tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin a di...
TRANSCRIPT
i
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA
KARANGMALANG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh
Tania Yasmin
NIM. B12 104
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA
KARANGMALANG SRAGEN
Diajukan Oleh :
Tania Yasmin
NIM. B12 104
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal Juni 2015
Pembimbing
Arista Apriani, SST., M. Kes
NIK. 201188069
HALAMAN PENGESAHAN
iii
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA
KARANGMALANG SRAGEN
Diajukan Oleh :
Tania Yasmin
NIM. B12 104
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Pada tanggal Juli 2015
Penguji I Penguji II
Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes Arista Apriani, SST., M. Kes
NIK. 201083059 NIK. 201188069
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Ka.Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST
NIK. 200985034
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ” Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Vitamin A di BPS
Griya Husada Karangmalang Sragen”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Arista Apriani, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Wiwik Suhartiwi, Amd.Keb yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Seluruh responden penelitian ini yang telah berpartisipasi untuk pengisian
kuesioner dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
v
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juni 2014
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015
Tania Yasmin
B12104
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA
KARANGMALANG SRAGEN
xiii + 51 halaman + 16 lampiran + 7 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu
program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat
kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis
tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan (Dinkes
Jateng, 2012) . Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A yaitu kelainan kulit
pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian
belakang, kuli tampak kering dan bersisik seperti ikan (Marmi, 2013). Setelah
dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner didapatkan 1
ibu nifas (10%) tingkat pengethauan baik, 5 ibu nifas (50%) tingkat pengetahuan
cukup, dan 4 ibu nifas (40%) dengan tingkat pengetahuan kurang.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di
BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada tingkat baik, cukup dan kurang
serta faktor pendorong dan penghambat.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada bulan
September 2014 – Juli 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas
di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada saat dilakukan penelitian yaitu
sebanyak 30 responden menggunakan accidental sampling. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner. Variabel dalam penelitian ini variabel tunggal yaitu
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada
Karangmalang Sragen. Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder.
Analisis data menggunakan analisis univariat yaitu mendeskirpsikan tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A
Hasil Penelitian : tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%),
pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) dan pengetahuan kurang
sebanyak 8 responden (23,3%)
Kesimpulan : tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan cukup. Faktor pendorong dan
penghambat adalah pendidikan, umur dan informasi.
Kata Kunci : Pengetahuan, nifas, vitamin A
Kepustakaan : 26 literatur (tahun 2007 – 2012)
vii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Tania Yasmin
Tempat / Tanggal Lahir : Masbagik, 31 Januari 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lombok Nusa Tenggara Barat
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 2 Masbagik Lombok NTB Lulus tahun 2006
2. SMP Negeri 1 Masbagik Lombok NTB Lulus tahun 2009
3. SMA Negeri 1 Masbagik Lombok NTB Lulus tahun 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 6
1. Pengetahuan ........................................................................... 6
2. Konsep Dasar Nifas ............................................................... 17
3. Vitamin A ............................................................................... 25
B. Kerangka Teori............................................................................. 30
ix
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 33
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 34
E. Definisi Operasional .................................................................... 34
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 38
I. Etika Penelitian ............................................................................ 41
J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 43
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 43
C. Pembahasan .................................................................................. 45
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 49
B. Saran ............................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 30
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 31
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 28
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 29
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ............................... 43
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ....................... 44
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ......................... 44
Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 45
Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A
di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen ............................... 45
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12. Data Tabulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13. Hasil Uji Validitas
Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 15. Hasil Penelitian
Lampiran 16. Dokumentasin Penelitian
Lampiran 17 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator,
salah satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka
Kematian Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium
Devolopment Goals (MDGs) pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Angka kematian ibu
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota
sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian ibu yaitu pendarahan menempati persentase
tertinggi penyebab kematian ibu (28%), tertinggi kedua adalah eklamsia
(24%), tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi
(11%). Alasan diberikan vitamin A pada ibu nifas yaitu dikarenakan Vitamin
A merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat memperbaiki berbagai
macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau
rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan.
Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program
penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul
vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis
2
tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan
ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2012 sebesar 95,90%, menurun
dibandingkan tahun 2011 (96.43%) (Dinkes Jateng, 2012).
Kekurangan vitamin A kerap berlangsung di daerah yang serba
berkekurangan baik bersifat sosial, ekonomi, maupun ekologi. Kasus
defisiensi ini cenderung terjadi secara berkelompok, bersifat musiman
mencapai puncaknya pada masa kesulitan pangan. Banyak sekali keadaan
yang mempengaruhi status vitamin A seseorang. Salah satu faktor yang
penting adalah kecukupan vitamin A dan pro vitamin A asupan yang
dianjurkan minimal sebesar 180 – 450 μg retinol (Arisman, 2010).
Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A yaitu kelainan kulit
pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas
bagian belakang, kuli tampak kering dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini
selain disebabkan karena Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat juga
disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin A
golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat. Tanda khas pada
mata karena KVA dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan
penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat di
lingkungan yang kurang cahaya (Marmi, 2013).
Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan
adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun
pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan
mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala
manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan
sampai kematian) (Dinkes Jateng, 2012).
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal
21 Oktober 2014 di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen didapatkan rata-
rata selama 1 tahun terakhir angka ibu nifas per bulan sebanyak 30 kunjungan
dan didapatkan data sebanyak 4 ibu nifas mengalami gangguan penglihatan
dan 1 ibu nifas dengan kekurangan energi kronis. Setelah dilakukan
wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu nifas
dengan melakukan tanya jawab terhadap 10 ibu nifas didapatkan 1 ibu nifas
(10%) tingkat pengethauan baik, 5 ibu nifas (50%) tingkat pengetahuan
cukup, dan 4 ibu nifas (40%) dengan tingkat pengetahuan kurang.
Berdasarkan uraian data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Vitamin A di BPS
Griya Husada Karangmalang Sragen”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di
BPS Griya Husada Karangmalang Sragen?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS
Griya Husada Karangmalang Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di
BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan
baik.
4
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di
BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan
cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di
BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan
kurang.
d. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada
Karangmalang Sragen.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya
dikemudian hari khsususnya tentang vitamin A.
2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, terutama tentang
tentang vitamin A.
3. Bagi Institusi
a. Bagi BPS
Hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai
sarana penyuluhan bagi ibu nifas khususnya tentang vitamin A.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bahan bacaan untuk menambah wawasan,
khususnya yang berkaitan dengan masa nifas dan vitamin A.
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment pernah
dilakukan, yaitu:
1. Diah Ayu Wulandari (2013), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu
Nifas tentang Vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro
Karangmalang Sragen” Penelitian ini merupakan jenis penelitian
diskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling.
Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di
Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dapat
dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (20,6%),
pengetahuan cukup 21 responden (61,8%), pengetahuan kurang
sebannyak 6 responden (17,6%).
2. Naibaho (2011), dengan judul “Gambaran Pemberian Kapsul Vitamin A
Untuk Ibu Nifas Oleh Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Poriaha Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli
Tengah” Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif serta dengan desain cross sectional, pengambilan
subjek dilakukan dengan metode Purposive sampling. Penelitian
menunjukkan, di antara ke-9 penolong persalinan ada 4 penolong
persalinan (44,4 %) yang mengetahui pemberian dan manfaat kapsul
vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan dua kali. Hanya 1 dari 9 ibu
nifas (11,1 %) yang mengetahui tentang pemberian dan manfaat
pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas, ketersedian kapsul
vitamin A pada penolong persalinan 987 kapsul 200.000 UI.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil
pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik
atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha
manusia untuk tahu (Nashrulloh, 2009).
