tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa … · husada, lukas budi. 2017. tingkat kesantunan...

198
TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DI LINGKUP UNIT KEGIATAN MAHASISWA SENI KARAWITAN BULAN FEBRUARI MEI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Lukas Budi Husada NIM: 131224041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: ngonguyet

Post on 17-Aug-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI

MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

DI LINGKUP UNIT KEGIATAN MAHASISWA

SENI KARAWITAN BULAN FEBRUARI – MEI TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Lukas Budi Husada

NIM: 131224041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

iv

MOTO

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,

Ia membimbing aku ke air yang tenang. Sekalipun aku berjalan

dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau

besertaku.

(Mazmur 23:1-4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah Yang Maha Baik

Untuk Kedua Orang Tuaku Tercinta

Thietus Priya Raharja dan Maria Immaculata Sunarti

Yang dengan sabar dan tulus memberikan doa-doa, dukungan, perhatian, dan

semangat agar puncak keberhasilan dapat kurai dengan sempurna.

Untuk Kakakku Tersayang

Veronica Dewi Pranandari

Yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk keberhasilanku baik dalam bidang

akademik maupun non-akademik.

Untuk Teman Istimewa

Maria Sherly Anita

Yang selalu memberikan doa, perhatian, dan semangat dalam menikmati perkuliahan

maupun berkegiatan (kesenian, jurnalistik, kepramukaan) dan memacu semangatku

untuk segera meraih gelar S.Pd.

Untuk Simbah Putri

Paulina Pertimah

Yang selalu memberikan doa, restu, dan penyemangat untuk menjalani perkuliahan

hingga menyelesaikan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang kain, kecuali yang telah disebutkan di

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Agustus 2017

Penulis

Lukas Budi Husada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Lukas Budi Husada

Nomor Induk Mahasiswa : 131224041

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI

MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

DI LINGKUP UNIT KEGIATAN MAHASISWA

SENI KARAWITAN BULAN FEBRUARI – MEI 2017

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media yang

lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,

dan mempublikasikannya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

pada tanggal: 21 Agustus 2017

Yang menyatakan

Lukas Budi Husada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

viii

ABSTRAK

Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa

Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni

Karawitan Bulan Februari-Mei 2017. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji mengenai tingkat kesantunan berkomunikasi

mahasiswa Universitas Sanata Dharma di lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni

Karawitan. Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan tingkat

kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma sebagai pengrawit

(penabuh gamelan) di Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan.

Penelitian ini sebagai penelitian kualitatif sesuai dengan data penelitian dan

tujuannya. Data penelitian ini adalah tuturan langsung mahasiswa Universitas Sanata

Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan yang diambil

sejak bulan Februari-Mei 2017. Data tuturan berupa tuturan campur kode bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia. Tujuannya yaitu mendeskripsikan tingkat kesantunan

berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang berperan sebagai

pengrawit di Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan. Metode pengumpulan data

menggunakan metode observasi partisipatif dan metode simak-catat dan rekaman.

Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berdasarkan

kajian analisis deskriptif yang dipaparkan dalam empat tahap, yaitu tahap klasifikasi,

tahap identifikasi, tahap interpretasi, dan tahap deskripsi.

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditentukan, peneliti

menganalisis data tuturan campur kode bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

menggunakan tiga skala kesantunan yang dikemukakan oleh Geoffrey Leech (1983).

Ketiga skala kesantunan tersebut yaitu, 1) skala untung-rugi, 2) skala pilihan, dan 3)

skala ketidaklangsungan. Ketiga skala tersebut sebagai alat ukur untuk mengetahui

tingkat kesantunan berkomunikasi. Peneliti menemukan 59 data tuturan yang

tergolong santun dan 13 data tuturan tidak santun berdasarkan analisis dengan

menggunakan skala kesantunan Leech.

Berdasarkan hasil analisis data tuturan dapat dibuktikan bahwa tingkat

kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma di lingkup Unit

Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan sebagian besar tergolong santun. Berdasarkan

hasil analisisnya dapat dilihat bahwa penggunaan campur kode bahasa Jawa Ngoko

dan bahasa Indonesia tergolong cukup santun.

Kata kunci: bahasa, pragmatik, kesantunan, pengrawit, dan karawitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

ix

ABSTRACT

Husada, Lukas Budi. 2017. The Level of Sanata Dharma University Student’s

Communication Politeness in Karawitan Student’s University Club

Februari – May 2017. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and

Literature Education Study Program, Faculty of Teacher and Education,

Sanata Dharma University.

This research examines the level of communicative politeness of students of

Sanata Dharma University’s students in Students Extracuricular Unit of Karawitan

Arts. The level of communicative politeness of Sanata Dharma University’s students

as a gamelan musician in Students Extracuricular Unit of Karawitan Arts.

The method of collecting data is particitory, observation, referring-record,

record methodology. The data of this research is direct speech of Sanata Dharma

University students who follow Karawitan Students Extracuricular Unit taken from

February to May 2017. The data of speech in the form of mixed speech of Javanese

and Indonesian language code. The goal is to describe the level of politeness

communicate students of Sanata Dharma University who play a role in the Students

Extracuricular Unit of Karawitan Arts. Methods of data collection using

participatory observation methods and methods of referring-record and recording.

The technique of data analysis conducted by the researcher is descriptive analysis.

Analysis is presented in four stages, namely classification stage, identification stage,

stage of interpretation, and description stage.

In accordance with the problem formulations, the research analyzes the

mixed data of Javanese and Indonesian language code using three levels of

politeness proposed by Geoffrey Leech (1983). The three scales of politeness are, 1)

cost-benefit scale, 2) optionaly scale, 3) inderectness scale. The third scales function

as a measuring tool to determine the level of politeness communicate. The

researchers found 59 classified speech data and 13 speech data were not polite based

on analysis by using Leech’s politeness scale.

Based on analysis of speech data, it can be proved that the level of

communicative politeness of Sanata Dharma University’s in Students Extracuricular

Unit of Karawitan Art is mostly classified. Based on the result, it can be seen that the

use of mixed Java language code Ngoko and Indonesian quite classy.

Keyword: language, pragmatic, politeness, pengrawit, and karawitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis sembahkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, karena atas rahmatNya yang melimpah penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir yang berjudul Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa

Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni

Karawitan Bulan Februari – Mei 2017 dengan baik dan lancar.

Di dalam tugas akhir ini, secara berurutan penulis mengungkapkan

gagasannya berdasarkan hasil penelitian terhadap tuturan mahasiswa Universitas

Sanata Dharma yang aktif terlibat di Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan.

Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai dengan

kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan lancar berkat

doa-doa, dukungan, bantuan, dan kerja sama dengan berbagai pihak. Maka penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang telah setia mendampingi, mendukung, dan

bersedia membantu penulis secara akademis selama penulis menempuh

pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan setia,

pengertian, dan penuh kesabaran telah membimbing, memotivasi, berdiskusi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xi

mengarahkan, dan memberikan banyak masukan yang sangat berharga bagi

penulis mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini selesai.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah

mendidik, mengarahkan, dan menuntun penulis selama masa studi dan

berproses bersama dalam usaha mendalami berbagai ilmu kependidikan dan

kebahasaan, khususnya bahasa dan sastra Indonesia, sebagai bekal dan harta

berharga bagi penulis untuk berkiprah di dunia pendidikan yang sesungguhnya

sebagai guru dan pendidik sejati.

6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan Sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang dengan tekun, tulus, dan sabar memberikan

pelayanan yang optimal kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan

administrasi dan urusan penyelesaian skripsi ini.

7. Drs. Paulus Suparmo, S.S., M.Hum., selaku Kepala Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan segenap staf perpustakaan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya

bagi penulis untuk mengerjakan tugas akhir ini di ruang Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersih dan nyaman.

8. Sahabat PBSI seperjuangan, Timotius Tri Yogatama, Indah Rahayu, Natalia

Kartika Purnasari, Yuliana Herwinda SP, Maria Kiky Adhi, Faradhita Dian

Maharani, Fransiska Kumala Sari, Riska Safitri, Andreas Novian Puspita, dan

Windy Anindita D, Alfonsus Lintang Samodro, Adrian Nugroho, Rosalia Fibi,

atas kebersamaan, dukungan, kekonyolan, serta seloroh yang telah muncul

bertubi-tubi selama ini. Kalian telah memberi banyak warna dalam setiap

perjalanan masa studi di Universitas Sanata Dharma dalam suka dan duka,

tangis dan tawa, malu dan bangga.

9. Teman-teman PBSI angkatan 2013, secara khusus kelas A dan B, yang telah

memberikan dukungan serta memberikan banyak masukan serta semangat

dalam dinamika perkuliahan selama ini hingga penulis menyelesaikan skripsi

ini.

10. Albertus Eko Susilo, S.Sn., Muhammad Nur Hanafi, S.Kar., dan Trikoyo,

S.Kar., sebagai pelatih karawitan saat penulis baru pertama kali mengenal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xii

belajar karawitan sejak kuliah di Universitas Sanata Dharma dan memberi

kesempatan untuk membantu penulis dalam mencari data-data penelitian yang

diperlukan.

11. Teman-teman UKM Seni Karawitan Universitas Sanata Dharma, Maria Vita,

Agnes Listi, Meivawati, Maria Sherly Anita, Joseph Cahyo, Adrian Nugroho,

Lawrence Heriyanto, Thomas Yulis Padmara, Robertus Budi Santosa,

Antonius Andi Gunawan, Ajeng Anggraeni Putri, Raras Ruming Melathi,

Maria Dwi Utami, Katarina Novita Sari, dan semua pengrawit yang sekian

lama berproses di karawitan dan unjuk gigi dengan menyelenggarakan

pergelaran wayang kulit, sendra tari, FSG, dan lainnya baik sebagai panitia

maupun sebagai pengrawit. Kalian juga memberi bantuan dan dukungan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman Etnik Banget, Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela

Nanggulan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta yang selalu mengajak

menggubah musik gamelan dan musik modern, lalu dipentaskam untuk

memeriahkan Kirab Salib AYD 2017 dari paroki ke paroki (Kulonprogo,

Magelang, Sleman, dan Jogjakarta), dan selalu memberi warna baru yang unik,

kreatif, dan asyik saat berkesenian di luar kampus.

13. Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Gareng, Nardi, Dolok,

Munaji, Alek, dan kawan Topan CGI yang selalu mendukung, mengingatkan,

dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Tonny Setia Putra sebagai redaktur Majalah Praba yang selalu memberi

kesempatan dan semangat untuk mengembangkan keterampilan menulis berita,

opini, dan wacana sebagai bentuk penerapan materi-materi perkuliahan dalam

bidang jurnalistik.

15. Dominikus Nanang Purwanto sebagai penerbit buku Scritto Books Publisher

yang telah memberi kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk menulis

buku yang diberi judul “KUNCI PAS EBI (EJAAN BAHASA INDONESIA

YANG DISEMPURNAKAN)”, yang didistribusikan di Gramedia seluruh

Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xiii

Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan

berbagai cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses

pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa

hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan

satu per satu di dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, segala bentuk kritik, saran, dan sumbangan ide yang membangun

kiranya dapat disampaikan kepada penulis demi penyempurnaan tulisan ini.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi

inspirasi bagi peminat studi kebahasaan, khususnya bidang pragmatik.

Yogyakarta, 21 Agustus 2017

Penulis

Lukas Budi Husada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

MOTO ........................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

ABSTRACT ................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ............................................................................... x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xviii

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xxi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

1.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xv

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 7

1.7 Sistematika Penelitian ........................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 9

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 9

2.2 Kajian Pustaka ....................................................................................... 11

2.2.1 Pragmatik ...................................................................................... 11

2.2.2 Tindak Tutur.................................................................................. 13

2.2.3 Konteks ......................................................................................... 16

2.2.4 Konsep Muka ................................................................................ 19

2.2.5 Teori Kesantunan Berkomunikasi ................................................. 20

2.2.5.1 Prinsip Kesantunan Berkomunikasi .................................. 21

2.2.5.2 Skala Kesantunan Berkomunikasi .................................... 25

2.2.5.3 Indikator Kesantunan Berkomunikasi ............................... 30

2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 41

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 41

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................... 42

3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 43

3.4 Instrumen Penelitian.............................................................................. 45

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 45

3.6 Triangulasi Data .................................................................................... 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 50

4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 50

4.2 Hasil Analisis Data ................................................................................ 52

4.2.1 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas

Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni

Karawitan ..................................................................................... 52

4.2.1.1 Skala Biaya Keuntungan (Untung-Rugi) ......................... 52

4.2.1.2 Skala Pilihan (Keopsionalan) ........................................... 81

4.2.1.3 Skala Ketidaklangsungan ................................................. 109

4.3 Pembahasan ........................................................................................... 138

4.3.1 Skala Untung-Rugi .............................................................. 138

4.3.2 Skala Pilihan........................................................................ 140

4.3.3 Skala Ketidaklangsungan .................................................... 141

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 147

5.1 Simpulan ............................................................................................... 147

5.2 Saran ...................................................................................................... 148

5.2.1 Bagi Penelitian Lanjutan .............................................................. 148

5.2.2 Bagi Guru ..................................................................................... 149

5.2.3 Bagi Masyarakat Pemakai Bahasa ............................................... 149

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 150

LAMPIRAN - LAMPIRAN ..................................................................... 152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xvii

Lampiran I Data Tuturan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan ........ 152

Lampiran II Tabulasi Triangulasi Data ....................................................... 162

BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 177

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Subjek Penelitian ..................................................................... 43

Tabel 2 Aspek Penentu Kesantunan Berkomunikasi Menurut Leech .............. 47

Tabel 3 Analisis 1 Skala Untung-Rugi ............................................................ 53

Tabel 4 Analisis 2 Skala Untung-Rugi ............................................................ 54

Tabel 5 Analisis 3 Skala Untung-Rugi ............................................................ 55

Tabel 6 Analisis 4 Skala Untung-Rugi ............................................................ 57

Tabel 7 Analisis 5 Skala Untung-Rugi ............................................................ 58

Tabel 8 Analisis 6 Skala Untung-Rugi ............................................................ 59

Tabel 9 Analisis 7 Skala Untung-Rugi ............................................................ 61

Tabel 10 Analisis 8 Skala Untung-Rugi........................................................... 62

Tabel 11 Analisis 9 Skala Untung-Rugi........................................................... 63

Tabel 12 Analisis 10 Skala Untung-Rugi......................................................... 64

Tabel 13 Analisis 11 Skala Untung-Rugi......................................................... 65

Tabel 14 Analisis 12 Skala Untung-Rugi......................................................... 67

Tabel 15 Analisis 13 Skala Untung-Rugi......................................................... 68

Tabel 16 Analisis 14 Skala Untung-Rugi......................................................... 69

Tabel 17 Analisis 15 Skala Untung-Rugi......................................................... 70

Tabel 18 Analisis 16 Skala Untung-Rugi......................................................... 71

Tabel 19 Analisis 17 Skala Untung-Rugi......................................................... 72

Tabel 20 Analisis 18 Skala Untung-Rugi......................................................... 73

Tabel 21 Analisis 19 Skala Untung-Rugi......................................................... 74

Tabel 22 Analisis 20 Skala Untung-Rugi......................................................... 75

Tabel 23 Analisis 21 Skala Untung-Rugi......................................................... 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xix

Tabel 24 Analisis 22 Skala Untung-Rugi......................................................... 77

Tabel 25 Analisis 23 Skala Untung Rugi ......................................................... 79

Tabel 26 Analisis 24 Skala Untung Rugi ......................................................... 80

Tabel 27 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa UKM Seni

Karawitan Dari Skala Untung-Rugi .................................................. 81

Tabel 28 Analisis 25 Skala Pilihan ................................................................. 82

Tabel 29 Analisis 26 Skala Pilihan .................................................................. 83

Tabel 30 Analisis 27 Skala Pilihan .................................................................. 84

Tabel 31 Analisis 28 Skala Pilihan .................................................................. 85

Tabel 32 Analisis 29 Skala Pilihan .................................................................. 87

Tabel 33 Analisis 30 Skala Pilihan .................................................................. 88

Tabel 34 Analisis 31 Skala Pilihan .................................................................. 89

Tabel 35 Analisis 32 Skala Pilihan .................................................................. 90

Tabel 36 Analisis 33 Skala Pilihan .................................................................. 92

Tabel 37 Analisis 34 Skala Pilihan .................................................................. 93

Tabel 38 Analisis 35 Skala Pilihan .................................................................. 94

Tabel 39 Analisis 36 Skala Pilihan .................................................................. 95

Tabel 40 Analisis 37 Skala Pilihan .................................................................. 96

Tabel 41 Analisis 38 Skala Pilihan .................................................................. 97

Tabel 42 Analisis 39 Skala Pilihan .................................................................. 98

Tabel 43 Analisis 40 Skala Pilihan .................................................................. 99

Tabel 44 Analisis 41 Skala Pilihan .................................................................. 100

Tabel 45 Analisis 42 Skala Pilihan .................................................................. 101

Tabel 46 Analisis 43 Skala Pilihan .................................................................. 102

Tabel 47 Analisis 44 Skala Pilihan .................................................................. 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xx

Tabel 48 Analisis 45 Skala Pilihan .................................................................. 104

Tabel 49 Analisis 46 Skala Pilihan .................................................................. 105

Tabel 50 Analisis 47 Skala Pilihan .................................................................. 107

Tabel 51 Analisis 48 Skala Pilihan .................................................................. 108

Tabel 52 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa

KM Seni Karawitan Dari Skala Pilihan ............................................ 109

Tabel 53 Analisis 49 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 110

Tabel 54 Analisis 50 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 111

Tabel 55 Analisis 51 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 112

Tabel 56 Analisis 52 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 113

Tabel 57 Analisis 53 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 115

Tabel 58 Analisis 54 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 116

Tabel 59 Analisis 55 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 117

Tabel 60 Analisis 56 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 118

Tabel 61 Analisis 57 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 119

Tabel 62 Analisis 58 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 120

Tabel 63 Analisis 59 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 121

Tabel 64 Analisis 60 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 122

Tabel 65 Analisis 61 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 123

Tabel 66 Analisis 62 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 124

Tabel 67 Analisis 63 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 126

Tabel 68 Analisis 64 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 127

Tabel 69 Analisis 65 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 128

Tabel 70 Analisis 66 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 129

Tabel 71 Analisis 67 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

xxi

Tabel 72 Analisis 68 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 131

Tabel 73 Analisis 69 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 132

Tabel 74 Analisis 70 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 134

Tabel 75 Analisis 71 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 135

Tabel 76 Analisis 72 Skala Ketidaklangsungan ............................................... 136

Tabel 77 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa

UKM Seni Karawitan Dari Skala Ketidaklangsungan ...................... 137

Tabel 78 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Berdasarkan Skor Aspek

Penentu Kesantunan .......................................................................... 142

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 40

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Tingkat Kesantunan Berdasarkan Aspek Penentu Kesantunan ......... 143

Grafik 2 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Secara Khusus ......................... 144

Grafik 3 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Secara Umum .......................... 145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bagian ini mencakup tentang 1) latar belakang, 2) rumusan masalah, 3) tujuan

penelitian, 4) manfaat penelitian, 5) batasan istilah, 6) ruang lingkup penelitian,

dan 7) sistematika penulisan. Uraian secara lengkap bagian pendahuluan

dijabarkan berikut ini.

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan mahkuk sosial yang memiliki bahasa sebagai alat

untuk berinteraksi antarmanusia. Bahasa digunakan untuk pemenuhan kebutuhan

sehari-hari dalam berinterkasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan

oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri.

Bahasa dalam kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi segala bidang

kemasyarakatan, seperti bidang ekonomi, bidang politik, bidang pendidikan,

bidang kesehatan, dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa itu sendiri memiliki

fungsi masing-masing sesuai dengan kondisi atau situasi yang terjadi dan

bagaimana bahasa itu digunakan di dalam masyarakat. Maka bahasa dapat

dikatakan memiliki fungsi komunikatif. Van Dijk, T.A, 1977 (dalam Pranowo,

2014:178) menyatakan bahwa fungsi komunikatif bahasa antara lain, fungsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

2

informatif, transaksional, interaksional, komisif, direktif, konatif,

ekspresif, regulatory, heuristik, instrumental, dan fungsi imajinatif. Kesebelas

fungsi komunikatif bahasa tersebut merupakan faktor penentu kesantunan

berbahasa dan bertindak yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.

Wahab (dalam Pranowo, 2009) menyatakan bahwa bahasa menentukan

perilaku budaya manusia. Orang yang berbicara menggunakan pilihan kata,

ungkapan yang santun, struktur kalimat, dan tindakan yang benar menunjukkan

bahwa kepribadian orang itu baik. Sementara orang berkepribadian tidak baik,

kendati telah berbahasa baik, benar, dan santun pada suatu saat kepribadiannya

yang buruk akan muncul dengan bahasa maupun tindakan yang tidak santun.

Maka dalam berkomunikasi harus memiliki pokok masalah yang

dikomunikasikan.

Pembicaraan yang dilakukan oleh seseorang dengan mitra tutur harus

memperhatikan kaidah “empan papan” atau mempertimbangkan situasi dan

kondisi. Ketika berkomunikasi, orang Jawa lebih suka adu rasa dan angon rasa

(Pranowo, 2009:210). Masyarakat Jawa saat berkomunikasi tidak menonjolkan

rasio, melainkan lebih menekankan perasaan. Adu rasa berarti mengadu

ketajaman perasaan antara seseorang dengan mitra tutur untuk menyampaikan

maksud secara tidak langsung. Sementara angon rasa merupakan pengungkapan

maksud dalam tuturan dengan mempertimbangkan waktu yang tepat berkaitan

dengan kondisi perasaan mitra tuturnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

3

Melalui sikap adu rasa dan angon rasa ini, dapat menimbulkan sikap

hormat dan menghargai orang lain. Sikap ini mengandung nasehat agar orang

selalu berperilaku rendah hati (andhap asor), tidak congkak, tidak sombong, dan

sebagainya. Saat berbicara dengan mitra tutur, sikap ini terwujud dalam

pemakaian bahasa untuk memuji mitra tutur dan tidak meninggikan diri sendiri.

Dalam hal ini, sikap dan tuturan seseorang yang santun dapat dilihat dari

pengaruh nilai-nilai budaya Jawa yang berkembang di dalam Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Seni Karawitan Universitas Sanata Dharma.

Banyak orang menganggap bahwa tuturan di dunia seni karawitan identik

dengan penggunaan bahasa Jawa Krama Inggil (bahasa tingkat tinggi) yang serba

halus sehingga menunjukkan kesantunan berkomunikasi yang tinggi. Namun di

UKM Seni Karawitan Universitas Sanata Dharma justru penggunaan bahasa Jawa

Ngoko (bahasa arus bawah) dan bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa

pengantar dalam proses pembelajaran karawitan. Misalnya ada tuturan sebagai

berikut.

A : “Astafirulloh! Sakiiiiiit ya ampun!!”

B : “Ndadak nglangkahi gamelan. Hati-hati, ndak usah diulangi.”

A : “Iya sorry, Mas. nJarem tenan iki garesku. Ngapura ya, Mas.”

Dari tuturan antara si A menjerit kesakitan karena mengalami cidera pada

kakinya setelah melompati gamelan yang ada di depannya. Si A tidak berhasil

melompati tetapi justru menendang gamelan yang terbuat dari kayu jati dan

perunggu. Lalu si B menanggapi dengan menyindir dan menasihati agar si A tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

4

mengulangi tindakan seperti itu, sebagai bentuk kesopanan dan menghormati

karya orang lain maupun menghormati dan menghargai orang-orang di sekitarnya.

Si A meminta maaf karena menyadari bahwa dirinya salah.

Melihat fenomena dinamika pembelajaran karawitan saat ini, penulis ingin

menganalisis fenomena kesantunan mahasiswa di UKM Seni Karawitan

Universitas Sanata Dharma. Terkadang dalam suatu percakapan yang terjadi di

ruang karawitan menggunakan bahasa yang santun tetapi memiliki makna yang

berbeda yang dirasakan oleh mitra tutur. Tentu saja ini akan berpengaruh pada

situasi atau konteks komunikasi antar pengrawit (penabuh gamelan). Dari proses

pembelajaran karawitan yang sedang berlangsung, tuturan pengrawit dengan

maksud yang baik tetapi ditanggapi dengan tuturan yang kurang santun disertai

dengan nada yang tinggi atau tanggapan yang baik pula.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa fenomena kesantunan berkomunikasi

memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti

sebelumnya. Penelitian mengenai interaksi antara dua orang atau lebih sudah

banyak dilakukan. Namun penelitian mengenai tingkat kesantunan berkomunikasi

di dunia seni karawitan belum banyak dilakukan, sehingga penelitian ini

dipandang tepat dan menarik. Permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan

pilihan kata dalam berkomunikasi menimbulkan kehati-hatian agar komunikasi

berjalan dengan baik. Maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat dan

mengkaji sejauh mana tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas

Sanata Dharma yang mengikuti seni karawitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

bagaimanakah tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata

Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan tentang tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa

Universitas Sanata Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Seni

Karawitan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis

maupun secara teoretis dalam kehidupan dan perkembangan semantik pada

umumnya. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi dalam perkembangan ilmu Pragmatik yang berkaitan

dengan kesantunan berkomukasi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori

Pragmatik bagi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

6

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.

Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya

kalangan muda bahwa nilai-nilai budaya Jawa itu masih sangat relevan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu masyarakat juga dapat

mengetahui bahwa mahasiswa memiliki andil yang besar dalam menjaga

kearifan lokal daan membentuk jati diri bangsa Indonesia yang santun dan

halus dalam berkomunikasi maupun bertindak.

1.5 Batasan Istilah

Pembahasan di dalam penelitian ini tentu saja hanya mencakup beberapa

hal, sehingga penulis mencantumkan batasan istilah yang digunakan agar

pembahasan yang ada di dalamnya tidak melebar terlalu jauh dan dapat

dimengerti pembacanya.

1. Pragmatik

Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa

dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud telah tergramatisasi dan

terkodifikasi sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari struktur

bahasanya (Levinson, dalam Rahardi, 2009: 20).

2. Konteks

Konteks adalah situasi lingkungan dalam arti luas yang

memungkinkan peserta tuturan untuk dapat berinterkasi dan membuat

ujaran mereka dapat dipahami (Mey, dalam Nadar, 2009:3).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

7

3. Kesantunan

Dalam KBBI mendefinisikan santun sebagai halus dan baik (budi

bahasanya, tingkah lakunya; sabar dan tenang; sopan. Pranowo (2009:1)

mengungkapkan bahwa kesantunan berarti mampu bertutur kata secara

halus dan isi tutur katanya memiliki maksud yang jelas dapat menyejukkan

hati dan membuat orang lain berkenan.

4. Tindak Tutur

Tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis

dan yang dapat dilihat melalui makna tindakan dalam tuturannya itu.

Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur (Chaer,

2010:27). Menurut Austin 1962 dan Searle 1969 (dalam Rahardi, 2009:17)

tindak tutur terbagi menjadi tiga, yaitu tindak lokusioner, tindak

ilokusioner, dan tindak perlokusioner.

5. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Karawitan

UKM Seni Karawitan Universitas Sanata Dharma merupakan

kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh universitas sebagai

wahana untuk mengembangkan bakat dan keterampilan mahasiswa dalam

bermain karawitan. Selain itu UKM Seni Karawitan juga dijadikan sebagai

ajang dalam melestarikan kesenian tradisional yang luhur.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai suatu

penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini hanya dibatasi pada upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

8

mendeskripsikan tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa yang tergabung

dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Karawitan. Tuturan yang diteliti

adalah tuturan mahasiswa yang mengikuti UKM Seni Karawitan di Universitas

Sanata Dharma yang diambil pada Februari – Mei 2017.

1.7 Sistematika Penelitian

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II memuat landasan teori yang diintegrasikan dengan beberapa penelitian

relevan yang terkait dengan topik penelitian ini. Pada bab II ini berturut-turut

dibahas 1) penelitian relevan, hubungan bahasa dan kebudayaan, pragmatik,

tindak tutur, konteks, teori kesantunan berkomunikasi, dan kerangka berpikir. Bab

III berisi metodologi penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data dan

data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen penelitian, dan

triangulasi data. Pada bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri

dari deskripsi data, analisis data, dan pembahasan temuan. Bab V berisi penutup

yang terdiri dari simpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bagian ini mencakup tentang 1) penelitian yang relevan, 2) kajian pustaka, dan 3)

kerangka berpikir. Uraian secara lengkap bagian kajian pustaka dijabarkan berikut

ini.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sejauh penelusuran penulis tentang penelitian sejenis atau yang

mempunyai korelasi dengan penelitian ini, penulis menjumpai beberapa penelitian

yang pernah dilakukan. Penelitian dengan judul: “Tingkat Kesantunan

Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan

Mahasiswa Seni Karawitan”, belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu.

Namun, penelitian yang menganalisis kesantunan berkomunikasi di bidang seni

karawitan belum pernah dilakukan.

Penelitian dengan judul: “Tingkat Kesantunan dan Keefektifan Tuturan

Bahasa Slang sebagai Bahasa Percakapan dalam Komunitas Pesepeda di

Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan oleh Sumarwanto tahun 2013. Berkaitan

dengan tuturan, penelitian ini menemukan bahwa penutur dapat dikatakan santun

jika memperhatikan mitra tuturnya, kapan, kepada siapa berbicara, apa jabatan

kita, dan di mana pun berada. Kriteria keefektifan kesantunan terdiri dari konteks

tuturan, penggunaan kata yang tepat, bentuk yang sesuai, jujur, sopan santun, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

10

menarik. Tuturan yang tidak santun belum tentu tidak efektif untuk digunakan,

karena jika memenuhi sebagian besar kriteria maka tuturan itu efektif sebagai

percakapan tetapi tidak santun digunakan. Bahasa slang dianggap merusak

suasana tuturan menjadi kacau dan sulit dimengerti. Peneliti menyimpulkan

bahwa bahasa slang masih santun sebagai percakapan. Bahkan bahasa slang yang

tidak santun masih efektif digunakan sebagai percakapan berdasarkan kriteria

yang ditentukan. Bahasa slang terjadi supaya maksud yang ingin disampaikan

oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak bertele-tele.

Penelitian dengan judul: “Tingkat Kesantunan Berbahasa “Perko”

Trotoar Malioboro Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan salah satu dari

beberapa penelitian yang pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan oleh Sasmaya

tahun 2014. Data pada penelitian tersebut difokuskan pada kesantunan berbahasa

antara penjual dan pembeli “Perko” trotoar Malioboro. Penelitian yang telah

dilakukan oleh Sasmaya menemukan bahwa dalam berbahasa, penutur harus

memperhatikan penggunaan sapaan, alih kode, dan campur kode. Penutur dan

mitra tutur juga harus memperhatikan konteks. Tingkat kesantunan penjual dan

pembeli dilihat dari penggunaan kata yang tepat, menemukan bentuk yang sesuai,

kejujuran, sopan santun, dan menarik. Tingkat kesantunan berbahasa penjual

masih tergolong santun walaupun menggunakan bahasa sehari-hari sesuka

mereka, sementara kesantunan pembeli sangat rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

11

2.2 Kajian Pustaka

Peneliti akan menyajikan beberapa materi untuk mengkaji penelitian ini.

Materi-materi di sini akan dimanfaatkan sebagai bentuk pedoman dalam proses

pengkajian terkait penelitian ini. Berikut ini teori-teori yang digunakan peneliti.

2.2.1 Pragmatik

Menurut George Yule (2006:5), pragmatik adalah studi tentang hubungan

antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Pragmatik dapat

dikatakan berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui

bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam

bentuk-bentuk linguistik yang digunakan. Namun, pragmatik juga muncul secara

alami tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan

konteks, tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut. Menurut Levinson 1983

(dalam Rahardi, 2009:20) pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi

bahasa dengan konteksnya. Konteks tersebut telah tergramatisasi dan terkodifikasi

sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Sementara Parker

1986 (dalam Rahardi, 2009:21) menyebutkan bahwa pramatik adalah cabang ilmu

bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Studi bahasa itu tidak

perlu dikaitkan dengan konteksnya, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan

dengan konteksnya. Maka, secara gamblang pragmatik dapat disederhanakan

sebagai ilmu bahasa yang berpijak pada analisis konteks.

Pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna yang

disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Hal ini karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

12

pragmatik lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang

dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah

antara kata atau frasa yang dipakai dalam tuturan. Maka pragmatik dapat

dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang maksud penutur. Studi ini

melibatkan penafsiran tentang suatu maksud dalam konteks yang berpengaruh

terhadap apa yang dikatakan. Oleh sebab itu muncul pertimbangan bagaimana

cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai dengan orang

yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Ilmu pragmatik

berlandaskan pada makna bahasa dalam komunikasi sesuai konteks penutur dan

lawan tutur dalam peristiwa tutur. Perhatikan contoh di bawah ini.

Ayah : “Lho, kenapa mobilmu yang baru ini?”

Heri : “Aduh, maafkan aku, Ayah. Tadi bersenggolan dengan truk.”

Ayah : “Astaga...., ya bagus itu. Besok senggol-senggolan lagi saja, ya!”

Kalimat, “bagus, senggol-senggolan lagi saja, ya” dalam tuturan Ayah di

atas digunakan untuk menyindir Heri yang sebenarnya bermakna “Jangan

menyerempet kendaraan lain”. Kalau kita perhatikan dari percakapan di atas,

maksud dari penutur dapat kita pahami berlandaskan pada makna bahasa dalam

komunikasi sesuai konteks penutur dan lawan tutur dalam peristiwa tutur.

Pendekatan tersebut perlu menyelidiki cara pendengar dapat

menyimpulkan tuturan. Bagaimana seseorang lebih banyak menyampaikan

sesuatu daripada yang dituturkan. Keakraban seseorang dengan mitra tutur

berkaitan erat dengan keakraban fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

13

adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi tentang kedekatan ini, penutur

menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan. Fenomena pemaknaan

bahasa yang rumit muncul karena selain adanya penggunaan bahasa yang

konotatif, juga karena makna bahasa itu sangat dipengaruhi konteks pemakainya.

Ketidakterlibatan konteks ketika digunakannya suatu bahasa yang konotatif dan

bukan denotatif, akan menyulitkan pemaknaan bahasa tersebut. Gejala seperti ini

biasanya banyak dijumpai pada tataran wacana dalam bentuk percakapan.

Selain makna, hal lain yang juga harus sangat diperhatikan ialah citra

tuturan sehingga tercapai maksud atau efek yang diharapkan. Maka pragmatik

sangat berperan dalam pengungkapan maksud suatu tuturan, karena pragmatik

tidak hanya melihat bahasa dari bentuknya, tetapi juga melihat di mana dan dalam

situasi apa bahasa itu dituturkan.

2.2.2 Tindak Tutur

Menurut K. Buhler (dalam Sumarsono, 2007:15) tindak tutur dari sudut

pandang penutur merupakan gejala yang sebagai petunjuk atau indikasi tentang

apa yang ada/ terjadi dalam benaknya. Dari sudut pandang pendengar, tindak tutur

diartikan sebagai sinyal atau panggilan dan perintah untuk melakukan suatu

tindakan. Dari sudut komunikasi, tindak tutur adalah lambang yang menunjukkan

apa pun yang dimaksudkan oleh penutur untuk disampaikan.

John Austin (dalam Louise Cummings, 2007:8) menungkapkan gagasan

bahwa bahasa dapat digunakan untuk melakukan tindakan melalui pembedaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

14

antara ujaran konstatif dan ujaran performatif. Ujaran konstatif menunjukkan

peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan di masyarakat. Maka ujaran konstatif

dapat dikatakan benar atau salah. Pembedaan ini dapat dilihat pada contoh

berikut. “Santi berjanji akan menyelesaikan pekerjaan rumahnya” adalah sebuah

ujaran konstatif, karena ujaran tersebut merupakan laporan tentang suatu peristiwa

yang telah terjadi. Jika laporan ini memang akurat bahwa dia memang telah

berjanji akan melakukan pekerjaan rumahnya, dan ini merupakan ujaran konstatif

yang benar. “Saya berjanji akan pulang awal” merupakan ujaran performatif,

karena pengujarannya yang sebenarnya merupakan tindakan berjanji. Dalam

pengujaran itu, ujaran performatif tidak benar atau salah. Namun, keadaan yang

diciptakan oleh ujaran ini bahwa dia berjanji untuk pulang awal dapat menjadi

landasan bagi ujaran konstatif selanjutnya benar atau salah, tergantung pada

tingkat keakuratannya. Sumbangan terbesar Austin dalam teori tindak tutur adalah

pembedaan tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Menurut Austin, setiap kali

penutur berujar, dia melakukan tiga tindakan secara bersamaan, yaitu (a) tindak

lokusi (locutionary acts), tindak ilokusi (illocutionary acts) dan tindak perlokusi

(perlocutionary acts).

Tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan

sesuatu dan biasanya kurang penting dalam kajian tindak tutur. Berbeda dengan

tindak lokusi bahwa tindak ilokusi adalah apa yang ingin didapatkan penutur saat

menuturkan sesuatu seperti permintaan maaf, minta tolong, memerintah,

mengancam, dan lain-lain. Apabila si penutur berniat menguratakan sesuatu yang

pasti secara langsung, tanpa keharusan bagi si penutur untuk melaksanakan isi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

15

tuturannya, niatannya disebut tindak tutur lokusi. Bila si penutur berniat

mengutarakan sesuatu secara langsung, dengan menggunakan suatu daya yang

khas, yang membuat penutur berntindak sesuai dengan apa yang dituturkannya,

niatannya disebut tindak tutur ilokusi. Dalam pernyataan lain, tindak ilokusi

adalah tindak dalam menyatakan sesuatu (performatif) yang berlawanan dengan

tindak menyatakan sesuatu (konstantif). Sementara itu, jika si penutur berniat

menimbulkan respons atau efek tertentu kepada mitra tuturnya, niatannya disebut

tindak tutur perlokusi. Bila tindak lokusi dan ilokusi lebih menekankan pada

peranan tindakan si penutur, tindak perlokusi justru lebih menekankan pada

bagaimana respons si mitra tutur. Hal yang disebutkan terakhir ini, menurut

Austin, berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai pemengaruh pikiran dan perasaan

manusia. Kendati demikian, ketiga tindak tutur tersebut merupakan satu kesatuan

yang koheren di dalam keseluruhan proses tindak pengungkapan bahasa sehingga

seharusnya mencerminkan prinsip adanya satu kata dan tindakan atau perbuatan.

