tinjauan ekonomi bab regional menurut...

33
Pembahasan PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 50 TINJAUAN EKONOMI REGIONAL MENURUT PENGGUNAAN Perekonomian Jawa Barat tidak terlepas dari kondisi nasional maupun internasional. Pengaruh global terhadap perekonomian sangat terasa di provinsi sebesar Jawa Barat. Perubahan-perubahan dunia luar turut mempengaruhi pola konsumsi, Investasi, ekspor-impor dan perubahan stok di Jawa Barat. Tingkat seluruh aktivitas ekonomi, yang terkait dengan dunia internasional, turut mempengaruhi pertumbuhan di negara berkembang tingkat aktivitas ekonomi tersebut, menurut Kuncoro (2007) adalah sebagai berikut; 1. Pertumbuhan ekspor hasil industri dipengaruhi oleh pertumbuhan perdagangan dunia, yang erat kaitannya dengan pasar negara maju dan adanya proteksi negara lain. 2. Keberadaan modal untuk investasi, baik berupa investasi langsung maupun pinjaman, dipengaruhi pula oleh faktor internasional. 3. Kemajuan teknologi negara-negara maju menjadi penghambat daya saing negara-negara berkembang. 4. Manajemen Organisasi, misalnya gaya Jepang ’just in time’ dalam pengadaan suku cadang yang didukung oleh pengendalian stok dengan komputer. Ekspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140 triliun, Rp 146 triliun dan Rp 156 triliun. Besar ekspor tersebut mencapai sekitar 30 persen dari PDRB Jawa Barat setiap tahunnya. Dengan demikian pengaruh perdagangan internasional fluktuasi nilai dolar dan daya saing komoditi ekspor BAB III

Upload: phamtram

Post on 30-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 50

TINJAUAN EKONOMI REGIONAL MENURUT

PENGGUNAAN

Perekonomian Jawa Barat tidak terlepas dari kondisi nasional

maupun internasional. Pengaruh global terhadap perekonomian sangat

terasa di provinsi sebesar Jawa Barat. Perubahan-perubahan dunia luar

turut mempengaruhi pola konsumsi, Investasi, ekspor-impor dan

perubahan stok di Jawa Barat. Tingkat seluruh aktivitas ekonomi, yang

terkait dengan dunia internasional, turut mempengaruhi pertumbuhan di

negara berkembang tingkat aktivitas ekonomi tersebut, menurut

Kuncoro (2007) adalah sebagai berikut;

1. Pertumbuhan ekspor hasil industri dipengaruhi oleh

pertumbuhan perdagangan dunia, yang erat kaitannya dengan

pasar negara maju dan adanya proteksi negara lain.

2. Keberadaan modal untuk investasi, baik berupa investasi

langsung maupun pinjaman, dipengaruhi pula oleh faktor

internasional.

3. Kemajuan teknologi negara-negara maju menjadi penghambat

daya saing negara-negara berkembang.

4. Manajemen Organisasi, misalnya gaya Jepang ’just in time’

dalam pengadaan suku cadang yang didukung oleh

pengendalian stok dengan komputer.

Ekspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan

2007 masing-masing Rp 140 triliun, Rp 146 triliun dan Rp 156 triliun.

Besar ekspor tersebut mencapai sekitar 30 persen dari PDRB Jawa

Barat setiap tahunnya. Dengan demikian pengaruh perdagangan

internasional fluktuasi nilai dolar dan daya saing komoditi ekspor

BAB III

Page 2: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 51

sangat berperan terhadap PDRB Jawa Barat.

Permodalan asing khususnya PMA dalam tiga tahun ini

menunjukkan bahwa Jawa Barat masih merupakan provinsi yang paling

diminati investor. Berdasarkan laporan BKPM di tahun 2007 nilai

investasi Jawa Barat meningkat dengan total nilai Rp 23,54 triliun di

bandingkan pada tahun 2006 yang hanya Rp 18,37 triliun. Untuk

melihat perkembangan investasi, khususnya pembentukan barang

modal tetap bruto dapat dilihat dari PDRB penggunaan. Adapun daerah

yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan barang modal

tetap bruto adalah daerah : Kota Bandung, Kabupaten Bogor,

Kabupaten Bekasi Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Karawang.

Dilihat dari institusi pelaku PMTB terbagi empat yaitu : Swasta, rumah

tangga, BUMN dan BUMD serta Pemerintah. Dengan demikian selain

para investor swata, pemerintah diharapkan dapat memperbesar porsi

pengeluarannya untuk barang modal. Belanja pemerintah dalam bentuk

barang modal (terutama infrastruktur) menjadi stimulus yang

mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan ekonomi.

Sisi konsumsi RT memperlihatkan perkembangan yang terjadi

sebagai akibat dari perubahan gaya hidup dan perilaku konsumsi dari

sebagian besar masyarakat modern. Hal ini mendorong para produsen

untuk meningkatkan produksinya baik secara kuantitas maupun kualitas

yang pada gilirannya juga akan mendorong pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi.

Konsumsi Rumahtangga di Jawa Barat mengambil porsi

terbesar dari PDRB, di atas 60 persen. Konsumsi Masyarakat untuk

jenis konsumsi makanan pada tahun-tahun ini memberikan kontribusi

yang makin membesar pada makanan jadi. Maraknya kedai, rumah

makan, restoran yang bersifat lokal, nasional dan internasional makin

Page 3: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 52

memanjakan warga Jawa Barat dalam mengkonsumsi makanan jadi

terutama di daerah perkotaan.

Konsumsi non makanan yang meningkat sangat cepat adalah

konsumsi akan kendaraan terutama motor beroda dua. Kemudahan

dalam memperoleh motor serta kebutuhan akan barang ini menjadikan

konsumsi akan barang ini sangat tinggi. Konsumsi non makanan secara

keseluruhan juga makin bertambah porsinya terhadap konsumsi rumah

tangga.

Perubahan stok menjadi cukup penting dalam struktur ekonomi

terutama setelah adanya rush dan berbagai krisis pangan di Indonesia

karena ini akan mempengaruhi stabilitas harga secara keseluruhan.

Harga yang tidak stabil serta distribusi penjualan yang terganggu

menyebabkan terganggunya konsumsi rumahtangga lebih jauh akan

berpengaruh terhadap kestabilan sosial masyarakat.

