdullah, Abdurrahman Ibnu Mahdi, Abû Bakar Ibnu Qiyisi dan Imâm Syafi'ī,

sedangkan murid-murid beliau diantaranya Yahya Ibnu Adam, Yazid Ibnu Hârun,

'Ali Ibnu al-Mâdani, al-Bukhâri, Muslim, Abu Dâud, Abu Zahrah, ar-Râzi, ad-

Dimasyqi, Ibrâhim al-Harbi, Abu Bakar Ibnu Hani'. Imâm Ahmad Ibnu Hânbâl dalam

Istinbat hukum menjadikan al-Qur'an sebagai dasar hukum pertama, kemudian

Sunah, perkataan sahabat dan fatwanya, kadangkala beliau menggunakan Ijma' dan

Qiyas jika dianggap perlu. Selain sumber hukum di atas beliau juga menggunakan al-

Maslâhah al-Mursâlah dan Sa'dud az-Zâri'ah jika tidak terdapat nas yang menyatakan

kehalalan atau keharaman sesuatu.

Karya-karya ilmiyah Imam Ahmad bin Hanbal yang monumental diantaranya

adalah kitab Musnad yang memuat 30 ribu hadis Nabi SAW, al-Tafsir di dalamnya

memuat 120 ribu hadis, al-Manâsik al-Kâbir dan al-Manâsik al-Sâgir, serta kitab-

kitab yang lainnya. Imâm Ahmad Ibnu Hânbâl menghembuskan nafasnya yang

terakhir pada hari Jum'at, 12 Rabi'ul Awwal tahun 241 Hijriyah/855 Masehi dan di

makamkan di kota Bagdad.

Page 149: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

3

Imâm Malik Ibnu Anas

Abu Abdullah Malik Ibnu Anas Ibnu Abi Âmar al-Asbâhi al-Yamâni. Ibunya

benama 'Aisyah putri dari Syarik al-Azdiyah, dari Yaman yang berketurunan

merdeka. Imâm Mâlik lahir di Madinah pada tahun 93 Hijriyah (718 M) dan wafat

pada tahun 179 Hijriyah (795 M). Mâlik dilahirkan dalam keluarga ilmuwan yang

tekun mempelajari hadis dan atsar. Mâlik telah menghafal al-Qur'an di usia masih

sangat muda. Anas Ibnu Mâlik tidak begitu memperhatikan hadis. Walaupun ayah

Mâlik tidak terkenal sebagai ahli ilmu, namun kakeknya dan paman-pamannya

semuanya terkenal sebagai ahli ilmu. Dengan demikian tidaklah mengherankan

apabila Mâlik yang tumbuh dalam keluarga hadis, punya kecenderungan mempelajari

hadis.

Sejak dari mudanya Mâlik sangat menghargai hadis Rasul. Dia tidak mau

menerima sesuatu hadis buat dipelajarinya melainkan dalam keadaan yang penuh

kesegaran dan ketenangan. ia tidak mau menulis hadis sambil berdiri.

Mâlik dalam masa belajar berkonsentrasi kepada empat macam ilmu.

Pertama: cara membantah pengikut-pengikut hawa nafsu, kedua, Fatwa-fatwa sahabat

dan tâbi'in. ketiga, fiqh Ijtihad, dan yang keempat, yaitu hadis-hadis Rasûlullah.

Beliau menerima ilmu dari 100 orang ulama asar dari berbagai

aliran,adapun guru-guru beliau terbagi dua: guru yang mengajarkan fiqh dan ijtihad

dan guru-guru yang mengajarkan hadis.

Karya besarnya beliau berjudul al-Muwatta', Imâm Mâlik mengakui empat

sumber hukum: Pertama al-Qur'an dan Sunah, kemudian, jika diperlukan, praktek

kaum Muslimin di Madinah dalam mengikuti Sunah, dan akhirnya interpretasi

personal, (ra'yu) dalam bentuk konsesus (ijma') para ulama Madinah terhadap

pertanyaan yang timbul.

Imâm Mâlik memiliki murid yang banyak. Tak ada seorang imâm yang

mempunyai murid sebanyak Mâlik. Murid-murid yang mendapat pelayanan istimewa

dari Mâlik ialah: Abdullah Ibnu Wahab, Abdur Rahman Ibnu al-Qâsim, Asyab Ibnu

Abdul Âziz, Asan Ibnu Fûnud dan Ibnu Majisun.

Page 150: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

4

Imam Abu Hanifah

Abu Hânifah adalah putera sabit Ibnu Nu'man Ibnu Marzûban. Menurut

riwayat lain, Abu Hânifah adalah putrea Tsâbit Ibnu Zuthi, seorang keturunan Persia.