Wijana (dalam Rahardi, 2009:19) menguraikan jenis tindak tutur yaitu, 1)

tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung

adalah tindak tutur yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya. Kalimat

deklaratif atau kalimat berita adalah kalimat untuk menyampaikan suatu

informasi. Kalimat tanya untuk menanyakan suatu hal. Kalimat perintah untuk

menyatakan perintah.

Maka tindak tutur langsung merupakan fungsi konvensional kalimat.

Sementara tindak tutur tidak langsung adalah tindakan yang tidak dinyatakan

langsung oleh modus kalimatnya. Ada saat seseorang menyampaikan maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

16

memerintah dengan menggunakan kalimat berita atau kalimat tanya. Tindak tutur

tidak langsung dimaknai dengan sesuatu yang tersirat atau terimplikasi, 2) tindak

tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Tindak tutur literal dapat dimaknai

sebagai tindak tutur yang memiliki maksud sama persis dengan makna ujaran.

Tindak tutur nonliteral adalah tindak tutur yang maksudnya berbeda, atau

berlawanan dengan makna ujaran. Contoh, „Wow, suaramu merdu bagaikan

kicauan ribuan burung surga‟. Jika maksud ujaran itu menyatakan pujian, maka

tuturan itu tindak tutur literal, tetapi jika menyindir jelas sekali merupakan tindak

tutur nonliteral. Dari empat jenis tindak tutur itu, dihasilkan tindak tutur yaitu,

1) tindak tutur langsung literal,

2) tindak tutur tidak langsung literal,

3) tindak tutur langsung tidak literal,

4) tindak tutur tidak langsung tidak literal.

2.2.3 Konteks

Nadar (2009:3) mengartikan konteks sebagai situasi lingkungan dalam arti

luas yang memungkinkan peserta tuturan untuk dapat berinteraksi dan membuat

ujaran mereka dapat dipahami. Dengan kata lain, konteks merupakan situasi yang

berada di luar kerangka kebahasaan yang mendukung, proses pemahaman ujaran

antara penutur dan mitra tutur menjadi lebih mudah dan terarah. Menurut

Pranowo (2014:144), konteks situasi yaitu segala situasi yang dapat melingkupi

suatu ujaran dan dapat menentukan maksud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

17

Berikut ini contoh konteks yang dapat dilihat pada tuturan. Ketika ada dua

orang muda-mudi yang duduk berhimpitan di suatu tempat, apa interpretasi kita?

Jika kita melihat bahwa kedua muda-mudi itu duduknya di dalam bus yang penuh

penumpang dan kursi yang ditempati seharusnya untuk dua orang, tetapi diduduki

oleh tiga orang, maka interpretasi kita menjadi sangat biasa, “oh, kasihan

penumpang bus itu, mereka dijejalkan seperti kayu saja!”. Sedangkan apabila

mereka duduk di pinggir taman yang sepi dan disinari lampu remang-remang,

bahkan mereka duduk berhimpitan maka interpretasi kita menjadi berbeda. Hal ini

karena konteks situasi peristiwanya sangat berbeda meskipun ujarannya sama.

Imam Syafi‟ie (dalam Mulyana, 2005:24) mengatakan bahwa konteks

terjadinya suatu tuturan dapat dipilah menjadi empat macam, yaitu sebagai

berikut.

1. Konteks linguistik (linguistic context), adalah kalimat-kalimat yang ada

di dalam suatu percakapan.

2. Konteks epistemis (epistemis context), adalah latar belakang

pengetahuan yang diketahui oleh penutur dan mitra tutur.

3. Konteks fisik (physical context), terdiri dari tempat terjadinya

pertuturan, objek yang disajikan, dan tindakan partisipan.

4. Konteks sosial (social context), adalah relasi sosio-kultural yang

melengkapi hubungan penutur dan mitra tutur.

Hymes 1964 (dalam Hamid, 2011:87) menulis ciri-ciri konteks yang

relevan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

18

1. Advesser (pembicara)

Mengetahui si pembicara pada suatu situasi akan memudahkan untuk

menginterpretasikan pembicaraannya.

2. Advessee (pendengar)

Kepentingan mengetahui si pembicara sama dengan kepentingan

mengetahui si pendengar.

3. Setting (waktu dan tempat)

Hubungan antara si pembicara dan pendengar dengan waktu dan tempat.

4. Topik pembicaraan

Dengan mengetahui topik pembicaraan akan mempermudah pendengar

atau yang membaca untuk memahami pembicaraan atau tulisan.

5. Channel (penghubungnya: bahasa tulisan, lisan, dan sebagainya)

Untuk memberikan informasi seorang pembicara dapat mempergunakan

berbagai cara, bisa dengan lisan, tulisan, telegram, dan lain-lain.

6. Code (dialek)

Kalau channelnya lisan, kodenya dapat menggunakan salah satu dialek

bahasa itu. Dengan memakai dialek maka percakapan lebih akrab.

7. Massage from (debat, diskusi, seremoni agama)

Pesan yang kita sampaikan haruslah tepat karena bentuk pesan ini bersifat

fundamental dan penting.

8. Event (kejadian)

Setiap peristiwa tutur berbeda cara penuturnya karena setiap peristiwa

menghendaki tutur tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

19

2.2.4 Konsep Muka

Pada saat terjadi interaksi sosial, seseorang biasanya bertingkah laku agar

harapan-harapan mereka berkenaan dengan nama baik di masyarakat mereka

sendiri, atau keinginan wajah mereka, akan dihormati (Yule, 2006:105). Hal ini

berkaitan dengan kesantunan. Bersikap santun merupakan sikap peduli pada

wajah atau muka. Muka diartikan sebagai harga diri seseorang baik penutur atau

mitra tutur. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung ancaman

atau ejekan dari orang lain berkaitan dengan nama baiknya, pernyataan ini

dianggap sebagai tindak ancaman wajah. Jika penutur dapat mengatakan sesuatu

untuk mengurangi kemungkinan suatu ancaman atau ejekan yang muncul maka

disebut dengan tindak penyelamatan wajah.

Wajah sebagai atribut pribadi yang dimiliki oleh setiap insan dan bersifat

universal, Brown dan Levinson 1967 (dalam Sasmaya, 2014:47). Dalam

pandangan ini kemudian muncul wajah positif (positive face) dan wajah negatif

(negative face). Wajah positif adalah kebutuhan untuk dapat diterima, disukai

orang lain, diperlakukan sebagai bagian dari kelompok pertemanan, dan

mengetahui bahwa keinginannya dimiliki bersama dengan lainnya. Dengan kata

lain, wajah positif ialah kebutuhan untuk dapat dihubungi. Sementara wajah

negatif ialah kebutuhan untuk merdeka, memiliki kebebasan bertindak, dan tidak

tertekan oleh orang lain.

Kesantunan dan kesopanan memiliki makna yang berbeda. Sopan berarti

menunjukkan rasa hormat, sementara santun berarti berbahasa dengan melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

20

jarak sosial antara penutur dan mitra tutur. Tindak penyelamatan wajah negatif

akan muncul rasa hormat, menekankan pentingnya minat dan waktu orang lain,

dan menunjukkan permintaan maaf atas pemaksaan atau penyelaan. Tindak

penyelamatan wajah positif cenderung menunjukkan rasa persahabatan, memiliki

minat dan keinginan yang sama, dan memiliki pemahaman atau tujuan bersama.

2.2.5 Teori Kesantunan Berkomunikasi

Kegiatan berkomunikasi tentu saja sudah menjadi suatu kegiatan yang

pasti dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Komunikasi tidak akan berhasil

dilakukan tanpa adanya penutur dan mitra tutur. Ketika berkomunikasi, interaksi

yang terjadi antara penutur dan mitra tutur menimbulkan berbagai macam tuturan,

seperti basa-basi, memberi kabar, menyuruh, menolak, dan lain-lain Agar

memahami dan menggunakan berbagai macam tuturan dengan baik, maka penutur

maupun mitra tutur dapat menggunakan bahasa yang santun.

Niels Mulder (1973:62) mengatakan bahwa orang Jawa memandang dan

mengalami kehidupan mereka sebagai keseluruhan yang bersifat sosial dan

simbiolis. Dimensi hidup satu saja; identitas individu hanya bersifat sosial,

hakikat hidup diwujudkan oleh hubungan-hubungan sosial dan dengan atasan

halus. Nilai-nilai budaya Jawa yang telah menjadi pedoman sikap menjadikan

orang Jawa sebagai pribadi yang terarah. Faktor penentu kesantunan adalah segala

hal yang dapat mempengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak santun

(Pranowo, 2014:182).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

21

2.2.4.1 Prinsip Kesantunan Berkomunikasi

Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Geoffrey Leech (1983)

merupakan prinsip kesantunan yang paling lengkap. Prinsip kesantunan Leech

dipandang sebagai prinsip kerja sama yang berpijak pada konteks kerja sama

antara penutur dan mitra tutur. Di bawah ini terdapat 6 maksim mengenai prinsip

kesantunan menurut Leech (1983:206-207).

1. Maksim Kebijaksanaan

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam kesantunan bahwa penutur

berpegang pada prinsip mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan

memaksimalkan keuntungan pihak lain. Apabila seseorang mampu berpegang

pada maksim kebijaksanaan, maka ia dapat menghindakan sikap tinggi hati, iri

hati, dan sikap-sikap lain yang kurang santun.

Contoh untuk maksim ini sebagai berikut.

Ibu : “Silakan dimakan dulu baksonya, Mbak! Di dapur masih

banyak.”

Bude : “Wow, sedap sekali. Siapa yang masak ini tadi, Jeng?”

Pemaksimalan keuntungan bagi mitra tutur tampak jelas pada tuturan Ibu,

yaitu Silakan dimakan dulu baksonya, Mbak! Di belakang masih banyak, kok.

Tuturan ini disampaikan kepada Bude padahal hidangan tersebut tidak dimasak

sendiri, tetapi beli di taman kuliner. Ibu berpura-pura mengatakan bahwa di dapur

masih tersedia bakso dalam jumlah yang banyak. Tuturan ini disampaikan dengan

maksud agar Bude merasa bebas dan senang hati menyantap hidangan bakso

tanpa ada perasaan tidak enak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

22

2. Maksim Kedermawanan

Maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, penutur diharapkan

dapat menghormati orang lain. Penghormatan ini akan terjadi apabila orang

dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan

keuntungan bagi pihak lain.

Contoh tuturan maksim kedermawanan adalah:

Leo : “Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak,

kok, yang kotor.”

Oki : “Tidak usah, Leo. Nanti siang saya akan mencuci juga.”

Tuturan Leo tersebut terlihat jelas bahwa ia berusaha memaksimalkan

keuntungan mitra tuturnya dengan cara menambahkan beban bagi dirinya

sendiri. Hal ini dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk

mencucuikan pakaian kotor milik Oki. Pada masyarakat Jawa, hal demikian

sering terjadi dalam bentuk kerja sama dan gotong royong untuk membangun

rumah, gorong-gorong, dan semacamnya.

3. Maksim Penghargaan

Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat

dianggap santun apabila dalam bertutur memberikan penghargaan kepada mitra

tutur. Penutur diharapkan tidak mengejek, atau merendahkan martabat mitra

tuturnya. Mari kita lihat contoh tuturan di bawah ini.

Pak Parwoto : “Bu, tadi anak-anak sudah latihan kor untuk besok

Minggu.”

Bu Wati : “Baik, Pak. Tadi kornya sudah lumayan bagus.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

23

Pemberitahuan yang disampaikan oleh Pak Parwoto terhadap Bu Wati

ditanggapi secara baik dan disertai dengan pujian. Maka, dapat dikatakan

bahwa di dalam tuturan itu Bu Wati berperilaku santun kepada Pak Parwoto.

4. Maksim Kesederhanaan

Maksim kesederhanaan atau kerendahan hati menggambarkan bagaimana

penutur bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya

sendiri. Orang yang sombong dan congkak hati apabila bertutur selalu memuji

atau mengunggulkan dirinya sendiri. Di dalam masyarakat Indonesia pada

umumnya, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai

parameter penilaian kesantunan seseorang. Contoh percakapan maksim

kesederhanaan sebagai berikut.

Bu Marwah : “Setelah ini Ibu Joko yang akan mempresentasikan

hasil penelitiannya tentang pengembangbiakan

ternak ayam kampung super.”

Bu Joko : “Waduh, ...... saya malah jadi grogi ini.”

5. Maksim Permufakatan

Wijana (dalam Rahardi, 2010) maksim pemufakatan seringkali disebut

dengan maksim kecocokan. Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta

tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan

bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur

dengan mitra tutur, mereka dapat dikatakan bersikap santun. Di dalam

masyarakat Jawa, orang tidak diperbolehkan memenggal atau bahkan

membantah secara langsung apa yang dituturkan oleh pihak lain. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

24

tampak jelas, apabila usia, jabatan, dan status sosial penutur berbeda dengan

mitra tutur. Pada zaman ini seringkali didapatkan bahwa dalam memperhatikan

dan menanggapi penutur, mitra tutur menggunakan anggukan-anggukan,

acungan jempol, senyum lebar, sebagai tanda setuju. Berikut ini ilustrasi

tuturan maksim kemufakatan.

Pak Guru : “Ruangan ini seperti di luar sana, ya!”

Siswa : “Saya hidupkan kipas angin dulu, Pak.”

6. Maksim Kesimpatisan

Maksim kesimpatisan menunjukkan bahwa seseorang diharapkan

memaksimalkan sikap simpati kepada orang lain. Masyarakat tutur Indonesia

sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatisan terhadap orang lain di dalam

komunikasi sehari-hari. Orang yang bersikap antipati apalagi sinis, akan

dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di masyarakat.

Kesimpatisan ditunjukkan dengan senyuman, anggukan, gandengan tangan,

dan sebagainya. Orang yang sama sekali tidak memiliki rasa simpati terhadap

orang lain tidak akan menunjukkan senyuman atau anggukan. Di bawah ini

contoh tuturan maksim kesimpatisan.

Indra : “Hai, Iwan! Kamu ulang tahun, ya? Selamat ulang tahun,

ya! Semoga sehat selalu.

Iwan : “Waaah.... terima kasih, Indra. Kamu yang pertama

mengucapkan „selamat ulang tahun‟.”

Indra : “Iya, tapi jangan lupa sate ayam!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

25

2.2.4.2 Skala Kesantunan Berkomunikasi

Menurut KBBI, skala/ kriteria adalah garis atau titik tanda yang berderet-

deret yang sama jarak antaranya, dipakai untuk mengukur. Chaer (2010:63) skala

kesantunan diartikan sebagai peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak santun

sampai dengan yang paling santun. Berikut ini aspek-aspek untuk melancarkan

komunikasi yang ideal maka yang harus diperhatikan.

a) Aspek intonasi (keras lembutnya intonasi ketika seseorang berbicara)

Ketika penutur menyampaikan maksud kepada mitra tutur dengan

menggunakan intonasi keras dengan jarak yang sangat dekat, penutur akan

dinilai tidak santun. Namun intonasi kadang-kadang dipengaruhi oleh latar

belakang budaya masyarakat.

b) Aspek nada bicara (berkaitan erat dengan suasana emosi penutur: nada resmi,

nada bercanda atau bergurau, nada mengejek, nada menyindir) Nada adalah

naik turunnya tuturan yang menggambarkan suasana hati

penutur ketika sedang bertutur.

c) Faktor pilihan kata

Pilihan kata merupakan salah satu penentu kesantunan dalam bahasa lisan

maupun bahasa tulis. Ketika seseorang sedang berbicara, kata-kata yang

digunakan dipilih sesuai dengan topik yang dibicarakan, konteks pembicaraan,

suasana mitra tutur, pesan yang disampaikan, dan sebagainya.

d) Faktor struktur kalimat

Ketika berkomunikasi, penutur dan mitra tutur ingin saling dihormati. Bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

26

penutur, apa yang dikatakan, dimiliki, diyakini dapat dihargai oleh mitra tutur

sehingga penutur merasa bahwa sesuatu yang diungkapkan memang berguna.

Dengan adanya hubungan yang ideal dan santun, maka penutur dan mitra

tutur akan saling mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Tuturan yang

dikatakan secara implisit biasanya lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang

dikatakan secara eksplisit. Di bawah ini beberapa penentu kesantunan

berkomunikasi.

a) Menggunakan tuturan tidak langsung biasanya terasa lebih santun jika

dibandingkan dengan tuturan yang diungkapkan secara langsung.

b) Pemakaian bahasa dengan kata-kata kias terasa lebih santun dibandingkan

dengan pemakaian bahasa dengan kata-kata lugas.

c) Ungkapan memakai gaya bahasa penghalus terasa lebih santun dibandingkan

dengan ungkapan biasa.

d) Tuturan yang dikatakan berbeda dengan yang dimaksudkan biasanya tuturan

lebih santun.

Di bawah ini akan disampaikan skala kesantunan dari pendapat para ahli,

yaitu Lakoff, Brown dan Levinson, dan Leech (dalam Chaer 2010).

1. Robin Lakoff

Skala kesantunan berkomunikasi menurut Robin Lakoff (1973) terdapat tiga

ketentuan agar kesantunan di dalam bertutur terpenuhi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

27

a) Skala formalitas (formality scale) menyatakan bahwa agar penutur dan mitra

tutur merasa nyaman dalam kegiatan bertutur, maka tuturan yang digunakan

tidak boleh bernada memaksa dan tidak boleh terkesan angkuh. Di dalam

pertuturan, penutur dan mitra tutur harus saling menjaga keformalitasan dan

menjaga jarak yang sewajarnya dan sealamiah mungkin antara yang satu

dengan yang lain.

b) Skala ketidaktegasan disebut juga skala pilihan (optionality scale)

menunjukkan agar penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyaman

dalam bertutur, maka pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh

kedua belah pihak. Kita tidak boleh bersikap terlalu tegang atau terlalu kaku

dalam kegiatan bertutur karena akan dianggap tidak santun.

c) Skala kesekawanan menunjukkan bahwa agar dapat bersifat santun, maka

harus bersikap ramah dan mempertahankan persahabatan antara penutur dan

mitra tutur. Rasa persahabatan itu merupakan salah satu syarat agar

kesantunan tercapai.

2. Brown dan Levinson

Brown dan Levinson menggagas tiga skala penentu tinggi atau rendahnya

peringkat kesantunan suatu tuturan yang ditentukan secara kontekstual, sosial,

dan kultural.

a) Skala peringkat sosial antara penutur dan mitra tutur banyak ditentukan oleh

parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

28

yang berkaitan dengan perbedaan usia. Biasanya semakin tua usia seseorang

akan semakin tinggi peringkat kesantunan pertuturannya, begitu sebaliknya.

b) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur didasarkan pada

kedudukan asimetrik antara penutur dengan mitra tutur.

c) Skala peringkat tindak tutur didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur

yang satu dengan lainnya.

3. Geoffrey Leech

Leech memberikan lima skala pengukur kesantunan berkomunikasi yang

didasarkan pada setiap maksim interpersonalnya.

a) Skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale) merujuk pada besar

kecilnya biaya dan keuntungan yang disebabkan oleh sebuah tindak tutur

pada sebuah tuturan. Ukuran skala ini kalau penutur semakin mengalami

kerugian diri sendiri, maka penutur dianggap semakin santunlah tuturan itu.

Sebaliknya jika tuturan semakin menguntungkan penutur maka dianggap

tidak santunlah tuturan itu.

b) Skala pilihan (optionality scale) mengacu pada banyak atau sedikitnya

pilihan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur. Semakin banyak

pilihan dan keleluasaan dalam bertutur, maka dianggap semakin santun

tuturan itu. Sebaliknya jika tuturan sama sekali tidak memberikan

kemungkinan yang leluasa bagi penutur dan mitra tutur, maka tuturan itu

dianggap tidak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

29

c) Skala ketidaklangsungan (inderectness scale) merujuk pada peringkat

langsung atau tidak langsungnya “maksud” suatu tuturan. Semakin tuturan

bersifat langsung akan dianggap tidak santun, sedangkan semakin tidak

langsung maksud tuturan dianggap semakin santun tuturan itu.

d) Skala keotoritasan (anthority scale) berkaitan dengan hubungan status sosial

antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam tuturan. Semakin jauh

jarak peringkat sosial maka tuturan yang digunakan cenderung semakin

santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak status sosial penutur dan mitra tutur

maka akan cenderung semakin berkurang tingkat kesantunan tuturan

tersebut.

e) Skala jarak sosial (social distance) merujuk pada peringkat hubungan sosial

antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam tuturan. Ada

kecenderungan semakin dekat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur

akan menjadi kurang santun tuturan itu. Begitu juga jika semakin jauh jarak

peringkat hubungan sosial di antara penutur dan mitra tutur, maka akan

semakin santun tuturan tersebut. Dengan kata lain, tingkat keakraban

hubungan antara penutur dan mitra tutur sangat menentukan peringkat

kesantunan tuturan yang digunakan (Chaer, 2010:69)

Berikut ini akan dipaparkan rangkuman pendapat ketiga ahli di atas dengan

singkat dan jelas. Skala Robin Lakoff menjelaskan mengenai kenyamanan dalam

berkomunikasi. Skala Brown dan Levinson menjelaskan tentang peringkat dalam

berkomunikasi, sementara skala Geoffrey Leech menerangkan rangkuman dari

kedua skala lainnya, yaitu memaparkan kenyamanan dan peringkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

30

berkomunikasi. Maka, skala kesantunan yang diungkap oleh Leech merupakan

skala kesantunan yang paling lengkap.

Di dalam skala kesantunan di atas terdapat beberapa beberapa kriteria dari

para pakar yang dapat digunakan untuk mengukur kesantunan berkomunikasi para

pengrawit di UKM Seni Karawitan. Penelitian ini menggunakan skala kesantunan

yang diungkap oleh Leech untuk menganalisis tingkat kesantunan berkomunikasi

pengrawit. Pisau analisis di dalam penelitian ini menggunakan skala kesantunan

Leech yaitu, 1) skala untung rugi, 2) skala pilihan, 3) skala ketidaklangsungan, 4)

skala keotoritasan, dan 5) skala jarak sosial. Namun peneliti memodifikasi kelima

skala kesantunan tersebut dan hanya menggunakan tiga skala kesantunan. Ketiga

skala kesantunan tersebut yaitu, 1) skala untung rugi, 2) skala pilihan, dan 3) skala

ketidaklangsungan. Peneliti menggunakan tiga skala kesantunan ini karena sudah

dapat mencakup dari skala-skala lainnya dan sudah dapat mewakili untuk melihat

tingkat kesantunan berkomunikasi para pengrawit. Maka peneliti dapat

mengetahui tuturan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang mengikuti UKM

Seni Karawitan (pengrawit) tergolong santun atau tidak santun.

2.2.5.3 Indikator Kesantunan Berkomunikasi

Pranowo (2009:100-104) mengemukakan bahwa terdapat banyak ahli

yang menemukan indikator kesantunan berkomunikasi. Di dalam dunia karawitan,

secara halus menuntut setiap pengrawit untuk memperhatikan setiap diksi atau

pemilihan kata yang tepat. Istilah-istilah maupun ungkapan yang sering kali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

31

dilontarkan pendamping maupun pelatih karawitan diupayakan mampu

mempengaruhi tindak tutur pengrawit lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Maka

dapat dikatakan bahwa bahasa membentuk perilaku manusia. Oleh karena itu,

agar perilaku berkomunikasi seseorang berkembang dengan santun, harus

dibiasakan berkomunikasi secara santun.

Keraf (1985) mengungkapkan bahwa diksi atau pilihan kata tidak hanya

digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan, gaya bahasa, dan ungkapan. Diksi

sebagai suatu cara untuk mempelajari, memilih, menyusun, dan menggunakan

kata-kata dengan baik, benar, dan santun. Dalam budaya Jawa, ada istilah “tepa

selira” yang berarti „ukurlah tubuh sendiri‟.

Berkaitan dengan penggunaan bahasa adalah jangan gunakan bahasa yang

tidak patut kepada orang lain sebagaimana Anda tidak mau orang lain

menggunakan bahasa yang tidak patut kepada Anda. Dengan kata lain, penutur

harus memilih dan menyusun kata-kata yang tepat kepada mitra tutur dan jangan

sampai justru menyinggung perasaan mitra tutur.

Pranowo (2009:104) menjelaskan mengenai indikator kesantunan dari segi

diksi yang mencerminkan sikap santun yaitu,

a) gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan mitra tutur.

b) gunakan frasa “terima kasih” sebagai tanda hormat.

c) gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang dianggap telah menyinggung perasaan

mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

32

d) gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan mitra tutur melakukan

sesuatu.

e) gunakan sapaan “beliau” untuk menyebut orang ketiga/ dihormati.

f) gunakan kata “Bapak/ Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa.

Pranowo, 2009 menyatakan 4 indikator kesantunan yang diungkapkan oleh

para ahli yaitu, Pranowo, Leech, Grice, dan Hymes.

1. Indikator Kesantunan Menurut Pranowo (2005)

a) Sikap Andhap Asor (rendah hati)

Sikap rendah hati sebagai salah satu nilai yang diluhurkan dalam budaya

Jawa karena merupakan sikap universal manusia. Sikap rendah hati yang

sering dipersepsi oleh masyarakat sebagai sikap khas budaya Jawa karena

masyarakat Jawa mengidealkan sikap itu menjadi sifat manusia luhur. Sifat

rendah hati muncul karena adanya kesadaran individu maupun masyarakat

bahwa setiap manusia memiliki kekurangan. Kekurangan itu dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang sehingga mereka tidak mau

memperlihatkan diri karena malu. Namun, seseorang juga menyadari bahwa

setiap individu memiliki kelebihan tetapi kelebihan yang dimiliki kadang-

kadang tidak yakin kalau kelebihan yang dimiliki itu benar adanya. Dia

khawatir, jangan-jangan apa yang dimiliki atau diketahui jika diungkapkan

kepada orang lain sebenarnya tidak lebih baik dari yang dimiliki atau diketahui

orang lain. Konsep kultural itulah yang melatarbelakangi bahwa manusia perlu

memiliki sikap bahkan diharapkan menjadi sifat “andhap asor”. Sifat rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

33

hati mencerminkan watak halus seseorang karena tidak pernah memuji diri

sendiri di hadapan mitra tutur.

Masyarakat Jawa mempersepsi sifat rendah hati sebagai kearifan budaya

untuk menjaga keharmonisan dan toleransi antarsesama. Sikap rendah hati

dalam berbahasa bukan hanya diungkapkan oleh orang Jawa, tetapi juga oleh

manusia lain di mana saja. Manifestasi sifat rendah hati dalam berbahasa dapat

dilihat melalui pilihan kata atau gaya bahasa yang digunakan dalam bertutur.

b) Sikap Empan Papan

Empan papan adalah kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri

dengan tempat dan waktu dalam bertindak dengan mitra tutur. Sikap ini

sebagai nilai luhur karena seseorang mampu mengendalikan diri untuk tidak

mengganggu orang lain dalam situasi yang berbeda dengan situasi normal.

c) Sikap Mawas Diri

Mawa diri dinyatakan dengan ungkapan mulat salira hangrasa wani dan

harus selalu bisa rumangsa. Nilai yang diluhurkan sebenarnya bersifat

universal. Artinya, keberanian seseorang untuk mawas diri. Mampu mawas diri

manifestasinya adalah bisa rumangsa (selalu tahu diri). Bisa rumangsa adalah

cermin kerendahan hati, sedangkan rumangsa bisa merupakan kesombongan.

Sikap Menjaga Perasaan

Dalam berkomunikasi, masyarakat Jawa tidak hanya mengandalkan

pikiran. Meskipun yang ingin dikomunikasikan adalah buah pikiran, tetapi

ketika akan menyampaikan maksud kepada mitra tutur, biasanya terlebih

dahulu berusaha menjada perasaan dengan menjajaki kondisi psikologis mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

34

tutur (njaga rasa). Hal ini dimaksudkan agar komunikasi selalu terjaga

kesantunannya.

Penjajakan kondisi psikologi mitra tutur ini dilakukan dengan mengenali

“suasana hati” mitra tutur (angon rasa). Jika penutur sudah berhasil mengenali

suasana hati mitra tutur, penjajakan selanjutnya adalah ingin mengenali

“kesiapan hati” mitra tutur (adu rasa). Jika suasana hati dan kesiapan hati mitra

tutur sudah berhasil dikenali, penutur baru berusaha menyampaikan maksud

sesuai dengan suasana dan kesiapan hati mitra tutur. Apabila hal ini dapat

dikenali dengan baik maka tuturan dapat berjalan dengan baik pula.

d) Sikap mau Berkorban

Orang yang memiliki sikap dan sifat rendah hati adalah orang yang selalu

mengutamakan sikap dan sifat “sepi ing pamrih rame ing gawe” dan “wani

ngalah luhur wekasane”. Artinya adalah kesanggupan seseorang untuk mau

berkorban dengan mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan tetap mau

bekerja keras untuk kepentingan orang lain.

2. Indikator Kesantunan Menurut Grice (2000)

Grice (dalam Pranowo, 2009) menyatakan bahwa santun tidaknya

pemakaian bahasa dapat ditandai dengan beberapa hal berikut ini.

1. Ketika berbicara harus mampu menjaga martabat mitra tutur agar tidak

merasa dipermalukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

35

2. Ketika berkomunikasi tidak boleh mengatakan hal-hal yang kurang baik

mengenai diri mitra tutur atau orang atau barang yang ada kaitannya dengan

mitra tutur.

3. Tidak boleh mengungkapkan rasa senang atas kemalangan mitra tutur.

4. Tidak boleh menyatakan ketidaksetujuan dengan mitra tutur sehingga mitra

tutur merasa jatuh harga dirinya.

5. Tidak boleh memuji diri sendiri atau membanggakan nasib baik atau

kelebihan diri sendiri.

3. Indikator Kesantunan Menurut Leech (1983)

Leech berpandangan bahwa tuturan dapat dikatakan santun jika terdapat

penanda sebagai berikut.

1. Tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur (maksim

kebijaksanaan).

2. Tuturan lebih baik menimbulkan kerugian pada penutur (maksim

kedermawanan).

3. Tuturan dapat memberikan pujian kepada mitra tutur (maksim pujian).

4. Tuturan tidak memuji diri sendiri (maksim kerendahan hati).

5. Tuturan memberikan persetujuan kepada mitra tutur (maksim kesetujuan)

6. Tuturan dapat mengungkapkan rasa simpati kepada mitra tutur (maksim

kesimpatisan).

7. Tuturan mengungkapkan rasa senang pada mitra tutur (maksim

pertimbangan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

36

4. Indikator Kesantunan Menurut Dell Hymes (1978)

Hymes 1978 (dalam Pranowo, 2009:100) mengatakan bahwa saat

seseorang berkomunikasi hendaknya memperhatikan beberapa komponen tutur

yang diakronimkan dengan istilah SPEAKING. Berikut ini penjelasannya.

1. (S) Setting and Scene (latar) mengacu pada tempat dan waktu yang

terjadinya komunikasi. Setiap orang dalam melakukan percakapan pasti

berada di suatu tempat dan waktu tertentu. Contoh tuturan dari komponen

ini sebagai berikut.

A : “Kamu tadi setelah sekolah bermain di mana, Anton?”

B : “Tadi main di rumah Sari, Bu.”

2. (P) Participants (peserta) mengacu pada orang yang terlibat dalam

komunikasi. Dalam suatu tuturan pasti terdapat peserta tutur yang terlibat,

baik penutur maupun mitra tutur. Contoh tuturan dapat dilihat di bawah ini.

A : “Mas Mamad sudah datang apa belum ya, teman-teman?”

B : “Sudah dari tadi, Mas.”

3. (E) Ends (tujuan komunikasi) mengacu pada tujuan yang ingin dicapai

dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik yang dituturkan oleh penutur

kepada mitra tutur memungkinkan adanya tujuan yang jelas dan dapat

dipahami mitra tutur. Contoh tuturan sebagai berikut.

A : “Bagaimana jika rumah ini kita cat, Pak?”

B : “Memang seharusnya begitu, Bu. Rupanya sudah 10 tahun tidak dicat.”

4. (A) Act Sequence (pesan yang ingin disampaikan) mengacu pada bentuk dan

pesan yang ingin disampaikan dalam bahasa tulis atau bahasa lisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

37

Berkaitan dengan hal ini, pesan yang disampaikan penutur kepada mitra

tutur berupa pesan dalam bahasa tulis maupun lisan. Berikut ini contoh

tuturan dalam bentuk bahasa tulis (pesan singkat/ SMS).

A : “Selamat siang, Pak Tony. Pak, saya sudah mengirimkan artikel opini

tentang kemacetan. Artikel saya kirim di e-mail. Terima kasih.”

5. (K) Key (kunci) mengacu pada pelaksanaan percakapan. Maksudnya,

bagaimana pesan itu disampaikan kepada mitra tutur (cara penyampaian).

Cara menyampaikan tuturan dengan orang yang lebih tua tentu berbeda

dengan penyampaikan tuturan dengan teman sebaya. Contoh tuturan antara

siswa dengan guru sebagai berikut.

A : “Maaf, Pak. Saya terlambat masuk kelas karena rantai sepeda saya tadi

putus dan belum ada bengkel yang buka, Pak.”

B : “Ya, tidak apa-apa. Masuk dulu, Nak.”

A : “Baik, Pak. Terima kasih.”

6. (I) Instrumentalities (sarana tutur) yang mengacu pada segala ilustrasi yang

ada di sekitar peristiwa tutur. Sarana tutur ini dapat dilihat saat penutur

menggunakan microfon saat menjadi pembawa acara dalam suatu dialog.

Dengan menggunakan microfon, volume suara penutur dapat dengan mudah

diatur sehingga dapat didengar dengan jelas oleh banyak orang. Contoh

tuturan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

A : “Baiklah, Bapak-Ibu sekalian. Setelah mendengar paparan tentang

budidaya lele dari Bapak Joko tadi, adakah yang ingin bertanya?”

B : “Saya ingin bertanya, Pak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

38

7. (N) Norms (norma) yaitu pranata sosial kemasyarakatan yang mengacu pada

norma perilaku partisipan dalam berkomunikasi. Norma berkaitan dengan

kearifan lokal yang berkembang di masyarakat agar dapat berinterkasi

dengan baik. Norma yang berlaku dapat menentukan sikap hormat dan

menghargai orang lain. Contoh tuturan komponen ini sebagai berikut.

A : “Top-markotop, Mas! Gending garapannya menggelegar.”

B : “Ah, tadi saya grogi, Mas. Tadi juga ada urutan yang salah.”

A : “Nggak keliatan kalau salah, Mas.

8. (G) Genres (ragam, register) mengacu pada ragam bahasa yang digunakan,

misalnya ragam formal, ragam santai, dan sebagainya. Berikut ini contoh

tuturan ragam santai.

A : “Nampaknya badan kamu lemas sekali.”

B : “Belum makan, Om. Lapar perutku. Lupa bawa uang.”

A : “Ini aku beri uang untuk beli nasi.”

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang digunakan di dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut.

1. Penelitian ini mendeskripsikan penggunaan bahasa yang dituturkan oleh

mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan

Mahasiswa Seni Karawitan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesantunan

berkomunikasi yang terjalin antar mahasiswa lintas program studi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

39

2. Landasan teori secara umum menggunakan teori pragmatik dan secara khusus

menggunakan teori skala kesantunan. Teori ini dikemukakan oleh Geoffrey

Leech (1983). Skala kesantunan tersebut ada lima yakni, 1) skala untung-rugi,

2 skala pilihan, 3) skala ketidaklangsungan, 4) skala keotoritasan, 5) skala jarak

sosial. Namun peneliti memodifikasi kelima skala kesantunan itu menjadi tiga

skala yaitu, 1) skala untung-rugi, 2) skala pilihan, 3) skala ketidaklangsungan.

3. Berdasarkan teori tersebut, penelitian ini akan mendeskripsikan secara jelas

mengenai tingkat kesantunan berkomunikasi yang digunakan oleh mahasiswa

Universitas Sanata Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Seni

Karawitan.

4. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang menitikberatkan deskripsi data

penelitian dengan instrumen penelitian peneliti sendiri yang memiliki bekal

wawasan mengenai teori pragmatik, dan teori kesantunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

40

Bagan 1: Kerangka Berpikir

Tuturan-tuturan mahasiswa Univeristas Sanata Dharma di Lingkup Unit

Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan

Tinggi

Teori-teori Kesantunan

Tidak Santun

Kajian Pragmatik

Santun

Tingkat Kesantunan

Berkomunikasi Mahasiswa

Skala Kesantunan

Geoffrey Leech (1983)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini mengkaji mengenai tingkat kesantunan berkomunikasi yang

dituturan oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang mengikuti UKM Seni

Karawitan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan data, yakni data yang berupa

tuturan, nilai-nilai budaya Jawa yang berpengaruh terhadap kesantunan

berkomunikasi. Selain itu, pendekatan yang melibatkan mahasiswa ini diarahkan

pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu

kesatuan yang utuh. Menurut Prastowo (2014), dalam literatur metodologi

penelitian, istilah kualitatif tidak lazim dimaknai sebagai jenis data, tetapi juga

berhubungan dengan analisis data dan interpretasi atas objek kajian. Menurut

Djajasudarma (2006:11) metode kualitatif merupakan prosedur yang

menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa.

Muhammad (2014:31) mengungkapkan bahwa salah satu fenomena objek

penelitian kualitatif adalah peristiwa komunikasi atau berbahasa karena peristiwa

ini melibatkan tuturan, makna semantik tuturan, orang yang bertutur, maksud

yang bertutur, situasi bertutur, peristiwa tutur, tindak tutur, dan latar tuturan.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesantunan berkomunikasi mahasiswa dalam berproses bermain karawitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

42

maupun dalam kehidupan sehari-hari secara alamiah. Penelitian ini bertujuan

mendeskripsikan atau membuat gambaran atau menjabarkan secara faktual, dan

akurat mengenai data dan sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Menurut Arikunto (2006:129), sumber data adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh. Sumber data merupakan tempat asal muasalnya data. Sedangkan

data merupakan bahan penelitian yang diambil dari sumber data. Sumber data

dalam penelitian ini berasal dari Mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang

mengikuti UKM Seni Karawitan sebagai sumber primer yang benar-benar akurat.

