kti - hubungan kebiasaan berolahraga dengan dismenore pada siswi sma santo thomas 1 medan
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN DISMENORE
PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN
TAHUN 2011/2012
Oleh :
TOH CHIA THING
080100273
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN DISMENORE
PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN
TAHUN 2011/2012
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
TOH CHIA THING
080100273
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
i
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore
pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012
Nama : TOH CHIA THING
NIM : 080100273
Pembimbing
................................................
(dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG)
NIP: 197712142008121001
Penguji I
................................................
(dr. Rina Amelia, M.A.R.S.)
NIP: 197604202003122002
Penguji II
................................................
(dr. Eka Roina Megawati, M. Kes)
NIP: 197812232003122002
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
................................................
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)
NIP: 19540220 198011 1 001
ii
ABSTRAK
Dismenore merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling umum
dirasakan perempuan usia produktif dimana definisi dismenore primer adalah
sensasi nyeri selama menstruasi tetapi tidak berkaitan dengan kelainan organik.
Prevalensi dismenore primer cenderung lebih tinggi pada remaja putri
dibandingkan dengan wanita yang lebih dewasa. Secara umum, olahraga
dipercaya bermanfaat dalam mengurangi kejadian dismenore. Namun, tidak
banyak penelitian yang dapat membuktikan pendapat ini dan kepustakaan ilmiah
menunjukkan bukti yang beraneka ragam. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara dismenore dengan kebiasaan
berolahraga.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik
dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 89 orang
diambil secara acak dengan menggunakan simple random sampling dari semua
siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. Responden diberi kuesioner
yang berisi pertanyaan tentang gejala yang dialami sebelum dan selama
menstruasi, tingkat gangguan yang dialami selama menstruasi dan kebiasaan
berolahraga.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi dismenore dari semua
siswi SMA Santo Thomas 1 Medan adalah sebanyak 53,9% dan prevalensi
kebiasaan berolahraganya adalah sebanyak 32,6%. Dari prevalensi dismenore dan
kebiasaan olahraga ini didapatkan kejadian dismenore pada responden yang
memiliki kebiasaan berolahraga adalah 10 orang (34,5%) sedangkan kejadian
dismenore pada responden yang tidak berolahraga adalah 38 orang (63,3%). Hasil
analisa data dengan menggunakan metode uji Chi Square menunjukkan kejadian
dismenore terjadi secara signifikan pada responden yang tidak berolahraga (p =
0,01). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa prevalensi dismenore
sedang (50,0%) dan dismenore ringan (45,8%) lebih dominan terjadi pada
kejadian dismenore.
Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
kebiasaan berolahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1
Medan tahun 2011/2012 dimana kejadian dismenore lebih rendah pada responden
yang mempunyai kebiasaan berolahraga.
Kata Kunci: Dismenore, olahraga, siswi, cross sectional
iii
ABSTRACT
Dysmenorrhea is one of the most common gynecologic complaints among
women during childbearing age. The primary dysmenorrhea is the pain sensation
of lower abdomen during menstruation, but it does not relate to the physical
cause. The prevalence of primary dysmenorrhea tends to be higher in young ladies
than in older women. In general, anecdotal believes that exercise is beneficial and
efficient in reducing the dysmenorrhea. However, only a few studies can prove
this fact and the scientific literature displays mixed evidence. The main objective
of this study was to determine the effects of exercise on primary dysmenorrhea.
A descriptive-analytic method with the approach to cross-sectional studies
was used to conduct the research. A total of 89 samples were taken at random by
using simple random sampling from the St. Thomas 1 Medan Senior High School
year of 2011/2012. The respondents were given a questionnaire regarding the
symptoms experienced before and during menstruation, the level of disturbance
experienced during menstruation and their exercise habits.
In this study, it was found that the prevalence of dysmenorrhea among the
student from St. Thomas 1 Medan Senior High School was 53.9% and the
prevalence of exercising habit was found to be 32.6%. Through this study, it was
found that the incidence of dysmenorrhea among the respondents who exercise
regularly were 10 people (34.5%) whereas the incidence of dysmenorrhea among
the respondents who did not exercise regularly were 38 people (63.3%). A chi-
square test was used for statistical analyses found that the incidence of
dysmenorrhea occurred significantly among the respondents who did not exercise
(p=0.01). The results also showed higher incidence of moderate dysmenorrhea
(50.0%) following by mild dysmenorrhea (45.8%) among the respondents who
experienced dysmenorrhea.
In conclusion, the analysis showed that there was a significant correlation
between exercise and dysmenorrhea where the incidence of dysmenorrhea was
found lower among the respondents who had exercising habit.
Key words: Dysmenorrhea, exercise, student, cross sectional
iv
KATA PENGANTAR
Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penelitian ini adalah mengenai Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore
pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing penulis
yaitu dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG yang telah meluangkan banyak waktu dan
pikirannya serta memberikan petunjuk dan sarannya selama proses pembuatan
karya tulis ilmiah dijalankan, dr. Rina Amelia, M.A.R.S. dan dr. Eka Roina
Megawati, M.Kes, selaku dosen penguji kepada peneliti yang telah banyak
memberi saran dan pengetahuan kepada peneliti. Ucapan terima kasih juga
ditujukan untuk dosen-dosen yang mengajar Ilmu Kesehatan Kedokteran (IKK)
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi
petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini serta pihak
SMA Santo Thomas 1 Medan yang memberi kesempatan untuk melakukan
penelitian ini. Terima kasih kepada keluarga dan segenap teman-teman yang telah
mendukung saya selama ini.
Saya menyadari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari sempurna. Saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat menyempurnakan lagi penelitian ini. Kepada semua yang
membaca karya tulis ilmiah ini saya mengucapkan terima kasih karena telah
meluangkan waktu untuk membacanya. Semoga dengan adanya karya tulis ilmiah
ini dapat memberi manfaat kepada semua dan penulis sendiri.
Medan, 15 Desember 2011
……………………………
(Toh Chia Thing)
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................................ ii
ABSTRACT ...................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........ 4
2.1. Dismenore .................................................................................... 4
2.1.1. Definisi Dismenore ......... ................................................. 4
2.1.2. Epidemiologi Dismenore .................................................. 4
2.1.3. Etiologi Dismenore ........................................................... 4
2.1.3.1. Etiologi Dismenore Primer .................................. 4
2.1.3.2. Etiologi Dismenore Sekunder .............................. 5
2.1.4. Patofisiologi Dismenore .................................................... 5
2.1.4.1. Patofisiologi Dismenore Primer ........................... 5
2.1.4.2. Patofisiologi Dismenore Sekunder....................... 7
2.1.5. Gejala Klinis Dismenore ................................................... 8
2.1.5.1. Gejala Klinis Dismenore Primer .......................... 8
2.1.5.2. Gejala Klinis Dismenore Sekunder ...................... 9
2.1.6. Tingkat Keparahan Dismenore ......................................... 9
2.1.7. Diagnosis Dismenore ........................................................ 10
2.1.7.1. Diagnosis Dismenore Primer ............................... 10
2.1.7.2. Diagnosis Dismenore Sekunder ........................... 10
2.1.8. Penatalaksanaan Dismenore ........................................................ 11
2.1.8.1. Penatalaksanaan Farmakologi .............................. 11
2.1.8.2. Penatalaksanaan Non-Farmakologi ..................... 11
2.2. Olahraga ....................................................................................... 12
2.2.1. Tipe Latihan Olahraga............................................. ......... 12
2.2.2. Tingkat Aktivitas Fisik ..................................................... 13
2.2.3. Dismenore dan Olahraga ................................................... 14
vi
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 16
3.1. Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 16
3.2. Definisi Operasional.................................................................... 16
3.2.1. Subjek Penelitian............................................................... 16
3.2.2. Dismenore.......................................................................... 17
3.2.3. Olahraga............................................................................. 17
3.3. Cara Ukur………………….......................................................... 17
3.4. Alat Ukur...................................................................................... 18
3.5. Skala Pengukuran………….......................................................... 18
3.6. Hipotesis........................................................................................ 18
BAB 4 METODE PENELITIAN…………………………………………… 19
4.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 19
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 19
4.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................... 19
4.2.2. Waktu Penelitian ............................................................... 19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 19
4.3.1. Populasi Penelitian ............................................................ 19
4.3.1.1. Kriteria Inklusi ..................................................... 20
4.3.1.2. Kriteria Eksklusi .................................................. 20
4.3.2. Sample Penelitian .............................................................. 20
4.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 21
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.……………………. 22
5.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 22
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................. 22
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ................................... 22
5.1.3. Hasil Analisa Data ............................................................ 23
5.2. Pembahasan .................................................................................. 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………………...……………………. 34
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 34
6.2. Saran ........................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tingkat Keparahan Dismenore 9
3.1 Tingkat Keparahan Dismenore 17
5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan usia
23
5.2 Distribusi frekuensi dismenore 23
5.3 Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga. 24
5.4 Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga
berdasarkan frekuensi dismenore.
24
5.5 Distribusi frekuensi dismenore dan
kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi
gejala.
25
5.6 Distribusi frekuensi dismenore dan
kebiasaan beolahraga berdasarkan distribusi
frekuensi gejala sistemik.
26
5.7 Distribusi frekuensi dismenore dan
kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi
gangguan aktivitas sehari-hari.
27
5.8 Distribusi frekuensi dismenore dan
kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi
gangguan kemampuan kerja.
28
5.9 Distribusi frekuensi dismenore dan
kebiasaan beolahraga berdasarkan frekuensi
keperluan obat tahan sakit (analgesik).
29
5.10 Distribusi frekuensi dismenore dan
kebiasaan beolahraga berdasarkan
berdasarkan tingkat keparahan dismenore.
30
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Skema Patofisiologi Dismenore 7
ix
DAFTAR SINGKATAN
AKDR Alat Kontrasepsi dalam Rahim
COX Cyclooxygenase
FSH Folikel Stimulating Hormone
GnRH Gonadotropin-Releasing Hormone
IUD Intrauterin Device
LH Luteinizing Hormone
LT (A4, B4, C4, D4, E4) Leukotrien (A4, B4, C4, D4, E4)
MRI Magnetic Resonance Imaging
OAINS Obat Anti-Inflamasi Non Steroid
PG 12 Prostasiklin
PGE2 Prostaglandin E2
PGF2α Prostaglansin F2α
PRP Penyakit Radang Panggul
TX A2 Tromboksan A2
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah dimenore (dysmenorrhea) berasal dari Yunani berarti nyeri haid
yang terjadi sebelum dan selama siklus menstruasi pada wanita (Perheentupa,
2005). Dismenore, salah satu keluhan ginekologi yang paling umum, diperkirakan
mempengaruhi 60% sampai 90% perempuan pada usia produktif. Diantaranya,
59,7% dari wanita usia dewasa muda melaporkan beberapa unsur nyeri haid
(Patruno, 2006). Keluhan ini mungkin merupakan penyebab utama banyaknya
absensi baik dari sekolah maupun dari kantor di kalangan wanita muda (Havens,
2002).
Prevalensi dismenore primer cenderung lebih tinggi pada remaja putri
dibanding dengan wanita yang lebih dewasa (Proctor, 2007). Studi peninjauan
sistematis di negara-negara berkembang menemukan bahwa 25-50% wanita
dewasa dan sekitar 75% dari remaja mengalami sensasi nyeri selama menstruasi,
dengan lima hingga dua puluh persen dilaporkan mengalami dismenore berat atau
menghambat mereka dari berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari (Harlow,
2004). Prevalensi dismenore primer berkurang dengan bertambahnya usia dan
semakin menurun setelah usia 24 tahun (Dawood, 2006).
Dalam penelitian di Kanada menemukan 60% wanita mengalami
dismenore primer dengan 51% melaporkan keterbatasan kegiatan sehari-hari, 17%
melaporkan absensi dari kantor dan 36% mengadukan nyeri haid sedang atau
berat (Burnett, 2005). Penelitian lain di India menemukan 55% wanita yang
berusia 18 hingga 45 tahun mengalami dismenore dengan catatan terdapatnya
18% mengalami dismenore berat (Patel, 2006). Sepuluh persen daripada wanita
usia 24 tahun melaporkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari (French,
2005).
