2. sistem ekonomi syari’ah

22
SISTEM EKONOMI SYARI`AH TUGAS EKONOMI SYARIAH Oleh : 1. Dinita Putri Nugraheni 13080574046 2. Ribka Anastasha N. M. 13080574107 3. Dewi Rahmawati 13080574117 4. Dwi Ahmad Qusaeni 13080574118 3.1 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS EKONOMI S1 MANAJEMEN 2015

Upload: dhedhew17

Post on 16-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Sistem Ekonomi Syariah

TRANSCRIPT

Syari`ah

sistem ekonomi syari`ah TUGAS EKONOMI SYARIAH

Oleh :Dinita Putri Nugraheni 13080574046Ribka Anastasha N. M. 13080574107Dewi Rahmawati 13080574117Dwi Ahmad Qusaeni 13080574118

3.1 KARAKTERISTIK EKONOMI SYARIAHSistem ini memiliki perbedaan yang sangat mendasar dan spesifik dibandingkan dengan sistem ekonomi lain seperti ekonomi liberal, kapitalis maupun ekonomi sosialis/komunis. Mengutip dari Dr Syafei Antonio pakar ekonomi dan perbankan syariah, hakikatnya sistem ekonomi syariah memiliki lima karakter pokok.Karakteristik pertama ekonomi Islam adalah menjunjung tinggi prinsip keadilan, diantaranya termanifestasikan dalam sistem bagi hasil (profit and loss sharing). Penegakan nilai keadilan dalam ekonomi dilakukan dengan melarang semua mafsadah (segala yang merusak), riba (tambahan yang didapat secara dzalim), gharar (uncertainty:ketidakpastian), dan maysir (perjudian;zero-sum game). Pelarangan riba dan praktek sejenisnya, sekarang ini termanifestasikan dalam penolakan penerapan sistem bunga dalam perekonomian. Bunga sebagai salah satu bentuk riba yang dilarang oleh Allah SWT (QS Al-Baqarah:278-279).Karakteristik kedua, dalam ekonomi Islam terdapat dialektika antara nilai-nilai spiritualisme dan materialisme. Setiap transaksi dan kegiatan ekonomi yang ada, senantiasa diwarnai kedua nilai tersebut, dengan menekankan pada nilai-nilai kebersamaan dan kasih sayang diantara individu masyarakat. Sistem ekonomi lain, lebih concern terhadap nilai yang dapat meningkatkan utility suatu barang atau terfokus pada nilai-nilai materialisme. Contoh sederhana, pelarangan untuk melakukan ikhtikar (monopolys rent), yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi. Tidaklah orang yang melakukan ikhtikar itu kecuali ia berdosa (HR.Muslim, Ahmad,Abu Dawud)Karakteristik ketiga, kebebasan ekonomi, artinya tetap membenarkan kepemilikan individu dan kebebasan dalam bertransaksi sepanjang dalam koridor syariah. Juga memberikan hak dan kewajiban bagi setiap individu dalam menciptakan keseimbangan hidup masyarkat, baik dalam bentuk kegiatan produksi maupun konsumsi. Kebebasan ini akan mendorong masyarakat bekerja dan berproduksi demi tercapainya kemaslahatan hidup masyarakat. Setiap individu dituntut untuk berperilaku, berakhlak secara professional (ihsan,itqan), baik sebagai produsen, konsumen, pegawai swasta, petani, atau pejabat pemerintah. Serta tidak melupakan tanggungjawab sosial berupa zakat, infak dan shadaqah. Sehingga akan tercipta keadilan distribusi dan pendapatan, yang berujung pada keadilan sosial-ekonomi masyarakat.Karakteristik Keempat, karakteristik ekonomi Islam ditandai adanya kepemilikan multijenis (multitype ownership), artinya hakikatnya pemilik alam beserta segala isinya hanyalah Allah semata, sedangkan kepemilikan manusia merupakan derivasi atas kepemilikan Allah yang hakiki (istikhlaf). Sehingga harta yang dimiliki manusia merupakan titipan yang suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Walaupun demikian, manusia tetap diberi kebebasan oleh Allah SWT untuk memberdayakan, mengelola dan memanfaatkan harta benda sesuai dengan ketentuan dan tuntunan dalam Al-Quran dan Hadits.Karakteristik kelima; menjaga kemaslahatan individu dan masyarakat. Tidak ada dikotomi antara yang satu dengan yang lainnya, artinya kemaslahatan individu tidak boleh dikorbankan demi kemaslahatan masyarakat, atau sebaliknya. Itulah lima karakteristik ekonomi Islam, dimana sistem ini memiliki tujuan yang sangat mulia, yakni menciptakan keseimbangan hidup dan kesejahteraan ummat manusia, baik di dunia maupun akhirat. Dalam aplikasinya, keunggulan nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini telah diimplementasikan melalui instrumen lembaga keuangan syariah, dibuktikan dengan penyelesaian krisis ekonomi dan pangan dunia, rujukan dasar bagi sistem distribusi pendapatan, dan bahkan telah menjadi model sistem ekonomi dunia yang diakui memiliki berbagai keunggulan yang positif bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dunia.

