kesantunan bertutur mahasiswa dalam diskusi …digilib.unila.ac.id/55671/3/tesis tanpa bab...

101
KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN IMPLIKASI DALAM MATA KULIAH BERBICARA TESIS Oleh HEPI ROSANTI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: doanlien

Post on 08-Aug-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DAN IMPLIKASI DALAM MATA KULIAH BERBICARA

TESIS

Oleh

HEPI ROSANTI

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

THE POLITENESS STRATEGIES IN A DISCUSSION BY UNIVERSITY

STUDENTS OF INDONESIAN LANGUAGE AND LITERATURE STUDY

PROGRAM AND ITS IMPLICATIONS IN SPEAKING SUBJECT

By

Hepi Rosanti

ABSTRACT

The problem in this study is the degree of politeness of students' speech in a

discussion and its implications in Speaking subject at the University. The purpose

of the study was to describe the politeness degree of students' speech in a

discussion and its implications in Speaking subject.

This study applied a qualitative description method. The data source was taken

from politeness utterances spoken by students of STKIP (College of Teachers

Training and Education). The research data were students' utterances containing

politeness. The data collection technique was carried out using note recording

technique (descriptive and reflective) and the analysis of continuity of speech was

done using heuristic analysis technique, while the analysis of politeness was done

based on Leech theory.

The results showed that students obeyed and violated the maxim of politeness

which included the maxim of wisdom, generosity, sympathy and agreement. The

compliance with politeness maxims made by STKIP students was the maxim of

sympathy and the violations of maxims made by students included the maxim of

wisdom, humility and sympathy. The speech politeness itself consisted of two

utterances: direct and indirect speech. The direct speech was marked by politeness

Page 3: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

expressions, such as: would you mind, may I, please, yes please, let us, would you

try, would you kindly, and apologize, while the indirect speech was marked by

two forms of speech: declarative and introgative speech. This study on politeness

can be applied by lecturers as an additional learning material for speaking subject

at the University.

Keywords: speech of politeness, continuity of speech, maxim of politeness.

Page 4: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DAN IMPLIKASI DALAM MATA KULIAH BERBICARA

Oleh

Hepi Rosanti

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini ialah kesantunan bertutur mahasiswa di Universitas

ketika berdiskusi dan implikasinya dalam pembelajaran mata kuliah berbicara di

Universitas. Tujuan penelitian ialah untuk mendeskripsikan kesantunan bertutur

mahasiswa dalam diskusi dan implikasinya dalam pembelajaran mata kuliah

berbicara.

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Sumber data berupa

tuturan kesantunan bertutur mahasiswa STKIP. Data penelitian ialah tuturan

mahasiswa yang mengandung kesantunan. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik rekam catat (deskriptif dan reflektif) dan teknik analisis

kelangsungan tuturan menggunakan analisisi heuristik, sedangkan analisis

kesantunan menggunakan teori Leech.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat tuturan mahasiswa yang menaati dan

melanggar maksim kesantunan yang mencakup maksim kearifan, kedermawanan,

simpati, dan kesepakatan. Penaatan maksim kesantunan yang cenderung

dilakukan mahasiswa STKIP ialah maksim simpati dan pelanggaran maksim yang

Page 5: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

dilakukan mahasiswa ialah maksim kearifan, kerendahan hati, dan simpati.

Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung ditandai dengan

penanda kesantunan tolong, mohon, maaf, mari, silahkan, terima kasih, coba dan

Bapak/Ibu, sedangkan tindak tutur langsung ditandai dengan dua bentuk tuturan,

yaitu tuturan deklaratif dan introgatif.

Kata Kunci: kesantunan bertutur, kelangsungan tuturan, maksim kesantunan.

Page 6: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DAN IMPLIKASI DALAM MATA KULIAH BERBICARA

Oleh

HEPI ROSANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 7: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur
Page 8: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur
Page 9: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur
Page 10: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Way Kanan, pada tanggal 23 November

1993, anak kedua dari empat bersaudara, pasangan

Bapak Panggih Wiono dengan Ibu Setri Asihono.

Penulis pertama kali menempuh pendidikan di Sekolah

Dasar (SD) Negeri Tanjung Bringin, Way Kanan, tamat

dan berijazah pada tahun 2005. Penulis menyelesaikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tri Sukses Natar Lampung Selatan, tamat dan

berijazah tahun 2008. Selanjutnya jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Tri

Sukses Natar Lampung Selatan, tamat dan berijazah tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di STKIP PGRI Bandar Lampung dan penulis lulus

pada tahun 2015. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana pada

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan

Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Page 11: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

MOTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”

(AL-Baqarah: 286)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah

orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang beriman”

(Al-Imron: 139)

Page 12: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

PERSEMBAHAN

Alhamdullillahi Rabbil Alamin, Dengan menyebut nama Allah yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang

Dengan penuh rasa syukur dan bangga, kupersembahkan karya kecilku ini

sebagai bukti rasa cinta, sayang, dan hormatku kepada:

1. Ayahanda (Panggih Wiono) dan Ibunda (Setri Asihono) tersayang yang

selalu mendoakan tiada henti agar aku selalu diberikan kemudahan dan

kelancaran oleh Allah Subhanahu Wataala dalam belajar dan motivasi

terbesarku untuk meraih cita-cita.

2. Kakak dan Adik-adikku tercinta: (Hendri Wianingsih, S.Pd.), (Hesti

Wiranti), dan (Herma Handani) terima kasih untuk rindu, canda, dan

senyuman yang tak pernah habis.

3. Terima kasih kepada SMA Tri Sukses, SMK Global Surya, SMA Global

Surya, serta Kejora (Kelompok Jokam Raja Basa).

4. Keluarga besarku yang ikut serta memberikan doa dan dukungan terbaik.

5. Seluruh sahabatku yang telah memberikan doa dan dukungan.

6. Dosen-dosen tercinta yang telah bersedia memberikan ilmu pengetahuan

yang bermanfaat.

7. Allhamdullilahijazakaluhoiro untuk pendamping hidupku Mutofa Lutfi,

yang selalu memberi dukungan dan doanya.

Page 13: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

8. Terima kasih untuk teman teman yang telah menghabiskan waktu dan

candamu bersama saya (Try Wahyuni, Husnul Hotima, Rima Gustiana,

Rifany Maulidia, Cahya Utami, Yuspa meza

9. Allhamdullilahijazakaluhoiro teman satu atap saya yaitu Nikken Fallupi

yang telah sabar dan setia memberikan dukungan kepada saya.

10. Allhamdullilahijazakaluhoiro terhadap kelompok Brang-Brang (Muchsi

Rahma, Sanusi Aji, Mustofa Lutfi, Nurudin, dan Umi mahtum)

11. Allhamdullilahijazakaluhoiro kepada tim editor (Om Gabril), dan

Allhamdullilahijazakaluhoiro juga kepada Aziz Masthuri yang membantu

dalam teks bimbingan.

12. Allhamdullilahijazakaluhoiro kepada seluruh dewan guru SMA Tri Sukses

dan para pengelola sekolah (Ahmad Muslih, Marta Heti Maryani, Nany

Widowati, Rika Putri Andini, Aziz Masthuri)

13. Terima kasih kepada seluruh dewan guru SMK dan SMA Global Surya

(Bunda lis, Bella, Eka, Putri, Kiki, Liza, Roza. Dll)

14. Terima kasih juga untuk kabupaten Way Kanan.

15. Almamater Universitas Lampung.

Page 14: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

SANWACANA Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkankehadirat Allah Subhanahu Wataala . karena

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat

dan salam kita haturkan kepada Nabi kita yaitu Muhammad Shalallahualaihi Wasallam.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di

Universitas Lampung. Penulisan dalam tesis ini penulis banyak menerima bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan

terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Prof. Drs. Mustofa, MA., Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku Pembimbing II sekaligus Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung,yang telah memberikan dorongan, bimbingan, nasihat, dan kritik serta

dukungan dalam penyelesaian tesis ini;

5. Dr. Edy Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

6. Dr. Sumarti, M.Hum selaku pembimbing I yang dengan begitu sabar telah

Page 15: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

membimbing, membantu, dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan tesis

ini.

7. Dr. Munaris., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Lampung.

8. Dr. Nurlaksana Eko, M.Pd sebagai pembahas yang telah memberikan nasihat, arahan,

saran, kesabaran dan motivasi kepada penulis.

9. Dr. Siti Samhati, M.Pd. sebagai validator serta pembimbing akademik yang

senantiasa memberikan dukungan, memberikan pengarahan, nasihat dan saran-saran.

10. Dr. Riswandi, M.Pd. selaku validator untuk bahan ajar dari unsur media pembelajaran

yang telah membantu penulis selama penelitian.

11. Dr. Meilisa, M.Pd. selaku validator untuk bahan ajar dari unsur praktisi

pembelajaran yang telah membantu penulis selama penelitian

12. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

13. Dr. Rifnida, M.Pd sebagai dosen Bahasa Indonesia di STKIP PGRI Bandar Lampung,

dan Dwi Rohmanto,M.Pd dosen Bahasa Indonesia di STKIP PGRI Bandar Lampung

yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian.

14. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan kasih sayang, dorongan, semangat,

motivasi dan doa.

15. Teman-teman Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2016

terima kasih atas persahabatan, doa serta kebersamaan yang telah teman-teman

berikan.

16. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Page 16: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

Semoga Allah swt. selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu dan

teman-teman semua. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan,

khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Desemberr 2018

Penulis,

Hepi Rosanti

Page 17: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................iii

PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv

MOTO ............................................................................................................ v

SANWACANA .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 4

1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................... 5

1.5 Manfaat penelitian .................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pragmatik ................................................................................................ 7

2.2 Tindak Tutur ........................................................................................... 8

2.3 Unsur Suprasegmental ........................................................................... 11

2.4 Konteks ................................................................................................... 13

2.5 Kesantunan ............................................................................................. 16

2.5.1 Teori Rahardi............................................................................... 17

2.5.2 Teori Leech ................................................................................ 18

2.5.1.1 Maksim Kearifan (tact Maxim) ...................................... 18

2.5.1.2 Maksim Kedermawanaan (generosity maxsim) .............. 19

2.5.1.3 Maksim Pujian ( approbation maxim) ............................ 20

Page 18: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

2.5.1.4 Maksim Kerendahan Hati ( modesty maxsim) ................ 20

2.5.1.5 Maksim Kesepakatan (agreement maxim) ...................... 21

2.5.1.6 Maksim Simpati (sympathy maxsim) .............................. 22

2.6 Skala Kesantunan .................................................................................... 23

2.7 Kesantunan Linguistik dan Pragmatik ................................................... 25

2.7.1 Kesantunan Linguistik .................................................................. 26

2.7.2 Kesantunan pragmatik tuturan imperatif dalam Bahasa

Indonesia ........................................................................................ 34

2.8 Kategori Fatis ........................................................................................... 41

2.9 Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Perguruan Tinggi

(Universitas Lampung) ........................................................................... 45

2.10 Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Berbicara ............................... 47

2.11 Kontrak Pembelajaran Berbicara ........................................................... 57

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 65

3.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 65

3.3 Teknik Analisis Data .............................................................................. 66

3.4 Pedoman analisis Data Penelitian ........................................................... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ........................................................................................................ 77

4.2 Pembahasan ............................................................................................. 78

4.2.1 Penaatan Maksim-Maksim Kesantunan .............................................. 78

4.2.1.1 Maksim Kearifan ........................................................................ 79

4.2.1.2 Maksim Kedermawanaan ........................................................... 81

4.2.1.3 Maksim Pujian ........................................................................... 83

4.2.1.4 Maksim Kerendahan Hati .......................................................... 85

4.2.1.5 Maksim Kesepakatan ................................................................. 86

4.2.1.6 Maksim Simpati ......................................................................... 87

4.2.2 Pelanggaran Maksim-Maksim Kesantunan .......................................... 89

4.2.2.1 Pelanggaran Maksim Kearifan ................................................. 89

4.2.2.2 Pelanggaran Maksim Kedermawanaan .................................... 91

Page 19: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

4.2.2.3 Pelanggaran Maksim Pujian ..................................................... 91

4.2.2.4 Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati ................................... 92

4.2.2.5 Pelanggaran Maksim Kesepakatan ......................................... 94

4.2.2.6 Pelanggaran Maksim Simpati .................................................. 95

4.2.3 Kesantunan Tindak Tutur Langsung ................................................... 96

4.2.3.1 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Tolong ....................................................................................... 95

4.2.3.2 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Mohon ..................................................................................... 98

4.2.3.3 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Silahkan ................................................................................. 99

4.2.3.4 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Mari ...................................................................................... 101

4.2.3.5 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Ayo ......................................................................................... 102

4.2.3.6 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Coba ....................................................................................... 103

4.2.3.7 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Harap ....................................................................................... 105

4.2.3.8 Ungkapan Penanda Kesantuan Linguistik Dengan Kata

Maaf ......................................................................................... 106

4.2.4 Kesantunan Tindak Tutur Tidak Langsung ......................................... 109

4.2.4.1 Kesantunan Pragmatik Dalam Tuturan Deklaratif ........... 109

4.2.4.2 Kesantunan Pragmatik Dalam Tuturan Introgatif ............ 113

4.2.5 Implikasi Kesantunan Bertutur Terhadap Pembelajaran Bahasa

Indonesia di Perguruan Tinggi .......................................................... 118

4.2.6 Hasil Uji Ahli ...................................................................................... 128

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................................ 138

5.2 Saran ....................................................................................................... 139

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang perlu bersosialisasi

dengan lingkungan. Proses bersosialisasi ini salah satunya dengan berkomunikasi

satu sama lain. Saat berkomunikasi penutur melakukan kegiatan bertutur sebagai

suatu proses pertukaran informasi kepada lawan bicaranya. Kegiatan lawan

bicaranya. Kegiatan bertutur itu sendiri sebagai suatu kegiatan (ucapan) untuk

mengkomunikasikan maksud seseorang kepada penyimak melalui bahasa lisan.

Maksud tersebut dapat tersampaikan dengan baik apabila pendengar memahami

makna yang ingin disampaikan penutur.

Hal inilah yang akhirnya timbul tindak tutur ketika terjadi pertukaran informasi

antara penutur dan mitra tutur. Dalam tindak tutur terdapat konteks yang menjadi

bahan tuturan seorang penutur dan mitra tutur agar peristiwa tutur tersebut dapat

dipahami oleh kedua belah pihak. Jika penutur dan mitra tutur berada dalam

konteks yang berbeda, maka peristiwa tutur tersebut tidak akan berjalan dengan

baik, sehingga maknadalam tuturan itu tidak tersampaikan. Hal ini juga

membuktikan bahwasannya jika dalam ilmu pragmatik, bahasa dan konteks

merupakan satu kesatuan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan.

Ketika seseorang bertutur ada hal yang patut diperhatikan. Saat bertutur, penutur

harus melihat situasi, kapan, di mana, dan dengan siapa. Ketika hal tersebut

Page 21: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

2

dilakukan, penutur dapat menempatkan posisinya dan menjaga ucapan saat

bertutur misalnya, saat berkomunikasi dengan mitra tutur yang lebih tua cara

bertuturnya harus lebih merendah. Hal itu dirasa lebih santun karena pada

hakikatnya orang yang lebih tua adalah yang patut dihormati. Tidak hanya itu,

ketika penutur ingin meminta tolong atau ketika bertanya kepada mitra tutur, baik

yang lebih tua, lebih muda ataupun sebaya tuturan yang kita ucapkan haruslah

dengan tuturan yang santun.