Sugiyono (2012:225) sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data dari penelitian berupa tuturan

langung dari Mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang mengikuti UKM Seni

Karawitan (pengrawit). Tuturan berupa campur kode antara bahasa Jawa Ngoko

dan bahasa Indonesia. Keseluruhan data-data tersebut merupakan populasi dari

penelitian ini. Data-data yang diambil sebagai sumber pengambilan sampel yang

akurat dan menyeluruh.

Fokus penelitian ini adalah 12 mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang

mengikuti UKM Seni Karawitan, dan informan dalam penelitian ini adalah 12

mahasiswa itu sendiri. Berikut ini daftar 12 mahasiswa yang menjadi subjek

penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

43

Tabel 1: Daftar Subjek Penelitian

No. Nama Jenis

Kelamin Program Studi Asal Daerah

1. Martteisyasuli Nindela P. P P. Matematika Tangerang

2. Ajeng Anggraeni P. P Sastra Inggris Sleman

3. Thomas Yuli Padmara L PGSD Kulonprogo

4. Raras Ruming Melathi P P. Sejarah Magelang

5. Antonius Andi Gunawan L Sastra Indonesia Kulonprogo

6. Maria Dwi Utami P P. Ekonomi Bantul

7. Maria Sherly Anita P Akuntansi Sleman

8. Yoselia Alvi Kusuma P P. Fisika Jepara

9. Yosafat Margiono L PGSD Magelang

10 Risya Kristiana P P. Fisika Purwokerto

11. Angela Nesha P Psikologi Yogyakarta

12. Robertus Budi Santosa L P. Sejarah Kulonprogo

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian dengan teknik observasi partisipatif

(pengamatan), simak dan catat/ rekam. Pengumpulan data dilakukan pada kondisi

alamiah (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih

banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi

(Sugiyono, 2012:225). Dalam proses observasi, peneliti terlibat langsung

(partisipatif) dan mengamati kegiatan pembelajaran karawitan dengan 12 anggota

UKM Seni Karawitan. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh lebih lengkap

dan faktual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

44

Mulyana (2010:175) memaparkan bahwa pengamatan berperan serta,

peneliti dapat berpartisipasi dalam rutinitas subjek penelitian baik mengamati apa

yang mereka lakukan, mendengarkan apa yang mereka katakan, dan menanyai

orang-orang di sekitar mereka. Pengamatan berperan-serta (observasi partisipan)

berpotensi mendapatkan data yang lengkap kendati peneliti harus memerlukan

kepekaan, keterampilan, dan seni untuk memasuki lingkungan budaya yang akan

diteliti. Menurut Prastowo (2014:209) mengatakan bahwa peneliti sebagai alat,

dapat peka dan bereaksi menyesuaikan diri terhadap segala semua aspek keadaan

lingkungan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data. Dengan metode ini,

tuturan antar mahasiswa (pengrawit) mengenai bentuk-bentuk kesantunan

berkomunikasi dapat diperoleh secara jelas. Selain kesantunan, pemilihan kata,

pemakaian gaya bahasa, tidak dipungkiri akan muncul peristiwa campur kode dan

alih kode.

Tuturan antar pengrawit diperoleh dengan memperhatikan metode simak-

catat, yakni pertuturan langsung saat peristiwa tutur di dalamnya terdapat bentuk-

bentuk kesantunan berkomunikasi. Menurut Sugiyono (2014:82) dokumen

merupakan catatan peristiwa dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Teknik

yang digunakan dalam metode ini adalah mencatat dan merekam tuturan yang

terjadi di antara pengrawit. Hasil rekaman dapat disimpan dalam peralatan

tersebut sehingga menjadi dokumen yang dapat dibuka sewaktu-waktu untuk

meninjau kembali catatan dan pengamatan yang sudah diperoleh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

45

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti berbekal pengetahuan

sosiolinguistik dan pragmatik dan kesantunan berkomunikasi yang telah dipelajari

semasa proses perkuliahan. Peneliti sebagai penutur bahasa Indonesia dan bahasa

Jawa serta memiliki bekal pengetahuan mengenai pragmatik yang cukup memadai

untuk mendapatkan data penelitian. Peneliti sebagai instrumen dengan

mengedepankan kemampuan memproses data secepatnya serta memanfaatkan

kesempatan untuk mengklarifikasi data (Moleong, 2005:171). Instrumen

penelitian dilakukan supaya dapat melengkapi data-data serta membandingkannya

dengan data-data yang telah ditemukan hasil dari observasi dan wawancara

(Sugiyono, 2012:223). Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan membuat

simpulan (Sugiyono, 2012:222).

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono,

2012:245). Sementara Moleong 2006 (dalam Prastowo, 2014:238) analisis data

adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, ketegori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesa kerja. Tenik analisis data yang dilakukan peneliti merujuk pada kajian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

46

analisis deskriptif dan analisis kontekstual. Kemudian Seiddel (dalam Moleong,

2014:248) mengungkapkan proses analisis data kualitatif sebagai berikut.

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mentesiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai

makna, mencari, dan menemukan pola hubungan-hubungan dan

membuat temuan-temuan umum.

Adapun langkah untuk melakukan teknik analisis data sebagai berikut.

1. Tahap klasifikasi

Peneliti mengelompokkan data-data penelitian hasil dari observasi

partisipatif dan simak, catat/ rekam.

2. Tahap identifikasi

Peneliti mengidentifikasi data-data yang telah terkumpul dengan mengkaji

tuturan kebahasaan menggunakan teori kesantunan.

3. Tahap interpretasi

Pada tahap ini sebagai tahap pemberian makna atas temuan-temuan

penelitian. Pemaknaan tentu saja tidak terlepas dari konteks pada data-data

penelitian.

4. Tahap deskripsi

Peneliti memaparkan dan menjelaskan hasil kajian yang telah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

47

Berikut ini disajikan tabel yang memaparkan aspek penentu kesantunan

berkomunikasi berdasarkan lima skala kesantunan menurut Leech yang telah

dimodifikasi menjadi tiga skala. Apabila dalam 1 data tuturan memenuhi ketiga

aspek kesantunan, maka diberi skor 3 (sangat santun). Jika hanya memenuhi dua

aspek kesantunan, maka diberi skor 2 (santun). Begitu juga jika hanya memenuhi

satu aspek kesantunan, maka skor 1 (kurang santun). Apabila tidak memenuhi

ketiga aspek kesantunan, maka skor 0 (tidak santun).

Tabel 2: Aspek Penentu Kesantunan Berkomunikasi Menurut Leech

No Aspek Kesantunan Skor

1. Skala Untung-Rugi

Santun : apabila tuturan semakin

merugikan penutur, atau sama-sama

menguntungkan mitra tutur maupun

penutur.

1

Tidak santun : apabila tuturan

semakin merugikan mitra tutur.

0

2. Skala Pilihan

Santun : apabila banyak pilihan dan

keleluasaan bagi penutur maupun

mitra tutur.

1

Tidak santun : apabila sama sekali

tidak ada keleluasaan dan pilihan

bagi mitra tutur.

0

3. Skala Ketidaklangsungan

Santun : apabila maksud tuturan

penutur maupun mitra tutur semakin

tidak langsung.

1

Tidak santun : apabila maksud

tuturan penutur bersifat langsung.

0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

48

3.6 Triangulasi Hasil Data

Sebagai dasar untuk membangun kepercayaan (validitas) hasil analisis

data dilakukan pemeriksaan keabsahan dengan cara triangulasi teori. Sugiyono

(2012:241) mengatakan bahwa triangulasi merupakan pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Metode triangulasi merupakan salah satu metode yang digunakan

dalam uji validitas penelitian kualitatif.

Teori triangulasi dapat dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan hasil

analisis data dengan beberapa landasan teori yang digunakan. Hal ini bertujuan

sebagai kekuatan akan kredibilitas penelitian ini. Triangulasi teknik untuk

menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda (Prastowo, 2014:270). Triangulasi

sumber, yaitu untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012:274). Peneliti

menggunakan triangulasi sumber dari seorang informan atau ahli yang merupakan

pakar Pragmatik untuk menguji keabsahan data.

Peneliti menggunakan triangulasi teori yaitu peneliti memanfaatkan dan

membandingkan teori-teori tentang kesantunan berkomunikasi dan skala

kesantunan dan menjelaskan tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa

Universitas Sanata Dharma yang mengikuti UKM Seni Karawitan. Triangulasi

penyidik ini memerlukan turut serta seorang penyidik triangulasi ini untuk

memeriksa hasil pengumpulan data dan tabulasi data yang telah dianalisis.

Peneliti mempercayakan Dr. B. Widharyanto, M.Pd., sebagai tringulator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

49

Penelitian ini dapat dikatakan sangat menarik dilakukan karena berdasarkan

jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan lainnya, peneliti

dapat mengambil nilai-nilai positif. Selain melakukan penelitian, peneliti juga

terlibat di dalam dinamika permainan karawitan dengan para pengrawit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijabarkan tiga hal, yaitu 1) deskripsi data, 2) hasil

analisis data, dan 3) pembahasan temuan.

4.1 Deskripsi Data

Berkomunikasi dan bertindak secara santun adalah keharusan setiap orang

yang berada di suatu masyarakat. Setiap orang harus menjaga kehormatan dan

martabat pribadi agar keharmonisan bersama dapat terjalin dengan baik. Seperti

permintaan tolong yang ditujukan kepada orang yang dihormati dapat

menggunakan kata “mohon”. Hal itu menunjukkan bahwa penutur juga berusaha

mempertimbangkan perasaan mitra tutur yang dihormati. Mempertimbangkan

perasaan mitra tutur merupakan bentuk kesantunan berkomunikasi sehingga

proses komunikasi terjalin lancar.

Dalam berkomunikasi, penutur juga harus memperhatikan situasi atau

konteks. Konteks itu dapat berupa siapa orang yang diajak berkomunikasi, tempat

berkomunikasi, waktu berkomunikasi, dan sebagainya. Hal ini dapat kita lihat

pada tuturan para pengrawit di Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan.

Pemakaian bahasa Jawa yang halus tidak dijadikan sebagai bahasa pengantar

dalam dinamika yang terjalin. Pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

51

Ngoko justru sering digunakan dan tidak mengurangi tingkat kesantunan bertutur

dengan sesama pengrawit ketika bermain karawitan.

Peneliti ingin menganalisis tentang tingkat kesantunan berkomunikasi

mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa

Seni Karawitan. Dasar analisis ini menggunakan skala kesantunan berkomunikasi

menurut Leech karena paling lengkap. Kelima skala yang terangkum dalam skala

pragmatik adalah 1) skala biaya-keuntungan, 2) skala pilihan, 3) skala

ketaklangsungan, 4) skala keotoritasan, dan 5) skala jarak sosial. Namun peneliti

hanya menggunakan tiga skala kesantunan sebagai pisau analisisnya. Ketiga skala

tersebut yaitu, 1) skala untung-rugi, 2) skala pilihan, dan 3) skala

ketidaklangsungan. Ketiga skala kesantunan digunakan peneliti untuk dasar

analisis tuturan karena sudah dapat dikatakan mencakup skala-skala lainnya.

Selain itu data-data yang diperoleh oleh peneliti juga hanya mencakup tiga skala

tersebut. Maka ketiga skala kesantunan yang dikemukakan Leech sudah dapat

mewakili untuk melihat tingkat kesantunan berkomunikasi di kalangan mahasiswa

Universitas Sanata Dharma di lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan.

Berdasarkan ketiga skala kesantunan berkomunikasi tersebut, peneliti dapat

mengetahui apakah tingkat tuturan yang digunakan sebagai komunikasi tergolong

santun atau tidak santun.

Data tuturan yang dianalisis di dalam penelitian ini adalah tuturan verbal

yang sifatnya percakapan antar pengrawit. Data tuturan berupa campur kode

antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Data diambil dari observasi yang

dilakukan oleh peneliti selama proses berlatih karawitan di kampus sejak bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

52

Februari sampai dengan Mei 2017. Ada sekitar 24 data tuturan yang dianalisis di

dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga skala kesantunan. Jadi, jumlah

analisis data ada sekitar 72 analisis data tuturan.

4.2 Hasil Analisis Data

Agar pemahaman kita lebih jelas mengenai hasil analisis tersebut, berikut

ini dijelaskan secara rinci tentang masing-masing aspek di atas.

4.2.1 Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata

Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan

Data tuturan berupa campur kode antara bahasa Indonesia dengan bahasa

Jawa yang diperoleh peneliti dianalisis menggunakan skala kesantunan yang

diungkap oleh Leech sebagai dasar kajian analisis. Gunarwan (1994:91-93)

menyampaikan pendapat Leech (1983:123) bahwa lima skala kesantunan perlu

dipertimbangkan untuk menilai atau mengukur derajat kesantunan. Namun

peneliti hanya menggunakan tiga skala kesantunan sebagai dasar analisis

penelitian ini, yaitu skala untung-rugi, skala pilihan, dan skala ketidaklangsungan.

Hasil data yang dianalisis dengan menggunakan tiga skala kesantunan itu dapat

dijelaskan sebagai berikut.

4.2.1.1 Skala Biaya-Keuntungan (Untung-Rugi)

Skala biaya-keuntungan ini dipakai untuk menghitung biaya dan

keuntungan dalam melakukan tindakan (seperti yang ditujukan oleh daya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

53

ilokusioner tindak tutur) antara penutur dan mitra tutur. Indikator yang

ditunjukkan yaitu seberapa besar tuturan dari penutur dapat menguntungkan mitra

tutur saat menjalin komunikasi. Semakin penutur menguntungkan diri mitra

tuturnya, maka tingkat kesantunannya menjadi sangat santun. Sebaliknya jika

penutur justru merugikan mitra tutur, maka tingkat kesantunannya akan tidak

santun. Data penelitian yang telah diperoleh dapat disajikan di bawah ini.

Tabel 3: Analisis 1 Skala Untung-Rugi

DT.01

Hari/ tanggal : Rabu, 22 Februari 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Aku pamit duluan ya, Mas,

Mbak.” P2 : “Gamelané rung disuwuk ki,

Ras.”

(“Gamelannya belum disuwuk ini,

Ras.”)

P1 : “Iya é. Soalé aku pulang ke

Magelang ini, Mas, biar ndak

kewengèn. Kalau Mas pulang

kapan?”

(“Iya. Ini aku pulang ke

Magelang Mas, supaya tidak

kemalaman. Kalau Mas pulang

kapan?”)

P2 : “O ya, ati-ati.”

(”O ya, hati-hati.”)

P3 : “Kéné Magelang sejam nganti

ra?”

(“Sini ke Magelang satu jam

sampai apa tidak?”)

P2 : “Rong jam yo. Adoh é.”

(“Dua jam, ya. Lumayan jauh.”)

P1 : “Daaa semua!”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

penutur perempuan kepada

pengrawit yang lain di dalam

ruang karawitan, Mrican. P1

adalah penutur perempuan

sedangkan P2 dan P3 merupakan

mitra tutur laki-laki. P1

memohon pamit terlebih dahulu,

tetapi P2 dan P3 meminta P1

agar pulang bersama-sama. P1

memberikan alasan bahwa sudah

pukul 8 malam dan akan pulang

ke Magelang, tidak ke kos.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

54

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan

oleh P1 sebagai penutur perempuan kepada P2 sebagai mitra tutur laki-laki ketika

sedang berpamitan kepada teman-teman pengrawit yang lain. Tuturan, “Aku

pamit duluan ya, Mas, Mbak.”, menunjukkan bahwa penutur menguntungkan

dirinya sendiri karena mau pulang terlebih dahulu sebelum proses kegiatan

karawitan selesai. Mitra tutur tampak kurang senang jika penutur pulang lebih

dulu karena biasanya waktu pulang pukul 21.00 WIB. Mitra tutur pertama

menanggapi penutur karena menginginkan agar penutur masih ikut latihan

karawitan, dan pulang bersama-sama seperti biasanya. Tuturan ini menunjukkan

ketidaksantunan penutur terhadap mitra tutur karena penutur mau pulang duluan

sementara kegiatan karawitan selesai. Maka tuturan pada data ini dikategorikan

tuturan yang tidak santun.

Tabel 4: Analisis 2 Skala Untung-Rugi

DT.02

Hari/ tanggal : Rabu, 8 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Lho, rung dha teka, ta, bro? Tak

kira nèk aku kèri dhéwé é.”

(“Lho, belum pada datang, bro?

Aku kira aku yang terlambat

datang.”)

P2 : “Urung kok. Aku waé gèk ntas

tekan, bro.”

(“Belum. Aku saja baru saja

sampai, bro.”

P1 : “Mas Éko ya rung teka pa?”

(“Apa Mas Eko juga belum

Tuturan tersebut diucapkan oleh

penutur laki-laki kepada mitra

tutur laki-laki di Ruang Drost,

Paingan ketika akan latihan

karawitan untuk wayang kulit.

Penutur terkejut karena

pengrawit yang lain belum

datang, padahal sudah terburu-

buru bahkan belum sempat

untuk makan. Lalu mitra tutur

menanggapi agar sama-sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

55

datang?”)

P2 : “Gèk otw paling.”

(Mungkin masih otw.”)

P1 : “Asem kok, tuas aku banter-

banter nganti rung madhang

barang.” (“Asem, padahal aku sudah

terburu-buru sampai belum

sempat makan.”)

P2 : “Hayo dientèni bro. Hahaha...”

(“Ya ditunggu dulu, bro.

Hahaha”)

menunggu semua berkumpul

dulu.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini memperlihatkan bahwa penutur

mengucapkan tuturan, “Asem kok, tuas aku banter-banter nganti rung madhang

barang.” dengan nada kesal dan sedikit marah terhadap mitra tutur yang sedang

duduk santai. Tuturan, “asem” ini sebetulnya berasal dari kata “asu” dan

merupakan sebuah umpatan yang tidak santun. Penutur mengucapkan kata

tersebut karena pengrawit yang akan latihan wayang kulit belum lengkap. Maka

tuturan tersebut termasuk tuturan tidak santun.

Tabel 5: Analisis 3 Skala Untung-Rugi

DT.03

Hari/ tanggal : Rabu, 29 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Ndi, mrénéa gocèkna kempulé

iki!”

(“Ndi, sini pegangkan kempul

ini!”)

P2 : “Isa ra?”

(“Bisa tidak?”)

P1 : “Wahés! Alon-alon ta, Ndi!”

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) yang

memukul kempul kepada

pengrawit laki-laki (P2). P1

meminta P2 yang sedang

berdiskusi di samping gamelan

untuk memindahkan posisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

56

(“Aduh! Pelan-pelan saja, Ndi!”)

P2 : “Iya! Malah tok uculké.”

(“Iya! Malah kamu lepaskan.”)

P1 : “Uculké gundhulmu kuwi.

Pindhahké sisan kuwi.” (“Lepaskan kepalamu itu.

Pindahkan juga yang itu.”)

kempul supaya pas.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data di atas memperlihatkan bahwa tuturan P1

sebagai penutur laki-laki kepada P2 sebagai mitra tutur laki-laki tersebut tidak

santun dan mengakibatkan suasana percakapan menjadi rusak. Penutur seolah-

olah tidak memperhatikan suasana mitra tutur yang sedang bingung mengonsep

acara pergelaran wayang kulit. Mitra tutur merasa diganggu dan justru

menimbulkan efek negatif dan menghancurkan suasana tuturan sehingga ada

kempul yang berbenturan dan menghasilkan suara keras yang mengejutkan.

Tuturan penutur, “Uculké gundhulmu kuwi. Pindhahké sisan kuwi.”. Penutur

menyalahkan mitra tutur akibat benturan kempul-kempul tersebut. Maka semakin

penutur merugikan mitra tuturnya melalui tuturannya, maka tingkat

kesantunannya menjadi tidak santun. Seharusnya penutur sebelum meminta

bantuan mitra tutur harus mengucapkan kata “maaf” dan “tolong” sebagai bentuk

sikap rendah hati untuk meminta bantuan mitra tutur. Mitra tutur menjadi

dirugikan karena merasa diganggu dengan adanya permintaan bantuan itu tanpa

mengucapkan kata “maaf” dan “tolong”. Benturan kempul tersebut terjadi karena

penutur memang tidak sengaja melepaskan tali kempul, tetapi tidak mau

disalahkan oleh mitra tutur. Penutur menanggapi ucapan mitra tutur dengan kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

57

“gundhulmu” yang berarti tidak mau disalahkan dan justru mengejek mitra tutur.

Seharusnya penutur menanggapi dengan tuturan, “aduh, maaf, aku tidak sengaja”.

Tabel 6: Analisis 4 Skala Untung-Rugi

DT.05

Hari/ tanggal : Sabtu, 8 April 2017

Lokasi : Ruang Kadarman, Gedung Pusat USD, Mrican

Data Konteks

P1 : “Waduh, lha aku suruh make

surjan yang mana? Weeeeh..” P2 : “Lha piyé?”

(“Gimana?”)

P1 : “Kok aku ndak dijatah surjan?”

(“Kenapa aku tidak diberi surjan?”

P2 : “Salahé wingi ra omong!”

(“Salahmu kemarin tidak minta!”)

P1 : “Nyebai!”

(“Menyebalkan!”)

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit laki-laki (P2) di

Ruang Kadarman jam 7 pagi

saat akan mengenakan surjan

untuk mengiringi wisuda.

Namun P2 sebagai petugas

kostum justru menyalahkan P1

yang sebelumnya tidak meminta

surjan.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini termasuk tuturan yang tidak santun. P1

sebagai penutur laki-laki mengalami kebingungan ketika tidak kebagian surjan

yang akan dipakai untuk tugas mengiringi wisuda. Tuturan penutur mengucapkan

tuturan, “Waduh, lha aku suruh make surjan yang mana? Weeeeh..” untuk

menyindir P2 sebagai mitra tutur yang bertugas mempersiapkan kostum pengrawit

wisuda. Tuturan itu telah dipahami oleh mitra tutur bahwa tuturan tersebut

merupakan sindiran, karena jumlah surjan tidak sesuai dengan jumlah pengrawit.

Maka mitra tutur hanya menanggapi tuturan penutur dengan ucapan “lha piyé?”.

Tentu saja tuturan ini dikategorikan tuturan yang tidak santun. Hal ini

mengakibatkan mitra tuturnya tidak nyaman dengan komunikasi yang terjadi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

58

karena penutur menyindir. Sebenarnya sindiran tersebut merupakan sindiran yang

halus dan tidak langsung. Seharusnya sindiran tersebut diartikan sebagai bentuk

permintaan tolong penutur kepada mitra tutur agar segera membantu mencarikan

surjan lagi. Namun karena mitra tutur hanya mengartikan maksud penutur sebagai

sindiran, maka mitra tutur justru kesal dan menanggapinya dengan nada kesal dan

cetus. Hal itu menunjukkan bahwa mitra tutur benar-benar kesal dan tampak tidak

santun bertutur demikian di depan para pengrawit laki-laki dan perempuan.

Alangkah baiknya jika mitra tutur mengucapkan kata, “oh maaf, Mas, masih

kurang ya? Coba aku carikan dulu di lemari karawitan.” Maka dapat dikatakan

bahwa data di atas merupakan tuturan tidak santun yang mengakibatkan efek

negatif.

Tabel 7: Analisis 5 Skala Untung-Rugi

DT.04

Hari/ tanggal : Kamis, 30 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Nes, Nesha, tolong kipas

anginnya, Nes.” P2 : “Ok, Mas. Kebetulan dari tadi

aku juga gerah e. Yang nomer

berapa, Mas?”

P1 : “Haha... biar silir jé. Ya manut.”

(“Hahaha... supaya semilir.

Terserah.”)

P2 : “Kena apa nggak, Mas?”

(“Kena apa tidak, Mas?”)

P1 : “Iya, kena. Dah makasih, Nes.”

Tuturan diucapkan oleh

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit perempuan (P2) di

ruang karawitan, Mrican. P1

meminta kepada P2 saat latihan

wayang kulit untuk

menghidupkan kipas angin

supaya ruangan tidak panas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

59

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini dikategorikan tuturan yang santun. P1

sebagai penutur laki-laki meminta tolong kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan untuk menghidupkan kipas angin karena posisi duduknya dekat

dengan tombol kipas angin. Penutur mengucapkan, “Nes, Nesha, tolong kipas

anginnya, Nes.” menimbulkan tanggapan yang baik dari mitra tutur. Tuturan

tersebut menunjukkan bahwa mitra tutur mengalami keuntungan, karena hawa di

ruang karawitan menjadi agak dingin dan membuat nyaman. Penekanan kata

“tolong” menginginkan mitra tuturnya supaya menghidupkan kipas angin karena

hawa di ruang karawitan gerah meskipun sudah jam 7 malam. Suasana tuturan

antara penutur dan mitra tutur menjadi lancar karena mitra tutur merasa

diuntungkan. Penutur memahami bahwa pengrawit yang lain sejak awal

mengalami gerah dan lupa tidak menghidupkan kipas angin karena fokus

menggamel. Hal kemudian menimbulkan tuturan yang menguntungkan mitra tutur

dengan tuturan “kebetulan” setelah penutur mengingatkan agar kipas angin

dihidupkan. Komunikasi ini berjalan lancar dan dapat dikatakan santun karena

menguntungkan mitra tutur.

Tabel 8: Analisis 6 Skala Untung-Rugi

DT.19

Hari/ tanggal : Senin, 29 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Ris, gini ya. Nem ma nem, nem

ma nem ma, ro ji ro, ro ji ro ji, lu

ro lu, lu ro lu ro.”

Tuturan itu diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

60

P2 : “Gimana, Mbak?”

P1 : “Gini lho, Ris. Lihat ya.”

(praktek menabuh bonang barung)

P2 : “Ok, Mbak. Yang nem di atas apa

bawah, Mbak?”

P1 : “Yang bawah. Yang bawah, Ris.

Rong ulihan.”

perempuan yang berbeda usia.

P1 mengajari menabuh bonang

barung di UKM Seni Karawitan

Paingan setelah azan magrib.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini tergolong sebagai tuturan yang santun

karena penutur dan mitra tutur dapat mengerti arah dan maksud pembicaraannya.

Hal ini ditandai dengan tuturan yang diucapkan oleh P1 sebagai penutur

perempuan kepada P2 sebagai mitra tutur perempuan. Keduanya hanya berbeda

usia dan sedang belajar menabuh bonang barung. Tuturan yang diucapkan oleh P1

menunjukkan kesantunan berkomunikasi. Tuturan yang diucapkan oleh penutur

bermaksud mengajarkan mitra tutur cara menabuh bonang pada gending Ladrang

Ayun-Ayun. Penekanan kata, “Ris, gini ya. Nem ma nem, nem ma nem ma, ro ji

ro, ro ji ro ji, lu ro lu, lu ro lu ro.”, merupakan tuturan yang menguntungkan bagi

mitra tutur karena mendapatkan tanggapan yang baik sehingga mitra tutur tidak

merasa dirugikan. Suasana percakapan antara penutur dan mitra tutur berjalan

lancar. Data tuturan ini menjelaskan bahwa tuturan penutur tersebut merupakan

sebuah keuntungan yang didapat oleh mitra tutur. Dapat dilihat penutur

memberikan keuntungan kepada mitra tutur dengan mengajari mitra tutur

menabuh bonang barung berdasarkan not dan teknik permainan. Hal ini sangat

menguntungkan mitra tutur, sehingga mitra tutur dapat melihat dan menirukan

teknik permainan penutur. Ekspresi tanggapan mitra tutur terlihat senang dan puas

dan segera menabuh bonang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

61

Tabel 9: Analisis 7 Skala Untung-Rugi

DT.16

Hari/ tanggal : Senin, 18 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Mas, ini sertifikatnya.”

P2 : “Sertifikat apa ya ini, Is?”

P1 : “Sertifikat pergelaran wayang

kulit kemarin, Mas Nug.”

P2 : “Oh, sik Kunthi itu to. Wah

makasih.”

P1 : “Iya, Mas.”

P2 : “Eh, Sil, bisa kamu bawa dulu?

Aku ndak bawa tas besar je.”

P1 : “Boleh, Mas. Tak bawain dulu

aja.” P2 : “Besok tak ambil nek pas pake tas

besar.”

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan yang

menyerahkan sertifikat

pergelaran wayang kulit setelah

latihan gamelan di ruang

karawitan Paingan sekitar jam 8

malam. P2 sebagai mitra tutur

laki-laki menerima tetapi

menitipkan kepada P1 karena P2

tidak membawa tas yang besar.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data tuturan ini mengindikasikan bahwa P1 sebagai

penutur perempuan sedang berbicara dan menyerahkan sertifikat pergelaran

wayang kulit kepada P2 sebagai mitra tutur laki-laki. Dapat dilihat bahwa

percakapan yang dilakukan oleh penutur dan mitra tutur berjalan dengan baik dan

lancar meskipun kedua berbeda usia dan jenis kelamin. Percakapan yang baik dan

lancar menjadikan kedua partisipan terlihat akrab. Penutur dan mitra tutur

memiliki pemahaman yang sama terhadap konteks dan percakapan yang

dibicarakan yaitu berkaitan dengan pergelaran wayang kulit beberapa waktu lalu.

Tuturan pada data ini termasuk dalam kategori tuturan yang santun karena penutur

memberikan keuntungan kepada mitra tutur dengan penekanan tuturan, “Boleh,

Mas. Tak bawain dulu aja.”. Penekanan tuturan tersebut memberikan keuntungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

62

bagi mitra tutur karena selain diberikan apresiasi berupa sertifikat, mitra tutur juga

menanggapi mitra tutur dengan baik dengan membawakan sertifikatnya penutur.

Hal ini karena mitra tutur tidak membawa tas besar sehingga kesulitan untuk

membawa pulang, apalagi kertasnya tidak terlalu kaku dan tebal

Tabel 10: Analisis 8 Skala Untung-Rugi

DT.17

Hari/ tanggal : Senin, 22 Mei 2017

Lokasi : Parkiran Aula, Mrican

Data Konteks

P1 : “Maaf, Mas, baru datang. Soalnya

tadi baru ambil „anu‟ buat besok ke

Solo.”

P2 : “Ndak apa-apa. Wong dari tadi

yang lain juga belum pada datang

kok.”

P1 : “Oh ya? Tadi aku juga habis

makan e. Tapi maaf lagi, Mas.

Uang transportnya belum jadi tak

ambil soale Dea tadi lupa bawa

uang kas UKM.”

P2 : “Ndak apa-apa, Mar. Besok aja

ndak apa-apa.”

P1 : “Ok, Mas. Berarti besok aja ya tak

kasih uang transportnya.”

P2 : “Iyes, hahaha...”

Tuturan diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki. Percakapan terjadi

sekitar pukul 18.00 di luar ruang

karawitan Mrican, tepatnya di

dekat pintu masuk parkiran. P1

meminta maaf kepada P2 karena

tidak jadi memberikan uang

transport ke Solo untuk

mengikuti lomba nembang

macapat senasional. P1

memaklumi hal itu.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan pada data ini termasuk dalam kategori

tuturan yang santun. Hal ini terlihat pada percakapan yang terjadi antara P1

sebagai penutur perempuan dengan P2 sebagai mitra tutur laki-laki yang lancar.

Kedua partisipan dapat mengerti alur tuturan yang sedang berlangsung dan tuturan

penutur, “Maaf, Mas, baru datang. Soalnya tadi baru ambil „anu‟ buat besok ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

63

Solo.”, sebagai penanda bahwa penutur rendah hati kepada mitra tutur meskipun

mitra tutur sebagai ketua UKM Seni Karawitan. Keuntungan yang diperoleh mitra

tutur yaitu mitra tutur mendapatkan uang transport untuk mengikuti lomba

nembang macapat tingkat nasional di Solo. Tuturan itu tuturan yang santun karena

penutur menguntungkan mitra tutur.

Tabel 11: Analisis 9 Skala Untung-Rugi

DT.20

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Selain BKHI kita juga diminta

mengisi project NASA di ISI.”

P2 : “BKHI ki apa?”

P1 : “Jadi BKHI itu Biro Kerja sama

Hubungan Internasional, kebetulan

sedang menjalin kerja sama

mahasiswa dari Korea.”

P2 : “Njuk besok gimana?”

P1 : “Besok Mas Eko mengajari

mereka berlatih gamelan, Mas.” P2 : “Oh, ok-ok.”

P1 : “Sebatas mengajari gamelan aja.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada mitra tutur laki-laki saat

rapat UKM di ruang karawitan,

Mrican. P1 sebagai pemimpin

rapat memberikan informasi

acara-acara seputar karawitan

yang akan dilaksanakan

beberapa bulan lagi.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data tersebut merupakan tuturan dari seorang

pemimpin rapat UKM Seni Karawitan kepada para anggotanya di dalam ruang

karawitan Mrican. Dalam tuturan data ini tampak bahwa partisipan mengerti alur

pembicaraan yang sedang berlangsung. Dari tuturan tersebuut dapat dilihat bahwa

tuturan berjalan baik dan lancar. Keduanya sama sekali tidak mengalami kesulitan

untuk memahami dan mengerti alur pembicaraan dalam rapat tersebut. Tuturan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

64

termasuk tuturan yang santun karena penutur dan mitra tutur dapat mengerti arah

dan maksud pembicaraannya. Tuturan yang diucapkan oleh penutur yaitu, “Besok

Mas Eko mengajari mereka berlatih gamelan, Mas.”. Penekanan tuturan

tersebut merupakan suatu penanda kesantunan dalam data ini. Penutur

memberikan keuntungan kepada mitra tutur karena bidang profesionalisme yang

dimiliki mitra tutur sebagai pengajar dan pelatih gamelan. Apalagi peserta yang

akan belajar gamelan berasal dari Korea, tentu saja juga akan memberikan

pengalaman dan keuntungan uang dari BKHI. Ekspresi tanggapan mitra tutur

terlihat senang dan bangga karena bertambah pengalaman sebagai pelatih gamelan

mahasiswa-mahasiswa lintas negara. Oleh karena itu, tuturan ini dinilai santun

karena tuturan penutur memberikan keuntungan kepada mitra tutur.

Tabel 12: Analisis 10 Skala Untung-Rugi

DT.23

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Nama kamu siapa, Mas?”

P2 : “What?”

P1 : “What‟s your name?

P2 : “Adam.”

P1 : “Ok, Adam. Ini namanya kempul.

Kalau yang besar itu gong gedhé

ora gong besar, big.” P2 : “Apa?”

P1 : “This is name a kempul.”

P2 : “Kempul?”

P1 : “Yes, kempul. This is gong.”

P2 : “Ok, gong. Kempul dan gong.”

P1 : “Coba dipukul dulu.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang berasal dari

Amerika. Mitra tutur ingin

belajar karawitan bersama

dengan teman-temannya.

Penutur sebagai anggota UKM

Seni Karawitan membantu

melatih karawitan kepada mitra

tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

65

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data di atas merupakan tuturan yang terjadi di

ruang karawitan Mrican. Percakapan dilakukan oleh P1 sebagai penutur laki-laki

dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki yang akan belajar karawitan. Mitra tutur

merupakan penutur bahasa asing (bahasa Inggris) yang berasal dari Amerika.

Mitra tutur bersama dengan teman-temannya mengikuti program BIPA yang

diadakan oleh Lembaga Bahasa. Penutur sebagai pengrawit kawakan di UKM

Seni Karawitan membantu mitra tutur yang akan menabuh karawitan di bagian

kempul dan gong. Dari tuturan tersebut terlihat berjalan dengan baik. Penutur

berusaha untuk tetap menjaga suasana tuturan berjalan dengan baik dan lancar.

Tuturan ini termasuk dalam kategori tuturan yang santun karena penutur

menguntungkan mitra tutur dengan menjelaskan dan membantu mengenal kempul

dan gong, serta mengerti arah dan maksud pembicaraannya. Penekanan pada

tuturan penutur yaitu, “Ok, Adam. Ini namanya kempul. Kalau yang besar itu

gong gedhé ora gong besar, big.”, mempertegas behawa penutur sangat

menguntungkan mitra tutur. Penekanan tuturan ini adalah penanda kesantunan di

dalam data ini. Penutur memberikan keuntungan kepada mitra tutur dengan

menjelaskan secara perlahan-lahan dengan tuturan campur kode itu.

Tabel 13: Analisis 11 Skala Untung-Rugi

DT.11

Hari/ tanggal : Selasa, 25 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Mas, njenengan besok Minggu Tuturan tersebut diucapkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

66

bisa bantuin tugas di Gereja

Babarsari?”

(“Mas, kamu besok Minggu bisa

membantu tugas di Gereja

Babarsari?”)

P2 : “Tugas buat apa é, Mar?”

(“Tugas untuk apa itu, Mar?”)

P1 : “Tugas mengiringi misa, Mas,

penggalangan dana Sekar Geni.”

P2 : “Siap, aku ikut. Aku nabuh apa?”

P1 : “Masé mau ikut kor atau gamel?”

P2 : “Ha rak ya wis akèh ta sik kor?

Ana Budi barang galo. Sik gamel

kurang wong iki, Mar.”

(“Bukannya sudah banyak yang

kor? Ada Budi juga itu. Yang

gamel kekurangan orang ini,

Mar.”)

P1 : “Oh iya, ya, ndak papa, ikut gamel

waé, Mas.” (Oh iya, ya, tidak apa-apa ikut

gamel saja, Mas.”)

P1 sebagai penutur perempuan

dan ketua panitia Festival Sekar

Geni (Seni Karawitan Gending

Gerejani). Penutur mengajak P2

sebagai mitra tutur laki-laki

untuk membantu kor dalam

mencari dana dengan mengiringi

misa di Gereja Babarsari.

Namun mitra tutur hanya mau

membantu mengiringi kor saja

karena kekurangan pengrawit.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Dalam data ini, P1 sebagai penutur perempuan

sementara P2 sebagai mitra tutur laki-laki. Keduanya sama sekali tidak

mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerti percakapan yang

berlangsung. Tuturan ini tergolong tuturan yang santun karena penutur

memberikan kesempatan kepada mitra tutur untuk mengiringi misa dengan

karawitan. Sementara mitra tutur juga menanggapi dengan baik permintaan dari

penutur. Tuturan, “Oh iya, ya, ndak papa, ikut gamel waé, Mas.”,

memperlihatkan bahwa penutur menguntungkan mitra tutur. Penekanan tuturan

itu merupakan suatu penanda kesantunan dalam data ini. Maka tuturan ini

tergolong tuturan yang santun karena penutur menguntungkan si mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

67

Tabel 14: Analisis 12 Skala Untung-Rugi

DT.12

Hari/ tanggal : Selasa, 25 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Teman-teman, gimana ini besok

ordinariumnya mau pakai yang

Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan

Allah?”

P2 : “Nggo sik Kratoning Allah waé.”

