tinjauan hukum ekonomi syari’ah terhadap upah giling padi...

90
TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI DIBAYAR DENGAN BERAS (Studi Kasus di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh : RIRIN SUKASIH NIM. 21414046 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP

UPAH GILING PADI DIBAYAR DENGAN BERAS

(Studi Kasus di Desa Kacangan Kecamatan Andong

Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

RIRIN SUKASIH

NIM. 21414046

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

Page 2: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa
Page 3: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa
Page 4: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa
Page 5: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Motto

“Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”

(Q. S Al-Mujadilah 11)

“Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan, tetapi

jadikanlah penyesalan itu sebagai senjata untuk mengukir masa depan

yang indah” (RIRIN)

Page 6: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

PERSEMBAHAN

Puji syukur Allah Swt, yang telah , memberikan segala keridhoan dan

kesempatan sehingga saya bisa menyelesaikan studi di IAIN Salatiga. Skrispsi ini

dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak Mohammad Rojudin dan Ibu Parmi tercinta sebagai

motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan mendoakan serta

menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan, keringat dan kesabaran

mengantarkan sampai kini.

2. Keluarga besar yang selalu membantu doa dan suportnya yang tak pernah lelah

memberikan tampa pamrih.

3. Nurul Hidayah, terima kasih telah membantu dan menyemangati skripsi ini

walaupun dengan canda dan kadang serius.

4. Almamater tercinta, Institut Agama Islam Salatiga.

5. Kawan-kawanku, Lia Rahmawati, Sofwatul Khasanah, Esha F, Wisnu Wirawan,

Sugeng Sutopo yang telah memberikan semangat, saran, dukungan serta

motivasinya tiada henti.

Page 7: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa
Page 8: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa
Page 9: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa
Page 10: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

ABSTRAK

Sukasih, Ririn (2019). Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah Terhadap Upah

Giling Padi Dibayar Dengan Beras (Studi Kasus Di Desa Kacangan

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali). Skripsi. Fakultas Syariah Program

Studi Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dosen Pembimbing: Yahya, S. Ag., M.H.I.

Kata Kunci: Upah-Mengupah, Penggilingan Padi, Hukum Ekonomi Syariah.

Muamalah adalah hubungan anatara sesama manusia yang dapat berubah sesuai

perkembangan zaman. Salah satu aspek muamalah yang terdapat dalam kehidupan di

tengah-tengah masyarakat umum adalah masalah upah-mengupah. Sebagaimana yang

telah terjadi di Desa Kacangan dalam pengupahan gilingan padi dibayar dengan beras

yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa pengilingan padi. Dalam pengupahan

tersebut tidak ada unsur paksaan dari pihak pengguna penggilingan padi maupun

pihak jasa penggilingan padi. Semua itu dilakukan atas dasar kepercayaan. Penelitian

ini berfokus pada praktik pengupahan jasa penggilingan padi dibayar dengan beras di

Desa Kacangan Kecamatan Andong dan bagaimana tinjauan hukum ekonomi syari‟ah

terhadapnya.

Jenis lapangan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang

diperoleh langsung dari informan dan mengamati secara langsung praktik di

lapangan. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan yuridis

normatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan deduktif dengan teknik pengecekan

keabsahannya menggunakan Triangulasi.

Hasil penelitian menyebutkan praktik pengupahan jasa penggilingan padi di

Desa Kacangan terdapat 2 dua macam sistem pembayaran yaitu dengan upah uang

dan upah beras. Pada praktik upah beras menjadi hal biasa saat pengambilan hanya

dengan takaran perkiraan yaitu per karung diambil satu manci atau 1 liter. Upah

penggilingan padi di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali belum

sepenuhnya sesuai dengan hukum ekonomi syari‟ah karena dalam transaksi tersebut

tidak memenuhi ketentuan asas-asas dalam berakad, khususnya asas amanah

(kejujuran), keadilan, dan perjanjian yang pasti. Meskipun dalam transaksi antara

kedua belah pihak tersebut terdapat ijab qabul yang sah dan sama-sama

menyutujuinya dan syarat yang tidak terpenuh dalam penetapan harga dan

pengambilan upah berupa beras yang tidak transparan, karena praktik upah mengupah

yang dilakukan tidak disaksikan oleh kedua pihak ketika pengambilan upah tersebut.

Page 11: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

NOTA PEMBIMBING ............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. iv

MOTTO ..................................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 6

F. Metode Penelitian ............................................................................................... 7

G. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 12

BAB II IJARAH DAN ‘URF

A. Ijarah ............................................................................................................... 13

1. Pengertian Ijarah ......................................................................................... 13

2. Dasar Hukum ijarah .................................................................................... 16

3. Syarat dan Rukun Ijarah .............................................................................. 22

Page 12: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

4. Macam-macam ijarah .................................................................................. 29

5. Sistem pengupahan dan gugurnya ijarah .................................................... 26

6. Ketentuan Undang-Undang Tentang Pengupahan ....................................... 31

B. ‘Urf Menurut Hukum Islam

1. Pengertian ‟Urf............................................................................................. 33

2. Macam-macam „urf ...................................................................................... 36

3. Kedudukan „urf dalam menentukan hukum ................................................. 40

4. Syarat-syarat „urf untuk dijadikan landasan hukum ................................... 41

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. 43

1. Sejarah singkat Desa Kacangan ................................................................... 43

2. Visi dan misi Desa Kacangan ...................................................................... 49

B. Pelaksanaan Sistem Pengupahan Penggilingan Padi di Desa Kacangan

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali ........................................................ .50

C. Bentuk Akad Antara Pemilik Penggilingan Padi Dengan Masyarakat Pengguna

Jasa Penggilingan Padi. .................................................................................... 53

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisa Hukum Islam terhadap Praktik Pengupahan Jasa Penggilingan Padi

Dibayar dengan Beras di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten

Boyolali ............................................................................................................ 57

Page 13: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

B. Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah entang Pengupahan Jasa Penggilingan Padi

Dibayar dengan Beras Di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten

Boyolali ............................................................................................................ 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 67

B. Saran ................................................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 71

Page 14: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil sebagai agama

yang memberikan perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat,

antara hubungan manusia dengan Tuhan, antara hubungan manusia dengan

manusia, dan antara urusan ibadah dengan urusan muamalah.

Konsep Islam mengenai muamalah amatlah baik karena menguntungkan

semua pihak yang ada di dalamnya. Namun, jika moral manusia tidak baik, maka

pasti ada pihak yang dirugikan.

Banyak diantara kaum muslimin saat ini mengabaikan ilmu muamalah dan

melalaikan sisi ini. Mereka tidak lagi peduli seandainya harus memakan harta

yang haram, asalkan keuntungan mereka bertambah dan penghasilan mereka

berlipat. Ini adalah kesalahan besar yang harus berusaha dihindari oleh setiap

orang yang menekuni perdagangan, agar dia dapat membedakan antara yang halal

dan yang haram, dan agar penghasilannya menjadi baik serta jauh dari perkara-

perkara yang syubhat sebisa mungkin.1

Allah Swt berfirman dalam al-Qur‟an

آيا لا حؤكها حجازة ا أا انر حك كى بانبا طم إلا أ انكى ب أي

ا بكى زح كا الل فسكى , إ لاحقخها أ كى , حسا ض ي ع

1 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2010), Jilid 5, hlm. 32-33.

Page 15: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”. (Q.S. Surat al-

Nisa(4) : 29).2

Adapun syariah di dalam hal muamalah berfungsi sebagai suatu aturan main

bagi umat manusia dalam rangka menjalankan fungsi sosialnya di muka bumi ini,

sebuah fungsi yang tidak terlepas dari peranan manusia dalam menjalankan sektor

muamalah yang berkaitan dengan harta dan ekonomi.

Usaha manusia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan hidup umat di muka

bumi ini sangat berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Sistem ekonomi yang

dikembangkan oleh Islam memiliki tujuan untuk mewujudkan tingkat

pertumbuhan ekonomi umat manusia dalam jangka panjang dan juga dalam

rangka memaksimalkan tingkat kesejahteraan umat manusia.3

Islam adalah agama yang universal dan dinamis, ajarannya mencakup semua

persoalan, baik yang menyangkut masalah ibadah maupun yang menyangkut

masalah muamalah. Muamalah adalah aturan-aturan Allah Swt, untuk mengatur

manusia dalam kaitannya dengan kehidupan duniawi dalam pergaulan sosial.4

Muamalah adalah hubungan anatara sesama manusia yang dapat berubah

sesuai perkembangan zaman. Salah satu aspek muamalah yang terdapat dalam

2Departemen Agama RI, Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,

2011), cet. Ke-13, hlm. 83. 3 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Prenadamedia Group,

2015), hlm. 3. 4 Ibid, hlm. 1.

Page 16: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

kehidupan di tengah-tengah masyarakat umum adalah masalah upah-mengupah

(ijarah).

Salah satu contoh praktik upah-mengupah yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali ialah upah

giling padi yang dibayar dengan beras dari hasil gilingan padi tersebut. Berbeda

dengan praktik upah-mengupah yang berlaku pada umumnya yang menggunakan

uang sebagai alat upah terhadap suatu pekerjaan.

Di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali, masyarakat

menggiling padinya ke tempat penggilingan dengan upah tidak berbentuk uang,

melainkan berbentuk beras dari hasil padi yang digiling tersebut. Mengenai

jumlah beras yang harus dibayar, sejauh ini tidak ada aturan-aturan khusus yang

mengatur tentang upah tersebut baik dari penggiling maupun dari masyarakat

yang menggiling padi ke tempat penggilingan. Sangat jarang, bahkan tidak pernah

sama sekali masyarakat memberikan upah giling padi dalam bentuk uang.

Dalam perusahaan penggilingan gabah di Desa Kacangan Kecamatan

Andong Kabupaten Boyolali terdapat praktik yang memberikan sebuah jasa

penggilingan dengan pembayaran berbentuk beras atau dengan sistem karungan.

dan hanya menggunakan patokan karung, padahal ukuran karung tidak bisa

dijadikan sebagai patokan hasil setelah diselep, seperti halnya gabah yang kotor

ataupun cara mengikat karungnya yang kurang rapi sehingga karung tersebut tidak

bisa terisi sepenuhnya dan tidak bisa dijadikan tonase hasilnya.

Page 17: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Mulai dari beberapa tahun yang lalu hingga sekarang, beras merupakan alat

transaksi yang digunakan untuk membayar upah giling padi di penggilingan-

penggilingan padi Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

tersebut. Hal ini, sepertinya sudah menjadi sebuah tradisi atau adat kebiasaan

yang sering dilakukan berulang-ulang oleh masyarakat di sana. Latar belakang

permasalahan di atas sangat menarik untuk diketahui hukumnya dan menarik

peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul: Tinjauan Hukum Ekonomi

Syari‟ah terhadap Upah Giling Padi Dibayar Dengan Beras (Studi Kasus di Desa

Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian

sebagai berikut;

1. Bagaimana praktik upah giling padi dibayar dengan beras di Desa Kacangan

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali?

2. Bagaiman tinjauan hukum ekonomi syari‟ah terhadap upah giling padi

dibayar dengan beras di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten

Boyolali?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui praktik upah giling padi dibayar dengan beras di Desa

Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Page 18: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

b. Untuk mengetahui tinjauan hukum ekonomi syari‟ah terhadap upah

giling padi dibayar dengan beras di Desa Kacangan Kecamatan Andong

Kabupaten Boyolali.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas

adalah:

a. Secara teoritis

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi pemikiran bagi

pengembangan ilmu syari‟ah dibidang muamalah, khususnya dalam

hukum ekonomi syari‟ah terkait upah mengupah.

b. Secara praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan yang dapat

memberikan informasi mengenai tinjauan hukum ekonomi syari‟ah

terhadap upah giling padi dibayar dengan beras di Desa Kacangan

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

2) Penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu syarat untuk memenuhi

tugas akhir guna memperoleh gelar S.H., pada Fakultas Syariah di

IAIN Salatiga.