Penggunaan tuturan yang santun dapat kita lakukan dengan menggunakan kata

atau kalimat ramah didengar oleh mitra tutur atau yang tidak membuat mitra tutur

merasa dirugikan. Tidak hanya itu penggunaan intonasi dan nada bicara juga

harus diperhatikan oleh penutur ketika sedang berkomunikasi dengan mitra tutur.

Hal tersebut dapat membuat mitra tutur merasa nyaman, sehingga hubungan

antara mitra tutur dan penutur dapat terjaga. Sopan santun berarti berkenaan

dengan interaksi tuturan antara penutur dan mitra tutur. Hubungan yang dimaksud

tersebut ialah hubungan dalam berkomunikasi ketika melakukan tindak tutur.

Pada kesantunan bertutur ada sejumlah pakar yang mengajukan teori kesantunan

diantaranya, Lakoff (1973), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), Leech

(1983) dan Pranowo (2009). Pada penelitian ini penulis merujuk pada teori

kesantunan Leech, yang menggunakan maksim-maksim kesantunan. Maksim-

maksim tersebut yaitu, maksim kearifan, maksim kedermawanaan, maksim

kesepakatan, maksim kerendahan hati, maksim pujian dan maksim simpati. Dalam

penelitian ini, penulis akan meneliti bagaimana tuturan mahasiswadiskusi yang

menaati dan melanggar maksim-maksim kesantunan Leech. Tidak hanya itu

Page 22: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

3

sebagai bentuk kesantunan dan penataat maksim pada tuturan. Penulis juga

mengaitkan tuturan langsung yang ditandai dengan kesantunan yang ditandai

dengan kesantunan linguistik dengan penanda kesantunan serta tuturan tidak

langsung yang ditandai dengan kesantunan pragmatik dengan tuturan deklaratif

dan introgatif.

Apabila kita menggunakan kesopanan sebagai konsep yang tegas, seperti gagasan

‗tingkah laku sosial yang sopan‘ atau etika yang terdapat dalam budaya. Hal itu

dapat menentukan prilaku sopan dalam interaksi sosial. Akan tetapi, dalam suatu

interaksi ada tipe khusus kesopanan yang lebih sempit di tempat perkuliahan.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan objek penelitian pada tuturan

mahasasiswa dalam diskusi yang sedang berlangsung di dalam pembelajaran di

kelas. Penelitian ini penting, karena ketika mahasiswa diskusi menggunakan

tuturan yang snatun kepada pendengar hal itu dapat membuat pendengar merasa

nyaman atas diskusi yang diberikan oleh penyaji diskusi mahasiswa. Jika

pendengar merasa nyaman maka pendengar akan merasa aman untuk bertutur

keada penyaji diskusi.

Penulis juga mengaitkan penelitian ini dengan pembelajaran yang ada di

Universitas. Materi bahan ajar yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu materi

tentang diskusi dalam mata kuliah berbicara semester dua. Materi bahan ajar ini

berkaitan dengan kesantunan bertutur, karena ketika penutir berinteraksi dengan

mitra tutur diskusi, tuturan yang digunakan penutur haruslah tuturan yang santun.

Saat berinteraksi tujuan utama dari penutur agar mitra tutur setuju dengan hasil

Page 23: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

4

pendapat penutur pada saat diskusi berlangsung. Jika bahasa yang digunakan saja

tidak santun, maka mitra tutur akan mengkahiri diskusi.

Sama halnya dengan mahasiswa diskusi yang berkomunikasi atau berinteraksi

kepada pendengar, ketika proses negosisasi tersebut tidak didampingi dengan

bahasa yang santun, maka peserta diskusi akan tidak nyaman untuk melakukan

diskusi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal

berikut.

1. Bagaimakah kesantunan bertutur mahasiswa yang menaati dan melanggar

maksim-maksim kesantunan dalam diskusi PBSI semester genap ?

2. Bagaimanakah kesantunan bertutur langsung dalam diskusi PBSI semester

genap?

3. Bagaimanakah kesantunan bertutur tidak langsung dalam diskusi PBSI

semester genap?

4. Bagaimanakah impikasi hasil penelitian terhadap penyusunan bahan ajar

keterampilan berbicara PBSI semester genap.

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

1. kesantunan bertutur mahasiswa yang menaati dan melanggar maksim-

maksim kesantunan dalam diskusi PBSI semester genap;

2. kesantunan tuturan langsung dalam diskusi PBSI semester genap;

Page 24: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

5

3. kesantunan tuturan tidak langsung dalam diskusi PBSI semester genap; dan

4. implikasi hasil penelitian terhadap penyusunan panduan praktikum

pembelajaran keterampilan berbicara PBSI semester genap.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoritis dikaitkan dengan teori-

teori yang sudah ada sebelumnya, sedangkan manfaat praktis dikaitkan dalam

penerapan metode diskusi pada mata kuliah berbicara.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat (1) memberikan manfaat

terhadap perkembangan ilmu bahasa dalam bidang pragmatik pada umumnya

dan pada kajian kesantunan bertutur khususnya, dan (2) menambah referensi

penelitian, khusunya tentang kesantunan bertutur sehingga penelitian ini dapat

memberikan sumbangan sebagai bahan pemikiran bagi para penelitian

selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Manfaat ini diharapkan dapat bermanfaat bagi (1) bagi pengajar atau dosen

mata kuliah keterampilan berbicara di Perguruan Tinggi hendaknya

menggunakan cara kesantunan bertutur yang bervariasi atau dapat melatih cara

kesantunan bertutur mahasiswa, khususnya pada metode diskusi sesuai dengan

hasil temuan dalam penelitian ini (2) bagi mahasiswa dapat menerapkan

kesantunan bertutur dalam metode diskusi saat pembelajaran, dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat terjadi tuturan (3) bagi peneliti

Page 25: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

6

selanjutnta, agar dapat lebih memperdalam dan mengembangkan kajian

kesantunan bertutur sebagai hasil penelitian pembelajaran yang sesuai dengan

validitas pembelajaran dengan mengimplikasikannya dalam desain model yang

teruji sehingga temuan selanjutnya lebih bervariasi dan dapat digunakan dalam

subjek yang luas.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah

berbicara PBSI STKIP PGRI Bandar Lampung.

2. Objek penelitian ini adalah kesantunan tindak tutur dalam mahasiswa

diskusi pada pembelajaran berbicara PBSI STKIP PGRI Bandar Lampung.

3. Parameter kesantunan dalam penelitian ini yang digunakan formula

kesantunan menurut Leech (2011). Yang meliputi maksim, yaitu (1)

maksim kearifan, (2) maksim kedermawanaan, (3) maksim pujian, (4)

maksim kerendahan hati, (5) maksim kesepakatan, (6) maksim simpati.

Page 26: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini disajikan landasan teori sebagai tolak ukur untuk membahas

kesantunan bertutur yang meliputi, yaitu pragmatik, tindak tutur, konteks, teori

kesantunan Leech, skala kesantunan, kesantunan linguistik dan pragmatik, dan

pembelajaran berbicara di perguruan tinggi (Universitas Lampung). Berikut uraian

lengkap berdasarkan topik-topik.

2.1 Pragmatik

Pragmatik merupakan telaah mengenai makna dalam hubungannya dengan aneka

situasi dan ujarannya (Tarigan,2009: 29). Pragmatik adalah kajian mengenai

bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi menurut (Parker ,1986 dalam

Rustono 1999: 3). Pragmatik adalah language in use, studi terhadap makna ujaran

dalam situasi tertentu. Sifat-sifat bahasa dapat dimengerti melalui pragmatik,

yakni bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi (Djajasudarma, 2012: 71).

Selain itu, pakar lain seperti Levinson telah berusaha meliput berbagai aspek yang

terkait dengan pragmatik. Aspek-aspek itu adalah relasi tanda dan penafsirannya,

penggunaan bahasa, fungsi bahasa, konteks, penutur, kepatutan, dan topik-topik

pragmatik. Yang tidak tepat adalah penggunaan istilah kalimat di dalam salah satu

batasannya. Hal itu terjadi karena yang dibicarakan di dalam pragmatik itu

bukanlah kalimat. Melainkan tuturan sebagai hasil tindak tutur, selain itu topik-

Page 27: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

8

topik pragmatik yang disebutkan pun masih sedikit, belum mencakup semua

pokok-pokok bahasa pragmatik. Jadi, dapat disimpulkan pragmatik merupakan

sebuah ilmu yang membahas mengenai makna ujaran atau tuturan manusia di

dalam suatu situasi tertentu (Nandar, 2013: 5)

2.2 Tindak Tutur

Aktivitas bertutur tidak hanya berbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga

melakukan sesuatu atas dasar tuturan itu, pendapat Austin didukung oleh Searle

yang mengemukakan bahwa tindak tutur adalah teori yang mencoba mengkaji

makna bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan yang

dilakukan oleh penuturnya (Austin dalam Rohmanto, 2012: 66)

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk berbagai

kegiatan. Secara pragmatis, berbahasa merupakan salah satu tindakan yang lazim

disebut dengan tindak tutur. Berkenaan dengan tuturan, Austin (1980: 94)

membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak

mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam

kamus dan menurut kaidah sintaksisnya; (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur

yang mengandung maksud berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan,

dan di mana tindak tutur itu dilakukan; dan (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak

tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur.

Pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan

sesuatu. Pada saat seseorang menggunakan kata kerja promise „berjanji‘,

apologize ‗meminta maaf‘, name ‗menamakan‘, pronounce ‗menyatakan‘,

Page 28: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

9

misalnya tuturan ‗saya berjanji saya akan datang tepat waktu‘, ‗saya minta maaf

karena datang terlambat‘, ‗saya menamakan kapal ini Elizabeth‘, maka yang

bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji,

meminta maaf, dan menamakan. Tuturannya juga disebut kata kerja performatif

(Austin dalam Nandar, 2013: 11)

Setelah mengetahui definisi dari tindak tutur, selanjutnya, tindak tutur dibagi atas

tiga klasifikasi, yaitu:

5. Tindak Lokusi

Tindak proposisi yang berada pada kategori mengatakan sesuatu. Oleh karena itu,

yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi tuturan yang diungkapkan oleh

penutur. Wujud tindak lokusi adalah tuturan-tuturan yang berisi pernyataan atau

informasi tentang sesuatu.

6. Tindak Ilokusi

Tindak tuturan yang mengandung data untuk melakukan tindakan tertentu dalam

hubungannya dengan mengatakan sesuatu. Tindakan tersebut seperti janji,

tawaran, atau pertanyaan, yang terungkap dalam tuturan.

7. Tindak Perlokusi

Efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan terhadap mitra tutur, sehingga

mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan isi tuturan. Tindak perlokusi lebih

mementingkan hasil, sebab tindak ini dikatakan berhasil jika mitra tutur

melakukan sesuatu yang berkaitan dengan tuturan penutur. (Austin dalam

Rohmanto, 2012: 67-68). Sejalan dengan itu Searle dalam Leech (1993:163)

mengklasifikasikan tindakan ilokusi berdasrakan pada berbagai kriteria. Secara

garis besar kategori Searle dalam Leech (1993: 164-165)

Page 29: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

10

1. Asertif

Pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran tuturan yang diujarkan. Tuturan

ilokusi ini misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh,

mengemukakakan pendapat, melaporkan.

2. Direktif

Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan

penutur, ilokusi ini misalnya, memesan, meemrintah, memohon, menuntut,

memberi nasiha

3. Komisit

Pada ilokusi ini penutur sedikit banyak terikat pada suatu tindakan di masa depan.

Ilokusi ini misalnya, menjanjikan, menawarkan, berkaul. Jenis ilokusi ini tidak

mengacu pada kepentingan penutur, tetapi pada kepentingan tindak tutur.

4. Ekspresif

Ilokusi ini berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis

penutur terhadap suatu keadaan. Ilokusi ini misalnya, mengucapkan terima kasih,

mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan

belasungkwan, dan sebagainya.

5. Deklarasi

Jika pelaksanaan ilokusi ini berhasil akan mengakibatkan adanya kesesuaian

antara isi tuturan dengan kenyataan. Ilokusi ini misalnya, mengundurkan diri,

membatasi, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan/

membuang, mengangkat (pegawai) dan sebagainya.

Page 30: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

11

2.3 Unsur Suprasegmental

Menurut Abdul Chaer (2009: 53), unsur suprasegmental ini ―bekerja‖ atau

berlangsung sewaktu bunyi segmental diproduksikan. Unsur suprasegmental

yang disebut juga ciri-ciri prosodi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tekanan

Tekatan atau stres menyangkut masalah keras lemahnya bunyi. Suatu bunyi

segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan

amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah

bunyi segemntal yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat, sehingga

amplitudonya menyempit pasti dibarengi dengan tekanan lunak.

2. Nada

Nada atau pitch berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu

bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan

disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi

getaran yang rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah.

Dalam bahasa bahasa indonesia nada juga tidak ―bekerja‖ pada tingkat fonemis,

melainkan ―bekerja‖ pada tingkat sintaksis, karena dapat membedakan makna

kalimat. Varriasi nada ynag menyertai unsur segmental dalam kalimat disebut

intonasi yang biasanya dibedakan menjadi empat, yaitu;

a. Nada rendah, ditandai dengan angka 1

b. Nada sedang, ditandai dengan angka 2

c. Nada tinggi, ditandai dengan angka 3

d. Nada sangat tingggi, ditandai dengan angka 4

Page 31: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

12

3. Jeda atau Persediaan

Jeda atau persediaan berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujaran. Disebut

jeda karena adanya hentian itu, dan disebut persediaan karena tempat di tempat

berhenti itulah terjadinya persambungan antara dua segmen ujaran. Jeda itu

dapat bersifat penuh atau bersifat sementara. Biasanya dibedakan adanya sendi

dalam dan sendi luar.

Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabes dengan silabes yang lain.

Sendi dalam ini yang menjadi batas silabes biasanya ditandai dengan tanda (+).

Contoh:

[am+bil]

[lak+sa+na]

[ke+le+la+war]

Sandi luar menunjukkan batas yang lebih besar dari silabel. Dalam hal ini

biasanya dibedakan adanya:

a. Jeda antarkata dalam frase, ditandai dengan garis miring tunggal (/)

b. Jeda antarfrase dalam klausa, ditandai dengan garis miring ganda (//)

c. Jeda antarkalimat dalam wacana/ paragraf, ditandai dengan garis silang

ganda (#)

Tekanan dan jeda dalam bahasa Indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda

itu dapat mengubah makna kalimat. Contoh:

#buku // sejarah / baru#

#buku / sejarah // baru#

Kalimat pertama bermakna ‗buku mengenai sejarah baru‘; sedangkan kalimat

kedua bermakna ‗buku baru mengenai sejarah‘.