(“Pakai yang Kerajaan Allah saja.”)

P1 : “Yang Kerajaan Allah, Mas?”

P2 : “Soalé sing biyèn dah pernah

pakek yang Gaya Sundha, kan.”

(“Soalnya yang dulu sudah pernah

menggunakan Gaya Sunda,

bukan?”)

P1 : “Ok, deh. Kita pakai yang

Kerajaan Allah, ya teman-

teman.”

Tuturan tersebut diucapkan

ketua panitia Festival Sekar Geni

kepada para pengrawit dan

petugas kor. P1 sebagai penutur

perempuan memberikan pilihan

gaya lagu ordinarium yang mau

dinyanyikan untuk mengiringi

misa di Gereja Babarsari. P2

sebagai mitra tutur laki-laki

menanggapi untuk menggunakan

Gaya Kerajaan Allah. Akhirnya

P1 memutuskan bahwa gaya

yang digunakan dalam tugas kor

adalah Gaya Kerajaan Allah.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. P1 sebagai penutur perempuan dan P2 merupakan

mitra tutur laki-laki. Keduanya hanya dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Data

ini menandakan bahwa tuturan berjalan dengan baik. Hal ini karena penutur dan

mitra tutur dapat mengerti arah pembicaraan yang berlangsung. Tuturan pada data

ini termasuk dalam kategori tuturan santun karena penutur memberikan

keuntungan kepada mitra tutur. Usulan yang diucapkan oleh mitra tutur

ditanggapi dengan baik oleh penutur dan digunakan sebagai dasar untuk tugas kor

di gereja. Mitra tutur memberikan alasan dan pertimbangan yang baik kepada

penutur sehingga penutur menerima usulan dari mitra tutur. Tuturan tersebut

yaitu, “Ok, deh. Kita pakai yang Kerajaan Allah, ya teman-teman.”. Penekanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

68

tuturan ini merupakan suatu penanda kesantunan. Tuturan tersebut

menguntungkan mitra tutur sehingga tuturan ini dikategorikan sebagai tuturan

yang santun.

Tabel 15: Analisis 13 Skala Untung-Rugi

DT.08

Hari/ tanggal : Selasa, 11 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Kamu mau nabuh saron sing ndi

é, Mbak Klara?”

(“Kamu mau nabuh saron yang

mana ya, Mbak Klara?”)

P2 : “Disuruh nabuh saron. Tapi....”

P1 : “Arep saron sik kéné apa kana?”

(“Mau saron yang ini apa itu?”)

P2 : “Yang ini saja lah.”

P1 : “O ya, berarti aku yang di situ.”

Tuturan tersebut dituturkan oleh

P1 sebagai pengrawit laki-laki

yang menabuh saron. P1

memberi peluang untuk P2

sebagai mitra tutur perempuan

yang baru saja ikut latihan

karawitan di ruang karawitan

Mrican.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini dapat dikategorikan sebagai tuturan yang

santun, karena P1 sebagai penutur laki-laki menguntungkan P2 sebagai mitra tutur

perempuan. Keduanya tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Dari

tuturan tersebut terlihat kedua partisipan tutur sangat mengerti alur pembicaraan

sehingga tuturan berjalan dengan baik. Hal ini menjadi penanda bahwa penutur

menguntungkan mitra tutur. Tuturan tersebut yaitu, “O ya, berarti aku yang di

situ.”. Penekanan tuturan ini merupakan penanda kesantunan dan menunjukkan

bahwa penutur menguntungkan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

69

Tabel 16: Analisis 14 Skala Untung-Rugi

DT.13

Hari/ tanggal : Kamis, 27 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Arep ngudud-ngudud sik, jon?”

(“Mau merokok dulu yuk, jon?”)

P2 : “Kowé gawa, jon?”

(“Apa kamu bawa, jon?”)

P1 : “Iya iki.”

(“Iya ini.”)

P2 : “Ya sini, jon, tak minta.”

P1 : “Nèng kana waé lé udud, jon.”

(“Merokok di sana saja, jon.”)

P2 : “Kéné waé napa.”

(“Di sini saja.”)

P1 : “Ra pénak asapé. Jaba waé sing

nyaman.

(“Tidak enak asapnya. Di luar saja

yang nyaman.”)

P2 : “Iya ya. Ok-ok.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang mengajak untuk

merokok sebelum latihan

karawitan dimulai. P1 mengajak

merokok di luar ruang karawitan

Paingan karena banyak

pengrawit perempuan yang

sudah berlatih karawitan.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan percakapan antara P1 sebagai

penutur laki-laki dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki. Keduanya sudah saling

akrab dan sama-sama sebagai pengrawit senior. Dalam dara ini terlihat bahwa

penutur dan mitra tutur sangat mengerti alur pembicaraan yang berlangsung. Dari

tuturan ini dapat dilihat bahwa tuturan berjalan dengan baik dengan pembicaraan

yang terarah. Tuturan ini termasuk dalam kategori tuturan santun. Penekanan pada

tuturan penutur yang dicetak tebal miring yakni, “Arep ngudud-ngudud sik,

jon?”, mempertegas bahwa penutur menguntungkan mitra tutur. Mitra tutur yang

menunggu latihan karawitan belum dimulai. Sehingga penutur mengajak mitra

tutur untuk merokok dulu. Penekanan tuturan tersebut sebagai penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

70

kesantunan. Ekspreasi tanggapan mitra tutur terlihat senang dan merasa

diuntungkan. Maka tuturan ini tergolong santun.

Tabel 17: Analisis 15 Skala Untung-Rugi

DT.14

Hari/ tanggal : Jumat, 28 April 2017

Lokasi : Gereja Maria Assumpta Babarsari

Data Konteks

P1 : “Ana umat lingkunganku ki

rasan-rasan nèk misa pingin nggo

gamelan.”

(“Ada umat lingkunganku punya

niat kalau misa pakai gamelan.”)

P2 : “Nggèné njenengan ki paroki

pundi, Mas?”

(“Lingkunganmu ikut paroki

mana, Mas?”)

P1 : “Mèlu Pringwulung.”

(“Ikut Pringwulung.”)

P2 : “O, Pringwulung, ta. Napa ten

mriku ènten gamelané, Mas?”

(“O, Pringwulung. Apa di sana

ada gamelan, Mas?”)

P1 : “Ora ana. Ning wongé lé rasan-

rasan ora gelem kandha langsung

nèng UKM. Ha nèk gelem mono,

cah-cah arep dha gelem nabuh

apa ora.”

(“Tidak ada. Tapi orangnya hanya

berharap, belum berani meminta

ke UKM. Kalau bisa dan sanggup,

teman-teman ada yang mau

mengiringi apa tidak.”)

P2 : “Mungkin nggih purun, Mas.”

(“Mungkin saja mau, Mas.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pelatih gamelan untuk menawari

mengiringi kor misa

menggunakan gamelan di Gereja

Pringwulung, ketika sedang

berkumpul di depan Gereja

Babarsari untuk gladi bersih

mengiringi misa penggalan dana

Festival Sekar Geni.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Dalam data ini P1 sebagai penutur laki-laki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

71

sedangkan P2 merupakan mitra tutur laki-laki. Kedua partisipan tutur ini berjalan

dengan baik dan lancar dalam percakapan yang sedang dilakukan. Mitra tutur

menanggapi dengan baik tuturan yang diucapkan oleh penutur. Kedua partisipan

sama-sama mengerti alur tuturan yang sedang dibicarakan. Hal ini dapat

dibuktikan dengan tuturan, “Mungkin nggih purun, Mas.”. Mitra tutur

menguntungkan penutur karena penutur ingin meminta bantuan untuk menjadi

pengrawit mengiringi kor. Dari tuturan tersebut dapat dilihat bahwa penutur

diuntungkan oleh mitra tutur karena tampak bersedia menjadi pengrawit mewakili

para pengrawit yang lain. Mitra tutur juga merasa diuntungkan karena diberi

kesempatan untuk mengembangkan pengalaman ngrawit di gereja.

Tabel 18: Analisis 16 Skala Untung-Rugi

DT.18

Hari/ tanggal : Senin, 22 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Mbak Sherly besok ikut ke Solo

apa enggak e?”

P2 : “Iya aku besok ikut, Ras.”

P1 : “Boncengan sama siapa, Mbak?

Pilih aku apa Mas Lukas? Eaaaaa.”

P2 : “Sama Lukas.”

P1 : “Yey... akhirnya aku ada

temen cewek.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempan

dan P2 sebagai mitra tutur

perempuan mitra tutur akan

belajar macapat. Tuturan ini

memberikan pilihan kepada

mitra tutur.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan dari P1 sebagai penutur

perempuan dengan P2 sebagai mitra tutur perempuan. Keduanya hanya dibedakan

usia. Pada tuturan ini mitra penutur merasa sangat diuntungkan oleh mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

72

Terlihat bahwa tuturan dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada efek tidak

baik yang muncul. Tuturan dari percakapan ini termasuk dalam kategori yang

santun karena mitra tutur menguntungkan penutur. Keuntungan yang diperoleh

penutur terlihat dari tuturan mitra tutur yaitu, “Iya aku besok ikut, Ras.”.

Penekanan tuturan tersebut merupakan suatu penanda kesantunan dalam data ini.

Maka tuturan dalam data ini tergolong tuturan yang santun.

Tabel 19: Analisis 17 Skala Untung-Rugi

DT.24

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Sekarang kita lanjut ke ini aja

ya, ke pendataan. Untuk

sementara expo Insadha itu nanti

tergantung hasil rapat

berikutnya. Gitu ya, teman-

teman.”

P2 : “Ok.”

P1 : “Sekarang didata dulu aja. Mulai

dari workshop BKHI. Siapa aja

yang mau ikut? Ose bisa?” P2 : “Iya bisa.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. P1 memimpin rapat

UKM di ruang karawitan Mrican

untuk menentukan pengrawit

yang bersedia menabuh dalam

workshop BKHI.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan di data ini dapat dikategorikan sebagai

tuturan santun karena penutur merasa diuntungkan oleh si mitra tutura. Mitra tutur

bersedia terlibat dalam rencana pentas karawitan acara workshop BKHI. Penutur

yang menawarkan pentas kepada mitra tutur merupakan penanda bahwa penutur

memberi keuntungan. Tuturan yang menjadi penanda kesantunan dalam data ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

73

dibuktikan dengan tuturan, “Sekarang didata dulu aja. Mulai dari workshop

BKHI. Siapa aja yang mau ikut? Ose bisa?”. Penekanan tuturan ini dapat dilihat

bahwa tuturan berjalan dengan baik karena penutur memberikan informasi dan

memberi kesempatan kepada mitra tutur untuk mengikuti acara BKHI. Dari

tuturan ini menunjukkan bahwa tuturan termasuk dalam kategori santun karena

baik penutur menguntungkan mitra tutur dan mitra tutur tidak merasa dirugikan.

Tabel 20: Analisis 18 Skala Untung-Rugi

DT.21

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Budi besok mau ikut yang apa?

Mèh nabuh semua apa pilih yang

mana?”

P2 : “Lhaaa kalo aku ya terserah.

Semua itu bisa. Hahahaha....”

P1 : “Berarti bisa semua ya. Yang

workshop BKHI, wisuda,

kolaborasi TSD, expo Insada,

project Nasa di ISI ya, Bud.”

P2 : “Iya, kalo aku ya ok-ok saja.

Mumpung selo kok yo.”

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki saat rapat pengurus

UKM Seni Karawitan membagi

pengrawit pada beberapa event

mendatang. P1 memberikan

pilihan-pilihan kepada P2 dalam

rapat tersebut.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini mengindikasikan bahwa penutur sedang

meminta bantuan dari mitra tutur untuk menjadi pengrawit acara workshop BKHI.

Saat melakukan percakapan, penutur sebagai ketua karawitan menawari mitra

tutur. Kedua partisipan tutur sangat mengerti alur pembicaraan sehingga keduanya

merasa sama-sama diuntungkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tuturan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

74

“Berarti bisa semua ya. Yang workshop BKHI, wisuda, kolaborasi TSD, expo

Insada, project Nasa di ISI ya, Bud.”. Penekanan tuturan ini merupakan penanda

kesantunan dalam data ini. Penutur memberikan keuntungan kepada mitra tutur

karena memberi kesempatan pentas dan berpartisipasi di banyak acara. Maka,

tuturan dalam data ini termasuk tuturan yang santun.

Tabel 21: Analisis 19 Skala Untung-Rugi

DT.06

Hari/ tanggal : Senin, 10 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Jeng, gini lho. Kalo pas playon

nabuhnya lombo waé.” (“Jeng, seperti ini. Kalau pas

playon memukulnya lombo saja.”)

P2 : “Lombo gimana, Mas?”

P1 : “Lombo ki alusan, nggak mak

jlèng. Misalé, tlung ndak tak tak

nong nèng nong. Alusan waé,

kejaba sesek.”

(“Lombo itu halus, tidak

mengejutkan. Misalnya, tlung ndak

tak tak nong neng nong. Halus saja

memukulnya, tidak seperti sesek.”)

P2 : “Ok-ok, siap, Mas.”

P1 : “Dikepénaké waé.”

(“Dienakkan saja.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. Penutur adalah

pengendang latihan wayang

kulit. P1 mengingatkan P2 yang

menabuh demung agar

menabuhnya halus jika aba-aba

kendang halus. Namun jika

sesek (cepat dan keras), maka

semua cepat dan keras juga.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur laki-laki dengan P2 sebagai mitra tutur perempuan saat latihan karawitan

di ruang karawitan Mrican. Data tersebut menunjukkan kesantunan penutur

terhadap mitra tutur dalam sebuah percakapan. Penutur mengingatkan mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

75

dengan tuturan agar mitra tutur menghaluskan pemukulan gamelan (lombo)

sehingga suara menjadi lembut. Tuturan penutur tersebut dapat menguntungkan

mitra tutur. Tuturan tersebut dapat dilihat sebagai berikut, “Jeng, gini lho. Kalo

pas playon nabuhnya lombo waé.”. Terlihat bahwa percakapan data tuturan

tersebut, kedua partisipan tuturan memiliki pemahaman yang baik dan cenderung

sama atas tuturan yang tengah berlangsung. Sehingga kedua partisipan tampak

saling diuntungkan. Keuntungan yang didapat mitra tutur yaitu lebih mengerti

mengolah rasa, dalam hal ini intonasi suara gamelan saat dipukul. Maka dari itu,

data tuturan ini terbilang santun.

Tabel 22: Analisis 20 Skala Untung-Rugi

DT.09

Hari/ tanggal : Rabu, 19 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Lho, ini kotak snack siapa, Is?”

P2 : “Kayaknya itu untuk dalang,

Mas. Andi tadi bilang kalau snack

yang untuk dalang ada di plastik

besar.”

P1 : “Dhalangé ra teka 2 ki?”

(“Dalangnya yang 2 tidak datang?

P3 : “Mbok dibuka di sini aja, Mas.”

(“Ya dibuka di sini saja, Mas.”

P1 : “Joss iki. Makasih yo, Ras.

Monggo Mbak Raras didhahar.” (“Asyik ini. Terima kasih, Ras.

Silakan Mbak Raras dimakan.)

Tuturan diucapkan oleh P1

setelah latihan karawitan selesai.

P1 ingin membuka kotak snack

bagian 2 dalang dengan

menanyakan bahwa snack itu

milik siapa. Lalu P2 menanggapi

dengan memberi keterangan dari

petugas konsumsi. P3 sebagai

dalang ke-3 menyuruh untuk

memakan snack itu.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Keduanya tidak mengalami kesulitan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

76

berkomunikasi. Dari tuturan tersebut terlihat kedua partisipan tutur sangat

mengerti alur pembicaraan sehingga tuturan berjalan dengan baik. Tuturan yang

menguntungkan mitra tutur tersebut adalah, “Joss iki. Makasih yo, Ras. Monggo

Mbak Raras didhahar.”. Tuturan penutur ini dirasa memberikan keuntungan bagi

si mitra tutur karena selain mengucapkan „terima kasih‟ juga mempersilakan mitra

tutur untuk ikut makan snack. Maka, data tuturan ini termasuk dalam kategori

santun.

Tabel 23: Analisis 21 Skala Untung-Rugi

DT.10

Hari/ tanggal : Jumat, 21 April 2017

Lokasi : Panggung Realino, Mrican

Data Konteks

P1 : “Saiki jam pira ya? Kowé mau ki

malah nandi, jon?”

(“Sekarang jam berapa ya? Kamu

tadi ke mana, jon?”)

P2 : “Lagi garap tugas jé.”

(“Sedang mengerjakan tugas.”)

P1 : “Lha piyé kenongé?”

(“Itu kenongnya bagaimana?”)

P2 : “Yo sorry. Mau ana sik nabuh

kan?”

(“Maaf. Tadi ada yang memukul,

kan?”)

P1 : “Untung ya ana sing nabuh.”

(“Untung ya ada yang memukul.”)

P2 : “Sapa mau sik nabuh?”

(“Siapa tadi yang memukul?”)

P1 : “Oyèn ro aku mau gantian.”

(“Oyen dan aku tadi gantian.”)

P2 : “Ok, makasih, Mas Nug..”

(“Ok, terima kasih, Mas Nug.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang datang terlambat

saat gladi bersih pergelaran

wayang kulit yang dimulai pukul

18.00 WIB di Panggung

Realino, Mrican. P2 datang

terlambat, tidak sesuai dengan

kesepakatan yang telah disetujui

dengan panitia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

77

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan percakapan antara P1 sebagai

penutur laki-laki dengan P2 sebagai mitra tutur laki-laki. Keduanya hanya

dibedakan berdasarkan usia. Pada tuturan tersebut, penutur yang menjadi senior

pengrawit tampak tidak terima dengan mitra tutur yang datang terlambat saat

gladi bersih pementasan wayang kulit. Penutur merasa kecewa karena mitra tutur

tidak tepat waktu datang sesuai dengan jadwal kesepakatan yang telah ditentukan

oleh panitia. Namun, mitra tutur sendiri sebenarnya harus menyelesaikan tugas

kuliah yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Tuturan penutur tersebut yakni,

“Saiki jam pira ya? Kowé mau ki malah nandi, jon?”. Hal ini menunjukkan

bahwa penutur justru merugikan mitra tutur karena dirasa tidak memaklumi mitra

tutur. Tuturan penutur terasa menyindir mitra tutur yang telah bersusah payah

mengerjakan tugas kuliahnya terlebih dahulu sebelum gladi bersih. Oleh karena

itu, tuturan ini termasuk tuturan tidak santun.

Tabel 24: Analisis 22 Skala Untung-Rugi

DT.15

Hari/ tanggal : Jumat, 28 April 2017

Lokasi : Gereja Maria Assumpta Babarsari

Data Konteks

P1 : “Ndi, kowé ki asliné nabuh

apa?”

(Ndi, kamu sebenarnya memukul

apa?”)

P2 : “Nabuh slenthem, Sher.”

(“Memukul slenthem, Sher.”)

P1 : “Lha kok saroné tok sèlèhké kono

ki napa?”

(Kenapa saron kamu letakkan di

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki dan pengrawit yang

terlalu over ingin manabuh dua

alat musik (slenthem dan saron),

ketika gladi bersih mengiringi

misa di Gereja Babarsari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

78

situ?”)

P2 : “Nabuh loro-loroné.”

(“Memukul dua-duanya.”)

P1 : “Lé nabuh ki ya kepiyé nèk

dhobel-dhobel ngono kuwi?” (“Memukulnya bagaimana kalau

doble-doble seperti itu?”)

P2 : “Oh iya dhing, angèl.”

(“Betul juga ya, sulit.”)

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur perempuan dengan P2 sebagai mitra tutur laki-laki saat gladi bersih di

gereja. Data tersebut menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur dalam

sebuah percakapan. Penutur mengingatkan mitra tutur dengan tuturan agar mitra

tutur cukup memukul satu gamelan saja, yaitu saron dalam satu permainan.

Tuturan penutur tersebut dapat menguntungkan si mitra tutur. Tuturan tersebut

dapat dilihat sebagai berikut, “Lé nabuh ki ya kepiyé nèk dhobel-dhobel ngono

kuwi?. Tuturan penutur ini justru menguntungkan mitra tutur karena dalam satu

permainan karawitan cukup memukul satu alat musik gamelan. Hal ini agar

menjadi optimal, tidak pukul saron pukul slenthem dalam satu permainan

karawitan. Terlihat bahwa percakapan data tuturan tersebut, kedua partisipan

tuturan memiliki pemahaman yang baik dan cenderung sama atas tuturan yang

tengah berlangsung. Terlebih mitra tutur menanggapi tuturan itu dengan baik

sehingga tidak menimbulkan efek tidak baik. Maka dari itu, data tuturan ini

terbilang santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

79

Tabel 25: Analisis 23 Skala Untung-Rugi

DT.07

Hari/ tanggal : Senin, 10 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Aduh, kesandung.”

P2 : “Walah hati-hati lho, Mar. Sakit

ra e?”

P1 : “Hehe.., ndak kok, Mas.”

(P1 : “Hehe.., tidak sakit, Mas.”)

P2 : “Beneran? Soalé aku dhisik wis

tau nyandhung rancakan demung

malahan.”

(P2 : “Benarkah? Soalnya aku dulu

sudah pernah menyandung

rancakan demung.”)

P1 : “Sebenernya ya sakit, Mas.”

Tuturan tersebut diucapkan P1

perempuan karena kakinya

menyandung gamelan yang

keras. P2 sebagai mitra tutur

laki-laki menanggapi karena

kakinya dulu juga pernah

menyandung gamelan hingga

sakit nyeri.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur perempuan dengan P2 sebagai mitra tutur laki-laki setelah selesai latihan

karawitan. Data tersebut menunjukkan kesantunan mitra tutur terhadap penutur

dalam sebuah percakapan. Mitra tutur menanggapi penutur yang tersandung

rancakan gamelan dengan tuturan agar penutur lebih berhati-hati saat berjalan di

area gamelan. Tuturan tersebut dapat dilihat sebagai berikut, “Sebenernya ya

sakit, Mas.”. Tuturan ini menguntungkan si mitra tutur karena penutur sudah

jujur bahwa kakinya sakit. Suasana percakapan kedua partisipan tutur tersebut

berjalan baik. Maka dari itu, data tuturan ini terbilang santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

80

Tabel 26: Analisis 24 Skala Untung-Rugi

DT.22

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Lho itu pekingnya kok diam aja?

Vi, Novi itu pekingnya nganggur.”

P2 : “Apa iya, Mar?”

P1 : “Iya e, nggak ada yang ngisi.”

P2 : “Aku aja deh yang nabuh.”

P1 : “Nah iya.”

Tuturan diucapkan oleh penutur

perempuan kepada mitra tutur

perempuan yang berusia sebaya.

Penutur bermaksud menyuruh

mitra tutur untuk menabuh

peking yang belum diisi

pengrawit.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala untung-rugi maka

akan tampak sebagai berikut. P1 sebagai penutur perempuan dan P2 sebagai mitra

tutur perempuan. Kedua partisipan tutur ini sama-sama memahami alur

percakapan yang tengah terjadi saat latihan karawitan. Terlihat dari percakapan di

atas, mitra tutur menguntungkan permintaan penutur untuk memukul peking yang

belum dipukul. Hal ini dapat dibuktikan dengan tuturan mitra tutur yaitu, “Lho itu

pekingnya kok diam aja? Vi, Novi itu pekingnya nganggur.”. Mitra tutur

menanggapi permintaan penutur dan menyetujui untuk memukul peking karena

belum ada pengrawit yang memukul. Namun hal ini sebenarnya juga

menguntungkan mitra tutur karena penutur sebagai ketua UKM Karawitan

mempersilakan mitra tutur untuk ikut bermain gamelan. Oleh karena itu, tuturan

pada data ini dapat dikatakan sebagai tuturan yang santun karena sama-sama

menguntungkan antara penutur dan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

81

Tabel 27: Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa UKM Seni

Karawitan Dari Skala Untung-Rugi

No Urutan Analisis Kode

Data

Skala Untung-Rugi

Santun Tidak Santun

1. Analisis 1 DT.01

2. Analisis 2 DT.02

3. Analisis 3 DT.03

4. Analisis 4 DT.05

5. Analisis 5 DT.04

6. Analisis 6 DT.19

7. Analisis 7 DT.16

8. Analisis 8 DT.17

9. Analisis 9 DT.20

10. Analisis 10 DT.23

11. Analisis 11 DT.11

12. Analisis 12 DT.12

13. Analisis 13 DT.08

14. Analisis 14 DT.13

15. Analisis 15 DT.14

16. Analisis 16 DT.18

17. Analisis 17 DT.24

18. Analisis 18 DT.21

19. Analisis 19 DT.06

20. Analisis 20 DT.09

21. Analisis 21 DT.10

22. Analisis 22 DT.15

23. Analisis 23 DT.07

24. Analisis 24 DT.22

4.2.1.2 Skala Pilihan (Keopsionalan)

Skala keopsionalan menunjuk pada banyak atau sedikitnya pilihan

(options) yang disampaikan penutur kepada mitra tutur. Jika tuturan semakin

memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan

leluasa, maka tuturan dianggap santun. Sebaliknya, jika tuturan sama sekali tidak

memberikan kemungkinan memilih antara penutur dan mitra tutur, tuturan

tersebut dianggap tidak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

82

Tabel 28: Analisis 25 Skala Pilihan

DT.11

Hari/ tanggal : Selasa, 25 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Mas, njenengan besok Minggu

bisa bantuin tugas di Gereja

Babarsari?”

(“Mas, kamu besok Minggu bisa

membantu tugas di Gereja

Babarsari?”)

P2 : “Tugas buat apa é, Mar?”

(“Tugas untuk apa itu, Mar?”)

P1 : “Tugas mengiringi misa, Mas,

penggalangan dana Sekar Geni.”

P2 : “Siap, aku ikut. Aku nabuh apa?”

P1 : “Masé mau ikut kor atau gamel?”

P2 : “Ha rak ya wis akèh ta sik kor?

Ana Budi barang galo. Sik gamel

kurang wong iki, Mar.”

(“Bukannya sudah banyak yang

kor? Ada Budi juga itu. Yang

gamel kekurangan orang ini,

Mar.”)

P1 : “Oh iya, ya, ndak papa, ikut gamel

waé, Mas.”

(Oh iya, ya, tidak apa-apa ikut

gamel saja, Mas.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

dan ketua panitia Festival Sekar

Geni (Seni Karawitan Gending

Gerejani). Penutur mengajak P2

sebagai mitra tutur laki-laki

untuk membantu kor dalam

rangka mencari dana dengan

mengiringi misa di Gereja

Babarsari. Namun mitra tutur

hanya mau membantu

mengiringi nabuh gamelan saja

karena kekurangan pengrawit.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur perempuan dengan P2 sebagai mitra tutur laki-laki, hanya keduanya

dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Data ini menunjukkan kesantunan

penutur (P1) terhadap mitra tutur (P2) dalam sebuah percakapan. Hal ini dapat

dibuktikan dengan banyaknya pilihan yang diberikan oleh penutur kepada mitra

tutur. Tuturan penutur mencoba untuk bertanya terlebih dahulu kepada mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

83

bisa atau tidaknya untuk membantu tugas di Gereja Babarsari dalam rangka

penggalangan dana Festival Sekar Geni (Seni Karawitan Gending Gerejani).

Penutur memberikan pilihan atas permintaannya kepada mitra tutur seperti tuturan

ini, “Mas mau ikut kor atau gamel?”. Penekanan tuturan ini sebagai suatu

penanda kesantunan dalam data ini. Mitra tutur menginginkan bertugas sebagai

pengrawit pengiring kor karena kekurangan pengrawit dari pada kor. Dengan

memberikan pilihan tersebut, mitra tutur mempertimbangkan jumlah orang antara

petugas kor dan pengiring kor. Maka data tersebut termasuk santun.

Tabel 29: Analisis 26 Skala Pilihan

DT.12

Hari/ tanggal : Selasa, 25 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Teman-teman, gimana ini besok

ordinariumnya mau pakai yang

Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan

Allah?” P2 : “Nggo sik Kratoning Allah waé.”

(“Pakai yang Kerajaan Allah saja.”)

P1 : “Yang Kerajaan Allah, Mas?”

P2 : “Soalé sing biyèn dah pernah

pakek yang Gaya Sundha, kan.”

(“Soalnya yang dulu sudah pernah

menggunakan Gaya Sunda,

bukan?”)

P1 : “Ok, deh. Kita pakai yang

Kerajaan Allah, ya teman-

teman.”

Tuturan tersebut diucapkan

ketua panitia Festival Sekar Geni

kepada para pengrawit dan

petugas kor. P1 sebagai penutur

perempuan memberikan pilihan

gaya lagu ordinarium yang mau

dinyanyikan untuk mengiringi

misa di Gereja Babarsari. P2

sebagai mitra tutur laki-laki

menanggapi untuk menggunakan

Gaya Kerajaan Allah. Akhirnya

P1 memutuskan bahwa gaya

yang digunakan dalam tugas kor

adalah Gaya Kerajaan Allah.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data di atas merupakan tuturan antara ketua Festival

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

84

Sekar Geni dengan para pengrawit dan petugas kor saat akan latihan di ruang

karawitan, Paingan, setelah azan magrib. P1 sebagai penutur perempuan

memberikan banyak pilihan kepada pengrawit dan kor. Tuturan yang diucapkan

penutur sebagai berikut, “Teman-teman, gimana ini besok ordinariumnya mau

pakai yang Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan Allah?”. Penekanan tuturan tersebut

merupakan penanda kesantunan dalam data ini. Tuturan dari penutur

memunculkan pilihan-pilihan kepada P2 sebagai mitra tutur laki-laki yang

menanggapi tuturan dari penutur. P2 memilih untuk menggunakan Gaya Kerajaan

Allah dengan mempertimbangkan bahwa dulu sudah pernah mengiringi misa di

Gereja Babarsari dengan Gaya Sunda. Data ini menunjukkan kesantunan penutur

kepada mitra tutur dalam sebuah percakapan. Dengan memberikan pilihan

tersebut, mitra tutur akan mengetahui dan mempertimbangkan gaya lagu apa yang

cocok untuk mengiringi misa. Maka, data ini terbilang santun.

Tabel 30: Analisis 27 Skala Pilihan

DT.08

Hari/ tanggal : Selasa, 11 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Kamu mau nabuh saron sing ndi

é, Mbak?”

(“Kamu mau nabuh saron yang

mana ya, Mbak Klara?”)

P2 : “Disuruh nabuh saron. Tapi....”

P1 : “Arep saron sik kéné apa kana?”

(“Mau saron yang ini apa itu?”)

P2 : “Yang ini saja lah.”

P1 : “O ya, berarti aku yang di situ.”

Tuturan tersebut dituturkan oleh

P1 sebagai pengrawit laki-laki

yang menabuh saron. P1

memberi peluang untuk P2

sebagai mitra tutur perempuan

yang baru saja ikut latihan

karawitan di ruang karawitan

Mrican.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

85

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data tuturan tersebut merupakan tuturan yang

diucapkan oleh P1 sebagai penutur laki-laki kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan ketika akan mulai latihan karawitan di ruang karawitan, Mrican.

Dalam tuturan ini, penutur memberikan pilihan-pilihan bagian saron yang akan

dipukul oleh mitra tutur. Tuturan penutur dapat dilihat sebagai berikut, “Kamu

mau nuthuk saron sing ndi é, mbak?”. Tuturan ini merupakan suatu penanda

kesantunan di dalam data ini. Mitra tutur menanggapi tetapi masih bingung mau

memukul saron yang mana karena baru pertama kali ikut latihan. Lalu penutur

memberikan pilihan lagi kepada mitra tutur dengan tuturan, “Arep saron sik kéné

apa kana?”. Mitra tutur dapat memilih saron dan memberi tanggapan baik atas

pilihan-pilihan yang diberikan oleh penutur. Maka, data ini dapat digolongkan

sebagai tuturan santun.

Tabel 31: Analisis 28 Skala Pilihan

DT.13

Hari/ tanggal : Kamis, 27 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Arep ngudud-ngudud sik, jon?”

(“Mau merokok dulu yuk, jon?”)

P2 : “Kowé gawa, jon?”

(“Apa kamu bawa, jon?”)

P1 : “Iya iki.”

(“Iya ini.”

P2 : “Ya sini, jon, tak minta.”

P1 :“Nèng kana waé lé udud, jon.”

(“Merokok di sana saja, jon.”)

P2 : “Kéné waé napa.”

(“Di sini saja.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang mengajak untuk

merokok sebelum latihan

karawitan dimulai. P1 mengajak

merokok di luar ruang karawitan

Paingan karena banyak

pengrawit perempuan yang

sudah berlatih karawitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

86

P1 : “Ra pénak asapé. Jaba waé sing

nyaman.

(“Tidak enak asapnya. Di luar saja

yang nyaman.”)

P2 : “Iya ya. Ok-ok.”

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan yang dituturkan oleh P1

sebagai penutur laki-laki kepada P2 sebagai mitra tutur laki-laki saat di Ruang

Drost Paingan, sebelum latihan karawitan. Dalam tuturan tersebut, penutur

memberikan pilihan mengenai rokok dan tempat yang nyaman untuk merokok.

Tuturan (1) menandakan bahwa penutur mengajak untuk merokok, karena penutur

paham bahwa latihan karawitan belum dimulai sehingga masih menunggu sekitar

15 menit lagi. Mitra tutur dapat menyetejui ajakan penutur dan memberikan

tanggapan baik. Tuturan tersebut juga dapat dilihat dari situasi tuturan yang

terjadi. Situasi yang sebelumnya hening karena menunggu pengrawit yang belum

datang, berubah menjadi situasi komunikasi yang baik dan berjalan lancar.

Tuturan penutur tidak memberikan pilihan kepada mitra tutur dapat dilihat pada

tuturan, “Nèng kana waé lé udud, jon.”. Komunikasi yang lancar ini terjadi

karena penutur dan mitra tutur mengerti alur pembicaraan mereka. Namun data ini

tergolong tidak santun karena penutur tidak memberikan pilihan kepada mitra

tutur. Maka tuturan menjadi tidak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

87

Tabel 32: Analisis 29 Skala Pilihan

DT.14

Hari/ tanggal : Jumat, 28 April 2017

Lokasi : Gereja Maria Assumpta Babarsari

Data Konteks

P1 : “Ana umat lingkunganku ki

rasan-rasan nèk misa pingin nggo

gamelan.” (“Ada umat lingkunganku punya

niat kalau misa pakai gamelan.”)

P2 : “Nggèné njenengan ki paroki

pundi, Mas?”

(“Lingkunganmu ikut paroki

mana, Mas?”)

P1 : “Mèlu Pringwulung.”

(“Ikut Pringwulung.”)

P2 : “O, Pringwulung, ta. Napa ten

mriku ènten gamelané, Mas?”

(“O, Pringwulung. Apa di sana

ada gamelan, Mas?”)

P1 : “Ora ana. Ning wongé lé rasan-

rasan ora gelem kandha langsung

nèng UKM. Ha nèk gelem mono,

cah-cah arep dha gelem nabuh

apa ora.”

(“Tidak ada. Tapi orangnya hanya

berharap, belum berani meminta

ke UKM. Kalau bisa dan sanggup,

teman-teman ada yang mau

mengiringi apa tidak.”)

P2 : “Mungkin nggih purun, Mas.”

(“Mungkin saja mau, Mas.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pelatih gamelan untuk menawari

mengiringi kor misa

menggunakan gamelan di Gereja

Pringwulung, ketika sedang

berkumpul di depan Gereja

Babarsari untuk gladi bersih

mengiringi misa penggalan dana

Festival Sekar Geni.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini menunjukkan kepada pembaca bahwa

komunikasi antara P1 sebagai penutur laki-laki dengan P2 sebagai mitra tutur

laki-laki memiliki nilai kesantunan yang baik. Hal ini terlihat pada tuturan penutur

yang memberikan pilihan untuk mengiringi kor misa di Gereja Pringwulung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

88

“Ana umat lingkunganku ki rasan-rasan nèk misa pingin nggo gamelan.”,

tuturan tersebut memiliki maksud sebagai maksud memberikan pilihan kepada

mitra tutur untuk menentukan pilihan membantu umat lingkungan penutur atau

tidak. Penekanan tuturan tersebut merupakan suatu penanda kesantunan dalam

data ini. Seperti pada skala yang diungkapkan Leech, semakin tuturan itu

memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan

leluasa, akan dinggap santunlah tuturan itu. Maka tuturan data ini dikategorikan

sebagai tuturan yang santun karena penutur memberikan pilihan-pilihan yang

leluasa kepada mitra tutur. Komunikasi yang lancar di antara penutur dan mitra

tutur memperlihatkan bahwa tuturan cukup baik dan menimbulkan situasi yang

nyaman.

Tabel 33: Analisis 30 Skala Pilihan

DT.18

Hari/ tanggal : Senin, 22 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Mbak Sherly besok ikut ke Solo

apa enggak e?” P2 : “Iya aku besok ikut, Ras.”

P1 : “Boncengan sama siapa, Mbak?

Pilih aku apa Mas Lukas?

Eaaaaa.”

P2 : “Sama Lukas.”

P1 : “Yey... akhirnya aku ada

temen cewek.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempan

dan P2 sebagai mitra tutur

perempuan mitra tutur akan

belajar macapat. Tuturan ini

memberikan pilihan kepada

mitra tutur.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan yang diucapkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

89

partisipan yang sama-sama berjenis kelamin perempuan, hanya saa dibedakan

berdasarkan usia. P1 sebagai penutur perempuan yang akan belajar tembang

macapat memberikan pilihan-pilihan kepada P2 sebagai mitra tutur perempuan.

Data ini menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur dalam percakapan

yang terjadi. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan berikut, “Mbak Sherly besok

ikut ke Solo apa enggak e?”. Penekanan tuturan tersebut suatu penanda

kesantunan tuturan dalam data ini. Selain itu penutur juga memberikan pilihan

lagi dengan tuturan, “Boncengan sama siapa, Mbak? Pilih aku apa Mas Lukas?

Eaaaaa.”. Dengan banyaknya pilihan yang diberikan penutur, mitra tutur akan

mengetahui dan memikirkan mau boncengan dengan siapa, sehingga pemahaman

tuturan tersebut terjalin dengan baik.

Tabel 34: Analisis 31 Skala Pilihan

DT.24

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Sekarang kita lanjut ke ini aja

ya, ke pendataan. Untuk

sementara expo Insadha itu nanti

tergantung hasil rapat

berikutnya. Gitu ya, teman-

teman.”