D. Tinjauan Pustaka

Afifah Nurul Jannah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Upah

Karyawan Di Masjid Agung Jawa Tengah. Hasil penelitiannya adalah kebijakan

Page 19: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

pengupahan yang terdapat dalam peraturan kepegawaian badan pengelola Masjid

Agung Jawa Tengah sampai saat ini belum terealisasi sepenuhnya. Namun, pihak

Masjid Agung Jawa Tengan masih tetap memperhatikan hak-hak karyawan yang

mesti mereka peroleh, yaitu meliputi: upah pokok, upah lembur, dan uang intensif

sesuai dengan pekerjaan masing-masing karyawan serta dana sosial sebagai

keperdulian masjid kepada karyawan. Sedangkan dari akad ijarah yang dilakukan

oleh pihak Masjid Agung Jawa Tengah sebagai musta‟jir dan karyawan sebagai

mu‟jir sudah sesuai dengan prinsip Islam, yang mana dalam akad atau surat

keputusan telah menerangkan jenis pekerjaan, waktu, tenaga, serta upah secara

jelas.5

Wiwin Norma Yunita, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Upah

Penjemur Padi (Studi Kasus UD Sumber Makmur Desa Randusongo Kec. Gerih

Kab. Ngawi). Hasil penelitiannya adalah buruh penjemur padi dalam menerima

upahnya bergantung pada cuaca dan tidak sepadan dengan tenaga yang mereka

keluarkan, dalam hukum Islam pemberian upah penjemur padi di UD Sumber

Makmur telah memenuhi syarat sahnya ujrah, karena ada kesepakatan kedua

belah pihak. Dan hukum Islam menyikapi pemberian upah penjemur padi di UD

5 Afifah Nurul Jannah, Tinjauan Hukum Islam Tentang Pelaksanaan Upah Karyawan

Masjid Agung Jawa Tengah, skripsi mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, 2009

Page 20: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Sumber Makmur diperbolehkan karena mendatangkan manfaat bagi warga

sekitar.6

Abdul Ghofur, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Upah Pekerja Penggilingan

Padi di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, 2007. Penelitian ini meliputi

akad kerja sistem pengupahan dan resiko kerusakan mesin. Penelitian ini

berkesimpulan bahwa akadnya tidak sesuai dengan hukum Islam karena syarat

rukun ijarah tidak terpenuhi mengenai resiko kerusakan mesin sesuai dengan

hukum Islam.

Penelitian-penelitian di atas berbeda dengan penelitian penulis dalam

objeknya dimana penelitian ini berfokus pada tinjauan hukum ekonomi syari‟ah

terhadap upah penggilingan padi dibayar dengan beras.

E. Metode Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus dilakukan

untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu, sedangkan

penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji

suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan metode-metode

tertentu.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatannya.

6 Wiwin norma Yunita, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Upah Penjemur

Padi, (Studi Kasus UD Sumber Makmur Desa Randusongo Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi),

Skripsi mahasiswa IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011.

Page 21: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

lapangan (field research) dan kualitatif. Penelitian lapangan merupakan

penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang

diperoleh langsung dari informan dan mengamati secara langsung tugas-tugas

yang berhubungan dengan tinjauan hukum ekonomi syari‟ah terhadap upah

giling padi dibayar dengan beras di Desa Kacangan Kecamatan Andong

Kabupaten Boyolali. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu

yuridis normatif.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kacangan Kecamatan Andong

Kabupaten Boyolali.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data di

lapangan dengan menggunakan alat penelitian yang aktif dalam

mengumpulkan data-data di lapangan, selain peneliti yang dijadikan alat

pengumpulan data adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan

hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya

penelitian, seperti kamera dan alat perekam.

Oleh karena itu kehadiran seoarang peneliti di lokasi penelitian sangat

menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang

ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi

Page 22: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

yang didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber

data yang mutlak.

4. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi dalam dua

kategori, yaitu:

a. Data Primer (primary data) adalah data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari masyarakat yang menggiling dan pemilik padi yang

dihasilkan berupa rekaman, hasil foto, dokumen serta rekaman video dan

dari pemilik penggilingan padi.

b. Data Sekunder (secondary data) adalah data pelengkap informasi yang

diambil dari buku-buku seperti buku fikih, kitab hadits, tafsir, skripsi,

internet, jurnal dan bacaan yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

5. Prosedur Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data yaitu prosedur yang sistematika dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Tehnik pengumpulan data

yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yaitu sebuah teknik pengumpulan data dimana peneliti

langsung berdialog dengan pemilik mesin giling dan pengguna jasa diling

padi untuk menggali informasi mengenai masalah yang diteliti.

b. Observasi

Page 23: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Metode penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

dengan pengamatan langsung kepada obyek penelitian. Obeservasi ini

dilakukan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran

secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Pengamatan ini yang

dilakukan secara langsung pada obyek yaitu di penggilingan padi Desa

Kacangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen.7 Di dalam

melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.8 Serta peneliti juga

mengambil data yang bersumber dari foto ataupun video yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu dengan menyajikan,

menggambarkan atau menguraikan sejelas-jelasnya seluruh masalah yang ada

pada rumusan masalah, secara sistematis, faktual dan akurat9 mengenai

“Tinjauan Hukum Ekonomi Syari‟ah Terhadap Upah Giling Padi Dibayar

7 M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2002), hlm 87. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,2013), hlm.198201.

9 Burhan Mungin, Analisis Data Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),

hlm.5.

Page 24: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Dengan Beras di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali”.

Adapun di dalam penarikan kesimpulan penulis menggunakan metode

deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari permasalahan yang umum menjadi

khusus.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengetahui data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian

memilik tingkat penelitian kebenaran atau tidak, maka akan dilakukan dengan

pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Maka validitas data

tersebut akan membuktikan apakah data tersebut sudah sesuai dengan data

yang dilapangan atau belum. Teknik yang digunakan dalam pengecekan

keabsahan data adalah Triangulasi.

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif jadi

tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti pembuatan proposal peneltian, mengajukan

surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang

harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan

interview dengan pelaksana pengupahan.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup

maka tahap selanjutnya adalah menganalis data-data tersebut dan

Page 25: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek

yang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan

telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang

dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut

sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, ada sistematika penulisan yang sesuai

dengan petunjuk teknis penulisan skripsi yang sistematikanya terbagi menjadi

lima bab pembahasan, yaitu:

Bab I, Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data,

prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data,

tahap-tahap penelitian.

Bab II, Landasan Teori. Bab ini berisi tentang pengertian upah

(ijarah), dasar hukum, rukun dan syarat, sistem pengupahan dalam Islam,

gugurnya upah karena barang rusak, berakhirnya akad ijarah dan „urf.

Bab III, Hasil penelitian membahas tentang praktik pengupahan

penggilingan padi.

Page 26: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Bab IV, Pembahasan. Bab ini berisi analisis penelitian membahas

tentang praktik pengupahan giling padi dibayar dengan beras di Desa

Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dan tinjauan hukum

ekonomi syari‟ah terhadap upah giling padi dibayar dengan beras di Desa

Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

Bab V, Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

Page 27: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

BAB II

IJARAH DAN ‘URF

A. IJARAH

1. Pengertian Ijarah

Ijarah dalam konsep Islam adalah imbalan yang diterima seseorang atas

pekerjaanya dalam bentuk imbalan materi di dunia secara adil dan layak dan

dalam bentuk imbalan pahala di akhirat (Imbalan yang lebih baik).10

Upah mengupah dalam hukum ekonomi syariah dikenal dalam istilah

ijarah, secara etimologi kata al- ijarah berasal dari kata al-ajru‟ yang berarti

al-„iwad yang dalam bahasa Indonesia berarti ganti atau upah.11

Sedangkan

secara istilah ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang

atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya pembayaran upah, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Oleh karenanya,

Hanafiah mengatakan bahwa ijarah adalah akad atas manfaat disertai

imbalan.12

10

Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2013), hal. 784.

11 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, Cet. Ke-1 (Bandung: PT. Alma‟arif,

1987), hal.15.

12 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5(Jakarta Gema Insani,2011), h. 387.

Page 28: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Ijarah dalam penelitian secara etimologi adalah upah sewa yang

diberikan kepada seseorang yang telah mengerjakan satu pekerjaan sebagai

balasan atas pekerjaanya. Untuk definisi ini digunakan istilah-istilah ajr, ujrah

dan ijarah. Kata ajara-hu dan ajara-hu digunakan apabila seseorang

memberikan imbalan atas orang lain. Istilah ini hanya digunakan pada hal-hal

positif, bukan pada hal-hal negatif. Kata al-ajr (pahala) biasanya digunakan

untuk balasan di akhirat, sedangkan kata ujrah (upah) digunakan untuk

balasan di dunia.13

Ijarah adalah pemilikkan jasa dari seorang yang menyewakan oleh

orang yang menyewa, serta pemilikan harta dari pihak menyewa oleh seorang

menyewakan. Dengan demikian, ijarah berarti merupakan transaksi terhadap

jasa tertentu, dengan disertai kompensasi tertentu pula.14

Ijarah dalam konsep

awalnya yang sederhana adalah akad sewa sebagaimana yang telah terjadi

pada umumnya. Hal yang harus diperhatikan dalam akad ijarah ini adalah

bahwa pembayaran oleh penyewa merupakan timbal balik dari manfaat yang

telah ia nikmati. Maka yang menjadi objek dalam akad ijarah adalah manfaat

itu sendiri, bukan bendanya. Benda bukanlah objek akad ini, meskipun akad

ijarah kadang-kadang menganggap benda sebagai objek dan sumber manfaat.

13

A. Riawan Amin.Sc., Buku pintar Transaksi Syari‟ah (menjelankan Kerja Sama Bisnis Dan

Menyelesaikan Sengkata Berdasarkan Panduan Islam), (Jakarta Selatan:Penerbit Hikmah (Pt Mizan

Publika), 2010), H. 145.

14 Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya media Pratama, 2007), h. 228.

Page 29: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Dalam akad ijarah tidak selamanya manfaat diperoleh dari sebuah benda,

akan tetapi juga bisa berasal dari tenaga manusia. Ijarah dalam hal ini bisa

disamakan dengan upah mengupah dalam masyarakat.15

Adapun perbedaan

pendapat para ulama dalam mendefinisikan ijarah, antara lain sebagai berikut

:

a. Menurut Hasbi Ash-Shidiqi :

عقد يضع انبادنت عه يفعت انشئ بدة يحددة آ حهكا

بعض ف بع انافع

Artinya : Ijarah adalah akad yang objeknya penukaran manfaat untuk

masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama

dengan menjual manfaat.16

b. Ulama hanafiyah :

يال انفعت بعض عه عقد جازةالإ

Artinya : Ijarah adalah akad atas manfaat dengan imbalan berupa harta.17

c. Ulama Syafi‟iyah :

نهبرل قابهت يعهيت يفعت يقصدة عقدعه جازةالإ عقد

ويعه باحت بعضالإ

15

M. Yasid Afandi, Fiqih Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syari‟ah,

(Yogyakarta: Logung Pustaka) h.180.

16 Hasbi As-Shidiqy, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1972), cet.

Ke-1, hlm. 97.

17 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 316.

Page 30: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Artinya : Akad ijarah adalah suatu akad atas manfaat yang dimaksud dan

tertentu yang bisa diberikan dan dibolehkan dengan imbalan

tertentu.

d. Ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan bahwa ijarah adalah

menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu

dengan pengganti.18

e. Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang

pembiayaan Ijarah, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)

atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran

sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu

sendiri. Dengan demikian, akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan,

tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada

penyewa.19

Dalam definisi fikih, ijarah disebut pemindahan hak guna (manfaat) atas

suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,

tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.20

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa Ijarah

adalah suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil

18 Rachmat Syafi’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 121-122.

19 Fatwa DSN NO.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Lihat dalam

Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama, DSN-MUI, BI,

2001, hal. 55.

20 Muhammad, Model-model akad pembiayaan di bank syariah, Yogyakarta: UUI Press,

2009, hal. 124.

Page 31: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

manfaat suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar

upah sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun

dan syarat yang telah ditentukan.

2. Dasar Hukum Ijarah

Dasar hukum atau landasan hukum ijarah adalah al-Qur‟an, hadits, dan

ijma‟.

a. Dasar hukum ijarah dari al-Qur‟an adalah:

1) Al-Qur‟an Surat At-Thalaq: 6.

أسك نخضقا عه لا حضاز جدكى ث سكخى ي ح ي

حخ فقا عه م فؤ ألاث ح ك , إ , فئ ه ح ضع

إ عسف, كى ب سا ب , أح ز أج نكج فآح أزضع

حعاسسحى فسخسضع ن إخس

Artinya: Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu menurut

kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka

untuk menyempitkan (hati) mereka dan jika mereka (istri-

istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah

kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin,

kemudian jika mereka menyusui (anak-anak)mu untukmu

maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan

musyawarahkanlah diantara kamu (segala sesuatu) dengan

baik dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan

lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Ath-

Thalaq: 6)21

21

Al-Qur‟an dan Terjemahanya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung:

CV Penerbit Diponegoro), hal. 446.

Page 32: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

2) Q.S. Al-Baqarah : 233

ا ي ى خ ه ا س ذ إ ى ك ه ع ح ا ج ل ف ى ك د لا أ اع ض س خ س ح أ ى ح د ز أ إ

با ى خ آح ف س ع ن ق اح * ا أ ه اع ا الل ه ع ح ا ب الل س ص ب

Artinya : “dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,

Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat

apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Baqarah : 233)22

3) Al-Qur‟an Surat An-Nahl ayat 97

يؤي ث أ م صانحاأ ع ى ي ى حاةطبت فهجز نجز

ه ياكااع أجسى بؤحس

Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka

Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan

yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan

kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An-Nahl : 97)23

b. Dasar hukum ijarah bersumber dari hadits

1) Hadits dari Abu Hurairah ra:

22 Al-Qur‟an dan Terjemahanya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung: CV

Penerbit Diponegoro), hal. 29.