Page 32: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

13

4. Durasi

Durasi berkaitan dengan masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu

bunyi diucapkan. Tanda untuk bunyi panjang adalah titik dua di sebelah kanan

bunyi yang diucapkan (....:); atau tanda garis kecil di atas bunyi segmental yang

diucapkan (-). Dalam bahasa Indonesia durasi ini tidak bersifat fonemis, tidak

dapat membedakan makna kata; tetapi dalam beberapa bahasa lain seperti bahasa

Arab, unsur durasi bersifat fonemis.

2.4 Konteks

Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan sangat bergantung pada konteks

yang melatarbelakangi peristiwa tertentu. Wijana menyebutkan bahwa pragmatik

mengkaji makna yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer dan Bierwich yang

mengatakan bahwa pragmatik berkaitan dengan interprestasi suatu ungkapan yang

dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterprestai ungkapan

tersebut tergantung pada kondisi-kondisi khusus penggunaan ungkapan tersebut

dalam konteks (Nandar, 2013: 4)

Konteks mencakup berbagai komponen yang disebutnya dengan akronim

SPEAKING. Akronim ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Setting, yang meliputi waktu, tempat atau kondisi fisik lain yang berbeda di

sekitar tempat terjadinya peristiwa tutur.

2. Participants, yang meliputi penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam

peristiwa tutur.

Page 33: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

14

3. Ends, yaitu tujuan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam peristiwa

tutur yang sedang terjadi.

4. Act sequences, yaitu bentuk dan isi pesan yang ingin disampaikan.

5. Key, yaitu cara berkenaan dengan sesuatu yang harus dikatakan oleh penutur

(serius, kasar, dan main-main)

6. Instrumentalities, yaitu saluran yang digunakan dan dibentuk tuturan yang

dipakai oleh penutur dan mitra tutur.

7. Norm, yaitu norma-norma yang digunakan dalam intteraksi yang sedang

berlangsung.

8. Genres, yaitu register khusus yang dipakai dalam peristiwa tutur. (Hymes

dalam Rusminto,2012: 56)

Leech (2011: 19-21) mengungkapkan bahwa situasi ujaran/tuturan terdiri atas

beberapa aspek.

1. Penutur dan mitra tutur

Aspek-aspek yang perlu dicermati dari penutur dan mitra tutur adalah jenis

kelamin, umur, daerah asal, tingkat keakraban, dan latar belakang sosial budaya

lainnya yang dapat menjadi penentu hadirnya makna sebuah tuturan.

2. Konteks tuturan

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik mencakup semua aspek fisik dan

seting sosial yang relevan dari sebuah tuturan. Konteks yang bersifat fisik disebut

konteks (cotext), sedangkan konteksn seting sosial disebut konteks. Dalam

kerangka pragmatik, konteks merupakan semua latar belakang pengetahuan yang

Page 34: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

15

diasumsikan dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta

yang mendukung untuk minterpretasi maksud penutur dalam tuturan.

3. Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan muncul karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan

tertentu. Dengan kata lain, penutur dan mitra tuturb terlibat dalam suatu kegiatan

yang berorientasi pada tujuan tertentu. Secara pragmatik, suatu bentuk tuturan

dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Tuturan dapat

memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Sebaliknya, satu maksud

atau tujuan tuturan akan dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda –

beda.

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan

Pragmatik menagani bahasa dalam suatu tingkatan yang lebih konkret

dibandingkan dengan gramatikal, tuturan disebut sebagai suatu tindakan konkret

(tindak tutur) dalam suasana tertentu. Segala hal yang berkaitan dengannya,

seperti jati diri penutur dan mitra tutur yang terlibat, waktu, dan tempat dapat

diketahui secara jelas.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan pada dasarnya adalah hasil tindak verbal dalam aktivitas bertutur sapa.

Oleh sebab itu, tuturan dibedakan dengan kalimat. Kalimat adalah identitas

produk struktural, sedangkan tuturan adalah produk dari suatu tindak verbal yang

muncul dari suatu penutur.

Page 35: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

16

2.5 Kesantunan

Kesantunan dalam bertutur sangat penting sebab dapat menciptakan komunikasi

yang efektif antara penutur dan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan Markhamah

dan Sabardila bahwa kesantunan berbahasa pada dasarnya ialah cara penutur di

dalam berkomunikasi agar mitra tutur tidak merasa tertekan, tersudut, atau

tersinggung.

Secara umum, masalah kesantunan berbahasa sangat berhubungan dengan

masalah menjaga harga diri. Dalam bahasa bugis, istilah ini dikenal dengan

sebutan jagai siri sementara Brown dan Levinson memopulerkannya dengan

istilah tindakan mengancam muka (FTA). Menjaga keterancaman muka atau

menjaga harga diri ini penting dilakukan baik penutur maupun mitra tuturnya.

Kata santun mempunyai makna yang sangat berbeda dengan kata sopan,

meskipun sebagian besar masyarakat menganggapnya sama. Kata sopan memiliki

makna menunjukkan rasa hormat terhadap mitra tutur, sedangkan kata santun

memiliki makna memperhalus ujaran atau tuturan yang dapat mengancam muka

atau harga diri Pramujiono dan dapat melukai perasaan. Sejalan dengan

pandangan tersebut, Holmes dan Haugh menyatakan bahwa kesantunan

merupakan hal yang sangat kompleks dalam berbahasa karena tidak hanya

melibatkan pemahaman aspek kebahasaan saja. Kesantunan berbahasa tidak hanya

berhubungan dengan pemahaman tentang bagaimana mengucapkan apa kabar,

terima kasih, dan maafkan secara tepat, tetapi juga perlu memahami nilai-nilai

sosial dan budaya suatu masyarakat tutur.

Ada beberapa pakar yang telah menulis mengenai teori kesantunan berbahasa.

Diantaranya adalah Leech (2011), dan Rahardi (2005).

Page 36: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

17

2.5.1 Teori Rahardi

Kesantunan dalam tindak tutur langsung ditandai dengan ungkapan penanda

kesantunan sebagai berikut (Rahardi, 2005:125).

1. Penanda kesantunan tolong digunakan untuk meminta bantuan kepada orang

lain.

2. Penanda kesantunan mohon digunakan sebagai bentuk permintaan dengan

hormat atau berharap supaya mendapatkan sesuatu.

3. Penanda kesantunan silahkan digunakan untuk menyatakan maksud

menyuruh, mengajak, dan mengundang.

4. Penanda kesantunan mari digunakan sebagai makna ajakan yang dituturkan

secara tidak langsung menyatakan makna suruhan dan perintah.

5. Penanda kesantunan ayo digunakan untuk menyatakan maksud mengajak atau

memberikan semangat dan dorongan kepada mitra tutur agar melakukan

sesuatu

6. Penanda kesantunan coba digunakan untuk memperhalus makna memerintah

atau menyuruh yang berfungsi agar mitra tutur merasa sejajar dengan penutur

meskipun kenyataanya tidak.

7. Penanda kesantunan harap berfungsi sebagai makna harapan dan imbauan.

8. Penanda kesantunan maaf digunakan untuk ungkapan permintaan maaf atas

kesalahan atau ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu yang

diperkirakan akan menyinggung perasaan orang lain.

9. Penanda kesantunan terima kasih sebagai penghormatan atas kebaikan yang

dilakukan orang lain.

Page 37: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

18

2.5.2 Teori Leech

Menurut Leech (2011) prinsip kesantunan dapat dirumuskan ke dalam enam butir

maksim. Keenam maksim itu adalah maksim (1) kearifan (tact); (2)

kedermawanaan (generosity); (3) pujian (approbation); (4) kerendahan hati

(modesty); (5) kesepakatan (agreement); (6) simpati (sympathy). Berikut uraian

lengkap mengenai keenam maksim kesantunan Leech

2.5.1.1 Maksim kearifan (teact maxsim)

Maksim kearifan mengandung prinsip sebagai berikut.

1. Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin

2. Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin

Maksim kearifan ini mengacu pada mitra tutur. Ilokusi tidak langsung cenderung

lebih sopan daripada ilokusi yang bersifat langsung. Hal ini didasari dua alas an

sebagai berikut.

1) Ilokusi tidak langsung menambah derajat kemanasukaan

2) Ilokusi tidak langsung memiliki daya yang semakin kecil dan semakin

tentative.

Contoh (1) sampai dengan (5) berikut ini memperlihatkan bahwa semakin tidak

langsung ilokusi disampaikan semakin tinggi, derajat kesopanaan yang tercipta

demikian pula yang terjadi sebaliknya.

Wijana dan Rohmadi (2011: 55) contoh sebagai berikut.

(1) Dating ke rumah saya!

(2) Datanglah ke rumah saya!

(3) Silahkan (Anda) dating ke rumah saya!

(4) Sudikiranya (Anda) dating ke rumah saya!

Page 38: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

19

(5) Kalau tidak keberatan, sudilah (Anda) dating ke rumah saya!

Dalam hal itu dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin

besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya.

Demikian pula tuturan yang diutarakan secara langsung. Menerima dengan

kalimat berita atau kalimat Tanya dipandang lebih sopan dibandingkan dengan

kalimat perintah.

2.5.1.2 Maksim Kedermawanaan (generosity maksim)

Maksim ini mengandung prinsip sebagai berikut.

1. Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin.

2. Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.

Maksim kedermawanaan ini menggunakan skala pragmatic yang sama dengan

maksim kearifan, yakni skala unrung rugi, karena maksim kedermawanaan

mengacu pada diri penutur. Hal inilah yang menyebabkan maksim

kedermawanaan berbeda dengan maksim kearifan, sebab dalam maksim kearifan

tidak tersirat adanya unsure kerugian pada diri penutur (Rusminto, 2015. 98)

Contoh kalimat-kalimat sebagai berikut.

(1) Kamu dapat memin meminjamkan mobilmu pada saya.

(2) Aku dapat meminjamkan mobilku kepadamu.

(3) Kamu harus dating dan makan malam di rumah kami.

(4) Kami harus dating dan makan malam di tempatmu.

Kalimat (2) dan (3) dianggap sopan karena dua hal tersebut menyiratkan

keuntungan bagi mitra tutur dan kerugian bagi mitra penuturnya, sedangkan

kalimat (1) dan (4) hubungan antara penutur dan mitra tutur pada skala untung-

rugi menjadi terbalik (Leech, 2011: 209).

Page 39: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

20

2.5.1.3 Maksim Pujian (approbation maxsim)

Maksim ini mengandung prinsip sebagai berikut.

1) Kecamlah orang lain sedikit mungkin.

2) Pujilah orang lain sebanyak mungkin.

Maksim ini lebih mementingkan aspek negatifnya, yaitu ‗jangan mengatakan hal-

hal yang tidak menyenangkan tentang orang lainterutama tentang penutur kepada

mitra tutur (Leech, 2011: 212). Berikut contoh mengenai maksim pujian.

(1) + permainanmu sangat bagus.

- Tidak saya kira biasa-biasa saja.

(2) + Permainan Aanda sangat bagus.

- Jelas siapa dulu yang main.

(3) Masakanmu sungguh enak.

- Masakanmu tidak enak.

Tokoh (+) dalam contoh (1) bersikap sopan karena memaksimalkan keuntungan (-

) mitra tuturnya. Mitra tutur (-) menrepkan paradods pragmatic dengan berusaha

meminimalkan penghargaan diri sendiri, sedangkan (-) pada contoh (2) melanggar

paradox pragmatic dengan berusaha memaksimalkan keuntungan diri sendiri. Jadi

(-) dalam contoh (2) tidak berlaku sopan. Dengan ketentuan di atas dapat

ditentukan secara serta merta bahwa tuturan (3) lebih sopan dibandingkan (4)

(Wijana dan Rohmadi, 2011: 56)

2.5.1.4 Maksim Kerendahan hati (modesty maxsim)

Maksim ini mengandung prinsip sebagai berikut.

1) Pujilah diri sendiri sedikit mungkin.

2) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.

Maksim kerendahan hati ini juga diungkapkan dengan ekpresif dan asertif. Bila

maksim pujian berpusat pada diri sendiri. Maksim kerendahan hati menurut setiap

Page 40: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

21

peserta meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri (Wijana dan Rohmadi, 2011:

57).

(1) + mereka baik skala i kepada kita

- Ya betul

(2) Kamu baik skala i kepada kita.

- Ya saya harus begini.

Wacana (1) mematuhi prinsip kesopanaan karena (+) memuji kebaikan pihak lain,

dan respon yang diberikan (-) memuji orang lain yang dibicarakan itu. Wacana (2)

memiliki bagian yang melanggar maksim kesopanaan. Tuturan (-) dalam wacana

(2) tidak mematuhi maksim kesopanaan karena memaksimalkan rasa bangga

terhadap diri sendiri.

2.5.1.5 Maksim kesepakatan (agreement maxim)

Maksim ini mengandung maksim sebagai berikut (a) usakan agar kata sepakat

antara diri dan lain terjadi sedikit mungkin [(b) usahakan agar kesepakatan antar

diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin]. Seperti halnya ketiga maksim

sebelum ini, maksim kesepkatan menggariskan setiap penutur dan mitra tutur

untuk memaksimalkan kesepakatan diantara mereka dan meminimalkan

ketidaksepakataan. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut ini.

(1) + Bahasa Inggris sukar ya?

- Ya

(2) + Bahasa Inggris sukar ya/

- Siapa bilang mudah skala i.

Kontribusi (-) pada tuturan (1) lebih sopan dibandingkan dengan tuturan (2),

karena pada tuturan (2) kontribusi (-) memaksimalkan ketidaksepaktaan dengan

pernyataan (+). Dalam hal ini tidak berarti orang harus setuju dengan pendapat

atau pernyataan mitra tuturnya. Dalam hal ini tidak menyetujui apa yang

Page 41: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

22

dinyatakan oleh mitra tuturnya ia dapat membuat pernyataan yang mengandung

ketidaksetujuan atau ketidaksepakatan.

2.5.1.6 Maksim simpati (sympathy maxim)

Maksim ini mengandung prinsip sebagai berikut.

1) Kurangilah rasa antipasti antara diri dan lain hingga sekecil mungkin

2) Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain.

Sebagaimana halnya maksim kesepakatan, maksim ini juga diungkapkan dengan

tuturan asertif. Maksim simpati ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk

memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antisipati kepada mitra

tuturnya. Jika mitra tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur

wajib memeberikan selamat. Bila mitra tutur mendapatkan kerusakan, atau

musibah, maka penutur layak berduka atau mengutarakan ucapan belasungkawan

sebagai tanda kesimpatian (Wijana dan Rohmadi, 2011: 59) berikut contoh untuk

memperjelas uraian tersebut.

(1) + bukuku yang kedua sudah terbit?

- Selamat ya, Anda menang hebat.

(2) + Aku gagal masuk SNMPTN tahun ini.

- Jangan sedih, masih ada SBMPTN

Sebagai simpulannya terhadap teori kesantunan Leech maksim-maksim

kesantunan sebagai berikut.

a. Maksim kearifan, maksim kedermawanaan, maksim pujian, dan maksim

kerendahan hati adalah maksim yang berhubungan dengan keuntungan

atau kerugian diri sendiri dan orang lain.

b. Maksim kesepkatan dan simpati adalah maksim yang berhubungan dengan

penilaian buruk atau baik penutur terhadap dirinya sendiri atau orang lain.