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).
b. Jenis Pengetahuan
Menurut Nasir (2011), jenis pengetahuan meliputi:
1) Pengetahuan biasa
Pengetahuan biasa disebut juga knewledge of the man in the street
atau ordinary knowledge atau common sense knowledge.
Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya
subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan
demikian pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar
7
sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau
tidak ada penyimpangan
2) Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan yang telah menetapkan objek khas dengan menerapkan
metodologis yang khas pula.
3) Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatannya
melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan
spekulatif.
4) Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung
dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat
dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataan-
pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agam memiliki nilain
kebenaran sesuai dengan keyakinan.
c. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
8
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
9
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesa (Syntesis)
Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
d. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern
atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah (Trial and Error)
10
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
11
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah
dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau
penyelidikan manusia.
12
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara yang rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan
umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang
khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
13
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology).
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
14
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Menurut Mubarak (2012), terdapat 7 faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang
dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu
usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
15
langsung. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta
pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya
3) Umur
Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan
aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar,
pertumbuhan fisik terdiri atas empat (4) kategori pertumbuhan
yaitu pertumuhan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri
lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf
berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
16
4) Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang
cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.
Sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara
psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam emosi kejiawaan seseorang. Pengalaman baik ini
akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6) Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup
dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
17
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
7) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat
mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
2. Konsep dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk
kembalinya organ genetalia internal menjadi normal secara anatomi
dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2009).
Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Saleha, 2009).
18
b. Periode Nifas
Menurut Suherni (2009), masa nifas dibagi menjadi 3 periode :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari
organ-organ genetalia kira-kira antara 6 – 8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
c. Kunjungan masa nifas
Menurut Saleha (2009), kunjungan masa nifas dibagi menjadi :
1) Kunjungan 6 – 8 jam setelah persalinan.
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi penyebab lain perdarahan, merujuk jika perdarahan
berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal .
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi, jika
petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan
ibu.
2) Kunjungan 6 hari setelah persalinan
19
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperhatikan tanda-tanda penyakit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari.
3) Kunjungan 2 minggu setelah persalinan sama seperti 6 hari setelah
persalinan.
4) Kunjungan 4 minggu setelah persalinan.
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau
bayi alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan
antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian kurang lebih sama dan kemudian mengerut sehingga
20
dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan
tidak dapat diraba lagi dari luar (Saleha, 2009).
2) Bekas Implantasi Uri
Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Penonjolan tersebut, dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka
sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai
2,4 mm (Wiknjosastro, 2007).
3) Luka-luka pada jalan lahir
Seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina
dan servik, umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh kecuali
bila terdapat infeksi (Wiknjosastro, 2007).
4) Lochea
Menurut Suherni (2009), lochea adalah ekskresi cairan
rahim selama masa nifas. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Macam-macam
lochea antara lain:
a) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel
desidua, vernix caseosa atau semacam noda dan sel epitel yang
menyelimuti, lanugo dan meconium atas getah kelenjar usus
dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman, selama 2 hari pasca
persalinan.
21
b) Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari
ke 7 – 14 pasca persalinan.
d) Lochea Alba
Lochea Alba adalah cairan putih yang keluar setelah 2 minggu
pasca persalinan.
Macam-macam lochea patologi, yaitu:
a) Lochea purulenta
Lochea purulenta adalah cairan yang keluar seperti nanah
berbau busuk, ini terjadi karena infeksi.
b) Lochiotosis
Lochiotosis adalah lochea yang keluarnya tidak lancar atau
tidak normal.
5) Servik
Servik menjadi sangat lembek, kendur. Serviks tersebut bisa
melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan
terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,
lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah
persalinan dari retak karena robekan dalam persalinan. Rongga
leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum
hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha, 2009).
22
6) Ligamen-ligamen
Ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-
angsur mengecil kembali seperti sebelum melahirkan
(Winkjosastro, 2007).
e. Perubahan psikologis masa nifas
Menurut Marmi (2012), perubahan psikologis ibu pada masa nifas
meliputi:
1) Fase Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase
taking hold ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikannya
kurang hati-hati.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawabakan peran
barunya yang berlangsung10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase
ini.