23 Al-Qur‟an dan Terjemahanya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung:

CV Penerbit Diponegoro), hal. 222.

Page 33: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

زسل الل صه الل عه سهى الل ع قال: قال زض ع اب سسة

ى ث ب ط ع أ م ج ز ت اي انق و خ ص خ ا ت أ ث ل ث : قال الل عزجم

ز د غ ى ن ي ف خ اس ف اس ج أ س ج ؤ اسخ م ج ز ث م ك ؤ ف اس ح ع با م ج ز , ف

)زا يسهى( س ج أ

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwasannya Rasulullah

SAW telah bersabda “tiga golongan yang aku musuhi

kelak dihari kiamat ialah: seseorang yang memberi

perjanjian dengan nama-Ku, kemudian ia berhianat,

seseorang yang menjual orang merdeka dan menikmati

hasilnya, dan seseorang yang memperkerjakan kuli, lalu

pekerja dengan baik namun ia tidak memenuhi upahnya.”

(H.R. Muslim).24

2) Hadits dari Ibnu Umar ra:

ض سز ع اب ع ه صه الل ع الل ل زس ال قال: ق ا ع الل ى ه س

)زا اب ياج(ق س ع ف ج أ م ب ق س ج أ س ج ال اط ع أ

Artinya: Dari Ibnu Umar ra. ia berkata bahwasannya Rasulullah

SAW bersabda: “Berikanlah kepada kuli upahnya sebelum

keringatnya kering”. (H.R. Ibnu Majah).25

24

Imam Abi Al-Husain Muslim Ibn Al-Hajj, Sahih Muslim, (Berikut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah,

2003), hal. 769.

25 Ibnu Hajar Al Asqolani, Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam, (Jakarta: Daruun Nasyir Al

Misyriyyah, t.th), hal. 188.

Page 34: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Dari beberapa ayat dan hadits di atas, maka dapat diketahui bahwa

praktik ijarah diperbolehkan di dalam Islam, karena banyak mengandung

manfaat dan mendatangkan mashlahat di dalam kehidupan di masyarakat. Di

samping itu, dengan adanya praktik upah-mengupah di dalam kehidupan

bermasyarakat dapat menjadi sarana untuk saling tolong-menolong antar

sesama manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, bahkan Rasulullah

sallahu wa‟alaihi wassalam mengatakan agar memberikan upah kepada para

buruh sebelum kering keringatnya.

c. Ijma‟

Ijma' adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum

dalam agama berdasarkan al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang

terjadi umat Islam pada masa sahabat telah berijma‟ bahwa ijarah

dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.26

Ibnu Rusyd dalam kitab

Bidayah al-Mujtahid, juga mengatakan bahwa “sesungguhnya sewa-

menyewa itu dibolehkan oleh seluruh fuqaha negeri besar dan fuqaha masa

pertama”.27

Ijarah merupakan “akad pemindahan hak guna atas barang atau

jasa, melalui pembayaran upah sewa , tanpa diikuti pemindahan kepemilikan

atas barang itu sendiri.28

26

H Abd. Rahman Dahlan, M.A., Ushul Fiqih Cetakan Pertama 2010. Hal. 145.

27 Ibnu Rusyd, Bidayah al Mujtahid juz 2, (Semarang: Maktabah Usaha Keluarga), hal. 165.

28 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dariteori ke praktek, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), hal. 117.

Page 35: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

d. Ijarah dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia

Upah merupakan salah satu hak normatif buruh. Upah yang diterima

oleh buruh merupakan bentuk prestasi dari pengusaha ketika buruh itu

sendiri telah memberikan prestasi pula kepada pengusaha yakni suatu

pekerjaan yang telah dilakukan.

Bab 1 pasal 1 angka 30 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaaan menegaskan: “Upah adalah hak pekerja/buruh

yang di terima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh ditetapkan dan dibayar

menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan praturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas susatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan

dilakukan”.29

Tujuan pemerintah mengatur upah dan pengupahan pekerja/buruh

adalah untuk melindungi pekerja dari kesewenang-wenangan pengusaha

dalam pemberian upah setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan

yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan pekerja

menerima upah dari pemberi kerja secara adil dan tidak merugikan salah satu

pihak dan dilindungi oleh undang-undang. Peran pemerintah dalam hal ini

29 Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Page 36: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

adalah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh

agar dapat memenuhi kebutuhan hidup pekerja maupun keluarganya.

Berdasarkan uraiaan tentang dasar hukum atau dalil-dalil syara‟ dan

juga dasar perundang-undangan yang berkenaan dengan masalah

pengupahan sebagaimana telah diuraikan di atas, maka tidak ada lagi

keraguan tentang kebolehan mengadakan transaksi sewa menyewa atau upah

mengupah, dengan kata lain sewa-menyewa atau upah mengupah dibolehkan

dalam hukum Islam maupun perundang-undangan apabila bernilai secara

syar‟i dan tidak merugikan pihak pekerja/buruh.

3. Syarat dan Rukun Ijarah

a. Syarat Ijarah

Terlebih dahulu akan dijelaskan perbedaan antara rukun dan syarat sewa-

menyewa menurut hukum Islam. Yang dimaksud dengan rukun sewa

menyewa adalah sesuatu yang merupakan bagian dari hakikat sewa-menyewa

dan tidak akan terjadi sewa menyewa tanpa terpenuhinya rukun tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan syarat sewa-menyewa ialah sesuatu yang

mesti ada dalam sewa-menyewa, tetapi tidak termasuk salah satu bagian dari

hakekat sewa-menyewa itu sendiri. Sebagai sebuah transaksi umum, ijarah

baru diangap sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya sebagaimana

Page 37: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

yang berlaku secara umum dalam transaksi lainnya. Adapun syarat-syarat

akad ijarah adalah sebagai berikut:30

1) Pelaku ijarah haruslah berakal

Kedua belah pihak yang berakad, menurut ulama Syafi‟iyah

dan Hanabilah, disyaratkan telah baligh dan berakal. Oleh sebab itu,

apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan

orang gila, menyewakan harta mereka atau diri mereka (sebagai

buruh), menurut mereka, al-ijarah tidak sah. Secara umum dapat

dikatakan bahwa para pihak yang melakukan ijarah mestilah orang-

orang yang sudah memiliki kecakapan bertindak yang sempurna,

sehingga segala perbuatan yang dilakukannya dapat

dipertangungjawabkan secara hukum.

Secara umum dapat dikatakan bahwa para pihak yang

melakukan ijarah mestilah orang-orang yang sudah memiliki

kecakapan bertindak yang sempurna, sehingga segala perbuatan yang

dilakukannya dapat dipertangungjawabkan secara hukum.

Para ulama dalam hal ini berpendapat bahwa kecakapan

bertindak dalam lapangan muamalah ini ditentukan oleh hal-hal yang

bersifat fisik dan kewajiban, segala segala tindakan yang dilakukannya

dapat dipandang sebagai sesuatu perbuatan yang sah.

30 Ghufran A.mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002), hal.186.

Page 38: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

2) Keridhoan pihak yang berakad

Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya

untuk melakukan akad al-ijarah. Apabila salah seorang diantaranya

terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah. Hal ini

berdasarkan kepada firman Allah dalam surat Al-Nisa ayat 29.

حجازةع حك كى بانباطم إلاأ انكى ب آيالاحؤكها اي ا انر ا أ

الل كا فسكى إ لاحقخهاأ كى ا بكىحساض ي زح

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu. (Q.S. An-Nisa : 29).31

Akad sewa-menyewa tidak boleh dilakukan salah satu pihak atau kedua-

duanya atas dasar keterpaksaan, baik dari pihak yang berakad atau pihak

lain:32

1) Objek ijarah diserahkan secara langsung dan tidak cacat.

Objek ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung

dan tidak cacat. Oleh sebab itu, para ulama fiqih sepakat menyatakan

31 Al-Qur’an dan Terjemahanya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung: CV

Penerbit Diponegoro), hal. 65.

32 Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Grafindo Persada Pertama, 2007), hal.

232-233.

Page 39: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yag tidak boleh diserahkan dan

dimanfaatkan langsung oleh penyewa.

2) Objek ijarah sesuatu yang dihalalkan oleh syarat.

Islam tidak membenarkan terjadi sewa menyewa atau perburuhan

terhadap sesuatu perbuatan yang dilarang agama, misalnya sewa rumah

untuk maksiat, menyewa orang untuk membunuh orang (pembunuh

bayaran) dan orang Islam tidak boleh menyewakan rumah kepada orang

non muslim untuk dijadikan tempat ibadah mereka, menurut mereka objek

sewa menyewa dalam contoh di atas termaksud maksiat. Sedangkan kaidah

fikih menyatakan bahwa “sewa menyewa dalam masalah maksiat tidak

boleh”.

3) Objek ijarah berupa harta tetap yang dapat diketahui

Jika manfaat itu tidak jelas dan menyebabkan perselisihan, maka

akadnya tidak sah karena ketidak jelasannya menghalangi penyerahan dan

penerimaan sehingga tidak tercapai maksud akad tersebut. Kejelasan objek

akad (manfaat) terwujud dengan penjelasan, tempat manfaat, masa waktu

dan penjelasan, objek kerja dalam penyewaan para pekerja.

4) Manfaat

Disyaratkan bahwa manfaat itu dapat dirasakan, ada harganya, dan

dapat diketahui.

5) Penjelasan waktu

Page 40: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

a. Ulama Hanafiyah tidak mensyaratkan untuk menetapkan awal waktu

akad, sedangkan ulama Syafi‟iyah mensyaratkannya, sebab bila tidak

dibatasi hal itu dapat menyebabkan ketidaktahuan waktu yang wajib

dipenuhi.

b. Penjelasan jenis pekerjaan sangat penting dan diperlukan ketika

menyewa orang untuk bekerja sehingga tidak terjadi kesalahan atau

pertentangan.

c. Penjelasan waktu kerja tentang batas waktu kerja sangat bergantung

pada pekerjaan dan kesepakatan dalam akad.

b. Rukun Ijarah

Menurut Mahzab Hanafi yang dimaksud dengan rukun akad adalah unsur-

unsur pokok yang membentuk akad, yaitu pernyataan kehendak masing-

masing pihak berupa ijab dan qabul. Az-Zarqo menyebutkan empat unsur

akad, yaitu para pihak, objek akad, tujuan akad, dan rukun akad. Rukun akad

adalah pernyataan kehendak para pihak, yaitu ijab qabul.33

Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu itu terwujud karena

adanya unsur-unsur tersebut yang membentuknya. Misalnya rumah, terbentuk

karena adanya unsur-unsur yang membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai,

33

Wangsawidjaja, Pembiyayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2012), hal. 132.

Page 41: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

dinding, atap, dan seterusnya. Dalam konsep Islam unsur-unsur yang

membentuk itu disebut rukun.34

Menurut jumhur Ulama, rukun ijarah ada (4) empat, yaitu :35

1. Aqid (orang yang berakad)

Yaitu orang yang melakukan akad sewa menyewa atau upah

mengupah. Orang yang memberikan upah dan penyewa disebut mu‟jir

dan orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan menyewa

sesuatu disebut musta‟jir.

2. Sighat

Pernyataan kehendak yang lazimnya disebut sighat akad (sighatul-

„aqad), terdiri atas ijab dan qabul dapat melalui: ucapan, utusan dan

tulisan, isyarat, secara diam-diam, dengan diam-diam semata. Syarat-

syaratnya sama dengan ijab dan qabul pada jual beli hanya saja dalam

ijarah harus menyebutkan masa atau waktu yang ditentukan.

3. Upah

Upah yaitu sesuatu yang diberikan musta‟jir atas jasa yang telah

diberikan atau diambil manfaatnya oleh mu‟ajjir.

4. Manfaat

34

Muhammad Al Albani, Shahih Sunan Ibnu Majjah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),

hal. 303.

35 Moh. Saefullah, Fiqih Islam Lengkap, (Surabaya: Terbit Terang, 2005), hal.178.

Page 42: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Untuk mengontrak seseorang musta‟jir harus diketahui bentuk

kerjanya, waktu, upah, serta tenaganya. Oleh karna itu jenis pekerjaanya

harus dijelaskan, sehingga tidak kabur. Karena transaksi upah yang masih

kabur hukumnya adalah fasid.

c. Syarat-syarat perjanjian kerja dalam undang-undang.

Perjanjian sah dan mengikat adalah perjanjian yang memenuhi unsur-

unsur dan syarat-syarat yang ditetapkan undang-undang. Perjanjian yang sah

dan mengikat diakui dan memiliki akibat hukum (legally concluded contract).

Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHP, setiap perjanjian selalu memiliki empat

unsur melekat syarat-syarat yang ditentukan undang-undang.

a) Persetujuan kehendak

Unsur subjek, minimal ada dua pihak dalam perjanjian yang

mengadakan persetujuan kehendak (ijab qabul) antara pihak yang satu

dan pihak yang lain. Kedua pihak dalam perjanjian harus memenuhi

syarat-syarat kebebasan menyatakan kehendak, tidak lain. Persetujuan

kehendak adalah kesepakatan seia sekata antara pihak-pihak mengenai

pokok perjanjian. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga

dikehendaki oleh pihak yang lainnya.

b) Kewenangan (kecakapan)

Unsur subjek (kewenangan berbuat), setiap pihak dalam

perjanjian wenang melakukan perbuatan hukum menurut undang-

Page 43: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

undang. Pihak-pihak yang bersangkutan harus memenuhi syarat-syarat,

yaitu sudah dewasa artinya sudah berumur 21 tahun penuh, walaupun

belum 21 tahun penuh, tetapi sudah pernah kawin, sehat akal (tidak

gila), tidak di bawah pengampuan, dan memiliki surat kuasa apabila

mewakili pihak lain.

c) Objek (prestasi) tertentu

Unsur objek (prestasi) tertentu atau dapat ditentukan berupa

memberikan suatu benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau

tidak berwujud melakukan berbuatan tertentu atau tidak melakukan

perbuatan tertentu. Suatau objek tertentu merupakan suatu objek

perjanjian, prestasi wajib dipenuhi

d) Tujuan perjanjian

Unsur tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai pihak-pihak itu

harus memenuhi syarat halal. Tujuan perjanjian yang akan dicapai

pihak-pihak itu sifatnya harus halal artinya tidak dilarang undang-

undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak

bertentangan dengan kesusilaan masyarakat.36

Perjanjian yang tidak memenuhi unsur-unsur dan syarat-syarat

seperti yang ditentukan diatas tidak akan diakui oleh hukum walaupun

diakui oleh pihak-pihak yang membuatnya, tetapi tidak mengikat

36 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: PT Citra Aditya,

Bakti, 1993), hal. 299..

Page 44: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

artinya, tidak wajib dilaksanakan. Apabila dilaksanakan juga, sampai

suatu ketika ada pihak yang tidak mengakui dan menimbulkan

sengketa. Apabila diajukan ke pengadilan akan membatalkan atau

menyatakan perjanjian itu batal.

4. Macam-macam Ijarah

Dalam fikih muamalah upah dapat di klasifikasikan menjadi dua :37

a) Upah yang telah disebutkan (ajrun musamma) adalah upah yang sudah

disebutkan itu syaratnya ketika disebutkan harus disertai kerelaan belah

pihak yang berakad.

b) Upah yang sepadan (anjrun mitsli) adalah upah yang sepadan dengan

kerjanya serta sepadan dengan kondisi pekerjaan (profesi kerja) jika

akad ijarahnya telah menyebutkan jasa (manfaat) kerjanya.

5. Sistem Pengupahan dan Gugurnya Upah (Ijarah)

a. Sistem Pengupahan (Ijarah)

Jika upah itu suatu pekerjaan, maka kewajiban pembayaran upahnya

pada waktu berahir pekerjaan. Bila tidak ada pekerjaan lain, jika akad

sudah berlangsung dan tidak disyaratkan mengenai pembayaran dan tidak

ada ketentuan penanguhannya, menurut Abu Hanifah wajib diserahkan

upahnya secara berangsur sesuai dengan manfaat yang diterimanya.

Menurut Imam Syafi‟i dan Ahmad, sesungguhnya ia berhak dengan akad

37

M.I Yusato dan MK Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta: Gema Insni Pres,

2001), hal. 67.

Page 45: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

itu sendiri, jika mu‟ajir menyerahkan zat benda yang di sewa kepada

musta‟jir, ia berhak menerima bayarannya karena penyewa (musta‟jir)

sudah menerima kegunaannya.38

Hak menerima upah bagi musta‟jir adalah sebagai berikut :

1) Ketika pekerjaan selesai dikerjakan, beralasan kepada hadis yang

diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah Saw bersabda :

اب ع عه صه الل ل الل ا قال : قال زس ع الل سزض ع

جف عسق س قبم أ ا الاج سهى : أعط

()زا اب ياج

“dari Ibnu Umar RA, berkata bahwa Rasulullah telah bersabda:

Berikanlah olehmu upah buruh itu sebelum keringatnya kering.”

(Riwayat Ibnu Majah) 39

2) Jika menyewa barang, uang sewaan dibayar ketika akad sewa,

kecuali bila dalam akad ditentukan lain, manfaat barang yang di

ijarah kan mengalir selama penyewaan berlangsung.

b. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah

38

Hendi Suhendi, OP.Cit, hal. 121.

39 Drs. Sohari Sahrani,M.M., M.H.: Dra. Hj. Ru‟fah Abdullah, M.M., Fikih Muamalah, cet.1

( Bogor : penerbit Ghalia Indonesia,2001), hal. 172

Page 46: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad tidak membolehkan adanya

fasakh pada salah satu pihak, karena ijarah merupakan akad pertukaran,

kecuali bila didapati hal-hal yang mewajibkan fasakh. Ijarah akan menjadi

batal (fasakh) bila terdapat hal-hal sebagai berikut :

1) Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan

penyewa.

2) Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh

dan sebagainya.

3) Rusaknya barang yang diupahkan (ma‟jur „alaih), seperti baju

yang diupahkan untuk dijahitkan.

4) Terpenuhinya manafaat yang diadakan, berakhirnya masa yang

telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.

5) Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak

seperti yang menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya

ada yang mencuri, maka ia dibolehkan memfasakhkan sewaan

itu.40

6. Ketentuan Undang-Undang Tentang Pengupahan

40 Drs. Sohari Sahrani,M.M., M.H.: Dra. Hj. Ru‟fah Abdullah, M.M., Fikih

Muamalah, cet.1 ( Bogor : penerbit Ghalia Indonesia,2001), hal. 173

Page 47: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Upah memegang peranan yan sangat penting dan merupkan suatu ciri

khas suatu hubungan kerja dan juga tujuan utama dari seorang pekerja untuk

melakukan pekerjaan pada orang lain dan badan hukum ataupun perusahaan.

Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada bab 10

mengatur tentang pengupahan. Menurut Pasal 88 Ayat (1) UU

ketenagakerjaan, setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan

yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi pekerja/buruh

meliputi:

1. Upah minimum;

2. Upah kerja lembur;

3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaannya;

5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

6. Bentuk dan cara pembayaran upah;

7. Denda dan potongan upah

8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

9. Stuktur dan sekala pengupahan yang proposional;

10. Upah untuk pembayaran pesangon; dan

11. Upah perhitungan pajak penghasilan

Page 48: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Pasal 89 UU ketenangakerjaan mengatur bahwa upah minimum

ditetapkan pemerintah berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan

memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum

dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau

kabupaten/kota.

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 89 UU ketenagakerjaan. Dalam hal

pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum yang telah

ditentukan tersebut, dapat dilakukan penangguhan yang tata cara

penanguhannya diatur dengan Keputusan Mentri Tenanggakerja Dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP.231/MEN/2003 Tentang Tata

Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.

Kemudian, pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan

antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak

boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Jika kesepakatan tersebut lebih rendah

atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka kesepakatan

tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja atau

buruh menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.41

41 Undang Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Page 49: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

B. ‘Urf Menurut Hukum Islam

1. Pengertian ‘Urf

Kata urf secara etimologi berarti “sesuatu yang dipandang baik dan

diterima oleh akal sehat”. ´Urf adalah bentuk-bentuk mu'amalah

(berhubungan kepentingan) yang telah menjadi adat kebiasaan dan telah

berlangsung konsisten di tengah masyarakat. ´Urf juga disebut dengan apa

yang sudah terkenal dikalangan umat manusia dan selalu diikuti, baik ´urf

perkataan maupun ´urf perbuatan.42

Dalam disiplin ilmu fikih, ada dua kata yang serupa yaitu ´urf dan adat.

Kedua kata ini perbedaanya adalah adat didefinisikan sebagai suatu perbuatan

yang dikerjakan secara berulang-ulang tanpa hubungan yang rasional.

Perbuataan tersebut menyangkut perbuatan pribadi, seperti kebiasaan

seseorang makan tidur. Kemudian „urf didefinisikan kebiasaan mayoritas

umat baik dalam perkataan maupun perbuataan.43

Adapun makna „urf secara terminologi menurut Dr. H. Rahmad Dahlan

adalah seseuatu yang menjadi kebiasaan manusia, dan mereka mengikutinya

dalam bentuk setiap perbuatan yang populer diantara mereka ataupun suatu

kata yang biasa mereka kenal dengan pengertian tertentu, bukan dalam

42

Muhammad Nurul Wathoni, Filsafat Pendidikan Islam, (Uwais Inspirasi Indonesia, 2013),

hal. 6.

43 Nasrrun Haroen, Ushul Fiqih I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 138.

Page 50: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

pengertian etimologi, dan ketika mendengar kata itu, mereka tidak

memahaminya dalam pengertian lain.44

Sedangkan Contoh ´urf perkataan adalah kebiasaan menggunakan kata-

kata anak (walad) untuk anak laki-laki bukan untuk anak perempuan.

Kebiasaan orang menggunakan kata-kata “daging” pada selain daging ikan.

Sedangkan contoh ´urf perbuataan, ialah kebiasaan orang melakukan jual beli

dengan saling memberikan barang-uang tanpa menyebutkan lafal ijab qabul,

kebiasaan si istri sebelum diserahkan kepada suaminya sebelum istri

menerima maharnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian

„urf bisa dibagi menjadi dua yaitu secara terminologi dan secara definisi kata.

„Urf secara terminologi berarti sesuatu yang sudah dimengerti oleh

sekelompok manusia yang dipandang baik dan diterima oleh akal manusia dan

telah berlaku konsisten di masyarakat dan selalu diikuti oleh kelompok

manusia tersebut baik berupa perbuatan dan ucapan dan tidak mengartikan

satu bukan mengartikan yang lainya.

Sedangkan secara definisi kata yaitu ada dua kata yang menurut

mayoritas ulama yaitu „urf dan Adat adalah sama keduanya berarti sesuatu

yang dikenal dan diulang.45

44

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, Jilid 2, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 387.

45 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet ke-6,

1996), hal. 134

Page 51: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Ketika berbicara urf secara langsung berhubungan arti dengan Ijma

dalam subtansinya. Tetapi dalam hal ini urf juga berbeda dengan ijma‟.

Perbedaan antara „urf dengan ijma‟ yang dalam beberapa aspek yaitu:46

a. Dalam segi ruang lingkupnya „Urf terbentuk oleh kesepakatan terhadap

sesuatu perkataan atau perbuatan, berbaur didalamnya orang awam dan

orang elite, yang melek dan buta huruf, mujtahid dan bukan mujtahid, dan

dapat tercapai bahwa dia akan dilakukan dan dikenal oleh sebagian besar

orang dan tidak mesti dilalukan oleh semua orang. Sedangkan ijma‟

hanya terbentuk dengan kesepakatan mujtahid saja terhadap hukum

syara‟ yang amali, tidak termasuk di dalamnya selain mujtahid baik

kelompok pedagang, pegawai atau pekerja apa saja.

b. „Urf terwujud dengan persepakatan semua orang dan kesepakatan

sebagian terbesarnya, dimana keingkaran beberapa orang tidak merusak

terjadinya „urf. Sedangkan ijma‟ hanya terwujud kesepakatan bulat

seluruh mujtahid kaum muslimin di suatu masa terjadinya peristiwa

hukum, penolakan seseorang atau beberapa orang mujtahid membuat

ijma‟ tidak terjadi.

c. „Urf yang dijadikan landasan ketentuan hukum apabila berubah membuat

ketentuan hukumnya berubah pula dan tidak mempunyai kekuatan hukum

seperti yang berlandaskan nash dan ijma‟ sedangkan ijma‟ sharih yang

46 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, hal. 389.

Page 52: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

dijadikan landasan ketentuan hukum kekuatan ijma‟ sharih yang

dijadikan landasan ketentuan hukum kekuatan hukum yang berdasarkan

nash dan tidak ada lagi peluang kekuatan untuk berijtihad terhadap

ketentuan hukum yang ditetapkan ijma‟.

2. Macam-macam ‘Urf

Para ulama ushul membagi „urf menjadi tiga macam yaitu:47

a. Dari segi objeknya „urf dibagi kepada : kebiasaan yang menyangkut

ungkapan dan kebiasaan yang berbentuk perbuatan.

1) Kebiasaan yang menyangkut ungkapan (al-„Urf al-lafzi)Kebisaan yang

menyangkut ungkapan ialah kebiasaan masyarakat yang mengunakan

kebiasaan atau ungkapan tertentu dalam mengungkapkan sesuatu.