Dismenore dikelompokkan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder. Dismenore primer mengacu sebagai nyeri haid tanpa
2
kelainan anatomi atau pelvis, diduga disebabkan oleh peningkatan sekresi
prostaglandin oleh endometrium sehingga menyebabkan kontraksi uterus
abnormal yang diikuti dengan pengurangan aliran darah rahim dan terjadinya
sensasi nyeri akibat iskemik (Dawood, 2006). Sedangkan dismenore sekunder
didefinisikan sebagai nyeri haid yang dikaitkan dengan kelainan pelvis yang
mendasarinya (Stenchever, 2001; Rapkin, 2007).
Pada wanita yang aktif secara fisik dilaporkan kurang terjadinya
dismenore. Wanita yang berolahraga sekurang-kurangnya satu kali seminggu
dapat menurunkan intensitas rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada bagian bawah
abdominal. Fenomena ini kemungkinan diinduksi oleh endorfin yang dilepaskan
di sirkulasi selama olahraga (Irwin, 2007). Tampaknya secara umum dipercayai
bahwa olahraga dapat mengurangkan gejala dismenore. Namun, hanya beberapa
studi yang telah meneliti efek latihan fisik terhadap dismenore (Carlberg, 2001).
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti akan mencoba melakukan
penelitian tentang hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi
SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012 supaya dapat mencari alternatif
terapi yang mudah dilaksanakan tanpa memerlukan obat-obatan untuk mengatasi
masalah dismenore serta meningkatkan kebiasaan berolahraga di kalangan siswi.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan yang ada maka
pokok permasalahan adalah untuk menentukan apakah adanya hubungan
kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan
tahun 2011/2012?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
kebiasaan berolahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1
Medan tahun 2011/2012.
3
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kejadian dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1
Medan tahun 2011/2012.
2. Mengetahui kebiasaan olahraga siswi SMA Santo Thomas 1 Medan
tahun 2011/2012.
3. Mengetahui tingkat keparahan dismenore pada siswi SMA Santo
Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Memahami hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore serta
memberikan informasi kesehatan reproduksi mengenai upaya
penanganan dan pencegahan dismenore.
2. Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan
pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita.
3. Menambahkan kepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai dismenore.
4. Sebagai landasan untuk penelitian sejenis selanjutnya yang terkait
dengan dismenore.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dismenore
Gangguan haid dilaporkan sebagai sebahagian besar masalah yang
menyebabkan morbiditas wanita pada usia reproduktif, dan merupakan salah satu
daripada empat sebab mereka konsultansi ke dokter umum (Warner, 2001).
Antaranya, dismenore adalah salah satu masalah ginekologis yang paling umum
pada wanita usia reproduksi (Fritz, 2011).
2.1.1. Definisi Dismenore
Dismenore adalah sakit saat menstruasi hingga dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari (Manuaba, 2001). Dismenore dibagi menjadi dua berdasarkan
penyebabnya yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer adalah
sensasi nyeri selama menstruasi, tetapi tidak berkaitan dengan penyebab fisik
yang nyata. Sedangkan dismenore sekunder adalah sensasi nyeri selama
menstruasi, dan mempunyai patologi panggul yang nyata (Morgan, 2009).
2.1.2. Epidemiologi Dismenore
Prevalensi dismenore sulit untuk ditentukan karena terdapat perbedaan
definisi dalam pelbagai kondisi dan perbedaan kelompok studi. Namun,
diperkirakan prevalensi dismenore bervariasi dari 60% hingga 90% (Dang, 2010).
2.1.3. Etiologi Dismenore
2.1.3.1. Etiologi Dismenore Primer
Penyebab utama dismenore primer tidak diketahui, diduga peningkatan
kadar prostaglandin, leukotriens, dan pelepasan vasopressin selama peluruhan
endometrium memegang peranan utama dalam simtomatologi dismenore.
Prostaglandin, khususnya PGF2α dan PGE2, diduga meningkatkan kontraksi
5
miometrium sehingga terjadi iskemia uteri dan sensitivitas saraf terminalis.
Tingkat keparahan dismenore sangat berkorelasi dengan durasi mentruasi, jumlah
aliran menstruasi, dan kadar prostaglandin yang dilepaskan dalam cairan haid
(Vuong, 2006).
2.2.3.2 Etiologi Dismenore Sekunder
Penyebab dismenore sekunder bergantung pada kelainan yang terjadi pada
panggul. Dismenore sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis, polip atau
fibroid uterus, penyakit radang panggul (PRP), perdarahan uterus disfungsional,
prolaps uterus, maladaptasi pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),
produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik,
atau melahirkan serta kanker ovarium atau uterus (Morgan, 2009).
2.1.4. Patofisiologi Dismenore
2.1.4.1 Patofisiologi Dismenore Primer
Nyeri menstruasi yang terjadi pada dismenore primer terutama disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hiperkontratilitas uterin, kurangnya aliran
darah ke uterin, atau terjadi hipersensitivitas saraf tepi (Dang, 2010).
Prostaglandin dan Leukotrien
Terjadinya dismenore primer, berhubungan dengan siklus ovulasi yang
normal tanpa disertai kelainan patologi pada panggul yang jelas. Setelah ovulasi,
terjadi penumpukan asam lemak pada fosfolipid membran sel sebagai respon
terhadap progesteron. Kemudian tepat sebelum menstruasi, terjadi progesteron
withdrawal sehingga asam lemak khususnya asam arakidonat dilepaskan dan
menginisiasi kaskade prostaglandin dan leukotrien dalam uterus. Hal ini kemudian
mencetuskan suatu respon inflamasi yang menyebabkan kontraksi abnormal pada
uterus. Respon inflamasi yang dimediasi oleh prostaglandin juga menimbulkan
gejala sistemik seperti nausea, muntah, perut kembung dan sakit kepala (Dang,
2010).
6
Diketahui bahwa kebanyakkan wanita dengan dismenore primer
melepaskan prostaglandin F2α (PGF2α) yang luar biasa tinggi dalam cairan
menstruasi dan jaringan endometrium. PGF2α yang dilepaskan ini akan
menyebabkan vasokonstriksi dan kontraksi miometrium sehingga terjadi kram.
Intensitas kram dan gejala lain yang terjadi saat menstruasi berbanding lurus
dengan kadar progesteron yang dilepaskan. Perbandingan PGF2α: PGE2 yang
abnormal memicu terjadinya dismenore (Dang, 2010).
Leukotrien sudah dikenal sebagai faktor yang menyebabkan
hipersensitivitas serabut nyeri pada uterus. Hal ini dikemukakan karena ditemukan
kadar leukotrien yang meninggi pada wanita dewasa yang mengalami dismenore.
Walaupun peran dan mekanisme leukotrien dalam peristiwa dismenore masih
belum jelas, tetapi substansi ini merupakan vasokonstriktor dan mediator
inflamasi yang poten. Peningkatan produksi leukotrien melalui jalur yang
melibatkan enzim 5-lipo-oksigenase dan bukannya melaui jalur siklooksigenase
(COX) meningkatkan kemungkinan bahwa tipe dismenore yang tertentu tidak
beresponsi terhadap terapi OAINS (Dang, 2010).
Vasopresin
Vasopresin merupakan suatu hormon yang dilepaskan oleh kelenjar
pituitari posterior. Akan tetapi, peranan vasopressin dalam menyebabkan
dismenore belum diketahui. Dikemukakan bahwa peningkatan kadar vasopresin
saat menstruasi menyebabkan kontraksi disritmia pada uterus diikuti dengan
penurunan aliran darah ke uterus, dan akhirnya menyebabkan hipoksia pada
uterus dan hipersensitivitas miometrium (Dang, 2010).
7
Gambar 2.1 Skema patofisiologi dismenore. Respon inflamasi diperantarai oleh
PG dan LT seperti yang ditampilkan di atas. PG = prostaglandin; LT = leukotrien.
(Dang, 2010)
2.1.4.2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah rasa nyeri saat menstruasi yang disertai
dengan abnormalitas pada panggul. Dismenore sekunder biasanya ditemukan
dengan nyeri pelvik yang kronik, nyeri siklus pertengahan (nyeri yang
berlangsung terus-menerus atau intermiten), dispareunia, metroragia, atau
menoragia. Mekanisme patologi nyeri yang berhubungan dengan dismenore
sekunder khususnya disebabkan oleh etiologi yang mendasarinya (Dang, 2010).
Withdrawal
progesteron
Fosfolipid
membran sel
Asam
arakidonat
Leokotrien
(LT) A4
Fosfolipase A-
2
5-
lipoksigenase
TXA2 Tromboksan A2
PGE2
PGF2-α
PG12
(Prostasiklin)
Sikloksigenase
Siklik Endo-
peroksida
Kontraksi dan
vasokonstriksi
miometrim
Nyeri
LT-E4
LT-D4
LT-C4 LT-B4
8
Endometriosis, penyebab umum dismenore sekunder, merupakan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar rongga uterus (etopik). Pertumbuhan
jaringan endometrium terutama terjadi pada panggul dan umumnya pada ovarium.
Endometriosis merupakan kelainan yang estrogen-dependent. Peninggian kadar
estrogen mungkin berperan dalam peningkatan aktivitas COX dan diikuti dengan
peningkatan produksi prostaglandin. Akibat akumulasi estrogen dan
prostaglandin, terjadi suatu proses peradangan yang poten disertai dengan nyeri
panggul. Tingkat rasa nyeri terutama dipengaruhi oleh lokasi dan kedalaman
terjadinya implant endometriosis (Dang, 2010).
Adenomiosis adalah kondisi lain yang jinak pada uterus di mana
endometrium (membran mukosa yang melapisi bagian dalam uterus) tumbuh ke
dalam miometrium (otot uterus yang tepat pada bagian luar endometrium),
sehingga terjadinya dismenore dan menoragia. Etiologi lain seperti yang telah
dipaparkan di atas yang mengakibatkan suatu distorsi dan displacement uterus
yang normal umumnya juga berhubungan dengan nyeri panggul kronis,
dispareunia dan gangguan dalam menstruasi (Dang, 2010).
2.1.5. Gejala Klinis Dismenore
2.1.5.1. Gejala Klinis Dismenore Priner
Dismenore primer biasanya ditemukan pada remaja, kira-kira 6-12 bulan
setelah menarke, atau apabila siklus ovulasi menjadi teratur. Hal ini ditandai
dengan nyeri abdominal (daerah suprapubik) yang berfluktuasi dan kram
spasmodik yang biasanya dimulai beberapa jam sebelum atau saat terjadinya
menstruasi. Rasa nyeri yang paling hebat terjadi pada 24-48 jam pertama dari
onset menstruasi, dan gejala-gejalanya dapat berlanjutan sampai 72 jam.
Umumnya, dismenore juga disertai dengan nyeri punggung, nyeri pada paha,
nausea, muah, muntah, sakit kepala, kelelahan, pusing, gementar, gelisah,
berkeringat, pening, sinkop, tarkikardia, perut kembung, meningkatnya frekuensi
defekasi, rasa nyeri pada payudara dan perubahan suasana hati (Dang, 2010;
Patruno, 2006).
9
2.1.5.2. Gejala Klinis Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder bisa terjadi kapan saja setelah menarke, umumnya
pada wanita setelah usia 25 tahun. Dismenore sekunder harus dicurigai bila nyeri
muncul pada seseorang wanita yang berusia 30-an atau 40-an dan nyeri berrsifat
unilateral (Morgan, 2009). Rasa sakit yang berhubungan dengan dismenore
sekunder biasanya dimulai beberapa hari atau 1-2 minggu sebelum timbulnya
perdarahan atau menstruasi dan dapat berlangsung sampai akhir fase menstruasi.
Dismenore sekunder juga disertai dengan gejala ginekologi yang lain seperti
dispareunia, menoragia, perdarahan intermenstrual, infertilitas, dan perdarahan
pasca-koitus, tergantung pada kondisi yang mendasarinya (Dang, 2010).