Page 42: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

23

c. Maksim kearifan dan pujian adalah maksim yang berpusat pada orang lain.

d. Maksim kedermawanaan dan kerendahan hati adalah maksim yang

berpusat pada diri sendiri.

2.6 Skala Kesantunan

Setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat

kesantunan sebuah tutran. Berikut skala kesantunan yang disampaikan Leech.

1. Skala kerugian dan keuntungan (Cost-benefit scale)

Skala ini menunjuk pada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang

diakibatkan oleh sebuah tindak tutur. Makna skala biaya-keuntungan itu adalah

semakin memebrikan baiaya (sosial) kepada mitra tutur semakin kurang santunlah

tuturan itu. Sebaliknya, semakin memberikan keuntungan kepada mitra tutur,

semakin santunlah tuturan itu. Tuturan yang memberikan keuntungan kepada

penutur merupakan tuturan yang kurang santun. Sementara itu, tuturan yang

membebani biaya (sosial) yang besar kepada penutur merupakan tuturan yang

santun.

Contoh:

(1) Ambilkan tas saya!

(2) Buka tas itu!

(3) Jangan tergesa-gesa!

(4) Rebahkan tubuhmu di sofa!

(5) Nikmatilah hidangan ini!

Berdasarkan contoh tuturan di dalam skala biaya-keuntungan itu dapatlah

dinyatakan bahwa tuturan (1) merupakan tutran kurang santun karena membebani

mitra tuturnya dan memberikan keuntungan kepada penutur. Beban biaya yang

Page 43: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

24

harus dikeluarkan oleh mitra tutur adalah tenaga dan biaya sosial yang berupa

tuturannya harga diri mitra tutur. Sebaliknya tuturan (5) adalah tuturan yang

paling santun karena memberikan keuntungan yang lebih kepada mitra tutur dan

juga tidak membebani.

2. Skala Keopsionalan (optionally scale)

Skala keopsionalan adalah rentangan pilihan untuk menghitung jumlah pilihan

tindakan bagi mitra tutur. Makna skala keopsionalan itu adalah semakin

memberikan banyak pilihan kepada mitra tutur semakin santunlah tuturan itu.

Sebaliknya, semakin tidak memberikan pilihan tindakan kepada mitra tutur,

semakin kurang santunlah tuturan itu.

Contoh:

(1) Belikan pulsa!

(2) Kalau ada waktu, belikan pulsa!

(3) Kalau ada waktu dan tidak merepotkan, belikan pulsa!

(4) Kalau ada waktu dan tidak merepotkan, belikan pulsa, itu kalau kamu

tidak keberatan!

Dari contoh tuturan di dalam skala keopsionalan itu tampak bahwa tuturan (1)

merupakan tuturan yang paling kurang santun karena tuturan itu tidak

memberikan pilihan tindakan kepada mitra tuturnya. Tuturan (3) lebih santun jika

dibandingkan dengan tuturan (2) karena lebih banyak memberikan pilihan

tindakan kepada mitra tuturnya. Tuturan (4)paling santun diantara tuturan-tuturan

itu karena memberikan pilihan tindakan yang paling banyak kepada mitra

tuturnya.

Page 44: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

25

3. Skala Ketaklangsungan (indirectness scale)

Skala ketaklangsungan menyangkut ketaklangsungan tuturan. Skala ini berupa

rentangan ketaklangsungan tuturan sebagai indikator kesantunannya. Makna skala

ketaklangsungan itu adalah semakin taklangsung, semakin santunlah tuturan itu.

Sebaliknya, semakin langsung semakin kurang santunlah tuturan itu.

Contoh:

(1) Kembalikan bukunya!

(2) Saya ingin mengembalikan bukunya.

(3) Maukah Anda mengembalikan bukunya?

(4) Anda dapat mengembalikan bukunya?

(5) Keberatankah Anda mengembalikan bukunya?

Atas dasar rentangan skala ketaklangsungan, tuturan itu dapat dinyatakan bahwa

tuturan (1) merupakan tuturan yang paling kurang santun karena tuturan itu

merupakan tuturan langsung. Jarak tempuh daya ilokusioner menuju tujuan

ilokusioner paling pendek. Tuturan (3) lebih santun dibandingkan dengan tuturan

(2) sebabnya adalah jarak tempuh daya ilokusioner menuju tujuan ilokusioner

lebih panjang dari pada jarak yang dikandung tuturan (2). Tuturan (5) merupakan

tuturan yang paling santun di antara tuturan-tuturan itu. Hal itu terjadi karena

tuturan itu lebih taklangsung dibandingkan dengan tuturan lainnya. Jarak tempuh

ilokusioner menuju tujuan ilokusioner juga paling panjang. (Leech dalam Rahardi,

2005: 86)

2.7 Kesantunan Linguistik dan Pragmatik

Wujud-wujud kesantunan berkaitan dengan pemakaian tuturan imperatif dalam

bahasa Indonesia. Wujud kesantunan pertama menyangkut ciri linguistik yang

Page 45: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

26

selanjutnya mewujudkan kesantunan linguistik. Sedangkan wujud kesantunan

kedua menyangkut ciri nonlinguistik tuturan impreatif yang selanjutnya

mewujudkan kesantunan pragmatik (Rahardi, 2005: 118). Dari pernyataan di atas

dapat kita simpulkan bahwasannya wujud kesantunan linguistik merupakan wujud

kesantunan yang diungkapkan secara langsung oleh penutur lewat tuturan

langsung. Sedangkan jika wujud penuturannya prakmatik diungkapkan secara

tidak langsung atau tersirat.

2.7.1 Kesantunan Linguistik

Kesantunan linguistik tuturan imperatif bahasa Indonesia mencakup hal-hal

sebagai berikut:

1. Panjang-pendek turunan,

2. Urutan tuturan,

3. Intonasi tuturan dan isyarat-isyarat kinesik, dan

4. Pemakaian ungkapan penanda kesantunan.

Keempat hal tersebut dipandang sebagai faktor penentu kesantunan linguistik

tuturan impreatif dalam bahasa Indonesia.

1. Panjang- Pendek Tuturan Sebagai Penentu Kesantunan Linguistik

Tuturan

Masyarakat bahasa dan kebudayaan Indonesia, panjang pendeknya tuturan yang

digunakan dalam menyampaikan kesantunan penutur dapat diidentifikasi dengan

jelas. Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan yang

digunakan , akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin pendek

Page 46: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

27

sebuah tuturan, akan cenderung menjadi semakin tidak santunlah tuturan itu.

Berikut contoh-contoh panjang-pendek tuturan.

(1) Buku tugasnya!

(2) Buku tugasnya bang!

(3) Bisa saya lihat buku tugasnya bang!

Berdasarkan tuturan di atas dapat kita lihat, bahwa banyaknya kata pada tuturan

tersebut tidak sama begitu juga dengan panjang-pendeknya tuturan. Pada contoh

(1) kata yang diungkapkan sangat singkat, sehingga unsur memerintahnya sangat

langsung diungkapkan, contoh (2) diberi sapaan bang, artinya tuturan tersebut

diperjelas untuk seorang laki-laki di atas penutur usianya, contoh (3) pada tuturan

ini terdapat kalimat meminta izin ‗bisa saya lihat‘ yang diungkapkan penutur

untuk lawan tuturnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin panjang

sebuah tuturan, maka semakin santunlah tuturan itu Rahardi (2005: 118-120).

2. Urutan Tuturan Sebagai Penentu Kesantunan Linguistik

Kegiatan bertutur selalu mempertimbangkan apakah tuturan yang digunakan itu

ntergolong sebagai tuturan santun ataukah tuturan tidak santun. Dengan demikian,

urutan tuturan sebagai tuturan berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya

peringatan kesantunan tuturan sebuah tuturan berpengaruh besar terhadap tinggi

rendahnya peringkat kesantunan tuturan yang digunakan pada saat bertutur.

Lihatlah contoh berikut ini.

(1) Bu Rifnida sebentar lagi akan datang, segera rapihkan seluruh kelas ini!

(2) Segera rapihkan seluruh kelas ini, Bu Rifnida akan datang sebentar lagi.

Informasi indeksal:

Page 47: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

28

Pada tuturan (1) dan (2) mengandung maksud yang sama, namun kedua tuturan itu

berbeda dalam hal peringkat kesantunan. Tuturan (1) lebih santun dari tuturan (2)

karena menyatakan maksud imperatif terlebih dahulu dengan informasi lain yang

melatar belakangi imperatif yang diungkapkan selanjutnya. Dengan demikian

tuturan imperatif yang didahulukan tuturan informasi nonimperatif memiliki kadar

kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan imperatif yang tanpa diawali

informasi nonimperatif terlebih dahulu (Rahardi, 2005: 121-122).

3. Intonasi dan Insyarat-Isyarat Kinesik Sebagai Penentu Kesantunan

Linguistik Tuturan

Pada pertuturan intonasi memiliki peranaan besar dalam menentukan tinggi

rendahnya peringkat kesantunan sebuah imperatif, disamping intonasi.

Kesantunan penggunaan tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia juga

dipengaruhi oleh isyarat-isyarat kinesik yang dimunculkan lewat bagian-bagian

tubuh penutur. Sistem pralinguistik yang bersifat kinestik itu dapat disebutkan

diantaranya sebagai berikut: (1) ekspresi wajah, (2) sikap tubuh, (3)gerakan jari-

jemari, (4) gerakan tangan, (5) ayunan lengan, (6) gerakan pundak, (7) goyangan

pinggul, (8) gelengan kepala. Gerakan tubuh ini berfungsi mempertegas maksud

tuturan. Berikut contoh berkaitan dengan hal tersebut.

(1) Taruh kunci itu disini!

Informasi indeksal:

Tuturan ini tuturkan dengan intonasi yang halus dengan wajah tersenyum sambil

menujukkan tempat menaruh kunci.

(2) Cepat taruh kunci itu disini sebelum dosen datang!

Page 48: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

29

Informasi indeksal:

Tuturan ini di tuturkan dengan intonasi keras, wajah tidak bersahabat sambil

menggebrak meja.

Dapat dikatakan bahwa intonasi dan sistem pralinguistik yang sifatnya kinestik

memegang peranaan sangat penting di dalam menentukan tinggi-rendahnya

peringatan kesantunan pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia.

4. Ungkapan-Ungkapan Penanda Kesantunan Sebagai Penentu Kesantunan

Linguistik

Kesantunan dalam pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia sangat

ditentukan oleh muncul atau tidaknya ungkapan-ungkapan penanda kesantunan

seperti: tolong, mohon, silahkan, mari, ayo, biar, coba, harap, hendaknya,

hendaklah, sudi kiranya, sudilah kiranya, sudi apalah kiranya (Rusminto,

2012:125). Berikut penjelasan secara terperinci.

a) Penanda kesantunan tolong sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imperatif

Seorang penutur dapat memperhalus maksud tuturan imperatifnya dengan

menggunakan penanda kesantunan tolong, namun penanda tersebut tidak semata-

mata dianggap perintah melainkan dapat dianggap permintaan.

Contoh : ―tolong dengarkan temannya yang sedang presentasi‖

Informasi indeksal:

Tuntunan di atas dituturkan oleh dosen kepada Mahasiswanya agar mendengarkan

sejenak temannya yang sedang presentasi di depan.

Page 49: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

30

b) Penanda kesantunan mohon sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imperatif

Tuturan imperatif dapat bermakna permohonan apabila menggunakan penanda

kesantunan mohon, seringkali didapatkan bahwa pemakaian penanda kesantunan

mohon itu digunakan bersama unsur lain, seperti kiranya atau sekiranya. Berikut

contoh tuturan mohon.

(1) Ambil minum ini!

(2) Mohon terima minum ini!

(3) Mohon sekiranya dapat menerima minum ini!

Jika kita lihat ketiga tuturan di atas memiliki maksud yang sama, namun dengan

peringkat kesantunan yang berbeda. Tuturan (1) memiliki tingkat kesantunan

paling rendah dari (2) dan (3). Perlu dicatat penanda kesantunan mohon seringkali

digunakan dalam bentuk pasif dimohonkan pada ragam formal.

c) Penanda kesantunan silahkan sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imperatif

Tuturan imperatif akan memiliki makna persilaan dengan menggunakan penanda

kesantunan silahkan, jadi. Kata silahkan yang dilekatkan pada awal tuturan

imperatif dapat berfungsi sebagai penghalus tuturan dan penentu kesantunan

imperatif itu, berikut contoh tuturannya.

(1) Pakai pena itu!

(2) Silahkan pakai pena itu!

(3) Silahkan dipakai pena itu!

Informasi indeksal:

Tuturan (1),(2) dan (3) dituturkan oleh mahasiswa A kepada mahasiswa B yang

akan hendak mengisi absen. Dilihat dari tuturan di atas, tuturan (1) merupakan

tuturan yang paling rendah tingkat kesantunannya dibandingkan dengan tuturan

Page 50: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

31

(2) dan (3). Namun dengan demikian jika dibandingkan tuturan (2) dan (3) maka

tuturan (3) lebih santun.

d) Penanda kesantunan mari sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imperatif

Tuturan imperatif yang mengguankan penanda kesantunan mari, yakni bermakna

ajakan akan lebih santun dibandingkan tuturan yang tidak menggunakan tuturan

itu. Pada komunikasi sehari-hari kata mari sering kali diganti ayo atau yo. Ayo

atau yo, dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tuturan imperatif yang dilekati

penanda kesantunan mari memiliki tingkat kesantunan lebih tinggi daripada ayo

atau yo.

Berikut contoh tuturan.

(1) Duduk!

(2) Mari duduk!

(3) Ayo duduk!

(4) Yo duduk!

Informasi indeksal:

Tuturan-tuturan di atas siungkapkan oleh seorang mahasiswa yang

mempersilahkan duduk temannya. Sebagai imperatif yang memiliki makna

ajakan. Tuturan (2) lebih santun dibandingkan tuturan yang lainnya.

e) Penanda kesantunan biar sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imperatif

Penanda kesantunan biar, biasanya, digunakan untuk menyatakan makna imperatif

permintaan izin. Berikut contoh tuturannya.

(1) Biar saya saja yang membeli baju ini.

(2) Saya saja yang membeli baju ini.

Page 51: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

32

Informasi indeksal:

Dituturkan oleh seorang pembeli kepada penjual baju, ketika pembeli lain tidak

cukup uang untuk membelinya.

Dapat dilihat bahwasannya tuturan (1) lebih halus dan terlihat lebih santun

dibandingkan tuturan (2) yang terlihat kasar yang mengandung maksud memaksa.

f) Penanda kesantunan ayo sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imoeratif

Penggunaan kata ayo di awal tuturan, maka imperatif yang didukung di dalam

tuturan itu akan dapat berubah menjadi ajakan. Maka imperatif mengajak jauh

lebih santun dibandingkan memerintah. Dikatakan demikian karena imperatif

ajakan melibatkan si penutur dan mitra tutur. Berikut contoh tuturan.

(1) Ayo, masuk dulu!

(2) Masuk dulu!