Misalnya ungkapan ikan dalam masyarakat mengungkapkan lauk pauk.

Padahal dalam maknanya ikan itu berarti ikan laut. Tetapi ini sudah

umum pada suatu daerah tertentu.

Apabila dalam memahami ungkapan itu diperlukan indikator lain,

maka tidak dinamakan „urf, misalnya ada seseorang datang dalam

keadaan marah dan ditanganya ada tongkat kecil, saya berucap “ jika

saya bertemu dia maka saya akan bunuh dia dengan tongkat ini.” Dari

ucapanya ini dipahami bahwa yang dia maksud membunuh tersebut

47 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarata: eLSAS, 2008), hal. 211-222.

Page 53: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

adalah memukul dengan tongkat. Ungkapkan seperti ini merupakam

majaz bukan „Urf..

2) Kebiasaan yang berbentuk perbuatan (al-„urf al-amali)

b. Dari segi cakupanya „urf dibagi menjadi dua yaitu kebiasaan yang bersifat

umum dan kebiasaan yang bersifat khusus.

1) Kebiasaan yang bersifat umum (al-„urf al-„am)

Kebiasaan yang umum adalah kebiasaan tertentu yang berlaku

secara luas di seluruh masyarakat, daerah dan negara. Seperti mandi

di kolam, dimana sebagai orang terkadang melihat aurat temanya, dan

akad istishna‟ (perburuhan). Misalnya lagi dalam jual beli mobil,

seluruh alat yang diperlukan untuk memperbaiki mobil seperti kunci,

tang, dongkrak, dan ban serep termasuk dalam harga jual, tanpa akad

sendiri dan biaya tambahan. Contoh lain adalah kebiasaan yang

berlaku bahwa berat barang bawaan bagi setiap penumpang pesawat

terbang adalah dua puluh kilogram.65

Ulama Madzab Hanafi

menetapkan bahwa „urf ini („urf„am) dapat mengalahkan qiyas, yang

kemudian dinamakan istihsan„urf . „urf ini dapat men-takhsis nash

yang „am yang bersifat zhanni, bukan qath‟i. Di antara meninggalkan

keumuman dari nash zhanni karena adanya „urf ialah larangan nabi

Saw mengenai jual beli yang disertai dengan adanya syarat. Dalam hal

ini, jumhur ulama madzab Hanafy dan Maliky menetapkan kebolehan

Page 54: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

diberlakukanya semua syarat, jika memang berlakunya syarat itu

dipandang telah menjadi „urf (tradisi).

2) Kebiasaan yang bersifat khusus (al-urf al-khash)

Kebiasaan yang bersifat khusus adalah kebiasaan yang berlaku

di daerah dan di masyarakat tertentu. Sedangkan menurut Abu Zahra

lebih terperinci lagi yaitu„urf yang berlaku di suatu negara, wilayah

atau golongan masyarakat tertentu. Misalnya di kalangan para

pedagang apabila terdapat cacat tertentu pada barang yang dibeli

dapat dikembalikan dan untuk cacat lainya dalam barang itu,

konsumen tidak dapat mengembalikan barang tersebut. Atau juga

kebiasaan mengenai penentuan masa garansi terhadap barang-barang

tertentu. „Urf semacam ini tidak boleh berlawanan dengan nash.

Hanya boleh berlawanan dengan qiyas yang ilat-nya ditemukan tidak

melalui jalan qathiy, baik berupa nash maupun yang menyerupai nash

dari segi jelas dan terangnya.

c. Dari segi keabsahanya dari pandangan syara‟, „urf terbagi dua, yaitu:48

1) Al-„Urf al-Sahihah („urf yang abasah)

Yaitu adat kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak

bertentangan dengan hukum aturan Islam. Dengan kata lain, kata „urf

yang tidak mengubah ketentuan yang haram menjadi halal, atau

`48 Sudirman, Fiqh Konteporer, (Deepublish, 2018), hal. 276.

Page 55: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

sebaliknya, mengubah ketentuan halal menjadi haram. Misalnya,

kebiasaan dalam suatu masyarakat, hadiah (hantaran) yang diberikan

kepada pihak wanita ketika pinangan, tidak dikembalikan kepada

pihak laki-laki, jika peminangan dibatalkan oleh pihak laki-laki.

Sebaliknya, jika yang membatalkan pihak wanita, maka “hantaran”

yang diberikan kepada wanita yang dipinang dikembalikan dua kali

lipat jumlahnya kepada laki-laki yang meminangnya. Demikian juga,

dalam hal jual beli dengan pemesanan (inden), pihak pemesan

memberi uang muka atau panjar atas barang yang dipesannya.

2) Al-urf Al-Fasidah („urf yang rusak/salah)

Yaitu adat kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan

ketentuan dan dalil-dalil syara‟. Sebaliknya dari al„urf ash-shahihah,

maka adat kebiasaan yang salah adalah yang menghalalkan hal-hal

haram, atau mengharamkan yang halal. Misalnya, kebiasaan

berciuman antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram dalam

acara pertemuan-pertemuan pesta.

Para ulama sepakat, bahwa al„urf al-fasidah tidak dapat

menjadi landasan hukum, dan kebiasaan tersebut batal demi hukum.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pemasyarakatan dan

pengamalan hukum islam pada masyarakat, sebaiknya dilakukan

dengan cara yang ma‟ruf, diupayakan mengubah adat istiadat yang

bertentangan dengan ketentuan.

Page 56: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

3. Kedudukan ‘urf dalam menentukan hukum

Dalam literatur yang membahas kchujahan 'urf atau 'adat dalam

istinbath hukum, hampir selalu yang dibicarakan adalah tentang 'urf atau 'adat

secara umum. Namun di atas telah dijelaskan bahwa 'urf atau 'adat yang sudah

diterima dan diambil alih oleh syara' atau yang secara tegas telah ditolak oleh

syara‟, tidak perlu diperbincangkan lagi tentang kehujahannya. Dengan

demikian, pembicaraan tentang kehujahannya 'urf sedapat mungkin dibatasi

pada 'urf bentuk keempat (sebagaimana disebutkan di atas), baik yang

termasuk pada „adat atau 'urf yang umum dan yang tetap (yang ndak mungkin

mengalami perubahan), maupun „adat khusus dan yang dapat mengalami

perubahan bila waktu atau tempat terjadinya sudah berubah.

Secara umum „urf atau „adat itu diamalkan oleh semua ulama fikih

terutama di kalangan ulama mahzab Hanafiyah dan Malikiyah. Ulama

Hanafiyah menggunakan istihsan dalam berijtihad dan salah satu bentuk

istihsan itu adalah istihsan (istihsan yang menyandar pada 'urf. Oleh ulama

Hanafiyah, Urf itu didahulukan atas qiyas khafi dan juga didahulukan atas

nash yang umum dalam arti: 'urf itu men-takhsis umum nash. Ulama

Malikiyah memadukan 'urf atau tradisi yang hidup di kalangan ahli Madinah

sebagai dasar dalam menetapkan hukum dan mendahulukannya dan hadis

ahad. Ulama Syafi'iyah banyak mengagumkan 'urf dalam hal tidak

Page 57: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

menemukan ketentuan batasannya dalam syara' maupun dalam penggunaan

bahasa. 49

Para ulama menyatakan bahwa „urf merupakan satu sumber istinbath

hukum, menetapkan bahwa bisa menjadi dalil sekiranya tidak ditemukan

sumber dari Al-Quran dan Sunnah. Apabila suatu „urf bertentangan dengan

Al-Qur‟an atau Sunnah maka „urf ditolak.

4. Syarat-syarat ‘urf untuk dijadikan landasan hukum

a. ‘Urf mengandung kemaslahatan yang logis,

Syarat ini merupakan sesuatu yang mutlak ada pada ‘urf yang

sahih. Sehingga dapat diterima masyarakat umum. Dan dalam arti tidak

bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulallah. Sebaliknya,

apabila ‘urf itu mendatangkan kemudhratan dan tidak dapat dilogika, maka

‘urf yang demikian tidak dapat dibenarkan dalam Islam. seperti istri yang

membakar hidup-hidup dirinya bersamaan dengan pembakaran jenazah

suaminya yang meninggal. Meskipun ‘urf hal ini dinilai baik dari segi rasa

agama suatu kelompok, tetapi kebiasaan seperti ini tidak dapat diterima

akal sehat. Demikian juga kebiasaan memakan ular.

49 Amir Syarifudin, Ushul Fiqih Jilid II, (Jakarta: Prenada Media, 2014), hal. 399.

Page 58: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

b. ‘Urf tersebut berlaku umum pada masyarakat yang terkait dengan

lingkungan ‘urf, atau minimal dikalangan sebagian besar masyarakat. ‘Urf

itu juga berlaku pada mayoritas kasus yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat dan keberlakuanya dianut oleh mayoritas masyarakat tersebut.

Syarat ini semakin jelas dengan melihat contoh yang berkembang dalam

masyarakat. Umpamanya, umumnya masyarakat Indonesia dalam

melaksanakan transaksi senantiasa menggunakan alat tukar resmi, yaitu

mata uang Rupiah. Karenanya, dalam satu transaksi tidak mengapa tidak

menyebutkan secara jelas tentang jenis mata uangnya, karena semua

orang telah mengetahui dan tidak ada kemungkinan lain dari penggunaan

mata uang Rupiah yang berlaku, kecuali dalam kasus tertentu.

c. Urf yang dijadikan dasar bagi penetapan suatu hukum telah berlaku pada

saat itu, bukan ‘urf yang muncul kemudian. Berarti ‘urf ini harus telah ada

sebelum penetapan hukum. Kalau ‘urf itu datang kemudian, maka tidak

diperhitungkan.

d. ‘Urf itu tidak bertentangan dengan nash, sehingga menyebabkan hukum

yang dikandung nash itu tidak bisa diterapkan. Syarat ini sebenarnya

memperkuat terwujudnya ‘urf yang sahih karena bila ‘urf bertentangan

dengan nash atau bertentangan dengan prinsip syara’ yang jelas dan pasti,

ia termasuk ‘urf yang fasid dan tidak dapat diterima sebagai dalil

Page 59: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

menetapkan hukum. Misalnya kebiasaan di suatu negeri bahwa sah

mengembalikan harta amanah istri atau anak dari pihak pemberi atau

pemilik amanah. Kebiasaan seperti ini dapat dijadikan pegangan jika terjadi

tuntutan dari pemilik pihak pemilik harta itu sendiri.

Page 60: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

1. Sejarah Singkat Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Desa Kacangan adalah desa yang bisa dikatakan desa yang utama di

Kecamatan Andong, karena dia merupakan satu-satunya desa yang

mempunyai pusat pembelanjaan di Kecamatan Andong dan memiliki pasar

tradisional yang selalu aktif dan menjadi pusat pembelanjaan tradisional

pada hari Pahing dan Wage. Tidak hanya pada hari Pahing dan Wage saja,

pasar Kacangan aktif setiap hari, hanya saja pada hari-hari tersebut bisa

dibilang hari pasarannya yang banyak dipadati pengunjung dari berbagai

daerah kecamatan lain seperti dari Klego, Kemusu, Gemolong dan

sebagainya.

Desa Kacangan telah ada sejak masa pendudukan Jepang, dimana

wilayah Karesidenan Surakarta saat itu merupakan daerah istimewa yang

dikenal dengan Solo Ko (Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko

(Mangkunegaran). Wilayah Mangkunegaran meliputi wilayah Kabupaten

Karanganyar, Wonogiri dan sebagian kota Solo, sedangkan wilayah

Kasunanan meliputi Kabupaten Sragen, Boyolali dan kota Surakarta.

Boyolali saat itu belum merupakan daerah kabupaten tetapi hanya suatu

Page 61: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

daerah tepi dengan pemerintahan tertinggi adalah wedono di bawah

pemerintahan Kasunanan.50

Pada saat itu, Desa Kacangan merupakan salah satu desa di Kecamatan

Andong yang masuk dalam wilayah Kawedanan Simo. Dengan demikian

dapat diasumsikan bahwa Desa Kacangan adalah desa yang memiliki

existensi pemerintahan desa secara formal namun lahirnya tidak ada yang

mengetahui persis kejadiannya.51

a. Kondisi Geografis

Kabupaten Boyolali adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah. Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 110º

22‟ - 110º 50‟ Bujur Timur dan antara 7º 7‟ - 7º36‟ Lintang Selatan,

dengan ketinggian antara 75-1500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Grobogan di

sebelah utara, Kabupaten Sragen, Karanganyar, Sukoharjo dan

Surakarta di sebelah timur, Kabupaten Sukoharjo dan Daerah Istimewa

Yogyakarta di sebelah Selatan, serta Kabupaten Magelang dan

Semarang di sebelah Barat. Boyolali terdiri atas 19 kecamatan, yang

dibagi lagi atas 206 desa dan 7 kelurahan.3 Desa Kacangan sendiri

merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di wilayah Kecamatan

50 Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)

Tahun 2013-2018, Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. 51

Ibid

Page 62: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Andong. Luas wilayah Kecamatan Andong adalah 5.452,7790 Ha. Desa

Kacangan terletak di Ibu Kota Kecamatan, berbatasan disebelah Utara

Desa Pranggong dan Kedungdowo, sebelah timur Desa Senggrong,

sebelah selatan Desa Mojo, dan sebelah barat Desa Andong Kecamatan

Andong.52

Luas wilayah Desa Kacangan secara keseluruhan adalah 2.850.635

Ha, terdiri dari:53

1) Tanah sawah tadah hujan : 417.620 Ha.