Dia dilahirkan di Kufah pada tahun 80 Hijriyah (699 M) dimasa Abdul Mâlik bin

Marwan al-Amâwi, dan wafat pada tahun 150 Hijriyah (767 M). Ayahnya adalah

seorang pedagang besar, karenanya Abu Hânifah sebelum memusatkan perhatiannya

terhadap ilmu, turut berdagang di pasar, menjual kain sutra. Di samping berniaga, ia

tekun pula menghafal al-Qur'an dan amat gemar membacanya.

Beliau adalah tokoh mazhab Rasional-Liberal, dan terkenal dengan nama Abu

Hanifah, karena beliau mempunyai putra yang bernama Hanifah. Alasan lain disebut

demikian adalah karena kerajinannya beribadah kepada Allah, selain itu juga karena

beliau selalu akrab dengan tinta untuk mencatat ilmu pengetahuan yang diperoleh dari

para gurunya dan para ulama-ulama lainnya.

Abu Hanifah hidup selama 52 tahun dalam masa Amawiyah dan 18 tahun

dalam masa Abbasi. Maka segala daya pikir, daya cepat tanggapnya dimilki di masa

Amawi, walaupun akalnya terus tembus dan ingin mengetahui apa yang belum

diketahui, istimewa akal ulama yang terus mencari tambahan.

Dalam kehidupan sehari-hari Abu Hânifah adalah orang yang hidup berkecukupan.

Sebagai pedagang ia tidak tamak, tidak takut kehabisan harta,sangat memelihara

âmanah orang yang dititipkan kepadanya, murah hati, yang mempergunakan

kekayaan untuk kehidupan orang lain, amat kuat agamanya, amat banyak ibadatnya,

berpuasa di siang hari dan mengerjakan shalâtul lail di malamnya.

Mâlik menerangkan jalan yang ditempuh Abu Hânifah dalam membentuk

Mazhab-mazhabnya dn mempelajari aneka masalah, ialah mendiskusikan sesuatu

masalah dengan para muridnya.

Imâm Abu Hânifah tidak menerbitkan kitab dengan ditulisnya sendiri. Ini

wajar karena di masa Abu Hânifah belum berkembang usaha pembukuan. Di waktu

usaha pembukuan telah mulai berkembang, ia telah berusia lanjut. Murid-

muridnyalah yang membukukan pendapat-pendapatnya, mungkin sebagian yang

Page 151: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

5

dicatat itu adalah hasil diktenya sendiri, akan tetapi walaupun Abu Hânifah tidak

mempunyai kitab yang dapat kita katakana hasil karyanya sendiri, namun para ulama

mengatakan Abu Hânifah mempunyai Kitab Musnad yang mengandung hadis yang

diriwayatkan olehnya. Menurut penelitian para ulama, kitab Musnad itu bukan hasil

karya Abu Hânifah sendiri. Kitab itu dikumpulkan oleh murid-muridnya. Di antara

yang mengumpulkannya ialah Muhammad Ibnu Hasan. Kitab itu dinamakan al-Atsar

oleh Abu Yûsuf.

Wahbah az-Zuhaili

Nama lengkapnya adalah Wahbah Mustafa az-Zuhailī. Dilahirkan di kota

Dar'atiyah bagian Damaskus pada tahun 1932. beliau belajar di Fakultas Syari'ah di

Universitas al-Azhar Kairo dengan memperoleh ijazah tertimggi pada peringkat

pertama pada tahun 1956. beliau mendapat gelar Lc dari Universitas Ain asy-Syâms

dengan predikat jayyid pada tahun 1957. beliau mendapat gelar ' MA' di Diploma

Mazhab Syari'ah pada tahun 1959 dari Fakultas hukum Universitas al-Qâhirah,

kemudian gelar Doktor dalam hukum 'asy-Syari'ah al-Islamiyah' dicapai pada tahun

1963. pada tahun 1963 beliau donobatkan sebagi dosen 'Mudarris' di Universitas

Damaskus. Spesipikasi keilmuan Wahbah Zuhailī adalah Fiqh dan Ushul Fiqh.

Adapun karya-karyanya Wahbah Zuhailī antara lain: al-Wasil Fi Ushul al-Fiqh al-

Islami, al-Fiqh al-Islami Fi Uslûbihi al-Jadid, al-Fiqh al-Islami Wa 'Adilatuhu, Tafsir

al-Munir Fi al-'Aqīdah Wa asy-Syari'ah Wa al-Manhaj.