P2 : “Ok.”

P1 : “Sekarang didata dulu aja. Mulai

dari workshop BKHI. Siapa aja

yang bisa ikut? Ose bisa?” P2 : “Iya bisa.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. P1 memimpin rapat

UKM di ruang karawitan Mrican

untuk menentukan pengrawit

yang bersedia menabuh dalam

workshop BKHI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

90

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data di atas merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur perempuan yang sedang memimpin rapat di ruang karawitan Mrican.

Rapat yang berlangsung diikuti oleh para anggota UKM Seni Karawitan sebelum

mulai latihan karawitan, saat azan magrib berkumandang. Data tersebut

menunjukkan kesantunan penutur terhadap P2 sebagai mitra tutur perempuan

yang menanggapi tuturan yang diucapkan penutur. Hal ini dapat dilihat dengan

pilihan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur. Penutur memberikan

pilihan atas tawaran mengisi acara workshop BKHI seperti pada tuturan,

“Sekarang didata dulu aja. Mulai dari workshop BKHI. Siapa aja yang bisa

ikut? Ose bisa?”. Penekanan tuturan ini merupakan suatu penanda kesantunan

dalam data ini. Mitra tutur menginginkan untuk terlibat menabuh gamelan dalam

rangka mengisi acara workshop BKHI. Oleh karena itu penutur memberikan

pilihan mengenai keikutsertaan mitra tutur. Dengan memberikan pilihan tersebut,

mitra tutur dapat menentukan pilihan sesuai dengan minat yang akan diikuti.

Maka data ini termasuk dalam kategori tuturan santun.

Tabel 35: Analisis 32 Skala Pilihan

DT.21

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Budi besok mau ikut yang apa?

Mèh nabuh semua apa pilih yang

mana?” P2 : “Lhaaa kalo aku ya terserah.

Semua itu bisa. Hahahaha....”

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki saat rapat pengurus

UKM Seni Karawitan membagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

91

P1 : “Berarti bisa semua ya. Yang

workshop BKHI, wisuda,

kolaborasi TSD, expo Insada,

project Nasa di ISI ya, Bud.”

P2 : “Iya, kalo aku ya ok-ok saja.

Mumpung selo kok yo.”

pengrawit pada beberapa event

mendatang. P1 memberikan

pilihan-pilihan kepada P2 dalam

rapat tersebut.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data tersebut merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur perempuan yang memimpin rapat terhadap P2 sebagai mitra tutur laki-

laki sebagai anggota rapat pengurus UKM Seni Karawitan. Rapat diadakan di

ruang karawitan, Mrican sekitar pukul 18.00 sebelum latihan karawitan dimulai.

Data tersebut menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur dalam sebuah

komunikasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pilihan yang diberikan

oleh penutur kepada mitra tutur. Penutur memberikan banyak pilihan atas event-

event karawitan (workshop BKHI, wisuda, kolaborasi TSD, expo Insadha, dan

project Nasa di ISI). Penutur memberikan banyak pilihan atas event-event kepada

mitra tutur pada tuturan, “Budi besok mau ikut yang apa? Mèh nabuh semua

apa pilih yang mana?”. Penekanan tuturan ini merupakan suatu penanda

kesantunan dalam data ini. Mitra tutur menginginkan ikut menabuh semua event

yang akan diikuti oleh UKM Seni Karawitan. Maka, penutur memberikan pilihan-

pilihan mengenai semua event tersebut. Dengan banyaknya event dan pilihan

yang diberikan penutur, mitra tutur akan mengetahui dan memikirkan event mana

yang bisa diikuti sehingga pemahaman tuturan di antara penutur dan mitra tutur

terjalin dengan baik. Mitra tutur menanggapi dengan tuturan dengan senang hati.

Maka data ini dikatakan sebagai tuturan yang santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

92

Tabel 36: Analisis 33 Skala Pilihan

DT.01

Hari/ tanggal : Rabu, 22 Februari 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Aku pamit duluan ya, Mas,

Mbak.”

P2 : “Gamelané rung disuwuk ki,

Ras.”

(“Gamelannya belum disuwuk ini,

Ras.”)

P1 : “Iya é. Soalé aku pulang ke

Magelang ini, Mas, biar ndak

kewengèn. Kalau Mas pulang

kapan?”

(“Iya. Ini aku pulang ke

Magelang Mas, supaya tidak

kemalaman. Kalau Mas pulang

kapan?”)

P2 : “O ya, ati-ati.”

(” O ya, hati-hati.”)

P3 : “Kéné Magelang sejam nganti

ra?”

(“Sini ke Magelang satu jam

sampai apa tidak?”)

P2 : “Rong jam yo. Adoh é.”

(“Dua jam, ya. Lumayan jauh.”)

P1 : “Daaa semua!”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pengrawit perempuan (P1)

kepada pengrawit yang lain di

dalam ruang karawitan, Mrican.

P1 adalah penutur perempuan

sedangkan P2 dan P3 merupakan

mitra tutur laki-laki. P1

memohon pamit terlebih dahulu,

tetapi P2 dan P3 meminta P1

agar pulang bersama-sama. P1

memberikan alasan bahwa sudah

pukul 8 malam dan akan pulang

ke Magelang, tidak ke kos.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala biaya-keuntungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur perempuan dengan P2 dan P3 sebagai penutur laki-laki. Data ini

menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur dalam berkomunikasi. Hal

ini dapat dibuktikan dengan tuturan penutur kepada mitra tutur. Pada tuturan, “Iya

é. Soalé aku pulang ke Magelang ini, Mas, biar ndak kewengèn. Kalau Mas

pulang kapan?” menunjukkan bahwa penutur memberikan pilihan kepada mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

93

tutur yang tidak memperbolehkan penutur pulang duluan. Hal ini memunculkan

suatu pilihan dan keleluasaan kepada mitra tutur. Maka tuturan ini dikatakan

santun.

Tabel 37: Analisis 34 Skala Pilihan

DT.02

Hari/ tanggal : Rabu, 8 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Lho, rung dha teka, ta, bro? Tak

kira nèk aku kèri dhéwé é.”

(“Lho, belum pada datang, bro?

Aku kira aku yang terlambat

datang.”)

P2 : “Urung kok. Aku waé gèk ntas

tekan, bro.”

(“Belum. Aku saja baru saja

sampai, bro.”

P1 : “Mas Éko ya rung teka pa?”

(“Apa Mas Eko juga belum

datang?”)

P2 : “Gèk otw paling.”

(Mungkin masih otw.”)

P1 : “Asem kok, tuas aku banter-

banter nganti rung madhang

barang.”

(“Asem, padahal aku sudah

terburu-buru sampai belum

sempat makan.”)

P2 : “Hayo dientèni bro. Hahaha...”

(“Ya ditunggu dulu, bro.

Hahaha”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

penutur laki-laki (P1) kepada

mitra tutur laki-laki (P2) di

Ruang Drost, Paingan ketika

akan latihan karawitan untuk

wayang kulit. Penutur terkejut

karena pengrawit yang lain

belum datang, padahal sudah

terburu-buru bahkan belum

sempat untuk makan. Lalu mitra

tutur menanggapi agar sama-

sama menunggu semua

berkumpul dulu.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Komunikasi terjadi antara P1 sebagai penutur laki-

laki dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki saat akan latihan karawitan. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

94

tuturan ini, mitra tutur memberikan pilihan kepada penutur. Penutur sudah

terburu-buru datang untuk latihan karawitan tetapi pengrawit yang lain belum

datang semua. Hal ini mengakibatkan penutur bertanya-tanya kepada mitra tutur.

Tuturan tersebut, “Hayo dientèni bro. Hahaha...”. Tuturan ini ditanggapi oleh

mitra tutur dengan memberikan pilihan agar penutur menunggu pengrawit yang

lain. Maka tuturan tersebut termasuk dalam kategori santun.

Tabel 38: Analisis 35 Skala Pilihan

DT.03

Hari/ tanggal : Rabu, 29 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Ndi, mrénéa gocèkna kempulé

iki!”

(“Ndi, sini pegangkan kempul

ini!”)

P2 : “Isa ra?”

(“Bisa tidak?”)

P1 : “Wahés! Alon-alon ta, Ndi!”

(“Aduh! Pelan-pelan saja, Ndi!”)

P2 : “Iya! Malah tok uculké.”

(“Iya! Malah kamu lepaskan.”)

P1 : “Uculké gundhulmu kuwi.

Pindhahké sisan kuwi.”

(“Lepaskan kepalamu itu.

Pindahkan juga yang itu.”)

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) yang

memukul kempul kepada

pengrawit laki-laki (P2). P1

meminta P2 yang sedang

berdiskusi di samping gamelan

untuk memindahkan posisi

kempul supaya pas.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. P1 sebagai penutur laki-laki dan P2 sebagai mitra

tutur laki-laki melakukan percakapan. Tuturan dari penutur tidak memberikan

pilihan kepada mitra tutur. Penutur langsung menyuruh mitra tutur untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

95

memegangi kempul dengan tidak melihat suasana yang sedang dialami mitra tutur

yang sedang berdiskusi kepanitiaan. Tuturan ini termasuk sebagai tuturan tidak

santun. Hal ini dapat dibuktikan dengaan tuturan, “Ndi, mrénéa gocèkna kempulé

iki!”, tanpa melihat konteks mitra tutur yang sedang terjadi. Penutur tidak

mencoba berbasa-basi terlebih dahulu terhadap mitra tutur yang sedang berdiskusi

kepanitiaan. Sehingga tuturan pada data ini termasuk ke dalam tuturan yang tidak

santun karena penutur sama sekali tidak memberikan pilihan dan keleluasaan

kepada mitra tutur.

Tabel 39: Analisis 36 Skala Pilihan

DT.05

Hari/ tanggal : Sabtu, 8 April 2017

Lokasi : Ruang Kadarman, Gedung Pusat USD, Mrican

Data Konteks

P1 : “Waduh, lha aku suruh make

surjan yang mana? Weeeeh..”

P2 : “Lha piyé?”

(“Gimana?”)

P1 : “Kok aku ndak dijatah surjan?”

(“Kenapa aku tidak diberi surjan?”

P2 : “Salahé wingi ra omong!”

(“Salahmu kemarin tidak minta!”)

P1 : “Nyebai!”

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit laki-laki (P2) di

Ruang Kadarman jam 7 pagi

saat akan mengenakan surjan

untuk mengiringi wisuda.

Namun P2 sebagai petugas

kostum justru menyalahkan P1

yang sebelumnya tidak meminta

surjan.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. P1 sebagai penutur laki-laki sementara P2 sebagai

mitra tutur laki-laki yang berbeda usia. Data tersebut menunjukkan

ketidaksantunan mitra tutur terhadap penutur yang tidak memberikan pilihan. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

96

ini dapat dibuktikan dengan tuturan, “Salahé wingi ra omong!”. Tuturan tersebut

diucapkan oleh mitra tutur kepada penutur yang meminta kostum surjan untuk

dipakai. Tuturan mitra tutur dengan nada keras dan tinggi, seakan-akan tidak mau

disalahkan, padahal tidak ada yang menyalahkan. Penekanan kata tersebut

menunjukkan bahwa tuturan tidak santun. Keinginan penutur untuk memakai

surjan tidak dapat terwujud karena tanggapan mitra tutur sebagai penyedia kostum

tidak memberikan pilihan apapun. Maka tuturan ini tergolong sebagai tuturan

yang tidak santun.

Tabel 40: Analisis 37 Skala Pilihan

DT.04

Hari/ tanggal : Kamis, 30 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Nes, Nesha, tolong kipas

anginnya, Nes.”

P2 : “Ok, Mas. Kebetulan dari tadi

aku juga gerah e. Yang nomer

berapa, Mas?”

P1 : “Haha... biar silir jé. Ya manut.”

(“Hahaha... supaya semilir.

Terserah.”)

P2 : “Kena apa nggak, Mas?”

(“Kena apa tidak, Mas?”)

P1 : “Iya, kena. Dah makasih, Nes.”

Tuturan diucapkan oleh

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit perempuan (P2) di

ruang karawitan, Mrican. P1

meminta kepada P2 saat latihan

wayang kulit untuk

menghidupkan kipas angin

supaya ruangan tidak panas.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Dalam tuturan ini, P1 sebagai penutur laki-laki

berbeda usia dan jenis kelamin dengan P2 sebagai mitra tutur perempuan. Tuturan

mitra tutur, “Haha... biar silir jé. Ya manut.” merupakan penanda kesantunan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

97

dalam tuturan ini. Penutur memberikan pilihan kepada mitra tutur untuk mengklik

tombol nomor berapa yang akan diklik. Maka data ini dapat digolongkan sebagai

tuturan yang santun. Tuturan tersebut tampak santun juga dilihat dari situasi yang

terjadi karena penutur menguntungkan mitra tutur.

Tabel 41: Analisis 38 Skala Pilihan

DT.19

Hari/ tanggal : Senin, 29 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Ris, gini ya. Nem ma nem, nem

ma nem ma, ro ji ro, ro ji ro ji, lu

ro lu, lu ro lu ro.”

P2 : “Gimana, Mbak?”

P1 : “Gini lho, Ris. Lihat ya.”

(praktek menabuh bonang barung)

P2 : “Ok, Mbak. Yang nem di atas apa

bawah, Mbak?”

P1 : “Yang bawah. Yang bawah, Ris.

Rong ulihan.”

Tuturan itu diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai penutur

perempuan yang berbeda usia.

P1 mengajari menabuh bonang

barung di UKM Seni Karawitan

Paingan setelah azan magrib.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan terjadi antara P1 sebagai penutur

perempuan dan P2 sebagai mitra tutur perempuan, keduanya dibedakan

berdasarkan usia. Data tersebut menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra

tutur dalam sebuah percakapan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pilihan

yang diberikan penutur kepada mitra tutur karena mitra tutur meminta pilihan dari

penutur. Tuturan mitra tutur yaitu, “Yang bawah. Yang bawah, Ris. Rong

ulihan.”. Tuturan tersebut merupakan penanda kesantunan dalam data ini. Mitra

tutur menginginkan keputusan dari penutur untuk menentukan pilihan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

98

teknik pemukulan bonang. Oleh karena itu penutur menjawab dengan menyatakan

pilihan mengenai posisi bonang bagian atas atau bawah yang harus dipukul.

Tabel 42: Analisis 39 Skala Pilihan

DT.16

Hari/ tanggal : Senin, 18 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Mas, ini sertifikatnya.”

P2 : “Sertifikat apa ya ini, Is?”

P1 : “Sertifikat pergelaran wayang

kulit kemarin, Mas Nug.”

P2 : “Oh, sik Kunthi itu to. Wah

makasih.”

P1 : “Iya, Mas.”

P2 : “Eh, Sil, bisa kamu bawa dulu?

Aku ndak bawa tas besar je.”

P1 : “Boleh, Mas. Tak bawain dulu

aja.” P2 : “Besok tak ambil nek pas pake tas

besar.”

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan yang

menyerahkan sertifikat

pergelaran wayang kulit setelah

latihan gamelan di ruang

karawitan Paingan sekitar jam 8

malam. P2 sebagai mitra tutur

laki-laki menerima tetapi

menitipkan kepada P1 karena P2

tidak membawa tas yang besar.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan terjadi antara P1 sebagai penutur

perempuan dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki yang berbeda usia. Data tersebut

menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur dalam sebuah percakapan.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pilihan yang diberikan penutur kepada

mitra tutur karena mitra tutur meminta pilihan dari penutur. Tuturan penutur yaitu,

“Boleh, Mas. Tak bawain dulu aja.”. Tuturan tersebut merupakan penanda

kesantunan dalam data ini. Mitra tutur menginginkan keputusan dari penutur

untuk menentukan pilihan dan meminta tolong penutur untuk membawakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

99

sertifikat. Oleh karena itu penutur menjawab dengan menyatakan pilihan. Tuturan

penutur tersebut menandakan bahwa penutur telah memberikan keleluasaan dan

pilihan kepada mitra tutur. Dengan memberikan pilihan itu, mitra tutur dapat

mengetahui pilihan yang diberikan penutur. Demikian juga suasana percakapan

berjalan dengan baik. Maka, data ini tuturan dalam data ini terbilang santun.

Tabel 43: Analisis 40 Skala Pilihan

DT.17

Hari/ tanggal : Senin, 22 Mei 2017

Lokasi : Parkiran Aula, Mrican

Data Konteks

P1 : “Maaf, Mas, baru datang. Soalnya

tadi baru ambil „anu‟ buat besok ke

Solo.”

P2 : “Ndak apa-apa. Wong dari tadi

yang lain juga belum pada datang

kok.”

P1 : “Oh ya? Tadi aku juga habis

makan e. Tapi maaf lagi, Mas.

Uang transportnya belum jadi tak

ambil soale Dea tadi lupa bawa

uang kas UKM.”

P2 : “Ndak apa-apa, Mar. Besok aja

ndak apa-apa.”

P1 : “Ok, Mas. Berarti besok aja ya tak

kasih uang transportnya.”

P2 : “Iyes, hahaha...”

Tuturan diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki. Percakapan terjadi

sekitar pukul 18.00 di luar ruang

karawitan Mrican, tepatnya di

dekat pintu masuk parkiran. P1

meminta maaf kepada P2 karena

tidak jadi memberikan uang

transport ke Solo untuk

mengikuti lomba nembang

macapat senasional. P1

memaklumi hal itu.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan terjadi antara P1 sebagai penutur

perempuan dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki yang berbeda usia. Data tersebut

menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur dalam sebuah percakapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

100

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pilihan yang diberikan penutur kepada

mitra tutur karena mitra tutur meminta pilihan dari penutur. Dengan memberikan

pilihan, penutur dapat menentukan keleluasaan kepada mitra tutur. Tuturan

tersebut yaitu, “Ok, Mas. Berarti besok aja ya tak kasih uang transportnya.”.

Demikian juga suasana percakapan berjalan dengan baik. Maka, data ini tuturan

dalam data ini terbilang santun.

Tabel 44: Analisis 41 Skala Pilihan

DT.20

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Selain BKHI kita juga diminta

mengisi project NASA di ISI.”

P2 : “BKHI ki apa?”

P1 : “Jadi BKHI itu Biro Kerja sama

Hubungan Internasional, kebetulan

sedang menjalin kerja sama

mahasiswa dari Korea.”

P2 : “Njuk besok gimana?”

P1 : “Besok Mas Eko mengajari

mereka berlatih gamelan, Mas.” P2 : “Oh, ok-ok.”

P1 : “Sebatas mengajari gamelan aja.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada mitra tutur laki-laki saat

rapat UKM di ruang karawitan,

Mrican. P1 sebagai pemimpin

rapat memberikan informasi

acara-acara seputar karawitan

yang akan dilaksanakan

beberapa bulan lagi.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan terjadi antara P1 sebagai penutur

perempuan dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki yang berbeda usia. Data tersebut

menunjukkan ketidaksantunan penutur terhadap mitra tutur dalam sebuah

percakapan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya pilihan yang diberikan

penutur kepada mitra tutur. Tuturan penutur yaitu, “Besok Mas Eko mengajari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

101

mereka berlatih gamelan, Mas.”. Tuturan tersebut merupakan tuturan yang tidak

santun sebab menimbulkan suatu keharusan dan tidak memberikan pilihan lain

seperti meminta pengrawit lain untuk menjadi pelatih secara bersama-sama. Mitra

tutur tidak memberikan suatu pilihan kepada penutur dengan mengharuskan mitra

tutur untuk menjadi pelatih karawitan tanpa mengajak pengrawit senior lainnya

untuk bergabung. Maka, data ini tuturan dalam data ini terbilang tidak santun.

Tabel 45: Analisis 42 Skala Pilihan

DT.23

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Namamu siapa, Mas?”

P2 : “What?”

P1 : “What‟s your name?

P2 : “Adam.”

P1 : “Ok, Adam. Ini namanya kempul.

Kalau yang besar itu gong gedhé

ora gong besar, big.”

P2 : “Apa?”

P1 : “This is name a kempul.”

P2 : “Kempul?”

P1 : “Yes, kempul. This is gong.”

P2 : “Ok, gong. Kempul dan gong.”

P1 : “Coba dipukul dulu.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang berasal dari

Amerika. Mitra tutur ingin

belajar karawitan bersama

dengan teman-temannya.

Penutur sebagai anggota UKM

Seni Karawitan membantu

melatih karawitan kepada mitra

tutur.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan di dalam data ini, P1 sebagai penutur laki-

laki memberikan pilihan kepada P2 sebagai mitra tutur. Keduanya dibedakan

berdasarkan usia. Data ini menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur

dalam sebuah percakapan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pilihan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

102

diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dalam proses pembelajaran bermain

karawitan. Penutur memberikan pilihan kepada mitra tutur untuk memukul

kempul dan gong. Tuturan tersebut yaitu, “Coba dipukul dulu.”. Kata “coba”

menunjukkan bahwa penutur memberikan keleluasaan kepada mitra tutur yang

ingin belajar karawitan. Maka, tuturan ini terbilang santun.

Tabel 46: Analisis 43 Skala Pilihan

DT.06

Hari/ tanggal : Senin, 10 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Jeng, gini lho. Kalo pas playon

nabuhnya lombo waé.”

(“Jeng, seperti ini. Kalau pas

playon memukulnya lombo saja.”)

P2 : “Lombo gimana, Mas?”

P1 : “Lombo ki alusan, nggak mak

jlèng. Misalé, tlung ndak tak tak

nong nèng nong. Alusan waé,

kejaba sesek.”

(“Lombo itu halus, tidak

mengejutkan. Misalnya, tlung ndak

tak tak nong neng nong. Halus saja

memukulnya, tidak seperti sesek.”)

P2 : “Ok-ok, siap, Mas.”

P1 : “Dikepénaké waé.”

(“Dienakkan saja.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. Penutur adalah

pengendang latihan wayang

kulit. P1 mengingatkan P2 yang

menabuh demung agar

menabuhnya halus jika aba-aba

kendang halus. Namun jika

sesek (cepat dan keras), maka

semua cepat dan keras juga.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara P1 sebagai

penutur laki-laki dan P2 sebagai mitra tutur perempun saat latihan karawitan. Data

ini dirasa menunjukkan ketidaksantunan penutur terhadap diri mitra tutur dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

103

sebuah komunikasi. Dalam hal ini, penutur justru menyindir mitra tutur yang

sedang belajar gamelan. Mitra tutur sangat jarang memukul demung karena

terbiasa memukul bonang sehingga teknik pemukulan gamelan berbeda. Tuturan

yang dianggap kurang santun tersebut ialah, “Jeng, gini lho. Kalo pas playon

nabuhnya lombo waé.”. Mitra tutur belum sepenuhnya memahami bagaimana

intonasi pemukulan demung itu halus atau keras untuk gending wayang kulit

bagian iringan perang. Selain itu mitra tutur juga belum mengerti arti kata

“lombo” sehingga membingungkan mitra tutur. Oleh karena itu, penekanan kata

tersebut merupakan penanda ketidaksantunan, sehingga tuturan pada data ini

dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun.

Tabel 47: Analisis 44 Skala Pilihan

DT.09

Hari/ tanggal : Rabu, 19 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Lho, ini kotak snack siapa, Is?”

P2 : “Kayaknya itu untuk dalang,

Mas. Andi tadi bilang kalau snack

yang untuk dalang ada di plastik

besar.”

P1 : “Dhalangé ra teka 2 ki?”

(“Dalangnya yang 2 tidak datang?

P3 : “Mbok dibuka di sini aja, Mas.”

(“Ya dibuka di sini saja, Mas.”

P1 : “Joss iki. Makasih yo, Ras.

Monggo Mbak Raras didhahar.”

(“Asyik ini. Terima kasih, Ras.

Silakan Mbak Raras dimakan.)

Tuturan diucapkan oleh P1

setelah latihan karawitan selesai.

P1 ingin membuka kotak snack

bagian 2 dalang dengan

menanyakan bahwa snack itu

milik siapa. Lalu P2 menanggapi

dengan memberi keterangan dari

petugas konsumsi. P3 sebagai

dalang ke-3 menyuruh untuk

memakan snack itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

104

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara penutur laki-laki

sebagai pengrawit senior dengan mitra tutur perempuan. Data ini menunjukkan

kesantunan dalam berkomunikasi antara penutur dengan mitra tutur setelah latihan

karawitan. Dalam hal ini, penutur memberikan suatu pilihan kepada mitra tutur

dengan menawari snack. Tuturan tersebut ialah, “Joss iki. Makasih yo, Ras.

Monggo Mbak Raras didhahar.”. Penekanan kata ini menunjukkan kesantunan

penutur kepada mitra tutur. Jadi tuturan ini tergolong tuturan yang santun.

Tabel 48: Analisis 45 Skala Pilihan

DT.10

Hari/ tanggal : Jumat, 21 April 2017

Lokasi : Panggung Realino, Mrican

Data Konteks

P1 : “Saiki jam pira ya? Kowé mau ki

malah nandi, jon?”

(“Sekarang jam berapa ya? Kamu

tadi ke mana, jon?”)

P2 : “Lagi garap tugas jé.”

(“Sedang mengerjakan tugas.”)

P1 : “Lha piyé kenongé?”

(“Itu kenongnya bagaimana?”)

P2 : “Yo sorry. Mau ana sik nabuh

kan?”

(“Maaf. Tadi ada yang memukul,

kan?”)

P1 : “Untung ya ana sing nabuh.”

(“Untung ya ada yang memukul.”)

P2 : “Sapa mau sik nabuh?”

(“Siapa tadi yang memukul?”)

P1 : “Oyèn ro aku mau gantian.”

(“Oyen dan aku tadi gantian.”)

P2 : “Ok, makasih, Mas Nug..”

(“Ok, terima kasih, Mas Nug.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang datang terlambat

saat gladi bersih pergelaran

wayang kulit yang dimulai pukul

18.00 WIB di Panggung

Realino, Mrican. P2 datang

terlambat, tidak sesuai dengan

kesepakatan yang telah disetujui

dengan panitia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

105

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara penutur laki-laki

sebagai pengrawit senior dengan mitra tutur laki-laki. Data ini menunjukkan

ketidaksantunan penutur terhadap penutur dalam percakapan saat gladi bersih

karawitan untuk pementasan wayang kulit. Dalam hal ini, penutur tidak memberi

pilihan apapun terhadap mitra tutur yang mengharuskan mitra tutur datang tepat

waktu. Meskipun suasana tuturan berjalan dengan baik dan lancar, tetapi tuturan

dari penutur tersebut dirasa tidak santun. Penutur tidak mau tahu mengenai situasi

diri mitra tutur yang harus menyelesaikan tugas perkuliahan. Tuturan yang

dianggap tidak santun tersebut ialah, “Lha piyé kenongé?”. Penekanan kata ini

menunjukkan ketidaksantunan penutur kepada mitra tutur. Tuturan tersebut juga

seakan-akan menyalahkan mitra tutur yang terlambat gladi bersih. Penutur

mengharuskan mitra tutur datang tepat waktu sehingga kenong dapat dipukul oleh

mitra tutur, bukan oleh penutur. Oleh karena itu, tuturan yang diucapkan penutur

tersebut dikategorikan sebagai tuturan yang tidak santun.

Tabel 49: Analisis 46 Skala Pilihan

DT.15

Hari/ tanggal : Jumat, 28 April 2017

Lokasi : Gereja Maria Assumpta Babarsari

Data Konteks

P1 : “Ndi, kowé ki asliné nabuh

apa?”

(P1 : Ndi, kamu sebenarnya memukul

apa?”)

P2 : “Nabuh slenthem, Sher.”

(P2 : “Memukul slenthem, Sher.”)

P1 : “Lha kok saroné tok sèlèhké kono

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki dan pengrawit yang

terlalu over ingin manabuh dua

alat musik (slenthem dan saron),

ketika gladi bersih mengiringi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

106

ki napa?”

(P1 : Kenapa saron kamu letakkan di

situ?”)

P2 : “Nabuh loro-loroné.”

(P2 : “Memukul dua-duanya.”)

P1 : “Lé nabuh ki ya kepiyé nèk

dhobel-dhobel ngono kuwi?” (P1 : “Memukulnya bagaimana kalau

doble-doble seperti itu?”)

P2 : “Oh iya dhing, angèl.”

(P2 : “Betul juga ya, sulit.”)

misa di Gereja Babarsari.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara penutur

perempuan sebagai pengrawit senior dengan mitra tutur laki-laki. Data ini

menunjukkan ketidaksantunan penutur terhadap mitra tutur dalam percakapan saat

gladi bersih karawitan untuk mengiri kor di gereja. Dalam hal ini, penutur tidak

memberi pilihan apapun terhadap mitra tutur yang mengharuskan mitra tutur

memukul slenthem saja. Meskipun suasana tuturan berjalan dengan baik dan

lancar, tetapi tuturan dari penutur tersebut dirasa tidak santun. Penutur

menyinggung mitra tutur agar tidak memukul saron juga selain slenthem. Tuturan

yang dianggap tidak santun tersebut ialah, “Lé nabuh ki ya kepiyé nèk dhobel-

dhobel ngono kuwi?”. Penekanan kata ini menunjukkan ketidaksantunan penutur

kepada mitra tutur. Tuturan tersebut juga seakan-akan melarang mitra tutur untuk

mengekspresikan kecerdikannya memainkan dua alat musik dalam satu permainan

karawitan. Oleh karena itu, tuturan yang diucapkan penutur tersebut dikategorikan

sebagai tuturan yang tidak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

107

Tabel 50: Analisis 47 Skala Pilihan

DT.22

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Lho itu pekingnya kok diam aja?

Vi, Novi itu pekingnya nganggur.” P2 : “Apa iya, Mar?”

P1 : “Iya e, nggak ada yang ngisi.”

P2 : “Aku aja deh yang nabuh.”

P1 : “Nah iya.”

Tuturan diucapkan oleh penutur

perempuan kepada mitra tutur

perempuan yang berusia sebaya.

Penutur bermaksud menyuruh

mitra tutur untuk menabuh

peking yang belum diisi

pengrawit.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan antara penutur

perempuan dengan mitra tutur perempuan. Data ini menunjukkan ketidaksantunan

penutur terhadap mitra tutur dalam percakapan saat latihan karawitan reguler.

Dalam hal ini, penutur tidak memberi pilihan apapun terhadap mitra tutur yang

mengharuskan mitra tutur untuk memukul peking tidak ada pengrawit yang

memukul. Meskipun suasana tuturan berjalan dengan baik dan lancar, tetapi

tuturan dari penutur tersebut dirasa tidak santun. Penutur menyindir mitra tutur

agar segera memukul peking. Tuturan yang dianggap tidak santun tersebut ialah,

“Lho itu pekingnya kok diam aja? Vi, Novi itu pekingnya nganggur.”.

Penekanan kata ini menunjukkan ketidaksantunan penutur kepada mitra tutur.

Tuturan tersebut juga seakan-akan memaksa mitra tutur untuk memukul peking

padahal sedang sibuk menulis sesuatu. Oleh karena itu, tuturan yang diucapkan

penutur tersebut dikategorikan sebagai tuturan yang tidak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

108

Tabel 51: Analisis 48 Skala Pilihan

DT.07

Hari/ tanggal : Senin, 10 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Aduh, kesandung.”

P2 : “Walah hati-hati lho, Mar. Sakit

ra e?”

P1 : “Hehe.., ndak kok, Mas.”

(“Hehe.., tidak sakit, Mas.”)

P2 : “Beneran? Soalé aku dhisik wis

tau nyandhung rancakan demung

malahan.”

(“Benarkah? Soalnya aku dulu

sudah pernah menyandung

rancakan demung.”)

P1 : “Sebenernya ya sakit, Mas.”

Tuturan tersebut diucapkan P1

perempuan karena kakinya

menyandung gamelan yang

keras. P2 sebagai mitra tutur

laki-laki menanggapi karena

kakinya dulu juga pernah

menyandung gamelan hingga

sakit nyeri.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala keopsionalan maka

akan tampak sebagai berikut. Tuturan terjadi antara P1 sebagai penutur

perempuan dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki yang berbeda usia. Data tersebut

menunjukkan kesantunan mitra tutur kepada penutur dalam sebuah percakapan.

Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya tanggapan yang baik dan adanya

pilihan yang diberikan mitra tutur kepada penutur. Tuturan mitra tutur yaitu,

“Walah hati-hati lho, Mar. Sakit ra e?”. Tuturan tersebut merupakan penanda

kesantunan dalam data ini. Mitra tutur memberikan suatu pilihan kepada penutur

dengan tuturan yang memberikan pilihan. Dengan memberikan pilihan itu,

penutur menentukan pilihan terhadap apa yang sedang dirasakan, yaitu antara

sakit atau tidak setelah kakinya menendang rancakan gamelan. Maka, data ini

tuturan dalam data ini terbilang santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

109

Tabel 52: Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa

UKM Seni Karawitan Dari Skala Pilihan

No Urutan Analisis Kode

Data

Skala Pilihan

Santun Tidak Santun

1. Analisis 25 DT.11

2. Analisis 26 DT.12

3. Analisis 27 DT.08

4. Analisis 28 DT.13

5. Analisis 29 DT.14

6. Analisis 30 DT.18

7. Analisis 31 DT.24

8. Analisis 32 DT.21

9. Analisis 33 DT.01

10. Analisis 34 DT.02

11. Analisis 35 DT.03

12. Analisis 36 DT.05

13. Analisis 37 DT.04

14. Analisis 38 DT.19

15. Analisis 39 DT.16

16. Analisis 40 DT.17

17. Analisis 41 DT.20

18. Analisis 42 DT.23

19. Analisis 43 DT.06

20. Analisis 44 DT.09

21. Analisis 45 DT.10

22. Analisis 46 DT.15

23. Analisis 47 DT.22

24. Analisis 28 DT.07

4.2.1.3 Skala Ketidaklangsungan

Skala ketidaklangsungan merujuk pada peringkat langsung atau tidak

langsungnya maksud sebuah tuturan yang diucapkan penutur atau mitra tutur.

Semakin tuturan bersifat langsung maka dianggap tidak santun, sebaliknya jika

tidak langsung dianggap santun. Data penelitian dapat disajikan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

110

Tabel 53: Analisis 49 Skala Ketidaklangsungan

DT.06

Hari/ tanggal : Senin, 10 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Jeng, gini lho. Kalo pas playon

nabuhnya lombo waé.” (“Jeng, seperti ini. Kalau pas

playon memukulnya lombo saja.”)

P2 : “Lombo gimana, Mas?”

P1 : “Lombo ki alusan, nggak mak

jlèng. Misalé, tlung ndak tak tak

nong nèng nong. Alusan waé,

kejaba sesek.”

(“Lombo itu halus, tidak

mengejutkan. Misalnya, tlung ndak

tak tak nong neng nong. Halus saja

memukulnya, tidak seperti sesek.”)

P2 : “Ok-ok, siap, Mas.”

P1 : “Dikepénaké waé.”

(“Dienakkan saja.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. Penutur adalah

pengendang latihan wayang

kulit. P1 mengingatkan P2 yang

menabuh demung agar

menabuhnya halus jika aba-aba

kendang halus. Namun jika

sesek (cepat dan keras), maka

semua cepat dan keras juga.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data di atas merupakan tuturan yang

diucapkan oleh P1 sebagai penutur laki-laki kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan saat latihan karawitan di ruang karawitan, Mrican. Dalam tuturan

tersebut, penutur secara tidak langsung meminta mitra tutur untuk memukul

gamelan secara halus. “Jeng, nèk pas playon modhèlé lombo waé lé nabuh,

tuturan itulah yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur. Tuturan ini

dimaksudkan supaya mitra tutur tidak tersinggung. Penutur tidak menyindir secara

langsung. Saat mitra tutur bertanya kepada mitra tutur terhadap istilah yang

dimaksud tersebut, penutur berusaha menerangkan secara jelas. Tuturan penutur

yang bersifat tidak langsung ini termasuk dalam tuturan yang santun. Hal ini juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

111

ditandai dengan tuturan, “Dikepénaké waé.”. Istilah tersebut menandakan bahwa

teknik permainan di dalam kalangan pengrawit tidak ada yang salah, hanya

kurang pas sehingga kurang enak didengar. Jika penutur justru mengucapkan, “Itu

salah!”, tentu saja pasti menyinggung perasaan mitra tutur dan menimbulkan efek

negatif di antara penutur dan mitra tutur. Maka tuturan pada data ini termasuk

tuturan santun.

Tabel 54: Analisis 50 Skala Ketidaklangsungan

DT.09

Hari/ tanggal : Rabu, 19 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Lho, ini kotak snack siapa, Is?”

P2 : “Kayaknya itu untuk dalang,

Mas. Andi tadi bilang kalau snack

yang untuk dalang ada di plastik

besar.”

P1 : “Dhalangé ra teka 2 ki?”

(P1 : “Dalangnya yang 2 tidak datang?

P3 : “Mbok dibuka di sini aja, Mas.”

(P3 : “Ya dibuka di sini saja, Mas.”

P1 : “Joss iki. Makasih yo, Ras.”

(P1 : “Asyik ini. Terima kasih, Ras.)

Tuturan diucapkan oleh P1

setelah latihan karawitan selesai.

P1 ingin membuka kotak snack

bagian 2 dalang dengan

menanyakan bahwa snack itu

milik siapa. Lalu P2 menanggapi

dengan memberi keterangan dari

petugas konsumsi. P3 sebagai

dalang ke-3 menyuruh untuk

memakan snack itu.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data tersebutmengindikasikan bahwa tuturan

yang terjadi adalah tuturan yang santun. Terlihat percakapan yang terjadi, tuturan

P1 sebagai penutur laki-laki memiliki sifat tidak langsung. Penutur bertanya

terlebih dahulu kepada mitra tutur (P2) setelah selesai latihan karawitan di ruang

karawitan, Mrican sekitar jam 9 malam. Tuturan, “Lho, ini kotak snack punya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

112

siapa, Is?”, hal ini ditanyakan oleh penutur karena penutur merasa tidak nyaman

jika makanan di dalam kotak snack bagian kedua dalang langsung dimakan,

meskipun mereka tidak datang. Tanggapan mitra tutur di dalam tuturan (2)

menjelaskan secara lengkap menunjukkan bahwa tuturan santun, karena tidak

bermaksud melarang untuk dimakan. Tuturan (4) yang diucapkan mitra tutur

kedua (P3) sebagai dalang ketiga bermaksud agar kotak snak boleh dimakan

karena kedua dalang rekannya tidak datang. Maka tuturan data ini termasuk dalam

kategori tuturan yang santun.