2) Tanah tegalan : 958.645 Ha.

b. Keadaan Desa Kacangan Kecamatan Andong

Desa Kacangan adalah desa yang cukup luas dan cukup padat

penduduk, Desa Kacangan terdiri dari 16 RT dan 3 RW. Berdasarkan

perhitungan data jumlah penduduk Desa Kacangan terakhir terdapat

4.766 jiwa yang terdiri dari 2.348 penduduk laki-laki dan 2.418

penduduk perempuan

c. Keadaan Sosial

Desa Kacangan adalah desa yang sebagian besar penduduknya

masih kental dengan hidup bergotong royong. Gotong royong tersebut

adalah bentuk kegiatan sosial yang meliputi berbagai kegiatan saling

52 Data Tentang Keadaan Geografis Kabupaten Boyolali

53 Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)

Tahun 2013-2018, Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Page 63: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

bekerja sama satu dengan lainnya. Di Desa Kacangan juga dibentuk

organisasi karangtaruna. Organisasi desa ini mempunyai kegiatan-

kegiatan yang dilakukan bersama untuk membantu berbagai kebutuhan

desa maupun masyarakat, seperti halnya ketika ada acara pernikahan,

dimana acara pernikahan tersebut membutuhkan warga setempat untuk

dimintai tolong dalam berbagai kebutuhan, seperti : menyiapkan

berbagai kebutuhan dan alat yang digunakan untuk acara pernikahan,

among tamu, sinoman, dan sebagainya. Dari sisi lain karangtaruna

tersebut mempunyai peran untuk menentramkan dan memakmurkan

desa dengan upaya mengadakan pos ronda, menyewakan kebutuhan

acara pernikahan dengan harga yang relatif sngat murah, seperti :

menyekawan meja dan kursi.

Di Desa Kacangan juga terdapat berbagai kegiatan agama maupun

umum, dimana kegiatan tersebut berguna juga untuk menguatkan rasa

persaudaraan satu dengan lainnya seperti yasinan bersama, tahlilan

bersama, membaca albarjanji bersama, dan khusus untuk ibu rumah

tangga ada arisan dan perkumpulan yang disebut Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga.

d. Keadaan Ekononi

Keadaan ekonomi masyarakat di Desa Kacangan pada umumnya

bersumber dari usaha pertanian tadah hujan sawah maupun tegal, namun

setelah ada kemajuan pada desa Kacangan yang utamanya adalah

Page 64: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

bersumber dari pasar kacangan, banyak masyarakat setempat mulai

beralih pekerjaan yaitu dengan cara berdagang di Pasar Kacangan. Para

petani, karena beberapa faktor, tidak mempunyai mesin selep sendiri.

Ada 3 buah tempat penggilingan padi di Kacangan, namun 1 buah sudah

tutup karena sepi pelanggan dan karena fasilitas yang kurang memadahi

sebagi tempat selep padi.

e. Keadaan Pendidikan

Dilihat dari pendidikan, mayoritas masyarakat di Desa Kacangan

dapat dikatakan cukup baik, hal ini bisa dilihat dari keadaan penduduk

dan sarana-sarana pendidikan di Desa Kacangan. Secara umum, semua

penduduk Desa Kacangan pada saat ini pernah merasakan dunia

pendidikan, terlihat bahwa semua anak-anak usia sekolah mendapatkan

pendidikan sesuai dengan tingkat umurnya. Lembaga pendidikan yang

ada di Desa Kacangan dan sekitarnya pun terdiri dari Taman Kanak-

kanak (TK), PAUD, SD/Sederajat, SMP/Tsanawiyah, SMA/MA/SMK

sampai Perguruan Tinggi dan juga ada lembaga pendidikan keagamaan

untuk anak-anak pada sore hari dan lembaga pendidikan di pondok

pesantren yang berada di Desa Kacangan.

Pada saat ini, penduduk Desa Kacangan masih banyak didomisili

oleh masyarakat yang tamatan SMP/sederajat dan SMA/sederajat,

namun juga sebagian dari masyarakat Desa Kacangan melanjutkan

pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, karena sebagian jumlah

Page 65: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

penduduk ada yang berprofesi sebagai guru, bidan, perawat, pegawai

bank, dan sebagainya. Dari sebagian mereka ada yang mengabdikan

dirinya di Desa Kacangan sendiri dan ada juga yang mengabdi di luar

kota. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Kacangan

mempunyai pendidikan yang cukup baik, meski tidak semua masyarakat

mempunyai pendidikan yang cukup baik, namun bisa dikatakan

mayoritas masyarakat Kacangan mempunyai pendidikan yang cukup

baik.

f. Keadaan Keagamaan

Mayoritas masyarakat di desa Kacangan adalah beragama Islam,

dan sangat kental dengan adat istiadat dan budaya Islam yang berada di

Desa Kacangan tersebut. Ada beberapa juga dari sebagian masyarakat

yang beragama kristen, dan masyarakat yang beragama Kristen tersebut

adalah pendatang, bukan asli pribumi dari desa Kacangan tersebut.

Tempat peribadatan masyarakat Kacangan adalah terdiri dari 8

masjid dan 13 mushola, yang dimana masjid dan mushola tersebut

pembangunanya yang utama adalah swadaya dari masyarakat setempat,

dan ada juga donasi ataupun bantuan dari luar. Di Desa Kacangan juga

terdapat pondok pesantren bernama Zumrotut Tholibin yang didirikan

oleh K.H Zuhdi Hasan, yang berdiri pada tahun 1906 M.

Adapun kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan masyarakat di

Desa Kacangan adalah anatara lain:

Page 66: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

1) Kegiatan belajar yang dilakukan pondok Peantren Zumrotut

Tholibin di Desa Kacangan.

2) Sekolah Diniyah/ TPQ untuk anak-anak yang dilaksanakan setiap

hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis di masjid darussalam

3) Pembacaan Yasin dan Tahlil seminggu sekali pada malam Jum‟at

yang diadakan bergilir di rumah penduduk.

4) Pengajian rutin untuk masyarakat muslim desa Kacangan sebulan

sekali pada tanggal 15 setiap bulannya di masjid Darussalam.

5) Pembacaan Sholawat Nariyyah oleh ibu-ibu muslimat seminggu

sekali pada hari Selasa malam yang diadakan bergilir di rumah

penduduk.

6) Pembacaan Manaqib oleh ibu-ibu pada malam Minggu sebulan

sekali yang diadakan bergilir di rumah penduduk.

2. Visi dan Misi Desa Kacangan

a. Visi

Desa Kacangan yang maju, tentram dengan pertanian dan

industri kecil yang handal.

b. Misi

1) Mewujudkan Desa Kacangan yang maju dan tentram

2) Menjadikan Desa Kacangan sebagai daerah pertanian yang

berwawasan agribisnis

3) Menjadikan Desa Kacangan sebagai daerah sentra industri kecil

Page 67: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

c. Struktur Organisasi

B. Praktik Pengupahan Penggilingan Padi di Desa Kacangan Kecamatan Andong

Kabupaten Boyolali

Pada dasarnya sistem pengupahan penggilingan padi di Desa Kacangan

menggunangan uang, namun banyak dari pelanggan yang sering lupa maupun

tidak mempunyai uang ketika pengambilan beras yang berada di penggilingan

tersebut, sehingga menimbulkan inisiatif dari pihak penggilingan beras maupun

pihak yang menggilingkan untuk mengganti upahnya dengan beras, dan sekarang

menjadi adat kebiasaan dari mayoritas mereka upah uangnya diganti dengan

beras, karena berbagai alasan diantara lain ketika beras diantarkan ke rumah si

Page 68: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

pemilik beras tidak berada di rumah, sehingga dari pihak jasa merasa keberatan

dikarenakan penerimaan upahnya tertunda. Dan ketika beras diantarkan ke

konsumen, namun pada saat itu diantarkan konsumen tersebut tidak mempunyai

uang, ataupun tidak ada uang yang pas untuk membayarnya sehingga

menimbulkan penerimaan upahnya tertunda dan pihak jasa merasa keberatan.

Dari sebab-sebab itulah, timbul pengupahan penggilingan padi

menggunakan dengan beras, namun pada umum dan awalnya sistem pembayaran

jasa penggilingan padi menggunakan uang, namun berjalanya waktu yang sering

ada masalah dalam masalah pengupahan, pihak jasa dan konsumen mengganti

pembayaran uang tersebut dengan menggunakan beras. Berdasarkan praktik yang

ada di lapangan masyarakat dalam menggilingkan gabahnya menggunakan jasa

penggilingan padi dengan membayar sejumlah uang atas jasa tersebut dan akan

menerima hasil selep berupa gabah menjadi beras. Apabila melihat sejarah tarif

penggilingan padi di Desa Kacangan, mulanya tarif/upah jasa penggilingan padi

yang ditetapkan oleh pemilik mesin penggilingan adalah berupa uang.

Hal tersebut sudah menjadi ketetapan pasti dan adat kebiasaan masyarakat

daerah di desa Kacangan. Bagi masyarakat upah uang merupakan hal yang

umum dalam sistem pembayaran jasa penggilingan padi, karena setiap mayoritas

jasa penggilingan padi yang upahnya dengan upah yang ditetapkan oleh jasa

penggilingan padi yakni berupa dengan uang. Namun berjalannya waktu sering

ada masalah pengupahan, kedua pihak mengganti pembayaran uang tersebut

dengan menggunakan beras, tidak menghilangkan pengupahan seperti biasanya,

Page 69: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

pihak jasa penggilingan padi tetap menerima upah dari sebagian masyarakat yang

membayarnya dengan uang, meskipun masyarakat yang membayar upahnya

dengan uang hanya sebagian kecil saja. Dari kasus tersebut sehingga terdapat dua

macam bentuk sistem pembayaran jasa penggilingan padi di Desa Kacangan ini,

diantaranya:

1. Upah uang

Pembayaran dengan uang sudah menjadi hal yang umum dalam

transaksi apa pun yang mana besaran atau nominal upah (uang) disesuaikan

dengan nilai barang. Dalam hal pembayaran jasa penggilingan padi tidak ada

ketentuan yang baku, karena setiap daerah mempunyai kebijakan yang

berbeda-beda. Salah satunya penggilingan padi bapak Parjono, dalam hal

pengambilan upah jasa penggilingan padi menetapkannya berdasarkan jenis

karung padi/gabah. Untuk karung jenis pupuk UREA tarif yang dipatok

berkisar Rp 7000,- sampai dengan Rp 8000,- per karung padi/gabah.

Sedangkan untuk karung padi yang menggunakan jenis karung pakan ayam

tarifnya bisa lebih besar, yakni berkisar Rp 10.000,- hingga 15.000,-. Dan

jika gabah itu diambil dan diantar tambah ongkos Rp 5000,. Sistem

pengupahan ini tidak menggunakan tonase timbangan, hanya saja

menggunakan ukuran berdasarkan karung, padahal setiap karung yang sama

besarnya belum tentu sama hasilnya, kadang ada jenis gabah yang kotor

terdapat banyak kotoran (kawul) sehingga isi karung tersebut tidak maksimal

murni dengan gabah.

Page 70: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

2. Upah beras

Pembayaran dengan upah beras sekarang menjadi hal yang biasa di

penggilingan padi di Desa Kacangan, terdapat beberapa rincian, adalah

penggilingan padi tersebut apabila jenis karung padi/gabah 1 karung UREA

(pupuk) takarannya 1 manci yang dimana ukuran manci tersebut adalah

buatan sendiri yaitu jika manci itu penuh akan muat 1 liter, jika dibuat

tonase, 1 manci yang penuh dengan beras itu adalah seberat 8 ons. Adapun

perincian upahnya yaitu; jenis karung padi/gabah 1 karung pakan ayam

takarannya 1,5 manci; karung padi/gabah kurang dari 1/2 karung takarannya

1/2 manci. Jika gabah tersebut diambil dan ketika sudah selesai proses

penggilingan diantarkan tambah biaya ongkos sebanyak ½ manci beras.