2.1.6. Tingkat Keparahan Dismenore
Dismenore dibagi dalam beberapa tingkat keparahan berdasarkan gejala
sistemik yang mengalami, gangguan aktivitas sehari-hari, kemampuan kerja dan
keperluan analgesik. Tingkat keparahan dismenore dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tingkat keparahan dismenore
Tingkat
Keparahan
Aktivitas
Sehari-Hari
Kemampuan
Kerja
Gejala
Sistemik
Analgesik
Ringan
(Derajat 1)
Jarang
menganggu
Jarang
terganggu
Tidak ada Jarang
diperlukan
Sedang
(Derajat 2)
Terganggu Terganggu Terdapat
beberapa
Sangat
membantu
Berat
(Derajat 3)
* Sangat
terganggu
Sangat
terganggu
#Sangat
jelas
Tidak
membantu
* Sehingga memerlukan istirahat.
# Gejala vegetative positif (sakit kepala, lelah, muntah, dan diarea)
(Tangchai, 2004; Unsal, 2010)
10
2.1.7. Diagnosis Dismenore
2.1.7.1. Diagnosa Dismenore Primer
Dalam mendiagnosa dismenore primer, anamnese yang cermat dan
pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan panggul palpasi rektovaginal)
diperlukan untuk menyingkirkan keadaan patologi pada panggul (Ostrzenski,
2002). Tidak ada tes laboratorium yang khusus diperlukan. Tidak adanya
pertemuan positif dalam pemeriksaan fisik adalah kunci diagnosis pada dismenore
primer (Dang, 2010).
Terapi dengan inhibitor prostaglandin sintetase, kontrasepsi oral, atau
keduanya dapat digunakan untuk tujuan diagnostik apabila pemeriksa mencurigai
suatu kelainan yang merupakan dismenore primer. Pemeriksaan klinis ini
biasanya dilakukan selama tiga sampai empat bulan; apabila tidak ada perbaikan,
evaluasi yang lebih lanjut diperlukan untuk membedakan dismenore primer dari
dismenore sekunder (Ostrzenski, 2002).
2.1.7.2. Diagnosa Dismenore Sekunder
Penderita dismenore sekunder tidak mempunyai riwayat nyeri
sebelumnya; riwayat nyeri pertama kali terjadi setelah usia 25 tahun; perdarahan
menstruasi yang berat atau pola haid yang tidak teratur; sedikit berespon atau
langsung tidak berespon terhadap obat anti-inflamasi non steroid (OAINS),
kontraseptif oral, atau keduanya (Dang, 2010). Di samping itu, hasil pemeriksaan
fisik menunjukkan suatu kelainan organik (Ostrzenski, 2002).
Permeriksaan radiografi yang paling sering digunakan adalah
ultrasonografi panggul disertai dengan transabdominal dan transvaginal sebagai
pemeriksaan penunjang untuk diagnosis dismenore sekunder. Histeroskopi dan
laparaskopi biasanya dilakukan sebagai prosedur diagnostik untuk mengolongkan
dan mengobati kelainan yang mendasari dismenore sekunder (Rothblatt, 2004).
11
2.1.8. Penatalaksanaan
2.1.8.1 Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan dismenore primer bertujuan untuk menurunkan produksi
prostaglandin dan pelepasannya dari endometrium dan OAINS merupakan
pendekatan yang efektif sebagai first-line therapy. Pasien harus mulai
mengkonsumsi OAINS saat terjadinya menstruasi atau sebelum terjadinya
menstruasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa OAINS seperti naproxen,
ibuprofen, dan asam mefenamat mempunyai hasil yang efektif terhadap
dismenore (Rothblatt, 2004).
Untuk pasien yang ingin berkontrasepsi atau intoleransi terhadap OAINS,
kombinasi kontraseptif oral sangat dianjurkan sebagai first-line therapy.
Kontraseptif oral dapat mengurangkan jumlah dan durasi aliran menstruasi serta
menurunkan frekuensi siklus menstruasi pada wanita yang mengalami haid
dengan interval yang pendek (Rothblatt, 2004).
Bila OAINS dan kontrasepsi oral tidak berhasil dalam pengurangan rasa
sakit pada pasien yang mengalami dismenore, maka diagnosis dismenore primer
harus dipertanyakan supaya evaluasi yang lebih lanjut (termasuk laparaskopi)
harus dianjurkan. Bila penderita dismenore sekunder dengan penyebab yang jelas
seperti stenosis servikal atau IUD, penatalaksanaan harus menuju terhadap
penyakit yang mendasarinya (Rothblatt, 2004).
2.1.8.2. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Tingkat kegagalan pegunaan OAINS sebagai kontrol bisa mencapai 20-
25%. Oleh hal yang demikian, akupuntur dan intervensi yang lain olahraga seperti
Haman’s exercises juga dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan pengobatan
atau terapi adjuvan terhadap dismenore (Wang, 2011; Sachdeva, 2005 ). Bedah
(pelvikskopi) baik digunakan sebagai diagnostik maupun terapeutik dijamin
kualitasnya pada penanganan dismenore sekunder (Sachdeva, 2005).
12
2.2. Olahraga
Olahraga mencakup pengertian yang luas bukan hanya olahraga kompetitif
yang berisi kegiatan perlombaan untuk memperagakan prestasi yang optimal,
tetapi juga kegiatan jasmani pada waktu senggang sebagai pelepas lelah untuk
tujuan pembinaan kebugaran jasmasi (Lutan, 2007).
2.2.1. Tipe Latihan Olahraga
Secara umum, program fitness/ olahraga yang lengkap untuk wanita
mencakup 3 tipe latihan yang dasar yaitu latihan fleksibilitas, latihan aerobik dan
latihan weight-bearing (Carlson, 2004).
Latihan fleksibilitas menekankan peregangan otot dan mobilisasi sendi.
Hal ini penting untuk meminimalkan resiko ketegangan dan tarikan otot baik
selama olahraga maupun selama aktivitas sehari-hari. Contohnya, yoga, tai chi,
dan qi gong semuanya bisa meningkatkan keseimbangan dan fleksibilitas
(Carlson, 2004).
Latihan aerobik, juga disebut latihan ketahanan (endurance exercise)
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan terhadap oksigen secara signifikan.
Latihan ini mengurangkan resiko penyakit jantung koroner dan tekanan darah
tinggi dengan memperkuat jantung dan paru-paru, melebarkan pembuluh darah,
meningkatkan efisiensi pengangkutan oksigen ke jaringan serta meningkatkan
kadar high-density lipoprotein (HDL). Contohnya, jogging, berjalan cepat,
bersepeda menanjak atau jarak jauh, berenang, menaik tangga dan menari
(Carlson, 2004).
Latihan weight bearing merupakan latihan yang melawan gaya gravitasi,
meningkatkan massa tulang dan ketangkasan serta keseimbangan. Bukti terkini
menunjukkan bahwa latihan ini membantu meningkatkan metabolisme saat
istirahat sehingga mempermudahkan seseorang menurunkan atau
mempertahankan berat badan secara sehat. Contohnya, berjalan, mendaki,
jogging, naik tangga, lompat tali, latihan beban, menari dan memain tenis
(Carlson, 2004).
13
Walaupun terdapat berbagai tipe latihan yang dasar, diyakini pada saat ini
yang paling efektif hampir untuk semua wanita adalah melakukan latihan aerobik
intensitas sedang kira-kira 30 menit setiap hari (Carlson, 2004). American College
of Sports Medicine dan American Heart Association merekomendasikan latihan
aerobik intensitas sedang selama 5 hari (150 menit) atau latihan intensitas berat
selama 3 hari dalam satu minggu (Heyward, 2010). Hal ini lebih ideal lagi jika
dilengkapi dengan beberapa sesi latihan beban dan latihan peregangan (Carlson,
2004).
2.2.2. Tingkat Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari dapat dibagi dalam beberapa
tingkatan, yaitu aktivitas ringan (sendentary), sedang (aktif), dan berat (vigorous).
Kelompok sedentary atau gaya hidup dengan aktivitas ringan melakukan
pekerjaan yang tidak memerlukan tenaga fisik, tidak perlu berjalan jauh, dan
umumnya menggunakan kenderaan bermotor sebagai transportasi. Selain itu,
kelompok ini tidak berolahraga atau tidak berpartisipasi dalam olahraga secara
teratur, dan menghabiskan sebagian besar waktu terluang mereka dengan duduk
atau berdiri dengan pemindahan posisi tubuh yang minimal (misalnya, berbicara,
membaca, menonton televisi, mendengar radio, mengunakan komputer).
Contohnya, seseorang laki yang bekerja di kantor daerah kota yang jarang
melakukan kegiatan fisik selama atau di luar jam kerja (Food and Agriculture
Organization of the United Nations, 2004).
Kelompok aktif atau gaya hidup dengan aktivitas sedang melakukan
pekerjaan yang memerlukan kebutuhan energi yang sederhana, namun
mengkomsumsi energi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok gaya
hidup dengan aktivitas ringan. Selain itu, kelompok ini kemungkinan terdiri dari
individu yang mempunyai pekerjaan yang beraktivitas rendah tetapi sering
berpartipasi dalam olahraga atau aktivitas fisik yang sedang hingga berat secara
teratur. Contohnya, seseorang yang berpatisipasi dalam olahraga yang sedang
hingga berat seperti jogging/ berlari, bersepeda, tarian aerobik atau berbagai
14
kegiatan olahraga satu jam sehari (Food and Agriculture Organization of the
United Nations, 2004).
Kelompok vigorous atau gaya hidup dengan aktivitas berat berpartisipasi
dalam kerja yang berat secara teratur atau kegiatan rekreasi yang berat selama
beberapa jam. Contohnya, wanita yang mempunyai pekerjaan yang berat dan
berenang atau menari rata-rata dua jam setiap hari (Food and Agriculture
Organization of the United Nations, 2004).
2.2.3. Dismenore dan Olahraga
Meskipun prevalensi dismenore tinggi pada remaja dan dewasa muda,
tetapi kebanyakkan dari mereka tidak mengunjungi layanan kesehatan (Dang,
2010). Tiga puluh delapan dari seratus wanita yang mengalami dismenore sering
menggunakan terapi medikal untuk mengurangi nyeri haid mereka (Ostrzenski,
2002). Akan tetapi, berdasarkan hasil tinjauan sistematis beberapa tahun terakhir
ditemukan bahwa latihan fisik dapat menurunkan resiko dismenore (Dang, 2010).
Wanita yang berolahraga sekurang-kurangnya satu kali seminggu dapat
menurunkan intensitas rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada bagian bawah
abdominal dibandingkan dengan wanita yang berolahraga kurang dari satu kali
seminggu. Rata-ratanya, gejala dismenore berkurang atau dapat menghilang pada
perempuan yang melakukan olahraga secara teratur (Carlberg, 2001). Fenomena
ini kemungkinan diinduksi oleh endorfin atau prostaglandin yang dilepaskan di
sirkulasi selama olahraga (Irwin, 2007; Bryant, 1997).
Dalam hal ini, ditemukan bahwa kadar beta-endorfin lebih tinggi pada
wanita yang berolahraga dibandingkan dengan kontrol yang kurang beraktivitas
secara fisikal (sedentary) (Arena, 2001). Pelepasan endorfin akibat olahraga
berfungsi untuk menstimulasi asupan makanan dan melegakan rasa nyeri (Bijlani,
2004). Endorfin mempunyai fungsi yang mirip dengan opiat yang memberikan
efek analgesia. (Vad, 2010). Kadar endorfin yang tinggi menurunkan tingkat
peradangan dalam tubuh, rasa nyeri dan efek negatif akibat dari stres (Vad, 2010;
Bijlani, 2004). Di samping itu, endorfin juga berfungsi menurunkan sensitivitas
terhadap rasa nyeri (Vad, 2010).
15
Wanita yang berolahraga secara teratur dapat menurunkan kadar estrogen
dan progesteron serta irregular menstruasi atau amenore (Rahl, 2010). Selain itu,
sekresi endorfin yang tinggi selama latihan olahraga juga menghambat pelepasan
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus. Penurunan GnRH
mensupresi pulsasi luteinizing hormone (LH) dan folikel stimulating hormone
(FSH) dan seterusnya menurunnya kadar estrogen dan progesteron. Penurunan
kadar progesterone akan menurunkan insidensi terjadinya dismenore (Arena,
2001; McMurray, 2000).