Abdul Qadir ‘Audah

Beliau adalah seorang ulama terkenal Alumnus Fakultas Hukum Universitas l-

Azhar Cairo pada tahun 1930 sebagai mahasiswa terbaik. Beliau adalah tokoh utama

dalam gerakan Ikhwanul Muslimin dan sebagai hakim yang disegani rakyat. Beliau

juga turut ambil bagian dalam merumuskan Revolusi Mesir yang berhasil gemilang

pada tahun 1952 yang dipelopori oleh Jendral M. Najib dan Letkol Gamal Abdul

Naser. Ia mengakhiri hidupnya di tiang gantungan sebagai akibat fitnahan dari lawan

Page 152: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

6

polotiknya pada tanggal 8 Desember 1954 bersama lima kawannya. Hasil karyanya

antara lain adalah kitab at-Tasyri’i al-Jina’i al-Islami dan al-Islam wa Awda’ana al-

Islami.

As-Sayyid Sabiq

Beliau adalah ulama terkenal di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, teman

sejawat dengan Hasan al-Banna pemimpin gerakan Ikhwan al-Muslimin, beliau

termasuk salah seorang yang menganjurkan ijtihad, dan menganjurkan kembali

kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, karya beliau yang terkenal adalah Fiqh as-Sunnah,

Qa’idah al-Fiqhiyyah, dan Aqidah Islam.

Ibn Rusyd

Nama lengkap beliau adalah Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn

Muhammad. Beliau lahir di Cordova pada tahun 1126 M dan wafat di Maroko pada

tahun 1198 M. Beliau adalah seorang dokter, ahli hukum dan tokoh filsafat yang

paling menonjol pada periode perkembangan filsafat Islam. Hasil karyanya antara

lain Kitab al-Kulliyat, Bidayah al-Mujtahid, Kitab Fash al-Maqal fi ma Baina asy-

Syari’ah wa al-Hikmah min al-Ittisal.

Ibn Hazm

Nama lengkapnya adalah Ali ibn Ahmad ibn Ahmad ibn Said ibn Hazm az-

Zahiri ibn Galib ibn Saleh ibn Khalaf ibn Madam ibn Yazid, gelarnya adalah

Muhammad. Beliau adalah ulama terkenal di Andalusia dan pembela mazhab Zahiri,

lahir di Cordova tahun 344 H. Pada mulanya beliiau adalah penganut mazhab

Syafi’iyah dan kemudian tertarik dengan mazhab Zahiri setelah beliau mendalaminya

lewat buku-buku dan dari para yang ada di daerahnya. Di samping sebagai pengajar,

beliau juga terkenal dengan karya-karyanya yang mencapai 400 buah, salat satunya

adalah al-Muhalla.

Page 153: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

7

Ibn Quddamah

Nama lengkap beliau adalah Wuwaffaquddin Abu Muhammad Abdullah ibn

Ahmad ibn Quddamah. Lahir di Jerusalem pada tahun 541 H/ 1147 M. Wafat di

Damaskus pada tahun 620 H/ 1223 M. Beliau merupakan seorang ulama besar dan

penulis kitab-kitab fiqh standar mazhab Hambali. Beliau hidup pada masa perang

salib berlangsung, khususnya di daerah Syam. Hasil karyanya antara lain adalah, al-

Mugni, al-Kafi, al-Umdah fi al-Fiqh, dan lain-lain.

P.A.F. Lamintang

Beliau adalah dosen Koordinator dalam mata kuliah Hukum Pidana I dan II

serta sebagi pengajar mata kuliah hukum Penitensier, Penologi dan Pemasyarakatan

pada Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Beliau dengan

Djisman Samosir telah menulis buku Hukum Pidana dan Delik-delik Khusus

Terhadap Hak-hak Milik, dan lainnya.

Page 154: TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBELAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/114/jtptiain-gdl... · bidang, Banyak terjadi kasus pelanggaran hukum yang berlaku. Seperti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI:

Nama Lengkap : Muhayati

Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 11 Juni 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Hasanuddin RT 06/ RW 02 Bandarharjo-Semarang Utara,

Semarang 50175

No. HP : 085290151631

PENDIDIKAN FORMAL :

MI Hasanuddin Bandarharjo, Semarang Tahun 2000

MTS Al Fattah Sayung, Demak Tahun 2003

MAN Demak Tahun 2006

PENDIDIKAN NON FORMAL :

Al-Ma’had Manba’ul Qur’an, Sayung Demak Tahun 2003

Al-Ma’had Al-Falah, Jogoloyo Demak Tahun 2006

PENGALAMAN ORGANISASI :

Anggota BEMJ Jinayah Siyasah Fakultas Syariah Tahun 2010

Anggota Justisia Fakultas Syari’ah Tahun 2007

Anggota JQH Fakultas Syari’ah Tahun 2007

Anggota PMII Fakultas Syari’ah Tahun 2007

Semarang, 7 Desember 2011

Yang menyatakan;

Muhyati

NIM. 072211012