3.2 PERBEDAAN EKONOMI SYARIAH DENGAN EKONOMI KONVENSIONALSistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, Ijma dan Qiyas. Ini telah dinyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 3. Ilmu ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.Selanjutnya akan dibahas mengenai perbedaan umum antara ekonomi Islam dan Konvensional yang dapat diterangkan dalam tabel berikut:Ilmu Ekonomi IslamIlmu Ekonomi Konvensional

Manusia sosial namun religiusManusia sosial

Menangani masalah dengan menentukan prioritasMenangani masalah sesuai dengan keinginan individu

Pilihan alternative kebutuhan dituntun dengan nilai IslamPilihan alternative kebutuhan dituntun oleh kepentingan individu/egois

Sistem pertukaran dituntun oleh etika IslamiPertukaran dituntun oleh kekuatan pasar

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwasanya dalam ekonomi Islam tidak hanya mempelajari individu sosial tetapi juga bakat religius mereka. Perbedaan timbul berkenaan pilihan dimana ilmu ekonomi Islam dikendalikan oleh nilai-nilai dasar Islam sedangkan ekonomi konvensional dikendalikan oleh kepentingan individu.Saat ini sistem ekonomi konvensional dibagi menjadi 2 jenis yaitu kapitalisme dan sosialisme. Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya uang atau modal yang dimiliki seseorang sedangkan sosialisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai dengan berkuasanya pemerintah dalam kegiatan ekonomi yang menghapus penguasaan faktor-faktor produksi milik pribadi. Adapun perbedaan antara sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme dengan sistem ekonomi islam dapat diterangkan dengan tabel dibawah ini :

Ekonomi IslamEkonomi Kapitalis

Bersumber dari Al-quran, As-sunnah, dan ijtihadBersumber dari pikiran dan pengalaman manusia

Berpandangan dunia holistikBerpandangan dunia sekuler

Kepemilikan individu terhadap uang/modal bersifat nisbiKepemilikan individu terhadap modal/uang bersifat mutlak

Mekanisme pasar bekerja menurut maslahatMekanisme pasar dibiarkan bekerja sendiri

Kompetisi usaha dikontrol oleh syariatKompetisi usaha bersifat bebas dan melahirkan monopoli

Kesejahteraan bersifat jasmani, rohani, dan akalKesejahteraan bersifat jasadiah

Motif mencari keuntungan diakui lewat cara-cara yang halalMotif mencari keuntungan diakui tanpa ada batasan yang berlaku

Pemerintah aktif sebagai pengawas, pengontrol, dan wasit yang adil dalam kegiatan ekonomiPemerintah sebagai penonton pasif yang netral dalam kegiatan ekonomi

Pemberlakuan distribusi pendapatanTidak dikenal distribusi pendapatan secara merata

Ekonomi IslamEkonomi Sosialis

Bersumber dari Al-quran, As-sunnah, dan ijtihadBersumber dari hasil pikiran manusia filsafat dan pengalaman

Berpandangan dunia holistikBerpandangan dunia sekuler ekstrim atau atheis

Kepemilikan individu terhadap uang/modal bersifat nisbiMembatasi bahkan menghapuskan kepemilikan individu atas modal

Mekanisme pasar bekerja menurut maslahatPerekonomian dijalankan lewat perencanaan pusat oleh negara

Kompetisi usaha dikontrol oleh syariatTidak berlaku mekanisme harga melainkan disesuaikan dengan kegunaan barang bagi masyarakat

Kesejahteraan bersifat jasmani, rohani, dan akalNegara berperan sebagai pemilik, pengawas, dan penguasa utama perekonomian

Motif mencari keuntungan diakui lewat cara-cara yang halalTidak mengakui motif mencari keuntungan

Pemerintah aktif sebagai pengawas, pengontrol, dan wasit yang adil dalam kegiatan ekonomiPemerintah mengambil alih semua kegiatan ekonomi