Oleh karena itu, secara umum olahraga dipercaya dapat bermanfaat dalam
mengurangi gejala dismenore. Namun, tidak banyak studi yang dapat
membuktikan fakta ini. Studi prospektif menunjukkan bahwa walaupun hanya
dengan olahraga ringan, akan tetapi gejala pada wanita muda yang menderita
dismenore primer dapat berkurang. Begitu juga dengan dismenore sekunder.
Cramer et al. mendapati bahwa wanita yang mempunyai riwayat tidak berolahraga
dengan teratur, tidak berolahraga sejak usia muda dan olahraga kurang dari 2 jam
seminggu lebih rentang terhadap endometriosis (Carlberg, 2001).
16
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini akan dikaji tentang hubungan kebiasaan olahraga
dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.
Variabel independen adalah kebiasaan olahraga sedangkan variabel dependennya
pada penelitian ini adalah dismenore.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini terdiri dari siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun
2011/2012.
3.2.2. Dismenore
Dismenore adalah nyeri haid yang terjadi sebelum (24-48 jam) dan selama
siklus menstruasi. Dismenore digolongkan sebagai negatif (-) bila subjek tidak
mengalami nyeri haid (kram perut). Dismenore digolongkan sebagai positif (+)
bila subjek mengalami nyeri haid (kram perut) dan diklasifikasikan mengikut
tingkat keparahan dismenore yaitu dismenore ringan, sedang dan berat
berdasarkan gejala sistemik yang mengalami, gangguan aktivitas sehari-hari,
Kebiasaan Olahraga
Ada
Tidak ada
Dismenore
Ada
Tidak ada
Variabel Independen Variabel Dependen
17
kemampuan berkerja, dan keperluan analgesik sebelum (24-48 jam) dan selama
siklus menstruasi.
Tabel 3.1 Tingkat keparahan dismenore
Tingkat
Keparahan
Aktivitas
Sehari-Hari
Kemampuan
Kerja
Gejala
Sistemik
Analgesik
Ringan
(Derajat 1)
Jarang
menganggu
Jarang
terganggu
Tidak ada Jarang
diperlukan
Sedang
(Derajat 2)
Terganggu Terganggu Terdapat
beberapa
Sangat
membantu
Berat
(Derajat 3)
* Sangat
terganggu
Sangat
terganggu
#Sangat
jelas
Tidak
membantu
* Sehingga memerlukan istirahat.
# Gejala vegetatif positif (sakit kepala, lelah, muntah, dan diarea)
3.2.3. Olahraga
Olahraga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah olahraga aerobik
yang menggunakan pelbagai kumpulan otot (dipertahankan secara berterusan atau
secara berirama) sehingga terjadinya peningkatan denyut jantung dan frekuensi
pernafasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen oleh tubuh. Subjek digolongkan
ke dalam kelompok olahraga negatif (-) bila subjek berolahraga kurang dari 60
menit seminggu (boleh dibahgi menjadi enam sesi dengan satu sesi selama 10
menit). Subjek digolongkan ke dalam kelompok olahraga positif (+) bila subjek
berolahraga lebih dari 60 menit seminggu (boleh dibahgi menjadi enam sesi
dengan sesi satu sesi selama 10 menit).
3.3. Cara Ukur
Penelitian ini akan dilaksanakan untuk pengumpulan data dengan
penyebaran angket yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner
kepada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. Responden akan
diberikan daftar lampiran pertanyaan yang berkaitan dengan dismenore dan
kebiasaan olahraga. Daftar pertanyaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan responden digunakan sebagai pedoman pengelompokan responden
18
masing-masing sesuai dengan tingkat keparahan dismenore dan kebiasaan
olahraga yang berbeda.
3.4. Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan daftar lampiran pertanyaan yang berkaitan
dengan dismenore dan kebiasaan olahraga yang disediakan dalam bentuk
kuensioner sebagai alat ukur.
3.5. Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala
ordinal. Skala ordinal termasuk skala statistik yang diurutkan dari jenjang yang
paling rendah sampai ke jenjang yang paling tinggi, atau sebaliknya dari jenjang
yang paling tinggi sampai yang paling rendah (Wahana, 2009). Pada skala ordinal,
subkategori masih bersifat kualitatif seperti pada skala nominal. Ciri data dengan
skala ordinal adalah adanya perbedaan antar-subkategori (Budiarto, 2002).
Pengukuran ini tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang
tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (rangking).
(Wahyuni, 2009)
3.6. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapatnya hubungan kebiasaan
olahraga dengan dismenore.
19
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan metode
deskriptif-analitik di mana penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan
kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan
tahun 2011/2012. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah
studi potong lintang (cross sectional study). Tujuan studi ini adalah meneliti
subjek-subjek populasi untuk menegaskan hubungan antara penyakit dan variable
kepentingan saat mereka berada dalam kelompok pada waktu tertentu.
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang terpilih adalah SMA Santo Thomas 1 Medan.
Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena lokasi ini mempunyai populasi yang
ingin diteliti yaitu siswi yang terdiri daripada golongan remaja.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2011 setelah
mendapatkan Ethical Clearance dari komisi etik.
4.3. Populasi Dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
terdiri dari siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012 yang terdiri
daripada golongan remaja yang mempunyai prevalensi mengalami dismenore
primer cenderung lebih tinggi.
20
4.3.1.1. Kriteria Inklusi
1. Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.
2. Sedang atau sudah pernah mengalami menstruasi.
4.3.1.2 Kriteria Eksklusi
1. Belum mengalami menarke atau sedang hamil.
2. Penderita dismenore sekunder.
3. Tidak bersedia ikut serta dalam penelitian.
4. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian akan diambil secara acak dengan menggunakan simple
random sampling. Semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
Dalam menentukan minimal sampel yang akan diteliti ditentukan dengan
menggunakan rumus Lemeshow (1994) dalam Wahyuni (2009) sebagai berikut:
n = Z2 · P (1-P) · N
d2 · (N-1) + Z
2 · P (1-P)
Keterangan :
N = Besar populasi (869)
n = Besar sampel
d = Kesalahan absolute yang dapat ditolerasi (0,1)
Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,96)
P = Proporsi populasi (0,5)
n = 1,96
2 · 0,5 (1-0,5) · 869
0,12 · (869-1) + 1,96
2 · 0,5 (1-0,5)
= 834, 59
9,64
= 86,57 ≈ 87
21
Dengan besar populasi siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011
yang berjumlah 869 orang dan berdasarkan rumus diatas maka minimal sampel
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 87 orang.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer. Data
diperoleh langsung dari responden melalui angket yaitu pengumpulan data dengan
menyebarkan kuesioner kepada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun
2011/2012. Responden akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi
antara pertanyaan tertutup yang berkaitan dengan dismenore dan kebiasaan
olahraga.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian akan dianalisis
dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) di
mana hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore akan diuji dengan metode
uji Chi Square. Data yang diperoleh akan disusun dan disajikan dalam bentuk
tabel dan diagram batang (diagram balok).
22
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik yang mengkaji
hubungan antara kebiasaan olahraga dan dismenore dengan menggunakan siswi
SMA Santo Thomas 1 tahun 2011/2012 sebagai subjek penelitian. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Subjek penelitian ini diambil secara acak
dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang diambil
diseleksi menurut kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Semua data
yang diperoleh adalah data primer yang langsung diperoleh dari responden.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMA Santo Thomas 1 Medan didirikan oleh Vikariat Apolostik Medan
pada tahun 1955. SMA ini berada di pusat kota tepatnya bertempat di Jalan
Jendral S.Parman No. 109 Medan. SMA Santo Thomas 1 merupakan salah satu
SMA di Medan yang statusnya terakreditasi A (sangat baik).
Sekolah ini memiliki bangunan yang berbentuk persegi dan mempunyai
satu lapangan. Sebelah barat sekolah ini adalah kompleks perumahan, sebelah
timur adalah SMA Santo Thomas 2 Medan dan SMP Santo Thomas 4 Medan.
Bangunan sekolah ini terdiri dari 33 ruang kelas, 4 ruang laboratorium,
perpustakaan, aula serba guna, studio musik, lapangan olah raga, kantin, ruang
tata usaha, ruang guru, dan ruang kepala sekolah. Kegiatan belajar berlangsung
dari pukul 7.20 WIB hingga pukul 13.20 WIB. Setelah kegiatan belajar selesai
terdapat kegiatan ekstrakulikuler dan les tambahan bagi para siswa.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, sebanyak 89 responden dipilih dari beberapa kelas
SMA Santo Thomas 1 tahun 2011/ 2012.
23
Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini diamati
berdasarkan usia responden. Data lengkap tentang distribusi frekuensi usia
responden dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
usia
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
15 1 1,1
16 21 23,6
17 63 70,8
18 3 3,4
19 1 1,1
Jumlah 89 100,0
Dari tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang terbanyak
adalah kelompok usia 17 tahun yang berjumlah 63 orang (70,8%) sedangkan
kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok usia 15 tahun dan 19 tahun
yang masing-masing berjumlah 1 orang (1,1%). Untuk kelompok umur 16 tahun
berjumlah 21 orang (23,6%) dan kelompok umur 18 tahun berjumlah 3 orang
(3,4%).
5.1.3. Hasil Analisa Data
Dari 89 responden, didapatkan bahwa 48 orang diantranya (53,9%)
mengalami dismenore atau nyeri kram pada bahagian bawah abdomen sedangkan
41 orang lainnya (46.1%) tidak mengalami dismenore. Data lengkap distribusi
frekuensi berdasarkan frekuensi dismenore pada responden dapat dilihat pada
tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dismenore
Dismenore Frekuensi (n) Persentase (%)
Ada 48 53,9
Tidak 41 46,1
Jumlah 89 100,0
24
Data lengkap tentang distribusi frekuensi kebiasaan olahraga pada
responden dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga
Kebiasaan Olahraga Frekuensi (n) Persentase (%)
Ada 29 32,6
Tidak 60 67,4
Jumlah 89 100,0
Dari tabel 5.3 di atas didapatkan bahwa hanya 29 orang (32,6%) dari
seluruh responden mempunyai kebiasaan olahraga sedangkan 60 orang (67.4%)
responden yang lain tidak mempunyai kebiasaan olahraga.
Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore berdasarkan frekuensi
kebiasaan olahraga pada responden dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi kebiasaan olahraga berdasarkan
frekuensi dismenore
Dismenore
Kebiasaan Olahraga Jumlah
Ada Tidak
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Ada 10 34,5 38 63,3 48 53,9
Tidak 19 65,5 22 36,7 41 46,1
Jumlah 29 100,0 60 100,0 89 100,0
X2= 6,54 f = 1 p = 0,010
Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 29 responden yang memiliki
kebiasaan berolahraga, 10 orang (34,5%) diantaranya mengalami dismenore dan
19 orang (65,5%) lainnya tidak mengalami dismenore. Sedangkan dari 60
responden yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga, 38 orang (63,3%)
diantaranya mengalami dismenore dan 22 orang (36,7%) tidak mengalami
dismenore. Dari hasil analisa data di atas dengan menggunakan metode uji Chi
Square, kejadian dismenore terjadi secara signifikan pada responden yang tidak
berolahraga (p = 0,010).
25
Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan
beolahraga berdasarkan frekuensi gejala dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga
berdasarkan frekuensi gejala
Gejala Dismenore Jumlah
Berolahraga Tidak Berolahraga
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
NP 3 30,0 12 31,6 15 31,3
Mual 0 0 7 18,4 7 14,6
SK 1 10,0 10 26,3 11 22,9
Lelah 8 80,0 22 57,9 30 62,5
Diare 1 10,0 3 7,9 4 8,3
PSH 7 70,0 34 89,5 41 85,4
NP: Nyeri Punggung; SK: Sakit Kepala; PSH: Perubahan Suasana Hati
Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 48 responden yang
mengalami dismenore, 15 orang diantaranya (31,3%) mengalami nyeri punggung,
tujuh orang (14,6%) merasa mual, 11 orang (22,9%) mengalami sakit kepala, 30
orang (62,5%) merasa lelah, empat orang (8,3%) mengalami diare dan 41 orang
(85,4%) mengalami perubahan suasana hati.
Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan
beolahraga berdasarkan distribusi frekuensi gejala sistemik dapat dilihat pada
tabel 5.6.