Untuk manci yang berukuran 1 liter, dan jika dalam pengambilan upah

sgilingan berupa beras menggunakan takaran manci maka beras yang

diambil sebanyak 1 liter, apabila dinominalkan 1 liter beras harganya

berkisar Rp 8000,- sampai dengan Rp 10.000,-.

C. Bentuk Akad Antara Pemilik Penggilingan Padi Dengan Masyarakat Pengguna

Jasa Penggilingan Padi.

Pengambilan upah pada jasa gilingan padi yang terdapat dalam praktik jasa

penggilingan padi di Desa Kacangan milik Bapak Parjono dan Bapak Rajudin

menetapkan upah berupa uang maupun beras, dengan berpatokan pada ukuran

karung, menurut penuturannya pemilik mesin gilingan mengambil upah beras

dalam transaksi penyelepan padi/gabah tidak dilakukan secara tertulis, tetapi

Page 71: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

dilakukan secara lisan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Zubaidah ini.

Seperti biasa pemilik mesin giling padi beroperasi di Desa Kacangan, bagi

masyarakat yang ingin meyelepkan gabah menunggu jasa penggilingan padi yang

mengambil gabahnya ke rumah, ataupun diantarkan sendiri ke tempat

penggilingan padi yang beroperasi. Ketika jasa penggilingan padi mengambil

gabah kerumah konsumen/ketika konsumen mengantarkan bgabahnya ke

penggilingan padi, jasa penggilingan padi akan bertanya bayar menggunakan

upah berupa uang atau beras, jika menggunakan beras, maka pihak jasa

penggilingan padi setelah selesai mengerjakan langsung mengurangi berasnya

sebagai upah, tanpa diketahui oleh si pemilik beras tersebut. Hal tersebut juga

diungkapkan Ibu Hartinah, menyatakan bahwa tidak ada transaksi tertulis. Untuk

upah atas jasa selep ditentukan di akhir transaksi, dan dalam waktu pengambilan

upah berupa beras masyarakat tidak tahu takaran pasti yang diambil oleh pemilik

mesin selep, karena hal tersebut hanya dilakukan secara sepihak yakni oleh

pemilik mesin selep. Berdasarkan observasi peneliti di lokasi penggilingan padi,

dari hasil pengamatan peneliti contoh transaksi yang berlangsung adalah sebagai

berikut:

a. Proses akad

Masyarakat yang ingin menyelepkan gabahnya mengantarkan

gabahnya ke tempat penggilingan padi, atau bisa juga bagi mereka yang

sudah berlangganan menghubungi pihak pemilik mesin giling padi via

telepon guna melakukan pengambilan gabah di rumahnya. Setelah dilakukan

Page 72: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

penyelepan dilanjutkan dengan penentuan biaya ongkos penggilingan, akan

membayar dengan uang atau beras, jika dengan beras maka jasa penggiling

padi ketika mengantarkan berasnya sudah mengurangi beras tersebut sebagai

upahnya. Jika dengan uang, maka akan diterimanya langsung oleh

masyarakat, tanpa disertai adanya nota bukti pembayaran dari penyelepan

gabah masyarakat tersebut. Menurut masyarakat proses penyelepan dan

dengan sistem upah tersebut sudah menjadi adat di Desa Kacangan.

b. Proses penggilingan

Jasa penggilingan memberikan hasil gabah menjadi beras. Sedangkan

masyarakat/pemilik gabah hanya menunggu hasilnya saja. Dalam proses

penggilingan padi/gabah sendiri umunya terdapat 2 tahap, yakni:

1) Pecah kulit (PK)

Gabah dimasukkan ke dalam mesin selep untuk guna memecah

kulit gabah, memisahkan kulit gabah dan isinya.

2) Dimasukkan ke pemutihan pada mesin poles, proses pembersihan dan

pemutihan isi gabah menjadi beras.

c. Penerimaan hasil penggilingan

Setelah proses penyelepan selesai, pihak jasa penggilingan akan

mengantarkan beras tersebut ke masyarakat yang menggilingkan gabahnya,

dan ada juga sebagian masyarakat yang mengambilnya sendiri ke tempat

jasa penggilingan padi tersebut. Untuk hasil setiap karung gabah sendiri

berbeda-beda tergantung bobot dan kualitas gabah tersebut. Apabila gabah

Page 73: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

kualitas bagus 1 karung pakan ayam gabah biasanya menghasilkan beras

diantara 28 kg sampai 34 kg, sedangkan untuk gabah kualitas rendah

menghasilkan beras diantara 24 kg sampai 28 kg.

Dari paparan di atas mulai dari proses akad, penggilingan, dan juga

penerimaan hasil berlaku untuk jasa penggilingan padi di Desa Kacangan,

antara masyarakat selaku pengguna jasa mesin giling padi dengan pemilik

mesin giling padi tidak melakukan pembaharuan perjanjian atau kesepakatan

mengenai harga upah baik berupa uang atau beras dengan nominal maupun

dengan seberapa takaran beras yang diambil. Karena masyarakat di Desa

Kacangan hanya mengikuti adat yang sudah berlaku yang telah ditentukan

oleh penggiling padi dan pengguna jasa penggiling padi dulunya.

Dengan demikian bahwa ketentuan transaksi dari pemilik gilingan

padi dengan masyarakat yang menggilingkan menunjukkan tidak ada

kesepakatan, karena itu sudah menjadi adat atau rutinitas di Desa Kacangan

ketika ingin menggilingkan gabahnya. Sehingga yang menjadi jaminan atas

transaksi tersebut adalah kepercayaan untuk memegang amanah dari

pelayanan jasa penggilingan padi tersebut.

Page 74: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisa Hukum Islam Terhadap Akad Jasa Penggilingan Padi di Desa

Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

Usaha jasa penggilingan padi adalah suatu usaha yang dalam pemahaman

fikih muamalah dapat dikategorikan sebagai upah mengupah. Ijarah dalam

konsep Islam, Ijarah adalah imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaanya

dalam bentuk imbalan materi di dunia (adil dan layak) dan dalam bentuk imbalan

pahala di akhirat (imbalan yang lebih baik).54

Ijarah merupakan salah satu bentuk

perikatan atau perjanjian dalam Islam. Perjanjian atau perikatan dalam Islam

biasa disebut dengan akad. Adapun pengertian akad adalah suatu perikatan antara

ijab dan qabul dengan cara yang dibenarkan syara‟ yang menetapkan adanya

akibat-akibat dan hukum pada objeknya. Dalam akad pada dasarnya

dititikberatkan pada kesepakatan antara dua belah pihak yang ditandai dengan

ijab qabul. Sebagaimana data yang peneliti peroleh, masyarakat di Desa

Kacangan biasa memanfaatkan mesin penggilingan padi untuk mengupas/

memproses gabah menjadi beras, yang mana beras tersebut merupakan

kebutuhan pokok bagi masyarakat. Di dalam praktik jasa penggilingan ini,

masyarakat yang ingin menggilingkan gabah menuju ke jasa penggilingan padi

54

Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2013), hal. 784.

Page 75: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

dengan cara pemilik penggilingan padi mengambil atau pemilik gabah

mengantarkan sendiri ke tempat penggilingan padi.

Transaksi penggilingan padi/gabah tersebut tidak dilakukan secara tertulis,

tetapi dilakukan secara lisan. Untuk tarif penggilingan, masyarakat membayar

ongkos gilingan gabah bisa dalam bentuk uang maupun beras. Dalam hal besaran

ongkos giling gabah sendiri, pemilik mesin penggilingan padi sudah memiliki

kebijakan.

Dalam hukum Islam, untuk tindakan-tindakan ibadah berlaku asas bahwa

bentuk-bentuk ibadah yang sah adalah bentuk-bentuk yang disebutkan dalam

dalil-dalil syari‟ah. Sedangkan, dalam tindakan-tindakan muamalat berlaku asas

sebaliknya, yaitu bahwa segala sesuatu itu sah dilakukan sepanjang tidak ada

larangan tegas atas tindakan itu.

Pada praktiknya, dalam sistem pembayaran jasa penggilingan padi di Desa

Kacangan ini tidak hanya menggunakan uang saja sebagai alat transaksi

pembayaran tetapi juga menggunakan beras. Hal tersebut didasarkan pada kaidah

fikih:

الصم ف الشاء الإبا حت حخ دل اندنم عه انخحسى

Artinya : “hukum yang pokok dari segala sesuatu adalah boleh, sehingga

terdapat dalil yang mengharamkan”.

Asas konsensualisme, bahwasanya setiap perjanjian atau perikatan

didasarkan atas kesepakatan bersama antara kedua belak pihak yang melakukan

perjanjian tersebut.

Page 76: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Dalam transaksi penggilingan padi ini, penentuan tarif berupa uang

dilakukan secara sepihak yakni oleh pemilik mesin penggilingan padi sendiri.

Dalam hal pengambilan upah berupa beras juga dilakukan secara sepihak.

Meskipun masyarakat mengetahui perkiraan takaran takaran pengambilan upah

berupa beras adalah satu manci, tetapi ketika pengambilan upah beras itu

berlangsung takaran pasti hanya diketahui pemilik mesin saja. Meskipun

demikian, dengan terpaksa masyarakat menyetujuinya atau sepakat dengan tarif

yang ditentukan oleh pihak pemilik mesin penggilingan padi tersebut.

Asas keadilan dan keseimbangan prestasi merupakan asas yang

menegakkan pentingnya kedua belah pihak agar tidak saling merugikan.

Transaksi harus didasarkan keseimbangan antara apa yang dikeluarkan oleh satu

pihak dengan apa yang diterima. Pada praktiknya dalam pengambilan upah

berupa beras, penakaran hanya dilakukan secara sepihak yakni oleh pemilik

penggilingan padi. Sehingga pengguna jasa penggilingan padi (konsumen) tidak

mengetahui secara pasti takaran beras yang diambil. Pada praktiknya

pengambilan upah berupa beras dilakukan secara sepihak, padahal beras

merupakan jenis barang yang dapat ditakar dan ditimbang sehingga harus

diketahui dengan pasti jenis, sifat, macam dan ukurannya. Transparansi dalam

pengambilan upah berupa beras ini sangat penting.

Kemudian asas amanah (kejujuran), dalam transaksi penggilingan padi,

tidak disertakan nota pembayaran sebagai bukti transaksi, dan untuk

pengambilan upah berupa beras dilakukan secara sepihak yakni oleh pemilik

Page 77: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

mesin penggilingan padi. Sehingga masyarakat tidak tahu takaran pasti yang

diambil oleh pemilik mesin penggilingan. Dalam hal pengambilan upah beras ini

masyarakat mempercayakannya kepeda pemilik mesin.

Pada transaksi jasa penggilingan padi pembayaran dilakukan di akhir yang

mana ongkos penggilingan ditentukan pemilik mesin penggilingan. Di akad awal

penggilingan padi hanya disebutkan keinginan pengguna jasa untuk

menggilingkan gabahnya. Pada akad tersebut tidak di sebutkan ketentuan-

ketentuan mengenai kepemilikan bekatul dan berambut, karena hal tersebut

sudah menjadi kebiasaan bahwa bekatul dan berambut adalah menjadi hak jasa

penggilingan. Selain itu, tidak disebutkan ketentuan mengenai tarif penggilingan

baik berupa uang ataupun beras, tarif tersebut ditentukan di akhir waktu dan

ditentukan oleh satu pihak yakni pemilik jasa penggilingan padi berdasarkan

kebijakannya.

Dalam muamalah, sahnya transaksi berdasarkan kesepakatan kedua pihak

pengupah dan penggiling yang saling merelakan satu sama lain, sehingga tidak

ada yang dirugikan, dan kesepakatan yang ditempuh tanpa adanya unsur paksaan.

Dalam transaksi tersebut tidak ada unsur paksaan dari pihak pengguna

penggilingan padi maupun pihak jasa penggilingan padi. Semua itu dilakukan

atas dasar kepercayaan.

Dalam melakukan suatu transaksi tidak harus secara tertulis, seperti halnya

dalam praktik jasa penggilingan padi di Desa Kacangan ini. Dalam praktiknya

transaksi tersebut tidak sertakan nota atau kwitansi sebagai alat bukti

Page 78: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

pembayaran. Menurut pengakuan konsumen maupun pihak jasa penggilingan

padi, apabila dalam transaksi tersebut dilakukan secara tertulis seperti adanya

nota pembayaran hanya akan membuat ribet karena memakan waktu, sedangkan

masyarakat sebagai konsumen menginginkan proses yang cepat dan praktis yang

didasari kepercayaan. Dan bagaimanapun bentuk transaksi atau akad maka sah-

sah saja selama tidak ada dalil yang melarangnya. Hanya saja dalam

pengambilan berupa beras, hendaknya pihak penggilingan padi transparan dalam

mengambil upahnya, meski para konsumen mendasarkan semua pada

kepercayaan, tetapi transparansi sangat penting mengingat upah berupa beras

merupakan jenis barang yang harus ditakar maka harus ada kejelasan dan

kepastian.