Pemberlakuan distribusi pendapatanMenyamakan penghasilan dan pendapatan individu

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat perbedaan yang jelas antara ekonomi konvensional adalah sbb :1. Ekonomi islam mempunyai pedoman/acuan dalam kegiatan ekonomi yang bersumber dari wahyu ilahi maupun pemikiran para mujtahid sedangkan ekonomi konvensional didasarkan kepada pemikir yang didasarkan kepada paradigma pribadi mereka masing-masing sesuai dengan keinginannya, dalam ekonomi konvensional menilai bahwa agama termasuk hukum syariah tidak ada hubungannya dengan kegiatan ekonomi.2. Dalam ekonomi islam negara berperan sebagai wasit yang adil, maksudnya pada saat tertentu negara dapat melakukan intervensi dalam perekonomian dan adakalanya pun tidak diperbolehkan untuk ikut campur, contohnya pada saat harga-harga naik, apabila harga naik disebabkan karena ada oknum yang melakukan rekayasa pasar maka pemerintah wajib melakukan intervensi sedangkan apabila harga naik karena alamiah maka pemerintah tidak boleh ikut campur dalam menetapkan harga, seperti yang diriwayatkan dalam hadits Nabi terkait kenaikan harga. Dalam ekonomi konvensional, kapitalis tidak mengakui peran pemerintah dalam perekonomian, dalam sosialis negara berperan absolut dalam ekonomi sehingga tidak terdapat keseimbangan antara kedua sistem tersebut.3. Dalam ekonomi islam mengakui motif mencari keuntungan tetapi dengan cara-cara yang halal, dalam ekonomi kapitalis mengakui motif mencari keuntungan tetapi tidak ada batasan tertentu sehingga sangat bebas sesuai yang dilandasi dengan syahwat spekulasi dan spirit rakus para pelaku ekonomi, dalam ekonomi kapitalis tidak mengakui motif mencari keuntungan sama sekali sehingga keduanya tidak dapat berlaku adil dalam ekonomi.3.3 METODOLOGI EKONOMI SYARIAHMetodologi Ekonomi Islam Definisi dan Tujuan Ada berbagai definisi Ilmu Ekonomi Islam menurut para ekonom dan intelektual muslim. Dua diantara bermacam pengertian tersebut antara lain: Ilmu Ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari permasalahan ekonomi dari orang-orang yang memiliki nilai-nilai Islam (Mannan, 1997, hal 19). Ilmu Ekonomi Islam adalah cabang ilmu pengetahuan yang membantu mewujudkan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya yang langka yang sesuai dengan maqashid (Chapra, 2000, hal 125). Namun, pada intinya dapat ditangkap bahwa ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya-upaya manusia dalam mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup di dalam cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, Ekonomi Islam mempunyai tugas yang berbeda dengan ekonomi konvensional. Tugasnya selain mempelajari realita perilaku agen-agen ekonomi, baik rumah tangga produsen, rumah tangga konsumen, maupun pemerintah, juga harus merumuskan konsep perilaku ideal menurut ajaran Islam yang seharusnya dilakukan oleh agen-agen ekonomi, sekaligus efek-efeknya yang mungkin bagi perekonomian. Konkretnya, ilmu ini disamping menjelaskan variabel-variabel yang terkait, yang mungkin menyebabkan ketimpangan antara perilaku real dengan perilaku ideal juga bertugas menyarankan strategi yang tepat untuk mengarahkan perilaku agen-agen ekonomi agar perilaku yang ideal dapat terwujud (Chapra, 2000, hal 127-128). Filsafat Ilmu Ontologi membahas tentang hakikat apa yang dikaji, atau dengan kata lain, ontologi adalah science of being qua being. Metodologi ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari pandangan cara pandang manusia terhadap dunia (worldview), diantaranya, pandangan tentang dari mana asal mula alam semesta, apa arti dan tujuan hidup manusia, seperti apa hak dan tanggung jawab individu dan masyarakat terhadap satu sama lain (Chapra, 2001, hal 12). Epistemologi membahas tentang bagaimana badan ilmu pengetahuan disusun. Dengan kata lain, membahas tentang ruang lingkup dan batas-batas ilmu pengetahuan. Pertanyaan yang harus dijawab: Dari mana sumber ilmu pengetahuan? Bagaimana sifat dari ilmu pengetahuan itu? Bagaimana memverifikasi kebenarannya?. Kebenaran wahyu bersifat dogmatis dan absolut, sehingga peran wahyu dalam pencarian kebenaran sangatlah penting.Tetapi, masyarakat dituntut menempatkan kebenaran rasional dan fakta empiris dalam kerangka Islam secara keseluruhan. Nyatanya, Islam memandang penting kedudukan akal, sampai-sampai Allah murka terhadap orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya (10:100). Ada