26
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga
berdasarkan distribusi frekuensi gejala sistemik
Gejala
Sistemik
Dismenore Jumlah
Berolahraga Tidak Berolahraga
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Tidak
Ada
0 0 2 5,3 2 4,2
Terdapat
Beberapa
10 100 34 89,5 44 91,7
Sangat
Jelas
0 0 2 5,3 2 4,2
Jumlah 10 100 38 100 48 100
Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 10 orang (100%) yang
mempunyai kebiasaan berolahraga mengalami dismenore yang disertai dengan
beberapa gejala sistemik, sedangkan responden yang tidak mempunyai kebiasaan
berolahraga dan mengalami dismenore dua orang (5,3%) diantaranya tidak ada
gejala yang lain, 34 orang (89,4%) disertai dengan beberapa gejala sistemik dan
dua orang (5,3%) yang lain mengalami gejala sistemik yang sangat jelas dengan
gejala vegetatif yaitu muntah, sakit kepala, lelah dan diare.
Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan
beolahraga berdasarkan frekuensi gangguan aktivitas sehari-hari dapat dilihat
pada tabel 5.7.
27
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga
berdasarkan frekuensi gangguan aktivitas sehari-hari
Gangguan
Aktivitas
Sehari-
hari
Dismenore Jumlah
Berolahraga Tidak Berolahraga
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Jarang
Terganggu
5 50,0 20 52,6 25 52,1
Terganggu 5 50,0 14 36,9 19 39,6
Sangat
Terganggu
0 0,0 4 10,5 4 8,3
Jumlah 10 100 38 100 48 100
Dari tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai
kebiasaan berolahraga tetapi mengalami dismenore yang jarang terganggu
aktivitas sehari-harinya ada sebanyak lima orang (50%) dan lima orang (50%)
yang lain merasa terganggu aktivitas sehari-harinya waktu mengalami menstruasi.
Sedangkan pada responden yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga dan
mengalami dismenore terdapat 20 orang (52,6%) yang jarang terganggu aktivitas
sehari-hari, 14 orang (36,9%) merasa terganggu aktivitas sehari-hari dan empat
orang (10,5%) merasa sangat terganggu aktivitas sehari-hari sehingga
memerlukan istirahat waktu menstruasi.
Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan
beolahraga berdasarkan frekuensi gangguan kemampuan dapat dilihat pada tabel
5.8.
28
Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga
berdasarkan frekuensi gangguan kemampuan kerja
Gangguan
Kemampuan
Kerja
Dismenore Jumlah
Berolahraga Tidak Berolahraga
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Jarang
Terganggu
4 40,0 24 63,2 28 58,3
Terganggu
6 60,0 13 34,2 19 39,6
Sangat
Terganggu
0 0 1 2,6 1 2,1
Jumlah 10 100 38 100 48 100
Dari tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa dari 10 responden yang
mengalami dismenore dan memiliki kebiasaan olahraga, empat orang (40%)
diantaranya jarang terganggu kemampuan kerjanya dan enam orang (60%) merasa
terganggu kemampuan kerjanya sewaktu menstruasi. Sedangkan dari 38 orang
responden yang mengalami dismenore dan tidak memiliki kebiasaan olahraga, 24
orang (63,2%) diantaranya jarang terganggu kemampuan kerjanya, 13 orang
(34,2%) merasa terganggu kemampuan kerjanya sewaktu menstruasi dan satu
orang (2,6%) merasa sangat terganggu saat bekerja.
Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan
beolahraga berdasarkan frekuensi keperluan obat tahan sakit (analgesik) dapat
dilihat pada tabel 5.9.
29
Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga
berdasarkan frekuensi keperluan obat tahan sakit (analgesik)
Keperluan
Obat
Tahan
Sakit
Dismenore Jumlah
Berolahraga Tidak Berolahraga
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Jarang
Diperlukan
9 90,0 29 76,3 38 79,1
Sangat
Membantu
1 10,0 8 21,1 9 18,8
Tidak
Membantu
0 0,0 1 2,6 1 2,1
Jumlah 10 100 38 100 48 100
Dari tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 responden yang
mengalami dismenore dan memiliki kebiasaan olahraga, sembilan orang (90%)
diantaranya tidak memerlukan analgesik untuk dismenorenya dan satu orang
(10%) merasa analgesik sangat membantu saat dismenore. Sedangkan dari 38
responden yang mengalami dismenore dan tidak memiliki kebiasaan olahraga, 29
(76,3%) orang tidak memerlukan analgesik untuk dismenore, delapan orang
(21,1%) merasa analgesik sangat membantu sewaktu dismenore dan satu orang
(2,6%) merasa analgesik tidak dapat membantu sewaktu dismenore.
Data lengkap tentang distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan
beolahraga berdasarkan berdasarkan tingkat keparahan dismenore dapat dilihat
pada tabel 5.10.
30
Tabel 5.10. Distribusi frekuensi dismenore dan kebiasaan beolahraga
berdasarkan berdasarkan tingkat keparahan dismenore
Tingkat
Keparahan
Dismenore
Dismenore Jumlah
Berolahraga Tidak Berolahraga
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
Ringan 4 40,0 18 47,4 22 45,8
Sedang 6 60,0 18 47,4 24 50,0
Berat 0 0,0 2 5,3 2 4,2
Jumlah 10 100 38 100 48 100
Dari tabel 5.10 di atas didapatkan bahwa jumlah responden yang
mempunyai kebiasaan olahraga tetapi mengalami dismenore sebanyak 10 orang.
Empat orang (40%) responden mengalami dismenore ringan dan enam responden
(60%) yang lain mengalami dismenore sedang, sedangkan jumlah responden yang
tidak mempunyai kebiasaan olahraga dan mengalami dismenore ada sebanyak 38
orang. Kelompok dengan tingkat keparahan dismenore ringan dan sedang masing-
masing berjumlah 18 orang (47,4%), sedangkan dua orang (5,2%) yang lain
mengalami dismenore berat.
5.2. Pembahasan
Dismenore primer adalah nyeri spasmodik pada panggul yang terjadi
secara siklik dan kronis selama menstruasi tanpa penyebab patologik yang
mendasarinya, biasanya dikenal sebagai kram menstruasi atau nyeri mense.
Dismenore merupakan gangguan ginekologi yang paling sering pada dialami
wanita selama menstruasi (Mir Heidari, 2011). Hal ini dapat dilihat dari penelitian
ini di mana sebanyak 48 orang (53.9%) dari 89 responden mengalami dismenore
atau nyeri kram pada bagian bawah abdomen. Penelitian yang dilakukan oleh
Liliwati (2007) menunjukkan bahwa prevalensi dismenore di kalangan remaja
perempuan di sekolah menengah sebesar 62,3%. Penelitian oleh Agarwal (2010)
mendapatkan mayoritas remaja perempuan yaitu sebanyak 71,96% mengalami
31
dismenore. Perbedaan hasil ini mungkin karena terdapat perbedaan persepsi dalam
kebudayaan, pelaporan gejala dan secara keseluruhannya status kesehatan yang
lebih baik.
Dalam penelitian ini, beberapa gejala yang dianalisis adalah sakit
punggung, mual, sakit kepala, lelah, diare dan perubahan suasana hati. Gejala
yang paling banyak dirasakan bersamaan dengan dismenore pada responden baik
yang mempunyai kebiasaaan berolahraga maupun tidak adalah perubahan suasana
hati sebanyak 41 orang (85,4%) dan rasa lelah sebanyak 30 orang (62,5%). Hal ini
mirip dengan penelitian Al-Kindi (2011) yang melaporkan 68% responden
mengalami perubahan suasana hati dan 51,1% responden merasa lelah. Dari
penelitian Agarwal (2010), didapatkan tiga gejala yang paling umum dirasakan
pada hari sebelum dan hari pertama mulanya siklus menstruasi yaitu lesu dan
kelelahan, depresi dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada pekerjaan.
Kelelahan dan perubahan suasana hati adalah masalah persisten pada anak
perempuan yang mengalami dismenore. Hal ini penting untuk menghindari
ketidakhadiran gadis-gadis remaja dari sekolah dengan memberikan konseling dan
manajemen yang tepat. Di samping itu, hal ini juga penting sebagai indikasi untuk
mendalami status psikososial yang mendasari responden yang mengeluh
dismenore.
Selain dismenore, penelitian ini juga menganalisis prevalensi kebiasaan
olahraga pada anak remaja perempuan. Total waktu olaharaga minimal yang
dibutuhkan untuk menjaga kebugaran fisik adalah 60 sampai 90 menit dalam
seminggu (Lemura, 2004). Dari penelitian Warburton (2006) didapatkan bahwa
wanita yang tidak aktif secara fisik (olahraga kurang dari satu jam seminggu)
mengalami peningkatan mortalitas secara umum sebanyak 52%, peningkatan dua
kali lipat mortalitas akibat sistem kardiovaskuler dan peningkatan mortalitas
sebanyak 29% akibat kanker jika dibanding dengan wanita yang aktif. Saat ini,
jenis kelamin masih sangat menentukan partisipasi remaja dalam olahraga
(Hasbrook, 2001).
Dari hasil penelitian didapati hanya 29 orang (32,6%) yang responden
mempunyai kebiasaan olahraga minimum 1 jam setiap minggu. Didapatkan
32
bahwa kebanyakan siswi tidak mempunyai kebiasaan olahraga sekurang-
kurangnya 60 menit seminggu. Angka ini menunjukkan bahwa masih kurangnya
kebiasaan olahraga di kalangan remaja perempuan walaupun pikiran bahwa
olahraga bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit sudah bertahun-
tahun lamanya. Dalam penelitian Yamamoto (2009) melaporkan bahwa hanya
27,8% yang mempunyai kebiasaan berolahraga satu hari atau lebih dalam satu
minggu dengan 30 menit sehari. Sedangkan pada penelitian Singh (2008),
didapatkan bahwa terdapat 46,7% responden mempunyai kebiasaan olahraga 30
menit atau lebih dan 53,3% yang lain tidak ada kebiasaan olahraga. Perbedaan
hasil ini mungkin karena terdapat perbedaan definisi operasional penelitian.
Berdasarkan hasil analisa terhadap tingkat keparahan dismenore pada
responden didapatkan bahwa 22 orang (45,8%) responden mengalami dismenore
ringan dan 24 orang (50,0%) responden yang lain mengalami dismenore sedang
dan dua orang (4,2%) responden yang lain mengalami dismenore berat pada
seluruh responden yang mengalami dismenore. Dalam penelitian Tariq (2009)
melaporkan bahwa 38% responden mengalami dismenore ringan, 42% responden
mengalami dismenore sedang dan 20% yang lain mengalami dismenore berat.
Singh (2008) melaporkan 63,29%, 30,37% dan 6,23% peserta masing-masing
menderita dismenore dari tingkat keparahan ringan, sedang dan berat. Hal ini
dianggap bahwa lebih banyak responden mengalami dismenore ringan dan sedang
daripada dismenore berat.
Perilaku intervensi seperti olahraga tidak hanya mengurangi dismenore,
tetapi juga menghilangkan atau mengurangi kebutuhan terhadap obat dalam
pengendalian nyeri kram dan gelaja-gejala lain yang dialami sewaktu menstruasi.
Gadis yang menjalani latihan olahraga menunjukkan kurangnya gejala manifestasi
ketegangan saraf pusat, khususnya sakit kepala. Dismenore lebih jarang dialami
atlet dibandingkan dengan kelompok kontrol (Mir Heidari et. al., 2011). Dalam
penelitian ini, didapatkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan olahraga
dan mengalami dismenore ada sebanyak 10 orang (34,5%) sedangkan responden
yang mempunyai kebiasaan olahraga dan tidak mengalami dismenore ada
sebanyak 19 orang (65,5%). Sedangkan, responden yang tidak mempunyai
33
kebiasaan olahraga dan mengalami dismenore sebanyak 38 orang (63,3%)
sedangkan responden yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga dan tidak
mengalami dismenore ada sebanyak 22 orang (36,7%).