Berdasarkan analisis praktik yang ada, penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa akad jasa penggilingan padi di Desa Kacangan Kecamatan

Andong Kabupaten Boyolali belum sepenuhnya sesuai dengan hukum Islam

karena dalam transaksi tersebut, karena dalam akad upahnya menggunakan

perkiraan juga tidak ada takaran yang pasti. Meskipun dalam transaksi antara

kedua belah pihak tersebut terdapat ijab qabul yang sah dan sama-sama

menyutujuinya.

B. Tinjauan Hukum Ekonomi Syari’ah tentang Pengupahan Penggilingan Padi

Dengan Beras Di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

Pengupahan penggilingan padi dengan beras sudah menjadi adat kebiasaan

di Desa Kacangan yang telah terjadi sudah lama, meskipun pada awalnya

Page 79: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

menggunakan tarif pembayaran dengan uang. Dalam sistem pembayaran hal

yang perlu diperhatikan adalah penetapan harga, karena dengan harga yang

sepakat suatu sistem pembayaran dikatakan berlaku. Adapun pengertian dari

harga adalah segala sesuatu yang disetujui oleh kedua belah pihak yang

bertransaksi, baik itu lebih banyak daripada nilainya, lebih sedikit, maupun sama

dengannya. Sedangkan penetapan harga adalah pemasangan nilai tertentu untuk

jasa yang akan dilakukan dengan wajar, dari pihak jasa tidak dzalim dan tidak

menjerumuskan konsumen.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang didapatkan di lapangan,

upah merupakan suatu akad yang dipergunakan untuk pemilikan manfaat (jasa)

dari seorang penyewa kepada seorang yang menyewakan dan disengaja dengan

cara memberikan upah. Penetapan upah bagi tenaga kerja harus mencerminkan

keadilan dan memepertimbangkan berbagai aspek kehidupan. Dalam menetapkan

harga, pemilik penggilingan dan pengguna jasa penggilingan tidak ada kepastian,

padahal dalam suatu perjanjian sewa menyewa harga sewa/ upah harus diketahui

dengan jelas agar tidak menimbulkan kerugian satu pihak serta untuk

menghindari terjadinya perselisihan.

Apabila konsumen menginginkan pembayaran menggunakan beras maka

pemilik penggilingan akan mengambil sebagian hasil giling (beras). Tetapi dalam

mengambil takaran beras yang akan dijadikan upah tersebut hanya dilakukan

sepihak yakni oleh pemilik jasa penggilingan padi saja. Hal tersebut sesuai

penuturan salah seorang konsumen penggilingan padi yakni Ibu Zubaidah.

Page 80: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Menurut pemahamannya, untuk takaran yang diambil umumnya adalah 1 manci.

Seharusnya dalam pengambilan upah beras ini, pemilik gilingan padi

menjelaskan takaran yang diambil kepada konsumen sehingga tidak sekedar

mengira-ngira takaran yang diambil. Dengan begitu, pengambilan upah berupa

beras dapat diketahui dengan pasti dan jelas takaran dan timbangannya.

Setelah menganalisis data-data yang ditemukan, penulis merasa adanya

kesenjangan antara teori dan praktik yang terjadi, praktik upah mengupah yang

dilakukan tidak disaksikan oleh kedua pihak ketika pengambilan upah.

Analisis praktik sistem pengupahan pada jasa penggilingan padi di Desa

Kacangan dapat dilihat dari rukun ijarah upah sebagai berikut :

1. „Aqid ialah orang yang melakukan akad.

Pemilik padi dan penerima upah/pihak jasa penggilingan padi dalam

pelaksanaannya pengupahan pada penggilingan padi sudah terpenuhi

unsurnya maka dalam hal ini tidak menyalahi ketentuan hukum pengupahan

dalam hukum ekonomi syari‟ah.

2. Sighat (ijab dan qabul)

Dalam teorinya, sighat yang pertama harus jelas pengertiannya, dan

tidak memiliki pengertian lain, namun dalam praktik penggilingan padi

sighat sudah jelas mengenai upah yang telah ditentukan, dan sighat kedua

harus bersesuaian antara pihak yang berijab dan menerima ijab. Dalam

praktiknya sighat pada penggilingan padi ini belum memenuhi rukun ijarah,

dikarenakan ketentuan upahnya menggunakan perkiraan.

Page 81: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

3. Upah

Upah sesuatu yang diterima oleh yang menyewakan atas jasa yang

telah diberikan atau diambil manfaatnya oleh penyewa. Dalam teorinya,

upah haruslah jelas atau sudah diketahui jumlahnya, karena itu upah

mengupah tidak sah dengan upah yang belum diketahui. Dalam praktik yang

terjadi di lapangan, upah mengupah kurang jelas dan diketahui salah satu

belah pihak saja.

4. Manfaat

Manfaat adalah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Dalam

hal sistem pengupahan ini, manfaat adalah tolong-menolong seperti yang

terjadi pada sistem pengupahan penggilingan padi di Desa Kacangan bahwa

waktu, tempat sudah jelas.

Apabila ditinjau dari syarat upah mengupah, maka upah mengupah

penggilingan padi di Kacangan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pelaku upah mengupah haruslah berakal.

Secara umum dapat dikatakan bahwa para pihak yang melakukan

ijarah mestilah orang-orang yang sudah memiliki kecakapan bertindak

yang sempurna, sehingga segala perbuatan yang dilakukannya dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Di Desa Kacangan pelaku ijarah

sudah bisa dikatakan cakap dan sempurna, sebab mereka para pihak

pabrik manapun pemilik padi sudah melebihi usia 19 tahun dan sehat

Page 82: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

jasmani rohani dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya didepan

hukum.

b. Keridhaan pihak yang berakad

Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk

melakukan upah mengupah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa

melakukan itu, maka akadnya tidak sah. Sedangkan yang terjadi di

lapangan, ada beberapa masyarakat yang sedikit ada kecurigaan karena

kadang hasil penggilingan berbeda-beda, tetapi kebanyakan masyarakat

di Desa Kacangan rela terhadap upah atas dasar saling kepercayaan.

c. Objek ijarah diserahkan secara langsung dan tidak cacat objek.

ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan

tidak bercacat. Oleh sebab itu, para ulama fikih sepakat menyatakan

bahwa tidak boleh menyewakan sesuatau yang tidak boleh diserahkan

dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa. Yang terjadi di lapangan,

objek ijarah termasuk objek yang bermanfaat dan diserahterimakan.

d. Objek ijarah sesuatu yang dihalalkan oleh syara‟ Islam

Tidak dibenarkan terjadinya sewa menyewa terhadap sesuatu

perbuatan yang dilarang agama, misalnya menyewa rumah untuk

perbuatan maksiat, untuk membunuh orang (pembunuh bayaran) dan

orang Islam tidak boleh menyewakan rumah kepada orang non muslim

untuk dijadikan tempat ibadah mereka. Sedangkan kaidah fikih

menyatakan : “Sewa menyewa dalam masalah maksiat tidak boleh”.

Page 83: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Objek pengggilingan padi termasuk objek yang halal dan bermanfaat

untuk kelangsungan hidup.

e. Objek ijarah berupa harta tetap yang dapat diketahui.

Jika manfaat itu tidak jelas dan menyebabkan perselisihan, maka

akadnya tidak sah karena ketidakjelasan menghalangi penyerahan dan

penerima sehingga tidak tercapai maksud akad tersebut. Kejelasan objek

akad (manfaat) terwujud dengan penjelasan, tempat manfaat, masa

waktu, dan penjelasan. Dalam pengupahan ini objek dan jumlahnya

dapat diketahui dengan jelas antara kedua belah pihak.

Dengan demikian, penulis dapat mengambil kesimpulan dalam

pelaksanaan pengupahan penggilingan padi dengan beras di Desa

Kacangan terdapat syarat yang tidak terpenuhi, yaitu penetapan harga

upah dan pengambilan upah berupa beras yang tidak transparan, yaitu

pemilik padi tidak mengetahui dengan pasti berapa upah beras yang

diambil.

Page 84: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya

maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Praktik pengupahan jasa penggilingan padi di Desa Kacangan terdapat 2

dua macam sistem pembayaran yaitu dengan upah uang dan upah beras.

Upah uang dengan berkisar Rp7000- Rp 15.000. Sedangkan pada upah

beras menjadi hal biasa saat pengambilan hanya saja dengan takaran

perkiraan yaitu per karung diambil satu manci atau 1 liter.

2. Upah penggilingan padi di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten

Boyolali belum sepenuhnya sesuai dengan hukum ekonomi syari‟ah

karena dalam transaksi tersebut tidak memenuhi ketentuan asas-asas

dalam berakad, khususnya asas amanah (kejujuran), keadilan, dan

perjanjian yang pasti, meskipun terdapat ijab qabul yang sah dan syarat

yang tidak terpenuhi dalam penetapan harga prngambilan upah berupa

beras yang tidak transparan, karena praktik upah mengupah yang

dilakukan tidak disaksikan oleh kedua pihak. Dan pada analisis „urf

terhadap praktik penggilingan padi di Desa Kacangan adalah adat

kebuasaan yang merupakan suatu tindakan yang menimbulkan perbuatan

yang tidak seutuhnya diperbolehkan dalam Islam.

Page 85: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

B. Saran

1. Sebaiknya dalam melaksanakan suatu transaksi, pihak penyedia jasa

penggilingan memberikan penjelasan terkait proses penggilingan padi serta

ketentuan harga yang berlaku kepada pengguna jasa untuk menghindari

adanya kecurangan yang bisa berakibat pada perselisihan.

2. Hendaknya pengguna jasa penggilingan mengetahui tentang ketentuan-

ketentuan yang berlaku dalam penggilingan padi untuk menghindari adanya

kerugian.

Page 86: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Daftar pustaka

A. Mas‟adi, Ghufran Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2002.

Afandi, M. Yasid, Fiqih Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan

Syari‟ah, Logung Pustaka : Yogyakarta. 2007

Al-Maraghi, Musthofa Ahmad. Tafsir Al-Maragi. Cet I Semarang: CV Toha Putra.

1984.

Al-Qurtuby, Usman. Al-Quran Cordoba. Bandung : Cordoba Internasional. 2016.

Antonio, Muhammad Syafi‟i, Bank Syari‟ah dari teori ke praktek. (Jakarta: Gema

Insani Press. 2001.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rinika Cipta,

Jakarta, 1991.

Dahlan, Abd. Rahman, Ushul Fiqh , Jakarta: Amzah, cet ke-2, 2011.

Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke

Empat. Jakarta: Balai Pustaka. 1989.

Harahap, Khairul Anwar, Pembayaran Upah Pembajak Sawah Oleh Para Petani

Ditinjau Menurut Fiqih Muamalah (Studi Kasus di Desa Parannapa Jae Kec.

Barumun tengah Kab.Padang Lawas Sumatera Utara), Skripsi Mahasiswa

UIN Syarif Kasim Riau, 2012.

Haroen, Nasrun, Fiqih Muamalah., Jakarta: Gaya media Pratama. 2007.

Hasan, M. Iqbal, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Bogor,

2002.

Hasan, M.Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam fiqih muamalat, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. 2003.

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Moh.Rifa‟i dan K.A.

Qusyairi Misbah CV. Wicaksana, Semarang, 2004, Cet. Ke-3.

Page 87: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

Jannah, Afifah Nurul, Tinjauan Hukum Islam Tentang pelaksanaan Upah Karyawan

Masjid Agung Jawa Tengah, Skripsi Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang,

2009.

Khallaf, Abdul Wahhab , Kaidah-kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, cet ke-6, 1996.

Mungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2003

Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Hukum Bisnis Islam, Pranadamedia Group,

Jakarta, 2015.

Rahman, Al-faruz. Doktrin Ekonomi Islam, jilid 2 Jakarta: Dana Bakti Wakaf. 1989.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2010, Cet. Ke-2, Juz 5.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah 13. Cet. Ke-1 Bandung: PT. Alma‟arif. 1987.

Saefulloh, Moh, Fikih Islam Lengkap, Surabaya. Terbit Terang. 2005.

Satria, Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: kencana, cet ke-1, 2005.

Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1995, Cet. Ke-1.

Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, Cet. Ke-

6.

Syafi‟i ,Rahmat, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2004

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 2, Jakarta: Kencana, 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Yunita, Wiwin Norma, Tinjauan hukum Islam Terhadap Pemberian Upah Penjemur

Padi (Studi Kasus UD Sumber Makmur Desa Randusongo Kec. Girih Kab.

Ngawi, Skripsi Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011.

Yusato M.I dan Widjajakusuma MK, Menggagas Bisnis Islam. Jakarta: Gema Insani

press. 2002.

Page 88: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa

LAMPIRAN

Page 89: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa
Page 90: TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH TERHADAP UPAH GILING PADI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6524/1/SKRIPSI... · 2019. 10. 7. · yang melibatkan pemilik dan pengguna jasa