dua pendekatan utama yang digunakan untuk mengembangkan ilmu Ekonomi Islam yaitu deduktif dan induktif. Pendekatan deduktif diawali dengan mengekstraksi inti ajaran Islam menjadi elemen-elemen teori ekonomi Islam. Pendekatan induktif, sebaliknya, diawali dengan menjelaskan perilaku real agen-agen ekonomi dan interaksi di antara mereka dalam perekonomian.Verificationism adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu gagasan dapat dikatakan benar ketika ditemukan bukti-bukti yang dapat mendukung gagasan itu. Falsificationism adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu gagasan dapat dikatakan benar ketika tidak ditemukan bukti-bukti yang dapat menyanggah gagasan itu. Perdebatan verificationism versus falsificationism sejauh ini masih berlangsung di kalangan ekonom Barat.Ahli-ahli Ekonomi Islam tidak banyak membahas perdebatan ini karena keduanya hanya berada pada tataran empirisme. Sementara, epistemologi di dalam ilmu ekonomi islami justru lebih luas termasuk konsep atau gagasan yang bersifat non-empiris (misalnya, tentang Tuhan, akhirat, dll). Masudul Alam Choudhury (1998), menjelaskan bahwa pendekatan ekonomi Islam perlu menggunakan shuratic process yaitu metodologi individual digantikan oleh sebuah konsensus para ahli dan pelaku pasar dalam menciptakan keseimbangan ekonomi dan perilaku pasar.Individualisme yang merupakan ide dasar ekonomi konvensional tidak dapat lagi bertahan, karena tidak mengindahkan adanya distribusi yang tepat, sehingga terciptalah sebuah jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin. Sebuah ilmu dikatakan bersifat positif ketika membahas sesuatu dalam tataran apa adanya (what is), dan bersifat normatif ketika membahas sesuatu dalam tataran apa yang seharusnya (ought to). Sesuai dengan tugasnya, ilmu ekonomi islam tidak dibatasi semata-mata sebagai ilmu yang bersifat positif atau normatif. Pembatasan ilmu ekonomi islam semata-mata sebagai ilmu yang bersifat positif atau normatif adalah tidak perlu dan tidak produktif. Setiap usaha untuk membatasi aspek-aspek positif dan normatif pada akhirnya akan berakibat buruk, dalam arti menyebabkan lahir dan tumbuhnya sekularisme di dalam ilmu Ekonomi Islam (Mannan, 1997, hal 9-13).Aksiologi membahas tentang tujuan ilmu pengetahuan disusun, atau dengan kata lain, untuk apa ilmu yang telah disusun itu akan digunakan. Tujuan ilmu ekonomi islami adalah untuk mencapai falah, atau kebahagiaan dunia akhirat. Untuk kehidupan dunia, falah mengandung tiga pengertian: kelangsungan hidup, kebebasan dari kemiskinan, dan kekuatan dan kehormatan. Untuk kehidupan akhirat, falah mengandung tiga pengertian: kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan yang abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan yang bebas dari segala kebodohan. Posisi dan Perkembangan Beberapa penulis mengungkapkan pandangan yang berbeda tentang hubungan ilmu ekonomi islami dan ilmu ekonomi konvensional. Sebagian menempatkan ilmu ekonomi islami secara de novo, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan islami secara keseluruhan. Sebagian menempatkan ilmu ekonomi islami at par dengan ilmu ekonomi konvensional, sebagai bagian dari ilmu ekonomi secara keseluruhan. Meskipun terkait, tetapi Ilmu ekonomi islam bukan fiqh muamalah.Fiqh muamalah adalah pengetahuan tentang aturan-aturan syariah yang bersifat praktis di bidang ekonomi (perdata) dan dalil-dalil yang terkait dengan aturan-aturan tersebut. Ilmu ekonomi islam memiliki tiga hubungan fungsi dengan fiqh muamalah: [1] Fungsi yang berbeda dengan fiqh muamalah, [2] Fungsi yang sama dengan fiqh muamalah, [3] Fungsi yang mendukung fiqh muamalah. Pengetahuan tentang sejarah perekonomian Muslim sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu ekonomi islami. Namun, apa yang telah dilakukan oleh pendahulu Muslim tersebut tidak harus diartikan sebagai panduan ideal bagi perekonomian islami (kecuali apa-apa yang dicontohkan pada masa kenabian Rasulullah saw). Banyak pemikir Muslim telah memberikan kontribusi berharga yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perkembangan ilmu ekonomi modern. Hal ini, perlu diungkap kembali dalam rangka membangkitkan kesadaran dan kebanggan Muslim akan peradaban Islam. Namun, kontribusi tersebut harus tetap ditelaah secara kritis dan obyektif, dan tidak selayaknya diterima secara taken for granted hanya karena dilakukan oleh seorang Muslim.