Dari hasil analisa data di atas dengan menggunakan metode uji Chi
Square, kejadian dismenore terjadi secara signifikan pada responden yang tidak
berolahraga (p=0,01). Penelitian Jahromi (2008) menekan bahwa melakukan
olahraga yang menitikberatkan latihan sistem kardiovaskular dan otot sebanyak
dua kali seminggu yang berlangsung selama 12 minggu dapat menurunkan
dismenore secara signifikan (p < 0,01). Hal ini juga sejalan dengan penelitian
oleh Abbaspour (2006) dimana keparahan dan durasi dismenore juga berkurang
dengan adanya kebiasaan berolahraga (p < 0,01). Akan tetapi, analisa Blakey
(2009) dan Singh (2008) menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan
antara partisipasi dalam olahraga dan dismenore primer.
34
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Prevalensi dismenore siswi SMA Santo Thomas 1 Medan 2011/2012
adalah 48 orang (53,9%) dari 89 orang.
2. Tingkat keparahan dismenore yang dominan pada siswi SMA Santo
Thomas 1 Medan 2011/2012 adalah dismenore sedang (50,0%) diikuti
dismenore ringan (45,8%).
3. Prevalensi kebiasaan berolahraga siswi SMA Santo Thomas 1 Medan
2011/2012 adalah 29 orang (32,6%) dari 89 responden.
4. Kejadian dismenore lebih rendah pada responden yang mempunyai
kebiasaan berolahraga, yaitu sebanyak 10 orang (34,5%). Sedangkan
kejadian dismenore pada responden yang tidak berolahraga ada
sebanyak 38 orang (63,3%).
5. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan
kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas
1 Medan tahun 2011/2012.
6.2. Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis maka
peneliti disarankan untuk memasukkan variabel lain seperti usia
menarke, keaturan siklus menstruasi, durasi menstruasi, jumlah
perdarahan mense, status sosio-ekonomi, pola makan dan diet,
kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, status psikologi
35
dan status sosioekonomi serta variabel lain yang mungkin memberi
efek pada kejadian dismenore.
2. Selain itu, peneliti juga disarankan untuk memaksimalkan sampel
penelitian supaya sampel lebih mewakili populasi yang diteliti.
3. Jenis penelitian ini merupakan studi retrospektif yang berarti “melihat
kembali, kilas balik” kejadian dismenore dan kebiasaan berolahraga
pada responden. Pada penelitian yang berikutnya disarankan supaya
melakukan studi prospektif untuk meningkatkan akurasi hasil
penelitian.
4. Bagi pihak SMA Santo Thomas 1 Medan disarankan supaya
meningkatkan kegiatan olahraga khususnya untuk siswi sebagai
penanganan dan pencegahan dismenore.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abbaspour, Z., Rostami, M. Najjar, Sh., 2006. The effect of exercise on primary
dysmenorrheal. J Res Health Sci, Vol 6, No 1. 27-28
Agarwal, A.K., Agarwal, A., 2010. A study of dysmenorrheal during menstruation
in adolescent girls. Indian J Community Med; 35. 159-164.
Al-Kindi, R., Al-Bulushi, A., 2011. Prevalence and Impact of Dysmenorrhoea
among Omani High School Students. SQU Med J, Vol. 11, Iss.4. 487-490
Arena, B., Maffulli, N., 2001. Section 2 Women Athlets; 13. Endocrinological
Changes in Exercising Women. In: Matffulli, N., Chan, K.M., Macdonald,
R., Malina, R.M., Parker, A.W., ed. Sports Medicine for Specific Ages and
Abilities. UK. Churchill Livingstone. 135.
Bijlani, RL, 2004. Section 11 Nerve, Muscle and Work Physiology; Chapter 11.8
Physiology of Exercise. In: Bijlani ed. Understanding Medical Physiology A
Textbook for Medical Students 3rd
Edition. India. Jaypee Brother Publishers.
643.
Blakey, H., Chisholm, C., Dear, F., Harris, B., Hartwell, R., Daley, A.J., Jolly, K.,
2009. Is exercise associated with primary dysmenorrhoea in young women.
BJOG. 117.
Bryant, G., Mak, C., Foo, K., 1997. Part II 17. The Female Athlete. In: Sherry, E.,
Bokor, D., ed. Sport Medicine: Problems and Practical Management.
London. Greenwich Medical Media. 250.
Budiarto, E., 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6.
Burnett, M.A., Antao V., Black, A., Feldman, K., Grenville, A., Lea, R., et al.,
2005. Prevalence of primary dysmenorrhoea in Canada. Canada. Journal of
Obstestics and Gynecology Canada Vol. 27. 768.
37
Carlberg, K.A., 2001. Chapter 10 Reproductive Cycles: Effects of Exercise
Training on Dysmenorrhea. In: Sweden, N., ed. Women’s Sports Medicine
and Rehabilitation. USA. An Aspen Publication. 152-153.
Carlson, K.J., Eisenstat, S.a., Ziporyn, T.D., 2004. The New Harvard Guide to
Women’s Health. USA. Harvard University Press. 229-230.
Dang, D.K., Wang, F., Calis, K.A., 2010. Chapter 12: Dysmenorrhea. In: Borgelt,
L.M., O’connell, M.B., Smith, J.A., Calis, K.A., ed. Women’s Health Across
the Lifespan: A Pharmacotherapeutic Approach. USA. American Society of
Health-System Pharmacists. 181-182.
Dawood, M.Y., 2006. Primary Dysmenorrhea. Advances in Pathogenesis and
Management. American College of Obstetricians and Gynecologists. Vol.
108, No 2. 428.
Food and Agriculture Organization of the United Nations, World Health
Organization, United Nations University, 2004. Human Energy
Requirements: FAO Food and Nutrition Technical Report Series 1: 5. Energy
Requirements of Adults: Report of a Joint FAO/ WHO/ UNU Expert
Consultation. Rome. Food and Agriculture Organization of the United
Nations. 39.
French, L., 2005. Dysmenorrhea. American Academy of Family Physicians. Vol
71, Number 2. 285.
Fritz, M.A., Speroff, L., 2011. Chapter 14 Menstrual Disorder; Dysmenorrhea. In:
Fritz, M.A., Speroff, L., ed. Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility. USA. Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business.
579.
Harlow, S.D., Campbell, O.M., 2004. Epidermiology of Menstrual Disorders in
Developing Countries: A Systemic Review. BJOG. Vol 111. 8.
38
Hasbrook CA. Gender: its relevance to sports medicine. In: Garrett Jr WE,
Kirkendall DT, Squire DL, editors. Principles and practice of primary care
sports medicine. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p. 215–
20.
Havens, C.S., Nancy D., 2002. Sullivan, Manual of Outpatient Gynaecology 4th
Edition: 14. Dysmenorrhea. USA. Lippincott Williams & Wilkins Publishers.
21.
Heyward, V.H., 2010. Chapter 3 Principles of Assessment, Prescription, and
Exercise Program Adherence; Basic Principles for Exercise Program Design.
In: Heyward, ed. Advanced Fitness Assessment and Exercise Prescription 6th
edition; USA. Human Kinetics. 49.
Irwin, A.A., Baumgardner, K.D., Gambina, V.M., Hood, K., 2007. Chapter 19
The Female Athlete. In: Hyde, T.E., Gengenbach, M.S., ed. Conservative
Management of Sports Injuries 2nd
Edition: USA. Jones and Bartlett
Publisher. 845.
Jahromi, M.K., Gaeini, A., Rahimi, Z., 2008. Influence of a physical fitness
course on menstrual cycle characteristics. Gynecol Endocrinol. 24(11). 659-
62.
LeMura, L.M., von Duvillard, S.P., 2004. Clinical Exercise Physiology
Application and Physiological Principles. USA. Lippincott Williams &
Wilkins. 173.
Liliwati, I.,Verna, L.K.M., Khairani, O., 2007. Dysmenorrhoea and its Effects on
School Activities Among Adolescent Girls in a Rural School in Selangor,
Malaysia. Med & Health. 2(1). 42-47
Lutan, R., 2007. 19. Pedagogik Olahraga. In: Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
FIP-UPI ed. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3 Pendidikan Displin Ilmu;
Terbitan pertama, Cetakan kedua. Jakarta. PT Imperial Bhakti Utama. 445.
39
Manuaba, I.B.G., 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB; Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
518-524.
McMurray, R.G., Hackney, A.C., 2000. 10 Endocrine Responses to Exercise and
Training. In: Garrett Jr., W.E., Kirkendall, D.T., ed. Exercise and Sport
Science. USA. Lippincott Williams & Wilkins. 153.
Mir Heidari, L., Jourkesh, M., Ostojic, S.M., 2011. Compared incidence
dysmenorrheal between A and B behavior types of University Female student
athletes and non-athletes. Annals of Biological Research, 2 (2). Scholars
Research Library. 452-453
Morgan, G., Hamilton, C., 2009. Obstetri & Ginekologi Panduan Praktik; Edisi 2;
Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. ECG. 180-186.
Ostrzenski, A., 2002. Gynecology; Integrating Conventional, Complementary,
and Natural Alternative Therapy; 5 Dysmernorrhea. USA. Lippincott
Williams & Wilkins. 42-43.
Patel, V., Tanksale, V., Sahasrabhojanee, M., Gupte, S., Nevrekar, P., 2006. The
Burden and Determinants of Dysmenorrhoea: A Population-Based Survey of
2262 Women in Goa, India. BJOG. Vol 111. BlackWell. 456.
Patruno, J.E., 2006. Menstrual Disorder: 5. Dysmenorrhea. USA. American
College of Physicians. 97-98.
Perheentupa, A., Erkkola, R., 2005. 3. Painful Menstruation: Primary
Dysmenorrhea. In: Rees, M., Hope, S., Ravnikar, V., ed. The Abnormal
Menstrual Cycle: UK. Taylor & Francis Group. 27-28.
Proctor, M.L., Farquhar, C.M., 2007. Clinical Evidence: Dysmenorrhoea. BMJ
Publishing Group Ltd. 2.
40
Rahl, R.L., 2010. Physical Activity and Health Guidelines: Recommendations for
Various Ages, Firness Levels, and Conditons from Authoritative Sources;
How Exercise Reduces the Risk of Cancer. USA. Human Kinetics. 146.
Rapkin, A.J., Howe, C.N., 2007. Chapter 15 Pelvic Pain and Dysmenorrhea. In:
Berek, J.S., ed. Berek and Novak's gynecology 14th
Edition. USA. Lippincott
Williams & Wilkins. 516.
Rothblatt, A.B., 2004. Section XVI Gynecologic Disorders Chapter 45
Dysmenorrhea, Endometriosis, & Pelvic Pain. In: Lemcke, D., Pattison, J.,
Marshall, L.A., Cowley, D.S., ed. Current Care of Women Diagnosis &
Treatment. USA. The McGraw Hill Lange. 469-470.
Sachdeva, J., Mahajan, A.S., 2005. 6 Dysmenorrhea and Premenstrual Syndrome:
Hormonal Management In: Zutshi, V., Rathore, A.M., Sharma, K., ed.
Hormones in Obstetrics and Gynaecology 2nd
edition. India. Jaypee Brothers
Medical Publishers. 53.
Singh, A., Kiran, D., Singh, H., Nel, B., Singh, P., Tiwari, P., 2008. Prevalence
and severity of dysmenorrheal: a problem related to menstruation, among
first and second year female medical students. Indian J Physiol Pharmacol.
52 (4). 394.
Stenchever, M.A., Droegemueller, W., Herbst, A.L., Mishell Jr ., D.R., 2001. Part
5 Reproductive Endocrinology and Infertility: Chapter 36 Primary and
Secondary Dysmenorrhea and Premenstrual Syndrome Etiology, Diagnosis,
Management. In: Stenchever, M.A., ed. Comprehensive Gynecology 4th
Edition: USA. Elsevier Science. 1065-1066.
Tangchai, K., Titapant, V., Boriboonhirunsarn, D., 2004. Dysmenorrhea in Thai
Adolescents: Prevalence, Impact and Knowledge of Treatment: J Med Assoc
Thai Vol. 87 Suppl. 3. The Royal Thai College of Obstericians and
Gynaecologists. S70.
41
Tariq, N., Hashim, M.J., Jaffery, T., Ijaz, S., Sami, S.A., Badar, S., Ara, Z., 2009.
Impact and healthcare-seeking behavior of premenstrual symptoms and
dysmenorrhoea. British Journal of Medical Pratitioners. Volume 2, Number
4. 41.
Unsal, A., Ayranci, U., Tozun, M., Arslan, G., & Calik, E., 2010. Prevalence of
Dysmenorrhea and Its Effect on Quality of Life among A Group of Female
University Students. Upsala Jornal of Medical Sciences. Vol 115. Informa
Healthcare. 140.
