tingkat pengetahuan siswi kelas 2 sma ipa di sma negeri 1 surakarta terhadap penanganan disminor
DESCRIPTION
vvTRANSCRIPT
TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS 2 IPA DI SMA NEGERI 1
SURAKARTA TERHADAP PENANGANAN DISMINOR
A. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Menstruasi atau pendarahan periodik normal uterus, meripakan fungsi fisiologis
yang hannya terjadi pada wanita. Menstruasi merupakan proses katabolisme dan terjadi
dibawah pengaruh hormon hipofisis dan ovarium. (Benson dan Pernoll. 2009). Menstruasi
atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel – sel tubuh dari vagina
yang berasal dari dinding rahim wanita. Biasanya menstruasi dimulai antara 10 – 16 tahun,
tergantung beberapa faktor, diantaranya kesehatan, status nutrisi dan berat badan relatif
terhadap tinggi badan. Menstruasi berlangsung kira – kira sekali setiap bulannya sampai
wanita mencapai usia 45 – 50 tahun (Kinanti, 2009).
Dismenore didefinisikan sebagai gejala patologis yang berhubungan dengan
menstruasi ditandai dengan kram perut dan nyeri selama periode menstruasi yang
mengganggu dengan aktifitas sehari – hari. Gejala umum yang terkait yaitu mual, muntah,
nyeri pinggang, diare, dan sakit kepala. Disminore primer mengarah pada nyeri haid tanpa
underlying patologi, sedangkan disminore sekunder adalah nyeri haid dengan sebab yang
mendasarinya. Endometriosis merupakan salah satu penyebab utama disminore sekunder
(Harada, 2013).
Disminore adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah perut yang terjadi pada
waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa wanita untuk beristirahat atau
berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari – hari (Proverawati dan
Misaroh,2009).
Dari laporan penelitian dengan kuisioner nyeri haid di kalangan siswa SMA,
didapatkan hasil bahwa 90,8% siswi mengalami nyeri haid dan rasa sakit, sedankan 51,8%
lainnya mengungkapkan nyeri saat haid muncul ketika mereka sedang melakukan aktifitas.
Insiden nyeri haid meningkat pada remaja kelompok umur berusia 17 – 18 tahun atau pada
remaja putri kelas 3 SMA, sedangkan nyeri haid tidak begitu signifikan pada remaja putri
kelas1 dan 2 SMA (Harada, 2013).
Dari data PKBI Jawa Tengah tahun 2010 terdapat 56 remaja putri yang melakukan
konsultasi tentang menstruasi dan paling banyak adalah konsultasi mengenai disminore yang
mayoritas tingal di Semarang dengan usia 15 – 19 tahun. Sedangkan menurut Mutmainah
Zakiyyah dari hasil studi pendahuluan di Probolingo pada 2013 lalau didapatkan 7 dari 10
0rang responden pada usia 12 -15 tahun mengalami nyeri saat haid sedangkan 3 lainnya tidak
merasakan adanya nyeri saat haid. Angka kejadian disminore didunia sangat besar. Rata –
rata 50% perempuan disetiap negara mengalami disminore. Di Amerika presentasenya sekitar
60% dan di Swedian sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55%
perempuan produktif yang mengalami disminore (Proverawati dan Misaroh, 2009)
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar elakang di atas maka dapat dirumuskan masalah “Adakah
Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas 2 IPA di SMA Negeri 1 Surakarta Terhadap
Penanganan Disminore?“
B. Tinjauan Pustaka
I. Menstruasi
a. Definisi
Sistem hormon wanita yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi antara lain :
(Guyton and Hall, 1997)
a) Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, yaitu Gonadotropin Relesing Hormon
(GnRH)
b) Hormon Hipofisis Anterior, yaitu Follicel Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteneizing Hormone (LH), keduanya disekresi sebagai respon terhadap
pelepasan hormon (GnRH) dari hypothalamus.
c) Hormon – hormon ovarium, yaitu Estrogen dan Progesteron, yang disekresi
sebagai respon terhadap kedua hormon dari kelenjar hipofisis anterior.