3.4 KONSTRUKSI EKONOMI SYARIAHBerkembangnya kebutuhan membuat manusia melakukan kegiatan alamiyah, dengan mencari dan melakukan pekerjaan yang menghasilkan sebagai mekanisme tukar-menukar dan dengan adanya pola kerja dan nilai dari hasil pekerjaannya menimbulkan adanya transaksi tukar-menukar, baik tenaga kerja dengan gaji yang diterima dan lain sebagainya. Hal ini menciptakan mekanisme-mekanisme yang harus mengatur dari tatanan yang paling terkecil hingga yang terbesar pengaruhnya terhadap transaksi yang dilaksanakan, struktur dan mekanisme inilah yang disebut hukum atau fiqih dalam Islam, yang mengatur hal-hal tersebut dan membuat keputusan apakah perkara ini dapat dilanjutkan maupun tidak.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan fiqih adalah patokan hukum pada transaksi yang dilakukan oleh orang Islam sebagai bahan landasan untuk membuat keputusan sah atau tidak transaksi yang dilaksanakan. Inilah awal dari semaraknya ekonomi Islam yang didengungkan sekarang ini, ekonomi adalah realitas sosial dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seseorang, selama dia melakukan kegiatan yang didalamnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya maupun kebutuhan orang lain inilah disebut rantai kehidupan dan ekonomi. Akan tetapi kenapa harus ekonomi syariah?, dan kenapa harus perbankan syariah?. Ini adalah sebenarnya pertanyaan yang banyak dibingungkan selama ini, dan kenapa harus mengikuti trend yang ada sekarang, bukankah Islam sudah mengaturnya didalam fiqh muamalah. Selama transaksi yang dilaksanakan sudah berdasarkan ajaran Islam yaitu berlandaskan Quran dan Hadits dan Ijma itu sudah cukup, karena didalamnya sudah termuat kandungan etika dan moral dalam bertransaksi maupun pengembangan ilmu ekonomi yang ada sekarang ini.Realita pasar membenarkan kebutuhan tersebut, karena berkembangnya industri maupun pesaing-pesaingnya membuat menipisnya laba atau keuntungan yang diharapkan dan memeras otak untuk membuat sesuatu yang lebih baru maupun hal-hal yang inovatif agar dilirik dan menjadikan suatu peluang baru dalam industrisasi ekonomi. Hal inilah yang sebenarnya inovatif akan tetapi ketika dikaji secara mendalam, hal-hal tersebut tidak hanya sekedar pemuas pasar dengan menggunakan label-label tersendiri yang akan lebih menarik kapital untuk bergabung maupun berkecimpung didalamnya. Baik realitas tersebut benar adanya dengan menggunakan suatu prinsip-prinsip hukum yang berbeda tetapi, bukankah seharusnya lebel tersebut tidak dijadikan sebagai perdagangan pada kepentingan pasar bebas yang berkembang pada saat ini. Dan didalam prakteknya, hanya sedikit perubahan yang ada dari pelaksanaan praktek yang terdahulu, dengan beberapa alasan yang dihadapi maupun belum siapnya untuk menjalankan secara keseluruhan dari aturan fiqh muamalah yang seharusnya. Bisa ditanyakan apakah konsep Mudharabah yang ada dalam tatanan prakteknya sekarang ini sudah murni sesuai dengan konsep yang ditekankan oleh fiqh muamalah?, atau sudahkah konsep murabahah sudah sesuai dengan apa yang ada pada fiqh muamalah? Jawabannya belum sepenuhnya teoritis yang ada sudah melaksanakan hingga banyak penyangkalan yang tidak bisa diterapkan dilapangan sebagai illah pada tatanan prakteknya.Pada tatanan keseharian praktek ini sudah menjadi suatu yang lumrah, baik kerjasama (mudharabah/musyarakah), kredit (murabahah), jual beli pesan (salam/istitsna) dan lain sebagainya yang berkaitan dengan transaksi dengan transparansi akad maka ini merupakan istilah atau praktek yang ada dalam fiqh muamalah untuk mencapai antaradhin minhuma atau adanya suatu kerelaan dikedua belah pihak