23
f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Kebutuhan dasar ibu nifas meliputi:
1) Pola Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susuna air susu. Diet
yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein dan banyak mengandung cairan (Saleha, 2009).
2) Eliminasi
a) Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi
(Saleha, 2009).
b) Buang air besar
Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah
hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB maka
perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal
(Saleha, 2009).
3) Personal Hygiene
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
24
4) Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun
dari tempat tidur dan membimbing ibu secepatnya untuk berjalan
(Saleha, 2009).
5) Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana merekan ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun petugas kesehatan dapat membantu merenacakan
keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
(Ambarwati dan Wulandari, 2009).
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh,
maka coitus bisa dilakukan pada 3- 4 minggu post partum
(Ambarwati dan Wulandari, 2009).
7) Istirahat dan tidur
Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi istirahat dan
tidur adalah anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan, sarankan ibu untuk kembali pada
kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk
tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur (Suherni, 2009).
25
8) Laktasi
Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar
air susu berkontraksi sehingga pengeluaran air susu dilakukan.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari
ke 2 – 3 postpartum. Keuntungan lain menyusui bayinya sendiri
ialah akan terjalinnya rasa kasih sayang sehingga tumbuh suatu
pertalian yang intim antara ibu dan anak (Wiknjosastro, 2007).
9) Rawat Gabung
Rawat gabung atau rooming-in adalah suatu sistem
perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit
(Wiknjosastro, 2007).
10) Latihan/senam nifas
Latihan atau senam nifas untuk mencapai hasil pemulihan otot
yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal
mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan normal dan tidak
ada penyakit post partum (Saleha, 2009).
3. Vitamin A
a. Pengertian
Vitamin A adalah kristal alkohol yang dalam bentuk aslinya
berwarna putih dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam
makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retenil yaitu
terikat pada asam lemak rantai panjang (Marmi, 2013).
Vitamin A merupakan suatu melokul organik yang sangat
diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan
yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia
dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari
bahan pangan yang dikonsumsi (Proverawati dan Asfuah, 2009)
26
b. Sifat Vitamin A
Menurut Marmi (2013), vitamin A umumnya bersifat stabil terhadap
panas, asam dan alkali. Namun vitamin juga mempunyai sifat yang
sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan
pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan lemak yang sudah tengik.
c. Fungsi Vitamin A
Menurut Marmi (2013), vitamin A berfungsi sebagai berikut:
1) Berhubungan dengan proses melihat yaitu sebagai retine atau
retinal yang merupakan bagian dari pigmen penglihatan yang peka
terhadap cahaya.
2) Menjaga kesehatan jaringan epitel agar dapat berfungi dengan baik,
seperti mata, alat pernafasan, alat pencernaan, alat reproduksi,
syaraf dan sistem pemubuangan kandung kemih, termasuk kulit
dan selaput-selaput yang melapisi semua saluran yang terbuka
keluar badan dan kelenjar-kelenjar serta saluran-salurannya.
Jaringan-jaringan epitel tersebut dapat mengalami keratinisasi
(timbul lapisan tanduk) bila terjadi kekurangan vitamin A.
3) Berperan dalam proses penyempurnaan gigi, khususnya dalam
pembentukan sel-sel epitel email.
4) Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh
5) Menangkal radikal bebas. Vitamin A merupakan antioksidan dapat
melindungi sel dari radikal bebas, sehingga dapat mencegah dari
berbagai macam penyakit kronis dapat dikonsumsi secara harian.
27
6) Ikut berperan dalam proses reproduksi
d. Sumber Vitamin A
Menurut Marmi (2013), bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam
pangan hewani, pangan nabati mengandung karotenoid yang
merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Sumber karotin: sayur-
sayuran berwarna merah, kuning dan hijau seperti wortel, tomat, jangu,
bayam. Buah pepaya, mangga dan jeruk. Bahan makanan yang
mengandung vitamin A yaitu hati, lemak hewani, telur, susu, mentega
dan keju.
e. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A
1) Kekurangan Vitamin A
Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah
bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kuli tampak kering
dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena
KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak
essensial, kurang vitamin A golongan B atau Kurang Energi Protein
(KEP) tingkat berat. Tanda khas pada mata karena KVA dimulai
dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun
pada senja hari bahkan tidak dapat melihat di lingkungan yang
kurang cahaya (Marmi, 2013).
Kekurangan vitamin A kerap berlangsung di daerah yang serba
kekurangan yang parah menyebabkan rabun senja, serosis dan
keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada akhirnya
menimbulkan ulkus srta nekrosis kornea Kasus defisiensi vitamin A
cenderung terjadi secara berkelompok, bersifat musiman, mencapai
28
puncaknya. Penelitian epidemiologis memperlihatkan faktor-faktor
risiko KVA yang meliputi campak, infeksi saluran pernafasn dan
diare. Diare infestasi cacing dan gangguan lain pada saluran
pencernaan mengganggu penyerapan vitamin A (Arisman, 2010).
2) Kelebihan Vitamin A
Pemberian dosis tinggi secara terus menerus untuk
pencegahan, bisa menyebabkan keracunan dengan gejala-gejala:
sakit pada sendi, sakit kepala dan muntah-muntah. Gejala kelebihan
ini terjadi bila dimakan dalam bentuk vitamin A sebagai suplemen
dalam takaran tinggi yang berlebihan,
f. Cara mencegah
Menurut Marmi (2013), cara pencegahan dan penanggulangan KVA
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
1) Pertama pendekatan melalui makanan (food based intervention)
Penanggulanan vitamin A berbasis makanan adalah upaya
peningkatan konsumsi vitamin A dari makanan yang kaya akan
vitamin A.
2) Tidak melalui makanan (non food based intervention)
Sebaliknya bila makanan yang aslinya tidak mengandung vitamin
A bisa diperkaya degnan vitamin A melalui teknologi fortifikasi.
g. Kebutuhan Vitamin A
Angka kecukupan gizi vitamin A yang di anjurkan untuk berbagai
golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
29
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin A
Golongan
Umur
AKG
(RE)
Golongan
Umur
AKG
(RE)
0 – 6 bulan 350 Wanita
7 – 12 bulan 350 10 – 12 tahun 500
1 – 3 tahun 350 13 – 15 tahun 500
4 – 6 tahun 360 16 – 19 tahun 500
7 – 9 tahun 400 20 – 45 tahun 500
13 – 15 tahun 500 46 – 59 tahun 500
Pria ≥ 60 tahun
10 – 12 tahun 600 Hamil + 200
13 – 15 tahun 700 Menyusui
16 – 19 tahun 700 0 – 6 bulan + 350
20 – 45 tahun 700 7 – 12 bulan + 300
46 – 59 tahun 600
≥ 60 tahun 600
Sumber: Marmi (2013)
Selama menyusui ibu sebaiknya tidak minum kopi karena kopi
akan meningkatkan kerja ginjal sehingga ibu akan buang air kecil
lebih sering. Kebutuhan vitamin A selama nifas yaitu 200.000 unit
agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Sulistyawati, 2009).
30
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010), Marmi (2013)
Pengetahuan Nifas Vitamin A
1. Pengertian
2. Sifat Vitamin A
3. Fungsi Vitamin A
4. Sumber Vitamin A
5. Akibat Kekurangan
dan Kelebihan Vitamin
A
6. Cara mencegah
kekurangan Vitamin A
7. Kebutuhan Vitamin A
1. Definisi
2. Jenis
3. Tingkat
pengetahuan
4. Cara memperoleh
pengetahuan
5. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
1.
1. Pengertian
2. Periode nifas
3. Kunjungan nifas
4. Perubahan
fisiologis masa
nifas
5. Perubahan
psikologis masa
nifas
6. Kebutuhan dasar
ibu nifas
31
C. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Baik
Cukup
Kurang
Pengetahuan ibu Nifas
tentang Vitamin A
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
6. Kebudayaan lingkungan
sekitar
7. Informasi
2.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut
Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini.
Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada
data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang
digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil
pengukuran maupun hasil konvensi (Nototatmodjo, 2012). Pada penelitian ini
meneliti tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di
BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 – Juli 2015.
33
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti
tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,
masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang
semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik
(Silalahi, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu nifas pada saat dilakukan penelitian. Jumlah ibu nifas rata-rata
setiap bulan pada satu tahun terakhir Juli – September 2014 yaitu
sebanyak 30 ibu nifas.
2. Sampel
Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi
(Silalahi, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100
maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subjek lebih dari 100,
maka dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Sehingga sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPS Griya Husada Karangmalang
Sragen pada saat dilakukan penelitian yaitu sebanyak 30 responden.
3. Teknik Pengambilan sampling
Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel
yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian
ini menggunakan accidental sampling. Accidental adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data dapat
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).
34
D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang
Sragen.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A
di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen
Variabel Definisi Operasional Indikator Alat
Ukur
Skala
Tingkat
pengetahuan
ibu nifas
tentang
vitamin A
Kemampuan ibu nifas
menjawab dengan benar
tentang Vitamin A yang
meliputi pengertian, Sifat
Vitamin A, fungsi
Vitamin A, sumber
Vitamin A, akibat
Kekurangan dan
Kelebihan Vitamin A,
cara mencegah
kekurangan Vitamin A,
Kebutuhan Vitamin A
1. Baik
Bila nilai
responden yang
diperoleh (x) >
mean + 1 SD
2. Cukup
Bila nilai
responden mean -
1 SD ≤ x ≤ mean
+ 1 SD
3. Kurang
Bila nilai
responden yang
diperoleh (x) <
mean – 1 SD
Kuesioner Ordinal
35
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan
respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup
adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan jawabannya
(Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif
(favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah,
pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan
dengan skor 1 untuk jawaban salah. Dalam kuesioner dalam penelitian
menggunakan skala guttman. Menurut Hidayat (2011), skala guttman
merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan
jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, positif dan negatif.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan kuesioner Tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Soal Favourable Unfavourable
Tingkat
pengetahu
an ibu
nifas
tentang
vitamin A
1. Pengertian 1,2 2
2. Sifat Vitamin A 3 4 2
3. Fungsi Vitamin A 5,6,7*,8,11 10*,12*,13,1
4
9
4. Sumber Vitamin A 15*,16,17,18 19,20 6
5. Akibat Kekurangan dan
Kelebihan Vitamin A
21*,23,24,
25,26,29*
22,27,28
30
10
6. Cara mencegah
kekurangan Vitamin A
32 31 2
7. Kebutuhan Vitamin A 33,34 35,36* 4
Total 21 15 36
Ket: *) = Pernyataan tidak valid
36
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data.
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji
validitas dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang
Sragen pada tanggal 30 April 2015 dengan 30 responden.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan
SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment. Menurut Hidayat
(2011), rumus product moment yaitu:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan taraf
signifikan 0,05. Setelah dilakukan uji validitas didapatkan 7 pernyataan
tidak valid yaitu nomor 7,10,12,15,21,29,36, dikarenakan nilai rhitung < rtabel
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 SSS-S
SSS=
Nrxy
37
atau signifikan > 0,05. Selanjutnya nomor yang tidak valid tidak
dipergunakan dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus
Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
úû
ùêë
é S-úû
ùêë
é-
=t
b
k
kr
2
2
11 11 s
s
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha
cronbach’s sebesar 0,864 > 0,60, sehingga instrumen dinyatakan reliabel.
38
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian Teknik
pengumpulan data dari primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder didapatkan dari data
rekam medik jumlah BPS Griya Husada Karangmalang Sragen yaitu
jumlah ibu nifas.
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2010)
adalah:
39
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
d. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing
Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden
dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau soffware komputer.
e. Pembersihan data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,
40
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning).
2. Analisis Data
Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat yaitu menganalisa
terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Penelitian ini hanya
mendeskirpsikan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS
Griya Husada Karangmalang Sragen.
Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai
berikut:
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Menurut Notoatmodjo (2011), rumus mean yaitu:
Rumus : X = n
xå
Keterangan :
X : Rata-rata ( mean )
å x : Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah responden
Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap
rata-ratanya.
41
Rumus :
SD = 1
)( 2
2
-
- åån
n
xixi
Keterangan:
x : Nilai responden
n : Jumlah responden
Untuk mendapatkan distribusi persentase tingkat pengetahuan ibu
nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen
digunakan rumus persentase. Menurut Riwidikdo (2010), rumus persentase
yaitu:
Jumlah responden menurut Tingkat Pengetahuan
Persentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x 100%
Jumlah total responden
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti
menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
42
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek
penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan
penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian (Terlampir)
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.
BPS Griya Husada Karangmalang Sragen dipimpin oleh Ibu Wiwik Suhartiwi,
Amd. Keb dengan dibantu 1 bidan. Secara umum jenis pelayanan yang
diberikan BPS Griya Husada Karangmalang Sragen meliputi ANC (Ante Natal
Care), persalinan, KB, Imunisasi, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dalam
memberikan layanan kepada pasien BPS Griya Husada Karangmalang Sragen
buka 24 jam. Fasilitas untuk mendukung pelayanan rawat inap khususnya
persalinan sudah cukup memadai, yaitu 2 ruang nifas dengan masing-masing
kamar kapasitas 1 tempat tidur, 1 ruang bersalin, 1 ruang pemeriksaan, 1 ruang
obat dan 1 kamar mandi untuk pasien. Dalam memberikan layanan kepada
pasien di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen menerapkan perawatan ibu
dan bayi dirawat dengan sistem rawat gabung (rooming in)..
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskritptif Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi
Responden
Prosentase
(%)
1
2
3
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
4
23
3
13
77
10
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2015
44
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui umur responden kurang dari 20
tahun sebanyak 4 responden (13%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 23
responden (77%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 3 responden
(10%).
b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi
Responden
Prosentase
(%)
1
2
3
SMP
SMA
Sarjana
12
15
3
40
50
10
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui pendidikan SMP sebanyak
12 responden (40%), pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%)
dan pendidikan Sarjana sebanyak 3 responden (10%).
c. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi
Responden
Prosentase
(%)
1
2
3
IRT
Swasta
PNS
13
14
3
43
47
10
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui sebagai Ibu Rumah tangga
sebanyak 13 responden (43%), bekerja di bidang swasta 14 responden
(47%) dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak
3 responden (10%).
45
2. Hasil Analisis tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A
a. Analisis Data Penelitian Skor Mean dan Standar Deviasi
Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari
nilai mean dan standar deviasi, setelah dilakukan perhitungan maka
hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi
Variabel N Mean Standar
Deviasi
Tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang vitamin A di BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen
30
19,1
5,1
b. Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3
tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen
No Pengetahuan Frekuensi
Responden
Prosentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
5
18
7
17
60
23
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS
Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5
responden (17%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60%) dan
pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23%). Sehingga mayoritas
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada
Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan cukup.
46
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik
sebanyak 5 responden (16,7%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden
(60,0%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23,3%).
Menurut Nashrulloh (2009), pengetahuan adalah apa yang diketahui
oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu
merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses
usaha manusia untuk tahu. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), pada
dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu,
atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat
akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang
bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik
sebanyak 5 responden (16,7%), dalam hal ini responden mampu menjawab
dengan benar tentang vitamin A dari kuesioner tentang Vitamin A yang telah
diberikan. Berdasarkan karakteristik umur responden kurang dari 20 tahun
sebanyak 4 responden (13%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 23 responden
(77%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 3 responden (10%).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden salah satunya yaitu
umur. Menurut Mubarak (2012), bertambahnya umur seseorang akan
47
mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek
psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan
dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan
diri menuju usia tua, selain itu akan lebih banyak menggunakan banyak waktu
untuk membaca.
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan cukup sebanyak 18 responden
(60,0%) tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.
Dalam hal ini responden dapat mengingat suatu materi tentang vitamin A
yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari sebagian bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Ditunnjutkkan dengan masih cukup jawaban
yang benar. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden
yaitu pendidikan. diketahui pendidikan SMP sebanyak 12 responden (40%),
pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%) dan pendidikan Sarjana
sebanyak 3 responden (10%). Menurut Mubarak (2012), bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima
informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin
banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
48
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan kurang
sebanyak 8 responden (23,3%). Dalam hal ini responden kurang mengingat
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sehingga pengetahuan mereka
kurang tentang vitamin A. Oleh sebab itu, pengetahuan ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Ditunjukkan dengan masih banyak jawaban
responden yang salah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan responden yaitu pekerjaan. Dapat diketahui pekerjaan sebagai
Ibu Rumah tangga sebanyak 13 responden (43%), bekerja di bidang swasta 14
responden (47%) dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak
3 responden (10%). Dengan kesibukan untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Bekerja umumnya pekerjaan akan menyita waktu yang
berakitbat pada tingkat pengetahuan mereka tentang vitamin A.
Faktor pendorong dan penghambat dalam penelitian tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen ini
adalah umur dan pendidikan, pekerjaan sehingga dapat dsimpulkan dengan
bertambahnya umur pendidikan dan pekerjaan, diperlukan kerja sama dengan
pihak terkait untuk lebih aktif memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang
kesehatan khususnya tentang pentingnya vitamin A.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Kendala
Waktu pengambilan data saat pengisian kuesioner ada sebagian
responden mengisi pernyataan tidak lengkap sehingga peneliti harus
49
mengunjungi ke rumah responden untuk pengisian kuesioner yang
terlewati.
2. Kelemahan
a Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda
hasil jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian. Kuesioner
yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa
menjawab “benar” atau “salah” dan jawaban responden belum bisa
untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
b Penelitian ini sebatas mendeskripsikan karakteristik respondendan
teori untuk menyimpulkan faktor pendorong dan faktor penghambat
pengetahuan sehingga pengaruhnya tidak diteliti secara statistik.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen. Penulis dapat menyimpulkan penelitian tingkat
pengetahuan responden sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada
Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 responden
(16,7%),
2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada
Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan cukup sebanyak 18 responden
(60,0%)
3. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada
Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan kurang sebanyak 8 responden
(23,3%).
4. Faktor pendorong dan penghambat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin
A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen adalah pendidikan, umur
dan pekerjaan.
51
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:
1. Responden
Diharapkan kepada responden ibu nifas dapat meningkatkan pengetahuan
dengan banyak membaca, aktif mengikuti penyuluhan khususnya
pengetahuan tentang vitamin A.
2. Institusi
a. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan menambah literatur tentang vitamin A
dan hasil penelitian dapat dijadikan bahan bacaan atau referensi
khususnya tentang vitamin A.
b. BPS
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi BPS Griya
Husada Karangmalang Sragen dalam upaya meningkatkan kesehatan
ibu dalam menghadapi masa nifas dengan melakukan penyuluhan-
penyuluhan khususnya tentang tentang vitamin A.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan lebih meningkatkan penelitian yang serupa dengan menambah
variabel penelitian sehingga didapat hasil penelitian yang lebih sempurna.