Tuturan (1) terkandung makna bahwa yang masuk tidak hanya dilakukan oleh

mitra tutur melainkan dengan si penutur juga. Namun berbeda dengan tuturan (2)

yang tidak di lakukan bersama-sama, melainkan hanya mitra tutur saja. Tuturan

(1) juga dilihat lebih santun dibandingkan dengan tuturan (2).

g) Penanda kesantunan coba sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imperatif

Tuturan untuk memerintah atau menyuruh dengan tuturan imperatif, pemakaian

kata coba akan merendahkan kadar tuntunan imperatifnya, pengguanaan bentuk

yang demikian, seolah-olah mitra tutur diajak diperlakukan sebagai orang yang

sejajar dengan penutur, namun peringkat kedudukan diantara keduanya berbeda.

Page 52: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

33

Anggapan mitra tutur akan sejajar dengan penutur itu akan menyelamatkan muka

kedua belah pihak. Berikut contoh tuturan:

(1) Coba ambil buku itu!

(2) Ambil buku itu!

Pada tuturan (2) merupakan tuturan suruhan yang kasar, kasar dan tidak santun.

Sedangkan tuturan (1) merupakan sebuah imperatif yang bermakna halus, santun

dan sangat bijak sana.

h) Penanda kesantunan harap sebagai penentu kesantunan linguistik

tuturan imperatif

Penanda kesantuan harap yang ditetapkan pada bagian awal tuturan imperatif akan

dapat memperhalus tuturan itu. Disamping bermakna harapan, tuturan imperatif

yang diawali penanda kesantunan harap juga dapat memiliki makna himbauan.

Berikut contoh tuturan:

(1) Belajar lagi!

(2) Saya harap kalian belajar lagi!

Pada tuturan (1) merupakan perintah yang tegas dan keras yang ditunjukan untuk

orang tertentu. Tuturan (2) tidak lagi bermakna suruhan melainkan bermakna

imbauan.

i) Penanda kesantunan hendak (Lah-Nya) sebagai penentu kesantunan

linguistik tuturan imperatif

Penanda kesantunan hendaklah atau hendaknya yang semulanya merupakan

imperatif suruhan dapat berubah menjadi imperatif yang bermakna imbauan atau

saran. Berikut contoh tuturan:

Page 53: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

34

(1) Tunggu sebentar!

(2) Hendaknya tunggu sebentar!

(3) Hendaklah tunggu sebentar!

Tuturan (1) memiliki kadar tuntunan lebih tinggi dan tingkat kesantunan lebih

rendah dibandingkan dengan tuturan (2) dan (3) yang memiliki makna saran.

j) Penanda kesantunan sudi kiranya/ sudilah kiranya/ sudi apalah

kiranya sebagai penentu kesantunan linguistik tuturan imperatif

Penanda kesantunan tersebut sebuah tuturan imperatif yang bermakna perintah itu

dapat menjadi lebih halus konotasi maknanya. Selain itu, tuturan impertaif

tersebut juga dapat berubah makna menjadi permintaan dan permohonan sangat

halus. Berikut contoh tuturannya.

(1) Sudikiranya ibu jika mengizinkan saya untuk mengikuti quis susulan

2.7.2 Kesantunan pragmatik tuturan imperatif dalam Bahasa Indonesia

Gunarwan (Gunarwan, 1997) menggunakan terminologi ―kompetensi pragmatik‖

dalam pengertian kefasihan dalam berbahasa atau berbicara. Seseorang yang tidak

fasih dalam berbahasa atau berbicara dianggap tidak memiliki kompetensi

pragmatik dalam bahasa tersebut. Baskoro (Baskoro, 2014) juga mengatakan

bahwa pelaku tutur yang memiliki kemampuan menghasilkan dan memahami

tindak komunikatiflah yang dikategorikan memiliki kompetensi pragmatik.

Makna pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dapat diwujudkan dengan

tuturan yang bermacam-macam. Makna pragmatik imperatif itu kebanyakan tidak

diwujudkan dengan tuturan imperatif melainkan dengan non imperatif. Makna

Page 54: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

35

pragmatik imperatif melainkan dengan non imperatif banyak diucapkan dalam

tuturan deklaratif dan tuturan interogatif.

1. Kesantunan Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Deklaratif

Kesantunan pragmatik dapat juga diidentifikasikan di dalam tuturan deklaratif.

Kesantunan pragmatik imperatif pada tuturan deklaratif dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, yaitu:

a) Tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

suruhan

Dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya, penutur cenderung menggunakan

tuturan nonimperatif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif. Demikian

pula untuk menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan, penutur dapat

menggunakan tuturan yang deklaratif, tuturan deklaratif banyak diguanakn untuk

menyatakan makna pragmatik suruhan (Rahardi, 2005:135) berikut contoh tuturan

yang berkaitan dengan hal tersebut.

―buku catatan yang kemarin dibuat kumpulkan hari ini!‖

Informasi indeksal:

Tuturan di atas dituturkan oleh seorang dosen kepada mahasiswa yang telah

mengerjakan tugas.

b) Tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

ajakan

Kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatik imperatif ajakan, tanya,

banyak diwujudkan dengan menggunakan tuturan deklaratif. Pemakaian tuturan

Page 55: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

36

yang demikian lazimnya memiliki ketidaklangsungan yang tinggi karena di dalam

bertutur terkadang maksud-maksud kesantunan (Rahardi, 2005: 136-137) hal

tersebut dapat dilihat dari contoh di bawah ini.

―Marilah kita buka acara ini dengan mengucap lafadz basmalah‖

Informasi indesal:

Tuturan di atas dituturkan oleh pembawa acara untuk aundience yang sedang

mengikuti acara pembukaan.

c) Tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

permohonan

Bentuk deklaratif ternyata banyak digunakan untuk menyatakan makna pragmatik

permohonan. Dengan menggunakan tuturan deklaratif maksud memohon menjadi

tidak terlalu ketara dan dapat dipandang lebih santun (Rahardi, 2005: 138) berikut

contoh tuturannya.

Pegawai JNE : ―Mohon ditanda tangani mbak surat penerimaanya‖

Penerima :‖Oh iya mas, disini ya‖

Informasi indeksal:

Tuturan tersebut merupakan percakapan antara pegawai JNE yang sedang

mengirim barang kepada penerima.

d) Tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

persilaan

Pada saat berkomunikasi sehari-hari seringkali ditemukan bahwa makna

pragmatik imperatif persilaan diungkapkan dengan menggunakan deklaratif.

Page 56: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

37

Dengan cara yang demikian, makna pragmatik imperatif persilaan itu

diungkapkan dengan lebih santun (Rahardi, 2005:140). Berikut contoh tuturannya.

Ina :‖Mbak boleh saya lewat‖

Yuli :‖Oh iya boleh... boleh...‖

Informasi indeksal:

Tuturan tersebut merupakan percakapan antara dua mahasiswa yang berada di

dalam lorong kampus.

e) Tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

larangan

Secara pragmatik, makna imperatif larangan seringkali diungkapkan dengan

menggunakan tuturan deklaratif. Dengan demikian ciri ketidaklangsungan sangat

tinggi. Karena hal tersebut tuturan itu mengandung maksud-maksud kesantunan

(Rahardi: 2005:141). Berikut contoh tuturannya.

―batas suci, alas kaki harap lepas‖

Informasi indeksal:

Bunyi sebuah peringatan yang ada di lantai masjid ketika pengunjung ingin

masuk.

2. Kesantunan Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Introgatif

Sebelumnya telah disampaikan bahwa imperatif pragmatik dapat diwujudkan

dengan deklaratif, hal yang sama juga dapat ditemukan pada tuturan interogatif.

Digunakannya tuturan introgatif untuk menyatakan makna imperatif itu, dapat

mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup besar (Rahardi, 2005:142)

Page 57: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

38

a) Tuturan introgatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

perintah

Lazimnya, tuturan introgatif digunakan untuk menyatakan sesuatu kepada si mitra

tutur. Tuturan introgatif dapat pula digunakan untuk menyatakan maksud dan

makna pramatik imperatif, misalnya Perintah (Rahardi, 2005; 143). Berikut ini

contoh tuturan mengenai hal tersebut.

Ketua Kelas : ―Tolong kamu fotocopy buku ini dua rangkap ya?‖

Mahasiswa :‖Oh iya‖

Informasi indeksal:

Percakapan di atas terjadi di ruang dosen antara mahasiswa dan dosen yang ingin

memberikan perintah kepada mahasiswanya.

b) Tuturan introgatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

ajakan

Maksud imperatif ajakan yang diungkapkan dengan tuturan introgatif akan lebih

santun daripada diungkapkan dengan tuturan imperatif (Rahardi,2005:144).

Berikut contoh tuturan introgatif yang menyatakan makna ajakan.

Alpiana : Mbak udah selesai belum ngetiknya?aku pengen pipis nih.

Eli :Iya ini dikit lagi, bentar ya.

Informasi indiksal:

Percakapan di atas terjadi di perpustakaan ketika mereka berdua sedang

mengerjakan proposal.

Tuturan tersebut dianggap lebih sopan, dalam menyatakan maksud pragmatik

imperatif ajakannya, yang mengandung ketidaklangsungan yang tinggi, sehingga

tuturan tersebut kadar kesantunannya yang tinggi pula.

Page 58: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

39

c) Tuturan introgatif yang menyatakan makna pragmatik impertaif

permohonan

Kegiatan bertutur yang sesungguhnya, ternyata banyak ditemukannya bahwa

tuturan introgatif dapat menyatakan maksud imperatif permohonan. Konotasi

makna kesantunan yang dimunculkan dari tuturan itu lebih tinggi dari pada

tuturan imperatif (Rahardi, 2005: 145-146). Berikut ini contoh mengenai hal

tersebut.

―Bu, apakah kami ingin diberi tugas lagi? Yang kemarin dan yang minggu lalu

saja belum ibu periksa bu‖

Informasi indeksal:

Tuturan tersebut dituturkan oleh mahasiswa kepada dosen yang ingin memberikan

tugas lagi.

d) Tuturan introgatif yang menyatakan makan pragmatik imperatif

persilaaan

Bentuk persilaaan dengan tuturan nonimperatif lazimnya diguankan dalam situasi

formal yang penuh dengan pemakaian basa basi. Situasi tersebut dapat ditemukan,

misalnya dalam kegiatan-kegiatan resmi (Rahardi, 2005:147). Berikut contoh

tuturan introgatif makna persilaan.

Mahasiswa : Dosen pembimbimbing dan dosen pembahas sudah bisa

hadir semua pak, apakah bapak bisa hadir hari ini pak?

Dosen : Oh iya tentu, lima menit lagi saya kesana.

Informasi indeksal:

Page 59: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

40

Percakapan antara dosen dan mahasiswa di atas (via telepon) yang akan

mengadakan seminar proposal.

e) Tuturan introgatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif

larangan

Tuturan –tuturan yang bermakna imperatif larangan sangat jarang ditemukan

dengan bentuk non imperatif. Dari penelitian di dapatkan bahwa tuturan non

imperatif banyak digunakan untuk menyatakan maksud imperatif larangan

(Rahardi, 2005 : 147-148). Berikut ini contoh tuturan yang berkaitan dengan hal

tersebut.

Guru : ―Ada yang mau berbicara kedepan untuk menggantikan

ibu?‖

Murid :‖Tidak bu‖

Informasi indeksal:

Percakapan di atas terjadi di ruang kelas ketika guru sedang menerangkan

pelajaran dengan murid yang berisik.

Selain dari sepuluh penanda kesantunan yang dipapparkan oleh Rahardi, masih

ada ungkapan kesantunan yang lain yang digunkan untuk menjaga tuturan agar

terdengar lebih santun. Pranowo (dalam Chaer, 2010:62)memberi saran agar

tuturan terasa santun, sebagai berikut:

a. Gunakan kata ‗tolong‘ untuk meminta bantuan kepada orang lain.

b. Gunakan kata ‗maaf‘ untuk tuturan yang diperkirakan akan menyinggung

perasaan orang lain.

c. Gunakan kata ‗ terimakasih‘ sebagai penghormatan atas kebaikan orang

Page 60: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

41

lain.

d. Gunakan kata ‗berkenan‘ untuk meminta kesediaan orang lain melakukan

sesuatu.

e. Gunakan kata ‗beliau‘ untuk menyebut orang ketiga yang dihormati.

f. Gunakan kata ‗Bapak/Ibu‘ untuk menyapa orang ketiga.

2.8 Kategori Fatis

Basa-basi merupakan fenomena bahasa yang muncul secara tiba-tiba,

sesungguhnya pemakaian basa-basi meresap pada akar social budaya. Basa-basi

didefinisikan sebagai ungkapan atau tuturan yang dipergunakan hanya untuk

sopan santun dan tidak menyampikan informasi (KBBI, 2008: 143). Tuturan basa-

basi digunakan untuk memulai, memperlakukan atau mengukuhkan antara penutur

dan mitra tutur (Kridalaksanaka, 2005:111)

Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau

mengukuhkan pembicaraan antara penutur dan mitra tutur. Kelas kata ini biasanya

terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-

kalimat yang diucapkan oleh penutur dan mitra tutur.

Kategori fatis mempunyai bentuk bebas, misalnya kok, deh, atau selamat dan

wujud terikat, misalnya –lah atau pun. Bentuk kategori fatis terbagi atas:

1) Partikel dan Kata Fatis

a. Ah menekankan rasa penolakan atau acuh tak acuh, misalnya ―ayo ah kita

pergi‖.

b. Ayo menekankan ajakan, misalnya ―ayo kita pergi‖

Page 61: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

42

Ayo memmpunyai variasi yo bila diletakkan di akhir kalimat. ayo juga

bervariasi dengan ayuk dan ayuh.

c. Deh digunakan untuk menekankan:

(1) Pemaksaan dengan membujuk, misalnya:

―makna deh, jangan malu-malu‖

Dalam hal ini deh berdekatan tugasnya dengan partikel –lah

(2) Pemberian persetujuan, misalnya ―boleh deh‟.

(3) Pemberian garansi, misalnya ―makanan dia enak deh‖.

(4) Sekedar penekanan, misalnya ― saya benci deh sama dia‖.

d. Dong digunakan untuk menghaluskan perintah dan menekankan

kesalahan.

e. Ding menekanakan pengakuan kesalahan penutur, misalnya ―bohong

ding!‖.

f. Halo digunakan untuk memulai dan mengukuhkan pembicaraan.

g. Kan apabila diletakkan di akhir atau di awal kalimat, maka kan merupakan

kependekan dari bukan atau bukankah, dan tegasnya ialah menekankan

pembuktian, misalnya ―kan dia sudah tau?‖. Apabila kan berada di tengah

kalimat, maka kan juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan,

misalnya ―tadi kan sudah dikasih tau!‖.

h. Kek mempunyai tugas menekankan perincian, menekankan perintah dan

menggantikan kata saja.

i. Kok menekankan alas an dan pengingkaran, misalnya ―saya hanya ingin Tanya

saja kok!”.

Page 62: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

43

j. –lah menekankan kalimat imperative dan penguat sambutan dalam kalimat,

misalnya ―tutuplah pintu itu!‖.

k. Lho bila terletak di awal kalimat, bersifat seperti interjeksi yang menyatakan

kekagetan, misalnya ―lho kata mereka syaratnya ini saja‖. Bila terletak

ditengah atau diakhir kalimat, maka lho menekankan kepastian, misalnya

―temen saya juga mau buat lho‖.

l. Nah selalu terletak di awal kaliamat dan bertugas untuk meminta supaya mitra

mengalihkan perhatian ke hal lain. Misalnya ―nah, bawalah kartu ini nanti

dipanggil‖.

2) Kesantunan pragmatik Imperatif dalam Tuturan Introgatif

Sebelumnya telah disampaikan bahwa makna imperatif pragmatik dapat

diwujudkan dengan tuturan deklaratif, hal yang sama juga dapat ditemukan paada

tuturan introgatif. Digunakannya tuturan introgatif untuk menyatakan makna

imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungannya yang cukup besar

(Rahardi, 2005: 142)

m. Toh bertugas menguatkan maksud, adakalanya memiliki arti yang sama

dengan tetapi, misalnya ― saya toh tidak merasa bersalah‖.

n. Ya bertugas:

1) Mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan mitra tutur, bila

dipakai di awal ujaran, misalnya “ya tentu saja‖.

2) Mitra persetujuan atau pendapat mitra tutur. Bila dipakai di akhir ujaran,

misalnya ―saya isi data dulu ya pak ya?‖.

Page 63: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

44

o. Yah digunakn pada awal kalimat atau ditengah-tengah ujaran, tetapi tidak

pernah di akhir ujaran, untuk mengungkapkan keragu-raguan atau ketidak

pastian terhadap apa yang diungkapkan oleh mitra tutur, misalnya ―yah apa

besok masih bisa Mbak?‖.

3) Frasa fatis

a. Frase dengan selamat digunakan untuk memulai dan mengakhiri interaksi

anatar penutur dan mitra tutur sesuai dengan keperluan dan situasinya,

misalnya selamat pagi, selamat siang, selamat jalan, selamat makan, dan

lain-lain.

b. Tuturan berduka cita digunakan sewaktu penutur menyamapikan bela

sungkawan.

c. Asalamualaikum digunakan ketika penutur memulai interaksi.

d. Walaikumsalam digunakan ketika penutur membalas mitra tutur yang

mengucap salam.

e. Insa Allah diucapkan oleh penutur ketika menerima tawaran mengenai

sesuatu dari mitra tutur (kridalaksana, 2005:111-117)

2.9 Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Perguruan Tinggi

(Universitas Lampung)

Kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa melalui pembelajaran bahasa

Indonesia empat aspek keterampilan berbahasa, yakni keterampilan menyimak,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Salah

satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dan penting dikuasi mahasiswa adalah

keterampilan berbicara. Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara adalah

Page 64: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

45

melatih mahasiswaq menuturkan kata-kata secara lisan dengan santun, baik dan

benar, dan dapat menyampaikan pikiran secara efektif pada forum resmi dengan

penuh percaya diri.

Peneliti mengimpilikasikan hasil penelitian dengan pengajaran mata kuliah

Keterampilan berbicara sebagai tambahan materi ajar. Pada buku bahan ajar

penyelenggara Program sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Universitas Lampung, berdasarkan kurikulum program studi Bahasa dan Sastra

Indonesia, mata Kuliah Keterampilan Berbicara merupakan mata kuliah wajib

dengan kode mata kuliah BHS 616109 dengan bobot 3 SKS. Penyajian mata

kuliah Keterampilan Berbicara mencakup 1)komponen- komponen keterampilan

berbicara, 2) berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, 3) berbicara sebagai

suatu cara berkomunikasi, 4) pengertian dan tujuan berbicara, 5) metode-metode

penyampaian berbicara, 6) jenis-jenis kegiatan berbicara, 7) faktor-faktor

penunjang keefektifavan berbicara, 8) hambatan-hambatan dalam berbicara, 9)

dasar-dasar berpidato, 10) presentasi kegiatan berbicara (individu). Berdasarkan

Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dalam kurikulum tersebut,

terdapat enambelas capaian pembelajaran, yaitu sebagai berikut

1. Menjelaskan komponen-komponen keteramilan berbahasa;

2. Menjelaskan berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa;

3. Menjelaskan berbicara sebagai suatu keterampilan berkomunikasi;

4. Menjelaskan pengertian dan tujuan berbicara;

5. Menjelaskan metode-metode penyampaian berbicara;

6. Menjelaskan jenis-jenis kegiatan berbicara;

7. Menjelaskan faktor- faktor penun jang keefektivan berbicara;

Page 65: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

46

8. Menjelaskan hambatan-hambatan dalam berbicara;

9. Menjelaskan dasar-dasar keterampilan berpidato; dan

10. Mempresentasikan kegiatan berbicara.

Untuk ketetapan implikasi sesuai penelitian, peneliti mengimplikasikan hasil

penelitian ke dalam Kopetensi dasar yang ke sepuluh, yaitu kegiatan diskusi

dalam mata kuliah berbicara. Hasil temuan ini dapat dimanfaatkan menjadi

tambahan materi pemeblajaran dalam pola kesantunan bertutur mahasiswa dalam

pembeljaran mata kuliah keterampilan berbicara.

Tujuan dalam perkuliahan ini agar, (1) mahasiswa dapat mendeskripsikan

kegiatan diskusi, (2) mahasiswa dapat menjelaskan kegiatan diskusi, (3)

mahasiswa dapat memahami kegiatan diskusi. Untuk lebih jelas dan rincinya,

peneliti akan mencantumkan RPS mata kuliah berbicara pada lampiran (RPS

keterampilan berbicara).

Page 66: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

47

2.10 Rencana Pembelejaran Semester (RPS) Berbicara

KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO. Minggu

ke-

Kemampuan

Akhir yang

diharapkan

Bahan Kajian Bentuk

Pembelajaran

waktu Pengalman

Belajar

Mahasiswa

Kriteria

Penilaian

Bobot

Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. 1 Mahasiswa

mengetahui:

1. Kontrak

perkuliaha

n, silabus,

ketentuan,

tata tertib,

referensi.

2. Pembagia

n

kelompok.

1. Cerama

h

2. Tanya

Jawab

150‘ 1. Menyi

mak

2. Tanya

Jawab

3. Membe

ntuk

Kelom

pok

….. …..

2. 2 1. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/me

njelaskan

dan

memaham

i konsep

1. Definisi

Berbicar

a

1. Cerama

h

(presen

tasi

hasil

diskusi

kelomp

ok)

150‘ 1. menjela

skan/

mempr

esentasi

kan

2. menyi

mak

1. Pengua

saan

materi

2. Cara

menjela

skan

20

20

Page 67: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

48

berbicara

2. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an dan

memaham

i

komponen

-

komponen

berbicara

2. Kompon

en-

kompone

n

berbicara

2. Tanya

jawab

3. penuga

san

3. Tanya

jawab

4. Menan

ggapi/

menyan

ggah/

mengkr

ititisi

3. Cara

menjaw

ab

4. Keaktif

fan

5. PPT/

media

20

10

10

3. 3 1. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an dan

memaham

i

hubungan

berbicara

dengan

keterampil

an

berbahasa

yang lain.

1. Hubunga

n

berbicara

dengan

keteramp

ilan

berbicara

yang

lain.

2. Berbicar

a sebagai

cara

berkomu

nikasi

1. Cerama

h

(presen

tasi

hasil

diskusi

kelomp

ok)

2. Tanya

jawab

3. Penuga

san

150‘ 1. Menjel

askan /

mempr

esentasi

kan

2. Menyi

mak

3. Tanya

jawab

4. Menan

ggapi/

menyan

ggah/

mengkr

itisi

1. Pengua

saan

materi

2. Cara

menjela

skan

3. Cara

menjaw

ab

4. Keaktif

an

5. PPT/

media

20

20

20

10

10

Page 68: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

49

2. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an dan

memhami

berbicara

sebagai

cara

berkomuni

kasi

4. 4 Mahasiswa dapat

mendeskripsikan/

mejelaskan, dan

memahami

tujuan-tujuan

berbicara

3. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan,

dan

memaham

i metode-

metode

berbicara

1. Tujuan-

tujuan

berbicara

2. Metode-

metode

berbicara

1. Cerama

h

2. Tanyab

3. Penuga

san

150‘

1. Menjel

askan/

mepres

entasik

an

2. Menyi

mak

3. Tanya

jawab

4. Menan

ggapi/

menyi

mak/

mengkr

itisi

1. Pengua

saan

materi

2. Cara

menjela

skan

3. Cara

menjaw

ab

4. Keaktif

an

5. PPT/m

edia

20

20

20

10

10

Page 69: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

50

5. 5 mahasiswa dapat

menjawab soal

kuis!

Materi

pertemuan 1—4

penugasan Menjawab/me

ngerjakan soal

Kejelasan

jawaban,

penggunaan

kalimat,

penggunaan

100

6. 6 Mahasiswa dapat

mendeskripsikan/

menjelaskan dan

member contoh

jenis-jenis

berbicara

Jenis-jenis

berbicara dan

contoh-

contohnya

1. Cerama

h

2. Tanya

jawab

3. penuga

san

150‘ 1. menjela

skan/

mempr

esentasi

kan

2. menyi

mak

3. Tanya

jawab

4. Menan

ggapi/

menyan

ggah/

mengkr

itisi

1. Penuga

san

materi

2. Cara

menjela

skan

3. Cara

menjaw

ab

4. Keaktif

an

5. PPT/

media

20

20

20

10

10

7. 7 Mahasiswa dapat

mendeskripsikan

dan memebri

contoh faktor-

faktor penunjang

keaktivan

berbicara

Faktor-faktor

penunjang

keefektifan

berbicara dan

contohnya

1. Cerama

h

2. Tanya

jawab

3. penuga

san

150‘ 1. menjela

skan /

mempr

esentasi

kan

2. menyi

mak

3. Tanya

1. Penuga

san

materi

2. Cara

menjela

skan

3. Cara

menjaw

20

20

20

Page 70: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

51

jawab

4. Menan

ggapi/

menyan

ggah/m

engkriti

si

ab

4. Keaktif

an

5. PPT/m

edia

10

10

8. 8 Mahasiswa dapat

menjawab soal

Materi

pertemuan ke

5—7

Penugasan 150‘ Menjawab/

mengerjakan

soal

Kejelasan dan

ketepatan

jawaban,

penggunaan

kalimat, dan

penggunaan

ejaan.

100

9. 9 Mahasiswa dapat

mendeskripsikan/

menjelaskan dan

memahami

hambatan-

hambatan dalam

berbicara

Hambatan-

hambatan dalam

berbicara

1. Cerama

h

2. Tanya

jawab

3. penuga

san

150‘ 1. Menjel

askan/

mempr

esentasi

kan

2. Menyi

mak

3. Tanya

jawab

4. Menan

ggapi/

menyan

ggah/

mengkr

1. Penuga

saan

materi

2. Cara

menya

mpaika

n

3. Cara

menjaw

ab

pertany

aan

4. Penggu

naan

20

20

20

10

Page 71: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

52

itisi/

menjela

skan

kalimat

5. PPT/

media

10

10 10 Mahasiswa dapat

mendeskripsikan/

menjelaskan/

memahami

kegiatan diskusi

Kegiatan diskusi 1. Cerama

h

2. Tanya

jawab

3. penuga

san

150‘ 1. menjela

skan/

mepres

entasik

an

2. menyi

mak

3. Tanya

jawab

4. Menan

ggapi/

menyan

ggah/

mengkr

itisi/

menjela

skan

1. Pengua

saan

materi

2. Cara

menya

mpaika

n

3. Cara

menjaw

ab

pertany

aan

4. Penggu

naan

kalimat

5. PPT/

media

20

20

20

10

10

11. 11-13 1. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an/memah

ami

definisi

1. Definisi

pidato

2. Tata

1. Cerama

h

2. Tanya

jawab

3. penuga

san

150‘ 1. menjela

skan /

mempr

esentasi

kan.

2. Menyi

mak

3. Tanya

1. Pengua

saan

materi

2. Cara

menjela

skan

3. Cara

menjaw

20

20

20

Page 72: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

53

pidato

2. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an/

memaham

i tata

karma

pidato

3. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an/

memhami

sistematik

a pidato

4. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an

langkah-

langkah

karma

pidato

3. Sistemati

ka pidato

4. Langkah

-langkah

pidato

5. Metode-

metode

pidato

jawab

4. Mengg

api/

menyan

ggah/

mengkr

itisi/

menjela

skan

ab

4. Keaktif

an

5. PPT/

media

10

10

Page 73: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

54

pidato

5. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an/

memaham

i metode-

metode

pidato

6. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an/

memaham

i jenis-

jenis

pidato

7. Mahasisw

a dapat

mendeskri

psikan/

menjelask

an/

memaham

6. Jenis-

jenis

pidato

Tujuan-tujuan

pidato

Page 74: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

55

i tujuan-

tujuan

pidato

memprakti

kan

kegiatan

pidato

13. 16 Reviu materi Materi

pertemuan 1-15

1. Cerama

h

2. Tanya

jawab

150‘ 1. Menyi

mak

2. Menan

ya

------------------

-

14. 17 UAS Materi

pertemuan 1-13

Penugasan 150‘ Mengerjakan/

menjawab

pertanyaan.

Ketepatan

jawaban,

penggunaan

kalimat, dan

penggunaan

ejaan.

100

Page 75: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

56

DAFTAR REFERENSI

Abdullah, Aceng. 2001. Press Relation Kiat Berhubungan dengan Media Massa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arsyad, Maidar G. Dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara. Jakarta: Erlangga.

J.Ch. Suryanto. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-menulis-Berbicara. Jakarta: Depdikbud Kependidikan Tinggi.

Karomani. 2015. Dasar-Dasar Keterampilan Berbicara Menuju Komunikasi yang Efektif. Bandar Lampung: Aura

Keraf, Gorys. 1978. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

Muda, Deddy Iskandar. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Paerera, D. 1988. Belajar Mengemukakakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.

Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Page 76: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

57

2.11 Kotrak Pembelajaran Berbicara

KONTRAK PEMBELAJARAN

Nama Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI )

Nama Mata Kuliah : Dasar-Dasar Berbicara

Kode Mata Kuliah : BHS 616109

SKS : 3

Hari/waktu : Senin/13.00 - 15.30

Kamis/ 13.00 – 15.30

DosenPengampu : Dr.IingSunarti, M.Pd.

TempatPertemuan : C2/F1

1. Manfaat Mata Kuliah

Mata kuliah Dasar-Dasar Berbicara merupakan matakuliah wajib yang

perlu dipelajari oleh mahasiswa PBSI sebagai calon guru dan peneliti

dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia agar mahasiswa mengetahui,

memahami, dan dapat mempraktikan halihwalruang lingkup yang

dipelajari dalam matakuliah ini sehingga mahasiswa dapat menerapkannya

dalam pembelajaran, penelitian, dan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Dasar-Dasar Berbicara merupakan matakuliah wajib diikuti

oleh mahasiswa PBSI semester 2 bebobot 3 SKS. Mata

kuliahinimembahas (1) Keterampilan Berbahasa (Komponen-

Komponennya), (2) Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (3)

Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi, (4) Pengertian dan tujuan-

tujuan Berbicara, (5) Metode-Metode Berbicara, (6) Jenis-jenis berbicara,

(7) Faktor-Faktor Penunjang Keefektivan Berbicara, dan (8) Praktik

Berbicara.

3. CapaianPembelajaran

Setelah mengikuti perkuliahan ini ,diharapkan mahasiswa mampu

1. Menjelaskan komponen-komponen keterampilan berbahasa;

Page 77: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

58

2. Menjelaskan berbicara sebagai suatu keterampilan berbahsa;

3. Menjelaskan berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi;

4. Menjelaskan pengertian dan tujuan berbicara;

5. Menjelaskan metode-metode penyampaian berbicara;

6. Menjelaskan jenis-jenis kegiatan berbicara;

7. Menjelaskan factor-faktor penunjang keefektivan berbicara;

8. Menjelaskan hambatan-hambatan dalam berbicara;

9. Menjelaskan dasar-dasar keterampilan berpidato;

10. Mempersentasikan kegiatan berbicara (berpidato ).

4. Indikator Capaian Pembelajaran

Untuk mengetahui capaian pembelajaran berhasil atau tidak berhasil,

dosen menyampaikan soal dan tugas dalam bentuk kuis, UTS,

praktik/presentasi dan UAS.

5. Strategi Pembelajaran

(1) Perkuliahan dilaksanakan dengan bentuk ceramah, diskusi, presentasi,

Tanya-jawab, dan reviu materi yang dibahas.

(2) Secara berkelompok mahasiswa membahas materi yang ditentukan

untuk dipresentasikan di dalam kelas dan menjawab pertanyaan dan

sanggahan dari peserta diskusi.

(3) Secara individu mahasiswa menyajikan/ mempresentasikan metode

dan jenis kegiatan berbicara.

(4) Setiap mahasiswa diminta aktif mengikuti perkuliahan dengan

mengajukan pertanyaan, mengkritisi, atau menanggapi penyajian,

presentasi kelompok. Bentuk pertanyaan, tanggapan, dan sanggahan

dinilai sebagai poin keaktifan mahasiswa.

(5) Penilaian pelaksanaan melaluikuis, UTS, tugas presentasi individu dan

kelompok, UAS, kehadiran, keaktifan, dansikap.

6. Tugas :

1. Mandiri

Menyiapkan sebuah naskah /materi, menentukan/memilih jenis,

metode kegiatan berbicara (berpidato), dan mempresentasikan di depan

kelas dalam waktu maksimal 5 menit.

2. Kelompok

Membahas topik yang ditugaskan, melaksanakn diskusi kelompok,

membuat rangkuman hasil diskusi dalam bentuk makalah, membuat

PPT, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas

dalam waktu 20 menit.

Page 78: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

59

7. Materi dan Sumber Belajar

(A) Materi

1. Komponen –komponen keterampilan berbahasa.

2. Berbicara sebagai suaatu keterampilan berbahasa.

3. Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi.

4. Pengertian dan tujuan berbicara.

5. Metode – metode penyampaian berbicara.

6. Jenis-jenis kegiatan berbicara.

7. Faktor-faktor penunjang keefektivan berbicara.

8. Hambatan-hambatan dalam berbicara;

9. Dasar-dasar keterampilan berpidato;

10. Presentasi kegiatan berbicara (individu).

(B) SumberBelajar

1. Abdullah, Aceng, 2001. Press Relation Kiat Berhubungan dengan

Media Massa,

Bandung; PT Remaja Rosdakarya.

2. Arsyad, Maidar G. danMukti U.S.1991. Pembinaan Kemampuan

Berbicara.

Jakarta :Erlangga.

3. J.Ch. Suyanto. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-

Berbicara.

Jakarta :Depdikbud Kependidikan Tinggi.

4. Karomani. 2015 .Dasar-Dasar Ketermapilan Berbicara Menuju

Komunikasi yang

Efektif. Bandar Lampung: Aura

5. Keraf, Gorys. 1978. Komposisi.Ende-Flores : Nusa Indah.

6. Tarigan, henry Guntur. 1983. Berbicara sebagai suatu

keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

7. Muda, Deddy Iskandar. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi

Reporter Profesional.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

8. Parera, D. 1988. Belajar Mengemukakan Pendapat .Jakarta

:Erlangga.

9. Romli, AsepSyamsul M. Jurnalistik Praktis. Bandung: PT

RemajaRosdakarya

10. Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbi cara sebagai suatu

Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Page 79: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

60

8. KriteriaPenilaian

Nilai Rentang

A ≤ 76

B+ 71 – 75

B 66 – 70

C+ 61 – 65

C 56 – 60

D 51 – 55

E ≤ 50

Nilai akhir menggunakan pembobotan sebagai berikut .

1. Tugas mandiri : 15%

2. Tugas kelompok : 15 %

3. Kuis I : 15 %

4. UTS : 20 %

5. UAS : 20 %

6. Keaktifan : 5 %

7. Kehadiran : 5 %

8. Sikap/etika : 5 %

Jumlah - 100 %

9. Jadwal Perkuliahan

No Hari/ Tanggal PertemuanKe Materi

1. Kamis, Jum‘at

8, 9 Maret 2018

1 1. Kontrak, silabus

perkuliahan

2. Senin, Kamis

12, 15

2 1. Komponen

Berbicara

2. Keterampilan

Berbahasa

3. Berbicara Sebagai

Cara

Berkomunikasi

3. Senin, Kamis

19, 22

3 1. Hakikat /Definisi

Berbicara.

2. Tujuan-Tujuan

Berbicara.

3. Contoh-Contoh

Tujuan Berbicara.

4. Senin, Kamis

26, 29

4 1. Metode-Metode

Berbicara.

2. Contoh- Contoh

Metode Berbicara.

5. Senin, Kamis 5 Kuis I

Page 80: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

61

2 April, 5

6. Senin, Kamis

9, 12

6 1. Jenis-Jenis

Berbicara.

2. Contoh-Contoh

Jenis Berbicara.

7. Senin, Kamis

16, 19

7 Faktor-Faktor Penunjang

Berbicara :

a. Faktor

Kebahasaan

b. Faktor Non

kebahasaan.

8. Senin, Kamis

23, 26

8 UTS

9. Senin, Kamis

30 April, 3 Mei

9 Diskusi

10. Senin, Kamis

7, 10

10 Praktik Diskusi

11. Senin, Kamis

14, 17

11 Pidato

12. Senin, Kamis

21, 24

12 Pidato

13. Senin, Kamis

28. 31

13 Praktik/Presentasi

berpidato

14. Senin, kamis

4, 7

14 Praktik/Presentasi

berpidato

15. Senin, Kamis

11, 14

15 Praktik/Presentasi

berpidato

16. Senin, kamis

18, 21

16 Reviu Pertemuan 1 - 15

17. Senin, Kamis

2 Juli, 5 Juli

17 UAS

10. Tata Tertib

1. Mahasiswa berpakaian rapi, sopan, tidak memakai rok/velana

berbahan jeans, bersepatu.

2. Bersikap sopan dan santun di dalam kelas maupun di luar kelas.

3. Hadir sebelum perkuliahan dimulai atau minimal tepatwaktu.

4. Toleransi waktu keterlambatan maksimal 15 menit.

5. Mahasiswa yang berhalangan hadir( sakit, keperluan

mendesak/darurat) harus member informasi via surat orang

tua/keterangandokter.

6. Mahasiswa harus mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

Keterlambatan waktu pengumpulan tugas dikenai pengurangan

nilai per 1 hari.

Page 81: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

62

7. Mahasiswa yang tidak ikut diskusi kelompok/presentasi nilainya

dikurangi 1.

8. Syarat mengikuti UAS minimal kehadiran 80 %.

Bandar lampung, 7 Maret 2018

Dosen PJ, Mahasiswa,

Dr. Iing Sunarti, M.Pd. Riko Ari Setiyawan Nano Romadoni

NIP 195811161987032001 NPM 1753041003 NPM 1713041046

Page 82: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

63

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2017/2018

Mata Kuliah : Dasar – DasarBerbicara

Kode Mata Kuliah : BHS 616109/ 3 Sks

Jurusan/Prodi : Pend. Bahasa&Seni/PBSI

Hari/Tanggal : Senin/2 Juli 2018

Dosen : Dr. Iing Sunarti, M.Pd.

Jawablahpertanyaan di bawahinidengantepatdanjelas !

1. Sebut dan jelaskan Tujuan – Tujuan Berpidato ! (20)

2. Apa yang Anda ketahui tentang Tata Krama, Sistematika, dan Persiapan

Berpidato ? (30)

3. Jelaskan gangguan-gangguan dalam berbicara ! (30)

4. Jelaskan Fator-Faktor Kebahasaan dan Nonkebahasaan dalam berbicara !

(20)

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2017/2018

Mata Kuliah : Dasar – Dasar Berbicara

Kode Mata Kuliah : BHS 616109/ 3 Sks

Jurusan/Prodi : Pend. Bahasa&Seni/PBSI

Hari/Tanggal : Kamis/5Juli 2018

Dosen : Dr. Iing Sunarti, M.Pd.

Jawablahpertanyaan di bawahinidengantepatdanjelas !

1. Apa yang Anda ketahui tentangMetode-MetodeBerpidato ? ( 20 )

2. Apa yang Anda ketahui tentang Tata Krama, Sistematika, dan

Persiapan Berpidato ? ( 30 )

Page 83: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

64

3. Jelaskan gangguan-gangguan dalam berbicara ! ( 30 )

4. JelaskanFaktor-Faktor yang menunjang keberhasilan dalam berbicara !

( 20 )

Page 84: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

65

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ialah metode deskripsi

kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Pemilihan metode ini sesuai

dengan tujuan penelitian, yakni medeskripsikan kesantuan bertutur diskusi

Mahasiswa dengan demikian, untuk mencapai tujuan tersebut penulis

menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif (Moeleong, 2013: 6)

Metode deskripsi merupakan metode penelitian untuk membuat gambaran

mengenai situasi dan kejadian dengan laporan penelitian berupa kata-kata yang

berisi kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian laporaan penelitian

diharapkan dapat mendeskripsikan tindak tutur dalam kesantunan bertutur

mahasiswa saat diskusi dan terhadap pembelajaran berbicara.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengguankan teknik catat dan teknik observasi. Teknik

observasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa tindak tutur mahasiswa

dalam pembelajaran dalam berbicara di PBSI STKIP. Adapun untuk panduan

pedoman observasi digunakan catatan lapangan yang terdiri atas catatan deskriptif

dan catatan reflektif. Catatan deskripsi diguanakn untuk mengumpulkan data

Page 85: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

66

secara objektif semua tuturan yang dilafalkan mahasiswa. Sedangkan catatan

reflektif digunakan untuk mengklasifikasikan data tuturan tindak tutur

berdasarkan data deskriptif.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analsisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analissis

heuristic. Analisis heuristic berusaha mengidentifikasikan daya pragmatic sebuah

tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemungkinan mengujinya

berdasarkan data-data yang tersedia . bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat

hipotesis yang baru. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pragaapan atau dugaan sementara.

Gambar 1. Analisis Heuristik (Leech, 2011 : 62)

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa mengidetifikasi jenis tuturan

diskusi mahasiswa dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian

1. Proble

m

2.

2. Hipotesis

3. Pemeriksaan

5. Pengujian Berhasil 4. Pengujian Gagal

6. Interpretasi Defaul

Page 86: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

67

mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Apabila proses analisis hipotesis

tidak teruji, maka dibuat hipotesis yang baru. Hipotesis yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah dugaan sementara. Seluruh proses ini terus menerus akan

berulang sampai akhirnya tercapai suatu pemecahan masalah, yaitu berupa

hipotesis yang teruji kebenarannya dan tidak bertentangan dengan bukti yang ada.

Gambar 2. Bagan Contoh Analisis Kesantunan Bertutur Mahasiswa STKIP

PGRI Bandar Lampung

Problem

―Apa Talita? Bisa diulangin?‖

Hipotesis

1. Penutur meminta kepada mitra tutur untuk mengulangi

2. Penutur malas mendengarkan

Pemeriksaaan

1. Penutur dan mitra tutur adalah sahabat dekat

2. Pertanyaan mitra tutur sangatlah panjang

3. Penutur ragu dengan yang di dengarnya

4. Suara mitra tutur memang pelan

Penguji hipotesis 1

Berhasil

Penguji Hipotesis 2

Gagal

Interpretasi Default

Page 87: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

68

Dari analisis Heuristik di atas, hipotesis tersebut diuji dengan bukti-bukti yang

ada. Kemudian berdasarkan konteks yang ada disimpulkan bahwa secara

pengujian hipotesis 1 berhasil, yaitu penutur memebri tahu bahwa kepada mitra

tutur bahwa untuk mengulang. Sedangkan hipotesis 2 gagal karena penutur tidak

memiliki masksud malas mendengarkan. Kemudian dalam pemeriksaan

berdasarkan penggunaan prinsip sopan santun hipotesis 1 tersirat adanya

kerendahan hati dari penutur dengan mengecam diri sendiri yang menuturkan

―pertanyaanmu itu sangatlah bagus” semakin penututur mengecam dirinya maka

semaki sopanlah tuturan tersebut. Oleh sebab itu, tuturan tersebut merupakan

tuturan yang menatati maksim kesepakatan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

4. Data dianalisis menggunakan metode heuristik, yaitu jenis tugas

pemecahan masalah yang dihadapi mitra tutur dalam menginterprestasi

sebuah tuturan atau ujaran. Bagan berikut akan memperjelas uraian

tersebut.

5. Selanjutnya, hasil analisis heuristik tersebut disandingkan dengan

indikator-indikator kesantunan bertutur 2,3,4 dan 5 untuk menentukan

penaatan maksi dan pelanggaran maksim kesantunan Leech dan

menentukan kesantunan linguistik dan pragmatik.

6. Mengelompokkan tuturan diskusi mahasiswa ke dalam maksim-maksim

kesantunan yaitu kesantunan kearifan, kedermawanaan, pujian,

kerendahan hati, simpati dan kesepakatanan.

7. Mengidentifikasi dan mengelompokkan tuturan diskusi mahasiswa yang

melanggar maksim kesantunan.

Page 88: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

69

8. Mengidentifikasikan dan mengelompokkan tuturan diskusi mahasiswa

yang di dalamnya mengandung kesantunan linguistik dan pragmatik.

9. Mengidentifikasi apersepsi mitra tutur (mahasiswa) mengenai kesantunan

bertutur diskusi mahasisswa.

10. Penarikan simpulan sementara.

11. Mengecek kembali data yang diperoleh (verifikasi)

12. Penarikan simpulan akhir.

13. Mendeskripsikan penelitian kesantunan bertutur pada pembelajaran

berbicara di STKIP.

3.4 Pedoman Analisis Data Penelitian

Sebagai pedoman dalam menganalisis data penelitian, perlu disajikan indikator

atau parameter untuk menentukan penataan dan pelanggaran maksim, serta

kesantunan linguistik dan pragmatik.

Tabel 1

Indikator Analisis Prinsip Kesantunan Leech

NO Maksim Deskriptor

1 Kearifan Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin

dan buatlah keuntungan orang lain sebesar

mungkin.

Contoh :

Diyah : Pakai saja motorku, supaya kau

tidak telat.

Alpian : aduh merepotkan terimakasih yaa.

2 Kedermawanaan Buatlah kerugian diri sendiri sebesar

Page 89: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

70

mungkin dan buatlah keuntungan orang lain

sebesar mungkin.