yang bertransaksi, dan dengan tidak ada sesuatu keterpaksaan maupun unsur penipuan yang terselubung, dan lain sebagainya yang membuat praktek ini menjadi suatu yang tersia-siakan dalam fiqh muamalah, karena kunci dari transaksi yaitu suatu kerelaan dan transparansi pada saat akad pelaksanaannya (kejelasan dalam perhitungan maupun keuntungan), yang terakhir adalah kujujuran disetiap transaksi dan lain sebagainya, karena kunci terakhir ini merupakan letak moralitas dan sebagai sebagai pengontrol sikap personal dan akuntabilitas maupun responsibility.Transaksi yang ada sekarang adalah bertumpu pada suatu sikap trust dan instant, konsep yang berlaku sekarang merupakan hanya mengandalkan suatu kepercayaan dan juga suatu kecepatan dalam melakukan setiap transaksi, jika hal ini ditelisik lebih dalam ada hal yang terlupakan dalam proses yang dijalankan untuk mencapai akhirnya yaitu mendapatkan barang tersebut melalui suatu negosiasi dan transparansi, walaupun satu yang sulit untuk diterapkan oleh pedagang adalah sikap transparansi untuk produk yang dijual hingga suatu sikap yang paling sulit dicapai adalah kejujuran. Sikap ini adalah landasan dasar untuk menjalankan proses awal dalam menjalankan transaksi sebagai salah satu sub pembangunan ekonomi yang berbasiskan syariat atau etika transaksi yang lebih baik, sikap ini harus ditanam lebih dahulu dalam setiap tindakan ke pribadi manusia itu sendiri. Pada transaksi yang dilakukan oleh pedagang sekarang ini jarang sekali mereka mengatakan harga pokok hingga mendapatkan suatu keuntungan, jarak antara mulai dari harga pokok yang didapatkan hingga mencapai harga yang ditawarkan sang pembeli tidak akan pernah mengetahuinya, hanya dapat menerka berapa harga aslinya dan perolehan keuntungan yang didapatkan oleh sang pedagang dengan melalui tahap negosiasi harga yang serendah mungkin dan paling menguntungkan bagi sang pembeli, prilaku ini telah ditunjukkan oleh Rasullauh saw pada perdagangan yang dilakukan oleh beliau dengan menyebutkan harga pokok hingga berapa ia akan mengambil keuntungan, dan terbukti sikap kejujuran yang dibangun membuat kepercayaan yang luar biasa dan memberikan keuntungan secara materil dan juga kepercayaan (trust) konsumen sebagai investasi pada masa mendatang.Tindakan yang ditunjukkan oleh Rasulullah ini adalah start poin dalam menjalankan roda ekonomi secara keseluruhan, baik secara mikro yang dilakukan oleh pedagang kecil ataupun industri rumahan, maupun secara makro yang dijalankan oleh industri raksasa dan pemerintahan sebagai pemegang kebijakan negara dalam menjalankan roda perekonomian secara keseluruhan. Ketika sikap ini telah ditanam pada diri setiap insan maka tidak ada kehawatiran yang timbul dalam aplikasinya, dan tidak ada juga kehawatiran terhadap sikap monopoli yang diluar kontrol maupun menguasaan yang merugikan pada orang lain demi mencapai suatu keuntungan pribadi yang berlebihan, dalam menjalankan bisa dilihat produk-produk yang dihasilkan oleh syariat dalam transaksi dengan berbagai macam cara melalui transaksi apa saja dengan melalui prosedur fiqih muamalah.Fiqh muamalah merupakan landasan hukum di setiap transaksi yang dilakukan, dengan melakukan kerjasama (musyarakah/mudharabah), transaksi jual-beli murabahah maupun yang lainnya dapat dijamin akan dapat saling memuaskan. Sedangkan Islam adalah agama yang mengayomi landasan-landasan yang ada didalam fiqh itu sendiri, sedangkan fiqh adalah sub bagian yang membahas secara mendetail dalam setiap langkah yang diambil untuk melakukan tindakan yang dijadikan justifikasi. Ini merupakan awal dari fondasi dalam membangun Ekonomi Islam.12