Tabel 55: Analisis 51 Skala Ketidaklangsungan

DT.10

Hari/ tanggal : Jumat, 21 April 2017

Lokasi : Panggung Realino, Mrican

Data Konteks

P1 : “Saiki jam pira ya? Kowé mau ki

malah nandi, jon?” (“Sekarang jam berapa ya? Kamu

tadi ke mana, jon?”)

P2 : “Lagi garap tugas jé.”

(“Sedang mengerjakan tugas.”)

P1 : “Lha piyé kenongé?”

(“Itu kenongnya bagaimana?”)

P2 : “Yo sorry. Mau ana sik nabuh

kan?”

(“Maaf. Tadi ada yang memukul,

kan?”)

P1 : “Untung ya ana sing nabuh.”

(“Untung ya ada yang memukul.”)

P2 : “Sapa mau sik nabuh?”

(“Siapa tadi yang memukul?”)

P1 : “Oyèn ro aku mau gantian.”

(“Oyen dan aku tadi gantian.”)

P2 : “Ok, makasih, Mas Nug..”

(“Ok, terima kasih, Mas Nug.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang datang terlambat

saat gladi bersih pergelaran

wayang kulit yang dimulai pukul

18.00 WIB di Panggung

Realino, Mrican. P2 datang

terlambat, tidak sesuai dengan

kesepakatan yang telah disetujui

dengan panitia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

113

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data di atas merupakan tuturan yang

diucapkan oleh sesama pengrawit ketika acara gladi bersih pergelaran wayang

kulit di Panggung Realino. Dalam data tuturan tersebut, penutur secara tidak

langsung mengingatkan mitra tutur untuk segera ikut gladi bersih dan tidak ada

alasan terlambat. Pada tuturan, “Saiki jam pira ya? Kowé mau ki malah nandi,

jon?” penutur bermaksud berbasa-basi karena mitra tutur terlambat datang sekitar

1 jam. Penutur tidak langsung menyalahkan mitra tutur karena tidak tepat waktu

sementara para pengrawit sudah mulai gladi bersih. Tuturan penutur tersebut

bermaksud supaya mitra tutur dapat memberikan alasan yang tepat dan

bertanggung jawab, sebab sudah ada kesepakatan jika gladi bersih dimulai pukul

18.00 WIB. Tuturan penutur yang bersifat tidak langsung ini termasuk tuturan

yang santun. Penutur memberikan kesempatan untuk menyatakan alasan yang

bertanggung jawab dan tidak seolah-olah menyalahkan mitra tutur yang telat

datang. Maka tuturan ini santun.

Tabel 56: Analisis 52 Skala Ketidaklangsungan

DT.15

Hari/ tanggal : Jumat, 28 April 2017

Lokasi : Gereja Maria Assumpta Babarsari

Data Konteks

P1 : “Ndi, kowé ki asliné nabuh

apa?”

(Ndi, kamu sebenarnya memukul

apa?”)

P2 : “Nabuh slenthem, Sher.”

(“Memukul slenthem, Sher.”)

P1 : “Lha kok saroné tok sèlèhké kono

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki dan pengrawit yang

terlalu over ingin manabuh dua

alat musik (slenthem dan saron),

ketika gladi bersih mengiringi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

114

ki napa?”

(Kenapa saron kamu letakkan di

situ?”)

P2 : “Nabuh loro-loroné.”

(“Memukul dua-duanya.”)

P1 : “Lé nabuh ki ya kepiyé nèk

dhobel-dhobel ngono kuwi?” (“Memukulnya bagaimana kalau

doble-doble seperti itu?”)

P2 : “Oh iya dhing, angèl.”

(“Betul juga ya, sulit.”)

misa di Gereja Babarsari.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Berdasardakan tuturan yang terjadi pada data

tersebut, P1 sebagai penutur laki-laki tidak langsung melarang P2 sebagai mitra

tutur laki-laki. Penutur menyuruh agar mitra tutur memukul satu alat musik saja,

yaitu slenthem. Akan tetapi penutur tidak secara langsung melarang mitra tutur

memukul 2 alat musik, slenthem dan saron. Mitra tutur mengetahui maksud dari

penutur bahwa pengrawit satu bisa memukul 1 alat musik di dalam sebuah

permainan, tidak bisa 2 alat musik sekaligus. Mitra tutur menyadari bahwa dirinya

bertugas sebagai pemukul slenthem, tetapi karena ada 1 saron yang tidak dipukul

maka diletakkan di depannya persis seperti slenthem. Tuturan, “Lé nabuh ki ya

kepiyé nèk dhobel-dhobel ngono kuwi?”, menunjukkan tuturan yang tidak

langsung kepada mitra tutur bahwa memukul 2 alat sekaligus tidak akan pernah

bisa. Mengetahui maksud kedua dari penutur itu, mitra tutur memberi tanggapan

yang baik. Dengan demikian, secara tidak langsung maksud penutur tersampaikan

dan mendapatkan tanggapan yang baik dari mitra tutur. Data ini memperlihatkan

bahwa tuturan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur termasuk tuturan yang

santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

115

Tabel 57: Analisis 53 Skala Ketidaklangsungan

DT.07

Hari/ tanggal : Senin, 10 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Aduh, kesandung.”

P2 : “Walah hati-hati lho, Mar. Sakit

ra e?”

P1 : “Hehe.., ndak kok, Mas.”

(“Hehe.., tidak sakit, Mas.”)

P2 : “Beneran? Soalé aku dhisik wis

tau nyandhung rancakan demung

malahan.”

(“Benarkah? Soalnya aku dulu

sudah pernah menyandung

rancakan demung.”)

P1 : “Sebenernya ya sakit, Mas.”

Tuturan tersebut diucapkan P1

perempuan karena kakinya

menyandung gamelan yang

keras. P2 sebagai mitra tutur

laki-laki menanggapi karena

kakinya dulu juga pernah

menyandung gamelan hingga

sakit nyeri.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan yang diucapkan

oleh pengrawit perempuan yang menyandung gamelan saat memberesi teks

gending di ruang karawitan Mrican, sekitar pukul 21.00 WIB. P2 sebagai mitra

tutur menanggapi tuturan penutur yang tampak menahan sakit karena kakinya

menyandung rancakan gamelan dari kayu jati yang cukup keras. Tuturan penutur,

“Hehe.., ndak kok, Mas.” secara tidak langsung menunjukkan rasa sakitnya

karena terlihat menahan nyeri. Lalu mitra tutur bercerita bahwa dulu juga pernah

menyandung rancakan gamelan bagian demung yang lebih besar dari saron.

Setelah mendengar cerita mitra tutur, penutur mengucapkan bahwa kakinya benar-

benar terasa sakit. Tuturan data di atas menunjukkan kesantunan berkomunikasi

karena penutur tidak langsung menyampaikan maksudnya. Maka tuturan ini

tergolong santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

116

Tabel 58: Analisis 54 Skala Ketidaklangsungan

DT.22

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Lho itu pekingnya kok diam aja?

Vi, Novi itu pekingnya nganggur.” P2 : “Apa iya, Mar?”

P1 : “Iya e, nggak ada yang ngisi.”

P2 : “Aku aja deh yang nabuh.”

P1 : “Nah iya.”

Tuturan diucapkan oleh penutur

perempuan kepada mitra tutur

perempuan yang berusia sebaya.

Penutur bermaksud menyuruh

mitra tutur untuk menabuh

peking yang belum diisi

pengrawit.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Pada data ini memperlihatkan bahwa tuturan

yang diucapkan oleh P1 sebagai penutur perempuan kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan berjalan lancar saat latihan karawitan berlangsung. Tuturan yang

sedang terjadi menunjukkan kesantunan penutur terhadap mitra tutur. Tuturan

yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur memperlihatkan bahwa penutur

bermaksud menyuruh mitra tutur agar segera menempatkan diri menabuh peking.

Tuturan tersebut yaitu, “Lho itu pekingnya kok diam aja? Vi, Novi itu pekingnya

nganggur.”. Penekanan tuturan “pekingnya kok diam aja?” menunjukkan bahwa

peking belum ada yang menabuh. Padahal para pengrawit sudah siap untuk

menabuh secara bersama-sama, sementara mitra tutur tidak segera menempatkan

diri di bagian peking. Maka, penutur bermaksud mengingatkan dan menyuruh

mitra tutur untuk menabuh peking. Tanggapan mitra tutur atas tuturan yang

diucapkan oleh penutur ditanggapi dengan baik dan percakapan berjalan lancar.

Maka tuturan pada data ini termasuk dalam kategori santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

117

Tabel 59: Analisis 55 Skala Ketidaklangsungan

DT.01

Hari/ tanggal : Rabu, 22 Februari 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Aku pamit duluan ya, Mas,

Mbak.”

P2 : “Gamelané rung disuwuk ki,

Ras.” (“Gamelannya belum disuwuk ini,

Ras.”)

P1 : “Iya é. Soalé aku pulang ke

Magelang ini, Mas, biar ndak

kewengèn.”

(“Iya. Ini aku pulang ke

Magelang Mas, supaya tidak

kemalaman.”)

P2 : “O ya, ati-ati.”

(” O ya, hati-hati.”)

P3 : “Kéné Magelang sejam nganti

ra?”

(“Sini ke Magelang satu jam

sampai apa tidak?”)

P2 : “Rong jam yo. Adoh é.”

(“Dua jam, ya. Lumayan jauh.”)

P1 : “Daaa semua!”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pengrawit perempuan (P1)

kepada pengrawit yang lain di

dalam ruang karawitan, Mrican.

P1 adalah penutur perempuan

sedangkan P2 dan P3 merupakan

mitra tutur laki-laki. P1

memohon pamit terlebih dahulu,

tetapi P2 dan P3 meminta P1

agar pulang bersama-sama. P1

memberikan alasan bahwa sudah

pukul 8 malam dan akan pulang

ke Magelang, tidak ke kos.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Tuturan di dalam data ini, mitra tutur tidak

secara langsung memberikan izin kepada penutur yang akan pulang duluan. Mitra

tutur sebenarnya menginginkan agar penutur tetap bermain karawitan karena

jadwal latihan belum selesai. Mitra tutur berusaha untuk membujuk penutur

supaya pengrawit pemula yang lain tidak ikut-ikutan pulang. Oleh karena itu

mitra tutur menanggapi tuturan dari penutur yang pamit duluan tersebut. Dapat

dibuktikan dengan tuturan mitra tutur seperti ini, “Gamelané rung disuwuk ki,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

118

Ras.”. Mendengar bujukan dari mitra tutur tersebut, si penutur memberi

tanggapan dengan memberikan alasan yang baik sehingga mitra tutur

mempersilakan penutur untuk pulang duluan supaya tidak kemalaman pulang ke

Magelang. Maka data ini memperlihatkan bahwa tuturan yang terjadi termasuk

dalam kategori tuturan yang santun.

Tabel 60: Analisis 56 Skala Ketidaklangsungan

DT.02

Hari/ tanggal : Rabu, 8 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Lho, rung dha teka, ta, bro? Tak

kira nèk aku kèri dhéwé é.” (P1 : “Lho, belum pada datang, bro?

Aku kira aku yang terlambat

datang.”)

P2 : “Urung kok. Aku waé gèk ntas

tekan, bro.”

(P2 : “Belum. Aku saja baru saja

sampai, bro.”

P1 : “Mas Éko ya rung teka pa?”

(P1 : “Apa Mas Eko juga belum

datang?”)

P2 : “Gèk otw paling.”

(P2 : Mungkin masih otw.”)

P1 : “Asem kok, tuas aku banter-

banter nganti rung madhang

barang.”

(P2 : “Asem, padahal aku sudah

terburu-buru sampai belum

sempat makan.”)

P2 : “Hayo dientèni bro. Hahaha...”

(P2 : “Ya ditunggu dulu, bro.

Hahaha”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

penutur laki-laki (P1) kepada

mitra tutur laki-laki (P2) di

Ruang Drost, Paingan ketika

akan latihan karawitan untuk

wayang kulit. Penutur terkejut

karena pengrawit yang lain

belum datang, padahal sudah

terburu-buru bahkan belum

sempat untuk makan. Lalu mitra

tutur menanggapi agar sama-

sama menunggu semua

berkumpul dulu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

119

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan yang diucapkan

oleh penutur sebagai pengrawit laki-laki dengan mitra tutur sebagai pengrawit

laki-laki. Tuturan terjadi ketika latihan karawitan akan dimulai di ruang

karawitan, Paingan. Dalam tuturan tersebut, penutur secara tidak langsung merasa

kecewa karena jadwal latihan karawitan tidak tepat waktu. “Lho, rung dha teka,

ta, bro? Tak kira nèk aku kèri dhéwé é.”, tuturan tersebut yang dituturkan oleh

penutur kepada mitra tutur yang menunggu pengrawit yang lain datang. Tuturan

tersebut dituturkan dengan maksud agar mitra tutur dapat menanggapi

kekecewaan penutur. Sehingga, penutur tidak berlarut-larut kecewa dengan

pengurus karawitan yang sudah menjadwalkan latihan harus tepat waktu. Mitra

tutur menanggapi tuturan penutur dengan baik sehingga tidak memunculkan efek

tidak baik. Maka, tuturan di dalam data ini tergolong tuturan santun.

Tabel 61: Analisis 57 Skala Ketidaklangsungan

DT.03

Hari/ tanggal : Rabu, 29 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Ndi, mrénéa gocèkna kempulé

iki!”

(P1 : “Ndi, sini pegangkan kempul

ini!”)

P2 : “Isa ra?”

(P2 : “Bisa tidak?”)

P1 : “Wahés! Alon-alon ta, Ndi!”

(P1 : “Aduh! Pelan-pelan saja, Ndi!”)

P2 : “Iya! Malah tok uculké.”

(P2 : “Iya! Malah kamu lepaskan.”)

P1 : “Uculké gundhulmu kuwi.

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) yang

memukul kempul kepada

pengrawit laki-laki (P2). P1

meminta P2 yang sedang

berdiskusi di samping gamelan

untuk memindahkan posisi

kempul supaya pas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

120

Pindhahké sisan kuwi.” (P1 : “Lepaskan kepalamu itu.

Pindahkan juga yang itu.”)

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini mengindikasikan bahwa tuturan yang

terjadi antara penutur dan mitra tutur tidak santun. Terlihat dari percakapan yang

berlangsung, penutur secara langsung menyindir mitra tutur yang dimintai

bantuan memegangkan kempul. Penutur yang tidak mau tahu situasi yang sedang

dialami oleh mitra tutur langsung menyuruh untuk memegangkan kempul

sehingga terjadi efek yang tidak baik. Kempul ada yang terjatuh karena penutur

tergesa-gesa, dan justru menyalahkan mitra tutur karena membenturkan kempul-

kempul tanpa sengaja. Tuturan, “Uculké gundhulmu kuwi. Pindhahké sisan

kuwi.”, menunjukkan bahwa penutur secara langsung menyalahkan mitra tutur

yang sejak awal meminta bantuan mitra tutur dengan kurang santun. Oleh karena

itu dapat dikatakan bahwa tuturan ini tergolong tidak santun.

Tabel 62: Analisis 58 Skala Ketidaklangsungan

DT.05

Hari/ tanggal : Sabtu, 8 April 2017

Lokasi : Ruang Kadarman, Gedung Pusat USD, Mrican

Data Konteks

P1 : “Waduh, lha aku suruh make

surjan yang mana? Weeeeh..” P2 : “Lha piyé?”

(P2 : “Gimana?”)

P1 : “Kok aku ndak dijatah surjan?”

(P1 : “Kenapa aku tidak diberi surjan?”

P2 : “Salahé wingi ra omong!”

(P2 : “Salahmu kemarin tidak minta!”)

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit laki-laki (P2) di

Ruang Kadarman jam 7 pagi

saat akan mengenakan surjan

untuk mengiringi wisuda.

Namun P2 sebagai petugas

kostum justru menyalahkan P1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

121

P1 : “Nyebai!”

yang sebelumnya tidak meminta

surjan.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Tuturan di dalam data ini merupakan tuturan

yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur ketika sedang berganti kostum

Jawa untuk tugas mengiringi wisuda. Pada data tersebut, tuturan di penutur

memiliki sifat yang tidak langsung. Penutur bertanya terlebih dahulu kepada mitra

tutur ada jatah surjan untuk penutur atau tidak. Hal ini dilakukan oleh penutur

karena tidak kebagian/ mendapatkan surjan padahal acara wisuda akan segera

dimulai. Tuturan tersebut dapat dibuktikan yaitu, “Waduh, lha aku suruh make

surjan yang mana? Weeeeh..”. Data tuturan ini termasuk dalam kategori tuturan

yang santun. Tuturan ini bermaksud agar mitra tutur sebagai penanggung jawab

kostum segera mencarikan surjan yang belum disiapkan terlebih dahulu.

Tabel 63: Analisis 59 Skala Ketidaklangsungan

DT.04

Hari/ tanggal : Kamis, 30 Maret 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Nes, Nesha, tolong kipas

anginnya, Nes.” P2 : “Ok, Mas. Kebetulan dari tadi

aku juga gerah e. Yang nomer

berapa, Mas?”

P1 : “Haha... biar silir jé. Ya manut.”

(P1 : “Hahaha... supaya semilir.

Terserah.”)

P2 : “Kena apa nggak, Mas?”

(P2 : “Kena apa tidak, Mas?”)

P1 : “Iya, kena. Dah makasih, Nes.”

Tuturan diucapkan oleh

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit perempuan (P2) di

ruang karawitan, Mrican. P1

meminta kepada P2 saat latihan

wayang kulit untuk

menghidupkan kipas angin

supaya ruangan tidak panas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

122

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Terlihat dari percakapan dalam data di atas,

penutur secara tidak langsung meminta tolong kepada mitra tutur supaya mitra

tutur menghidupkan kipas angin. Penutur tidak secara langsung menyuruh mitra

tutur memencet tombol kipas angin. Hal ini karena penutur tahu apabila dia

menyuruh memencetkan tombol kipas angin nomor 3, mitra tutur pasti akan

menyangka bahwa penutur kemaruk walaupun hawanya di ruang karawitan

memang gerah. Sehingga penutur hanya mengucapkan tuturan permintaan yang

tidak langsung. Dapat dibuktikan dengan tuturan penutur seperti ini, “Nes, Nesha,

tolong kipas anginnya, Nes.”. Mengetahui permintaan tolong penutur tersebut,

mitra tutur pun memberi tanggapan dengan baik, dan merasa sangat diuntungkan

karena diingatkan oleh penutur. Sebab posisi kipas angin tepat di belakang mitra

tutur. Maka data ini memperlihatkan bahwa tuturan yang terjadi termasuk dalam

kategori tuturan yang santun.

Tabel 64: Analisis 60 Skala Ketidaklangsungan

DT.19

Hari/ tanggal : Senin, 29 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Ris, gini ya. Nem ma nem, nem

ma nem ma, ro ji ro, ro ji ro ji, lu

ro lu, lu ro lu ro.”

P2 : “Gimana, Mbak?”

P1 : “Gini lho, Ris. Lihat ya.”

(praktek menabuh bonang barung)

P2 : “Ok, Mbak. Yang nem di atas apa

bawah, Mbak?”

P1 : “Yang bawah. Yang bawah, Ris.

Tuturan itu diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai penutur

perempuan yang berbeda usia.

P1 mengajari menabuh bonang

barung di UKM Seni Karawitan

Paingan setelah azan magrib.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

123

Rong ulihan.”

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini mengindikasikan bahwa tuturan yang

berlangsung adalah tuturan santun. Terlihat dari percakapan antara penutur dan

mitra tutur perempuan yang dibedakan usia. Penutur secara tidak langsung

mengajari mitra tutur yang masih belajar memukul bonang. Dalam teknik

permainan karawitan, pengrawit tidak diperkenankan mengatakan bahwa cara

memukul gamelan salah, hanya kurang enak didengar atau kurang pas. Sehingga

penutur mengajari mitra tutur untuk memukul bonang beserta dengan nada-

nadanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan tuturan penutur yaitu, “Ris, gini ya.

Nem ma nem, nem ma nem ma, ro ji ro, ro ji ro ji, lu ro lu, lu ro lu ro.”. Hal ini

dilakukan penutur agar mitra tutur tidak merasa malu karena tabuhan satu gending

berhenti sebelum selesai (suwuk). Oleh karena itu, tuturan di dalam data ini dapat

dikatakan sebagai tuturan yang santun.

Tabel 65: Analisis 61 Skala Ketidaklangsungan

DT.16

Hari/ tanggal : Senin, 18 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Mas, ini sertifikatnya.”

P2 : “Sertifikat apa ya ini, Is?”

P1 : “Sertifikat pergelaran wayang

kulit kemarin, Mas Nug.”

P2 : “Oh, sik Kunthi itu to. Wah

makasih.”

P1 : “Iya, Mas.”

P2 : “Eh, Sil, bisa kamu bawa dulu?

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan yang

menyerahkan sertifikat

pergelaran wayang kulit setelah

latihan gamelan di ruang

karawitan Paingan sekitar jam 8

malam. P2 sebagai mitra tutur

laki-laki menerima tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

124

Aku ndak bawa tas besar je.” P1 : “Boleh, Mas. Tak bawain dulu

aja.”

P2 : “Besok tak ambil nek pas pake tas

besar.”

menitipkan kepada P1 karena P2

tidak membawa tas yang besar.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan yang diucapkan

oleh P1 sebagai penutur perempuan dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki.

Keduanya juga berbeda usia. Dalam tuturan ini, mitra tutur secara langsung

meminta tolong penutur untuk membawakan sertifikat yang diberikan penutur.

Mitra tutur tidak membawa tas yang besar sehingga apabila dipegangi dengan

tangan saat berkendara akan rusak. Tuturan mitra tutur dapat dilihat berikut ini,

“Eh, Sil, bisa kamu bawa dulu? Aku ndak bawa tas besar je.”. Tuturan ini

diucapkan secara langsung oleh mitra tutur kepada penutur. Mitra tutur tidak

membawa tas yang besar untuk meletakkan sertifikat, sehingga secara langsung

meminta tolong penutur untuk membawakan sertifikat itu terlebih dahulu. Oleh

karena itu, tuturan ini dikategorikan dalam tuturan tidak santun.

Tabel 66: Analisis 62 Skala Ketidaklangsungan

DT.17

Hari/ tanggal : Senin, 22 Mei 2017

Lokasi : Parkiran Aula, Mrican

Data Konteks

P1 : “Maaf, Mas, baru datang. Soalnya

tadi baru ambil „anu‟ buat besok

ke Solo.”

P2 : “Ndak apa-apa. Wong dari tadi

yang lain juga belum pada datang

kok.”

Tuturan diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki. Percakapan terjadi

sekitar pukul 18.00 di luar ruang

karawitan Mrican, tepatnya di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

125

P1 : “Oh ya? Tadi aku juga habis

makan e. Tapi maaf lagi, Mas.

Uang transportnya belum jadi tak

ambil soale Dea tadi lupa bawa

uang kas UKM.” P2 : “Ndak apa-apa, Mar. Besok aja

ndak apa-apa.”

P1 : “Ok, Mas. Berarti besok aja ya tak

kasih uang transportnya.”

P2 : “Iyes, hahaha...”

dekat pintu masuk parkiran. P1

meminta maaf kepada P2 karena

tidak jadi memberikan uang

transport ke Solo untuk

mengikuti lomba nembang

macapat senasional. P1

memaklumi hal itu.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Tuturan ini diucapkan oleh P1 sebagai penutur

perempuan dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki. Keduanya juga berbeda usia.

Dalam tuturan itu, penutur tidak secara langsung belum bisa memberikan uang

yang akan diberikan kepada mitra tutur. Karena penutur tahu apabila dia langsung

mengatakan bahwa uang untuk transport perjalanan ke Solo belum dibawa, maka

mitra tutur akan langsung tersinggung. Oleh karena itu penutur meminta maaf

karena tidak tepat janji. Hal itu dapat dibuktikan pada tuturan ini, “Oh ya? Tadi

aku juga habis makan e. Tapi maaf lagi, Mas. Uang transportnya belum jadi

tak ambil soale Dea tadi lupa bawa uang kas UKM.”. Mengetahui tuturan

tersebut, mitra tutur dapat menanggapi dengan baik sehingga suasana tutur

berjalan dengan baik dan lancar. Kata “maaf” yang sering diucapkan oleh penutur

menandakan kesantunan dalam berkomunikasi karena merasa tidak tepat janji.

Maka, data ini termasuk dalam kategori santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

126

Tabel 67: Analisis 63 Skala Ketidaklangsungan

DT.20

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Selain BKHI kita juga diminta

mengisi project NASA di ISI.”

P2 : “BKHI ki apa?”

P1 : “Jadi BKHI itu Biro Kerja sama

Hubungan Internasional, kebetulan

sedang menjalin kerja sama

mahasiswa dari Korea.”

P2 : “Njuk besok gimana?”

P1 : “Besok Mas Eko mengajari

mereka berlatih gamelan, Mas.”

P2 : “Oh, ok-ok.”

P1 : “Sebatas mengajari gamelan aja.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada mitra tutur laki-laki saat

rapat UKM di ruang karawitan,

Mrican. P1 sebagai pemimpin

rapat memberikan informasi

acara-acara seputar karawitan

yang akan dilaksanakan

beberapa bulan lagi.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data tersebut merupakan tuturan yang

diucapkan oleh P1 sebagai penutur perempuan dan P2 sebagai mitra tutur laki-laki

saat rapat pengurus. Pada tuturan tersebut, terlihat bahwa mitra tutur bertanya

dengan maksud secara tidak langsung. Mitra tutur yang telah mendengar

penjelasan dari penutur mengenai proyek karawitan dari acara BKHI ingin terlibat

dalam acara tersebut. Hal ini dilakukan oleh mitra tutur karena selain ingin

menambah pengalaman mengajari karawitan mahasiswa dari Korea juga ingin

memperoleh honor seperti biasanya. Tuturan tersebut yaitu, “Njuk besok

gimana?”. Tuturan ini bermaksud bahwa mitra tutur ingin terlibat dalam acara

itu. Maka, data tuturan ini termasuk dalam kategori tuturan yang santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

127

Tabel 68: Analisis 64 Skala Ketidaklangsungan

DT.23

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Namamu siapa, Mas?”

P2 : “What?”

P1 : “What your name?

P2 : “Adam.”

P1 : “Ok, Adam. Ini namanya kempul.

Kalau yang besar itu gong gedhé

ora gong besar, big.”

P2 : “Apa?”

P1 : “This is name a kempul.”

P2 : “Kempul?”

P1 : “Yes, kempul. That is gong.”

P2 : “Ok, gong. Kempul dan gong.”

P1 : “Coba dipukul dulu.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang berasal dari

Amerika. Mitra tutur ingin

belajar karawitan bersama

dengan teman-temannya.

Penutur sebagai anggota UKM

Seni Karawitan membantu

melatih karawitan kepada mitra

tutur.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Terlihat dari percakapan data yang terjadi,

penutur secara tidak langsung ingin berkenalan dengan mitra tutur sebagai orang

asing. Penutur sebenarnya ingin lebih dekat dengan mitra tutur tersebut sehingga

penutur bertanya siapa nama mitra tutur. Karena penutur tahu apabila tidak

mengetahui nama mitra tutur, maka akan sulit untuk memanggil nama mitra tutur.

Hal itu juga dapat mengakibatkan kurang santun tanpa menyapa nama mitra tutur.

Oleh karena itu, penutur bertanya nama dari mitra tutur seperti ini, “Namamu

siapa, Mas?”. Mengetahui bahwa penutur bertanya, mitra tutur menanggapi

tuturan tersebut dan secara tidak langung meminta bertanya dengan bahasa

Inggris. Lalu penutur bertanya dengan menggunakan bahasa Inggris mengenai

nama dari mitra tutur tersebut. Dengan begitu secara tidak langsung keinginan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

128

penutur maupun mitra tutur terpenuhi dan sama-sama mendapatkan respon yang

baik. Maka data ini termasuk tuturan yang santun.

Tabel 69: Analisis 65 Skala Ketidaklangsungan

DT.11

Hari/ tanggal : Selasa, 25 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Mas, njenengan besok Minggu

bisa bantuin tugas di Gereja

Babarsari?” (“Mas, kamu besok Minggu bisa

membantu tugas di Gereja

Babarsari?”)

P2 : “Tugas buat apa é, Mar?”

(“Tugas untuk apa itu, Mar?”)

P1 : “Tugas mengiringi misa, Mas,

penggalangan dana Sekar Geni.”

P2 : “Siap, aku ikut. Aku nabuh apa?”

P1 : “Masé mau ikut kor atau gamel?”

P2 : “Ha rak ya wis akèh ta sik kor?

Ana Budi barang galo. Sik gamel

kurang wong iki, Mar.”

(“Bukannya sudah banyak yang

kor? Ada Budi juga itu. Yang

gamel kekurangan orang ini,

Mar.”)

P1 : “Oh iya, ya, ndak papa, ikut gamel

waé, Mas.”

(Oh iya, ya, tidak apa-apa ikut

gamel saja, Mas.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

dan ketua panitia Festival Sekar

Geni (Seni Karawitan Gending

Gerejani). Penutur mengajak P2

sebagai mitra tutur laki-laki

untuk membantu kor dalam

mencari dana dengan mengiringi

misa di Gereja Babarsari.

Namun mitra tutur hanya mau

membantu mengiringi kor saja

karena kekurangan pengrawit.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan penutur yang

dirasa santun karena penutur tidak langsung menyuruh mitra tutur ikut tugas

mengiringi kor misa di gereja. Walaupun penutur adalah ketua UKM Seni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

129

Karawitan tetapi dia secara tidak langsung meminta bantun mitra tutur dengan

menawari dengan sopan. Bukti dari tuturan tersebut yakni, “Mas, njenengan

besok Minggu bisa bantuin tugas di Gereja Babarsari?”. Tuturan ini

menunjukkan ketidaklangsungan penutur meminta bantuan dari mitra tutur. Hal

ini jelas memperlihatkan bahwa sebenarnya mitra tutur pasti bersedia membantu

karena memang pengrawit yang aktif. Secara otomatis tuturan tersebut dianggap

santun karena tidak langsung memaksa mitra tutur untuk ngrawit, apalagi

kekurangan pengrawit. Oleh karena itu, tuturan ini termasuk tuturan yang santun.

Tabel 70: Analisis 66 Skala Ketidaklangsungan

DT.12

Hari/ tanggal : Selasa, 25 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Teman-teman, gimana ini besok

ordinariumnya mau pakai yang

Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan

Allah?” P2 : “Nggo sik Kratoning Allah waé.”

(P2 : “Pakai yang Kerajaan Allah saja.”)

P1 : “Yang Kerajaan Allah, Mas?”

P2 : “Soalé sing biyèn dah pernah

pakek yang Gaya Sundha, kan.”

(P2 : “Soalnya yang dulu sudah pernah

menggunakan Gaya Sunda,

bukan?”)

P1 : “Ok, deh. Kita pakai yang

Kerajaan Allah, ya teman-

teman.”

Tuturan tersebut diucapkan

ketua panitia Festival Sekar Geni

kepada para pengrawit dan

petugas kor. P1 sebagai penutur

perempuan memberikan pilihan

gaya lagu ordinarium yang mau

dinyanyikan untuk mengiringi

misa di Gereja Babarsari. P2

sebagai mitra tutur laki-laki

menanggapi untuk menggunakan

Gaya Kerajaan Allah. Akhirnya

P1 memutuskan bahwa gaya

yang digunakan dalam tugas kor

adalah Gaya Kerajaan Allah.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data di atas merupakan tuturan P1 sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

130

penutur perempuan yang termasuk ke dalam kategori tuturan santun. Hal ini

terlihat bahwa penutur tidak langsung menentukan gaya lagu ordinarum yang

akan dinyanyikan. Penutur bertanya terlebih dahulu kepada mitra tutur mengenai

gaya lagu Jawa atau Sunda yang akan digunakan dalam mengiringi misa di gereja.

Tuturan tersebut yaitu, “Teman-teman, gimana ini besok ordinariumnya mau

pakai yang Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan Allah?”. Tuturan ini

mengindikasikan bahwa tuturan si penutur dianggap santun karena tidak langsung

menentukan gaya lagu ordinarium. Hal ini tentu saja menimbulkan tanggapan

yang baik dari mitra tutur dan dapat memberi usulan untuk menentukan gaya lagu

ordinarium. Sehingga baik pengrawit maupun kor tidak merasa dirugikan karena

sudah ada kesepakatan bersama. Maka, tuturan di dalam data ini dikatakan santun.

Tabel 71: Analisis 67 Skala Ketidaklangsungan

DT.08

Hari/ tanggal : Selasa, 11 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Kamu mau nabuh saron sing ndi

é, Mbak Klara?” (P1 : “Kamu mau nabuh saron yang

mana ya, Mbak Klara?”)

P2 : “Disuruh nabuh saron. Tapi....”

P1 : “Arep saron sik kéné apa kana?”

(P1 : “Mau saron yang ini apa itu?”)

P2 : “Yang ini saja lah.”

P1 : “O ya, berarti aku yang di situ.”

Tuturan tersebut dituturkan oleh

P1 sebagai pengrawit laki-laki

yang menabuh saron. P1

memberi peluang untuk P2

sebagai mitra tutur perempuan

yang baru saja ikut latihan

karawitan di ruang karawitan

Mrican.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Tuturan di dalam data ini merupakan tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

131

dari P1 sebagai penutur laki-laki yang dirasa santun karena penutur tidak langsung

menempati saron yang akan dipukul. Penutur juga bermaksud agar mitra tutur

segera menempati posisi sesuai dengan perannya. Penutur bertanya terlebih

dahulu kepada P2 sebagai mitra tutur perempuan tentang saron mana yang akan

dipukul oleh mitra tutur. “Kamu mau nabuh saron sing ndi é, Mbak Klara?”,

itulah bukti tuturan penutur kepada mitra tutur. Secara otomatis menunjukkan

bahwa tuturan yang dituturkan oleh penutur dianggap santun karena tidak

langsung menyuruh mitra tutur untuk menempati saron 1 atau saron 2. Apabila

penutur langsung menyuruh mitra tutur untuk memukul saron 2 maka akan

merugikan mitra tutur karena sudah terbiasa memukul saron 1. Dalam data ini

penutur bertanya terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mitra tutur akan

memukul saron yang mana. Oleh karena itu, tuturan ini tergolong tuturan santun.

Tabel 72: Analisis 68 Skala Ketidaklangsungan

DT.13

Hari/ tanggal : Kamis, 27 April 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Paingan

Data Konteks

P1 : “Arep ngudud-ngudud sik, jon?”

(P1 : “Mau merokok dulu yuk, jon?”)

P2 : “Kowé gawa, jon?”

(P2 : “Apa kamu bawa, jon?”)

P1 : “Iya iki.”

(P1 : “Iya ini.”

P2 : “Ya sini, jon, tak minta.”

P1 : “Nèng kana waé lé udud, jon.”

(P1 : “Merokok di sana saja, jon.”)

P2 : “Kéné waé napa.”

(P2 : “Di sini saja.”)

P1 : “Ra pénak asapé. Jaba waé sing

nyaman.

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang mengajak untuk

merokok sebelum latihan

karawitan dimulai. P1 mengajak

merokok di luar ruang karawitan

Paingan karena banyak

pengrawit perempuan yang

sudah berlatih karawitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

132

(P1 : “Tidak enak asapnya. Di luar saja

yang nyaman.”)

P2 : “Iya ya. Ok-ok.”

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data di atas merupakan percakapan antara P1

sebagai penutur laki-laki dengan P2 sebagai mitra tutur laki-laki dalam suasan

menunggu latihan karawitan dimulai. Dalam data ini terlihat kedua partisipan

tutur sangat mengerti alur pembicaraan yang tengah mereka lakukan. Dari tuturan

ini dapat dilihat bahwa tuturan berjalan dengan baik dan lancar. Keduanya tidak

mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerti alur pembicaraan. Tuturan

penutur secara tidak langsung mengindikasikan bahwa penutur ingin mengajak

mitra tutur agar tidak bosan menunggu latihan karawitan dimulai. Tuturan

tersebut yaitu, “Arep ngudud-ngudud sik, jon?”. Penekanan tuturan ini tidak

langsung mengajak mitra tutur untuk merokok, tetapi bermaksud menawari mitra

tutur. Maka tuturan ini termasuk dalam kategori tuturan yang santun karena

penutur secara tidak langsung bermaksud untuk mengajak mitra tutur merokok

sembari menunggu latihan karawitan dimulai.

Tabel 73: Analisis 69 Skala Ketidaklangsungan

DT.14

Hari/ tanggal : Jumat, 28 April 2017

Lokasi : Gereja Maria Assumpta Babarsari

Data Konteks

P1 : “Ana umat lingkunganku ki

rasan-rasan nèk misa pingin nggo

gamelan.”

(P1 : “Ada umat lingkunganku punya

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pelatih gamelan untuk menawari

mengiringi kor misa

menggunakan gamelan di Gereja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

133

niat kalau misa pakai gamelan.”)

P2 : “Nggèné njenengan ki paroki

pundi, Mas?”

(P2 : “Lingkunganmu ikut paroki

mana, Mas?”)

P1 : “Mèlu Pringwulung.”

(P1 : “Ikut Pringwulung.”)

P2 : “O, Pringwulung, ta. Napa ten

mriku ènten gamelané, Mas?” (P2 : “O, Pringwulung. Apa di sana

ada gamelan, Mas?”)

P1 : “Ora ana. Ning wongé lé rasan-

rasan ora gelem kandha langsung

nèng UKM. Ha nèk gelem mono,

cah-cah arep dha gelem nabuh

apa ora.”

(P1 : “Tidak ada. Tapi orangnya hanya

berharap, belum berani meminta

ke UKM. Kalau bisa dan sanggup,

teman-teman ada yang mau

mengiringi apa tidak.”)

P2 : “Mungkin nggih purun, Mas.”

(P2 : “Mungkin saja mau, Mas.”)