Berdasarkan gambaran histologis perubahan endometrium, siklus haid dibagi secara
rinci atas : (Hanafiah, 2007)
a) Fase menstruasi atau fase deskuamasi
Fase ini berlangsung 3 sampai 4 hari dengan gambaran endometrium yang luruh
dan terkelupas. Stroma mengalami desintegrasi serta terlepas dari stratum basal,
pembuluh darah rusak dan ruptur, serta terdapat daerah perdarahan yang luas
dan difus.
b) Fase pasca menstruasi atau fase regresi
Fase ini berlangsung lebih kurang 4 hari. Tampak pertumbuhan awal selapis sel
endometrium baru dengan tebal sekitar 0,5mm.
c) Fase intermenstruasi atau fase proliferatisi
Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus haid dengan
gambaran ketebalan endometrium sekitar 3,5mm. Dibawah pengaruh estrogen
yang disekresi dalam jumlah lebih banyak oleh ovarium selama setengah bagian
pertama siklus ovarium, sel – sel stroma dan sel epitel berproliferasi dengan
cepat. Terjadi regenerasi epitel, kelenjar berlekuk – lekuk dan stroma menjadi
edema.
d) Fase premenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Tebal endometrium
tetap, namun kelenjar bertambah panjang, berlekuk – lekuk dan mengeluarkan
sekresi yang banyak.
II. Disminore
a. Definisi
Disminore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi (Imew,2007). Sedangkan menurut kamus kedokteran (2005) disminore berarti
nteri sewaktu haid. Disminore adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah perut yang
terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa wanita untuk
beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari – hari
(Proverawati dan Misaroh,2009)
Disminore merupakan keluhan yang paling umum terjadi pada remaja putri saat
mestruasi (Hayon,etall.2014). Dismenore didefinisikan sebagai gejala patologis yang
berhubungan dengan menstruasi ditandai dengan kram perut dan nyeri selama periode
menstruasi yang mengganggu dengan aktifitas sehari – hari (Harada,2013). Disminore
didefinisikan sebagai rasa nyeri ketika menstruasi. Sensasi nyeri sering digambarkan sebagai
nyeri kram pada abdomen bagian bawah (Schwartz,2005).
b. Patofisiologi
Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa (PGF2α), disekresi.
Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frequensi kontraksi uterus dan
menyebabkan vasospasme atreriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram
abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri
punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah,
dan diare) dan gejala sistem syaraf pusat meliputi pusing, sinkop, nyeri kepala dan
konsentrasi buruk (Bobak,2004).
a) Hiperaktivitas uterus dan berkurangnya aliran darah uterus
Berdasarkan penelitian yang ada memperlihatkan hiperaktivitas uterus, yaitu
kontraksi uterus yang lebih sering atau kontraksi yang lebih besar intensitasnya atau
peningkatan tonus uterus yang mendasarinya, atau sejumlah kombinasi dari ketiga
pengamatan ini pada hampir semua wanita yang mengeluh disminore.
b) Kelainan anatomi
Faktor – faktor anatomi juga dapat menyokong disminore. Stenosi servix pernah pi
pikirkan sebagai penyebab umum disminore (Ginekologi Greenhill:110).
c) Ketidakseimbangan hormon
Mekanisme terjadinya disminore yaitu korpus luteum berumur hannya 8 hari dan
sejak umur 4 hari telah menurun pebgeluaran estrogen dan progesteron disertai perbandingan
yang tidak seimbang. Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjadi
pemicu pengeluaran dari :
1) Enzim lipase dan siklooksigenase
2) Kerusakan memebran sel sehingga dapat dikeluarkannya :
a) Asam fosfolipase
b) Asam fosfatase
c) Mengeluarkan ion Ca
3) Pembentukan prostaglandin dari asam arakidonik.
c. Klasifikasi
a) Disminore primer
Disminore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat –
alat genital yang nyata. Disminore primer terjadi beberapa waktu setelah menarch biasanya
setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena sikulus – siklus haid pada bulan – bulan pertama
setelah menarch umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbuk tidak lama sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung selama
beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit – jangkit, biasanya terbatas pada
perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan
rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya.
Terjadi beberapa tahun pasca menarach dan mengenai 50% wanita pasca pubertas
(Widjanarko,2006).
b) Disminore sekunder
Disminore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh patologi pelvis secara
anatomis atau makroskopis dan terutama terjadi pada wanita berusia 30 – 45 tahun
(Widjanarko,2006).
d. Etiologi
Banyak teori dikemukakan untuk menerangkan penyebab disminore primer, tetapi
tetap belum jelas penyebab disminore primer, tetapi tetap belum jelas penyebabnya hingga
saat ini. Dahulu disebutkan faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat mempengaruhi
penyebab hal itu, namun penelitian dalam tahun – tahun terakhir ini menunjukkan adanya
pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin.
Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu dimana kadar prostaglandin
berlebihan maka kontraksi uterus (rahim) akan bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri
hebat (Widjajanto,2005).
Prawiroharjo membagi etiologi disminore berdasarkan kalsifikasinya yaitu :
a) Disminore primer
Faktor kejiwaan : pada remaja putri secara emosional masih tidak stabil.
Faktor konstitusi : faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan
yang dapatenurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor – faktor seperti
anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat memepenaruhi timbulnya
disminore.
Faktor obstruksi kanalis servikalis : pada wanita dengan uterus dalam
hiperantefleksi mungkindapat terjadi stenosis kanalis servikalis, tetapi ini tidak
dianggap sebagai faktor yang penting.
Faktor endokrin : endokrin memiliki hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas uterus yang berlebihan. Novak dan Reynoldss yang melakukan
penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen
merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesteron menghambat
atau mencegahnya.
Faktor alergi : dalam sebuah penelitian menunjukkan peningkatan
kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi disminore
primer.
b) Dismore sekunder
Rahim yang terbalik, sehingga membuat darah haid tidak mudah dikeluarkan.
Benjolan besar atau kecil didalam rahim.
Peradangan selaput lendir rahim.
Pemakaian spiral.
Endometriosis.
Fibroid atau tumor.
Infeksi pelvis.
e. Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya disminore yaitu :
Usia < 20 tahun
Upaya untuk menurunkan berat badan
Depresi atau kecemasan
Gangguan jaringan sosial
Menstruasi yang berat atau tidak teratur
Nulliparity
Merokok (Falk, etal,2013)
f. Penatalaksanaan
III. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan teling. Pengetahuan yang siap pakai
membantu seseorang untuk berpikir cepat dan tepat (Notoadmojo, 2003). Berdasarkian
kamus besar Bahasa Indonesia (2005) pengetahuan (knowledge) didefinisikan sebagai
informasi atau maklumat yang diketahui atau didasari oleh seseorang (Depdiknas, 2005).
b. Cara memperoleh pengetahuan
Berbagai macm cara yang telah digunakan sepanjang sejarah manusia untuk
memperoleh pengetahuan maka dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
(non ilmiah) melalui cara coba salah (trial and error), kekuasaan atau otoritas, pengalaman
pribadi, sertajalan pikiran dengan cara modern (cara ilmiah) (Notoadmojo,2005).
Cara tradisional yang pertama yakni cara coba salah dipakai orang sebelum
mengenal kebudayaan bahkan mungkin peradaban. Cara coba salah ini digunakan dalam
pemecahan masalah dan apabila tidak berhasil kemungkinan pemecahan yang lain, begitu
seterusnya. Cara tradisional lain yakni kekuasaan atau otoritas adalah pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan kehidupan sehari – hari dan tradisi – tradisi yang dilakukan orang
tanpa adanya penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan ini
selalu diwariskan turun – temurun ke generasi berikutnya. Pengetahuan berdasarkan
pengalaman pribadi diperoleh setelah terjadi pada seseorang dan diulangi lagi keadaaan
tersebut untuk memecahkan masalah seperti yang lalu (Notoadmojo, 2005). Sumber
pengetahuan dapat didefinisikan dari beberapa aspek, diantaranya kepercayaan berdasrakan
tradisi, rasionalisme dan intiuisi (Suhartono, 2005). Kepercayaan berdasarkan tradisi,
merupakan pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan yang menunjukkan bahwa
pengetahuan itu diperoleh melalui cara mewarisi apa saja yang ada didalam suatu kehidupan
masyarakat, adat istiadat, nilai – nilai, kebiasaan – kebiasaan dan kehidupan dalam beragama
atau dengan kata lain pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pemahaman atas situasi baru
dengan berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Kesaksian orang lain,termasuk
pengetahuan yang masih tetap ada dalam susunan kehidupan yang terdahulu pada orang –
orang tertentu yang dapat dipercaya, karena sudah dianggap memiliki penggetahuan yang
benar, lalu menjadi panutan yang handal bagi orang lain pada umumnya dalam hal – hal
bagaimana bertingkah laku (Suhartono, 2005).
c. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know) diartikan sebaai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya atau mengingat kembai (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang bisa
digunakan antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2)