Pengaruh Nasional dan Regional turut mewarnai proses ekonomi

Jawa Barat pada faktor ”demand”. Regulasi pada investasi, peraturan

ketenagakerjaan, UMR, tersedianya infrastruktur yang memadai,

kemudahan birokrasi, tingkat keamanan wilayah. Hal-hal yang

berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi ini ternyata bukan hanya

faktor-faktor ekonomi, tetapi berbagai faktor seperti yang disebutkan di

atas.

3.1. Pengeluaran Konsumsi RumahTangga

Konsumsi rumahtangga bisa menjadi indikator nilai tambah

yang menjadi pendapatan, walaupun pendapatan tersebut belum tentu

seluruhnya menjadi penerimaan masyarakat. Secara sederhana,

pendapatan yang diturunkan oleh proses ekonomi produksi melalui

komponen nilai tambah akan digunakan oleh masyarakat untuk

Page 4: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 53

membiayai seluruh kebutuhan konsumsinya.

Konsumsi Rumah Tangga sering kali dijadikan barometer

kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Peningkatan konsumsi dan

perubahan proporsi pola konsumsi dari makanan menuju non makanan

dijadikan indikator peningkatan pendapatan, kemampuan daya beli

yang pada akhirnya dianggap sebagai peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Secara teoritis peningkatan konsumsi rumah tangga dipacu oleh

pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat. Oleh

karena itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan

menjadi mutlak bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan.

Peningkatan permintaan atau konsumsi merupakan pangsa pasar

yang dapat menggerakkan roda perekonomian berjalan lebih cepat dan

akan menggerakkan sektor-sektor usaha untuk memenuhi permintaan

tersebut.

Grafik 1. Perkembangan Peranan Konsumsi Makanan dan Non Makanan Tahun 2000-2007 Propinsi Jawa Barat

Non Makanan

Makanan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Page 5: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 54

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen

utama PDRB penggunaan. Besarnya konsumsi rumahtangga atas dasar

harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp 261,55 triliun, meningkat

signifikan menjadi Rp 339,39 triliun pada tahun 2007. Fluktuasi

konsumsi rumah tangga ini terpengaruh oleh tingkat harga (inflasi),

pertumbuhan jumlah penduduk serta pendapatan rumah tangga.

Konsumsi rumahtangga terdiri dari konsumsi makanan dan non

makanan, proporsi di antara kedua komponen tersebut selama tiga

tahun terakhir ada kecenderungan kenaikan pada non makanan

dibanding tahun-tahun pada awal 2000.

Laju pertumbuhan Konsumsi rumahtangga atas dasar harga

konstan tahun 2007 mengalami peningkatan yang signifikan mencapai

5,66 persen, namun terjadi perlambatan pada konsumsi makanan yang

hanya sebesar 3,99 persen sedangkan konsumsi non makanan

meningkat cukup tajam sebesar 7,89 persen. Pada tahun 2006 laju

pertumbuhan konsumsi rumahtangga relatif moderat, hampir sama

dengan tahun sebelumnya, yaitu 4,43 persen pada tahun 2005 menjadi

Grafik 2. Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumahtangga Tahun 2004-2007 Propinsi Jawa Barat

Laju KRT

Laju Mak

LPP

Laju Non Mak

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2004 2005 2006 2007

persen

Page 6: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 55

4,56 persen pada tahun 2006. Kenaikan BBM punya pengaruh yang

signifikan terhadap konsumsi rumahtangga. Demikian halnya pada

peningkatan konsumsi makanan dan non makanan hampir sebanding

kurang lebih 4 persenan. Pada tahun 2005 konsumsi makanan

meningkat 4,18 persen, sedangkan konsumsi non makanan meningkat

4,77 persen. Pada tahun 2006 peningkatan konsumsi makanan sebesar

4,24 persen dan non makanan 4,98 persen. Hal ini mengindikasikan

adanya perbaikan daya beli masyarakat, sehingga diharapkan

kesejahteraan menjadi lebih baik.

Perbaikan kesejahteraan masyarakat terlihat dari meningkatnya

konsumsi rumahtangga perkapita atas dasar harga konstan yang sejalan

dengan meningkatnya PDRB perkapita atas dasar harga konstan.

Berbagai hal dapat menjadi penyebab meningkatnya konsumsi

masyarakat, salah satu penyebabnya adalah semakin mudahnya akses

masyarakat terhadap dunia perbankan untuk keperluan konsumsi.

Kredit konsumsi selama periode tahun 2005 – 2007 rata meningkat

22,15 persen setiap tahunnya. Di samping itu kemudahan dalam

pengajuan kredit kendaraan bermotor dan barang-barang elektronik

turut menjadi andil dalam meningkatnya konsumsi masyarakat.

Walaupun terlihat hanya bersifat konsumtif, tetapi secara ekonomi

meningkatnya konsumsi rumahtangga sebagai sisi permintaan akan

menyebabkan meningkatnya produksi atau sisi suplai. Hal ini akan

menjadi hal yang positif dengan catatan barang-barang yang

dikonsumsi adalah barang produksi dalam region, bukan barang impor.

Dari segi pemanfaatan, apabila kemudahan untuk memperoleh

kendaraan bermotor atau barang-barang elektronik menjadi pemacu

bagi rumahtangga untuk memanfaatkannya menjadi barang yang

produktif akan meningkatkan pendapatan rumahtangga. Dampak lebih

Page 7: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 56

jauh dari hal tersebut akan menghidupkan kekuatan “grass root “ yang

akan menggerakkan ekonomi dengan lebih pesat.

Konsumsi rumahtangga jika dilihat secara triwulanan terlihat

pola yang cukup menarik, hal ini bisa dilihat pada grafik berikut. Pola

laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga secara triwulanan selama

tiga tahun terakhir (2005-2007) terlihat adanya kecenderungan yang

berulang. Pada triwulan IV terjadi peningkatan konsumsi yang cukup

signifikan dibanding triwulan sebelumnya, kemudian menurun tajam

pada triwulan I. Fenomena ini terjadi karena perilaku konsumsi

masyarakat yang cenderung berubah sesuai dengan momen atau

peristiwa yang secara umum dan periodik berulang mempengaruhi

konsumsi rumahtangga. Misalnya perayaan hari raya yang jatuh di saat

yang hampir bersamaan pada triwulan akhir setiap tahun, adanya

momen awal masuk sekolah yang diikuti masa liburan sekolah pada

setiap triwulan III. Peristiwa- peristiwa lain yang secara nyata dapat

terlihat dan dirasakan oleh masyarakat dan mempengaruhi konsumsi

secara langsung misalnya kenaikan harga BBM.

Grafik 3. KRT perkapita dan PDRB perkapita konstanTahun 2005-2007 propinsi Jawa Barat

KRT

PDRB

Mkn

NMkn

0

1

2

3

4

5

6

7

2005 2006 2007

Page 8: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 57

Pada setiap triwulan IV yang bertepatan dengan beberapa

perayaan Hari Raya serta liburan sekolah, konsumsi rumahtangga

cenderung meningkat. Kebutuhan sepanjang bulan Ramadhan dan pada

saat hari raya meningkat tajam baik untuk komoditi makanan maupun

non makanan. Tradisi masyarakat merayakan hari raya dengan

menyajikan makanan dengan menu istimewa untuk keluarga yang

selalu diikuti oleh naiknya harga bahan makanan menyebabkan nilai

konsumsi meningkat tajam. Di samping itu, pada saat hari raya

masyarakat ingin berpenampilan yang lebih baik sehingga konsumsi

sandang seperti tekstil dan produk tekstil, perlengkapannya serta alas

kaki juga meningkat tajam. Demikian halnya dengan kebutuhan

transportasi juga meningkat, adanya tradisi mudik menjadi penyebab

utama meningkatnya konsumsi untuk transportasi. Beberapa komoditi

lain juga mengalami peningkatan misalnya perlengkapan rumahtangga

setiap triwulan IV juga mengalami peningkatan.

Grafik 4. Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumahtangga Triwulanan Tahun 2005-2007 Propinsi Jawa Barat

Laju Mak

Laju KRT

Laju Non Mak

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV

2005 2006 2007

Page 9: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 58

Konsumsi yang tinggi pada triwulan IV akan kembali normal

begitu memasuki triwulan I. Hal ini yang menyebabkan laju

pertumbuhan konsumsi yang menurun. Menurunnya laju lebih

disebabkan karena berangkat dari ’level’ dengan perilaku konsumsi

yang tinggi pada triwulan sebelumnya. Pada saat inilah konsumsi

rumahtangga menjadi normal kembali.

Konsumsi rumahtangga mulai beranjak meningkat pada akhir

triwulan II dan awal triwulan III dimana bertepatan dengan awal tahun

ajaran baru. Konsumsi untuk pendidikan mulai meningkat, ini terjadi

sejak akhir triwulan II dimana masyarakat mulai melakukan beberapa

pembayaran untuk pendaftaran masuk sekolah maupun untuk biaya

perjalanan liburan sekolah. Konsumsi untuk biaya pendidikan serta

perlengkapannya yaitu buku-buku sekolah, sumbangan untuk sekolah

serta buku-buku pelajaran mulai terjadi pada awal triwulan III.

Grafik 5. Peranan Konsumsi Makanan dan Non Makanan Triwulanan Tahun 2005-2007 Propinsi Jawa Barat

Makanan

Non Makanan

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

Page 10: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 59

Grafik 6.Lima Kabupaten/Kota dengan Konsumsi Rumahtangga Terbesar Tahun 2007

di Provinsi Jawa Barat

20 kab/kota lainnya

Kota Bandung

Bogor

Bandung

Kota Bekasi

Bekasi

Kalau kita amati lebih jauh, dari sisi pengeluaran konsumsi

rumahtangga kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahun 2007, kurang

lebih 42 persen dari total konsumsi terdapat di lima wilayah kabupaten

kota. Lima kabupaten/kota dengan konsumsi rumahtangga terbesar

adalah Kota Bandung pada posisi pertama, posisi kedua ditempati oleh

Kabupaten Bogor, posisi ketiga Kabupaten Bandung, posisi keempat

Kota Bekasi dan posisi kelima adalah Kabupaten Bekasi. Kelima

kabupaten/kota tersebut juga digolongkan ke dalam wilayah dengan

daya beli yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah

lainnya di Jawa Barat.

Adapun kabupaten/kota dengan konsumsi rumahtangga

terendah adalah Kota Sukabumi disusul oleh Kota Cirebon dan posisi

terakhir ditempati oleh Kota Banjar. Ketiga kota tersebut memiliki

tingkat pengeluaran konsumsi rumahtangga terendah tetapi bukan

berarti daya beli masyarakatnya rendah, hal ini disebabkan oleh

rendahnya jumlah penduduk pada ketiga kota tersebut.

Page 11: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 60

3.2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit

Pengertian Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga

(LNPRT) adalah lembaga formal maupun informal yang dibentuk atau

dibiayai oleh perorangan atau kelompok masyarakat dalam rangka

menyediakan jasa pelayanan yang bersifat non komersial khususnya

bagi anggota masyarakat umum tanpa adanya motivasi untuk meraih

keuntungan. Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga

(LNPRT) berdasarkan konsep PDRB adalah lembaga formal maupun

informal yang dibentuk atau dibiayai oleh perorangan atau kelompok

masyarakat dalam rangka menyediakan jasa pelayanan yang bersifat

non komersial khususnya bagi anggota masyarakat umum tanpa adanya

motivasi untuk meraih keuntungan. Secara khusus Bank Dunia

mendefinisikan Non Government Organization atau kemudian juga

diterjemahkan sebagai organisasi swasta yang pada umumnya bergerak

dalam kegiatan-kegiatan pengentasan kemiskinan, mengangkat dan

menyuarakan berbagai kepentingan orang miskin atau pihak yang

terpinggirkan, memberikan pelayanan sosial dasar, atau melakukan

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Tabel 1. Persentase Konsumsi Lembaga Non Profit Terhadap

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Pengeluaran Total Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2007

Tahun Uraian 2005 2006 2007

(1) (2) (3) (4) 1. PDRB adh Berlaku (milyar rupiah)

389.244,65

473.187,29

526.220,22

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT adhb (Milyar rupiah)

1,783.63

2,104.10

2.345,31

Persentase Pengeluaran Konsumsi LNP thd PDRB (persen)

0,46

0,44

0,45

Page 12: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 61

Kontribusi konsumsi Lembaga Non Profit sangat kecil kurang

dari 1 persen, pada tahun 2005 sebesar 0,46 persen sedikit menurun

pada tahun 2006 menjadi 0,44 dan meningkat kembali pada tahun 2007

menjadi 0,45 persen. Mengingat peran lembaga ini lebih banyak

orientasi pada pelayanan masyarakat maka dapat diasumsikan bahwa

peran komponen ini masih stagnan, lembaga-lembaga non profit ini

belum dapat menunjukan kinerja yang baik.