Pringwulung, ketika sedang

berkumpul di depan Gereja

Babarsari untuk gladi bersih

mengiringi misa penggalan dana

Festival Sekar Geni.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Data ini merupakan tuturan penutur dan mitra

tutur sebelum mulai gladi bersih tugas mengiringi misa di gereja. Dengan

santainya mitra tutur bertanya secara langsung bahwa ia ingin diajak menjadi

pengrawit apabila umat lingkungan penutur tugas kor di gereja menggunakan

gamelan. Mitra tutur secara tidak langsung bertanya, “O, Pringwulung, ta. Napa

ten mriku ènten gamelané, Mas?”. Hal ini menandakan bahwa mitra tutur

bermaksud agar dapat menjadi bagian dari tugas kor tersebut. Sehingga penutur

merasa diuntungkan karena ditanggapi dengan baik oleh mitra tutur. Maka tuturan

ini termasuk tuturan yang santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

134

Tabel 74: Analisis 70 Skala Ketidaklangsungan

DT.18

Hari/ tanggal : Senin, 22 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Mbak Sherly besok ikut ke Solo

apa enggak e?” P2 : “Iya aku besok ikut, Ras.”

P1 : “Boncengan sama siapa, Mbak?

Pilih aku apa Mas Lukas? Eaaaaa.”

P2 : “Sama Lukas.”

P1 : “Yey... akhirnya aku ada

temen cewek.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempan

dan P2 sebagai mitra tutur

perempuan mitra tutur akan

belajar macapat. Tuturan ini

memberikan pilihan kepada

mitra tutur.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Tuturan tersebut merupakan tuturan penutur

yang dapat dikatakan santun karena penutur tidak langsung mengajak mitra tutur

untuk ikut menemani ke Solo. Penutur bertanya terlebih dahulu kepada mitra tutur

mengenai mitra tutur ingin ikut ke Solo atau tidak. “Mbak Sherly besok ikut ke

Solo apa enggak e?”, merupakan tuturan penutur yang diucapkan kepada mitra

tutur. Secara otomatis tuturan tersebut dianggap santun karena tidak langsung

mengajak mitra tutur untuk ikut ke Solo. Tanggapan mitra tutur terkesan baik

terlihat percakapan berjalan lancar tanpa kesulitan apapun. Mitra tutur

menanggapi tuturan penutur dan menyatakan ikut ke Solo, sehingga ekspresi

penutur menjadi senang. Hal ini menguntungkan penutur. Maka data ini termasuk

dalam kategori tuturan santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

135

Tabel 75: Analisis 71 Skala Ketidaklangsungan

DT.24

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Sekarang kita lanjut ke ini aja

ya, ke pendataan. Untuk

sementara expo Insadha itu nanti

tergantung hasil rapat

berikutnya. Gitu ya, teman-

teman.”

P2 : “Ok.”

P1 : “Sekarang didata dulu aja. Mulai

dari workshop BKHI. Siapa aja

yang bisa ikut? Ose bisa?” P2 : “Iya bisa.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. P1 memimpin rapat

UKM di ruang karawitan Mrican

untuk menentukan pengrawit

yang bersedia menabuh dalam

workshop BKHI.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Tuturan tersebut merupakan tuturan penutur

yang dapat dikatakan santun karena penutur tidak langsung menyuruh mitra tutur

untuk ikut menjadi pengrawit dalam acara workshop BKHI. Penutur bertanya

terlebih dahulu kepada mitra tutur mengenai mitra tutur ingin ikut acara workshop

BKHI atau tidak. “Sekarang didata dulu aja. Mulai dari workshop BKHI. Siapa

aja yang bisa ikut? Ose bisa?, merupakan tuturan penutur yang diucapkan kepada

mitra tutur. Secara otomatis tuturan tersebut dianggap santun karena tidak

langsung mengajak mitra tutur untuk bertugas menjadi pengrawit dalam acara itu.

Tanggapan mitra tutur terkesan baik terlihat percakapan berjalan lancar tanpa

kesulitan apapun. Mitra tutur menanggapi tuturan penutur dan menyatakan ikut,

sehingga ekspresi penutur menjadi senang. Hal ini menguntungkan penutur. Maka

data ini termasuk dalam kategori tuturan santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

136

Tabel 76: Analisis 72 Skala Ketidaklangsungan

DT.21

Hari/ tanggal : Rabu, 31 Mei 2017

Lokasi : UKM Seni Karawitan Mrican

Data Konteks

P1 : “Budi besok mau ikut yang apa?

Mèh nabuh semua apa pilih yang

mana?” P2 : “Lhaaa kalo aku ya terserah.

Semua itu bisa. Hahahaha....”

P1 : “Berarti bisa semua ya. Yang

workshop BKHI, wisuda,

kolaborasi TSD, expo Insada,

project Nasa di ISI ya, Bud.”

P2 : “Iya, kalo aku ya ok-ok saja.

Mumpung selo kok yo.”

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki saat rapat pengurus

UKM Seni Karawitan membagi

pengrawit pada beberapa event

mendatang. P1 memberikan

pilihan-pilihan kepada P2 dalam

rapat tersebut.

Jika tuturan-tuturan di atas dikaji berdasarkan skala ketidaklangsungan

maka akan tampak sebagai berikut. Tuturan tersebut merupakan tuturan penutur

yang dapat dikatakan santun karena penutur tidak langsung meminta tolong

dengan menyuruh mitra tutur untuk ikut menjadi pengrawit dalam beberapa acara.

Penutur bertanya terlebih dahulu kepada mitra tutur mengenai mitra tutur ingin

ikut menjadi pengrawit dalam satu acara atau semua acara yang sudah terjadwal.

Tuturan tersebut adalah, “Budi besok mau ikut yang apa? Mèh nabuh semua

apa pilih yang mana?”. Tuturan ini merupakan tuturan penutur yang diucapkan

kepada mitra tutur secara tidak langsung. Penutur bermaksud menyuruh mitra

tutur untuk membantu ngrawit pada acara tersebut. Secara otomatis tuturan

tersebut dianggap santun karena tidak langsung mengajak mitra tutur untuk

bertugas menjadi pengrawit dalam acara itu. Tanggapan mitra tutur terkesan baik

terlihat percakapan berjalan lancar tanpa kesulitan apapun. Mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

137

menanggapi tuturan penutur dan menyatakan ikut, sehingga ekspresi penutur

menjadi senang. Hal ini berarti menguntungkan penutur. Maka data ini termasuk

dalam kategori tuturan santun.

Tabel 77: Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa

UKM Seni Karawitan Dari Skala Ketidaklangsungan

No Urutan Analisis Kode

Data

Skala Ketidaklangsungan

Santun Tidak Santun

1. Analisis 48 DT.06

2. Analisis 49 DT.09

3. Analisis 50 DT.10

4. Analisis 51 DT.15

5. Analisis 52 DT.07

6. Analisis 53 DT.22

7. Analisis 54 DT.01

8. Analisis 55 DT.02

9. Analisis 56 DT.03

10. Analisis 57 DT.05

11. Analisis 58 DT.04

12. Analisis 59 DT.19

13. Analisis 60 DT.16

14. Analisis 61 DT.17

15. Analisis 62 DT.20

16. Analisis 63 DT.23

17. Analisis 64 DT.11

18. Analisis 65 DT.12

19. Analisis 66 DT.08

20. Analisis 67 DT.13

21. Analisis 68 DT.14

22. Analisis 69 DT.18

23. Analisis 70 DT.24

24. Analisis 71 DT.21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

138

4.3 Pembahasan

Dalam suatu pertuturan yang terpenting dan harus diperhatikan adalah

bagaimana penutur dan mitra tutur (antar pengrawit) mengerti arah dan tujuan

pembicaraan di manapun berada, tidak hanya saat pembelajaran karawitan di

ruang karawitan. Orang lain tidak hanya menilai tanpa melihat konteks yang

mempengaruhi kesantunan tuturan yang terjadi di sekitarnya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara penutur dan mitra tutur

agar tuturan yang berlangsung menjadi santun, yaitu 1) seberapa besar

keuntungan atau kerugian yang diberikan oleh penutur dan mitra tutur atau

sebaliknya (skala untung rugi), 2) seberapa besar penutur memberikan pilihan-

pilihan dan keleluasaan kepada mitra tutur atau sebaliknya, 3) penutur berusaha

berbasa-basi terlebih dahulu saat menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur

atau sebaliknya (skala ketidaklangsungan). Ketiga hal itu merupakan teori skala

kesantunan Geoffrey Leech yang digunakan sebagai alat ukur tingkat kesantunan

berkomunikasi.

4.3.1 Skala Untung-Rugi

Berdasarkan analisis di atas tuturan yang diujarkan oleh penutur kepada

mitra tutur saat percakapan yang berlangsung, sebagian besar masih tergolong

santun. Sebab penutur menggunakan kata-kata atau kalimat yang menandakan

bahwa tuturan itu memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Berkaitan dengan

hal ini santunnya tuturan tampak dari tuturan penutur bahwa tuturannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

139

menguntungkan mitra tutur. Dapat dibuktikan pada data tuturan ini: “Ris, gini ya.

Nem ma nem, nem ma nem ma, ro ji ro, ro ji ro ji, lu ro lu, lu ro lu ro.” (DT.19

analisis 6), “Besok Mas Eko mengajari mereka berlatih gamelan, Mas.” (DT.20

analisis 9), “Boleh, Mas. Tak bawain dulu aja.” (DT.16 analisis 7). Kalimat-

kalimat yang dituturkan penutur pada percakapan dengan mitra tutur tersebut

menandakan bahwa penutur memberikan keuntungan kepada mitra tutur.

Demikian juga tuturan yang diucapkan oleh mitra tutur juga menguntungkan

penutur. Mitra tutur tidak merasa dirugikan, bahkan dapat saling menguntungkan

antara penutur dan mitra tutur.

Saat berkomunikasi yang dilakukan penutur dan mitra tutur tentu saja

tidak dapat terlepas dengan adanya tuturan-tuturan yang dinilai tidak santun yang

dituturkan penutur kepada mitra tutur. Misalnya dengan tuturan sebagai berikut.

“Uculké gundhulmu kuwi. Pindhahké sisan kuwi.” (DT.03 analisis 3), “Saiki

jam pira ya? Kowé mau ki malah nandi, jon?” (DT.10 analisis 21). Tuturan

tersebut telah mencerminkan bahwa tuturan yang diujarkan kepada mitra tutur

tidak santun. Kalimat itu menandakan bahwa penutur sangat merugikan mitra

tutur. Maka dengan munculnya penekanan-penekanan kalimat tersebut, tuturan

yang dituturkan penutur kepada mitra tutur dapat digolongkan sebagai tuturan

yang tidak santun dan merugikan mitra tutur. Dalam skala untung-rugi telah

dipaparkan mengenai seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan

penutur kepada mitra tutur. Penutur yang santun sebaiknya merugikan diri sendiri,

bukan meninggikan diri sendiri bahkan merugikan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

140

4.3.2 Skala Pilihan

Pembahasan selanjutnya tentang seberapa besar penutur memberikan

pilihan-pilihan kepada mitra tutur saat melakukan pembicaraan. Dalam melakukan

pembicaraan antara penutur dan mitra tutur, terdapat tuturan-tuturan yang

menandakan santun atau tidaknya tuturan dilihat dari skala pilihan. Berikut ini

tuturan-tuturan yang penutur kepada mitra tutur dilihat dengan skala pilihan.

“Masé mau ikut kor atau gamel?” (DT.11 analisis 25), “Teman-teman, gimana

ini besok ordinariumnya mau pakai yang Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan

Allah?” (DT.12 analisis 26), “Budi besok mau ikut yang apa? Mèh nabuh

semua apa pilih yang mana?” (DT.21 analisis 32). Tuturan-tuturan di atas

merupakan penanda pilihan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur.

Dengan munculnya pilihan-pilihan yang diberikan penutur kepada mitra tutur

berarti tuturan dikategorikan ke dalam tuturan yang santun.

Demikian juga ketika penutur sama sekali tidak memberikan suatu pilihan

atau keleluasaan kepada mitra tutur. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut, “Besok

Mas Eko mengajari mereka berlatih gamelan, Mas.” (DT.20 analisis 41), “Lé

nabuh ki ya kepiyé nèk dhobel-dhobel ngono kuwi?” (DT.15 analisis 46).

Tuturan tersebut merupakan tuturan yang sama sekali tidak memberikan pilihan

dan keleluasaan apapun kepada mitra tutur. Maka tuturan ini dikategorikan ke

dalam tuturan yang tidak santun.

Tuturan di atas mengacu pada teori Leech terutama skala pilihan yang

mengungkapkan mengenai seberapa besar penutur memberikan pilihan kepada

mitra tutur. Penutur sebaiknya tidak mengharuskan mitra tutur untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

141

tindakan yang diinginkan penutur. Jika penutur memaksa, maka penutur dianggap

tidak santun dalam berkomunikasi.

4.3.3 Skala Ketidaklangsungan

Pembahasan ini membahas tuturan yang menandakan santun dan tidaknya

tuturan penutur kepada mitra tutur. Dapat dilihat tuturan berikut ini. “Dikepénaké

waé.” (DT.06 analisis 48), “Lho, ini kotak snack siapa, Is?” (DT.09 analisis 49),

“Lho itu pekingnya kok diam aja? Vi, Novi itu pekingnya nganggur.” (DT.22

analisis 53). “Nes, Nesha, tolong kipas anginnya, Nes.” (DT.04 analisis 58).

Tuturan-tuturan di atas merupakan penanda bahwa tuturan yang dituturkan

bersifat tidak langsung. Penutur secara tidak langsung menuturkan apa yang

diinginkan dengan basa-basi kepada mitra tutur. Penutur tidak diperbolehkan

terang-terangan menyampaikan maksud dari tuturan yang diujarkan, karena

semakin langsung maksud dari tuturan tersebut terucap, tuturan menjadi tidak

santun, begitupun sebaliknya jika semakin tidak langsung tuturan diucapkan maka

semakin santun tuturan itu. Oleh karena itu tuturan dengan penekanan ini

termasuk dalam kategori tuturan yang santun.

Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menyampaikan maksud

dari tuturannya, baik secara langsung maupun dengan cara basa-basi (tidak

langsung) agar tuturan yang dituturkan kepada mitra tutur tidak menyinggung.

Skala ketidaklangsungan (inderectness scale) merujuk pada peringkat langsung

atau tidak langsungnya “maksud” suatu tuturan. Semakin tuturan bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

142

langsung akan dianggap tidak santun, sedangkan semakin tidak langsung maksud

tuturan dianggap semakin santun tuturan itu.

Gunarman (1994:87) mengatakan bahwa makin tembus pandang atau

transparan atau makin jelas maksud sebuah ujaran, maka makin langsunglah

ujaran tersebut dituturkan, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, dalam suatu

tuturan kita harus bisa mengontrol tuturan yang akan diujarkan. Penutur tidak

boleh terang-terangan menyampaikan maksud karena dianggap tidak santun.

Pranowo (2014:211) menjelaskan bahwa agar tuturan semakin santun,

penutur akan menggunakan tuturan tidak langsung kepada mitra tutur agar dapat

memahami maksud penutur. Jika mitra tutur mulai berkenan dengan penutur,

biasanya mitra tutur “mengajak” berkomunikasi secara langsung.

Berikut ini akan disajikan tabel dan grafik tingkat kesantunan hasil analisis

dari 24 data tuturan berdasarkan tiga skala kesantunan.

Tabel 78: Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Berdasarkan Skor Aspek

Penentu Kesantunan

Data

Tingkat Kesantunan

Sangat

Santun Santun

Kurang

Santun

Tidak

Santun

DT.01

DT.02

DT.03

DT.04

DT.05

DT.06

DT.07

DT.08

DT.09

DT.10

DT.11

DT.12

DT.13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

143

DT.14

DT.15

DT.16

DT.17

DT.18

DT.19

DT.20

DT.21

DT.22

DT.23

DT.24

Jumlah 13 10 0 1

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 72 analisis data tuturan

berdasarkan tiga skala kesantunan dari 24 data tuturan, data yang memenuhi

ketiga skala kesantunan dengan skor 3 dan tergolong sangat santun berjumlah 13

data. Data yang memenuhi dua skala kesantunan dengan skor 2 dan tergolong

santun berjumlah 10 data, sementara data yang memenuhi satu skala kesantunan

dengan skor 1 dan tergolong kurang santun tidak ada. Data yang tidak memenuhi

ketiga skala kesantunan dengan skor 0 dan tergolong tidak santun berjumlah 1.

Apabila daftar tingkat kesantunan tersebut dibuat dalam bentuk grafik, maka

dapat dilihat sebagai berikut.

Grafik 1: Tingkat Kesantunan Berdasarkan Aspek Penentu Kesantunan

SS, 13

S, 10

KS, 0 TS, 1

0

5

10

15

Tuturan

Tin

gkat

Ke

san

tun

an

Tingkat Kesantunan Berdasarkan Aspek Penentu Kesantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

144

Selanjutnya, grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada skala untung-

rugi, yang tergolong tuturan santun berjumlah 20 tuturan, sementara tuturan tidak

santun berjumlah 4 tuturan. Pada skala pilihan, tuturan yang santun berjumlah 16

tuturan, sementara tuturan tidak santun berjumlah 8 tuturan. Skala

ketidaklangsungan, tuturan santun berjumlah 23 tuturan dan tuturan tidak santun

berjumlah 1 tuturan. Maka jika dijumlahkan, data tuturan pada analisis data

penelitian ini ada 72 data tuturan. Dengan begitu, berdasarkan analisis data

tuturan dengan menggunakan tiga skala kesantunan tersebut, jumlah tuturan yang

santun ada 59 data tuturan, sedangkan jumlah tuturan tidak santun ada 13 data

tuturan.

Grafik 2: Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Secara Khusus

Untung-Rugi Pilihan Ketidaklangsungan

Santun 20 16 23

Tidak Santun 4 8 1

0

5

10

15

20

25

Jum

lah

Tu

tura

n

Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Secara Khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

145

Berikut ini grafik yang menunjukkan tingkat kesantunan berkomunikasi

antara tuturan santun dengan tuturan tidak santun secara umum.

Grafik 3: Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Secara Umum

Dari grafik tersebut dapat diamati bahwa jumlah tuturan santun tercatat 59

data tuturan, sementara tuturan tidak santun berjumlah 13 data tuturan. Maka,

tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma di

lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan tergolong santun.

Uraian di atas jika dirangkum dapat dikatakan bahwa tuturan yang

dituturkan baik penutur maupun mitra tutur harus disesuaikan dengan konteks

yang ada di sekitarnya (kapan tuturan harus diucapkan, di mana tuturan itu

diujarkan, siapa mitra tutur kita, dan bagaimana maksud dari tuturan yang

dituturkan).

Setiap manusia sebagai makhluk sosial tentu saja menginginkan agar

setiap interaksi dapat berjalan dengan baik. Tuturan dan ungkapan yang menarik

Santun Tidak Santun

Tidak Santun 0 13

Santun 59 0

0

10

20

30

40

50

60

70

Jum

lah

Tu

tura

n

Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Secara Umum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

146

sebagai harapan semua orang. Begitu juga dengan tuturan mahasiswa Universitas

Sanata Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan.

Mereka berkeinginan agar tuturan yang muncul dapat mudah dipahami dan santun

meskipun tidak harus menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil. Penggunaan

bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Indonesia dengan ungkapan dan tuturan santun

sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar karawitan. Penggunaan bahasa

Jawa Ngoko yang dituturkan oleh penutur tidak berarti tuturan tersebut tidak

santun karena penutur memberikan pujian atau menguntungkan diri mitra tutur

atau memberikan pilihan dan keleluasaan. Hal ini sesuai dengan indikator

kesantunan Leech.

Pembahasan di atas secara perlahan dapat membuka wawasan kita

terhadap pertanyaan, bagaimanakah tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa

Universitas Sanata Dharma di lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan.

Hasil analisis dari 24 data tuturan dengan menggunakan tiga skala kesantunan

tersebut menunjukkan bahwa pada skala untung-rugi, tuturan santun berjumlah 20

tuturan dan tuturan tidak santun berjumlah 4 tuturan. Pada skala pilihan, tuturan

santun ada 16 tuturan dan tuturan tidak santun ada 8 tuturan, sedangkan skala

ketidaklangsungan, tuturan santun tercatat 23 tuturan dan tuturan tidak santun ada

1 tuturan. Maka jumlah data tuturan pada analisis penelitian ini ada 72 data

tuturan dengan rincian jumlah tuturan santun ada 59 tuturan, sedangkan jumlah

tuturan tidak santun ada 13 tuturan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat

kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma di lingkup Unit

Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan sebagian besar tergolong santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

147

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini diuraikan dua hal, yaitu 1) simpulan dan 2) saran. Simpulan

ini berisi rangkuman dari keseluruhan penelitian ini, sementara saran berisi hal-

hal yang perlu demi penelitian lanjutan.

5.1 Simpulan

Penelitian ini telah membahas pokok masalah mengenai tingkat

kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma di lingkup Unit

Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan. Peneliti memperoleh beberapa hal yang

dapat disimpulkan pada analisis ini berdasarkan pada bab yang telah disajikan

sebelumnya. Berikut ini ada 2 hal yang dapat disimpulkan.

1. Tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma

di lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan tergolong masih

cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tuturan bahwa

sebagian besar tuturan masih tergolong santun. Dari data tuturan yang

dianalisis dengan menggunakan tiga skala kesantunan, tuturan mahasiswa

yang santun tercatat ada 59 tuturan, sedangkan tuturan yang tidak santun

ada 13 tuturan. Di dalam analisis yang telah dilakukan oleh peneliti

memang terdapat tuturan yang santun dan tidak santun, tetapi dari hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

148

analisis ini tingkat kesantunan mahasiswa Universitas Sanata Dharma di

lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan masih cukup tinggi dan

tergolong santun.

2. Secara khusus, tingkat kesantunan berkomunikasi berdasarkan tiga skala

kesantunan yaitu, skala untung-rugi ada 20 tuturan santun dan 4 tuturan

yang tidak santun, skala pilihan ada 16 tuturan santun dan 8 tuturan tidak

santun, skala ketidaklangsungan ada 23 tuturan santun dan 1 tuturan yang

tidak santun.

5.2 Saran

Penelitian ini tentu memiliki banyak keterbatasan dan jauh dari kata

sempurna. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di dalam tulisan ini, ada

beberapa saran yang sekiranya perlu diperhatikan.

5.2.1 Bagi Peneliti Lanjutan

Penelitian ini membahas tentang tingkat kesantunan berkomunikasi

mahasiswa Universitas Sanata Dharma di lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

Seni Karawitan. Peneliti lain dapat lebih mengembangkan topik-topik

tersebut secara khusus dengan menguraikan tingkat-tingkat kesantunan

berkomunikasi di lingkungan seni karawitan lebih mendalam di lingkungan

Keraton Yogyakarta atau Surakarta. Seni karawitan di lingkungan keraton

pastinya sangat berbeda dengan yang ada di tingkat mahasiswa, baik dari

segi konteks, penggunaan bahasa, nada bicara, maupun sikap bicara (wiraga,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

149

wirasa, wirama) yang muncul di kalangan pengrawit keraton. Oleh karena

itu, bagi pihak yang berminat untuk mengadakan penelitian tentang

kesantunan bahasa, khususnya mahasiswa jurusan bahasa dan sastra

Indonesia untuk melakukan penelitian sejenis.

5.2.2 Bagi Guru

Para guru dapat menjadikan contoh-contoh dalam penelitian ini

sebagai referensi dalam suatu pembelajaran tentang wacana yang sesuai

dengan materi pembelajaran di sekolah, khususnya di tingkat sekolah

menengah. Wacana ini dapat dijadikan contoh tingkat kesantunan

berkomunikasi pengrawit (mahasiswa) kepada para siswa sesuai dengan

konteks dan menempatkan aspek-aspek kesantunan sebagai indikator

pembelajaran yang disusun.

5.2.3 Bagi Masyarakat Pemakai Bahasa

Di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kesantunan tuturan

suatu bahasa perlu diperhatikan. Sebab, penutur maupun mitra tutur pasti

menginginkan untuk dihargai satu sama lain agar keharmonisan interaksi

tetap terjaga dengan baik. Hal paling sederhana untuk menjaga

keharmonisan tersebut melalui tuturan yang diucapkan setiap hari di tengah-

tengah masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

150

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Djajasudarma, T. F. 2006. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan

Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Gunarwan, Asim. 1994. “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan

Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik”. Dalam Bambang

Kaswanti Purwo (Penyunting). Pelita 7: Analisis Klausa, Pragmatik

Wacana, Pengkomputeran Bahasa. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Hamid, Hasan Lubis A. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit

Angkasa Bandung.

Kaswanti, Purwo B. 1989. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta:

Kanisius.

Khoyin, Muhammad. 2013. Filsafat Bahasa. Bandung: Pustaka Setia Bandung.

Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Leech, Geoffrey. 1983. Prinsip-prinsip Pramatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nababan, 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

151

Sasmaya, Dike Desintya Dipta Fransiska. 2014. “Tingkat Kesantunan Berbahasa

“Perko” Trotoar Malioboro Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumarwanto, Bambang. 2013. “Tingkat Kesantunan dan Keefektifan Tuturan

Bahasa Slang sebagai Bahasa Percakapan dalam Komunitas Pesepeda di

Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

152

LAMPIRAN I

DATA TUTURAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

DI LINGKUP UNIT KEGIATAN MAHASISWA SENI KARAWITAN

Keterangan:

P1 = penutur laki-laki/ perempuan

P2 = mitra tutur laki-laki/ perempuan

No Data Konteks Kode

1 P1 : “Aku pamit duluan ya, Mas,

Mbak.”

P2 : “Gamelané rung disuwuk ki,

Ras.”

(P2 : “Gamelannya belum disuwuk ini,

Ras.”)

P1 : “Iya é. Soalé aku pulang ke

Magelang ini, Mas, biar ndak

kewengèn.”

(P1 : “Iya. Ini aku pulang ke

Magelang Mas, supaya tidak

kemalaman. Kalau Mas pulang

kapan?”)

P2 : “O ya, ati-ati.”

(P2 :” O ya, hati-hati.”)

P3 : “Kéné Magelang sejam nganti

ra?”

(P3 : “Sini ke Magelang satu jam

sampai apa tidak?”)

P2 : “Rong jam yo. Adoh é.”

(P2 : “Dua jam, ya. Lumayan jauh.”)

P1 : “Daaa semua!”

Tuturan tersebut diucapkan

oleh pengrawit perempuan

(P1) kepada pengrawit yang

lain di dalam ruang karawitan,

Mrican. P1 adalah penutur

perempuan sedangkan P2 dan

P3 merupakan mitra tutur laki-

laki. P1 memohon pamit

terlebih dahulu, tetapi P2 dan

P3 meminta P1 agar pulang

bersama-sama. P1 memberikan

alasan bahwa sudah pukul 8

malam dan akan pulang ke

Magelang, tidak ke kos.

Data diambil pada, Rabu 22

Februari 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican

DT.01

2 P1 : “Lho, rung dha teka, ta, bro? Tak

kira nèk aku kèri dhéwé é.”

(P1 : “Lho, belum pada datang, bro?

Aku kira aku yang terlambat

datang.”)

P2 : “Urung kok. Aku waé gèk ntas

Tuturan tersebut diucapkan

oleh pengrawit laki-laki (P1)

kepada pengrawit laki-laki

(P2) di Ruang Drost, Paingan

ketika akan latihan karawitan

DT.02

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

153

tekan, bro.”

(P2 : “Belum. Aku saja baru saja

sampai, bro.”

P1 : “Mas Éko ya rung teka pa?”

(P1 : “Apa Mas Eko juga belum

datang?”)

P2 : “Gèk otw paling.”

(P2 : Mungkin masih otw.”)

P1 : “Asem kok, tuas aku banter-

banter nganti rung madhang

barang.”

(P2 : “Asem, padahal aku sudah

terburu-buru sampai belum

sempat makan.”)

P2 : “Hayo dientèni bro. Hahaha...”

(P2 : “Ya ditunggu dulu, bro. Hahaha”)

untuk wayang kulit. P1

terkejut karena pengrawit yang

lain belum datang, padahal

sudah terburu-buru bahkan

belum sempat untuk makan.

Lalu P2 menanggapi agar

sama-sama menunggu semua

berkumpul dulu.

Data diambil pada, Rabu 8

Maret 2017 di UKM Seni

Karawitan Paingan.

3 P1 : “Ndi, mrénéa gocèkna kempulé

iki!”

(P1 : “Ndi, sini pegangkan kempul

ini!”)

P2 : “Isa ra?”

(P2 : “Bisa tidak?”)

P1 : “Wahés! Alon-alon ta, Ndi!”

(P1 : “Aduh! Pelan-pelan saja, Ndi!”)

P2 : “Iya! Malah tok uculké.”

(P2 : “Iya! Malah kamu lepaskan.”)

P1 : “Uculké gundhulmu kuwi.

Pindhahké sisan kuwi.”

(P1: “Lepaskan kepalamu itu.

Pindahkan juga yang itu.”)

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) yang

memukul kempul kepada

pengrawit laki-laki (P2). P1

meminta P2 yang sedang

berdiskusi di samping gamelan

untuk memindahkan posisi

kempul supaya pas.

Data diambil pada, Rabu, 29

Maret 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.03

4 P1 : “Nes, Nesha, tolong kipas

anginnya diklikkan, nomor 2

saja.”

P2 : “Ok, Mas. Kebetulan dari tadi

aku juga gerah e.”

P1 : “Hahaha... biar silir jé.”

(P1 : “Hahaha... supaya semilir.”)

P2 : “Kena apa nggak, Mas?”

(P2 : “Kena apa tidak, Mas?”)

P1 : “Iya, kena. Dah makasih, Nes.”

Tuturan diucapkan oleh

pengrawit laki-laki (P1)

kepada pengrawit perempuan

(P2) di ruang karawitan,

Mrican. P1 meminta kepada

P2 saat latihan wayang kulit

untuk menghidupkan kipas

angin supaya ruangan tidak

panas.

Data diambil pada, Kamis, 30

Maret 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

154

5 P1 : “Waduh, lha aku suruh make

surjan yang mana? Weeeeh..”

P2 : “Lha piyé?”

(P2 : “Gimana?”)

P1 : “Kok aku ndak dijatah surjan?”

(P1 : “Kenapa aku tidak diberi surjan?”

P2 : “Salahé wingi ra omong!”

(P2 : “Salahmu kemarin tidak minta!”)

P1 : “Nyebai!”

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1)

kepada pengrawit laki-laki

(P2) di Ruang Kadarman jam 7

pagi saat akan mengenakan

surjan untuk mengiringi

wisuda. Namun P2 sebagai

petugas kostum justru

menyalahkan P1 yang

sebelumnya tidak meminta

surjan.

Data diambil pada, Sabtu, 8

April 2017 di Ruang

Kadarman, Gedung Pusat

USD, Mrican.

DT.05

6 P1 : “Jeng, gini lho. Kalo pas playon

nabuhnya lombo waé.”

(P1 : “Jeng, seperti ini. Kalau pas

playon memukulnya lombo saja.”)

P2 : “Lombo gimana, Mas?”

P1 : “Lombo ki alusan, nggak mak

jlèng. Misalé, tlung ndak tak tak

nong nèng nong. Alusan waé,

kejaba sesek.”

(P1 : “Lombo itu halus, tidak

mengejutkan. Misalnya, tlung ndak

tak tak nong neng nong. Halus saja

memukulnya, tidak seperti sesek.”)

P2 : “Ok-ok, siap, Mas.”

P1 : “Dikepénaké waé.”

(P2 : “Dienakkan saja.”

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur laki-

laki kepada P2 sebagai mitra

tutur perempuan. Penutur

adalah pengendang latihan

wayang kulit. P1

mengingatkan P2 yang

menabuh demung agar

menabuhnya halus jika aba-

aba kendang halus. Namun

jika sesek (cepat dan keras),

maka semua cepat dan keras

juga.

Data diambil pada, Senin, 10

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.06

7 P1 : “Aduh, kesandung.”

P2 : “Walah hati-hati lho, Mar. Sakit

ra e?”

P1 : “Hehe.., ndak kok, Mas.”

(P1 : “Hehe.., tidak sakit, Mas.”)

P2 : “Beneran? Soalé aku dhisik wis

tau nyandhung rancakan demung

malahan.”

(P2 : “Benarkah? Soalnya aku dulu

Tuturan tersebut diucapkan P1

perempuan karena kakinya

menyandung gamelan yang

keras. P2 sebagai mitra tutur

laki-laki menanggapi karena

kakinya dulu juga pernah

menyandung gamelan hingga

sakit nyeri.

DT.07

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

155

sudah pernah menyandung

rancakan demung.”)

P1 : “Sebenernya ya sakit, Mas.”

Data diambil pada, Senin, 10

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

8 P1 : “Kamu mau nabuh saron sing ndi

é, Mbak?”

(P1 : “Kamu mau nabuh saron yang

mana ya, Mbak Klara?”)

P2 : “Disuruh nabuh saron. Tapi....”

P1 : “Arep saron sik kéné apa kana?”

(P1 : “Mau saron yang ini apa itu?”)

P2 : “Yang ini saja lah.”

P1 : “O ya, berarti aku yang di situ.”

Tuturan tersebut dituturkan

oleh P1 sebagai pengrawit

laki-laki yang menabuh saron.

P1 memberi peluang untuk P2

sebagai mitra tutur perempuan

yang baru saja ikut latihan

karawitan di ruang karawitan

Mrican.

Data diambil pada, Selasa, 11

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.08

9 P1 : “Lho, ini kotak snack siapa, Is?”

P2 : “Kayaknya itu untuk dalang,

Mas. Andi tadi bilang kalau snack

yang untuk dalang ada di plastik

besar.”

P1 : “Dhalangé ra teka 2 ki?”

(P1 : “Dalangnya yang 2 tidak datang?

P3 : “Mbok dibuka di sini aja, Mas.”

(P3 : “Ya dibuka di sini saja, Mas.”

P1 : “Joss iki. Makasih yo, Ras.”

(P1 : “Asyik ini. Terima kasih, Ras.)

Tuturan diucapkan oleh P1

setelah latihan karawitan

selesai. P1 ingin membuka

kotak snack bagian 2 dalang

dengan menanyakan bahwa

snack itu milik siapa. Lalu P2

menanggapi dengan memberi

keterangan dari petugas

konsumsi. P3 sebagai dalang

ke-3 menyuruh untuk

memakan snack itu.

Data diambil pada, Rabu, 19

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.09

10 P1 : “Saiki jam pira ya? Kowé mau ki

malah nandi, jon?”

(P1 : “Sekarang jam berapa ya? Kamu

tadi ke mana, jon?”)

P2 : “Lagi garap tugas jé.”

(P2 : “Sedang mengerjakan tugas.”)

P1 : “Lha piyé kenongé?”

(P1 : “Itu kenongnya bagaimana?”)

P2 : “Yo sorry. Mau ana sik nabuh

kan?”

(P2 : “Maaf. Tadi ada yang memukul,

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur laki-

laki kepada P2 sebagai mitra

tutur laki-laki yang datang

terlambat saat gladi bersih

pergelaran wayang kulit yang

dimulai pukul 18.00 WIB di

Panggung Realino, Mrican. P2

datang terlambat, tidak sesuai

dengan kesepakatan yang telah

DT.10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

156

kan?”)

P1 : “Untung ya ana sing nabuh.”

(P1 : “Untung ya ada yang memukul.”)

P2 : “Sapa mau sik nabuh?”

(P2 : “Siapa tadi yang memukul?”)

P1 : “Oyèn ro aku mau gantian.”

(P1 : “Oyen dan aku tadi gantian.”)

P2 : “Ok, makasih, Mas Nug..”

(P2 : “Ok, terima kasih, Mas Nug.”)

disetujui dengan panitia.

Data diambil pada, Jumat, 21

April 2017 di Panggung

Realino Mrican.

11 P1 : “Mas, njenengan besok Minggu

bisa bantuin tugas di Gereja

Babarsari?”

(P1 : “Mas, kamu besok Minggu bisa

membantu tugas di Gereja

Babarsari?”)

P2 : “Tugas buat apa é, Mar?”

(P2 : “Tugas untuk apa itu, Mar?”)

P1 : “Tugas mengiringi misa, Mas,

penggalangan dana Sekar Geni.”

P2 : “Siap, aku ikut. Aku nabuh apa?”

P1 : “Masé mau ikut kor atau gamel?”

P2 : “Ha rak ya wis akèh ta sik kor?

Ana Budi barang galo. Sik gamel

kurang wong iki, Mar.”

(P2 : “Bukannya sudah banyak yang

kor? Ada Budi juga itu. Yang

gamel kekurangan orang ini,

Mar.”)

P1 : “Oh iya, ya, ndak papa, ikut gamel

waé, Mas.”

(P1 : Oh iya, ya, tidak apa-apa ikut

gamel saja, Mas.”)

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur

perempuan dan ketua panitia

Festival Sekar Geni (Seni

Karawitan Gending Gerejani).

Penutur mengajak P2 sebagai

mitra tutur laki-laki untuk

membantu kor dalam mencari

dana dengan mengiringi misa

di Gereja Babarsari. Namun

mitra tutur hanya mau

membantu mengiringi kor saja

karena kekurangan pengrawit.

Data diambil pada, Selasa, 25

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Paingan.

DT.11

12 P1 : “Teman-teman, gimana ini besok

ordinariumnya mau pakai yang

Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan

Allah?”

P2 : “Nggo sik Kratoning Allah waé.”

(P2 : “Pakai yang Kerajaan Allah saja.”)

P1 : “Yang Kerajaan Allah, Mas?”

P2 : “Soalé sing biyèn dah pernah

pakek yang Gaya Sundha, kan.”

(P2 : “Soalnya yang dulu sudah pernah

menggunakan Gaya Sunda,

bukan?”)

Tuturan tersebut diucapkan

ketua panitia Festival Sekar

Geni kepada para pengrawit

dan petugas kor. P1 sebagai

penutur perempuan

memberikan pilihan gaya lagu

ordinarium yang mau

dinyanyikan untuk mengiringi

misa di Gereja Babarsari. P2

sebagai mitra tutur laki-laki

DT.12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

157

P1 : “Ok, deh. Kita pakai yang

Kerajaan Allah, ya teman-

teman.”

menanggapi untuk

menggunakan Gaya Kerajaan

Allah. Akhirnya P1

memutuskan bahwa gaya yang

digunakan dalam tugas kor

adalah Gaya Kerajaan Allah.

Data diambil pada, 25 April

2017 di UKM Seni Karawitan

Paingan.

13 P1 : “Arep ngudud-ngudud sik, jon?”

(P1 : “Mau merokok dulu yuk, jon?”)

P2 : “Kowé gawa, jon?”

(P2 : “Apa kamu bawa, jon?”)