Vad, V., 2010. Part II: Self-Care; Chapter Five: Exercise. In: Vad, V., ed. Stop
Pain: Inflammation Relief for an Active Life. USA. Hay House. 80.
Vuong. L.K., 2006. Section V Ob/Gyn Disorder; 17 Gynecologic Disorder;
Dysmenorrhea. In: Helms, R.A., Quan, D.J., Herfindal, E.T., Gourley, D.R.,
Zeind, C.S., Hudson, J.Q., et. al. ed. Textbook of Therapeutics; Drug and
Disease Management; 8th
edition. USA. Lippincott Williams & Wilkins. 374.
Wahana Komputer, 2009. Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk
Pengolahan Data Statistik. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. 11.
Wahyuni, A.S., 2009. Statistika Kedokteran (Diserati Statistika Dengan SPSS).
Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.
Wang, S.M., 2011. Section V Non-pharmacologic Management of Pain; 16
Acupuncture In: Vadivelu, N., Urman, R.D., Hines, R.L., ed. Essentials of
Pain Management. New York. Springer Science+Business Media, LLC. 353-
354.
Warburton, D.E.R., Nicol, C.W., Bredin, S.S.D., 2006. Review Health Benefits of
Physical Activity: The Evidence. CMAJ. 174 (6). 801.
42
Warner, P., Gritchley, H.OD, Lumsden, M.A., Campbell-brown, M., Douglas, A.,
Murray, G., 2001. Referral For Menstrual Problems: Cross Sectional Survey
of Symptoms, Reasons for Referral, and Management; Vol 323. UK. British
Medical Journal. 24.
Yamamoto, K., Okazaki, A., Sakamoto, Y., Funatsu, M., 2009. The Relationship
between memenstrual Symptoms, Menstrual Pain, Irregular Menstrual
Cycles, and Psychosocial Stress among Japanese College Students. Journal of
Physiological Anthropology. 28. 131.
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Toh Chia Thing
Tempat/ Tanggal
Lahir
: Penang/ 19 November 1988
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Labu II, No. 3M, Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Union Primary School
2. Union Secondary School
3. Chung Ling High School
Riwayat Organisasi : 1. Persatuan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU)
2. Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se-
Indonesia-Cawangan Medan (PKPMI-CM)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya yang bernama Toh Chia Thing, NIM 080100273 mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada
Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012”. Penelitian ini dilakukan
sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada
semester ketujuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan kebiasaan olahraga
dengan dismenore pada siswi. Data diperoleh langsung dari siswi melalui
kuesioner titipan formulir survei. Kuesioner ditinggalkan pada siswi dan peneliti
akan kembali mengambilnya pada tanggal dan waktu yang ditetapkan.
Siswi akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi antara
pertanyaan tertutup yang ditanyakan tentang pola haid, gejala yang mengalami
sebelum (24-48 jam) dan saat menstruasi dan tingkat gangguan yang mengalami
saat menstruasi serta kebiasaan olahraga sehari-hari. Atas perhatian dan kesediaan
Saudari berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.
Medan, 9 Juli 2011
Peneliti,
.……….……………………………….
(Toh Chia Thing)
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Judul Penelitian: Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada
Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012
Saya telah diminta untuk berpartisipasi dalam studi tentang Hubungan
Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan
tahun 2011/2012. Dalam tahap ini, saya paham bahwa saya akan mengisi
kuesioner ini dengan jujur. Hasil kuesioner ini akan dianalisa dengan tujuan untuk
mendapatkan hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA
Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. Hasilnya akan diintegrasikan untuk
mencari alternatif terapi yang mudah dilaksanakan tanpa memerlukan obat-obatan
untuk mengatasi masalah dismenore di kalangan mahasiswi dengan meningkatkan
kebiasaan berolahraga.
Saya menyadari bahwa partisipasi dalam penelitian ini tidak
membahayakan saya secara fisik maupun psikologis. Saya menyadari bahwa
partisipasi ini bersifat sukarela dan bisa mundur setiap saat serta tidak berdampak
pada penilaian dalam ujian saya. Saya paham bahwa semua data akan dirahsiakan.
Publikasi yang berhubungan dengan penelitian ini tidak akan disertai nama
sehingga kerahsiaan tetap akan terjamin.
Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini. Saya telah
membaca dan memahami formulir persetujuan. Semua pertanyaan saya telah
dijawab dan saya setuju untuk berpartisipasi. Jika saya membutuhkan informasi
lebih lanjut, saya dapat menghubungi peneliti.
Keputusan saya,
Nama : Kelas : Tanggal lahir : …………………………………………………………..
Tanggal dan tanda tangan partisipan
LAMPIRAN 4
KUESIONER UNTUK HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN DISMENORE
PADA SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2011/2012
Petunjuk: Bulatkan jawaban yang anda anggap paling benar sesuai dengan pengatuhan anda. Tuliskan jawaban anda pada garis yang disediakan sesuai dengan pertanyaan.
Soal dari 1 – 3 menanyakan tentang POLA HAID ANDA. 1. Apakah siklus haid anda teratur? Ya Tidak 2. Seberapa sering anda mengganti pembalut sehari
saat menstruasi? ≤ 4 > 4
3. Seberapa lamanya perdarahan menstruasi anda? ≤ 7 hari > 7 hari Soal dari 4 – 17 menanyakan tentang GEJALA YANG ANDA MENGALAMI SEBELUM (24-48 JAM) dan SAAT MENSTRUASI.
4. Apakah anda mengalami sensasi kram disertai dengan rasa nyeri pada bagian bawah perut?
Tidak Ya
5. Apakah anda mengalami sakit punggung? Tidak Ya 6. Apakah anda rasa pening/ pusing? Tidak Ya 7. Apakah anda rasa mual/ muntah? Tidak Ya 8. Apakah anda rasa sakit kepala? Tidak Ya 9. Apakah anda rasa gelisah/ gementar? Tidak Ya 10. Apakah anda rasa lelah? Tidak Ya 11. Apakah anda rasa jantung berdebar-debar? Tidak Ya 12. Apakah anda berkeringat banyak? Tidak Ya 13. Apakah anda mengalami perut kembung? Tidak Ya 14. Apakah anda mengalami diare? Tidak Ya 15. Apakah anda mengalami perubahan suasana
hati? Tidak Ya
16. Apakah anda rasa nyeri pada payudara? Tidak Ya 17. Apakah anda mempuyai gejala-gejala yang lain
selain yang disebutkan di atas? Tidak
Ya. Sebutkan: ………………. ……………….
Soal 18 – 20 menanyakan tentang TINGKAT GANGGUAN YANG ANDA MENGALAMI SAAT MENSTRUASI. 18. Apakah aktivitas sehari-hari anda terganggu?
* memerlukan istirahat Tidak
terganggu Jarang
terganggu Terganggu *Sangat
terganggu 19. Apakah kemampuan kerja anda terganggu? Tidak
terganggu Jarang
terganggu Terganggu Sangat
terganggu 20. Apakah anda memerlukan obat tahan sakit
(analgesik) saat nyeri haid? Tidak perlu
Jarang diperlukan
Sangat membantu
Tidak membantu
Soal 21 – 22 menanyakan tentang KEBIASAAN OLAHRAGA ANDA. 21. Apakah anda sering melakukan olahraga yang
menggunakan pelbagai kumpulan otot (dipertahankan secara berterusan atau secara berirama) sehingga terjadinya peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan?
Tidak
Ya
22. Apakah anda berolahraga seperti yang dinyatakan pada soal 21 lebih dari 60 menit seminggu (boleh dibahgi menjadi enam sesi dengan satu sesi selama 10 menit)?
Tidak
Ya
Soal selidik tamat.
Terima kasih atas penyertaan anda.
LAMPIRAN 5
HASIL OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 Total
p1 Pearson
Correlation
1 .612** -.250 .105 .101 -.204 .101 .204 -.204 .101 .000 -.408 .101 .204 .105 -.200 -.229 .260 .115 -.254 .204 .101 .170
Sig. (2-tailed) .004 .288 .660 .673 .388 .673 .388 .388 .673 1.000 .074 .673 .388 .660 .398 .331 .269 .628 .279 .388 .673 .474
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p2 Pearson
Correlation
.612** 1 -.153 -.043 .123 -.458
* .123 .167 .042 .123 .000 -.250 .082 .167 -.043 .000 -.187 .233 .236 -.104 .167 .123 .232
Sig. (2-tailed) .004 .519 .858 .605 .042 .605 .482 .862 .605 1.000 .288 .731 .482 .858 1.000 .429 .323 .317 .663 .482 .605 .324
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p3 Pearson
Correlation
-.250 -.153 1 -.419 -.050 -.153 -.050 -.153 .153 -.050 .000 -.153 .050 -.153 -.419 .000 .459* .078 .144 -.276 -.153 -.050 -.120
Sig. (2-tailed) .288 .519 .066 .833 .519 .833 .519 .519 .833 1.000 .519 .833 .519 .066 1.000 .042 .744 .544 .239 .519 .833 .615
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p4 Pearson
Correlation
.105 -.043 -.419 1 .179 .171 .179 .385 .257 .179 -.314 .171 -.179 .385 1.000** .105 -.313 .158 .182 .293 .385 .179 .485
*
Sig. (2-tailed) .660 .858 .066 .450 .471 .450 .094 .274 .450 .177 .471 .450 .094 .000 .660 .180 .506 .444 .209 .094 .450 .030
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p5 Pearson
Correlation
.101 .123 -.050 .179 1 -.082 1.000** .328 .082 1.000
** -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1.000
** .704
**
Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .731 .000 .158 .731 .000 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p6 Pearson
Correlation
-.204 -.458* -.153 .171 -.082 1 -.082 .167 .250 -.082 .204 .167 -.328 .167 .171 .000 -.187 .021 .000 .069 .167 -.082 .110
Sig. (2-tailed) .388 .042 .519 .471 .731 .731 .482 .288 .731 .388 .482 .158 .482 .471 1.000 .429 .929 1.000 .772 .482 .731 .644
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p7 Pearson
Correlation
.101 .123 -.050 .179 1.000** -.082 1 .328 .082 1.000
** -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1.000
** .704
**
Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .000 .731 .158 .731 .000 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p8 Pearson
Correlation
.204 .167 -.153 .385 .328 .167 .328 1 .042 .328 -.204 .167 -.533* 1.000
** .385 .000 -.187 .657
** .354 .502
* 1.000
** .328 .783
**
Sig. (2-tailed) .388 .482 .519 .094 .158 .482 .158 .862 .158 .388 .482 .015 .000 .094 1.000 .429 .002 .126 .024 .000 .158 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p9 Pearson
Correlation
-.204 .042 .153 .257 .082 .250 .082 .042 1 .082 .000 .250 -.082 .042 .257 .408 .187 -.233 .236 -.069 .042 .082 .257
Sig. (2-tailed) .388 .862 .519 .274 .731 .288 .731 .862 .731 1.000 .288 .731 .862 .274 .074 .429 .323 .317 .772 .862 .731 .274
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p10 Pearson
Correlation
.101 .123 -.050 .179 1.000** -.082 1.000
** .328 .082 1 -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1.000
** .704
**
Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .000 .731 .000 .158 .731 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p11 Pearson
Correlation
.000 .000 .000 -.314 -.101 .204 -.101 -.204 .000 -.101 1 -.204 .101 -.204 -.314 .000 .229 -.363 -.462* -.424 -.204 -.101 -.290
Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 1.000 .177 .673 .388 .673 .388 1.000 .673 .388 .673 .388 .177 1.000 .331 .115 .040 .062 .388 .673 .215
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p12 Pearson
Correlation
-.408 -.250 -.153 .171 .328 .167 .328 .167 .250 .328 -.204 1 .082 .167 .171 .204 .281 -.085 .118 .156 .167 .328 .334
Sig. (2-tailed) .074 .288 .519 .471 .158 .482 .158 .482 .288 .158 .388 .731 .482 .471 .388 .230 .722 .621 .512 .482 .158 .150
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p13 Pearson
Correlation
.101 .082 .050 -.179 -.192 -.328 -.192 -.533* -.082 -.192 .101 .082 1 -.533
* -.179 -.101 .254 -.537
* -.290 -.520
* -.533
* -.192 -.443
Sig. (2-tailed) .673 .731 .833 .450 .418 .158 .418 .015 .731 .418 .673 .731 .015 .450 .673 .281 .015 .215 .019 .015 .418 .051
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p14 Pearson
Correlation
.204 .167 -.153 .385 .328 .167 .328 1.000** .042 .328 -.204 .167 -.533
* 1 .385 .000 -.187 .657
** .354 .502
* 1.000
** .328 .783
**
Sig. (2-tailed) .388 .482 .519 .094 .158 .482 .158 .000 .862 .158 .388 .482 .015 .094 1.000 .429 .002 .126 .024 .000 .158 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p15 Pearson
Correlation
.105 -.043 -.419 1.000** .179 .171 .179 .385 .257 .179 -.314 .171 -.179 .385 1 .105 -.313 .158 .182 .293 .385 .179 .485
*
Sig. (2-tailed) .660 .858 .066 .000 .450 .471 .450 .094 .274 .450 .177 .471 .450 .094 .660 .180 .506 .444 .209 .094 .450 .030
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p16 Pearson
Correlation
-.200 .000 .000 .105 .101 .000 .101 .000 .408 .101 .000 .204 -.101 .000 .105 1 .229 -.260 .000 -.085 .000 .101 .130
Sig. (2-tailed) .398 1.000 1.000 .660 .673 1.000 .673 1.000 .074 .673 1.000 .388 .673 1.000 .660 .331 .269 1.000 .722 1.000 .673 .585
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p17 Pearson
Correlation
-.229 -.187 .459* -.313 .208 -.187 .208 -.187 .187 .208 .229 .281 .254 -.187 -.313 .229 1 -.322 .132 -.175 -.187 .208 .025
Sig. (2-tailed) .331 .429 .042 .180 .380 .429 .380 .429 .429 .380 .331 .230 .281 .429 .180 .331 .167 .578 .460 .429 .380 .916
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p18 Pearson
Correlation
.260 .233 .078 .158 .224 .021 .224 .657** -.233 .224 -.363 -.085 -.537
* .657
** .158 -.260 -.322 1 .570
** .559
* .657
** .224 .631
**
Sig. (2-tailed) .269 .323 .744 .506 .342 .929 .342 .002 .323 .342 .115 .722 .015 .002 .506 .269 .167 .009 .010 .002 .342 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p19 Pearson
Correlation
.115 .236 .144 .182 .058 .000 .058 .354 .236 .058 -.462* .118 -.290 .354 .182 .000 .132 .570
** 1 .392 .354 .058 .548
*
Sig. (2-tailed) .628 .317 .544 .444 .808 1.000 .808 .126 .317 .808 .040 .621 .215 .126 .444 1.000 .578 .009 .088 .126 .808 .012
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p20 Pearson
Correlation
-.254 -.104 -.276 .293 .350 .069 .350 .502* -.069 .350 -.424 .156 -.520
* .502
* .293 -.085 -.175 .559
* .392 1 .502
* .350 .601
**
Sig. (2-tailed) .279 .663 .239 .209 .131 .772 .131 .024 .772 .131 .062 .512 .019 .024 .209 .722 .460 .010 .088 .024 .131 .005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p21 Pearson
Correlation
.204 .167 -.153 .385 .328 .167 .328 1.000** .042 .328 -.204 .167 -.533
* 1.000
** .385 .000 -.187 .657
** .354 .502
* 1 .328 .783
**
Sig. (2-tailed) .388 .482 .519 .094 .158 .482 .158 .000 .862 .158 .388 .482 .015 .000 .094 1.000 .429 .002 .126 .024 .158 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p22 Pearson
Correlation
.101 .123 -.050 .179 1.000** -.082 1.000
** .328 .082 1.000
** -.101 .328 -.192 .328 .179 .101 .208 .224 .058 .350 .328 1 .704
**
Sig. (2-tailed) .673 .605 .833 .450 .000 .731 .000 .158 .731 .000 .673 .158 .418 .158 .450 .673 .380 .342 .808 .131 .158 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Total Pearson
Correlation
.170 .232 -.120 .485* .704
** .110 .704
** .783
** .257 .704
** -.290 .334 -.443 .783
** .485
* .130 .025 .631
** .548
* .601
** .783
** .704
** 1
Sig. (2-tailed) .474 .324 .615 .030 .001 .644 .001 .000 .274 .001 .215 .150 .051 .000 .030 .585 .916 .003 .012 .005 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.865 12
LAMPIRAN 6
DATA INDUK
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012
No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi
1. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat Terganggu Sangat Terganggu Jarang Diperlukan Ya Tidak
2. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
3. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
4. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
5. 17 Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Jarang terganggu Terganggu Tidak perlu Ya Ya
6. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
7. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
8. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
9. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
10. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
11. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
12. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
13. 19 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
14. 17 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
15. 17 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
16. 17 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
17. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
18. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Tidak
19. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
20. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi
21. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
22. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
23. 17 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
24. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
25. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Terganggu Sangat Membantu Ya Ya
26. 18 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
27. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
28. 18 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
29. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
30. 16 Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
31. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
32. 16 Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
33. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
34. 16 Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
35. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
36. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
37. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
38. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
39. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
40. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Jarang diperlukan Ya Ya
41. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
42. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
43. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
44. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
45. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
46. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi
47. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
48. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
49. 15 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
50. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
51. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
52. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
53. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
54. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Terganggu Jarang diperlukan Tidak Tidak
55. 17 Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
56. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
57. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
58. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
59. 17 Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
60. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Ya Ya
61. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
62. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat Terganggu Jarang Terganggu Tidak Membantu Tidak Tidak
63. 16 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
64. 17 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
65. 17 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Sangat Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
66. 17 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
67. 17 Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
68. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Ya Ya
69. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
70. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak membantu Tidak Tidak
71. 16 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
72. 17 Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Sangat Terganggu Terganggu Sangat Membantu Tidak Tidak
No Usia Dismen NyPun Mual SaKep Lelah Diare PSH GgnAktivitas GgnKemampKerja KeperluanObat Oraga Durasi
73. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
74. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
75. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Tidak terganggu Jarang diperlukan Tidak Tidak
76. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
77. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
78. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
79. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
80. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
81. 17 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
82. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
83. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
84. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
85. 16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang terganggu Jarang terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
86. 18 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terganggu Tidak terganggu Tidak perlu Ya Ya
87. 17 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Terganggu Terganggu Tidak perlu Tidak Tidak
88. 17 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
89. 16 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Jarang Terganggu Jarang Terganggu Jarang Diperlukan Tidak Tidak
LAMPIRAN 7
HASIL OUTPUT
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Dismenore pada
Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2011/2012
Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15 1 1.1 1.1 1.1
16 21 23.6 23.6 24.7
17 63 70.8 70.8 95.5
18 3 3.4 3.4 98.9
19 1 1.1 1.1 100.0
Total 89 100.0 100.0
Dismenore
Dismenore
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 41 46.1 46.1 46.1
Ya 48 53.9 53.9 100.0
Total 89 100.0 100.0
Kebiasaan Olahraga
Kebiasaan Olahraga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 29 32.6 32.6 32.6
Tidak 60 67.4 67.4 100.0
Total 89 100.0 100.0
Dismenore * Kebiasaan Olahraga Crosstabulation
Kebiasaan Olahraga
Total Ya Tidak
Dismenore Tidak Count 19 22 41
% within Kebiasaan Olahraga 65.5% 36.7% 46.1%
Ya Count 10 38 48
% within Kebiasaan Olahraga 34.5% 63.3% 53.9%
Total Count 29 60 89
% within Kebiasaan Olahraga 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.550a 1 .010
Continuity Correctionb 5.440 1 .020
Likelihood Ratio 6.607 1 .010
Fisher's Exact Test .013 .010
Linear-by-Linear
Association
6.476 1 .011
N of Valid Cases 89
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.36.
b. Computed only for a 2x2 table
NyeriPunggung * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Nyeri
Punggung
Tidak Count 7 26 33
% within DismenXBerolahraga 70.0% 68.4% 68.8%
Ya Count 3 12 15
% within DismenXBerolahraga 30.0% 31.6% 31.3%
Total Count 10 38 48
% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
Mual * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Mual Tidak Count 10 31 41
% within DismenXBerolahraga 100.0% 81.6% 85.4%
Ya Count 0 7 7
% within DismenXBerolahraga .0% 18.4% 14.6%
Total Count 10 38 48
% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
SakitKepala * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Sakit
Kepala
Tidak Count 9 28 37
% within DismenXBerolahraga 90.0% 73.7% 77.1%
Ya Count 1 10 11
% within DismenXBerolahraga 10.0% 26.3% 22.9%
Total Count 10 38 48
% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
Lelah * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Lelah Tidak Count 2 16 18
% within DismenXBerolahraga 20.0% 42.1% 37.5%
Ya Count 8 22 30
% within DismenXBerolahraga 80.0% 57.9% 62.5%
Total Count 10 38 48
% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
Diare * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Diare Tidak Count 9 35 44
% within DismenXBerolahraga 90.0% 92.1% 91.7%
Ya Count 1 3 4
% within DismenXBerolahraga 10.0% 7.9% 8.3%
Total Count 10 38 48
% within DismenXBerolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
PerubahanSuasanaHati * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Perubahan
Suasana
Hati
Tidak Count 3 4 7
% within DismenXBerolahraga 30.0% 10.5% 14.6%
Ya Count 7 34 41
% within DismenXBerolahraga 70.0% 89.5% 85.4%
Total Count 10 38 48
PerubahanSuasanaHati * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Perubahan
Suasana
Hati
Tidak Count 3 4 7
% within DismenXBerolahraga 30.0% 10.5% 14.6%
Ya Count 7 34 41
% within DismenXBerolahraga 70.0% 89.5% 85.4%
Total Count 10 38 48
% within
DismenoreXBerolahraga
100.0% 100.0% 100.0%
GejalaSistemik* DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Gejala
Sistemik
Tidak Ada Count 0 2 2
% within DismenXolahraga .0% 5.3% 4.2%
Terdapat
Beberapa
Count 10 34 44
% within DismenXolahraga 100.0% 89.5% 91.7%
Sangat
Jelas
dengan
Vegatatif
Simptom
Count 0 2 2
% within DismenXolahraga .0% 5.3% 4.2%
Total Count 10 38 48
% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
GgnAktivitas * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
GgnAktivitas Jarang
Terganggu
Count 5 20 25
% within
DismenXolahraga
50.0% 52.6% 52.1%
Terganggu Count 5 14 19
% within
DismenXolahraga
50.0% 36.8% 39.6%
Sangat
Terganggu
Count 0 4 4
% within
DismenXolahraga
.0% 10.5% 8.3%
Total Count 10 38 48
% within
DismenXolahraga
100.0% 100.0% 100.0%
GgnKemampuanKerja * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
GgnKemampuan
Kerja
Jarang
Terganggu
Count 4 24 28
% within DismenXolahraga 40.0% 63.2% 58.3%
Terganggu Count 6 13 19
% within DismenXolahraga 60.0% 34.2% 39.6%
Sangat
Terganggu
Count 0 1 1
% within DismenXolahraga .0% 2.6% 2.1%
Total Count 10 38 48
% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
KeperluanObat * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
KeperluanObat Jarang
Diperlukan
Count 9 29 38
% within DismenXolahraga 90.0% 76.3% 79.2%
Sangat
Membantu
Count 1 8 9
% within DismenXolahraga 10.0% 21.1% 18.8%
Tidak
Membantu
Count 0 1 1
% within DismenXolahraga .0% 2.6% 2.1%
Total Count 10 38 48
% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%
TingkatKeparahanDismenore * DismenoreXBerolahraga Crosstabulation
Dismenore
Total
Berolahraga
Tidak
Berolahraga
Tingkat
Keparahan
Dismenore
Ringan Count 4 18 22
% within DismenXolahraga 40.0% 47.4% 45.8%
Sedang Count 6 18 24
% within DismenXolahraga 60.0% 47.4% 50.0%
Berat Count 0 2 2
% within DismenXolahraga .0% 5.3% 4.2%
Total Count 10 38 48
% within DismenXolahraga 100.0% 100.0% 100.0%