Nilai Konsumsi Lembaga Non Profit atas dasar harga konstan

pada tahun 2004 sebesar Rp 1,68 triliun, kemudian menurun menjadi

Rp 1,27 triliun pada tahun 2005. Tingginya konsumsi Lembaga Non

Profit pada tahun 2004 bertepatan dengan masa kampanye pemilihan

presiden, di mana pengeluaran partai politik menjadi meningkat. Di

samping itu aktifitas LSM sebagai pengawal yang bertugas memastikan

lancarnya pesta demokrasi semakin meningkat, hal ini menyebabkan

Grafik 7. Nilai dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Lembaga Non Profit Konstan Tahun 2004-2007

PropinsiJawa Barat

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2004 2005 2006 2007

Rp

trily

un

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Pers

en

KLNPRT adhk Laju KLNPRT

Page 13: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 62

pengeluaran konsumsinya juga meningkat.

Penurunan konsumsi lembaga non profit pada tahun 2005

mencapai -24,23 persen. Hal ini disebabkan tahun 2004 banyak LNPRT

yang muncul pada saat pemilu. Pada tahun 2006 meningkat 4,77 persen

menjadi Rp 1,33 triliun. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2007

yaitu sebesar 7,50 persen menjadi Rp1,43 triliun.

3.3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Tuntutan masyarakat untuk terciptanya Good Governance

sebagai cita-cita reformasi merupakan tugas berat pemerintah untuk

mewujudkannya. Terutama dalam pengelolaan keuangan daerah yang

harus bertumpu pada kepentingan umum (public oriented) dan

terjaminnya kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada

umumnya serta anggaran daerah pada khususnya.

Berdasarkan definisi World Bank, Good Governance adalah

suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar

yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan

korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin

anggaran serta penciptaan kebijakan hukum dan politis bagi tumbuhnya

aktivitas usaha.

Salah satu upaya pemerintah guna terciptanya Good

Governance adalah dengan selalu memperbaiki manajemen dalam

pengelolaan keuangan daerah baik pada sisi penerimaan maupun dari

sisi pengeluaran. Konsumsi Pemerintah merupakan komponen

pengeluaran yang dilakukan pemerintah dalam rangka melaksanakan

kegiatannya dalam melayani masyarakat.

Page 14: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 63

Salah satu indikator yang dapat menggambarkan kinerja

pemerintah, terutama dalam hal pembiayaan kegiatannya adalah

komponen pengeluaran PDRB untuk Konsumsi Pemerintah.

Pengeluaran konsumsi pemerintah didefinisikan sebagai jumlah

seluruh pengeluaran pemerintah yang meliputi : pembelian barang dan

jasa (belanja barang), pembayaran balas jasa pegawai (belanja pegawai)

dan, penyusutan barang modal dikurangi dengan hasil penjualan barang

dan jasa (output pasar) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah).

Pengeluaran konsumsi pemerintah provinsi mencakup:

konsumsi seluruh pemerintah desa; konsumsi pemerintah daerah

kabupaten/kota yang terdapat di wilayah provinsi; konsumsi

pemerintah daerah provinsi serta konsumsi pemerintah pusat yang

merupakan bagian dari konsumsi pemerintah daerah provinsi

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir konsumsi pemerintah

mengalami kcenderungan yang terus meningkat, baik secara berlaku

maupun konstan. Jika ditelaah pada struktur pembentuknya, belanja

barang dan jasa bertujuan untuk membiayai kegiatan yang hasil,

manfaat dan dampaknya dinikmati oleh masyarakat baik secara

langsung maupun tidak langsung. Demikian halnya dengan belanja

pegawai, bertujuan untuk menjamin kesejahteraan pegawai pemerintah

sehingga dapat lebih meningkatkan kinerjanya dan menjalankan

tugasnya dalam melayani masyarakat.

Page 15: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 64

Tabel 2. Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Terhadap Total Konsumsi dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku serta Laju Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun

2005 – 2007 Tahun

Uraian 2005 2006 2007

(1) (2) (3) (4) 1. Konsumsi Pemerintah adh

berlaku (milyar Rp) 2. Konsumsi Pemerintah adh

konstan 2000 (milyar Rp) 3. Total Pengeluaran (PDRB

adhb + Impor) (milyar Rp) 4. PDRB adh Berlaku (milyar

Rp)

27.419,14

14.856,06

571.995,36

389.244,65

35.514,67

17.454,75

656.733,32

473.187,29

38.292,40

18.159,28

710.973,78

526.220,22

Persentase Konsumsi Pemerintah thd total Pengeluaran (persen)

4,79

5,41

5,39

Persentase Konsumsi Pemerintah thd PDRB (persen)

7,04

7,51

7,28

Laju Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah adh Konstan (persen)

5,28

17,49

4,04

Pola proporsi pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada tahun

2005 – 2007 baik terhadap PDRB ataupun pengeluaran akhir

menunjukan kesamaan, tampaknya pembiayaan pemerintah relatif

stabil proporsinya antara penggunaan dari hasil wilayah dengan

penggunaan yang bersumber dari luar wilayah (APBN dan bantuan luar

negeri).

Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah secara riil

pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 4,04 persen, setelah

pada tahun sebelumnya meningkat tajam sebesar 17,49 persen.

Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya belanja barang yang

signifikan, pengeluaran diarahkan untuk meningkatkan pelayanan yang

bersifat langsung kepada masyarakat baik untuk pelayanan pendidikan

Page 16: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 65

maupun kesehatan, terutama untuk masyarakat miskin.

Konsumsi pemerintah jika dilihat secara spasial, lebih banyak

terjadi di Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Hal ini

sebanding dengan jumlah PNS nya yang paling banyak, secara otomatis

pengeluaran pemerintah akan lebih terkonsentrasi pada wilayah ini.

Sebagai pusat pemerintahan provinsi, konsumsi pemerintah yang

terjadi pada wilayah Kota Bandung mencapai 14,69 persen dari total

konsumsi pemerintah di Provinsi Jawa Barat.

Grafik 8. Nilai Konsumsi Pemerintah adhb dan Jumlah PNS Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2005-2007

Propinsi Jawa Barat

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 71 72 73 74 75 76 77 78 79

orang

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

milyar Rp

PNS KP

Page 17: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 66

Pada grafik di atas terlihat bahwa setengah dari total konsumsi

pemerintah terjadi hanya di 8 wilayah kabupaten/kota. Hal ini

menggambarkan kegiatan pemerintah terkonsentrasi pada kedelapan

wilayah tersebut. Besar kecilnya konsumsi pemerintah tergantung pada

jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas di wilayah tersebut,

serta besarnya belanja barang dan belanja modal yang dilakukan oleh

pemerintah kabupaten/kota.

3.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Kegiatan investasi merupakan nilai tambah pembentukan modal

tetap bruto. Oleh karenanya modal untuk menggerakkan dan

meningkatkan ekonomi suatu daerah dengan meningkatkan investasi

baik dari dalam maupun luar negeri.

Dalam konteks PDRB Penggunaan, investasi dikenal sebagai

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB menggambarkan

adanya proses penambahan dan pengurangan barang modal pada tahun

Grafik 9. Peranan Konsumsi Pemerintah Menurut Kabupaten/kota Tahun 2007

Propinsi Jawa Barat

Subang Majalengka

Garut

Cianjur

Ciamis

Bogor

Bandung

Kota Bandung

17 kab/kota lain

Page 18: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 67

tertentu. PMTB disebut sebagai “bruto” karena di dalamnya masih

terkandung unsur penyusutan, atau nilai barang modal sebelum

diperhitungkan nilai penyusutannya. PMTB adalah semua pengadaan

barang modal untuk digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap (fixed

assets).

Sumber dana investasi dapat berasal dari tabungan domestik

atau pinjaman luar negeri yang meningkatkan tingkat tabungan suatu

daerah. Perkembangan lembaga keuangan juga mempengaruhi tingkat

tabungan karena berhungan kemungkinan investor asing untuk

melakukan investasi.

Bagi wilayah yang memiliki tingkat tabungan domestik tidak

memadai untuk menjalankan negara sekaligus berinvestasi, maka

alternatif yang dilakukan umumnya adalah melalui pinjaman luar

negeri atau mengundang investor untuk berinvestasi.

Korelasi antara LPE dengan Investasi dikenal dengan

Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya investasi. Dengan ICOR

kita dapat melihat efisiensi penggunaan modal yang secara signifikan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah pada tahun

tertentu.

Jawa Barat yang memiliki potensi besar akan sumber daya alam

dan sumber daya manusia yang memadai, ditambah dengan telah

diberikannnya kemudahan akses dan ketersediaan berbagai prasarana

tentu menjadi daya tarik tersediri bagi para investor.

Pertumbuhan investasi terutama didorong oleh meningkatnya

kegiatan investasi sektor bangunan. Di sisi lain investasi non bangunan

ini diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Peningkatan investasi sektor bangunan seiring dengan

Page 19: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 68

meningkatnya kegiatan pembangunan sektor swasta dan pemerintah

khususnya terkait dengan pembangunan infrastruktur.

Tabel 3. Persentase PMTB terhadap PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku dan Pengeluarah Total Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2007

Tahun Uraian

2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4)

1. PDRB adh Berlaku (milyar rupiah) 389,244.84 473,187.62 526,220.16

2. Total Pengeluaran (PDRB + Impor) (milyar rupiah) 571,995.54 656,733.93 710,973.67

3. PMTB (Milyar rupiah) 63,646.39 75,641.78 87,137.82

Persentase PMTB terhadap total PDRB (persen) 16.35 15.99 16.56

Persentase PMTB terhadap total Pengeluaran akhir(persen) 11.13 11.52 12.26

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atas dasar harga

berlaku dan atas dasar harga harga konstan 2000 provinsi Jawa Barat

pada tahun 2007 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya,

untuk PMTB atas dasar harga berlaku bergerak dari Rp 63,64 triliun

pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp 75,64 triliun pada tahun 2006.

Kemudian kembali meningkat menjadi Rp 87,14 triliun pada tahun

2007.

Dilihat dari proporsinya terhadap penggunaan PDRB pada

tahun 2007 sebesar 16,56 persen lebih tinggi dibandingkan proporsi

pada tahun 2005 dan 2006 . Kondisi perkembangan perekonomian saat

ini diyakini banyak para ahli merupakan tahun yang sangat baik, secara

internasional, nasional dan juga imbasnya pada Jawa Barat, hal ini juga

berimbas pada besar investasi yang ditanamkan. Bila kita lihat proporsi

penggunaan PMTB terhadap seluruh pengeluaran (PDRB + impor),

Page 20: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 69

maka terlihat bahwa dari tahun 2005 – 2007 proporsi PMTB terlihat

pola yang terbalik, yaitu proporsi untuk PMTB dari tahun 2005 – 2007

menunjukan peningkatan, dari 11,13 persen pada tahun 2005 menjadi

11,52 persen pada tahun 2006 dan menguat menjadi 12,26 persen pada

tahun 2007. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa barang modal yang

bergerak dari impor makin tinggi di Jawa Barat walaupun diperlukan

pengkajian yang lebih lanjut.

Laju pertumbuhan PMTB pada tahun 2007 meningkat cukup

besar dibandingkan tahun sebelumnya. Bila dibandingkan dengan laju

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 terlihat adanya peningkatan

dibandingkan dengan tahun 2006 (grafik 10.), yaitu sebesar 7,13

persen. Perlu dipahami bahwa terkadang PMTB yang terbentuk belum

tentu langsung meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi karena ada

kalanya PMTB yang dibentuk bersifat investasi jangka panjang yang

baru terlihat hasilnya pada tahun-tahun berikutnya. Seperti investasi

dalam bentuk sarana dan prasarana, juga investasi pada sektor-sektor

yang membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk dapat memulai

berproduksinya.