P1 : “Iya iki.”

(P1 : “Iya ini.”

P2 : “Ya sini, jon, tak minta.”

P1 : “Nèng kana waé lé udud, jon.”

(P1 : “Merokok di sana saja, jon.”)

P2 : “Kéné waé napa.”

(P2 : “Di sini saja.”)

P1 : “Ra pénak asapé. Jaba waé sing

nyaman.

(P1 : “Tidak enak asapnya. Di luar saja

yang nyaman.”)

P2 : “Iya ya. Ok-ok.”

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur laki-

laki kepada P2 sebagai mitra

tutur laki-laki yang mengajak

untuk merokok sebelum

latihan karawitan dimulai. P1

mengajak merokok di luar

ruang karawitan Paingan

karena banyak pengrawit

perempuan yang sudah berlatih

karawitan.

Data diambil pada, Kamis, 27

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Paingan.

DT.13

14 P1 : “Ana umat lingkunganku ki

rasan-rasan nèk misa pingin nggo

gamelan.”

(P1 : “Ada umat lingkunganku punya

niat kalau misa pakai gamelan.”)

P2 : “Nggèné njenengan ki paroki

pundi, Mas?”

(P2 : “Lingkunganmu ikut paroki

mana, Mas?”)

P1 : “Mèlu Pringwulung.”

(P1 : “Ikut Pringwulung.”)

P2 : “O, Pringwulung, ta. Napa ten

mriku ènten gamelané, Mas?”

(P2 : “O, Pringwulung. Apa di sana

ada gamelan, Mas?”)

P1 : “Ora ana. Ning wongé lé rasan-

Tuturan tersebut diucapkan

oleh pelatih gamelan untuk

menawari mengiringi kor misa

menggunakan gamelan di

Gereja Pringwulung, ketika

sedang berkumpul di depan

Gereja Babarsari untuk gladi

bersih mengiringi misa

penggalan dana Festival Sekar

Geni.

Data diambil pada, Jumat, 25

April 2017 di Gereja Maria

Assumpta Babarsari.

DT.14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

158

rasan ora gelem kandha langsung

nèng UKM. Ha nèk gelem mono,

cah-cah arep dha gelem nabuh

apa ora.”

(P1 : “Tidak ada. Tapi orangnya hanya

berharap, belum berani meminta

ke UKM. Kalau bisa dan sanggup,

teman-teman ada yang mau

mengiringi apa tidak.”)

P2 : “Mungkin nggih purun, Mas.”

(P2 : “Mungkin saja mau, Mas.”)

15 P1 : “Ndi, kowé ki asliné nabuh

apa?”

(P1 : Ndi, kamu sebenarnya memukul

apa?”)

P2 : “Nabuh slenthem, Sher.”

(P2 : “Memukul slenthem, Sher.”)

P1 : “Lha kok saroné tok sèlèhké kono

ki napa?”

(P1 : Kenapa saron kamu letakkan di

situ?”)

P2 : “Nabuh loro-loroné.”

(P2 : “Memukul dua-duanya.”)

P1 : “Lé nabuh ki ya kepiyé nèk

dhobel-dhobel ngono kuwi?”

(P1 : “Memukulnya bagaimana kalau

doble-doble seperti itu?”)

P2 : “Oh iya dhing, angèl.”

(P2 : “Betul juga ya, sulit.”)

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur laki-

laki kepada P2 sebagai mitra

tutur laki-laki dan pengrawit

yang terlalu over ingin

manabuh dua alat musik

(slenthem dan saron), ketika

gladi bersih mengiringi misa di

Gereja Babarsari.

Data diambil pada, Jumat, 28

April 2017 di Gereja Maria

Assumpta Babarsari.

DT.15

16 P1 : “Mas, ini sertifikatnya.”

P2 : “Sertifikat apa ya ini, Is?”

P1 : “Sertifikat pergelaran wayang

kulit kemarin, Mas Nug.”

P2 : “Oh, sik Kunthi itu to. Wah

makasih.”

P1 : “Iya, Mas.”

P2 : “Eh, Sil, bisa kamu bawa dulu?

Aku ndak bawa tas besar je.”

P1 : “Boleh, Mas. Tak bawain dulu

aja.”

P2 : “Besok tak ambil nek pas pake tas

besar.”

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

yang menyerahkan sertifikat

pergelaran wayang kulit

setelah latihan gamelan di

ruang karawitan Paingan

sekitar jam 8 malam. P2

sebagai mitra tutur laki-laki

menerima tetapi menitipkan

kepada P1 karena P2 tidak

membawa tas yang besar.

Data diambil pada, Senin, 18

DT.16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

159

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Paingan.

17 P1 : “Maaf, Mas, baru datang. Soalnya

tadi baru ambil „anu‟ buat besok ke

Solo.”

P2 : “Ndak apa-apa. Wong dari tadi

yang lain juga belum pada datang

kok.”

P1 : “Oh ya? Tadi aku juga habis

makan e. Tapi maaf lagi, Mas.

Uang transportnya belum jadi tak

ambil soale Dea tadi lupa bawa

uang kas UKM.”

P2 : “Ndak apa-apa, Mar. Besok aja

ndak apa-apa.”

P1 : “Ok, Mas. Berarti besok aja ya tak

kasih uang transportnya.”

P2 : “Iyes, hahaha...”

Tuturan diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki. Percakapan terjadi

sekitar pukul 18.00 di luar

ruang karawitan Mrican,

tepatnya di dekat pintu masuk

parkiran. P1 meminta maaf

kepada P2 karena tidak jadi

memberikan uang transport ke

Solo untuk mengikuti lomba

nembang macapat senasional.

P1 memaklumi hal itu.

Data diambil pada, Senin, 22

Mei 2017 di Parkiran Aula

Mrican.

DT.17

18 P1 : “Mbak Sherly besok ikut ke Solo

apa enggak e?”

P2 : “Iya aku besok ikut, Ras.”

P1 : “Boncengan sama siapa, Mbak?

Pilih aku apa Mas Lukas? Eaaaaa.”

P2 : “Sama Lukas.”

P1 : “Yeaaaay... akhirnya aku ada temen

cewek.”

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur

perempan dan P2 sebagai mitra

tutur perempuan mitra tutur

akan belajar macapat. Tuturan

ini memberikan pilihan kepada

mitra tutur.

Data diambil pada, Senin, 22

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.18

19 P1 : “Ris, gini ya. Nem ma nem, nem

ma nem ma, ro ji ro, ro ji ro ji, lu

ro lu, lu ro lu ro.”

P2 : “Gimana, Mbak?”

P1 : “Gini lho, Ris. Lihat ya.”

(praktek menabuh bonang barung)

P2 : “Ok, Mbak. Yang nem di atas apa

bawah, Mbak?”

P1 : “Yang bawah. Yang bawah, Ris.

Tuturan itu diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai penutur

perempuan yang berbeda usia.

P1 mengajari menabuh bonang

barung di UKM Seni

Karawitan Paingan setelah

azan magrib.

DT.19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

160

Rong ulihan.”

Data diambil pada, Senin 29

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Paingan.

20 P1 : “Selain BKHI kita juga diminta

mengisi project NASA di ISI.”

P2 : “BKHI ki apa?”

P1 : “Jadi BKHI itu Biro Kerja sama

Hubungan Internasional, kebetulan

sedang menjalin kerja sama

mahasiswa dari Korea.”

P2 : “Njuk besok gimana?”

P1 : “Besok Mas Eko mengajari

mereka berlatih gamelan, Mas.”

P2 : “Oh, ok-ok.”

P1 : “Sebatas mengajari gamelan aja.”

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur

perempuan kepada mitra tutur

laki-laki saat rapat UKM di

ruang karawitan, Mrican. P1

sebagai pemimpin rapat

memberikan informasi acara-

acara seputar karawitan yang

akan dilaksanakan beberapa

bulan lagi.

Data diambil pada, Rabu, 31

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.20

21 P1 : “Budi besok mau ikut yang apa?

Mèh nabuh semua apa pilih yang

mana?”

P2 : “Lhaaa kalo aku ya terserah.

Semua itu bisa. Hahahaha....”

P1 : “Berarti bisa semua ya. Yang

workshop BKHI, wisuda,

kolaborasi TSD, expo Insada,

project Nasa di ISI ya, Bud.”

P2 : “Iya, kalo aku ya ok-ok saja.

Mumpung selo kok yo.”

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki saat rapat pengurus

UKM Seni Karawitan

membagi pengrawit pada

beberapa event mendatang. P1

memberikan pilihan-pilihan

kepada P2 dalam rapat

tersebut.

Data diambil pada, Rabu, 31

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.21

22 P1 : “Lho itu pekingnya kok diam

aja? Vi, Novi itu pekingnya

nganggur.”

P2 : “Apa iya, Mar?”

P1 : “Iya e, nggak ada yang ngisi.”

P2 : “Aku aja deh yang nabuh.”

Tuturan diucapkan oleh

penutur perempuan kepada

mitra tutur perempuan yang

berusia sebaya. Penutur

bermaksud menyuruh mitra

DT.22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

161

P1 : “Nah iya.”

tutur untuk menabuh peking

yang belum diisi pengrawit.

Data diambil pada, Rabu, 31

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

23 P1 : “Nama kamu siapa?”

P2 : “What?”

P1 : “What‟s your name?

P2 : “Adam.”

P1 : “Ok, Adam. Ini namanya kempul?

Kalau yang besar itu gong gedhé.”

P2 : “Apa?”

P1 : “This is name a kempul.”

P2 : “Kempul?”

P1 : “Iyes, kempul. Itu gong.”

P2 : “Ok, gong. Kempul dan gong.”

P1 : “Coba dipukul dulu.”

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur laki-

laki kepada P2 sebagai mitra

tutur laki-laki yang berasal dari

Amerika. Mitra tutur ingin

belajar karawitan bersama

dengan teman-temannya.

Penutur sebagai anggota UKM

Seni Karawitan membantu

melatih karawitan kepada

mitra tutur.

Data diambil pada, Rabu, 31

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.23

24 P1 : “Sekarang kita lanjut ke ini aja

ya, ke pendataan. Untuk

sementara expo Insadha itu nanti

tergantung hasil rapat

berikutnya. Gitu ya, teman-

teman.”

P2 : “Ok.”

P1 : “Sekarang didata dulu aja. Mulai

dari workshop BKHI. Siapa aja

yang bisa ikut? Ose bisa?”

P2 : “Iya bisa.”

Tuturan tersebut diucapkan

oleh P1 sebagai penutur

perempuan kepada P2 sebagai

mitra tutur perempuan. P1

memimpin rapat UKM di

ruang karawitan Mrican untuk

menentukan pengrawit yang

bersedia menabuh dalam

workshop BKHI.

Data diambil pada, Rabu, 31

Mei 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

DT.24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

162

LAMPIRAN II

TABULASI TRIANGULASI DATA

DATA TUTURAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

DI LINGKUP UNIT KEGIATAN MAHASISWA SENI KARAWITAN

Penelitian yang diambil ini mengenai tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang mengikuti

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Karawitan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Mei 2017 karena pada masa tersebut

banyak kegiatan karawitan yang berlangsung di kampus maupun di luar kampus. Dalam menentukan keabsahan data maka penelitian ini

menggunakan triangulasi. Triangulasi data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber/ ahli. Triangulasi ahli sebagai penyidik

yang mengevaluasi serta melakukan kreadibilitas kajian objek penelitian. Maka triangulasi digunakan untuk memastikan kebenaran data

yang diperoleh. Oleh karena itu, triangulator dimohon untuk memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti untuk

keperluan keabsahan data. Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah Bapak Dr. B. Widharyanto, M.Pd.

Petunjuk Pengisian:

1. Triangulator dimohon untuk memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data.

Kemudian triangulator memberikan justifikasi berupa tanda centang () jika pernyataan setuju atau tanda silang (x) jika tidak

setuju.

2. Triangulator dimohon untuk memberi catatan pada kolom keterangan untuk memberi kritikan dan saran.

Rumusan Masalah:

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, rumusan masalah di dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan pertanyaan,

bagaimanakah tingkat kesantunan berkomunikasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa

Seni Karawitan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

163

Aspek Penentu Kesantunan

No Aspek Kesantunan

1. Skala Untung-Rugi Santun : apabila tuturan semakin merugikan penutur, atau sama-sama diuntungkan.

Tidak santun : apabila tuturan semakin merugikan mitra tutur.

2. Skala Pilihan

Santun : apabila penutur memberi banyak pilihan dan keleluasaan, demikian juga

mitra tutur tidak merasa terpaksa.

Tidak santun : apabila penutur sama sekali tidak ada keleluasaan/ pilihan.

3. Skala Ketidaklangsungan Santun : apabila maksud tuturan penutur semakin tidak langsung.

Tidak santun : apabila maksud tuturan penutur bersifat langsung.

Kriteria:

Santun: Tidak Santun

U-R : Skala Untung Rugi U-R : Skala Untung Rugi

S-P : Skala Pilihan S-P : Skala Pilihan

S-Kl : Skala Ketidaklangsungan S-Kl : Skala Ketidaklangsungan

Keterangan

U-R : Skala Untung Rugi P1 : Penutur laki-laki / penutur perempuan

S-P : Skala Pilihan P2 : Mitra tutur laki-laki / mitra tutur perempuan

S-Kl : Skala Ketidaklangsungan : Setuju

S : Santun X : Tidak setuju

TS : Tidak Santun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

164

No Data Konteks

Skala Kesantunan Skor

Kesantunan Jusfiks.

Triangu-

lator

S-UR S-P S-Kl

S TS S TS S TS S TS

1 P1 : “Aku pamit duluan ya, Mas,

Mbak.”

P2 : “Gamelané rung disuwuk ki,

Ras.”

(P2 : “Gamelannya belum disuwuk ini,

Ras.”)

P1 : “Iya é. Soalé aku pulang ke

Magelang ini, Mas, biar ndak

kewengèn.”

(P1 : “Iya. Ini aku pulang ke

Magelang Mas, supaya tidak

kemalaman. Kalau Mas pulang

kapan?”)

P2 : “O ya, ati-ati.”

(P2 :” O ya, hati-hati.”)

P3 : “Kéné Magelang sejam nganti

ra?”

(P3 : “Sini ke Magelang satu jam

sampai apa tidak?”)

P2 : “Rong jam yo. Adoh é.”

(P2 : “Dua jam, ya. Lumayan jauh.”)

P1 : “Daaa semua!”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pengrawit perempuan (P1) kepada

pengrawit yang lain di dalam

ruang karawitan, Mrican. P1

adalah penutur perempuan

sedangkan P2 dan P3 merupakan

mitra tutur laki-laki. P1 memohon

pamit terlebih dahulu, tetapi P2

dan P3 meminta P1 agar pulang

bersama-sama. P1 memberikan

alasan bahwa sudah pukul 8

malam dan akan pulang ke

Magelang, tidak ke kos.

Data diambil pada, Rabu 22

Februari 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican

3 0

2 P1 : “Lho, rung dha teka, ta, bro? Tak

kira nèk aku kèri dhéwé é.”

(P1 : “Lho, belum pada datang, bro?

Aku kira aku yang terlambat

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit laki-laki (P2) di Ruang

Drost, Paingan ketika akan latihan

2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

165

datang.”)

P2 : “Urung kok. Aku waé gèk ntas

tekan, bro.”

(P2 : “Belum. Aku saja baru saja

sampai, bro.”

P1 : “Mas Éko ya rung teka pa?”

(P1 : “Apa Mas Eko juga belum

datang?”)

P2 : “Gèk otw paling.”

(P2 : Mungkin masih otw.”)

P1 : “Asem kok, tuas aku banter-

banter nganti rung madhang

barang.”

(P2 : “Asem, padahal aku sudah

terburu-buru sampai belum

sempat makan.”)

P2 : “Hayo dientèni bro. Hahaha...”

(P2 : “Ya ditunggu dulu, bro. Hahaha”)

karawitan untuk wayang kulit. P1

terkejut karena pengrawit yang

lain belum datang, padahal sudah

terburu-buru bahkan belum

sempat untuk makan. Lalu P2

menanggapi agar sama-sama

menunggu semua berkumpul

dulu.

Data diambil pada, Rabu 8 Maret

2017 di UKM Seni Karawitan

Paingan.

3 P1 : “Ndi, mrénéa gocèkna kempulé

iki!”

(P1 : “Ndi, sini pegangkan kempul

ini!”)

P2 : “Isa ra?”

(P2 : “Bisa tidak?”)

P1 : “Wahés! Alon-alon ta, Ndi!”

(P1 : “Aduh! Pelan-pelan saja, Ndi!”)

P2 : “Iya! Malah tok uculké.”

(P2 : “Iya! Malah kamu lepaskan.”)

P1 : “Uculké gundhulmu kuwi.

Pindhahké sisan kuwi.”

(P1: “Lepaskan kepalamu itu.

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) yang

memukul kempul kepada

pengrawit laki-laki (P2). P1

meminta P2 yang sedang

berdiskusi di samping gamelan

untuk memindahkan posisi

kempul supaya pas.

Data diambil pada, Rabu, 29

Maret 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

0 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

166

Pindahkan juga yang itu.”)

4 P1 : “Nes, Nesha, tolong kipas

anginnya diklikkan, nomor 2

saja.”

P2 : “Ok, Mas. Kebetulan dari tadi

aku juga gerah e.”

P1 : “Hahaha... biar silir jé.”

(P1 : “Hahaha... supaya semilir.”)

P2 : “Kena apa nggak, Mas?”

(P2 : “Kena apa tidak, Mas?”)

P1 : “Iya, kena. Dah makasih, Nes.”

Tuturan diucapkan oleh pengrawit

laki-laki (P1) kepada pengrawit

perempuan (P2) di ruang

karawitan, Mrican. P1 meminta

kepada P2 saat latihan wayang

kulit untuk menghidupkan kipas

angin supaya ruangan tidak panas.

Data diambil pada, Kamis, 30

Maret 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

3 0

5 P1 : “Waduh, lha aku suruh make

surjan yang mana? Weeeeh..”

P2 : “Lha piyé?”

(P2 : “Gimana?”)

P1 : “Kok aku ndak dijatah surjan?”

(P1 : “Kenapa aku tidak diberi surjan?”

P2 : “Salahé wingi ra omong!”

(P2 : “Salahmu kemarin tidak minta!”)

P1 : “Nyebai!”

Tuturan tersebut diucapkan

pengrawit laki-laki (P1) kepada

pengrawit laki-laki (P2) di Ruang

Kadarman jam 7 pagi saat akan

mengenakan surjan untuk

mengiringi wisuda. Namun P2

sebagai petugas kostum justru

menyalahkan P1 yang sebelumnya

tidak meminta surjan.

Data diambil pada, Sabtu, 8 April

2017 di Ruang Kadarman,

Gedung Pusat USD, Mrican.

2 1

6 P1 : “Jeng, gini lho. Kalo pas playon

nabuhnya lombo waé.”

(P1 : “Jeng, seperti ini. Kalau pas

playon memukulnya lombo saja.”)

P2 : “Lombo gimana, Mas?”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. Penutur adalah

pengendang latihan wayang kulit.

2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

167

P1 : “Lombo ki alusan, nggak mak

jlèng. Misalé, tlung ndak tak tak

nong nèng nong. Alusan waé,

kejaba sesek.”

(P1 : “Lombo itu halus, tidak

mengejutkan. Misalnya, tlung

ndak tak tak nong neng nong.

Halus saja memukulnya, tidak

seperti sesek.”)

P2 : “Ok-ok, siap, Mas.”

P1 : “Dikepénaké waé.”

(P2 : “Dienakkan saja.”

P1 mengingatkan P2 yang

menabuh demung agar

menabuhnya halus jika aba-aba

kendang halus. Namun jika sesek

(cepat dan keras), maka semua

cepat dan keras juga.

Data diambil pada, Senin, 10

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

7 P1 : “Aduh, kesandung.”

P2 : “Walah hati-hati lho, Mar. Sakit

ra e?”

P1 : “Hehe.., ndak kok, Mas.”

(P1 : “Hehe.., tidak sakit, Mas.”)

P2 : “Beneran? Soalé aku dhisik wis

tau nyandhung rancakan demung

malahan.”

(P2 : “Benarkah? Soalnya aku dulu

sudah pernah menyandung

rancakan demung.”)

P1 : “Sebenernya ya sakit, Mas.”

Tuturan tersebut diucapkan P1

perempuan karena kakinya

menyandung gamelan yang keras.

P2 sebagai mitra tutur laki-laki

menanggapi karena kakinya dulu

juga pernah menyandung gamelan

hingga sakit nyeri.

Data diambil pada, Senin, 10

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

3 0

8 P1 : “Kamu mau nabuh saron sing ndi

é, Mbak Klara?”

(P1 : “Kamu mau nabuh saron yang

mana ya, Mbak Klara?”)

P2 : “Disuruh nabuh saron. Tapi....”

P1 : “Arep saron sik kéné apa kana?”

Tuturan tersebut dituturkan oleh

P1 sebagai pengrawit laki-laki

yang menabuh saron. P1 memberi

peluang untuk P2 sebagai mitra

tutur perempuan yang baru saja

ikut latihan karawitan di ruang

3 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

168

(P1 : “Mau saron yang ini apa itu?”)

P2 : “Yang ini saja lah.”

P1 : “O ya, berarti aku yang di situ.”

karawitan Mrican.

Data diambil pada, Selasa, 11

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Mrican.

9 P1 : “Lho, ini kotak snack siapa, Is?”

P2 : “Kayaknya itu untuk dalang,

Mas. Andi tadi bilang kalau snack

yang untuk dalang ada di plastik

besar.”

P1 : “Dhalangé ra teka 2 ki?”

(P1 : “Dalangnya yang 2 tidak datang?

P3 : “Mbok dibuka di sini aja, Mas.”

(P3 : “Ya dibuka di sini saja, Mas.”

P1 : “Joss iki. Makasih yo, Ras.”

(P1 : “Asyik ini. Terima kasih, Ras.)

Tuturan diucapkan oleh P1 setelah

latihan karawitan selesai. P1 ingin

membuka kotak snack bagian 2

dalang dengan menanyakan

bahwa snack itu milik siapa. Lalu

P2 menanggapi dengan memberi

keterangan dari petugas konsumsi.

P3 sebagai dalang ke-3 menyuruh

untuk memakan snack itu.

Data diambil pada, Rabu, 19 April

2017 di UKM Seni Karawitan

Mrican.

3 0

10 P1 : “Saiki jam pira ya? Kowé mau ki

malah nandi, jon?”

(P1 : “Sekarang jam berapa ya? Kamu

tadi ke mana, jon?”)

P2 : “Lagi garap tugas jé.”

(P2 : “Sedang mengerjakan tugas.”)

P1 : “Lha piyé kenongé?”

(P1 : “Itu kenongnya bagaimana?”)

P2 : “Yo sorry. Mau ana sik nabuh

kan?”

(P2 : “Maaf. Tadi ada yang memukul,

kan?”)

P1 : “Untung ya ana sing nabuh.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang datang terlambat

saat gladi bersih pergelaran

wayang kulit yang dimulai pukul

18.00 WIB di Panggung Realino,

Mrican. P2 datang terlambat,

tidak sesuai dengan kesepakatan

yang telah disetujui dengan

panitia.

Data diambil pada, Jumat, 21

2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

169

(P1 : “Untung ya ada yang memukul.”)

P2 : “Sapa mau sik nabuh?”

(P2 : “Siapa tadi yang memukul?”)

P1 : “Oyèn ro aku mau gantian.”

(P1 : “Oyen dan aku tadi gantian.”)

P2 : “Ok, makasih, Mas Nug..”

(P2 : “Ok, terima kasih, Mas Nug.”)

April 2017 di Panggung Realino

Mrican.

11 P1 : “Mas, njenengan besok Minggu

bisa bantuin tugas di Gereja

Babarsari?”

(P1 : “Mas, kamu besok Minggu bisa

membantu tugas di Gereja

Babarsari?”)

P2 : “Tugas buat apa é, Mar?”

(P2 : “Tugas untuk apa itu, Mar?”)

P1 : “Tugas mengiringi misa, Mas,

penggalangan dana Sekar Geni.”

P2 : “Siap, aku ikut. Aku nabuh apa?”

P1 : “Masé mau ikut kor atau gamel?”

P2 : “Ha rak ya wis akèh ta sik kor?

Ana Budi barang galo. Sik gamel

kurang wong iki, Mar.”

(P2 : “Bukannya sudah banyak yang

kor? Ada Budi juga itu. Yang

gamel kekurangan orang ini,

Mar.”)

P1 : “Oh iya, ya, ndak papa, ikut gamel

waé, Mas.”

(P1 : Oh iya, ya, tidak apa-apa ikut

gamel saja, Mas.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

dan ketua panitia Festival Sekar

Geni (Seni Karawitan Gending

Gerejani). Penutur mengajak P2

sebagai mitra tutur laki-laki untuk

membantu kor dalam mencari

dana dengan mengiringi misa di

Gereja Babarsari. Namun mitra

tutur hanya mau membantu

mengiringi kor saja karena

kekurangan pengrawit.

Data diambil pada, Selasa, 25

April 2017 di UKM Seni

Karawitan Paingan.

3 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

170

12 P1 : “Teman-teman, gimana ini besok

ordinariumnya mau pakai yang

Gaya Sunda apa Gaya Kerajaan

Allah?”

P2 : “Nggo sik Kratoning Allah waé.”

(P2 : “Pakai yang Kerajaan Allah

saja.”)

P1 : “Yang Kerajaan Allah, Mas?”

P2 : “Soalé sing biyèn dah pernah

pakek yang Gaya Sundha, kan.”

(P2 : “Soalnya yang dulu sudah pernah

menggunakan Gaya Sunda,

bukan?”)

P1 : “Ok, deh. Kita pakai yang

Kerajaan Allah, ya teman-

teman.”

Tuturan tersebut diucapkan ketua

panitia Festival Sekar Geni

kepada para pengrawit dan

petugas kor. P1 sebagai penutur

perempuan memberikan pilihan

gaya lagu ordinarium yang mau

dinyanyikan untuk mengiringi

misa di Gereja Babarsari. P2

sebagai mitra tutur laki-laki

menanggapi untuk menggunakan

Gaya Kerajaan Allah. Akhirnya

P1 memutuskan bahwa gaya yang

digunakan dalam tugas kor adalah

Gaya Kerajaan Allah.

Data diambil pada, 25 April 2017

di UKM Seni Karawitan Paingan.

3 0

13 P1 : “Arep ngudud-ngudud sik, jon?”

(P1 : “Mau merokok dulu yuk, jon?”)

P2 : “Kowé gawa, jon?”

(P2 : “Apa kamu bawa, jon?”)

P1 : “Iya iki.”

(P1 : “Iya ini.”

P2 : “Ya sini, jon, tak minta.”

P1 : “Nèng kana waé lé udud, jon.”

(P1 : “Merokok di sana saja, jon.”)

P2 : “Kéné waé napa.”

(P2 : “Di sini saja.”)

P1 : “Ra pénak asapé. Jaba waé sing

nyaman.

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang mengajak untuk

merokok sebelum latihan

karawitan dimulai. P1 mengajak

merokok di luar ruang karawitan

Paingan karena banyak pengrawit

perempuan yang sudah berlatih

karawitan.

Data diambil pada, Kamis, 27

April 2017 di UKM Seni

2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

171

(P1 : “Tidak enak asapnya. Di luar saja

yang nyaman.”)

P2 : “Iya ya. Ok-ok.”

Karawitan Paingan.

14 P1 : “Ana umat lingkunganku ki

rasan-rasan nèk misa pingin nggo

gamelan.”

(P1 : “Ada umat lingkunganku punya

niat kalau misa pakai gamelan.”)

P2 : “Nggèné njenengan ki paroki

pundi, Mas?”

(P2 : “Lingkunganmu ikut paroki

mana, Mas?”)

P1 : “Mèlu Pringwulung.”

(P1 : “Ikut Pringwulung.”)

P2 : “O, Pringwulung, ta. Napa ten

mriku ènten gamelané, Mas?”

(P2 : “O, Pringwulung. Apa di sana

ada gamelan, Mas?”)

P1 : “Ora ana. Ning wongé lé rasan-

rasan ora gelem kandha langsung

nèng UKM. Ha nèk gelem mono,

cah-cah arep dha gelem nabuh

apa ora.”

(P1 : “Tidak ada. Tapi orangnya hanya

berharap, belum berani meminta

ke UKM. Kalau bisa dan

sanggup, teman-teman ada yang

mau mengiringi apa tidak.”)

P2 : “Mungkin nggih purun, Mas.”

(P2 : “Mungkin saja mau, Mas.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

pelatih gamelan untuk menawari

mengiringi kor misa

menggunakan gamelan di Gereja

Pringwulung, ketika sedang

berkumpul di depan Gereja

Babarsari untuk gladi bersih

mengiringi misa penggalan dana

Festival Sekar Geni.

Data diambil pada, Jumat, 25

April 2017 di Gereja Maria

Assumpta Babarsari.

3 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

172

15 P1 : “Ndi, kowé ki asliné nabuh

apa?”

(P1 : Ndi, kamu sebenarnya memukul

apa?”)

P2 : “Nabuh slenthem, Sher.”

(P2 : “Memukul slenthem, Sher.”)

P1 : “Lha kok saroné tok sèlèhké kono

ki napa?”

(P1 : Kenapa saron kamu letakkan di

situ?”)

P2 : “Nabuh loro-loroné.”

(P2 : “Memukul dua-duanya.”)

P1 : “Lé nabuh ki ya kepiyé nèk

dhobel-dhobel ngono kuwi?”

(P1 : “Memukulnya bagaimana kalau

doble-doble seperti itu?”)

P2 : “Oh iya dhing, angèl.”

(P2 : “Betul juga ya, sulit.”)

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki dan pengrawit yang

terlalu over ingin manabuh dua

alat musik (slenthem dan saron),

ketika gladi bersih mengiringi

misa di Gereja Babarsari.

Data diambil pada, Jumat, 28

April 2017 di Gereja Maria

Assumpta Babarsari.

2 1

16 P1 : “Mas, ini sertifikatnya.”

P2 : “Sertifikat apa ya ini, Is?”

P1 : “Sertifikat pergelaran wayang

kulit kemarin, Mas Nug.”

P2 : “Oh, sik Kunthi itu to. Wah

makasih.”

P1 : “Iya, Mas.”

P2 : “Eh, Sil, bisa kamu bawa dulu?

Aku ndak bawa tas besar je.”

P1 : “Boleh, Mas. Tak bawain dulu

aja.”

P2 : “Besok tak ambil nek pas pake tas

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan yang

menyerahkan sertifikat pergelaran

wayang kulit setelah latihan

gamelan di ruang karawitan

Paingan sekitar jam 8 malam. P2

sebagai mitra tutur laki-laki

menerima tetapi menitipkan

kepada P1 karena P2 tidak

membawa tas yang besar.

Data diambil pada, Senin, 18 Mei

2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

173

besar.” 2017 di UKM Seni Karawitan

Paingan.

17 P1 : “Maaf, Mas, baru datang. Soalnya

tadi baru ambil „anu‟ buat besok

ke Solo.”

P2 : “Ndak apa-apa. Wong dari tadi

yang lain juga belum pada datang

kok.”

P1 : “Oh ya? Tadi aku juga habis

makan e. Tapi maaf lagi, Mas.

Uang transportnya belum jadi tak

ambil soale Dea tadi lupa bawa

uang kas UKM.”

P2 : “Ndak apa-apa, Mar. Besok aja

ndak apa-apa.”

P1 : “Ok, Mas. Berarti besok aja ya tak

kasih uang transportnya.”

P2 : “Iyes, hahaha...”

Tuturan diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki. Percakapan terjadi

sekitar pukul 18.00 di luar ruang

karawitan Mrican, tepatnya di

dekat pintu masuk parkiran. P1

meminta maaf kepada P2 karena

tidak jadi memberikan uang

transport ke Solo untuk mengikuti

lomba nembang macapat

senasional. P1 memaklumi hal itu.

Data diambil pada, Senin, 22 Mei

2017 di Parkiran Aula Mrican.

3 0

18 P1 : “Mbak Sherly besok ikut ke Solo

apa enggak e?”

P2 : “Iya aku besok ikut, Ras.”

P1 : “Boncengan sama siapa, Mbak?

Pilih aku apa Mas Lukas? Eaaaaa.”

P2 : “Sama Lukas.”

P1 : “Yeaaaay... akhirnya aku ada

temen cewek.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempan dan

P2 sebagai mitra tutur perempuan

mitra tutur akan belajar macapat.

Tuturan ini memberikan pilihan

kepada mitra tutur.

Data diambil pada, Senin, 22 Mei

2017 di UKM Seni Karawitan

Mrican.

3 0

19 P1 : “Ris, gini ya. Nem ma nem, nem Tuturan itu diucapkan oleh P1 3 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

174

ma nem ma, ro ji ro, ro ji ro ji, lu

ro lu, lu ro lu ro.”

P2 : “Gimana, Mbak?”

P1 : “Gini lho, Ris. Lihat ya.”

(praktek menabuh bonang barung)

P2 : “Ok, Mbak. Yang nem di atas apa

bawah, Mbak?”

P1 : “Yang bawah. Yang bawah, Ris.

Rong ulihan.”

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai penutur

perempuan yang berbeda usia. P1

mengajari menabuh bonang

barung di UKM Seni Karawitan

Paingan setelah azan magrib.

Data diambil pada, Senin 29 Mei

2017 di UKM Seni Karawitan

Paingan.

20 P1 : “Selain BKHI kita juga diminta

mengisi project NASA di ISI.”

P2 : “BKHI ki apa?”

P1 : “Jadi BKHI itu Biro Kerja sama

Hubungan Internasional, kebetulan

sedang menjalin kerja sama

mahasiswa dari Korea.”

P2 : “Njuk besok gimana?”

P1 : “Besok Mas Eko mengajari

mereka berlatih gamelan, Mas.”

P2 : “Oh, ok-ok.”

P1 : “Sebatas mengajari gamelan aja.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada mitra tutur laki-laki saat

rapat UKM di ruang karawitan,

Mrican. P1 sebagai pemimpin

rapat memberikan informasi

acara-acara seputar karawitan

yang akan dilaksanakan beberapa

bulan lagi.

Data diambil pada, Rabu, 31 Mei

2017 di UKM Seni Karawitan

Mrican.

2 1

21 P1 : “Budi besok mau ikut yang apa?

Mèh nabuh semua apa pilih yang

mana?”

P2 : “Lhaaa kalo aku ya terserah.

Semua itu bisa. Hahahaha....”

P1 : “Berarti bisa semua ya. Yang

workshop BKHI, wisuda,

Tuturan ini diucapkan oleh P1

sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki saat rapat pengurus

UKM Seni Karawitan membagi

pengrawit pada beberapa event

mendatang. P1 memberikan

3 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

175

kolaborasi TSD, expo Insada,

project Nasa di ISI ya, Bud.”

P2 : “Iya, kalo aku ya ok-ok saja.

Mumpung selo kok yo.”

pilihan-pilihan kepada P2 dalam

rapat tersebut.

Data diambil pada, Rabu, 31 Mei

2017 di UKM Seni Karawitan

Mrican.

22 P1 : “Lho itu pekingnya kok diam

aja? Vi, Novi itu pekingnya

nganggur.”

P2 : “Apa iya, Mar?”

P1 : “Iya e, nggak ada yang ngisi.”

P2 : “Aku aja deh yang nabuh.”

P1 : “Nah iya.”

Tuturan diucapkan oleh penutur

perempuan kepada mitra tutur

perempuan yang berusia sebaya.

Penutur bermaksud menyuruh

mitra tutur untuk menabuh peking

yang belum diisi pengrawit.

Data diambil pada, Rabu, 31 Mei

2017 di UKM Seni Karawitan

Mrican.

2 1

23 P1 : “Nama kamu siapa?”

P2 : “What?”

P1 : “What‟s your name?

P2 : “Adam.”

P1 : “Ok, Adam. Ini namanya kempul?

Kalau yang besar itu gong gedhé.”

P2 : “Apa?”

P1 : “This is name a kempul.”

P2 : “Kempul?”

P1 : “Iyes, kempul. Itu gong.”

P2 : “Ok, gong. Kempul dan gong.”

P1 : “Coba dipukul dulu.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur laki-laki

kepada P2 sebagai mitra tutur

laki-laki yang berasal dari

Amerika. Mitra tutur ingin belajar

karawitan bersama dengan teman-

temannya. Penutur sebagai

anggota UKM Seni Karawitan

membantu melatih karawitan

kepada mitra tutur.

Data diambil pada, Rabu, 31 Mei

2017 di UKM Seni Karawitan

Mrican.

3 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

176

24 P1 : “Sekarang kita lanjut ke ini aja

ya, ke pendataan. Untuk

sementara expo Insadha itu nanti

tergantung hasil rapat

berikutnya. Gitu ya, teman-

teman.”

P2 : “Ok.”

P1 : “Sekarang didata dulu aja. Mulai

dari workshop BKHI. Siapa aja

yang bisa ikut? Ose bisa?”

P2 : “Iya bisa.”

Tuturan tersebut diucapkan oleh

P1 sebagai penutur perempuan

kepada P2 sebagai mitra tutur

perempuan. P1 memimpin rapat

UKM di ruang karawitan Mrican

untuk menentukan pengrawit

yang bersedia menabuh dalam

workshop BKHI.

Data diambil pada, Rabu, 31 Mei

2017 di UKM Seni Karawitan

Mrican.

3 0

Triangulator Peneliti

Dr. B. Widharyanto, M.Pd Lukas Budi Husada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: TINGKAT KESANTUNAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA … · Husada, Lukas Budi. 2017. Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa

177

BIOGRAFI PENULIS

Lukas Budi Husada lahir di Lubuklinggau, 23 Februari

1995. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Purwakarya

tahun 2001-2003. Pada tahun 2003-2007, ia pindah di SD

Xaverius Tugumulyo, Musi Rawas. Pada tahun 2007-2010, ia

melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius

Tugumulyo, Musi Rawas. Kemudian tahun 2010-2013 ia menempuh pendidikan

menengah atas di SMA Xaverius Lubuklinggau.

Pada tahun 2013, ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, banyak kegiatan-kegiatan yang ia ikuti berkaitan dengan

bidang akademik maupun non-akademik.

Kemudian, untuk mengakhiri masa pendidikan di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, ditandai dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan

judul, Tingkat Kesantunan Berkomunikasi Mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta di Lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan

Bulan Februari – Mei 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI