bab ii kajian pustaka 2.1 kerangka teori 2.1.1 definisi...

49
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi Kesantunan Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena didalam komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur tetap terjaga apabila masing- masing peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan perkataan lain, baik penutur maupun petutur memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka. Kesantunan (politeness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut ‘tatakrama’. Berdasarkan pengertian tersebut, kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari- hari. Pertama, kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun atau etiket dalam pergaulan sehari- hari. Ketika orang dikatakan santun, maka dalam diri seseorang itu tergambar nilai sopan santun atau nilai etiket yang berlaku secara 9 Universitas Sumatera Utara

Upload: duongtram

Post on 08-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Definisi Kesantunan

Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat

meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena didalam komunikasi,

penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap

berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan

penutur dan petutur tetap terjaga apabila masing- masing peserta tutur senantiasa

tidak saling mempermalukan. Dengan perkataan lain, baik penutur maupun petutur

memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka.

Kesantunan (politeness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat,

atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan

perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu

sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku

sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut ‘tatakrama’.

Berdasarkan pengertian tersebut, kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi

dalam pergaulan sehari- hari.

Pertama, kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun

atau etiket dalam pergaulan sehari- hari. Ketika orang dikatakan santun, maka dalam

diri seseorang itu tergambar nilai sopan santun atau nilai etiket yang berlaku secara

9

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

baik di masyarakat tempat seseorang itu mengambil bagian sebagai anggotanya.

Ketika dia dikatakan santun, masyarakat memberikan nilai kepadanya, baik penilaian

itu dilakukan secara seketika (mendadak) maupun secara konvensional (panjang,

memakan waktu lama). Sudah barang tentu, penilaian dalam proses yang panjang ini

lebih mengekalkan nilai yang diberikan kepadanya.

Kedua, kesantunan sangat kontekstual, yakni berlaku dalam masyarakat, tempat atau

situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagi masyarakat, tempat atau situasi lain.

Ketika seseorang bertemu dengan teman karib, boleh saja dia menggunakan kata

yang agak kasar dengan suara keras, tetapi hal itu tidak santun apabila ditujukan

kepada tamu atau seseorang yang baru dikenal. Mengecap atau mengunyah makanan

dengan mulut berbunyi kurang sopan kalau sedang makan dengan orang banyak di

sebuah perjamuan, tetapi hal itu tidak begitu dikatakan kurang sopan apabila

dilakukan di rumah.

Ketiga, kesantunan selalu bipolar, yaitu memiliki hubungan dua kutub, seperti antara

anak dan orangtua, antara orang yang masih muda dan orang yang lebih tua, antara

tuan rumah dan tamu, antara pria dan wanita, antara murid dan guru, dan

sebagainya.

Keempat, kesantunan tercermin dalam cara berpakaian (berbusana), cara berbuat

(bertindak) dan cara bertutur (berbahasa).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

2.1.2 Jenis Kesantunan

Kesantunan dapat dibagi tiga, yaitu kesantunan berpakaian, kesantunan

berbuat, dan kesantunan berbahasa. Kecuali berpakaian, dua kesantunan terakhir

tidak mudah dirinci karena tidak ada norma baku yang dapat digunakan untuk kedua

jenis kesantunan itu.

Dalam kesantunan berpakaian (berbusana, berdandan) ada dua hal yang perlu

diperhatikan. Pertama, berpakaianlah yang sopan ditempat umum, yaitu hindarilah

pakaian yang dapat merangsang orang lain terutama lawan jenis, seperti pakaian

tembus pandang (transparan), menampakkan bagian badan yang pada umumnya

ditutup, dan rok yang terlalu mini atau terbelah terlalu tinggi. Kedua, berpakaianlah

yang rapi dan sesuai dengan keadaan, yaitu berpakaian resmi pada acara resmi,

berpakaian santai pada situasi santai, berpakaian renang pada waktu renang.

Betapapun mahalnya pakaian renang, tidak akan sesuai apabila dipakai dalam suatu

acara resmi.

Kesantunan perbuatan adalah tatacara bertindak atau gerak-gerik ketika

menghadapi sesuatu atau dalam situasi tertentu, misalnya ketika menerima tamu,

bertamu ke rumah orang, duduk di ruang kelas, menghadapi orang yang kita hormati,

berjalan di tempat umum, menunggu giliran (antre), makan bersama di tempat

umum, dan sebagainya. Masing-masing situasi dan keadaan tersebut memerlukan

tatacara yang berbeda. Pada waktu makan bersama, misalnya, memerlukan kesantuan

dalam cara duduk, cara mengambil makanan, cara makan atau mengunyah, cara

memakai sendok, cara membersihkan mulut setelah makan, dan cara memakai tusuk

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

gigi. Sekedar contoh terkait dengan kesantunan tindakan, misalnya tidaklah santun

apabila kita berwajah murung ketika menerima tamu, duduk dengan "jigrang" ketika

mengikuti kuliah dosen, bertolak pinggang ketika berbicara dengan orang tua,

mendahului orang lain dengan bersenggolan badan atau ketika berjalan di tempat

umum tanpa sebab, nyelonong ke loket ketika yang lain sedang antre menanti giliran,

menguap selebar-lebarnya sambil mengeluarkan suara di depan orang lain, dan

mencungkil gigi tanpa menutup mulut ketika sedang makan bersama di tempat

umum. Untuk jenis yang ketiga tentang kesantuanan bahasa dibahas khusus pada

satu sub bab selanjutnya.

2.1.3 Kesantunan Berbahasa

Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda

verbal atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma

budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara

berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat

tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Apabila

tatacara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, maka ia akan

mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai orang yang sombong, angkuh,

tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak berbudaya.

Tatacara berbahasa sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi

(komunikator dan komunikan) demi kelancaran komunikasi. Oleh karena itu,

masalah tatacara berbahasa ini harus mendapatkan perhatian, terutama dalam proses

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

belajar mengajar bahasa. Dengan mengetahui tatacara berbahasa diharapkan orang

lebih bisa memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi karena tatacara

berbahasa bertujuan mengatur serangkaian hal berikut.

(1) Apa yang sebaiknya dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu.

(2) Ragam bahasa apa yang sewajarnya dipakai dalam situasi tertentu.

(3) Kapan dan bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan.

(4) Bagaimana mengatur kenyaringan suara ketika berbicara.

(5) Bagaimana sikap dan gerak-gerik keika berbicara.

(6) Kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan.

Tatacara berbahasa seseorang dipengaruhi norma-norma budaya suku bangsa

atau kelompok masyarakat tertentu. Tatacara berbahasa orang Inggris berbeda

dengan tatacara berbahasa orang Amerika meskipun mereka sama-sama berbahasa

Inggris. Begitu juga, tatacara berbahasa orang Jawa berbeda dengan tatacara

berbahasa orang Batak meskipun mereka sama-sama berbahasa Indonesia. Hal ini

menunjukkan bahwa kebudayaan yang sudah mendarah daging pada diri seseorang

berpengaruh pada pola berbahasanya. Itulah sebabnya kita perlu mempelajari atau

memahami norma-norma budaya sebelum atau di samping mempelajari bahasa.

Sebab, tatacara berbahasa yang mengikuti norma-norma budaya akan menghasilkan

kesantunan berbahasa. Selain budaya, faktor- faktor sosial seperti status sosial, umur,

jenis kelamin, tingkat pendidikan juga mempengaruhi pembentukan kesantunan

berbahasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Wujud kesantunan dapat dilihat dari dua cara, yaitu cara verbal dan cara

nonverbal. Kesantunan verbal merupakan aktivitas berbahasa yang di dalamnya

tercermin nilai- nilai kesopanan/ kesantunan berdasarkan nilai sosial dan budaya

penutur. Kesantunan nonverbal adalah tindakan nonkebahasaan yang dianggap lazim

menurut tolak ukur nilai sosial dan budaya. Yang termasuk kedalam kesantunan

nonverbal di antaranya unsur suprasegmental, paralinguistik dan proksemika. Unsur

suprasegmental seperti tekanan, nada dan tempo senantiasa melekat pada unsur

segmental. Unsur paralinguistik seperti airmuka, gerakan tubuh dan sikap badan

adalah sistem tanda yang menyertai tuturan verbal, terutama tuturan bersemuka.

Unsur paralinguistik ini dapat diamati langsung saat komunikasi terjadi. Proksemika

adalah unsur nonverbal yang tidak termasuk dalam unsur paralinguistik. Misalnya,

saling menjaga jarak atau tidak saling menjaga jarak antara penutur dan petutur.

Pada penelitian ini penulis hanya memperhatikan dari proses verbal (kebahasaannya)

saja tanpa mempertimbangkan faktor nonverbal yang mempengaruhi.

Beberapa skala pengukur tingkat kesantunan berbahasa yang banyak

digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan yaitu skala kesantunan

menurut Leech dan skala kesantunan menurut Brown dan Levinson.

A Skala Kesantunan Leech

Leech (1983) menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan dengan

memanfaatkan setiap maksim interpersonal. Kelima macam skala pengukur

kesantunan Leech dijelaskan sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

(1) Cost- benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada

besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak

tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri

penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya,

semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin dianggap tidak

santunlah tuturan itu.

(2) 0ptionality scale atau skala pilihan, menunjuk pada banyak atau sedikitnya

pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam

kegiatan bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra

tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap makin

santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak

memberikan kemungkinan memilih bagi si penutur dan si mitra tutur, tuturan

tersebut akan dianggap tidak santun.

(3) Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat

langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu

bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu.

Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung maksud sebuah tuturan, akan

dianggap semakin santunlah tuturan itu.

(4) Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status

sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin

jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan mitra tutur,

tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya,

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

semakin dekat jarak status sosial diantara keduanya, akan cenderung

berkuranglah peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur

itu.

(5) Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat

hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah

pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial

di antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu.

Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur

dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu.

Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan antara penutur dengan

mitra tutur sangat menentukan peringkat kesantunan tuturan yang digunakan

dalam bertutur.

B Skala Kesantunan Brown and Levinson

Terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan.

Ketiga skala tersebut ditentukan secara kontekstual, sosial dan kultural.

(1) Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur (social distance

between speaker and hearer) banyak ditentukan oleh parameter perbedaan

umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural.

(2) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur (the speaker and

hearer relative power) didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

(3) Skala peringkat tindak tutur (rank rating) didasarkan atas kedudukan relatif

tindak tutur yang satu dengan tindak tutur lainnya. Misalnya menelpon

seseorang lewat jam 10 malam akan dianggap tidak sopan dan bahkan

melanggar norma kesantunan. Namun hal yang sama dapat dianggap santun

pada situasi genting seperti mengabarkan berita duka cita, musibah, sakit, dan

sebagainya.

2.1.4 Tinjauan Umum Debat

2.1.4.1 Definisi Debat

Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik

dengan istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti berpegang teguh

pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling

mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi debat sendiri adalah suatu cara

untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti–bukti

yang mendukung kasus dari masing–masing pihak yang berdebat.

Debat di Indonesia sendiri di bagi menjadi dua aliran, yang pertama adalah

aliran konvensional atau aliran yang jarang dipakai, dan yang kedua adalah aliran

yang mengikuti standar internasional atau aliran yang yang sekarang sedang

digalakkan pemakaiannya di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Secara umum debat sendiri dapat dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu

ada dua pihak yang di sini masing–masing memegang peranan sebagai pihak positif

dan negatif. Selain itu, mereka mencoba mempertahankan argumen mereka dengan

di dukung oleh bukti–bukti serta fakta–fakta yang mendukung kasus mereka, namun

terlebih dahulu sebelum mereka melakukan hal tersebut kedua belah pihak harus

memberikan suatu parameter yang jelas mengenai kasus (motion) mereka atau

memberikan suatu definisi yang menjelaskan kemana arah dari kasus mereka.

2.1.4.2 Tujuan Debat

Tujuan dari debat sendiri adalah upaya kedua belah pihak yang mencoba

membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang mendukung

kasus mereka di mana cara membuat satu argumen yang baik dan benar adalah suatu

argumen selalu berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar berupa; Apa

(What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So What is the

conclusion). Di sini selain diperlukan kemampuan berbahasa yang baik dan benar

juga dibutuhkan pula logika dan analogi pola pikir yang benar mengenai

pengetahuan pengetahuan umum atau kasus – kasus yang sedang terjadi di dalam

masyarakat. Selain hal–hal tersebut juga diperlukan kemampuan merespon suatu

masalah dikarenakan di sini terjadi adanya suatu proses saling mempertahankan

pendapat antara kedua belah pihak. Di dalam debat dilarang menyangkutpautkan

suku, agama, ras, dan adat, disebabkan di dalam debat sendiri kita masih

menggunakan etika sebagai seorang manusia untuk berpendapat.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

2.1.4.3 Topik Debat

Topik debat, atau yang biasa disebut motion, adalah suatu permasalahan

umum yang terjadi di dalam masyarakat dan diketahui secara global oleh setiap

orang. Dalam membuat suatu topik diperlukan adanya suatu kejelian karena pada

dasarnya sebuah topik harus mengikuti analogi “Kacang di dalam kulit”, artinya

suatu topik debat harus memiliki kemampuan untuk dapat dikupas atau ditelaah

secara mendalam. Hal ini diperlukan karena pada saat proses berdebat mulai para

pihak baik positif maupun negatif akan memberikan suatu parameter kasus disertai

dengan definisi untuk memeperjelas arah debat tadi. Di dalam memberikan

parameter atau definisi dari sebuah topik sendiri ada beberapa hal yang tidak boleh

dilakukan diantaranya adalah; Kebenaran alam atau nyata yang tak terbantahkan

(Truistic), tidak memiliki hubungan logika yang jelas (Tautological), definisi yang

melenceng atau tidak masuk akal (Squirelink) dan memberikan patokan waktu atau

tempat yang menguntungkan salah satu pihak (Time and Place Setting). Hal ini tidak

boleh dilakukan dikarenakan dalam berdebat kita juga menggunakan kaidah “Fair

and Square” atau menang secara adil.

2.1.4.4 Langkah-langkah Debat

Di dalam melakukan debat kita juga memiliki langkah – langkah yang harus

ditempuh di dalam aplikasinya, di sini kami akan mengambil satu contoh dari sistim

yang biasa digunakan sebagai standar nasional maupun internasional. Adapun sistim

ini bernama sistim Australasian Parliamentary System, di mana tiap tim mempunyai

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

tiga orang anggota dengan tugas masing – masing, adapun langkah – langkahnya

adalah sebagai berikut.

1. Sebelum debat dimulai kedua tim akan diberikan kesempatan untuk

melakukan suatu proses penyusunan kasus selama 30 menit.

2. Pembicara pertama dari tim positif maju kemudian memberikan definisi dari

topik yang diberikan kemudian memberikan parameter kasus yang akan

dibahas, setelah itu kemudian dia akan menjelaskan bagian – bagian yang

akan dibahas oleh pembicara pertama dan kedua, baru setelah itu dia akan

membahas kasusnya disertai landasan kasus selama 7 menit.

3. Pembicara pertama dari tim negatif maju kedepan kemudian memberikan

tanggapan dari topik positif yang diberikan kemudian memberikan parameter

kasus yang akan dibahas, setelah itu kemudian dia akan menjelaskan bagian –

bagian yang akan dibahas oleh pembicara pertama dan kedua, baru setelah itu

dia akan membahas kasusnya disertai landasan kasus selama 7 menit.

4. Pembicara kedua dari tim positif maju dan kemudian merespon kasus dari

pembicara pertama negatif kemudian dia akan mencoba menghubungkan

kasus yang ia bawa dengan kasus pembicara pertama, kemudian dia akan

memberikan perpanjangan dari kasus timnya disertai dengan implementasi

dari timnya selama 7 menit.

5. Pembicara kedua dari tim negatif maju dan kemudian merespon kasus dari

pembicara pertama dan kedua dari positif kemudian dia akan mencoba

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

menghubungkan kasus yang ia bawa dengan kasus pembicara pertama,

kemudian dia akan memberikan perpanjangan dari kasus timnya disertai

dengan implementasi dari timnya selama 7 menit.

6. Pembicara ketiga dari positif maju dan tugasnya adalah membuat suatu

respon terhadap semua kasus dari negatif dan memberikan kesimpulan dari

kasus yang dibawakan oleh timnya. Disini seorang pembicara ketiga dilarang

untuk membawakan kasus baru selama 7 menit.

7. Setelah itu sekarang adalah waktu untuk memberikan pandangan terhadap

kasus dari masing – masing tim dimulai dari negatif terlebih dahulu

kemudian positif dimana disini yang melakukannya adalah pembicara

pertama atau kedua dan yang harus dilakukan disini oleh tiap tim selain

memberikan pandangan terhadap kasus masing–masing juga memberikan

suatu komparasi antara kedua tim dan menjelaskan apa – apa saja yang terjadi

di dalam debat tersebut serta menunjukkan poin – poin yang menguntungkan

dan mendukung kasus mereka selama 5 menit.

2.1.4.5 Beberapa Patokan Dalam Berdebat

Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan ketika anda berdebat atau

beberapa patokan yang harus anda perhatikan ketika berdebat.

(1) Buatlah suatu definisi dan parameter dari suatu topik yang adil dan dapat

diperdebatkan

(2) Berikan dasaran kasus yang kuat terhadap kasus anda.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

(3) Susunlah selalu argumen dan respon anda menggunakan kaidah apa,

mengapa, bagaimana, dan kesimpulannya.

(4) Pelajarilah selalu kasus–kasus yang berkembang di masyarakat.

(5) Kerjasama tim dan buatlah alur penyusunan argumen yang baik secara

mengalir antar para pembicara di dalam tim.

2.1.5 Teori Pragmatik

Pragmatik (Pragmatics) merupakan kajian arti atau makna yang timbul dalam

pemakaian bahasa. Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang

menggeluti pragmatik, diantaranya.

Levinson (1983: 9) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang

mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud

tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur

bahasanya.

Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language (Levinson, 1983: 9)

Beberapa Definisi Pragmatik menurut Yule (2006: 3- 4) sebagai berikut.

1. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau

penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya

studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

dimaksudkan orang dengan tuturan- tuturannya daripada dengan makna

terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri

2 Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual

Tipe studi ini melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang

didalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap

apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara

penutur mengatur apa yang ingin mereka katakana yang disesuaikan dengan

orang yang mereka ajak bicara, dimana, kapan, dan dalam keadaan apa.

3. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang

disampaikan daripada yang dituturkan

Pendekatan ini juga perlu menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat

menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu

interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Studi ini menggali betapa

banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang

disampaikan. Dapat dikatakan bahwa studi ini adalah studi pencarian makna

yang tersamar.

4. Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.

Pandangan ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang menentukan pilihan

antara yang dituturkan dengan yang tidak dituturkan. Jawaban yang mendasar

terikat pada gagasan jarak keakraban. Keakraban, baik keakraban fisik, sosial

atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

tentang seberapa dekat atau jauh jarak pendengar, penutur menentukan

seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan.

Leech (1983: 8) menyatakan bahwa fonologi, sintaksis dan semantik

merupakan bagian tata bahasa atau gramatika, sedangkan pragmatik merupakan

bagian dari penggunaan tata bahasa (language use). Selanjutnya pakar ini

menunjukkan bahwa pragmatik dapat berintegrasi dengan tata bahasa atau gramatika

yang meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis melalui semantik

Pragmatik sebagai suatu kajian bidang ilmu memilki suatu batasan yang

berterima oleh para ahli linguistik yaitu bahwa bidang ini adalah bidang di dalam

linguistik yang mengkaji maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan itu.

Makna kalimat dikaji di dalam semantik, sedangkan maksud atau daya (force) ujaran

dikaji dalam pragmatik. Sebagai contoh, kalimat saudara dapat berbahasa

mandarin?, bermakna penanya ingin tahu apakah yang ditanya itu mempunyai

kemampuan berbahasa Mandarin, ini adalah kajian semantik. Bahwa ujaran

“saudara dapat berbahasa mandarin?” itu dimaksudkan oleh si penanya sebagai

permintaan untuk menerjemahkan sebuah kata, kalimat bahasa Mandirin, misalnya,

ini adalah kajian pragmatik

Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik

juga mengkaji fungsi ujaran, yaitu untuk apa suatu ujaran dibuat atau dilakukan.

Seperti yang telah dibahas di atas bahwa satuan analisis pragmatik bukan lah kalimat

( karena kalimat adalah satuan tata bahasa ), melainkan tindak ujaran atau tindak

tutur (speech act). Sebagaimana tindak ujaran bukan kalimat, ia juga tidak persis

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

sama dengan ujaran. Dengan satu ujaran “saya lapar” misalnya sebenarnya kita

melakukan dua tindak ujaran yaitu memberitahu dan meminta. Apa yang akan dikaji

didalam tesis ini adalah tindak ujar atau tindak tutur dari para pelaku debat yang

berkaitan dengan kesantunan berbahasa yang dipakai dalam acara debat di TV One.

2.1.6 Kesantunan Brown and Levinson

Teori kesantunan berbahasa diungkapkan oleh Brown dan Levinson (1987)

dalam tulisannya yang berjudul Universal in Language Usage: Politeness

Phenomena. Brown dan levinson mengungkapkan derajat kesantunan berdasarkan

nosi muka. Muka diartikan sebagai keadaan emosional atau citradiri setiap orang

yang tidak boleh dipermalukan. Hal ini juga sejalan dengan pemikiran Saragih

(2008) yang membahasa kesantunan. Kesantunan adalah situasi dalam interaksi yang

di dalamnya pembicara menyadari muka (face) / marwah lawan atau mitrabicaranya.

Dengan kata lain, kesantunan berhubungan dengan marwah penutur. Seseorang yang

berbicara santun menghormati atau menghargai marwah mitrabicara. Hanya dengan

menghormati mitrabicara, kita dihormati orang lain.

Kesantunan dicapai berdasarkan jarak (distance) atau kedekatan (closeness)

sosial antara pembicara dan mitrabicara. Kesantunan yang berorientasi kepada jarak

sosial antar pembicara akan menimbulkan sikap hormat (respect) dan kesantunan

yang berorientasi untuk menjaga muka/ marwah karena kedekatan disebut akrab,

persahabatan (friendliness) dan solidaritas (solidarity).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Tindak ancaman terhadap muka/ marwah (face threaning act) adalah ucapan

yang mengancam penghargaan atau pengharapan seseorang atas muka/ marwahnya.

Tindak penyelamatan marwah (face saving act) merupakan ucapan yang

menyelamatkan atau mengurangi ancaman terhadap marwah seseorang. Sebagai

contoh adik dan abang yang jenuh dengan aksi maling si botak di kampungnya dan si

Adik berniat untuk menghajar si botak. Adik melakukan tindakan ancaman marwah

sedang si Abang melakukan tindak penyelamatan marwah.

Adik : Biar kuhajar dulu si botak itu. Kerjanya maling saja di kampung ini

Abang : Mungkin keluarganya tidak tahu aksinya, besok kita beritahu ke

luarganya supaya menasehatinya.

Muka/ marwah adalah citra diri seseorang di khalayak umum (public self-

image of a person). Setiap orang memiliki naluri menjaga muka/ marwahnya. Jika

seseorang kehilangan muka/ marwah, dia dianggap tidak memilki harga diri sebagai

satu individu dalam komunitasnya. Berkenaan dengan hal itu, muka/ marwah terdiri

atas muka/ marwah positif (positive face) dan muka/ marwah negatif (negative face).

Muka/ marwah positif mengacu ke citra diri setiap orang yang berkeinginan

agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilkinya atau apa yang ia yakini diakui

orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai,

diterima, dan seterusnya. Muka/ marwah negatif mengacu ke citra diri setiap orang

yang berkeinginan agar dihargai dengan cara membiarkannya bebas dari keharusan

mengerjakan sesuatu (Sibarani, 2004: 180)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Tindak penyelamatan muka yang berorientasi pada muka/ marwah negatif

akan menghasilkan dan berasosiasi dengan ucapan hormat, ucapan maaf dan

pengakuan atas keunikan dan kekuasaan seseorang. Kesantunan berdasarkan

orientasi ini disebut Kesantunan Negatif (negative politeness). Tindak penyelamatan

muka/ marwah yang berorientasi ke muka/ marwah positif menghasilkan ucapan

solidaritas, kesamaan nasib/ tujuan, keakraban disebut Kesantunan Positif (positive

politeness). Lebih lanjut tentang Kesantunan Positif dan Kesantunan Negatif akan

dibahas pada sub bab 2.1.7 dan 2.1.8.

2.1.7 Strategi Kesantunan Positif

Menurut Brown dan Levinson (1987: 95), melakukan strategi tertentu untuk

meminimalkan ancaman muka dapat dilakukan secara on- record (menyatakan

secara terus terang) dan off- record (menyatakan secara tidak terus terang). On-

record sering digunakan di dalam komunikasi dengan tujuan komunikasi jelas di

fahami dan tidak ambigu. Ujaran On- record dapat dilakukan dengan dua cara yakni

melakukan ujaran secara terus terang tanpa upaya menebus atau memperbaiki

keadaan (without redress action, baldly) dan melakukan ujaran secara terus terang

dengan upaya menebus atau memperbaiki keadaan (with redress action). Cara

pertama menunjukkan bahwa ancaman muka tidak diminimalkan, ancaman muka

diabaikan atau dianggap tidak relevan, sedangkan cara kedua penutur meminimalkan

ancaman muka dengan implikasi. Kesantunan positif dan kesantunan negatif

merupakan merupakan bagian dari cara yang kedua.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Kesantunan Positif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan

agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang ia yakini diakui

orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai,

diterima dan seterusnya. Pemilihan bentuk- bentuk tuturan untuk menyelamatkan

muka sering disebut strategi. Lebih lanjut, Brown dan Levinson (1987) menjabarkan

15 strategi kesantunan positif yang digunakan oleh penutur.

Strategi 1: memperhatikan kesukaan, keinginan dan kebutuhan pendengar

(Notice, attend to H : his interests, wants, needs, goods)

Pada umumnya hasil ini menyatakan bahwa penutur harus

memperhatikan aspek-aspek dari kondisi pendengar (perubahan dapat juga

diperhatikan, kepemilikan yang biasa, dan segala sesuatu yang pendengar

ingin diperhatikan dan diakui oleh penutur). Misalnya biasa digunakan

sebagai perbaikan FTA dalam bahasa Inggris.

Goodness, you cut your hair! (…) By the way, I came to

borrow some flour

Ya ampun, kamu potong rambut! (…) Ngomong-ngomong,

saya datang untuk meminjam tepung.

Kamu pasti lapar ya, tadi kan belum sarapan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Strategi 2: membesar- besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada

pendengar (Exaggerate: interests, symphaty with H)

Strategi ini sering dilakukan dengan intonasi yang melebih-lebihkan,

tekanan, dan aspek lainnya dari prosodic.

What a fantastic garden you have!

betapa luar biasa taman anda ini!

Wah bagus sekali bajunya. Kamu pintar sekali memilihnya.

Masakanmu benar- benar enak. Hebat sekali kamu

Strategi 3: mengintensifkan perhatian pendengar dengan pendramatisiran

peristiwa atau fakta (Intensify interest to H)

Cara lain bagi penutur untuk berkomunikasi dengan pendengar yakni

dengan mengemukakan beberapa keinginannya untuk memperkuat minat

yang ia miliki sendiri (S’s) yang berpengaruh terhadap percakapan, dengan

‘menciptakan suatu cerita yang bagus’. Ini merupakan ciri yang biasa dari

percakapan positif yang sopan, karena menarik pendengar ke tengah-tengah

kejadian yang dibicarakan, secara metaforis pada tingkat tertentu, sehingga

meningkatkan minat intrinsik mereka terhadapnya. Misalnya

Saya turun tangga, dan kamu tahu apa yang saya lihat…semua

berantakan

Kamu tahu…beribu- ribu manusia memenuhi stadion bola itu

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Strategi 4: menggunakan penanda identitas kelompok: bentuk sapaan, dialek,

jargon, atau slang (Use in- group identity markers: addressed forms, dialect,

jargon or slang)

Dengan menggunakan cara yang tidak terhingga untuk menyampaikan

keanggotaan kelompok, penutur secara implisit dapat mengklaim bidang

yang sama dengan pendengar yang disampaikan melalui definisi kelompok

tersebut. Bentuk didalam bahasa Inggris untuk menyampaikan keanggotaan

dalam kelompok termasuk nama-nama generik dan istilah-istilah seperti mac,

mate, buddy, pal, honey, dear, duckie, luv, babe, Mom, blondie, brothe,

sister, cutie, sweetheart, guys, fella. Didalam bahasa Indonesia seperti

sebutan kawan, sayang, say,bo’, eke, ye,dsb.

Here mate, I was keeping that seat for a friend of mine…

Kesini, kawan.

Bawakan saya kue ya, sayang

Strategi 5: mencari persetujuan dengan topik yang umum atau mengulang

sebagian/ seluruh ujaran (seek agreement:safe topics, repetition)

Persetujuan dapat ditekankan dengan perulangan sebagian atau seluruh

apa yang dimaksud oleh penutur dalam suatu percakapan. Untuk

menunjukkan bahwa dia telah mendengar secara tepat apa yang diucapkan.

Perulangan digunakan untuk menekankan persetujuan emosional dengan

gagasan (atau menekankan minat dan kejutan).

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

A: John went to London this weekend!

B : To London!

A: Saya sudah dua kali berobat ke dokter

B: Oh..sudah dua kali ke dokter

Strategi 6: menghindari ketidak setujuan dengan berpura- pura setuju,

persetujuan yang semu,berbohong untuk kebaikan, kata berpagar (Avoid

agreement: Token agreement, pseudo- agreement, white lies, hedging opinions)

Token Agreement keinginan untuk sepakat atau menunjukkan

kesepakatan terhadap pendengar juga mengacu pada mekanisme untuk

berpura-pura menyetujui. Sack (1973) telah mengumpulkan sejumlah contoh

dalam bahasa Inggris yang menandakan tingkat dimana penutur bisa

menerima pemutaran gagasan mereka untuk memperlihatkan kesepakatan

atau menyembunyikan ketidaksepakatan – untuk merespon gagasan

sebelumnya dengan kata “Yes, but………” ketimbang mengingkari dengan

kata “No”.

A: Have you got friends?

B: I have friends. So- called friends. I had friends.

Let me put that way (tidak menjawab secara pasti

ada atau tidak)

A: Gimana, enak kan tinggal di medan?

B: Enak. Lumayan (berbohong untuk menyenangkan A)

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Saya tidak tahu, sepertinya, saya rasa setiap orang punya hak

untuk menyampaikan pendapatnya

Strategi 7: menunjukkan hal- hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui

basa basi dan presuposisi (Presuppose/raise/assert common ground: gossip, small

talk)

Nilai dari waktu dan upaya yang digunakan oleh penutur bersama

dengan pendengar sebagai tanda persahabatan atau minat atas dirinya,

meningkatkan strategi tujuan FTA dengan membicarakan sedikit tentang

topik yang tidak berhubungan. Dengan demikian penutur menekankan minat

umumnya atas pendengar, dan menunjukkan bahwa dia belum ingin melihat

bahwa pendengar melakukan FTA (misalnya, membuat permintaan), bahkan

keinginannya untuk melakukan hal itu tampak jelas dilakukan dengan

membawa sebuah hadiah. Strategi ini dilakukan untuk menghaluskan

permintaan- setidaknya meminta kesediaan.

I had a really hard time learning to drive, didn’t I?

Ok now, let’s stop the chatter and get on with our little essays

Gimana, kemarin malam kamu nonton bola kan?

Strategi 8: menggunakan lelucon (joke)

Karena lelucon didasarkan pada latar belakang pengetahuan dan nilai-

nilai timbal-balik, maka lelucon dapat digunakan untuk menekankan latar

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

belakang yang dibagikan atau nilai-nilai yang dibagikan. Lelucon merupakan

teknik dasar kesopanan positif. Lelucon dapat meminimalkan FTA atas suatu

permintaan, misalnya dalam

How about lending me this old heap of junk? (H’s new

Cadillac)

Motormu butut itu sebaiknya untukku saja (sepeda motor baru)

Gimana kalau kamu pinjam kan saya kekasih barumu (sebenarnya

mobil baru)

Strategi 9: menyatakan paham akan keinginan pendengar (Assert or presuppose

S’s knowledge of and concern for H’s wants )

Satu-satunya cara untuk menunjukkan bahwa penutur dan pendengar

bekerjasama, dan sehingga secara potensial meletakkan tekanan pada

pendengar untuk bekerjasama dengan penutur, yang menilai atau

menyiratkan pengetahuan akan keinginan pendengar dan kemauan untuk

mencocokkan keinginan seseorang dengan mereka.

Look, I know you want the car back by 5.0, so shouldn’t I go to

town now? (request)

Aku tahu kamu tidak suka pesta. Tapi yang ini lain. Kamu pasti

suka. Datang ya?

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Strategi 10: memberikan tawaran, janji (offer, promise)

Untuk meredakan ancaman potensial dari beberapa FTA, penutur

dapat memilih untuk menekankan kerjasamanya dengan pendengar dengan

cara yang lain. Ia dapat mengakui bahwa (dalam keadaan tertentu yang

relevan) apapun yang diinginkan pendengar, yang diinginkan penutur darinya

dan akan membantu pendengar untuk mendapatkannya. Penawaran dan janji

merupakan akibat alami dari pemilihan strategi ini.

I’ll drop by sometime next week

Aku akan kirimkan uangnya besok. Jangan kuatir

Strategi 11: menunjukkan keoptimisan (be optimistic)

Penutur mengasumsikan bahwa pendengar menginginkan apa yang

diinginkan penutur dan akan membantu dia untuk memperolehnya. Yakni,

bagi penutur menjadi begitu berani untuk mengasumsikan pendengar akan

berkerjasama dengan dia yang akan menghasilkan sebuah komitmen bahwa

pendengar akan berkerjasama dengan penutur karena itu merupakan

kepentingan yang saling menguntungkan.

Wait a minute, you haven’t brushed your hair! (as husband goes out

of the door) (Istri ingin agar sang suami bekerjasama menuruti

keinginannya agar suami menyisir rambutnya sebelum pergi)

Nggak masalah. Semua akan dapat diatasi dengan baik

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Strategi 12: melibatkan penutur dan pendengar dalam aktifitas (include both S

and H in the activity)

Dengan menggunakan suatu bentuk inklusif ‘we’ atau ‘kita’ pada saat

penutur memaksudan ‘you(kamu)’atau ‘me(saya)’, maka dia dapat

mengasumsikan suatu kerjasama dan dapat meredakan FTA. Penekanan let’s

dalam bahasa Inggris merupakan bentuk ‘we’ inklusif, sebagai contohnya.

Let’s have a cookie, then (i.e. me)

Ayo kita makan malam

Sebaiknya kita istirahat dulu sebentar

Strategi 13: memberikan pertanyaan atau meminta alasan (Give or ask for

reasons)

Aspek lainnya yang mencakup pendengar dalam kegiatan adalah

penutur memberikan alasan mengapa dia menginginkan apa yang dia

inginkan dengan menyertakan pendengar

Why not lend me your cottage for the weekend?

Bagaimana kalau aku bantu kamu bawa tas mu?

Kenapa kita tidak pergi saja ke pantai besok!

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Strategi 14: menyatakan hubungan secara timbal balik (Assume or assert

reciprocity)

Keberadaan kerjasama antara penutur dan pendengar dapat juga

diklaim atau dipaksa dengan memberikan bukti dari hak timbal balik atau

kewajiban yang terkandung diantara penutur dan pendengar. oleh sebab itu,

penutur dapat mengatakan ‘I’ll do X for you if you do Y for me’, atau ‘I did X

for you last week, so you do Y for me this week’ (atau sebaliknya).

Aku akan datang kerumahmu kalau kamu buatkan aku kue yang lezat

Strategi 15: memberikan hadiah pada pendengar: simpati, pengertian,

kerjasama (give gifts to H (goods, symphaty, understanding, cooperation)

Penutur dapat memenuhi keinginan positif pendengar (penutur ingin

memenuhi keinginan pendengar, pada tingkat tertentu) dengan memenuhi

beberapa keinginan pendengar.

Saya yakin kamu bisa lulus ujian dengan baik

Saya turut menyesal atas apa yang terjadi padamu kemarin

2.1.8 Strategi Kesantunan Negatif

Kesantunan Negatif mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang

berkeinginan agar ia dihargai dengan cara membiarkannya bebas melakukan

tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Menurut Brown dan Levinson (1987: 129), kesantunan negatif adalah jantung dari

tingkah laku menghormati orang lain (the heart of respect behaviour).

Kesantunan positif meminimalkan jarak, sementara kesantunan negatif justru

menciptakan jarak sosial. Kedua ahli merumuskan 5 mekanisme dalam strategi

kesantunan negatif yaitu. a) langsung berbicara pada inti persoalan (be direct), b)

tidak mengira- ngira (don’t presume/ assume), c) jangan memaksa (don’t coerce), d)

komunikasikan keinginan untuk tidak menekan pendengar (communicate S’s want to

not impinge on H), e) penuhi keinginan lain pendengar (redress other wants of H’s).

Selanjutnya 5 mekanisme tersebut dibagi menjadi 10 strategi kesantunan negatif

sebagai berikut.

Strategi 1: menggunakan ujaran tidak langsung (be conventionally indirect)

Ini merupakan mekanisme pertama dari kesantunan negatif yakni ‘be direct’,

berbicara langsung tanpa bertele- tele. Strategi ini merupakan jalan keluar bagi dua

keadaan yang saling bertentangan satu sama lain, yakni keinginan untuk tidak

menekan penutur di satu sisi dan keinginan untuk menyatakan pesan secara langsung

tanpa bertele- tele serta jelas maknanya disisi lain. Oleh karena itu, strategi ini

menempuh cara penyampaian pesan secara tidak langsung namun makna pesan harus

jelas dan tidak ambigu berdasarkan konteksnya. Contohnya, “bisakah tolong saya

membukakan pintu?”. Sisipan kata ‘tolong’ pada kalimat permintaan diatas

menunjukkan adanya keinginan untuk meminta langsung sekaligus keinginan untuk

memberi ruang pilihan bagi penutur.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Strategi 2: pertanyaan, pagar (question, hedge)

Dalam strategi kesantunan ini jangan mengedepankan pra-anggapan dan

jangan berasumsi bahwa segala hal yang terlibat dengan ancaman muka dipercaya

oleh pendengar (Brown dan Levinson, 1987: 144). Hedge dapat berupa partikel tetapi

juga berupa frasa seperti I wonder, wil you, if you allow me dsb. Didalam bahasa

Indonesia seperti: menurut saya, menurut hemat kami, saya ingin tahu, sejak tadi

saya bertanya- tanya, dsb.

Saya ingin tahu apakah bapak bisa menolong saya

Menurut hemat kami rapat ini belum bisa dimulai

Strategi 3: bersikap pesimis (be pessimistic)

Didalam strategi kesantunan ini dapat memperbaiki keterancaman muka

dengan cara secara eksplisit mengungkap kan keraguan mengenai apakah tindakan

yang dimaksudkan penutur dapat dipenuhi pendengar (Brown dan Levinson, 1987:

173). Sebagai contoh penggunaan strategi tidak langsung dalam permohonan yang

ditandai dengan penggunaan kata negasi: You couldn’t possibly, by any chance

dalam kalimat You couldn’t possibly/ by any chance lend me you money. Didalam

bahasa Indonesia seperti

Saya ingin minta tolong, tetapi saya takut anda tidak mau

Sebenarnya saya ingin datang, tetapi saya khawatir ayahmu akan

marah kepada saya

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Strategi 4: meminimalkan tekanan (minimize the imposition)

Strategi ini merupakan bentuk implementasi dari mekanisme kesantunan

negatif ketiga yakni jangan memaksa. Pilihan strategi ini dipakai untuk mengurangi

derajat keterancaman muka, misalnya didalam bahasa Inggris menyisipkan kata

“just” dalam kalimat “I just want to ask if I can borrow your pen”. Didalam bahasa

Indonesia seperti.

Kinerja anggota legislatif saat ini belumlah maksimal

Anda dapat saja berbicara seperti itu, tetapi kami belum tentu setuju

Boleh saya mengganggu barang sebentar?

Strategi 5: memberikan penghormatan (give deference)

Menurut Brown dan Levinson (1987: 178) realisasi dari memberikan

penghormatan terhadap pendengar ada dua jenis yang hubungan keduanya mirip

dengan dua sisi mata uang. Pertama, penutur merendahkan dan mengabaikan dirinya

dihadapan pendengar; kedua, penutur meninggikan posisi pendengar yang

merupakan pemenuhan keinginan wajah positif manusia yakni untuk diperlakukan

lebih tinggi.

Dari kedua cara ini, yang dilakukan penutur sebenarnya adalah memberikan

penghormatan kepada pendengar. Penggunaan kata honorifics seperti Sir dalam

kalimat I’m sorry, Sir. Didalam bahasa Indonesia dalam situasi penutur merendahkan

diri dan sebaliknya meninggikan posisi pendengar, dapat dilihat beberapa contoh

berikut.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Kami mengharapkan agar perbaikan jembatan ini segera selesai

Saya memohon bantuan anda karena saya tahu anda orang baik

Strategi 6: meminta maaf (Apologize)

Strategi ini merupakan implementasi dari mekanisme kesantunan negatif

yang keempat yakni mengkomunikasikan keinginan penutur untuk tidak menekan

pendengar. Strategi memohon maaf dilakukan dengan cara menyampaikan

keseganan penutur atau rasa maaf nya kepada pendengar. Hal ini dilakukan demi

menjaga muka negatif pendengar. Terdapat empat cara yang dapat dilakukan dalam

menyampaikan permohonan maaf yaitu 1)mengakui tekanan dan gangguan yang

diberikan, 2) menunjukkan keseganan dan penggunaan ekspresi tertentu, 3)

menyampaikan alasan yang memaksa penutur melakukan hal tersebut dan 4)

memohon kemaafan dan memohon penutur menunda keterancaman mukanya dari

ujaran yang disampaikan

Sebelumnya saya minta maaf atas peristiwa kemari

Maaf, saya mungkin salah, tetapi saya tidak bermaksud begitu

Strategi 7 : memakai bentuk impersonal (impersonalize S and H)

Strategi ini dilakukan dengan menyatakan seolah- olah diri penutur adalah

orang lain, atau bukan penutur, atau bukan hanya penutur sendiri. Demikian juga

pendengar yang dituju seolah- olah adalah pendengar yang lain atau justru hanya

pendengar sendiri (only inclusive of H).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Didalam strategi ini memakai bentuk impersonal yaitu dengan tidak

menyebutkan penutur dan pendengar. Strategi yang ditempuh adalah dengan

menghindari penggunaan kata ‘saya’ dan ‘kamu’, menggandakan kata ganti ‘saya’

menjadi ‘kami’, mengganti kata ‘kamu’ dengan ‘pak’ atau ‘bu’. Didalam bahasa

Inggris kalimat you shouldn’t do things like that mengganti subjek you sehingga

menjadi One shouldn’t do things like that. Kemudian contoh lain untuk menghindari

kata you adalah excuse me, sir dibandingkan dengan excuse me, you. Di dalam

bahasa Indonesia seperti kalimat berikut.

Penanggulangan bencana alam sumatera barat kita harapkan segera

Tampaknya komputer ini perlu diperbaiki

Strategi 8: menyatakan tindakan pengancaman muka sebagai aturan yang

bersifat umum (state the FTA as a general rule)

Strategi ini menyatakan bahwa tindakan mengancam muka yang dilakukan

bukan merupakan sesuatu yang ingin dilakukan penutur terhadap pendengar, tetapi

adalah sesuatu yang terpaksa dilakukan dengan alasan peraturan atau kewajiban.

Salah satu cirinya adalah dengan menghindari kata ganti sebagaimana perbandingan

dua contoh berikut (Brown dan Levinson, 1987: 206).

Passangers will please refrain from flushing toilets on the train

You will please refrain from flushing toilets on the train

Pilihan pertama yang digunakan didalam strategi ini. Didalam bahasa Indonesia

diantaranya.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Penonton dilarang membawa makanan kedalam bioskop

Ciri kedua adalah dengan menggunakan kata kelompok bukan individu, seperti.

The committee requests the President…

DPR berkewajiban menyelesaikan kasus Bank Century

Ciri ketiga adalah dengan menyatakan ujaran sebagai aturan yang berlaku bagi siapa

saja termasuk penutur dan pendengar.

We don’t sit on tables, we sit on chairs, Johny

Dilarang merokok ditempat ini

Strategi 9: nominalisasi (nominalize)

Strategi ini dilakukan dengan merubah kata tertentu menjadi kata benda.

Menurut Brown dan Levinson (1987: 207) bahwa derajat kesantunan negatif adalah

sejajar dengan derajat perubahan kata tertentu menjadi kata benda. Menurut kedua

ahli, semakin dibendakan sebuah ujaran semakin jauh seorang aktor dari melakukan

atau merasakan atau menjadi sesuatu. Sebagai konsekuensinya, bukan predikat yang

menjadi atribut terhadap aktor tetapi aktor lah yang menjadi atribut terhadap

tindakan. Contoh yang diberikan adalah sebagai berikut.

You performed well on the examinations and we…

Your performing well on the examinations impressed us…

Your good performance on the examination impressed us…

Menurut kedua ahli kalimat ketiga lebih formal dibandingkan kalimat kedua, kalimat

kedua lebih formal dibandingkan kalimat pertama. Kata performed yang diganti

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

menjadi performing dan kemudian performance merupakan strategi merubah kata

kerja menjadi kata benda menjadikan ujaran ini termasuk didalam kategori

nominalisasi yang menjadi bagian dari strategi kesantunan negatif. Didalam bahasa

Indonesia dapat kita lihat sebagai berikut.

Kami sarankan untuk kelancaran setiap kegiatan agar….

Kami sarankan untuk melancarkan setiap kegiatan agar…

Pada kalimat diatas kata ‘kelancaran’ dipilih ketimbang kata ‘melancarkan’ yang

merupakan nomina.

Strategi 10: menyatakan diri berhutang budi (go on record as incurring a debt,

or as not indebting H)

Strategi ini merupakan bagian dari mekanisme kelima dari kesantunan negatif

dan disebut sebagai strategi kesantunan negatif tertinggi yakni memenuhi keinginan

pendengar untuk dihormati. Didalam strategi ini intinya adalah seorang penutur,

ketika melakukan tindakan pengancaman muka, menyatakan diri berhutang budi

kepada pendengar dan bahkan menambahi hutang budi yang telah ada sebelumnya

(Brown dan Levinson, 1987: 209). Contoh yang diberikan.

I’d be eternally grateful if you would…

I’ll never be able to repay you if you…

Dari contoh diatas penutur meletakkan dirinya berhutang budi kepada pendengar

karena telah melakukan kesulitan baginya.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Sebaliknya dinyatakan kepada lawan bicara dimana penutur menyatakan

bahwa pendengar tidak berhutang budi sama sekali kepadanya. Contoh ujaran ini

sebagai berikut.

I could easily do it for you

It wouldn’t be any trouble; I have to go right by there anyway…

Dari kalimat diatas penutur menyatakan bahwa pendengar sama sekali tidak

berhutang budi padanya, sebab apa yang dilakukannya tidak menimbulkan kesulitan

sama sekali. Didalam bahasa Indonesia, beberapa contoh sebagai berikut.

Saya tidak akan pernah bisa membalas budi baikmu jika kamu

bisa membawakan buku ini untukku

Saya akan berterima kasih sekali padamu jika kamu datang ke

pestaku

Tidak jadi masalah, saya senang melakukannya

Saya tidak keberatan untuk membantumu

2.1.9 Etika Berbicara didalam Islam

Berbicara adalah salah satu sarana komunikasi dalam kehidupan

bermasyarakat. Dalam Al-qur’an disebutkan bahwa kemampuan berbicara adalah

fitrah manusia.

“Tuhan yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Alqur’an. Dia menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara” (QS Ar Rahmaan (55): 1-4).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Dalam berbicara hendaknya diperhatikan beberapa etika yang

mendatangkan kebaikan dan keberkahan. Tidak semua orang yang berbicara itu

memperhatikan etika dalam menyampaikan pesan melalui pembicaraan. Begitu pula

khususnya bagi setiap muslim harus memperhatikan etika berbicara yang juga

berkaitan dengan kesantunan berbahasa seorang muslim.

Dalam salah satu hadis disebutkan “muslim yang baik itu adalah muslim

yang menyelamatkan muslim lainnya dari gangguan tangan maupun lisannnya” (HR

Bukhari). Keyakinan bahwa diri kita tidak boleh menjadi seseorang yang merugikan

orang lain, harus lah selalu dihujamkan kedalam hati.Termasuk didalamnya adalah

dalam berbicara.

Dalam hal berbicara, Imam Al-Ghazali hanya memperbolehkan satu jenis

pembicaraan saja, yaitu pembicaraan yang hanya memiliki manfaat dan tidak

mengandung bahaya. Selanjutnya Imam Al- Ghazali menyebutkan “pembicaraan

yang banyak mengandung bahaya dan tidak memiliki manfaat jelas harus kita

hindari. Pembicaraan seperti itu adalah pembicaraan yang berlebihan”. Beberapa

etika berbicara seorang muslim dapat dilihat sebagai berikut.

(1) Hendaknya pembicaraan selalu di dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah

SWT.

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia." [QS An Nisaa’ (4): 114].

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Bagi setiap umat manusia didunia, tidak perduli beragama apapun

mengajarkan kebaikan termasuk juga dalam hal berbicara. Topik

pembicaraan harus baik, tujuan pembicaraan harus baik dan memberi manfaat

kebaikan.

(2) Sebaiknya jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah

SAW bersabda“Termasuk kebaikan Islamnya seseorang adalah

meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” [HR Ahmad dan Ibnu Majah].

Salah satu yang tidak berguna dalam pembicaraan, dan bahkan bisa

merugikan diri sendiri yang perlu kita hindari adalah bergunjing (ghibah) dan

memfitnah. Bergaul dengan sesama memang baik dalam kaitan silaturahmi,

dan orang bijak akan membatasi memasuki suatu kumpulan untuk

menghindari ‘mulut yang berbahaya’.

(3) Hendaknya orang yang berbicara tidak membicarakan semua apa yang pernah

didengar, sebab bisa jadi semua yang didengar itu menjadi dosa sebagaimana

sabda Rasulullah SAW “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu

apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” [HR Muslim].

(4) Menghindari perdebatan dan saling membantah, meskipun kita berada di

pihak yang benar, dan menjauhi perkataan dusta meskipun bercanda.

Rasulullah SAW bersabda ”Aku adalah penjamin sebuah istana di taman

surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) meskipun ia

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang

meninggalkan dusta meskipun bercanda.” [HR Abu Daud].

(5) Berbicara dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Aisyah RA menuturka

"Sesungguhnya Nabi SAW apabila membicarakan suatu pembicaraan,

sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya."

Karena jika berbicara dengan tergesa-gesa, maka bisa mengakibatkan salah

ucap, pembicaraan menjadi kurang jelas, dan bisa menimbulkan salah paham.

(6) Hindari memotong pembicaraan. Hendaknya kita memberikan kesempatan

yang wajar kepada seseorang yang menguraikan sesuatu dengan tuntas. Bila

ada hal-hal yang tidak sesuai atau perlu dikoreksi, lakukankah kemudian

setelah selesai uraian itu, bukan dengan cara memotong pembicaraan untuk

terus berbicara. Memotong pembicaraan adalah salah satu pengejawantahan

dari sifat suka banyak bicara dan berpura-pura fasih, yang berarti pula

kesombongan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Dan sesungguhnya

manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari kiamat

kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih, dan

orang-orang yang mutafaihiqun. Para shahabat bertanya: ‘Wahai

Rasulullah, apa arti mutafaihiqun? Rasulullah menjawab: Orang-orang yang

sombong." [HR Tirmidzi]. Jadi jika kita ingin mengkoreksi isi pembicaraan

seseorang, hendaknya kita lakukanlah koreksi atau menyela pembicaraan

dengan cara yang baik dan pada saat yang tepat di sela-sela pembicaraan.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

(7) Janganlah berbicara bohong. Cukup banyak kerugian bagi pembohong yang

disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadis, antara lain.

● “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-

orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-

orang pendusta”. [QS An Nahl (16): 105].

● “Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang

keterlaluan dan suka berbohong”. [QS Al Ghaafir (40): 28].

● ”Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila

berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat." [HR Muslim].

● “Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah

bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia, celaka dia.”

[HR Abu Dawud dan Ahmad].

● "Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia

mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu

berbohong kepadanya." [HR Ahmad dan Abu Dawud].

(8) Hindari berbicara yang bernuansa penghinaan, ucapan apapun yang bersifat

merendahkan, mengejek dan menghina seseorang atau kelompoknya dalam

bentuk apapun, baik tentang kepribadian, postur tubuh, maupun keadaan

ekonomi-sosialnya. Tidak ada masalah yang bisa diselesaikan dengan

melakukan celaan apalagi dengan sikap penghinaan, dan merendahkan orang

lain. Akibat yang muncul dari perbuatan ini adalah sakit hati dan dendam.

Untuk itu, berusahalah menahan diri dari untuk tidak memberikan komentar

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

atau bersikap sembarangan yang bisa membuat orang lain merasa

direndahkan.

(9) Hindari ikut campur urusan pribadi orang lain, apalagi kalau memang kita

tidak berkepentingan dan tidak memberikan manfaat. Setiap orang pasti

mempunyai masalah pribadi yang sensitif. Jika kita usik batas pribadi orang

lain, bisa menimbulkan ketidaksenangan terhadap kita. Maka janganlah kita

usil, menanyakan tentang hutang, aib, masa lalu, kekurangan orangtua atau

masalah-masalah lain yang berhubungan dengan pribadi orang lain.

(10) Jangan mengungkit masa lalu tentang kesalahan, aib atau kekurangan

seseorang. Siapa tahu kelamnya masa lalu itu sudah terhapus melalui taubatan

nasuha-nya. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kesalahan, aib, atau

kekurangan, yang ingin disembunyikannya, dan kitapun memiliknya. Maka,

janganlah pernah ada keinginan untuk mengungkit masa lalu, apalagi

menyebarkan luaskannya. Hal ini sama halnya dengan mengajak bermusuhan

karena mencemarkan kekurangannya. Belajarlah untuk bersama-sama

memulai lembaran-lembaran baru yang lebih putih bersih dan bersemangat

untuk mengisi lembaran baru tersebut dengan kebaikan

(11) Jangan membela musuh seseorang. Setiap orang mempunyai kawan yang

disukai. Jika membela musuhnya, kita bisa dianggap bergabung dengan

musuhnya itu, dan sebaliknya janganlah mencaci kawannya, bisa diartikan

kita juga sedang mencaci dirinya. Karena itu hendaknya kita berhati-hati

berbicara dengan seseorang antara lain dengan mencoba mengetahui terlebih

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

dahulu siapa kawan atau musuhnya, dan bersikaplah netral sepanjang kita

menghendaki kebaikan bagi semua pihak dan sadar bahwa untuk berubah kita

harus siap menjalani proses dan tahapan. Dalam bergaul, yang harus kita

prioritaskan adalah memperbanyak teman, bukan memperbanyak musuh.

(12) Jangan merusak kegembiraan orang lain atau orang yang sedang bersuka-cita.

Misalnya ada seseorang yang merasa gembira mendapat hadiah barang bagus

dari luar negeri, padahal kita tahu bahwa hadiah tersebut buatan Indonesia

yang dijual di pasaran dunia, maka tidak perlu kita sampaikan fakta tersebut

hanya karena ingin bicara. Biarkan dia bergembira dengan hadiah tersebut

(13) Hindari membandingkan, baik berupa jasa, kebaikan, penampilan, harta dan

kedudukan seseorang dengan orang lain, yang jika mendengarnya, akan

menyebabkan dia merasa tidak berharga atau diremehkan, menjadi rendah

diri dan terhina. Termasuk apabila seseorang itu sudah berumahtangga,

janganlah sekali-kali membandingkan isteri / suami dengan perempuan / laki-

laki lain.

(14) Pandai-pandailah dalam mengendalikan amarah. Bila kita marah, maka

waspadalah. Kemarahan yang tidak terkendali biasanya menghasilkan kata-

kata dan perlaku keji yang bisa melukai orang lain. Tentu perbuatan ini akan

menghancurkan hubungan di lingkungan manapun. Maka, sudah seharusnya

kita melatih diri untuk mengendalikan amarah sekuat upaya. Jika kemarahan

itu tetap terjadi, pilihlah kata-kata yang paling tidak melukai.

Sederhanakanlah kata-kata itu. Persingkat kemarahan dan jangan malu untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

meminta maaf jika ada ucapan yang kita lontarkan terasa mungkin

menyakitkan hati orang lain atau berlebihan.

(15) Jangan menertawakan. Sikap menertawakan biasanya muncul karena kita

menyangsikan kekurangan orang lain. Sikap, penampilan dan rupa seseorang,

kadang membuat kita tertawa karena terlihat lucu. Ingatlah, tertawa yang

tidak pada tempatnya (berlebihan) akan mengundang rasa sakit hati.

Itulah beberapa etika berbicara seorang muslim. Adapun yang harus

diperhatikan didalam penelitian ini bahwa ada kesejajaran persepsi ataupun sudut

pandang dari penulis bahwa penelitian ini ingin mencari adakah kesamaan

pandangan antara strategi kesantunan berbahasa Brown dan Levinson dengan etika /

kesantunan berbicara seorang muslim didalam acara debat Kontoversi SKB

Ahmadiyah di TV One.

Hal ini dijadikan permasalahan didalam penelitian ini dengan alasan bahwa

topik debat tentang Islam, kemudian para pelaku diketahui pula merupakan muslim

yang juga kompeten untuk berbicara Islam. Oleh karena itu adalah sangat menarik

untuk menggabungkan pendapat-pendapat para ahli alim ulama tentang etika

berbicara seorang muslim dengan fenomena debat khususnya bila dikaitkan dengan

pelaku debat itu sendiri. Melalui tesis ini di harapkan juga dapat membuka wacana

ber bahasa santun bagi pelaku debat muslim.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

2.2 Kajian Terdahulu

Pada bagian ini akan membahas tentang penelitian kesantunan berbahasa

yang telah dilakukan pemerhati bahasa atau peneliti- peneliti linguistik sebelumnya.

Penelitian kesantunan berbahasa yang akan dibahas pada bagian ini adalah

penelitian yang berkaitan dengan kajian pragmatik.. Informasi yang diperoleh dari

kajian pustaka berupa data, konsep, teknik, dan pendekatan diharapkan dapat

memperjelas posisi penelitian ini. Di bawah ini beberapa penelitian yang telah

dilakukan para peneliti bahasa sebelumya, seperti.

Rahadi (2005) berusaha menyingkap seluk- beluk kesantunan pada

pemakaian tuturan imperatif dalam kegiatan bertutur. Kesantunan adalah bagaimana

bahasa menunjukkan jarak sosial di antara para penutur dan hubungan peran mereka

di dalam suatu masyarakat. Adapun aspek kesantunan yang dikaji dalam buku ini

meliputi wujud, peringkat, dan faktor penentunya. Studi kesantunan berbahasa

diharapkan dapat menopang lancarnya komunikasi dan interaksi lintas budaya.

Dengan mengetahui ketentuan- ketentuan dan batasan- batasan dari kesantunan

dalam praktik bahasa Indonesia, anggota masyarakat bahasa akan dapat lebih mudah

membina relasi dan menjalin kerjasama di dalam membangun komunikasi dan

interaksi dengan sesamanya.

Simpen (2008) dalam desertasinya yang berjudul Kesantunan Berbahasa

Pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur memiliki tujuan penelitian untuk

menemukan, mendeskripsikan, dan menganalisis satuan verbal yang digunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

sebagai kesantunan, menemukan faktor- faktor yang mempengaruhi kesantunan,

makna kesantunan, unsur suprasegmental yang mempengaruhi kesantunan dan unsur

paralinguistik yang menyertai kesantunan.

Metode yang digunakan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu metode dan

teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, serta metode dan

teknik penyajian hasil analisis. Data dikumpulkan dengan metode observasi terlibat

aktif dan wawancara dengan teknik pancingan, pencatatan dan perekaman. Data yang

terkumpul diklasifikasi berdasarkan jenis, bentuk dan variabel penentu.

Hasil analisis memperlihatkan bahwa kesantunan berbahasa pada penutur

bahasa Kambera menggambarkan ideologi yang dijadikan dasar kesantunan

berbahasa. Satuan verbal yang digunakan untuk kesantunan yang berbentuk kata,

gabungan kata, kalimat dan peribahasa. Kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh

faktor status, jenis kelamin, usia dan hubungan kekerabatan. Makna kesantunan

merefleksikan latar budaya yang dianut penutur dengan berorientasi pada sistem

kepercayaan, hubungan kekerabatan, stratifikasi sosial, dan sistem pernikahan.

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa sampai saat ini penutur bahasa

Kambera masih memegang teguh prinsip hidupnya. Prinsip hidup itu tertuang dalam

ideologi yang mereka sebut Hopu li li witi – Hopu li la kunda ‘akhir dari segala

pembicaraan – akhir dari segala ‘pintalan’. Satuan verbal yang digunakan kesantunan

berbentuk kata, gabungan kata, kalimat dan peribahasa.

Minda (2008) dalam disertasinya yang mengambil kajian pragmatik juga

menganalisis masalah kesantunan berbahasa. Judul penelitian desertasinya adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

Kesantunan Linguistik Dalam Ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

Yang menjadi masalah penelitian di dalam desertasi ini adalah ingin

mengetahui, mendiskripsi, dan menganalisis bagaimana realisasi kesantunan

linguistik dalam meminta penjelasan, bagaimana realisasi kesantunan linguistik

dalam memberikan pendapat, dan bagaimana realisasi kesantunan linguistik yang

digunakan di dalam rapat dewan dapat memisahkan politic behavior dari polite

behavior.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model rancangan

etnografi komunikasi. Data diambil berupa data lisan yang berasal dari rapat komisi,

serta data tulisan yang berasal dari rapat paripurna. Teknik yang digunakan adalah

teknik observasi non- parsipatoris, dokumentasi, dan rekam.

Dari data ditemukan bahwa kesantunan linguistik di dalam tindak tutur

meminta penjelasan dilakukan dengan cara mendeklarasikan keadaan ‘tidak tahu’

dan ‘tidak dapat informasi’ yang secara pragmatik bermakna meminta penjelasan. Di

dalam tindak tutur memberikan pendapat, penggunaan modus interogatif secara

pragmatik bermakna mengemukakan pendapat tidak setuju secara tidak langsung.

Realisasi politic behavior di rapat dewan menggunakan ujaran- ujaran yang mengikat

secara sosial dan ujaran- ujaran yang bersifat formulaik. Contoh penggunaan

pronomina yang mempertahankan ingroup terpisah dari outgroup (pronomina ‘kami’

digunakan untuk menggantikan pronomina ‘saya’) , penggunaan pemarkah

kesantunan secara formulaik (‘tolong’ dan ‘mohon’). Realisasi polite behavior di

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

rapat dewan memberi upaya lebih dalam memenuhi aspek pengawasan,

menggunakan ujaran tidak langsung, menggabungkan in-group dan out-group

(pronomina), seolah- olah memberi pilihan, melemahkan ujaran.

Saleh (2009) dalam disertasinya yang berjudul Representasi Kesantunan

Berbahasa Mahasiswa Dalam Wacana Akademik: Kajian Etnografi Komunikasi Di

Kampus Universitas Negeri Makasar bertujuan mendeskripsikan dan

mengeksplanasi kesantunan berbahasa mahasiswa melalui: (1) wujud kesantunan

berbahasa mahasiswa dalam wacana akademik; (2) fungsi kesantunan berbahasa

mahasiswa dalam wacana akademik; (3) strategi kesantunan berbahasa mahasiswa

dalam wacana akademik. . Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan

menggunakan ancangan teori etnografi komunikasi, teori tindak tutur, dan teori

kesantunan berbahasa. Data penelitian terdiri atas data tuturan dan catatan lapangan.

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik perekaman, observasi, wawancara, dan

transkripsi. Analisis data dilakukan melalui empat prosedur utama, yakni:

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan/verifikasi.

Berdasarkan analisis data, ditemukan keragaman wujud, fungsi, dan strategi

kesantunan berbahasa sebagai berikut. Wujud kesantunan berbahasa mahasiswa

dalam wacana akademik secara deskriptif direpresentasikan melalui dua wujud

penggunaan bahasa. Pertama, penggunaan diksi, meliputi: (1) penamaan diri, (2)

penggunaan kata ganti, (3) penggunaan gelar, (4) penggunaan respon mengiyakan,

dan (5) penggunaan diksi informal. Kedua, penggunaan tuturan, meliputi: (a) tuturan

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

dengan modus deklaratif; (b) tuturan dengan modus imperatif; dan (c) tuturan dengan

modus interogatif.

Strategi kesantunan berbahasa mahasiswa dalam wacana akademik

direpresentasikan secara deskriptif melalui tiga kategori strategi. Pertama, strategi

kesantunan positif direpresentasikan melalui: (1) strategi peng-hormatan; (2) strategi

memberi penghargaan; (3) strategi memenuhi ke-inginan mitra tutur; (4) strategi

meminta pertimbangan; (5) strategi ber-tanya; (6) strategi melipatgandakan simpati;

(7) strategi memberi perhati-an; (8) strategi mencari persetujuan; dan (9) strategi

merendahkan diri. Kedua, strategi kesantunan negatif, direpresentasikan melalui: (1)

strategi menghindari perselisihan; (2) strategi bertanya balik; (3) strategi membiar-

kan mitra tutur; (4) strategi bersikap pesimis; (5) strategi impersonalitas atau jarak;

(6) strategi bersikap patuh; (7) strategi menghindari berasumsi; dan (8) strategi

meminta maaf. Ketiga, strategi off-record, direpresentasikan melalui: (1) strategi

bertutur samar-samar; (2) strategi memberi isyarat; (3) strategi bertanya retoris; dan

(4) strategi menghindari pemaksaan.

Keempat hasil penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian

kesantunan berbahasa ini, yaitu dari segi kajian bahwa keempat penelitian di atas

memakai kajian sosiopragmatik dan pragmatik yang sangat berkaitan. Di dalam buku

Rahadi (2005) terdapat pembahasan kesantunan Brown dan Levinson serta beberapa

aplikasinya. Begitu pula dengan penelitian disertasi Minda (2008) menggunakan

teknik rekam dan catat. Dari konsep, teori, metode dan teknik juga terdapat

persamaan dengan penelitian Simpen (2008). Dari penelitian Saleh (2009) terdapat

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Definisi ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter II.pdf · Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi

pembahasan tentang strategi kesantunan positif dan negatif. Walaupun penelitian ini

tidak mengkaji sedalam buku dan ketiga disertasi di atas, diharapkan juga hasil

penelitian ini tidak jauh dari hasil penelitian sebelumnya.

2.3 Kerangka Konsep

Pemakaian bahasa terikat dan terkait dengan kesantunan. Kesantunan terjadi

dari dua jenis, yaitu kesantunan positif dan kesantunan negatif. Penutur bahasa

menggunakan strategi untuk kedua jenis kesantunan itu. Strategi tersebut adalah

strategi kesantunan positif (SKP) dan strategi kesantunan negatif (SKN).

Kesantunan ditentukan dan terkait dengan etika berbicara. Etika berbicara

dapat diartikan sebagai kesantunan berbicara atau kesantunan berbahasa. Terdapat

25 strategi kesantunan Brown dan Levinson dan 15 etika berbicara di dalam Islam

menurut Al- Ghazali. Konsep strategi kesantunan dapat disejajarkan dengan etika

berbicara, sehingga dapat dihubungkan. Hubungan dari kedua teori di atas di

harapkan dapat menjadi sesuatu pengetahuan baru dan dapat di jadikan panduan bagi

para pelaku debat muslim.

Universitas Sumatera Utara