Peningkatan investasi yang terjadi tidak terlepas dari usaha

pemerintah menciptakan iklim yang kondusif untuk industri. Iklim ini

memberikan jaminan kenyamanan dan kemudahan bagi para investor,

walaupun masih diwarnai oleh unjuk rasa dari para karyawan.

Page 21: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 70

Mengingat pentingnya PMTB dalam menggerakan

perekonomian, juga dapat memberi dampak peningkatan pendapatan

dan penyerapan tenaga kerja, maka kinerja PMTB ini harus dapat

dipertahankan terus dan berkesinambungan. Secara teori ekonomi

terdapat beberapa kebijakan yang dijadikan rujukan dalam

meningkatkan kinerja PMTB atau investasi secara umum. Beberapa

pendapat tersebut adalah :

1. Mengusahakan sarana dan prasarana perhubungan yang baik

dan lancar, serta perbaikan arus komunikasi dan penyebar

luasan informasi potensi wilayah.

2. Mengusahakan masuknya dana investasi dari pemerintah pusat

atau luar negeri sebanyak-banyaknya, termasuk investasi swasta

dalam dan luar negeri, dengan cara menawarkan program-

program yang bisa dibiayai atau menarik untuk dibiayai.

3. Memantau kebutuhan wilayah lain atau luar negeri untuk

melihat potensi wilayah yang dapat dikembangkan untuk

memberikan kebutuhan.

5.606.02 6.41 LPE

11.97

4.477.13 PMTB

0

5

10

15

2005 2006 2007

Grafik 10. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan PMTB Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 - 2006

Laju PMTB konstan LPE

Page 22: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 71

4. Kepastian akan payung hukum untuk melindungi para investor

dan ketenangan dalam melakukan usahanya.

Pentingnya menarik investor untuk menanamkan modal baik

berupa investasi untuk kegiatan baru atau perluasan dari usaha yang

telah ada karena dapat berdampak pada penambahan lapangan kerja,

peningkatan pendapatan dan menggerakkan roda perekonomian secara

umum. Hal yang perlu mendapat perhatian tentunya adalah investasi

diarahkan pada basis ekonomi yang banyak menggunakan komponen

lokal dengan daya saing yang tinggi serta dapat bersinergi dengan

usaha yang telah terbentuk.

Kendala yang menghambat masuknya para investor baik berupa

stabilitas sosial, peraturan-peraturan dan jaminan penanaman modal

harus mendapat perhatian dan kemudahan tanpa mengorbankan kualitas

sumber daya alam dan usaha tingkat bawah yang telah ada dan

berkembang.

Jika dilihat secara spasial dimana wilayah terbagi ke dalam

industri dan non industri. Wilayah industri yang dimaksud dalam kajian

ini adalah wilayah yang mempunyai peranan nilai tambah sektor

industri non migas diatas 30 persen terhadap pembentukan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah tersebut. Ada 10

kabupaten/kota yang masuk ke dalam wilayah industri.

PMTB secara spasial terkonsentrasi di wilayah industri yang

meliputi Kabupaten Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, Kota Bekasi,

Kota Cimahi, Kota Depok, Purwakarta, Bandung Barat serta Kota

Cirebon .

Page 23: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 72

Grafik 11. Kabupaten Kota Wilayah Industri di Jawa Barat Tahun 2007

Bekasi

Bogor

Kot. Cimahi

Bandung

Karawang

Bandung Barat

Purwakarta

Kot. Bekasi

Kot. DepokKot. Cirebon

Wil.Non Industri

3.5. Inventori

Inventori merupakan salah satu pendukung utama dalam proses

produksi, tidak adanya kontrol terhadap inventori dapat menyebabkan

berhentinya proses produksi. Di lain pihak semakin banyak

penumpukan inventori akan mengakibatkan tingginya biaya inventori.

Fungsi Inventori

Pada dasarnya fungsi inventori di bagi dalam dua bagian sebagai

berikut :

a. Inventori dalam bentuk bahan baku, bahan jadi, bahan setengah

jadi serta bahan penolong. Inventori ini sangat diperlukan

tujuannya adalah untuk mengamankan proses produksi selama

jangka waktu tertentu.

b. Inventori yang merupakan sisa produksi yang belum terjual.

Page 24: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 73

Dalam ekonomi makro inventori ini mangakibatkan kerugian

pada suatu perusahaan, tetapi pada ekonomi mikro, inventori

ini diperlukan dan harus dijaga keberadaannya hal ini untuk

menghindari kelangkaan barang yang akan berdampak pada

kenaikan harga.

Tabel 4. Laju Inventori dan Peranan Inventori Terhadap PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan Tahun 2005 - 2007

Tahun Laju Inventori Peranan Inventori (%) [1] [2] [3]

2005 24,3 3.39

2006 (6,16) 3.00

2007 (6,98) 3.46

Bila kita cermati pada tabel di atas maka dapat dilihat dari tahun

2005 terjadi peningkatan laju inventori sebesar 24.3 persen hal ini

sejalan dengan laju PDRB yang menggambarkani bila pola inventori

tidak berubah maka peningkatan laju PDRB akan meningkatkan nilai

inventori , tetapi memasuki tahun 2006 dan 2007 mengalami penurunan

masing – masing sebesar (6.16) dan (6.98) persen.

Sedangkan berdasarkan data empiris di Jawa Barat peningkatan

laju PDRB pada tahun 2007, ternyata tidak sejalan dengan peningkatan

laju inventori dimana LPE meningkat 6,41 persen sedangkan laju

inventori mengalami penurunan -6,98 persen. Penurunan laju inventori

ini dapat terjadi sebagai akibat penggunaan bahan baku dan dilepasnya

barang barang produksi lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Hal

ini tidak menjadi kendala selama tidak mempengaruhi persediaan

barang yang kemudian mempengaruhi distribusi perdagangan barang.

Page 25: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 74

83

16.99

83.26

16.74

82.68

17.32

2005 2006 2007

PMTB INVENTORI

Apabila dibandingkan dengan Source of Growt (SOG) tiga

sektor, yaitu sektor pertanian, sektor penggalian dan sektor industri,

yang mengalami penurunan pula maka laju inventori masih sejalan.

Sedangkan proporsi inventori terhadap PDRB, dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami pola yang hampir sama

yaitu mempunyai peranan rata – rata 3 persen.

Grafik 12. Total Investasi (PMTB + Inventori) di Jawa Barat

Tahun 2005 - 2007 (Persen)

Dari grafik di atas bisa dilihat dari tahun 2005 – 2007 bahwa

total investasi di Jawa Barat hampir 83 persen terkonsentrasi pada

PMTB, sedangkan yang terdapat pada inventori sebesar rata – rata 16

persen.

3.6. Ekspor dan Impor

Naiknya harga minyak dunia berpengaruh terhadap

perekonomian secara global. Indonesia terkena imbas naiknya harga

minyak dunia sehingga memaksa pemerintah untuk menaikkan harga

Page 26: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 75

BBM. Naiknya BBM serta merta menyebabkan naiknya harga barang

dan jasa di pasar. Meningkatnya harga barang dan jasa semakin

memperlemah daya saing dunia usaha di dalam negeri. Hal ini terjadi di

hampir seluruh sektor. Apabila kita hubungkan dengan kinerja ekspor

Jawa Barat ternyata pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar

3,75 persen, begitu juga dengan kinerja impor yang turun sebesar 7.34

persen sehingga mengakibatkan ekspor neto otomatis juga mengalami

penurunan. Penurunan ekspor ini kemungkinan besar disebabkan oleh

penurunan daya saing.

Grafik 13 Lima (5) Komoditas Impor Jawa Barat

Tahun 2005

Besi dan Baja4.50

Mesin Untuk Mengerjakan

Logam3.32Mesin

Pembangkit Tenaga

6.92

Kimia Organis

10.46

KendaraanMotor

UntukJalan R52.6

Pada grafik 13, menunjukkan 5 (lima) komoditi terbesar yang di

impor Jawa Barat dari luar negeri pada tahun 2005 menurut SITC

(Standard Internasional Trade Classification) 2 digit yang berlaku,

yaitu kendaraan motor, kimia organis, mesin pembangkit, besi baja dan

mesin untuk logam.

Page 27: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 76

Grafik 14. Lima (5) Komoditas Impor Jawa Barat Tahun 2006Mesin kantor

dan Pengolah Data6.73

Barang tenun,kain Tekstil dan

Hasil-hasilnya8.62

Alat Komunikasi8.73

Kendaraan motor Untuk Jalan raya

14.67

Mesin listrik, Aparat dan Alat-

alatnya17.61

Grafik 14 menunjukkan 5 komoditi terbesar yang di impor Jawa

Barat dari luar negeri ada sedikit perubahan dalam komoditinya

menjadi : mesin listrik, kendaraan motor, alat logam, barang tenun dan

mesin kantor.

Grafik 15. Lima (5) Komoditas Impor Jawa Barat Tahun 2007

Mesin kantor dan Pengolah

Data5.02

Benang Tenun,Kain

Tekstil dan Hasil-hasilnya

9.74

Kendaraan Motor Untuk Jalan Raya

12.21

Alat Komunikasi12.28

Mesin listrik, Aparat dan Alat-

alatnya21.29

Page 28: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 77

Grafik 16 untuk 5 komoditi yang di impor Jawa Barat dari luar

negeri tidak mengalami perubahan, namun untuk persentasenya

mengalami penurunan pada komoditi kendaraan bermotor jika di

bandingkan dengan tahun 2007 terhadap tahun 2006. Sedangkan untuk

komoditi yang lainnya mengalami kenaikan yang cukup besar.

0.00

500,000.00

1,000,000.00

1,500,000.00

2,000,000.00

2,500,000.00

2005 2006 2007

Grafik 16. 5 Komoditi Ekspor Jawa Barat Tahun 2005 - 2007

Alat KomunikasiBenang TenunPakaianMesin ListrikMesin KantorKertas

Pada grafik 16 menunjukkan 5 komoditi terbesar yang di ekspor

Jawa Barat ke luar negeri pada tahun 2005 – 2007 menurut 2 digit

Standard Internasional Trade Classification (SITC) yaitu : alat

komunikasi, barang tenun, pakaian, mesin listrik dan mesin kantor.

Pada tahun 2007 komoditi ekspor Jawa Barat ada perubahan. Komoditi

yang pada tahun 2005 dan tahun 2006 ada ekspor mesin kantor, tetapi

pada tahun 2007 tidak ada lagi tapi yang menggantikan komoditi

Page 29: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 78

tersebut adalah kertas. Jika dilihat secara keseluruhan ekspor Jawa

Barat mengalami kenaikan, walaupun ada komoditi yang mengalami

penurunan seperti alat komunikasi.

Semua produk ekspor merupakan hasil produk regional Jawa

Barat, maka dari distribusi ekpor ke luar negeri dibandingkan total

PDRB dapat memberikan gambaran tentang orientasi ekspor produk

Provinsi Jawa Barat.

Tabel 5. Persentase Ekspor terhadap PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2007

Tahun Uraian

2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4)

1. PDRB adh Berlaku (milyar rupiah)

389,244.84 473,187.62 526,220.16

2. Ekpor antar negara (milyar rupiah)

140,259.45 145,878.51 156,357.57

3. Ekspor antar Wilayah (Milyar rupiah)

56,069.26 66,181.42 61,555.34

Persentase ekspor antar negara terhadap total PDRB (persen)

36.03 30.83 29.71

Persentase ekspor antar daerah terhadap total PDRB (persen)

14.40 13.99 11.70

Dari tabel 5. terlihat bahwa Nilai tambah yang terjadi di Jawa

Barat dari hasil produksi regionalnya dari tahun 2005–2007,

menunjukan peningkatan proporsi pada unsur ekspor antar negara

adapun ekspor antar daerah mengalami penurunan, hal ini

menggambarkan bahwa konsumsi lokal Jawa Barat makin kuat

menggunakan produk hasil lokal Jawa Barat.

Penurunan proporsi penggunaan untuk ekspor antar negara dari

tahun 2005 – 2007 bergerak dari 36,03 persen pada tahun 2005 menjadi

Page 30: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 79

29,71 persen pada tahun 2007 , sedangkan penggunaan untuk ekspor

antar daerah bergerak dari 14,40 persen pada tahun 2005 menjadi 11,70

persen.

3.7. Penutup

Perekonomian Jawa Barat tahun 2005 sampai dengan 2007

terutama dilihat dari sisi permintaan menunjukkan adanya keberhasilan

dalam melewati masa-masa yang sangat berat. Kondisi politik intern,

berbagai bencana alam, melambungnya harga minyak dunia serta

kondisi perekonomian global yang sangat mempengaruhi

perekonomian Jawa Barat.

Konsumsi Rumah Tangga yang selama ini sangat

mempengaruhi perekonomian dari sisi permintaan masih

memperlihatkan dominasi terhadap PDRB walaupun dengan peranan

yang menurun yaitu 67.20 persen pada tahun 2005 dan selanjutnya

menjadi 64.10 persen dan 64.50 persen pada tahun 2006 dan 2007.

Secara nominal Konsumsi Rumah Tangga terus bertambah sesuai

dengan jumlah penduduk Jawa Barat yaitu Rp 261 triliun, Rp 303

triliun dan Rp 339 triliun pada periode yang sama.

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga tahun 2005 dan 2006

melambat dibanding tahun 2004. Tahun 2004 mencapai 5.99 persen

dan melemah pada dua tahun berikutnya hal ini berkaitan dengan daya

beli masyarakat karena terjadinya kenaikan yang signifikan harga

barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Inflasi yang terjadi

pada dua tahun ini sangat tinggi karena terjadinya kenaikan BBM. Pada

tahun 2007 pertumbuhan Konsumsi masyarakat ini kembali di atas 5

persen yaitu 5,66 persen.

Konsumsi Pemerintah tahun 2005 sampai dengan 2007

terutama pada tahun 2006 mengalami peningkatan pada belanja barang

Page 31: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 80

terutama dari pengeluaran pemerintah pusat untuk Jawa Barat tetapi

untuk peranan Konsumsi Pemerintahan terhadap PDRB masih tetap

berkisar 7 persen yaitu 7,04 persen, 7,51 persen dan 7,28 persen.

Pembentukan Modal tetap Bruto Jawa Barat tahun 2005 sampai

dengan 2007 sekitar 16 persen dari PDRB. Laju pertumbuhan PMTB

mencapai 11,97 persen pada tahun 2005, dan 7,13 persen pada tahun

2007. Pertumbuhan PMTB atas dasar harga berlaku pada tahun 2006

mencapai 18 persen tetapi dengan tingginya rata-rata inflasi pada tahun

tersebut menyebabkan pertumbuhan secara riil hanya 4,47 persen.

PMTB Jawa Barat terutama dibentuk oleh jenis barang modal

Bangunan, Mesin dan Transportasi. Jenis Barang Modal Bangunan

lebih dari 8 persen bahkan tahun 2007 mencapai 9,19 persen dari

PDRB Jawa Barat. Bangunan ini meliputi bangunan untuk tempat

tinggal dan bukan untuk tempat tinggal. Meningkatnya properti dalam

tiga tahun cukup tinggi, hal ini ditunjukkan dengan laju sektor

konstruksi yaitu sebesar 17,85 persen pada tahun 2005, 5,81 persen

pada tahun 2006 serta 8,44 persen pada tahun 2007.

Dengan berkembangnya investor lokal keuntungan investasi

diterima oleh wilayah dan masyarakar Jawa Barat sendiri, begitu pula

nilai tambah yang dihasilkan oleh instansi tidak terbang ke luar Jawa

Barat sebagai provinsi dengan sektor industri terbesar di Indonesia

memerlukan banyak mesin serta kendaraan dalam mengembangkan

usahanya. Oleh karena itu peranan jenis barang modal Mesin dalam

kurun waktu yang sama sebesar 3 sampai dengan 4 persen, sementara

transportasi berkisar antara 2 sampai 3 persen dari total PDRB Jawa

Barat

Inventori yang terjadi selama tiga tahun ini masih terjaga antara

3 sampai dengan 3,46 persen dari total PDRB Jawa Barat. Hal ini untuk

Page 32: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 81

menjaga ketersediaan barang yang akan mempengaruhi stabilitas harga

serta kesinambungan penjualan. Walaupun pertumbuhan inventori

dalam dua tahun terakhir menurun yaitu minus 6,16 dan minus 6,98

persen sedangkan pada tahun 2005 tumbuh positif sebesar 5,62 persen.

Investor asing diperlukan pada pembangunan ekonomi suatu

negara sebagai injeksi untuk pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga

kerja dsb. Tetapi investasi yang dilakukan masyarakat Jawa

Baratsendiri harus menjadi perhatian yang besar.

Ekspor-Impor Jawa Barat terbagi menjadi Ekspor-Impor barang

antar negara, Ekspor-Impor barang antar daerah dan ekspor-impor jasa.

Secara total pada kurun waktu yang sama Jawa Barat selalu mengalami

net ekspor. Dengan kata lain ekspor dari Jawa Barat melebihi

impornya.

Guna dapat meningkatkan pola ekspor yang dapat

meningkatkan pendapatan daerah secara berkesinambungan maka perlu

kiranya pemerintah membuat kebijakan umum dan rencana strategis

kedepan. Berdasarkan beberapa teori ekonomi ada beberapa kebijakan

umum yang dapat dilakukan guna dapat mempertahankan

pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, khususnya untuk

pemenuhan kebutuhan wilayah secara Regional dan Nasional dapat

dikemukan beberapa pola kebijakan sebagai berikut :

1. Mendorong usaha dan mengarahkan pada sektor basis orientasi

ekspor, khususnya meningkatkan mutu agar dapat bersaing

dengan produk luar negeri, dengan memanfaatkan UKM yang

diarahkan untuk berorientasi ekspor.

2. Mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi produk lokal dan

mendorong industri untuk lebih banyak memakai komponen

atau bahan baku lokal, serta mendorong pembangunan industri

Page 33: TINJAUAN EKONOMI BAB REGIONAL MENURUT …jabarprov.go.id/root/pdrb/BABIIIpdrbpenggunaan2007.pdfEkspor antar negara dari Jawa Barat pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing Rp 140

Pembahasan

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2005-2007 82

berorientasi ekspor dan industri substitusi impor.

3. Menentukan sektor dan komoditi basis yang diperkirakan bisa

tumbuh cepat dan orientasi ekspor secara berkesinambungan

dan besar-besaran, serta dapat bersinergi dengan sektor lain dan

mendorong sektor lain juga turut tumbuh.