Contoh :

A : taruk saja piring kotornya disitu nanti

saya yang bersihkan.

B : oh, baiklah

3 Pujian Pujilah orang lain sebanyak mungkin dan

kencamlah diri sendiri sebanyak mungkin.

Contoh :

Anak : Bu bagaimana penampilanku tadi?

Ibu : Waaah bagus sekalih, sampai

merinding ibu mendengar suara kamu.

4 Kerendahan Hati Pujilah diri sendiri sedikit mungkin dan

kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin

Contoh :

Adi : Wah Karikaturmu Bagus sekalih.

Budi : Ahh tidak ini masih sangat kurang,

masih banyak yang harus saya perbaiki lagi.

5 Kesepakatan Usahkan agar ketaksepakatan antara diri dan

orang lain terjadi sedikit mungkin dan

usahkan kesepakatan antara diri dengan

orang lain terjadi sebanyak mungkin.

Contoh :

Nuno : Besok kita jalan yuk Ta ke puncak!

Tita : Wah mau banget, boleh boleh boleh.

6 Simpati Kurangilah rasa antisipasi antara diri dan

orang lain hingga sekecil mungkin dan

tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya

antar diri dan orang lain.

Page 90: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

71

Contoh :

Buya : Ber, Adek aku kumat lagi sakitnya.

Berta : Waduh, semoga cepet di angkat ya

penyakitnya.

Sumber. Leech (1993: 206)

Selain menggunakan prinsip kesantunan Leech tuturan diskuisi mahasiswa juga di

analisis kesantunan berdasarkan Rahardi dan di analisis berdasarkan penanda

kesantunan yang menggunakan tuturan secara langsung dan tidak langsung kedua

hal pokok tersebut mencakup wujud-wujud kesantunan berkaitan dengan

pemakaian tuturan Imperatif dalam Bahasa Indonesia (Rahardi, 2005: 118)

Tabel 2

Indikator Analisis dengan Penanda Kesantunan

(Rahardi, 2005: 125)

NO Maksim Deskriptor

1 Tolong Penggunaan kata ‗tolong‘ pada tuturan dapat

memperhalus maksud tuturan imperatifnya.

Namun, penanda tersebut tidak semata-mata

dianggap perintah melainkan dapat dianggap

permintaan

2 Mohon Penggunaan kata ‗mohon‘ digunakan meminta

dengan hormat, berharap supaya mendapat

sesuatu

3 Silahkan Penggunaan kata ‗silahkan‘ digunakan untuk

memperhalus tuturan yang digunakan pada saat

menyuruh, mengajak dan mengundang supaya

Page 91: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

72

dapat memperhalus suatu tuturan tersebut dan

mitra tutur merasa dihormati.

4 Mari Penggunaan kata „mari‟ digunakan untuk

mengajak dan mendorong mitra tutur melakukan

sesuatu.

5 Biar Pengguna kata ‗biar‘ digunakan untuk

menjadikan mitra tutur sebagai seseorang yang

tidak melakukan sesuatu yang diberikan oleh

penutur itu senidiri

6 Ayo Penggunaan kata ‗ayo‘ditunjukan untuk

mengajak mitra tutur melakukan sesuatu

7 Coba Penggunaan kata „coba‟ digunakan untuk

menghaluskan suruhan atau ajakan fungsi dari

penanda ‗coba‘ adalah agar mitra tutur merasa

sejajar dengan penutur meskipun kenyataanya

tidak.

8 Harap Penggunaan kata ‗harap‘ yang diteteapkan pada

bagian awal tuturan imperatif akan dapat

memperhalus tuturan. Disamping bermakna

harapan, tuturan imperatif yang diawali penanda

kesantunan harap juga memiliki makna

himbauan.

9 Hendaklah Penanda kesantunan ‗Hendaklah‘ dan

‗hendaknya‘ yang semulanya merupakan

Page 92: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

73

imperatif suruhan dapat berubah menjadi

imperatif yang bermakna imbauan atau saran.

10 Sudi kiranya/

Sudilah

Penanda kesantunan tersebut sebuah tuturan

imperatif yang bermakna perintah itu dapat

menjadi lebih halus konotasi maknanya. Selain

itu, tuturan imperatif tersebut juga dapat berubah

makna menjadi permintaan dan permohonan

sangat halus.

(Sumber: Rahardi, 2005: 125)

Selain menggunakan kesantunan linguistik dengan penanda kesantunan yang

terdapat di dalamnya, penulis juga menggunakn kesantunan secara tidak

langsung. Berikut ini pedoman analisis dari kesantunan pragmatik.

Tabel 3

Indikator analisis kesantunan dalam tindak tutur tidak langsung

(kesantunan pragmatik)

(Rahardi, 2005: 125)

NO Indikator Deskriptor

Deklaratif Introgatif

1 Suruhan - Merupakan tuturan yang menaati

kesantunan pragmatik yang memiliki

maksud menyuruh atau perintah

supaya melakukan sesuatu dengan

menggunakan tuturan deklaratif ,

tuturan ini terdengan lebih santun

Page 93: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

74

daripada tuturan yang tidak memiliki

basa basi.

2 Ajakan - Merupakan tuturan berupa

penjelasan yang memiliki maksud

mengajak atau mengikuti apa yang

dibicarakan. Tuturan deklaratif yang

sebagai ekspresi pragmatik ajakan

akan terdengar lebih santun dari pada

tuturan yang langsung berupa ajakan.

3 Persilaaan - Merupakan tuturan yang menaati

kesantunan pragmatik dengan

maksud menyuruh, mengajak,

mengundang dengan hormat,

menggunakan tuturan deklaratif.

Tuturan ini akan terdengar lebih

santun dari pada tidak basa basi.

4 Larangan - Merupakan tuturan yang menaati

kesantunan pragmatik yang memiliki

maksud melarang seseorang dengan

tuturan deklaratif . tuturan ini akan

terdengar lebih santun dari pada

tuturan yang tidak menggunakan

basa basi.

5 - Perintah Menyatakan espresi kesantunan

Page 94: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

75

dengan menaati kesantunan

pragmatik yang meiliki maksud

perintah dengan tuturan introgartif.

Tuturan ini dirasa secara langsung

karena perintah yang tuturan

menggunakan kalimat introgatif

6 - Ajakan Tuturan ini bermaksud mengajak

seseorang untuk melakukan sesuatu

dengan menggunakan kalimat

introgatif tuturan lebih santun

digunakan dibandingkan dengan

mengajak tanpa adanya basa basi

terlebih dahulu. Yang akan

mengancam wajah mitra tutur.

7 (5) Permohonan Tuturan ini bermaksud memohon

sesuatu kepada seseorang dengan

menggunakan kalimat introgatif.

Tuturan ini lebih santun dilakukan

dari pada memohon secara langsung

tanpa menggunaakn tuturan basa

basi.

8 - Perlisanaaan Menyatakan tuturan permohonan

dengan menggunakan kalimat

introgatif biasanya banyak terjadi

Page 95: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

76

lingkungan formal yang banyak

memeprlukan basa basi untuk

mempersilahkan seseorang terhadap

suatu tindakan. Tindakan ini dirasa

lebih santun karena menggunakan

kalimat yang dapat menunjang

keramah tamahan.

9 - Larangan Tuturan larangan dengan kalimat

introgatif biasanya ini terjadi agar

seseorang tidak terlalu tersinggung

dengan larangan yang dituturkan.

Hal ini dirasa lebih santun

dibandingkan dengan melarang

seseorang secara langsung.

Page 96: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

138

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur mahasiswa diskusi di Universitas

terdapat 66 data tuturan kesantunan yang menataati dan melanggar maksim-

maksim kesantunan serta kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik.

Berikut simpulan yang diproleh dalm penelitian ini.

1. Penataan maksim kesantunan yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu

maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim

kerendahan hati, maksim simpati, maksim simpati, dan maksim simpati.

Penaataan maksim yang paling banyak ditemukan adalah maksim simpati,

yaitu sebanyak empat puluh data tuturan dari keseluruhan data maksim

enam puluh enam data. Pelanggaran maksim kesantunan tidak banyak

dijumpai dalam diskusi mahasiswa di STKIP. Bentuk pelanaggaran

maksim kesantunan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bentuk

maksim kesepakatan.

2. Kesantunan tuturan langsung (kesantunan linguistik) dengan penanda

kesantunan yang terdapat dalam tuturan mahasiswa, yaitu tolong, mohon,

silakan, mari, ayo, coba, harap, dan maaf. Penanda kesantunan yang

cenderung mahasiswa gunakan ketika diskusi ialah penanda kesantunan

silakan.

Page 97: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

139

3. Kesantunan tuturan tidak langsung (kesantunan pragmatik) yang

ditemukan dalam penelitian ini dengan dua bentuk tuturan, yaitu tuturan

introgatif dan tuturan deklaratif sebagai ekpresi kesantunan pragmatik

suruhan, ajakan, permohonan, perintah, dan persilaan. Pada penelitian ini

tuturan mahasiswa lebih dominan menggunakan tuturan deklaratif sebagai

ekpresi kesantunan pragmatik suruhan.

4. Hasil penelitian diimplikasikan pada mata kuliah keterampilan berbicara

program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai tambahan

bahan pembelajaran. Pada buku panduan penyelenggaraan Program

Sarjana Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Tahun 2015 mata kuliah keterampilan berbicara merupakan mata kuliah

wajib dengan kode mata kuliah BHS 616109 dengan bobot 3 SKS. Oleh

karena itu, sebelum mahasiswa ditugaskan untuk berdiskusi, dosen

sebaiknya menyampaikan hal-hal berkaitan dengan kesantunan bertutur

terlebih dahulu.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dan pembahasan kesantunan

bertutur pada mahasiswa dapat disarankan sebagai berikut.

1. Bagi pengajar atau dosen mata kuliah keterampilan berbicara di perguruan

tinggi hendaknya menggunakan cara kesantunan bertutur yang bervariasi

atau dapat melatih cara kesantunan bertutur mahasiswa. Khususnya pada

metode diskusi sesuai dengan hasil temuan dalam penelitian ini.

Page 98: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

140

2. Bagi mahasiswa sebaiknya agar menggunakan cara kesantunan bertutur

sesuai dengan situasi tuturan yang sedang terjadi terutama dalam

berdiskusi, kapan menjadi penutur dan kapan menjadi mitra tutur yang

komunikatif, dengan memperhatikan prinsip kerja sama dan prinsip

kesantunan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan kajian

kesantunan bertutur sebagai hasil penelitian yang bermanfaat bagi

pembelajaran yang sesuai dengan aturan pembelajaran yang berlaku

dengan mengimplikasikannya dalam desain model yang teruji, atau dengan

menerapkan model penelitian Research and Development (R&D) sehingga

temuan selanjutnya lebih bervariasi dan dapat digunakan dalam subjek

yang luas.

Page 99: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

141

DAFTAR PUSTAKA

Adia, H.R. 2009. Tata Cara Diskusi. Bogor: Quandra.

Adia, H.R. 2010. Pentingnya Kemahiran Berbicara. Bogor: Quandra.

Cahyaningrum. Fitri. 2018. Kesantunan Berbahasa Siswa Dalam Konteks

Negosiasi Di Sekolah Mengenah Atas. Pena Indonesia. Volume 4, Nomor 1,

Universitas Sebelas Maret. Diunduh tanggal 20 Oktober 2018.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Dirman dan Juarsih, Cicih. (2014)Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajar

yang Mendidik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ekawati. Mursia. 2017. Kesantunan Semu pada Tindak Tutur Ekpresif Marah

dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Bahasa dan sastra. Volume 1, Nomor 1. Halaman

1-22, FKIP Universitas Tidar. Diunduh tanggal 20 Oktober 2018.

Gunawan. Fahmi. 2014. Representasi Kesantunan Brown dan Levinson dalam

Wacana Akademik. Kandai. Volume 10, Nomor 1. Halaman 16-17. STAIN Sultan

Qaimuddin Kendari. Diunduh 20 Oktober 2018.

Gunawan. Fahmi. 2013. Wujud Kesatunan Berbahasa Mahasiwa Terhadap Dosen

di STAIN Kendari. Journal Arbitrer. Volume 1, Nomor 1. STAIN Sultan

Qaimuddin Kendari. Diunduh 20 Oktober 2018.

Hamdayama, Jumanta. (2014) Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hendrajati. Enie. 2017. Strategi Pragmatik Bahasa Humor dalam Acara “Mario

Teguh Golden Ways” di Metro TV. Sosial Humaniora. Volume 10,UPM Soshum,

Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Diunduh 20 Oktober 2018.

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika Terampil Berpidato. Berdiskusi,

Berargumentasi, Bernegosisasi. Yogyakarta: Kanisius (Anggota Ikapi).

https://kesantunanberbahasa.wordpress.com/bab-i-pendahuluan (Diakses pada 6

Juni 2018: 20.22 WIB)

Page 100: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

142

Http://Muslich-M.Blogspot.Co.Id/2007/04/Kesantunan-Berbahasa-Sebuah-

Kajian.Html (Diakses pada 6 Juni 2018: 22.15 WIB)

http:// www.astalog. com/2014/03/ tujuan-diskusi.htm [20 November 2015]

(Diakses 7 April 2018: 18.20 WIB)

https:// zainurrahmans.wordpress.com/2011/02/27/teori-kesantunan-berbahasa/

(Diakses pada 20 Januari 2018: 23.30 WIB)

http:// curcol berilmu.blogspot. co. id/ 2012/ 04/ esensi- diskusi. html [20

November 2015] (Diakses pada 20 Januari 2018: 22.14 WIB)

https://id.wikipedia.org/wiki/metode_diskusi) (Diakses 20 Januari 2018: 18.20

WIB)

https:// publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/4367/13.%20 Agus

%20Wijayanto. p df?sequence=1 (Diakses pada 20 Januari 2018: 23.12 WIB)

Kuntarto, Ninik M.(2010) Cermat dalam Berbahasa, Teliti dalam Berpikir.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Leech, Geoffrey, 2011. Prinsip-Prinsip Pragmatik (diterjemahkan oleh M.D.D

Oka dan Setyadi Setyapranata). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Nandar, f.x. 2013. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Roestiyah NK. (2012) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusminto, Nurlaksana Eko. 2015. Analisis Wacana Sebuah Kajian Teroritis dan

Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suwarna, Dadan. 2012. Cerdas Berbahasa Indonesia. Tanggerang: Jelajah Nusa.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Analisis Keslahan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

_____________________.2008. Berbicara. Bandung: Angkasa.

_____________________.2015 Pengajaran Prakmatik. Bandung: Angkasa.

_____________________.2009. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung:

Angkasa.

Wahyuni, Sri dan Ibrahim, Syukur. (2012) Asesmen Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Reefika Aditama.

Page 101: KESANTUNAN BERTUTUR MAHASISWA DALAM DISKUSI …digilib.unila.ac.id/55671/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kesantunan tuturan mahasiswa menggunakan dua tuturan, yaitu tindak tutur

143

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2011. Analisis Wacana

Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yama Pustaka.

Wulandari, Anugerah.2009. Etika Diskusi. Dalam Wordpress. Com/ 2009/ 04/27

/Etika-Diskusi/