tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin a di...

65
i TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA KARANGMALANG SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh Tania Yasmin NIM. B12 104 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: phamtuyen

Post on 02-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

i

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG

VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA

KARANGMALANG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh

Tania Yasmin

NIM. B12 104

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG

VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA

KARANGMALANG SRAGEN

Diajukan Oleh :

Tania Yasmin

NIM. B12 104

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal Juni 2015

Pembimbing

Arista Apriani, SST., M. Kes

NIK. 201188069

HALAMAN PENGESAHAN

Page 3: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

iii

Karya Tulis Ilmiah

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG

VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA

KARANGMALANG SRAGEN

Diajukan Oleh :

Tania Yasmin

NIM. B12 104

Telah dipertahankan di depan dewan penguji

Program Studi Diploma III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Pada tanggal Juli 2015

Penguji I Penguji II

Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes Arista Apriani, SST., M. Kes

NIK. 201083059 NIK. 201188069

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Ka.Prodi D III Kebidanan

Retno Wulandari, SST

NIK. 200985034

Page 4: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul ” Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Vitamin A di BPS

Griya Husada Karangmalang Sragen”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas

akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

3. Arista Apriani, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Wiwik Suhartiwi, Amd.Keb yang telah memberi ijin kepada penulis untuk

pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh responden penelitian ini yang telah berpartisipasi untuk pengisian

kuesioner dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 5: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

v

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi

kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Surakarta, Juni 2014

Penulis

Page 6: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

vi

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015

Tania Yasmin

B12104

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG

VITAMIN A DI BPS GRIYA HUSADA

KARANGMALANG SRAGEN

xiii + 51 halaman + 16 lampiran + 7 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu

program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat

kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis

tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan (Dinkes

Jateng, 2012) . Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A yaitu kelainan kulit

pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian

belakang, kuli tampak kering dan bersisik seperti ikan (Marmi, 2013). Setelah

dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner didapatkan 1

ibu nifas (10%) tingkat pengethauan baik, 5 ibu nifas (50%) tingkat pengetahuan

cukup, dan 4 ibu nifas (40%) dengan tingkat pengetahuan kurang.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di

BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada tingkat baik, cukup dan kurang

serta faktor pendorong dan penghambat.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada bulan

September 2014 – Juli 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas

di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada saat dilakukan penelitian yaitu

sebanyak 30 responden menggunakan accidental sampling. Instrumen penelitian

menggunakan kuesioner. Variabel dalam penelitian ini variabel tunggal yaitu

tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada

Karangmalang Sragen. Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder.

Analisis data menggunakan analisis univariat yaitu mendeskirpsikan tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A

Hasil Penelitian : tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%),

pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) dan pengetahuan kurang

sebanyak 8 responden (23,3%)

Kesimpulan : tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan cukup. Faktor pendorong dan

penghambat adalah pendidikan, umur dan informasi.

Kata Kunci : Pengetahuan, nifas, vitamin A

Kepustakaan : 26 literatur (tahun 2007 – 2012)

Page 7: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

vii

CURICULUM VITAE

BIODATA

Nama : Tania Yasmin

Tempat / Tanggal Lahir : Masbagik, 31 Januari 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Lombok Nusa Tenggara Barat

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 2 Masbagik Lombok NTB Lulus tahun 2006

2. SMP Negeri 1 Masbagik Lombok NTB Lulus tahun 2009

3. SMA Negeri 1 Masbagik Lombok NTB Lulus tahun 2012

4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012

Page 8: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii

CURICULUM VITAE .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................. 6

1. Pengetahuan ........................................................................... 6

2. Konsep Dasar Nifas ............................................................... 17

3. Vitamin A ............................................................................... 25

B. Kerangka Teori............................................................................. 30

Page 9: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

ix

C. Kerangka Konsep ........................................................................ 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 33

D. Variabel Penelitian ...................................................................... 34

E. Definisi Operasional .................................................................... 34

F. Instrumen Penelitian .................................................................... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 38

I. Etika Penelitian ............................................................................ 41

J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 43

B. Hasil Penelitian ............................................................................ 43

C. Pembahasan .................................................................................. 45

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 49

B. Saran ............................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 30

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 31

Page 11: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 28

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ..................................................................... 29

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ............................... 43

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ....................... 44

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ......................... 44

Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 45

Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A

di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen ............................... 45

Page 12: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas

Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas

Lampiran 6. Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian

Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 12. Data Tabulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas

Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 15. Hasil Penelitian

Lampiran 16. Dokumentasin Penelitian

Lampiran 17 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Page 13: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator,

salah satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka

Kematian Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

Devolopment Goals (MDGs) pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi

102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Angka kematian ibu

Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota

sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran

hidup. Penyebab kematian ibu yaitu pendarahan menempati persentase

tertinggi penyebab kematian ibu (28%), tertinggi kedua adalah eklamsia

(24%), tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi

(11%). Alasan diberikan vitamin A pada ibu nifas yaitu dikarenakan Vitamin

A merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat memperbaiki berbagai

macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem

kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit

(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012).

Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau

rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan.

Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program

penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul

vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis

Page 14: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

2

tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan

ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2012 sebesar 95,90%, menurun

dibandingkan tahun 2011 (96.43%) (Dinkes Jateng, 2012).

Kekurangan vitamin A kerap berlangsung di daerah yang serba

berkekurangan baik bersifat sosial, ekonomi, maupun ekologi. Kasus

defisiensi ini cenderung terjadi secara berkelompok, bersifat musiman

mencapai puncaknya pada masa kesulitan pangan. Banyak sekali keadaan

yang mempengaruhi status vitamin A seseorang. Salah satu faktor yang

penting adalah kecukupan vitamin A dan pro vitamin A asupan yang

dianjurkan minimal sebesar 180 – 450 μg retinol (Arisman, 2010).

Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A yaitu kelainan kulit

pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas

bagian belakang, kuli tampak kering dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini

selain disebabkan karena Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat juga

disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin A

golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat. Tanda khas pada

mata karena KVA dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan

penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat di

lingkungan yang kurang cahaya (Marmi, 2013).

Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan

adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun

pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan

mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala

manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan

sampai kematian) (Dinkes Jateng, 2012).

Page 15: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

3

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal

21 Oktober 2014 di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen didapatkan rata-

rata selama 1 tahun terakhir angka ibu nifas per bulan sebanyak 30 kunjungan

dan didapatkan data sebanyak 4 ibu nifas mengalami gangguan penglihatan

dan 1 ibu nifas dengan kekurangan energi kronis. Setelah dilakukan

wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu nifas

dengan melakukan tanya jawab terhadap 10 ibu nifas didapatkan 1 ibu nifas

(10%) tingkat pengethauan baik, 5 ibu nifas (50%) tingkat pengetahuan

cukup, dan 4 ibu nifas (40%) dengan tingkat pengetahuan kurang.

Berdasarkan uraian data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Vitamin A di BPS

Griya Husada Karangmalang Sragen”.

B. Perumusan Masalah

“Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di

BPS Griya Husada Karangmalang Sragen?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS

Griya Husada Karangmalang Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di

BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan

baik.

Page 16: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

4

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di

BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan

cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di

BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan

kurang.

d. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada

Karangmalang Sragen.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya

dikemudian hari khsususnya tentang vitamin A.

2. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, terutama tentang

tentang vitamin A.

3. Bagi Institusi

a. Bagi BPS

Hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai

sarana penyuluhan bagi ibu nifas khususnya tentang vitamin A.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bahan bacaan untuk menambah wawasan,

khususnya yang berkaitan dengan masa nifas dan vitamin A.

Page 17: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

5

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment pernah

dilakukan, yaitu:

1. Diah Ayu Wulandari (2013), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu

Nifas tentang Vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro

Karangmalang Sragen” Penelitian ini merupakan jenis penelitian

diskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling.

Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di

Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dapat

dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (20,6%),

pengetahuan cukup 21 responden (61,8%), pengetahuan kurang

sebannyak 6 responden (17,6%).

2. Naibaho (2011), dengan judul “Gambaran Pemberian Kapsul Vitamin A

Untuk Ibu Nifas Oleh Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Poriaha Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli

Tengah” Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif serta dengan desain cross sectional, pengambilan

subjek dilakukan dengan metode Purposive sampling. Penelitian

menunjukkan, di antara ke-9 penolong persalinan ada 4 penolong

persalinan (44,4 %) yang mengetahui pemberian dan manfaat kapsul

vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan dua kali. Hanya 1 dari 9 ibu

nifas (11,1 %) yang mengetahui tentang pemberian dan manfaat

pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas, ketersedian kapsul

vitamin A pada penolong persalinan 987 kapsul 200.000 UI.

Page 18: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil

pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik

atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha

manusia untuk tahu (Nashrulloh, 2009).

Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia

terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami

suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik

lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh

manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah

kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).

b. Jenis Pengetahuan

Menurut Nasir (2011), jenis pengetahuan meliputi:

1) Pengetahuan biasa

Pengetahuan biasa disebut juga knewledge of the man in the street

atau ordinary knowledge atau common sense knowledge.

Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya

subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan

demikian pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar

Page 19: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

7

sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau

tidak ada penyimpangan

2) Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan yang telah menetapkan objek khas dengan menerapkan

metodologis yang khas pula.

3) Pengetahuan filsafat

Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatannya

melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan

menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan

spekulatif.

4) Pengetahuan agama

Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung

dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat

dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri

oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataan-

pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agam memiliki nilain

kebenaran sesuai dengan keyakinan.

c. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkat pengetahuan yang

dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

Page 20: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

8

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk

mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,

aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

Page 21: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

9

mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan

kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesa (Syntesis)

Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada

misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional

atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern

atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:

a) Cara coba – salah (Trial and Error)

Page 22: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

10

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang

menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya

dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan

dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

dapat terpecahkan.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan

dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan

seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini

seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,

pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang

otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik

Page 23: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

11

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun

ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

d) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh

sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah

dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak

orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai

wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

penyelidikan manusia.

Page 24: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

12

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat

sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui

intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan

cara yang rasional dan yang sistematis.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan

umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini

manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan

cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses

pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang

khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan

deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai

dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan

kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman

empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke

dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk

memahami suatu gejala.

Page 25: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

13

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi

berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada

kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa

yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology).

Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan

metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van

Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat

pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan

objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :

a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

Page 26: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

14

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

Menurut Mubarak (2012), terdapat 7 faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang

dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang

memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi

dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu

usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di

dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

Page 27: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

15

langsung. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya

3) Umur

Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan

aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar,

pertumbuhan fisik terdiri atas empat (4) kategori pertumbuhan

yaitu pertumuhan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri

lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf

berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini

Page 28: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

16

4) Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang

cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.

Sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara

psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan

membekas dalam emosi kejiawaan seseorang. Pengalaman baik ini

akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup

dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga

kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan

lingkungan. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

Page 29: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

17

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

2. Konsep dasar Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk

kembalinya organ genetalia internal menjadi normal secara anatomi

dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2009).

Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu

(Saleha, 2009).

Page 30: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

18

b. Periode Nifas

Menurut Suherni (2009), masa nifas dibagi menjadi 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari

organ-organ genetalia kira-kira antara 6 – 8 minggu.

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi.

c. Kunjungan masa nifas

Menurut Saleha (2009), kunjungan masa nifas dibagi menjadi :

1) Kunjungan 6 – 8 jam setelah persalinan.

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi penyebab lain perdarahan, merujuk jika perdarahan

berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal .

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi, jika

petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan

ibu.

2) Kunjungan 6 hari setelah persalinan

Page 31: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

19

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperhatikan tanda-tanda penyakit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat, dan merawat bayi

sehari-hari.

3) Kunjungan 2 minggu setelah persalinan sama seperti 6 hari setelah

persalinan.

4) Kunjungan 4 minggu setelah persalinan.

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau

bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan

antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari

kemudian kurang lebih sama dan kemudian mengerut sehingga

Page 32: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

20

dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan

tidak dapat diraba lagi dari luar (Saleha, 2009).

2) Bekas Implantasi Uri

Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar

dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.

Penonjolan tersebut, dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka

sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu

diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai

2,4 mm (Wiknjosastro, 2007).

3) Luka-luka pada jalan lahir

Seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina

dan servik, umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh kecuali

bila terdapat infeksi (Wiknjosastro, 2007).

4) Lochea

Menurut Suherni (2009), lochea adalah ekskresi cairan

rahim selama masa nifas. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis

yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada

kondisi asam yang ada pada vagina normal. Macam-macam

lochea antara lain:

a) Lochea rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel

desidua, vernix caseosa atau semacam noda dan sel epitel yang

menyelimuti, lanugo dan meconium atas getah kelenjar usus

dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman, selama 2 hari pasca

persalinan.

Page 33: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

21

b) Lochea Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi

pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan.

c) Lochea Serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari

ke 7 – 14 pasca persalinan.

d) Lochea Alba

Lochea Alba adalah cairan putih yang keluar setelah 2 minggu

pasca persalinan.

Macam-macam lochea patologi, yaitu:

a) Lochea purulenta

Lochea purulenta adalah cairan yang keluar seperti nanah

berbau busuk, ini terjadi karena infeksi.

b) Lochiotosis

Lochiotosis adalah lochea yang keluarnya tidak lancar atau

tidak normal.

5) Servik

Servik menjadi sangat lembek, kendur. Serviks tersebut bisa

melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan

terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,

lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah

persalinan dari retak karena robekan dalam persalinan. Rongga

leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum

hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha, 2009).

Page 34: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

22

6) Ligamen-ligamen

Ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-

angsur mengecil kembali seperti sebelum melahirkan

(Winkjosastro, 2007).

e. Perubahan psikologis masa nifas

Menurut Marmi (2012), perubahan psikologis ibu pada masa nifas

meliputi:

1) Fase Taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu

focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikannya

kurang hati-hati.

3) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawabakan peran

barunya yang berlangsung10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase

ini.

Page 35: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

23

f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Kebutuhan dasar ibu nifas meliputi:

1) Pola Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang

serius karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susuna air susu. Diet

yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi

protein dan banyak mengandung cairan (Saleha, 2009).

2) Eliminasi

a) Buang air kecil

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.

Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali

berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi

(Saleha, 2009).

b) Buang air besar

Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah

hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB maka

perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal

(Saleha, 2009).

3) Personal Hygiene

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.

Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah

terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan

lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).

Page 36: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

24

4) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar

secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun

dari tempat tidur dan membimbing ibu secepatnya untuk berjalan

(Saleha, 2009).

5) Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun sebelum ibu hamil

kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan

bagaimana merekan ingin merencanakan tentang keluarganya.

Namun petugas kesehatan dapat membantu merenacakan

keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

(Ambarwati dan Wulandari, 2009).

6) Seksual

Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh,

maka coitus bisa dilakukan pada 3- 4 minggu post partum

(Ambarwati dan Wulandari, 2009).

7) Istirahat dan tidur

Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi istirahat dan

tidur adalah anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan, sarankan ibu untuk kembali pada

kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk

tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur (Suherni, 2009).

Page 37: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

25

8) Laktasi

Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar

air susu berkontraksi sehingga pengeluaran air susu dilakukan.

Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari

ke 2 – 3 postpartum. Keuntungan lain menyusui bayinya sendiri

ialah akan terjalinnya rasa kasih sayang sehingga tumbuh suatu

pertalian yang intim antara ibu dan anak (Wiknjosastro, 2007).

9) Rawat Gabung

Rawat gabung atau rooming-in adalah suatu sistem

perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit

(Wiknjosastro, 2007).

10) Latihan/senam nifas

Latihan atau senam nifas untuk mencapai hasil pemulihan otot

yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal

mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan normal dan tidak

ada penyakit post partum (Saleha, 2009).

3. Vitamin A

a. Pengertian

Vitamin A adalah kristal alkohol yang dalam bentuk aslinya

berwarna putih dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam

makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retenil yaitu

terikat pada asam lemak rantai panjang (Marmi, 2013).

Vitamin A merupakan suatu melokul organik yang sangat

diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan

yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia

dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari

bahan pangan yang dikonsumsi (Proverawati dan Asfuah, 2009)

Page 38: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

26

b. Sifat Vitamin A

Menurut Marmi (2013), vitamin A umumnya bersifat stabil terhadap

panas, asam dan alkali. Namun vitamin juga mempunyai sifat yang

sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan

pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan lemak yang sudah tengik.

c. Fungsi Vitamin A

Menurut Marmi (2013), vitamin A berfungsi sebagai berikut:

1) Berhubungan dengan proses melihat yaitu sebagai retine atau

retinal yang merupakan bagian dari pigmen penglihatan yang peka

terhadap cahaya.

2) Menjaga kesehatan jaringan epitel agar dapat berfungi dengan baik,

seperti mata, alat pernafasan, alat pencernaan, alat reproduksi,

syaraf dan sistem pemubuangan kandung kemih, termasuk kulit

dan selaput-selaput yang melapisi semua saluran yang terbuka

keluar badan dan kelenjar-kelenjar serta saluran-salurannya.

Jaringan-jaringan epitel tersebut dapat mengalami keratinisasi

(timbul lapisan tanduk) bila terjadi kekurangan vitamin A.

3) Berperan dalam proses penyempurnaan gigi, khususnya dalam

pembentukan sel-sel epitel email.

4) Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh

5) Menangkal radikal bebas. Vitamin A merupakan antioksidan dapat

melindungi sel dari radikal bebas, sehingga dapat mencegah dari

berbagai macam penyakit kronis dapat dikonsumsi secara harian.

Page 39: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

27

6) Ikut berperan dalam proses reproduksi

d. Sumber Vitamin A

Menurut Marmi (2013), bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam

pangan hewani, pangan nabati mengandung karotenoid yang

merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Sumber karotin: sayur-

sayuran berwarna merah, kuning dan hijau seperti wortel, tomat, jangu,

bayam. Buah pepaya, mangga dan jeruk. Bahan makanan yang

mengandung vitamin A yaitu hati, lemak hewani, telur, susu, mentega

dan keju.

e. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A

1) Kekurangan Vitamin A

Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah

bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kuli tampak kering

dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena

KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak

essensial, kurang vitamin A golongan B atau Kurang Energi Protein

(KEP) tingkat berat. Tanda khas pada mata karena KVA dimulai

dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun

pada senja hari bahkan tidak dapat melihat di lingkungan yang

kurang cahaya (Marmi, 2013).

Kekurangan vitamin A kerap berlangsung di daerah yang serba

kekurangan yang parah menyebabkan rabun senja, serosis dan

keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada akhirnya

menimbulkan ulkus srta nekrosis kornea Kasus defisiensi vitamin A

cenderung terjadi secara berkelompok, bersifat musiman, mencapai

Page 40: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

28

puncaknya. Penelitian epidemiologis memperlihatkan faktor-faktor

risiko KVA yang meliputi campak, infeksi saluran pernafasn dan

diare. Diare infestasi cacing dan gangguan lain pada saluran

pencernaan mengganggu penyerapan vitamin A (Arisman, 2010).

2) Kelebihan Vitamin A

Pemberian dosis tinggi secara terus menerus untuk

pencegahan, bisa menyebabkan keracunan dengan gejala-gejala:

sakit pada sendi, sakit kepala dan muntah-muntah. Gejala kelebihan

ini terjadi bila dimakan dalam bentuk vitamin A sebagai suplemen

dalam takaran tinggi yang berlebihan,

f. Cara mencegah

Menurut Marmi (2013), cara pencegahan dan penanggulangan KVA

dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu

1) Pertama pendekatan melalui makanan (food based intervention)

Penanggulanan vitamin A berbasis makanan adalah upaya

peningkatan konsumsi vitamin A dari makanan yang kaya akan

vitamin A.

2) Tidak melalui makanan (non food based intervention)

Sebaliknya bila makanan yang aslinya tidak mengandung vitamin

A bisa diperkaya degnan vitamin A melalui teknologi fortifikasi.

g. Kebutuhan Vitamin A

Angka kecukupan gizi vitamin A yang di anjurkan untuk berbagai

golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Page 41: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

29

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin A

Golongan

Umur

AKG

(RE)

Golongan

Umur

AKG

(RE)

0 – 6 bulan 350 Wanita

7 – 12 bulan 350 10 – 12 tahun 500

1 – 3 tahun 350 13 – 15 tahun 500

4 – 6 tahun 360 16 – 19 tahun 500

7 – 9 tahun 400 20 – 45 tahun 500

13 – 15 tahun 500 46 – 59 tahun 500

Pria ≥ 60 tahun

10 – 12 tahun 600 Hamil + 200

13 – 15 tahun 700 Menyusui

16 – 19 tahun 700 0 – 6 bulan + 350

20 – 45 tahun 700 7 – 12 bulan + 300

46 – 59 tahun 600

≥ 60 tahun 600

Sumber: Marmi (2013)

Selama menyusui ibu sebaiknya tidak minum kopi karena kopi

akan meningkatkan kerja ginjal sehingga ibu akan buang air kecil

lebih sering. Kebutuhan vitamin A selama nifas yaitu 200.000 unit

agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI

(Sulistyawati, 2009).

Page 42: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

30

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010), Marmi (2013)

Pengetahuan Nifas Vitamin A

1. Pengertian

2. Sifat Vitamin A

3. Fungsi Vitamin A

4. Sumber Vitamin A

5. Akibat Kekurangan

dan Kelebihan Vitamin

A

6. Cara mencegah

kekurangan Vitamin A

7. Kebutuhan Vitamin A

1. Definisi

2. Jenis

3. Tingkat

pengetahuan

4. Cara memperoleh

pengetahuan

5. Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan

1.

1. Pengertian

2. Periode nifas

3. Kunjungan nifas

4. Perubahan

fisiologis masa

nifas

5. Perubahan

psikologis masa

nifas

6. Kebutuhan dasar

ibu nifas

Page 43: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

31

C. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Baik

Cukup

Kurang

Pengetahuan ibu Nifas

tentang Vitamin A

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

1. Pendidikan

2. Pekerjaan

3. Umur

4. Minat

5. Pengalaman

6. Kebudayaan lingkungan

sekitar

7. Informasi

2.

Page 44: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut

Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan

(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini.

Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada

data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang

digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil

pengukuran maupun hasil konvensi (Nototatmodjo, 2012). Pada penelitian ini

meneliti tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data

selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di

BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 – Juli 2015.

Page 45: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

33

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti

tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,

masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang

semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik

(Silalahi, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu nifas pada saat dilakukan penelitian. Jumlah ibu nifas rata-rata

setiap bulan pada satu tahun terakhir Juli – September 2014 yaitu

sebanyak 30 ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi

(Silalahi, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100

maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subjek lebih dari 100,

maka dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Sehingga sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPS Griya Husada Karangmalang

Sragen pada saat dilakukan penelitian yaitu sebanyak 30 responden.

3. Teknik Pengambilan sampling

Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian

ini menggunakan accidental sampling. Accidental adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data dapat

digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).

Page 46: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

34

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang

Sragen.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A

di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat

Ukur

Skala

Tingkat

pengetahuan

ibu nifas

tentang

vitamin A

Kemampuan ibu nifas

menjawab dengan benar

tentang Vitamin A yang

meliputi pengertian, Sifat

Vitamin A, fungsi

Vitamin A, sumber

Vitamin A, akibat

Kekurangan dan

Kelebihan Vitamin A,

cara mencegah

kekurangan Vitamin A,

Kebutuhan Vitamin A

1. Baik

Bila nilai

responden yang

diperoleh (x) >

mean + 1 SD

2. Cukup

Bila nilai

responden mean -

1 SD ≤ x ≤ mean

+ 1 SD

3. Kurang

Bila nilai

responden yang

diperoleh (x) <

mean – 1 SD

Kuesioner Ordinal

Page 47: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

35

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah

daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan

respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup

adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan jawabannya

(Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif

(favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah,

pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan

dengan skor 1 untuk jawaban salah. Dalam kuesioner dalam penelitian

menggunakan skala guttman. Menurut Hidayat (2011), skala guttman

merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan

jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, positif dan negatif.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan kuesioner Tingkat pengetahuan ibu nifas

tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah

Soal Favourable Unfavourable

Tingkat

pengetahu

an ibu

nifas

tentang

vitamin A

1. Pengertian 1,2 2

2. Sifat Vitamin A 3 4 2

3. Fungsi Vitamin A 5,6,7*,8,11 10*,12*,13,1

4

9

4. Sumber Vitamin A 15*,16,17,18 19,20 6

5. Akibat Kekurangan dan

Kelebihan Vitamin A

21*,23,24,

25,26,29*

22,27,28

30

10

6. Cara mencegah

kekurangan Vitamin A

32 31 2

7. Kebutuhan Vitamin A 33,34 35,36* 4

Total 21 15 36

Ket: *) = Pernyataan tidak valid

Page 48: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

36

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar

adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data.

Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji

validitas dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang

Sragen pada tanggal 30 April 2015 dengan 30 responden.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan

SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment. Menurut Hidayat

(2011), rumus product moment yaitu:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan taraf

signifikan 0,05. Setelah dilakukan uji validitas didapatkan 7 pernyataan

tidak valid yaitu nomor 7,10,12,15,21,29,36, dikarenakan nilai rhitung < rtabel

( ) ( ) }Y - Y {N }X X {

YX. - XY . N

222 2 SSS-S

SSS=

Nrxy

Page 49: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

37

atau signifikan > 0,05. Selanjutnya nomor yang tidak valid tidak

dipergunakan dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha

Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus

Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

úû

ùêë

é S-úû

ùêë

é-

=t

b

k

kr

2

2

11 11 s

s

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir

σt2

= Varians total

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)

(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha

cronbach’s sebesar 0,864 > 0,60, sehingga instrumen dinyatakan reliabel.

Page 50: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

38

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti

mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian Teknik

pengumpulan data dari primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009).

Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner

tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder didapatkan dari data

rekam medik jumlah BPS Griya Husada Karangmalang Sragen yaitu

jumlah ibu nifas.

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2010)

adalah:

Page 51: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

39

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak

sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data

selanjutnya.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

d. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau soffware komputer.

e. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,

Page 52: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

40

kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning).

2. Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat yaitu menganalisa

terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Penelitian ini hanya

mendeskirpsikan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS

Griya Husada Karangmalang Sragen.

Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai

berikut:

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

Menurut Notoatmodjo (2011), rumus mean yaitu:

Rumus : X = n

Keterangan :

X : Rata-rata ( mean )

å x : Jumlah seluruh jawaban responden

n : Jumlah responden

Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat

dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap

rata-ratanya.

Page 53: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

41

Rumus :

SD = 1

)( 2

2

-

- åån

n

xixi

Keterangan:

x : Nilai responden

n : Jumlah responden

Untuk mendapatkan distribusi persentase tingkat pengetahuan ibu

nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen

digunakan rumus persentase. Menurut Riwidikdo (2010), rumus persentase

yaitu:

Jumlah responden menurut Tingkat Pengetahuan

Persentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x 100%

Jumlah total responden

I. Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian

dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi :

1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti

menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta

manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,

lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek

penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka

Page 54: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

42

mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek

penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

J. Jadwal Penelitian

Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan

penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian (Terlampir)

Page 55: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.

BPS Griya Husada Karangmalang Sragen dipimpin oleh Ibu Wiwik Suhartiwi,

Amd. Keb dengan dibantu 1 bidan. Secara umum jenis pelayanan yang

diberikan BPS Griya Husada Karangmalang Sragen meliputi ANC (Ante Natal

Care), persalinan, KB, Imunisasi, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dalam

memberikan layanan kepada pasien BPS Griya Husada Karangmalang Sragen

buka 24 jam. Fasilitas untuk mendukung pelayanan rawat inap khususnya

persalinan sudah cukup memadai, yaitu 2 ruang nifas dengan masing-masing

kamar kapasitas 1 tempat tidur, 1 ruang bersalin, 1 ruang pemeriksaan, 1 ruang

obat dan 1 kamar mandi untuk pasien. Dalam memberikan layanan kepada

pasien di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen menerapkan perawatan ibu

dan bayi dirawat dengan sistem rawat gabung (rooming in)..

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskritptif Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi

Responden

Prosentase

(%)

1

2

3

< 20 tahun

20 – 35 tahun

> 35 tahun

4

23

3

13

77

10

Total 30 100

Sumber: Data Primer 2015

Page 56: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

44

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui umur responden kurang dari 20

tahun sebanyak 4 responden (13%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 23

responden (77%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 3 responden

(10%).

b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi

Responden

Prosentase

(%)

1

2

3

SMP

SMA

Sarjana

12

15

3

40

50

10

Total 30 100

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui pendidikan SMP sebanyak

12 responden (40%), pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%)

dan pendidikan Sarjana sebanyak 3 responden (10%).

c. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi

Responden

Prosentase

(%)

1

2

3

IRT

Swasta

PNS

13

14

3

43

47

10

Total 30 100

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui sebagai Ibu Rumah tangga

sebanyak 13 responden (43%), bekerja di bidang swasta 14 responden

(47%) dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak

3 responden (10%).

Page 57: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

45

2. Hasil Analisis tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A

a. Analisis Data Penelitian Skor Mean dan Standar Deviasi

Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari

nilai mean dan standar deviasi, setelah dilakukan perhitungan maka

hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi

Variabel N Mean Standar

Deviasi

Tingkat pengetahuan ibu nifas

tentang vitamin A di BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen

30

19,1

5,1

b. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3

tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini,

sebagai berikut:

Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen

No Pengetahuan Frekuensi

Responden

Prosentase

(%)

1

2

3

Baik

Cukup

Kurang

5

18

7

17

60

23

Total 30 100

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS

Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik sebanyak 5

responden (17%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60%) dan

pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23%). Sehingga mayoritas

tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada

Karangmalang Sragen pada kategori pengetahuan cukup.

Page 58: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

46

C. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang

vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik

sebanyak 5 responden (16,7%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden

(60,0%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (23,3%).

Menurut Nashrulloh (2009), pengetahuan adalah apa yang diketahui

oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu

merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses

usaha manusia untuk tahu. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), pada

dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu,

atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat

akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang

bersangkutan dengan masalah kejiwaan.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang

vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan baik

sebanyak 5 responden (16,7%), dalam hal ini responden mampu menjawab

dengan benar tentang vitamin A dari kuesioner tentang Vitamin A yang telah

diberikan. Berdasarkan karakteristik umur responden kurang dari 20 tahun

sebanyak 4 responden (13%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 23 responden

(77%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 3 responden (10%).

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden salah satunya yaitu

umur. Menurut Mubarak (2012), bertambahnya umur seseorang akan

Page 59: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

47

mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek

psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan

dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan

diri menuju usia tua, selain itu akan lebih banyak menggunakan banyak waktu

untuk membaca.

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan cukup sebanyak 18 responden

(60,0%) tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen.

Dalam hal ini responden dapat mengingat suatu materi tentang vitamin A

yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari sebagian bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Ditunnjutkkan dengan masih cukup jawaban

yang benar. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden

yaitu pendidikan. diketahui pendidikan SMP sebanyak 12 responden (40%),

pendidikan SMA sebanyak 15 responden (50%) dan pendidikan Sarjana

sebanyak 3 responden (10%). Menurut Mubarak (2012), bahwa semakin

tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima

informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin

banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Page 60: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

48

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang

vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen pengetahuan kurang

sebanyak 8 responden (23,3%). Dalam hal ini responden kurang mengingat

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sehingga pengetahuan mereka

kurang tentang vitamin A. Oleh sebab itu, pengetahuan ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Ditunjukkan dengan masih banyak jawaban

responden yang salah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan responden yaitu pekerjaan. Dapat diketahui pekerjaan sebagai

Ibu Rumah tangga sebanyak 13 responden (43%), bekerja di bidang swasta 14

responden (47%) dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak

3 responden (10%). Dengan kesibukan untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Bekerja umumnya pekerjaan akan menyita waktu yang

berakitbat pada tingkat pengetahuan mereka tentang vitamin A.

Faktor pendorong dan penghambat dalam penelitian tingkat pengetahuan

ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen ini

adalah umur dan pendidikan, pekerjaan sehingga dapat dsimpulkan dengan

bertambahnya umur pendidikan dan pekerjaan, diperlukan kerja sama dengan

pihak terkait untuk lebih aktif memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang

kesehatan khususnya tentang pentingnya vitamin A.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Kendala

Waktu pengambilan data saat pengisian kuesioner ada sebagian

responden mengisi pernyataan tidak lengkap sehingga peneliti harus

Page 61: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

49

mengunjungi ke rumah responden untuk pengisian kuesioner yang

terlewati.

2. Kelemahan

a Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil

penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda

hasil jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian. Kuesioner

yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa

menjawab “benar” atau “salah” dan jawaban responden belum bisa

untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.

b Penelitian ini sebatas mendeskripsikan karakteristik respondendan

teori untuk menyimpulkan faktor pendorong dan faktor penghambat

pengetahuan sehingga pengaruhnya tidak diteliti secara statistik.

Page 62: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen. Penulis dapat menyimpulkan penelitian tingkat

pengetahuan responden sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada

Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 responden

(16,7%),

2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada

Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan cukup sebanyak 18 responden

(60,0%)

3. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di BPS Griya Husada

Karangmalang Sragen tingkat pengetahuan kurang sebanyak 8 responden

(23,3%).

4. Faktor pendorong dan penghambat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin

A di BPS Griya Husada Karangmalang Sragen adalah pendidikan, umur

dan pekerjaan.

Page 63: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari

51

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:

1. Responden

Diharapkan kepada responden ibu nifas dapat meningkatkan pengetahuan

dengan banyak membaca, aktif mengikuti penyuluhan khususnya

pengetahuan tentang vitamin A.

2. Institusi

a. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menambah literatur tentang vitamin A

dan hasil penelitian dapat dijadikan bahan bacaan atau referensi

khususnya tentang vitamin A.

b. BPS

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi BPS Griya

Husada Karangmalang Sragen dalam upaya meningkatkan kesehatan

ibu dalam menghadapi masa nifas dengan melakukan penyuluhan-

penyuluhan khususnya tentang tentang vitamin A.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan lebih meningkatkan penelitian yang serupa dengan menambah

variabel penelitian sehingga didapat hasil penelitian yang lebih sempurna.

Page 64: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari
Page 65: TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A DI …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-taniayasmi... · Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari